BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Farida Kusnadi
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. [1-2] Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. [3] Setelah polusi udara dan air, polusi suara di perkotaan dianggap sebagai jenis pencemaran lingkungan yang paling serius ketiga oleh World Health Organitation (WHO). Secara umum polusi suara di daerah perkotaan dihasilkan melalui sumber yang berbeda, di antaranya lalu lintas jalan, konstruksi dan kegiatan komersial, industri, bandara dan daerah perumahan. [4] Kebisingan dirasakan pada tingkat individu, tetapi ketika individu mengalami sebagai masalah yang menyebabkan masalah pendengaran, mengganggu fungsi kognitif dan mengurangi kesejahteraan, menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kebisingan merupakan isu kesehatan masyarakat yang relevan pada masyarakat umum dan administrasi di tingkat lokal, nasional dan internasional. [5] Paparan secara signifikan berdampak pada kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis. [6] Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan penduduk yang berasal dari, antara lain gangguan pola tidur (insomnia), kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Sekitar 10 juta orang dewasa dan 5,2 juta anak di AS sudah menderita gangguan pendengaran ireversibel akibat dan tiga puluh juta lebih terekspos ke tingkat berbahaya setiap hari. Kebisingan juga berpengaruh negatif dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial. [7-8] Efek psikologis akibat termasuk hipertensi, takikardia,

2 peningkatan pelepasan kortisol dan stres fisiologis meningkat. Penelitian di Amerika Serikat dan New Zealand menyatakan bahwa dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. [2, 8] Survey yang telah dilakukan di India menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang terpapar oleh jalan raya merasa terganggu dan merasakan dampak pada kesejahteraan dan kesehatan mereka. [9] Penelitian di Netherlands membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara prevalensi efek terhadap kesehatan seseorang dengan intensitas. [10] Meskipun demikian, efek psikologis dari biasanya tidak terlihat dengan baik dan sering diabaikan. [2] Pemerintah Indonesia melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996 tanggal 25 November 1996, telah menetapkan baku tingkat untuk daerah perkantoran dan perdagangan adalah sebesar 65 desibel (db) (A). [3] Namun, pada perkantoran dan perdagangan yang dekat dengan jalan raya intensitas nya sering melampaui nilai ambang batas. Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber utama polusi suara di jalan raya. Jumlah kendaraan cenderung meningkat di Indonesia. Jumlah kendaraan bermotor tahun 2008 mencapai unit dengan jumlah sepeda motor sebanyak 73 %, diikuti mobil penumpang, truk, dan bis sebanyak 15,1 %, 7,9 % dan 4 %. Peningkatan jumlah kendaraan tahun 2009 mencapai 8,3 % yaitu sejumlah unit dengan jumlah sepeda motor sebanyak 74 %, diikuti mobil penumpang, truk, dan bis sebanyak 14,7 %, 7,4 % dan 3,9 %. [11] Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang menyebutkan terdapat kenaikan jumlah kendaraan bermotor di Kota Semarang dari tahun 2007 hingga Jumlah kendaraan pada tahun 2007, 2008, dan 2009 beturut-turut mencapai angka unit, unit, unit. [12] Adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor semakin menambah masalah polusi suara yang merugikan kesehatan. Oleh karena itu banyak penelitian

3 yang telah dilakukan untuk menemukan cara untuk mengatasi polusi suara seluruh dunia. Salah satu cara untuk mengatasi adalah dengan penggunaan tanaman sebagai pereduksi. Tanaman dapat berperan untuk mengendalikan karena dapat menyerap dan memencarkan energi bunyi. Selain itu tanaman di perkotaan seperti Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau memiliki peranan penting dalam perbaikan kondisi lingkungan dan kehidupan masyarakat. [4, 13] Tanaman merupakan pereduksi yang ramah lingkungan dan memberikan keindahan bila dilihat dari aspek visual. Tanaman jika cukup tinggi, lebar, dan padat, dapat menurunkan lalu lintas jalan raya. Efektivitasnya tergantung pada kerapatan tanaman sepanjang jalan raya dan kepadatan daun (jenis tanaman). Tanaman pereduksi yang efektif dapat mengurangi tingkat 10 sampai 15 db. [14] Penelitian di Yunani membuktikan bahwa tanaman Pinus brutia mampu mereduksi lebih besar dibandingkan permukaan padang rumput. Pinus brutia mampu mereduksi hingga sebesar 6 db. [7] Penelitian di Sri Lanka membuktikan tanaman mampu mereduksi hingga sebesar 4 db. [14] Sebagian besar wilayah Kota Semarang mempunyai potensi akibat lalu-lintas. Salah satu lokasi yang rawan adalah Jl. Sultan Agung, Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil survei pendahuluan bahwa rata-rata intensitas di Jl. Sultan Agung mencapai 80 db (A). Angka tersebut telah melebihi baku tingkat untuk daerah perkantoran dan perdagangan. Hasil survei juga menunjukkan tidak ditemukan sumber lain selain bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Survei menunjukkan jumlah kendaraan bermotor yang melintas di lokasi pukul Waktu Indonesia Barat (WIB) rata-rata 273 unit per menit. Penelitian ini dilaksanakan di 32 titik di Jl. Sultan Agung, Semarang. Titik-titik tersebut memiliki tingkat kerapatan tanaman yang dikategorikan rapat dan ada yang dikategorikan renggang. Jenis tanaman yang tumbuh di

4 lokasi penelitian adalah Bougenvil, Teh-tehan Pangkas, Angsana, Sanseviera, Pakis, Mahoni, Asam, dan Palem. Jarak antar titik tidak lebih dari 50 meter, sehingga perbedaan jumlah kendaraan yang melintas saat pengukuran dapat diminimalkan. Dalam penelitian ini akan dilihat perbedaan intensitas berdasarkan jenis tanaman dan tingkat kerapatan tanaman di Jl. Sultan Agung, Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah: 1. Adakah perbedaan intensitas berdasarkan jenis tanaman? 2. Adakah perbedaan intensitas berdasarkan tingkat kerapatan tanaman? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan intensitas berdasarkan jenis tanaman dan tingkat kerapatan tanaman. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan jumlah kendaraan. b. Mendeskripsikan jenis tanaman. c. Menghitung tingkat kerapatan tanaman. d. Mengukur intensitas. e. Menganalisis perbedaan intensitas berdasarkan jenis tanaman. f. Menganalisis perbedaan intensitas berdasarkan tingkat kerapatan tanaman. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan memberikan alternatif solusi kepada masyarakat dalam mengurangi intensitas, salah satunya dengan

5 upaya penanaman tanaman pereduksi. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas perkotaan. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai khasanah ilmiah dan pijakan penelitian selanjutnya serta pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Kesehatan Lingkungan. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian dalam lingkup Kesehatan Masyarakat bidang Kesehatan Lingkungan khususnya Pencemaran Udara. F. Keaslian Penelitian (Originalitas) Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu N o Peneliti (th) Judul Desain Studi 1 Samara Road traffic Explanatory (2007) [7] noise reduction research by vegetation in the big ring road of a big city 2 Kalansuriya Effect of Explanatory (2009) [14] roadside research vegetation on the reduction of traffic noise levels 3 Chih-Fang Fang (2003) [15] 4 Setyo Widagdo (2003) [13] Investigation of The Noise Reduction Provided by Tree Belts Studi tentang Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas Visual Lansekap Jalan Tol Jagorawi Experiment Explanatory research Variabel Penelitian jenis vegetasi tingkat reduksi kepadatan vegetasi tingkat reduksi visibilitas, lebar, tinggi dan panjang vegetasi tingkat reduksi jenis vegetasi kemampuan reduksi Hasil Vegetasi mampu mereduksi sebesar 6 db dengan jenis vegetasinya adalah Pinus brutia Vegetasi mampu mereduksi rata-rata 4 db Ada hubungan negatif antara visibilitas vegetasi dengan tingkat reduksi. Ada hubungan positif antara lebar, tinggi, dan panjang vegetasi dengan tingkat reduksi Ada perbedaan kemampuan reduksi menurut jenis vegetasi berdasarkan kerapatan massa tanaman, kepadatan dan lebar penanaman

6 Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ada pada variabel bebas. Variabel bebas penelitian terdahulu adalah jenis tanaman, kepadatan vegetasi, visibilitas, lebar, tinggi dan panjang vegetasi, sedangkan variabel bebas penelitian ini adalah jenis tanaman dan tingkat kerapatan tanaman.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan