BAB III PERALATAN UKUR TANAH DAN SYARAT PENGGUNAANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERALATAN UKUR TANAH DAN SYARAT PENGGUNAANNYA"

Transkripsi

1 MINGGU KE 4,5&6 Diskripsi singkat : Materi perkuliahan minggu 4,5 &6 minggu ini membicarakan tentang peralatan ukur tanah dari yang sederhana hingga elektronis, dan syarat-syarat penggunaannya masing-masing. Manfaat : Dengan memahami materi kuliah ini, maka mahasiswa akan dapat melakukan pengukuran dengan baik dan benar sehingga data Relevansi ukuran diharapkan diharapkan juga baik dan benar. : Tanpa dukungan materi ini maka tujuan pokok mata kuliah ini tidak mungkin akan dapat diwujudkan Learning Outcome : Mahasiswa memahami macam-macam peralatan dalam ukur tanah dan syarat-syarat penggunaannya. BAB III PERALATAN UKUR TANAH DAN SYARAT PENGGUNAANNYA Peralatan ukur tanah meliputi alat-alat pengukur jarak, arah atau azimut, sudut, dan beda tinggi. Masing-masing alat tersebut banyak macam-macam dan jenisnya serta Merk dan pabrik pembuatnya. Demikian pula masing-masing jenis alat memerlukan alat-alat bantu sebagai kelengkapannya. III.1. Metode-Metode Pengukuran Jarak. Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak dalam bidang horisontal, yang merupakan jarak terpendek antara dua buah titik tersebut. Langsung Sistem stadia Pengukuran jarak Tak langsung Optis Elektro optis Elektronis Sistem tangensial Sistem substenbar Sistem bayangan rangkap Gambar III.1.Bagan pengukuran jarak 1

2 Jarak dapat diukur atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan. Adapun metode pengukuran jarak dapat diuraikan seperti bagan tersebut di atasi. Untuk pengukuran jarak tidak langsung cara elektronis dan elektrooptis tidak dibicarakan dalam Ilmu Ukur Tanah I, namun akan diungkap dalam semester selanjutnya. III.2. Peralatan dan Pengukuran Jarak Langsung Pengukuran jarak cara langsung menggunakan peralatan utama antara lain berupa : a. pita ukur : yang terbuat dari baja, fiberglass, plastik, kain atau campuran dari padanya. b. pegas uku : yang terbuat dari pelat/pita baja dan dilengkapi dengan pegas pengukur ketegangan. c. rantai ukur : terbuat dari kawat baja. d.kayu ukur dll. Panjang alat-alat ukur jarak tersebut berkisar antara 20 sampai 50 m (kecuali kayu ukur hanya 3-5 m) dan lebar antara 1 sampai 2 cm dan tebal antara 0,1 sampai 0,2 mm, walaupun ada pula yang panjangnya 100 m. Satuan pembagian pada alat-alat ukur jarak tersebut, umumnya ada dua macam, dalam meter dengan pembagian terkecil 0,5 cm sampai 1 mm dan disebaliknya dalam feet dengan pembagian terkecil 0,125 inchi sampai 0,1 inchi. Pita ukur umumnya digulung dalam piranti penggulung khusus, ada yang terbuka dan ada yang tertutup (dalam selongsong). Sedangkan alat-alat bantu antara lain : a. Yalon atau anjir, yaitu tongkat kayu, alminium atau besi berdiameter antara 1,5 sampai 3 cm panjang antara 1,5 sampai 3 m yang runcing di bagian bawah dan dicat merah-putih atau hitam-putih setiap 20 sampai 30 cm, digunakan untuk pelurusan. Tongkat ini dapat berupa satu batang penuh atau berupa dua batang sambungan yang dapat dilepas, fungsinya untuk pelurusan.. b. Pen ukur yang terbuat dari kawat baja. 2

3 c. Benang dan unting-unting. d. Klinometer atau helling meter atau Abney level. e. Jepitan penarik. f. Pegas pengukur ketegangan. g. Cermin atau prisma sudut (untuk penyiku) dll. Pelaksanaan pengukuran jarak dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu : a. Pelurusan arah antara dua titik yang akan diukur b. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri.. Gambar III.2. Macam-macam pita ukur pita ukur 1. Pegas pengukur ketegangan 2.Klem eksentrik 3

4 Gambar III.3 Rantai ukur, pegas ukur dan pegas pengukur ketegangan Gambar III.4. Klinometer dan Abney level. Gambar III.5. Alat-alat bantu pengukuran jarak langsung ( pen ukur, unting-unting, anjir/jalon ) 4

5 III.2.1. Pelurusan Pelurusan ini dilakukan apabila jarak yang akan diukur tidak dapat dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur dan atau permukaan tanahnya tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu dipenggal-penggal agar setiap penggal dapat dilakukan pengukuran jarak dengan sekali bentangan pita ukur dan pita ukur dapat ditarik hingga mendatar. Apabila jarak yang akan diukur dari titik A ke B, seperti gambar III.6, maka di titik A dan B ditancapkan anjir vertikal. Orang pertama melihat dari belakang anjir di A sedemikian hingga anjir di A dan B kelihatan menjadi satu. Orang kedua membawa anjir j 1 dan dengan aba-aba dari orang pertama untuk bergeser ke kanan atau kiri sedemikian hingga orang pertama melihat anjir j 1 kelihatan menjadi satu dengan anjir di A dan B, ini berarti bahwa anjir j 1 telah segaris dengan A dan B, kemudian baru anjir j 1 tersebut di tancapkan vertikal. A J1 J2 Gambar III.6. Pelurusan. J3 B Dengan cara yang sama dilakukan terhadap j 2, j 3 dan seterusnya. Jumlah anjir yang harus ditancapkan di antara A dan B tergantung dari jarak yang akan diukur serta kemiringan medannya. Untuk jarak yang jauh menjadi semakin banyak, demikian pula untuk medan yang kemiringannya besar. III.2.2. Pelaksanaan pengukuran Pengukuran jarak langsung minimal dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegangi bagian awal pita ukur, dan orang ke dua menarik pita ukur diujung yang lain.ujung awal (skala 0) pita ukur ditepatkan di A oleh orang pertama, kemudian pita ukur dibentangkan dan ditarik hingga lurus dan mendatar hingga menyinggung anjir j 1, 5

6 B Gambar III.7. Pengukuran jarak langsung pada medan yang datar. kemudian di ujung pita ukur misal a 1 tancapkan pen ukur dan angka panjang pita ukur dibaca oleh orang ke dua, data pembacaan dicatat. Kemudian pengukuran dimulai lagi dari a 1 sampai a 2 seperti prosedur di atas, dengan angka nol pita ukur di impitkan pada pen ukur a 2 pita ukur ditarik lurus dan mendatar menyinggung anjir j 2, pada ujung pita ukur tancapkan lagi pen ukur a 3 dan baca lagi angka panjangan pita ukurnya serta catat dalam formulir. Demikian seterusnya hingga sampai di B. Pengukuran dari A ke B dinamakan pengukuran pergi. Kemudian dengan cara yang sama diukur pulang dari B ke A. Biasanya hasil ukuran jarak antara pergi dan pulang tidak sama dan hasilnya dirata-rata. Rasio ketelitian pengukuran jarak yang dilakukan adalah selisih pergi dan pulang dibagi dengan jarak rata-rata. Ketelitian yang dapat dicapai dengan pengukuran jarak langsung berkisar dari 1:500 sampai 1:3000. P Gambar III.8. Pengukuran jarak langsung pada medan yang miring. Q 6

7 m m m m m Gambar III..9.Bacaan jarak datar dengan bantuan benang unting-unting Pada medan yang miring antara P dan Q, juga dilakukan pelurusan dan pembuatan penggalpenggal lebih dahulu. Baru kemudian dilakukan pengukuran jarak untuk setiap penggalnya. Di sini pita ukur ditarik sehingga mendatar (bisa dengan alat khusus dan pengukur ketegangan) dan batas penggal jarak yang diukur di tanah diperoleh dengan bantuan unting-unting yang digantung dengan benang dari pita ukur yang direntangkan dan pada ujung unting-unting di atas tanah ditancapkan pen ukur. Angka bacaan jarak dibaca pada angka yang berimpit dengan benang unting-unting. Selain dengan cara tersebut, pengukuran dapat pula dilakukan pada permukaan tanah yang miring, kemudian besarnya kemiringan medannya ( ) diukur dengan alat klinometer atau Abney level sehingga jarak datar = jarak miring cos III.2.3. Cara pencatatan data ukuran jarak langsung. Agar data ukuran-ukuran jarak yang banyak tidak membingungkan dan menjadi lebih sistematik dan mudah dipahami orang lain, maka data tersebut dicatat dalam formulir ukur atau buku ukur dan disertakan sket pengukuran, arah pengukuran dan cara penulisan data dengan aturan yang baku atau seragam. A B a. sekali bentangan A J1 J2 J3 B b. beberapa kali bentangan Gambar III.10. Cara penulisan data jarak. 7

8 m m m m Contoh 1. Misal jarak AB yang akan diukur cukup dengan satu kali bentangan pita ukur, hasil ukuran misalnya =38,425 m, maka pada sket di titik B ditulis angka 38,425 m dengan dua garis bawah, dan angka jarak tegaklurus garis AB. Contoh 2. Pengukuran jarak AB dilakukan dengan 4 kali bentangan pita ukur. Bentangan pertama dari A ke J 1 jaraknya 20,570 m, bentangan ke dua dari J 1 ke J 2 jaraknya 24,635 m, sehingga jarak A ke J 2 = 20,570 m + 24,635 m = 45,265m. Maka didalam sket pada titik J 2 dituliskan 45,265m. Demikian pula pada bentangan ke tiga pada pengukuran jarak dari J 2 ke J 3 yang jarak ukurannnya misalnya = 26,220 m, di J 3 ditulis 71,485 m. Di titik B yang merupakan jarak dari A ke B, misal karena jarak ukuran dari J 3 ke B = 16,785 m, maka ditulis : 88,270 m dengan dua garis bawah, yang menunjukkan pengukuran dari A ke B berakhir di titik B dengan jarak AB = 88,270 m. Contoh 3. Pada pengukuran jarak yang mempunyai terminasi, misal jarak yang akan diukur dari A ke B, namun diantara A dan B ada titik F misalnya, dan diperlukan juga informasi jarak AF dan BF, maka pencatatan data dan sketnya sebagai berikut: m A J1 F J2 B Gambar III.11. Pencatatan data ukuran jarak dengan terminasi. Dari gambar di atas berarti ukuran jarak dari A ke J 1 = 20,570 m, dan dari J 1 ke F = 24,635 m, dan di F ditulis angka 45,265 m dengan dua garis bawah.pengukuran jarak dilakukan lagi mulai dari F ke J 2, data ukuran 26,220 m, dan dari J 2 ke B data ukuran = 16,785 m, dan di titik B ditulis angka 43,005 m dengan dua garis bawah. Sehingga apabila dibutuhkan jarak dari A ke B = jarak AF + FB = 45,265 m + 43,005 m = 88,270 m. Apabila dalam sket hanya akan dituliskan jarak total suatu garis, maka ditulis kira-kira ditengah antara dua titik yang diukur jaraknya dengan diberi tanda kurung 8

9 x atau x A < 88,275> B Gambar III.12. Penulisan data jarak penuh. III.2.4. Pengukuran jarak langsung dalam rintangan Di lapangan kadang-kadang antara dua titik yang akan diukur jaraknya tidak langsung dapat saling terlihat karena adanya halangan misalnya : gedung atau rumah, semak-semak, rumpun bambu, bukit, tanggul sungai atau bahkan harus menyeberang sungai yang cukup lebar dan lain-lain. Untuk itu biasanya digunakan alat bantu seperti cermin sudut atau prisma sudut, cross staff dan lain-lain untuk membuat garis tegak lurus garis lain, sehingga dengan bantuan geometrik yang kita buat pengukuran jarak yang dimaksud bisa didapat walaupun pengukurannya tidak langsung pada garis yang dimaksud. Apabila antara A dan B yang akan diukur jaraknya tidak dapat saling terlihat karena terhalang bukit seperti gambar III.14.a. di bawah ini misalnya, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Tancapkan anjir di A dan B, orang pertama membawa anjir menempat di C 1 dan melihat ke B. Beri aba-aba agar orang kedua mendirikan anjir di D 1 segaris dengan C 1 B.. Gambar III.13. Cermin/prisma penyiku optis. 9

10 B C A D Gambar III.14. Pelurusan yang terhalang bukit kecil dan pengukuran jarak langsung menyeberang sungai. Kemudian orang kedua di D 1 melihat ke A, beri aba-aba agar orang pertama mendirikan rambu di C 2 segaris dengan D 1 A. demikian berganti-ganti sehingga orang pertama melihat ke orang kedua segaris dengan CB, demikian pula orang kedua melihat ke orang pertama kelihatan segaris dengan DA. Pada kasus pengukuran jarak langsung dari A ke C yang menyeberang sungai seperti gambar III.14.b. misalnya, maka dilakukan pertolongan dengan membuat garis AB tegaklurus AC dengan prisma sudut, kemudian dengan cara yang sama membuat garis tegak lurus BC di titik B hingga memotong perpanjangan garis CA di titik D. Jarak-jarak AD = b, AB = d, dapat diukur langsung, sehingga dapat dihitung jarak BD = a. Dengan rumus Pitagoras maka dapat ditentukan panjang AC yaitu : AC 2 =BC 2 AB 2 (.III..1) BC 2 = CD 2 BD 2 = (AC + AD) 2 BD 2 Substitusi dari persamaan (4.2) ke (4.1) : Sehingga : = AC AC.AD + AD 2 BD 2.. (III.2) AC 2 = AC AC..AD + AD 2 BD 2 AB 2 b BD - AD AB AC...(III.3) 2. AD Karena AD dan AB diukur, maka AC dapat dihitung. 10

11 Pengukuran sejenis dengan cara lain dapat dikerjakan sebagaimana gambar III.15 di bawah ini. E D F E C D A B C G H B A Gambar III.15. Pengukuran menyeberang sungai dan terhalang vegetasi. III.2.5. Membuat arah obyek tegaklurus sebuah garis. Apabila di lapangan akan dibuat sebuah garis melalui suatu obyek dan garis tersebut tegaklurus garis lain dengan peralatan yang sederhana, dapat dikerjakan dengan beberapa macam cara antara lain : a. Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku. b. Dengan mengukur titik tengah talibusur. c. Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku. Cara mana yang akan digunakan tergantung dari permasalahan yang ada serta peralatan yang tersedia. A. Dengan perbandingan panjang sisi segitiga siku-siku. Misal pada titik C yang terletak di garis AB akan dibuat garis CD tegaklurus AB. Menurut dalil Pitagoras, dalam segitiga siku-siku kuadrat sisi miring = jumlah kuadrat sisi siku-sikunya. Berarti apabila perbandingan ke tiga sisi segitiga = 3:4:5 maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku. Adapun caranya sebagai berikut : a. Ukurkan panjangan 3 bagian (misal 6 m) dari titik C pada garis AB, tandai dengan titik E. b. Rentangkan dua buah pita ukur dari titik C dan E masing-masing sepanjang 4 bagian (8 m) dan 5 bagian (10 m), keduanya ditarik lurus mendatar dan kedua ujungnya dipertemukan. 11

12 c. Titik temu kedua ujung pita ukur adalah titik D yang dimaksud (CD AB) D C A C E B A E D F B a. metode perbandingan sisi b. metode titik tengah tali busur Gambar III.16. Membuat arah CD AB. B. Dengan titik tengah talibusur. Misal ada titik C diluar garis AB, akan dibuat garis melalui C tegaklurus AB, dengan cara ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (gambar IV.16.b): a. Buat busur lingkaran dengan pita ukur atau tali dengan pusat di titik C, sedemikian hingga busur lingkaran tersebut memotong garis AB di dua tempat, yaitu E dan F. b. Tentukan tengah-tengah EF misal D. c. Hubungkan C ke D, maka CD tegaklurus AB. C. Dengan cermin penyiku atau prisma penyiku optis. Cermin penyiku atau cermin sudut dan prisma penyiku, adalah piranti optis untuk membuat sebuah arah tegaklurus terhadap arah yang lain, besar atau ukuran alat ini sedikit lebih besar dari jam tangan, sehingga dapat dimasukkan dalam saku. Bentuknya segitiga pipih atau bulat pipih.dengan tiga buah celah (bila dibuat tertutup) pada posisi H,I,J (gambar III.17). Segaris dengan celah H-I ada sebuah kaca datar bb yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian atas berupa cermin dan yang bawah berupa kaca bening menghadap celah H. Kaca dan cermin posisinya membentuk sudut terentu terhadap garis H-I. Disisi lain cermin D berseberangan dengan celah J dan membentuk sudut 45 o terhadap cermin bb. Dengan posisi yang demikian, maka sinar pantul D-J akan tegaklurus dengan sinar datang H-I dan keduanya berpotongan di E. 12

13 a. b Gambar III.17. Membuat sebuah arah garis dengan cermin dan prisma penyiku optis. Apabila kita akan membuat sebuah garis tegaklurus garis H-C di E, maka tancapkan anjir vertikal di C, alat kita pegang setinggi mata dan unting-unting yang digantung dari bawah alat tersebut berimpit dengan titik E di atas tanah. Orang yang lain memegang anjir F bergerak (geser-geser) sedemikian hingga kita melihat bayangan anjir di C dan F kelihatan menjadi satu. Gambar (III.17.b) menggambarkan pandangan pada cermin dan kaca bb apabila bayangan anjir C dan F telah menjadi satu atau berimpit. Kemudian kita berikan aba-aba kepada si pemegang anjir F untuk berhenti bergerak dan menandai tempat tersebut di lapangan. Sedangkan prisma penyiku lebih sederhana dari penyiku cermin di atas, terbuat dari prisma gelas ABCDE (gambar III.17.b), posisi permukaan AB dan AE saling tegaklurus (90 o ) dan antara permukaan BC dan ED membentuk sudut 45 o. Apabila kita akan membuat garis melalui titik R di lapangan tegaklurus garis PQ, maka kita pegang alat tersebut sedemikian hingga unting-unting yang menggantung padanya berada pada gari PQ. Tancapkan anjir di titik P dan R. Kita bidik titik P melewati lubang kecil yang berada pada prisma sambil kita bergerak maju atau mundur pada garis PQ sedemikian hingga bayangan anjir R dan P menjadi satu, kemudian kita berhenti dan ujung untingunting di atas tanah kita beri tanda (titik S). Maka titik S berada pada garis PQ dan SR tegaklurus PQ. Namun sebaliknya apabila titik S sudah tertentu pada garis PQ dan akan dibuat garis SR yang tegaklurus PQ, maka pemegang prisma berdiri di atas titik S dan membidik titk P, sedang si pemegang anjir R yang bergerak atau bergeser-geser ke arah 13

14 kiri atau kanan sehingga si pemegang prisma melihat bayangan anjir R berimpit dengan bayangan anjir P. III.2.6. Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran jarak langsung Walaupun sebelum pengukuran telah dipersiapkan segala sesuatunya, namun karena sebab-sebab yang tidak terduga sebelumnya dan lain-lain hal, dalam pengukuran akan terjadi juga kesalahan-kesalahan. Adapun sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran jarak langsung antara lain karena : a. Pita ukur tidak betul-betul mendatar. b. Unting-unting tidak vertikal betul karena hembusan angin. c. Pelurusan yang tidak saksama. d. Panjang pita ukur tidak standar. e. Kesalahan menghitung jumlah bentangan. f. Kesalahan membaca angka pada pita ukur dan pencatatannya. g. Dan lain-lain. III.2.7. Koreksi-koreksi hasil ukuran jarak langsung. Dalam pengukuran jarak langsung banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ukuran, atau dengan kata lain pengukuran jarak langsung banyak dipengaruhi oleh beberapa jenis kesalahan, terutama kesalahan sistematik dan kesalahahan acak. Agar hasil ukuran terbebas dari kesalahan, maka hasil ukuran diberikan koreksi-koreksi sesuai dengan macam kesalahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pengukuran. Macam, jenis, dan cara pemberian koreksi dalam pengukuran jarak langsung akan dibicarakan dalam BAB? berikutnya. III.2.8. Ketelitian pengukuran jarak Ketelitian pengukuran jarak langsung umumnya dilakukan pergi-pulang. Selisih jarak pergi-pulang diberi kode l, jarak rata-ratanya L r. Ketelitian pengukuran jarak relatip adalah perbandingan anyara l : L r. Ketelitian pengukuran jarak langsung berkisar antara 1/3000 sampai 1/5000, karena memang banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Bagi surveyor yang telah berpengalaman dan dengan kerja secara hati-hati dengan pita ukur dari baja, dapat mencapai ketelitian 1/5000, namun bagi 14

15 surveyor pemula, kadang-kadang untuk mendapatkan ketelitian 1/3000 saja masih dirasa sulit. Dengan pita ukur baja untuk panjang 30 m, jenis kesalahan acak yang mungkin terjadi dalam pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Pembentangan pita ukur tidak dilakukan segaris dengan titik A dan B. 2. Kesalahan dalam penggantungan unting-unting dan penandaannya di tanah. 3. Penarikan pita ukur yang tidak betul-betul mendatar. 4. Temperatur udara saat pengukuran yang tidak sama dengan temperatur standar Aktivitas : Dosen : menerangkan di kelas, membimbing diskusi, membuat tugas/latihan mahasiswa, menilai aktivitas mahasiswa, memberi umpan balik ke mahasiswa. Mahasiswa : mengikuti kuliah, diskusi, praktimum, membuat laporan praktikum, mengerjakan tugas latihan dari dosen, response.. Latihan : Pada materi mata kuliah ini tidak ada latihan, namun praktikum pengukuran jarak langsung di lapangan sangat menyita banyak waktu, karena meliputi kondisi lapangan yang datar, miring, dalam rintangan dll. Tes Formatif 1. Jelaskan prosedur pengukuran jarak langsung pada medan yang datar dan miring! 2. Sebutkan macam-macam alat ukur jarak langsung dan alat-alat bantunya! 3. Mengapa pengukuran jarak langsung dilakukan pergi-pulang? 4. Sebutkan sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran jarak langsung. 5.Jelaskan bagaimana membuat arah tegaklurus dari suatu titik pada suatu garis lurus menggunakan alat pita ukur! Kunci Jawaban Tes Formatif 1. a. Pada medan yang datar : 15

16 1. Pelurusan dan pembuatan penggal-penggal garis dari titik A ke B (misalnya), setiap penggal garis diperkirakan jaraknya tidak lebih dari panjang dari pita ukurnya menggunakan alat bantu anjir.(sbg mana gbr III.6) 2. Pengukuran jarak setiap penggal jarak dengan cara membentangkan pita ukur lurus dan datar, angka nol pita ukut titepatkan dengan tanda awal patok dan pada ujung lain tancapkan pen ukur, baca angka pita ukur yang menyinggung pen ukur dan catat hasil bacaannnya.(l 1 ). 3. Tarik pita ukur maju ukur jarak penggal ke 2 dengan cara seperti langkah 1 di atas, dan seterusnya hingga semua penggal terukur, jumlahkan data setiap penggalngaris. 4. Pengukuran dilakukan kembali dari B ke A dengan cara yang sama dengan langkah ke 2 dan 3 di atas. 5. Jarak AB adalah rata-rata dari jumlah jarak ukuran AB (pergi) dan BA (pulang). 1.b. Pada medan yang miring 1. Langkah pertama sama dengan langkah 1.a di atas. 2. Lakukan pengukuran jarak penggal pertama dengan cara impitkan angka nol pada tanda titik A, pita ukur ditarik lurus dan mendatar menyinggung anjir tanda pelurusan, kemudian pada ujung yang lain gantungkan untingunting vertikal, benang unting-unting menyinggung pita ukur dan dibaca, sementara ujung unting-unting menyinggung permukaan tanah tancapkan pen ukur. 3. Lakukan pengukuran penggal ke dua dengan cara yang sama dengan langkah ke 2 di atas, demikian selanjutnya hingga sampai titik B.(Gbr III.8 dan III.9) 4. Langkah ke 4 dan ke 5 seperti halnya pada pengukuran medan mendatar di atas. 2. Alat-alat ukur jarak langsung : a. Alat utama : Pita ukur (dari baja, plastik, nilon, kain dll), pegas ukur, rantai ukur (dulu), kayu ukur/galah ukur) b. Alat-bantu : anjir, pen ukur, unting-unting, cermin/prisma sudut dll. 16

17 3. Pengukuran dilakukan pergi-pulang dengan maksud apa bila ada kesalahan kasar dapat segera diketahui, dan pengukuran kemudian diulangi kembali 4. Sumber-sumber kesalahan pengukuran jarak langsung antara lain : a. Pita ukur tidak betul-betul mendatar b. Pelurusan yang tidak saksama c. Panjang pita ukur tidak sstandar d. Kesalahan andongan e. Kesalahan menghitung jumlah bentangan f. Kesalahan membaca pita ukur dll. 5. Apa bila ada sebuah titik A pada garis lurus dan akan dibuat arah tegak lurus melalui titik tsb maka langkah-langkahnya sbb: a. ukur jarak yang sama dari titik tersebut kearah kiri dan kanan pada garis tersebut, misal k dan l. b. buat busur dari titik k dan l dengan jarak yang sama, dan tandai perpotongan busur tersebut misal s. c. hubungkan s ke A, maka garis tersebut akan tegak lurus dengan garis awal. Penilaian Sesuai dengan Rubrik Assesment Mahasiswa Rangkuman Bahwa pengukuran jarak langsung dengan menggunakan pita ukur di lapangan membutuhkan waktu yang relatip lama, karena memerlukan beberapa langkah yaitu pelurusan, pembagian penggal garis, baru pengukuran jarak penggal-penggal garis baik pergi maupun pulang dalam posisi pita ukur yang harus mendatar. Demikian pula adanya medan lapangan yang bervariasi ( datar, miring ataupun curam) akan memerlukan perhatian khusus dan waktu yang relatip lebih lama. Ketelitian pengukuran jarak langsung memang lebih baik dari cara optis, namun banyak terpengaruh cuaca, medan lapangan dan personil yang terlibad. Untuk menghindari kesahan kasar, pengukuran jarak langsung ini sebaiknya dilakukan pergi-pulang, terlebih-lebih bila jarak tersebut untuk kerangka dasar pemetaan. 17

18 Referensi : Daftar Pustaka : 1. Basuki,S., 2006, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.. 2. Davis,R.E., 1981, Surveying Theory and Praktice, Mc.Graw-Hill, New York.. 5. Muller, I.I., Ramsayer, K.H.,1979, Intoduction to Surveying, Frederick Ungar, New York. 6. Oliver, J.G., Clendening, 1978, Principles of Surveying, Vol I, Aldard ans Son Ltd. 7. Sosrodarsono,S., 1983, Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG Disusun Oleh: 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad Baihaqi 12/330398/TK/39565 3. Bondan

Lebih terperinci

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG Jarak antara dua buah titik dimuka bumi dalam ukur tanah adalah merupakan jarak terpendek antara kedua titik tersebut tergantung jarak tersebut terletak pada bidang datar,

Lebih terperinci

BAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI)

BAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI) BAB II CHAIN SURVEYING (UKUR RANTAI) 1. Metode melaksanakan pengukuran garis (linear) Ada 3 metode yang pokok : a. Pengukuran langsung ( by direct measurement), dengan menggunakan alat ukurrantai, pita

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Pengukuran jarak adalah dasar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat mengenai permukaan bumi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

BAB I. Laporan Praktikum 1

BAB I. Laporan Praktikum 1 BAB I A. Teori Dasar Sebelum dilakukan pekerjaan penggalian tanah untuk pondasi, maka dilakukan terlebih dahulu pekerjaan pemasangan papan Bouwplank. Bouwplank adalah pembatas yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Membagi keliling lingkaran sama besar. BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Judul modul ini adalah lingkaran, sedangkan yang akan dibahas ada tiga unit yaitu : 1. Menggambar lingkaran 2. Membagi keliling lingkaran sama besar. 3. Menggambar garis

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MENGUKUR JARAK DI LAPANGAN WAKTU (JAM):

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH 4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS ILMU UKUR TANAH 1 Materi ini menerangkan peralatan yang digunakan didalam praktikum ukur tanah Tujuan Instruksional Khusus:

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN WAKTU

Lebih terperinci

Kerja Lapangan (Field work)

Kerja Lapangan (Field work) Kerja Lapangan (Field work) Bagi surveyor penting berkeliling lebih dahulu pada tempat yang akan dipetakan untuk mendapatkan gambaran yang baik dad seluruh daerah, kemudian baru menentukan langkah demi

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Membuat Sudut Siku-Siku. Pengukuran Guna Pembuatan Peta dengan Alat-alatalat Sederhana Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ Email: haryono_putro@gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02 CARA MENGHITUNG BEDA TINGGI Bagi para Surveyor perhitungan ini tidaklah rumit, namun bagi para pelajar, terkadang mengalami kesulitan dalam menghitung dengan cara manual.oleh karena itu, saya akan membahas

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

Mengukur Lebar Sungai Tanpa Menyeberangi

Mengukur Lebar Sungai Tanpa Menyeberangi LAPORAN PRAKTIKUM 3 SURVEY DAN PEMETAAN Mengukur Lebar Sungai Tanpa Menyeberangi Dosen Pembimbing : Drs. Syamsul Bahri, M.T. Seksi 44165 Disusun Oleh Afdhal Husnuzan 1102364 Anggota Kelompok 3 Arief Dwi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat ukut theodolit,

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL Kelompok 4 Kelas A Anggota : 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad

Lebih terperinci

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE BAG- TSP.004.A- 39 60 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 015 CALON TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 016 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Disusun oleh : 1. 015 = 5 13 31 Banyaknya faktor

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Beda tinggi adalah perbedaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on: Pertemuan 3 1. Alat Ukur Tanah 2. Pengukuran dengan Menyipat Datar Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ 1 Pendahuluan Konstruksi alat ukur disesuaikan dengan maksud dan penggunaan

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011

Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011 Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011 1. Jika adalah bilangan bulat dan angka puluhan dari adalah tujuh, maka angka satuan dari adalah... a. 1 c. 5 e. 9 b. 4 d. 6 2. ABCD adalah pesergi dengan panjang

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R 2 MODULE PELATIHAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN LOKASI RESTORASI, REHABILITASI DAN AGROFORESTRY Sumber :ESP 2006 Oleh : Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE

Lebih terperinci

Kode MK/SKS : TGM 120/ 3 SKS Prasarat : - Status MK : Wajib

Kode MK/SKS : TGM 120/ 3 SKS Prasarat : - Status MK : Wajib Nama MK : Ukur Tanah I Kode MK/SKS : TGM 120/ 3 SKS Prasarat : - Status MK : Wajib Deskripsi MK : Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Teknik Geodesi-Geomatika yang

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077)

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

Menemukan Dalil Pythagoras

Menemukan Dalil Pythagoras Dalil Pythagoras Menemukan Dalil Pythagoras 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku di B dengan sisi miring AC. Jika setiap petak luasnya 1 satuan, tentukan luas

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Matematika Untuk SMP Persiapan UN Web : erajenius.blogspot.com --- FB. : Era Jenius --- CP

Ringkasan Materi Matematika Untuk SMP Persiapan UN Web : erajenius.blogspot.com --- FB. : Era Jenius --- CP Lingkaran & Garis Singgung A. Unsur-Unsur Lingkaran Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap satu titik tetap yang disebut titik pusat lingkaran. Lambang lingkaran dengan

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI SESI III (ISIAN SINGKAT DAN ESSAY) WAKTU : 180 MENIT ============================================================

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

SOAL PR ONLINE IX SMP MATA UJIAN: MATEMATIKA (KODE: P18) 1. Alas sebuah limas berbentuk segi-6. Banyak rusuk dan sisi limas berturutturut

SOAL PR ONLINE IX SMP MATA UJIAN: MATEMATIKA (KODE: P18) 1. Alas sebuah limas berbentuk segi-6. Banyak rusuk dan sisi limas berturutturut Kode: P8 MATEMATIKA IX SMP SOAL PR ONLINE IX SMP MATA UJIAN: MATEMATIKA (KODE: P8). Alas sebuah limas berbentuk segi-6. Banyak rusuk dan sisi limas berturutturut (A) 7 dan. (C) 8 dan 8. dan 7. (D) 8 dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur Modul 7-1 Modul 7 Pemetaan Situasi Detail 7.1. PENDAHULUAN Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara

Lebih terperinci

PENGECEKAN KETEGAKAN KOLOM BANGUNAN DENGAN METODE PEMOTONGAN SISI. D.Bambang Sudarsono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata

PENGECEKAN KETEGAKAN KOLOM BANGUNAN DENGAN METODE PEMOTONGAN SISI. D.Bambang Sudarsono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata 60 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No. 2. Juli 2006: 60-68 PENGECEKAN KETEGAKAN KOLOM BANGUNAN DENGAN METODE PEMOTONGAN SISI D.Bambang Sudarsono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata

Lebih terperinci

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN Pengertian Alat Ukur Tanah Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN (Macam-macam Peralatan Ukur Tanah) Disusun oleh: 1. Dinda Safara (5113416039) 2. Mohamad Irsyad Widyadi (5113416038) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG Abdul Ghani Sani Putra 1006680631 Dila Anandatri 1006680764 Nur Aisyah al-anbiya 1006660913 Pricilia Duma Laura 1006680915

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT 1. Menentukan koefisien persamaan kuadrat 2. Jenis-jenis akar persamaan kuadrat 3. Menyusun persamaan kuadrat yang akarnya diketahui 4. Fungsi kuadrat dan grafiknya

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA Tujuan Pembelajaran Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya A. Pendahuluan Istilah tabung, kerucut, dan bola di sini adalah istilah-istilah

Lebih terperinci

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Yang merupakan bagian

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2012 Jenjang SMP Bidang Matematika

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2012 Jenjang SMP Bidang Matematika Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 202 Jenjang SMP Bidang Matematika Bagian A : Soal Isian Singkat. Sebuah silinder memiliki tinggi 5 cm dan volume 20 cm 2. Luas permukaan bola terbesar yang mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG A. TABUNG Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran yang berhadapan, sejajar, dan kongruen serta titik-titik pada keliling lingkaran

Lebih terperinci

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI Fungsi Trigonometri Sin α = Sisi. didepan. sudut Hipotenusa a c Cos α = Sisi. terdekat. sudut Hipotenusa b c Tan α = Sisi. didepan. sudut Sisi. yang. berdeka tan a b Sinus

Lebih terperinci

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R GLOSARIUM. Rata-rata permukaan laut atau datum : tinggi permukaan laut dalam keadaan tenang yang dinyatakan dengan elevasi atau ketinggian sama dengan nol. Beda

Lebih terperinci

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Kuantitas Skalar dan Vektor Kuantitas Fisis dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kuantitas skalar:

Lebih terperinci

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah KULIAH 5 Koreksi Boussole / Kompas pada Theodolith Digunakan untuk koreksi arah utara 0 o yang sebenarnya (bukan utara magnetis). Ada beberapa metode

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF SEMESTER GASAL 2010 MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF Oleh: Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA Company FBS UNY PROYEKSI Definisi Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi

Lebih terperinci

PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL Kerjakan dengan sungguh-sungguh dengan kejujuran hati!

PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL Kerjakan dengan sungguh-sungguh dengan kejujuran hati! PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL 203 Kerjakan dengan sungguh-sungguh dengan kejujuran hati!. Hasil dari (-5 7) : 4 x (-5) + 8 adalah. A. -26 B. -23 C. 23 D. 26 2. Perbandingan banyak kelereng Taris dan Fauzan

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT PETA SITUASI DENGAN ALAT UKUR

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR. Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS Materi : Konstruksi-konstruksi dasar. Garis-garis lengkung. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk). 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 2002

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 2002 MATEMATIKA EBTANAS TAHUN UAN-SMP-- Notasi pembentukan himpunan dari B = {, 4, 9} adalah A. B = { kuadrat tiga bilangan asli yang pertama} B = { bilangan tersusun yang kurang dari } C. B = { kelipatan bilangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa No Parameter Satuan Baku mutu Metode analisis G43 67 44 53 51 G44 67 43 39 39 G45 68 37 45 52 G46 71 41 41 53 G47 61 33 45 52 G48 66 39 41 53 G49 67 44 40 42 G50 75

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA 1) Sebuah barisan baru diperoleh dari barisan bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dengan menghilangkan bilangan kuadrat yang ada di dalam barisan tersebut.

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL MATEMATIKA TAHUN

PREDIKSI SOAL MATEMATIKA TAHUN PREDIKSI SOAL MATEMATIKA TAHUN 2014 PAKET 1. Hasil dari 3 2 7 21 2 : 31 2 adalah... A. B. C. D. 18 7 28 7 9 2 11 2 2. Dalam kompetisi matematika, setiap jawaban benar diberi skor 4, jawaban salah diberi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 1. Penentuan Posisi Penentuan posisi titik dikelompokkan dalam dua

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001 1. Notasi pembentuk himpunan dari B = {1, 4, 9} adalah... A. B = {x x kuadrat tiga bilangan asli yang pertama} B. B = {x x bilangan tersusun yang kurang dari 10} C. B = {x x kelipatan bilangan 2 dan 3

Lebih terperinci

1. Jika nilai a = 27 dan b =64, maka nilai paling sederhana dari

1. Jika nilai a = 27 dan b =64, maka nilai paling sederhana dari MATEMATIKA IPA PAKET C. Jika nilai a = dan b =6, maka nilai paling sederhana dari A. B. C. 5 D. E. -. Diketahui m = 6 + dan n = 6. Nilai A. 8 a b m n =... mn a a ab b b =... B. 8 C. 8 D. 8 E. 8 6. Seorang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1.

Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1. Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama 1.2 RPP Kelas Eksperimen Kedua 1.3 LKS Kelas Eksperimen Pertama 1.4 LKS Kelas Eksperimen Kedua 1.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Tujuan Khusus. Tujuan Umum Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka

Lebih terperinci

ALAT GAMBAR PERTEMUAN II

ALAT GAMBAR PERTEMUAN II ALAT GAMBAR PERTEMUAN II SUPAYA GAMBAR DAPAT DIPAHAMI OLEH ORANG LAIN MAKA DI PERLUKAN NORMALISASI ATAU STANDARISASI. BADAN-BADAN YG MENETAPKAN STANDARISASI : ISO (INTERNATIONAL ORGANISATION OF STANDARDISATION)

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 Babak Penyisihan Tingkat SMA Minggu, 9 November 20 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

Kontes Terbuka Olimpiade Matematika

Kontes Terbuka Olimpiade Matematika Kontes Terbuka Olimpiade Matematika Kontes Bulanan Januari 2017 20 23 Januari 2017 Berkas Soal Definisi dan Notasi Berikut ini adalah daftar definisi yang digunakan di dokumen soal ini. 1. Notasi N menyatakan

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27 Babak Penyisihan Tingkat SMP Minggu, 0 Oktober 2016 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Dalam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan kait-mengkait

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018 Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Nilai dari 16 + ( 21) : 7 {9 + [56 : ( 8)]}adalah.... (a) 5 14 (b) 10 (c) 2 (d) -10 2. Bentuk sederhana

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014/2015-TANGGAL 5 Mei 2015

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014/2015-TANGGAL 5 Mei 2015 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 04/05-TANGGAL 5 Mei 05. Dalam kompetisi matematika, setiap jawaban benar diberi nilai 4, salah dan tidak dijawab. Dari 40 soal yang

Lebih terperinci

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY ALAT-ALAT MENGGAMBAR 1. Pensil Pensil bertanda huruf H (Hard) berarti keras. Makin besar H

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018 Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 017/018-1. Nilai dari 16 + ( 1) : 7 {9 + [56 : ( 8)]}adalah.... (a) 5 14 (b) 10 (c) (d) -10 16 + ( 1) : 7 {9 + [56

Lebih terperinci

PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL 2013 (SOAL DAN PENYELESAIAN)

PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL 2013 (SOAL DAN PENYELESAIAN) PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL 03 (SOAL DAN PENYELESAIAN) Kerjakan dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran!. Dalam sebuah ruangan terdapat 5 baris kursi. Banyaknya kursi pada baris ke tiga terdapat 34 buah,

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-5 Babak Penyisihan Tingkat SMP Minggu, 9 November 04 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA TAHUN 2015 Mata Kuliah Dosen Pengampu : : Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT 1. MEMBAGI GARIS a. Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama panjang Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama

Lebih terperinci

A. MENGHITUNG LUAS BERBAGAI BANGUN DATAR

A. MENGHITUNG LUAS BERBAGAI BANGUN DATAR A. MENGHITUNG LUAS BERBAGAI BANGUN DATAR Dalam bab ini kamu akan mempelajari: 1. menghitung luas bangun datar; 2. menghitung luas segi banyak; 3. menghitung luas gabungan dua bangun datar; dan 4. menghitung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN DOKUMEN NEGARA RAHASIA A TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MATEMATIKA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN 2018 MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika PELAKSANAAN Hari/Tanggal : Jam : 07.30 09.30 (120

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut BAB III Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab III, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut langsung maupun alat ukur sudut tak

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 9 Matematika

Antiremed Kelas 9 Matematika Antiremed Kelas 9 Matematika Persiapan Uas Matematika Doc. Name: AR09MAT0UAS Version : 205-05 halaman 0. Gambar di bawah ini adalah sebuah foto yang ditempel pada kertas karton berukuran 0cm x 40cm. Di

Lebih terperinci