Semiloka Nasional Prospek Indusrri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas secara umum dapat dikatakan Indonesia berada pada urutan paling rendah d

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Semiloka Nasional Prospek Indusrri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas secara umum dapat dikatakan Indonesia berada pada urutan paling rendah d"

Transkripsi

1 STATUS TINGKAT CEMARAN LOGAM BERAT PADA SUSU SEGAR DI BEBERAPA KUD DI JAWA BARAT (Heavy Metal Contamination Levels in Fresh Milk Taken from Different Locations in West Java) MISGIYARTA dan SRI USMIATI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor ABSTRACT Fresh milk consumption in Indonesia is increasing. Milk can be contaminated by microbes, pesticides, heavy metals and may pose health problems for consumers. Therefore, the heavy metal contaminations must be minimized for obtaining good quality of milk. The first step for minimizing heavy metal hazard in fresh milk is by detecting the level of heavy metal contamination in fresh milk. The objective of this study was to determine the level of heavy metal contamination in fresh milk in West Java. Fresh milk samples were taken from KUD Tandang Sari, Sumedang, and KUD Sarwamukti, Lembang. Levels of heavy metal analysis were done by using Atomic Absorbance Spectrophotometry (AAS). The results of heavy metal analysis were Cd ppm ; Pb ppm, and Zn ppm. According to Indonesian National Standard (SNI) , the maximum level for heavy metal contamination in fresh milk are Cd 0.5 ppm, Zn 0.5 ppm ; Pb 0.3 ppm. In this study, Zn was the heavy metal contaminant above the maximum level. Keywords : Fresh milk, heavy metal contamination, Cd, Pb, and Zn ABSTRAK Komsumsi susu segar di Indonesia mengalami peningkatan. Produksi susu dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu segar maupun susu olahan mengalami peningkatan. Kasus kontaminasi susu dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah mikroba, residu pestisida, serta logam berat. Kontaminan tersebut dapat menyebabkan kerusakan susu dan gangguan kesehatan bagi manusia. Langkah awal penanggulangan bahaya kontaminan logam berat adalah dengan cara mengetahui status tingkat kontaminan logam berat pada susu segar. Susu segar perlu dianalisis kadar logam beratnya. Sampel susu segar diambil dari KUD Tandang Sari, Sumedang, serta dari KUD Sarwamukti, Lembang. Analisis kadar logam berat dilakukan dengan Atomic Absorbance Spectrophotometry (AAS). Hasil analisis terhadap beberapa sampel susu kadar logam berat tertinggi dapat dipaparkan sebagai berikut dalam ppm ; Cd 0,0069-0,0122 ppm; Pb 0,1209-0,2933 ppm; Zn 2,8765-5,1500 ppm. Status tingkat cemaran logam berat pada susu segar ditemukan susu yang mengandung kontaminan logam berat di atas ambang batas maksimal menurut standar SNI , Cd-; Zn 0,5 ppm ; Pb 0,3 ppm. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa Zn adalah kontaminan logam berat yang melebihi batas ambang maksimal. Kata kunci : Susu segar, kontaminasi logam berat, keamanan pangan PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu pangan yang tinggi kandungan gizinya karena terkandung protein, lemak, mineral dan vitamin. Oleh karena itu susu sangat bermanfaat bagi manusia terutama balita, anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta kasus penderita gizi buruk. Akan tetapi susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk memenuhi ketersediaan susu harus disertai peningkatan mutu dan keamanan produk susu karena seberapa tinggi nilai gizi suatu pangan tidak ada artinya apabila pangan tersebut tidak bermutu dan berbahaya bagi kesehatan (MutwlATl et al., 2002). Di Indonesia tingkat konsumsi rata-rata masih rendah dengan tingkat konsumsi standar kecukupan gizi 6.4 kg/kapita/tahun, pada tahun 1998 barn mencapai sekitar 4,2 kg/kapita/ tahun. Dalam hal konsumsi protein hewani 308

2 Semiloka Nasional Prospek Indusrri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas secara umum dapat dikatakan Indonesia berada pada urutan paling rendah diantara negaranegara Asia, konsumsi protein hewan baru mencapai 4,19 g/kapita/hari, sedangkan yang ingin dicapai adalah 6 g/kapita/hari. Saat ini pada umumnya masyarakat mengkonsumsi susu dalam bentuk susu bubuk yang sebagian besar bahan dasarnya adalah susu impor temyata lebih tinggi dibandingkan konsumsi susu murni yang dihasilkan oleh peternak sapi perah yang ada di Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi susu, juga usaha peningkatan konsumsi susu atau produksinya. Diharapkan peningkatan konsumsi susu akan dapat memacu peningkatan produksi susu, juga sebaliknya peningkatan produksi akan mendorong peningkatan konsumsi susu (MENKES, 2000). Berarti tugas bidang peternakan untuk meningkatkan ketersediaan susu agar dapat meniadakan impor tersebut. Sebagian besar susu dihasilkan dari peternakan sapi perah rakyat yang dimiliki peternak dari beberapa ekor sampai belasan ekor sapi perah. Oleh karena peternak bermodalkan keuangan yang rendah mengakibatkan kandang, peralatan pemerahan, ketersediaan air sangat terbatas mengakibatkan rendahnya mutu susu yang dihasilkan seperti BJ rendah, TPC tinggi mengakibatkan positif test alkohol dsb. Hal ini yang memicu susu dibuang karena penolakan susu oleh IPS (Industri Pengolahan Susu). Konsumsi susu segar paling besar adalah IPS, oleh sebab itu persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh IPS seharusnya adalah yang disepakati bersama antara produsen (peternak) melalui koperasi dan IPS. Saat ini penolakan susu juga didasarkan kepada tercemarnya bahan kimiawi yang berbahaya maupun tidak berbahaya seperti ditambahkannya gula, susu, aflatoxin, antibiotika, pestisida, logam berat (INOOMILK, 2004). Kerusakan susu umumnya disebabkan oleh kontaminasi mikroba karena alat pemerahan dan tempat penyimpanan yang kurang bersih, udara, lalat dan penanganan oleh manusia (BUCKLE et al., 1985). Sebagian besar kerusakan susu disebabkan oleh mikroorganisme, beberapa kerusakan yang disebabkan oleh mikroorgnisme antara lain adalah, 1) pengasaman dan penggumpulan susu karena terbentuknya asam laktat, 2) pengentalan dan pembentukan lendir dan 3) penggumpalan susu tanpa penurunan ph karena aktifitas bakteri Bacillus cereus (BUCKLE et al., 1985). Persyaratan mutu susu berdasarkan SNI dan Direktorat Jenderal Peternakan tertera pada Tabel 1. Peternakan susu rakyat di Indonesia umumnya tergabung di dalam suatu wadah koperasi susu. Menurut PANGGABEAN (2001) usaha agribisnis susu adalah salah satu usaha yang telah dilaksanakan koperasi sejak tahun Kegiatan ini merupakan usaha andalan KUD dan koperasi susu untuk tujuan menyelamatkan produksi susu rakyat dan menambah pendapatan peternak (GKSI, 1996). Agribisnis susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai risiko tinggi, karena itu perlu penanganan yang hati-hati dan spesialisasi. Spesialisasi menumbuhkan kemampuan dan keahlian yang baik. Keahlian memerlukan kompetensi yang dapat dipelajari melalui pendidikan yang teratur dan berkesinambungan. Informasi mengenai cemaran logam berat pada berbagai komoditas pertanian termasuk susu segar masih sangat terbatas, terpotongpotong dan tidak tersedia secara konsisten dari waktu ke waktu. Data status tingkat cemaran logam berat antara lain : Zn, Pb, Cd dan logam berat yang lain sangat diperlukan. Tingkat kontaminasi logam berat yang tinggi dalam tubuh manusia yang masuk lewat makanan yang dikonsumsi akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Beberapa contoh kasus keracunan logam berat Arsen triorganik pada kadar ppb dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti; iritasi perut, muntah, diare, penurunan produksi sel darah merah dan darah putih, serta gangguan kesehatan lain (ANoNiMous, 2004). Adanya kontaminan Cadmium (Cd) pada makanan yang tertelan ke dalam tubuh manusia pada kadar yang tinggi akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang serius, antara lain : penyakit kanker, kerusakan fungsi ginjal, juga menyebabkan terjadinya deformasi tulang yang di Jepang dikenal sebagai penyakit "itaiitai" (ANONimous, 2004). Demikian juga kasus-kasus penurunan tingkat kesehatan yang lain yang disebabkan karena terpapar cemaran logam berat lainnya. Beberapa kasus penurunan tingkat kesehatan yang disebabkan terpapar 3 0 9

3 kontaminan logam berat yang tinggi yang berat tersebut adalah dengan mengetahui terkandung pada makanan maupun minuman, informasi tingkat kontaminan logam berat maka sangat penting upaya menekan pada pangan dan minuman termasuk di dalamkontaminan logam berat tersebut. Langkah nya adalah susu segar. awal upaya penekanan kontaminan logam Tabel 1. Syarat mutu susu Komponen Syarat' Syaratb Wama, bau, rasa, kekentalan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Berat jenis (pada 27,5 C) minimum 1, Kadar lemak minimum 2,8% 3,0% Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 8,0% 8,0% Derajat asam 4,5 sampai 7 SH 6 sampai 7 SH Uji alkohol 70% Uji didih Katalase maksimum 3 cc 3 cc Titik beku -0,520 sampai -0,560 C -0,520 sampai -0,560 C Angka refraksi 34, Kadar protein minimum 2,7% 2,7 Angka reduktase 2-5jam 2-5 jam Cemaran mikroba, maksimum : Total kuman 3 juta/cc I juta CFU/ml Salmonella E. colt (patogen) Caliform 20/ml Streptococcus Group B Staphylococcus aureus 1 x 10 2/ml Kuman patogen dan benda asing Jumlah sel radang maksimum 4 x 10 5/ml Cemaran logam berbahaya Maksimum Timbal (Pb) 0,3 ppm Seng (Zn) 0,5 ppm Merkuri (Hg) 0,5 ppm Arsen (As) 0,5 ppm Residu Sesuaidengan Antibiotika Peraturan yang Pestisida/insektisida berlaku Uji pemalsuan Uji peroxidase Keterangan :'Direktorat Jenderal Peternakan No. 17/KPTS/PJP/DEPTAN/93 bsni Dengan demikian upaya penelitian MATERI DAN METODOLOGI menggali informasi tingkat cemaran logam berat pada susu segar sangat diperlukan. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kontaminan logam berat Pada tahun 2005 untuk mengetahui tingkat kontaminan logam berat di daerah Jawa Barat maka diadakan analisis mutu susu dari aspek Cd, Pb dan Zn path susu segar, serta kandungan logam beratnya. Pengambilan mengetahui status kontaminan logam berat sampel susu dilakukan pada tingkat peternak, pada susu segar terhadap standar yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia untuk susu. pada tingkat pengumpul susu dari para peternak dan ti tingkat koperasi. Pengambilan sampel susu pada tingkat peternak dilakukan secara acak, demikian juga pengambilan sampel susu segar di tingkat pengumpul. Pada tingkat koperasi diambil sampel susu sapi dari 3 1 0

4 Semiloka Nasional Prospek Indusiri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas koperasi yang mewakili koperasi yang memiliki kualitas pengelolaan baik dan koperasi yang memiliki kualitas pengelolaan kurang. Sampel susu diambil dan disimpan pada container box yang di dinginkan dengan menggunakan es batu agar tidak cepat rusak. Analisis logam berat pada sampel susu segar dilakukan di Laboratorium Kimia, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Bogor. Metode analisis logam berat dengan alat Atomic Adsorbsion Spectrophotometer (AAS). Kontaminan seng (Zn), (cara pengabuan) (SNI ,1998). Prinsip Contoh dicampur dengan larutan magnesium nitrat dalam etanol, kemudian dikeringkan dan diabukan. Dilanjutkan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). Peralatan 1) Spektrofotometer serapan atom dengan kelengkapannya. 2) Cawan porselen kapasitas 50 ml atau 100 ml. 3) Pipet isi 10 ml, terkalibrasi. 4) Penangas air. 5) Tanur, terkalibrasi. 6) Labu ukur 100 ml, terkalibrasi. Pereaksi 1) Larutan magnesium nitrat 10% dalam etanol. 2) Larutkan 10 g Mg(N03 ).6H 20 dalam 100 ml etanol 95%. 3) Larutan HCI dan HNO 3 4) Encerkan 100 ml HCI p.a sampai 250 ml dengan air suling, kemudian tambahkan 100 ml HNO3 p.a dan encerkan kembali sampai 500 ml dengan air suling. Cara kerja 1) Timbang 1-5 g contoh dan masukkan ke dalam cawan porselin atau gelas pyrex 100 ml, tambahkan dengan menggunakan pipet 10,0 ml larutan magnesium nitrat dalam etanol, diaduk dengan batang pengaduk. Angkat batang pengaduk dan bilasi dengan etanol 95%. 2) Uapkan etanol diatas penangas air sambil diaduk berkali-kali, kemudian panaskan diatas penangas listrik (tutuplah piala gelas dengan kaca arloj i). 3) Pindahkan piala gelas ke dalam tanur dengan suhu 200 C dan secara bertahap naikan suhu sampai 500 C selama 2 jam dan abukan sepanjang malam pada suhu C. 4) Angkat piala gelas dari tanur dan biarkan dingin diatas asbes. Apabila masih terdapat sisa karbon, setelah dingin ditambahkan 1 ml air dan 2 ml HNO3 p.a, kemudian keringkan diatas penangas air. Panaskan kembali pada sihi 500 C selama I jam. Ulangi perlakuan ini sampai diperoleh abu yang berwarna putih. 5) Tambahkan 5 ml larutan campuran HCI dan HNO3 ke dalam abu melalui dinding piala gelas dan panaskan diatas penangas air samapai abu larut. 6) Pindahkan larutan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml, kemudian impitkan dengan air suling. Saring dengan kertas saring kertas watman ) Siapkan blanko dengan pereaksi yang sama. 8) Bacalah absorbansi larutan standar, blanko dan contoh dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 213,7 nm untuk zeng. 9) Buat kurva kalibrasi dengan sumbu Y sebagai absorbansi dan sumbu X sebagai konsentrasi (dalam ppm). 10) Hitung kadar logam berat dalam contoh. Perhitungan Kadar logam dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sbb : (tg logam/ml dari kurva kalibrasi) x V Kadar logam (pg/g) = m Keterangan : V adalah volume pelarut, dalam ml m adalah bobot contoh dalam gram 3 1 1

5 Kontaminan logam berat Cadmium (Cd) (AOAC, 1995) Prinsip Contoh dihidrolis :s dengan asam untuk memecah karbohidrat dan protein dalam contoh dan membebaskan mineral-mineral yang terkandung di dalamnya. Peralatan 1) Spektrofotometer serapan atom (AAS) dengan kelengkapannya. 2) Labu ukur 100 ml, terkalibrasi. Semua perlatan harus dicuci dengan HNO 3 8 N. Pereaksi 1) Standar Cd 1000 ppm 2) Campuran HC1O4:HNO3 :H 2SO4 (5 :2 :1) Cara kerja 1) Timbang I gram contoh ke dalam labu destruksi, tambahkan 10 ml campuran HCIO4:HNO 3 :H 2SO4 (5 :2 :1), kemudian larutan didigest pada suhu 100 C sampai larutan berwarna putih (uap coklat telah hilang). 2) Naikkan suhunya menjadi 200 C sampai larutan menjadi + 1,2 ml. 3) Angkat dan encerkan menjadi 25 ml. 4) Ukur dengan AAS pada panjang gelombang 228,8 nm. Perhitungan Kadar logam Cadnium (Cd) dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sbb : (jiglogam/ml dari kurva kalibrasi) x V Kadar logam Cd (pg/g) = m Keterangan : V adalah volume pelarut, dalam ml m adalah bobot contoh dalam gram Kontaminan logam Timbal (Pb) (cara pengabuan) (SNI ) Prinsip Contoh dicampur dengan larutan magnesium nitrat dalam etanol, kemudian dikeringkan dan diabukan. Dilanjutkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom. Peralatan 1) Spektrofotometer serapan atom (AAS) dengan segala kelengkapannya. 2) Cawan porselen dengan kapasitas 50 ml atau 100 ml. 3) Pipet isi 10 ml, terkalibrasi. 4) Penangas air. 5) Tanur, terkalibrasi. 6) Labu ukur 100 ml, terkalibrasi. Pereaksi 1) Larutan magnesium nitrat 10% dalam etanol. a. Larutkan 10 g Mg(N03).6H20 dalam 100 ml etanol 95%. 2) Larutan HCI dan HNO 3 a. Encerkan 100 ml HCI p.a sampai 250 ml dengan air suling, kemudian tambahkan 100 ml HNO3 p.a dan encerkan kembali sampai 500 ml dengan air suling. Cara kerja 1) Timbang 1-5 g contoh dan masukkan ke dalam cawan porselin atau gelas pyrex 100 ml, tambahkan dengan mengguna-kan pipet 10,0 ml larutan magnesium nitrat dalam etanol, aduk dengan batang pengaduk. Angkat batang pengaduk dan bilas dengan etanol 95%. 2) Uapkan etanol diatas penangas air sambil diaduk berkali-kali, kemudian panaskan diatas penangas listrik (tutuplah piala gelas dengan kaca arloji). 3) Pindahkan piala gelas ke dalam tanur dengan suhu 200 C dan secara bertahap naikan suhu sampai 500 C selama 2 jam dan abukan sepanjang malam pada suhu C. 4) Angkat piala gelas dari tanur dan biarkan dingin diatas asbes. Apabila masih terdapat sisa karbon, setelah dingin ditambahkan lml air dan 2 ml HNO3 p.a, kemudian keringkan diatas penangas air. Panaskan kembali pada sihi 500 C selama I jam. Ulangi 3 1 2

6 perlakuan ini sampai diperoleh abu yang berwarna putih. 5) Tambahkan 5 ml larutan campuran HCI dan HNO3 ke dalam abu melalui dinding piala gelas dan panaskan diatas penangas air samapai abu larut. 6) Pindahkan larutan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml, kemudian impitkan dengan air suling. Saring dengan kertas saring dengan kertas watman ) Siapkan blanko dengan pereaksi yang sama. 8) Bacalah absorbansi larutan standar, blanko dan contoh dengan menggunakan spektrofotometer srapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm. 9) Buat kurva kalibrasi dengan sumbu Y sebagai absorbansi dan sumbu X sebagai konsentrasi (dalam ppm). 10) Hitting kadar logam berat dalam contoh. Perhitungan Kadar logam dalam contoh dihitung dengan menggunakan rumus sbb : (µglogam/ml dari kurva kalibrasi)x V Kadar logam (pg/g) = m Keterangan : V adalah volume pelarut, dalam ml, m adalah bobot contoh dalam gmm HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat konsentrasi logam berat pada susu segar tergantung pada jenis logam berat, tingkat terkumpulnya susu segar, lokasi peternakan penghasil susu segar. Logam berat yang diteliti pada penelitian ini adalah Cd, Pb, dan Zn. Dari tiga jenis logam berat tersebut konsentrasi tertinggi adalah jenis Zn. Secara umum konsentrasi kontaminan logam berat pada susu segar yang tertinggi dari tingkat peternak, tingkat pengumpul dan tingkat koperasi adalah pada tingkat koperasi. Koperasi merupakan tempat berkumpulnya susu segar dari kelompok peternak, dan kelompok ternak mengumpulkan susu dari para peternak. Dengan demikian kemungkinan terkontaminasi oleh logam berat dari lingkungan susu yang ditampung di koperasi akan lebih besar. Lokasi susu segar yang dihasilkan oleh peternak, kelompok ternak sangat bervariasi antara lokasi penghasil susu satu dengan penghasil susu yang yang lain (label 2 dan label 3). Sebagai contoh tingkat kontaminasi logam berat Cd di tingkat koperasi Tandang Sari, Sumedang sebesar 0,0067 ppm sedang kontaminan logam berat Cd pada susu segar di tingkat koperasi di Sarwa Mukti, Lembang mencapai 0,0081 ppm. Tabel 2. Kontaminan logam berat pada susu asal KSU Tandang Sari, Tanjung Sari, Sumedang (ppm) Konsentrasi logam berat dalam susu Koperasi Pengumpul I Peterak SNI Cd Pb ,3 ppm - Zn ,5 ppm Perbedaan tingkat kontaminan dari lokasi satu dengan lokasi yang lain sangat ditentukan oleh keadaan dimana peternakan sapi perah tersebut diusahakan. Kondisi lingkungan berpengaruh pada kadar kontaminan logam berat pada udara, air minum ternak sapi, hijauan makanan ternak. Kontaminan logam berat Cd, Pb, dan Zn pada susu segar yang dihasilkan di sekitar Sumedang bervariasi. Kadar kontaminan Cd pada susu segar mencapai angka 0,0067-0,0206 ppm. Pada Satandar Nasional Indonesia belum mencantumkan batas maksimal kontaminan Cd pada susu segar. Kontaminan Pb memiliki variasi antara 0,0263-0,2451 ppm. Tingkat kontaminan Pb masih dibawah batas masimal yang disyaratkan SNI sebesar 0,3 ppm. Namun demikian untuk kadar kontaminan logam berat Zn pada susu yang dihasilkan oleh peternak di Sumedang melampaui batas maksimal yang dipersyaratkan oleh SNI sebesar 0,3 ppm (Tabel 2). Mutu susu segar yang dihasilkan di daerah Lembang memiliki tingkat cemaran logam berat yang bervariasi. Tingkat kontaminan Cd pada susu segar yang dihasilkan oleh peternak hingga dikoperasi memiliki variasi kontaminan logam berat antara 0,0013-0,0081 ppm. SNI 3 1 3

7 untuk susu segar belum mencantumkan nilai batas maksimal kontaminan logam berat Cd. Dengan demikian perlu adanya antisipasi kemungkinan naiknya kontaminan lagam berat tersebut sehingga tidak membahayakan kesehatan ternak maupun manusia Tingkat kontaminan logam berat Pb bervariasi antara 0,1981-0,3416 ppm. Tingkat kontaminan logam berat Pb pada susu segar yang dihasilkan telah melebihi batas ambang maksimum pada SNI sebesar 0,3 ppm. Demikian pula tingkat kontaminan Zn pada susu segar yang dikhasilkan oleh peternak sapi di Lembang tingkat peternak, pengumpul dan koperasi berkisar antara 2,8692-4,3068 ppm. Tingkat kontaminan Pb tersebut telah melebihi ambang batas maksimum yang dipersyaratkan oleh SNI sebesar 0,3 ppm. Tabel 3. Kontaminan logam berat pada susu dari KUD Sarwamukti, Lembang. (ppm) Konsentrasi logam berat dalam susu Koperasi Pengumpul Peterak SNI Cd , Pb ,3 ppm -Zn ,5 ppm Logam berat Cd dan Zn dari susu asal KUD Sarwa Mukti berada pada level yang sama dari susu segar hasil penelitian SUPRAPTINIGSIH et al. (1992/1993). Namun kandungan Pb berada diatas 0,1023 ppm yaitu susu ditingkat koperasi yang berada diatas SNI 0,3 ppm, akan tetapi susu yang berasal dari tingkat pengumpul dan tingkat petemak asal koperasi Sarwa Mukti berada di bawah 0,3 PPM. Secara umum gambaran tingkat kontaminan susu segar yang dihasilkan di daerah Jawa Barat dengan mengambil sampel susu di daerah sentra penghasil susu segar daerah Lembang dan sumedang adalah sangat variatif. Tingkat kontaminan logam berat Cd pada susu segar berkisar 0,0069-0,0122 ppm. Sedangkan tingkat kontaminam Pb sebesar 0,1209-0,2933 ppm. Tingkat kontaminan Pb pada susu segar ini telah melebihi ambang batas maksimum sebesar 0,3 ppm. Pada penelitian ini telah mengidentifikasi juga tingkat kontaminan Zn pada susu segar di Jawa sebesar 2,8765-5,1500 ppm. Tingkat kontaminan Zn tersebut melebihi ambang batas maksimum yang dipersyaratkan SNI sebesar 0,3 ppm. (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata tingkat kontaminan logam berat pada susu segar Konsentrasi logam berat dalam susu Koperasi Pengumpul Peterak SNI Cd Pb ,3 ppm - Zn ,5 ppm Ingkat kontaminan logam berat pada susu segar yang dihasilkan dibeberapa daerah sentra produksi susu perlu mendapat perhatian, mengingkat tingkat kontaminan Pb dan Zn telah melebihi batas ambang batas masimal yang persyaratkan oleh SNI. Perlu.langkah antisipasi untuk menetapkan batas maksimal untuk kontaminan Cd pada susu segar agar konsumen susu segar dapat terlindungi dari mengkonsusmsi susu segar terkontaminasi Cd ataupun logam berat pada umumnya. KESIMPULAN Dari pemaparan mengenai status tingkat cemaran logam berat pada susu segar di beberapa KUD di Jawa Barat dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kontaminan logam berat pada susu segar di Jawa Barat adalah sebagai berikut ; Cd 0,0069-0,0122 ppm ; Pb 0,1209-0,2933 ppm ; Zn 2,8765-5,1500 ppm. 2. Status tingkat cemaran logam berat pada susu segar di Jawa Barat ditemukan susu 3 1 4

8 yang mengandung kontaminan logam berat di atas ambang batas maksimal menurut standar SNI , Zn 0,5 ppm ; Pb 0,3 ppm, yaitu kontaminan logam berat Zn. SARAN Kontaminan logan berat Cd belum memiliki nilai ambang batas maksimum dalan SNI sehingga perlu upaya untuk menetapkan nilai ambang batas maksimum untuk melindungi keamanan pangan bagi kesehatan manusia. DAFTAR PUSTAKA ANONIMOUS Koperasi mengambil alih peranan pemerintah. Dari Diskusi Panel : Reposisi Koperasi Pedesaan pada Era Otonomi Daerah. Lacto media him 8. Produksi : GKSI Pusat, Jakarta. ANONIMOUS Susuku sehat, susuku selamat, penghasilanku meningkat. Laporan dari Lokakarya Kesehatan Hewan pada tanggal 21 April 2001 di Malang. Lacto media hal Produksi : GKSI Pusat, Jakarta. ANONIMous Evaluasi, produksi dan kualitas susu. Anggota GKSI daerah Jawa Barat. COWAN, ST Manual for the identification of medical bacteria. Second edition Cambridge, Cambridge Univ. Press. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN Statistik Peternakan Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. GABUNGAN KOPERASt Susus INDONESIA DAERAIi JAWA BARAT Laporan produksi dan kualitas susu koperasi/kud Jawa Barat bulan Januari s.d Desember GABUNGAN KOPERASI Susus INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR Laporan produksi dan kualitas susu koperasi/kud Jawa Timur bulan Januari s.d Desember KoMPAS Harian Kompas tanggal 31 Januari MURDIATI, TB, M. POELOENGAN, R. MARIAM, S, RAHmAWATI, W. SUWITO, E. MASBULAN, S. M. NOOR, dan ABUBAKAR Teknologi penanganan dan pengamanan produk segar dan olahan hasil ternak. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian. PANGGABEAN, R Kompetensi KUD dan koperasi dalam agribisnis susu dan tantangannya (Kasus di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Kabupaten Malang, Jawa Timur). Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian. SUPRAPTININGSIH, S. RocHANI, dan SuNARso Penelitian migrasi logam-logam Cd, Zn, Pb dan Hg pada plastik polyethylene (PE) kemas susu segar. Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik. Vol. VIII No. 14 :

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT)

PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT) PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT) (The Effect of Transportation Periode of Fresh Milk an Microbial

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe dan Sn DALAM SUSU KENTAL MANIS KEMASAN KALENG dan PLASTIK Supriandi 1, Itnawita 2, S. Anita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia PROSES PEMBUATAN DAN ANALISIS MUTU YOGHURT Marman Wahyudi 1 Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia sehari-hari dan merupakan makanan utama bagi bayi. Ditinjau dari komposisi kimianya, susu

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

Susu segar-bagian 1: Sapi

Susu segar-bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Analisis Kadar Seng (Zn) dan Penentuan Angka Lempeng Total (Alt) Mikroba pada Susu Segar di Peternakan Kawasan Arjasari Kab. Bandung.

Analisis Kadar Seng (Zn) dan Penentuan Angka Lempeng Total (Alt) Mikroba pada Susu Segar di Peternakan Kawasan Arjasari Kab. Bandung. Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Analisis Kadar Seng (Zn) dan Penentuan Angka Lempeng Total (Alt) Mikroba pada Susu Segar di Peternakan Kawasan Arjasari Kab. Bandung. 1 Andri Riswanto, 2 Diar Herawati,

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA DETERMINATION OF COPPER CONTENT IN MEATBALLS AND BEEF BURGERS DISTRIBUTED IN SURAKARTA Endang Sri Rejeki 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kopi bubuk ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia ANALISIS LOGAM ARSENIK (AS) DAN KADMIUM (CD) PADA SAYUR BAYAM HIJAU (AMARANTHUS TRICOLOR) TERHADAP BAYAM MERAH (BLITUM RUBRUM) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Muhammad Ridwan Harahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah pelanggan PDAM di Kota Gorontalo, sedangkan untuk pemeriksaan cemaran logam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Sari buah tomat ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iigkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Syarat mutu...2 5 Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Pemeliharaan Kultur Bakteri Asam Laktat (Hidayat 2009)

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Pemeliharaan Kultur Bakteri Asam Laktat (Hidayat 2009) METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah susu kambing jenis Peranakan Etawah (PE). Susu kambing PE diperoleh dari Koperasi Daya Mitra Primata, desa Cikarawang, Bogor.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 20 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium biokimia, Departemen Teknologi Hasil Perairan,

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Gambir ICS 67.220.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Syarat mutu... 1 5 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Sampel yang digunakan adalah gorengan berlapis tepung yang diolah sendiri. Jenis gorengan yang diolah mengacu pada hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional. 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air.

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Nitrat (NO 3 ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ESTIMASI KANDUNGAN KADMIUM DALAM PRODUK KOSMETIK U. Anggita 1, Itnawita 2, S. Anita 2

ESTIMASI KANDUNGAN KADMIUM DALAM PRODUK KOSMETIK U. Anggita 1, Itnawita 2, S. Anita 2 ESTIMASI KANDUNGAN KADMIUM DALAM PRODUK KOSMETIK U. Anggita 1, Itnawita 2, S. Anita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase MURNI SARI, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu jenis ikan olahan yang dikemas dalam kaleng. Ikan tuna memiliki kualitas daging yang sangat baik, lembut, dan lezat, serta

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas

METODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan membeli sampel bakso pada beberapa pedagang bakso Malang yang ada di sekitar kampus III Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe Standar Nasional Indonesia Saus cabe ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Peralatan dan Bahan yang Digunakan 3.1.1. Peralatan Peralatan digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium kaca ukuran 70x55x40 cm; perangkat analisis COD dari HACH, USA;

Lebih terperinci