Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN ASPEK SOSIAL ANAK AUTIS DENGAN PELATIHAN TERAPI BERMAIN KELOMPOK BAGI GURU TAMAN BERMAIN (PLAY GROUP) DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS EFFORTS TO IMPROVE SOCIAL ASPECTS OF CHILDREN AUTISM WITH TRAINING GROUP PLAY THERAPY FOR TEACHER PLAY GROUP IN THE DISTRICT KEMBARAN, BANYUMAS. Nur aeni 1, Dyah Siti Septiningsih 2 1, 2 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jl. Raya DukuhWaluh, PO BOX 202 Purwokerto Telp. (0281) ext nur_aeni126@yahoo.co.id, 2 dyah_nieng@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk : a) Memberikan pengetahuan teoritis tentang Anak Autis b) Memberikan pengetahuan teoritis tentang cara mendidik Anak Autis, c) Memberikan pelatihan cara mengidentifikasi perilaku aspek sosial Anak Autis, d)memberikan pelatihan Terapi Bermain Kelompok sebagai upaya meningkatkan kemampuan sosial anak autis.target khusus dari kegiatan ini adalah berupa: a) peningkatan kemampuan teoritis tentang pengetahuan teoritis tentang Anak Autis, b) peningkatan kemampuan teoritis tentang cara mendidik Anak Autis, c) kompetensi dalam melakukan terapi bermain kelompok sebagai upaya meningkatkan aspek sosial anak autis. Kegiatan pendidikan dan pelatihan ini dilakukan dengan metode ceramah untuk mengedukasi tentang anak autis secara teoritis dan terapi bermain kelompok. Kegiatan dievaluasi untuk memotret pemahaman teoritis dari hasil edukasi dan pemilikian kemampuan khusus dalam menangani anak autis dengan terapi bermain kelompok. Kata Kunci : Autis, Terapi Bermain Kelompok ABSTRACT This activity aims to: a) Providing theoretical knowledge about Autistic Child, b) Providing theoretical knowledge about how to educate Autistic Children, c) Provide training in how to identify the behavior of the social aspects of Autistic Children, d) Providing training Play Therapy Group as an effort to improve the social skills children special autis.target of these activities is either: a) an increase in theoretical capacity of theoretical knowledge of autistic Children, b) increase the capacity theoretically about how to educate autistic Children, c) competence in performing group play therapy as an effort to improve the social aspect of children with autism. Education and training is done with the lecture method to educate about children with autism theoretically and group play therapy. Activity was evaluated for photographing the theoretical understanding of the results of education and pemilikian special capabilities in dealing with autistic children with play therapy group. Keywords : Autism, Play Therapy Group PENDAHULUAN Sistem pendidikan di Indonesia menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan. Undang-Undang menjelaskan pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang paling rendah 85

2 saat memulai pendidikan. Pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 14 mendefinisikan Pedidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Wiyani (2014) mengatakan Anak yang berusia 0 hingga 6 tahun digolongkan dengan Anak Usia Dini yang terbagi menjadi 3 tahapan yaitu masa bayi (0-12 bulan), masa kanak-kanak/ batita (1-3 tahun) dan masa prasekolah (3-6 tahun). Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih dikenal dengan singkatan PAUD terdiri dari pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal. Diperjelas dalam Pasal 28 ayat 4 yang menyebutkan bahwa Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Undang-Undang Bab IV pasal 5 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Efendi (2006) mendefinisikan Anak Berkebutuhan khsusus adalah anak yang dianggap memiliki kelainan/ penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Berdasarkan Undang-Undang diatas sudah jelas bahwa seluruh warga negara tanpa terkecuali mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus merupakan warga negara yang memiliki hak yang sama, pendidikan yang khusus adalah pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kelainan seperti yang dijelaskan diatas. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak autis. Secara istilah Autis didefinisikan sebagai gangguan pada anak yang ditandai munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial dan perilakunya (Veskarisyanti, 2008). Pengertian anak Autis secara sederhana yaitu sikap anak yang cenderung suka menyendiri karena terlalu asyik dengan dunianya sendiri (Wiyani, 2014). Secara umum anak autis memiliki hambatan utama yaitu kemampuan sosialnya, sehingga perkembangan lainnya akan ikut terhambat seperti komunikasi interpersonal, team work, dsb. Karena hambatan kemampuan sosial yang berakibat pada kemampuan lainnya, maka untuk menangani anak autis tidaklah mudah. Pendidik perlu memiliki kompetensi khusus untuk mengurangi hambatan sosialnya. Jumlah Peserta didik penyandang Autis di Kelompok Bermain ( Play Group) di Kabupaten Banyumas ada 11 anak, yang tersebar di Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Sokaraja dan Kecamatan Purwokerto barat. Sementara pendidik yang mengajar di Kelompok Bermain (Play Group) tidak memiliki keahlian dalam menangani Anak Berkebutuhan Khusus terutama Anak Autis. Pelayanan yang seharusnya diberikan jika memiliki peserta didik anak autis menurut Wiyani (2014) bisa dengan mengajarkan anak tentang bagaimana belajar dari lingkungan yang normal, agar anak dapat membangun kemampuan sosialnya. Oleh sebab itu maka diperlukan berbagai macam terapi untuk menanganinya Salah satu upaya untuk melatih kemampuan sosial anak autis yaitu dengan terapi bermain. Menurut Veskarisyanti (2008) terapi bermai n adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang efektif, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Penelitian terkait efektifitas terapi bermain telah dilakukan oleh Chusairi, Hamidah dan Leonardi (2005 ) dengan melakukan eksperimen terhadap 11 orang subyek penyandang autis dengan treatmen terapi bermain kelompok. Hasilnya menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial. Hasil eksperimen tersebut dianggap efektif dengan nilai z = Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara mean skor kemampuan dan keterampilan sosial sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain Di Indonesia hanya jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus untuk siswanya, baik dengan sistem segregasi maupun inklusi. Pendidikan khusus dengan sistem segregasi meliputi TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sistem inklusi meliputi sekolah biasa yang menerima anak berkebutuhan khusus di semua jenjang. Sedangkan pendidikan non formal yang meliputi Kelompok Bermain (Play Group) dan Taman penitipan Anak (TPA) tidak ada Pendidikan khusus. Permasalahan muncul ketika Kelompok Bermain (Play Group) dan Taman penitipananak (TPA) memiliki peserta didik yang memiliki kelainan. Disisi lain pendidik yang mengajar tidak memiliki keahlian dalam memberikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Informasi mengenai lulusan pendidik di Salah satu PAUD yang ada di Purwokerto yaitu PAUD Sinar Mentari. Kepala PAUD Sinar Mentari mengatakan bahwa 86

3 pendidik Play Group tidak ada yang berasal dari lulusan Psikologi maupun PLB. Disamping itu belum ada pelatihan untuk menangani anak Berkebutuhan khusus bagi pendidik di PAUD Sinar Mentari. Untuk memenuhi sumberdaya manusia yang kompeten dalam keahlian khsusus maka bisa dilakukan dengan metode pelatihan.wexley dan Yulk (Mangkunegara, 2004) menjelaskan bahwa pelatihan dan pengembangan adalah sesuatu yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang dilaksanakan untuk mencapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap karyawan atau anggota organisasi. Menurut Sikula ( Martoyo, 2006) pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana para karyawan non-manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan kegiatan ini adalah : a) Memberikan pengetahuan teoritis tentang Anak Autis, b) Memberikan pengetahuan teoritis tentang cara mendidik Anak Autis, c) Memberikan pelatihan cara mengidentifikasi perilaku aspek sosial Anak Autis, d) Memberikan pelatihan Terapi Bermain Kelompok sebagai upaya meningkatkan kemampuan sosial anak autis. Kelompok sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan ini adalah pendidik Taman Bermain (Play Group) dantaman Penitipan Anak (TPA)yang tergabung dalam HIMPAUDI (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia) Kabupaten Banyumas, sedangkan metode yang digunakan adalah: 1. Ceramah, yaitu untuk memberi pengetahuan teoritis tentang Anak Autis. 2. Tanya jawab, digunakan untuk saling bertukar pengalaman antar pendidik Taman Bermain ( Play Group) Dan Taman PenitipanAnak (TPA) yang menjadi peserta pelatihan dalam menangani peserta didik Anak Autis. 3. Pelatihan untuk penerapan Terapi Bermain Kelompok sebagai upaya meningkatkan kemampuan sosial anak autis. Kegiatan dilakukan secara bertahap yang masing-masing pentahapannya sebagai berikut : Tabel 1 Tabel kegiatan KEGIATAN Persiapan Penyusunan materi ceramah Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan Evaluasi MATERI Koordinasi dengan mitra Anak Autis dan Terapi Bermain Kelompok Anak Autis Cara mendidik Anak Autis Terapi Bermain Kelompok untuk Anak Autis Alat evaluasi Laporan kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan pada pemberian pengetahuan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. Sedangkan pemberian pelatihan terapi diberikan dalam bentuk praktek dalam ruangan. Peserta yang mengikuti kegiatan ini ada 30 orang peserta. Pada kegiatan ini ada 12 orang yang menanyakan tentang materi yang diberikan oleh nara sumber. Seluruh peserta pada umumnya terlihat antusias dengan materi dan praktek yang disampaikan oleh nara sumber. Peserta menyarankan agar kegiatan yang diadakan bisa diberikan kembali dilain waktu dengan tema Anak Berkebutuhan Khusus yang berbeda selain autis. Peserta menyadari bahwa banyak pendidik yang belum mengetahui bagaimana cara mendidik anak autis di Sekolah. Sehingga peserta kesulitan dalam menanganinya. Padahal setiap sekolah harus menerima peserta didik baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus. Pada kegiatan ini ada 30 peserta dan ada 15 orang yang menanyakan tentang identifikasi, proses hingga masalah perkembangan anak di PAUD. Salah satu pertanyaannya ialah tentang kasus Peserta didik 87

4 dengan hambatan perekembangan autis. Guru tersebut mengatakan bahwa anak tersebut sangat susah sekali untuk bisa diajak berkomunikasi serta orangtuanya yang otoriter dalam mendidik anaknya. Dari pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menangani anak dengan hambatan perkembangan autis. Diskusi dilakukan dalam menanggapi pertanyaan peserta. Solusi yang aplikatif diberikan dan disesuaikan dengan karakteristik hambatan peserta didik di PAUD. Luaran kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan teoritis tentang anak autis, dibuktikan dari 30 peserta menunjukan bahwa ada 70 % (21 peserta) yang meningkat pengetahuannya tentang anak autis yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, selebihnya 30 % (9 Peserta) menyatakan sudah tahu sebelumnya tentang anak autis. Peserta juga menyatakan dengan adanya kegiatan ini mereka menjadi tahu cara mendidik anak autis 90 % (27 peserta) dan selebihnya 10 % (3 peserta) memang sudah tahu tentang cara mendidik anak autis. Semua peserta yang berjumlah 30 pendidik (100 %) belum pernah memberikan treatmen berupa terapi bermain kelompok kepada anak autis sebagai upaya untuk meningkatkan aspek sosialnya, karena mereka baru tahu setelah adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Ibm dari Fakultas Psikologi UMP. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan pelatihan terapi bermain kelompok untuk pendidik PAUD sebagai upaya meningkatkan aspek sosial anak autis dapat memberi kontribusi yang penting untuk peserta secara langsung dan bagi anak autis secara tidak langsung. Hal ini juga dikuatkan dengan adanya saran dari sebagian besar peserta yaitu adanya follow up dari kegiatan ini, seperti di lain waktu perlu adanya kegiatan yang serupa dengan tema yang berbeda, karena mereka menjadi mendapat gambaran dan pengalaman tentang bagaimana cara melayani anak autis di sekolah PAUD masing-masing. KESIMPULAN Keberhasilan guru ialah ketika bisa memberikan ilmunya baik dalam bentuk aplikatif maupun pengetahuan. Kemampuan guru dalam mendidik anak berkebutuhan khusus sangat tergantung pada keahliannya serta latar belakang pendidikannya. Pelatihan yang telah diselenggarakan ini sangat bermanfaat bagi peserta. Hal ini dibuktikan dengan kesan dan pesan yang positif serta keinginan adanya follow up yaitu agar kedepan pada saat yang lain agar diadakan pelatihan yang serupa dengan tema yang lebih beragam agar guru mampu mendidik peserta didik yang heterogen khususnya anak yang memiliki kebutuhan khusus (anak berkebutuhan khusus). Luaran kegiatan ini adalah peserta meningkat pengetahuan teoritisnya khususnya tentang Anak Autis. Peserta pelatihan juga dapat meningkat pengetahuan teoritisnya khususnya tentang bagaimana cara mendidik Anak Autis. Peserta pelatihan menjadi tahu bagaimana memberikan perlakuan kepada anak yang berkebutuhan khusus, misalnya menggunakan Terapi Bermain Kelompok sebagai upaya meningkatkan aspek sosial anak autis. DAFTARPUSTAKA Chusairi, A., Hamidah & Leonardi., (2005). Efektivitas Terapi Bermain Sosial Untuk MeningkatkanKemampuan Dan Keterampilan Sosial Bagi Anak Dengan Gangguan Autism. Jurnal Media INSAN Media Psikologi Volume : 7 - No Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara Mangkunegara, A. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Martoyo, S., (2006), Managemen Tenaga Kerja, Rancangan dalam Pendayagunaan dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Veskarisyanti, G., (2008). Dua Belas Terapi Autis. Yogyakarta: Pustaka Anggrek. 88

5 Wiyanti, N., (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Ar-Ruz Media 89