BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango"

Transkripsi

1 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan pada upacara adat kebesaran seperti pada upacara adat penobatan, upacara adat penyambutan tamu, perkawinan dan pada upacara adat pemakaman. Pada zaman dulu ada 4 golongan status sosial yaitu Raja, bangsawan, rakyat biasa dan wato (budak). Untuk menggelar upacara adat ngango lo huwayo hanya boleh digunakan oleh Olongia (raja) dan keturunannya serta golongan bangsawan, Olongia pada waktu itu merupakan penguasa. Namun dengan adanya perkembangan zaman upacara-upacara adat tersebut sudah dapat dipakai oleh seluruh masyarakat Gorontalo (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Ngango lo huwayo terbuat dari bambu kuning (wawohu hulawa), bambu dibelah 30 cm kemudian diukir untuk membuat gigi buaya. Kelengkapan lain dari ngango lo huwayo yaitu tangga adat, lengkungan janur kuning dan pohon pinang. Ngango lo huwayo diletakkan di depan pintu masuk ke Yiladia, berikut ini gambar ngango lo huwayo diletakkan di depan rumah.

2 18 Gambar 3. Letak Ngango lo huwayo di Yiladia (Rumah) Foto : Dok. Penulis Maret 2013 Pada gambar di atas ngango lo huwayo terletak di depan pintu masuk rumah, Ngango lo huwayo diletakkan menghadap ke depan menyongsong tamutamu yang datang ke upacara adat dengan posisi mulut yang terbuka. Letak ngango lo huwayo tersebut disesuaikan dengan posisi rumah. Selain kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat juga pagar adat dan tempat persidangan adat, kelengkapan tersebut diletakkan bersamaan (Wawancara D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00) Kajian bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan Kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango terdiri dari mulut buaya, lengkungan janur kuning, pohon pinang dan tangga adat. Ngango lo huwayo terbuat dari bambu

3 19 kuning yang dibelah kemudian diukir sehingga menghasilkan bentuk. Berikut ini bentuk yang terdapat pada ngango lo huwayo Gambar 4 a. Ngango lo huwayo pada Upacara adat penobatan (tampak samping) Foto: Dok. penulis, Juni Gambar 4 b. Keterangan bentuk pada upacara adat penobatan Foto: Dok. penulis, Juni 2013

4 20 Pada gambar di atas merupakan gambar tampak samping dari ngango lo huwayo. Adapun bentuk yang terdapat pada gambar di atas terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, segitiga sama sisi dan bentuk segitiga siku-siku. Bentuk segitiga sama kaki pada gambar 1 merupakan mulut buaya. Pada mulut buaya bambu kuning dibelah 30 cm, kemudian diukir pada bagian mulutnya sampai pada gigi buaya (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Mulut buaya diukir untuk menghasilkan bentuk moncong buaya, jadi jika dilihat dari tampak samping mulut buaya yang terbuka nampak terlihat bentuk segitiga sama kaki. Pada gambar 2 bentuk segitiga sama sisi yang merupakan ukiran gigi buaya, bentuk yang diukir berbentuk segitiga sama sisi. Bentuk segitiga sama sisi terdapat pada bagian bawah, bagian atas, bagian kiri dan kanan sehingga bentuknya saling berhadapan. Jumlah gigi pada bagian atas yaitu 9 dan 7 pada bagian bawah kiri dan kanan. Angka 9 diambil pada 9 kerajaan yang menganut dan menyebarkan agama Islam di Gorontalo, sedangkan angka 7 merupakan 7 orang-orang yang memiliki jabatan di daerah kerajaan yaitu Olongia, Huhuhu, Moputi, Kadli, Apitalau, Wulea Lo Lipu, Mbu I Biluwato (Wawancara Delatu Karmin, tangga 15 Juni 2013 pukul 11.00). Hal itu dibenarkan oleh bapak Hamid R. Delatu bahwa angka 9 di ambil dari 9 kerajaan yang menganut serta menyebarkan agama Islam di Gorontalo, dan angka 7 di ambil dari 7 orang yang memiliki jabatan di daerah kerajaan (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 7 Juli 2013 pukul 17.26).

5 21 Pada upacara adat penobatan Bupati di Bulango Kabupaten Bone Bolango jumlah gigi yang digunakan merupakan jumlah gigi yang digunakan pada upacara adat kerajaan dulu. Pemakaian jumlah gigi tersebut karena upacara yang digelar merupakan upacara adat penobatan bagi bupati. Dulu jabatan bupati adalah Olongia (raja), maka itu masyarakat menggunakan jumlah gigi tersebut (Wawancara bersama Karmin Delatu, tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.00). Pada bagian belakang dari gigi buaya diletakkan penyangga yang berfungsi untuk membuka mulut buaya sehingga mulut buaya tersebut menganga. Bambu kuning merupakan bahan utama dalam pembuatan kelengkapan adat ngango lo huwayo yang berbentuk silinder. Bambu kuning yang digunakan pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango adalah bambu bagian ujung (huudiyo). Penggunaan bambu kuning pada bagian ujung merupakan pertanda bahwa upacara yang digelar adalah pesta riang (Wawancara bersama Hasim supu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 18.15). Berikut ini bambu yang digunakan pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango. Gambar 5. Bambu kuning bagian ujung (Huudiyo) Foto: Dok. penulis, Juni 2013

6 22 Menurut Bapak D.K Usman selaku tokoh adat di Kota Gorontalo bahwa penggunaan bambu pada bagian ujung tujuannya untuk memberikan simbol atau tanda di setiap upacara-upacara adat, agar masyarakat dapat membedakan mana pesta riang dan upacara adat pemakaman (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Bambu kuning juga memberikan motif alami yang bergaris warna hijau. Warna bergaris hijau tersebut akan menambah nilai estetik dari ngango lo huwayo. Pada gambar 4 bentuk persegi panjang, bentuk tersebut dihasilkan dari tiang-tiang bambu yang menghubungkan lengkungan janur kuning dengan bambu kuning dan tangga adat. Pada gambar 5, bagian ujung bambu diletakkan pada lantai dan mulut buaya diikatkan setinggi 60 cm sehingga mulutnya miring 40 derajat dan membentuk segitiga siku-siku (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, Tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Di antara lantai, tangga adat dan bambu kuning (mulut buaya) terdapat bentuk segitiga sembarang (gambar 6). Bentuk segitiga sembarang terbentuk antara lantai serta kemiringan tangga adat dan bambu kuning (mulut buaya) saling bersilangan sehingga membentuk segitiga sembarang. Untuk bentuk segitiga sama sisi gambar 7 merupakan silangan antara tangga adat dan bambu kuning (mulut buaya). Pada nomor 8 terdapat bentuk segitiga siku-siku terbentuk dari bambu kuning (mulut buaya) yang disilangkan dengan bambu kuning lainnya sehingga membentuk segitiga siku-siku. Dari tampak depan kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat beberapa bentuk. Berikut ini gambar ngango lo huwayo dilihat dari tampak depan.

7 23 3 Gambar 6 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan (tampak depan) Sumber : Upacara Adat Penobatan Dan Penyambutan Tamu Bupati Bone Bolango (Rumah Pribadi) Foto: Dok. penulis, Juni Bentuk Tak Beraturan (Janur Kuning) 3 6. Bentuk Tak Beraturan (Pohon Pinang) Gambar 6 b. Keterangan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan Foto: Dok. penulis, Juni 2013

8 24 Pada tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang. Pada gambar 1 bentuk persegi panjang merupakan bentuk dasar antara lengkungan janur kuning dan tiang-tiang sebagai penghubung antara lengkungan satu dengan yang lain. Tiang-tiang diletakkan di samping mulut buaya dan pohon pinang, kemudian bilah-bilah bambu ditancapkan pada tiap-tiap bambu sehingga bilah bambu tersebut membentuk setengah lingkaran (keterangan 6 a gambar 2), (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Di samping tiang-tiang bambu kuning untuk lengkungan janur kuning terdapat mulut buaya yang menganga menyongsong tamu yang datang. Mulut buaya diikatkan pada pada bagian tengah disamping kiri dan kanan terdapat pohon pinang dan tiang yang digunakan untuk lengkungan janur kuning (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Pada bagian tengah terdapat tangga adat (tolitihu), tangga adat ini terbuat dari bambu kuning yang dibelah-belah kemudian dianyam sehingga menghasilkan suatu motif anyaman bambu dan bentuk keseluruhan dari tangga adat berbentuk persegi panjang (gambar 3). Motif anyaman tersebut adalah motif anyaman kepar, berikut ini contoh motif anyaman yang digunakan pada tangga adat.

9 25 Gambar 7. Anyaman kepar Sumber : Keterampilan Anyaman Bambu Dan Rotan Foto : Dok. Repro Penulis 15 Oktober 2013 Setelah bilah-bilah bambu dianyam maka bentuk keseluruhan dari tangga adat tersebut akan berbentuk persegi panjang. Pada tangga adat bilah bambu yang dianyam adalah bagian dalam bambu, jadi bambu bagian luar mengahadap ke atas pertanda bahwa upacara yang digelar merupakan pesta riang (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango tangga adat diletakan didepan pintu masuk rumah pribadi dan rumah dinas. Letaknya agak miring dari tanah kebalok rumah sehingga tangga adat menjadi landai. Bilah bambu tidak dapat berfungsi atau diatur kalau tidak ada buuwata (Penopang). Pada penopang inilah letaknya kekuatan bilah bambu yang letaknya melintang diatas tiang sehingga kelihatan seperti dianyam (Liputo, 1985:55). Untuk ketinggian tangga yang diletakan di depan rumah disesuaikan dengan kondisi rumah, jadi kemiringan tangga disesuaikan dengan balok rumah (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Jadi

10 26 kemiringan tangga adat tidak ditentukan berapa kemiringannya namun tangga tersebut menyesuaikan dengan teras rumah. Dokumentasi kelengkapan adat ngango lo huwayo yang diambil ini pada waktu upacara adat penobatan Bupati di Kabupaten Bone Bolango yang bertempat di rumah pribadi. Letak tangga adat menyesuaikan dengan teras rumah dan berhubung teras tersebut tidak tinggi maka letak tangganya pun miring 5 derajat (lihat keterangan 4 a). Bilah-bilah bambu yang dianyam terdapat lima ruang, setiap ruang diisi dengan 7 bilah-bilah bambu dan terdapat 5 penopang agar tangganya kuat untuk dilewati (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tangga 27 Februari 2013 pukul 15.30). Pada keterangan 6 gambar 4, terdapat bentuk segitiga siku-siku. Bentuk segitiga siku-siku tersebut dihasilkan dari persilangan antara tangga adat dan bambu kuning (mulut buaya). Pada gambar 6 merupakan bentuk tak beraturan yaitu janur kuning yang diikatkan pada lengkungan janur kuning. Janur kuning pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango merupakan peringatan bagi pejabat yang akan dinobatkan di dalam menjalankan tugasnya (Liputo, 1985:57). Untuk tampak depan pada bagian kiri dan kanan ngango lo huwayo terdapat pohon pinang yang masih muda lengkap dengan daunnya. Pada umumnya pohon tergolong dalam bentuk tak beraturan karena pohon bentuknya tidak simetris, hubungan antara bagian-bagian lainnya tidak serupa sehingga pohon pinang tergolong dalam bentuk tak beraturan. Pohon pinang terletak di

11 27 samping mulut buaya di kiri dan kanan, walaupun diletakkan secara bersamaan namun pohon pinang tetap tidak simetris (keterangan 6 a). Bentuk lain yang terdapat pada pohon pinang yaitu batang pohon pinang yang berbentuk silinder. Bentuk silinder tersebut hanya terdapat pada batangnya saja jadi bentuk keseluruhan dari pohon pinang yaitu bentuk tak beraturan. Pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango memiliki makna bahwa 2 pohon pinang yang masih berdaun melambangkan adat yang turuntemurun dan mengayomi yang didasarkan pada agama dan hukum (Liputo, 1985:20). Pada tampak atas kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat bentuk persegi panjang dan bentuk setengah lingkaran. Bentuk persegi panjang terdapat pada tangga adat, kemudian bentuk setengah lingkaran tersebut terdapat pada lengkungan janur kuning Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu Upacara adat penyambutan tamu merupakan penyambutan/penghormatan kepada tamu secara adat oleh pemerintah dan masyarakat (Pateda, 2008:56). Pada upacara adat penyambutan di Bulango Kabupaten Bone Bolango terdapat kelengkapan adat ngango lo huwayo yaitu mulut buaya, pohon pinang, lengkungan janur kuning dan tangga adat. (Wawancara bersama Ayuba Gani, tanggal 6 Maret 2013 pukul 15.30).

12 Gambar 8 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak samping) Foto: Dok. Penulis Juni Gambar 8 b. Keterangan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu Foto: Dok. Penulis Juni 2013 Pada gambar di atas merupakan bentuk-bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo jika dilihat dari tampak samping. Bentuk pada tampak samping terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk

13 29 segitiga sembarang. Bentuk segitiga sama kaki (gambar 1) merupakan bentuk mulut buaya yang menganga. Bentuk tersebut terlihat ketika dilihat dari samping. Pada ujung bambu kuning diukir sehingga mengasilkan bentuk mulut buaya lengkap dengan gigi buaya (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Gigi buaya yang diukir adalah bentuk segitiga sama sisi. Gigi-gigi tersebut diukir pada bagian bawah, atas, kiri dan kanan sehingga gigi-gigi tersebut saling berhadapan. Pada bagian dalam mulut buaya diletakkan penyangga agar mulut buaya terbuka. Jumlah gigi pada upacara adat penyambutan tamu bagi pejabat yang akan dinobatkan di Bulango Kabupaten Bone Bolango berjumlah 9 di atas dan 7 di bawah. Apabila penyambutan tamu bagi yang mengadakan kunjungan atau pemeriksaan wilayah dan tamu yang hanya sekali disambut secara adat di daerah Gorontalo maka jumlah giginya berjumlah 7 di atas dan 5 di bawah. Jumlah gigi 7 di atas dan 5 di bawah merupakan tanda kerukunan, kesetiaan dari 3 serangkai adat yaitu bersatu dalam melaksanakan pemerintahan (Liputo, 1985:20). Berikut ini gambar kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu di Bulango Kabupaten Bone Bolango.

14 30 Gambar 9. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu Sumber: Sketsa D.K Usman Foto: Dok. Penulis Juni 2013 Makna ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu melambangkan hukum (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Bambu kuning yang digunakan pada upacara adat penyambutan tamu di Bulango Kabupaten Bone Bolango adalah bambu kuning pada bagian ujung (Huudiyo) (lihat keterangan 5). Bambu kuning merupakan bahan utama dalam pembuatn kelengkapan adat ngango lo huwayo yang tergolong dalam bentuk silinder. Pada gambar 4 merupakan bentuk persegi panjang jika dilihat dari tampak samping. Pada gambar 5 terdapat bentuk siku-siku. Bentuk siku-siku merupakan bentuk yang dihasilkan dari kemiringan tangga adat dan bambu kuning (mulut buaya). Kemiringan tangga adat tersebut karena tangga diletakkan pada balok rumah sehingga tangganya miring dan kemiringan bambu kuning karena mulut buaya diikatkan pada pohon pinang tingginya mencapai 60 cm sehingga kemiringannya mencapai 40 derajat.

15 31 Pada gambar 6 berbentuk segitiga sembarang yang merupakan persilangan antara tangga adat dan bambu kuning. Bentuk segitiga siku-siku terdapat pada persilangan bambu kuning (mulut buaya) dan bambu kuning sehingga berbentuk segitiga siku-siku (gambar 7) Gambar 10 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak depan) Foto: Dok. Penulis, Juni

16 32 3. Bentuk tak beraturan (janur kuning) 6. bentuk tak beraturan (pohon pinang) Gambar 10. Keterangan bentuk Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu dan Foto: Dok. Penulis, Juni 2013 Pada gambar di atas merupakan gambar kelengkapan adat ngango lo huwayo pada tampak depan yang terdiri dari bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan janur kuning. Bentuk persegi panjang terdapat pada gabungan antara bambu-bambu kuning sehingga jika dilihat dari tampak depan maka berbentuk persegi panjang. Pada gambar 2 yaitu bambu yang diletakkan secara bersamaan disamping mulut buaya dan bambu kuning. Tiang bambu tersebut ditancapkan bilah-bilah bambu sehingga berbentuk setengah lingkaran. Lengkungan tersebut dihiasi dengan janur kuning dengan cara diikat pada bilah-bilah bambu (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Jadi pada lengkungan janur kuning terdapat dua bentuk yaitu bentuk setengah lingkaran terdapat pada lengkungan janur kuning dan bentuk tak beraturan terdapat pada janur kuning (lihat gambar 3). Pada gambar 4 terdapat tangga adat, tangga adat terbuat dari bambu kuning. Pada upacara adat penyambutan tamu di Bulango Kabupaten Bone Bolango tangga adat merupakan salah satu kelengkapan yang harus ada di

17 33 samping ngango lo huwayo. Tangga adat terbuat dari bilah-bilah bambu yang dirangkai sehingga menghasilkan bentuk persegi panjang. Tangga adat dibuat miring kebawah dari ujung lantai pintu masuk ke rumah. Pada upacara adat penyambutan tamu di Bulango Kabupaten Bone Bolango kemiringan tangganya tidak ditentukan berapa derajat kemiringannya, namun kemiringan tersebut menyesuaikan dengan letak teras rumah. Dari hasil dokumentasi yang didapat di lapangan, tangga adat yang diletakkan di depan pintu masuk rumah (teras rumah) sehingga kemiringannya hanya mencapai 5 derajat. Cara pembuatan tangga adat yaitu empat bambu diletakan secara landai/miring dari lantai pintu ke tanah dengan jarak yang sama, bambu itulah yang akan menjadi tumpuan. Pada ke empat bambu itu diikatkan empat potong bambu selebar tangga yang letaknya melintang, jaraknya sama sehingga menjadi empat susun. Di pinggir empat bambu itu ada lagi empat bambu yang berlubang untuk tempat jari-jari tangga. Di antara ke empat bambu melintang itu dibuatkan anyaman bambu yang dibelah, sehingga menjadi seperti tangga yang dianyam dari bambu. Bambu yang dianyam itu letaknya terlentang dan menjadi jari-jari yang dimasukan pada bambu yang berlubang (Liputo, 1985:18). Untuk gambar 5 yaitu kemiringan bambu kuning dan tangga adat sehingga membentuk segitiga siku-siku. Pada gambar 6 yaitu pohon pinang. Pohon pinang yang masih muda yang lengkap dengan daunnya diletakkan di samping mulut buaya. Pohon pinang berdiri tegak disamping mulut buaya, pohon pinang merupakan bentuk tak beraturan karena bagian bawah dan atas dari pohon pinang tidak simetris. Walaupun 2 pohon pinang berdiri tegak di samping mulut buaya

18 34 namun bentuknya tidak simetris. Pada upacara adat penyambutan tamu di Bulango Kabupaten Bone Bolango 2 pohon pinang melambangkan adat yang turun temurun dan mengayomi masyarakat yang didasarkan pada agama dan hukum (Liputo, 1985:20). Jika dilihat dari tampak atas bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo yaitu bentuk persegi panjang dari tangga adat serta lengkungan-lengkungan janur kuning Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat perkawinan Pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango memiliki kelengkapan adat yaitu ngango lo huwayo yang terdiri dari mulut buaya, lengkungan janur kuning, pohon pinang dan tangga adat. Berikut ini bentukbentuk yang terdapat pada ngango lo huwayo. Gambar 11 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak samping) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013

19 Gambar 11 b. Keterangan bentuk Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Gambar di atas merupakan kelengkapan adat ngango lo huwayo tampak dari samping. Dilihat pada tampak samping kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk trapesium. Bentuk segitiga sama kaki yang terdapat pada bentuk mulut buaya yang terbuka. Bambu kuning dibelah 30 cm kemudian diukir pada bagian depan untuk membentuk moncong buaya dan diberi penyangga agar mulut buaya tebuka. Setelah itu diukir pada bagian dalam mulut buaya, ukiran-ukiran tersebut berbentuk segitiga yaitu sebagai gigi dari buaya. Dilihat dari gambar tampak samping, bagian atas terlihat mulut buaya yang terbuka membentuk segitiga sama kaki, pada ukiran gigi buaya berbentuk segitiga sama sisi dan bambu kuning yang

20 36 digunakan merupakan bentuk silinder. Jadi pada tampak samping memiliki tiga bentuk yang dipadukan dalam satu kelengkapan adat yaitu bentuk segitiga sama kaki, segitiga sama sisi dan bentuk silinder. Pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango gigi dari mulut buaya di atas berjumlah 7 dan di bawah berjumlah 5. Angka 7 diambil pada 7 orang yang memiliki jabatan pada daerah kerajaan. Sedangkan angka 5 merupakan 5 kerajaan yang ada di Gorontalo seperti Hulondalo, Limutu, Bulango, Atinggola dan Suwawa (Wawancara bersama Karmin Delatu, tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.00). Bentuk mulut buaya memiliki tujuan tertentu pada setiap upacara-upacara adat, dan bentuknya pun masih seperti yang dulu karena apabila bentuknya diubah maka nilai-nilai budayanya juga berubah. Untuk itu para pemangku adat masih mempertahankan bentuknya. Namun ada juga yang mengkreasikan bentuk-bentuk ukiran mulut buaya seperti gambar di bawah ini. Gambar 12. Mulut Buaya Foto : penulis, Juli 2013

21 37 Ukirannya sengaja dibuat untuk mengkreasikan suatu bentuk ukiran dari mulut buaya, ujung mulutnya dibuat lebih runcing jadi lebih moncong dari bentuk yang biasanya dibuat. Untuk giginya juga diukir, dari gigi pertama dan kedua dibuat berdekatan namun masuk ke ukiran gigi ketiga ada batasan dengan ukiran yang cembung dan agak panjang dari gigi-gigi lainnya. Setelah itu baru diukir gigi ketiga sampai ketujuh untuk bagian atas kiri dan kanan mulut buaya. Dan untuk bagian bawah mulut buaya giginya dibuat sama seperti bagian atas yaitu gigi pertama dan keduapun berdekatan dan ada batasanya juga, setelah itu diukir gigi ketiga sampai lima. Bagian dalam mulut buaya dibuat berbeda dengan mulut buaya yang lain. Biasanya bambu dibelah sampai 30 cm kemudian diletakkan penyangga pada bagian dalam mulut buaya agar mulutnya terbuka. Namun gambar diatas tidak terdapat penyangga hanya saja bentuk ukirannya yang menjadikan mulut tersebut terlihat terbuka. Ukiran-ukiran tersebut tidak meninggalkan nilai-nilai budaya yang ada pada kelengkapan adat ngango lo huwayo. Pada gambar 3 bentuk silinder yaitu bambu kuning. Pada pembuatan ngango lo huwayo bambu yang digunakan adalah bambu kuning pada bagian ujung bambu (Huudiyo). Penggunaan bambu seperti itu merupakan tanda bahwa upacara yang digelar adalah pesta riang (Wawancara bersama Hasim Supu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 18.15). Pada gambar 4 terdapat bentuk persegi panjang yang merupakan gabungan antara bambu kuning dengan kelengkapan adat lainnya. Pada gambar 5 terdapat bentuk segitiga siku-siku, bentuk tersebut dihasilkan dari kemiringan tangga adat

22 38 dan bambu kuning (mulut buaya). Bentuk trapesium ini terdapat pada kemiringan bambu kuning dan bambu-bambu yang terdapat kelengkapan adat terdapat pada gambar 6. kemudian gambar 7 merupakan bentuk segitiga siku-siku. Bentuk segitiga siku-siku merupakan kemiringan tangga adat, kemiringannya mencapai 35 derajat dari tanah ke balok rumah, sehingga apabila dilihat dari samping tangga tersebut berbentuk segitiga siku-siku. Berikut ini gambar ngango lo huwayo dari tampak depan. 4 Gambar 13 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013

23 Bentuk tak beraturan (pohon pinang) 3. Bentuk tak beraturan 6. (janur kuning) Gambar 13 b. Keterangan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Pada gambar tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk tak beraturan terdapat janur kuning, bentuk persegi panjang, bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan segitiga siku-siku. Dari tampak depan yang telihat adalah mulut buaya yang terbuka. Moncong dari buaya tersebut menghadap ke depan untuk menyongsong tamu yang datang pada upacara adat. Mulut buaya pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango bermakna bahwa segala marah bahaya pasti akan ditelan buaya sehingga sejahteralah kedua mempelai dalam kehidupan mereka (Liputo, 1985:131).

24 40 Bentuk persegi panjang terbentuk dari tiang-tiang yang berdiri untuk menancapkan lengkungan janur kuning. Pada gambar 2 terdapat bentuk setengah lingkaran yaitu lengkungan janur kuning. Lengkungan janur kuning tersebut terbuat dari bilah bambu yang ditancapkan dari tiang satu ke tiang lainnya sehingga lengkungan tersebut saling berhubungan (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Lengkungan janur kuning dihiasi dengan janur kuning dengan cara diikat pada bilah-bilah bambu, jadi pada lengkungan janur kuning tersebut terdapat dua bentuk yaitu bentuk setengah lingkaran terdapat pada lengkungannya dan bentuk tak beraturan terdapat pada janur kuning (gambar 3). Lengkungan janur kuning pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango bermakna bahwa apa yang terjadi di luar rumah jangan dibawa ke rumah tangga agar rumah tangga selalu aman dan bahagia (Liputo, 1985:132). Kelengkapan adat ngango lo huwayo dihiasi dengan janur kuning, jika kedua insan itu masih jejaka, kalau salah satunya sudah pernah menikah maka ngango lo huwayo tidak diberi janur lagi (Liputo, ). Namun hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi disebabkan oleh perkembangan zaman sehingga hal tersebut tidak dilakukan lagi (Wawancara bersama Ayuba Gani, tanggal 6 Maret 2013 pukul 15.30). Bentuk persegi panjang terdapat pada tangga adat (gambar 4). Tangga adat terbuat dari bambu kuning yang dibelah-belah kemudian dirangkai menjadi satu sehingga menghasilkan suatu motif anyaman bambu. Anyaman bambu yang telah dirangkai menjadi tangga adat berbentuk persegi panjang. Pada bilah-bilah bambu

25 41 dibuatkan penopang agar tangga yang dibuat menjadi kuat karena tangga tersebut merupakan tumpuan bagi yang melewatinya. Pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango tangga adat terbuat dari bambu kuning pada bagian bawah tanah mendatar satu bagian, menanjak 4 bagian dan mendatar di atas satu bagian sehingga kalau dihitung semuanya akan memperoleh 7 bambu yang melintang. Ini berarti hutahutao duluo wau langge langgelo limo yang berarti duluo lo u limo pohalaa atau menggambarkan persatuan di daerah ini. Anyaman bambu ini di letakkan terbalik sebagai tanda bahwa tuan rumah menunggu dengan ikhlas tamu-tamu yang datang (Liputo, 1985:131). Tangga adat pada upacara adat perkawinan di Bulango Kabupaten Bone Bolango, bagian dalam bambu menghadap ke atas (tumu tumulo) (lihat gambar 13). Tujuannya untuk memberikan tanda bahwa upacara yang digelar merupakan pesta riang (Wawancara bersama Hasim Supu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 18.15). Pada samping mulut buaya terdapat pohon pinang (gambar 5). Pohon pinang merupakan bentuk tak beraturan karena bagian-bagiannya tidak serupa adat tidak simetris, walaupun diletakkan secara bersamaan namun tetap saja bentuknya tak beraturan. Pada upacara adat perkawinan di Bulango kabupaten Bone Bolango pohon pinang menandakan kedamaian, sifat jujur dan mengayomi (Liputo, 1985:131). Pada gambar 6 yaitu bentuk segitiga siku-siku merupakan persilangan antara bambu kuning (mulut buaya), tiang bambu dan tangga adat sehingga membentuk segitiga siku-siku.

26 Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman Pada upacara adat pemakaman kelengkapan ngango lo huwayo terdiri dari mulut buaya, pohon pinang, lengkungan janur kuning dan tangga adat. Dari keseluruhan kelengkapan adat pada ngango lo huwayo terdapat bentuk-bentuk yaitu bentuk beraturan dan bentuk tak beraturan. Pada gambar kelengkapan adat ngango lo huwayo pada tampak samping terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang dan bentuk segitiga siku-siku. Jika dilihat dari tampak samping mulut buaya diikat pada pohon pinang setinggi 60 cm sehingga mulut buaya tampak miring. Bambu kuning merupakan bentuk silinder, bambu kuning tersebut merupakan bahan utama dalam pembuatan kelengkapan adat ngango lo huwayo. Pada bagian ujung bambu dibelah 30 cm dan diukir pada mulutnya untuk menghasilkan bentuk moncong buaya. Kemudian pada bagian dalam dari mulut buaya diukir berbentuk segitiga. Bentuk segitiga tesebut merupakan gigi dari buaya (Wawancara bersama Karmin Delatu, tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.00).

27 43 4 Gambar 14 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman (tampak samping) Foto: Dok. Penulis, Mei Gambar 14 b. Keterangan bentuk Ngango lo huwayo tampak samping Foto: Dok. Penulis, Mei 2013 Dilihat dari tampak samping terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang dan bentuk segitiga siku-siku.

28 44 Pada tampak samping mulut buaya yang terbuka berbentuk segitiga sama kaki. Pada gigi-gigi buaya terdapat bentuk-bentuk segitiga sama sisi dan bambu yang digunakan dalam pembuatan mulut buaya merupakan bentuk silinder. Jadi pada mulut buaya terdapat 3 bentuk yang dipadukan dalam satu kelengkapan adat. Bentuk segitiga sama kaki yang terdapat pada mulut buaya dapat dilihat pada tampak samping. Mulut buaya dibelah 30 cm kemudian diukir pada bagian mulutnya untuk mendapat hasil moncong buaya, kemudian diberi penyangga pada bagian belakang agar mulut buaya terbuka atau menganga (Wawancara D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Pada bagian gigi buaya juga diukir dengan bentuk segtiga sama sisi. Jumlah gigi pada upacara adat pemakaman di Bulango Kabupaten Bone Bolango berjumlah 7 pada bagian atas dan 5 pada bagia bawah. Pada bagian dalam mulut buaya diletakkan penyangga agar posisi mulut buaya tersebut terbuka (Wawancara Hamid R. Delatu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 15.30). Bambu kuning merupakan bentuk silinder, bambu kuning merupakan bahan utama dalam pembuatan kelengkapan adat ngango lo huwayo. Bambu kuning yang digunakan pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango adalah pada bagian pangkal bambu.

29 45 Gambar 15. Bambu Bagian Pangkal (To Bungo) Foto : Dok. Penulis, Mei 2013 Perbedaan dalam penggunaan bambu pada tiap-tiap upacara adat bertujuan untuk memberikan tanda disetiap upacara-upacara adat (Wawancara bersama Hasim Supu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 18.15). Pada dasarnya kelengkapan adat itu sama di setiap upacara-upacara adat yang berbeda pada upacara adat pemakaman yaitu semua dilakukan secara terbalik. Hal tersebut dilakukan tujuannya untuk membedakan pesta riang dan upacara dalam suasana duka (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Dokumentasi yang didapat pada upacara adat pemakaman ini ada bagian yang ditambahkan yaitu pagar (Jalamba). Namun pada umumnya Jalamba tersebut digunakan pada kelengkapan adat ngango lo huwayo untuk menggantikan jika bambu kuning tidak ada (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tanggal 7 Juli 2013 pukul 17.26). Dilihat dari tampak samping ada beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang pada Jalamba, kemudian bentuk siku-siku pada kemiringan tangga adat dan kemiringan pada bambu kuning (mulut buaya), (lihat nomor 5 dan 6). Berikut ini kelengkapan adat ngango lo huwayo pada tampak depan.

30 46 Gambar 16 a. Ngango lo huwayo pada upacara adat Pemakaman (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Mei Bentuk tak beraturan (pohon pinang) 3. Bentuk tak beraturan (janur kuning) Gambar 16 b. Keterangan bentuk Ngango lo huwayo pada upacara adat Pemakaman Foto : Dok. Penulis, Mei 2013 Pada tampak depan ada beberapa bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk beraturan terdapat pada janur kuning dan pohon pinang. Bentuk persegi panjang terdapat pada bentuk dasar dari lengkungan janur kuning yaitu tiang-tiang

31 47 yang menghubungkan lengkungan janur kuning (gambar 1). Kemudian pada gambar 2 pada tampak samping terdapat bentuk setengah lingkaran yaitu lengkungan janur kuning Lengkungan tersebut terbuat dari bilah bambu yang ditancapkan pada bambu-bambu yang berdiri sehingga membentuk setengah lingkaran, bentuk setengah lingkaran tersebut adalah lengkungan janur kuning. Lengkungan janur kuning dihiasi dengan janur kuning dengan cara diikatkan pada bilah-bilah bambu yang melengkung (Wawancara bersama Karmin Delatu, tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.00). Janur kuning janur kuning merupakan bentuk tak beraturan, janur kuning berfungsi sebagai menghias pada kelengkapan adat ngango lo huwayo. Tangga adat terletak pada bagian tengah. Tangga adat terbuat bambu kuning yang telah dibelah-belah kemudian dirangkai atau dianyam sehingga menghasilkan suatu motif anyaman (Wawancara bersama Hamid R. Delatu, tangga 27 Februari pukul 15.30). Tangga yang telah dirangkai menjadi tangga akan bentuk persegi panjang. Tangga yang dianyam disusun lima potong bambu yang melintang yang membentuk empat bagian yang diisi dan dianyam dengan bambu yang dibelah-belah selebar 5 cm. Lima potong bambu di atas akan membentuk rangka tangga yang dirangkaikan dengan empat bilah bambu memanjang dari pintu rumah ke tanah (Liputo, 1985:153). Pada upacara adat pemakaman di Bulango Kabupaten Bone Bolango bilah bambu yang dianyam adalah bilah bambu pada bagian luar dan dihadapkan ke atas, sepeti tampak pada gambar di atas (gambar 4). Anyaman bambu pada bagian luar yang dihadapkan ke atas karena upacara yang digelar adalah upacara adat

32 48 pemakaman (Wawancara bersama Hasim Supu, tanggal 27 Februari 2013 pukul 18.15). Untuk kemiringan tangga adat disesuaikan dengan tinggi teras rumah jadi tidak ada ketentuan dalam kemiringan tangga adat (Wawancara bersama D.K Usman, tanggal 17 Desember 2013 pukul 17.00). Pada saat pengambilan gambar tangga adat pada upacara adat pemakaman kemiringannya mencapai 20 derajat sehingga antara tangga dan lantai terdapat bentuk segitiga siku-siku. Pada tampak depan mulut buaya menghadap ke depan menyongsong tamu, dengan posisi mulut yang terbuka dan memiliki gigi-gigi. Di samping mulut buaya diletakkan pohon pinang, pohon pinang terdapat di tengah-tengah. Pada upacara adat pemakaman di Bulango Kabupaten Bone Bolango terdapat perbedaan pada penempatan mulut buaya dan pohon pinang. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan tanda bahwa upacara yang digelar merupakan upacara pemakaman (Wawancara bersama D.K Usaman, tangga 17 Desember 2013 pukul 17.00). Pohon pinang diikatkan pada mulut buaya kiri dan kanan. 2 pohon pinang dilihat dari tampak depan berdiri tegak lengkap dengan daunnya. Walaupun diletakkan secara bersamaan namun pohon pinang tetap berbentuk tak beraturan (lihat keterangan 16 gambar 5).

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo merupakan salah satu di antara ratusan suku bangsa yang ada di Nusantara, sama halnya dengan suku lainnya yang memiliki kebudayaan sebagai peninggalan nenek

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Bentuk Tudung Kepala Payungo Dan Paluwala Berdasarkan hasil penelitian maka, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk dan fungsi tudung kepala payungo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adat momu o ngango (dutu) adalah pengresmian/pengukuhan secara umum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adat momu o ngango (dutu) adalah pengresmian/pengukuhan secara umum BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Adat Momu o Ngango (Dutu) Adat momu o ngango (dutu) adalah pengresmian/pengukuhan secara umum dengan disaksikan oleh pemerintah setempat, bahwa pesta

Lebih terperinci

MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG

MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG LAMBANG, PANJI, DAN MARS KORPRI Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Standar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi asar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah Indikator 1. Menentukan

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL

MAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL MAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program

Lebih terperinci

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATALOG ALAT PERAGA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1. Model Bangun Datar Model bangun datar dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pengertian, sifat-sifat bangun datar, kesebangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL 1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL SIMBOL LANGGAM JAWA GAMBAR 1 GAMBAR 2 GAMBAR 3 GAMBAR 5 SIMBOL DESIGN YANG PERTAMA INI MENGGUNAKAN LANGGAM JAWA YANG SAYA LETAKKAN DI FRAME JENDELA GAMBAR 1 GAMBAR 6

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI

Lebih terperinci

¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo

¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo 1 2 ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI SIMBOLIK KEMBAR MAYANG PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO Rodiyah¹ Ulin Naini² Mursidah Waty³ Program Studi Pendidikon

Lebih terperinci

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM :

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM : BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu pensyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan)

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan) TIANG Setelah pondasi yang berada di dalam tanah, bagian selanjutnya dari struktur Rumah Bubungan Tinggi adalah tiang. Tiang merupakan struktur vertikal yang menyalurkan beban dari bagian atap hingga ke

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT

PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT Pusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya adalah letak pusat

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

MATEMATIKA SMP PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PAKET 01 FULL DOKUMEN. SMPN 2 LOSARI 2017 Created by Irawan

MATEMATIKA SMP PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PAKET 01 FULL DOKUMEN. SMPN 2 LOSARI 2017 Created by Irawan PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 06/07 PAKET 0 DOKUMEN SANGAT RAHASIA MATEMATIKA SMP FULL SMPN LOSARI 07 Created by Irawan DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON Jika operasi " *

Lebih terperinci

Luas dan Keliling Bangun Datar (1)_soal Kelas 6 SD. 1. Rumus luas persegi panjang adalah... A. B. C. + D.

Luas dan Keliling Bangun Datar (1)_soal Kelas 6 SD. 1. Rumus luas persegi panjang adalah... A. B. C. + D. Luas dan Keliling Bangun Datar (1)_soal Kelas 6 SD 1. Rumus luas persegi panjang adalah.... A. B. C. + D.. Perhatikan gambar berikut! Luas bagian lingkaran di samping adalah... cm. A. 36,8 B. 00,96 C.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta Kabupaten Buol (Sumber : http://kabupaten buol.benang-merah.blogspot.com) Diakses 20 Februari 2013. Etnis (Suku bangsa)

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT LEMBAR INFORMASI Sambungan kayu menyudut atau yang sering kali disebut dengan hubungan kayu banyak digunakan pada pembuatan konstruksi kosen pintu, kosen jendela,

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF Deskripsi terhadap batu berelief dilakukan dengan cara memulai suatu adegan atau tokoh dari sisi kiri menurut batu berelief, dan apabila terdapat

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG

KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG 1 KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG LEMBAR INFORMASI Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan

Lebih terperinci

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan UTS Semester Genap Halaman 1 01. Balok bermassa 5 kg diletakkan di atas papan, 3 m dari titik A, seperti terlihat pada gambar. Jika massa papan adalah satu kilogram

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Halaman

DAFTAR GAMBAR Halaman DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Membentuk Rotan... 9 Gambar 2.2. Sambungan Lurus/ Pengikat pada Bentuk Lingkaran... 9 Gambar 2.3. Sambungan Silang Dibelit dengan Tali Rotan... 10 Gambar 2.4. Sambungan

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.

Lebih terperinci

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol LAMPIRAN 69 Lampiran 1 Pedoman Observasi Tanggal observasi : Tempat/ waktu : No Aspek yang diamati Keterangan 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di Kecamatan Ngombol 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol 3.

Lebih terperinci

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Sasaran METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK. Indikator o membangun konsep jenis-jenis sudut; o membangun konsep jenis-jenis segitiga; o menggunakan konsep keliling segitiga;

Lebih terperinci

1. Hasil dari (3 + (-4)) (5 + 3) adalah... A. 8 B. -7 C. -8 D. -15 PREDIKSI MATEMATIKA SMP : Tahun 2013 2. Hasil dari adalah... A. B. C. D. 1 3. Ibu membeli 24 permen yang akan dibagikan kepada 4 orang

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A

A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A. Hasil dari 5 ( 6) + 24 : 2 ( 3) =... A. -5 B. -6. 0 D. 6 2. Hasil dari 2 : 75% + 8,75 =... A. 4 B. 5. 6 D. 7 3. Uang Irna sama dengan 2 3 uang Tuti. Jika jumlah uang mereka

Lebih terperinci

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s . Keliling dan Luas angun atar 1. Persegi GEOMETRI IMENSI U s s Sifat Sifat : Keempat sisinya sama panjang, = = = Keempat sudutnya siku-siku = = = = 90 o Kedua diagonalnya sama panjang dan saling berpotongan

Lebih terperinci

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN DOKUMEN NEGARA RAHASIA B TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MATEMATIKA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN 2018 MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika PELAKSANAAN Hari/Tanggal : Jam : 07.30 09.30 (120

Lebih terperinci

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

Mutu dan Ukuran kayu bangunan Mutu dan Ukuran kayu bangunan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, penggolongan, syarat mutu, ukuran, syarat pengemasan, dan syarat penendaan kayu bangunan. 2. Definisi Kayu bangunan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN. Ingat! a = a a a a a A. 10. Ingat!

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN. Ingat! a = a a a a a A. 10. Ingat! PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 0 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN 5 Hasil dari 8 adalah... 5. a = a a a a a A. 0 B. 5. = C.. = D. 64 Hasil dari 8 adalah... A. 6 B. 8 C. 6 D. 4 6 4 Hasil dari 7 ( ( 8)) adalah...

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 6 Macam macam kikir Dibuat dari baja

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : B25 NO SOAL PEMBAHASAN 1

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : B25 NO SOAL PEMBAHASAN 1 PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 0 KODE : B5 SMP N Kalibagor Hasil dari 7 ( ( 8)) adalah... Urutan pengerjaan operasi hitung A. 49 Operasi hitung Urutan pengerjaan B. 4 Dalam kurung C. 7 Pangkat ; Akar D.

Lebih terperinci

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN Putra Adytia, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

Menemukan Dalil Pythagoras

Menemukan Dalil Pythagoras Dalil Pythagoras Menemukan Dalil Pythagoras 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku di B dengan sisi miring AC. Jika setiap petak luasnya 1 satuan, tentukan luas

Lebih terperinci

NO SOAL PEMBAHASAN 1

NO SOAL PEMBAHASAN 1 PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 01 KODE : B5 1 Hasil dari 17 (3 ( 8)) adalah... Urutan pengerjaan operasi hitung A. 49 Operasi hitung Urutan pengerjaan B. 41 Dalam kurung 1 C. 7 Pangkat ; Akar D. 41 Kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

Soal-soal UN Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2011/2012

Soal-soal UN Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2011/2012 Soal-soal UN Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2011/2012 1. Hasil dari 17 - ( 3 x (-8) ) adalah... A. 49. 41. 7 D. -41 2. Hasil dari 1 : 2 + 1 A. 2. 2. 2 D. 3 3. Uang adik berbanding uang kakak 3 : 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

Rumus dan Contoh Soal Bangun Datar dan Bangun Ruang

Rumus dan Contoh Soal Bangun Datar dan Bangun Ruang Rumus dan Contoh Soal Bangun Datar dan Bangun Ruang 2. Menghitung Luas Segi Banyak Bangun datar pada Gambar (a) dan (b) dinamakan juga segi banyak. Bangun (a) dibentuk oleh persegipanjang dan persegi.

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status

Lebih terperinci

UPACARA PENDAHULUAN

UPACARA PENDAHULUAN www.ariefprawiro.co.nr UPACARA PENDAHULUAN I Pasang Tarub & Bleketepe Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam digunakan sebagai atap atau tambahan atap rumah. Tarub yang biasanya disebut

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Limbah spanduk MMT (Metromedia Technologi\ Riset kebutuhan dan peluang pemanfaatan limbah spanduk MMT Gagasan pemanfaatan limbah spanduk MMT untuk

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM

BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM A. Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN DOKUMEN NEGARA RAHASIA A TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MATEMATIKA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN 2018 MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika PELAKSANAAN Hari/Tanggal : Jam : 07.30 09.30 (120

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan oleh Widya Fransiska Febriati Prog. Studi Teknik Arsitektur FT. Universitas Sriwijaya, Palembang Email: widyafrans@telkom.net

Lebih terperinci

4. Perhatikan gambar berikut : Perbandingan sisi yang berlaku adalah 5. Perhatikan gambar dibawah ini. Nilai x sama dengan

4. Perhatikan gambar berikut : Perbandingan sisi yang berlaku adalah 5. Perhatikan gambar dibawah ini. Nilai x sama dengan KISI-KISI MATEMATIKA KELAS 9 1. Pasangan bangun datar berikut ini pasti sebangun, kecuali. 2. Ukuran lapangan yang sebangun dengan persegi panjang berukuran adalah 3. Perhatikan pernyataan berikut : I.

Lebih terperinci

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG A. TABUNG Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran yang berhadapan, sejajar, dan kongruen serta titik-titik pada keliling lingkaran

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

JAWABAN SOAL POST-TEST. No Keterangan Skor 1. Ada diketahui :

JAWABAN SOAL POST-TEST. No Keterangan Skor 1. Ada diketahui : Lampiran B10 226 JAWABAN SOAL POST-TEST 1. Ada diketahui : Panjang sisi taman Jarak antarpohon pelindung = 16 m = 2 m Banyaknya pohon pelindung yang akan ditanam =....? Keliling taman = keliling persegi

Lebih terperinci

SOAL UJI COBA MATEMATIKA DKI JAKARTA 20 FEBRUARI 2018 D. 97

SOAL UJI COBA MATEMATIKA DKI JAKARTA 20 FEBRUARI 2018 D. 97 SOAL UJI COBA MATEMATIKA DKI JAKARTA 0 FEBRUARI 08. Hasil dari 8 ( )adalah... A. B. 0 C. 8 D. 8. Hasil dari 5 - : adalah... A. B. C. D. 9 9. Hasil dari -./ - 0 A. B. z C. z D. z 5 -. adalah.... Hasil dari

Lebih terperinci

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam - Struktur bentuk pada bagian kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias ombak 16 batang, tali air dan patah beras, umpak ayam, pucuk rebung kembang jagung, dan tawur sisik nanas. Ombak 16 batang Patah

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS 6.1. Cara menunjukkan bagian khusus Disamping gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi orthogonal biasa, terdapat juga cara-cara khusus untuk memperjelas gambar

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

BAB 1 KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

BAB 1 KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN 1 KNUNN N KKONUNN. KNUNN 1. engertian kesebangunan ua bangun dinamakan sebangun apabila memunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran berbeda. Kesebangunan disimbolkan dengan tanda angun sebangun dengan bangun

Lebih terperinci

47

47 46 47 48 49 50 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran : SD Laboratorium Kristen Satya Wacana : Matematika Kelas / Semester : V/ 2 Materi Pokok : Sifat sifat bangun datar Waktu

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM TUGAS PRAKARYA KERAJINAN DARI BAHAN ALAM Oleh: NAMA : FARHAN ARIYANDI SAPUTRA KELAS : VII D SMP YKPP DUMAI T.A 2015/2016 I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan

Lebih terperinci