BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur (Mikell P. Groover. 2001, p29-30) Proses manufaktur dapat didefinisikan sebagai penerapan proses fisik dan kimia untuk mengubvah geometri, sifat sifat dan atau penampilan dari suatu material awal dalam pembuatan komponen atau produk. Proses manufaktur juga meliputi penggabungan beberapa komponen untuk membuat produk rakitan. Proses manufaktur melibatkan kombinasi mesin mesin, perkakas, tenaga penggerakdan tenaga kerja manual seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1(a). Proses manufaktur hamper selalu dijalankan berupa satu urutan operasi. Setiap urutan proses tersebut membuat material menjadi semakin dekat dengan bentuk akhir yang diinginkan. Dari pandangan ekonomi proses manufaktur adalah proses pengubahan material menjadi benda (item) yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dengan menggunakan satu atau lebih operasi pemrosesan dan atau operasi perakitan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1(b). Kunci utamanya adalah proses manufaktur menambah nilai pada material dengan mengubah bentuknya atau sifat sifatnya atau dengan mengkombinasikan bersama material lain yang juga telah mengalami pengubahan. Material itu memiliki harga lebih tinggi melalui operasi manufaktur yang diterapkan

2 6 kepadanya. Ketika pasir diubah menjadi gelas, nilai juga ditambahkan bila minyak dimurnikan menjadi plastic, nilai juga ditambahkan. Dan ketika plastic dicetak menjadi kursi patio bergeometri kompleks, akan membuat produk berharga lebih tinggi lagi. Gambar 2.1 Alternatif definisi manufacturing (a) sebagai teknologi proses dan (b) sebagai proses ekonomis. Sejumlah konsep manufaktur atau produksi bersifat kuantitatif, atau konsep ini memerlukan pendekatan kuantitatif untuk mengukurnya. Model yang ditampilkan disini bersifat ideal dalam arti model model mengabaikan beberapa kenyataan dan komplikasi yang ada di pabrik. Sebagai cotoh, tidak memperhatikan dari laju pembuangan geram (scrap). Dalam beberapa operasi manufaktur, presentase scrap yang dihasilkan adalah cukup tinggi yang sebaliknya mempengaruhi laju produksi, kapasitas pabrik, dan biaya produk.

3 Fasilitas Sistem Produksi (Mikell P. Groover. 2001, p2-8) Yang dimaksud dengan fasilitas dalam sistem produksi adalah pabrik, mesin mesin produksi dan pemerkakasan, peralatan pemindahan bahan, peralatan inspeksi dan komputer yang mengendalikan operasi manufaktu di dalamnya. Faslitas juga meliputi tata letak pabrik yang merupakan cara meletakkan mesin mesin produksi secara fisik di lantai pabrik. Peralatan produksi biasanya ditempatkan berkelompok mengikuti logika tertentu dan kita menyebut cara pengaturan ini serta pekerja yang mengoperasikan mesin tersebut sebagai sistem manufaktu dalam suatu pabrik. Suatu perusahaan manufaktur berusaha untuk mengelola fasilitas yang dimiliki seefisien mungkin agar misi khusus pabrik dapat tercapai. Selama bertahun tahun telah dikenal bahwa fasilitas produksi tertentu dapat dikelola dengan baik untuk satu macam manufaktur saja. Tentu salah satu faktor terpenting dalam menentukan jenis sistem manufaktur adalah jenis produk yang akan dibuat. Kuantitas produksi mengacu pada jumlah satuan dari produk atau komponen yang dihasilkan oleh pabrik dalam setahun. Jumlah produksi pertahun tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga sebaran kuantitas produksi rendah, medium, tinggi.

4 8 Beberapa pabrik menghasilkan berbagai macam produk, yang setiap macamnya dibuat dalam jumlah produksi rendah atau medium. Pabrik lain mengkhususkan diri untuk membuat satu jenis produk saja tapi dengan jumlah produksi yang besar. Variasi produk sebagai parameter pembeda dalam menentukan kuantitas produksi harus diidentifikasi. Terdapat hubungan terbalik antara varias produk dengan jumlah produksi dalam kaitannya dengan jenis operasi did alam pabrik. Bila variasi produknya tinggi, jumlah produksinya cenderung rendah dan demikian pula sebaliknya. Hubungan ini digambarkan dalam Gambar 2.2. Industri manufaktur kini cenderung lebih mengkhususkan diri pada kombinasi variasi dan kuantitas tertentu yang terletak pada jalur diagonal seperti pada Gambar 2.2. secara umum, sebuah pabrik cenderung membatasi variasi produknya dimana variasi tersebut akan berhubungan dengan kuantitas produksi tertentu. Gambar 2.2 Hubungan Antara Variasi Produk Dan Kuantitas Produksi.

5 9 Walaupun kita telah mengidentifikasikan bahwa variasi produk merupakan parameter kuantitatif ( jumlah jenis produk yang dibuat oleh suatu pabrik / perusahaan), tapi parameter ini sangatlah tidak pasti dibanding dengan jumlah produksi. Hal ini disebabkan oleh rincian seberapa jauh rancangan produk itu berbeda tidak tercakup sebatas pada angka yang menunjukkan banyaknya macam rancangan yang ada. Kita dapat menggunakan ketiga sebaran kuantitas produksi untuk menentukan tiga kategori dasar dari suatu pabrik. Walaupun terdapat variasi dalam organisasi kerja dari tiap kategori, hal ini merupakan cara yang logis untuk mengelompokkan pabrik sebagai berikut: Sistem produksi bervolume rendah Jenis fasilitas produksi yang biasanya terkait dengan sebaran kuantitas produksi antara 1 hingga 100 unit per tahun yang sering disebut dengan job shop. Job shop harus dirancang hingga mencapai fleksibilitas maksimum untuk menghadapi banyaknya macam dan tingginya variasi produk. Bila produkya besar dan berat sehingga sulit berpindah di dalam pabrik, maka produk ini tetap berada di lokasi yang sama, setidaknya selama proses perakitan akhir berlangsung. Jenis tata letak seperti ini dikenal dengan istilah fixed position layout seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3(a).

6 10 Gambar 2.3 Berbagai Tipe Layout Pabrik: (a) fixed-position layout, (b) process layout, (c) cellular layout, dan (d) produk layout.

7 11 Sistem produksi bervolume medium Dalam sebaran kuantitas produksi medium kita mengenal dua jenis fasilitas yang berbeda, tergantung pada variasi produk. Bila terdapat variasi produk hard maka pendekatan tradisional yang dipakai adalah jenis produksi batch, dimana setelah 1 batch produksi selesai dibuat, fasilitas produksi dirubah untuk produk selanjutnya, begitu seterusnya. Pesanan untuk masing masing produk biasanya datang berulang. Laju produksi dari peralatan lebih besar dari laju permintaan tiap jenis produk. Demikian juga satu jenis peraltan dapat dipakai untuk beragam produk. Pergantian antar jenis produksi membutuhkan setup time. Waktu setup time tersebut adalah waktu yang hilang dan merupakan kelemahan dari proses produksi batch. Proses produksi ini biasanya dipakai pada kasus make to stock, dimana sejumlah produk harus dibuat untuk memenuhi kapasitas gudang yang secara perlahan mulai berkurang seiring dengan permintaan. Peralatan produksi biasanya diatur dalam tata letak proses seperti Gambar 2.3(b). Jika proses produksi medium ini variasi produknya bersifat lemah yang berarti tidak diperlukan banyak pergantian, maka pemrosesan dapat diselesaikan dengan istilah cellular manufacturing seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.3(c).

8 12 Sistem Produksi bervolume tinggi Produksi dengan sebaran kuantitas tinggi dikenal dengan nama mass produkion. Kondisi seperti ini dicirikan oleh laju permintaan produk yang tinggi dan fasilitas produksinya memang diperuntukkan bagi pembuatan produk tersebut. Umumnya dikenal dua kategori dalam produksi massal, yaitu: (1) produksi kuantitas dan (2) produksi mengalir. Produksi kuantitas meliputi produksi massal untuk pembuatan komponen tunggal pada satu unit peralatan. Sistem produksi mengalir mencakup penyusunan stasiun kerja multiple secara berurutan, dimana komponen atau produk rakitan secara fisik berpindah melewati urutan proses yang ada hingga selesai menjadi produk. Tata letak produksi ini dikenal dengan nama produk layout dan stasiun kerja disusun mengikuti satu aliran yang panjang seperti pada gambar 2.3(d). Untuk jenis jenis fasilitas produksi disajikan dalam Gambar 2.4 yang lebih melengkapi Gambar 2.2 dengan mengidentifikasi jenis fasilitas produksi dan tata letak pabrik yang digunakan. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar, terjadi overlap di antara jenis fasilitas yang berbeda.

9 13 Gambar 2.4 Tipe tipe fasilitas dan tata letak yang digunakan untuk berbagai tingkat kuantitas produksi dan variasi produk Laju Produksi (Mikell P. Groover. 2001, p49-51) Laju produksi bagi satu proses tunggal atau operasi perakitan bisaanya dinyatakan dalam laju perjam, yakni part atau produk perjam. Mari kita perhatikan bagaimana laju produksi ini ditentukan pada ketiga macam produksi: produksi job shop, produksi batch, dan produksi massal. Untuk operasi produksi apapun, waktu siklus operasi (CT) T, didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan sebuah benda kerja saat mengalami proses pengerjaan atau perakitan. Waktu ini dihitung antara saat dimulainya proses pengerjaan satu unit hingga dimulainya benda kerja berikutnya. Waktu T c adalah waktu yang dihabiskan part

10 14 tunggal dalam mesin, tapi tidak seluruh waktu ini bersifat produktif. Pada operasi pengerjaan khusus, seperti pemesinan, T c terdiri dari: (1) waktu operasi pemesinan actual, (2) waktu penanganan benda kerja, (3) waktu penanganan perkakas per benda kerja. Dalam bentuk persamaan, ketiganya dapat dinyatakan dalam bentuk: T c = T o + T h + T th dimana T c = waktu siklus operasi (menit/benda kerja), T o = waktu operasi pemesinan actual (mnt/bk), T h = waktu penanganan (mnt/bk), dan T th waktu penanganan perkakas potong (mnt/bk). Waktu penanganan perkakas terdiri dari waktu yang dipakai untuk mengganti pahat ketika aus, waktu penggantian perkakas satu ke yang lain, waktu pemutaran bagi perkakas sisipan atau perkakas mesin bubut atau gurdi turret, pemosisian kembali perkakas bagi benda kerja baru dan lain sebagainya. Beberapa aktivitas penanganan perkakas potong ini tidak terjadi pada setiap siklus. Karena itu aktivitas aktivitas tersebut harus disebar ke sejumlah part diantara setiap kemunculan aktivitas aktivitas untuk memperoleh waktu pemakaian rata rata per benda kerja. Setiap istilah T o, T h, T th memiliki padanannya dalam produksi benda diskrit yang lain. Terdapat bagian dari siklus dimana part sebenarnya sedang diproses (T o ), terdapat bagian dari siklus dimana perkakas potong sedang disesuaikan dan diganti (T th ). Selanjutnya kita

11 15 menyederhanakannya untuk mencakup sebagian besar operasi pengerjaan dalam manufaktur. Lini Produksi terdiri dari dua macam: (1) manual, (2) otomatis. Dalam pengoperasian lini produksi otomatis, faktor rumit lainnya adalah kehandalan (reliability). Kehandalan yang rendah akan menurunkan ketersediaan waktu produksi pada jalur produksi. Hal ini merupakan hasil dari saling ketergantungan antar stasiun kerja, dimana seluruh lini itu dipaksa berhenti bila satu stasiun rusak. Penting sekali untuk merancang metode manufaktur agar kjonsisten dengan kecepatan ketersediaan part / produk yang diinginkan konsumen, bisaanya disebut sebagai waktu takt. Waktu takt adalah kebalikan dari laju permintaan, tetapi talah disesuaikan dengan waktu shift yang tersedia dalam pabrik. Sebagai contoh, bila diinginkan 100 unit produk oleh pelanggan setiap hari, dan pabrik bekerja 1 shift / hari dengan waktu tersedia per shiftnya 400 menit, maka waktu taktnya menjadi 400 menit / 100 unit = 4mnt/bk Kapasitas Produksi (Mikell P. Groover. 2001, p52-54)kapasitas produksi didefinisikan sebagai laju keluaran (output) maksimum yang mampu dihasilkan oleh suatu fasilitas produksi dalam sejumlah kondisi operasi yang telah diasumsikan. Fasilitas produksi ini bisaanya mewakili suatu pabrik, sehingga kapasitas pabrik ini sering digunakan

12 16 dalam pengukuran hal terkait, Seperti telah disebutkan, kondisi operasi yang telah diasumsikan merajuk pada jumlah shift per hari, jumlah hari dalam seminggu pabrik bekerja, tingkat pabrik mempekerjakan karyawan dan sebagainya. Ukuran kuantitatif bagi kapasitas pabrik dapat dibangun berdasarkan model laju produksi yang telah diturunkan sebelumnya. Anggap PC = kapasitas produksi dari sebuah fasilitas tertentu diperhatikan, dan ukuran kapasitas = jumlah unit yang diproduksi perminggu. Sebut n = jumlah mesin atau pusat pengerjaan dalam fasilitas. Sebuah pusat pengerjaan adalah suatu sistem manufaktur dalam pabrik yang bisaanya terdiri dari satu pekerja dan satu mesin. Ataupun bisa juga satu mesin otomatis tanpa seorang pekerja, atau beberapa orang pekerja bekerja bersama pada lini produksi. Lini ini mungkin berproduksi dengan R p unit/jam. Perlengkapan sebagai waktu persiapan dimasukkan dalam R p, dan sebut S sebagai jumlah shift perminggunya. Semua parameter ini dapat dikombinasikan untuk menghitung kapasitas produksi fasilitas: PC = nshr p dimana PC = kapasitas produksi fasilitas (unit/minggu), n = jumlah pusat pengerjaan berproduksi dalam fasilitas, S = jumlah shift per periode, dan R p = laju produksi perjam dari setiap pusat pengerjaan. Bila kita masukkan faktor kemungkinan bahwa setiap benda kerja dialirkan melewati sejumlah n o operasi dimana setiap operasi

13 17 membutuhkan persiapan baru baik pada mesin yang sama ataupun berbeda, maka persamaan untuk kapasitas pabrik harus dirubah menjadi: PC = nshr n o p dimana n o = jumlah mesin berbeda pada jalur yang dilewati benda kerja dan symbol symbol yang lain berdefinisi sama seperti dalam persamaan sebelumnya. Model kapasitas ini mengasumsikan bahwa semua mesin n berproduksi 100% dan tidak terdapat bottleneck yang diakibatkan oleh operasi dalam pengaluran proses untuk menjaga aliran kerja yang lancar disepanjang pabrik. Dalam bengkel permesinan produksi batch yang actual dimana setiap poduk memiliki urutan operasi berbeda, nampaknya tidak mungkin untuk melakukan pembagian pekerjaan diantara sumber sumber produktif (misal: mesin mesin) secara seimbang. Konsekuensinya adalah ada beberapa stasiun kerja yang betul digunakan penuh, sementara lainnya tekadang menganngur menunggu pekerjaan Utilisasi Dan Ketersediaan (Keandalan)

14 18 (Mikell P. Groover. 2001, p54-55) Utilisasi merujuk pada jumlah output fasilitas produksi terhadap kapasitasnya. Hal ini dinyatakan dalam persamaan: U = Q PC dimana U = utilisasi fasilitas, Q = kuantitas actual yang diproduksi oleh fasilitas selama periode waktu yang diberikan (misal: bk/minggu) dan PC = kapasitas produksi untuk periode (bk/minggu). Utilisasi dapat dievaluasi untuk seluruh pabrik, mesin tunggal dalam pabrik atau setiap sumber daya produktif (misal: tenaga kerja). Agar lebih nyaman, hal ini sering didefinisikan sebagai proporsi waktu selama fasilitas beroperasi relatif terhadap waktu yang tersedia sesuai definisi kapasitas. Utilisasi bisaanya dinyatakan dalam persentase. Ketersedian adalah ukuran yang umum dari kehandalan peralatan. Ukuran ini khususnya tepat bagi peralatan produksi terotomasi. Ketersediaan didefinisikan menggunakan dua istilah kehandalan lainnya, yakni mean time between failure (MTBF) dan mean time to repair (MTTR). MTBF menunjukkan rentang waktu rata rata berfungsinya komponen peralatan diantara dua kerusakan. MTTR menunjukkan waktu rata rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki peralatan dan mengembalikan pada kondisi operasi

15 19 semula bila kerusakan mesin terjadi. Ketersediaan didefinisikan sebagai: A = MTBF MTTR MTBF dimana A = ketersediaan, MTBF = waktu rata rata diantara kerusakan (jam) dan MTTR = waktu rata rata untuk perbaikan (jam). Ketersediaan bisaanya dinyatakan dengan persentase. Bila satu komponen peralatan betul betul baru (dan sedang ditelusuri) dan kemudian bila mulai menua, maka ketersediaannya cenderung menurun Waktu Tunggu Manufaktur (Manufacturing Lead Time) (Mikell P. Groover. 2001, p55-57) Dalam lingkungan bisnis modern yang kompetitif, kemampuan pabrik manufaktur menyerahkan produk pada pelanggan dalam waktu yang paling singkat seringkali memenangkan order. Waktu ini dikenal dengan nama waktu tunggu manufaktur. Secara spesifik, kita mendifinisikan waktu tunggu manufaktur (MLT: manufacturing lead time) adalah waktu total yang dibutuhkan untuk pengerjaan part atau produk tertentu dalam pabrik. Produksi umumnya terdiri dari serangkaian proses pengerjaan tunggal dan penyimpanan, inspeksi dan aktivitas aktivitas non produktif lainnya. Karenanya aktivitas aktivitas produksi dibagi

16 20 menjadi dua kategori utama, elemen operasi dan non operasi. Suatu operasi adalah proses pengerjaan yang dikerjakan pada benda kerja saat unit tersebut berada dalam mesin produksi. Elemen non operasi meliputi penanganan, penyimpanan sementara, inspeksi dan sumber sumber penundaan saat unit tidak berada dalam mesin. Untuk produksi massal jenis aliran garis (flow line), keseluruhan lini produksi dipersiapkan terlebih dahulu. Juga waktu non operasi diantara langkah pengerjaan mudahnya adalah waktu pemindahan untuk memindahkan part atau produk dari satu stasiun kerja ke stasiun berikutnya. Apabila semua stasiun kerja terintegrasi sehingga semua stasiun mengerjakan secara berurutan benda kerjanya sendiri, maka waktu untuk menyelesaikan semua operasi adalah waktu yang dipakai oleh setiap unit untuk pengerjaan selama melewati seluruh stasiun dalam lini produksi. Stasiun dengan waktu operasi terpanjang menentukan langkah / kecepatan dari seluruh stasiun yang ada Pekerjaan Dalam Proses (Work In Process) (Mikell P. Groover. 2001, p57-58) Pekerjaan dalam proses (work in process, WIP) adalah kuantitas part / produk yang sedang berada di dalam pabrik baik yang sedang diproses maupun yang berada diantara operasi pengerjaan. WIP adalah penyimpanan dimana

17 21 suatu keadaan material sedang diubah dari bahan baku menjadi produk jadi. Ukuran yang tepat tentang WIP bisa didapat dari persamaan: 3 WIP = AU(PC)(MLT) SH dimana WIP = work in process dalam pabrik (bk), A = ketersediaan, U = utilisasi, PC = kapasitas produksi dari fasilitas (bk/minggu), MLT = waktu tunggu manufaktur (minggu), S = jumlah shift per minggu (shift/minggu) dan H = jam/shift. Work in process menyajikan investasi oleh pabrik tapi hal ini tidak dapat diubah menjadi revenue sampai semua operasi pengerjaan diselesaikan. Banyak perusahaan manufaktur menanggung biaya yang besar karena pekerjaan tetap berada dalam proses di pabrik terlalu lama Produk Process Matrix (Chase, Jacobs, Aquilano, 2006, p 213) Hubungan antara struktur proses dan kebutuhan volume dijelaskan pada Gambar 2.5. Garis horizontal menunjukkan peningkatan volume, garis vertical menunjukkan jenis produksi dan flows material. Karena Karena evaluasi struktur proses seringkali berhubungan dengan produk life cycle, produk process matrix akan sangat berguna untuk menghubungkan antara marketing dan manufacturing strategies.

18 22 Gambar 2.5 Produk Process Matrix 2.2 Linear Programming (Andy H. Taha. 1996, p89-92) Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Rugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumber daya ini. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak.

19 23 Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap : 1. Menentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan menyatakan dalam simbol matematik 2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan 3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek. Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala, yang bersama-sama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum model LP itu adalah : Maksimumkan (minimumkan) Z = c j x j Dengan syarat : a x (, =, ) b, untuk semua i (i = 1, 2, m) semua x 0 ij j i j Keterangan : x : banyaknya kegiatan j, dimana j = 1, 2, n, yang berarti terdapat n variabel j keputusan Z : nilai fungsi tujuan

20 24 c : sumbangan per unit kegiatan j, untuk masalah maksimasi c menunjukkan j j atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimasi ia menunjukkan biaya per unit. b : jumlah sumberdaya ke i (i = 1, 2, m), berarti terdapat m jenis i sumberdaya. x : banyaknya sumberdaya i yang dikonsumsi sumberdaya j. ij 2.3 Strategy Capacity management (Mikell P. Groover. 2001, p53) Perubahan perubahan yang dapat dilakukan unbtuk menaikkan atau menurunkan kapasitas pabrik dalam kurun waktu yang singkat adalah: 1. Ubah jumlah shift per minggunya (S). Contohnya: shift shift pada hari sabtu dapat dirancangkan untuk sementara meningkatkan kapasitas. 2. Ubah jumlah jam kerja per shift (H). Contohnya: overtime pada setiap shift regular dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas. Untuk kurun waktu jangka menengah dan jangka panjang, perubahan perubahan berikut dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pabrik: 1. Tambah jumlah pusat pengerjaan n, di bengkel kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sebelumnya tidak terpakai dan menyewa pekerja baru. Untuk tujuan jangka panjan, mesin baru bisa saja diadakan.

21 25 2. Tingkatkan laju produksi R p dengan membuat perbaikan pada metode atau teknologi proses yang dipakai. 3. Turunkan jumlah operasi n o yang dibutuhkan perbenda kerja dengan menggunakan operasi yang dikombinasikan, operasi secara bersamaan, atau mengintegrasikan pekerjaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #3 Ganjil 2015/2016 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #3 Ganjil 2015/2016 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI Materi #3 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI Definisi Manufaktur 2 Manufaktur dapat didefinisikan sebagai aplikasi proses fisik dan proses kimia untuk merubah geometri, sifat-sifat, dan/atau penampilan material

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

ANALISA OPTIMALISASI LINI PRODUKSI PENGEMASAN SUSU BUBUK TERPASANG DI PT TIGARAKSA SATRIA, TBK.

ANALISA OPTIMALISASI LINI PRODUKSI PENGEMASAN SUSU BUBUK TERPASANG DI PT TIGARAKSA SATRIA, TBK. ANALISA OPTIMALISASI LINI PRODUKSI PENGEMASAN SUSU BUBUK TERPASANG DI PT TIGARAKSA SATRIA, TBK. PENELITIAN DENNY ADITIA 0840001196 BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BUSINESS MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek. LINEAR PROGRAMMING Formulasi Model LP Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC.

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC. I N S T I T U T S A I N S & T E K N O L O G I A K P R I N D Y O G Y A K A R T A Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Kota Yogyakarta PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

Perancangan Proses Produksi Penanganan Bahan dan Perancangan Tata Letak Fasilitas

Perancangan Proses Produksi Penanganan Bahan dan Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Proses Produksi Penanganan Bahan dan Perancangan Tata Letak Fasilitas Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya, Malang 2015 Memulai sebuah pabrik/fasilitas Pendirian sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO MATA KULIAH PENGANTAR SISTEM PRODUKSI DOSEN PEMBIMBING : BAPAK SAFRIZAL PROGRAM STUDI TEHNIK

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 1. Membahas teknik-teknik riset operasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan 2. Konsep dasar ilmu matematika (himpunan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS 7 Definisi Pabrik Pabrik/Industri setiap tempat dimana faktor-faktor seperti : manusia, mesin dan peralatan (fasilitas) produksi

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, industri manufaktur di Indonesia mengalami persaingan yang semakin ketat terutama yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan, harga produk,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian Modul ke: PEMROGRAMAN LINIER Fakultas Program Pasca Sarjana Hamzah Hilal Program Studi Magister Teknik Elektro 13.1 UMUM Banyak keputusan manajemen dan atau riset operasi berkaitan

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia usaha dituntut untuk berkinerja dengan efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan proses dalam organisasi 1. Strategi proses dalam organisasi 2. Keputusan proses dasar 3. Strategi

Lebih terperinci

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 1 Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 2 Konsep Dasar Stasiun kerja (Work Stations) adalah area kerja yang terdiri dari satu atau lebih pekerja/mesin yang mempunyai tugas khusus Lini produksi (Production

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB II STRATEGI OPERASI

BAB II STRATEGI OPERASI BAB II STRATEGI OPERASI 2.1. Definisi Strategi Operasi Bertambahnya pengenalan mengenai operasi sangat membantu perusahaan dalam mencapai suautu posisi kompetitif di pasar. Operasi seharusnya tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat akan sangat berdampak terhadap suatu proses kehidupan. Perusahaan atau instansi dituntut untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengertian Proses Dalam Operations Management for Competitive Advantage, Tenth Edition, Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 102) memberikan pengertian bahwa proses adalah bagian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PERENCANAAN PROSES PRODUKSI Leli Agustin leli@raharja.info Abstrak Perencanaan proses adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan parameter apa yang digunakan untuk merubah part

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAPASITAS

PERENCANAAN KAPASITAS PERENCANAAN KAPASITAS kapasitas Setelah memutuskan produk atau jasa apa yang akan ditawarkan dan bagaimana itu akan dibuat, pihak manajemen harus merencanakan sistem kapasitas. Kapasitas adalah maksimum

Lebih terperinci

Elemen Dasar Sistem Otomasi

Elemen Dasar Sistem Otomasi Materi #4 Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 3 Elemen Dasar Sistem Otomasi 2

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT 011215 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Penerapan Riset Operasi Bidang akuntansi dan keuangan Penentuan jumlah kelayakan kredit Alokasi modal investasi, dll Bidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-9 Peranan perancangan dan pengawasan produk Organisasi bagian

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Produk adalah hasil

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M. LINIEAR PROGRAMMING MATEMATIKA BISNIS ANDRI HELMI M, S.E., M.M. INTRODUCTION Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal,

Lebih terperinci

Ardaneswari D.P.C., STP, MP.

Ardaneswari D.P.C., STP, MP. Ardaneswari D.P.C., STP, MP. Materi Bahasan Pengantar pemrograman linier Pemecahan pemrograman linier dengan metode grafis PENGANTAR Pemrograman (programming) secara umum berkaitan dengan penggunaan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah Riset Operasi, Konsep Dasar Perencanaan Kapasitas, dan Pemrograman

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen oprasional didefinisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti : tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen

Lebih terperinci

PERTEMUAN #3 TEORI DASAR OTOMASI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #3 TEORI DASAR OTOMASI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI TEORI DASAR OTOMASI Sumber: Mikell P. Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 3 PERTEMUAN #3 TKT312

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuntutan Sistem Produksi Maju

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuntutan Sistem Produksi Maju Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tuntutan Sistem Produksi Maju Perkembangan teknologi dan kebudayaan manusia menuntut perubahan sistem produksi dalam dunia manufaktur. Kebutuhan produk yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I

Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I Strategi Tata Letak (Layout Strategy) I Pengertian Tata letak Tata letak adalah keputusan penting yang menentukan efisiensi operasi secara jangka panjang. Tata letak adalah keputusan mengenai : A. Penempatan

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

PERTEMUAN #7 SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #7 SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer- Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 4 PERTEMUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan, serta Potensi Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI A. PENGERTIAN ASPEK TEKNIS/ OPERASI Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian untuk kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH PT. Maruni DayaSakti merupakan Perusahaan Glass Processing yang bergerak dibidang Architectural Glass dengan varian product yang meliputi: Tempered Glass,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

AGGREGATE PLANNING (AP)

AGGREGATE PLANNING (AP) AGGREGATE PLANNING (AP) PENGANTAR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN AP Perencanaan Agregate menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam jangka waktu dekat, seringkali dalam 3 sampai

Lebih terperinci