BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
|
|
- Sukarno Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di Kabupaten Sukoharjo, dapat diambil kesimpulan dari data informan bahwa banyak ditemukan permasalahan yang dialami oleh difabel mulai dari permasalahan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, pendidikan hingga aksesibilitas. Stereotip di masyarakat yang masih memandang difabel sebagai kaum yang lemah membuat mereka termarjinalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Peminggiran kaum difabel menghambat interaksi yang leluasa antar difabel dengan masyarakat yang impactnya justru mengakibatkan rendahnya partisipasi difabel dalam forum kemasyarakatan. Terbatasnya akses difabel terhadap peluang kerja ditambah dengan minimnya soft skill yang dimiliki oleh difabel menjadi bukti bahwa mayoritas difabel masuk dalam siklus lingkaran kemiskinan yang membuat mereka menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Pemberdayaan difabel adalah salah satu upaya dari Paguyuban Sehati yang selama ini menjadi wadah bagi difabel di wilayah Kabupaten Sukoharjo untuk memberikan nafas segar bagi para difabel agar bisa mengembangkan dirinya dan memiliki kehidupan yang layak tanpa ada diskriminasi. Para difabel sangat perlu untuk meningkatkan kualitas dirinya terutama menghilangkan citra ketergantungan terhadap orang lain. Sehingga pengembangan kemandirian bagi difabel adalah salah satu program urgent baik bagi Pemerintah maupun organisasi non-pemerintah seperti LSM dan Komunitas peduli difabel untuk memberikan hak-hak difabel sebagai warga negara yang memiliki derajat yang sama dimata hukum tanpa melihat perbedaan fisik. 185
2 186 Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Paguyuban Sehati untuk meningkatkan kemandirian dalam diri difabel dengan melalui berbagai program-program yaitu (1) character building yaitu training dan motivasi, (2) kewirausahaan melalui KUBE, pelatihan ketrampilan dan expo produk, (3) sosialisasi tentang difabel, peer konseling, gender dan KDRT serta HAM, (4) pendidikan dengan sanggar inklusi, (5) advokasi untuk Jamkesmas, SIM D dan fasilitas publik, (6) partisipasi terutama dalam Musrengbangkel, dan terakhir (7) perkoperasian baik simpan pinjam maupun usaha. Pada hasilnya dampak yang diterima oleh difabel di Kabupaten Sukoharjo yang menjadi anggota di Paguyuban Sehati telah mengalami peningkatan baik dalam segi psikologi, sosial dan ekonomi. Difabel lebih percaya diri dan berpengetahuan luas karena pengalaman yang mereka dapatkan selama mengikuti kegiatan di Paguyuban. Selain itu, pandangan masyarakat juga mulai terbuka terhadap mereka dengan tidak memandang difabel sebagai kaum yang lemah. Secara ekonomi difabel juga meningkat baik dengan pekerjaan atau wirausaha yang berbasis ketrampilan baru sehingga memberikan pendapatan yang mampu menopang kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa difabel yang aktif dalam mengikuti kegiatan Paguyuban Sehati berkembang lebih mandiri dan tidak lagi menggantungkan diri mereka terhadap keluarga maupun orang lain. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Implikasi teoritis didasarkan pada teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. Dalam teori ini Parsons menjelaskan tentang empat fungsi imperatif dalam sebuah sistem yang menjadi satu kesatuan yang disebut dengan skema AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency). Parsons juga menjelaskan bahwa masyarakat adalah sebuah sistem sehingga dalam bermasyarakat harus ada empat fungsi AGIL untuk tetap memposisikan
3 187 masyarakat dalam keadaan stabil atau seimbang karena suatu sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau equilibrium. Dalam penelitian pemberdayaan difabel yang dilakukan oleh Paguyuban Sehati ini melihat teori AGIL sebagai dasar analisis bagi Paguyuban untuk menentukan arah pengembangan kemandirian bagi kaum difabel. Paguyuban Sehati menganalasis kebutuhan difabel dalam segala aspek baik psikologi, ekonomi hingga kebutuhan sosial agar bisa menyesuaikan diri sejajar dengan masyarakat non-difabel pada umumnya. Paguyuban juga menciptakan formulasi tujuan melalui visi dan misi organisasi yang direalisasikan melalui program-program pemberdayaan yang didalamnya menginternalisasi nilai serta norma melalui strategi pendidikan maupun budaya. Antara difabel dan Paguyuban juga memliki kontrol satu sama lain termasuk elemen-elemen didalam kegiatan pemberdayaan. Hasil penelitian yang menunjukkan berkembangnya kemandirian dalam diri difabel menguatkan teori struktural fungsionalisme bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Paguyuban Sehati telah memenuhi kriteria empat fungsi imperatif AGIL sehingga merujuk kearah keseimbangan sistem yang dibuat oleh Paguyuban untuk para difabel di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian menunjukkan bahwa dampak sosial yang merubah persepsi masyarakat terhadap difabel telah memberikan difabel kesempatan untuk menghapus gejolak yang membuat keseimbangan dalam masyarakat goyah. 2. Implikasi Metodologis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan merupakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus digunakan untuk memperoleh kebenaran mengenai pentingnya pemberdayaan difabel untuk peningkatan kemandirian yang dilakukan oleh Paguyuban Sehati di Sukoharjo. Penulis menggunakan teknik
4 188 pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi literatur untuk mendapatkan data yang akan dianalis. Proses dari penelitian sendiri berlangsung kurang lebih empat bulan mulai dari bulan Oktober 2015 hingga Januari Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui field note dari petikan hasil wawancara antara penulis dengan informan. Untuk memberikan data yang lebih jelas dan mendalam maka penulis juga menambahkan data observasi dan dokumentasi. Sebelum melakukan wawancara penulis membuat interview guide sebagai pedoman untuk turun lapangan mencari informasi terkait dengan pemberdayaan difabel oleh Paguyuban Sehati. Informan yang diwawancarai adalah difabel anggota Paguyuban Sehati, keluarga difabel, masyarakat difabel dan pengurus Paguyuban Sehati. Purposive sampling dipakai oleh penulis sebagai teknik pengambilan sampel yang digunakan, karena dalam menentukan informan penulis harus memilih informaninforman yang sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Dalam penelitian menggunakan trianggulasi data ( sumber) yaitu pengumpulan data menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Dengan mencari data yang sama untuk mencari kebenaran dari masalah dan mengecek kebenaran suatu informasi pada waktu dan alat yang berbeda dalam hal ini penulis memanfaatkan data dari keluarga dan tetangga difabel sebagai alat validitas data. Analisis yang digunakan model analisis interaktif dengan proses pertama pengumpulan data dilanjutkan reduksi data untuk memilih data yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian. Data kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan matriks yang akhirnya disimpulkan atau diverifikasi. 3. Implikasi Empiris Difabel adalah seseorang berkebutuhan khusus yang menjalani teknis kehidupan sehari-hari dengan cara yang berbeda karena menyesuaikan dengan keterbatasan fisik yang dimiliki oleh masing-masing difabel.
5 189 Perbedaan fisik yang dimiliki oleh difabel dengan masyarakat yang nondifabel lainya tidak menjadi bahan klasifikasi maupun kategorisasi yang menjadikan keduanya terpisah secara struktural. Difabel mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai seorang warga negara dan sebagai seorang manusia secara kodrati. Penyebab dari seseorang yang menjadi difabel bisa karena suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada otot maupun organ tubuh dan juga bisa disebabkan karena kecelakaan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep difabel hanyalah berlaku dalam segi medis tidak ada kaitanya dengan segi sosial maupun pada sisi kehidupan yang lain seperti peran dan hak dalam ekonomi, politik serta budaya. Kaum difabel di Indonesia mengalami permasalahan miris yang membuat mereka terkekang dalam lingkup kehidupan masyarakat yang kaku. Mereka hidup ditengah-tengah masyarakat yang mempersepsikan difabel sebagai kaum yang lemah dalam sistem kemasyarakatan. Kelemahan yang mereka lihat didasarkan dari keterbatasan fisik dan ketertutupan individu difabel itu sendiri. Banyak masalah yang dihadapai oleh difabel mulai dari diskriminasi, ekonomi lemah yang berujung kemiskinan hingga aksesibilitas yang tidak terjangkau bagi mereka. Perlakuan masyarakat yang belum terbuka terhadap difabel menginspirasi para difabel di Kabupaten Sukoharjo untuk mendirikan sebuah wadah yang berisikan kaum minoritas khususnya difabel agar bisa mengaktualisasikan diri mereka tanpa ada kecaman maupun pengucilan dari masyarakat yaitu Paguyuban Sehati. Setelah mengikuti berbagai kegiatan dan program-program dari Paguyuban Sehati yang menyangkut hampir seluruh sisi kehidupan difabel sehari-hari, para difabel mengalami peningkatan yang positif yaitu peningkatan kemandirian. Peningkatan tentu sesuai dengan harapan masyarakat agar para difabel tidak lagi bergantung terhadap orang lain dan memiliki power untuk melakukan perubahan dalam hidupnya.
6 190 Diskriminasi kini diharapkan tidak lagi menjadi permasalahan yang menimpa kaum minor seperti difabel, masyarakat harus lebih peduli dan bertoleransi antar sesama tanpa melihat fisik masing-masing. Kemandirian yang telah ditunjukkan oleh difabel menjadi point yang penting untuk diperhatikan mengingat dengan begini masyarakat dapat melihat kekuatan yang dimiliki oleh difabel sehingga bisa menciptakan kehidupan bermasayarakat yangs seimbang dan tertaur. C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap para difabel anggota Paguyuban Sehati di Kabupaten Sukoharjo, temuan dari penulis yang bisa menjadi masukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi para difabel pentingnya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan baik di Paguyuban Sehati maupun kegiatan diluar Paguyuban yang dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga difabel dapat memiliki mental percaya diri dan mandiri. Kedepanya difabel dapat menghilangkan ketergantungan terhadap orang lain dan memiliki kehidupan yang layak tanpa diskriminasi. 2. Bagi pihak keluarga pememberian dukungan baik dalam bentuk materi maupun non materi yang dapat mendorong difabel untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Contoh dukungan keluarga dengan mengantar difabel ketempat kegiatan yang tidak bisa dijangkau oleh para difabel. Keluarga juga harus menghilangkan pola pikir yang menganggap difabel sebagai sebuah aib yang harus ditutupi agar tidak menghambat kehidupan difabel sehari-hari. 3. Bagi masyarakat pememahaman difabel sebagai seseorang berkebutuhan khusus yang memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban sejajar sebagai sesama warga negara. Masyarakat juga mulai melibatkan para difabel dalam forum-forum
7 191 kemasayarakatan agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang rukun tanpa ada marjinalisasi. 4. Bagi pemerintah realisasi pembangunan inklusif yang melibatkan difabel sebagai obyek maupun subyek pembangunan sangat ditunggu sehingga fasilitas publik yang dibuat bisa tepat guna dan tepat sasaran. Difabel juga perlu mendapatkan perhatian khusus melalui program pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 5. Bagi Paguyuban Sehati perbaikan manajemen organisasi menjadi prioritas terutama pada bagian administrasi karena masih bersifat manual sehingga data base difabel anggota Paguyuban masih sangat lemah. Regenerasi kepengurusan harus menjadi point utama agar kedepanya Paguyuban Sehati bisa meningkatkan eksistensinya di masyarakat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Aksesibilitas Ibu Menyusui di Ruang Laktasi Solo
Lebih terperinciTh. A. Gutama Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016 ISSN : 0215/9635, Published by Lab Sosio, Sosiologi, FISIP, UNS PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN BAGI KAUM DIFABEL (Studi Kasus pada Peran Paguyuban Sehati dalam
Lebih terperinciPengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel. (Studi kasus : Peran Paguyuban Sehati Dalam Upaya Pengembangan
Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel (Studi kasus : Peran Paguyuban Sehati Dalam Upaya Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel di Kabupaten Sukoharjo) Rima Setyaningsih Rimasetyaningsih10@gmail.com
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciParentingdan perpustakaan.keenam, TA ABAH melakukan advokasi atau upaya untuk mendapatkan pengakuan ataupun dukungan dari pemerintah dan elit
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan TA ABAH adalah lembaga sosial untuk memperjuangkan hak hidup anak jalanan seperti identitas diri, kehidupan yang layak, kesehatan dan pendidikan. TA ABAH didirikan pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi berbasis komunitas atau Community Based Organization adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari komunitas dan dapat mewadahi beberapa komunitas yang ada
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG. Disusun oleh: Tim STKS Bandung
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Tim STKS Bandung BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Paradigma penanganan Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai
50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang mana jenis penelitian ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan
9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Perempuan a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. akan peneliti jelaskan terkait dengan metode penelitian, lokasi penelitian, sumber
49 BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian perlu adanya metode atau cara untuk melaksanakan suatu penelitian, karena akan berpengaruh pada penentuan pengumpulan data maupun metode analisis dari
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.
BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA
ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Kaum Difabel dapat diambil kesimpulan
Lebih terperinciKata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.
SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI PERWUJUDAN PENDIDIKAN TANPA DISKRIMINASI (Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta) Nurjanah K8409047 Pendidikan Sosiologi Antropologi ABSTRAK
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif
Lebih terperinciLAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU
LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LITERASI POLITIK KAUM DIFABEL (Studi Kasus Pada Pemilih Tunanetra Di Kabupaten Banjarnegara Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden 2014)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah SMA Negeri 4 Surakarta, yang beralamatkan di Jalan LU Adi Sucipto No 1, Kecamatan Banjarsari,
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK SIKAP
PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciPolicy Brief Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Bantul. Disajikan oleh: Rusman R. Manik
Policy Brief Menghidupkan Keberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Bantul Disajikan oleh: Rusman R. Manik 1 Latar Belakang [ 1/ 2 ] Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang berkekuatan; berkemampuan;
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. prosedur penulisan yang menghasilkan data-data deskriptif. Kata-kata tertulis atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur penulisan yang menghasilkan data-data deskriptif. Kata-kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dikarenakan yang menjadi sasaran peneliti adalah organisasi yang rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian terhadap loyalitas distributor terhadap perusahaan Multi Level
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut
Lebih terperinciPROPOSAL STUDI KASUS (Pendekatan Kualitatif)
PROPOSAL STUDI KASUS (Pendekatan Kualitatif) Sistematika Proposal KuaLIttitatif BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. FOKUS MASALAH C. RUMUSAN MASALAH D. TUJUAN PENELITIAN E. MANFAAT PENELITIAN BAB II
Lebih terperinci2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Berdasarkan kajian awal beserta berbagai pertimbangan, penelitian dilaksanakan dengan mengambil Kelompok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk mengkaji secara holistik
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciPeran Pemerintah Kota Dalam Implementasi UU No.8/2016 Ttg Penyandang Disabilitas
Peran Pemerintah Kota Dalam Implementasi UU No.8/2016 Ttg Penyandang Disabilitas Disampaikan Dra. Eva Rahmi Kasim, MDS Fungsional Analis Kebijakan Madya Kementerian Sosial OUT LINE Apa Disabilitas? Mengapa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. baik. Begitu pula dengan penelitian ini, sehingga tujuan dari penelitian ini
0 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia diperlukan suatu metode tertentu dalam agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik. Begitu pula
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Yaitu rasional, empiris, dan sistematis. 54
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (2008:24) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud membuat
42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, yakni jenis penelitian yang berupaya menggambarkan fenomena/kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Untuk mendapatkan kajian yang dapat dipertanggungjawabkan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari sekedar angka atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih mementingkan makna tidak ditentukan oleh kuantitasnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena itu negara memiliki kewajiban
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. memanfatkan sumber daya alam lokal. Aliran fungsionalisme struktural atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori struktural fungsional Peran perempuan pengrajin dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfatkan sumber daya alam lokal. Aliran fungsionalisme struktural atau sering
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi
Lebih terperinciB. Visi dan Misi Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia menetapkan Visi dan Misi sebagaimana tersebut :
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2015 DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA A. Perencanaan Perencanaan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia pada hakekatnya merupakan komitmen bersama mengenai upaya
Lebih terperinciPengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel
Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel (Studi kasus : Peran Paguyuban Sehati Dalam Upaya Pengembangan Kemandirian Bagi Kaum Difabel di Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir
43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif
Lebih terperinciPERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK
PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli
Lebih terperinciPOLICY BRIEF. Sasana Integrasi dan Advokasi difabel (SIGAB)
POLICY BRIEF KEBIJAKAN JAMINAN PEMENUHAN DAN PERLINDUNGAN HAK DIFABEL ATAS KESEHATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: PERGUB NO.51 TAHUN 2013 TENTANG JAMKESSUS DAN IMPLEMENTASINYA Sasana Integrasi dan Advokasi
Lebih terperinciPenyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial
Ringkasan terjemahan laporan Persons with Disabilities in Indonesia: Empirical Facts and Implications for Social Protection Policies (Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah Gunungkidul masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat Gambar 1.1 Difabel Dokumentasi : Vriesia Tissa Florika (2013) Istilah difable (differently Ability) muncul
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi penelitian di SMA N 7 Surakart. Lokasi dari SMA N 7 Surakarta terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good Governance dikalangan Street Level Bureaucracy (Studi pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka peneliti merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan aktif dalam upaya penanggulangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Boyband Korea (Studi pada Komunitas Safel Dance Club ) mengambil. penggemar boyband Korea di Kota Yogyakarta.
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Fanatisme Penggemar Boyband Korea (Studi pada Komunitas Safel Dance Club ) mengambil lokasi penelitian di kota
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.
BAB V PEMBAHASAN A. Peran guru bimbingan konseling dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya Pada intinya layanan bimbingan karir di SMK Negeri 8 Surabaya berjalan efektif sesuai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mempertimbangkan : 1) realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK
BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK Pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak yang berisi perjanjian-perjanjian yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sosial sesuai dengan indicator yang dijasikan penelitian.dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran serta uraian mengenai gejala sosial sesuai dengan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kota Layak Anak Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI
IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kota Layak Anak Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan terkait Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Pacitan akan dijelaskan secara mendalam menggunakan jenis penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat pesat dan tantangan perkotaan lainnya, peningkatan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan). Penelitian
Lebih terperinciBAB VI RANCANGAN PROGRAM STRATEGIK Metode Perancangan Strategi dan Program.
BAB VI RANCANGAN PROGRAM STRATEGIK 6.1. Metode Perancangan Strategi dan Program. Logical Framework Approach (LFA) adalah instrumen analitis dalam menyusun rencana yang berorientasi pada hasil/sasaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H
No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang sangat penting di Indonsia dan perlu mendapat prioritas untuk segera diatasi. Berdasarkan data Badan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta.
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gaya hidup shopaholic mahasiswa Universitas
Lebih terperinciKUESIONER 1: Berikan tanda silang (X) pada MK KKNI. Organisasi. Manajemen. Kebijakan Publik. Azas azas. Birokrasi
1 KUESIONER 1: Berikan tanda silang (X) pada MK KKNI RUMUSAN KOMPETENSI S1 Teori Organisasi Azas azas Manajemen Birokrasi Kebijakan MSDM Sektor Kepemimpin an Etika SIM Pengambilan Keputusan SAN PIAN Pelayanan
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual
APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang memakai Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Konsep A.1 Kemandirian Kehidupan manusia saat ini semakin dihadapkan dengan permasalahan kompleks. Keadaan ini menuntut setiap individu untuk mampu memecahkan permasalahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin. mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan melalui program CSR untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah deskripsi dan analisis fenomena, peristiwa,
Lebih terperinci