TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial"

Transkripsi

1 7 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Sosial Istilah pemasaran sosial pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 untuk menggambarkan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran untuk mengembangkan perkara sosial, gagasan, atau perilaku. Kampanye sosial telah didisain untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat umum (Kotler & Roberto 1989). Menurut Hawkins et al. (2001) pemasaran sosial merupakan aplikasi strategi dan taktik pemasaran untuk merubah atau membentuk perilaku positif pada individu atau kelompok mayarakat. Sedangkan menurut Kotler dan Roberto (1989) pemasaran sosial adalah suatu upaya terorganisasi yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang disebut agen perubahan, yang bertujuan untuk mengajak orang lain (target adopters) untuk dapat menerima, mengubah pemikiran, sikap, dan perilaku tertentu. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran sosial adalah upaya terorganisir untuk merubah atau membentuk suatu pemikiran dan perilaku tertentu yang diharapkan pada diri individu maupun masyarakat. Ada beberapa unsur penting yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan kampanye sosial, yaitu: Penyebab (cause). Suatu tujuan sosial yang merubah kepercayaan agen akan menghasilkan suatu jawaban yang diinginkan terhadap masalah sosial. Agen perubahan (change agent). Individu atau organisasi yang mencoba membawa perubahan sosial. Sasaran (target adopters). Individu, kelompok atau populasi yang menjadi sasaran seruan untuk berubah yang dilakukan oleh agen perubahan. Saluran (channels). Jalur komunikasi dan distribusi, dimana pengaruh dan respon dipertukarkan dan ditransmisikan secara bolak balik antara agen dan target adopter. Strategi perubahan (change strategy). Arahan dan program yang digunakan oleh agen perubahan untuk merubah sikap dan perilaku sasaran. Kotler dan Roberto (1989) menyebutkan ada tiga tipe produk sosial, yaitu: (1) pemikiran atau gagasan sosial (social idea) yang berbentuk kepercayaan, sikap, dan perilaku; (2) praktek sosial (social practice), yang berupa tindakan yang dilakukan sesekali (single act) dan tindakan yang dilakukan secara rutin yang menunjukkan kebiasaan (behavior); (3) produk nyata (tangible object)

2 8 merupakan bukan produk utama, tetapi produk fisik yang melengkapi gagasan atau praktek dalam suatu kampanye. Social idea dan social practice merupakan dua bentuk produk sosial yang bersifat tidak nyata (intangible product). Pendistribusian intangible product ini agar dapat sampai dan diterima oleh individu, kelompok, dan seluruh populasi membutuhkan saluran. Kotler dan Roberto (1989) menyatakan bahwa dalam pemasaran sosial diperlukan pengetahuan tentang kelompok target adopter, pengetahuan tersebut meliputi: karakteristik sosiodemografi, yaitu kelas sosial, usia, pendapatan, pendidikan, dan ukuran keluarga; profil psikologis yang meliputi sikap, nilai, motivasi, dan kepribadian; dan karakteristik perilaku, yaitu pola perilaku, kebiasaan membeli, dan karakteristik pengambilan keputusan. Motivasi Pesan Respon individu terhadap suatu masalah bergantung pada motivasi individu tersebut dalam memproses iklan dan kompleksitas pendapat yang diterimanya. Jika pesan yang disampaikan sesuai dengan dirinya, maka individu akan memberikan perhatian pada pesan tersebut dan secara spontan akan membentuk suatu kesimpulan. Sedangkan jika pesan yang disampaikan sulit untuk diikuti atau motivasi individu untuk mengikutinya kurang maka akan sulit bagi individu tersebut untuk menarik kesimpulan dari pesan yang dipaparkan. Pesan persuasif yang diberikan akan dapat menyentuh perasaan individu atau akan dapat menakuti, membuat tertawa, membuat menangis (Solomon 2002). Ada beberapa motivasi pesan yang dapat menarik individu untuk merubah perilaku yang dimilikinya, diantaranya adalah motivasi pesan negatif dan positif. Imbauan takut atau pesan negatif merupakan pesan yang menekankan pada konsekuensi negatif yang dapat merubah perilaku dan sikap seseorang. Strategi pesan negatif sering digunakan dalam komunikasi pemasaran, terutama dalam pemasaran sosial yang mendorong individu untuk merubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat. Kebanyakan penelitian tentang pesan negatif menunjukkan bahwa motivasi pesan negatif pada umumnya paling efektif ketika pesan yang disampaikan cukup mengancam dan ketika solusi dari sebuah masalah ditunjukkan. Selain itu, motivasi pesan ini juga akan bekerja lebih baik jika sumber pesan yang digunakan memiliki kredibilitas yang tinggi (Solomon 2002). Selain itu, Solomon (2002) menyatakan bahwa jika ancaman yang rendah tidak efektif, hal tersebut bisa diakibatkan oleh penyampaian atau elaborasi

3 9 konsekuensi berbahaya yang tidak cukup untuk mempengaruhi perilaku, sedangkan jika ancaman yang kuat atau tinggi tidak bekerja diakibatkan oleh terlalu banyaknya elaborasi yang mencampuri atau mengganggu proses perubahan perilaku, penerima pesan terlalu sibuk untuk berpikir mengapa pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan atau penerima terlalu memberikan perhatian terhadap solusi masalah yang ditawarkan. Pesan positif merupakan pesan yang menekankan pada keuntungan yang diperoleh sasaran jika mengikuti anjuran pesan yang disampaikan. Arifin (1984) diacu dalam Harahap (1994) menyatakan bahwa penggunaan pesan positif lebih baik daripada pesan negatif dalam merubah sikap sasaran. Proses Pengolahan Informasi Sebelum mengambil keputusan pembelian, pada situasi tertentu konsumen akan melakukan pencarian informasi untuk kemudian memprosesnya sebagai bahan pertimbangan. Pengetahuan mengenai proses pengolahan informasi penting untuk dimiliki untuk setiap pemasar agar stimulus yang diberikan tidak sia-sia. Berdasarkan pendapat William McGuire yang dikutip oleh Engel et al (1995), pemrosesan informasi memiliki lima tahap, yaitu: 1. Pemaparan (exposure). Pemaparan stimulus yang membuat konsumen menyadari adanya stimulus yang diterima melalui panca indranya. 2. Perhatian (attention). Pengalokasian kapasitas pengolahan yang dilakukan konsumen untuk stimulus yang masuk. 3. Pemahaman (comprehension). Interpretasi atau pemberian makna terhadap stimulus. 4. Penerimaan (acceptance). Pengaruh stimulus atau dampak persuasif stimulus terhadap konsumen. 5. Retensi (retention). Pengalihan hasil interpretasi stimulus dan persuasi ke ingatan jangka panjang konsumen. Proses pemaparan hanya akan terjadi jika tersedia stimulus. Pada tahap ini pemasar berusaha untuk menyampaikan stimulus kepada konsumen dan mengharuskannya untuk memilih media yang efektif yang mampu menyampaikan stimulus yang diharapkan dapat menjangkau target. Tahap selanjutnya adalah perhatian. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa banyaknya stimulus yang diterima oleh konsumen tidak semuanya akan mendapatkan perhatian dan berlanjut dengan pengolahan stimulus tersebut. Hal tersebut

4 10 terjadi karena konsumen memiliki keterbatasan dalam mengolah semua informasi atau stimulus yang diterimanya. Oleh karena itu, konsumen akan melakukan penyeleksian terhadap stimulus mana yang akan diperhatikan untuk kemudian diproses lebih lanjut. Adapun tahap pengelolaan informasi tersebut divisualisasikan pada Gambar 1 berikut: Pemaparan Perhatian Stimulus Pemahaman Memori Penerimaan Retensi Gambar 1 Tahap pengelolaan informasi Setelah melalui tahap perhatian, konsumen akan mencoba untuk menginterpretasikan berbagai stimulus yang diterima yang disebut dengan tahap pemahaman. Banyaknya stimulus yang diterima membuat konsumen cenderung untuk mengelompokkannya sehingga konsumen dapat memandangnya sebagai suatu kesatuan. Mowen dan Minor (2002) menyebutkan bahwa pemahaman merupakan tahap akhir dalam pembentukan persepsi. Engel et al (1995) menyatakan bahwa pemahaman berkaitan dengan pemaknaan stimulus. Pemaknaan tersebut bergantung pada bagaimana stimulus dikategorikan dan diuraikan berkaitan dengan pengetahuan yang telah disimpan konsumen dalam ingatan. Setelah melalui tahap-tahap tersebut, konsumen akan mampu membuat kesimpulan mengenai stimulus yang diterimanya, dan kemampuan itulah yang disebut dengan persepsi konsumen terhadap objek yang merupakan output dari penerimaan konsumen terhadap stimulus. Tahap akhir dalam proses pengolahan informasi adalah retensi. Pada tahap ini dilakukan proses pemindahan informasi

5 11 ke memori atau ingatan jangka panjang. Informasi yang disimpan pada memori jangka panjang ini adalah stimulus yang telah melalui proses pemaknaan. Informasi yang tersimpan dalam memori akan dapat digunakan kembali untuk membentuk persepsi yang baru. Engel et al (1995) memandang bahwa memori jangka panjang merupakan tempat penyimpanan permanen yang kapasitasnya tidak terbatas dan menyimpan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen. Persepsi Schiffman dan Kanuk (1983) mendefinisikan persepsi sebagai proses bagaimana individu menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpretasikan stimuli-stimuli yang diterima menjadi bermakna dan menjadi satu kesatuan sudut pandang terhadap dunia. Kotler dan Keller (2007) juga mendefinisikan persepsi sebagai sebuah proses dimana individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi yang diterima untuk membentuk sebuah gambaran dunia yang berarti, sedangkan Rakhmat (2005) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang suatu objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh individu dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima. Persepsi merupakan bagaimana seseorang melihat keadaan di sekitarnya. Dua orang yang memperoleh stimulus yang sama dengan kondisi yang sama mungkin saja akan mendefinisikan stimulus tersebut secara berbeda, itulah yang disebut dengan persepsi seseorang terhadap suatu objek. Stimulus merupakan input, baik berbentuk fisik, visual maupun verbal yang diterima oleh satu atau lebih indra penerima. Stimulus yang ditangkap oleh salah satu atau lebih indra penerima untuk kemudian diproses menjadi persepsi disebut dengan sensasi. Solomon (2002) memberikan gambaran bagaimana stimulus ditangkap dan diproses atau yang disebut dengan proses perseptual. Stimulus penglihatan suara bau rasa tekstur Indera Penerima mata telinga hidung lidah kulit Pemaparan Perhatian Interpretasi Gambar 2 Proses perseptual (Solomon 2002)

6 12 Menurut Schiffman dan Kanuk (1983), Sensasi merupakan respon langsung dan cepat dari pancaindra ketika ada stimulus yang datang dan diterima. Indra penerima merupakan pancaindra (sensory organs), yaitu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit yang digunakan untuk melihat, mencium, mendengar, mengecap, dan merasakan. Kemampuan konsumen untuk merasakan sensasi dipengaruhi oleh tingkat ambang batasnya (threshold level). Schiffman dan Kanuk (1983) membagi threshold menjadi dua jenis, yaitu ambang absolut (absolute threshold) dan perbedaan ambang (differential threshold). Ambang absolut merupakan jumlah minimum stimulus yangdibutuhkan agar dapat dideteksi atau dirasakan oleh pancaindera, sedangkan perbedaan ambang adalah kemampuan sistem pancaindera untuk merasakan perubahan atau perbedaan antara dua stimulus (Solomon 2002). Menurut Kotler dan Keller (2007) perbedaan persepsi yang dimiliki setiap orang dipengaruhi oleh tiga proses persepsi, yaitu: perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan proses dimana individu menyeleksi semua rangsangan atau stimulus yang diterima. Banyaknya stimulus yang diterima menyebabkan tidak semua stimulus yang diterima dapat ditanggapi oleh setiap individu. Distorsi selektif adalah kecenderungan individu untuk menafsirkan informasi yang diterima sesuai dengan keyakinan awal mereka terhadap suatu objek atau produk. Sedangkan ingatan selektif adalah kecenderungan individu untuk mengingat informasi yang mendukung pandangan maupun keyakinan individu terhadap suatu objek. Individu cenderung mengingat segala sesuatu yang baik tentang objek atau produk yang disukai dan melupakan hal-hal baik tentang produk lain yang serupa. Pengetahuan Konsumen Engel et al (1994) mendefinisikan pengetahuan konsumen sebagai himpunan segala informasi yang terkait dengan fungsi konsumen di dalam pasar. Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan konsumen merupakan segala informasi yang dimiliki konsumen tentang berbagai macam produk dan jasa serta pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang terkait dengan fungsinya sebagai konsumen. Segala informasi tentang produk dan yang dimiliki konsumen dan terkait dengan fungsinya dalam pasar disebut pengetahuan konsumen.

7 13 Mowen dan Minor (2002) menggolongkan pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif, dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang konsumen ketahui mengenai kelas produk. Konsumen mungkin juga memiliki informasi mengenai pengetahuan berbagai hal lainnya. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) membagi pengetahuan menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pembelian (purchase knowledge), dan pengetahuan pemakaian (usage knowledge). Mempengaruhi pengetahuan konsumen merupakan salah satu tujuan dari kegiatan pemasaran. Pengetahuan produk. Pengetahuan produk merupakan segala informasi mengenai produk. Pengetahuan produk terdiri atas pengetahuan kategori produk, merek, atribut produk, terminologi produk, harga produk, dan kepercayaan tentang produk tersebut (Sumarwan 2004). Peter dan Olson (1996) menyebutkan bahwa konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang atribut atau karakteristik produk, pengetahuan manfaat penggunaan produk, dan pengetahuan tentang kepuasan yang diperoleh dari produk. Pengetahuan pembelian. Menurut Engel et al (1994) pengetahuan pembelian merupakan berbagai informasi yang terkait dengan pemerolehan produk yang meliputi informasi tentang dimana produk tersebut dapat dibeli dan kapan harus membeli, lokasi produk di dalam toko, dan letak atau penempatan produk di dalam toko tersebut. Banyak produk yang bisa didapatkan dari berbagai macam saluran, oleh karena itu konsumen perlu mengambil keputusan dimana mereka dapat memperoleh produk atau jasa yang diinginkan, keputusan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan pembelian. Pengetahuan pemakaian. Pengetahuan pemakaian merupakan segala informasi yang dimiliki konsumen mengenai cara suatu produk digunakan dan apa yang diperlukan agar produk tersebut benar-benar berfungsi. Pengetahuan pemakaian penting dimiliki oleh setiap konsumen karena kesalahan dalam penggunaan suatu produk mungkin akan menyebabkan suatu produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan ketidakpuasan konsumen.

8 14 Media Menurut Sadiman et al (2006), media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat penerima pesan. Menurut Arsyad (2009), media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya, 1) media dapat memperjelas penyajian pesan sehingga dapat memperlancar proses penyaluran pesan, 2) media dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian penerima pesan sehingga dapat menghasilkan interaksi yang lebih langsung antara pemberi dan penerima pesan, 3) media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Media massa merupakan saluran terbaik dalam pemasaran dan pendistribusian intangible social product (Kotler & Roberto 1989). Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan yang dimiliki media massa, yaitu media massa mampu memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan pesan-pesan komunikasi dalam jumlah yang banyak serta memiliki kecepatan yang relatif tinggi dalam menyebarluaskannya kepada sejumlah audiens. Selain itu media massa juga memiliki keunggulan dalam mempengaruhi pengetahuan khalayak yang merupakan sasarannya (Wiryanto 2000). Salah satu media cetak yang cocok digunakan dalam pemasaran social adalah buklet. Buklet adalah terbitan tidak berkala yang terdiri atas satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit yang digabungkan menjadi satu kesatuan serta memiliki sampul depan yang tidak dijilid keras. 1 Kridalaksana (1984) diacu dalam Mintarti (2001) mendefinisikan buklet sebagai keterangan tercetak berbentuk buku kecil untuk disebarkan kepada khalayak. Dengan demikian buklet dapat didefinisikan sebagai buku kecil yang terdiri atas 2-8 halaman yang dijilid menjadi satu kesatuan yang menyajikan materi dengan berbagai lambang visual seperti huruf dan gambar. Ritonga (1993) menyebutkan beberapa keunggulan yang dimiliki buklet, yaitu sifat pesan pada buklet yang permanen, pembaca bebas mengontrol pesan dan membandingkannya, serta memberikan peluang pada pembaca untuk 1 Pamflet/buklet. [diakses tanggal 21 oktober 2010]

9 15 memahami pesan-pesan sulit yang disampaikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarti (2001) menunjukkan bahwa buklet yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan pedagang makanan jajanan memiliki ciri-ciri, yaitu (1) menarik, (2) terdiri atas gambar dan tulisan, (3) pesan yang disampaikan ringkas, (4) bersifat persuasif, (5) mudah disimpan maupun dibawa, dan (6) dapat dipelajari kapan saja. Buklet merupakan media yang mengandung unsur teks, gambar, dan foto. Sadiman et al (2006) menyebutkan bahwa gambar maupun foto merupakan media komunikasi yang mudah dimengerti dan memiliki beberapa kelebihan, yaitu gambar maupun foto bersifat konkret, dapat memperjelas atau mempertegas suatu masalah, dapat menyajikan objek atau peristiwa tanpa batasan ruang dan waktu, dan mudah untuk mendapatkannya. Buklet yang dilengkapi dengan foto dan gambar akan terlihat lebih menarik, terutama untuk anak-anak sekolah dasar. Dengan sifat-sifat tersebut, buklet mampu meningkatkan pengetahuan penerima atau sasaran pemasaran terutama sasaran yang memiliki kemampuan membaca. Pangan Jajanan Anak Sekolah Jajan merupakan kebiasaan makan anak di sekolah yang harus diperhatikan. Makanan jajanan yang dikonsumsi anak dapat melengkapi maupun menambah asupan energi dan zat gizi lainnya bagi anak. Menurut Winarno (2004) jajanan merupakan jenis makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima, dijual di pinggir jalan, di stasiun maupun di pasar, tempat pemukiman dan lokasi sejenis lainnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan, jajanan adalah segala makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual pada masyarakat umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Selain itu, dalam keputusan tersebut juga menyebutkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan terkait dengan pengadaan dan penanganan makanan jajanan, yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan makan, penyajian dan sarana penjaja (Depkes 2003). Aspek-aspek tersebut merupakan hal penting

10 16 yang perlu diperhatikan karena aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi kualitas pangan jajajan. Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan seperti: isi stapler, batu atau kerikil, rambut, kaca, dan lain-lain. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, singkong racun, jengkol, dan lain-lain. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang dan bakteri 2 Laporan Food Watch mengenai jajanan anak sekolah memaparkan bahwa jenis jajanan yang tidak memenuhi syarat adalah jajanan yang menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan bahan berbahaya yang tidak boleh digunakan dalam pangan, dan cemaran mikroba yang menggambarkan kualitas mikrobiologi pangan jajanan anak sekolah (BPOM 2007). Studi Empiris Penelitian yang dilakukan oleh Mintarti (2001) dengan judul efektivitas buklet makjan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan perilaku berusaha bagi pedagang makanan jajanan (kasus di Kabupaten Cianjur) menunjukkan bahwa buklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan pedagang makanan jajanan tentang aspek-aspek penanganan jajanan yang bersih dan sehat di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan temuan Ritonga (1993) dengan judul pengaruh bentuk penyajian dan simpulan pesan tentang efek rumah kaca melalui booklet pada peningkatan pemahaman mahasiswa IISIP Jakarta yang menunjukkan bahwa buklet merupakan media yang efektif untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang efek rumah kaca. Jayanti (2010) melakukan penelitian yang berjudul persepsi, pengetahuan, dan perilaku remaja siswa kornita Kabupaten Bogor dalam pembelian CD bajakan, menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan 2 Info Konsumen Bagaimana Memilih Jajanan Sehat dan Aman. [diakses tanggal 21 oktober 2010]

11 17 yang nyata dan positif antara pengetahuan dengan persepsi siswa terhadap CD bajakan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan siswa maka akan semakin tinggi pula persepsi yang dimiliki siswa tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasmin dan Madanijah (2010) dengan judul perilaku penjaja pangan jajanan anak sekolah terkait gizi dan keamanan pangan di Jakarta dan Sukabumi menunjukkan bahwa contoh yang yang pernah mengikuti penyuluhan terkait keamanan pangan memiliki rata-rata skor pengetahuan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan contoh yang tidak pernah mengikuti penyuluhan keamanan pangan. Dengan demikian, penyuluhan sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal, mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janis dan Feshbach (1953) yang dikutip oleh Rakhmat (2005) dengan topik kerusakan gigi pada siswa sekolah menengah, menunjukkan bahwa tingkat imbauan takut yang rendah dalam pesan lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak dibandingkan dengan tingkat imbauan takut yang tinggi. Hal tersebut diduga karena tingkat imbauan takut yang tinggi menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga anak-anak kurang memperhatikan pesan yang disampaikan dan lebih banyak memusatkan perhatiannya pada kecemasan yang mereka rasakan. Harahap (1994) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh bentuk dan frekuensi penyajian pesan gizi seimbang melalui folder menyimpulkan bahwa folder yang dirancang dengan menggunakan bentuk pesan positif dan negatif tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam menambah pengetahuan responden terhadap gizi seimbang. Artinya responden yang diberikan folder dengan pesan positif maupun negatif tidak mengalami peningkatan pengetahuan yang berbeda. Hasil penelitian Morton dan Duck (2009) dengan judul Paradoxical Effect of Media Exposure: Role of Communication Processes in Shaping Media Effects Over Time menyebutkan bahwa keinginan untuk memperoleh informasi berhubungan positif nyata dengan komunikasi interpersonal. Artinya semakin tinggi keinginan seseorang untuk memperoleh suatu informasi maka akan semakin tinggi pula intensitas komunikasi interpersonal individu tersebut.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2002), konsumen terdiri dari dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada fisik kita.

BAB I PENDAHULUAN. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada fisik kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mengisi aktivitas keseharian, Alat indera memiliki peranan yang sangat penting. Karena melalui alat inderalah kita dapat merasakan semua hal yang terjadi pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan pangan merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Dengan demikian, ketersediaan pangan yang aman merupakan hak dasar manusia yang harus dipenuhi. Namun,

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication Modul ke: Perilaku Konsumen Pengantar Fakultas Ilmu Komunikasi Hikmah Ubaidillah, M.IKom Program Studi Marketing Communication www.mercubuana.ac.id Persepsi Proses dimana individu memilih, mengatur dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004:25) Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing 2.1.1 Pengertian Marketing Kita dapat membedakan antara definisi pemasaran secara sosial dan secara manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Periode pertengahan masa kanak-kanak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Walaupun pertumbuhan fisik anak-anak

Lebih terperinci

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa

Lebih terperinci

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam setiap perusahaan, aktifitas dibidang pemasaran mutlak

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam setiap perusahaan, aktifitas dibidang pemasaran mutlak BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Dalam setiap perusahaan, aktifitas dibidang pemasaran mutlak dilaksanakan, karena pemasaran merupakan faktor yang paling penting dalam usaha memberikan kepuasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Ada beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, yaitu: Persepsi menurut Pride dan Ferrel dalam Fadila dan Lestari (2013:45), persepsi

Lebih terperinci

TAHAP PENGOLAHAN INFORMASI

TAHAP PENGOLAHAN INFORMASI TAHAP PENGOLAHAN INFORMASI 1. Pemaparan (exposure) Konsumen menyadari stimulus melalui pancaindera 2. Perhatian (attention) Kapasitas pengolahan stimulus yang masuk 3. Pemahaman (comprehension) Interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan suatu produk bisa diproduksi secara massal, cepat, dan berkualitas. Konsumen menjadi penting disini karena merekalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah

Lebih terperinci

Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PERILAKU KONSUMEN : Pengolahan Informasi Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perilaku Konsumen 1.2.1 Perilaku Konsumen Menurut Pater dan Olson (2013:6), perilaku konsumen sebagai dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Wisatawan Sebagai Konsumen Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mendefinisikan konsumen adalah setiap orang pemakai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Beberapa toeri yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori kosumen dan perilaku kobsumen, persepsi, yang meliputi definisi persepsi, proses

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang bergizi sangat penting untuk kebutuhan tubuh tetapi makanan yang aman atau terjamin mutunya juga sangat penting agar tidak merusak tubuh karena penularan

Lebih terperinci

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Berdasarkan PP no.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pangan dapat di kategorikan : PANGAN SEGAR Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara untuk mendukung suksesnya pembangunan kecerdasan dan kesehatan sumber daya manusia. Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan penelusuran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi Konsumen Konsumen adalah seseorang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan dan penggunaan dari suatu produk dalam rangka memenuhi tujuan penggunaan, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Kepribadian Remaja dalam Sudut Pandang Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Kepribadian Remaja dalam Sudut Pandang Konsumen TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock 2007). Menurut Santrock (2002), ciri utama remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap saat konsumen distimulasi oleh banyak iklan di berbagai media.

I. PENDAHULUAN. Setiap saat konsumen distimulasi oleh banyak iklan di berbagai media. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap saat konsumen distimulasi oleh banyak iklan di berbagai media. Begitu banyak stimulus yang tersaji di hadapan konsumen dan terpapar pada pancainderanya, namun

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT

PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2012, p : 67-76 Vol. 5, No. 1 ISSN : 1907-6037 PENGARUH MOTIVASI PESAN DAN PENYAJIAN BUKLET TERHADAP PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN SEHAT Moh. Djemdjem Djamaludin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah utama dibidang pangan dan gizi di Indonesia. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 ditegaskan bahwa salah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Menurut Philip Kotler dan K.L.Keller (2007:12) dalam bukunya Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan penjualan. Pemasar perlu memiliki strategi pemasaran agar

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan penjualan. Pemasar perlu memiliki strategi pemasaran agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan pembelian oleh konsumen merupakan sasaran utama pemasar dalam menciptakan penjualan. Pemasar perlu memiliki strategi pemasaran agar konsumen mengambil

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut American Marketing Association (Peter dan Olson, 2013:6), perilaku konsumen sebagai dinamika interaksi antara pengaruh

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan berfungsi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan suatu perusahaan, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan suatu perusahaan, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan suatu perusahaan, perubahan lingkungan senantiasa akan terjadi terus menerus secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 3 yaitu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Konsumen Persepsi adalah suatu proses memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi mengenai suatu produk barang atau jasa oleh konsumen. Persepsi

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hak Cipta

TINJAUAN PUSTAKA. Hak Cipta 6 TINJAUAN PUSTAKA Hak Cipta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul karena adanya kemampuan intelektual manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap manusia dapat dikatakan konsumen apabila manusia tersebut melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan dapat memuaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dalam kehidupan sehari-hari ada sebuah proses dimana saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memiih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku Konsumen 7 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen Konsumen terdiri dari dua jenis yaitu konsumen individu dan organisasi. Konsumen yang membeli barang atau jasa digunakan untuk kebutuhan sendiri dinamakan konsumen

Lebih terperinci

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

Bab 3. Model Perilaku Konsumen Bab 3 Model Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN Tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang tunjukkan oleh konsumen dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan Penelitian Tujuan Umum 6 6 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok acuan yang dipakai dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB baik pada mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 5 dan 6

PERTEMUAN KE 5 dan 6 PERTEMUAN KE 5 dan 6 Aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id PERSEPSI Dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, Dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Kotler (2002:198), persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen 7 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen Dalam upaya peningkatan nilai guna suatu produk, konsumen adalah ujung dari perjalanan yang ditempuh oleh suatu produk. Memahami perilaku konsumen adalah sebuah hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.keamanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun (1996) adalah upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan dengan jajanan sekolah dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatankegiatan kesehatan keluarga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda. Hal ini sudah sering sekali kita dengar dalam kehidupan umum. Seorang individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak Sekolah) yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (Durianto, 2003). Periklanan

BAB II KERANGKA TEORI. menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (Durianto, 2003). Periklanan BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Periklanan Periklanan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat

BAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat 12 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori dan Penerapan 4.1.1 Komponen Iklan Layanan Masyarakat Menurut Rakhmat Supriyono dalam buku Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, ada 4 hal yang perlu dibahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya agar terus berkembang dan mendapatkkan laba semaksimal

Lebih terperinci

VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA

VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKET WISATA KUSUMA AGROWISATA Keputusan pembelian dalam mengkonsumsi barang atau jasa ditentukan oleh perilaku konsumen yang bersangkutan. Perilaku proses keputusan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia hidup membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Selain itu pangan juga berfungsi

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Konsumen Sumarwan (2004) menyatakan bahwa konsumen terdiri dari dua yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen

Lebih terperinci

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk memuaskan konsumen dengan mengambil keuntungan dari bisnis yang dijalankan. Cara memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku bisnis beroperasi dalam perekonomian global, yakni segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku bisnis beroperasi dalam perekonomian global, yakni segala sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaku bisnis beroperasi dalam perekonomian global, yakni segala sesuatu bergerak dalam hitungan detik, pasar diwarnai oleh persaingan yang luar biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah melalui Indonesia Sehat 2010 dengan fokus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah. Kerangka pemikiran dan hipotesis. Melihat kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran (Kotler, 2009: 4) adalah seni sekaligus ilmu ada ketegangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran (Kotler, 2009: 4) adalah seni sekaligus ilmu ada ketegangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pemasaran 2.1.1.1 Arti Pemasaran Pemasaran (Kotler, 2009: 4) adalah seni sekaligus ilmu ada ketegangan yang terus menerus antara sisi terformulasikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah BAB II LANDASAN TEORI A. TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Membeli Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah (John Dewey dalam Engel, Blackwell

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. latar Belakang Masalah. dan teknologi yang sangat terasa adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat di

BAB I PENGANTAR. A. latar Belakang Masalah. dan teknologi yang sangat terasa adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat di BAB I PENGANTAR A. latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini dampak perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat terasa adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat di segala aspek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang telah memasuki era globalisasi,

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDY PUSTAKA. Pasta Gigi Pepsodent di Kota Makasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDY PUSTAKA. Pasta Gigi Pepsodent di Kota Makasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDY PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pertama adalah Adyatma Arifin (2012) dengan judul Pengaruh Periklanan Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Experiential Marketing Schmitt dalam Kustini (2007:47) experiential marketing merupakan cara untuk membuat pelanggan menciptakan pengalaman melalui panca indera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

I. PENDAHULUAN. individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

Lebih terperinci

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna SENSASI PERSEPSI Dita Rachmayani., S.Psi., M.A PROSES Sensasi Transduksi Persepsi Tanggapan Proses pendeteksian hadirnya stimuli Sederhana/perasaan/- kesan yg timbul sebagai akibat Perangsangan suatu reseptor

Lebih terperinci