SINTESIS DAN KARAKTERISASI FASA AURIVILLIUS LAPIS DUA CaBi 2 Ta 2 O 9 DAN CaBi 2 TaNbO 9

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI FASA AURIVILLIUS LAPIS DUA CaBi 2 Ta 2 O 9 DAN CaBi 2 TaNbO 9"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI FASA AURIVILLIUS LAPIS DUA CaBi 2 Ta 2 O 9 DAN CaBi 2 TaNbO 9 Wahyu Prasetyo Utomo*, Dr. Afifah Rosyidah, M.Si 1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Fasa Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 telah berhasil disintesis dengan metode kimia padat. Pola XRD menunjukkan jika kedua Aurivillius memiliki struktur kristal ortorombik dengan grup ruang Fm2m. Kedua senyawa Aurivillius memiliki faktor toleransi perovskit 0,947 yang memungkinkan terjadinya distorsi pada kedua senyawa. Pengaruh penambahan Nb pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 tampak pada kristalinitas yang terbentuk. Senyawa Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 lebih kristalin daripada CaBi 2 Ta 2 O 9. Hal ini disebabkan karena ion Nb telah dapat berdifusi secara optimal pada kondisi reaksi yang diberikan. Pola XRD juga menunjukkan keberadaan pengotor pada kedua senyawa yang berasal dari reaksi tidak sempurna Ta 2 O 5 akibat kurang optimalnya suhu dan waktu pembakaran pada saat sintesis. Komposisi penyusun kedua Aurivillius dianalisa dengan X Ray Fluorosence (XRF) dan didukung menggunakan Energi Dispersive X Ray (EDX), sementara morfologi permukaan Aurivillius dianalisa dengan menggunakan Scanning Electron mycroscopy (SEM). Kata kunci : Oksida Aurivillius, Fasa Aurivillius, Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9, Reaksi Kimia Padat I. Pendahuluan Oksida logam adalah salah satu jenis material yang sangat penting. Hal ini selain karena bahan mineral atau bijih logam ditemukan di alam dalam bentuk oksida logam juga karena banyaknya kegunaan mutakhir oksida logam. Kegunaan oksida logam dalam berbagai bidang industri antara lain sebagai bahan superkonduktor, katalis dan aplikasi lain yang memanfaatkan sifat-sifat yang dimiliki oleh oksida logam tersebut seperti sifat kemagnetan, sifat optis maupun daya hantar listriknya. Pemanfaatan oksida logam semakin bertambah dengan adanya tuntutan terhadap ketersediaan material yang dapat mendukung perkembangan teknologi, pengembangan peralatan yang lebih canggih, efektif dan efisien. Keragaman aplikasi pada oksida logam berasal dari keragaman struktur dan sifat (baik kimia maupun fisika) dari oksida logam tersebut (Ismunandar, 2006). Alasan itulah yang menyebabkan penelitian terhadap material oksida logam terus dilakukan. Salah satu oksida logam yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah oksida Aurivillius. *Corresponding author phone : , wahyuprasetyou@yahoo.co.id Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Aurivillius merupakan senyawa dengan rumus umum Bi 2 O 2 [A n-1 B n O 3n+1 ]. Strukturnya terbentuk dari n lapis perovskit [A n-1 B n O 3n+1 ] 2- yang dipisahkan oleh lembaran [Bi 2 O 2 ] 2+ sepanjang sumbu c yang memberikan struktur berlapis. Oksida Aurivillius yang pertama kali berhasil disintesis adalah CaBiNb 2 O 9 dan Bi 4 Ti 3 O 12 (Ismunandar, 2006). Sisi perovskit A oksida Aurivillius umumnya ditempati oleh kation yang berukuran lebih besar daripada sisi B yakni unsur dari logam alkali, alkali tanah, tanah jarang atau campurannya, seperti Ca 2+, Ba 2+ (Haluska dan Misture 2004), Na + (Kumar dan Varma 2010), Bi 3+ (Wyantuti, 2008) sedangkan pada sisi B nya biasa ditempati oleh kation dari unsur logam transisi yang berkoordinasi oktahedral, seperti unsur Ti 4+ (Haluska dan Misture, 2004) dan Nb 5+ (Liang dkk, 2008). Oksida Aurivillius menarik untuk dikaji dan dikembangkan karena memiliki sifat magnetik, listrik dan sifat optik. Kebanyakan oksida Aurivillius dikenal sebagai bahan feroelektrik yang memberikan suhu Curie tinggi dan polarisasi spontan luas. Sifat-sifat yang dimiliki oksida Aurivillius tersebut menyebabkan oksida Aurivillius menjadi objek penelitian yang intensif karena potensi pengaplikasiannya pada beberapa bidang antara lain sebagai bahan penyimpan memori (FRAM dan DRAM), bahan konduktor, material magnetik, katalis, bahan fotoluminesense dan sebagainya (Wang dkk, 2010).

2 Beberapa fasa Aurivillius dengan lembaran lapis dua perovskit telah dilaporkan dari berbagai penelitian, antara lain adalah SrBi 2 Nb 2 O 9 (Dhak dkk, 2006), PbBi 2 Nb 2 O 9 (Ismunandar dkk, 1998) dan SrBi 2 Ta 2 O 9 (Li dkk, 2003). Penelitianpenelitian tersebut betujuan melakukan sintesis Aurivillius lapis dua serta analisis terhadap struktur dan sifat elektriknya. Senyawa SrBi 2 Ta 2 O 9 (SBT) telah menjadi kandidat yang potensial untuk dijadikan sebagai material nonvolatile Ferroelectric Random Access Memories (nvfram) disebabkan oleh medan koersif yang rendah dan rendahnya kebocoran arus. Namun, senyawa SrBi 2 Ta 2 O 9 masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya suhu deposisi yang tinggi serta polarisasi remanen yang rendah. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut misalnya dengan melakukan penambahan dopan Ba pada Sr, seperti pada senyawa (Sr 0,5 Ba 0,5 )Bi 2 Ta 2 O 9 yang menunjukkan sifat polarisasi remanen yang lebih tinggi daripada SrBi 2 Ta 2 O 9 (Lu dan Wen, 2000). Namun demikian tetap diperlukan penelitian untuk mengkaji sifat oksida Aurivillius dengan berbagai substituen yang berbeda sehingga bisa diperoleh komposisi yang optimal untuk menghasilkan sifat feroelektrik yang lebih baik. Studi difraksi neutron pada Aurivillius SrBi 2 Ta 2 O 9 menunjukkan jika penggantian sisi kation A pada senyawa tersebut dengan kation Ca dapat meningkatkan distorsi struktural antara AO dan bidang TaO 2 yang pada akhirnya dapat meningkatkan polarisasi spontan (Shimakawa dkk, 2000 a ). Li dkk, (2008) telah berhasil melakukan sintesis Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dengan metode kimia padat pada suhu pembakaran 900 C selama 15 jam, 1000 C selama 15 jam dan 1200 C selama 24 jam dan menghasilkan oksida Aurivillius dengan grup ruang A2 1 am. Penelitian ini menemukan jika terjadi distorsi pada oktahedral Aurivillius yang menyebabkannya bersimetri ortorombik A2 1 am. Penelitian lain terhadap senyawa ABi 2 Ta 2 O 9 dengan A berupa Ba, Sr dan Ca yang dilakukan oleh Macquart dkk. (2006) menunjukkan jika terjadi disorder antara kation A (Ba, Sr dan Ca) dan Bi, dimana disorder meningkat dengan meningkatnya ukuran kation A. Disorder kation ini dapat berpengaruh pada struktur Aurivillius yang dihasilkan karena ukuran kationnya yang berbeda. Penelitian yang mempelajari pengaruh perbedaan substituen kation B pada Aurivillius lapis dua juga telah dilakukan. Shimakawa dkk, (2000 b ) melakukan sintesis Aurivillius SrBi 2 (Ta 1-x Nb x )O 9. Hasil yang diperoleh menunjukkan jika perpindahan atom pada oktahedral (TaNb)O 6 meningkat dengan meningkatnya jumlah Nb. Penambahan Nb juga menyebabkan terjadinya distorsi struktural pada oktahedral yang disebabkan semakin kuatnya interaksi kovalen (TaNb)-O. Hal ini menyebabkan meningkatnya suhu Curie (Shimakawa dkk, 2000). Senyawa Aurivillius SrBi 2 Ta 2 O 9 pada umumnya disintesis pada suhu yang tinggi untuk mendapatkan tingkat kristalinitas yang baik. Namun penambahan Nb pada kation B pada Aurivillius SrBi 2 (Ta 0,5 Nb0,5 ) 2 O 9 dapat menurunkan suhu pembakaran disamping juga meningkatkan ukuran partikelnya sehingga diharapkan bisa mendapatkan sifat feroelektrik yang lebih baik (Junior dkk, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis dan karakterisasi Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9, dimana pada kedua senyawa tersebut kation A ditempati oleh Ca. Kation B ada senyawa CaBi 2 Ta 2 O 9 ditempati oleh Ta sementara pada senyawa CaBi 2 TaNbO 9 dilakukan penambahan dopan Nb pada kation Ta. Penambahan dopan Nb pada senyawa CaBi 2 Ta 2 O 9 membentuk CaBi 2 TaNbO 9 belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang pengaruh penambahan dopan Nb tersebut. Kedua komposisi Aurivillius yang disintesis diharapkan mampu manghasilkan sifat feroelektrik yang lebih baik. Sintesis Aurivillius dilakukan melalui metode kimia padat pada suhu 400 C selama 8 jam, 900 C selama 2 jam dan 1100 C selama 12 jam dengan kenaikan suhu 50 C. Variasi suhu dan lamanya waktu pada tiap tahap pembakaran akan mempengaruhi struktur Aurivillius yang terbentuk karena difusi ion-ion pada metode kimia padat terjadi pada saat proses pambakaran. Hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan difraksi sinar X (XRD), X-ray Fluorosence (XRF) dan Scanning Electron Mycroscopy yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-Ray (SEM- EDX). Hasil sintesis dan karakterisasi dari kedua senyawa selanjutnya dibandingkan sehingga dapat diketahui kemurnian fasa masing-masing senyawa yang terbentuk serta pengaruh perbedaan substituen pada kation B pada kedua senyawa Aurivillius. II. Metodologi 2.1 Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan sintesis kimia padat seperti mortar dan pastel agat, krus alumina, neraca analitis, furnace, serta beberapa peralatan gelas. Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi antara lain XRD serbuk menggunakan difraktometer serbuk Philips X pert Pro Super dilengkapi dengan radiasi grafit radiasi monokromatis CuK α, X-Ray Fluorosence (XRF) PANalytical Minipal 4 serta Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) FEI Inspect S50.

3 2.1.2 Bahan Bahan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Bi 2 O 3 (Sigma Aldrich, 99,999%), Ta 2 O 5 (Sigma Aldrich, 99,999%), Nb 2 O 5 (Sigma Aldrich, 99,999%), CaCO 3 (Sigma Aldrich >98%) dan aseton (SAP Chemicals, > 99%). 2.2 Prosedur Kerja Sintesis Oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 Sampel polikristalin CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 disiapkan dengan metode reaksi kimia keadaan padat. Reagen yang digunakan pada preparasi sampel ini merupakan reagen p.a dan digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut. Sejumlah Bi 2 O 3, CaCO 3, dan Ta 2 O 5 dicampur secara bersamaan untuk sintesis CaBi 2 Ta 2 O 9 sementara sintesis CaBi 2 TaNbO 9 menggunakan reagen berupa Bi 2 O 3, CaCO 3, Ta 2 O 5 dan Nb 2 O 5. Jumlah dari reagen-reagen tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan stoikiometri seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. Pencampuran dan penggerusan reagen dilakukan dengan penambahan aseton. Reagen yang telah homogen kemudian ditekan untuk membentuk pelet dan dikalsinasi pada suhu 400 C selama 8 jam, 900 C selama 2 jam dan 1100 C selama 12 jam dengan kenaikan suhu 50 C. Penggerusan ulang dilakukan pada tiap tahap kenaikan suhu. Tabel 2.1 Komposisi reaktan untuk mengahasilkan Aurivillius dan CaBi 2 TaNbO 9 sebanyak 4 gram Jenis Massa Reagen Aurivillius (gram) Bi 2 O 3 1,9332 CaBi 2 Ta 2 O 9 CaCO 3 0,4157 Ta 2 O 5 1,8334 Bi 2 O 3 2,1279 CaBi 2 TaNbO 9 CaCO 3 0,4575 Ta 2 O 5 1,0090 Nb 2 O 5 0, Karakterisasi Karakterisasi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X di Laboratorium Research Centre ITS (XRD) untuk mengetahui struktur kristal yang terbentuk dan tingkat kristalinitasnya. Sampel Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 masingmasing sebanyak 1 gram diletakkan pada sel difraksi (sample holder) kemudian disinari dengan sinar CuK α (1,54065 Å). Data difraksi diambil pada rentang antara 5 sampai 90 dengan ukuran laju 0,02 /detik. Difraktogram berupa grafik hubungan antara sudut difraksi dengan intensitas. Pola difraktogram yang terbentuk selanjutnya dicocokan dengan data standar dari PCPDFWIN (PDF, Powder Diffraction File) yang dikeluarkan oleh JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standar). Karakterisasi dengan X-Ray Fluorosence (XRF) dilakukan di Laboratorium Pusat Energi dan Rekayasa ITS untuk mengetahui komposisi kimia unsur-unsur yang terdapat pada cuplikan Aurivillius secara kuantitatif. Cuplikan oksida Aurivillius sebanyak 2 gram dimasukkan ke sample holder yang kemudian ditekan dengan pres perata sampai rata pada bagian bawahnya. Selanjutnya cuplikan dianalisis dengan XRF tanpa menggunakan standar. Oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan Scanning Electrom Microscopy (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-Ray (EDX) di Laboratorium Sentral Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Analisa SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi permukaan. Energy dispersive X-ray spectrometer (EDX) digunakan untuk menentukan komposisi unsurunsur yang ada dalam sampel oksida. Cuplikan Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 sebanyak 0,5 gram ditempatkan pada sample holder selanjutnya dilapisi dengan dengan karbon. Sampel yang telah dilapisi selanjutnya dianalisis dengan SEM-EDX pada perbesaran kali untuk analisa SEM dan 5000 kali untuk EDX. III. Hasil dan diskusi Pembahasan pada penelitian ini meliputi sintesis dan karakterisasi terhadap struktur kristal, tingkat kristalinitas, komposisi dan morfologi permukaan senyawa Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO Sintesis Oksida Aurivillius Senyawa Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode kimia padat. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan sebagai metode sintesis Aurivillius karena merupakan metode yang relatif mudah dan sederhana serta mampu meminimalisasi pengotor yang terbentuk. Metode kimia padat menggunakan reaktan dalam bentuk padat yang berupa senyawa oksida atau karbonat dengan kemurnian yang sangat tinggi (>98%). Metode ini menghasilkan produk samping yang berupa O 2 atau CO 2 dalam fasa gas, sehingga tidak berpengaruh terhadap produk utama yang dihasilkan. Hal ini berbeda dengan metode lain seperti metode sol-gel, hidrotermal ataupun emulsi koloid yang membutuhkan waktu yang lama, melibatkan alkoksida yang tidak stabil serta kesulitan dalam mengontrol kondisi reaksi (Gaikwad dkk, 2005 a ). Tahap pertama dalam sintesis kimia padat adalah melakukan penimbangan reaktan-reaktan

4 sesuai dengan jumlah perhitungan secara stoikiometris. Reaktan-reaktan tersebut dicampurkan dan digerus untuk membentuk suatu campuran padatan dengan distribusi yang homogen, dimana suatu partikel senyawa akan dikelilingi oleh partikel-partikel senyawa yang lain. Pencampuran dan penggerusan dilakukan dengan menggunakan mortar agat untuk menjaga kemurnian reaktan selama proses dilakukan. Penggunaan cawan porselen atau cawan lain yang mengandung silika dikhawatirkan akan mengotori reaktan-reaktan melalui tercampurnya partikel SiO 2 ke dalam reaktan yang akan berpengaruh pada proses sintesis dan kemurnian produk. Penggerusan dilakukan selain untuk menghomogenkan campuran juga untuk mengurangi ukuran partikel sehingga dapat meningkatkan luas total permukaan partikel yang bereaksi. Aseton ditambahkan selama proses pencampuran dan penggerusan untuk membantu proses dispersi partikel-partikel reaktan. Aseton merupakan senyawa organik yang mudah menguap sehingga tidak akan berpengaruh terhadap reaktan dan reaksi yang terjadi. Campuran yang terbentuk selanjutnya ditekan menjadi pelet. Penekanan ini bertujuan untuk meningkatkan luas kontak partikel-partikel yang bereaksi serta meminimalisasi kontak reaktan dengan krusibel. Pelet yang terbentuk selanjutnya dibakar pada temperatur tertentu yang secara bertahap. Wadah yang digunakan pada proses pembakaran adalah krusibel alumina karena merupakan material yang inert sehingga tidak berpengaruh pada reaksi yang terjadi di dalamnya, selain itu krusibel ini mampu bertahan pada suhu yang sangat tinggi yakni 1950 C. Metode kimia padat umumnya dilakukan pada suhu yang sangat tinggi karena melibatkan reaktan yang memiliki titik leleh yang tinggi pula. Aturan Tamman menyatakan jika laju difusi reaktan akan berjalan intensif pada suhu paling tidak 2/3 dari nilai titik leleh satu atau lebih reaktan-reaktannya. Proses pembakaran pada penelitian ini dilakukan secara bertahap pada suhu yang telah ditentukan, yakni 400 C, 900 C dan 1100 C dengan kenaikan suhu sebesar 50 C. Pemanasan pertama dilakukan pada suhu 400 C dan dijaga konstan selama 8 jam. Pemanasan pada suhu 400 C dipilih karena salah satu reaktan merupakan senyawa karbonat, yakni CaCO 3, dimana pada suhu di atas 400 C senyawa karbonat akan terdekomposisi membentuk CO 2 yang akan menguap ke udara. Hal ini harus dihindari agar ion Ca tidak ikut menguap bersama dengan CO 2 karena jika hal tersebut terjadi akan sangat berpengaruh pada perbandingan stoikiometri reaktan. Selain itu, sesuai aturan Tamman, reaksi dilakukan dari titik leleh reaktan yang terendah, yakni CaCO 3 yang bertujuan untuk menghindari terjadinya dekomposisi reaktan tersebut yang bisa berdampak pada perbandingan stoikiometri reaktan secara keseluruhan. Pembakaran selanjutnya dilakukan pada suhu 900 C dan 1100 C selama selang waktu tertentu. Kenaikan suhu pada tiap pembakaran adalah 50 C yang bertujuan untuk menghindari terjadinya lonjakan kondisi lingkungan yang ekstrim pada saat reaksi berlangsung serta memaksimalkan proses reaksi yang terjadi. Lonjakan kondisi lingkungan yang ekstrim dikhawatirkan dapat menyebabkan reaksi tidak berjalan optimal. Penggerusan ulang dilakukan pada tiap tahap kenaikan suhu yang bertujuan untuk membentuk bidang reaksi baru. Hal ini dilakukan karena pada tiap tahap pembakaran telah terbentuk sebagian produk yang membentuk kisi kristal produk. Adanya kisi kristal produk akan menghambat laju difusi reaktanreaktan sehingga perlu dibuat bidang reaksi baru melalui penggerusan ulang untuk mempercepat jalannya reaksi. Penggerusan pada dasarnya juga berfungsi untuk mengurangi rongga antar partikel serta memperkecil ukuran partikel sehingga luas total permukaan reaksi akan meningkat. Perlakuan tersebut menghasilkan senyawa Aurivillius yang berupa serbuk. Reaksi yang terjadi selama proses sintesis Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 ini adalah sebagai beirikut: Bi 2 O 3(s) + CaCO 3(s) + Ta 2 O 5(s) CaBi 2 Ta 2 O 9(s) + CO 2(g) (3.1) 2Bi 2 O 3(s) + 2CaCO 3(s) + Ta 2 O 5(s) + Nb 2 O 5(s) 2CaBi 2 TaNbO 9(s) + 2CO 2(g) (3.2) Senyawa yang disintesis merupakan senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dimana kedua senyawa memiliki kation A berupa Ca dan dan kation B berupa Ta dengan indeks dua untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan TaNb dengan indeks masing-masing satu untuk Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9. Oksida Aurivillius tersusun atas lapisan bismut dan lapisan perovskit. Struktur perovskit yang diadopsi Aurivillius terkait erat dengan faktor toleransi perovskit, t. Kation-kation yang digunakan sebagai substituen untuk senyawa Aurivillius harus mematuhi faktor toleransi perovskit sehingga bisa menghasilkan struktrur perovskit. Perhitungan terhadap jari-jari kation yang digunakan pada kedua senyawa yang disintesis, baik itu kation A berupa Ca dan kation B berupa Ta dan (Ta,Nb) menunjukkan jika kationkation tersebut masih berada batas toleransi perovskit. Nilai faktor toleransi (t) untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 sebesar 0,947 sementara untuk Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 memiliki faktor toleransi yang hampir sama yakni 0,947. Perhitungan faktor toleransi tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem jari-jari Shanon. Kedua nilai berada diantara faktor toleransi perovskit yang diijinkan untuk sistem Shanon, yakni 0,9<t<1. Hal ini menunjukkan jika kation-

5 kation tersebut memungkinkan untuk membentuk struktur perovskit yang ideal Karakterisasi Oksida Aurivillius hasil sintesis kemudian dikarakterisasi dengan XRD (X Ray Diffraction), XRF (X Ray Fluorosence) dan SEM (Scanning Electron Microscopy) yang dilengkapi dengan EDX (Energy Dispersion X Ray) untuk mengetahui bahwa senyawa yang telah disintesis berupa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO Analisa Difaksi Sinar-X Analisa cuplikan dengan menggunakan difraksi sinar X bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa yang disintesis telah berhasil terbentuk dengan membandingkannya dengan standar yang ada. Analisa ini didasarkan pada terdapatnya kristal di dalam cuplikan, yang memiliki bidang-bidang yang dibentuk oleh atom-atom yang tertata secara teratur. Difraksi sinar X disebabkan oleh bidang kristal tertentu ditandai dengan sudut difraksi (2θ) yang khas. Setiap material yang memiliki struktur kristal akan memiliki pola difraksi yang tertentu pula, sehingga berdasarkan hal tersebut, struktur suatu material dapat ditentukan berdasarkan pola difraksinya. Gambar 3.1 menunjukkan pola difraksi sinar X dari Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9, sementara standar CaBi 2 Ta 2 O 9 ditunjukkan pada Gambar 3.2. Pola difraksi Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 pada Gambar 3.1 menunjukkan kesesuaian dengan pola standar Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Hal ini ditunjukkan oleh terdapatnya minimal empat puncak khas fasa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 yang sama dengan standarnya. Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 standar memiliki struktur ortorombik dengan grup ruang Fm2m dimana parameter sel satuannya a= 5,435 Å, b= 5,468 Å dan c= 24,970 Å. Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 menunjukkan kesesuaian enam puncak karakteristik Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dengan intensitas tertinggi terhadap standarnya. Perbandingan puncak-puncak tersebut lebih lebih lanjut ditampilkan pada Tabel 3.1. Kesesuaian posisi puncak menunjukkan jika senyawa yang disintesis merupakan senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Selain puncak-puncak dengan intensitas tertinggi di atas, puncak-puncak lainnya pun juga menunjukkan kesesuaian posisi seperti ditunjukkan pada Lampiran C. Hal ini menegaskan jika Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 telah benar-benar terbentuk dalam penelitian ini dimana struktur yang terbentuk adalah ortorombik dengan grup ruang Fm2m. Tabel 3.1. Perbandingan difraktogram karakteristik oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 hasil sintesis terhadap standar CaBi 2 Ta 2 O 9 Standar CaBi 2 Ta 2 O 9 (2θ) Hasil Sintesis CaBi 2 Ta 2 O 9 (2θ) 25,443 25,464 28,576 28,516 29,243 29,261 32,726 32,757 47,112 47,148 56,553 56,582 Gambar 3.1. Pola difraksi Oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 hasil sintesis( = fasa Aurivillius, = fasa Ta 2 O 5 ) Gambar 3.2. Pola difraksi Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 standar Puncak-puncak lain juga ditemukan pada difraktogram Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 yakni puncak-puncak pada posisi (2θ) 57,31 dan 48,598. Puncak-puncak tersebut bukan merupakan bagian dari puncak Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9, sehingga dipastikan puncak tersebut berasal dari fasa lain. Fasa tersebut teridentifikasi sebagai fasa dari Ta 2 O 5, sehingga dalam hal ini senyawa Ta 2 O 5 belum seluruhnya bereaksi membentuk Aurivillius dan hadir sebagai fasa pengotor. Keberadaan Ta 2 O 5 menunjukkan jika ion Ta belum seluruhnya berdifusi ketika reaksi berlangsung. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, suhu dan waktu pembakaran yang belum optimal untuk mendukung seluruh ion Ta berdifusi. Suhu pembakaran tertinggi pada penelitian ini adalah 1100 C, sementara menurut aturan Tamman, ion Ta akan berdifusi secara optimal pada suhu minimal 1248 C. Akibatnya, sebagian ion Ta belum berdifusi dan masih terjebak pada kisis

6 kristalnya pada suhu 1100 C. Penelitian yang dilakukan Prasad dan Varma. (2003) dengan melakukan sintesis Aurivillius lapis dua yang mengandung kation Ta yakni senyawa Sr 1- xba x Bi 2 (Nb 0,5 Ta 0,5 ) 2 O 9 pada suhu pembakaran 700 C selama 12 jam, 900 C selama 12 jam dan suhu 1100 C selama 10 jam serta suhu sintering 1150 C pada krusibel platina tertutup selama 2 jam pada kenyataanya telah mampu membentuk senyawa Aurivillius yang diinginkan, padahal kondisi sintesis belum mencapai suhu tertinggi menurut aturan Tamman. Hal ini menunjukkan jika faktor lain yang juga berpengaruh pada kurang sempurnanya difusi ion pada sintesis Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 adalah kurangnya waktu pembakaran. Proses difusi yang kurang sempurna juga disebabkan karena adanya senyawa karbonat yang digunakan pada reaksi yakni dari senyawa CaCO 3. Senyawa karbonat tersebut terjebak pada kisi kristalnya pada saat proses pembentukan oksida Aurivillius. Keberadaan senyawa karbonat menyebabkan ion Ta sulit berdifusi karena adanya halangan ruang. Faktor lain yang juga memungkinkan sulitnya ion Ta berdifusi adalah tingkat homogenitas reaktan yang rendah. Homogenitas yang rendah menyebabkan ion logam tidak cukup berdekatan satu sama lain untuk terjadinya proses difusi. Namun faktor ini diatasi dengan melakukan penggerusan ulang di tiap kenaikan suhu pembakaran, selain itu secara umum semua reaktan juga telah bisa bereaksi secara sempurna sehingga faktor homogenitas ini kurang berpengaruh terhadap keberadaan pengotor Ta 2 O 5. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menegaskan jika faktor utama penyebab keberadaan Ta 2 O 5 adalah karena kurang optimalnya suhu dan waktu pembakaran. Pola difraksi Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 ditampilkan pada Gambar 3.3. Pola tersebut menunjukkan pola yang mirip dengan senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Puncak-puncak utama Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 juga memiliki posisi yang sesuai dengan standar Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 pada Gambar 3.2. Tabel 3.2 menampilkan perbandingan posisi puncak Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 terhadap standar CaBi 2 Ta 2 O 9, sementara Tabel 3.3 menampilkan perbandingan posisi puncak Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dan CaBi 2 Ta 2 O 9 hasil sintesis terhadap standar CaBi 2 Ta 2 O 9. Pola difraksi Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 yang memiliki kesesuaian dengan posisi-posisi puncak pada standar CaBi 2 Ta 2 O 9 maupun CaBi 2 Ta 2 O 9 hasil sintesis menunjukkan jika senyawa Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 memiliki struktur yang sama dengan Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Hal ini mengindikasikan Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 juga memiliki struktur ortorombik dengan grup ruang Fm2m. Gambar 3.3. Pola difraksi Oksida Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 hasil sintesis ( = fasa Aurivillius, = fasa Ta 2 O 5 ) Tabel 3.2. Perbandingan difraktogram karakteristik oksida Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 hasil sintesis terhadap standar CaBi 2 Ta 2 O 9 Standar CaBi 2 Ta 2 O 9 (2θ) Hasil Sintesis CaBi 2 TaNbO 9 (2θ) 25,443 25,461 28,576 28,653 29,243 29,277 32,726 32,699 47,112 47,113 56,553 56,563 Tabel 3.3. Perbandingan difraktogram karakteristik oksida Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dan CaBi 2 Ta 2 O 9 hasil sintesis terhadap standar CaBi 2 Ta 2 O 9 Standar CaBi 2 Ta 2 O 9 (2θ) Hasil Sintesis CaBi 2 Ta 2 O 9 (2θ) 25,443 25,464 25,461 28,576 28,516 28,653 29,243 29,261 29,277 32,726 32,757 32,699 47,112 47,148 47,113 56,553 56,582 56,563 CaBi 2 TaNbO 9 (2θ) Grup ruang Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 yang terbentuk pada penelitian ini yakni Fm2m berbeda dengan grup ruang yang ditemukan pada beberapa penelitian sebelumnya pada senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Macquart dkk. (2001) menemukan pada penelitiannya jika grup ruang CaBi 2 Ta 2 O 9 adalah struktur ortorombik A2 1 am, begitu pula dengan Li dkk. (2008). Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi sintesis yang berbeda, dimana pada penelitian kali ini dilakukan

7 variasi suhu dan waktu pembakaran yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Suhu dan waktu pembakaran ini sangat berpengaruh terhadap laju difusi ion-ion sehingga mempengaruhi pula struktur kristal Aurivillius yang terbentuk. Perbedaan substituen kation B pada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dimana kation B untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 seluruhnya ditempati oleh ion Ta sementara Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dengan kation B yang ditempati ion Ta dan Nb dengan okupansi yang sama tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur kristal. Kedua senyawa Aurivillius mengkristal pada struktur ortorombik. Hal ini menunjukkan penambahan dopan Nb pada sisi kation B tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur Aurivillius secara signifikan. Gambar 3.4 menunjukkan perbandingan pola difraksi Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9. Gambar 3.4. Perbandingan pola difraksi Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 ( = fasa Ta 2 O 5 ) Perubahan struktur pada oksida Aurivillius utamanya disebabkan oleh jari-jari ion penyusunnya. Jari-jari ion yang berbeda akan dapat menyebabkan distorsi pada struktur Aurivillius atau bahkan perubahan struktur kristal. Ion yang ditambahkan sebagai dopan pada penelitian ini yakni Nb memiliki jari-jari 0,64 Å. Jari-jari ini sangat mirip dengan jari-jari ion Ta yakni 0,64 Å. Kemiripan nilai jari-jari inilah yang menyebabkan penambahan ion Nb tidak terlalu berpengaruh pada struktur yang terbentuk. Struktur terkait erat dengan faktor toleransi perovskit, dimana nilai faktor toleransi yang bergeser dari nilai satu menunjukkan jika senyawa tersebut lebih mengalami distorsi (Ismunandar, 2006). Faktor toleransi perovskit Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 bernilai ~0,947. Nilai faktor toleransi yang yang jauh bergeser dari nilai satu ini menunjukkan kemungkinan kedua senyawa tersebut mengalami distorsi. Namun nilai yang sama ini tidak bisa memberikan informasi terhadap perbedaan distorsi yang terjadi pada struktur Aurivillius akibat pengaruh penambahan Nb. Berdasarkan literatur yang ada, penambahan dopan Nb pada sisi kation B pada senyawa Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 menyebabkan terjadinya okupansi pada sisi kation B, dimana sisi kation B ditempati oleh Ta dan Nb, sehingga pusat oktahedralnya menjadi (Ta,Nb)O 6. Substitusi Nb pada Ta menyebabkan ikatan yang terbentuk menjadi lebih kovalen. Interaksi kovalen yang kuat pada ikatan (Ta,Nb)-O meningkatkan distorsi struktural pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9, yang pada akhirnya bisa meningkatkan suhu Curie dan berpengaruh pula pada polarisasi spontan (Shimakawa dkk, 2000 b ). Hal ini menyebabkan Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 menjadi lebih terdistorsi daripada CaBi 2 Ta 2 O 9. Persamaan lain yang tampak pada senyawa Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dengan Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 adalah masih munculnya fasa pengotor Ta 2 O 5. Pengotor ini disebabkan oleh kurang optimalnya suhu dan waktu pembakaran layaknya seperti yang terjadi pada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 karena kedua senyawa ini disintesis pada suhu dan waktu pembakaran yang sama. Pengaruh lain yang mencolok akibat penambahan Nb adalah pada intensitas puncak yang dihasilkan oleh kedua Aurivillius. Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 secara umum memiliki intensitas yang lebih tinggi dari pada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9, terutama tampak pada puncak-puncak utamanya. Intensitas puncak pada difraktogram XRD menunjukkan tingkat kristalinitas dari cuplikan yang dianalisa. Semakin tinggi intensitas puncak maka tingkat kristalinitasnya juga semakin tinggi, dengan demikian bisa dikatakan jika Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 memiliki tingkat kristalinitas lebih tinggi daripada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Penambahan ion Nb telah meningkatkan tingkat kristalinitas senyawa Aurivillius yang disintesis. Tingginya tingkat kristalinitas Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dibandingkan dengan CaBi 2 Ta 2 O 9 berhubungan dengan proses sintesisnya. Kedua senyawa disintesis pada kondisi suhu pembakaran yang sama, dimana suhu tertingginya adalah 1100 C. Ion Nb pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 telah bisa berdifusi secara optimum pada suhu tersebut

8 dan membentuk kristal Aurivillius. Hal ini menyebabkan proses pembentukan kristal Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 mejadi lebih cepat daripada CaBi 2 Ta 2 O 9 sehingga menyebabkan kristalinitas Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 lebih baik daripada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Perbedaan substituen B pada Aurivillius yakni Ta pada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 serta (Ta,Nb) pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 pada kenyataanya tidak menyebabkan perubahan struktur kristal secara signifikan. Kedua senyawa mengkristal pada struktur ortorombik dengan grup ruang Fm2m. Adanya ion Nb pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 meningkatkan distorsi yang terjadi pada oktahedral Aurivillius dan kristalinitas senyawa yang terbentuk. Analisa selanjutnya dilakukan dengan XRF untuk mengetahui mengetahui komposisi unsur-unsur Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO Analisa X Ray Flouresence (XRF) Karakterisasi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dengan menggunakan XRF bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia oksida Aurivillius yang terbentuk. Informasi komposisi yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui kemunculan fasa-fasa lain atau hilangnya unsur pada saat proses sintesis. Komposisi unsur-unsur reaktan yang terdapat dalam Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 ditunjukkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Komposisi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dengan metode XRF Aurivillius Kadar Unsur dalam % (b/b) Ca Bi Ta Nb CaBi 2 Ta 2 O 9 1, ,6 - CaBi 2 TaNbO 9 3,34 56,7 25,1 14,8 Tabel 3.4 menunjukkan komposisi unsurunsur penyusun oksida Aurivillius yang dihitung dalam persen massa. Hasil pengujian dengan XRF terhadap Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 menunjukkan jika kedua senyawa Aurivillius tersebut benar-benar terdiri dari unsur-unsur yang digunakan sebagai reaktannya, yakni unsur Ca, Bi dan Ta untuk senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 serta unsur Ca, Bi, Ta dan Nb untuk Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9. Hal ini mengindikasikan jika tidak ada unsur yang hilang selama proses sintesis. Kadar tiap-tiap unsur dari kedua senyawa Aurivillius selanjutnya dikonversikan ke dalam rasio mol untuk mengetahui perbandingannya dengan jumlah mol tiap unsur secara teoritis. Perhitungan konversinya disajikan pada lampiran C. Hasil konversi kadar tiap unsur dari oksida Aurivillius dalam rasio mol beserta kadar teoritisnya disajikan dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5 Hasil perbandingan mol secara teoritis dan menurut perhitungan dari hasil karakterisasi dengan XRF Aurivillius Unsur Teoritis XRF Ca 1 1 CaBi 2 Ta 2 O 9 Bi 2 7,04 Ta 2 4,00 Ca 1 1 CaBi 2 TaNbO 9 Bi 2 3,34 Ta 1 1,66 Nb 1 1,91 Perbandingan mol komposisi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 pada Tabel 3.5 di atas menunjukkan komposisi yang berbeda dari komposisinya secara teoritis. Namun secara secara umum perbadingan rasio mol dari XRF menunjukkan nilai yang lebih besar daripada perbandingan secara teoritis. Perbedaan perbandingan komposisi ini disebabkan oleh beberapa hal yakni masih rendahnya homogenitas bahan reaktan selama proses pembakaran pada waktu sintesis atau pada saat proses karakterisasi dengan XRF. Faktor lain adalah kurang optimalnya suhu pembakaran yang mempengaruhi laju difusi. Homogenitas ini memiliki dua kemungkinan untuk proses karakterisasi dengan XRF, yakni homogenitas reaktan selama proses sintesis dan homogenitas material Aurivillius saat dikarakterisasi dengan XRF. Rendahnya homogenitas reaktan selama proses pembakaran akan berpengaruh pada kesempurnaan reaksi yang terjadi, yakni kesempurnaan difusi ion-ion dari bidang kristalnya ke bidang kristal yang lain. Homogenitas yang rendah tentunya akan menghambat terjadinya difusi ion untuk bereaksi dengan ion dari unsur lain. Akibatnya adalah produk terbentuk dalam kuantitas yang sedikit. Masalah ini telah berusaha untuk diatasi selama proses sintesis dengan melakukan penggerusan ulang di tiap kenaikan suhu pembakaran. Penggerusan bertujuan untuk membentuk bidang kristal baru serta meningkatkan kembali homogenitas material. Hal ini disebabkan karena selama proses pembakaran awal, telah terbentuk bidang-bidang kristal Aurivillius sementara belum seluruh ion reaktan berdifusi. Akibatnya bidang kristal Aurivillius akan menghambat difusi ion-ion reaktan tersebut. Pembentukan bidang kristal baru antara kristal-kristal reaktan diharapkan dapat memperlancar laju difusi sehingga terbentuk produk yang diinginkan. Hasil dari usaha ini bisa dilihat dari difraktogram XRD. Pola XRD

9 menunjukkan jika senyawa Aurivillius telah terbentuk, sehingga dapat disimpulkan jika homogenitas bahan reaktan telah cukup untuk membentuk Aurivillius yang diinginkan. Analisa dengan XRF menggunakan sinar X dengan energi tertentu yang ditembakkan pada suatu bagian cuplikan, dan bukan keseluruhan dari cuplikan yang dianalisa. Sehingga homogenitas material Aurivillius pada saat pada saat preparasi cuplikan sebelum dikarakterisasi dengan XRF juga berpengaruh terhadap kadar unsur yang teridentifikasi. Perkiraan awal, faktor inilah yang berpengaruh besar pada perbedaan rasio mol teoritis dengan hasil XRF Analisa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dengan menggunakan XRF menunjukkan unsur-unsur yang terdeteksi mempunyai karakteristik energi sinar X seperti ditampilkan pada Tabel 3.7. Energi sinar X karakteristik tiap unsur adalah energi sinar X yang dipancarkan oleh atom disebabkan terjadinya perbedaan energi dari dua kulit atom akibat adanya transisi elektron. Setiap unsur akan menunjukkan puncak yang khas yang menjadi landasan bagi uji kualitatif untuk unsur-unsur yang terdapat dalam material. Contoh untuk memperjelas pernyataan di atas misalnya pada atom niobium. Sinar X karakteristik niobium K α artinya sinar X yang dihasilkan oleh transisi elektron dari kulit L ke kulit K, sedangkan K β adalah sinar X yang dihasilkan oleh transisi elektron dari kulit M ke kulit K atom niobium. Mekanisme serupa terjadi pada atomatom yang lain, termasuk pada atom-atom yang menyusun Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 yakni kalsium, bismut, tantalum dan niobium. Tabel 3.6 Energi sinar X karakteristik unsurunsur yang terdeteksi untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9. Un sur Ca 3,69 Bi 76,3 Ta 57,0 98 Nb 16,5 81 X-Ray Line Kα Kβ Lα Lβ1 Lβ2 Lγ kev 4,01 0, , ,3 10,8 13,0 12,9 15, ,2 8,14 9,34 9,65 10, , , , ,37 Grafik antara intensitas (cps) dengan energi sinar X karakteristik (kev) unsur-unsur komponen Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 ditampilkan pada Gambar 3.5. (a) (b) Gambar 3.5.Intensitas dan energi sinar X karakteristik unsur-unsur komponen oksida Aurivillius (a) CaBi 2 Ta 2 O 9 dan (b) CaBi 2 TaNbO 9 Spektrum XRF pada Gambar 3.5 diatas menunjukkan puncak-puncak yang terpisah antara unsur Ca, Bi dan Ta untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Kecenderungan serupa juga ditemukan pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 dimana puncak dari unsur-unsur penyusunnya juga terpisah. Terpisahnya puncak unsur-unsur tersebut disebabkan karena energi sinar X karakterisitik untuk masing-masing unsur jauh berbeda, sehingga pembelahan puncak mudah diamati. Hal tersebut mengindikasikan jika kadar unsur yang dihasilkan dari XRF tidak terlalu dipengaruhi oleh nilai energi yang hampir sama dari suatu unsur (tidak terganggu oleh matriks energi). Hal ini menguatkan perkiraan sebelumnya jika faktor utama penyebab perbedaan rasio mol teoritis dan dari data XRF adalah rendahnya tingkat homogenitas material pada saat preparasi sampel untuk proses karakterisasi. Analisa XRF menunjukkan jika senyawa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 terdiri dari komponen-komponen utama penyusunnya. Analisa SEM EDX selanjutnya dilakukan untuk mendukung data komposisi, distribusi unsur-unsur dan morfologi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO Analisa Scanning Electron Microscopy- Energy Dispertion X Ray (SEM-EDX) Karakterisasi dengan SEM bertujuan untuk mengetahui morfologi permukaan cuplikan

10 Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9. Hasil karakterisasi SEM untuk kedua senyawa Aurivillius dengan perbesaran kali ditunjukkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Morfologi permukaan oksida Aurivillius a) CaBi 2 Ta 2 O 9 dan b) CaBi 2 TaNbO 9 Gambar 3.6 menunjukkan jika partikel Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 memiliki bentuk yang tidak beraturan, sementara Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 berbentuk batang. Hasil SEM tidak bisa digunakan untuk mengetahui bentuk struktur kristalnya, namun hanya melihat morfologi permukaannya saja. Morfologi bisa berbeda dari bentuk kristal penyusunnya. Partikel yang tampak pada kedua senyawa tersebut menunjukkan bentuk serbuk polikristalin yang di dalamnya terdapat banyak unit sel. SEM yang dilengkapi dengan EDX dapat digunakan untuk mengetahui komposisi kimia unsur-unsur dalam cuplikan yang diamati SEM. EDX mengukur pancaran sinar X selama penembakan elektron pada SEM untuk menentukan komposisi kimia suatu material dalam skala mikro dan nano. Setiap unsur akan menunjukkan puncak karakteristik yang merupakan landasan bagi uji kualitatif unsur-unsur yang terdapat di dalam cuplikan. Hasil spektrum EDX untuk Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 ditunjukkan pada Gambar 3.7. Analisa EDX memberikan data tentang komposisi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu senyawa Aurivillius. Komposisi unsur (%) dalam senyawa berdasarkan analisa SEM EDX ditampilkan pada Tabel 3.7. Konversi kadar unsur menjadi rasio mol berdasarkan perhitungan pada Lampiran C diunjukkan pada Tabel 3.8. Komposisi kimia hasil EDX dalam perbandingan mol pada dasarnya memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai perbandingan mol secara teoritis. Persamaan dari data yang dihasilkan oleh XRF dan XRD adalah bahwa Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 tersusun dari komponen utama penyusunnya. (a) (b) Gambar 3.7 Intensitas dan energi sinar X karakteristik unsur-unsur komponen Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 Tabel 3.7. Komposisi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 dengan metode EDX Aurivillius Kadar Unsur dalam % (b/b) Ca Bi Ta Nb CaBi 2 Ta 2 O 9 4,85 50,95 40,20 - CaBi 2 TaNbO 9 5,93 54,97 25,29 13,82 Tabel 3.8. Perbandingan mol komposisi oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 secara teoritis serta dengan metode EDX Aurivillius Unsur Teoritis EDX Ca 1 1 CaBi 2 Ta 2 O 9 Bi 2 2,01 Ta 2 1,83 Ca 1 1 CaBi 2 TaNbO 9 Bi 2 1,78 Ta 1 0,94 Nb 1 1,00

11 Oksida Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 tersusun atas unsur Ca, Bi dan Ta, sementara Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 tersusun dari unsur Ca, Bi, Ta dan Nb.Data ini mendukung data dari XRD dimana tidak ditemukan puncak-puncak lain sebagai pengotor di luar reaktan yang digunakan. Namun, masalah utama yang masih dihadapi adalah pada tingkat homogenitas material. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kimia padat yang memiliki kelemahan dalam hal pengontrolan ion-ion yang berdifusi untuk membentuk struktur baru, sehingga perlu kajian lebih lanjut tentang pengontrolan terhadap suhu reaksi sifat dari bahan reaktan. Penelitian ini dilakukan dalam satu kali proses sintesis dan karakterisasi tanpa melakukan replikasi atau pengulangan proses sintesis. Replikasi tidak dilakukan karena Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 yang dihasilkan dari satu kali proses sintesis telah dapat memberikan informasi tentang pengaruh perbedaan substituen kation B pada kedua senyawa serta tingkat kemurnian yang terbentuk. Keberadaan dopan Nb pada Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 meningkatkan tingkat kristalinitasnya, walaupun pada kedua senyawa masih tampak keberadaan pengotor Ta 2 O 5. Hal ini menunjukkan jika dengan satu kali proses sintesis tujuan penelitian ini telah tercapai sehingga tidak diperlukan replikasi. IV. Kesimpulan Aurivillius lapis dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan CaBi 2 TaNbO 9 telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode kimia padat. Kedua senyawa memiliki struktur kristal ortorombik dengan grup ruang Fm2m. Pengaruh yang tampak dari penambahan dopan Nb adalah pada intensitas puncak yang dihasilkan dimana intensitas Aurivillius CaBi 2 TaNbO 9 lebih tinggi daripada Aurivillius CaBi 2 Ta 2 O 9. Hal ini menunjukkan CaBi 2 TaNbO 9 lebih kristalin daripada CaBi 2 Ta 2 O 9. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya. 2. Orang tua tercinta dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya baik berupa material maupun spiritual. 3. Ibu Dr. Afifah Rosyidah, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan waktu, arahan, pemahaman dan segala diskusi serta semua ilmu yang bermanfaat selama penyusunan tugas akhir. 4. Dra. Yulfi Zetra, MS. Sebagai koordinator kolokium. 5. Teman-teman dan seperjuangan tugas akhir sahabat- sahabat tercinta atas bantuan, semangat dan kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Cullity, B.D., Elements of X ray diffraction. Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts, 84. Dhak, D., Biswas, S.K. dan Pramanik, K., Synthesis and characterization of nanocrystalline SrBi 2 Nb 2 O 9 ferroelectric ceramics using TEA as the polymeric matrix. Journal of European Ceramics Society, 26, Das, R.R., Bhattacharya, P., Perez, W. dan Katiyar, R.S., Effect of Ca on structural and ferroelectric properties of SrBi 2 Ta 2 O 9 and SrBi 2 Nb 2 O 9 thin films., Ceramics International, 30, Gaikwad, S.P., Dhesphande, S.B., Khollam, Y.B., Samuel, V. dan Ravi, V., Coprecipitation method for the preparation of nanocrystalline ferroelectric CaBi 2 Ta 2 O 9.Material Letters, 58, Gaikwad, S.P., Pesricha, R. dan Ravi, V., 2005 a. Preparation of nanocrystalline ferroelectric CaBi 2 Ta 2 O 9 by citrate gel method. Material Science and Engineering B, 117, Gaikwad, S.P., Pesricha, R. dan Ravi, V., 2005 b. Preparation of nanocrystalline ferroelectric CaBi 2 Ta 2 O 9 by urea method. Ceramics International, 31, Haluska, M.S. dan Misture, S.T., Crystal structure refinements of the three-layer Aurivillius ceramics Bi2Sr 2-x A x Nb 2 TiO 12 (A=Ca; Ba; x ¼ 0; 0:5; 1) using combined X- ray and neutron powder diffraction. Journal of Solid State Chemistry, 17, Hyatt, N.C., Hriljact, J.A. dan Comyn, T.P., Cation disorder in Bi 2 Ln 2 Ti 3 O 12 Aurivillius phases (Ln=La, Pr, Nd and Sm.) Material Research Bulletin, 38, Insyani, L.D., Sintesis dan karakterisasi aurivillius lapis dua BaBi 2 Nb 2 O 9 dan BaBi 2 Ta 2 O 9 dengan metode solid-state. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ismunandar, Padatan oksida logam : struktur, sintesis, dan sifat-sifatnya. ITB, Bandung. Ismunandar., Hunter, B.A. dan Kennedy, B.J., Cation disorder in the ferroelectric

12 Aurivillius phase PbBi 2 Nb 2 O 9 : an anamolous dispersion X-ray diffraction study. Solid State Ion, 112, Ismunandar., Kamiyama, T., Kennedy, B.J. dan Howshikawa, A., Structural studies of five layer Aurivillius oxides: A 2 Bi 4 Ti 5 O 18 (A=Ca, Sr, Ba dan Pb). J.Neutron Res, 13, Junior, N.L.A., Simoes, A.Z., Pianno, R.F.C., Zanetti, S.M., Longo, E. dan Varela, J.A., Structural and electrical properties of SrBi 2 (Ta 0,5 Nb0,5 ) 2 O 9 thin films., Journal of Alloys and Compounds, 458, Kong, L.B., Zhang, T.S., Ma, J. dan Boey, F., Progress in synthesis of ferroelectric ceramic material via high-energy mechanocemical technique. Progress in Material Sciences, 53, Kumar, S. dan Varma, K.B.R., Structural, dielectric and ferroelectric properties of fourlayer Aurivillius phase Na 0.5 La 0.5 Bi 4 Ti 4 O 15. Material Science and Engineering B, 172, Li, B., Li. Dan wang, X., Sintering behavior of bulk SrBi 2 Ta 2 O 9 prepared by solid state reaction. Ceramics International, 29, Li, Y., Zhang, H., Li, Z. dan Sun, J., Electronic structure and photocatalytic properties of ABi 2 Ta 2 O 9 (A=Ca, Sr dan Ba)., Journal of Solid State Chemistry, 181, Liang, Z., Tang, K., Zheng, S., Wang, D., Li, T.W. dan Zheng, H., Synthesis and characterization of a new four-layer Aurivillius phase Bi 2 SrNa 2 Nb 4 O 15 and its protonated form. Journal of Solid State Chemistry, 181, Lu, C.H. dan Wen, C.Y., Strontium barium bismuth tantalate layered perovskites: thin film preparation and ferroelectric characteristic., Journal of the European Ceramic society, 20, Macquart, R., Kennedy, B.J. dan Shimakawa, Y., Cation disorder in the ferroelectric oxide ABi 2 Ta 2 O 9, A=Ca, Sr, Ba., Journal of Solid State Chemistry, 160, Mandal, T.K., Sivakumar, T., Augustine, S. dan Gopalaksrishnan, J., Heterovalent cation-substituted Aurivillius phases, Bi 2 SrNaNb 2 TaO 12 and Bi 2 SrNb 3-x M x O 12 (M=Zr, Hf, Fe, Zn). Material Sciences and Engineering, 121, Patnaik, P., Handbook of inorganic chemical compounds, McGraw-Hill, New York, 235. Peterson, M.S., Synthesis optimation of Aurivillius phases. Thesis. Alfred University, USA. Prasad, N.S. dan Varma, K.B.R., Structural and dielectric properties of ferroelectric Sr 1- xba x Bi 2 (Nb 0,5 Ta 0,5 ) 2 O 9 and Sr 0,5 Ba 0,5 Bi 2 (Nb 1- yta y ) 2 O 9 ceramics., Material Research Bulletin, 38, Rosyidah, A., Defek pada oksida Aurivillius dan pengaruhnya terhadap sifat feroelektrik. Disertasi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Rouessac, F. dan Rouessac, A., Chemical analysis modern instrumentation methods and technique. Second Edition, John Wiley & Sons, Chichester, West Sussex, 167. Schwarzkopf, J. dan Fornari, R., Epitaxial growth of ferroelectric oxide films. Progress in Crystal Growth and Characterization of Material, 52, Sibilia, P., Guide to material characterization and chemical analysis, 2 th Edition, John Willey-VCH, New York, 265. Shimakawa, Y., Kubo, Y., Nakagawa, Y., Goto, S., Kamiyama, T., dan Asano, H., 2000 a. Crystal strucutre and ferroelectric properties of ABi 2 Ta 2 O 9 (A=Ca, Sr dan Ba)., Physical Review B, 61, Shimakawa,Y., Kubo, Y., Tauchi, Y., Kamiyama, T., Asano, H. dan Izumi, F., 2000 b. Structural distortion and ferroelectric properties of SrBi 2 (Ta 1-x Nb x )O. 9, Applied Pyysics Letter, 77, Smart, L. dan Moore, E., Solid state chemistry : an introduction, Chapman & Hall University and Professional Division, London. Wang, D., Tang, K., Liang, Z. dan Zheng, H., Synthesis, crystal structure and photocatalytic activity of the new three-layer aurivillius phases, Bi 2 ASrTi 2 TaO 12 (A=Bi,La). Journal of Solid State Chemistry, 183,

13 Wyantuti, S., Sintesis Fasa aurivillius Ba 2 Bi 4 Ti 5 O 18 dengan Menggunakan Metode Penggilingan Sederhana. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran.

Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid State

Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid State JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X C-20 Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid

Lebih terperinci

Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid State

Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid State JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sintesis dan karakterisasi Aurivillius Lapis Dua CaBi 2 Ta 2 O 9 dan Aurivillius Lapis Dua BaBi 2 NbTaO 9 dengan Metode Solid State Arifianto, M. F. T. dan

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9 SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9 SYNTHESIS, CHARACTERIZATION AND FERROELECTRIC PROPERTIS OF AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 AND Bi 3 TiTaO 9 Afifah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-02)

KIMIA FISIKA (Kode : C-02) MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-02) ISBN : 978-979-1533-85-0 KARAKTERISASI SIFAT FERROELEKTRIK AURIVILLIUS ABi 2 Nb 2 O 9 (A = Pb, Ba) DAN BaBi 2 B 2 O 9 (B = Nb, Ta) Eko Supriyanto 1, Affifah

Lebih terperinci

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA 27 SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Synthesis of Metal Oxide Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 Using Hydrothermal Method

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA. Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si

SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA. Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERS1TAS PADJADJARAN NOPEMEER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA 59 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Edi Mikrianto Ida Yanti; Dewi Wahyuni; Rahmawati;

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF YUNI SUPRIYATI M 0204066 Jurusan Fisika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 56 SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 Synthesis and Structure Characterization of Metal Oxide Pyrochlore Type Sr 2 Nb 2 O 7 and Ba 2 Nb 2

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12

Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12 Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12 Muhammad Rizal dan Ismunandar Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena sifat resistivitas nol yang dimilikinya dan dapat melayang dalam medan magnet. Kedua sifat

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh. Sarsiyanti S. Sadapu NIM NIP NIP

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh. Sarsiyanti S. Sadapu NIM NIP NIP LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang berjudul : Pengaruh Substitusi Bi secara Parsial oleh Dopan (A = Ba, Ca, Sr dan Pb) dalam Lapisan [Bi 2 O 2 ] 2+ pada Oksida Aurivillius ABi 4 Ti 4 O 15 Oleh Sarsiyanti S.

Lebih terperinci

Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15

Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15 Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15 Edi Mikrianto, Dwi Rasy Mujiyanti, dan Taufiqurohman Program Studi Kimia, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Zahratul Jannah AR Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA J. Sains Dasar 2015 4 (2) 198-203 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA THE STRUCTURE AND CHEMICAL

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

REVIEW : ANALISIS THERMAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN UNTUK KARAKTERISASI SERBUK Ba 1-x Sr x TiO 3. Happy Bunga Nasyirahul Sajidah

REVIEW : ANALISIS THERMAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN UNTUK KARAKTERISASI SERBUK Ba 1-x Sr x TiO 3. Happy Bunga Nasyirahul Sajidah REVIEW : ANALISIS THERMAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN UNTUK KARAKTERISASI SERBUK Ba 1-x Sr x TiO 3 Happy Bunga Nasyirahul Sajidah Laboratorium Kimia Material dan Energi, Departemen Kimia Institut Teknologi

Lebih terperinci

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X Sahriar Nur Aulia H Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111, Indonesia Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam

Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi Ti O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam Zulhadjri, Sabri Ella Afni, dan Syukri Arief Prodi Kimia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PEMODELAN KRISTAL CALCIUM MANGANESE OXIDE (CaMnO 3 )

ANALISIS STRUKTUR DAN PEMODELAN KRISTAL CALCIUM MANGANESE OXIDE (CaMnO 3 ) ANALISIS STRUKTUR DAN PEMODELAN KRISTAL CALCIUM MANGANESE OXIDE (CaMnO 3 ) Sigit Dwi Yudanto* dan Yuswono Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI Kawasan Puspiptek Gedung 470, Tangerang Selatan E-mail : *sigi008@lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1)

SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1) SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1) Rolan Rusli 1), Ismunandar 2) Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

STUDI n-lapis OKTAHEDRAL TERHADAP SIFAT FEROELEKTRIK OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS Sr (n-2)bi 3Ti no (3n+3) (n = 3, 4, 5 dan 6)

STUDI n-lapis OKTAHEDRAL TERHADAP SIFAT FEROELEKTRIK OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS Sr (n-2)bi 3Ti no (3n+3) (n = 3, 4, 5 dan 6) 24 STUDI n-lapis OKTAHEDRAL TERHADAP SIFAT FEROELEKTRIK OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS Sr (n-2)bi 3Ti no (3n+3) (n = 3, 4, 5 dan 6) STUDY n-layer OCTAHEDRAL AGAINST THE METAL OXIDE AURIVILLIUS FERROELECTRIC

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BKT PADA PIEZOELEKTRIK RAMAH LINGKUNGAN BI0,5NA0,5TIO3-BATIO3-BI0,5K0,5TIO3 (BNT-BT-BKT)

PENGARUH PENAMBAHAN BKT PADA PIEZOELEKTRIK RAMAH LINGKUNGAN BI0,5NA0,5TIO3-BATIO3-BI0,5K0,5TIO3 (BNT-BT-BKT) PENGARUH PENAMBAHAN BKT PADA PIEZOELEKTRIK RAMAH LINGKUNGAN BI0,5NA0,5TIO3-BATIO3-BI0,5K0,5TIO3 (BNT-BT-BKT) Alimin Mahyudin, 1 Helga Dwi Fahyuan 1, Syahfandi Ahda 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas,

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION

SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION Y. SUBARWANTI1), R. D. SAFITRI1), A. SUPRIYANTO2,*), A. JAMALUDIN2), Y. IRIANI3) 1) Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Pengaruh Variasi Massa... (Annisa Dyah ) 238 PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF MATERIAL MASS ON

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM Struktur dan Komposisi... (Eka Wulandari) 1 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM STRUCTURE AND CHEMICAL COMPOSITION OF Sn(S0,4Te0,6) THIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta dasar-dasar interpretasinya. Tujuan tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

S. Misfadhila, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal

S. Misfadhila, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal SINTESIS DAN SIFAT DIELEKTRIK SENYAWA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT SrBi4Ti4O15 YANG DIDOPING DENGAN Nd 3+ DAN Mn 4+ (SYNTHESIS AND DIELECTRIC PROPERTIES OF FOUR-LAYERED AURIVILLIUS SrBi4Ti4O15 DOPED Nd 3+ AND

Lebih terperinci