KAJIAN FUNGSI EKOLOGI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN PADA TOL JAGORAWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN FUNGSI EKOLOGI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN PADA TOL JAGORAWI"

Transkripsi

1 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 17, No.2, Juli 2010: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN PADA TOL JAGORAWI (Study of the Ecological Function of Roadside Greenery as Environmental Buffer on Jagorawi Highway) Imawan Wahyu Hidayat UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas - LIPI Telp./Fax : (0263) , HP: imawan.wahyu.hidayat@lipi.go.id Diterima: 9 Maret 2010 Disetujui: 21 Mei 2010 Abstrak Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai penyangga dan pendukung keamanan pengguna pada tiga fungsi utama, yaitu pereduksi polusi udara, peredam kebisingan, dan pembatas ruang. Studi lapangan dilaksanakan melalui tiga segmen pengamatan. Metode komparatif digunakan untuk mengukur kesesuaian dan ketepatan tanaman pada jalur hijau jalan Tol Jagorawi berdasarkan peraturan dan prinsip ilmu arsitektur lanskap. Hasil studi mengindikasikan bahwa pemilihan tanaman, struktur, pola, dan konfigurasinya tidak sesuai dan tidak tepat untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut. Jalur hijau jalan pada seluruh segmen mencapai tingkatan sedang: 44,26% (I); 47,54%-50,32% (II); 49,35%-50,74% (III) untuk pereduksi polusi udara, tingkatan buruk hingga baik: 32,67%-41,67% (I); 30,0% (II); 59,33%-69,67% (III) untuk peredam kebisingan, tingkatan sedang hingga baik: 56,00%-57,33% (I); 57,69%-58,85% (II); 62,83%-69,67% (III) untuk fungsi pembatas ruang, dan tingkatan sedang hingga baik: 56,00%-58,17% (I); 57,50%- 58,46% (II); 59,42% (III) untuk fungsi estetika. Studi ini merekomendasikan bahwa perencanaan jalur hijau jalan yang baik memerlukan pemilihan tanaman yang tepat berdasarkan struktur, performa, pola penanaman, dan konfigurasinya untuk mencapai keefektifan peran jalur hijau jalan sebagai penyangga lingkungan dan mendukung keamanan pada Tol Jagorawi. Kata kunci: Jalur hijau jalan, pereduksi polusi udara, peredam kebisingan, pembatas ruang, metode komparatif. Abstract The objectives of this study were to evaluate roadside greenery in Jagorawi Highway as buffer and supporting factor of user safety in three major functions, such as air pollutant reduction, noise abatement, and space barrier. Fieldwork study was conducted to three segments of observation. The comparative method used to measure plants suitability and compatibility in roadside greenery of Jagorawi Highway according to the regulations and principles of landscape architecture science. The study results indicated that plants selection, structures, patterns, and configurations were not suitable and not compatible for supporting those functions. The roadside greenery at all segments achieved moderate grades: 44,26% (I); 47,54%-50,32% (II); 49,35%-50,74% (III) for air pollutant reduction, bad to good grades: 32,67%-41,67% (I); 30,0% (II); 59,33%-69,67% (III) for noise abatement, moderate to good grades: 56,00%-57,33% (I); 57,69%-58,85% (II); 62,83%-69,67% (III) for space barrier function, and moderate to good grades: 56,00%-58,17% (I); 57,50% -58,46% (II); 59,42% (III) for aesthetic function. This study was recommended that a good roadside greenery planning needs an appropriate plants selection based on structure, performance, planting pattern, and configuration to achieve the effectiveness of roadside greenery role as environment buffer and supporting the safety in Jagorawi Highway. Key words: Roadside greenery, air pollutant reduction, noise abatement, space barrier, comparative method.

2 Juli 2010 HIDAYAT, I.W.: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI 125 PENGANTAR Saat ini, sistem transportasi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, kondisi demikian dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. Gangguan terhadap lingkungan yang paling sering timbul adalah polusi. Kendaraan merupakan sumber pencemaran udara paling besar di perkotaan, sekitar 60-85% berasal dari emisi kendaraan bermotor yang mengandung padatan total tersuspensi (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida sulfur, partikel timbal, dan oksida fotokimia (Suharsono, 1996). Selain di jalan raya, volume kendaraan tertinggi juga terjadi di jalan tol. Volume kendaraan yang sangat tinggi dengan kecepatan rata-rata yang tinggi, mengakibatkan munculnya potensi polusi dan menimbulkan ketidak-harmonisan dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman untuk mengatasi masalah-masalah tersebut mutlak diperlukan untuk penanggulangan masalah lingkungan pada lanskap jalan. Menurut Carpenter et al. (1975), perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran yang seksama, tidak hanya mempertimbangkan nilai fungsi seperti keamanan, kesenangan, dan ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai estetika terutama keindahan alam dan lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa, dari berbagai aspek fungsional tanaman, terdapat tiga aspek penting tanaman mengenai pengaruh lanskap jalan terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu fungsi pereduksi polusi udara, fungsi peredam kebisingan, dan fungsi pembatas fisik (barrier). Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang langsung berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar lanskap jalan. Sebagai lanskap binaan, jalan raya atau jalan tol harus memenuhi aspek efisiensi, keamanan, kenyamanan, serta penampilan yang menarik untuk memperlancar sirkulasi kendaraan dan mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkannya seperti polusi, kebisingan, panas, dan ketidak-nyamanan. Evaluasi terhadap fungsi jalur hijau pada lanskap jalan tol diperlukan untuk mengkaji efektifitas fungsi tanaman pada jalur hijau jalan tol. Hal ini untuk mewujudkan sebuah konsep jalan bebas hambatan yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan, penunjang kenyamanan, dan keselamatan serta harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Tujuan studi ini adalah mengevaluasi aspek fungsi tanaman dan efektifitasnya sebagai pereduksi polusi udara, peredam kebisingan, dan sebagai pembatas fisik (barrier), serta fungsi estetika pada lanskap jalan Tol Jagorawi. Studi ini juga merumuskan suatu rekomendasi mengenai jenis, bentuk, struktur, dan konfigurasi tanaman untuk memperbaiki kualitas jalur hijau lanskap jalan Tol Jagorawi. METODOLOGI Waktu dan Tempat Studi Studi ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan September Lokasi studi berada di jalan Tol Jagorawi yang dibagi menjadi tiga segmen pengamatan yang mewakili karakteristik lanskap jalan berdasarkan vegetasi penyusun tapak, bentuk, strukturnya, dan karakteristik topografi tapak. Penentuan Segmen-Segmen Jalan Tol Jagorawi dibagi dalam tiga segmen pengamatan (Gambar 1) yang ditetapkan berdasarkan karakter jarak tempuh, jenis-jenis vegetasi penyusun tapak yang relatif seragam, serta mewakili karakter topografi tapak. Pembagian ketiga segmen tersebut yaitu: (1) Segmen I: Pintu Tol Jagorawi Bogor, Pintu Tol Ciawi sampai dengan Ramp Sentul; (2) Segmen II: Ramp Sentul sampai dengan Ramp Cimanggis, dan (3) Segmen III: Ramp Cimanggis sampai dengan Pintu Tol Taman Mini. Metode Studi Studi bersifat deskriptif dengan metode survei, menggunakan beberapa parameter kuantitatif (seperti: toleransi dan kemampuan menyerap polusi, kualitas fisik tanaman, jarak tanam, dan kualitas estetika tanaman).

3 126 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 17, No.2 Gambar 1. Lokasi studi dan pembagian segmen pengamatan. Parameter disesuaikan dengan kriteria fungsi tanaman lanskap jalan seperti yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1996). Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung di lapangan, inventarisasi jenis-jenis, kerapatan dan frekuensi pohon, wawancara dengan pihak pengelola/jasa Marga, pemotretan kondisi fisik, dan struktur elemen penyusun lanskap. Data sekunder berasal dari studi pustaka dan pengambilan data dari sumbersumber terkait. Aspek fungsi tanaman yang diamati meliputi: (1) fungsi pereduksi polusi udara; (2) fungsi peredam kebisingan; (3) fungsi pembatas. Sebagai pendukung kualitas lanskap, maka ditetapkan pula fungsi jalur hijau sebagai aspek estetika, yaitu melalui dokumentasi dalam bentuk foto-foto sebagai bahan penilaian aspek estetika tanaman di dalam tapak. Kriteria penilaian aspek fungsional dan estetika pohon pada lokasi studi, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Evaluasi Data Data dievaluasi secara deskriptif maupun kuantitatif dengan membandingkan data yang diperoleh (primer dan sekunder) dengan standar dan dasar penilaian untuk masingmasing kriteria yang ditetapkan. Evaluasi fungsi dan estetika pohon setiap kriteria diterjemahkan dalam bentuk penilaian sebagai berikut: 1 (buruk), 2 (sedang), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Penilaian dilakukan pada setiap jenis individu pohon penyusun tapak dan konfigurasinya dengan tanaman sejenis dan/ tanaman penyusun lainnya. Sedangkan persentase pembobotan untuk setiap penilaian aspek fungsi dikelompokkan menjadi 4 kategori kualitas, yaitu buruk, sedang, baik, dan sangat baik. Pengelompokkan persentase pembobotan aspek fungsi jalur hijau selengkapnya adalah sebagai berikut: sangat baik (bila 81 % kriteria terpenuhi); baik (bila % kriteria terpenuhi); sedang (bila % kriteria terpenuhi), dan; buruk (bila 40 % kriteria terpenuhi). Hasil penilaian setiap fungsi untuk setiap segmen jalan kemudian dianalisis secara kualitatif-deskriptif berdasarkan referensi-referensi dan sumbersumber pustaka yang ada.

4 Juli 2010 HIDAYAT, I.W.: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI 127 Tabel 1. Kriteria penilaian berdasarkan aspek fungsional dan estetika pohon Variabel Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Pohon Pereduksi Polusi Udara Peredam Kebisingan 1. Toleran terhadap polusi udara. 2. Kuat menyerap polutan gas 15 N dan atau partikel. 3. Terdiri atas beberapa lapis tanaman/ terdapat kombinasi pohon, perdu dan semak. 4. Jarak tanaman rapat dan kontinu. 5. Kepadatan massa daun. 6. Jumlah luas permukaan tajuk, cabang dan batang tinggi. 7. Struktur tepi daun kasar/ bergerigi/ bersisik/ berbulu. 8. Kekasaran tekstur batang dan cabang. 9. Memiliki zat perekat (getah, resin dll). 1. Terdiri atas beberapa lapis tanaman/ terdapat kombinasi pohon, perdu dan semak. 2. Ditanam dekat ke tepi jalan. 3. Bermassa daun rapat/ berdaun tebal. 4. Terdapat kombinasi dengan dinding peredam suara. 5. Terdapat variasi tajuk secara vertikal. Pembatas 1. Tanaman tinggi, perdu atau semak > 1,5 m. 2. Kepadatan massa daun. 3. Kelenturan percabangan. 4. Ditanam berbaris atau membentuk massa. Aspek Estetika Pohon 5. Jarak tanam rapat < 3 m. Pemilihan Tanaman Pengaturan Tanaman 1. Bentuk tajuk dan percabangan. 2. Ukuran skalatis. 3. Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah). 4. Tekstur tanaman. 1. Memiliki kesatuan tema dalam penataan. 2. Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman. 3. Terdapat perubahan warna/ bentuk/ tekstur minimal tiap m untuk tiap kelompok tanaman. 4. Memiliki aksen/ kontras/ point of interest. 5. Terdapat tanaman/ pola tertentu yang dapat terekam dengan baik. 6. Berkesan rapi dan memudahkan orientasi. Sumber : DPU Dirjen Bina Marga (1996). Perumusan Rekomendasi Perumusan rekomendasi diarahkan pada perbaikan dalam pemilihan jenis tanaman, struktur, pola, dan konfigurasinya dalam menunjang aspek fungsional dan estetika tapak. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk sebuah lanskap jalan yang nyaman, aman, dan memiliki kualitas estetika tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tapak Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi atau yang lebih dikenal sebagai Tol Jagorawi, melintang di sisi timur Jakarta sampai ke Bogor dari utara ke selatan sepanjang lebih dari 40 Kilometer. Tepatnya dari gerbang Tol Taman Mini pada Km sampai pintu Tol Jagorawi Bogor pada Km dan pintu Tol Ciawi pada Km Jalan Tol Jagorawi merupakan salah satu tol dengan tingkat penggunaan sangat tinggi. Berdasarkan data tahun 2001, volume lalu lintas dalam satu tahun tercatat sebanyak kendaraan yang memanfaatkan Tol Jagorawi cenderung meningkat ± 6% per-tahun, seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan. Selain itu, rata-rata volume lalulintas harian juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 rata-rata volume kendaraan harian tercatat sebanyak kendaraan/hari, dan

5 128 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 17, No.2 pada tahun 2002 meningkat menjadi kendaraan/hari. Sedangkan pada tahun 2005 telah meningkat menjadi kendaraan/ hari. Aspek Fungsi Tanaman Fungsi Pereduksi Polusi Udara Berdasarkan penilaian aspek fungsi pereduksi polusi udara, pada segmen I kualitas tanaman menunjukkan tingkatan sedang (44,26% kriteria terpenuhi). Kualitas ini terlihat dari tanaman-tanaman yang memiliki tingkat toleransi rendah terhadap polusi udara dan serapannya terhadap polutan gas 15 N juga rendah dan pola penanaman yang tidak terlalu rapat. Meskipun terdapat Dadap merah (Erythrina crista-galli) yang termasuk memiliki daya serap polutan gas 15 N cukup tinggi (Nasrullah, 1997), tetapi tanaman ini tidak mendominasi pada segmen I, sehingga tidak berpengaruh banyak terhadap penilaian. Tanaman yang daunnya memiliki rambut merupakan salah satu karakteristik tanaman yang dapat menjerap dan menahan debu (Grey & Deneke, 1978). Dijelaskan pula, tanaman yang efektif untuk mengurangi polutan dalam bentuk partikel adalah tanaman yang memiliki trikoma tinggi atau memiliki bulu daun, bergerigi, atau bersisik. Penilaian fungsi pohon sebagai pereduksi polusi udara, selengkapnya dapat dilihat di Tabel 2. Pada segmen II, penilaian menunjukkan tingkatan sedang (47,54%-50,32% kriteria terpenuhi). Kombinasi beberapa tanaman, antara pohon dengan perdu atau semak mulai banyak terlihat pada beberapa titik. Selain itu, jarak tanam yang mulai rapat menghasilkan massa batang, cabang dan daun yang meningkat. Massa yang rapat ini mempengaruhi kemampuan konfigurasi tanaman tersebut dalam mereduksi polusi udara yang dihasilkan oleh lalu-lintas jalan Tol Jagorawi. Polusi yang ditiup oleh angin akan tertahan secara efektif oleh konfigurasi tanaman dengan massa batang, cabang, dan daun yang tinggi, sebelum mencapai area pemukiman. Hal ini sesuai dengan Nasrullah (1994), yang menyatakan bahwa konfigurasi tanaman yang rapat di sekitar jalan mampu mengurangi konsentrasi NO 2 sebesar 11%-17% dengan kecepatan angin diatas 1 m/dt, atau mengurangi konsentrasi NO 2 20%-40% dalam kondisi angin diam (kecepatan angin dibawah 1 m/dt). Berdasarkan Tabel 2, segmen III baik sisi B maupun T kualitas tanaman pada kategori sedang (49,35%-50,74% kriteria terpenuhi). Kualitas ini ditunjang dengan pemilihan jenis tanaman yang beragam dan sangat kompak, meliputi beberapa lapis tanaman dengan kombinasi tanaman di dalamnya. Beberapa kombinasi dengan tanaman yang lain menghasilkan karakter yang berbedabeda, seperti adanya batang dan cabang yang bertekstur kasar, tepi daun kasar, bersisik atau berbulu, memiliki zat perekat merupakan sebagian kriteria tanaman sebagai pereduksi polusi udara. Serupa dengan segmen II, pada segmen III ini kualitas konfigurasi tanaman Tabel 2. Penilaian fungsi pohon sebagai pereduksi polusi udara pada Tol Jagorawi Segmen Jalan I II III Sisi Kriteria Penilaian Skor (%) Kategori B Sedang T Sedang B Sedang T Sedang B Sedang T Sedang Keterangan: B = sisi Barat ; T = sisi Timur

6 Juli 2010 HIDAYAT, I.W.: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI 129 dalam mereduksi polusi udara mulai meningkat dibandingkan dengan segmen I. Meskipun demikian, kualitas konfigurasi tanaman saja tidak cukup karena tidak ada satupun tanaman yang mutlak resisten dan efektif mampu mereduksi polusi udara (Bernatzky, 1978). Data di atas juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun tanaman di ketiga segmen tersebut yang memiliki kualitas tinggi/sangat baik dalam fungsinya sebagai pereduksi polusi udara. Fungsi Peredam Kebisingan Pada segmen I, sisi B maupun T berada pada tingkatan buruk sampai sedang, hanya 32,67%-41,67% kriteria terpenuhi. Hal ini didukung oleh tata hijau yang tidak terlalu kompak dan jenis tanaman yang ditanam bukan jenis tanaman yang efektif dalam meredam kebisingan. Selain itu, jarak tanam antar pohon yang jarang sehingga memungkinkan suara bising dapat menembus barisan kanopi tersebut. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan meskipun tidak menghilangkan sama sekali, pola penanamannya adalah dengan kerapatan yang tinggi sehingga menyerupai tembok atau penghalang bangunan. Menurut Lerner (2005), kombinasi dedaunan dari konfigurasi tanaman paling tidak setebal 25 kaki (± 8 meter) dan tanaman jenis konifer kaki (± meter) dapat menurunkan level kebisingan sampai dengan 10 db. Penilaian fungsi pohon sebagai peredam kebisingan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada segmen II penilaian berada pada tingkatan buruk, hanya 30% kriteria terpenuhi. Sama dengan segmen I, di segmen ini pohonpohon yang mendominasi tapak tetap sama, tetapi jarak tanam antar tanaman tidak rapat, sehingga massa yang dibentuk oleh kerapatan batang, cabang, dan daun tidak cukup tinggi. Hal ini menyebabkan kemampuan konfigurasi tanaman dalam meredam kebisingan menjadi rendah. Kenyataan ini didukung oleh hasil pengukuran yang dilakukan oleh Widagdo et al. (2003), bahwa beberapa tanaman di jalan Tol Jagorawi memiliki kemampuan rendah dalam meredam kebisingan. Menurut Laurie (1986), penyerapan bunyi oleh tanaman akan berbeda tergantung pada ukuran dan kerapatan daun. Lebih lanjut Bernatzky (1978), menyatakan bahwa kriteria penting tanaman pereduksi kebisingan di antaranya adalah memiliki daun yang lebar, kuat dan berstruktur keras serta posisi daun tegak lurus dengan sudut arah sumber kebisingan. Pada segmen III penilaian berada pada tingkatan sedang hingga baik dengan 59,33%- 69,67% kriteria terpenuhi. Penilaian ini didasarkan pada kondisi tata hijau yang sangat kompak dan padat. Jarak tanam antar pohon maupun kombinasinya dengan perdu atau semak sangat rapat. Konfigurasi ini menghasilkan tingkat massa batang, cabang dan daun yang tinggi sehingga efektif dalam meredam kebisingan lalu-lintas jalan Tol Jagorawi. Kemampuan tanaman untuk Tabel 3. Penilaian fungsi pohon sebagai peredam kebisingan pada Tol Jagorawi Segmen Jalan I II III Sisi Kriteria Penilaian Skor (%) Kategori B Sedang T Buruk B Buruk T Buruk B Baik T Sedang Keterangan: B = sisi Barat ; T = sisi Timur

7 130 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 17, No.2 meredam kebisingan dilakukan melalui penanaman vegetasi setebal 30 meter mampu mengurangi kebisingan sebesar 3-5 dba (Harris & Dines, 1998). Setiap jenis tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi kebisingan. Ukuran luas dan tebal daun merupakan faktor tanaman yang dapat mereduksi kebisingan dengan baik. Faktor lain adalah kerapatan tajuk, lebar tajuk dan jenis tanaman serta struktur batang dan cabang tanaman (Yuliarti, 2002). Fungsi Pembatas Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pada segmen I, penilaian aspek fungsional pohon sebagai pembatas berada pada tingkatan sedang, yaitu 56,00%-57,33% kriteria terpenuhi. Penilaian aspek fungsional pohon sebagai pembatas pada segmen II juga berada pada tingkatan sedang, yaitu 57,69%-58,85% kriteria terpenuhi. Pada sisi T segmen II, pola penanaman mulai terlihat lebih rapat, konfigurasi antar tanaman terlihat lebih kompak. Penilaian fungsi pohon sebagai pembatas selengkapnya dapat dilihat di Tabel 4. Tanaman dapat difungsikan sebagai penghalang fisik yang berguna untuk menahan gerak manusia, hewan dan kendaraan dari luar jalan serta mencegah kecelakaan untuk meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi (Carpenter et. al., 1975). Tabel 4 menunjukkan bahwa pada segmen III, penilaian pada tingkatan baik, yaitu 62,83%-69,67% kriteria terpenuhi. Sisi T pada segmen III memperlihatkan pola penanaman yang baik, terutama pada jarak tanam yang rapat, sehingga membentuk massa batang, cabang dan daun yang memiliki kepadatan tinggi. Terdapat banyak kombinasi yang cukup masif dan jelas antar tanaman, baik antara pohon dengan pohon, maupun pohon dengan perdu. Aspek Estetika Tanaman Berdasarkan penilaian aspek fungsi tanaman sebagai elemen estetika lanskap, pada segmen I kualitas tanaman menunjukkan tingkatan sedang (56,00%-58,17% kriteria terpenuhi), pada sisi B maupun T. Kualitas ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengaturan tanaman seperti kesatuan tema dan komposisi, dan konfigurasi yang terbentuk oleh struktur tanaman yang ditanam. Suatu jalan dapat dibuat lebih menarik dan menyenangkan dengan menciptakan suatu pemandangan indah (vista) melalui penanaman tanaman (Simonds & Starke, 2006). Dengan adanya suatu titik perhatian maka bisa menggugah semangat, menghidupkan suasana, memecah kejemuan atau kemonotonan dengan cara membuat suatu kontras atau membuat suatu pola tertentu (Sulistyantara, 1995). Penilaian aspek estetika selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Penilaian aspek fungsi pohon sebagai pembatas pada Tol Jagorawi Segmen Jalan I II III Sisi Kriteria Penilaian Skor (%) Kategori B Sedang T Sedang B Sedang T Sedang B Baik T Baik Keterangan: B = sisi Barat ; T = sisi Timur

8 Juli 2010 HIDAYAT, I.W.: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI 131 Segmen Jalan I II Sisi Tabel 5. Penilaian aspek estetika pohon pada jalan Tol Jagorawi Pemilihan Tanaman Kriteria Penilaian Pengaturan Tanaman Skor (%) Kategori B Sedang T Sedang B Sedang T Sedang B Sedang III T Sedang Keterangan: B = sisi Barat ; T = sisi Timur Pada Tabel 5 dapat diamati bahwa pada segmen II kualitas tanaman sebagai elemen estetika lanskap jalan Tol Jagorawi berada pada tingkatan sedang, yaitu 57,50%-58,46% kriteria terpenuhi. Pada segmen II ini, terutama aspek pengaturan tanaman, sedikit lebih baik dari segmen I. Menurut Hakim (1991), perubahan warna, bentuk, tekstur, dan gradasi ketinggian tanaman sebaiknya dilakukan minimal setiap meter untuk setiap kelompok tanaman, karena kecepatan gerak pengamat mempengaruhi kesan ruang. Variasi tanaman yang terlalu tinggi tidak akan dapat ditangkap secara lengkap dan jelas oleh pengamat, terutama oleh pengguna jalan yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Pada segmen III, kualitas tanaman berada pada tingkatan sedang, yaitu 59,42% kriteria terpenuhi. Segmen III ini memiliki keragaman vegetasi penyusun lanskap yang sangat tinggi dengan berbagai tanaman penghijaun. Meskipun demikian, sebagai sebuah lanskap binaan, seharusnya faktor pengaturan tanaman menjadi bahan pertimbangan utama bagi pihak pengelola, karena bentuk pengelolaan yang tidak baik akan mengakibatkan suatu kesan ruang lanskap yang tidak tertata, kotor, dan kumuh. Perumusan Rekomendasi Karakteristik struktur tanaman yang dapat digunakan antara lain memiliki bentuk fisik yang tinggi, bertajuk lebar, dan massa daun yang rapat. Selain itu, memiliki karakteristik daun bertekstur kasar, berdaun jarum, dan/atau memiliki trikoma. Jenis tanaman tersebut antara lain Cemara angin (Casuarina equisetifolia), Pinus (Pinus merkusii), Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Asam kranji (Diallum indum), Kihujan (Samanea saman). Struktur tanaman ini harus ditunjang dengan konfigurasi tanaman yang padat pula (Gambar 2), hal dapat dilakukan dengan pola dan jarak penanaman yang rapat dan terdiri atas beberapa lapis tanaman. Penggunaan tanaman jenis perdu/semak tinggi merupakan alternatif yang tepat sebagai perpaduan dengan pohon sebagai vegetasi utama. Konsep perencanaan konfigurasi jalur hijau jalan Tol Jagorawi yang memadukan unsur-unsur di atas dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.

9 132 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 17, No.2 (a) (b) Gambar 2. Konfigurasi tanaman yang padat dan rapat (b), memiliki kualitas fungsi penyangga lingkungan yang tinggi daripada konfigurasi yang renggang (a). Gambar 3. Konsep perencanaan konfigurasi jalur hijau jalan Tol Jagorawi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi, disimpulkan bahwa kuantitas dan kualitas tanaman pada tapak dari aspek fungsi dan estetika, belum memenuhi kriteria sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan kaidah-kaidah ilmu arsitektur lanskap. Berdasarkan aspek fungsional tanaman pada jalur hijau jalan Tol Jagorawi, kualitas fungsi tanaman sebagai pereduksi polusi udara di seluruh segmen pada kategori sedang. Kualitas fungsi tanaman sebagai peredam kebisingan di segmen I dan II pada kategori buruk sampai sedang. Sedangkan segmen III, kualitas tanaman pada kategori sedang sampai baik. Aspek fungsional tanaman sebagai pembatas fisik ruang menunjukkan kategori sedang (segmen I dan II) sampai baik (segmen III). Berdasarkan aspek estetika, baik pemilihan jenis tanaman dan penataan tanaman belum mampu menghadirkan keindahan secara visual kepada pengguna jalan tol. Perencanaan jalur hijau sebaiknya lebih memfokuskan pada pemilihan jenis berdasarkan karakteristik tanaman (struktur dan fungsi) serta disain konfigurasinya pada lanskap jalan Tol Jagorawi untuk menunjang keefektifan fungsi ekologi tanaman sebagai penyangga lingkungan sekitarnya.

10 Juli 2010 HIDAYAT, I.W.: KAJIAN FUNGSI EKOLOGI 133 DAFTAR PUSTAKA Bernatzky, A Tree Ecology and Preservation, Elsevier Sci. Publ., New York, pp.357. Carpenter, P.L., T.D. Walker, F.O. Lanphear Plants in The Landscape, W.H. Freeman and Co., San Fransisco, pp.481. Direktorat Jenderal Bina Marga Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta, 52hal. Grey, G.W. & F.J. Deneke Urban Forestry, John Wiley and Sons, Inc., New York, pp.279. Hakim, R Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap, Bumi Aksara, Jakarta, 176hal. Harris, C.W. & N.T. Dines Time-Saver Standards for Landscape Architecture: Design and Construction Data, 2 nd ed., McGraw-Hill, Inc., New York, pp.960. Laurie, M Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan), Intermatra, Bandung, 133hal. Lerner, J.M A Good Wall, Even if It s Made of Plants, Can Reduce Highway Noise, Washington Post, 12 Maret 2005, Washington DC., washingtonpost.com, diakses tanggal 10 Juli Nasrullah, N A Study in The Best Structure of Roadside Buffer Planting from The View of Air Pollution Purification, Disertasi, 95hal. Tidak Dipublikasikan. Nasrullah, N Studi Kemampuan Tanaman Jalan Raya dalam Menyerap Polusi Udara (NO 2 ), Laporan Riset Unggulan Terpadu III, Dewan Riset Nasional, Kantor Menteri Riset dan Teknologi. Simonds, J.O. & B.W. Starke Landscape Architecture: A Manual of Environmental Planning and Design, 4 th ed., McGraw- Hill, Inc., New York, pp.352. Suharsono, H Metode Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan, Makalah Kursus Amdal, PPLH-LP, Bogor, 87hal. Sulistyantara, B Tanaman Rumah Tinggal, Penebar Swadaya, Jakarta, 194hal. Widagdo, S., A. Gunawan, N. Nasrullah, W.Q. Mugnisjah Studi tentang Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas Visual Lansekap Jalan Tol Jagorawi, Forum Pascasarjana; 26 (1): Yuliarti, D Karakteristik Tanaman yang Efektif Mereduksi Kebisingan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Tidak Dipublikasikan.

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN SEKITARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAWI IMAWAN WAHYU HIDAYAT

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN SEKITARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAWI IMAWAN WAHYU HIDAYAT EVALUASI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN SEKITARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAWI IMAWAN WAHYU HIDAYAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

Peran Hutan Kota dalam Menurunkan Tingkat Kebisingan. Riaharti Zulfahani, Gt.M.Hatta, Rusmayadi, Maharso

Peran Hutan Kota dalam Menurunkan Tingkat Kebisingan. Riaharti Zulfahani, Gt.M.Hatta, Rusmayadi, Maharso EnviroScieniteae 1 (1), 29-35, 2005 EnviroScienteae Peran Hutan Kota dalam Menurunkan Tingkat Kebisingan Riaharti Zulfahani, Gt.M.Hatta, Rusmayadi, Maharso Program Studi Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. [1-2] Berdasarkan Surat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Pengertian jalan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN SEKITARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAWI IMAWAN WAHYU HIDAYAT

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI PENYANGGA LINGKUNGAN SEKITARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAWI IMAWAN WAHYU HIDAYAT EVALUAS JALUR HJAU JALAN SEBAGA PENYANGGA LNGKUNGAN SEKTARNYA DAN KESELAMATAN PENGGUNA JALAN BEBAS HAMBATAN JAGORAW MAWAN WAHYU HDAYAT SEKOLAH PASCASARJANA NSTTUT PERTANAN BOGOR BOGOR 2 0 0 8 EVALUAS JALUR

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

EVALUASI EFEKTIVITAS TANAMAN DALAM MEREDUKSI POLUSI BERDASARKAN KARAKTER FISIK POHON PADA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR ABDUL HAFIZH AL-HAKIM

EVALUASI EFEKTIVITAS TANAMAN DALAM MEREDUKSI POLUSI BERDASARKAN KARAKTER FISIK POHON PADA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR ABDUL HAFIZH AL-HAKIM EVALUASI EFEKTIVITAS TANAMAN DALAM MEREDUKSI POLUSI BERDASARKAN KARAKTER FISIK POHON PADA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR ABDUL HAFIZH AL-HAKIM DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Tujuan: Memahami dasar pemikiran merencana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang begitu pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah alat transportasi.

Lebih terperinci

8.1. Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan Arisik Visual

8.1. Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan Arisik Visual Konsep Vegetasi Pada beberapa bahasan terdahulu sudah dikemukakan bahwa elemen vegetasi / tanaman merupakan unsur yang dominan dalam RTH / Ruang Hijau Kota / Urban Open Space. Vegetasi dapat ditata sedemikian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat Prediksi Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas Karbondioksida (CO 2) di Kota Medan 1 Predicting of Urban Forest Width as the Carbondioxide (CO 2) Absorber in Medan Suri Fadhilla 2, Siti Latifah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR. Ramanda Widyanti

EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR. Ramanda Widyanti EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR Ramanda Widyanti DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun yang dimuntahkan oleh jutaan knalpot kendaraan bermotor. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi.

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi. Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi. Guntar Marolop S. Abstract Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi Tahun 2013-2033, salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL Oleh : RETNO ISMURDIATI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANLAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RETNO ISMURDIATI. Fungsi Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

KATA KUNCI UTAMA PERMASALAHAN LANSKAP PERKOTAAN KUALITAS UDARA & PENCEMARAN PERAN POHON. Data Ilmiah dari Hasil Penelitian Terapan

KATA KUNCI UTAMA PERMASALAHAN LANSKAP PERKOTAAN KUALITAS UDARA & PENCEMARAN PERAN POHON. Data Ilmiah dari Hasil Penelitian Terapan BEDAH BUKU Gelar IPTEK Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2016 Rabu, 11 Mei 2016 Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pembahas: Hadi Susilo Arifin Guru Besar Bidang Ekologi & Manajemen Lanskap Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 112 5.1 Konsep Kawasan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 5.1: Kondisi eksisting kawasan Sumber: Google erth, 2011 Keterangan: 1: Landasan penerbangan dan pendaratan pesawat di masa mendatang 2: Tapak 3:

Lebih terperinci

TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE

TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE i TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE RINA DWICA DESYANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iii RINGKASAN RINA DWICA DESYANA.

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

f. Nilai estetis (Aesthetic values)

f. Nilai estetis (Aesthetic values) 3. Fungsi Tanaman Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas Iingkungan. Adapun fungsi 1anaman adalah: (baca, Carpenter, Phillip L., Theodore

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING LAPORAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA ( Taman Nostalgia Kupang ) NAMAA NIM KELAS MK : JONIGIUS DONUATA : 132 385 018 : A : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN (STUDI KASUS: PT JAKARTA INDUSTRI ESTATE PULOGADUNG) Oleh. Kelompok 9. Dwitantian H Brillianti

BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN (STUDI KASUS: PT JAKARTA INDUSTRI ESTATE PULOGADUNG) Oleh. Kelompok 9. Dwitantian H Brillianti BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN (STUDI KASUS: PT JAKARTA INDUSTRI ESTATE PULOGADUNG) Oleh Kelompok 9 Andi Handoko Saputro Rizki Kurnia Tohir Yanuar Sutrisno Dwitantian H Brillianti Dita Tryfani

Lebih terperinci

POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU

POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU POLA SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI PARTIKEL TIMBAL DI SEKITAR JALUR HIJAU JALAN (STUDI KASUS JALUR HIJAU Acacia mangium, JALAN TOL JAGORAWI) [Spatial Dispersion Pattern of Lead Particle Concentration in

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan dan Jalan Tol Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci