PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Subhanahuwata ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 dapat diterbitkan. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan profil kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena proses pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan sara elektronik/teknologi informasi. Profil Kesehatan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja penyelenggaraan standar pelayanan minimal bidang kesehatan. Walaupun Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yang responsif gender sudah diedarkan sejak akhir tahun 2010, namun mengingat ketersediaan data dari sumber data masih belum dapat terkompilasi dengan baik, maka belum seluruh data yang tersaji berbasis gender. Dengan tersedianya data profil kesehatan yang responsif gender, diharapkan dapat mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak, terutama kepada Seksi Data, Informasi, Kajian, Evaluasi dan Pelaporan yang telah menjadi koordinator dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektor terkait yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya. Kritik dan saran semua pihak selalu kami harapkan guna penyempurnaan profil kesehatan di masa mendatang. Situbondo, April 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO Drg. SOLICHIN, M.Pd.I PEMBINA UTAMA MUDA NIP i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sistematika Penyajian... 2 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SITUBONDO 2.1 Keadaan Geografis Wilayah Administrasi Kependudukan Perekonomian Pendidikan Data Umum Organisasi Struktur Organisasi... 9 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 3.1 Angka Kematian (Mortalitas) Morbiditas Status Gizi Masyarakat Gambaran Penyakit di Puskesmas BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Khusus Ketersediaan Obat Kejadian Luar Biasa dan Keracunan Makanan Perbaikan Gizi Masyarakat Perilaku Masyarakat Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar.. 86 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1 Sarana Kesehatan Tenaga Kesehatan Pembiayaan Kesehatan BAB VI PENUTUP LAMPIRAN ii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Kabupaten Situbondo... 4 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 2.3. Struktur Ekonomi Kabupaten Situbondo Per Sektor Tahun Gambar 2.4 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 2.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu Tahun Gambar 3.2 Penyebab Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 3.3 Angka Kematian Bayi Tahun Gambar 3.4. Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo Per Kecamatan Tahun Gambar 3.5. Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Gambar 3.6. Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Gambar 3.7. Cakupan Pneumonia Balita Kabupaten Situbondo Per Kecamatan Tahun Gambar 3.8 Trend Kasus DBD di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d Gambar 3.9. Perkembangan Penyakit Difteri di Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d Gambar 3.10 Trend Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 3.11 Trend Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Situbondo Tahun 2009 s.d Gambar Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 3.13 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.2 Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.3 Peta Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.5 Trend Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d iii

5 Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.8. Peta Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.9. Peta Cakupan Kunjungan Bayi Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.10 Peta Cakupan Pelayanan Anak Balita Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.11 Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.12 Hasil Program UKGS di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar Kunjungan Rawat Jalan Dan Rawat Inap Rumah Sakit Di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.15 Status Gizi Balita Berdasarkan indeks BB/U di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.16 Trend Balita BGM Berdasarkan indeks BB/U di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.17 Trend Kasus Gizi Buruk Berdasarkan Indeks BB/TB di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.18 Trend D/S Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 4.19 Trend Pencapaian Pemberian Fe1 dan Fe3 Di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d Gambar 4.20 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita Dan Ibu Nifas Tahun Gambar 4.21 Cakupan Rumah Tangga Sehat Di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Sampai Dengan Gambar 5.1 Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 5.2 Tingkat Perkembangan Posyandu Purnama Mandiri (PURI) di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 5.3. Perkembangan Desa Siaga aktif di Kabupaten Situbondo Tahun iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Kusta di Kabupaten Situbondo Tahun Tabel 3.2. Hasil Cakupan Diare di Kabupaten Situbondo Tahun Tabel 3.3 Capaian Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Tabel 4.1 Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Situbondo Tahun Tabel 4.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo Tahun Tabel 5.1 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun Tabel 5.2 Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga dan Rasio per Penduduk di kabupaten Situbondo Tahun v

7 DAFTAR LAMPIRAN Resume Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Lamp. Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 4 Lamp. Tabel 5 Lamp. Tabel 6 Lamp. Tabel 7 Lamp. Tabel 8 Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan Balita Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 AFP Rate, % TB Paru Sembuh, Dan Pneumonia Balita Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2010 HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual, DBD dan Diare Pada Balita Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 9 Persentase Penderita Malaria Diobati Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 10 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Kabupaten Situbondo Tahun 2010 vi

8 Lamp. Tabel 11 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 12 Lamp. Tabel 13 Lamp. Tabel 14 Lamp. Tabel 15 Lamp. Tabel 16 Lamp. Tabel 17 Lamp. Tabel 18 Lamp. Tabel 19 Lamp. Tabel 20 Jumlah Kasus Dan Kematian Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi Dan Bayi BBLR Yang Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Status Gizi Balita Dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4), Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Ibu Nifas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita dan Pra Sekolah, Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU&Sederajat Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, Dan KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsii Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Pelayanan KB Baru Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 21 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 22 Cakupan Bayi, Balita Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 vii

9 Lamp. Tabel 23 Lamp. Tabel 24 Lamp. Tabel 25 Lamp. Tabel 26 Lamp. Tabel 27 Lamp. Tabel 28 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Pelayanan Fe1, Fe3 Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Hasil Kegiatan Skrining dan Imunisasi TT WUS Per Puskesmas Tahun 2010 Presentase Akses Ketersediaan Darah Untuk Bumil Dan Neonatus Yang Dirujuk Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah & Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB (Menurut Jenis KLB) Yang Ditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan Dan Puskesmas, Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 29 Jumlah Penderita Dan Kematian Serta Jumlah Kecamatan, Dan Desa Yang Terserang KLB Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 30 Kejadian Keracunan Makanan Dan Minuman Serta Keracunan Lainnya Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 31 Kejadian Bencana Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 32 Lamp. Tabel 33 Lamp. Tabel 34 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Keluarga Yang Menggunakan Garam Beryodium Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 viii

10 Lamp. Tabel 35 Lamp. Tabel 36 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 38 Lamp. Tabel 39 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila Dan Usila Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 40 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 41 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes Dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 42 Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Dasar Dengan Indikator Obat Panduan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 43 Lamp. Tabel 44 Lamp. Tabel 45 Lamp. Tabel 46 Lamp. Tabel 47 Presentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Dan Persentase Polindes Menurut Strata dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah dan Persentase Poskesdes/Poskeskel Menurut Strata dan Kecamatan Kabupaten Situbondo 2010 Jumlah Dan Persentase Desa Siaga Menurut Strata Dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 ix

11 Lamp. Tabel 48 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 49 Lamp. Tabel 50 Lamp. Tabel 51 Lamp. Tabel 52 Lamp. Tabel 53 Lamp. Tabel 54 Lamp. Tabel 55 Lamp. Tabel 56 Lamp. Tabel 57 Lamp. Tabel 58 Lamp. Tabel 59 Lamp. Tabel 60 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar (Tempat Sampah dan SPAL) Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Keluarga Dengan Kepemilikan/Akses Jamban Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Sarana Pengolahan Limbah Yang Diawasi Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Tempat Umum Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Tempat Makanan Dan Depot Air Minum Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Tenaga Medis Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Tenaga Kebidanan Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 x

12 Lamp. Tabel 61 Lamp. Tabel 62 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 63 Jumlah Tenaga Gizi Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 64 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 65 Jumlah Tenaga Keteknisan Medis Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 66 Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Lamp. Tabel 67 Lamp. Tabel 68 Lamp. Tabel 69 Lamp. Tabel 70 Anggaran Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Indikator Kinerja SPM Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo xi

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV- AIDS, TB dan Malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait langsung yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut dibutuhkan adanya ketersediaan data dan Informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program, karena dengan data yang akurat maka keputusan dan perencanaan yang dibuat juga menghasilkan dampak yang baik. Salah satu produk informasi yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program adalah Profil Kesehatan. Profil Kesehatan disusun untuk memberikan gambaran kinerja sektor kesehatan yang ada di suatu wilayah, baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun dan seringkali juga dibandingkan dengan pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu indikator dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun yaitu tersedianya buku Profil baik Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam upaya mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya kesehatan melalui pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

14 Akhirnya dengan pembangunan yang lebih intensif, berkesiambungan dan merata dengan didukung oleh informasi yang tepat, maka diharapkan pembangunan kesehatan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan optimal. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo merupakan salah satu produk dari penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan yang diterbitkan sekali setiap tahunnya. Diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo dapat menyajikan data dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanaan program yang lengkap dan akurat sebagai bahan dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan program dan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan programprogram kesehatan. 1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut : Bab 1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Bab 2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Timur meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi umum lainnya. Bab 3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, angka harapan hidup dan status gizi masyarakat. Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

15 pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, anggaran kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab 6 : Penutup Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

16 BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SITUBONDO 2.1 KEADAAN GEOGRAFIS Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih. Kabupaten Situbondo terletak di posisi antara Lintang Selatan dan Bujur Timur dengan batas wilayah: Sebelah utara : Selat Madura Sebelah timur : Selat Bali Sebelah selatan : Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi Sebelah barat : Kabupaten Probolinggo Gambar 2.1. Peta Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

17 Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km² atau Ha, dan bentuknya memanjang dari barat ke timur kurang lebih 150 Km. Pantai utara umumnya merupakan dataran rendah dan di sebelah selatan merupakan dataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah kurang lebih 11 km. Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 13 kecamatan memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo, dan Kecamatan Panji. Temperatur daerah ini lebih kurang diantara 25,8-29,8 C dengan rata-rata curah hujan sebesar 994 mm mm per tahunnya sehingga daerah ini tergolong daerah kering. Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian m di atas permukaan air laut. (Sumber : Draft Profil Kabupaten Situbondo 2010) 2.2 WILAYAH ADMINISTRASI Wilayah administrasi di Kabupaten Situbondo terbagi menjadi : Kecamatan : 17 wilayah Desa/Kelurahan : 132 Desa/4 Kelurahan Dusun/Lingkungan : 660 dusun/lingkungan Rukun Warga (RW) : RW Rukun Tetangga (RT) : RT Jumlah desa terbanyak berada di Kecamatan Panji, yaitu sebanyak 12 desa dan yang paling sedikit jumlah desa di Kecamatan Banyuputih, yaitu sebanyak 5 desa. Sedangkan 4 kelurahan berada di Kecamatan Situbondo (2 kelurahan) dan Kecamatan Panji (2 kelurahan). Dari 136 desa yang ada, 33 desa diantaranya tergolong wilayah perkotaan dan 103 wilayah pedesaan. (Sumber : Draft Profil Kabupaten Situbondo 2010) Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

18 2.3 KEPENDUDUKAN Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk selain merupakan obyek juga merupakan subyek pembangunan. Berdasarkan hasil Proyeksi BPS Kabupaten, jumlah penduduk Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 mencapai jiwa yang terdiri dari penduduk laki laki dan penduduk perempuan. Angka Kepadatan penduduk Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah 401 jiwa/km 2. Dari jumlah penduduk yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo, tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Panji ( jiwa), Kecamatan Besuki ( jiwa) dan Kecamatan Panarukan ( jiwa). Sedangkan tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Banyuglugur (6.957 jiwa), Kecamatan Jatibanteng (7.717 jiwa) dan Kecamatan Mlandingan (7.953 jiwa). Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: BPS Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

19 Berdasarkan Gambar di atas diketahui bahwa kelompok umur produktif (usia tahun) di Kabupaten Situbondo masih mendominasi dengan jumlah terbanyak di kelompok usia tahun (8,1%), sedangkan kelompok bayi merupakan yang terkecil (1,5%). 2.4 PEREKONOMIAN Angka Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Situbondo tahun 2012 mencapai 6,54%, meningkat 0,23% dibandingkan tahun 2011, yakni sebesar 6.31%. Dukungan struktur ekonomi di Situbondo yang paling dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, diikuti sektor pertanian, sektor jasa dan Industri Pengolahan. Sektor yang paling kecil distribusinya bagi perekonomian Kabupaten Situbondo adalah sektor listrik, gas dan air bersih (Sumber : Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Situbondo Tahun 2012). Berikut ini disajikan diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Situbondo Per Sektor Tahun Gambar 2.3. Struktur Ekonomi Kabupaten Situbondo Per Sektor Tahun 2012 Sumber : BPS Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

20 2.5 PENDIDIKAN Berdasarkan jenjang pendidikan yang dimatkan, sebagian besar penduduk Kabupaten Situbondo adalah tamatan Sekolah Dasar/Sederajat (28,47%) dan angka melek hurufnya sebesar 79,43%, meningkat 1,19% dari tahun sebelumnya. Berikut ini disajikan diagram Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 2.4 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2011 Sumber: BPS Situbondo 2.6 DATA UMUM ORGANISASI Peraturan Bupati nomor 58 tahun 2010 tentang Uraian Tugas dan Fungsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dan 4 (empat) Kepala Bidang. Setiap bidang membawahi 3 (tiga) Kepala Seksi sesuai dengan bidangnya. Sedangkan Sekretaris dibantu oleh 3 (tiga) Kepala Sub Bagian. a. Kepala Dinas b. Sekretariat, membawahi: 1. Sub Bagian Umum Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

21 2. Sub Bagian keuangan 3. Sub Bagian Perencanaan dan Anggaran c. Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat dan Kemitraan, membawahi; 1. Seksi Promosi Kesehatan dan UKBM 2. Seksi Pembiayaan Kesehatan 3. Seksi Gizi Masyarakat d. Bidang Pembinaan Sumber Daya Kesehatan, membawahi; 1. Seksi Pengembangan Pemberdayaan SDM Kesehatan 2. Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan 3. Seksi Data, Informasi, Kajian, Evaluasi dan Pelaporan e. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, membawahi; 1. Seksi Pengamatan dan Pengendalian Penyakit 2. Seksi pemberantasan Penyakit 3. Seksi Penyehatan Lingkungan f. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi; 1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Penunjang 2. Seksi Pelayanan kesehatan Rujukan dan Khusus 3. Seksi Pelayanan Kesehatan Keluarga. g. Unit Pelaksana Teknis Dina (UPTD) terdiri dari; 1. Puskesmas 17 unit 2. Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) 1 unit Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) 1 unit 2.7 STRUKTUR ORGANISASI Dalam melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan memiliki struktur organisasi sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

22 Gambar 2.5. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO KEPALA DINAS KESEHATAN FUNGSIONAL FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAG UMUM SUB BAG PERENCANAAN & ANGGARAN SUB BAG KEUANGAN BIDANG PEMBERDAYAAN KES. MASYARAKAT & KEMITRAAN BIDANG PEMBINAAN SUMBER DAYA KESEHATAN BIDANG PENYAKIT & PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PELAYANAN KESEHATAN SEKSI PROMOSI KESEHATAN & UKBM SEKSI PENGEMBGN & PEMBERDAYAAN SDM. KES SEKSI PENGENDALIAN & PENGAMATAN PENYAKIT SEKSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR & PENUNJANG SEKSI PEMBIAYAAN KESEHATAN SEKSI KEFARMASIAN & PERBEKALAN KES. SEKSI PEMBERANTASA N PENYAKIT SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN & KHUSUS SEKSI GIZI MASYARAKAT SEKSI DATA, INFORMASI, KAJIAN, EVALUASI & PELAPORAN SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA UPTD : PUSKESMAS, GFK, dan Labkesda Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

23 Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2015 seperti telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo tahun pada misi kedua Meningkatkan kualitas SDM melalui pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan ketrampilan serta peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu; 1) meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat, 2) Meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, 3) Meningkatnya pelayanan terhadap pasangan usia subur, 4) terpenuhinya kebutuhan pelayanan KB dan menurunnya angka kematian pada kelahiran dan dengan mempertimbangkan perkembangan masalah serta berbagai kecenderungan masalah kesehatan ke depan maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Situbondo adalah : Masyarakat Situbondo Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Visi tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan di Situbondo. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Situbondo menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Situbondo, yang bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Situbondo. Untuk Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

24 mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban oleh seluruh jajaran/petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu: 1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan kemitraan dalam pelayanan kesehatan masyarakat 2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau 3. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dan meningkatkan upaya pengendalian penyakit serta penanggulangan masalah kesehatan 4. Meningkatkan, mendayagunakan sumberdaya dan manajemen kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

25 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN Situasi derajat kesehatan di Provinsi Jawa Timur dapat digambarkan dengan menggunakan empat indikator, yakni indikator kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup dan status gizi. 3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu, kematian seringkali juga digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan. Mortalitas atau angka kematian yang menjadi indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada tahun 2012 akan diuraikan di bawah ini. a. Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan oleh kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per kelahiran hidup. Berdasarkan Laporan Kematian Ibu dari Puskesmas se Kabupaten Situbondo tahun 2012 jumlah kematian ibu adalah 13 kasus dengan masa kematian terbesar pada masa persalinan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

26 53,85%, sedangkan masa hamil dan masa nifas masing-masing 15,38% dan 30,77%. Dengan kelahiran hidup tahun 2012 sebesar 9.099, maka AKI kabupaten Situbondo tahun 2012 adalah 142,87 per kelahiran hidup, sedangkan target ditetapkan pada tahun 2012 adalah192 / kelahiran hidup. Untuk melihat Angka Kematian Ibu per kecamtan dapat dilihat pada Lampiran Profil Tabel 6. Gambar 3.1 berikut merupakan trend AKI di Kabupaten Situbondo dari tahun 2008 s.d Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu Tahun Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 3.1. di atas menunjukkan bahwa AKI tahun 2012 merupakan angka terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dinilai cukup baik karena semakin mendekati target MDG S penurunan AKI, yakni sebesar 102 per kelahiran hidup pada tahun Keberhasilan penurunan AKI ini tidak luput dari dukungan bidan sebagai pemberi layanan kesehatan yang secara aktif mendeteksi dengan baik faktor resiko tinggi/komplikasi ibu hamil lewat penggunaan kartu skor Poedji Rochyati/KSPR yang dipantau oleh Dinas Kesehatan lewat SI BUMIL RESTIKOM yaitu sistem Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

27 Informasi Ibu Hamil Resiko Tinggi/ Komplikasi dan penapisan terhadap ibu-ibu yang akan bersalin. Tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Situbondo dikarenakan masih adanya beberapa hambatan yang dijumpai di lapangan, yakni: 1. Dukun masih aktif menolong persalinan; 2. Bidan yang tidak patuh pada penapisan/sop; 3. Keterbatasan tenaga SPOG di rumah sakit, 1 orang SPOG melayani satu kabupaten dan 4. Adanya faktor sosial budaya masyarakat yang menghambat upaya penurunan AKI sehingga terjadi 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan,terlambat merujuk sehingga mengalami ke terlambatan penanganan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya optimalisasi program serta peran serta masyarakat seperti program P4K (misalnya kemitraan bidan dukun) dan Desa Siaga dinilai masih sangat perlu ditingkatkan mengingat angka pencapaian di tahun ini masih sangat jauh dari target MDG S yang telah ditetapkan. Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan, pre/eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Sementara itu yang menjadi penyebab kematian tidak langsung pada ibu adalah Empat Terlalu dan Tiga Terlambat. Maksud dari Empat terlalu adalah hamil terlalu muda usia (< 16 tahun), hamil terlalu sering (jumlah anak lebih dari 4), hamil terlalu tua usia ( > 35 tahun) dan hamil terlalu dekat (jarak anak < 2 tahun). Sedangkan Tiga Terlambat adalah terlambat mendeteksi adanya risiko tinggi ibu hamil, terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan (RS) dan terlambat mendapat penanganan. Penyebab kematian langsung ibu maternal di Kabupaten Situbondo tahun 2012 terlihat pada Gambar 3.2 di bawah ini. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

28 Gambar 3.2 Penyebab Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Dari Gambar 3.2 di atas terlihat bahwa penyebab kematian terbesar adalah Pre/Eklamsia, yakni sebesar 46,15%, sedangkan penyebab penyerta yang perlu mendapat perhatian adalah jantung dan infeksi masing-masing sebesar 7,69%. b. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

29 sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosialekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil 75% kematian bayi. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah sebanyak 132 bayi dari kelahiran hidup, sehingga angka kematian bayi tahun 2012 adalah 14,5 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi terbanyak ada di Kecamatan Panji sebesar 18 bayi dan kematian bayi terendah di Kecamatan Jatibanteng dan Banyuglugur masing-masing sebanyak 3 bayi. Untuk melihat Angka Kematian Bayi per kecamatan dapat dilihat pada Lampiran Profil Tabel 7. Gambar 3.3 di bawah ini menunjukkan trend Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Situbondo tahun 2008 s.d Gambar 3.3 Angka Kematian Bayi Tahun Sumber : Laporan Rutin LB3 KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

30 Gambar 3.3 di atas menunjukkan AKB Kabupaten Situbondo tahun 2012 bisa dikatakan baik karena empat tahun sebelumnya terus mengalami peningkatan dan angka tersebut sudah memenuhi target MDG s, yakni sebesar 23 per kelahiran hidup pada tahun Penurunan AKB ini mengindikasikan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Meskipun demikian, masih adanya kematian bayi tetap menjadi masalah sehingga diperlukan solusi dari hambatanhambatan yang ditemui. Hambatan yang dijumpai di lapangan terkait kematian bayi di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut. 1. Dukun yang masih aktif menolong persalinan; 2. Bidan yang tidak patuh pada penapisan/sop; 3. Perilaku dan budaya dari masyarakat setempat yang tidak mendukung upaya penurunan AKB 4. Masih adanya kepercayaan masyarakat terhadap orang yang dituakan 5. Pengetahuan masyarakat tentang bayi resiko tinggi (terutama bayi berat lahir rendah, 2500 gram/bblr) masih rendah Sebenarnya angka kematian bayi yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dengan melakukan berbagai upaya, diantaranya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang gizi ibu hamil dan perawatan kehamilan, serta meningkatkan cakupan kunjungan bayi melalui kegiatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang), sehingga tercapai jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun dan dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Dari laporan rutin LB3 KIA tahun Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

31 2012 di Kabupaten Situbondo terjadi 139 kematian balita per kelahiran hidup. Untuk melihat Angka Kematian Balita per kecamatan dapat dilihat pada Tabel MORBIDITAS Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik reemerging maupun new-emerging disease masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Selain itu masalah perilaku yang tidak sehat, rupanya menjadi faktor utama yang harus diubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan bisa teratasi. Angka kesakitan penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans) terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapat perhatian termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit potensial KLB/ wabah Penyakit Menular Langsung Berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular langsung yang perlu mendapat perhatian, yakni TB Paru, Kusta, HIV/AIDS, Pneumonia dan Diare. a. TB Paru Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang menyerang golongan usia produktif (15-50 tahun) dan golongan sosial ekonomi tidak mampu. Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang lebih sering Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

32 menginfeksi organ paru dibanding organ tubuh lainnya dan ditularkan melalui droplet (percikan dahak penderita). Laporan WHO tahun 2009 menempatkan Indonesia urutan ke-5 sebagai negara penyumbang TB terbesar didunia dibawah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Sementara itu Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang jumlah penemuan penderita TB terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat. Penemuan dan Penanganan pasien baru BTA (+) merupakan salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dengan target yang ditetapkan tahun 2012 adalah minimal 75%. Sedangkan angka penemuan kasus baru atau Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah 85,34% (Lampiran Profil Tabel 11) dengan jumlah kasus TB BTA positif sebanyak 594 penderita. Penemuan kasus baru BTA (+) tertinggi adalah di Kecamatan Mlandingan sebesar 144,9% dan yang terendah di Kecamatan Sumbermalang sebesar 10,6%. CDR TB Paru per Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut. Gambar 3.4. Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo Per Kecamatan Tahun 2012 Keterangan: 75% 70%-74,9% <70% Sumber : Laporan Triwulan Penemuan Pasien TB (TB03 UPK) Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

33 Berdasarkan Gambar 3.4 di atas diketahui bahwa meskipun angka cakupan CDR Kabupaten telah memenuhi target 75%, tetapi masih ada 6 kecamatan yang cakupannya belum mencapai target, yakni Sumbermalang, Jatibanteng, Arjasa, Kendit, Panji dan Kapongan. Rendahnya cakupan CDR di ke-enam kecamatan tersebut disebabkan kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektor, pencatatan dan pelaporan yang kurang tertib dan partisipasi tokoh masyarakat masih kurang. Trend Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d 2012 dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 3.5. Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Sumber : Laporan Triwulan Penemuan Pasien TB (TB03 UPK) Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Berdasarkan Gambar 3.5 di atas dapat diketahui bahwa pencapaian CDR Kabupaten Situbondo sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 pencapaian penemuan dan penanganan penderita BTA + di Kabupaten Situbondo sebanyak 488 penderita BTA + dari target perkiraan penderita sebanyak 690 penderita (pencapaian 71% Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

34 dari target 70%). Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 557 penderita dari target 698 perkiraan penderita (pencapaian 80% dari target 75%) dan tahun 2012 sebesar 594 penderita dari target 703 perkiraan penderita (pencapaian 84,54% dari target 75%). Dari sisi kesembuhan penderita yang diobati, angka yang didapatkan tahun 2012 adalah 86,96% dari target yang ditetapkan sebesar 85%. Angka tersebut merupakan data pasien yang diobati pada tahun 2011 yang telah menyelesaikan keseluruhan pengobatannya. Sedangkan angka keberhasilan (Success Rate) penderita TB BTA positif kasus baru di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebesar 94,11 % dari taget yang ditetapkan yaitu lebih dari 90%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kesembuhan dan keberhasilan pengobatan TB Paru di Kabupaten Situbondo bisa dikatakan berhasil. b. Kusta Penyakit kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi. Indonesia merupakan penyumbang penderita kusta terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil, sementara Provinsi Jawa Timur sendiri menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai penyumbang kasus kusta. Penderita penyakit kusta di Jawa Timur tersebar terutama di Pulau Madura dan pantai utara Pulau Jawa karena prevalensinya masih diatas 1/ penduduk. Sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Situbondo. Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah endemis kusta peringkat ke-8 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

35 Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo terdapat 179 kasus kusta baru yang terdiri dari 26 kasus kusta PB (Pausi Basiler/kusta kering) dan 153 kasus kusta MB (Multi Basiler/kusta basah). Dengan demikian, angka penemuan kasus kusta baru (NCDR/New Case Detection Rate) sebesar 27,26 per penduduk (Lampiran Profil Tabel 17). Jika dibandingkan dengan pencapaian NCDR tahun 2010 dan 2011, pencapaian tahun 2012 mengalami penurunan. Tahun 2010 dan 2011 pencapaian penemuan penderita baru Kusta, yakni masing masing sebesar 30,67% dan 37,36%. Untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui angka proporsi cacat tingkat 2 yang menunjukkan keterlambatan penemuan penderita dan proporsi penderita kusta anak. Dari 179 kasus baru di Kabupaten Situbondo tahun 2012, 12 orang diantaranya adalah penderita anak-anak (6,70%) dan 27 orang adalah penderita cacat tingkat 2 (20,67%). Sedangkan angka toleransi (target nasional) kusta anak dan cacat tingkat 2 adalah kurang dari 5%. Hal ini berarti penularan kusta masih terus berlanjut di masyarakat dan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dini penyakit kusta masih kurang sehingga penderita kusta yang ditemukan seringkali sudah dalam keadaan cacat (Lampiran Profil Tabel 18). Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian penderita dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan dan keadaan ini diperparah dengan kondisi kesejahteraan pasien kusta yang masih memprihatinkan. Angka prevalensi penderita kusta di kabupaten Situbondo pada tahun 2012 masih cukup tinggi, yakni sebesar 3,05 per penduduk dengan prevalensi tertinggi di Kecamatan Panji sebesar 6,32 per penduduk dan yang Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

36 terendah di Kecamatan Asembagus sebesar 0,42 per penduduk. Dari 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo hanya satu kecamatan yang tidak endemis kusta, yakni Kecamatan Asembagus (Lampiran Profil Tabel 19). Sedangkan untuk Prosentase penderita kusta yang telah selesai berobat sebesar 100% untuk penderita kusta PB, dan 90,29% untuk penderita kusta MB. Pengobatan kusta di Kabupaten Situbondo bisa dikatakan berhasil karena target nasional pengobatan kusta adalah >95% untuk kusta PB dan 90% untuk kusta MB (Lampiran Profil Tabel 20). Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui peningkatan penemuan penderita secara aktif dan pasif serta pengobatan dengan MDT (Multi Drug Therapy), sedangkan untuk mencegah kecacatan penderita dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis. Indikator Pelaksanaan Program Kusta di Kabupaten Situbondo Tiga tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Kusta di Kabupaten Situbondo Tahun No Indikator Program Target Pencapaian Nasional Prev. Rate / pddk < 1 2,5 3,6 3,05 2 CDR / pddk < 0,5 3,12 3,71 2,73 3 Proporsi Anak <5% 15 11,6% 6,7% 4 Proporsi Cacat II <5% 15 15,3% 20,7% 5 RFT Rate: a. PB b. MB 95% 90% 100% 61,5% 100% 95% 100% 90,3% Sumber : Laporan Kohort Kusta Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo c. HIV/AIDS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena diserang virus HIV (Human Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

37 Immunodeficiency Virus). Akibat dari penurunan daya tahan tersebut penderita jadi mudah terserang berbagai macam penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik). Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging diseases dan menjadi pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini terus menunjukan peningkatan yang signifikan meskipun berbagai pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Makin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya serta pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik merupakan faktor yang secara simultan memperbesar risiko dalam penyebaran HIV/AIDS. Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang terinfeksi. Sejak tahun 2006 Indonesia sudah dikategorikan sebagai negara dalam tahap epdemi terkonsentrasi HIV/AIDS, yaitu suatu keadaan yang mengindikasikan bahwa tingkat penularan sudah cukup tinggi pada subpopulasi beresiko, dan Jawa Timur merupakan salah satu diantara 6 provinsi lainnya yang masuk daerah endemi yaitu DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Riau, dan Bali. Di kabupaten Situbondo pada tahun 2012 tercatat 35 kasus baru HIV dan 45 kasus AIDS. Angka kematian akibat AIDS tahun 2012 tercatat sebanyak 9 kasus yang semuanya laki-laki (Lampiran Profil Tabel 14). Kasus HIV AIDS di Kabupaten Situbondo selama tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 28 kasus HIV/AIDS dan tahun 2011 sebanyak 5 kasus HIV 65 kasus AIDS. Gambar 3.6 berikut menunjukkan peningkatan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

38 Gambar 3.6. Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Sumber : Laporan Klinik VCT (Voluntary Conseling Terapy) Kabupaten Situbondo Berdasarkan laporan data Surveilans diketahui bahwa cara penularan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo, faktor risiko yang tertinggi adalah hetero seksual sebesar 87%, disusul homoseksual 10% dan penularan dari ibu ke janin sebesar 3%. Sedangkan dari segi kelompok umur, kasus AIDS di Kabupaten Situbondo didominasi oleh kelompok umur seksual aktif dengan kasus terbanyak pada kelompok usia tahun, yakni sebesar 92,4% disusul kelompok usia anak balita (1-4 tahun) sebesar 3,2%, kelompok usia remaja tahun sebesar 2,5% dan usia di atas 56 tahun sebesar 1,9%. Permasalahan di lapangan terkait penemuan dan penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut. 1. Stigma masyarakat masih tinggi sehingga penderita HIV AIDS masih sering diisolasi 2. Obat ARV belum dapat diperoleh di RS dr. Abdoer Rahem Situbondo 3. Kurangnya dukungan dari Stakeholder terhadap Program Pengendalian Penyakit HIV AIDS Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

39 4. Partisipasi tokoh masyarakat masih kurang terhadap Program Pengendalian Penyakit HIV AIDS Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang sudah dilakukan di Kabupaten Situbondo adalah penyuluhan masyarakat, pendampingan kelompok beresiko tinggi dan intervensi perubahan perilaku, layanan konseling dan testing HIV, layanan Harm Reduction, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit menular seksual (IMS), pengamanan donor darah dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan HIV/AIDS. d. Pneumonia Pnuemonia merupakan penyebab kematian pada bayi dan balita terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2001 diketahui bahwa 80-90% dari seluruh kasus kematian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) disebabkan oleh Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita terutama pada kasus gizi kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi). Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia yang ditemukan. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke pelayanan kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakkan diagnosa merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit Pneumonia. Jumlah penderita Pneumonia yang ditangani di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebanyak kasus, yakni 37,05% dari perkiraan kasus yang harus ditemukan (Lampiran Profil Tabel 13). Angka ini masih belum mencapai target 40% yang ditetapkan oleh daerah. Padahal target nasional adalah 100% pada tahun Pada tahun 2012 Kecamatan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

40 Situbondo menduduki peringkat pertama pencapaian cakupan Pneumonia Balita sebesar 111,38%. Pencapaian cakupan Pneumonia balita Kabupaten Situbondo per kecamatan dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut. Gambar 3.7. Cakupan Pneumonia Balita Kabupaten Situbondo Per Kecamatan Tahun 2012 Keterangan: 40% 35%-39,9% <35% Sumber : Laporan Bulanan ISPA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Berdasarkan Gambar 3.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo, hanya 5 kecamatan yang cakupan penemuan dan penanganan Pneumonia balitanya memenuhi target 40%. Selama tiga tahun terakhir, cakupan Pneumonia Balita di Kabupaten Situbondo selalu rendah dan tidak pernah mencapai target tang diharapkan. Pada tahun 2010 sebesar 39,5% dan tahun 2011 sebesar 36,4%. Hambatan di lapangan terkait rendahnya cakupan Pneumonia balita di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kemampuan petugas dalam menghitung jumlah tarikan nafas pada balita suspek Pneumonia dengan menggunakan alat Sound Timer 2. Sound Timer Puskesmas banyak yang sudah rusak 3. Kebutuhan Sound Timer belum terpenuhi 4. Kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektor Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

41 5. Pencatatan dan Pelaporan yang kurang tertib 6. Partisipasi tokoh masyarakat masih kurang e. Diare Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak dibawah usia 5 tahun. Dari hasil survei SDKI , prevalensi diare pada anak-anak kurang dari usia 5 tahun adalah laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%, sedangkan berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan (19,4%) dan bulan (14,8%). Jumlah perkiraan kasus diare pada tahun 2012 sebanyak penderita, sedangkan jumlah penderita diare yang di tangani di sarana kesehatan sebesar atau sebesar 131,06%. Dengan demikian, cakupan penangan diare tahun 2012 sudah mencapai target yang ditetapkan, yakni sebesar 100%. Dari 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo, hanya Kecamatan Banyuputih yang cakupannya belum mencapai target 100% (Lampiran Profil Tabel 16). Tabel 3.2. Hasil Cakupan Diare di Kabupaten Situbondo Tahun Indikator Target Penemuan (%) Angka Penggunaan Oralit (%) Angka Penggunaan Infus (%) Tahun Target Hasil Target Hasil Target Hasil , , , <1 6,47 <1 2,94 Sumber: Laporan Penderita Diare Per Golongan Umur Puskesmas Se- Kabupaten Situbondo Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

42 Meskipun penanganan Diare di Kabupaten Situbondo telah mencapai target yang diharapkan, namun dalam pelaksanaannya di lapangan masih dijumpai hambatanhambatan, yakni : 1. Tata Laksana Penanganan Diare belum dipahami dengan baik oleh petugas sehingga sering terjadi salah penanganan yang mengakibatkan kondisi pasien Diare semakin parah 2. Tim Gerak Cepat KLB Diare belum terbentuk 3. Laporan KLB (W2) belum tertib 4. Kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektor 5. Partisipasi tokoh masyarakat masih kurang Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat, pemberian oralit, penggunanaan infus dan penyuluhan ke masyarakat dengan harapan akan terjadi peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini melibatkan peran serta kader kesehatan dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang cepat dan tepat di tingkat rumah tangga diharapkan dapat mencegah dehidrasi berat yang berakibat kematian Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

43 Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada saat pagi dan sore hari, umumnya kasus mulai meningkat saat musim hujan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan untuk melindungi penduduk dari malapetaka yang ditimbulkan penyakit DBD sedini mungkin, maka Provinsi Jawa Timur telah menerbitkan Peraturan Gubernur Jawa Timur tentang Pengendalian DBD, Nomor : 20 Tahun 2011, tanggal 25 Pebruari Dan telah dilaksanakan Sosialisasi Peraturan Gubernur tersebut tersebut ke lintas sektor terkait di 38 Kabupaten/Kota dan sektor terkait di Provinsi Jawa Timur. Hasil capaian program penendalian penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Situbondo tahun sepeti terlihat pada Tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.3 Capaian Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d Indikator Target Tahun Jumlah Penderita Jumlah Kematian Insidens / pddk ,46 28,2 13,40 CFR (%) 1 0,87% 0 3,41% ABJ (%) 95 83% 96,62% 84,91% Sumber: Laporan Bulanan Penderita DB/DBD/DSS Puskesmas Se- Kabupaten Situbondo Kasus DBD yang ditemukan di Kabupaten Situbondo tahun 2012 sebanyak 88 kasus dengan kasus terbanyak di Kecamatan Panji sebesar 18 kasus. Sedangkan Case Fatality Rate (CFR) di Kabupaten Situbondo tahun 2012 masih cukup tinggi, yakni sebesar 3,41% padahal toleransinya hanya 1. Kasus kematian akibat DBD terjadi di Kecamatan Asembagus, Besuki dan Mangaran (Lampiran Profil Tabel 23). Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

44 Trend kasus DBD di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d dapat dilihat pada Gambar 3.8 di bawah ini. Gambar 3.8 Trend Kasus DBD di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d Sumber: Laporan Bulanan Penderita DB/DBD/DSS Puskesmas Se- Kabupaten Situbondo Selama tiga tahun terakhir, kasus DBD di Kabupaten Situbondo terus mengalami penurunan. Tahun 2010 sebanyak 686 kasus, tahun 2011 sebanyak 185 kasus dan tahun 2012 turun lagi menjadi 88 kasus. Penurunan kasus penderita DBD disebabkan karena faktor perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi sehingga tampak pada tahun 2011 dan 2012 musim kemarau lebih panjang dari musim penghujan. Hambatan di lapangan terkait program penanganan DBD di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: 1. POKJANAL (Kelompok Kerja Operasional) DBD tidak aktif 2. Kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektor 3. Pencatatan dan Pelaporan yang kurang tertib, dan 4. Partisipasi tokoh masyarakat masih kurang 5. Belum terbentuknya kelompok Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di desa Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

45 Upaya pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M plus), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Namun, di tahun 2012 partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD masih kurang baik. Hal ini terlihat dari cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang hanya sebesar 84,91% dari target 95% (Lampiran Profil Tabel 63). Diharapkan pada tahun yang akan datang Angka Bebas Jentik (ABJ) tersebut bisa semakin meningkat, sehingga kesempatan nyamuk untuk berkembang biak akan semakin kecil. b. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe. Penyakit filariasis menimbulkan pembengkakan tangan, kaki, granula mammae dan scrotum dan menyebabkan kecacatan seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. WHO telah menetapkan kesepakatan global untuk melaksanakan eliminasi Filariasis pada tahun 2020 dan Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan eliminasi bertahap mulai tahun Upaya eliminasi Filariasis secara nasional dilakukan melalui pemutusan mata rantai penularan dengan pengobatan massal di daerah endemis sekali setahun selama 5-10 tahun dan penatalaksanaan kasus klinis penyakit Filariasis. Karena sampai saat ini di Jawa Timur belum ada kabupaten/kota yang dinyatakan sebagai daerah endemis Filariasis, maka kegiatan pengobatan massal belum perlu dilaksanakan. Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo ditemukan satu kasus baru penderita Filariasis, yakni di Kecamatan Kendit (Lampiran ProfilTabel 25). Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

46 3.2.2 Penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan imunisasi. a. Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan virus morbili yang disebarkan melalui droplet dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk-pilek, mata merah (conjunctivitis) selanjutnya timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan berdasarkan data dari Depkes menyebutkan frekuensi KLB campak menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya. Kematian akibat campak pada umumnya disebabkan kasus komplikasi seperti meningitis. Kasus campak di Kabupaten Situbondo sepanjang tahun 2012 hasil dari laporan 17 Kecamatan sebanyak 32 kasus (Lampiran Profil Tabel 22). b. Difteri Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae dengan gejala awal demam 38 C, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Difteri merupakan kasus Re Emerging Disease di Jawa Timur karena kasus Difteri sebenarnya sudah menurun pada tahun 1985, namun kembali meningkat pada tahun 2005 saat terjadi KLB di Bangkalan. Dan sejak itu, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2010 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

47 sebanyak 300 kasus dengan 21 kematian dan Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang kasus Difteri terbesar di Indonesia (74%) bahkan di dunia. Jumlah kasus Difteri di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sangat tinggi, yakni sebanyak 129 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 7 orang (Case Fatality Rate 5,43%). dan ketujuh penderita difteri yang meninggal tersebut sebelumnya tidak pernah mendapatkan imunisasi Difteri. Hampir semua kecamatan di Kabupaten Situbondo mengalami kasus KLB Difteri di tahun 2012, kecuali Kecamatan Banyuglugur sebagai satu-satunya kecamatan yang bebas difteri. Kasus Difteri terbanyak tahun 2012 terjadi di Kecamatan Suboh (20 kasus), kemudian Panarukan dan Arjasa (19 kasus) dan di Mangaran sebanyak 18 kasus (Lampiran Profil Tabel 12). Penyakit Difteri di Kabupaten Situbondo mulai muncul tahun 2010 dan mencapai puncaknya pada tahun Gambar 3.9. di bawah ini menyajikan perkembangan penyakit Difteri di Kabupaten Situbondo dari tahun 2010 s.d Gambar 3.9. Perkembangan Penyakit Difteri di Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d Sumber: Laporan KLB Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Upaya menekan kasus Difteri, dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin DPT+HB. Vaksin tersebut diberikan 3 kali yakni pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

48 bulan. Selain itu karena terjadi lonjakan kasus pada usia sekolah maka imunisasi tambahan TD juga diberikan untuk anak SD/sederajat kelas 4-6 dan SMP di 10 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Blitar, Banyuwangi, Pasuruan, Mojokerto dan Kota Surabaya. c. Pertusis Pertusis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1-3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah satu tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita. Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo ditemukan satu kasus Pertusis yang terjadi di Kecamatan Asembagus (Lampiran Profil Tabel 21). Upaya pencegahan kasus Pertusis dilakukan melalui imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali yaitu saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau usia yang lebih dari itu tetapi masih dibawah 1 tahun (usia s/d 11 bulan). d. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan Clostridium tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan Tetanus neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Di Jawa Timur ada beberapa daerah yang selalu ada kasus setiap tahunnya, yakni Blok Madura dan Blok Besuki (Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo). Kedua Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

49 wilayah tersebut termasuk dalam wilayah Tapal Kuda, merupakan suatu daerah dimana banyak penolakan masalah imunisasi oleh sekelompok masyarakatnya sehingga hampir semua kasus PD3I selalu tinggi di wilayah tersebut. Jumlah kasus Tetanus Neonatorum di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebanyak 3 kasus dan semuanya meninggal. Dari ketiga kasus tersebut semuanya tidak pernah mendapatkan imunisasi Tetanus Neonatorum sebelumnya (Lampiran Profil Tabel 21). Selama lima tahun terakhir, kasus Tetanus Neonatorum selalu muncul di Kabupaten Situbondo, bahkan tahun ini merupakan kasus terbanyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Trend kasus TN di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d disajikan pada Gambar 3.10 berikut. Gambar 3.10 Trend Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan KLB Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo e. AFP (Acute Flacid Paralysis) Poliomyelitis/polio merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi lendir, dahak atau Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

50 feses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut. Penyakit polio harus dibuktikan masih ada atau sudah tidak ada dengan dibuktikan penemuan kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis). Kegiatan surveilans AFP menjadi salah satu kunci dalam mencapai Eradikasi Polio (Erapo), sehingga diharapkan suatu saat dunia ini akan bebas dari penyakit Polio. Trend penemuan kasus AFP di Kabupaten Situbondo dari tahun tahun 2008 s.d dapat dilihat pada Gambar 3.18 di bawah ini. Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo ditemukan 14 kasus AFP dari jumlah penduduk < 15 tahun, sehingga AFP rate pada tahun 2012 sebesar 9.71 per penduduk < 15 tahun (Lampiran Profil Tabel 9). Target penemuan kasus AFP pada tahun 2012 adalah 2, sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Situbondo sudah mencapai target. Trend Penemuan Kasus AFP Tahun 2009 s.d di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut. Gambar 3.11 Trend Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Situbondo Tahun 2009 s.d Sumber: Laporan KLB Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

51 Berdasarkan Gambar 3.11 di atas diketahui bahwa penemuan kasus AFP di Kabupaten Situbondo selama empat tahun terakhir cenderung meningkat. Pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebanyak 3 dan 6 kasus. Keberhasilan ini tidak lepas dari adanya peningkatan kinerja petugas surveilans di Puskesmas yang secara aktif melaporkan dan melacak kasus AFP. Hal ini berarti pengetahuan petugas di lapangan terkait definisi operasional KLB dan cara penanggulangannya sudah semakin membaik. 3.3 STATUS GIZI MASYARAKAT Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuha dan perkembanagn yang sanagt pesat. Oleh karena itu gangguan gizi yang terjadi pada masa ini dapat berifat permanen, artinya tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya dapat terpenuhi. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikatorindikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Adapun indikatorindikator yang sangat berperan menentukan status gizi masyarakat antara lain sebagai berikut. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi. Kasus BBLR di bedakan dalam dua Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

52 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang dapat memperberat kehamilan. Dari laporan LB3 KIA Puskesmas se-kabupaten Situbondo tahun 2012diketahui bahwa jumlah BBLR di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebanyak 480 bayi, yakni 5,28% dari bayi baru lahir ditimbang dengan kasus BBLR tertinggi terjadi di Kecamatan Banyuputih sebanyak 56 kasus dan kasus BBLR terendah di Kecamatan Suboh sebanyak 11 kasus (Lampiran Profil Tabel 26). Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo kasus BBLR merupakan penyebab kematian terbesar pada Neonatal (0-28 hari), yakni sebesar 40,18%, kemudian disusul Asfiksia (31,25%) dan Kelainan Bawaan (16,07%). Berikut ini disajikan gambaran lengkap penyebab kematian neonatal di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan LB3 Puskesmas Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

53 Besarnya kematian karena BBLR banyak disebabkan karena ANC yang kurang berkualitas serta kompetensi petugas dalam manajemen BBLR yang masih kurang. 3.4 GAMBARAN PENYAKIT DI PUSKESMAS Gambar berikut ini menunjukkan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak yang diderita penduduk Kabupaten Situbondo yang tercatat di Puskesmas. Penyakit yang terbanyak diderita adalah penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (21,43%) dan diikuti penyakit infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas (20,28%). Gambar 3.13 di bawah ini menyajikan gambaran Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 3.13 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan LB1 Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

54 BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga dalam mencapai tujuan pembanguanan kesehatan. Untuk mencapai keadaan tersebut di Kabupaten Situbondo telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan seperti yang tergambar dalam uraian dibawah ini : 4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin di kandungan, saat kelahiran hingga masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara teratur pada masa kehamilan guna menghindari gangguan atau segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin di kandungannya. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan : a. Pelayanan Antenatal (ANC) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

55 antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, penghitungan denyut jantung janin (DJJ), penentuan presentasi janin, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian tablet tambah darah (tablet besi), pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus seperti Pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), Pemeriksaan protein dalam urin, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan darah Malaria, pemeriksaan tes Sifilis, pemeriksaan HIV, pemeriksaan BTA) dan tatalaksana atau penanganan kasus atau 10 T. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan K1 Kabupaten Situbondo tahun 2012 adalah sebesar 87,06% dengan cakupan tertinggi di Kecamatan Jangkar sebesar 94,12% dan yang terendah di Kecamatan Sumbermalang sebesar 70,02%. Sedangkan untuk cakupan K4 Kabupaten Situbondo tahun 2012 hanya sebesar 75,21% dan belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 92%. Cakupan K4 tertinggi adalah Kecamatan Situbondo (80,76%) dan yang terendah adalah Kecamatan Sumbermalang (49,45%). Dari 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo, tidak ada satu pun Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

56 kecamatan yang mencapai target yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sasaran ibu hamil dari BPS berdasarkan SP 2010 baru diluncurkan pada akhir tahun 2012 dan angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan sasaran ibu hamil sebelumnya, yakni selisih ibu hamil (Cakupan K4 sebelum perubahan sasaran adalah sebesar 87,63%). Cakupan K4 per Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kabupaten Situbondo sejak tahun 2011 s.d. tahun 2012 belum pernah mencapai target yang diharapkan. Namun,angka tersebut telah mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

57 Gambar 4.2 Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Hambatan yang dijumpai di lapangan terkait rendahnya cakupan K4 adalah kunjungan ibu hamil trimester I yang lolos dan mapping (pendataan) ibu hamil yang belum maksimal. Hal ini berarti, masih perlu adanya peningkatan kinerja terutama dari pihak petugas kesehatan agar lebih giat lagi melakukan upayaupaya yang mampu mencapai target cakupan yang telah ditetapkan, seperti sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik dan peningkatan motivasi tenaga kesehatan untuk melakukan kegiatan sweeping bumil. b. Ibu Hamil dengan Risti/Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Ibu hamil risti/komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya. Cakupan Ibu hamil risti/komplikasi Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah sebesar 85,15%. Angka ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 80%. Cakupan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

58 komplikasi kebidanan ditangani per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. Gambar 4.3 Peta Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Keterangan: 80% 75%-79,9% <75% Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat masih ada 9 kecamatan di Kabupaten Situbondo yang cakupannya di bawah target, untuk itu perlu penguatan Puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan ditangani dapat mencapai target yang diharapkan. Selain itu, perlu adanya pemantapan pemahaman definisi operasional komplikasi kebidanan pada bidan agar pencatatan dan pelaporan menjadi lebih baik. c. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi di masa persalinan. Hal ini antara lain disebabkan karena pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional). Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

59 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) pada tahun 2011 di Propinsi Jawa Timur adalah sebesar 96,07 % Dari 38 Kabupaten Kota di Jawa Timur, Situbondo termasuk salah satu Kabupaten dari empat Kabupaten yang belum mencapai target selain Bondosowo, Pamekasan dan Trenggalek (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011). Laporan PWS Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo tahun 2012 menunjukkan bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 82% dengan cakupan tertinggi di Kecamatan Panarukan sebesar 88,07% dan yang terendah di Kecamatan Sumbermalang sebesar 69,72% (Tabel 28). Angka ini jauh dari target yang diharapkan, yakni sebesar 94%. Hal ini terjadi karena sasaran ibu bersalin dari BPS berdasarkan SP 2010 baru diluncurkan pada akhir tahun 2012 dan angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan sasaran ibu bersalin sebelumnya, yakni selisih ibu bersalin (Cakupan persalinan nakes sebelum perubahan sasaran adalah sebesar 95,64%). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan per Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut. Gambar 4.4. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

60 Sedangkan Trend Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Tahun dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut. Gambar 4.5 Trend Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Situbondo terus mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir meskipun belum mencapai target yang diharapkan. Hambatan yang dijumpai di lapangan terkait hal ini adalah masih adanya dukun yang aktif menolong persalinan. Tahun 2012 tercatat 264 persalinan ditolong oleh dukun (Laporan LB3 Puskesmas Se- Kabupaten Situbondo tahun 2012). Oleh karena itu, diperlukan review kemitraan bidan dukun dan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang persalinan aman di sarana pelayanan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

61 d. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6 jam 42 hari setelah persalinan dimana organ reproduksi mengalami pemulihan untuk kembali normal. Akan tetapi pada umumnya, organ-organ reproduksi akan kembali normal pasca persalinan. Kunjungan nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: 1) Kunjungan nifas pertama pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) Kunjungan nifas kedua dilakukan dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; 3) Kunjungan nifas ke-3 dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus di Posyandu (Kemkes RI, 2009). Pada tahun 2012 di Kabupaten Situbondo cakupan pelayanan nifas sebesar 81,11% dengan pencapaian tertinggi di Kecamatan Jangkar sebesar 86,67% dan yang terendah di Kecamatan Sumbermalang sebesar 66,28% (Tabel 28). Angka ini masih jauh dari target yang diharapkan, yakni sebesar 95%. Cakupan pelayanan nifas per kecamatan tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut. Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

62 Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa semua kecamatan di Kabupaten Situbondo tidak satu pun yang memenuhi target yang diharapkan. Hambatan yang ditemui di lapangan terkait pelayanan nifas adalah pasien lahir di dukun dan tidak akses ke tenaga kesehatan. Dengan demikian, perlu diambil langkahlangkah solusi sebagai berikut, yakni peningkatan kemitraan bidan dukun, peningkatan peran kader, mengoptimalkan pelaksanaan program P4K dan peningkatan cakupan persalinan nakes. e. Pelayanan Kesehatan Neonatus Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang rentan gangguan kesehatan. Upaya untuk mengurangi resiko tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada neonatus minimal tiga kali yaitu dua kali pada usia 0-7 hari dan satu kali pada usia 8 28 hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan kesehatan neonatus dasar (tindakan resustasi, percegahan hipotermia, ASI dini-ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat dan kulit), pemberian Vitamin K, imunisasi, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah pada ibunya. Cakupan kunjungan neonatus lengkap di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebesar 90,53% dengan cakupan tertinggi di Kecamatan Kendit sebesar 103,26% dan yang terendah di Kecamatan Banyuglugur sebesar 80,79% (Lampiran Profil Tabel 36). Cakupan kunjungan neonatus lengkap per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

63 Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap Di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo f. Neonatal Komplikasi Ditangani Neonatal risti/komplikasi adalah keadaan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Dalam pelayanan neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang dilayani bidan di Puskesmas tergolong dalam kasus risti/komplikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Cakupan neonatal komplikasi ditangani di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah sebesar 68,77% dari target 75% yang ditetapkan. Pencapaian tertinggi di Kecamatan Bungatan sebesar 117,73% dan yang terendah di Kecamatan Mangaran sebesar 40,79% (Lampran Profil Tabel 31). Cakupan neonatal komplikasi ditangani per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

64 Gambar 4.8. Peta Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Keterangan: 75% 70%-74,9% <70% Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Berdasarkan Gambar 4.8 di atas hanya ada lima kecamatan yang cakupannya sudah memenuhi target yang diharapkan, sedangkan sisanya 12 kecamatan cakupannya masih belum memenuhi target. Kendala yang dihadapi di lapangan terkait komplikasi neonatal ditangani adalah pemahaman definisi operasional oleh tenaga kesehatan yang masih kurang serta administrasi yang belum tertib sehingga kasus komplikasi tidak dilaporkan. Dengan demikian, perlu pemantapan kembali definisi operasional tentang komplikasi neonatal dan melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada bidan sehingga setiap kasus komplikasi terlaporkan. g. Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi, didapat dari perhitungan persentase jumlah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari-11 bulan) yang telah memperoleh empat kali pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi dengan jumlah bayi yang ada di wilayah kerja pada ku run waktu tertentu. Diasumsikan bayi yang berusia 12 bulan telah mendapat 4 kali pelayanan kesehatan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

65 sesuai standar yaitu memperoleh imunisasi lengkap, mendapatkan vitamin A 1x, dilakukan pemantauan tumbuh kembang sebanyak 4x dan kalau sakit dilakukan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Cakupan kunjungan bayi Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah sebesar 87,96% dan masih belum mencapai target yang ditetapkan, yakni sebesar 90%. Cakupan tertinggi kecamatan Kapongan sebesar 113,63% dan yang terendah Kecamatan Banyuglugur sebesar 70,73% (Lampiran Profil Tabel 37). Gambaran kunjungan bayi per Kecamatan di Kabupaten Situbondo dapat diamati pada peta di bawah ini. Gambar 4.9. Peta Cakupan Kunjungan Bayi Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Keterangan: 90% 85%-89,9% <85% Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Gambar 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo baru tujuh kecamatan yang memenuhi target yang diharapkan. Hambatan di lapangan terkait rendahnya cakupan kunjungan bayi adalah imunisasi bayi yang tidak lengkap dan pelaksanaan Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) yang belum optimal karena jumlah tenaga terlatih masih kurang. Langkah-langkah penyelesaian Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

66 masalah tersebut kedepannya adalah koordinasi lintas program dengan bidang P2P (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit) untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan Pelatihan DDTK/ deteksi dini tumbuh kembang balita bagi bidan. h. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita yaitu pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan minimal 8x dalam setahun dan pemantauan perkembangan 2 kali setahun dan suplementasi vit A dosis tinggi 2 kali setahun yang tercatat di kohort anak balita dan pra sekolah, buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Cakupan pelayanan anak balita Kabupaten Situbondo tahun 2012 adalah 63,32%, sedangkan target yang ditetapkan Kabupaten sebesar 65% dan yang ditetapkan Propinsi sebesar 83%. Cakupan tertinggi di Kecamatan Kapongan (84,97%) dan yang terendah di Kecamatan Sumbermalang (37,47%) (Lampiran Profil Tabel 43). Cakupan pelayanan anak balita per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini. Gambar 4.10 Peta Cakupan Pelayanan Anak Balita Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Keterangan: 65% 60%-59,9% <60% Sumber: Laporan bulanan PWS KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

67 Gambar 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo tujuh kecamatan sudah memenuhi target 65% yang ditetapkan oleh Kabupaten, tetapi tidak satu pun kecamatan yang memenuhi target 83% yang ditetapkan Propinsi Jawa Timur. Hambatan di lapangan terkait rendahnya cakupan kunjungan anak balita adalah pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang belum optimal. Dengan demikian, perlu untuk lebih memaksimal pelaksaan DDTK, baik di dalam maupun di luar gedung serta meningkatkan kunjungan balita di posyandu Pelayanan Keluarga Berencana Usia subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan. Menurut hasil penelitian diketahui bahwa usia subur wanita antara usia tahun. Oleh karena itu, untuk mengatur atau menjarangkan kehamilan maka prioritas program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Dari lampiran profil Tabel 35 dapat dilihat bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebesar , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar (78,07%) dan peserta KB baru sebanyak (11,07%). Metode KB yang dipergunakan untuk peserta KB terbagi atas metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang terdiri Medis Operatif Wanita (MOW) / Medis Operatif Pria (MOP), IUD, dan implant, sedangkan untuk metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) terdiri dari suntik, pil, kondom, obat vagina dan lainnya. Cakupan tahun 2012 metode yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah metode non MKJP dengan pilihan terbanyak adalah suntik sebesar 54,37% (Lampiran profil Tabel 33). Kecenderungan ini juga terjadi pada peserta KB baru yaitu lebih banyak menggunakan metode non MKJP dengan pilihan terbanyak Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

68 adalah menggunakan suntik sebesar 61,72% (Lampiran Profil Tabel 34). Hasil pelaksanaan Keluarga Berencana 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat seperti Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Situbondo Tahun Indikator Target/Toleransi KB Baru Terjadi Peningkatan dari tahun ke tahun (%) 9, ,2 KB Aktif 70% 63,3 70, ,07 Drop Out Terjadi penurunan dari tahun ke tahun (%) 4,3 1,2 6 18,6 Kegagalan 0,19% 0,01 0,008 0,02 0,02 Komplikasi 3,5% 0,3 0,04 0 0,3 Efek Samping 12,5% 9,6 4,7 8 8,7 Sumber : Laporan LB3 KUSUB Puskesmas Dari Tabel 4.1 di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Terjadi pencapaian peningkatan Cakupan KB aktif dari tahun 2009 ke 2012 menjadi 78,07%. Hal ini dikaitkan dengan Peningkatan kompetensi petugas baik dalam pelayanan maupun konseling dan Perbaikan dalam sistem pencatatan pelaporan. b. Untuk KB Baru dari tahun 2008 ke 2009, 2010 dan 2011 terjadi perubahan denominator, dari PPM ke PUS (sesuai petunjuk Kemenkes RI) sehingga berpengaruh pada pencapaian KB baru yang cukup signifikan c. Drop out terjadi peningkatan dikarenakan adanya perbedaan persepsi petugas dalam definisi operasional Drop Out sehingga dalam Moment khusus banyak KB ganti cara di masukkan dalam Drop Out d. Kegagalan dan komplikasi cenderung menurun hal ini disebabkan kompetensi petugas yang meningkat baik dalam pelayanan kontrasepsi maupun konseling KB Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

69 e. Efek samping meningkat namun hal ini masih bersifat fisiologis sebagai akibat pemakaian kontrasepsi namun masih dibawah angka toleransi (12,5%). Penyebab umumnya adalah faktor alat kontrasepsi yang harus lebih diperhatikan kualitasnya. Meskipun program KB di Kabupaten Situbondo bisa dikatakan berhasil karena cakupan KB aktifnya yang memenuhi target, bukan berarti dalam pelaksanaannya di lapangan tidak dijumpai hambatan. Hambatan yang dijumpai di lapangan terkait program KB adalah sebagai berikut. 1. Bidan wilayah masih banyak yang tidak mengisi register kohort KB dengan benar sehingga data menjadi tidak valid 2. Register kohort 2 tahun sekali harus menulis ulang, padahal 1 bidan sasaran peserta aktifnya sudah sangat banyak 3. Banyak peserta aktif yang kunjungan ulangnya tidak ke bidan yang sama sehingga menyulitkan pelacakan 4. Sasaran PUS yang digunakan hasil dari BPS padahal bidan sendiri juga rutin melakukan pendataan dan hasilnya berbeda jauh (muncul kesenjangan) Dari permasalahan di atas, maka alternatif pemecahan masalah kedepannya adalah dengan menganjurkan bidan untuk melacak akseptor KB sebelum men-drop Out-kan dan meningkatkan kemitraan bidan PNS dan BPS murni untuk memudahkan pelacakan peserta KB aktif Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

70 Polio dan campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi). Adapun sasaran program imunisasi ádalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan murid SD. Cakupan UCI Desa di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 sebesar 85,29%, yakni 116 desa dari 136 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Situbondo (Lampiran Profil Tabel 38). Target nasional yang ditetapkan adalah 95%, sedangkan target daerah adalah 85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa UCI Desa Kabupaten Situbondo tahun 2012 telah mencapa target daerah meskipun masih belum mencapai target nasional. Gambar 4.11 ini menunjukkan Cakupan Desa/Kelurahan UCI tahun di Kabupaten Situbondo. Gambar 4.11 Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas, BPS/DPS dan Rumah Sakit Melihat pencapaian tersebut tampak bahwa hasil cakupan imunisasi masih belum maksimal dan belum mencapai target. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

71 Hambatan dan kendala yang dihadapi di lapangan terkait program imunisasi di Kabupaten Situbondo adalah Jadwal posyandu yang tidak tetap karena medan sulit dan masyarakat ada yang beraktivitas saat pelayanan posyandu, adanya penolakan masyarakat untuk diimunisasi, petugas kesehatan kurang dan banyak yang merangkap. Oleh karena itu, masih perlu adanya upaya penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat dengan melibatkan para tokoh masyarakat yang berpotensial sebagai upaya untuk mempertahankan dan atau meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat untuk berkunjung ke posyandu. Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), Hepatitis B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi Kabupaten Situbondo tahun 2012 untuk BCG sebesar 93,21%, DPT 1 + HB1 sebesar 93,68%, DPT 3 + HB3 sebesar 92,52%, Polio 3 sebesar 93,89%, Campak sebesar 90,62%. Persentase drop out imunisasi sebesar 3,27% (Lampiran Profil Tabel 38 dan 39). Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan, pengobatan, penambalan sementara dan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

72 tetap. Pelayanan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas pelayanan dasar gigi yang dilakukan di poli gigi di puskesmas dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan kegiatan sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi murid di wilayah masing-masing Puskesmas. Hasil Program UKGS di Kabupaten Situbondo Tahun disajikan pada Gambar 4.12 berikut. Gambar 4.12 Hasil Program UKGS di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Rekapitulasi Laporan Bulanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 4.12 di atas terlihat bahwa, baik angka tumpatan gigi tetap maupun pencabutan gigi tetap terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2011 ke tahun Kkemungkinan yang terjadi adalah kesadaran anak sekolah SD/MI terhadap kesehatan gigi semakin baik atau karena berkurangnya sarana pelayanan gigi di Puskesmas seperti yang terjadi yang tega dokternya dialihkan ke RSUD Besuki, sehingga program UKGS di Puskesmas Besuki tahun 2012 tidak berjalan. Sedangkan pemeriksaan gigi terhadap anak SD/MI pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dari murid yang diperiksa, yang memerlukan tindakan perawatan gigi sebanyak anak (57,32%). Anak yang memerlukan perawatan dari hasil kegiatan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

73 UKGS tersebut perlu dilakukan rujukan untuk mendapatkan perawatan di Puskesmas. Dari data yang diperoleh untuk tahun 2012 yang mendapatkan perawatan hanya sebanyak atau 56,69% (Lampiran Profil Tabel 53). Hal ini kemungkinan disebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran orang tua terhadap kesehatan gigi anak dan adanya ketakutan dari anak terhadap alat kesehatan gigi. Kondisi seperti itu hendaknya segera ditindaklanjuti dengan upaya penyuluhan yang intensif oleh petugas kesehatan sehingga baik orang tua maupun anak-anak mengerti pentingnya fungsi gigi bagi kesehatannya Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Pelayanan kesehatan pada kelompok usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di kabupaten Situbondo tahun 2012 sebesar 105,27% (Lampiran Profil Tabel 46). Cakupan ini melebihi 100%. Hal ini disebabkan karena sasaran anak usia 7 tahun dari BPS berdasarkan SP 2010 baru diluncurkan pada akhir tahun 2012 dan angkanya lebih rendah dibandingkan sasaran sebelumnya, yakni selisih 579 anak (Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat sebelum perubahan sasaran adalah sebesar 99,06%). Kendala yang dihadapi di lapangan terkait program ini adalah kehadiran siswa pada saat penjaringan tidak semua dapat hadir di sekolah sehingga siswa yang bersangkuatan tidak dapat mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pemberian pemahaman tentang pentingnya skreening harus terus disosialisasikan, baik pada guru, orang tua maupun murid yang bersangkutan. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

74 4.1.6 Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila (Usia Lanjut) Seiring dengan bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaaan para lanjut usia tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dengan meningkatnya kualitas usia, maka beban ketergantungan dan biaya kesehatan yang ditimbulkannya akan semakin berkurang. Di sisi lain, peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan meningkatnya penyakit degeneratif di masyarakat. Jumlah pra usila dan usila di kabupaten Situbondo tahun 2012 sebanyak orang namun baru orang atau 68,83% yang mendapatkan pelayanan kesehatan (Lampiran Profil Tabel 48). Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011 adalah 34% dan 59%, maka terjadi peningkatan. Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan bagi warga pra usila dan usila mungkin dikarenakan belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal dan kurangnya minat lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia, sehingga frekuensi pra usila dan usila kontak dengan tenaga kesehatan masih sangat kurang. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada pra usila dan usila dan kreativitas petugas kesehatan untuk membuat terobosan menarik agar para lansia mau datang ke posyandu Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi pasien melalui pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap bagi puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas perawatan). Sementara rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi Puskesmas terhadap kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang langsung datang ke rumah sakit. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

75 Pemanfaatan masyarakat terhadap Puskesmas untuk rawat jalan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan, sebaliknya pemanfaatan Puskesmas untuk rawat inap terus mengalami penurunan, padahal jumlah Puskesmas rawat inap semakin bertambah dari tahun ke tahun. Angka perbandingan pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat dalam mencari pertolongan kesehatan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 terlihat pada Gambar 4.13 di bawah ini. Gambar Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas di Kabupaten Situbondo Tahun Rawat Inap Rawat Jalan Sumber: Rekapitulisi Laporan Kunjungan Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Meningkatnya kunjungan rawat jalan tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar terus mengalami peningkatan. Sedangkan penurunan kunjungan rawat inap dari tahun ke tahun dikarenakan adanya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif (Pelayanan spesialis), keterbatasan sarana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas, termasuk SDM (dokter umum, dokter gigi, perawat dan bidan). Hambatan dan kendala yang dihadapi terkait pelayanan kesehatan dasar di lapangan adalah pelayanan pada daerah terpencil masih belum optimal dan pencatatan pelayanan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

76 kesehatan luar gedung masih belum dimasukkan ke register rawat jalan Puskesmas. Dengan demikian, langkah langkah yang perlu diambil untuk alternatif pemecahan masalah tersebut adalah perlunya optimalisasi pelayanan pusling (Puskesmas Keliling) pada daerah terpencil dan mengoptimalkan sistem pencatatan dan pelaporan dengan memasukkan pelayanan luar gedung pada register rawat jalan. 4.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN KHUSUS Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima terhadap konsumen. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis maka mutu pelayanan akan menjadi sorotan. Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan serta keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR/ Bed Occupancy Rate, BTO/ Bed Turn Over, ALOS/ Average Length Of Stay, TOI/ Turn Over Interval. BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur dirumah sakit. TOI merupakan indikator untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit. Idealnya 1-3 hari. Rentang TOI yang pendek menunjukkan banyaknya pasien yang harus dilayani sedangkan rentang yang sangat panjang disebabkan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

77 masih sedikitnya pasien yang dirawat karena keberadaan rumah sakit yang masih baru berdiri. ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata-rata lama waktu pasien mendapat perawatan. Standar ALOS untuk RS adalah < 9 hari. ALOS terlalu rendah mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat dan bila terlalu tinggi mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis. Sampai dengan tahun 2012, Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo masih ada dua, yakni Rumah Sakit Umum Abdoer Rahem dan Rumah Sakit Swasta Elizabeth. Selama periode tahun , kedua Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo tersebut mengalami penurunan dalam hal rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR). Pada tahun 2010 rata-rata nilai BOR Kabupaten Situbondo adalah sebesar 74,75%, tahun 2011 sebesar 67,4%% dan tahun 2012 menurun lagi menjdi 62,9%. Selain itu, untuk ratarata lama hari perawatan (LOS) di Kabupaten Situbondo juga mengalami hal yang sama, pada tahun 2010 adalah 4,06 hari, tahun 2011 adalah 3,07 hari dan tahun 2012 adalah 3,3 hari. Tabel 4.2 berikut adalah nilai indikator pemakaian tempat tidur dari Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d Tabel 4.2. Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo Tahun Indikator Standar Kemkes BOR 60-85% 63,97 68,2 62,9 TOI 1-3 hari 1,96 1,7 2 hari ALOS 6-9 hari ,7 3,3 hari NDR 25/1000 penderita keluar 13, GDR 45/1000 penderita keluar 42, Sumber: RSUD Abdoer Rahem dan RS Elizabeth Angka pemanfaatan tempat tidur seperti di atas adalah salah satu indikator yang mudah untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit. Dengan penurunan rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR) dari tahun 2011 s.d tersebut menunjukkan penurunan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

78 Hal ini kemungkinan dikarenakan peningkatan jumlah Puskesmas rawat inap dan klinik swasta di Kabupaten Situbondo yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, Rumah Sakit perlu untuk terus meningkatkan kualitasnya baik dalam hal pelayanan, SDM maupun sarananya agar tidak kalah bersaing dengan sarana kesehatan lain. Jumlah kunjungan pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten Situbondo mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 adalah yang mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2011 yaitu Demikian juga kunjungan rawat inap di tahun 2012 sebanyak meningkat dari tahun 2011 yaitu Gambar 4.14 di bawah ini menunjukkan kunjungan rawat jalan dan rawat inap rumah sakit di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar Kunjungan Rawat Jalan Dan Rawat Inap Rumah Sakit Di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan Kunjungan RSUD Abdoer Rahem dan RS Elizabeth Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

79 4.3 KETERSEDIAAN OBAT Definisi Ketersediaan Obat adalah Jumlah jenis obat tertentu sesuai satuannya yang tersedia di suatu daerah/wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Ketersediaan obat dikatakan 100% jika obat yang ada/tersedia mencukupi untuk 18 bulan ke depan. Persediaan obat dihitung berdasarkan data sisa obat per 31 Desember Ketersediaan obat yang diukur dalam profil kesehatan ini tidak semua item obat yang ada di pelayanan kesehatan, tetapi hanya 34 item obat yang diperkirakan bisa mewakili yang merupakan obat emergency, pass moving, penunjang utama dan life saving serta yang wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular. Ketersediaan obat pada tahun 2012 adalah sebesar 63,46% ( jumlah tingkat kecukupan dari 34 jumlah item obat) sedangkan targetnya pada tahun 2012 adalah sebesar 100%. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang nilainya sebesar 47,62% maka mengalami kenaikan dan jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang nilainya sebesar 155,54% maka tahun 2012 ini mengalami penurunan. Indikator ini berbeda dengan indikator lainnya dimana indikator ini dengan berjalannya waktu akan semakin kecil nilainya. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mencapai indikator tersebut diantaranya adalah: a. Jenis item obat yang kurang menggambarkan ketersediaan obat di kabupaten b. Perencanaan obat dari masing-masing pengelola Puskesmas yang kurang sesuai dengan penyebaran penyakit c. Sarana dan prasarana gudang farmasi yang kurang sesuai sehingga banyak obat yang mengalami kerusakan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

80 Langkah-Langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut : a. Perlu adanya revisi berkesinambungan mengenai jenis item obat yang dijadikan indikator ketersediaan obat b. Perlunya koordinasi antara pengelola obat dan tenaga kesehatan yang lain dalam perencanaan obat c. Perlunya untuk melengkapi sarana dan prasarana kamar obat dan gudang agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga obat tidak rusak sebelum waktunya 4.4 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DAN KERACUNAN MAKANAN Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya/meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kejadian KLB penyakit dan keracunan di Kabupaten Situbondo masih sangat tinggi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 terjadi lima kasus KLB, yakni KLB Difteri, AFP, Pertusis, Keracunan Makanan dan Tetanus Neonatorum dengan jumlah kematian sebanyak 10 orang, yakni 7 orang karena Difteri dan 3 orang karena Tetanus Neonatorum (Lampiran Profil Tabel 51). Dari 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo seluruhnya pernah mengalami KLB pada tahun 2012 dan dari 136 desa di Kabupaten Situbondo sebanyak 52 desa pernah mengalami KLB di tahun 2012 (Lampiran Profil Tabel 52). 4.5 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Masalah gizi merupakan masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Keberhasilan mewujudkan gizi yang baik bagi masyarakat akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Masyarakat di Jawa Timur dan di Indonesia pada umumnya masih dihadapkan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

81 pada masalah gizi ganda, yaitu masalah Gizi Kurang dalam bentuk Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Vitamin A (KVA), serta masalah Gizi Lebih yang erat kaitannya dengan penyakit-penyakit degeneratif. Berbagai upaya perbaikan gizi telah dilakukan di Jawa Timur termasuk Situbondo dalam upaya menanggulangi masalah gizi kurang tersebut, sedangkan untuk masalah gizi lebih, masih dilakukan secara individu Kurang Energi dan Protein (KEP) Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan salah satu jenis gangguan kekurangan zat gizi, terutama zat gizi makro (Energi dan Protein) yang dapat memberikan gambaran tentang status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat, pada umumnya dapat dilihat dari status gizi balita. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi balita, yaitu berat badan (BB) menurut umur (U), Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U) dan BB menurut TB. a. Angka Status Gizi Balita berdasarkan BB/U Gambaran status gizi balita di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 berdasarkan indikator BB/U dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut. Gambar 4.15 Status Gizi Balita Berdasarkan indeks BB/U di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

82 Dari grafik di atas, diketahui bahwa berdasarkan indikator BB/U, persentase balita gizi buruk sebesar 1,85 % dan persentase balita gizi kurang sebesar 6,36 %, sehingga persentase balita kurang gizi (Gizi Kurang + Gizi Buruk) sebesar 8,21 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Profil Tabel 27. b. Angka BGM/D Jika dilihat dari data balita BGM (Bawah Garis Merah) dibanding dengan balita yang ditimbang (D), tahun 2012 di Kabupaten Situbondo (Lampiran Profil Tabel 44) angkanya sebesar 560 balita (1,74%). Dibandingkan dengan persentase BGM pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2010 dan 2011 maing-masing sebesar balita (12,82%) dan balita (7%), maka terjadi penurunan yang cukup signifikan. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.16 di bawah ini. Gambar 4.16 Trend Balita BGM Berdasarkan indeks BB/U di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya penanggulangan KEP yang dilakukan di Kabupaten Situbondo menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Upaya tersebut Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

83 antara lain berupa pembentukan taman pemulihan gizi di beberapa desa yang angka BGM-nya tinggi, pemberian MP-ASI, PMTpemulihan, peningkatan kadarzi, peningkatan cakupan ASI-Eksklusif, peningkatan konseling pertumbuhan dan sebagainya. c. Jumlah Kasus Gizi Buruk Kasus Gizi Buruk dapat diperoleh dari indikator BB/TB. Data tersebut diperoleh dari laporan masyarakat, kader posyandu, maupun kasus-kasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada, seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Tahun 2012, jumlah kasus gizi buruk di Kabupaten Situbondo tercatat sebanyak 175 balita (Lampiran Profil Tabel 45). Trend Kasus Gizi Buruk Berdasarkan indeks BB/TB di Kabupaten Situbondo Tahun disajikan pada Gambar 4.17 berikut. Gambar 4.17 Trend Kasus Gizi Buruk Berdasarkan indeks BB/TB di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Gambar di atas menunjukkan bahwa kasus gizi buruk di Kabupaten Situbondo selama tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan, yakni pada tahun 2010 sebanyak 207 balita, tahun 2011 sebanyak 204 balita, dan tahun 2012 sebanyak 175 balita. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

84 Menurunnya angka tersebut dikarenakan pada tahun 2012 tersedia dana untuk surveilans gizi untuk penemuan kasus lebih dini. Disamping itu Taman Pemulihan Gizi masih dikembangkan untuk pemberian makanan tambahan bagi anak balita di bawah garis merah dan pemberdayaan keluarga sadar gizi (kadarzi), salah satunya dalam bentuk penyuluhan kadarzi untuk keluarga mantan gizi buruk dan lomba kader kadarzi. Kegiatan tersebut berupa intervensi dan edukasi untuk mencegah dan menangani gizi buruk. Permasalahan di lapangan terkait penanganan gizi buruk antara lain: 1. Balita Bawah Garis Merah (BGM) cukup tinggi (560 balita) walaupun turun dibanding tahun sebelumnya (687 balita) 2. Kepekaan penanganan 2T masih rendah baik oleh keluarga maupun petugas 3. Kasus gizi buruk disertai penyakit (cacat bawaan maupun penyakit infeksi) Dari permasalahan di atas, rencana tindak lanjut ke depannya adalah Pengembangan TPG (Taman Pemulihan Gizi), TFC (Pondok Rehabilitasi Gizi Buruk), pemberian makanan tambahan, suplementasi, peningkatan surveilans, pemantapan kinerja petugas dalam penatalaksanaan gizi buruk (respon cepat) d. Pencapaian D/S (Partisipasi Masyarakat) Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat ditunjukkan dari indikator D/S. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam rangka ikut menekan angka gizi buruk. Dengan pemantauan pertumbuhan setiap bulan maka bila ada penyimpangan dapat secara dini mendapat intervensi. Angka D/S Tahun 2012 di Kabupaten Situbondo tercatat sebesar 64,93% (Lampiran Profil Tabel 44). Sejak tahun 2010 sampai dengan 2012 pencapaian D/S terus mengalami peningkatan. Hal ini berarti partisipasi masyarakat di Kabupaten Situbondo menjadi semakin baik. Trend D/S Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

85 Kabupaten Situbondo Tahun dapat dilihat dalam Gambar 4.18 di bawah ini. Gambar 4.18 Trend D/S di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Meskipun capaian D/S Kabupaten Situbondo semakin membaik, namun jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di Jawa Timur capaian D/S Kabupaten Situbondo masih tergolong rendah karena pada tahun 2011 cakupan D/S kabupaten Situbondo rangking 3 dari bawah. Keadaaan ini harus menjadi perhatian karena target pada tahun 2014 ditetapkan sebesar 85%. Jika tidak ada kegiatankegiatan terobosan yang memberi daya tarik tersendiri kepada ibu balita, maka dikhawatirkan kegiatan ini akan berjalan di tempat dan pada tahun 2014 tidak akan memenuhi target yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan terobosan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan di Posyandu adalah sbb: 1. Meningkatkan integrasi dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan mengoptimalkan fungsi taman Posyandu untuk kegiatan BKB dan SDIDTK (Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang). Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

86 2. Pemantapan kerja sama lintas sector, terutama peran tokoh masyarakat dan pejabat di desa (Pokjanal Posyandu Desa) untuk memsayarakatkan Posyandu 3. Revitalisasi Posyandu 4. Pengelolaan PMT Penyuluhan untuk menarik minat kunjungan ke Posyandu 5. Mengoptimalkan penggunaan media yang tersedia (panggung boneka) Pencegahan dan Penanggulangan GAKY. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Jawa Timur masih merupakan masalah gizi yang perlu mendapatkan penanganan secara serius mengingat dampaknya terhadap kualitas sumberdaya manusia. Kekurangan Yodium dapat menyebabkan masalah gondok dan kretinisme serta mengakibatkan penurunan kecerdasan. Upaya penanggulangan GAKY di Jawa Timur dilaksanakan melalui optimalisasi pemanfaatan garam beryodium serta penyuluhan tentang bahan makanan alami sumber yodium. Berdasarkan hasil Monitoring garam di desa dapat ditentukan kategori suatu desa dikatakan desa baik apabila dari 21 sampel yang diperiksa, maksimal hanya 1 sampel yang tidak mengandung yodium. Berdasarkan hasil Monitoring garam beryodium di 136 desa di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 didapatkan hasil bahwa dari KK yang diperiksa, sebanyak KK (75,09%) sudah mengkonsumsi garam beryodium sesuai standar ppm, 126 KK (4,41%) masih mengkonsumsi garam yang kandungan Iodiumnya belum memenuhi standar (<30 ppm) dan 585 KK (20,5%) mengkonsumsi garam yang tidak ada kandungan Iodiumnya. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran median EIU/Urine Ibu Hamil (μg/l) di 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo pada tahun 2010 diperoleh data 6 kecamatan tergolong endemik berat Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

87 (<50 μg/l), yaitu Kecamatan Sumbermalang (40,5 μg/l), Jatibanteng (44,5 μg/l), Mlandingan (43,0 μg/l), Jangkar (34,0 μg/l) dan Banyuputih (48,0 μg/l), 10 kecamatan termasuk endemik sedang dan hanya satu kecamatan, yakni Kecamatan Mangaran yang tergolong endemik ringan (>100 μg/l) Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi dilaksanakan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada Ibu hamil, karena prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Oleh karena itu untuk mencegah anemia gizi pada ibu hamil dilakukan suplementasi TTD dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1 tablet (60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut minimal 90 hari selama masa kehamilan. Persentase cakupan ibu hamil di Kabupaten Situbondo yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 79,70% dan yang mendapat 90 tablet sebesar 72,41% (Lampiran Profil Tabel 30). Gambar 4.19 berikut menggambarkan trend pencapaian pemberian Fe1 dan Fe3 di Kabupaten Situbondo dari tahun 2008 s.d Gambar 4.19 Trend Pencapaian Pemberian Fe1 dan Fe3 Di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d % % 80.00% 60.00% 85% 81% 69% 70% 85% 75% 84% 109% 80% 72% Fe % Fe % 0.00% Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

88 Berdasarkan Gambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cakupan pemberian Fe pada ibu hamil, baik Fe1 maupun Fe3 cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2008 s.d. tahun Akan tetapi di tahun 2012, capaian keduanya cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena sasaran ibu hamil dari BPS berdasarkan SP 2010 baru diluncurkan pada akhir tahun 2012 dan angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan sasaran ibu hamil sebelumnya, yakni selisih ibu hamil (Cakupan Fe1 dan Fe3 sebelum perubahan sasaran masing-masing sebesar sebesar 92,82% dan 84,36%). Khusus untuk pencapaian Fe3, target yang ditetapkan MDGs sebesar 90% pada tahun Hal ini berarti masih ada kesenjangan sebesar 28%. Dengan kesempatan waktu yang masih 3 tahun lagi dan melihat perkembangan dari tahun 2008 ke tahun 2012, maka masih ada harapan besar untuk dapat memenuhi target pada akhir tahun Selain itu masih ada peluang lain untuk dapat meningkatkan cakupan pemberian tablet Fe3, yaitu dengan meningkatkan integrasi program gizi dan program KIA, terutama pelayanan di Bidan Praktek Swasta agar lebih tertib administrasi Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas Berdasarkan hasil survey Xerophtalmia tahun 1992 menunjukkan bahwa 50,2% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A dibawah standar kecukupan yang ditentukan WHO. Keadaan kadar serum yang rendah ternyata berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian balita. Strategi penanggulangan KVA dilaksanakan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari atau Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

89 Agustus) dan kapsul vitamin A merah untuk balita (1-5 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap bulan Februari dan Agustus, serta untuk ibu nifas paling lambat 39 hari setelah melahirkan. Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kabupaten Situbondo tahun 2012 pada bayi sebesar 98,48 %, anak balita sebesar 74,68 % dan Ibu nifas sebesar 72,01 % (Lampiran Profil Tabel 32). Jika digabungkan antara bayi dan anak balita, maka cakupannya sebesar 79,36%. Cakupan tersebut belum memenuhi target tahun 2012 sebesar 80% dan untuk mencapai target tahun 2014 sebesar 90%, pencapaiannya masih kurang sebesar 10,64%. Dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2011, ada peningkatan sebesar 8,28% pada bayi yaitu dari 98,20% tahun 2011 menjadi 98,48% pada tahun Sedangkan pada anak balita sedikit ada penurunan sebesar 3,81%, yaitu dari 78.49% tahun 2011 menjadi 74,68% pada tahun Cakupan pada ibu hamil meningkat tajam dari 14,73% pada tahun 2011 menjadi 72.01% pada tahun 2012, yakni sebesar 57,28%. Gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.20 di bawah ini. Gambar 4.20 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita Dan Ibu Nifas Tahun % 80.00% 60.00% 98.48% 90.20% 78.49% 74.68% 72.01% 40.00% 20.00% 0.00% Bayi Anak Balita 14.73% Bufas Sumber : Laporan LB3 Gizi Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

90 Dengan selisih 10,64% dari target MDG S tahun 2014, maka masih cukup besar harapan untuk bisa memenuhinya, asalkan ada upaya lebih dalam waktu 3 tahun ke depan, seperti berintegrasi dengan kegiatan PAUD, Play Group maupun TK, khususnya bagi anak yang usianya masih di bawah lima tahun (balita) serta melakukan registrasi pemberian Vitamin A sehingga tidak ada Iagi balita yang luput dari pemberian Vitamin A. 4.6 PERILAKU MASYARAKAT Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan adalah perilaku, karena ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Banyak penyakit yang muncul juga disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga Penyuluhan Kesehatan Hasil kegiatan program pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan dalam rangka penyebarluasan informasi kepada masyarakat selain melalui penyuluhan langsung maupun penyuluhan tidak langsung juga sangat didukung oleh adanya berbagai media informasi. Bentuk media informasi tersebut berupa media cetak, media elektronik, pameran dan media tradisional. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap masyarakat dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota didasarkan pada sasaran yaitu secara kelompok Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

91 maupun dengan sasaran massa. Dari data yang diperoleh, frekuensi penyuluhan tahun 2012 dibanding dengan frekuensi penyuluhan tahun 2011 baik penyuluhan kelompok maupun penyuluhan massa mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2011 menjadi pada tahun 2012 untuk penyuluhan kelompok dan untuk penyuluhan massa 338 pada tahun 2011 menjadi 456 pada tahun Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Persentase rumah tangga yang ber-phbs didapatkan dari jumlah rumah tangga yang melaksanakan 10 indikator PHBS dibagi dengan rumah tangga yang dipantau. Sepuluh indikator tersebut adalah : 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 2. Bayi diberi ASI eksklusif 3. Balita ditimbang setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. Makan sayur dan buah setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah. Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2012 menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS di Kabupaten Situbondo hanya sebesar 18,86%, yakni KK dari KK yang dipantau (Lampiran Profil Tabel 61) sedangkan target Tahun 2012 adalah 60%. Hal ini berarti cakupan Rumah Tangga Sehat Tahun 2012 masih jauh dari target yang diharapkan. Meskipun, belum memenuhi target yang diharapkan, Cakupan Rumah Tangga Sehat di Kabupaten Situbondo dari tahun 2010 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan, yakni 14,34% pada tahun 2011 dan 11,51% pada tahun Gambar 4.21 berikut Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

92 menunjukkan cakupan Rumah Tangga Sehat di Kabupaten Situbondo dari tahun 2010 sampai dengan Gambar 4.21 Cakupan Rumah Tangga Sehat Di Kabupaten Situbondo Tahun 2010 Sampai Dengan 2012 Sumber: Hasil Survey PHBS Tahun 2012 Dari hasil kegiatan survey PHBS tahun 2012, prioritas masalahnya adalah tidak merokok dalam rumah (35,76%), Jamban Sehat (55,90%) dan ASi Eklusif (64,47%). Permasalahan yang terbesar adalah Merokok di dalam rumah yang merupakan masalah di hampir semua wilayah di Indonesia. Hal ini tidak bisa kita lepaskan dari kebiasaan orang-orang tua kita yang secara tidak langsung mengajari anak-anaknya merokok. Kebiasaan masyarakat yang turun temurun sejak dahulu kala memang sulit untuk dihilangan, namun yang paling penting untuk dicermati adalah sosialisasi tentang bahaya merokok bagi generasi muda harus tetap terus dilakukan. Yang paling mengkhawatirkan dari perilaku merokok ini adalah sebagian perokok di Kabupaten Situbondo adalah masih usia belia dan masih belum punya kesanggupan untuk mencari nafkah, sehingga dikhawatirkan terjadinya tindak kriminalitas remaja. Ada beberapa hal yang menjadi kebisaan merokok masih tinggi di masyarakat yaitu diantaranya : Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

93 1. Sebagian besar masyarakat SItubondo adalah petani tembakau karena kondisi geografis yang ada, bahkan ada jenis tembakau terkenal yang dihasilkan oleh wilayah di Kab. Situbondo. 2. Lemahnya regulasi/peraturan tentang tata niaga rokok. 3. Belum adanya peraturan pemerintah daerah tentang kawasan bebas asap rokok. 4. Sosialisasi bahaya merokok yang masih kurang intens. 5. Dana bagi hasil cukai tembakau hanya untuk kegiatan yang bersifat kuratif dan pembangunan sarana prasarana tetapi belum dgunakan untuk kegiatan promotif dan preventif. Peran tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh formal perlu dimaksimalkan, sehingga kegiatan pembudayaan hidup bersih dan sehat termsuk didalamnya kebiasaan merokok di di dalam rumah dapat dikurangi bahkan ke depannya dapat dihilangkan. Petugas kesehatan sebagai penangungjawab PHBS di wilayah memegang peranan penting untuk mengkonsolidasi segenap potensi yang ada di desa untuk bersama-sama membudayakan hidup bersih dan sehat tanpa merokok. Upaya yang mungkin bisa dilakukan dari berbagai permasalahan yang timbul di lapangan terkait rendahnya cakupan indikator PHBS tidak merokok di dalam rumah adalah sebagai berikut. 1. Sosialisasi bahaya merokok kepada anak sekoah mulai dari tingkat dini samapi dengan SMU dengan berbagai cara diantaranya melalui siaran radio, talkshow, dilog interaktif, penyuluhan di sekolah-sekolah dll. 2. Sosialisasi bahaya merokok di masyarakat baik secara formal maupun informal. 3. Advokasi kepada pimpinan pemerintah daerah untuk menerapkan kawasan bebas asap rokok seperti kantor pemerintahan, sarana kesehatan, sarana pendidikan, tempattempat umum, dll. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

94 4. Distribusi media promosi tentang bahaya merokok bagi kesehatan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan- minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Berdasarkan data dari 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif tahun 2012 sebesar 64,91% (Tabel 41). Dibandingkan dengan capaian tahun 2010 dan 2011, cakupan pemberian ASI ekslusif mengalami peningkatan yang sangat tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 43,98% pada tahun 2011 dan 35,83% pada tahun Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pemahaman atau Definisi Operasional (DO) yang berubah pada awal tahun Sampai awal tahun 2010 pemahaman ASI- Eksklusif oleh pelaksana gizi di lapangan adalah murni bayi yang berusia 6 bulan yang hanya mendapat ASI saja. Sedangkan pengertian ASI-Eksklusif menurut Kemenkes maupun WHO, adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang masih diberi ASI saja pada saat didata. Artinya, bila ada bayi yang berumur 0 bulan atau 1 bulan dan seterusnya sampai 5 bulan masih diberi ASI saja, maka pada saat itu dia dicatat sebagai bayi 0-6 bulan yang eksklusif, sehingga angkanya jelas jauh lebih tinggi dibanding dengan yang murni 6 bulan eksklusif. Selain itu, peningkatan tersebut juga signifikan dengan adanya dukungan anggaran untuk pendampingan pada ibu yang menyusui oleh konselor menyusui yang dapat membantu ibu Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

95 menyusui eksklusif. Pendampingan ini dilakukan oleh 41 konselor dengan jumlah bayi yang diperiksa bayi. Idealnya satu orang konselor mendampingi 20 bayi/ ibu menyusui. Jumlah konselor di Kabupaten Situbondo seharusnya 410 konselor Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahaan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2, bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pola pembiayaan kesehatan yang umum dianut masyarakat saat ini masih mengacu pola fee for service dimana masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan harus langsung membayar kepada penyedia layanan kesehatan begitu selesai mendapatkan pelayanan. Pola tersebut membuat masyarakat tidak dapat mengendalikan jenis pelayanan ataupun biaya yang dikeluarkan. Untuk mengurangi beban biaya pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan tersebut maka sistem fee for service sebaiknya diganti dengan sistem prepayment (prabayar). Bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar yang sampai saat ini dikenal masyarakat antara lain dana sehat, tabulin, jamkesmas, askes, jamkesda, jamsostek sampai asuransi kesehatan swasta. Namun kesadaran masyarakat untuk mengikuti sistem prabayar ini masih rendah. Sampai dengan tahun 2012 jumlah peserta jaminan kesehatan pra bayar di Kabupaten Situbondo menurut data yang dilaporkan sebanyak orang atau mencapai 54,88% dari jumlah penduduk Kabupaten Situbondo. Sebagian besar peserta jaminan kesehatan pra bayar adalah Jamkesmas sebesar 40,56%, Jamkesda sebesar 9,43% dan peserta Askes sebesar 4,88% (Lampiran Profil Tabel 54). Pada kenyataannya dari hasil analisa situasi kondisi Jaminan Kesehatan di Kabupaten Situbondo tahun 2012 menunjukkan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

96 bahwa masih banyak masyarakat Kabupaten Situbondo yang belum punya Jaminan Kesehatan (45,12%) dari seluruh penduduk Kabupaten Situbondo. Rendahnya kepesertaan jaminan kesehatan pra bayar tersebut dapat disebabkan karena kurang sosialisasi pada masyarakat sehingga kurang memahami keuntungan apabila menggunakan sistem pra bayar tersebut. Padahal kepesertaan akan jaminan kesehatan prabayar merupakan salah satu indikator penting untuk kemandirian masyarakat di bidang kesehatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mewujudkan pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah dan agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan tingkat pelayanan, yaitu: 1). Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas termasuk jaringannya, 2). Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan lanjutan di Rumah Sakit dan Balai Kesehatan. Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Situbondo sampai dengan tahun 2012 yang mendapat jaminan kesehatan dari pemerintah melalui Jamkesmas sebanyak jiwa dan melalui Jamkesda sebanyak jiwa. Tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesmas di Puskesmas pada tahun 2012 tercatat sebanyak kunjungan atau 88,43% untuk pelayanan rawat jalan dan 1762 kunjungan atau Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

97 0,54% untuk pelayanan rawat inap. Sedangkan yang memanfaatkan rumah sakit sebanyak 9667 atau 2,94% untuk pelayanan rawat jalan dan 4965 atau 1,51% untuk pelayanan rawat inap (Lampiran Profil Tabel 56 dan 57). Pelayanan kesehatan yang dijamin untuk masyarakat miskin non kuota meliputi rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas dan jaringannya, bagi masyarakat non miskin yang dijamin hanya karcis loket (pendaftaran). Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan di Rumah Sakit meliputi rawat jalan dan rawat inap kelas III dilakukan secara terstruktur dan berjenjang. Adapun tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dibiayai melalui Jamkesda di Puskesmas pada tahun 2012 tercatat sebanyak kunjungan atau 9,05% untuk pelayanan rawat jalan dan 936 kunjungan atau 0,29% untuk pelayanan rawat inap. Adapun yang memanfaatkan rumah sakit sebanyak 5360 kunjungan atau 1,63% untuk pelayanan rawat jalan dan 2806 kinjungan atau 0,85% untuk pelayanan rawat inap (Lampiran Profil Tabel 56A dan 57A). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa total pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012, baik melalui Jamkesmas dan Jamkesda adalah kunjungan dari sasaran atau 97,48% sedangkan pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 0,82%. Target pelayanan kesehatan dasar tahun 2012 adalah 100%. Dengan demikian, kunjungan dasar masyarakat miskin Kabupaten Situbondo tahun 2012 belum memenuhi target yang diharapkan. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 dan 2011, maka cakupan tahun 2012 ini mengalami penurunan. Pada tahun 2010 cakupan kunjungan pelayanan kesehatan Dasar bagi maskin sebesar 103 %, tahun 2011 sebesar 106 % dan tahun 2012 sebesar %. Pada tahun 2011 cakupan kunjungan pelayanan kesehatan Dasar bagi maskin mengalami peningkatan sebesar 3 % dari tahun Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

98 2010, ini disebabkan oleh adanya upaya perluasan cakupan, melalui penjaminan kesehatan kepada masyarakat miskin penghuni pantipanti sosial, masyarakat miskin penghuni lapas/rutan serta masyarakat miskin akibat bencana paska tanggap darurat, sampai dengan satu tahun setelah kejadian bencana, peserta Program Keluarga Harapan (PKH), gelandangan, pengemis dan anak terlantar serta adanya Jaminan Persalinan. Namun pada tahun 2012 cakupan kunjungan pelayanan kesehatan dasar bagi maskin mengalami penurunan sebesar 8.02 % dari tahun 2011, ini disebabkan oleh adanya penyesuaian Peraturan Daerah no 21 tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas dan Laboratorium Kesehatan dengan segala macam aturan dan perubahannya. Untuk meningkatkan cakupan tahun 2013 diharapkan petugas kesehatan di tingkat pelayanan dasar lebih bersifat aktif menjemput bola untuk melayani pasien. 4.7 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM, air bersih dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah, tempat sampah dan kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan kesehatan. Dalam upaya Peningkatan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Jawa Timur telah berjalan kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang terdiri dari 5 pilar, yaitu : 1. Peningkatan Akses Jamban; 2. Cuci Tangan Pakai Sabun; 3. Pengolahan Air Minum dan Makanan skala Rumah Tangga; Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

99 4. Pengolahan Limbah skala Rumah Tangga; 5. Pengolahan Sampah skala Rumah Tangga Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak tanah. Berdasarkan hasil pemantauan terhadap rumah di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012, terdapat rumah (21,11%) yang memenuhi kriteria sehat (Lampiran Profil Tabel 62). Cakupan tersebut masih tergolong rendah karena pada tahun 2011 Kabupaten Situbondo termasuk rangking tiga terbawah dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Hambatan dan kendala yang dihadapi di lapangan terkait rendahnya cakupan rumah sehat di Kabupaten Situbondo adalah sbb: a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan pemukiman. b. Masih rendahnya kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat Oleh karena itu, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah sbb: a. Penyuluhan / sosialisasi pada masyarakat untuk memperhatikan masalah kesehatan lingkungan dengan mengupayakan keberadaan sarana sanitasi dasar di rumah mereka. b. Melakukan pemantauan dan pembinaan secara lebih intensif dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk membiasakan budaya hidup bersih dan sehat, salah satunya dengan dengan meningkatkan peran Puskesmas dalam kegiatan pengawasan rumah sehat melalui pemberian kartu rumah sehat dan pelatihan bagi petugas sanitarian Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

100 c. Upaya-upaya pemberian barang stimulan berupa plesterisasi, pemberian genteng kaca serta rehabilitasi sarana air bersih (sumur gali tanah) secara periodik bagi keluarga miskin dan kaum rentan d. Upaya-upaya peningkatan peran serta sektor swasta dalam program CSR untuk membantu pembangunan rumah layak huni Tempat Umum Pengelolaan Makanan Tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPM) merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang sehingga dikhawatirkan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. Yang termasuk TUPM antara lain rumah makan, kantin sekolah, jasa boga, industri rumah tangga, pedagang kaki lima dan depot air minum (DAM). TUPM dikategorikan sehat apabila TUPM tersebut memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, ventilasi yang baik dan luas sesuai dengan banyaknya pengunjung. Dari 450 Tempat umum dan pengelolaan makanan yang diperiksa di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012, hanya 273 TUPM (20,90%) yang memenuhi syarat kesehatan (Lampiran Profil Tabel 67). Pada tahun 2011 Kabupaten Situbondo termasuk rangking lima besar terbawah di Jawa Timur. Hambatan dan kendala yang dihadapi terkait rendahnya capaian TUPM sehat di Kabupaten Situbondo adalah sbb: a. Kurangnya sarana/alat pemeriksaan penyehatan makanan khususnya bagi makanan siap saji dan makanan jajanan bagi petugas di Puskesmas. b. Masih ditemukan pengelola TUPM yang berada di pinggir jalan maupun pedagang-pedagang yang berjualan di areal sekolah yang belum memenuhi persyaratan lokasi maupun cara pengeloaan dan penyajian yang sehat. c. Frekuensi pembinaan TTU oleh petugas masih terbatas Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

101 d. Kurangnya pengertian masyarakat khususnya pengelola TTU akan pentingnya kesehatan lingkungan di wilayah yang menjadi tempat-tempat umum. e. Kepedulian masyarakat untuk ikut memelihara TTU masih sangat kurang Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah: a. Upaya penambahan sarana/alat (food test kit) untuk pemeriksaan makanan dan minuman yang dianggap berbahaya bagi kesehatan, sehingga para penjual bisa langsung mengetahui apakah makanan dan minuman yang mereka jual berbahaya atau tidak. b. Penyuluhan/sosialisasi bagi pengelola TUPM untuk memperhatikan masalah kesehatan lingkungan dengan mengupayakan keberadaan sarana sanitasi dasar dan cara-cara pengolahan makanan dan minuman dengan benar c. Pemasangan poster-poster yang berkaitan dengan penyehatan lingkungan di areal TPM, misalnya cara mencuci tangan yang baik dan benar dan di areal yang menjadi tempat-tempat umum. d. Upaya-upaya peningkatan pembinaan TTU oleh petugas Institusi Yang Dibina Kesehatan Lingkungannya Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya meliputi sarana pelayanan kesehatan, instalasi pengolaan air minum, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, ponpes, tempat wisata, terminal (utama) dan stasiun (utama). Jumlah institusi yang dibina kesehatan lingkungannya di Kabupaten Situbondo tahun 2012 sebanyak 2486 unit dan yang memenuhi persyaratan kesehatan sebanyak unit atau sebesar 51,8% (Lampiran Profil Tabel 68). Kegiatan penyehatan institusi pada tahun 2012 dilakukan dengan pemberian stimulant wastafel pada 16 sekolah dan dilakukan monitoring pada 2 rumah sakit. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

102 Penetapan target kinerja institusi yang dibina memenuhi persyaratan kesehatan pada tahun 2012 sebesar 70%, sehingga capaian kinerja Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 belum memenuhi target yang telah ditentukan. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mencapai indikator tersebut diantaranya adalah : a. Kurangnya pengertian murid dan pengelola sekolah akan pentingnya kesehatan lingkungan di wilayah sekolah. b. Terbatasnya anggaran untuk pemberian stimulan wastafel di sekolah. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut : a. Sosialisasi pada murid dan pengelola sekolah untuk memperhatikan masalah kesehatan lingkungan dengan mengupayakan keberadaan sarana sanitasi dasar. b. Pemasangan poster-poster yang berkaitan dengan penyehatan lingkungan di areal sekolah, misalnya cara mencuci tangan yang baik dan benar. c. Berupaya untuk menambah anggaran dalam perwujudan stimulant wastafel melalui peran serta sektor swasta dalam program CSR perusahaan tersebut Sarana Air Bersih (SAB) Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya. Dari keluarga yang ada di kabupaten Situbondo pada tahun 2012, baru keluarga atau 52,41% yang telah menggunakan sarana air bersih dengan rincian air ledeng 9,7%, sumur pompa tangan 10,25%, sumur gali 21,90%, penampungan air hujan 0,44% dan lainnya 10,13% (Lampiran Profil Tabel 64). Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

103 Sementara itu target kinerja tahun 2012 yang ditetapkan sebesar 70% sehingga capaian kinerja SAB Kabupaten Situbondo tahun 2012 belum memenuhi target yang ditentukan. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target tersebut diantaranya adalah : a. Kepedulian masyarakat terkait pemeliharaan SAB yang masih rendah b. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya penyehatan air dan penyehatan lingkungan pemukiman. c. Rendahnya stimulasi perbaikan SAB di masyarakat Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut : a. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian pemeliharaan SAB b. Penyuluhan/sosialisasi pada pemilik sarana air bersih untuk memperhatikan masalah kesehatan lingkungan dengan mengupayakan keberadaan sarana sanitasi dasar. c. Upaya-upaya meningkatkan peran serta sektor swasta dalam program CSR untuk perbaikan SAB yang tidak sehat Sarana Sanitasi Dasar Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti perbaikan sanitasi yang meliputi kepemilikan jamban, pembuangan air limbah dan tempat sampah di lingkungan sekitar kita. Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan menimbulkan penyakit. Pada tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan kepemilikan sarana sanitasi dasar terhadap rumah tangga. Dari (46,92%) rumah tangga yang memiliki jamban, yang memenuhi kriteria sehat sebesar rumah tangga (79,07%). Untuk kepemilikan tempat sampah, dari rumah tangga yang sudah memiliki tempat sampah, sebanyak rumah tangga (67,02%) telah memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan untuk Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

104 kepemilikan sarana pengolahan air limbah sebanyak rumah tangga (42,57%) telah memiliki pengolahan air limbah dan (65,86%) dinyatakan sehat (Lampiaran Profil Tabel 66). Sementara itu target kinerja yang ditetapkan tahun 2012 sebesar 65% sehingga capaian kinerjanya belum memenuhi target yang telah ditentukan tersebut. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mencapai indikator tersebut diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan pemukiman dan rendahnya kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut diantaranya adalah penyuluhan / sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya keberadaan sarana sanitasi dasar di rumah, pemantauan dan pembinaan secara rutin dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk membiasakan budaya hidup bersih dan sehat serta upaya-upaya peningkatan peran serta sektor swasta dalam program CSR untuk membantu pembangunan rumah layak huni. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

105 BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan akan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. 5.1 Sarana Kesehatan Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Polindes, Rumah bersalin, Balai pengobatan klinik dan sarana kesehatan lainnya diharapkan dapat menjangkau masyarakat terutama masyarakat di pedesaan agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu. Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Situbondo tahun 2012 meliputi 2 rumah sakit umum, 6 balai pengobatan/klinik, 1 rumah bersalin, 17 puskesmas dengan 13 Puskesmas rawat inap dan 4 Puskesmas Rawat Jalan, 59 Puskesmas pembantu, 30 Puskesmas Keliling, 918 Posyandu dan selengkapnya di Lampiran Profil Tabel Puskesmas Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Sampai dengan tahun 2012, jumlah Puskesmas di Kabupaten Situbondo sebanyak 17 Puskesmas yang terdiri dari 13 puskesmas perawatan dan 4 puskesmas non perawatan yang tersebar di 17 kecamatan. Rasio puskesmas terhadap penduduk sebesar 2.59 per penduduk, artinya setiap penduduk Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

106 dilayani oleh 2-3 Puskesmas atau 1 (satu) Puskemas melayani penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo masih kurang dari target nasional, yakni 1 (satu) Puskesmas rata-rata melayani penduduk. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi Jawa Timur termasuk Kabupaten Situbondo melakukan terobosan (program icon) yaitu : a. Puskesmas PLUS (Penyedia Layanan Unggulan Spesilis) Puskesmas PLUS diprioritaskan untuk Puskesmas PONED dengan tambah jadwal kunjungan dokter spesialis kandungan dan spesilais anak 2 kali seminggu yaitu sekali kunjungan untuk dokter spesialis kandungan dan sekali untuk kunjungan dokter spesialis anak, hal ini merupakan hasil kerjasama antara RSU Kabupaten/Kota dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai tahun 2012, jumlah Puskesmas PLUS di Kabupaten Situbondo berjumlah 2 unit, yakni Puskesmas Asembagus dan Puskesmas Panarukan. Dengan adanya Program Puskesmas PLUS diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB di Jawa Timur b. Puskesmas Pembantu yang melayani Gawat Darurat dan Observasi (Pustu Gadarsi) Pustu Gadarsi adalah Pustu yang dilengkapi oleh alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan Gadar dan Observasi. Tenaga kesehatan yang berada di Pustu tersebut mendapatkan pembekalan keterampilan tentang Gawat Darurat. Sampai dengan tahun 2012 Pustu Gadarsi di Kabupaten Situbondo ada 7 unit, yakni Pustu Gadarsi Wonorejo, Sumberanyar, Bantal, Ketowan, Klampokan, Pecarron dan Widoro Payung. Dengan adanya Pustu gadarsi diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat kecelakaan maupun penyakit lain. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

107 c. Pengembangan Fungsi Polindes menjadi Ponkesdes Ponkesdes merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga perawat. Tenaga kesehatan yang berada di ponkesdes terdiri dari 1 orang Bidan yang sudah ada sebelumnya dan 1 orang perawat. Sampai tahun 2012 jumlah Ponkesdes di Kabupaten Situbondo sebanyak 86 unit. Masih ada sarana lain yang turut membantu pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu puskesmas keliling (pusling). Jumlah pusling tahun 2012 sebanyak 30 unit yang berarti di setiap Puskesmas telah memiliki puskesmas keliling yang berguna membantu pelayanan kesehatan di luar gedung maupun sarana pengantar/menjemput pasien dengan kondisi darurat Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Dalam upaya meningkatkan cakupan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya telah dikembangkan termasuk dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat antara lain melaui Pusyandu, Polindes (Pondok Bersalin Desa), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), dan Desa Siaga. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. a. Poskesdes Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa dan sebagai sarana untuk mempertemukan upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

108 Jumlah Poskesdes yang ada di Kabupaten Situbondo tahun 2012 sudah sesuai dengan jumlah desa yaitu 136 poskesdes/poskeskel. Dari 136 Poskesdes/Poskeskel yang yang sudah terbentuk di Kabupaten Situbondo, 17 Poskesdes memiliki gedung sendiri, 114 Poskesdes gabung dengan bangunan lain / balai desa dan 5 Poskesdes lainnya tidak punya tempat khusus. Jika dilihat dari data yang ada, secara fungsi sebenarnya semua desa (masyarakat desa) sudah punya akses terhadap pelayanan kesehatan dasar di Poskesdes, namun masih ada poskesdes yang belum mempunyai tempat secara khusus sehingga menjadikan pelayanan kepada masyarakat belum bisa maksimal. Beberapa penyebab desa belum mempunyai poskesdes diantaranya adalah sbb : 1. Poskesdes yang telah ada berubah fungsi menjadi tempat untuk kegiatan lain berdasarkan kebijakan pemerintah desa 2. Peggunaan rumah tinggal bidan sebagai poskesdes karena bidan pelaksana kegiatan poskesdes merupakan warga desa setempat 3. Penyebab penyebab lainnya Kondisi seperti ini kedepan harus dicarikan pemecahan masalahnya sehingga semua poskesdes yang ada di seluruh Kab. Situbondo bisa berjalan optimal dan memadukan peran masyarakat desa dan pemerintah. b. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling diketahui oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 (lima) program prioritas kesehatan yaitu kesehatan ibu-anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi, dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu dikelompokkan dalam 4 (empat) strata, yakni Pratama, Madya, Purnama, Mandiri. Pada akhir tahun 2012 jumlah balita sebanyak anak sedangkan jumlah Posyandu yang ada sebanyak 918 Pos. Jadi rasio jumlah Posyandu dengan jumlah balita adalah 1 : 54. Bila Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

109 dibandingkan dengan standar Posyandu, yakni untuk 1 (satu) Posyandu melayani 80 Balita, maka angka tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan. Gambar 5.1. di bawah ini menunjukkan Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo Tahun Gambar 5.1 Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber: Laporan Tribulan Profil Promosi Kesehatan Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa strata terbesar Posyandu di Kabupaten Situbondo adalah Madya sebesar 53,38%, kemudian Purnama sebesar 35,40%, Pratama sebesar 8,17% dan Mandiri sebesar 3,05% (Lampiran Profil Tabel 72). Dengan strata terbanyak di tahapan Madya maka sebenarnya Posyandu yang ada sudah bergerak menuju kualitas Purnama Mandiri. Yang lebih baik dalam kemandirian, tentunya kualitas yang sudah dicapai perlu ditingkatkan ke arah purnama dan mandiri serta menjaga jangan sampai turun menjadi madya dan pratama. Secara kualitas berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu PURI (Purnama - Mandiri) di Kabupaten Situbondo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 Posyandu PURI mencapai 32,75% sedangkan di tahun 2011 Posyandu PURI mencapai 33,19% dan di tahun 2012 Posyandu PURI meningkat Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

110 mencapai 38,45%. Tingkat Perkembangan Posyandu Purnama Mandiri (PURI) di Kabupaten Situbondo Tahun disajikan pada Gambar 5.2. Gambar 5.2 Tingkat Perkembangan Posyandu Purnama Mandiri (PURI) di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan Tribulan Profil Promosi Kesehatan Peningkatan kualitas Posyandu tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain meningkatnya kinerja Tim Pokjanal Posyandu baik dari tingkat Provinsi, Kabupaten /Kota sampai dengan tingkat Kecamatan. Selain itu adanya peningkatan kinerja dari para pengelola posyandu seperti kader posyandu melalui beberapa kegiatan antara lain mengikuti pelatihan peningkatan kinerja dan magang kader yang dilaksanakan pada tahun 2011 di tingkat Kabupaten/Kota. Keberadaan petugas kesehatan di Posyandu tidaklah berarti jika kader Posyandu tidak dapat berperan secara optimal. Kader Posyandu sebagai penanggungjawab Posyandu mempunyai peran yang sangat penting. c. Desa/Kelurahan Siaga Aktif Poskesdes yang dikembangkan dan beroperasi di Kabupaten Situbondo Tahun 2012 sebanyak 136 diiringi dengan terbentuknya Desa/Kelurahan Siaga sebanyak 136 Desa/Kelurahan. Desa Siaga Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

111 adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemapuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif didapatkan dari desa yang memenuhi 8 kriteria. Penetapan pentahapan kriteria Desa/Kelurahan Siaga Aktif berdasarkan pada Pedoman Umum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jumlah persentase merupakan kumulatif dari jumlah Desa atau Kelurahan Siaga Aktif pada tahun sebelumnya. Dari 136 desa/kelurahan siaga di Kabupaten Situbondo, yang sudah aktif baru 66 desa/kelurahan (48,53%). Target pencapaian Desa/Kelurahan aktif tahun 2012 yang telah ditetapkan adalah 50%. Dengan demikian cakupan tahun 2012 masih belum mencapai target. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan pencapaian tahuntahun sebelumnya, pencapaian desa siaga di Kabupaten Situbondo terus mengalami peningkatan. Perkembangan Desa Siaga aktif di Kabupaten Situbondo Tahun disajikan pada Gambar 5.3 berikut. Gambar 5.3. Perkembangan Desa Siaga aktif di Kabupaten Situbondo Tahun Sumber: Laporan Tribulan Profil Promosi Kesehatan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO Puji syukur kepada Allah Subhanahuwata ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 2014 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] 20 13 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 i PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci