3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005"

Transkripsi

1 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya inflasi tersebut terutama disebabkan oleh tingginya kenaikan harga BBM bulan Oktober 2 serta masih meningkatnya harga volatile foods karena gangguan pasokan dan distribusi barang dan jasa akibat kelangkakan BBM di berbagai daerah. Peningkatan ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh penerapan kebijakan menaikkan harga BBM menjadi penyebab utama terjadinya peningkat pada inflasi inti di triwulan IV-2. Sementara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan IV-2 bergerak cukup stabil dengan kecenderungan menguat pada bulan terakhir. Beberapa faktor positif yang menyebabkan penguatan nilai tukar tersebut antara lain membaiknya kinerja neraca pembayaran, masuknya aliran dana portofoio asing serta masih tingginya perbedaaan suku bunga (interest rate differential) antara suku bunga dalam negeri terhadap luar negeri dan adanya»honeymoon effect» dari pengumuman reshuffle kabinet. Dalam upaya mengendalikan sekaligus merespons tekanan inflasi dan mempertimbangkan faktor risiko yang dihadapi dalam jangka pendek, strategi kebijakan moneter cenderung ketat terus dilanjutkan pada triwulan IV-2. Dalam triwulan laporan, BI Rate telah dinaikkan sebanyak 3 kali (kumulatif sebesar 27 bps) dan diperkuat dengan langkah optimalisasi pengelolaan likuiditas rupiah jangka pendek, yang pada gilirannya mendukung upaya stabilisasi nilai tukar. Sementara itu dari sisi operasional moneter, beberapa upaya penyempurnaan pengelolaan likuiditas rupiah pada triwulan IV-2 telah dilakukan melalui dinaikkannya remunerasi GWM, penataan berbagai suku bunga instrumen moneter agar selaras dengan BI Rate, penggunaan instrumen fine tune ekspansi (FTE) dan standing deposit facilities melalui pengaktifan kembali instrumen FASBI O/N. Dengan upaya-upaya tersebut pengelolan likuiditas selama triwulan IV-2 secara umum membaik seperti tercermin dari tetap konvergennya penawaran perbankan dalam lelang SBI 1 bulan pada level BI Rate. Kenaikan BI Rate pada periode laporan telah diikuti oleh kenaikan suku bunga maksimum penjaminan deposito yang kemudian ditransmisikan melalui naiknya suku bunga deposito perbankan dan suku bunga kredit, meski masih dalam skala yang sangat terbatas. Kenaikan suku bunga deposito tersebut telah mendorong semakin meningkatnya volume deposito, baik yang bersumber dari pengalihan portofolio dalam bentuk surat berharga seperti SUN dan reksa dana, maupun antar komponen simpanan seperti tabungan. Sementara itu kenaikan suku bunga kredit belum cukup kuat mempengaruhi perkembangan volume kredit. Di pasar keuangan,

2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2 kenaikan suku bunga turut berkontribusi pada pelemahan kinerja pasar modal dan pasar utang. INFLASI Inflasi IHK selama triwulan IV-2 meningkat tajam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi IHK pada akhir triwulan IV-2 mencapai 17,11% (y-o-y), jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 9,6% (y-o-y). Berdasarkan kelompok barang, tingginya inflasi IHK terutama terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi (sebesar 44,7%), kelompok perumahan (13,94%), kelompok bahan makanan (13,91%) 1, serta kelompok makanan jadi, minuman dan rokok (13,71%). Dilihat dari faktor penyebabnya, tingginya tekanan inflasi terutama disebabkan faktor non-fundamental berupa kenaikan inflasi kelompok administered prices hingga mencapai 42,1% (yoy) akibat kenaikan harga BBM bulan Oktober 2, serta meningkatnya inflasi volatile foods sebesar,18% (yoy) karena terjadi gangguan pasokan serta distribusi barang dan jasa akibat dampak kelangkaan BBM di berbagai daerah. Sementara itu, inflasi inti (core inflation) pada akhir triwulan IV-2 tercatat sebesar 9,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy) (%) y-o-y (%) y-o-y IHK Inti (exclusion) Volatile Food Administered (kanan) Grafik 3.1 Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods Tingginya inflasi IHK dari kelompok harga yang diatur Pemerintah (administered prices) ) pada triwulan IV-2 tidak terlepas dari dampak kenaikan harga BBM. Membengkaknya subsidi BBM sebagai akibat peningkatan harga minyak internasional di tengah kondisi terbatasnya kemampuan keuangan negara serta adanya keinginan pemerintah untuk mengalokasikan subsidi BBM agar lebih tepat sasaran, memaksa Pemerintah untuk menaikkan harga BBM dengan rata-rata kenaikan sekitar 1% pada tanggal 1 Oktober 2. Kenaikan harga BBM tersebut disamping berdampak langsung (first round) pada inflasi sebesar 3,47%, juga memberikan dampak lanjutan (second round) berupa kenaikan tarif angkutan sebesar 2,7% sehingga secara keseluruhan meningkatkan inflasi sebesar,4%. Inti Volatile Administered Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi 1,9 3,6 1,32,42 6,4,62 4, 8,4 9,41 6,69, Grafik 3.2 Sumbangan Disagregasi Inflasi 42,1 Desember 2(Inflasi IHK 17,11%, yoy) Desember 24(Inflasi IHK 6,4%, yoy) %(yoy) Sementara itu, inflasi volatile foods meningkat dari 12,% (yoy) pada triwulan III-2 menjadi,18% (yoy) pada triwulan IV-2. Tingginya inflasi kelompok volatile foods didorong oleh peningkatan harga bahan makanan, terutama beras dan bumbu-bumbuan, yang disebabkan oleh gangguan pasokan dan distribusi di berbagai daerah, maupun kenaikan biaya transportasi yang terkait dengan penyesuaian harga BBM Oktober 2. Selain gangguan di sisi suplai, peningkatan harga bumbu-bumbuan terutama komoditas cabe merah juga diakibatkan oleh peningkatan permintaan di tengah 1 Walaupun bahan makanan tercatat mengalami deflasi 1.34% (mtm) pada bulan Desember 2, namun secara year-on-year mengalami inflasi cukup tinggi. 16

3 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Indeks Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar 12 per. Mov. Avg. (Ekspektasi inflasi 1 bln yad) 12 per. Mov. Avg. (Ekspektasi Inflasi 3 bln yad) 12 per. Mov. Avg. (Ekspektasi Inflasi 6 bln yad) 12 per. Mov. Avg. (Inflasi Administered Prices (RHS)) Indeks Grafik 3.3 Ekspektasi Inflasi Pedagang Grafik 3.4 Ekspektasi Inflasi Konsumen %(yoy) %, yoy Survei Konsumen - BI Depresiasi Apresiasi Ekspektasi harga 6 bl ke depan IHK (yoy) Depresiasi / Apresiasi Rp/USD (LHS) Inflasi IHK IHPB Impor (yoy) yoy(%) pasokan yang terbatas akibat perubahan cuaca. Inflasi inti pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni mencapai 9,41%(yoy). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat akibat kenaikan administered prices, khususnya harga BBM, oleh Pemerintah. Hal ini tidak terlepas dari perilaku pembentukan ekspektasi di masyarakat yang lebih melihat pada realisasi inflasi IHK yang telah terjadi (adaptive inflation expectation) daripada sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah (forward looking expectation). Hasil survei konsumen dan dan survei pedagang (grafik 3.3 dan grafik 3.4) mengindikasikan terjadinya kenaikan ekspektasi inflasi tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi inti dari kesenjangan permintaan dan penawaran (output gap) diperkirakan masih relatif minimal. NILAI TUKAR RUPIAH Nilai tukar rupiah di triwulan IV-2 bergerak cukup stabil dengan kecenderungan terapresiasi terutama di bulan terakhir. Secara rata-rata nilai tukar di triwulan IV-2 mencapai Rp9.991/ USD atau terapresiasi sebesar 2,2 % dibandingkan dengan triwulan III-2. Rupiah ditutup di level Rp9.831/USD atau terapresiasi 4,% dibanding akhir triwulan sebelumnya. Dengan demikian, untuk keseluruhan tahun 2 rata-rata rupiah telah mencapai Rp9.713/USD (terdepresiasi 8,6% dibanding rata-rata 24). Sementara itu, cukup stabilnya rupiah dengan kecenderungan apresiasi ini tercermin dari tingkat volatilitas yang cenderung menurun di triwulan IV menjadi 1,19% Kestabilan nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari membaiknya kembali kepercayaan pasar menyusul kebijakan moneter dan fiskal yang telah ditempuh Bank Indonesia 2 dan Pemerintah dalam upaya memelihara stabilitas makro. 3 Kestabilan nilai tukar rupiah pada triwulan ini terutama dipengaruhi oleh kondisi internal yang membaik. Di sisi internal, Grafik 3. kestabilan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kinerja Inflasi IHK, IHPB Impor dan Nilai Tukar neraca pembayaran, imbal hasil rupiah yang masih cukup tinggi serta membaiknya kepercayaan pasar terhadap stabilitas makroekonomi. Tingginya imbal hasil penanaman dana dalam rupiah tercermin dari perbandingan nominal suku bunga domestik dengan luar Ketentuan swap hedging. 3 Bank Indonesia menempuh kebijakan di bidang moneter (kenaikan suku bunga guna meredam inflasi dan pengelolaan likuiditas rupiah yang optimal) yang dilengkapi dengan penyempurnaan ketentuan transaksi devisa (swap hedging). Sementara itu, pemerintah melakukan kebijakan fiskal melalui pengurangan subsidi BBM guna menjaga sustainabilitas fiscal yang disertai dengan kebijakan resuffle kabinet. 17

4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2 Rp/USD , 7, 7, 6, 6,,, 4, 4, 3, negeri (uncovered interest rate differential) yang mencapai TW III-2 TW IV-2 9,21%, jauh di atas negara-negara regional lainnya. Sementara TW II itu, kembali membaiknya kepercayaan pasar tercermin dari TW I TW IV perbaikan indikator risiko yaitu cenderung menurunnya kembali premi swap seluruh tenor serta menyempitnya yield sperad (Global bond Indonesia dengan US. T Note). Faktor-faktor domestik tersebut merupakan faktor penarik berlanjutnya aliran dana asing ke Indonesia. Dengan tambahan pasokan valas dari aliran dana asing tersebut, secara umum kondisi pasokan dan permintaan valas relatif membaik ditengah masih tetap tingginya Grafik 3.6 permintaan valas pelaku domestik. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Sisi permintaan valas didominasi oleh permintaan pelaku domestik terutama sektor korporasi. Secara total, permintaan valas korporasi mengalami peningkatan dibanding triwulan Volatilitas IDR (MA 26) sebelumnya. Kebijakan pemberian subsidi valas secara langsung Rata2 Volatilitas Tahunan guna keperluan impor minyak di triwulan sebelumnya berdampak 6,11 pada relatif rendahnya permintaan valas di pasar dibanding 4,24 3,3 3,97 kebutuhan aktualnya. Sementara di triwulan ini, kebutuhan impor minyak kembali dipenuhi oleh pasar sehingga cenderung meningkatkan permintaan valas. Sementara itu, permintaan korporasi lainnya relatif tidak mengalami perubahan berarti 2 sejalan dengan melambatnya pertumbuhan impor dan kegiatan Grafik 3.7 ekonomi yang mengalami perlambatan di triwulan terakhir. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Beberapa kelompok korporasi yang menunjukkan penurunan pembelian valasnya adalah industri otomotif dan industri logam. Di sisi lain, sesuai dengan polanya kebutuhan valas guna keperluan pembayaran ULN swasta di triwulan IV-2 cenderung lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata Nilai tukar 1 bulan Rata-rata harian selama 1 triwulan , Sementara itu, sisi pasokan valas masih tetap banyak ditopang oleh aliran dana asing likuid (investasi portofolio). Pasokan valas tersebut telah berperan dalam mengimbangi permintaan valas domestik. Dalam triwulan terakhir, transaksi spot bank domestik dengan pihak Global Bond R '14 (jatuh tempo 214) asing mengindikasikan adanya aliran dana bersih (net capital infllow) yang cukup tinggi setelah mengalami pembalikan yang Spread = cukup besar di pertengahan tahun. Aliran dana asing tersebut Yield Spread (214) 236 bps terutama masuk ke pasar uang dan pasar modal yang cukup likuid, dan sangat sensitif terhadap berbagai faktor sentimen pasar. Imbal hasil rupiah yang masih cukup tinggi merupakan salah satu faktor penarik aliran dana asing. Kendati beberapa Oktober Nopember Desember negara regional lainnya juga melakukan kebijakan moneter ketat Grafik 3.8 dalam rangka menekan laju inflasi, level uncovered interest rate Yield Spread Global Bond RI14 differential Indonesia masih jauh lebih tinggi bila dibanding Dengan US T-Notes Jatuh Waktu 214 negara-negara regional tersebut. US T. Note (jatuh tempo 214) Maret April Mei Juni Juli Agustus September 2 18

5 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Premi 1 M Premi 6 M Premi 3 M Premi 12 M Juta USD (Total, BUMN ) 4. Grafik 3.9 Perkembangan Berbagai Premi Swap TOTAL KORPORASI Telekomunikasi (IT) Migas (Excl. Pertamnia) Makanan BUMN Baja/Logam Otomotif GRAFIK BELUM ADA Juta USD (Baja, Otomotif,Migas, Makanan, Telekomunikasi) Nilai Bersih Nilai Tukar (juta USD) Rp/USD Inflows Outflows KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan Dalam upaya mengendalikan sekaligus merespons tekanan inflasi kedepan dan mempertimbangkan faktor risiko yang dihadapi, strategi kebijakan moneter cenderung ketat terus dilanjutkan pada triwulan IV-2. Langkah ini telah ditempuh dengan kenaikan suku bunga SBI rate secara bertahap dan terukur, khususnya untuk mengendalikan tekanan inflasi yang berasal dari meningkatnya ekspektasi inflasi. Dalam kaitan ini, pada triwulan laporan Bank Indonesia terus memperkuat sinyal kebijakan moneternya melalui peningkatan suku bunga BI Rate sebanyak 3 kali (kumulatif sebesar 27 bps) menjadi 12,7% dan diperkuat dengan langkah optimalisasi pengelolaan likuiditas rupiah jangka pendek. Sementara itu dari sisi operasional moneter, kebijakan moneter tersebut diperkuat dengan upaya penyempurnaan pengelolaan likuiditas rupiah. kebijakan dalam bentuk kenaikan renumerasi GWM, penataan berbagai suku bunga instrumen moneter agar selaras dengan BI Rate, peluncuran instrumen fine tune ekspansi (FTE), dan melalui pengaktifan kembali instrumen FASBI O/N sebagai standing deposit facilities, selaras dengan paradigma baru operasi moneter. Pengendalian inflasi juga dibarengi dengan penguatan koordinasi dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi yang beranggotakan BI dan departemen teknis untuk merumuskan beberapa langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengendalikan dampak lanjutan (second round effect) kenaikan administered prices Langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus dilanjutkan untuk mengurangi tekanan inflasi ke depan yang Aliran Dana Asing (Net) dari Transaksi Spot Nilai Tukar Rp/USD (rata-rata bulanan) bersumber dari pelemahan nilai tukar. Beberapa langkah kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah dalam upaya untuk memelihara kestabilan makroekonomi berdampak Grafik 3.1 signifikan terhadap kestabilan nilai tukar Rupiah dalam triwulan Permintaan dan Penawaran Valas IV-2. Dari sisi kebijakan moneter, dalam rangka menjaga Berdasarkan Transaksi Spot kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan penyempurnaan transaksi devisa melalui ketentuan swap hedging, serta melakukan sterilisasi valas guna mengurangi volatilitas nilai tukar di pasar dan perbaikan manajemen permintaan valas BUMN termasuk permintaan valas dari Pertamina. Sementara itu, disisi kebijakan fiskal, Pemerintah melakukan beberapa upaya untuk memelihara kestabilan dan kesinambungan fiskal sebagai respon tingginya harga minyak dunia

6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV 2 12, Indonesia Thailand 1, Philipina Korea 9,21 8, Malaysia Singapura Australia New Zealand 6, 4, 3,43 3,22 2,, -2, -4, Grafik 3.11 Suku Bunga Uncovered dan Covered Suku Bunga Penerapan kebijakan moneter yang cenderung ketat diperkuat dengan upaya untuk memperbaiki struktur suku bunga. Seiring dengan langkah menaikkan BI Rate sebanyak 3 kali (kumulatif sebesar 27 bps) menjadi 12,7%, suku bunga FASBI 7 hari juga telah dinaikkan sebanyak 2 kali dengan kumulatif sebesar 17 bps menjadi 1,7%. Sementara itu, suku bunga penjaminan simpanan pihak ketiga rupiah yang di tetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak September 2 naik hingga menjadi 13,% untuk deposito Rupiah 1 bulan sedangkan untuk deposito valas 1 bulan tetap 4,2% Ω. Penerapan kebijakan moneter yang cenderung ketat diikuti pula dengan langkah mengoptimalkan penyerapan ekses likuiditas. Terkait dengan hal tersebut Bank Indonesia telah menaikkan renumerasi GWM menjadi 6,% 4 ; menyesuaikan suku bunga FASBI 7 hari dan mengaitkannya dengan BI Rate dengan formula BI Rate 2 bps ; memperluas peran FASBI O/N sebagai standing deposit facilities 6 dengan formula BI Rate bps, sekaligus mengembalikan peran FTK sebagai instrumen liquidity adjustment non reguler; dan melakukan eksekusi perdana instrumen FTE dengan mekanisme fixed rate tender (BI Rate + 2 bps) pada 18 Oktober. Sementara itu instrumen FASBI O/N yang mulai diaktifkan kembali sejak 11 Oktober tercatat mengalami 2 kali peningkatan (kumulatif sebesar 32 bps dari akhir triwulan sebelumnya) sehingga mencapai 7,7%. Apabila sebelumnya, mekanisme penentuan suku bunga FASBI O/N ditentukan sebesar % dari suku bunga FASBI 7 hari, maka kemudian diubah menjadi predetermined rate yang mengacu pada BI Rate. Upaya yang telah ditempuh tersebut menjadikan pengelolaan likuiditas rupiah semakin membaik sebagaimana tercermin dari konvergennya suku bunga penawaran perbankan dalam lelang SBI 1 bulan pada level BI Rate. Perbaikan tersebut pada gilirannya memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar dan meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Kenaikan BI Rate pada periode laporan yang telah diikuti oleh kenaikan suku bunga maksimum penjaminan deposito kemudian ditransmisikan melalui naiknya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan suku bunga deposito perbankan. Seiring dengan kenaikan BI Rate dan suku bunga penjaminan, rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga PUAB O/N pagi dan sore pada triwulan IV-2 tercatat masing-masing sebesar 8,3% dan 7,4%, atau meningkat dari triwulan sebelumnya (6,9% dan,2%). Suku bunga deposito perbankan juga mengalami peningkatan. Pada bulan November Ω, rata-rata suku bunga deposito 1 dan 3 bulan tercatat sebesar 1,43% dan 11,46% atau masing-masing meningkat 23 dan 221 bps dari akhir September. Kenaikan biaya dana mulai ditransmisikan ke suku bunga kredit meskipun dengan laju yang terbatas. Setelah cenderung menurun sejak 23, suku bunga kredit 4 Pada September ditetapkan sebesar,%. Sejak November dinaikkan 1 bps menjadi 6,%. Sejak 12 Oktober 2. 6 Sejak 1 November 2 suku bunga FASBI O/N dikaitkan dengan BI Rate (predetermined), window yang diperpanjang, dan otomatis (sejak 11 Oktober 2). 2

7 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 13,4 13, 12,6 12,2 11,8 11,4 11, 1,6 1,2 9,8 9,4 9, 8,6 8,2 7,8 7,4 7, 6,6 6,2,8,4 21, 2, 2, 19, 19, 18, 18, 17, 17, 16, 16,,, 14, 14, 13, 13, 12, 12, perlahan naik mulai Juni (KMK) dan suku bunga dasar kredit (base lending rate) mulai Oktober mengalami akselerasi kenaikan untuk seluruh jenis kredit. Pada akhir Desember, suku bunga KMK, KI dan KK tercatat masing-masing mencapai 16,23%,,66%, dan 16,83%, atau masing-masing meningkat 282 bps, 161 bps dan 26 bps dari akhir tahun sebelumnya. Sementara itu, posisi base lending rate pada akhir Desember tercatat sebesar 16, persen meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (,86%). Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga SBI dan Deposito Dana, Kredit, dan Uang Beredar Kenaikan BI Rate yang diikuti dengan kenaikan suku bunga dana Rupiah dan Valas, selanjutnya berpengaruh pada kenaikan volume dana masyarakat. Setelah tumbuh negatif sepanjang 23-24, pertumbuhan deposito sejak awal 2 menunjukkan perkembangan yang positif. Kondisi tersebut mendorong peningkatan yang signifikan pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara agregat. Secara year to date, sampai dengan akhir 2, DPK mengalami pertumbuhan sekitar 17,1%, atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (8,4%). Di luar faktor suku bunga, hal lain seperti KMK KI KK BLR mulai pahamnya pemilik dana akan risiko investasi pada instrumen invenstasi keuangan seperti reksadana terutama paska Grafik 3.13 berbagai gejolak di pasar SUN yang terjadi pada triwulan II dan Perkembangan Berbagai Suku Bunga Kredit awal triwulan III tampaknya cukup berperan dalam mendorong berpindahnya dana-dana perorangan yang sebelumnya ditanamkan di reksa dana tersebut untuk kembali kepada jenis simpanan yang lebih bersifat konvensional, yaitu deposito di perbankan. (%, y-o-y) 3 Total DPK 3 Tabungan () (1) Depo1 < SBI1 SBI 1 bln/bi Rate* Dep 1 WA Giro Deposito SBI3 < SBI1 Jam,Dep,1 SBI 3 bln realignment () Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Sep Grafik 3.14 Pertumbuhan Dana Perbankan Kenaikan suku bunga kredit belum ditransmisikan ke dalam perlambatan pertumbuhan kredit. Secara year to date, sampai dengan akhir 2, kredit secara total mengalami pertumbuhan 22,7%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya (24,7%). Berdasarkan jenis kredit, pertumbuhan kredit tersebut terutama didominasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi. Sementara secara sektoral, kredit tersebut didominasi oleh kredit kepada sektor konstruksi dan pembiayaan konsumen. Dengan perkembangan tersebut, kredit perbankan pada 2 tumbuh sebesar 22,7% masih berada dalam kisaran proyeksi pertumbuhan penyaluran kredit di awal tahun (2-2%). Kondisi likuiditas dalam perekonomian terus meningkat seperti tercermin dari peningkatan uang beredar secara nominal. Hingga akhir 2, pertumbuhan tahunan M2 secara nominal tercatat 21

8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV Total KREDIT (RHS) gkmk (%) gki (%) gkk (%) g Total KREDIT (%) Grafik 3. Pertumbuhan Kredit Triliun Rp mencapai 16,4%, sehingga menjadi Rp1.23,3 triliun atau meningkat Rp169,7 triliun dari akhir tahun sebelumnya, jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi komponen peningkatan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan komponen M1 baik uang kartal maupun uang giral, dan kuasi Rupiah dalam bentuk deposito, serta simpanan valas. Meningkatnya simpanan berjangka selain karena kapitalisasi bunga juga diperkirakan terjadi pergeseran dari simpanan giro dan tabungan terkait dengan semakin kompetitifnya bunga simpanan berjangka yang ditawarkan oleh perbankan. Dari sisi faktor, peningkatan M2 terutama disumbang oleh masih terus berlangsungnya pemberian kredit Rupiah yang terutama digunakan untuk modal kerja dan konsumsi. Sementara kredit dalam valuta asing dengan menggunakan kurs tetap relatif stabil. Secara sektoral, kredit tersebut dimanfaatkan utamanya oleh sektor lainnya, perdagangan, perindustrian, dan jasa dunia usaha PDB M2 Riil I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.16 Pertumbuhan Ekonomi dan Likuiditas Perekonomian Pasar Modal Kebijakan moneter ketat yang tetap dilakukan selama triwulan IV 2 telah mempengaruhi perilaku para investor pasar saham. Kondisi ini tercermin dari pergerakan IHSG yang terkoreksi ketika level BI Rate dinaikkan sebesar 1 bps menjadi 11% dan kemudian naik kembali menjadi 12,7% terkait dengan pengendalian tekanan inflasi akibat kenaikan harga. Sementara itu, penurunan indeks yang terjadi pada pertengahan triwulan IV lebih dipengaruhi oleh perilaku investor yang menahan aktivitasnya terkait dengan libur panjang hari raya. Menguatnya nilai tukar rupiah pada akhir periode triwulan dan pergantian menteri bidang perekonomian memberikan sentimen positif bagi perdagangan saham sehingga dalam perkembangannya indeks komposit mengalami peningkatan sebesar 118,79 poin menjadi 1162,63. Selama Oktober Desember, aktivitas perdagangan Surat Utang Negara terlihat mengalami penurunan. Kondisi pasar yang belum normal akibat penurunan harga SUN terkait dengan redemption reksa dana menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Selain itu, keterbatasan volume penawaran karena pemegang SUN cenderung menahan portofolionya sekalipun menghadapi tingginya holding cost, di tengah permintaan yang cukup besar (namun dengan harga yang rendah), mengakibatkan minimnya transaksi yang terjadi. Sementara itu, semakin pahamnya investor terhadap arah kebijakan peningkatan policy rate dalam rangka pengendalian inflasi serta kondisi terbatasnya investor yang ingin menjual SUN-nya dengan harga saat ini mengakibatkan harga SUN secara gradual mulai meningkat sehingga yield beberapa seri SUN pada periode triwulan IV-2 cenderung mengalami penurunan. 22

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Kinerja neraca pembayaran yang mencatat surplus cukup besar telah mendukung penguatan nilai tukar

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di kawasan Asia. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di kawasan Asia. Salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di kawasan Asia. Salah satu indikator kemajuan suatu Negara adalah perekonomian. Perekonomian menjadi salah satu pondasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005 Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

abungan, baik dalam rupiah giro valuta Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa tember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) tumbuh 12,7 pada tember. Pertumbuhan M2 tersebut melambat dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang berperan diikuti dengan melemahnya permintaan terhadap komoditas migas dan nonmigas dalam

Lebih terperinci

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat BABI PENDAHULU~ 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat transaksi penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan mempengaruhi daya beli riil

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Ikhtisar Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali......, sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Perkembangan berbagai indikator

Lebih terperinci

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan perekonomian selama

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

% yoy. Jan*

% yoy. Jan* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Pertumbuhan Uang Beredar (M2) uari meningkat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.174,2 T, atau tumbuh 14,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada uari tumbuh 7,7% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) 1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci