KEBUDAYAAN SUKU BANJAR
|
|
- Yohanes Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk kepada sistem simbol. Untuk itu, kebudayaan yang merupakan tingkah laku dan pemahaman hidup suatu kelompok masyarakat sudah pasti akan dapat dipahami melalui simbol-simbol yang dibuat oleh kelompok masyarakat tersebut, yang juga sekaligus merupakan media penyimpan / perekamnya. Simbol ini dapat bermacam-macam bentuknya, namun yang pasti hal-hal yang menjadi simbol merupakan budaya yang sangat dipahami dan menuntun (budaya generik). Rumah tradisional suku Banjar, sebagai salah satu wujud kebudayaan tentunya juga termasuk salah satu simbol yang menyimpan / merekam budaya generik suku Banjar. Adapun yang disebut suku Banjar dalam tulisan ini, adalah meliputi 3 subsuku Banjar, yaitu Banjar Kuala, Banjar Pahuluan, dan Banjar Batang Banyu. Untuk itu terdapat beberapa kebudayaan sebelumnya yang mempengaruhi kebudayaan suku Banjar antara lain : Melayu, Dayak (Bukit, Ma anyan, Ngaju) dan Jawa. Hal ini secara lebih rinci akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Dalam kebudayaan suku-suku lain yang mempengaruhi kebudayaan suku Banjar, terhadap pengaruh agama / kepercayaan yang sangat kuat dalam kebudayaan suku Banjar yaitu agama Hindu-Siwa, agama / kepercayaan Kaharingan dan agama Islam. 2. Latar Belakang Kebudayaan Suku Banjar Kelompok pendatang / imigran Melayu, yang diyakini sebagai inti suku Banjar, walaupun telah datang jauh sebelum terbentuknya suku Banjar, sudah tentu datang dengan kebudayaan sendiri yang selanjutnya secara terus-menerus bercampur, melebur bahkan menjadi bagian dari kebudayaan suku Banjar. Kebudayaan Melayu yang diperkirakan menjadi bagian kebudayaan suku Banjar antara lain; bahasa, kebiasaan memakai pakaian / sarung, kebiasaan tinggal dalam rumah keluarga bertiang / panggung, rumah dilengkapi beranda / teras dengan pagar berukir, lubang angin yang penuh ukiran di atas pintu, keahlian mengukir bagian atap rumah dengan bentuk ukiran tumbuhan 1. Suku Dayak yang merupakan penduduk asli pulau Kalimantan sudah pasti memiliki pengaruh yang kuat dalam kebudayaan suku Banjar. Walaupun telah disebutkan bahwa dalam proses percampuran (antara Dayak dan Melayu), suku 1 Sellato, op.cit., hal. 59.
2 34 Dayak lebih dominan mengikuti budaya Melayu 2, tetapi tetap terdapat beberapa bagian dari kebudayaan mereka dalam kebudayaan suku Banjar. Kebudayaan suku Dayak sangat dipengaruhi keyakinan bahwa kehidupan di alam ini terdiri dari alam nyata dan alam roh (ghaib). Alam roh diyakini sangat berkuasa atas manusia dan pengaruh-pengaruh jahat dari alam roh tersebut harus dihindari, sehingga semua aspek kehidupan sehari-hari selalu dijaga dari pengaruh jahat tersebut. Untuk itulah dilaksanakan upacara-upacara dan dibuat benda-benda artefak yang diyakini mampu melindungi diri dari pengaruh jahat. Artefak yang dibuat umumnya berupa ukiran, anyaman maupun berupa benda-benda keperluan sehari-hari yang menggambarkan Dewi Naga (penguasa alam bawah) atau Burung Enggang (penguasa alam atas) 3. Pendatang / imigran dari Jawa (beserta seluruh kebudayaannya) merupakan pendatang yang memiliki sejarah tersendiri dalam kebudayaan Banjar, yaitu adanya proses Jawanisasi. Proses ini terjadi melalui dua jalur. Pertama; jalur formal, berupa perdagangan ditandai dengan terbentuknya negara kaum (kerajaan Negara-Dipa) pada abad XIV. Kedua; jalur informal, berupa peristiwa sosialbudaya, seperti perkawinan antara putri Junjung Buih dari Negara-Dipa dan Pangeran Surianata (Raden Putra) dari kerajaan Majapahit 4. Pengaruh ini telah berlangsung sejak abad XIV dan menjadi hubungan yang bersifat primordial. Beberapa unsur kebudayaan Jawa yang mempengaruhi dan mengikat kebudayaan suku Banjar antara lain : geneologi, perdagangan, budaya, politik dan agama 5. Dan yang pernah dicatat antara lain benda pusaka kerajaan Banjar yang pernah dibawa oleh Empu Jatmika yaitu Gong Rabut Paradah, kata bahasa Jawa dalam baris kalimat naskah Hikajat Banjar (ditemukan oleh Sir Raffles tahun 1815), organisasi keraton / kerajaan Banjar, struktur pemerintahan dan jabatan struktural pemerintahan, serta agama / kepercayaan Hindu Jawa (masa Negara-Dipa dan Negara-Daha) dan Islam (masa kerajaan Banjar). Khusus dari kebudayaan Jawa-Islam (Demak) yang sangat mempengaruhi kebudayaan Banjar adalah arsitektur bangunan, motif / ragam hias, seni ukir, dan material bangunan / makam Kebudayaan Suku Banjar Berbagai bentuk tingkah laku yang dijalankan suku Banjar (selanjutnya ditulis masyarakat Banjar) sehari-hari dapat dilihat sebagai simbol yang 2 Ibid. Proses ini dikenal sebagai masok Melayu atau turun Melayu dan mereka menganggap hal tersebut sebagai kemajuan sosial. 3 Ibid. 4 Mahmud, loc.cit. hal Ibid., hal Ibid., hal
3 35 menjelaskan budaya generik masyarakat Banjar. Dengan simbol ini dapat dipahami pandangan masyarakat Banjar terhadap kehidupannya, dan dengan memahami pandangan masyarakat Banjar ini tercapailah tujuan tulisan ini. Bentuk-bentuk tingkah laku (simbol) masyarakat Banjar telah berlangsung lama dan dilaksanakan secara turun-temurun (tradisi masyarakat Banjar). Tradisi budaya masyarakat Banjar ini ternyata memiliki akar yang bersumber dari beberapa tradisi dan kebudayaan suku-suku lain. Religi sebagai unsur kebudayaan yang paling stabil terhadap perubahan (dalam bentuk konkret) telah menjadi suatu tradisi dan maknanya tersimpan dalam bentuk-bentuk simbolik. Dalam kebudayaan masyarakat Banjar, unsur religi ini merupakan unsur yang paling banyak mempengaruhi. Hampir semua simbol budaya dan tradisi terkait dengan unsur religi, sehingga utnuk memahami kebudayaan masyarakat Banjar dapat melihat pada unsur religinya. Religi sebagai sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang berdiri sendiri, saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Religi terdiri dari sistem kepercayaan dan tindakan (yang terkait dengan kepercayaan itu). Sistem kepercayaan ini meliputi seluruh kepercayaan atau keyakinan yang dianut seseorang atau satu kesatuan sosial. Dalam masyarakat Banjar, lingkup sosial dapat berbentuk masyarakat luas, kelompok kekerabatan tertentu (bubuhan), keluarga batih 7, atau masyarakat daerah tertentu 8. Ajaran Islam bukanlah satu-satunya sumber kepercayaan religi masyarakat Banjar. Namun secara keseluruhan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Banjar (orang Banjar) dibedakan menjadi tiga kategori 9. Pertama adalah kepercayaan yang bersumber dari ajaran agama Islam, dan isinya tergambar dari rukun Iman yang enam. Isinya antara lain, kepercayaan adanya malaikat sebagai makhluk Tuhan dengan tugas tertentu, adanya kehidupan sesudah mati atau sesudah kiamat, adanya jin dan setan atau iblis, kepercayaan adanya hal-hal yang ghaib. Namun dalam masyarakat Banjar terdapat konsep lain tentang alam ghaib ini, yaitu alam yang benar-benar tidak terlihat oleh mata. Kedua adalah kepercayaan yang mungkin ada kaitannya dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu (zaman sultan-sultan dan sebelumnya). Orang Banjar pada masa itu hidup dalam lingkungan keluarga luas (bubuhan), dan bertempat tinggal dalam rumah yang selanjutnya menjadi lingkungan pemukiman bubuhan. Dalam kelompok bubuhan ini terdapat kepercayaan dapat menarik garis keturunan sampai pada seorang tokoh pada zaman dahulu. Tokoh tersebut mungkin dipercayai menurunkan sultan-sultan Banjar dikemudian hari atau tokoh pejabat kesultanan, tokoh yang menjelma menjadi naga, tokoh yang konon 7 Keluarga batih terdiri atas sepasang suami istri dan anak anak yang belum kawin. 8 Daud, op.cit. 9 Ibid., hal
4 bersahabat dengan macan / buaya, atau bahkan mungkin tokoh tersebut adalah macan / buaya itu sendiri, tokoh yang bersahabat dengan orang ghaib, bersahabat dengan jin, atau tokoh tersebut adalah seorang ulama terkemuka yang semasa hidupnya dibantu seorang muwakkal (asal malaikat). Kepercayaan ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan tersebut melakukan upacara tahunan / aruh tahun. Juga disertai adanya berbagai keharusan dan pantangan. Ketiga adalah kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran masyarakat atas alam lingkungan sekitar. Kategori ini berkaitan dengan kategori kedua. Sebagai contoh adalah hutan, menurut kepercayaan ini bukan semata-mata dihuni oleh binatang, melainkan dihuni oleh orang ghaib, macan ghaib, datu dan lain sebagainya. Hutan belantara, semak-belukar, rawa-rawa dalam, dan gunung batu dalam dunia ghaib mungkin adalah kota yang ramai, perkampungan penduduk, atau keraton kerajaan ghaib. Dalam kepercayaan inipun terdapat upacara setahun sekali dan terdapat juga berbagai macam pantangan dan keharusan. Selanjutnya kategori pertama dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua dinamakan kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga dinamakan kepercayaan lingkungan. Sumber kepercayaan Islam diperoleh dari para ulama, kepercayaan bubuhan dari para tokoh bubuhan dan kepercayaan lingkungan diperoleh dari para tabib (dukun) atau orang-tua tertentu yang tinggal di lingkungan itu atau di luar. Selain adanya kepercayaan masyarakat Banjar, yang juga penting adalah adanya upacara atau ritual (tindakan yang berkaitan dengan kepercayaan itu). Hubungan antara kepercayaan dan upacara adalah saling melengkapi, upacara memperjelas dan mengungkapkan kepercayaan dan kepercayaan menjadikan upacara penuh makna. Dan sebagaimana adanya kategori kepercayaan, maka upacara begitu pula. Hampir semua bidang kehidupan masyarakat Banjar (khususnya saat ini) memiliki / mengembangkan kegiatan upacara, yang merupakan pelaksanaan kewajiban ajaran agama Islam. Namun adapula yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan lain yang tidak ditemukan dalam ajaran agama Islam. Kegiatan-kegiatan upacara dilaksanakan dengan sifat dan tujuan yang bermacam-macam, antara lain, bersifat ritual peralihan tahap dengan tujuan menghindarkan bahaya atau resiko yang akan terjadi, mengharapkan peristiwa yang akan dijalani berjalan lancar / selamat, menghindari pengaruh ghaib yang akan terjadi, memutuskan hubungan dengan keadaan atau kehidupan yang telah lalu dan memastikan atau menerimanya dalam hubungan yang baru, mengadakan perdamaian dengan tokoh ghaib. Pada upacara yang bersifat berulang tetap seperti perayaan hari besar, bertujuan untuk menghindari pengaruh buruk dari hari atau waktu yang tidak baik, memanfaatkan kesempatan baik, upacara wajib turuntemurun, dan mengadakan perdamaian dengan tokoh ghaib. Pada upacara yang 36
5 37 bersifat terjadi sewaktu-waktu, ditujukan untuk menghindari pengaruh ghaib, usaha perlindungan terhadap gangguan makhluk ghaib maupun manusia, pengungkapan rasa syukur dan terima kasih atas bantuan Allah atau makhluk halus, usaha memperoleh pengaruh magis dari benda atau bacaan suci, usaha agar peristiwa buruk tidak terjadi, mengadakan ikatan magis antara dua orang atau kelompok yang bermusuhan dan mengadakan perdamaian dengan tokoh ghaib 10. Dari gambaran kebudayaan (budaya generik) suku Banjar di atas, terlihat semua bentuk tingkah laku merupakan simbol yang telah menjadi tradisi dan didasari oleh religi (meliputi tiga kategori kepercayaan dan upacara / tindakan yang berhubungan dengan kepercayaan tersebut). Upacara-upacara yang dilaksanakan bersifat proses kehidupan manusia dan bertujuan sangat manusiawi, seperti untuk memberi rasa aman. Hal ini, dalam kebudayaan suku-suku di Nusantara, diwujudkan dalam eksistensi rumah tinggal. Disinilah pertemuan antara kebudayaan, khususnya kebudayaan suku Banjar, dengan arsitektur (rumah tinggal tradisional) sebagai hasil wujud fisik kebudayaan. Dan untuk pembahasan selanjutnya, kebudayaan yang diangkat adalah yang terkait dengan aspek arsitektur (rumah tinggal). Dalam masyarakat Banjar, banyak terdapat upacara yang dilaksanakan dalam rumah. Upacara / ritual yang berkaitan dengan arsitektur rumah suku Banjar terbagi dalam empat aspek pokok membangun 11. Pertama, berhubungan dengan lokasi; kedua, ukuran dan bentuk rumah; ketiga, waktu mulai kegiatan membangun; keempat, proses pembangunan. Hal ini ditambah satu lagi upacara yang melengkapi, yaitu saat mulai masuk / mendiami rumah. Aspek tanah, dimana rumah akan dibangun dapat di bekas rumah lama atau di lokasi baru. Jika lokasinya belum pernah dibangun, atau sudah pernah dibangun tetapi lama dikosongkan dan jauh dari perumahan penduduk, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan berkaitan dengan hal-hal ghaib. Hal ini bertujuan agar rumah yang akan dibangun dan penghuninya tidak diganggu oleh makhluk halus. Upaya ini dapat dilakukan dengan bantuan seorang ulama yang akan memeriksa tanah tersebut atau biasa dilakukan dengan cara membentangkan benang di sekeliling lokasi menjelang senja dan dibiarkan selama semalam. Jika pada pagi hari benang putus maka lokasi tersebut merupakan jalan orang ghaib atau lokasi permukimannya. Jika demikian dapat dengan mencari lokasi lain atau meminta syarat-syarat tertentu. Ukuran dan bentuk rumah, diyakini akan berpengaruh terhadap penghuninya kelak. Untuk ukuran terdapat aturan panjang dan lebar dilambangkan dengan nama-nama binatang tertentu. Patokan ukuran digunakan panjang depa yang mem bangun rumah. Bentuk yang ideal mengutamakan adanya fungsi ruang upacara / 10 Ibid., hal Ibid., hal
6 38 aruh. Mengenai fungsi ruang keadaannya serupa dengan rumah tradisional suku Banjar yang ada (lihat subbab C. Arsitektur Suku Banjar). Kegiatan membangun rumah dimulai dengan menegakkan tiang penjuru yang jumlahnya genap. Waktu mendirikan yaitu pada subuh hari minggu, dan diusahakan jatuh pada pertengahan bulan Komariah (pada saat bulan naik) tidak pada saat bulan turun. Di Martapura pada bulan Safar, khususnya pada 10 hari terakhir bulan itu. Proses membangun rumah, diawali dengan pengumpulan bahan jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah bahan siap barulah menghubungi tukang dan menghubu ngi ulama. Ulama ini selanjutnya menuliskan wafak / tulisan yang akan diletakkan pada tiang, juga terdapat upacara penyembelihan ayam yang darahnya dioleskan pada tiang, dan upacara selamatan dengan nasi ketan, inti dan doa. Saat mendiami selalu dimulai dengan selamatan. Dalam acara ini dibaca kan Surah Yasin, Qasidah Burdah, doa halarat dan terakhir makan makan Ibid., hal
GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR
GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
BAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN A. Gambaran Desa Sungai Ulin Dan Penduduknya Sebelum membahas lokasi penelitian secara spesifik, terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi
Lebih terperinciKEDUDUKAN LIFE STYLE DALAM PROSES BERARSITEKTUR Kasus: proses berarsitektur masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan
KEDUDUKAN LIFE STYLE DALAM PROSES BERARSITEKTUR Kasus: proses berarsitektur masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan Bani Noor Muchamad Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam
40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,
Lebih terperinciBab I. Sejarah Umum Masyarakat Banjar
Bab I Sejarah Umum Masyarakat Banjar A. Pranata Masyarakat Banjar Sebelum Masuknya Islam a. Sejarah Peradaban sebuah bangsa terukir dari catatan sejarah dan budaya yang membentuknya. Eksistensinya pun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalimantan Selatan, merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan Selatan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN
BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang
122 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Tangkitn merupakan senjata yang berkembang di dalam masyarakat Suku Dayak Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
198 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa ritual kaghotino buku merupakan tradisi masyarakat Muna dengan sistem pewarisan menggunakan lisan yang dilahirkan
Lebih terperinciNo Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Kalimantan pada umumnya dan Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya adalah suku Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kehidupan beragama merupakan keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.kepercayaan
Lebih terperinci+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00
LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya
Lebih terperinciKampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara
Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Lebih terperinciKain Sebagai Kebutuhan Manusia
KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciArsitektur Dayak Kenyah
Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan metode dokumentasi, observasi langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna Simbolis Ukiran Pada Mandau (Senjata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai banyak kelebihan. Inilah yang disebut potensi positif, yakni suatu potensi yang menentukan eksistensinya,
Lebih terperinciPARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :
PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Fungsi Piring Sebagai Mas Kawin Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI
ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI Ira Mentayani Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Jl. Brigjen H.Hasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya
Lebih terperinciKerajinan dan Wirausaha Tekstil
Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan
Lebih terperinciDari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi
Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek
Lebih terperinciModel-model dari mitos asal usul orang Sasak dalam tembang Doyan Neda tersebut menggambarkan bahwa di dalam mitos terdapat suatu keteraturan tentang
BAB V KESIMPULAN Permasalahan pertama yang berusaha diungkap melalui penelitian ini adalah membuktikan dan sekaligus mempertegas pernyataan Levi-Strauss, yang mengatakan bahwa mitos asal usul orang Sasak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009
BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut dengan kebudayaan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Kebudayaan sebagai sistem yang berupa gagasan, pikiran, konsep-konsep, berbentuk abstrak, yang dimiliki oleh pemangku ide.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni buddhayah yang dimaknai sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. 1 Dalam persfektif
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN
LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain di muka
Lebih terperinci1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )
1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) Jenis Benda ( Cagar Budaya ) : Keraton/Musium Kesultanan Bulungan : Kec. Tanjung Palas. Kab. Bulungan
Lebih terperinciARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciTRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih
TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih Tulisan ini merupakan uraian secara singkat dari hasil penelitian Maharkesti (alm.), seorang peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn
Lebih terperinciCagar Budaya Candi Cangkuang
Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain
Lebih terperinciGaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan
Lebih terperincipernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari tahun ke tahun banyak sekali membawa perubahan bagi generasi muda media elektronik dan media cetak sebagai penyampai pesan modern banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting
Lebih terperinciPesta laut Bontang kuala
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur Pesta laut Bontang kuala Pusat Data Statistik DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBabilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h
Bab I PENDAHULUAN Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14 M, sebelum berdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah
Lebih terperinciSIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinci