BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Toddler atau yang dikenal sebagai anak usia batita (bawah 3 tahun)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Toddler atau yang dikenal sebagai anak usia batita (bawah 3 tahun)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toddler atau yang dikenal sebagai anak usia batita (bawah 3 tahun) merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak, mencakup perkembangan fisik, motorik, kognitif, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan bahasa (Reed, 2007). Salah satu tugas perkembangan anak adalah keterampilan toileting atau yang disebut keterampilan buang air kecil dan buang air besar. Keterampilan toileting terdiri dari keterampilan mengontrol buang air kecil (bladder control) dan mengontrol buang air besar (bowel control). Keterampilan buang air kecil dan buang air besar diperoleh dengan cara toilet training (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Toilet training pada dasarnya merupakan proses natural dan kompleks pada perkembangan anak (Kiddoo, 2011). Toilet training merupakan bagian penting dalam perkembangan batita karena mampu memberikan kepercayaan diri dan kemandirian anak (Connell-Carrick, 2006). Rata-rata usia toilet training anak adalah bulan dan keterampilan ini tercapai pada fase batita (Hodges et al., 2014). Keterampilan buang air kecil dan buang air besar yang gagal diperoleh dalam rentang waktu toilet training, yaitu usia batita, menimbulkan masalah berupa dysfunctional voiding atau disebut juga gangguan berkemih berupa enuresis, infeksi saluran kencing, sembelit, enkopresis dan penolakan untuk pergi ke toilet (Hodges et al., 2014 ; Mota & Barros, 2008). Kegagalan toilet training 1

2 2 yang berlanjut hingga anak berusia remaja, belum mampu dalam nocturnal bladder control akan berdampak pada masalah psikopatologi dan perilaku bunuh diri (Liu & Sun, 2005). Prevalensi enuresis di dunia berkisar antara 11.4% - 45%. Penelitian di USA menunjukkan dari dari 112 anak usia 3-10 tahun, 45% di antaranya mengalami daytime wetting atau mengompol di siang hari (Hodges et al., 2014). Penelitian serupa di USA menyatakan bahwa kejadian nocturnal enuresis sebanyak anak, 33% di antaranya berusia 5 tahun, 18% 8 tahun, dan 7% 11 tahun (Byrd et al., 1996 cit. Liu & Sun, 2005). Di Kinshasa, Congo, 109 anak dari 415 anak usia 6-12 tahun mengalami nocturnal enuresis yang terdiri dari 50 anak laki-laki dan 59 anak perempuan (Aloni et al., 2012). Di Qena, Mesir, sebanyak 1065 (11.4%) anak usia sekolah mengalami enuresis (Ismail et al., 2013). Di Afrika Selatan, sebanyak 16% dari 4700 anak usia 5-10 mengalami nocturnal enuresis (Fockema et al., 2012). Di Baghdad, dari 610 anak ditemukan 127 (20.8%) mengalami enuresis (Salih, 2012). Penelitian serupa di Indonesia diwakili oleh Denpasar yang menunjukkan bahwa prevalensi enuresis pada anak TK sebesar 10.9% (Windiani & Soetjiningsih, 2008). Teknik toilet training yang sering digunakan adalah teknik lisan dan model video. Teknik lisan merupakan teknik menggunakan istruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar, sedangkan teknik model video adalah usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dan air kecil dengan cara memberi contoh untuk ditiru melalui media berupa video (Hidayat, 2005). Sebuah studi menemukan bahwa dalam

3 3 melakukan toilet training orangtua merangsang anak berkemih dengan beberapa cara, yaitu 13% dengan menekan anak, 26% membuka keran air dan 43% dengan membentak anak. Beberapa orangtua mencoba 2 atau 3 cara yang berbeda secara bersamaan untuk merangsang berkemih (Bakker et al., 2002). Penekanan saat toilet training merupakan pengalaman negatif bagi anak. Pengalaman negatif yang diterima oleh batita selama proses toilet training membuat anak merasa malu dan ragu-ragu. Rasa malu menurut Erikson merupakan upaya anak untuk menyembunyikan kegiatan yang dia rasa tidak pantas, sehingga anak yang gagal dalam toilet training akan mengalami masalah terus-menerus dengan konstipasi (Baum et al., 2013; Tandry, 2011). Toilet training memiliki tantangan tersendiri, sehingga membuat orangtua melakukan kekerasan pada anak (Connell-carrick, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa upaya toilet training yang salah merupakan faktor penyebab terjadinya persistent urinary symptomps seperti inkonintensia, enuresis, infeksi saluran kemih berulang, dan konstipasi (D.Schmitt, 2004). Penelitian mengenai pengembangan media dan metode pada anak autis lebih banyak ditemukan. Pada tahun 1999 dikembangkan metode priming, yaitu metode penyediaan informasi untuk mempersiapkan dampak aktivitas atau tugas tertentu dengan cara mengeksplorasi dengan durasi pendek dan menggunakan presentasi bahan tugas yang memungkinkan anak nantinya membiasakan diri dengan tugas atau aktivitas tersebut (Bainbridge & Smith Myles, 1999). Di Canada dikembangkan model functional behavior skills training untuk melatih keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak autis. metode ini merupakan program pelatihan untuk meningkatkan kinerja ketrampilan fungsional

4 4 dan komunikasi, mengurangi masalah perilaku, dan meningkatkan kompetensi serta pengetahuan tentang applied behavior analysis (ABA) (Reitzel et al., 2013). Metode rapid toilet training juga dikembangkan dengan dimodifikasi serta diajarkan pada orangtua anak dengan disabilitas. Metode ini dikembangkan oleh Azrin dan Fox pada 1971 yang merupakan metode toilet training dengan cara: penjadwalan, peningkatan asupan cairan, penguatan positif, penggunaan bimbingan untuk self initiation, dan hukuman (Rinald & Mirenda, 2012). Media terkini yang digunakan untuk toilet training pada anak autis adalah dengan video. Penelitian menunjukkan bahwa video modeling berpengaruh positif terhadap keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak autis (Keen et al., 2007; Mason et al,. 2012). Di Indonesia, peneltian mengenai media toileting berupa gambar dan penguatan positif menunjukkan pengaruh positif terhadap keberhasilan toilet training anak autis (Rohmah, 2014). Media toilet training pada anak sehat atau tanpa disabilitas yang sudah dikembangkan adalah dengan gambar dan booklet. Lee juga mengembangkan toilet training kit dengan karakter kartun (Lee, 1998). Media gambar untuk toilet training di antaranya adalah visual aids for learning version 1.0 (Anon, 2013). Metode dengan video untuk toilet training saat ini mulai dikembangkan. Video merupakan salah satu media yang dianjurkan untuk toilet training (American Academy of Pediatric, 2004). Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Piaget, batita berada pada tahap praoperasional. Batita belum mampu mengoperasionalkan yang dipikirkan melalui tidakan dalam pikiran anak,

5 5 sehingga akan kurang memahami instruksi orangtua dan cenderung egosentris yang berarti bahwa mereka hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Dalam social cognitive theory, video menjadi model dalam pembelajaran observasional (Bandura, 1989). Video merupakan media yang efektif karena dapat memberi gambaran konkret terhadap batita mengenai cara melakukan buang air kecil dan buang air besar. Batita yang diberi pembelajaran melalui media video berkarakter dapat belajar dengan lebih baik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan memberikan video karakter tertentu pada batita, mengakibatkan mereka akan lebih mampu mempersonalisasikan karakter tersebut (Calvert et al., 2014). Model video mempromosikan kemandirian melalui pengembangan ketrampilan yang sesuai dengan interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa (Feldewerth, 2014). Dari 48 toddler, 16 anak diberikan video berkarakter personal, 16 diberikan video non karakter personal, dan 16 anak sebagai kelompok kontrol menunjukkan bahwa anak yang diberikan video berkarakter personal menunjukkan keterampilan belajar yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok yang lain (Calvert et al., 2014). Perawat profesional memiliki peran sebagai edukator. Dalam keperawatan anak, perawat berperan melakukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Optimalisasi tumbuh kembang anak adalah salah satu area promosi kesehatan dalam keperawatan anak. Optimalisasi keterampilan buang air kecil dan buang air besar merupakan upaya yang dapat dilakukan karena melewati fase toilet training dan memperoleh keterampilan buang air kecil dan buang air

6 6 besar merupakan tugas perkembangan anak pada masa batita yang harus dicapai dengan baik (Damayanti, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magaretha (2012) tentang video self modeling di Banyumas, menjelaskan bahwa masih perlu penelitian lanjutan mengenai penggunaan video modeling untuk keterampilan spesifik seperti buang air kecil dan buang air besar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas pada tanggal 16 Januri 2015 menjelaskan bahwa program deteksi tumbuh kembang anak sudah dilakukan namun tidak termasuk pada keterampilan buang air kecil dan buang air besar. Deteksi tersebut sejauh ini sebatas untuk skrining apabila ada yang mengalami penyimpangan untuk dirujuk ke pelayanan kesehatan. Belum ada upaya promosi kesehatan terkait dengan keterampilan buang air kecil dan buang air besar di Kabupaten Banyumas. Upaya promosi terkait dengan keterampilan buang air kecil dan buang air besar semestinya masuk ke dalam program stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK), karena keterampilan buang air kecil dan buang air besar merupakan salah satu tugas perkembagan anak yang penting. Purwokerto Barat merupakan kecamatan dengan hasil program stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) tidak mencapai target. Pencapaian SDIDTK Balita Puskesmas Purwokerto Barat menempati peringkat 5 terendah, yaitu sebesar 36.93% dari target Dinas Kesehatan Banyumas sebesar 95% (Dinas Kesehatan Banyumas, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas pada 13 Januari 2015, pada dasarnya toilet training telah masuk ke dalam kurikulum pendidikan anak usia dini di Kabupaten

7 7 Banyumas. Implementasi toilet training tersebut masih sebatas cara konvensional yang telah dilakukan oleh guru, yaitu dengan teknik lisan, karena belum dilakukan pengembangan materi dan media toilet training. Taman Penitipan Anak (TPA) dan Playgroup Putra Harapan Purwokerto merupakan lembaga pendidikan terpadu yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas yang berbasis pada pendidikan agama dan teknologi. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di TPA dan Playgroup Terpadu Putra Harapan Purwokerto, memiliki 66 siswa, yang terdiri dari siswa TPA sebanyak 40 anak dan playgroup sebanyak 26 anak. Dari jumlah tersebut, anak yang berusia bulan sebanyak 21 anak. Informasi dari kepala sekolah playgroup dan TPA menyatakan bahwa kebanyakan anak yang masuk ke TPA belum memiliki keterampilan buang air kecil dan buang air besar dan masih menggunakan diapers. Sering dijumpai anak yang masih mengompol saat pembelajaran berlangsung, baik di playgroup maupun TPA. Para guru dan pengasuh berupaya melatih dengan melepas diapers dan mengajak anak untuk buang air kecil dan buang air besar di toilet. Belum ada metode khusus untuk melatih keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak, selama ini hanya berdasarkan pengalaman guru dan pengasuh dengan teknik lisan. TPA dan Playgroup Generasi Nusantara juga terletak di wilayah Purwokerto yang memiliki karakter serupa dengan TPA dan Playgroup Putra Harapan, yaitu berada di wilayah Kota Purwokerto, telah terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, serta merupakan lembaga pendidikan terpadu antara TPA dengan playgroup. TPA dan Playgroup Generasi Nusantara memiliki jumlah peserta didik sebanyak 80 anak dengan jumlah anak usia 2-3 tahun sebanyak 19 anak.

8 8 Pelaksanaan toilet training di TPA dan playgroup Generasi Nusantara tidak jauh berbedan dengan pelaksanaan di TPA dan Playgroup Putra Harapan, yaitu menggunakan teknik lisan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model video terhadap keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada anak usia batita. B. Rumusan Masalah Keterampilan buang air kecil dan buang air besar merupakan keterampilan yang harus dipenuhi pada fase batita dalam rangka memenuhi tugas perkembangan anak. Berbagai metode dan pengembangan media telah dilakukan dalam rangka optimalisasi perkembangan anak dalam keterampilan buang air kecil dan buang air besar. Metode terbaru yang dianggap efektif untuk toilet training adalah dengan model video. Namun, penelitian mengenai model video masih terbatas pada anak autis dan belum dikembangkan untuk pencapaian keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada anak normal. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh model video terhadap keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada anak usia batita?

9 9 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model video terhadap keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada anak usia batita. 2. Tujuan khusus: a. Mengidentifikasi perbedaan keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak usia batita sebelum dan sesudah diberikan toilet training dengan teknik model video dan dengan teknik lisan. b. Membandingkan peningkatan keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak usia batita pada masing-masing kelompok dengan model video dan teknik lisan c. Mengidentifikasi pengaruh faktor usia anak, jenis kelamin, penggunaan diapers, pendidikan orangtua, keadaan sosial ekonomi orangtua, serta teknik asuhan orangtua terhadap peningkatan keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak usia batita. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan penggunaan model video dalam keterampilan buang air kecil dan buang air besar anak usia batita serta dapat menjadi referensi keilmuan dalam pengembangan metode toilet training.

10 10 2. Manfaat praktis a. Keperawatan Hasil penelitian berupa model video diharapkan dapat digunakan dalam keperawatan sebagai upaya promosi untuk optimalisasi tumbuh kembang terutama anak usia batita pada aspek keterampilan buang air kecil dan buang air besar, sehingga perawat dapat memenuhi salah satu perannya sebagai edukator. b. Peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian mengenai pengembangan metode dan media toilet training pada anak usia batita. c. Masyarakat dan keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua bahwa dalam memberikan toilet training pada anak usia batita dapat dilakukan dengan model video. d. Lembaga pendidikan usia dini dan daycare Sebagai referensi untuk memberikan pembelajaran toilet training di sekolah dengan menggunakan model video. E. Keaslian Penelitian 1. Keen et al. (2007) meneliti penggunaan model video toilet training untuk melatih kontrol buang air kecil pada 5 anak laki-laki dengan autisme. Sebagian anak diberi perlakuan dengan diajarkan keterampilan buang air kecil

11 11 menggunakan model video dan strategi operant conditioning, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi strategi operant conditioning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi berkemih di kamar mandi pada kelompok dengan perlakuan model video dan strategi operant conditioning lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi strategi operant conditioning. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian model video berdampak positif terhadap keterampilan buang air kecil anak autis. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terdapat pada variabel terikat berupa keterampilan buang air kecil, salah satu variabel bebas berupa model video, serta merupakan penelitian intervensi dengan menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Keen et al. menggunakan subjek penelitian anak autis, sedangkan pada usulan penelitian ini, subjek penelitian adalah anak usia batita (Keen et al., 2007). 2. Nikopoulos & Canavan pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai dampak model video sebagai stimulus bagi anak autis untuk melakukan keterampilan menjalankan perintah sederhana seperti membersihkan mainan. Hasilnya menunjukkan bahwa anak mampu mengembangkan keterampilan menjalankan perintah sederhana. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas yang digunakan yaitu model video dan variabel terikat yang diharapkan berupa skill atau keterampilan yang diperoleh dari proses belajar observasi. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan anak autis, sementara pada penelitian ini

12 12 menggunakan anak usia batita. Selain itu, perbedaan terletak pada keterampilan spesifik yang diukur. Pada penelitian tersebut keterampilan yang diukur adalah keterampilan menjalankan perintah sederhana secara umum, sementara pada penelitian ini keterampilan yang diukur adalah keterampilan buang air kecil dan buang air besar (Nikopoulos & Canavan, 2009). 3. Margaretha pada tahun 2012 meneliti efektivitas video self modeling terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak autis di Karesidenan Banyumas. Penelitian tersebut menggunakan disain kuantitatif dengan single subjek. Sampel pada penelitian tersebut adalah 3 orang anak autis yang diberi perlakuan edukasi menggosok gigi dengan menggunakan video self modeling. Peneliti menggunakan satu kelompok perlakukan tanpa kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan video self modeling, keterampilan menggosok gigi pada anak autis lebih baik. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat berupa pembelajaran dengan menggunakan model video. Persamaan lain terletak pada hasil yang diharapkan adalah keterampilan anak dengan menggunakan model video. Perbedaan penelitian terdapat pada subjek penelitian, variabel terikat yang diukur, serta penggunaan kelompok kontrol. Subjek pada penelitian yang dilakukan oleh Margaretha adalah anak autis, sementara subjek pada penelitian ini adalah anak usia batita. Margaretha mengukur keterampilan anak autis dalam menggosok gigi, sementara pada penelitian ini adalah keterampilan buang air kecil dan buang air besar Margaretha menggunakan kelompok tunggal dalam intervensi, sementara penelitian ini

13 13 merupakan penelitian intervensi dengan kelompok kontrol (Margaretha, 2012). 4. Calvert et al. (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian video berkarakter personal terhadap keterampilan anak dalam karakteristik interaktif personal. Hasilnya menunjukkan bahwa toddler yang diberi intervensi memiliki keterampilan belajar dalam karakter interaktif lebih baik. Penelitian tersebut melibatkan 48 anak toddler yang dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakukan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada disain penelitian yang merupakan penelitian intervensi dengan kelompok kontrol, menggunakan anak usia toddler atau batita sebagai subjek penelitian, serta memiliki variabel bebas berupa intervensi dengan menggunakan video. Perbedaan penelitian terletak pada variabel terikat atau hasil yang diharapkan. Calvert menggunakan variabel terikat karakter interaktif anak, sedangkan variabel terikat pada rancangan penelitian ini adalah keterampilan buang air kecil dan buang air besar. Persamaan dan perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam Tabel 1.

14 14 Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama peneliti/ tahun Keen et al. (2007) Nikopoulos & Canavan (2009) Judul penelitian Toilet Training for Children with Autism: The Effects of Video Modeling Generalized Effects of Video Modeling on Establishing Instructional Stimulus Control in Children With Autism Results of a Preliminary Study Disain penelitian Hasil Persamaan Multiple baseline Frekuensi 1. Variabel design between berkemih di penelitian model and across kamar mandi video groups pada kelompok 2. Menggunakan perlakuan lebih kelompok kontrol tinggi 3. Outcome yang dibandingkan diukur berupa kelompok keterampilan kontrol BAK Multiple baseline Model video Variabel penelitian across subjects mampu model video design meningkatkan keterampilan menjalankan perintah sederhana Perbedaan 1. Disain penelitian 2. Sampel penelitian adalah anak lakilaki autis dengan berbagai usia 3. Jumlah sampel 5 orang 1. Disain penelitian 2. Subjek penelitian anak autis 3. Jumlah sampel 4. Keterampilan spesifik yang diukur adalah keterampilan anak dalam melaksanakan perintah sederhana 5. Waktu follow up responden 1 bulan 6. Kelompok kontrol

15 15 Nama peneliti/ tahun Margaretha (2012) Calvert et al. (2014) Judul penelitian Disain penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Efektivitas video self modelling terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak dengan autisme spectrum disorders di Karsidenan Banyumas Subjek tunggal (single sunject experimental design) video self 1. Media modelling menggunakan meningkatkan model video keterampilan 2. Tempat penelitian gosok gigi pada anak dengan autisme spectrum disorders Personalized Interactive Characters for Toddlers' Learning of Seriation from A Video Presentation Quasi experimental with pretest and post test control group design Video 1. Subjek penelitian 1. Disain penelitian berkarakter anak usia batita 2. Hasil belajar yang personal mampu Media video diukur adalah meningkakan 2. Disain penelitian karakter interaktif keterampilan belajar dalam karakter interaktif anak usia toddler 1. Disain penelitian 2. Subjek penelitian anak autis 3. Jumlah sampel 4. Keterampilan spesifik yang diukur adalah keterampilan menggosok gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam rentan perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). Masa anak merupakan waktu anak untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga kesehatan dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak usia sekolah. Pada masa usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,

Lebih terperinci

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER ABSTRAK Umy Kartika 1, Siti Mulidah 2, Keksi Girindra S. 3 1) Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas 2) Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti pernah mengalami ngompol yang dalam bahasa medisnya disebut enuresis. Secara sederhana definisi enuresis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung

Lebih terperinci

PENGARUH MODELING MEDIA VIDEO DAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER

PENGARUH MODELING MEDIA VIDEO DAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER PENGARUH MODELING MEDIA VIDEO DAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER Rahmatika Ammelda 1, Riri Novayelinda 2, Erwin 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KELURAHAN KAMPUNG SEWU JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga sebagai wahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada anak. Karena anak pertama kali berinteraksi dengan ibunya serta ayahnya dan anggota keluarga lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia batita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita Perkembangan kemampuan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan akan menjadi generasi penerus serta generasi masa depan bangsa. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak dimulai dari bayi, usia bermain atau toddler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi. Meskipun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia toddler adalah usia 1-3 tahun atau batita, yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat cepat, sehingga apabila mengalami hambatan maka akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak tunagrahita sering dipandang sebelah mata oleh sebagian anggota masyarakat. Mereka dianggap aneh karena menunjukkan perilaku yang tidak lazim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tuapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap kasus tunggal sehingga rancangan yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian Subjek Tunggal)

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar (BAB). Toilet training

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena anak mulai menerima berbagai macam bentuk rangsangan serta proses pembelajaran. Masa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendampingan Orangtua Keluarga merupakan suatu ikatan antara dua orang atau lebih yang terikat dalam kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan yang paling memerlukan perhatian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B Khoiro Fatim 1), Iis Suwanti 2) *Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada, Email : khoirocute@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH MODUL BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA

PENGARUH MODUL BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA PENGARUH MODUL BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA Ros Endah Happy Patriyani, Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kunci pembangunan bangsa di negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orangtua memegang peranan penting dalam merawat, mengasuh, mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Orangtua memegang peranan penting dalam merawat, mengasuh, mendidik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan setiap orangtua, karena pada dasarnya anak merupakan calon generasi penerus keturunan dalam setiap keluarga dan sekaligus sebagai pewaris

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Toilet training terdiri dari bowel control atau kontrol buang air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat yang tepat melakukan toilet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak mengalami periode kritis pada usia perkembangan di bawah 5 tahun, berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi, serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Jurnal Kesehatan Masyarakat KEMAS 9 (2) (2014) 157-166 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas PENYULUHAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MEMBERIKAN TOILET TRAINING PADA ANAK Mujahidatul Musfiroh, Beny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati 2008). Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Tumbuh kembang anak harus berjalan sejajar agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa balita, karena masa ini adalah merupakan pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan spektrum autis adalah gangguan perkembangan komplek disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American Psychiatric Association,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang dianjurkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun (enam) tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan

Lebih terperinci

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from  to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perubahan sosial budaya ternyata mempengaruhi tugas ibu dalam berkeluarga. Kini banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Toddler merupakan periode perkembangan dalam kehidupan anak antara usia 1 sampai 3 tahun (Nelson, 2000). Sigmun Frued dalam teori perkembangannya mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Pada toilet trainings

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI IBU TERHADAP KESIAPAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI DESA SUKORENO SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI IBU TERHADAP KESIAPAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI DESA SUKORENO SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI IBU TERHADAP KESIAPAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI DESA SUKORENO SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NUR DIAH RAHMAWATI 201110201038 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ABSTRAK

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TEKNIK MODELLING VIDEO DAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN TOILET TRAINING ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU SATRIA HASANUDIN SEMARANG Intan Puspitasari*), Sri Hartini** ), Ulfa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsanganyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempertahankan keluarga (Biresaw, 2014). Pernikahan dapat terjadi pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempertahankan keluarga (Biresaw, 2014). Pernikahan dapat terjadi pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan sosial yang menyatukan orang dalam satu bentuk ketergantungan khusus untuk tujuan membentuk dan mempertahankan keluarga (Biresaw,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. standar dan ekspektasi individu tersebut (WHO, 1993). Pengukuran kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. standar dan ekspektasi individu tersebut (WHO, 1993). Pengukuran kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap kedudukannya dalam sistem nilai dan budaya dimana dia tinggal yang berhubungan dengan tujuan, standar dan ekspektasi

Lebih terperinci

Wiwik Agustina 1 dan Rendi Feri Sapta

Wiwik Agustina 1 dan Rendi Feri Sapta TIGA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEGAGALAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Three Dominant Factor that Affect the Failure of Toilet Training in Children Aged 4-6 Years) Wiwik Agustina 1 dan Rendi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena perkembangan anak pada fase awal akan mempengaruhi perkembangan pada fase selanjutnya. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan balita akibat gizi buruk masih menjadi perhatian dunia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi kejadian gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat,

Lebih terperinci

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA BEJI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Ima Syamrotul M

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan terus berkembangnya lembaga PAUD, seperti Taman Kanak- kanak (TK),

Lebih terperinci

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, !1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa periode anak merupakan masa yang penting dalam proses tumbuh kembangnya. Dalam masa ini diupayakan mampu berjalan dengan optimal agar kelak dewasa nanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stimulasi perkembangan sangat dibutuhkan oleh anak. Stimulasi perkembangan pada anak harus sesuai dengan tugas perkembangannya. Sesuai denganpetunjuk yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah

Lebih terperinci

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampaknya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Growth, Development. This study aims to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan berlokasi di Kalangan, Baturetno, Bangutapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, untuk mempersiapkan generasi yang kompeten diperlukan pendidikan dan pengarahan. Pendidikan dan pengarahan harusnya

Lebih terperinci

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN DIAPER ANAK PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK USIA TODDLER DI KAMPUNG NGADIMULYO PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : UPAYA MENINGKATKAN ASPEK SOSIAL ANAK AUTIS DENGAN PELATIHAN TERAPI BERMAIN KELOMPOK BAGI GURU TAMAN BERMAIN (PLAY GROUP) DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS EFFORTS TO IMPROVE SOCIAL ASPECTS OF CHILDREN

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *) STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO Sarmini Moedjiarto *) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti PAL. 2. Mahasiswa yang mengikuti PAL mempunyai persepsi yang baik tentang PAL. 3.

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG STIMULASI TOILET TRAINING

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG STIMULASI TOILET TRAINING PENGARUH PENYULUHAN TENTANG STIMULASI TOILET TRAINING TERHADAP PERILAKU DALAM TOILET TRAINING PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TODDLER DI DUSUN PUNDUNG NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training ( Pelatihan Buang Air ) Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci