Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV. Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian cangkang terkalsinasi yang telah dipisahkan dari membrannya. Bagian ini dikenal sebagai lapisan palisade 8. Penyusun utama lapisan palisade (sebesar 95%) adalah CaCO 3 dalam bentuk kalsit. Sisanya sebanyak 2-3% merupakan matriks organik yang tertanam di dalamnya. Bagian paling luar dari lapisan ini dikenal sebagai kutikula. Kandungan terbesar pada kutikula adalah pigmen cangkang telur. Bagian dalam kutikula tersusun atas lapisan film tipis kristal hidroksiapatit 8. Gambar IV.1 menunjukkan hasil foto SEM (Scanning Electron Micrographs) lapisan palisade cangkang telur yang dipakai pada penelitian ini. Gambar IV. 1 Foto SEM potongan melintang cangkang telur (perbesaran 1500 kali). Dari foto SEM tersebut terlihat bahwa lapisan palisade cangkang telur memiliki pori sehingga diharapkan senyawa asam humus dapat teradsorpsi pada pori ini. Untuk mengetahui kandungan organik pada lapisan palisade cangkang telur dilakukan analisis menggunakan FTIR dengan hasil seperti pada Gambar IV.2:

2 %T Cangkangtelur /cm Gambar IV. 2 Spektrum IR lapisan palisade cangkang telur. Spektrum di atas menunjukkan bahwa pada lapisan palisade cangkang telur terdapat senyawa-senyawa organik yang memiliki gugus NH, -OH, dan aromatik. Senyawa organik terkandung di dalam lapisan palisade dan pigmen yang terdapat di kutikula 8. Senyawa organik tersebut antara lain asam uronat, asam hyaluronat, dan kopolimer kondroitin sulfat-dermatan sulfat 7. Konsentrasi masing-masing senyawa di atas berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nakano et al (2001) terhadap cangkang telur terkalsinasi berturut-turut adalah sebesar 0,24, 0,29, dan 0,38 µg/mg berat kering. Air gambut merupakan air permukaan yang mengandung senyawa humus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat dan humin 16. Ketiga senyawa tersebut mengakibatkan air gambut berwarna cokat dan bersifat asam. Air gambut yang digunakan pada penelitian ini memiliki ph 4,01 dengan konsentrasi warna 475,776 Pt-Co (ppm). Konsentrasi warna air gambut ini berada di atas standar warna yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Permenkes No. 416/Men Kes/ Per/IX/1990 tentang standar air minum dan air bersih. Berdasarkan standar tersebut konsentrasi warna air maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 15 Pt-Co untuk air minum dan 50 Pt-Co untuk air bersih 31.

3 31 Berdasarkan hasil FTIR dari ekstrak air gambut yang digunakan pada penelitian ini, diketahui bahwa air gambut mengandung berbagai gugus fungsi, antara lain : gugus NH, -OH, -C=O, seperti yang terlihat pada Gambar IV.3: 97.5 %T Ekstrak-airgambut /cm Gambar IV. 3 Spektrum IR ekstrak air gambut. Pada penyimpanan yang cukup lama di suhu kamar air gambut akan membentuk endapan. Setelah dilakukan analisa FTIR terhadap endapan ini, diketahui bahwa endapan tersebut merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi NH, -OH, - C=O, seperti yang terlihat pada Gambar IV.4: 97.5 %T Endapanairgambut /cm Gambar IV. 4 Spektrum IR endapan air gambut.

4 32 Berdasarkan usulan struktur senyawa asam humat dan asam fulvat yang diajukan oleh Stevenson (1982) dan Buffle et al (1977) dalam Peňa-Méndez (2005), asam humat dan asam fulvat mengandung gugus fungsi aldehid, alkohol, karboksilat, amin dan aromatik. Gugus-gugus tersebut juga terdapat pada ekstrak gambut dan endapan gambut. Sebagai pembanding analisa FTIR juga dilakukan pada senyawa asam humat komersil. Hasil analisanya ditunjukkan pada Gambar IV.5: 100 %T Humic-acid /cm Gambar IV. 5 Spektrum IR asam humat komersil. Spektrum di atas memiliki kemiripan dengan spektrum endapan air gambut. Sehingga dapat diperkirakan bahwa senyawa yang mengendap pada air gambut adalah asam humat. Asam humat bersifat larut dalam alkali, tetapi tidak larut dalam larutan yang memiliki ph < 2 16,17. IV.1 Proses Penurunan Intensitas Warna Air Gambut Terdapat dua mekanisme penurunan intensitas warna air gambut yang diajukan. Pertama, adalah melalui reaksi kimia antara senyawa pada cangkang telur dengan senyawa humus. Kedua, adalah poses adsorpsi senyawa humus pada material cangkang telur.

5 33 CaCO 3 adalah komponen utama penyusun cangkang telur. CaCO 3 di dalam larutan menunjukkan sifat basa sesuai dengan mekanisme berikut 12 : CaCO 3 Ca 2+ + CO 3 2- CO H 2 O HCO 3 + OH - Basa di dalam larutan diperkirakan akan bereaksi dengan senyawa humus yang bersifat asam. Sehingga salah satu reaksi kimia yang diperkirakan terjadi pada penurunan warna air gambut adalah reaksi asam-basa. Selain itu juga terjadi pelarutan senyawa-senyawa organik polar lainnya. Semua kandungan cangkang telur diperkirakan memberikan kontribusi dalam menurunkan intensitas warna air gambut. Reaksi ini mengakibatkan peningkatan ph air gambut setelah perlakuan dari ph awal 4,01 menjadi sekitar Peningkatan ph pada perlakuan variasi massa cangkang telur per 50 ml air gambut dapat dilihat pada Tabel IV.1: Tabel IV. 1 Data ph air gambut setelah diuji dengan variasi massa cangkang telur. No. Massa Cangkang Telur yang Ditambahkan (g) ph Air Gambut Setelah Perlakuan ph yang dihasilkan pada perlakuan ini telah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah melalui Permenkes No. 416/Men Kes/ Per/IX/1990, yaitu sebesar untuk air minum dan untuk air bersih 31.

6 34 Untuk membuktikan apakah reaksi yang diajukan di atas terjadi pada proses penurunan intensitas warna air gambut dilakukan pengujian dengan menambahkan larutan pekat Ca(OH) 2 pada 50 ml air gambut hingga merubah ph larutan menjadi 6. Campuran larutan tersebut kemudian diaduk menggunakan pengaduk magnet dengan kecepatan 400 rpm selama 60 menit. Diamati bahwa tidak terdapat endapan pada larutan. Endapan juga tidak terbentuk setelah larutan campuran didiamkan selama 24 jam. Jadi proses penurunan intensitas warna air gambut ini tidak terjadi melalui mekanisme reaksi kimia antara komponen Ca(OH) 2 dengan air gambut. Kontribusi yang mungkin diberikan oleh reaksi kimia adalah reaksi antara senyawa asam humus dengan kandungan lain selain CaCO 3 pada cangkang telur. Penurunan intensitas warna air gambut melalui mekanisme adsorpsi diperkirakan juga dapat terjadi. Hal ini karena cangkang telur merupakan material keramik yang memiliki pori 18. Senyawa humus dapat teradsorpsi pada pori-pori dari material cangkang telur. Sehingga pada saat disentrifuga senyawa humus ikut mengendap bersama material cangkang telur. Untuk membuktikannya dilakukan foto SEM terhadap cangkang sebelum dan sesudah perlakuan proses adsorpsi. Hasil foto SEM ditunjukkan paada Gambar IV.6: (a) (b) Gambar IV. 6 Foto SEM cangkang telur ukuran partikel mesh: (a) Sebelum perlakuan; (b) Setelah perlakuan proses adsorpsi (perbesaran 1.500x).

7 35 Dari gambar di atas terlihat bahwa pori cangkang telur tertutup oleh suatu material yang diyakini adalah senyawa asam humus sehingga dapat dikatakan bahwa proses penurunan intensitas warna pada air gambut ini terjadi melalui proses adsorpsi. Konsentrasi warna air gambut diukur berdasarkan konsentrasi Pt-Co. Pengukuran ini berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh American Standards of Treatment and Method (ASTM) yaitu ASTM D1209, suatu metode standar untuk menguji cairan berwarna yang jernih (skala Pt-Co). Larutan yang diukur adalah larutan dengan warna yang mendekati warna larutan standar skala warna Pt-Co. Larutan ini juga dikenal sebagai larutan Hazen atau larutan standar APHA (American Public Health Association) Larutan induk dengan konsentrasi 500 ppm (500 Pt-Co) dibuat dengan prosedur seperti dilakukan pada penelitian ini. Larutan standar tersebut harus memiliki absorbansi yang sesuai dengan batas yang dikeluarkan oleh ASTM seperti tertera pada Tabel IV.2 29 : Tabel IV. 2 Batas absorbansi larutan induk Pt-Co pada berbagai panjang gelombang. Panjang Gelombang Absorbansi Data absorbansi larutan standar skala warna Pt-Co yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel IV.3:

8 36 Tabel IV. 3 Data absorbansi larutan induk Pt-Co pada berbagai panjang gelombang Panjang Gelombang Absorbansi Dari data di atas terlihat bahwa absorbansi dari larutan standar skala warna Pt-Co yang digunakan pada penelitian ini berada dalam batas yang ditetapkan oleh ASTM. Konsentrasi warna larutan standar skala warna Pt-Co dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer, tabung perbandingan warna (tabung Nessler), dan komparator warna. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menggunakan spektrofotometer, konsentrasi warna diukur pada panjang gelombang maksimum yang bervariasi, yaitu 355 nm 1, 370 nm 4, 440 nm 32, 455 nm 1. Beberapa variasi panjang gelombang maksimum lain yaitu: 270 nm, 340 nm, 400 nm, 420 nm, 430 nm, dan nm 32. Standar warna lain yang dapat dijadikan alternatif pengukuran konsentrasi warna air gambut adalah standar warna Saybolt dan Kalium dikromat 29. Konsentrasi warna Saybolt sebesar +25 sebanding dengan konsentrasi larutan standar skala warna Pt-Co sebesar 25 Pt-Co, juga sebanding dengan konsentrasi warna larutan yang dibuat dengan melarutkan sebanyak mg kalium dikromat dalam 1 L aquades. Pada penelitian ini dipakai panjang gelombang pengukuran sebesar 300 nm. Hal ini didasarkan pada panjang gelombang maksimum air gambut dan larutan standar skala warna Pt-Co yang diukur. Gambar IV.7 menunjukkan spektrum absorpsi air gambut dan Gambar IV.8 menunjukkan spektrum larutan standar skala warna Pt- Co yang digunakan pada penelitian ini:

9 37 Gambar IV. 7 Spektrum absorpsi air gambut. Gambar IV. 8 Spektrum absorpsi larutan standar skala warna Pt-Co. Konsentrasi sampel ditentukan dengan mengkonversikan absorbansi sampel pada kurva standar. Kurva standar yang diperoleh pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar IV.9: Absorbansi y = x R 2 = Konsentrasi (ppm) Gambar IV. 9 Kurva kalibrasi larutan standar skala warna Pt-Co.

10 38 Dengan mensubstitusikan absorbansi sampel air gambut ke dalam persamaan regresi linier, diketahui konsentrasi air gambut mula-mula adalah sebesar 475,776 ppm (Pt-Co). IV.1.1 Pengaruh Massa Cangkang Telur Untuk mengetahui pengaruh massa cangkang telur terhadap penurunan intensitas warna air gambut dilakukan dengan mencampurkan sebanyak 1, 3, 5, 7, 10, 15, dan 20 gram cangkang telur ke dalam 50 ml air gambut. Masing-masing larutan kemudian diaduk dengan pengaduk magnet dengan kecepatan 400 rpm selama 60 menit. Penurunan konsentrasi warna air gambut yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar IV.10: % penurunan Massa cangkang telur (g) Gambar IV. 10 Grafik pengaruh massa cangkang telur terhadap % penurunan warna air gambut Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penurunan intensitas warna semakin meningkat dengan meningkatnya massa cangkang telur. Hal ini karena cangkang sebagai material pengadsorpsi tersedia dalam jumlah banyak, sehingga lebih banyak senyawa humus yang dapat teradsorpsi. Pada massa cangkang telur > 5 gram, penurunan intensitas warna air gambut relatif stabil dengan nilai sekitar 94%. Konsentrasi air gambut setelah perlakuan dapat dihitung sebagai berikut: Konsentrasi penurunan warna air gambut = Kosentrasi air x 94% gambut mula-mula = 475,776 Pt-Co x 94% = 447,229 Pt-Co

11 39 Konsentrasi air gambut setelah proses adsorpsi = (475, ,229) Pt-Co = 28,547 Pt-Co Nilai di atas telah memenuhi kriteria konsentrasi warna maksimum untuk air bersih yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 50 Pt-Co (10). IV.1.2 Pengaruh Waktu Kontak Untuk mengetahui pengaruh waktu kontak terhadap penurunan intensitas warna air gambut dilakukan dengan memvariasikan waktu kontak dari 2 hingga 300 menit. Penurunan konsentrasi warna air gambut yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar IV.11: 100 % penurunan Waktu kontak (menit) Massa cangkang telur 5 g Massa cangkang telur 3 g Massa cangkang telur 1 g Gambar IV. 11 Grafik pengaruh waktu kontak terhadap % penurunan warna air gambut. Dari grafik tersebut terlihat bahwa waktu kontak tidak mempengaruhi penyerapan warna oleh cangkang telur. Banyaknya warna yang diserap relatif sama. Pada waktu kontak 2 hingga 15 menit, terlihat ada sedikit peningkatan penyerapan warna oleh cangkang telur. Pada waktu kontak 15 hingga 120 menit, grafik mengalami fluktuasi. Hal ini diperkirakan karena adsorpsi senyawa humus di permukaan cangkang telur belum stabil. Setelah waktu kontak 120 menit, senyawa humus yang terserap cukup stabil.

12 40 Ketidakstabilan ini diperkirakan karena ukuran molekul asam humus yang besar, sehingga menyulitkan untuk bisa terserap ke dalam pori cangkang telur. Posisi yang tepat menentukan kestabilan proses adsorpsi. Persen penurunan intensitas warna terbesar dihasilkan pada konsentrasi cangkang telur 5 gram/50 ml air gambut. Hasil ini sesuai dengan hasil pada penentuan pengaruh massa cangkang telur, dimana untuk volume air gambut yang sama penurunan intensitas warna air gambut sebanding dengan massa cangkang telur yang digunakan. IV.1.3 Pengaruh Suhu Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap penurunan intensitas warna air gambut, penelitian dilakukan pada suhu 25, 45, 55, dan 65 o C dengan massa cangkang telur yang digunakan sebesar 3 gram. Penurunan konsentrasi warna air gambut yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar IV.12: % penurunan Suhu = 25 der Suhu = 45 der Suhu = 55 der Suhu = 65 der Waktu kontak (menit) Gambar IV. 12 Grafik pengaruh suhu terhadap % penurunan warna air gambut pada berbagai waktu kontak Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada semua suhu yang diuji menghasilkan penurunan konsentrasi warna air gambut yang relatif sama. Secara teoritis, peningkatan suhu akan meningkatkan energi kinetik molekul di dalam larutan sehingga proses adsorpsi yang diinginkan akan lebih meningkat. Tetapi hal ini tidak terjadi pada proses ini. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran

13 41 senyawa humus yang besar, sehingga peningkatan suhu tidak begitu berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara penyerapan warna air gambut pada masing-masing suhu dilakukan uji statistik analisa variansi satu arah. Hipotesis yang diajukan yaitu: H o : µ 1 = µ 2 = µ 3 = µ 4 H 1 : paling sedikit dua diantaranya tidak sama Setelah dilakukan perhitungan, H o diterima dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti data-data tersebut tidak berbeda secara signifikan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada suhu uji 25, 45, 55, dan 65 o C. Untuk kemudahan aplikasi dipilih suhu kamar (25 o C). IV.1.4 Pengaruh ph Untuk mengetahui pengaruh ph terhadap penurunan intensitas warna air gambut, penelitian dilakukan pada berbagai ph, yaitu: 2, 4, 6, dan 8. Massa cangkang telur yang digunakan sebesar 3 gram. Penurunan konsentrasi warna air gambut yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar IV.13: % penurunan ph air gambut = 2 ph air gambut = 4 ph air gambut = 6 ph air gambut = Waktu kontak (menit) Gambar IV. 13 Grafik pengaruh ph terhadap % penurunan warna air gambut pada berbagai waktu kontak. Dari grafik tersebut terlihat bahwa penurunan warna air gambut maksimum pada ph 2. Untuk mengubah ph air gambut dilakukan dengan menambahkan HCl atau NaOH. Pada saat dilakukan analisis menggunakan Spektrofotometer uv-vis

14 42 diperoleh spektrum yang sama untuk semua ph yang diuji. Dapat dikatakan bahwa pada saat penambahan HCl atau NaOH tidak terjadi reaksi kimia. Akan tetapi pada saat ph ditingkatkan intensitas warna air gambut menjadi semakin pekat. Peningkatan warna secara visual dapat dilihat pada Gambar IV.14: (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar IV. 14 Peningkatan intensitas warna air gambut pada berbagai variasi ph;(a) ph 2, (b) ph 4, (c) ph 6, (d) ph 8, (e) ph 10, (f) ph 12 Spektrum absorpsi air gambut dengan berbagai ph yang dianalisis menggunakan spektrofotometer uv-vis seperti terlihat pada Gambar IV.15: Absorbansi Panjang Gelombang Air Gambut ph 2 (+HCl) ph 4 (+HCl) ph 6 (+HCl) ph 8 (NaOH) ph 10 (+NaOH) Gambar IV. 15 Spektrum absorpsi air gambut pada berbagai ph

15 43 Sebagai pembanding, analisis juga dilakukan terhadap asam humat komersil. Gambar IV.16 menunjukkan spektrum absorpsi larutan asam humat pada berbagai ph: Absorbansi Panjang Gelombang Larutan asam humat ph 2 Larutan asam humat ph 4 Larutan asam humat ph 8 Larutan asam humat ph 10 Gambar IV. 16 Spektrum absorpsi larutan asam humat pada berbagai ph Dari kedua spektrum di atas terlihat bahwa dengan meningkatnya ph terjadi peningkatan internsitas warna pada air gambut dan larutan asam humat, tetapi tidak menggeser panjang gelombang maksimumnya. Secara teori, nilai ph dari larutan berpengaruh langsung pada visualisasi asam humat. Cincin aromatik yang merupakan unit dasar dari asam humat sebagai makromolekul polimer berlapis dihubungkan / berinteraksi melalui ikatan hidrogen pada gugus-gugus fungsinya. Gugus fungsi yang paling aktif adalah gugus karboksilat dan hidroksi fenolat. Disosiasi H + dari karboksil atau hidroksil berhubungan dengan ph larutan. Pada ph rendah, karboksil dan hidroksil berada dalam bentuk COOH dan OH. Pada ph tinggi, gugus tersebut berada dalam bentuk COO - dan O -. Sehingga jelas bahwa pada kondisi ph tinggi, asam humat mengandung lebih banyak muatan negatif 28. Muatan negatif yang terbentuk pada peningkatan ph akan mengakibatkan perpanjangan/penambahan pola resonansi pada senyawa humus. Pada senyawa dengan resonansi pendek, perpanjangan resonansi akan mengakibatkan pergeseran panjang gelombang pada daerah uv-vis. Tetapi pengaruh perpanjangan resonansi terhadap pergeseran panjang gelombang pada senyawa asam humus tidak

16 44 terdeteksi, karena resonansinya yang cukup panjang. Hal ini terlihat dari panjang gelombang maksimum yang tetap tidak mengalami pergeseran. Perpanjangan resonansi ini secara visual terlihat melalui peningkatan intensitas warna air gambut. Perubahan ph juga berpengaruh terhadap konformasi asam humat. Pada ph rendah, asam humat memiliki struktur sferik. Sedangkan pada ph tinggi srukturnya agak linier. Sehingga jika ph ditingkatkan, ukuran asam humat akan bertambah, sehingga kapasitas adsorpsi akan berkurang 34. Beberapa gugus fungsi pada permukaan senyawa asam humat memudahkannya membentuk kompleks dengan ion logam di dalam air 28. Asam humat dapat membentuk kompleks dengan ion logam dan aktinida karena terdapat gugusgugus fungsi seperti karboksil dan fenol. Jumlah kation yang dapat diserap oleh asam humat meningkat sesuai dengan peningkatan ph 26. Menurut Dees 35, asam fulvat merupakan agen pengkompleks yang dapat membentuk kompleks dengan ion logam divalen dan trivalen serta senyawa logam terhidroksi. IV Isoterm Adsorpsi Isoterm adsorpsi dihitung menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich sebagai berikut: x m 1 1 = +..(IV.1) abc b e x 1 log = logce + log K..(IV.2) m n Keterangan: x/m = jumlah warna terserap per massa partikel C e = konsentrasi warna sampel pada kesetimbangan n, K = konstanta Freundlich a, b = konstanta Langmuir.

17 45 Dengan memplotkan data x/m terhadap 1/C e dan log (x/m) terhadap log C e, diperoleh data slope dan intercept dari persamaan regresi linier grafik. Data tersebut diintrepretasikan kedalam persamaan isoterm Langmuir dan Freundlich sehingga diperoleh nilai konstanta dari masing-masing isoterm adsorpsi seperti ditunjukkan pada Tabel IV.4: Tabel IV. 4 Konstanta Langmuir untuk penyerapan warna air gambut oleh cangkang telur pada variasi waktu kontak. Massa cangkang telur (g) 1/b b 1/ab a R Data pada penelitian ini mengikuti isoterm Langmuir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kelinieran grafik Langmuir yang baik 12. Kesesuaian dengan isoterm Langmuir ini menunjukkan bahwa adsorpsi warna air gambut pada cangkang telur adalah monolayer 36. Konstanta a menunjukkan jumlah warna yang terserap per unit massa cangkang telur untuk adsorpsi monolayer. Sedangkang konstanta b berhubungan dengan energi adsorpsi 22. Nilai b yang mengalami peningkatan menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi meningkat sesuai dengan peningkatan waktu kontak. Dari data isoterm adsopsi Langmuir diperoleh nilai parameter kesetimbangan ditunjukkan pada Tabel IV.5: Tabel IV. 5 Nilai R L pada isoterm Langmuir. Massa cangkang telur (g) R L

18 46 Nilai R L berada pada interval 0 hingga 1. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi ini bersifat favourable 22. Data penelitian ini tidak mengikuti isoterm Freundlich. Nilai konstanta n pada penelitian ini tidak memenuhi kriteria untuk suatu proses adsorpsi. IV.2 Aplikasi pada Pembelajaran Kimia Menggunakan Problem-Based Learning Ketersediaan air bersih merupakan salah satu masalah yang terdapat di Provinsi Riau. Hal ini karena sumber air utama di Provinsi Riau adalah air gambut yang tidak memenuhi standar sebagai air bersih, terutama dari segi warna dan tingkat keasaman. Permasalahan pengadaan air bersih di Provinsi Riau ini dinilai dapat dijadikan suatu permasalahan di dalam pembelajaran kimia menggunakan PBL. Mengingat air gambut memiliki prospek untuk dapat diolah dan ketersediaannya yang cukup melimpah. Pengolahan air gambut menjadi air bersih dapat dijadikan suatu permasalahan di dalam PBL, karena permasalahan ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada PBL, yaitu 12 : 1. Masalah harus merupakan masalah dunia nyata dan tidak terstruktur 2. Masalah dapat menimbulkan bermacam pendapat dan dapat diterapkan pada pengetahuan interdisiplin 3. Masalah menantang siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajarannya dan merupakan hal baru Jika diterapkan di dalam PBL permasalahan ini dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan cangkang telur untuk menurunkan warna air gambut. Tidak tertutup cara lain dalam penyelesaian masalah ini. Alternatif penyelesaiannya diambil melalui proses diskusi.

19 47 Setelah diperoleh beberapa alternatif penyelesaian masalah, ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu: (1) kesesuaian dengan target kurikulum, (2) kesesuaian dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa, dan (3) ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kerja siswa. Alternatif yang dijalankan adalah yang memenuhi ketiga kriteria di atas agar kerja yang dilakukan lebih bermakna dan mencapai tujuan yang diinginkan. Pengolahan air gambut menjadi air bersih dapat diterapkan sebagai pembelajaran berdasarkan PBL pada siswa kelas XI karena pada tingkat ini salah satu beban kurikulum yang harus dilalui adalah kimia koloid. Kerja ini dapat dijadikan proyek kerja semester yang dimulai pada awal semester sebelum topik kimia koloid dipelajari. Hal ini karena di dalam PBL, permasalahan diberikan kepada siswa sebelum informasi-informasi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut disampaikan melalui media apapun, termasuk teks atau penjelasan 23. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan tahap berikut: 1. Mengadakan forum diskusi kelas tentang permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Jika diinginkan guru dapat mempersempit lingkup permasalahan yang akan didiskusikan, misalnya dibatasi pada permasalahan lingkungan air saja. 2. Menciptakan suasana diskusi yang mendukung siswa lebih terbuka dalam berpendapat. Guru mengarahkan keinginan siswa sehingga diperoleh tujuan yang diinginkan. Beberapa alternatif penyelesaian dapat dilaksanakan (setiap kelompok melakukan kerja yang berbeda) jika didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. 3. Setelah diputuskan langkah kerja yang akan dilakukan, masing-masing siswa / kelompok kerja diberi lembar tabel Know Need Do (KND) yang harus dilengkapi untuk pertemuan berikutnya. Siswa secara berkelompok mendiskusikan dan mengisi tabel KND melalui proses belajar mandiri. 4. Pada pertemuan selanjutnya didiskusikan tentang langkah kerja yang akan dilakukan melalui presentasi masing-masing kelompok berdasarkan tabel KND. Diskusi diakhiri dengan penetapan langkah kerja yang akan

20 48 dilakukan dan aturan-aturan pelaksanaan kerja. Aturan kerja meliputi jadwal, keamanan dan kenyamanan kerja, dan hal-hal lainnya. 5. Kerja dilakukan dengan pengawasan guru. Diskusi mandiri dilakukan selama proses dengan sesedikit mungkin bantuan guru. 6. Hasil kerja dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis, dan dilakukan juga melalui presentasi. Untuk lebih memacu semangat siswa, presentasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar 7. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap individu dan kelompok. Jika dibutuhkan, penelitian ini dapat dilakukan secara bersama dengan mata pelajaran lain seperti biologi, fisika, dan sebagainya, sesuai dengan topik dan proses kerja yang dilakukan. Pada pembelajaran ini siswa dituntun untuk memperoleh sendiri pengetahuannya melalui belajar mandiri dan melakukan percobaan. Melalui pembelajaran dengan metode ini siswa dapat belajar dengan lebih baik, mengerti yang mereka pelajari, dan ingat lebih lama melalui kerjasama dalam kelompok 9.

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 5 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Air Gambut II.1.1 Karakteristik Air Gambut Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Red 1. Larutan Induk Larutan induk 1000 ppm dibuat dengan cara menimbang kristal methyl red sebanyak 1 gram, dilarutkan dalam etanol sebanyak 600 ml dan distirrer selama

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini menggunakan lumpur hasil pengolahan air di PDAM Tirta Binangun untuk menurunkan ion kadmium (Cd 2+ ) yang terdapat pada limbah sintetis. Pengujian

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6, No., hal. 28-34, 2007 ISSN 42-5064 Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang Rahmi Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 2 stretching vibration and 1660-1630 cm -1 for stretching vibration of C=O. The ash content of the peat was 64.85 (w/w), crude extract was 22.2% (w/w) and humic acid was 28.4% (w/w). The water content

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmanirrahiim Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin 151 KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin Yunitawati, Radna Nurmasari, Dwi Rasy Mujiyanti, Dewi

Lebih terperinci

STUDI ADSORPSI ION Au (III) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM HUMAT

STUDI ADSORPSI ION Au (III) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM HUMAT STUDI ADSORPSI ION Au (III) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM HUMAT Thorikul Huda 1*, Nurul Ismilayli 2, Sri Juari Santosa 2 1.Program D III Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN Berikut merupakan gambar hasil analisa SEM adsorben cangkang telur bebek pada suhu aktivasi 110 0 C, 600 0 C dan 800 0 C dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Tanah Masam Tanah tanah masam di Indonesia sebagian besar termasuk ke dalam ordo ksisol dan Ultisol. Tanah tanah masam biasa dijumpai di daerah iklim basah. Dalam keadaan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LA.1 Pengaruh Konsentrasi Awal Terhadap Daya Serap Tabel LA.1 Data percobaan pengaruh konsentrasi awal terhdap daya serap Konsentrasi Cd terserap () Pb terserap () 5 58,2 55,2

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bambu dapat digunakan sebagai bahan baku adsorben serta pengaruh dari perbandingan bambu tanpa aktivasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Pada penelitian ini, penurunan konsentrasi ion logam timbal (Pb 2+ ) sintetis dilakukan dengan menggunakan lumpur PDAM Tirta Binangun Kulon Progo. Lumpur PDAM Tirta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifatsifat Fisik Perubahan warna, suhu, dan pengurangan volume selama proses pengomposan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan Warna, Bau, Suhu, dan Pengurangan Volume

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013 Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan

Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan DAFTAR TABEL Tabel II.1 Jenis-jenis oksida besi berdasarkan komposisi penyusunnya (Schwertmann dan Cornell, 2000)... 8 Tabel III.1. Indikator capaian setiap tahapan penelitian untuk membuktikan hipotesis...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Juni 2014 sampai Januari

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan zat warna Pada penelitian ini dilakukan penentuan daya serap maksimum zat warna cibacron red oleh karbon aktif. Diharapkan hasil penelitian ini dapat langsung dijadikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci