¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo"

Transkripsi

1 1

2 2 ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI SIMBOLIK KEMBAR MAYANG PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO Rodiyah¹ Ulin Naini² Mursidah Waty³ Program Studi Pendidikon Teknik Kriya PENDAHULUAN Perkawinan bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sakral atau suatu perjanjian yang suci yang harus ditepati. Selain itu juga, di dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa penuh dengan prosesi ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna dan fungsi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujudan do a agar kedua mempelai selalu mendapat hal-hal yang terbaik dalam bahtera rumah tangganya. Seperti yang dijelaskan dalam Depdikbud 1997 : Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi. Perkawinan merupakan fase penting pada proses pengintegrasian manusia di dalam tata alam yang sakral,... (Depdikbud, 1997: 187). Menurut masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat, dalam perkawinan penting adanya ritual-ritual dalam proses pelaksanaannya. Salah satunya yaitu upacara adat perkawinan masyarakat Jawa yang memiliki tata cara ritual terpenting yaitu nemokne manten atau dalam bahasa Indonesianya adalah bertemunya pengantin. Upacara nemokne manten tidak semata-mata mempertemukan kedua pengantin di pelaminan saja, tetapi rangkaian upacara yang syarat akan makna. Dalam prosesi upacara nemokne manten ini disertakan berbagai simbol yang mengandung makna mengenai falsafah hidup orang Jawa dalam kehidupan berumah tangga. Salah satu simbol yang digunakan dalam upacara nemokne manten adalah kembar mayang. Jika dilihat dari bentuk dan fungsi simboliknya, hiasan yang terdapat pada kembar mayang merupakan hal yang kurang dipahami oleh masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo, terutama pada generasi muda. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bentuk dan fungsi simbolik yang terkandung dalam kembar mayang ini mengakibatkan muncul penafsiran-penafsiran yang berbeda. Sehingga banyak orang menilai bahwa berbagai bentuk hiasan pada kembar mayang yang ditata sedemikian rupa dianggap hanya sekedar hiasan dekoratif saja, yang dapat memberi keindahan pada kembar mayang. Tetapi sebaliknya bentuk-bentuk hiasan yang terdapat didalam

3 3 kembar mayang ini, ditata sesuai dengan bentuk dan fungsi simbolik yang terkandung di dalamnya, yang mempunyai pesan penting dan arti dalam kelangsungan hidup rumah tangga kedua pengantin. Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran mengenai penafsiran-penafsiran tentang bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo, maka penulis bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang analisis bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo khususnya untuk generasi muda dan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo pada umumnya. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Bentuk Menurut Santoyo (2009: 92) bahwa benda apa saja di alam ini, juga karya seni/desain, tentu mempunyai bentuk (form). Disisi lain Usman (2010: 17) mengemukakan bahwa: bentuk adalah bentuk pengorganisasian unsur-unsur dasar dari semua perwujudan dalam seni rupa yang meliputi titik, garis, shape, cahaya, tekstur, massa, ruang, dan isi. Elemen-elemen formal ini diorganisir sehingga menjadi prinsip-prinsip desain atau prinsip-prinsip mengorganisir elemen-elemen visual sehingga menjadi sebuah motif dalam suatu karya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bentuk adalah wujud dari keseluruhan suatu karya seni yang terorganisir dalam suatu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya seni yang meliputi titik, garis, ruang, tekstur dan isi yang tentunya dalam susunannya tidak terlepas dari prinsip-prinsip seni rupa itu sendiri, sehingga menjadi sebuah wujud atau bangun dari suatu karya seni. Analisis Fungsi Simbolik Menurut Pierce (dalam Kris Budiman), simbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan seorang kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai suatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus (Rafael Raga Maran, 2000: 43). Disisi lain menurut Cohen juga Hendry dan Watson (dalam Haryanto, 2013: 4), mengartikan simbol sebagai bentuk komunikasi tidak langsung, apa yang dimaksudkan sebagai komunikasi tidak langsung tersembunyi atau tidak jelas disampaikan. Bagi Cohen komunikasi tidak langsung mensyaratkan intensi dan kreasi simbol untuk mengkreasikan dan menginvestasikan makna. Makna obyek dan perilaku tidaklah konstan: bentuk-bentuk

4 4 budaya seperti bahasa, ritual, dan konstruksi simbolik lain mempunyai makna dan substansial tergantung interpretasi orang. Dari pengertian simbol di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa simbol merupakan suatu tanda, atau lambang, atau ciri, atau bentuk komunikasi tidak langsung yang dapat diungkapkan melalui pesan-pesan tersembunyi yang dituangkan pada suatu benda atau suatu karya seni, sehingga dapat memberikan informasi kepada orang lain atau pengamat. Dengan begitu, orang atau pengamat dapat menangkap pesan-pesan yang tersembunyi dalam suatu benda atau karya seni dengan menafsirkan dan mendeskripsikan maksud dan tujuan dari simbol tersebut. Pengertian Kembar Mayang Menurut Sidik Gondowarsito (dalam Depdikbud, 1997: 51) menjelaskan : Kembar mayang juga disebut sebagai bouquet (karangan bunga) dari janur (daun kelapa muda), berupa bunga mayang (bunga pinang) beberapa jenis daun-daunan, kelapa gading yang semuanya itu terbentuk pohon hayat (pohon surga) dengan nenas atau bunga pisang (ontong) sebagai mahkota di atasnya, hal ini melambangkan pohon kehidupan dan pohon yang dapat memberikan segala sesuatu yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kembar mayang merupakan simbol yang dirangkai berbentuk bunga atau bouquet dan menyerupai bentuk gunung, dirangkai menggunakan bahan janur dan berbagai macam dedaunan yang kemudian ditancapkan pada batang pohon pisang. Tinjauan Perkawinan Adat Jawa Seperti yang dijelaskan dalam Depdikbud, 1977: Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi. Perkawinan ini merupakan fase penting pada proses pengintegrasian manusia di dalam tata alam yang sakral. Dikatakan orang, bahwa perkawinan adalah menutupi taraf hidup lama dan membuka taraf hidup yang baru. Proses ini tidak hanya saja di alami oleh perseorangan saja melainkan juga kadang-kadang menjadi tanggungjawab bersama bagi seluruh masyarakat (Depdikbud,1977:189). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan bagi orang Jawa merupakan suatu yang sakral atau suatu perjanjian yang suci yang harus ditepati. Selain itu juga, dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa penuh dengan prosesi ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujuan do a bagi pengantin.

5 5 METODE PENULISAN Lokasi penelitian, dilaksanakan di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menguraikan fenomena yang ada pada objek yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara/intervieuw, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan mereduksi data, menyajikan data, untuk selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Subjek penelitian ini adalah kembar mayang. Sedangkan objek penelitian ini adalah bentuk dan fungsi simbolik kembar mayang. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Analisis Bentuk Kembar Mayang Pada Adat Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian maka, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk kembar mayang secara rinci dengan melihat bentuk dasarnya dan juga dari segi fungsi simboliknya. Kembang temu Uler-uleran Keris-kerisan 5 Kitir-kitiran Manukmanukan 1 Gambar 1: Kembar Mayang & Komponen-Komponennya Sumber: Dok. Penulis, 12 April 2014 Gorontalo

6 6 Kembar mayang berasal dari dua kata yaitu kembar artinya sama, dalam bentuk dan wujudnya. Mayang artinya bunga, yang menggambarkan cita-cita, usaha, harapan, dan kemauan (wawancara Bapak Mohammad Amin Suwoto 22 Maret 2014). Kembar mayang merupakan simbol yang dirangkai berbentuk bunga dan menyerupai bentuk gunung, menggunakan bahan dasar janur dan berbagai macam dedaunan yang ditancapkan pada batang pohon pisang. Berikut ini ada beberapa penjelasan dari komponen-komponen tersebut: 1.Keris-kerisan (keris), Kitir-kitiran (kincir angin), Kembang temu (bunga bertemu), Uler-uleran ( ulat-ulatan), Manukmanukan (burung-burungan). Bentuk Kembar Mayang Secara Struktural Atas Tengah 1 2 Bawah 3 Gambar 2: Segi tiga sama kaki & kembar mayang (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 April 2014 Gorontalo) Bentuk gambar di atas merupakan bentuk secara keseluruhan dari bentuk kembar mayang itu sendiri, bila ditinjau dan dianalisis secara struktural dapat digambarkan seperti segi tiga sama kaki. Namun dari struktural kembar mayang itu sendiri memiliki 3 bagian masing-masing yaitu: bagian atas berbentuk segi tiga, tengah berbentuk lingkaran, dan bawah berbentuk tabung. Jadi, bentuk-bentuk pada gambar di atas merupakan bentuk geometri atau bentuk beraturan. Dari uraian bentuk kembar mayang secara struktural, dapat disimpulkan bahwa bentuk kembar mayang pada dasarnya dibangun dari bentuk segi tiga sama kaki, sehingga bentuk tersebut digambarkan sebagai bentuk gunung yang dapat memberikan arti bahwa gunung itu tinggi dan besar. Namun menurut visualnya, secara menyeluruh, kembar mayang yang dirangkai menyerupai bentuk gunung dengan pola simetris ini, dipusatkan pada bagian tengah dengan lingkaran yang

7 7 melengkung besar. Lingkaran yang dirangkai menggunakan 12 janur tersebut, diukir mengelilingi bunga, supaya janur-janurnya terkesan lentur ketika dilengkungkan. Sehingga janur-janurnya dapat melingkar menutupi dan mengelilingi dedaunan yang berada didalam lengkungan tersebut. Selain itu, warna yang terdapat pada dedaunan memiliki 4 macam warna yang berbeda-beda diantaranya warna hijau, kuning, merah kehitaman, dan merah kehijauan. Selanjutnya, bentuk yang terdapat pada tiang pokok batang pohon pisang adalah berbentuk tabung yang bervolume dengan posisi berdiri tegak, berfungsi sebagai tempat ditancapkannya rangkaian janur-janur dan dedaunan. Selain itu dibagian atas, terdapat pula anak batang pohon pisang menjalar ke atas yang meruncing, dan memiliki 5 hiasan janur yang dianyam sedemikian rupa, hiasan tersebut diantaranya, ada yang berbentuk burung, kincir angin, bunga yang berbentuk gunung, keris, dan ulat-ulatan. Dari data yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa kembar mayang adalah salah satu karya seni dari adat perkawinan masyarakat Jawa yang ada di Desa Sidomulyo. Dengan adanya kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa khususnya di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo ini tentunya menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menjaga kelestarian budaya adat-istiadat serta artefak dari peninggalan nenek moyang terdahulu. Bentuk Komponen-Komponen Kembar Mayang A. Bentuk Hiasan Keris-Kerisan Pada Kembar Mayang Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian Barat dan Tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris dibagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak diantaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah, ( /2013/01/pengertian-keris.htm, download 10 Januari 2015 pukul 20.04) Secara visual bentuk komponen hiasan keris-kerisan pada kembar mayang ini adalah hampir mirip dengan bentuk keris aslinya, namun hiasan keris-kerisan disini dibuat lebih sederhana bentuknya. Hiasan tersebut terbuat dari anyaman janur yang dibuat menyerupai bentuk keris. Sehingga bentuknya tidak simetris, karena pada bagian pangkal yang melebar kemudian dibagian ujungnya meruncing kecil. Selanjutnya pada bagian bilahnya dibuat berkelok-kelok membentuk bidang segi tiga. Sehingga kesan garis yang terdapat pada hiasan keris-kerisan, yaitu garis tegas yang

8 8 berkelok-kelok menyerupai bentuk keris, dan bervolume yang kesannya memiliki isi. Jadi dapat disimpulkan bentuk pada keris-kerisan yaitu berbentuk asimetris atau tidak beraturan. B. Bentuk Hiasan Kitir-Kitiran Pada Kembar Mayang Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakkan oleh tenaga angin untuk menumbuk biji-bijian. Kincir angin juga digunakan untuk memompa air yang berguna untuk mengairi sawah. Kincir angin modern adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energy listrik, disebut juga dengan turbin angin. Turbin angin ke banyakan ditemukan di Eropa dan Amerika Utara ( u-kincir-angin.htm, download 10 Januari 2015 pukul 20.06). Pada dasarnya jika dikaji melalui bentuk maka bentuk hiasan kitir-kitiran itu merupakan bentuk geometri atau bentuk beraturan. Kitir-kitiran atau kincir angin menurut visualnya berbentuk geometrik dengan pola dasar ketupat pada bagian tengahnya yang kemudian dikembangkan hingga berbentuk huruf X, sesuai dengan bentuk kincir angin namun kitir-kitiran ini terbuat dari anyaman janur. Dikatakan bentuk beraturan karena kesan garis yang diberikan oleh seniman adalah bentuk garis tegas. Adapun jenis warna dan tekstur yang ditimbulkan yakni warna kuning dengan warna sebenarnya yaitu warna janur itu sendiri, dan tekstur halus. Kitir-kitiran atau kincir angin ini berfungsi sebagai pelengkap dalam kembar mayang. Kitir-kitiran diletakkan pada bagian atas kembar mayang dengan posisi melengkung ke bawah. Jadi dapat disimpulkan bentuk pada kitir-kitiran yaitu berbentuk geometri atau beraturan. C. Bentuk Hiasan Kembang Temu Pada Kembar Mayang Dalam bahasa Jawa kembang temu adalah bunga pertemuan. Secara visual kembang temu memiliki bentuk geometrik atau bentuk beraturan yang dimana bentuk secara global dari pembuatan karya seni ini adalah bentuk segi tiga piramid karena bentuk kembang temu yang bersifat perspektif dari bagian bawah ke bagian paling atas. Selanjutnya bahan janur yang digunakan dalam membuat kembang temu terdapat 2 buah janur yang dianyam hingga 4 bagian, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk piramid yang bervolume dan bertekstur kasar (wawancara bersama bapak Siswanto Kusni 23 April 2014). Jadi bentuk hiasan kembang temu yaitu berbentuk geometrik yang secara global membentuk segi tiga piramid dengan memiliki tekstur kasar.

9 9 D. Bentuk Hiasan Uler-Uleran Pada Kembar Mayang Bahasa Jawa uler-uleran yang dimaksud adalah ulat. Secara visualnya hiasan uler-uleran ini memiliki pola dasar bentuk layang-layang yang pada bagian pangkal bawahnya berbentuk melebar, bagian pangkal ujung berbentuk panjang mengecil, dan kesannya perspektif dan bervolume. Sehingga dapat dilihat dari samping, kanan, kiri, bawah dan atas. Kemudian bentuk dari hiasan uler-uleran ini yang dianyam dengan janur tersebut berkesan memiliki sirip, sehingga jika dipegang memiliki tekstur kasar dan halus. Sedangkan pada bentuk ulat asli, hampir mirip dengan uler-uleran yang terdapat pada kembar mayang namun uler-uleran pada kembar mayang lebih sederhana bentuknya. Jadi hiasan uler-uleran pada kembar mayang ini memiliki bentuk geometrik, yang dimana bentuknya melebar pada bagian pangkal bawah dan mengecil pada bagian pangkal atas yang kesannya perspektif dan bervolume. E. Bentuk Hiasan Manuk-Manukan Pada Kembar Mayang Dalam bahasa Jawa manuk-manukan yang dimaksud adalah burung. Menurut visualnya secara menyeluruh bentuk hiasan manuk-manukan pada kembar mayang ini menyerupai bentuk burung, namun hiasan manuk-manukan dibuat lebih sederhana. Jika dilihat secara keseluruhan melalui analisis bentuk, seniman tersebut membuat hiasan manuk-manukan pada kembar mayang menggunakan pola dasar segi tiga, persegi panjang, dan lingkaran. Selanjutnya terdapat pula unsur garis lurus dan lengkung. Jika dilihat kembali memiliki kesan bervolume, bertekstur kasar dan halus. Tekstur kasar terdapat pada bagian kepala, badan, dan ekornya, karena pada bagian tertentu merupakan bagian yang dianyam sehingga teksturnya jika dipegang kasar. Sedangkan tekstur halus terdapat pada bagian sayapnya, karena pada bagian tersebut bagian yang tidak dianyam sehingga jika dipegang tekstur yang dihasilkan adalah tekstur halus. Jadi hiasan manuk-manukan yaitu berbentuk simetris dan asimetris. Deskripsi Analisis Fungsi Simbolik Kembar Mayang Pada Adat Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Pada bentuk kembar mayang terdapat fungsi simbolik dari masing-masing bentuk dan komponen-komponennya diantaranya sebagai berikut: Fungsi Simbolik Kembar Mayang Secara Struktural Dalam kajian makna kembar mayang ini, penulis perlu menjelaskan asal kata kembar mayang yang memiliki makna. Menurut R. Asrisupadmi Murtiadji dan R. Suwadanidjaja berpendapat: kembar mayang menurut arti katanya adalah sepasang

10 10 bunga pohon pinang yang serupa. Kembar dalam bahasa Jawa berarti serupa, serupa berarti rupa (bentuk dan warna). Sedangkan mayang adalah bunga pohon pinang. Kata tersebut mempunyai makna bahwa kembar artinya Sama, maksudnya sama dalam bentuk dan wujudnya. Sedangkan mayang artinya bunga, yang menggambarkan cita-cita, usaha, harapan, dan kemauan. Jadi, pada intinya dalam perkawinan menyatukan dua perbedaan baik dari segi watak dan lain sebagainya menjadi satu tujuan, satu harapan, dan satu kemauan dalam berumah tangga sehingga rumah tangga tersebut menjadi tentram dan harmonis (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014 Gorontalo). Gambar 15 : Struktur kembar mayang & segi tiga sama kaki Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 April 2014 Gorontalo Berdasarkan gambar di atas, menurut (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). Bentuk kembar mayang seperti bentuk gunung memberikan arti bahwa gunung itu tinggi dan besar, sehingga pada bagian tengah kembar mayang di bentuk lingkaran besar yang menjulang ke atas, bagian lingkaran mengelilingi dedaunan di dalamnya, seakan-akan lingkaran tersebut digambarkan sebagai isi perut gunung. Namun menurut beliau, wawancara bersama Mohammad Amin Suwoto bahwa pada dasarnya jika dilihat secara struktural bentuk gunung tersebut berpola dasar dari bentuk segi tiga sama kaki (tanggal 22 Maret 2014). Sehingga kembar mayang tersebut jika dilihat secara analisis bentuk secara keseluruhan memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki. Bentuk dasar segi tiga sama kaki yang melebar dari bagian bawah atau sebagai alas segi tiga sama kaki dilambangkan sebagai kehidupan manusia di dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan bentuk pada ujung segi tiga, dilambangkan sebagai inti tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk bekal kehidupan di akhirat, karena hanya akhiratlah kehidupan yang kekal abadi. Sehingga arah yang ditujukan meruncing ke atas. (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). Adapun arti dari masing-masing dijabarkan sebagai berikut: Bagian atas: kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian tengah: warna-warni kehidupan, Bagian

11 11 bawah: pondasi dalam kehidupan rumah tangga, (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto tanggal 22 Maret 2014). Fungsi Simbolik Komponen-Komponen Kembar Mayang Di bawah ini akan dipaparkan beberapa fungsi simbolik yang terdapat pada komponen kembar mayang, antara lain sebagai berikut: A. Fungsi Simbolik Hiasan Keris-Kerisan Pada Kembar Mayang Berdasarkan (wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto, tanggal 22 Maret 2014) bahwa hiasan keris-kerisan pada kembar mayang mempunyai fungsi simbolik yang melambangkan kesatria dan kewibawaan. Jadi pada intinya di dalam berumah tangga harus mengutamakan musyawarah ketika ada perselisihan. B. Fungsi Simbolik Hiasan Kitir-Kitiran Pada Kembar Mayang Menurut (wawancara bersama bapak Kiar selaku tokoh adat, tanggal 12 April 2014) bentuk kitir-kitiran yang terdapat pada komponen kembar mayang di buat sedemikian rupa karena mengandung makna perputaran yang cepat. Jadi seorang suami diibaratkan seperti kincir angin yang cepat mencari kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan, karena suami merupakan tulang punggung keluarga. C. Fungsi Simbolik Hiasan Kembang Temu Pada Kembar Mayang Wawancara bersama bapak Kiar selaku tokoh adat, tanggal 12 April 2014). kembang temu pada kembar mayang merupakan simbol pertemuan. Pada dasarnya di dalam rumah tangga ada perselisihan yang harus disatukan atau di pertemukan agar rumah tangga tetap harmonis. D. Fungsi Simbolik Hiasan Uler-Uleran Pada Kembar Mayang Berdasarkan wawancara bersama bapak Mohammad Amin Suwoto selaku dalang, bahwa maksud hiasan uler-uleran pada kembar mayang memiliki fungsi simbolik keuletan seorang suami, (tanggal 22 Maret 2014). Jadi seorang suami harus mampu mencukupi kebutuhan keluarganya dalam situasi apapun. E. Fungsi Simbolik Hiasan Manuk-Manukan Pada Kembar Mayang Menurut (wawancara bersama bapak Kiar, tanggal 12 April 2014). Hiasan manuk-manukan yang terdapat pada kembar mayang yaitu memiliki arti kegesitan dan kelincahan dalam mencari pangan. Jadi di dalam perkawinan seseorang yang sudah menikah, harus pandai dalam mencari sandang pangan sendiri.

12 12 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bentuk kembar mayang sebagai berikut: a. Bentuk kembar mayang secara struktural memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki. Namun dari struktur kembar mayang itu sendiri memiliki 3 macam bentuk yaitu bentuk segi tiga, lingkaran, dan tabung. b. Bentuk komponen-komponen kembar mayang diantaranya yaitu: 1) Bentuk hiasan keris-kerisan memiliki bentuk tidak simetris karena pada bagian pangkal yang melebar kemudian di bagian ujungnya meruncing kecil. Kesan garis yang terdapat pada hiasan keris-kerisan ini yaitu garis tegas yang berkelok-kelok dan memiliki kesan berisi. 2) Bentuk hiasan kitir-kitiran memiliki bentuk geometri dengan pola dasar ketupat pada bagian tengahnya yang kemudian dikembangkan hingga berbentuk huruf X, dikatakan bentuk beraturan karena memiliki kesan garis tegas, Adapun jenis warna yang ditimbulkan yakni warna kuning dengan warna sebenarnya yaitu warna janur itu sendiri, dan bertekstur halus. 3) Bentuk dari hiasan kembang temu yaitu memiliki bentuk geometrik, yang secara global berbentuk segi tiga piramid karena bentuk kembang temu yang bersifat perspektif dari bagian bawah ke bagian paling atas. 4) Bentuk hiasan uler-uleran memiliki bentuk geometrik dengan pola dasar bentuk layang-layang yang kesannya perspektif dan bervolume dengan memiliki tekstur kasar dan halus. 5) Bentuk hiasan manuk-manukan memiliki bentuk geometri dan non geometrik dengan pola dasar segi tiga, persegi panjang, dan lingkaran. Memiliki unsur garis lurus dan lengkung dengan tekstur kasar dan halus. 2. Fungsi simbolik kembar mayang diantaranya sebagai berikut: a. Fungsi simbolik kembar mayang secara struktural memiliki bentuk segi tiga sama kaki, yang dilambangkan sebagai inti tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk bekal kehidupan di akhirat,. Selain itu fungsi simbolik kembar mayang pada bagian atas yaitu bentuk segi tiga, melambangkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian tengah yaitu bentuk lingkaran, melambangkan

13 13 warna-warni kehidupan Sedangkan pada bagian bawah bentuk tabung, melambangkan pondasi dalam rumah tangga b. Fungsi simbolik komponen-komponen kembar mayang diantaranya yaitu: 1) Fungsi simbolik dari hiasan keris-kerisan yaitu melambangkan kesatria dan kewibawaan. 2) Fungsi simbolik dari hiasan kitir-kitiran yaitu sebagai simbol perputaran yang cepat. 3) Fungsi simbolik dari hiasan kembang temu yaitu sebagai simbol pertemuan. 4) Fungsi simbolik hiasan uler-uleran adalah sebagai simbol keuletan seorang suami. 5) Fungsi simbolik hiasan manuk-manukan adalah sebagai simbol kegesitan dan kelincahan dalam mencari sandang pangan, Saran Diketahui sekarang ini sumber informasi tentang sejarah berupa artefak atau benda-benda bersejarah dan juga tradisi adat istiadat lainnya yang berkaitan dengan fungsi simbolik salah satunya yaitu tradisi nemokne manten yang menggunakan simbol kembar mayang pada adat perkawinan masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo sangatlah sulit untuk ditemukan. Untuk itu maka penelitian seperti ini perlu dilakukan sebagai pelestarian kultur daerah setempat. Disamping itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar pelestarian budaya, tradisi adat istiadat serta peninggalan sejarah tetap terjaga, antara lain: 1) Terhadap instansi yang terkait diharapkan dapat lebih memperhatikan dokumentasi dan sosialisasi oleh pemerintah daerah setempat sebagai upaya melestarikan budaya Jawa di Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. 2) Bagi masyarakat khususnya generasi pemuda di Desa Sidomulyo hendaknya dapat terus melakukan pengkajian ataupun penelitian yang berkaitan dengan sejarah, budaya ataupun tradisi serta benda-benda merupakan peninggalan sejarah Jawa khususnya di Desa Sidomulyo untuk selanjutnya dapat diarsipkan sehingga dapat membantu penelusuran tentang daerah ini. 3) Bagi pemangku adat, fungsi simbolik yang terkandung dalam kembar mayang hendaknya harus diberitahukan oleh masyarakat setempat khususnya pada generasi muda di Desa Sidomulyo.

14 14 DAFTAR PUSTAKA Depdikbud Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hariwijaya, M Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa. Yogyakarta: Hanggar Kreator. Hariyanto, Sindung Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press Kris, Budiman Kosa Semiotika. Yogyakarta: Lkis. Rafael, Raga Maran Manusia dan Kebudayaan (Dalam Prespektif Ilmu Budaya Dasar). Jakarta: Rineka Cipta. Santoyo, Ebdy, Sadjiman Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain (NIRMANA). Yogyakarta: CV ARTI BUMI INTARAN. Santoyo, Ebdy, Sadjiman. 2009, Nirmana (Dasar-Dasar Seni Dan Desain) Yogyakarta: Jalasutra. Santoyo, Ebdy, Sadjiman, dan Suwardanidjaja Tata Rias Pengantin Gaya Yogyakarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengkaji masalah-masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengkaji masalah-masalah yang 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengkaji masalah-masalah yang akan menjadi pokok kajian. Dalam penelitian ini akan diajukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa: 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tudung Kepala Dalam kamus bahasa Indonesia Partanto dan Yuwono (1994:495) tudung merupakan sesuatu yang dipakai untuk menutup bagian sebelah atas (kepala atau lubang).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996 KEPUTUSAN GUBERNUR PENETAPAN LOGO IDENTITAS FLORA DAN FAUNA GUBERNUR Menimbang Mengingat Memperhatikan : a. Bahwa keunikan dan keanekaragaman flora dan fauna yang merupakan kekayaan alam Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang 122 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Tangkitn merupakan senjata yang berkembang di dalam masyarakat Suku Dayak Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasar data-data yang berhasil dihimpun dan dianalisis oleh penulis, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Kesenian Buaya Putih ada sekitar tahun 1990-an namun

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol LAMPIRAN 69 Lampiran 1 Pedoman Observasi Tanggal observasi : Tempat/ waktu : No Aspek yang diamati Keterangan 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di Kecamatan Ngombol 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol 3.

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan makanan tradisional pada umumnya tidak terlepas dari adat istiadat suatu masyarakat tertentu. Sehingga makanan tradisional dapat menjadi cerminan budaya suatu

Lebih terperinci

Persepsi Desain Grafis

Persepsi Desain Grafis ST3 Telkom Persepsi Desain Grafis S. Thya Safitri, MT Kawasan Pendidikan Telkom - Purwokerto Point Penting: Sebuah desain akan sukses apabila dipadukan dengan kombinasi. Kombinasi yang bagus tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi a. Fungsi Sakral Fungsi sakral pada penggunaan motif batik Gajah Oling difokuskan pada upacara adat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan

BAB II KAJIAN TEORI. tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Siswa SD Siswa merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan metode dokumentasi, observasi langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna Simbolis Ukiran Pada Mandau (Senjata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian Gambar Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Karakteristik Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PALU

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PALU LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang sejarah / latar belakang munculnya kesenian dongkrek, khususnya pada bentuk topeng, unsur unsur rupa/visual

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai

BAGIAN V POLA HIASAN A. Pola serak atau pola tabur Gambar 5.1 Pola Serak B. Pola berangkai BAGIAN V POLA HIASAN Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan bentuk bentuk baku.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN JAWA DI DESA NAMBAHREJO KECAMATAN KOTAGAJAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN JAWA DI DESA NAMBAHREJO KECAMATAN KOTAGAJAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH KEMBAR MAYANG DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN JAWA DI DESA NAMBAHREJO KECAMATAN KOTAGAJAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Aurora Nandia F, Iskandar Syah dan Wakidi FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. merupakan penggambaran yang berupa visual. Secara umum, penggunaan simbol. sebagai pemimpin yang didasarkan pada visual serta warna.

BAB V PEMBAHASAN. merupakan penggambaran yang berupa visual. Secara umum, penggunaan simbol. sebagai pemimpin yang didasarkan pada visual serta warna. BAB V PEMBAHASAN 5.1 Simbol Naga Pada Bilah Keris Sign diartikan sebagai tanda, simbol maupun cirri-ciri, pada umumnya merupakan penggambaran yang berupa visual. Secara umum, penggunaan simbol merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta Kabupaten Buol (Sumber : http://kabupaten buol.benang-merah.blogspot.com) Diakses 20 Februari 2013. Etnis (Suku bangsa)

Lebih terperinci

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM :

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM : BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu pensyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAERAH DAN LAGU MARS KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya.

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya. BAB IV ANALISA DATA A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang Belum Menikah Menurut Garna, tradisi adalah kebiasaan yang turun-menurun yang mencerminkan keberadapan para pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam hias motif seni kerajinan batik Pacitan dapat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-H TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KECAMATAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-H TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KECAMATAN WALIKOTA SURAKARTA, PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-H TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KECAMATAN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN KODE : MKK 202 MATA KULIAH/SKS : Nirmana I SEMESTER/PROG. STUDI : 1 / Keris dan Senjata Tradisional JURUSAN / FAKULTAS : Kriya / FSRD ISI Surakarta DOSEN PENGAMPU KOMPETENSI RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNW Kabupaten Merauke Provinsi Papua (Lampiran 1). Kegiatan penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, diawali

Lebih terperinci