MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA"

Transkripsi

1 MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Siswanto JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 13 i

2 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini saya buat sendiri, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, 3 Januari 13 Siswanto NIM ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Model Matematika Penyebaran Flu Burung dari Unggas ke Manusia disusun oleh Siswanto telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Rabu Tanggal : 13 Februari 13 Panitia : Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Drs. Arief Agoestanto, M.Si NIP NIP Ketua Penguji Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc. NIP Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping Drs. Supriyono, M.Si Drs. Wuryanto, M.Si NIP NIP iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Allah memberikan yang terbaik pada kita meskipun kita tidak minta. Jadilah pemenang untuk setiap tantangan. Bersedekahlah sebelum engkau disedekahi IPK bukan penentu kesuksesan seseorang Put attention to detail. PERSEMBAHAN Untuk Allah SWT yang merahmatiku, Untuk bapak dan ibu yang tercinta yang selalu mendoakan saya, Untuk kakak perempuanku yang tersayang. Untuk eko, kusmanto, mas adiv, noorhadi, mas irpan, hartono, dan semua teman yang selama ini memberikan dukungan, dan semangat kepada saya selama menempuh kuliah di UNNES. Untuk semua mahasiswa matematika angkatan 8 yang tercinta. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Model Matematika Penyebaran Flu Burung dari Unggas ke Manusia. Penulisan skripsi ini sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana sains di Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si, Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Supriyono, M.Si, Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, semangat, dan pengarahan. 5. Drs.Wuryanto, M.Si, Pembimbing Pendamping yang telah memberikan masukan dan arahan. 6. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa mendoakan serta memberikan dukungan berupa materi. 7. Eko Nur Pujiyanto memberikan bantuan, dukungan, semangat kepada penulis selama masa kuliah. v

6 8. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan banyak motivasi, kritik, usulan yang menjadikan terselesaikannya penulisan skripsi ini. 9. Mahasiswa matematika angkatan 8 yang telah memberikan dorongan dan motivasi. 1. Semua pihak yang membantu kelancaran skripsi saya baik secara langsung maupun tak langsung. Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun dan disampaikan masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Februari 13 Penulis vi

7 ABSTRAK Siswanto. 1. Model Matematika Penyebaran Flu Burung dari Unggas ke Manusia. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Supriyono, M.Si, dan Pembimbing Pendamping Drs. Wuryanto, M.Si. Kata kunci: Analisis Kestabilan, Flu Burung, dan Titik Ekuilibrium. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang termasuk dalam famili Orthomyxoviridae dan mempunyai diameter 9-1 nanometer. Virus influenza B dan C dapat diisolasi dari manusia dan sifatnya kurang patogen dibanding dengan virus influenza A. Gejala utama penyakit ini demam mendadak lemas, sesak nafas, pendarahan pada saluran pernafasan. Dalam tulisan ini akan dikaji model matematika untuk penyebaran penyakit flu burung dari populasi unggas ke populasi manusia, kemudian dilakukan analisa terhadap model yang dihasilkan untuk menentukan titik ekuilibrium dan kestabilan titik ekulibrium dari model matematika tersebut. Kemudian dari analisa tersebut dapat diketahui perilaku penyakit flu burung di masa yang akan datang. Metode yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah dengan studi pustaka. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan masalah, merumuskan, studi pustaka, analisis pemecahan masalah, dan penarikan kesimpulan. Dari pembahasan diperoleh model penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Kemudian dari model tersebut diperoleh dua titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium bebas penyakit dan titik ekuilibrium endemik. Analisis yang dilakukan menghasilkan angka rasio reproduksi dasar R. Dengan : Tingkat efektifitas kontak infektif antara unggas terinfeksi dengan unggas rentan, : Tingkat kematian individu dalam populasi unggas tanpa pengaruh flu burung, Berdasarkan angka R, Jika semakin kecil tingkat penyebaran flu burung dari unggas sakit ke unggas rentan, dan semakin besar umur unggas, maka R 1 atau tidak terjadi epidemi. Sebaliknya, Jika semakin besar tingkat penyebaran flu burung dari unggas sakit ke unggas rentan, dan semakin kecil umur unggas, maka nilai R 1 atau terjadi epidemi penyakit. Ini berarti bahwa penyakit tidak akan hilang saat R 1. Selanjutnya, untuk mengilustrasi model tersebut maka dilakukan simulasi model dengan menggunakan program Maple. vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii xi xii xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penyusunan... 5 BAB Landasan Teori Persamaan Diferensial Solusi Persamaan Diferensial... 8 viii

9 .3 Persamaan Diferensial Linear dan tak Linear Persamaan Diferensial Linear homogen dan tak Homogen Order Persamaan Diferensial Persamaan Diferensial Order Satu Persamaan Diferensial Eksak Faktor Integrasi Persamaan Diferensial Order Dua Persamaan Diferensial Linear Order Dua Homogen dengan Koefisien konstanta Persamaan Diferensial Chauchy Persamaan Diferensial Linear Order Dua Tak Homogen dan Metode Koefisien Tak Tentu Metode Variasi Parameter Persamaan Diferensial Order Tinggi Persamaan Diferensial Linear Order Tinggi Persamaan Diferensial Linear Tak Homogen Order Tinggi Sistem Persamaan Diferensial Model Epidemi SIR Klasik Penyakit Flu Burung Etimologi Gejala dan tanda Pengobatan dan Pencegahan Titik Kesetimbangan (Ekuilibrium) ix

10 .1 Nilai Eigen dan Vektor eigen Kriteria Routh- Hurwitz Maple BAB 3 METODE PENELITIAN Menentukan Masalah Merumuskan Masalah Studi Pustaka Analisis dan Pemecahan Masalah Penarikan Kesimpulan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Matematika untuk Penyebaran Penyakit Flu Burung dari Unggas ke Manusia Fakta-fakta flu burung Asumsi-Asumsi Pembentukan Model Matematika Titik Kesetimbangan Analisis Kestabilan Simulasi Model... 9 BAB 5 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 1 LAMPIRAN x

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar.1 Diagram Transfer Model SIR Klasik... 5 Gambar 4.1 Diagram Transfer Model Penyebaran Flu Burung Gambar 4. Grafik st dan it terhadap t untuk titik ekuilibrium bebas penyakit... 9 Gambar 4.3 Grafik rt dan i t terhadap t untuk titik ekuilibrium bebas penyakit Gambar 4.4 Grafik st dan it terhadap t untuk titik ekuilibrium endemik Gambar 4.5 Grafik rt dan i t terhadap t untuk titik ekuilibrium endemik xi

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Daftar Variabel-variabel Tabel 4. Daftar Parameter-parameter Tabel 4.3 Nilai Parameter untuk Simulasi Model Bebas Penyakit Tabel 4.4 Nilai Parameter untuk Simulasi Model Endemik xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Print Out Maple 13 untuk kasus bebas penyakit Lampiran. Print Out Maple 13 untuk kasus Endemik xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya penyebaran flu burung di muka bumi ini membuat kita perlu waspada terhadap ancaman penyakit yang mematikan itu. Avian influenza (avian flu, bird flu, bird influenza) atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama flu burung adalah penyakit yang menyerang unggas yang disebabkan oleh virus influenza. Pada awalnya virus avian influenza tidak dapat menular. Namun, sifat virus yang labil dan mudah bermutasi menyebabkan virus itu dapat menginfeksi spesies lain. Virus avian influenza merupakan salah satu virus influenza tipe A. Diketahui bahwa ada 3 tipe virus influenza yakni virus influenza tipe A, B, dan C, tapi hanya virus influenza tipe A sajalah yang dapat menyebabkan terjadinya wabah (Aditama, 4). Avian influenza tidak dapat diobati, pemberian antibiotik dan antibakteri hanya untuk mengobati infeksi sekunder oleh bakteri atau mycoplasma. Pengobatan sportif dengan multivitamin perlu juga dilakukan untuk proses rehabilitasi jaringan yang rusak (Tabbu, ). Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan meliputi: 1. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau unggas liar.. Pemusnahan unggas di daerah yang tertular flu burung.

15 3. Pengendalian limbah peternakan unggas 4. Pengisian kandang kembali atau peremajaan unggas baru 5. Pembersihan kandang secara rutin dengan desinfektan 6. Penempatan satu umur dalam peternakan unggas. 7. Penyemprotan dengan desinfektan terhadap kandang sebelum pemasukan unggas baru. 8. Penerapan stamping out atau pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru dalam menangani wabah HPAI (Human Pathogenic Avian Influenza) untuk menghindari resiko terjadinya penularan kepada manusia, karena bersifat zoonosis, 9. Peningkatan kesadaran masyarakat, serta monitoring dan evaluasi. (Rahardjo, 4) Model matematika mengenai penyebaran penyakit (model epidemi) adalah metode yang tepat untuk mempresentasikan pola penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Macam dari model epidemi sangat banyak diantaranya: MSEIR, MSEIRS, SIR, SIRS, SEI, SEIS, SEIR, SI, SIS, dst. (Hethcote, ). Dari sekian banyak model matematika, yang dipakai oleh Derouich dan Boutayeb (8) dalam kasus flu burung adalah model epidemi SIRSI yang kemudian disederhanakan menjadi model siri. Dari model yang telah terbentuk itu perlu untuk dianalisis kestabilan modelnya. Sebelumnya kita harus mencari terlebih dahulu titik-titik kesetimbangan model siri kemudian ditentukan bilangan reproduksi dasar R, membentuk matriks jacobian, membentuk polinomial karakteristik yang memuat nilai

16 3 eigen. Dari nilai-nilai eigen itulah bisa diketahui stabil tidaknya masingmasing titik kesetimbang. Untuk mempermudah penulis dalam mensimulasikan model penyebaran penyakit flu burung, dibutuhkan alat berupa software atau perangkat lunak yang nantinya bisa mempresentasikan model dengan baik secara visual. Salah satu software terkenal yang sering dipakai dalam pemodelan adalah Maple. Kelebihan dari maple adalah bahasa yang digunakan relatif lebih mudah dibanding software lain. Itulah alasan mengapa penulis memilih Maple untuk simulasi model penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membuat skripsi dengan judul MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukan di atas, maka yang akan menjadi rumusan permasalahannya adalah: (1) Bagaimana model matematika untuk penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia? () Bagaimana proses dari analisis kestabilan dari model matematika yang disusun? (3) Bagaimana penggunaan progam maple untuk membantu menyelesaikan model matematika tersebut?

17 4 1.3 Batasan Masalah Pada penulisan ini, permasalahan terbatas pada penyebaran penyakit flu burung yang menyerang pada kelompok individu manusia dan unggas. Penularan penyakit terjadi apabila terjadi kontak langsung antara unggas sehat dengan unngas sakit dan manusia sehat dengan unggas sakit. Penyakit tidak ditularkan melalui kontak antara manusia sehat dengan manusia sakit. 1.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan skripsi ini meliputi: (1) Mengetahui model matematika untuk penyebaran penyakit flu burung. () Mengetahui analisis kestabilan dari model matematika yang disusun. (3) Mengetahui penggunaan progam maple untuk membantu menyelesaikan model matematika tersebut. 1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan ini adalah sebagai berikut. (1) Bagi Penulis Sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan mengenai pemodelan matematika khususnya mengenai flu burung sekaligus sebagai sarana untuk memenuhi syarat kelulusan program studi Matematika, S1 FMIPA Unnes. () Bagi Mahasiswa Matematika

18 5 Sebagai referensi untuk menambah wawasan mengenai pemodelan matematika khususnya model penyebaran penyakit flu burung. (3) Bagi Pembaca Sebagai wacana dan pengetahuan tentang model epidemi dalam kasus penyebaran penyakit flu burung dari unggas. 1.6 Sistematika Penulisan Penulis skripsi disusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir skripsi Bagian Awal Dalam penulisan skripsi ini, bagian awal berisi halaman judul, pernyataan, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran Bagian Inti bab, yaitu: Bagian inti dari penulisan skripsi ini adalah isi skripsi yang terdiri dari lima BAB 1 : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan. BAB : LANDASAN TEORI

19 6 Berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi persamaan differensial, sistem persamaan differensial, model epidemi SIR klasik, penyakit flu burung, titik kesetimbangan (ekuilibrium), nilai eigen dan vaktor eigen, kriteria routhhurwitz, maple. BAB 3 : METODE PENELITIAN Memuat prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi menentukan masalah, merumuskan masalah, studi pustaka analisis dan pemecahan masalah, penarikan simpulan. BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang konstruksi model matematika untuk penyebaran penyakit flu burung, titik kesetimbangan, analisis kestabilan, hasil simulasi model dengan software Maple. BAB 5 : PENUTUP Berisi kesimpulan dari penulisan skripsi ini dan saran Bagian Akhir Berisi daftar pustaka yang digunakan oleh penulis sebagai acuan penulisan yang didalamnya terdapat informasi tentang buku dan literatur lain yang digunakan dalam skripsi ini serta lampiran yang mendukung

20 BAB LANDASAN TEORI.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau lebih yang berisi nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde. Selain itu, persamaan diferensial juga didefinisikan sebagai persamaan yang memuat satu atau beberapa turunan fungsi yang tak diketahui (Waluya, 6: 1). Klasifikasi persamaan diferensial berdasarkan variabel bebas dibagi menjadi. Kasus pertama dimana fungsi tergantung pada satu variabel bebas disebut persamaan diferensial biasa sedangkan kasus kedua dengan fungsi yang tergantung pada beberapa variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial. (Waluya, 6).dengan kata lain persamaan diferensial biasa adalah persamaan yang mengandung satu atau beberapa turunan dari variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas. Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang mengandung turunan parsial dari variabel tak bebas terhadap dua variabel bebas atau lebih. Contoh : dx 1. 5x e. d x dx 6x 3. dx dy x y 4. t, ux, y u x y x y

21 8 5.,,, u x y u x y u x y x t t Untuk contoh 1,, 3 termasuk persamaan diferensial biasa sedangkan contoh 4 dan 5 merupakan persamaan diferensial parsial.. Solusi Persamaan Diferensial Definisi.1 Diberikan persamaan diferensial dx f t, x (.1) Dimana f adalah fungsi dalam dua variabel yang diberikan. Sebarang fungsi terturunkan x t yang memenuhi persamaan ini untuk semua t dalam suatu interval disebut solusi.(waluya, 6).3 Persamaan Diferensial Linear dan Tak Linear Klasifikasi persamaan diferensial dilihat dari bentuk fungsi atau pangkatnya juga dibedakan menjadi dua yaitu persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial non linear Definisi. Diberikan persamaan diferensial biasa n F t, y, y,..., y, F dikatakan linear dalam variabel y, y,..., y n. Definisi serupa juga berlaku untuk persamaan diferensial parsial. Jadi secara umum persamaan diferensial biasa order n diberikan dengan

22 9 n n n a t y a t y a t y g t Persamaan yang tidak dalam bentuk tersebut merupakan persamaan tak linear. (Waluya, 6)..4 Persamaan Diferensial Linear Homogen dan Tak Homogen Definisi.3 Persamaan diferensial linear (PDL) x a t x g t (.) Dengan at dan gt adalah fungsi dari waktu t. Pada saat a t a dengan a adalah konstanta, maka at disebut koefisen dari PDL. Jika gt maka persamaan (.4) disebut PDL Homogen dan jika gt, disebut PDL tak homogen. (Farlow,1994).5 Order Persamaan Diferensial Definisi.4 Order dari persamaan diferensial adalah derajat atau pangkat tertinggi dari turunan yang muncul dalam persamaan. Secara umum persamaan diferensial berorder n dapat dituliskan sebagai n F t u t u t ',,..., Persamaan di atas menyatakan relasi antara variabel bebas dan nilai-nilai dari fungsi n ' u t,..., u t. (Waluya, 6:4).

23 1 ' Untuk lebih kita tulis untuk ut, untuk u t dan seterusnya. Jadi persamaan dapat ditulis sebagai F t y n ',,..., y Contoh: y 3y y 1 ( persamaan diferensial order empat) 3 y y y y ( persamaan diferensial order tiga) y 4( persamaan diferensial order dua).5.1 Persamaan Diferensial Biasa Order Satu Diberikan bentuk persamaan diferensial biasa dx f t, x Dimana f adalah fungsi dalam dua variabel, sembarang fungsi terturunkan x t yang memenuhi persamaan itu untuk semua t disebut solusi persamaan diferensial biasa order satu. Contoh: Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial berikut ini: 1.. x t t x t t 4t Penyelesaian:

24 11 1. Jelas x t t x 3t 6t x t t 5t c x t 3t 5t c Jadi solusi umum untuk 3 x 3t 6t 5 adalah x t 3t 5t c. Jelas x t t 4t x t t 4t x t t t c Jadi solusi untuk 1 adalah 5 4 x t t 4t x t t t c Persamaan differensial eksak Definisi.5 Persamaan diferensial order satu berbentuk M x, t N x, t dx, (.3) Persamaan (.3) disebut persamaan eksak apabila, f x t C sehingga,,, df x t M x t N x t dx (.4) Dari definisi dan hubungan (.3) terlihat bahwa df x, t.

25 1 Dengan mengintegralkan ini diperoleh solusi umum persamaan diferensial (PD) yaitu, f x t C. Selanjutnya dari definisi total, terlihat bahwa df M x, t dan N x, t df dx (.5) Jika M dan N memiliki turunan parsial yang kontinu dibidang tx maka dm dx f x t dan dn dx f (.6) t x Jika f memiliki turunan parsial kedua yang kontinu maka M x N t (.7) Syarat (.7) persamaan diferensial (.3) dikatakan eksak. Juga syarat cukup, sehingga hubungan (.3) dapat dipergunakan untuk menentukan f x, t C yang merupakan solusi umum untuk PD (.3).(Supriyono, 1: 14) Contoh: Tinjau PD t dx x! x Penyelesaian: M N Disini 1, 1 x t sehingga M x N t Maka PD t dx x merupakan PD eksak. x

26 13 Untuk menentukan solusi umum akan dicari f x, t C sehingga hubungan df df dx berlaku. M x, t dan N x, t Solusi untuk t dx x x adalah df M x, t x sehingga Jelas f x, t x g ' x, f x t xt g x df x sehingga Disisi lain M x, t df t dx x Jelas N x, t df x g ' x dx Diperoleh g' x x Jelas g ' x x g x ln x C Jadi solusi umum f x, t xt ln x C.

27 Faktor Integrasi Definisi.6 Misalkan PD : M x t, N x, t dx tidak eksak. Fungsi xt, sehingga x t M x t xt, disebut faktor integrasi.,, x, t N x, t dx PD eksak, Perhatikan langkah untuk menentukan faktor integrasi pada M x, t N x, t dx yang tidak eksak menjadi eksak yaitu x t M x t,, x, t N x, t dx. Karena x t M x t,, x, t N x, t dx PD eksak diperoleh M N x t M N atau M N x x t t M N N M t x x t 1 M N N M t x x t diperoleh fakta, 1 M N N M t x x t (*) sekarang kita tinjau beberapa kasus.

28 15 a) Misalkan t, maka x Jika, maka 1 N M M N x t x x t 1 M N N t x t 1 M N N t x t M N 1 x t t N (**) Bila M N x t suatu fungsi dari t, sehingga N M N x t gt, maka (**) g t N 1 t atau g t Sehingga g t ln g t e g t Diperoleh faktor integrasi e Contoh: Perhatikan PD: g t x xt t dx tidak eksak.

29 16 Dari PD di atas kita dapatkan M x, t dan N x, t xt t M x 1 x N xt 1sehingga t M N x t 1xt 1 N xt t xt xt t xt t xt 1 xt 1 t xt 1 t gt Jadi faktor integrasi pada PD di atas adalah g t t ln t ln t e e e e Sehingga 1 x x. b) Misalkan x, maka t sehingga 1 M N N M t x x t 1 M N M x x t M x M N x t

30 17 M N x t x M M N x t x M Jika fungsi M N x t g x M suatu fungsi dari x, maka Jelas g x x ln g x x e g x x Jadi g x x e adalah faktor integrasi untuk kasus x. Contoh: xt x 3t dx. Dipunyai PD Tentukan faktor integrasinya! Penyelesaian: Jelas M x t M t x, xt, 3 N x t x t N t 6t

31 18 Sehingga M N x t t 6t M xt M N x t M 8t xt M N x t 4 g x M x Jadi faktor integrasi untuk PD di atas adalah c) Misalkan xt, Dengan substitusi y xt diperoleh y. x x dan t y t y t y y. t t x y x y x y 4 dx x 4 ln x e e 1 4 x Sehingga 1 N M M N t x x t diperoleh 1 M N xn tm y y x t 1 xn tm M N y x t M N 1 x t y xn tm

32 19 M N Disimpulkan jika x t h y, y xt, xn tm maka faktor integrasi adalah ln h y dy e. Contoh: Dipunyai PD x t t 3 x 4 dx 3. Tentukan faktor integrasinya! Penyelesaian: Jelas M x, t M 1 x x 3 4, 3 N x t t t x N t 1 9tx 4 M x N t 4 Sehingga 1 1 9tx 4 9t x 3 5 xn tm xt 3t x xt 3 5 3t x Jadi M N x t 9tx xn tm 3t x xt 3 g y y

33 Jadi faktor integrasi PD di atas adalah 3 g ydy dy 3ln y 3 y ln y 3 e e e e y 1 y 3 Jadi 1 1 y 3 xt 3 Berikut ini contoh penerapan faktor integrasi untuk mencari solusi umum PD order satu. Contoh: Tentukan solusi dari persamaan diferensial biasa linear order satu dari dx x t Penyelesaian: Dari dx x t g t dan diperoleh 1 q t t Diperoleh faktor integralnya 1 e e e p t t Selanjutnya kedua ruas kita kalikan dengan diperoleh dx t t e x e t dx t t t e e x e t t d e x t e t t t e x e t t t t e x e t e e t c x t t t t e x e t e c 1 t e x t 1 c 1

34 1 Jadi dari dx x t diperoleh solusi x t 1 c1 dengan c 1 suatu kontanta..5. Persamaan Diferensial Biasa Order Dua.5..1 Persamaan Diferensial Linear Order Dua Homogen dengan Koefisien Konstanta Perhatikan PD linear order dua homogen dengan koefisien konstanta yang berbentuk x bx cx (.8) Dimana b dan c merupakan konstanta. Dengan demikian persamaan diferensial order dua homogen bisa ditulis Ambil x e t, dan agar x e t solusi PD (.8). Dari x e t diperoleh x e t dan x t e Disubstitusikan ke PD (.8) menjadi t t t e be ce t e b c t Karena e x dan maka b c (.9) Persamaan (.9) disebut persamaan karakteristik dari (.8), dan akar-akar (.9) disebut akar-akar karakteristik (.8) Ada 3 kemungkinan akar- akar dari b c

35 a) Akar real berbeda Bila 1 dan adalah dua akar real yang berbeda, maka 1 e t dan e t adalah solusi yang bebas linear. Jadi, solusi umum PD (.8) adalah 1t t x t Ae Be. Syarat akar real berbeda adalah D dengan kata lain b 4c. Contoh: Tentukan solusi umum dari PD x 5x 6x! Penyelesaian: Dari dari PD x 5x 6x diperoleh persamaan karakteristik atau 3 Jadi solusi umum PD di atas adalah X t Ae t Be t b) Dua akar sama Misalkan kedua akar dari persamaan karakteristik (.9) bernilai sama yakni 1 k maka X t e 1 X w t X t adalah solusi lainnya, maka 1 kt adalah salah satu solusi PD (.8). Bila

36 3 1 pt w t e karena kt 1 k adalah akar-akar pesamaan e a b c t maka 1 k p. Diperoleh Jelas 1 pt w t e kt e 1 k kt w t e e w t e e kt kt 1. w t t Jadi wt t sehingga didapatkan X tx t te kt 1. Jadi solusi umum untuk (.8) adalah kt kt X Ae Bte. Syarat akar-akar real sama adalah D dengan kata lain b 4c. Contoh: Tentukan solusi umum PD x 4x 4x! Penyelesaian: Dari PD x 4x 4x diperoleh persamaan karakteristik 4 4

37 4 1 1 Jadi solusi umum PD x 4x 4x adalah X Ae Bte t t c) Akar kompleks Misalkan salah satu akar (.9) adalah 1 i maka akar yang lainnya adalah i. Karena, maka 1t it X1 e e dan t it X e e Jadi solusi umum untuk PD (.9) adalah it it X C e C e. 1 X C e e C e e t ti t ti 1 t cos sin cos sin X C e t i t C e t i t t 1 X C e cos t C e isin t C e cos t C e isin t t t t t 1 1 X C e cos t C e cos t C e isin t C e isin t t t t t 1 1 t cos t X C C e t C i C i e sin t 1 1 Ambil A C1 C dan B C1i Ci sehingga didapatkan t t X Ae cos t Be sin t. Syarat akar-akar kompleks berbeda adalah D dengan kata lain b 4c. Contoh: Tentukan solusi umum PD x x x!

38 5 Penyelesaian: Didapatkan persamaan karakteristik dari PD di atas yaitu dengan akar-akarnya 1 1 i dan 1i sehingga 1 dan 1. t t Jadi solusi umum PD di atas adalah X Ae cos t Be sin t..5.. Persamaan Diferensial Chauchy PD linear order dua homogen yang berbentuk (.1) t x mtx nx Dimana m dan n di konstanta-konstanta disebut PD Chauchy atau PD Euler order dua.misalkan x t, t dan kita akan mencari agar x t solusi PD (.1). Dari x t diperoleh dan x 1 t x 1 t, kemudian disubstitusikan ke (.1), diperoleh Jelas 1 t t mt t n t 1 1 t mt nt m n t m n t 1 Karena t diperoleh m1 n (.11)

39 6 Disebut persamaan pembantu PD (.1). Ada 3 kemungkinan akar-akar persamaan t x mtx nx a) Akar Real Berbeda 1 Bila 1 dan adalah dua akar real yang berbeda, maka x t dan x t 1 adalah solusi yang bebas linear. Jadi solusi umum PD adalah x At Bt Contoh: Tentukan solusi PD 4 4! t x tx x Penyelesaian: Dari 4 4 diperoleh m 4 dan n 4, sehingga diperoleh t x tx x persamaan pembantu atau 1 Jadi, solusi PD 4 4 adalah t x tx x A t 4 x At Bt Bt 4 b) Dua akar sama Misalkan kedua akar dari persamaan karakteristik (.1) bernilai sama yakni 1

40 7 Jelas x1 t adalah salah satu solusi PD (.1), solusi lainnya dapat ditentukan dengan mencari x w t X t 1 wt, yaitu w t 1 t e mt t 1 t e m t 1 mln t e t 1 m lnt e t 1 m t t t m Karena 1 maka m 1 1 m 1. w t t ln t. 1 Jadi, m m m 1 1 dan Sehingga x ln t. t t ln t. Jadi solusi PD di atas adalah x At Bt ln t x t A Bln t, t. atau Khusus untuk t t t x t A Bln t, t., maka solusi umum adalah

41 8 Contoh: Tentukan solusi umum PD,! t x tx x t Penyelesaian: Dari PD di atas diperoleh m 1 dan n 1 sehingga diperoleh persamaan pembantu atau 1 x t A Bln t, t. Jadi solusi umum PD di atas adalah a) Akar kompleks Misalkan salah satu akar (.9) adalah 1 i maka akar yang lainnya 1t i adalah i. Karena, maka x t t dan x t t 1 i i i Jadi solusi umum untuk PD (.9) adalah x C1t Ct. i i lnt i lnt Disisi lain t e e cos lnt isin lnt dan i t cos lnt isin lnt. i Diperoleh x C1t Ct i cos ln sin ln cos ln sin ln C t t i t C t t i t 1

42 9 t C 1 cos lnt C1i sin lnt C cos lnt Ci sin lnt cos ln sin ln t C1 C t C1i Ci t Ambil A C C dan B C i C i 1. 1 Jadi x t Acos lnt Bsin lnt. Contoh: Tentukan solusi umum PD,! t x tx x t Penyelesaian; Dari PD di atas diperoleh persamaan pembantu i i i 1 i Sehingga i1 i Jadi solusi umum PD di atas adalah x t Acos lnt Bsin lnt.5..3 Persamaan Diferensial Linear Order Dua Tak Homogen dan Metode Koefisien Tak Tentu Tinjau persamaan diferensial linear order dua tak homogen a t x b t x c t g t (.1)

43 3 Dimana gt. Solusi umum untuk persamaan diferensial order dua tak homogen dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut, 1t t t x t xt c e 1t t c e xt, dimana x t c e c e h 1 h adalah 1 solusi yang berbasis pada persamaan diferensial order dua homogen sedangkan xt merupakan penyelesaian khusus dari persamaan diferensial order dua tak homogen. (waluya, 6). Untuk mencari xt kita harus menebaknya sesuai dengan permasalahan. Berikut ini aturan tebakan yang bisa dipakai untuk mencari solusi khusus xt : t 1. Jika g t e t, maka fungsi tebakannya x t Ae. Jika g t sin t atau g t cos t p cos sin x t A t B t p. maka fungsi tebakan n n 3. Jika g t a t... a t a t a maka... t 4. Jika g t t e n 1 maka p 1 t x t A t At A e t 5. Jika g t e cos t atau g t e t sin t p t cos sin x t e A t B t x t A t A t At A p n 1 maka fungsi tebakan 6. Jika g t g t g t, x t tebakan untuk g t dan x 1 g t, maka xp t x1t xt (Waluya, 6: 58 ) 1 1 t tebakan untuk

44 31 Contoh: Tentukan solusi persamaan diferensial order dua linear homogen dan tak homogen berikut ini: 1.. d x dx 3 x t 4 d x dx 3x 5e t d x dx 6x t 3 e t d y 4y sin 3x dx Penyelesaian : 1. PD homogen dari d x dx 3 x t 4 adalah d x dx 3 x sehingga diperoleh persamaan karakteristik 3 1. Diperoleh akar-akar karakteristik 1 1 dan t Jadi solusi homogennya x t Ae Be h t. Solusi p x diandaikan x A At A t p 1 dan dengan menurunkan p x diperoleh x p A1 At dan x p A. Kemudian disubstitusikan pada PD A 3 A A t A At A t t 4 diperoleh 1 1 d x dx 3 x t 4

45 3 A 3A 6A t A At A t t A A A A A t A t t Didapatkan A 3A1 A 4, 6A A1 dan A 1. 1 A 1 A 6A A 1 3 A A 3 A 3 A 3A A A A A 15 A 4 Jadi x t t 4 p. Jadi solusi umum PD d x dx 3 x t 4 adalah t t t x x Ae Be t t h p

46 33. Dari persamaan diferensial homogen d x dx 3x dapat diperoleh: Persamaan karakteristik Diperoleh akar-akarnya 1 3 dan 1. Jadi solusi homogen untuk d x dx 3x 3t t adalah x t Ae Be h. Selanjutnya tinggal kita cari solusi khusus dari d x dx 3 5 t 3 x e. Misalkan 3t x t Ae sehingga diperoleh turunan pertama dan kedua yang p masing-masing adalah 3t x p 3Ae dan 3t xp 9Ae. Kemudian kita substitusikan ke soal menjadi 3 x x 3x 5e t p p p 9Ae 3Ae 3 Ae 5e 3t 3t 3t 3t 9Ae 6Ae 3Ae 5e 3t 3t 3t 3t 1Ae 5e 3t 3t 1A 5 5 A 1 Sehingga diperoleh solusi khusus xp 5 e 1 3t

47 34 Jadi solusi umum untuk d x dx 3x 5e t adalah 5 h. 1 3t t 3t t x t x t Ae Be e d x dx 6x t 3 e t adalah 3. PD homogen dari d x dx 6x Diperoleh persamaan karakteristik 6 3, Diperoleh akar-akarnya 1 dan 3. Jadi solusi homogen untuk d x dx 6x t 3t adalah x t Ae Be. Untuk solusi khusus dari h d x dx 6 3 t x t e, kita andaikan x A At e t p 1. Dengan menurunkan x p diperoleh p x A At e A e A A At e dan p t t t x A A At e A e A A At e t t t Kemudian substitusikan x p, x p dan p d x dx 6x t 3 e t x pada PD Didapatkan A A At e A A At e 6 A At e t 3 e t t t t t A A At e t e 1 1 t

48 35 1 Diperoleh 4A 3A1 3 dan 4A1 1 A1, sehingga 4 1 4A A A 16 Jadi xp 15 1 t e 16 4 t d x dx 6x t 3 e t adalah Jadi solusi umum PD t t t t xh t xp t Ae Be t e Pertama kita cari dulu bentuk homogen dari dx 4x sin 3t yaitu d x 4x. Dari d x 4x diperoleh persamaan karakteristik 4. Dari perasamaan karakteristik 4 diperoleh 4. Sehingga diperoleh akar-akar karakteristik 1, i Dengan demikian diperoleh solusi homogen yaitu x Ae Be it it h.

49 36 it it Disisi lain Ae Acost i sin t sedangkan Be Bcost i sin t Sehingga x Acost i sin t Bcost i sin t h x Acost Ai sin t B cost Bi sin t h x Acost B cost Ai sin t Bi sin t h x A B cost Ai Bi sin t h Misalkan c1 A B dan c Ai Bi sehingga diperoleh solusi homogen 1 x t c cost c sin t. Selanjutnya untuk mencari solusi khususnya kita h tebak solusi khususnya dengan cos3 sin3 didapatkan turunan kedua 9 cos3 9 sin3 p x t A t B t, sehingga x t A t B t p Selanjutnya kita substitusikan menjadi x 4x sin3t p p 9A cos3t 9B sin 3t 4 Acos3t B sin 3t sin 3t 9Acos3t 4Acos3t 9Bsin3t 4Bsin3t sin3t 5Acos3t 5Bsin3t sin3t Diperoleh 5A A dan 5B B 5 Jadi solusi khusus untuk dx 4x sin 3t adalah X t sin3 t. 5

50 37 Jadi solusi umum untuk dx 4x sin 3t adalah t xh t xt c1cost csint sin3t Metode Variasi Parameter Sebelumnya kita melihat bahwa solusi khusus PD linear order dua tak homogen dengan koefisien konstanta dapat ditentukan apabila gt memiliki t bentuk khusus yaitu g t pt atau g t pte t cos sin dimana g t e p t t q t t atau bentuk lain yaitu p t polinomial berderajat n dan maksimum dari derajat pt dan qt adalah n. Sekarang sebagaimana menentukan solusi khusus dan solusi umum PD x a t x b t x g t (.1) Dimana at, btfungsi-fungsi dari t dan bentuk gt sebarang. Bila solusi komplementer dapat ditentukan, maka solusi khusus PD (.1) Dapat dicari dengan menggunakan metode variasi parameter. Caranya seperti berikut: Misalkan solusi umum PD(.1) adalah x Ax Bx (.13) k 1

51 38 Sekarang kita akan menentukan fungsi-fungsi At, dan Bt sehingga k x A t x B t x (.14) 1 Solusi khusus PD (.1) dari (.14) diperoleh x A t x t A t x t B t x t B t x t 1 1 A t x t B t x t A t x t B t x t 1 1 Kita memiliki fungsi-fungsi At, dan Bt sehingga A t x t B t x t (.15) 1 Maka x A t x t B t x t (.16) 1 Dari (.16) diperoleh x A t x t A t x t B t x t B t x t (.17) 1 1 Dengan substitusi (.14), (.16), dan (.17) dalam (.1) diperoleh A t x t a t x t b t x B t x t a t x t b t x A t x t B t x t g t (.18) 1 Karena x 1 dan x solusi PD (.1) adalah nol, sehingga (.18) menjadi A t x t B t x t g t (.19) 1

52 39 Dengan menggabungkan (.15) dan (.19) diperoleh dua persamaan dalam A t B t A t x1t B t xt A t x1 t B t x t g t Kedua persamaan ini memberikan solusi x t g t At W x, x dan B t 1 x t g t W x, x 1 (.) 1 1 Dimana W x, x dengan 1 x x x x 1 W x, x karena x 1 dan x bebas linear. 1 Dari (.) diperoleh x t g t dan Bt W x, x At 1 x t g t 1 (.1) W x, x 1 Jadi 1 1 W x1, x W x1, x x t g t x t g t x x t x t (.) adalah solusi khusus PD (.1). Contoh: Tentukan suatu solusi khusus PD x x csct! Penyelesaian: Solusi komplementer untuk PD di atas yaitu x Asin t Bcos t.

53 4 Jadi x1 sin t, x cost sin t cost W x1, x sin t cos t 1 cost sin t dan Dari rumus (.1) diperoleh x t g t cos t.csct cos t W x, x 1 sin t dan A t ln sin t 1 x t g t sin t.csct W x, x 1 1 B t t 1 Jadi x Asin t Bcos t sin t ln sin t t cos t adalah solusi khusus dari PD x x csct..5.3 Persamaan Diferensial Order Tinggi Persamaan Diferensial Linear Order Tinggi Persamaan diferensial order satu dan dua telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya, sekarang saatnya membahas PD order tinggi. PD n dengan n 3 biasa disebut PD order tinggi adalah PD. PD n yang berbentuk n,,,..., f t x x x g t (.3) disebut PD order n. Bila f linear dalam x, x,..., x n, maka PD (.3) disebut PD linear order n dan apabila gt disebut PD linear order n homogen.

54 41 Jadi secara umum bentuk PD linear order n adalah n n1 a t x a1 t x... an t x g t (.4) Contoh: Tentukan apakah PD order tinggi dibawah ini, linear atau tidak! Beri alasan! tx t 1 tx x tx x sin t t x t 1 Penyelesaian: tx t tx x 1 3 merupakan PD order 3 tetapi tak linear karena munculnya x pada PD tersebut sin 1 merupakan order 3 linear dengan tx x t t x t a t t, t, a t dan a t t a1 t sin Contoh: 3. Tentukan apakah PD dibawah ini homogen atau tidak! Beri alasan! x tx x t t t sin, t x t x xt Penyelesaian: x tx x t t t sin, adalah PD linear order 4 tak homogen karena gt

55 4. adalah PD order 3 homogen karena gt t x t x xt PD (.4) disebut PD linear order n dengan koefisien konstanta apabila a t, i,1,..., n adalah konstanta. PD (.4) disebut PD linear order n i homogen dengan koefisien konstanta apabila a t, i,1,..., n adalah konstanta dan gt, dan disebut PD linear order n tal homogen dengan koefisien konstanta apabila semua a t, i,1,..., n i i adalah konstanta dan g t. Contoh: 1. 5 x x x 3 4 adalah PD linear homogen order 5 dengan koefisien konstanta x x x x x 3 8 1, 1 adalah PD linear tak homogen order 4 dengan koefisien konstanta, karena x t x x x x x 6 4, adalah bukan PD linear dengan konstanta karena t bukan merupakan konstanta. Tinjau PD linear order n homogen n n1 a t x a1 t x... an t x (.5) Didefinisikan operator L sebagai berikut: n n1 d d L at a1t... a n n 1 n t (.6) dx dx Operator L adalah operator diferensial, oleh sebab itu PD (.5) dapat ditulis sebagai Lx.

56 43 Definisi.7 Fungsi x xt disebut solusi PD (.5) pada selang I apabila L x pada selang I. Bila dan x x t x x t 1 merupakan solusi PD (.5) pada selang I maka dapat diperlihatkan L x1 x,, R.(Supriyono,1:7) Solusi umum untuk PD (.5) adalah solusi yang memuat konstantakonstanta sehingga setiap solusi dapat diperoleh dari solusi umum dengan mengambil konstanta-konstanta yang sesuai. Jika x1, x,..., x n adalah n solusi PD (.5) yang bebas linear pada selang I, maka x C1x 1 Cx... Cnxn adalah solusi umum PD (.5) pada selang I, sehingga untuk mentukan solusi umum PD (.5) cukup dicari n buah solusi yang bebas linear. Contoh: Tentukan solusi umum PD 3 x x x! Penyelesaian: 3 t x x x memiliki tiga solusi masing-masing x1 e, x e t, x t 3 e yang bebas linear karena 1 3 t W x, x, x 6e, t sehingga diperoleh solusi x Ae Be Ce t t t. Jadi solusi untuk PD 3 x x x adalah x Ae Be Ce t t t. Menentukan solusi PD linear dengan koefisien konstanta

57 44 Tinjau PD linear order n n n1 x a1 x... anx (.7) Dimana a,..., 1 a n merupakan konstanta. Akan ditentukan sehingga x e t solusi PD (.7). Dengan substitusi x e t 1 dalam PD (.7) diperoleh n a1 n... a t n e t karena e maka n n 1 a1... a n (.8) Persamaan (.8) disebut persamaan karakteristik PD (.7). Contoh: Tentukan solusi umum PD 5 x x x 3 4! Penyelesaian: PD 5 x x x 3 4 mempunyai persamaan karakteristik Akar-akar karakteristiknya 1, 1,, 4 i, 5 i. 3 1 Bentuk umum solusi PD (.7) tergantung dari macam-macam akar karakteristik dan dapat diperinci sebagai berikut. a) Akar-akar real yang berlainan 1,,..., k memberikan fungsi-fungsi x e, x e, x e, x e sebagai solusi-solusi diantara solusi basis. 1t t 3 t 4t 1 3 4

58 45 b) Akar real yang kelipatan k memberikan solusi x1 e t, x te t,..., k 1 t xk t e yang bebas linear sebagai anggota-anggota solusi basis. c) Akar kompleks i yang berkelipatan k memberikan solusi-solusi t t t k1 t x11 e cos t, x1 e sin t, x1 te cos t,..., xk1 t e cos t dan x t e t. k1 t k sin Contoh: 1. PD 3 3 mempunyai persamaan karakteristik 4 3 x x x x Akar-akar karakteristiknya adalah, 1berkelipatan 3. Akar memberikan solusi x t 1 e 1 dan akar 1berkelipatan 3 memberikan solusi x e, x te, x t e. Jadi solusi umum PD tersebut adalah t t t 3 4 x C C e C te C t e. t t t PD x 3 4x memiliki persamaan karakteristik dengan akar-akar karakteristik 1, i dan i. Akar 1 memberikan solusi x t 1 e 1 dan akar-akar i dan i masing-masing memberikan solusi x cos t, x sint. Jadi solusi umum PD tersebut adalah 3 x C C cost C sin t 1 3

59 Persamaan Diferensial Linear Tak Homogen Order Tinggi Tinjau persamaan diferensial linear order n tak homogen n n1 a t x a1 t x... an t x g t (.9) Dan persamaan diferensial linear order n homogen n n1 a t x a1 t x... an t x (.3) Kaitan antara solusi umum persamaan diferensial tak homogen (.9) dengan solusi umum PD homogen (.3) pada order n serupa dengan PD order dua. Contoh: Tentukan solusi umum PD di bawah 4 3 x x t! Penyelesaian: PD 4 3 x x t memiliki persamaan karakteristik homogen Akar-akar persamaan adalah 1 dan berkelipatan 3. Jadi solusi homogennya x C e C C t C t. Karena h t berkelipatan 3 dan g t t polinom berderajat maka solusi khusus diandaikan x A t At A t, sehingga turunannya diperoleh p

60 47 3 x 3A t 4At 5A t, x 6A t 1At A t, x 6A 4At 6A t p p 1 3 p 1 4, x 4A 1A t p 1 Disubstikan turunannya dengan PD tersebut diperoleh Jelas p x x A A t A At A t t 4 3 p 4A 6A 1 A 4A t 6A t t Didapatkan 6A 1 A, 6 1 1A 4A1 4A1 A1,dan 1 1 4A1 6A 6A A 3 Diperoleh solusi khusus t t t xp dan solusi umum t t t t x C1e C C3t C4t Jadi solusi umum PD di atas adalah t t t t x C1e C C3t C4t Sistem Persamaan Diferensial Definisi.8 Misalkan suatu sistem diferensial biasa dinyatakan dalam bentuk sebagai n x Ax b; x x, x R (.31)

61 48 Dengan A adalah matriks koefisien konstan berukuran n n dan b adalah vektor konstan, sistem persamaan (.31) disebut sistem persamaan diferensial biasa linear order satu dengan kondisi awal x x. Jika b maka sistem dikatakan homogen sedangkan jika b maka sistem dikatakan tak homogen. (Tu, 1994) Definisi.9 Diberikan sistem persamaan diferensial x f t, x (.3) Dengan x1 x x xn t t t dan f t, x f1 t, x1,..., x f t, x1,..., x fnt, x1,..., x n n n adalah fungsi tak linear dalam x 1,..., x n. Sistem persamaan (.6) disebut sistem persamaaan diferensial tak linear. (Braun, 1983) Definisi.1 Diberikan sistem persamaan diferensial (SPD) dx x f x n x R (.33) Sistem (.33) disebut Sistem Persamaan Diferensial Mandiri (SPDM) Dengan f fungsi kontinu bernilai real dari x dan mempunyai turunan parsial kontinu. SPD tersebut disebut SPD Mandiri (automous) jika tidak memuat waktu(t) secara eksplisit di dalamnya (Tu, 1994)

62 49.7 Model Epidemi SIR Klasik Model SIR klasik adalah model epidemik yang paling sederhana dimana model dijelaskan oleh Kermack dan McKendrick pada tahun 197, model ini dibagi menjadi tiga kompartemen masing masing meliputi suspected (S), infected (I), dan recovered (R). Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing masing kompartemen. Suspected (S) adalah kelompok individu yang rentan dan berpotensi tertular penyakit. Infected (I) adalah kelompok individu yang sudah tertular penyakit dan berpotensi menularkan penyakit ke suspectible. Recovered (R) adalah kelompok individu tidak mungkin lagi tertular bisa dikarenakan sudah sembuh dan memiliki kekebalan atau individu yang bersangkutan sudah hilang atau mati. Model SIR ini ditulis menggunakan persamaan diferensial biasa. Berikut ini bisa diamati diagram transfer dari model SIR klasik yang paling sederhana dan penjelasannya. S SI ri ri I R Gambar.1 Diagram Transfer Model SIR Klasik Dari diagram transfer di atas diperoleh model matematika persamaan diferensial: ds SI di SI ri

63 5 dr ri S I R N Parameter model SIR di atas adalah sebagai berikut. N = besarnya populasi total, N >, β = laju kontak antara individu rentan dengan individu terinfeksi, r = konstanta penyembuhan per kapita..8 Penyakit Flu Burung.8.1 Etimologi Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang termasuk dalam famili Orthomyxoviridae dan mempunyai diameter 9-1 nanometer. Virus influenza B dan C dapat diisolasi dari manusia dan sifatnya kurang patogen dibanding dengan virus influenza A.(Asmara, 7) Virus flu burung dapat bertahan dalam air dengan suhu C selama 4 hari dan pada suhu C pemanasan 8 C selama 3 hari. Pada daging ayam akan mati pada selama 1 menit, dan pemanasan 6 C selama 3 menit. Virus Avian Influenza pada telur ayam akan mati pada pemanasan 64 C selama 4,5 menit.virus itu akan bertahan lama dalam feses ayam. Sifat virus yang tidak stabil mudah bermutasi dari tidak ganas menjadi ganau maupun sebaliknya.(naipospos, 9).

64 51.8. Gejala dan tanda Virus avian influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, dari patogen ringan (low pathogenic) sampai sampai yang bersifat patogen ganas atau fatal (highly pathogenic). Virus flu burung yang ganas ditandai dengan proses penyakit yang cepat dan disertai tingkat kematian tinggi. Gejala yang dapat terjadi pada unggas yang terserang virus flu burung yang ganas itu adalah: 1. Terjadi gangguan produksi telur yang sangat drastis, sehingga produksi telur berhenti sama sekali. Selain itu pada telur yang terlanjur keluar juga cendrung mengalami gagal tetas.. Mengalami gangguan pernafasan seperti batuk, bersin dan ngorok. 3. Jengger berwarna kebiruan. 4. Kaki berwarna kemerah-merahan seperti dikeroki dan jika dibuka terdapat pendarahan. 5. Lakriminasi atau pengeluaran leleran dari mata secara berlebihan. 6. Peradangan pada sinus atau lubang hidung. 7. Unggas mengalami kerontokan pada bulunya. 8. Pendarahan dibawah kulit, terutama didaerah kaki, pial, dan kepala. 9. Diare. 1. Gangguan syaraf, yang ditandai unggas yang membenturkan kepalanya 11. Gangguan keseimbangan,seperti berdiri dan berjalan sempoyongan 1. Tingkat kematian tinggi. (Yuliarti, 6)

65 5 Gejala flu burung pada manusia meliputi hal-hal berikut ini: 1. Demam (suhu badan di atas 38 C ). Lemas. 3. Pendarahan hidung dan gusi 4. Sesak nafas 5. Muntah dan nyeri perut disertai diare 6. Batuk dan nyeri tenggorokan. 7. Radang saluran pernafasan 8. Pneumonia 9. Infeksi mata 1. Nyeri otot (Radji, 6: 61).8.3 Pengobatan dan Pencegahan Dalam upaya pengobatan dan pencegahan penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia, terdapat 4 macam obat anti viral, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan oseltamivir atau yang lebih dikenal dengan nama tamiflu. Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus. Namun kedua obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh virus HN 5 1 yang saat ini beredar luas. Sedangkan mekanisme kerja zanamivir dan asetamivir dapat menghentikan replikasi virus HN.(Radji, 5 1 6: 61)

66 53.9 Titik Kesetimbangan (Ekuilibrium) Definisi.11 Diberikan sistem persamaan diferensial dx x f x n x R Titik x disebut titik kesetimbangan jika f x. (Tu, 1994) Definisi.1 Diberikan fungsi f f f f ' fi C E,, i 1,,..., n Matriks. 1,,..., n pada sistem x f (x) dengan Jf x f1 f1 x x1 xn fn fn x x1 xn x x Dinamakan matriks jacobian f di titik x (kocak & Hole, 1991) Definisi.13 Sistem linear x Jf ( x)( x x) disebut linearisasi sistem x f (x) di sekitar titik x (Perko, 1991). Teorema.14 Diberikan matriks Jacobian Jf (x) dari sistem nonlinear x f (x), dengan nilai eigen. a) Jika semua bagian real nilai eigen dari matriks Jf (x) bernilai negatif, maka titik ekuilibrium x dari Sistem nonlinear x f (x ) stabil asimtotik lokal.

67 54 b) Jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks Jf (x) yang bagian realnya positif, maka titik ekulibrium x stabil (Olsder, 1994)..1 Nilai Eigen dan Vektor Eigen dari sistem nonlinear x f (x ) tidak Misalkan A adalah matriks n x n, maka suatu vektor tak nol x di dalam n disebut vektor eigen dari A, jika untuk suatu skalar λ, yang disebut nilai eigen dari A, berlaku: Ax = λx. (.34) Vektor x disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen λ. Untuk mencari nilai eigen dari matriks A yang berukuran n x n, maka persamaan (.34) dapat dituliskan sebagai berikut: (λi - A) x =. (.35) Dengan I matriks identitas. Persamaan (.34) mempunyai solusi tak nol jika dan hanya jika, det(λi - A) =. (.36) Persamaan (.36) disebut persamaan karakteristik (Anton, 1995: 77)..11 Kriteria Routh-Hurwitz Misalkan a, a1, a,... a k bilangan-bilangan real, Semua nilai eigen dari persamaan karakteristik k k 1 p a a... a a 1 k1 k Mempunyai bagian real yang negatif jika dan hanya jika determinan dari matriks M untuk setiap i,1,,..., k i i

68 55 M j a1 a3 a5 a a a 4 a1 a3 a a a i1 i i3 a i bernilai positif, dimana a j jika j k.(fisher, 199) Teorema.15 Dipunyai persamaan karakteristik 3 p A B C dimana ABCbilangan-bilangan,, real. Jika ABCpositif,, dan AB C maka semua nilai eigen dari persamaan karakteristik p bernilai real negatif. Bukti: Dari persamaan 3 p A B C maka diperoleh a 1, a A, a B, a C dan a 1 3 i jika i selainnya. Berdasarkan kriteria Routh-Hurwizt, maka bagian real dari setiap akar polinomial 3 p A B C adalah negatif jika dan hanya jika M1, M, M 3, dimana M1 a1 A 1 a a A C 1 3 M AB C a a 1 B

69 56 a a A C M a a B ABC C a a A C 1 3 i. Dari 1, diperoleh A. ii. iii. Dari Dari, diperoleh AB C AB C. 3 dapat ditulis ABC C C AB C,dari diperoleh AB C berakibat C. Dengan demikian diperoleh bahwa bagian real dari setiap akar polinomial 3 p A B C adalah negatif jika dan hanya jika A, C dan AB C..1 Maple Maple adalah salah satu software yang sering digunakan dalam simulasi dalam pemodelan matematika. Maple sendiri dikembangkan oleh Waterloo Inc. Kanada. Menu-menu yang terdapat pada tampilan program Maple ini terdiri dari menu File, Edit, View, Insert, Format, Spreadsheet, Option, Window, dan Help. Sebagian besar menu-menu di atas merupakan menu standar yang dikembangkan untuk program aplikasi pada system operasi Windows. Maple memiliki banyak kelebihan salah satunya karena kemampuan untuk menyederhanakan persamaan, hingga suatu solusi persamaan diferensial dapat dipahami dengan baik. Selain itu maple juga memiliki kemampuan untuk

70 57 membuat animasi grafik dari suatu fenomena gerakan yang dimodelkan ke dalam persamaan diferensial yang memiliki nilai awal dan syarat batas (Kartono, 1). Dalam pemodelan matematika khususnya yang menggunakan sistem persamaan diferensial pernyataan yang sering digunakan dalam maple meliputi: diff digunakan untuk mendiferensialkan (menurunkan) suatu fungsi, dsolve digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial, evalf memberikan nilai numeric dari suatu persamaan, dan simplify digunakan untuk menyederhanakan suatu persamaan. Namun tentu saja pernyataan-pernyataan awal seperti restart dan deklarasi variabel/konstanta yang diperlukan tidak boleh diabaikan. Untuk membuat grafik pada Maple digunakan perintah plot, plotd, plot3d, tergantung dimensi dari pernyataan yang dimiliki. Untuk membuat gerakan animasi digunakan perintah animate3d (Kartono, 1).

71 BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 3.1 Menentukan Masalah Pada tahap awal, penulis membaca dan menelaah beberapa sumber pustaka. Dari kajian tersebut, penulis menemukan permasalahan umum yaitu pemodelan matematika pada penyakit. Permasalahan ini masih terlalu luas, sehingga diperlukan rumusan masalah yang lebih spesifik. 3. Merumuskan Masalah Tahap ini dimaksudkan untuk merumuskan permasalahan dengan jelas sehingga mempermudah pembahasan, permasalahan yang dibahas adalah: (1) Bagaimanakah model matematika yang tepat untuk penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia? () Bagaimanakah analisis kestabilan model penyebaran penyakit flu burung dari unggas ke manusia? (3) Bagaimanakah simulasi model penyebaran penyakit flu burung menggunakan program Maple? 3.3 Studi Pustaka Studi pustaka adalah menelaah sumber pustaka yang relevan digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA UJM2(1)(2013) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN FLU BURUNG DARI UNGGAS KE MANUSIA Siswanto,Supriyono,Wuryanto Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si. PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza), BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah lingkungan adalah masalah dasar dalam kehidupan manusia dan menjadi tanggung jawab bersama. Banyak permasalahan lingkungan yang bermunculan terkait lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh

ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh ANALISIS MODEL EPIDEMIK SEIRS PADA PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Rupi Mitayani NIM 091810101023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunanturunan dari fungsi yang tidak diketahui (Waluya, 2006). Contoh 2.1 : Diberikan persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model matematika penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi, diantaranya formulasi model penyakit campak, titik ekuilibrium bebas penyakit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada bab III nanti, di antaranya model matematika penyebaran penyakit,

Lebih terperinci

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA Dian Permana Putri 1, Herri Sulaiman 2 FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2 KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS 1 Dian Permana Putri, Herri Sulaiman 1, FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala BAB III PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyata Flu Burung (Avian Influenza) Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian dan Sejarah Tuberkulosis Tuberkulosis TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS

ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS ANALISIS PENYEBARAN PENYAKIT DIARE SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB KEMATIAN PADA BALITA MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIKA SIS (SUSCEPTIBLE-INFECTED-SUSCEPTIBLE) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN MODEL SEII T (SUSCEPTIBLE-EXPOSED-ILL- ILL WITH TREATMENT) PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si Oleh Nara Riatul Kasanah 1209100079 Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG MANSYUR A. R.1 TOAHA S.2 KHAERUDDIN3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu, Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta

Lebih terperinci

skripsi satu syarat Sarjana Sains oleh Allief Nashrullah JURUSAN MATEMATIKAA

skripsi satu syarat Sarjana Sains oleh Allief Nashrullah JURUSAN MATEMATIKAA PEMODELAN SIRS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI MANUSIA DENGAN LAJU RECRUITMENT AND DEATH skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Dinita Rahmalia Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, Abstrak. Di Indonesia terdapat banyak peternak unggas sebagai matapencaharian

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.646 ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Herri Sulaiman Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I Pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL AKHIRUDDIN Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh : SITI RAHMA 18544452 FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A.

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 235-244 ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Hidayu Sulisti, Evi Noviani, Nilamsari Kusumastuti

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN

PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN PEMODELAN SIRPS UNTUK PENYAKIT INFLUENZA DENGAN VAKSINASI PADA POPULASI KONSTAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Ardian Dwi

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga

Lebih terperinci

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI Mohammmad Soleh 1, Siti Rahma 2 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Soebrantas No 155 KM 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru muhammadsoleh@uin-suskaacid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tuberkulosis adalah penyakit yang penularannya langsung dari penderita TB yang terinfeksi oleh strain TB yaitu Microbacterium tuberculosis. Menurut

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5 III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul Analisis Kestabilan

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkap perilaku suatu permasalahan yang nyata. Model matematika dibuat berdasarkan asumsi-asumsi.

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI. Oleh

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI. Oleh ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM TIFOID (TIFUS) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EPIDEMIK SEIS SKRIPSI Oleh Mohammad Lutfi Hafi NIM 091810101022 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang mendasari penelitian. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada bab ini juga dijelaskan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hama adalah organisme yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Secara umum, organisme tersebut adalah mikroorganisme

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 11 PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny Program Studi Matematika, Jurusan MIPA, Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan makhluk hidup ini banyak permasalahan yang muncul seperti diantaranya banyak penyakit menular yang mengancam kehidupan. Sangat diperlukan sistem untuk

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit menular merupakan masalah kesehatan utama di hampir setiap negara, termasuk Indonesia. Beberapa penyakit dapat menyebar dalam populasi hingga menyebabkan

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN Oleh: Labibah Rochmatika (12 09 100 088) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko M.Si Drs. Lukman

Lebih terperinci

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sischa Wahyuning Tyas 1, Dwi Lestari 2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Universitas

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN

KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN OLEH : TASLIMA NRP : 1209201728 DOSEN PEMBIMBING 1. SUBCHAN, M.Sc, Ph.d 2. Dr. ERNA APRILIANI, M.Sc ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIS DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN MALARIA DI KABUPATEN JEMBER

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIS DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN MALARIA DI KABUPATEN JEMBER KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIS DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT UNTUK PENYEBARAN MALARIA DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Alfi Nur Huda NIM 091810101045 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG)

MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG) MODEL MATEMATIKA DAN SOLUSI DARI SISTEM GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN (GETARAN TERGANDENG) skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Jurusan Matematika oleh Wahyu

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate

Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate Analisis Kestabilan Model MSEIR Penyebaran Penyakit Difteri Dengan Saturated Incidence Rate I Suryani 1 Mela_YuenitaE 2 12 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan karena jika seseorang mengalami masalah kesehatan maka aktivitas seseorang tersebut akan terganggu. Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 153 162. ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Hendri Purwanto,

Lebih terperinci

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI Mohammad soleh 1, Leni Darlina 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA ANALYSIS OF STABILITY OF SPREADING DISEASE MATHEMATICAL MODEL WITH TRANSPORT-RELATED INFECTION

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL TAK LINEAR MENGGUNAKAN METODE THREE-TIME MULTIPLE SCALE

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL TAK LINEAR MENGGUNAKAN METODE THREE-TIME MULTIPLE SCALE SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL TAK LINEAR MENGGUNAKAN METODE THREE-TIME MULTIPLE SCALE skripsi disajikan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. 1 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 JURUSAN MATEMATIKA Nurlita Wulansari (1210100045) Dosen Pembimbing: Drs. M. Setijo Winarko, M.Si Drs. Lukman Hanafi, M.Sc FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

Unnes Journal of Mathematics

Unnes Journal of Mathematics UJM 2 (2) (2013) Unnes Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL MATEMATIKA WABAH FLU BURUNG PADA POPULASI UNGGAS DENGAN PENGARUH VAKSINASI Frestika Setiani Sya'baningtyas,

Lebih terperinci

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis Nara Riatul Kasanah dan Sri Suprapti H Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan oleh Rr Laila Ma rifatun 08610039

Lebih terperinci

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 173 182. ANALISIS KESTABILAN LOKAL MODEL DINAMIKA PENULARAN TUBERKULOSIS SATU STRAIN DENGAN TERAPI DAN EFEKTIVITAS CHEMOPROPHYLAXIS

Lebih terperinci

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [ Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL) ] Jika suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : x=ax+b,x(0)=x0,x~%"

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis

KATA PENGANTAR. Penulis KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim... Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM

PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM PEMODELAN MATEMATIKA PADA SISTEM REDAMAN MERIAM skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Eri Prasetiyo 4150406506 JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: A adalah matriks koefisien konstan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model penyebaran penyakit AIDS dengan adanya transmisi vertikal pada AIDS. Dari model matematika tersebut ditentukan titik setimbang dan kemudian dianalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN

MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN UJM 5 (2) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL EPIDEMI SEIV PENYEBARAN PENYAKIT POLIO PADA POPULASI TAK KONSTAN Yanuar Chaerul Umam, Muhammad Kharis, Supriyono

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A

ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A 005 049 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS INFLUENZA SKRIPSI Oleh Elok Faiqotul Himmah J2A413 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED) Amir Tjolleng 1), Hanny A. H. Komalig 1), Jantje D. Prang

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 163-172 ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA Auliah Arfani, Nilamsari Kusumastuti, Shantika

Lebih terperinci