ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU
|
|
- Surya Ade Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2 ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO *) (TERMINAL SITING ANALYSIS HORTICULTURE IN GORONTALO REGENCY) Alfira Hadju 1), Wawan K. Tolinggi 2), Supriyo Imran 3) ABSTRACT This study aims to identify areas of agribusiness in Gorontalo regency terminal and determine the strategic location for the development of horticulture agribusiness terminal in Gorontalo regency, held hose in May-June Data collection methods used in this study is the method Analytical Hierarchy Process (AHP) was further processed using by expert choice application microsoft office excel 2000 and The result showed that in Gorontalo regency could be developed terminal area agribusinesses horticulture, Due in Gorontalo regency has potential horticultural production of fruit and vegetables are quite large, with the totality of the value of vegetable production in 2012 reached 49,903 tons, and the totality of the value of fruit production in 2012 reached 2,735 tons, and districts in Gorontalo who obtained the highest weight for penlaian types of fruit and vegetable horticulture, the District after the join Limboto that the average assessment of the existing sub-criteria are feasible to do development as a strategic location with a horticultural agribusiness terminal weight of Keywords: Analysis of Determination, AHP, Terminal Horticulture, expert choice Ket * : Skripsi Mahasiswa Jurusan Agribisnis-UNG 1) : Mahasiswa 2) : Pembimbing Utama 3) : Anggota Pembimbing 2
3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo dan menentukan lokasi strategis untuk pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo, dilaksanakan selang bulan Mei-Juni Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi expert choice 2000 dan microsoft office excel Hasil penelitian diperoleh bahwa di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangkan kawasan terminal agribisnis hortikultura. Di Kabupaten Gorontalo memiliki potensi produksi hortikultura buah maupun sayur yang cukup besar, dengan totalitas nilai produksi sayur pada Tahun 2012 mencapai ton, dan totalitas nilai produksi buah pada Tahun 2012 mencapai ton, dan kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang memperoleh bobot tertinggi baik untuk penlaian jenis hortikultura buah maupun sayur, yaitu Kecamatan Limboto yang setelah di gabung rata-rata penilaian atas sub kriteria yang ada dinyatakan layak untuk dilakukan pengembangan sebagai lokasi strategis terminal agribisnis hortikultura dengan bobot 0,47. Kata Kunci : Analisis Penentuan, AHP, Terminal Agribisnis, Hortikultura, expert choice PENDAHULUAN Sebagai daerah berkembang, saat ini Provinsi Gorontalo harus mulai bisa menentukan sektor riil pengembangan agribisnis dengan cara menentukan terminal agribisnis yang ada dan tetap di Provinsi Gorontalo. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan dalam pengembangan tata ruang wilayah. Penentuan sektor-sektor dan subsektor terminal agribisnis, pemerintah provinsi akan lebih mudah menentukan strategi dan kebijakan apa yang tepat untuk dikembangkan di masing-masing wilayah, juga para bupati dan walikota mampu menjabarkan kebijakan pembangunan provinsi tersebut secara ideal sesuai dengan potensi kewilayahan yang dimiliki. Strategi dasar pengembangan kawasan diawali dari optimalisasi potensi komoditas unggulan yang telah berkembang di wilayah tertentu dan kemudian secara terfokus dan terarah dikembangkan dengan basis pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. Pengembangan kawasan hortikultura ini tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan keterpaduan dari berbagai program dan kegiatan pengembangan antar sektor/subsektor, antar institusi, dan antar pelaku yang telah ada di daerah, yang terfokus di kawasan. Pada hakekatnya pengembangan kawasan merupakan kerjasama dari setiap pelaku, termasuk di dalamnya adalah kontribusi dari berbagai sektor terkait, seperti perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM, PU dan lainnya, pusat penelitian, perguruan tinggi, swasta, asosiasi, perbankan, dan lainnya (BPS Provinsi Gorontalo, 2010;118) Menurut data BPS Provinsi Gorontalo, (2010;120) Pengembangan komoditas hortikultura yang tersebar di Provinsi Gorontalo adalah bawang merah, 3
4 daun bawang, bayam, buncis, kangkung, ketimun, cabai besar, cabai rawit, sawi, terong, kacang panjang, kubis, labu siam, dan tomat. Di antara tanaman-tanaman tersebut, cabai rawit merupakan komoditas utama sayur-sayuran. Luas panen cabai rawit adalah hektar dengan produksi sebanyak ton. Sedangkan jenis buah-buahan yang diproduksi pada Tahun 2010 adalah alpukat, belimbing, duku (langsat), durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam (keprok), jeruk besar, mangga, nangka, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sirsak, dan sukun. Di antara buah-buahan tersebut, pisang menjadi komoditas utama dengan produksi setahun sebanyak 4.963,1 ton. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi substansi penelitian yaitu, apakah di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangankan kawasan terminal agribisnis hortikultura dan dimanakah lokasi strategis yang sesuai dengan pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo. Dari masalah yang diangkat maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kawasan-kawasan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo, dan menentukan lokasi stategis untuk pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo. Terminal agribisnis adalah adalah suatu kompleks pelayanan pemasaran di dalam atau sekitar sentra produksi yang dikelola oleh suatu badan usaha atau badan pengelola yang melibatkan pelaku hulu dan hilir, serta lembaga terkait seperti poktan, perbankan, perusahaan, dan perguruan tinggi. (Departemen Pertanian, 2000;3) Oleh sebab itu pada akhirnya penetapan lokasi terminal agribisnis harus mampu menurunkan biaya pemasaran dan meningkatkan keuntungan bagi pelaku pasar termasuk produsen. Lembaga pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan saluran pemasaran. Soekartawi (1989;12) mengatakan bahwa fungsi lembaga pemasaran, berbeda satu dengan yang lain dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan maupun skala usahanya. Dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan lembaga pemasaran yang dapat memperlancar proses penyampaian barang yang bersangkutan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Penelitian survey dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku dan nilai dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan pada judgment expert mengenai data yang dibutuhkan peneliti dengan melihat karateristik atau hubungan sebab akibat antar variabel tanpa adanya interfensi peneliti (Silalahi, 2009;31). Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang didukung dengan aplikasi export choice AHP merupakan model pengambilan keputusan dengan berdasar pada hirarki fungsional. Input utama model ini adalah persepsi manusia dalam hal ini adalah pengambil keputusan (decision maker). Masalah yang kompleks dan tidak berstruktur akan dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Kelompok-kelompok tersebut selanjutnya diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Saaty, 1993;3). 4
5 AHP memiliki suatu keuntungan yang membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya yaitu tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan instuisi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur. Pada Tahun 2011 Kabupaten ini terbagi menjadi 18 Kecamatan, terdiri dari 205 desa. Sampai dengan Tahun 2011, Kabupaten Gorontalo sudah mengalami tiga kali proses pemekaran. Pertama, Tahun 1999 yang melahirkan Kabupaten Boalemo; kedua, Tahun 2003, yang melahirkan Kabupaten Bone Bolango; dan ketiga, Tahun 2007 yang melahirkan Kabupaten Gorontalo Utara. Hasil pemekaran wilayah Kabupaten Gorontalo, maka saat ini Kabupaten Gorontalo memiliki batas-batas wilayah; a). Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, b). Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, c). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, dan d). Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo.- Berdasarkan data perkembangan tanaman hortikultura pada Tahun 2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, diketahui bahwa di Kabupaten Gorontalo terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura baik buah maupun sayuran yang hasil panennya cukup besar. Untuk mengetahui jenis hortikutura buah maupun sayur tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 1. Perkembangan Potensi Hortikultura Buah dan Sayur, 2013 Komoditas Sayur Produksi Komoditas Buah Produksi Bawang Merah Bawang Daun Petsai/Sawi Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terong Buncis Ketimun Kangkung Bayam Semangka/Melon Alpukat Belimbing Duku Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam Jeruk Besar Mangga Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Sirsak Sukun 5,8 5,8 9,5 10,4 3,6 0,2 20,9 14,6 799,0 108,1 89,5 157, ,0 4,0 2,6 0,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012;92-93) Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa cabe rawit merupakan komoditas hortikultura jenis sayuran yang memiliki potensi produksi paling besar, dengan nilai produksi pada Tahun 2012 mencapai ton, Sedangkan produksi 5
6 hortikultura paling kecil adalah jenis hortikultura sayur bayam dengan jumlah hasil produksi hanya mencapai 73 ton. Sementara untuk kategori buah, pisang merupakan komoditas hortikultura terbesar dengan jumlah produksi mencapai ton, Sedangkan produksi terendah adalah jenis buah sukun yang hanya mencapai 0,2 ton hasil produksi. 2. Penentuan Lokasi Terminal Agribisnis Berdasarkan Sub Kriteria Penentuan/Penetapan lokasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pasar karena pasar yang lama dianggap tidak efisien. Hal ini sesuai dengan tujuan Terminal Agrobisnis yaitu untuk meningkatkan harga jual petani, dengan cara memotong mata rantai perdagangan dan menciptakan transparansi harga yang nantinya berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Tetapi, seringkali pemerintah hanya memperhatikan sarana dan prasarana fisik dalam persyaratan pendirian pasar baru, tetapi tidak memperhatikan bagaimana berjalannya perubahan sistem pemasaran di pasar baru sehingga tujuan meningkatkan harga jual petani tidak dapat terealisasi. Banyak sedikitnya lembaga pemasaran dan aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi share harga yang diterima petani produsen dan harga yang dibayarkan oleh konsumen karena disamping mengeluarkan biaya mereka juga mengambil keuntungan. Pembagian keuntungan antara lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang, pengumpul dan pengecer juga tidak adil. Akibatnya, distribusi marjin pemasaran, pembagian keuntungan dengan biaya pada masingmasing lembaga pemasaran tidak merata. Tidak meratanya distribusi marjin merupakan salah satu indikator bahwa sistem pemasaran belum efisien (Wedastra,1999;17 dan Anindita, 2005;6). Menurut Departemen Pertanian (2003;7) Bahwa suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan terminal agribisnis karena: 1. Fasilitas dasar umum yang memadai berupa; Jalan, Pasar, saluran air dan ketersediaan area parkir yang memadai, 2. Fasilitas inti berupa; Lahan strategis untuk masing-masing komuditi termasuk komuditi unggulan, kantor pengelola yang lengkap, keranjang, bahan dan meja serta adanya gudang pengepakan dan penyimpanan, 3. Dukungan sumber daya Manusia berupa; tenaga kerja handal dan profesional, balai penyuluhan/ klinik penyuluhan, tenaga pengelola dan tenaga pendamping lapangan/fasilitator, 4. Dukungan kelembagaan eksternal berupa; asosiasi pertanian/gapoktan, lembaga pinjaman usaha kecil dan menengah yang menyediakan pinjaman modal usaha dengan bunga sangat rendah dan angsuran ringan, serta adanya lembaga yang mejamin keselamatan tenaga kerja baik yang bergerak di bidang pertanian maupun pedagang. Berdasarkan hasil uji konsistensi diperoleh data goal atas penetuan masingmasing kriteria penilaian sebagai berikut; 6
7 Tabel 1. Goal Prioritas Kriteria Terminal Agribisnis, Kabupaten Gorontalo Goal Bobot Persentase % Peringkat Fasilitas Dasar Umum Fasilitas Inti SDM Kelembagaan Eksternal 0,34 0,21 0,38 0,07 34% 21% 38% 7% Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa analisis pembobotan kriteria terhadap tujuan (Goal) diperoleh bobot tertinggi untuk penentuan sebuah TA hortikultura adalah SDM sebesar 0,38 atau 38%, dan untuk bobot terendah adalah kelembagaan eksternal dengan bobot 0,07 atau 7%. Ketika sebuah TA hortikultura berlangsung, maka pada lokasi tersebut terdapat aktifitas yang melibatkan penjual dan pembeli. Potensi Sumber Daya Manusia yang baik akan sangat menunjang profesionalisme dagang pada lokasi TA hortikultura. Oleh karena itu SDM menjadi Prioritas goal dalam sebuah TA hortikultura. Dalam penentuan konsistensi matriks dengan menggunakan AHP yaitu nilai inconsistensi rasio sebesar 10% ke bawah ialah tingkat inconsistensi yang masih bisa diterima (Nurmiyanto dkk,2004;50). Berikut disajikan akumulasi tabel Prioritas dari tiap sub kriteria. Tabel 2. Prioritas Penetuan TA Berdasarkan Sub Kriteria, Kabupaten Gorontalo Sub Kriteria Bobot Persentase% Peringkat Jalan 0,4538 6,97% 3 Pasar 0,4641 7,13% 2 Saluran air 0,4141 6,36% 10 Area parkir 0,4081 6,27% 11 Lahan 0,4245 6,52% 4 Kantor 0,4236 6,51% 5 Alat 0,4014 6,17% 12 Gudang 0,4231 6,50% 6 Tenaga kerja 0,4209 6,47% 8 Balai penyuluhan 0,4155 6,38% 9 Tenaga pengelola 0,4879 7,50% 1 Fasilitator pendamping 0,4212 6,47% 7 Gapoktan 0,3348 5,14% 14 Koperasi 0,3332 5,12% 16 Lembaga asuransi 0,3333 5,12% 15 Lembaga swasta 0,3497 5,37% 13 Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2013 Dari hasil analisis pendapat judgement expert setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan softwere expert chois 2000 terhadap penentuan lokasi terminal agribisnis yang di Prioritaskan berturut-turut yaitu tenaga pengelola dengan bobot 0,4879 = 7,50% merupakan aspek paling penting dalam penentuan lokasi terminal agribisnis. Sub kriteria berikutnya adalah pasar dengan bobot 0,4641 = 7,13%, sub kriteria jalan dengan bobot 0,4538 = 6,97% berada pada Prioritas ketiga, dan sub kriteria terendah adalah koperasi dengan bobot 0,3332 = 5,12% berada pada Prioritas ke-16. 7
8 Terpilihnya tenaga pengelola, pasar, jalan, dan lahan masing-masing sebagai Prioritas pertama sampai dengan Prioritas keempat menunjukan bahwa terminal agribisnis dapat terbentuk apabila pada suatu wilayah terdapat tenaga pengelola pasar yang didukung dengan sarana prasarana jalan serta lahan yang memadai. Tidak terlepas dari itu pula dukungan sarana perkantoran, gudang, hingga hadirnya lembaga pemberi bantuan pinjaman stimulan kepada pedagang selaku tenaga pengelola merupakan bagian yang saling bersinergi dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Sebagaimana judul yang diangkat oleh peniliti dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) lokasi yang menjadi objek penelitian. Ketiga objek penelitian itu meliputi Kecamatan Telaga, Kecamatan Limboto dan Kecamatan Tibawa. Dalam penelitian ini pula peneliti telah menentukan judgement expert serta metode analisis data yang menggunakan AHP dengan bantuan softwere expert choise Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 3. Prioritas Penentuan Lokasi TA Hortikultura, Kabupaten Gorontalo Lokasi TA Hortikultra Bobot Persentase% Peringkat Kecamatan Telaga Kecamatan Limboto Kecamatan Tibawa 0,39 0,47 0,36 32% 38% 29% Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2013 Berdasarkan hasil penilaian AHP dengan bantuan softwere expert choise 2000 dalam penentuan lokasi terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo yang dilakukan dengan analisa sub kriteria disinkronisasikan dengan lokasi objek penelitian, maka diperoleh hasil analisa bahwa lokasi yang paling strategis untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan TA hortikultura adalah Kecamatan Limboto dengan bobot 0,4685 dengan persentase sebesar 38%, sementara Kecamatan Telaga memperoleh bobot 0,3930 atau 32%, sedangkan Kecamatan Tibawa berada pada Prioritas ketiga dengan bobot 0,3590 atau 29%. LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS ISIMU TELAGA 0,3590 0, % 32% LIMBOTO 0, % Gambar 1. Prioritas Penentuan Lokasi TA Hortikultura, 2013 Penentuan lokasi pada Kecamatan Limboto untuk menjadi sebuah lokasi terminal agribisnis hortikultura, dianggap mampu menjawab pengembangan terminal agribisnis yang ada di Kabupaten Gorontalo. Hal ini didasarkan pada 4 (empat) kriteria terciptanya sebuah terminal agribisnis, yang meliputi fasilitas 8
9 dasar umum, fasilitas inti, dukungan SDM maupun dukungan kelembagaan eksternal. Bila dilihat dari hasil pengelolaan AHP dengan menggunakan aplikasi expert choise 2000 atas terpilihnya Kecamatan Limboto untuk dijadikan sebagai lokasi strategis terminal agribisnis hortikultura dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 2. Kurva Hasil Olahan Data Expert Choise, 2013 KESIMPULAN 1. Berdasarkan data tentang perkembangan jenis hortikultura, di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangkan kawasan terminal agribisnis hortikultura. Karena di Kabupaten Gorontalo memiliki potensi produksi hortikultura buah maupun sayur yang cukup besar, dengan totalitas nilai produksi sayur pada Tahun 2012 mencapai ton, dan totalitas nilai produksi buah pada Tahun 2012 mencapai ton. 2. Berdasarkan hasil analitical hyrarchy process (AHP) diketahui bahwa lokasi yang strategis untuk dikembangkan sebagai terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo yaitu Kecamatan Limboto, yang memperoleh bobot tertinggi baik untuk penlaian jenis hortikultura buah maupun sayur. Selain itu pula berdasarkan analisis terhadap dukungan masing-masing sub kriteria, diketahui bahwa Kecamatan Limboto juga memperoleh nilai lebih besar dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya yang menjadi lokasi penelitian dengan bobot 0,47. DAFTAR PUSTAKA Anindita, Ratya, Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus.Surabaya Badan Agribisnis, Departemen Pertanian Petunjuk Teknis Pengembangan Terminal Agribisnis. Jakarta BAPPENAS, Tata Cara Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta 9
10 BPS Provinsi Gorontalo, Gorontalo Dalam Angka Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Departemen Pertanian, Pedoman Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jakarta, Pedoman Terminal Agribisnis dan Sub Terminal Agribisnis. Dirjen Bina Pengolahan dan Hasil Pertanian. Jakarta, Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Jakarta Saaty, T.L Decision Making for Leaders The Analytical Hierarchy Process for Decisions. (Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, diterjemahkan oleh Ir. Liana Setiona, Editor Ir. Kirti Peniwati, MBA). PT. Pustaka Binaman Pressindo dan PT. Gramedia. Jakarta.270p. Silalahi, U Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung 10
Gambar 1 : Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi (Departemen Pertanian, 2000;3)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terminal Agribisnis Terminal Agribisnis (TA) adalah suatu kompleks pelayanan pemasaran di dalam atau sekitar sentra produksi yang dikelola oleh suatu badan usaha atau badan pengelola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,
Lebih terperinciKOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)
KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat
Lebih terperinciRepublik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)
RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani
Lebih terperinci2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun
2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4
Lebih terperinciTabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun
9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi
Lebih terperinciLEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi Makro
Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu
Lebih terperinciANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO
ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang Email: hamdani_af@ymail.com Abstrak Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung
Lebih terperinciANALISIS KERAGAAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI RAWIT DI KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH MEIKO SAIDI
ANALISIS KERAGAAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI RAWIT DI KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH MEIKO SAIDI 614409062 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013 1 ANALISIS KERAGAAN
Lebih terperinciProsiding Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh Sarno Politeknik Banjarnegara Jl. Raya Madukara
Lebih terperinciA. Realisasi Keuangan
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%
Lebih terperinciBAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA
BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.
Lebih terperinciPROFIL PEMBANGUNAN GORONTALO
1 PROFIL PEMBANGUNAN GORONTALO A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara meliputi 1 kota dan 5 kabupaten, 47 kecamatan, 385 desa dan 65 kelurahan. Letak geografi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi
Lebih terperinciTabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi
Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciIV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan
IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang
Lebih terperinciStatistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil
Lebih terperinciKonsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017
Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret 2016 Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017 SUSENAS Sejak 1963- Sekarang Cakupan Estimasi Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota Responden: Rumah Tangga Biasa
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciAGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia agribisnis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan
Lebih terperinciAnalisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015
Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17
Lebih terperinciPrograma Penyuluhan Kab.Bangka
Programa Penyuluhan Kab.Bangka 2013 1 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013 Tim Penyusun, Kepala Bidang Penyuluhan Pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Koordinator
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciPedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5
Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.
Lebih terperinci1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C
SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih
Lebih terperinciPemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Welda STMIK MDP Palembang welda@stmik-mdp.net Abstrak: Melakukan pengambilan keputusan menggunakan matriks
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014
No. 46/08/75/TH. IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 Produksi Cabai Besar Sebesar 3.012 Kwintal, Cabai Rawit Sebesar 117.719 Kwintal, Dan Bawang Merah Sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang, sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciPENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER
Penentuan Komoditi Basis Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura (Achmad Zaini) PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER (Determined bases commodities of
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO Zenifer Ali, Wawan Tolinggi, Ria Indriani JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Tujuan dari penelitian
Lebih terperinci5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan
5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -
56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi
Lebih terperinciRumusan FGD Cabai dan Bawang
RUMUSAN PLENO 1. Menghadapi pasar global, hortikultura memang masih menghadapi banyak kendala dan tantangan, namun penuh juga dengan berbagai peluang. Berbagai permasalahan dan strategi bahkan program
Lebih terperinciPERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI
PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Semarang memiliki potensi yang besar dari sektor pertanian untuk komoditas sayuran. Keadaan topografi daerah yang berbukit dan bergunung membuat Kabupaten
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44
Lebih terperinciAGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KABUPATEN MAGETAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN PLAOSAN) Lia Indriyani 1, Endang Siti Rahayu 2, Suprapto 3 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya
Lebih terperinciLUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015
LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Kacang Panjang 1 2-1 - - 1 5 2 Cabe Besar 1 2 - - - 1-4 3 Cabe Rawit - 1 1-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya
Lebih terperinciINVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan
Lebih terperinciPenerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg
Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja,
Lebih terperinci30% Pertanian 0% TAHUN
PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,
Lebih terperinciVII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR
VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan
Lebih terperinciDISTRIK MOSKONA TIMUR DALAM ANGKA 2014 MOSKONA TIMUR DISTRICT IN FIGURES, 2014 Nomor Katalog / Catalog Number : 1102001.9104101 Nomor Publikasi / Publication Number : 9104.14.16 Ukuran Buku / Books Size
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA (LKJ)
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Pemalang Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 (empat belas) kecamatan dan 222
Lebih terperinciPERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL
PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,
98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah
Lebih terperinci(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas
BA PUSAT STATISTIK DEPARTEMEN PERTANIAN LAPORAN TANAMAN SAYURAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM RKSPH-SBS (Isian dalam Bilangan Bulat) PROPINSI : BANTEN 3 6 Bulan JANUARI 1 KAB./KOTA : LEBAK 2 Tahun 217 1 7 Luas Luas
Lebih terperinciH, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN CISURUPAN KABUPATEN GARUT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sektor pertanian menghasilkan berbagai bahan yang digunakan untuk menunjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang
A. Karakteristik Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian minat masyarakat untuk membeli sayur dan buah di Pasar Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang dilakukan di tiga wilayah
Lebih terperinci