BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Analytical Hierarcy Process (AHP) 2.. Pengantar Analytical Hierarcy Process (AHP) Proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 992). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atau persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusan (Marimin, 2004, p76-78). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi bagian bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel

2 20 yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstrusikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Dr. Thomas L. Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan/pairwise, menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif Model Keputusan dengan AHP AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini

3 2 menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah : Kesatuan : AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen elemen dalam suatus sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. Penyusunan hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah milah elemen elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. Pengukuran : AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

4 22 Tawar Menawar : AHP mempertimbangkan prioritas prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan tujuan mereka. Penilaian dan Konsesus : AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda. Pengulangan Proses : AHP memungkinkan organisasi memperhalus defenisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan 2..3 Prinsip Kerja AHP Ide dasar prinsip kerja AHP adalah : Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Diagram berikut merepresentasikan keputusan untuk memilih agroindustri, dengan menggunakan AHP. Adapun kriteria untuk membuat tersebut adalah bahan baku, pemasaran, dan teknologi proses, beserta dengan sub kriteria yang terkait dengan masing masing kriteria tersebut.

5 23 Alternatif yang tersedia dalam membuat keputusan terlihat pada level yang paling bawah. Hierarki persoalan ini dapat pada gambar 2.. Gambar 2. Contoh Struktur Hierarki dalam AHP Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (983), untuk berbagai persoalan, skala sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan defenisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Nilai dan Definisi Kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty Nilai Keterangan Kriteria/ alternatif A sama penting dengan kriteria / alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu - ragu antara dua nilai yang berdekatan

6 24 Nilai perbandingan A dengan B adalah (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis Penggabungan Pendapat Responden Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternative dilakukan oleh beberapa ahli multidiplioner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan ratarata geometrik. Berikut rumusan rata-rata geometrik :

7 25 A = Z xz x... n ij 2 xz n Keterangan : A ij = Nilai rata-rata perbandingan antara kriteria Ai dengan Aj untuk partisipan. Z i = Nilai perbandingan antara kriteria Ai dengan Aj untuk partisipan ke-i i =, 2, 3,..., n n = Jumlah partisipan. Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur AHP yang telah diuraikan sebelumnya. 2.2 Diagram Sebab-Akibat (Causes and Effect Diagram) 2.2. Definisi dan Tujuan Diagram Sebab-Akibat Definisi diagram sebab-akibat (Gaspersz, 998, p6) adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses stastistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat). Diagram sebab-akibat ini sering disebut sebagai diagram tulang ikan juga (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram ishikawa (ishikawa s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaouru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 953.

8 26 Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut : Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi dari suatu masalah. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta yang lebih lanjut Langkah-langkah Membuat Diagram Sebab-Akibat Langkah-langkah dalam penbuatan diagram sebab-akibat dapat dikemukakan sebagai berikut : Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor faktor penyebab atau kategorikategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor : manusia, mesin peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran,

9 27 dan lain-lain, atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebabpenyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebabpenyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki penarug nyata terhadap karakteristik kualitas. Catatlah informasi yang perlu didalam diagram sebab-akibat itu, seperti : judul, nama produk, proses, kelompok, partisipan, tanggal, dan lain-lain.

10 Metode Transportasi 2.3. Definisi dan Aplikasi Metode Transportasi Dalam bagian ini, menyajikan definisi dari model transportasi. Kami lalu menjabarkan beberapa variasi dari model ini yang memperluas ruang lingkup aplikasinya ke berbagai masalah yang lebih luas di dunia nyata. (Taha, 996, p ). Dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup : Tingkat penawaran di setiap sumber dan jumlah permintaan di setiap tujuan. Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Karena hanya terdapat satu barang, sebuah tujuan dapat menerima permintaannya dari satu sumber atau lebih. Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirimkan dari setiap sumber ke setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa sehingga biaya transportasi total diminimumkan. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa biaya transportasi di sebuah rute tertentu adalah proposional secara langsung dengan jumlah unit yang dikirimkan. Definisi unit transportasi akan bervariasi bergantung pada jenis barang yang dikirimkan. Misalnya. Kita dapat membicarakan unit

11 29 transportasi sebagai setiap balok baja yang diperlukan untuk membangun jembatan. Atau dapat menggunakan beban truk dari sebuah barang sebagai unit transportasi. Bagaimanapun juga, unit penawaran dan permintaan harus konsisten dengan definisi tentang unit yang dikirimkan. Gambar memperlihatkan sebuah model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan. Sebuah sumber atau tujuan diwakili dengan sebuah node. Busur yang menghubungkan sebuah sumber dan sebuah tujuan mewakili rute pengiriman barang tersebut. Jumlah penawaan di sumber i adalah a i dan permintaan di tujuan j adalah b j. Biaya unit transportasi antara sumber i adalah c ij. Anggaplah X ij mewakili jumlah barang yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j; maka model LP yang mewakili masalah transportasi ini diketahui secara umum sebagai : Sumber Tujuan 2 2 m n Gambar 2.2 Model LP yang mewakili masalah Transportasi m Minimumkan z = i= n j= c ij x ij

12 30 Dengan batasan n j= m i= x ij a i, i=, 2,., m x ij b j, j=, 2,., n x ij 0, untuk semua i dan j Kelompok batasan pertama menetapkan bahwa jumlah pengiriman dari sebuah sumber tidak dapat melebihi penawarannya; demikian pula, kelompok batasan kedua mengharuskan bahwa jumlah pengiriman kesebuah tujuan harus memenuhi permintaannya. m i= Model baru digambarkan diatas menyiratkan bahwa penawaran total n a i harus setidaknya sama dengan permintaan total j= b. Ketika penawaran total sama dengan permintaan total ( a i = b j ), formulasi yang dihasilkan disebut model transportasi berimbang (balanced transportation model). Model ini berbeda dengan model diatas hanya dalam fakta bahwa semua batasan adalah persamaan, yaitu: n j= m i= x ij = a i, i=, 2,., m x ij = b j, j=, 2,., n m i= n j= j

13 3 Dalam kehidupan nyata, tidak selalu dapat dipastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan atau melebihinya. Tetapi, sebuah model transportasi dapat selalu berimbang. Pengimbangan ini, disamping kegunaannya dalam permodelan situasi praktis tertentu, adalah penting untuk pengembangan sebuah metode pemecahan yang sepenuhnya memanfaatkan struktur khusus dari model transportasi ini Model Transportasi Berimbang Berikut ini adalah contoh mengenai model transportasi berimbang. MG Auto company memiliki pabrik di Los Angeles, Detroit, dan New Orleans. Pusat distribusinya terletak di Denver dan Miami. Kapasitas ketiga pabrik tersebut selama sekwartal adalah 000, 300, dan 200 mobil. Permintaan kwartalan di kedua pusat distribusi itu adalah 2300 dan 400 mobil. Biaya transportasi darat per mobil per mil adalah sekitar 8 sen. Bagan jarak antara pabrik dan pusat distribusi tersebut adalah sebagai berikut : (Taha, 996, p ). Tabel 2.2 Bagan Jarak Antara Pabrik dan Pusat Distribusi Denver Miami Los Angeles Detroit New Orleans

14 32 Bagan jarak diatas dapat diterjemahkan menjadi biaya per mobil dengan tarif 8 sen per mil. Ini menghasilkan biaya berikut ini (yang dibulatkan ke dollar terdekat). Yang mewakili c ij dalam model umum: Tabel 2.3 Cij dalam Model Umum Denver Miami () (2) Los Angeles () Detroit (2) New Orleans (3) Situasi ini dikatakan tidak berimbang karena penawaran total (=3500) tidak sama dengan permintaan total (=3700). Dengan kata kata lain situasi yang tidak berimbang ini berarti bahwa tidak semua permintaan di pusat distribusi dapat dipenuhi. Tujuan kita adalah merumuskan ulang model transportasi ini dengan cara yang mendistribusikan kekurangan jumlah (= =200 mobil) secara optimal diantara pusat pusat distribusi. Karena permintaan lebih besar dari penawaran, sebuah sumber buatan atau dummy (pabrik) dapat ditambahkan dengan kapasitas sama dengan 200 mobil. Pabrik dummy tersebut diijinkan,

15 33 Tabel 2.4 Contoh Sumber Dummy Denver Miami Los Angeles Detroit New Orleans Pabrik Dummy Denver Miami Pusat Distribusi Dummy Los Angeles Detroit New Orleans Dalam kondisi normal, untuk mengirimkan produksinya kesemua pusat distribusi. Secara fisik, jumlah yang dikirimkan ke tujuan dari sebuah pabrik dummy akan mewakili jumlah kekurangan di tempat tujuan itu. Satu satunya informasi yang belum dapat untuk penyelesaian model ini adalah biaya unit transportasi dari sebuah pabrik dummy ke tujuan. Karena pabrik tersebut sebenarnya tidak ada, pengiriman fisik tidak terjadi dan biaya unit transportasinya adalah nol. Tetapi, dapat melihat situasi ini dengan cara yang berbeda dengan mengatakan bahwa biaya penalti yang dibayarkan untuk setiap unit permintaan yang tidak dipenuhi di pusat pusat distribusi. Dalam kasus ini, biaya transportasi tersebut akan sama dengan biaya penalti per unit di berbagai tujuan. Tabel 2.2 meringkaskan model berimbang dengan batasan kapasitas yang baru ini dipabrik bahkan tujuan buatan atau tujuan dummy yang akan

16 34 menyerap selisih itu. Misalnya, anggaplah bahwa permintaan di Denver merosot menjadi 90 mobil. Tabel 2.4 meringkaskan model dengan pusat distribusi dummy ini. Setiap mobil yang dikirimkan dari sebuah pabrik ke sebuah pusat distribusi dummy mewakili jumlah surplus di pabrik itu. Biaya unit transportasi yang berkaitan dengannya adalah nol. Tetapi, dapat mengenakan biaya penyimpanan untuk penahanan mobil tersebut di pabrik, dimana biaya unit transportasi tersebut akan sama dengan biaya unit penyimpanan Teknik Transportasi Langkah langkah dasar dari teknik transportasi adalah (Taha, 996, p22-23) :. Tentukan pemecahan awal yang layak. 2. Tentukan variabel masuk dari diantara variabel nondasar. Jika semua variabel masuk memenuhi kondisi optimalitas (dari metode simpleks), berhenti; jika tidak, lanjutkan ke langkah ke Tentukan variabel keluar (dengan menggunakan kondisi kelayakan) dari diantara variabel variabel dalam pemecahan dasar saat ini; lalu temukan pemecahan dasar baru. Kembali ke langkah 2.

17 35 Langkah langkah ini akan mempertimbangkan secara terinci. Alat penjelasannya adalah masalah dalam Tabel 2.5. Biaya unit transportasi c ij adalah dalam dollar. Penawaran dan permintaan diketahui dalam jumlah unit. Tabel 2.5 Langkah langkah Dasar dari Teknik Transportasi Tujuan Penawaran Sumber x x 2 x 3 x x 2 x 22 x 23 x x 3 x 32 x 33 x 34 5 Permintaan Pemecahan Masalah Transportasi Penentuan Pemecahan Awal Definisi umum dari model transportasi dalam 2.3 mengharuskan m bahwa a i = b j. Pesyaratan ini menghasilkan satu persamaan dependen, i= n j= yang berarti model tersebut hanya memiliki M + n- persamaan independen. Jadi, seperti dalam metode simpleks, pemecahan dasar yang layak harus mencakup m + n - variabel dasar. (Taha, 996, p22-28). Biasanya, jika model transportasi dirumuskan sebagai sebuah tabel simpleks, kita perlu memanfaatkan variabel buatan untuk memperoleh

18 36 pemecahan dasar awal. Tetapi, ketika tabel transportasi dipergunakan, pemecahan dasar awal yang layak dapat diperoleh secara mudah dan langsung. Kami menyajikan prosedur yang disebut peraturan sudut barat laut (northwest-corner rule) untuk maksud ini. Dua prosedur lainnya, yang disebut metode biaya terendah (least-cost) dan pendekatan Vogel. Prosedur ini biasanya memberikan pemecahan awal yang lebih baik dalam arti bahwa nilai fungsi tujuan yang bersangkutan adalah lebih kecil. Metode sudut barat laut memulai dengan mengalokasikan jumlah maksimum yang dapat diijinkan oleh penawaran dan permintaan ke variabel x (variabel yang berada disudut barat laut dari tabel). Kolom (baris) yang sudah dipenuhi lalu disilang, yang menunjukkan bahwa variabel sisanya dalam kolom (baris) yang disilang tersebut adalah sama dengan nol. Jika sebuah kolom dan sebuah baris dipenuhi secara bersamaan, hanya satu (salah satunya) yang disilang. Kondisi ini menjamin penentuan variabel dasar nol, jika ada, secara otomatis. Tabel 2.6 Metode sudut barat laut

19 37 Setelah menyesuaikan jumlah penawaran dan permintaan untuk semua baris dan kolom yang belum disilang, jumlah maksimum yang layak dialokasikan ke elemen pertama yang belum di silang di kolom (baris) yang baru. Proses ini diselesaikan ketika tepat satu baris atau satu kolom belum disilang. Prosedur yang harus dijabarkan diatas sekarang diterapkan untuk contoh dalam tabel 2.5. x = 5, yang menyilang kolom. Jadi tidak ada alokasi lebih lanjut dapat dibuat dalam kolom. Jumlah yang tersisa dalam baris adalah 0 unit. 2. x 2 = 0, yang menyilang baris. Dan meninggalkan 5 unit dalam kolom x 22 = 5, yang menyilang kolom 2. Dan meninggalkan 20 unit di baris x 23 = 5, yang menyilang kolom 3. Dan meninggalkan 5 unit di baris x 24 = 5, yang menyilang baris 2. Dan meninggalkan 5 unit di kolom x 34 = 5, yang menyilang baris 2 atau kolom 4. Karena hanya ada satu baris ata satu kolom yang tetap belum disilang, proses ini berakhir.

20 38 Pemecahan dasar awal yang dihasilkan diberikan dalam Tabel 2.6. Variabel dasar adalah x = 5, x 2 = 0, x 22 = 5, x 23 = 5, x 24 = 5, x 34 = 5. Variabel sisanya adalah nondasar ditingkat nol. Biaya transportasi yang bersangkutan dengnnya adalah 5 X X X X X X 8 = $ 40 Ketika baik sebuah kolom maupun baris terpenuhi secara bersamaan, variabel berikutnya yang harus ditambahkan ke pemecahan dasar akan dipastikan berada di tingkat nol. Tabel 2.7 mengilustrasikan hal ini ketika kolom 2 dan baris 2 dipenuhi secara bersamaan. Jika kolom 2 disilang, x 23 menjadi dasar di tingkat nol dalam langkah berikutnya, karena penawaran sisanya untuk baris 2 adalah sekarang nol. (kasus ini diperlihatkan dalam tabel 2.7), jika baris 2 disilang, x 32 akan menjadi varibel dasar nol. Tabel 2.7 Kolom 2 dan Baris 2 Dipenuhi Secara Bersamaan

21 39 Penentuan Variabel Masuk (Metode Pengali) Variabel masuk ditentukan dengan menggunakan kondisi optimalitas dari metode simpleks. Seperti diterangkan lebih lanjut dalam bagian ini, perhitungan koefisien persamaan tujuan didasari oleh hubungan primal - dual. Pertama tama akan disajikan mekanika metode ini dan lalu menyediakan penjelasan yang terinci tentang prosedur yang didasari oleh teori dualitas. Metode lainnya, yang disebut prosedur batu loncatan (stepping-stone procedure), juga tersedia untuk menentukan variabel masuk. Walaupun perhitungan dalam kedua metode ini tepat setara, metode batu loncatan memberikan kesan bahwa prosedur ini sepenuhnya tidak berkaitan dengan metode simpleks. Dalam metode pengali kita mengaitkan penggali u i dan v j dengan baris i dan kolom j dari tabel transportasi. Untuk setiap variabel dasar xij dalam pemecahan saat ini, pengali u i dan v j harus memenuhi persamaan berikut ini: u i + v j = c ij, untuk setiap variabel dasar x ij Persamaan ini menghasilkan m + n - persamaan (karena hanya terdapat m + n - variabel dasar) dengan m + n pengali yang tidak diketahui. Nilai nilai pengali dapat ditentukan dari persamaan ini dengan memberikan nilai sembarang pada salah satu pengali (biasanya u ditetapkan sama dengan nol) dan lalu memecahkan m + n - persamaan dengan m + n - pengali yang tidak diketahui. Setelah hal ini dilakukan, evaluasi terhadap setiap variabel nondasar x pq diketahui.

22 40 c pq = u + v c, untuk setiap variabel nondasar x pq p q pq (Nilai nilai ini akan sama tanpa bergantung pada pilihan sembarang nilai u ). Variabel dengan c pq yang paling positif lalu dipilih sebagai variabel masuk (dibandingkan dengan kondisi optimalitas minimisasi dari metode simpleks). Jika menerapkan prosedur ini pada variabel variabel non dasar dalam Tabel 2.6 (pemecahan saat ini), persamaan yang berkaitan dengan variabel dasar diketahui : x : u + v = c = 0 x 2 : u + v 2 = c 2 = 0 x 22 : u 2 + v 2 = c 22 = 7 x 23 : u 2 + v 3 = c 23 = 9 x 24 : u 2 + v 4 = c 24 = 20 x 34 : u 3 + v 4 = c 34 = 8 Dengan membiarkan u = 0, nilai pengali secara berturut turut ditentukan sebagai v = 0, v 2 =0, u 2 = 7, v 3 =2, v 4 = 3, dan u 3 = 5. Jadi, evaluasi variabel nondasar diketahui sebagai berikut : x 3 : c 3 = u + v 3 - c 3 = = -8 x 4 : c 4 = u + v 4 - c 4 = = 2 x 2 : c 2 = u 2 + v c 2 = = 5 x 3 : c 3 = u 3 + v c 3 = = 5

23 4 x 32 : c 32 = u 3 + v 2 c 32 = = -9 x 33 : c 33 = u 3 + v 3 c 33 = = -9 Karena x 3 memiliki c pq yang paling positif, variabel ini dipilih sebagai variabel masuk. Persamaan u i + v j = c ij, yang kita pergunakan untuk menentukan pengali, memiliki struktur yang begitu sederhana sehingga sebenarnya kita tidak perlu menuliskannya secara eksplisit. Biasanya jauh lebih sederhana untuk menentukan pengali secara langsung dari table transportasi dengan mencatat u i dari baris i dan v j dari kolom j sama dengan c ij ketika baris i dan kolom j berpotongan disebuah sel yang memuat variabel dasar x ij. Setelah u i dan v j ditentukan, dapat menghitung cpq untuk semua x pq nondasar dengan menambahkan u p dari baris p dan v q dari kolom q dan lalu mengurangkan c pq dalam sel titik potong baris p dan kolom q. Penentuan Variabel Keluar (Konstruksi Loop) Langkah ini setara dengan penerapan kondisi kelaykan dalam metode simpleks. Tetapi, karena semua koefisien batasan dalam model transportasi semula adalah nol atau, rasio (positif) dari kondisi kelayakan akan selalu memiliki penyebut yang sama dengan. Jadi nilai variabel dasar akan secara langsung memberikan rasio yang bersangkutan.

24 42 Untuk maksud penentuan rasio minimum, kiya mengembangkan loop tertutup untuk variabel masuk saat ini (x 3 dalam iterasi saat ini). Loop berawal dan berakhir di variabel nondasar yang ditunjukkan. Loop ini terdiri dari segmen horizontal dan vertical (yang tersambung) yang ujung ujungnya haruslah variabel dasar, kecuali untuk titik titik akhir yang berkaitan dengan bvariabel masuk. Ini berarti bahwa setiap elemen susut dari loop ini haruslah sebuah sel yang memuat variabel dasar. Tabel 2.8 mengilustrasikan sebuah untuk varibel masuk x 3 dengan diketahui pemecahan dalam tabel -6. Loop ini dapat didefinisikan dalam bentuk variabel dasar sebagai x 3 x x 2 x 22 x 24 x 34 x 3. Tidak menjadi masalah apakah loop tersebut ditelusuri searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Amati bahwa untuk satu pemecahan dasar tertentu, hanya satu loop yang unik yang dapat dikembangkan untuk setiap variabel nondasar. Dapat dilihat dari Tabel 2.8 bahwa jika x 3 (variabel masuk) dinaikan dengan satu unit maka, unit mempertahankan kelayakan dari pemecahan, variabel dasar sudut dari loop x 3 harus disesuaikan sebagai berikut. Turunkan x dengan satu unit, naikkan x 2 dengan satu unit, turunkan x 22 dengan satu unit, naikkan x 24 dengan satu unit, dan akhirnya turunkan x 34 dengan satu unit. Proses ini diringkaskan dengan tanda plus + dan minus di sudut sudut yang sesuai dalam Tabel 2.8. Perubahan ini akan mempertahankan batasan penawaran dan perminyaan tetap dipenuhi.

25 43 Variabel keluar dipilih dari diantara variabel variabel sudut dari loop ini yang akan menurun ketika variabel masuk x 3 meningkat melewati tingkat nol. Ini ditunjukkan dalam Tabel 2.8 dengan variabel dalam kotak kotak yang diberi label dengan tanda minus. Dari Tabel 2.8, x, x 22, dan x 34 adalah variabel dasar yang akan menurun ketika x 3 meningkat. Variabel yang memiliki nilai terkecil lalu dipikih sebagai variabel keluar, karena variabel itu akana menjadi variabel pertama yang mencapai nilai nol dan setiap penurunan lebih lanjut akan menyebabkan nilainya menjadi negatif (bandingkan kondisi kelayakan dari metode simpleks dimana variabel keluar dikaitkan dengan rasio minimum). Dalam contoh ini tiga variabel -, x, x 22, dan x 34 nilai yang sama (=5), dimana salah satu dari ketiganya dapat dipilih sebagai variabel keluar. Anggaplah x 34 bahwa diambil sebagi variabel keluar, lalu nilai x 3 dinaikkan menjadi 5 dan nilai variabel sudut (dasar) disesuaikan (yaitu, masing masing dinaikkan atau diturunkan dengan 5, bergantung pada apakah variabel itu memiliki tanda + atau yang berkaitan dengannya).

26 44 Tabel 2.8 Tabel Penentuan Variabel Keluar (Konstruksi Loop) x Pemecahan Awal yang Diperbaiki Metode Biaya Terendah Prosedurnya adalah sebagai berikut yaitu dengan memberikan nilai setinggi mungkin pada variabel dengan biaya unit terkecil dalam keseluruhan tabel. (beberapa biaya unit yang sama dipilih secara sembarang). Silang baris atau kolom yang dipenuhi. (Seperti dalam metode sudut barat laut, jika baik kolom maupun baris dipenuhi secara berbarengan, hanya satu yang disilang). Setelah menyesuaikan penawaran dan permintaan untuk semua baris dan kolom yang belum disilang. Ulangi proses dengan memberikan nilai setinggi mungkin pada variabel dengan biaya unit terkecil yang belum disilang. Prosedur ini diselesaikan ketika tepat satu baris atau satu kolom belum disilang. (Taha, 996, p ).

27 45 Model transportasi dalam tabel 2.5 sekali lagi dipergunakan untuk mengilustrasikan penerapan metode biaya terkecil. Tabel 2.9 memberikan pemecahan awal yang dihasilkan, langkah langkah pemecahan adalah sebagai berikut : x 2 dan x 3 adalah sebagai variabel variabel yang berkaitan dengan biaya unit terkecil (c 2 = c 3 = 0). Dengan memilih secara sembarang, pilihlah x 2, unit penawaran dan permintaan yang bersangkutan memberikan x 2 = 5, yang memenuhi baik baris maupun kolom 2. Dengan menyilang kolom 2, penawaran yang tersisa dibaris adalah nol. Kemudian x 3 memiliki biaya unit terkecil yang belum disilang. Jadi x 3 = 5 memenuhi baik baris 3 maupun kolom. Dengan menyilang baris 3, permintaan dalam kolom adalah nol. Elemen berbiaya terkecil yang belum disilang adalah c 23 = 9. Unit penawaran dan permintaan memberikan x 23 = 5, yang menyilang kolom 3 dan menyisakan 0 unit penawaran dalam baris 2. Elemen berbiaya terkecil yang belum disilang adalah c = 0. Karena penawaran yang tersisa dibaris dan permintaan yang tersisa di kolom keduanya nol, x = 0. Dengan menyilang kolom, penawaran yang tersisa dibaris adalah nol. Variabel dasar sisanya diperoleh secara berturut turur sebagai x4 = 0 x 24 = 0. Lalu biaya total yang berkaitan dengan pemecahan ini adalah 0 X X 0 + 0X + 5 X X X 0 = $ 335, yang adalah lebih baik (lebih rendah) daripada yang diperoleh dengan metode sudut barat laut.

28 46 Tabel 2.9 Metode Biaya Terendah Metode Pendekatan Vogel (VAM) Metode ini merupakan sebuah heuristik dan biasanya memberikan pemecahan awal yang lebih baik daripada metode barat laut atau metode biaya terendah. Pada kenyataannya, VAM umumnya menghasilkan pemecahan awal yang optimum, atau dekat dengan optimum. Langkah langkah dari prosedur ini adalah sebagai berikut :. Evaluasi penalti untuk setiap baris (kolom) dengan mengurangkan elemen biaya terkecil dalam baris (kolom) dari elemen biaya terkecil berikutnya dalam baris (kolom yang sama). 2. Identifikasi baris atau kolom dengan penalty terbesar, pilih nilai yang sama secara sembarang. Alokasikan sebanyak mungkin pada variabel dengan biaya terendah dalam baris atau kolom yang

29 47 dipilih. Sesuaikan penawaran dan permintaan dan silang baris atau kolom yang dipenuhi. Jika baris atau kolom dipenuhi secara bersamaan, hanya satu diantaranya yang disilang dan baris (kolom) sisanya diberikan penawaran (permintaan) nol. Setiap baris atau kolom dengan penawaran atau permintaan nol tidak boleh dipergunakan dalam menghitung penuh berikutnya (dalam langkah 3). 3. (a) Jika tepat satu baris atau satu kolom yang belum disilang, berhentilah (b) Jika hanya satu baris (kolom) dengan penawaran (permintaan) positif yang belum disilang tentukan variabel dasar dalam baris (kolom) tersebut dengan metode biaya terendah. (c) Jika semua baris dan kolom yang belum disilang memiliki (diberi) penawaran dan permintaan nol, tentukan variabel dasar nol berdasarkan metode biaya terendah. Berhentilah. (d) Jika tidak, hitung ulang penalti untuk baris dan kolom yang belum disilang, lalu kembali ke langkah 2. (perhatikan bahwa baris dan kolom dengan penawaran dan permintaan yang diberi nilai nol tidak boleh dipergunakan dalam menghitung penalti ini).

30 48 Tabel 2.0 Metode Pendekatan Vogel (VAM) Penalti Baris Penalti Kolom Kita akan menerapkan VAM untuk masalah dalam Tabel 2.5. Tabel 2.0 memperlihatkan kelompok penalti baris dan kolom yang pertama. Karena baris 3 memiliki penalti terbesar (=4) dan karena c 3 = 0 adalah biaya unit terendah dalam baris yang sama, jumlah 5 diberikan para x 3. Baris 3 dan kolom dipenuhi secara bersamaan. Asumsikan bahwa kolom disilang. Penawaran yang tersisa untuk baris 3 adalah nol. Tabel 2. memperlihatkan sekelompok penalti baru setelah menyilang baris dalam Tabel 2.0. (perhatikan bahwa baris 3 dengan penawaran nol tidak dipergunakan dalam menghitung penalti ini). Baris dan kolom 3 memiliki penalti yang sama. Dengan memilih kolom 3 secara

31 49 sembarang, jumlah 2 diberikan pada x 23, yang menyilang kolom 3 dan menyesuaikan penawaran dalam baris 2 menjadi 0. Penerapan VAM yang berikutnya menghasilkan x 22 = 0 (menyilang baris 2). x 2 = 5 (menyilang kolom 2 ), x 4 = 0 (menyilang baris ), dan x 34 = 0.biaya program ini adalah $35, yang kebetulan merupakan pemecahan optimal. Versi VAM ini memilih dua penalti yang sama besar secara sembarang. Tetapi pemilihan ini penting dalam menghasilkan pemecahan awal yang baik. Contohnya. Dalam Tabel 2., jika baris yang dipilih dan bukan kolom 3, pemecahan awal yang lebih buruk dihasilkan. (periksalah bahwa pemecahan ini adalah x 2 = 5, x 23 = 5, x 24 = 0, x 3 = 5, yang akan menghasilkan biaya total sebesar $335). Prosedur VAM yang lengkap memberikan perincian tentang cara cara memilih penalti yang sama ini secara menguntungkan.

32 50 Tabel 2. Prosedur VAM Penalti Baris Penalti Kolom - 7 9

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354).

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354). BAB III MODEL TRANSPORTASI. Pendahuluan Permasalahan transportasi berkaitan dengan pendistribusian beberapa komoditas dari beberapa pusat penyediaan, yang disebut dengan sumber menuju ke beberapa pusat

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER: MODEL TRANSPORTASI. Oleh: Ni Ketut Tari Tastrawati, S.Si, M.Si

PEMROGRAMAN LINIER: MODEL TRANSPORTASI. Oleh: Ni Ketut Tari Tastrawati, S.Si, M.Si PEMROGRAMAN LINIER: MODEL TRANSPORTASI Oleh: Ni Ketut Tari Tastrawati, S.Si, M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i KATA PENGANTAR Kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB VII METODE TRANSPORTASI

BAB VII METODE TRANSPORTASI BAB VII METODE TRANSPORTASI Pada umumnya masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 MODEL TRANSPORTASI METODE TRANSPORTASI Transportasi Lokasi sumber Lokasi tujuan Transportasi distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran

Lebih terperinci

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN METODE MULTI-CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Faisal Piliang Sistem Informasi Universitas

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Model Transportasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

Manajemen Sains. Model Transportasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Manajemen Sains Model Transportasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pengertian Model transportasi adalah kelompok khusus program linear yang menyelesaikan masalah pengiriman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 5 MODEL TRANSPORTASI. 5.1 Pengertian Model Transportasi

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 5 MODEL TRANSPORTASI. 5.1 Pengertian Model Transportasi Modul 5 MODEL TRANSPORTASI 5.1 Pengertian Model Transportasi Model transportasi adalah kelompok khusus program linear yang menyelesaikan masalah pengiriman komoditas dari sumber (misalnya pabrik) ke tujuan

Lebih terperinci

Gambar 4. Tahapan kajian

Gambar 4. Tahapan kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Survei lapangan dilakukan untuk menganalisa kinerja bisnis usaha tahu dan kebutuhan pasar. Hasil analisa kebutuhan pasar menjadi masukan dalam pengembangan

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network :

Lebih terperinci

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 0 PENELITIAN OPERASIONAL Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://wwwmercubuanaacid JAKARTA 007 PENDAHULUAN Suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model

Lebih terperinci

BAB VII. METODE TRANSPORTASI

BAB VII. METODE TRANSPORTASI VII. METODE TNPOTI Dilihat dari namanya, metode transportasi digunakan untuk mengoptimalkan biaya pengangkutan (transportasi) komoditas tunggal dari berbagai daerah sumber menuju berbagai daerah tujuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat

Lebih terperinci

METODE TRANSPORTASI Permintaan Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada gambar sebagai berikut:

METODE TRANSPORTASI Permintaan Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada gambar sebagai berikut: METODE TRANSPORTASI Pada umumnya masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu,

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Suatu desain penelitian yang didalamnya memuat proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang sistematis, terorganisasi dan dapat berjalan secara efektif,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN LECTURE NOTES TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN Rojali, S.Si., M.Si rojali@binus.edu LEARNING OUTCOMES 1. Mahasiswa diharapkan dapat menafsirkan masalah nyata untuk analisis kuantitatif (LO2). 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

Penentuan Solusi Optimal MUHLIS TAHIR

Penentuan Solusi Optimal MUHLIS TAHIR Penentuan Solusi Optimal MUHLIS TAHIR Metode Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan solusi optimal, yaitu : Metode Stepping Stone Metode Modified Distribution (Modi) Prinsip perhitungan kedua

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Istilah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Mc Closky dan Trefthen di suatu kota kecil Bowdsey Inggris. Riset Operasi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal, karyai lmiah, laporan dan berbagai

Lebih terperinci

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN LECTURE NOTES TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN Rojali, S.Si., M.Si rojali@binus.edu LEARNING OUTCOMES 1. Mahasiswa diharapkan dapat menafsirkan masalah nyata untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilangan-bilangan dalalm susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

TRANSPORTATION PROBLEM. D0104 Riset Operasi I Kuliah XXIII - XXV

TRANSPORTATION PROBLEM. D0104 Riset Operasi I Kuliah XXIII - XXV TRANSPORTATION PROBLEM D4 Riset Operasi I Kuliah XXIII - XXV Pendahuluan Transportation Problem merupakan aplikasi dari programa linier untuk menentukan bagaimana mendistribusikan bahan, produk dari suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan Masalah transportasi, pada umumnya, berkaitan dengan mendistribusikan sembarang komoditi dari sembarang kelompok pusat pemasok (yang disebut SUMBER) ke sembarang pusat penerima (yang disebut TUJUAN) dalam

Lebih terperinci

PERSOALAN TRANSPORTASI

PERSOALAN TRANSPORTASI PERSOALAN TRANSPORTASI 1 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Permintaan sama dengan penawaran Sesuai dengan namanya, persoalan transportasi pertama kali diformulasikan sebagai suatu prosedur khusus

Lebih terperinci

TRANSPORTATION PROBLEM

TRANSPORTATION PROBLEM Media Informatika Vol. No. (27) TRANSPORTATION PROBLEM Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 9 Bandung 2 E-mail : Carlo27@telkom.net Abstrak Di sini akan

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu sistem saluran-saluran yang menghubungkan titiktitik

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model 2.1.1 Pengertian sistem Pengertian sistem dapat diketahui dari definisi yang diambil dari beberapa pendapat pengarang antara lain : Menurut Romney (2003, p2) sistem

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP

MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP Alamanda INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Teori dan Konsep 2.. Pengertian Manajemen Produksi/Operasi Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode transportasi, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI 1 Nur aini Abstaksi Dalam penentuan investasi properti oleh Investor terdapat beberapa faktor yang menjadi penilaian, misal kerawanan kejahatan, gangguan

Lebih terperinci

TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL

TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL 6 Obyektif 1. Mengerti mengenai definisi Transportasi Vogel Approximation Methods (VAM) 2. Memahami penggunaan metode transportasi dan menyelesaikan masalah menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

Metode Transportasi. Muhlis Tahir

Metode Transportasi. Muhlis Tahir Metode Transportasi Muhlis Tahir Pendahuluan Metode Transportasi digunakan untuk mengoptimalkan biaya pengangkutan (transportasi) komoditas tunggal dari berbagai daerah sumber menuju berbagai daerah tujuan.

Lebih terperinci

2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier)

2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier) 2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier) Metode MODI disebut juga metode Faktor Pengali atau Multiplier. Cara iterasinya sama seperti Metode Batu Loncatan. Perbedaan utama terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif mampu memberikan pemahaman secara mendalam tentang suatu

Lebih terperinci

Metode Transportasi. Rudi Susanto

Metode Transportasi. Rudi Susanto Metode Transportasi Rudi Susanto Pendahuluan METODE TRANSPORTASI Metode Transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL PNNTN OLI OPTIL da dua metode yang dapat kita gunakan untuk menentukan solusi optimal, yaitu metode stepping stone dan odified Distribution (odi). Kedua metode digunakan untuk menentukan sel masuk. Prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XI : MODEL TRANSPORTASI e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Model Transportasi Merupakan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Pendistribusian barang atau jasa merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan sebuah instansi pemerintah ataupun perusahaan tertentu Masalah transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

Model Transportasi /ZA 1

Model Transportasi /ZA 1 Model Transportasi 1 Model Transportasi: Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan distribusi suatu barang tertentu dari sejumlah sumber (sources)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI

BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI Model transportasi berkaitan dengan penentuan rencana berbiaya rendah untuk mengirimkan satu barang dari seumlah sumber (misalnya, pabrik) ke seumlah tuuan (misalnya,

Lebih terperinci

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1

METODE BIG M. Metode Simpleks, oleh Hotniar Siringoringo, 1 METODE BIG M Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=). Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 PERENCANAAN PENGALOKASIAN PEMBEBANAN DENGAN METODE TRANSPORTASI PADA DEPARTEMEN PENCELUPAN DI PT. PELANGI ELASINDO

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC)

TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC) TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC) 4 Obyektif 1. Mengerti mengenai definisi Transportasi North West Coner (NWC) 2. Memahami penggunaan metode transportasi dan menyelesaikan masalah menggunakan metode

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11 MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11 Riani Lubis JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

Analytical hierarchy Process

Analytical hierarchy Process Analytical hierarchy Process Pengertian AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 METODE PENDEKATAN VOGEL / VOGEL S APPROXIMATION METHOD (VAM)

PERTEMUAN 10 METODE PENDEKATAN VOGEL / VOGEL S APPROXIMATION METHOD (VAM) PERTEMUAN 10 METODE PENDEKATAN VOGEL / VOGEL S APPROXIMATION METHOD (VAM) Metode Pendekatan Vogel diperkenalkan oleh WR. Vogel tahun 1948. Prinsip dari metode ini adalah memilih harga-harga ongkos terkecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI xvi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi panjang yang terdiri dari baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda [ ] atau (

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah.

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah. PENJELASAN METODE STEPPING STONE Metode ini dalam merubah alokasi produk untuk mendapatkan alokasi produksi yang optimal menggunakan cara trial and error atau coba coba. Walaupun mengubah alokasi dengan

Lebih terperinci

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin MODEL TRANSPORTASI MODEL TRANSPORTASI Metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Metode transportasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana Rencana Tata Ruang Propinsi/Kota

Lebih terperinci

Minimumkan: Z = 4X 1 + X 2 Batasan: 3X 1 + X 2 = 3 4X 1 + 3X 2 6 X 1 + 2X 2 4

Minimumkan: Z = 4X 1 + X 2 Batasan: 3X 1 + X 2 = 3 4X 1 + 3X 2 6 X 1 + 2X 2 4 TEKNIK DUA TAHAP Tahap I. Tambahkan variable buatan sebagaimana diperlukan untuk memperoleh pemecahan awal. Bentuklah fungsi tujuan baru yang mengusahakan minimalisasi jumlah variable buatan dengan batasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Literatur Berikut adalah beberapa penelitian serupa mengenai kualitas yang telah dilakukan dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Harwati (2013), yaitu: Model Pengukuran Kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci