BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat paru-paru dan mediatinum.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat paru-paru dan mediatinum."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Toraks Definisi Toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat paru-paru dan mediatinum. Mediastinum adalah ruang didalam rongga dada diantara kedua paru-paru, di dalam rongga toraks terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu; sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ yang terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung, pembuluh darah dan saluran limfe. Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir dianterior dalam segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga toraks seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Assi et al, 2012).

2 Gambar 2.1 Anatomi toraks (emedicine.medscape, 2009) 2.2 Trauma Toraks Definisi Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami mekanisme dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi awal atas trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David, 2005). Secara anatomis rongga toraks di bagian bawah berbatasan dengan rongga abdomen yang dibatasi oleh diafragma, dan batas atas dengan leher dapat diraba insisura jugularis. Otot-otot yang melapisi dinding dada yaitu muskulus latisimus dorsi, muskulus trapezius, muskulus rhombhoideus mayor dan minor, muskulus seratus anterior, dan muskulus interkostalis. Tulang dinding dada terdiri dari sternum, vertebra torakalis, iga dan skapula. Organ yang terletak didalam rongga

3 toraks yaitu paru-paru dan jalan nafas, esofagus, jantung, pembuluh darah besar, saraf dan sistem limfatik (Kukuh, 2002). Trauma tumpul toraks terdiri dari kontusio dan hematoma dinding toraks, fraktur tulang kosta, flail chest, fraktur sternum, trauma tumpul pada parenkim paru, trauma pada trakea dan bronkus mayor, pneumotoraks dan hematotoraks. (Milisavljevic, et al, 2012) Epidemiologi Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di Amerika Serikat dan Eropa rata-rata mortalitas trauma tumpul toraks dapat mencapai 60%. Disamping itu 20-25% kematian multipel trauma disebabkan oleh trauma toraks (Veysi, et al, 2009) Etiologi Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam. Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang berputar, dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti pistol dan berenergi tinggi seperti pada senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan pneumotoraks seperti pada scuba (David, 2005; Sjamsoehidajat, 2003).

4 Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura saluran nafas intra toraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal atau kombinasi tergantung mekanisme cedera (Gallagher, 2014) Patofisiologi Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan pada dinding toraks, berupa fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan komplikasi pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio paru. Trauma yang lebih berat menyebakan robekan pembuluh darah besar dan trauama langsung pada jantung (Kukuh, 2002). Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat mengganggu fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah (Kukuh, 2002; David, 2005). 2.3 Kontusio Paru Definisi Kontusio Paru Kontusio paru merupakan cedera parenkim paru yang terbanyak didapatkan pada trauma tumpul toraks (Bruner et al, 2011). Kontusio paru adalah

5 adanya lesi yang secara anatomi dan fisiologi dari paru yang mengikuti trauma tumpul, cedera kompresi dan dekompresi pada dinding toraks. Adanya penurunan integritas kapiler alveoli menyebabkan paru-paru mengalami perdarahan dan edema dari alveoli dan adanya ruang interstitial (Trickle et al, 1973). Kontusio paru merupakan faktor risiko utama dari dari terjadinya acute respiratory distress syndrome (ARDS) pada pasien trauma (Daurat et al 2015) Epidemiologi Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab kontusio paru terbanyak karena tingginya kekuatan akselerasi/deselerasi; jatuh dari ketinggian, pergerakan yang cepat dari suatu objek yang menimpa dinding toraks, kecelakaan lalulintas, dan cedera karena ledakan (Vignesh et al, 2004; Bruner et al, 2011; Ganie et al, 2013). Trauma toraks terjadi lebih dari 50% pada pasien trauma tumpul. Kontusio paru merupakan cedera yang paling sering terjadi sekitar 30 75% dari pasien trauma. Pada beberapa penelitian kejadian kontusio paru berhubungan dengan tingginya angka kematian khususnya karena kegagalan pertukaran gas dan timbulnya acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan atau kegagalan multi organ (Vignesh et al, 2004). Kontusio paru merupakan cedera parenkim paru yang terbanyak didapatkan pada trauma tumpul toraks sekitar 25-35% kasus dengan 200,000 korban per tahun, orang dewasa meninggal dengan 25% dari angka kematian trauma tumpul toraks karena kontusio paru. Pada populasi anakanak, kontusio paru terjadi pada 50,000 anak-anak di Amerika Serikat dengan angka kematian 8,000 pasien (Bruner et al, 2011).

6 Sebuah studi dari amerika dengan 6332 responden pasien multipel trauma dari 1722 (27%) pasien ditemukan dengan kontusio paru dan rata rata angka kematian sekitar 10%-25% (Daurat et al 2015). Pada negara Cina, kontusio paru terhitung sekitar 5% dari kejadian trauma. Dan ini merupakan faktor risiko utama untuk ALI dan ARDS. Angka kematian kontusio paru cukup tinggi yaitu 14%- 40% (Jin et al, 2014) Patofisiologi Sekitar 25-35% dari trauma tumpul toraksmengakibatkan trauma pada paru. Paru-paru merupakan bagian kedua organ yang sering mengalami trauma. Kontusio paru merupakan hasil dari konsolidasi dan kolapsnya alveolar sebagai akibat perdarahan dan oedema interstitial.wagner et al dalam Bruner et al, 2011 menyebutkan ada 4 kemungkinan dan tipe dari kontusio paru untuk membantu mengerti resiko dan penyebab dari proses ini. 1. Tipe I Melalui kompresi langsung dinding toraks terhadap parenkim paru. Ini merupakan penyebab terbesar kontusio paru. 2. Tipe II Melalui tekanan organ paru terhadap tulang belakang. 3. Tipe III Adanya lesi melalui patah tulang kosta yang merupakan trauma langsung pada paru. 4. Tipe IV

7 Terjadinya adhesi pleura paru-paru karena trauma toraks yang merusak parenkim paru-paru. Paru-paru mengalami cedera karena tekanan langsung dengan tulang kosta. Bila terjadi patah tulang kosta atau flail chest, akan menimbulkan trauma pada paru-paru sekitar 5 % - 13 % meskipun tanpa adanya fraktur tulang kosta. Tekanan mekanis dari luar dapat menyebabkan laserasi atau rusaknya parenkim paru. Ketika trauma tumpul toraks, terjadi fase edema menjadi edema interstitial dan muncul infiltrate pada 1-2 jam sesudah cedera. Rongga udara menjadi penuh dengan darah, penanda inflamasi dan debris jaringan yang meningkatkan permeabilitas alveolar dan kapiler dengan menurunkan produksi surfaktan (Bruner et al, 2011) jam sesudah terjadinya trauma, muncul kolap alveolar dan konsolidasi yang cepat melalui ekstravasasi dari darah kedalam alveoli. Konsolidasi paru dapat meningkatkan tekanan pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal dan retensi dari darah (Bruner et al, 2011). Ketidaksesuaian perfusi/ventilasi menurunkan pertukaran gas dan penurunan compliance paru sehingga secara klinis muncul gejala seperti hypoxia, hypercarbia, tachypnea, hemoptysis dan wheezing (Karmakar et al, 2002). Mekanisme konsolidasi, ketidaksesuaian perfusi dengan ventilasi dapat menjadi predisposisi pasien dengan kontusio paru menjadi pneumonia dan ARDS. Terjadinya vasokontriksi paru dan hipertensi pulmonal merupakan mekanisme proteksi yang terjadi sebagai respon terjadinya kontusio paru. Darah mengalir menuju area dengan oksigenasi yang lebih baik. Hipoksia merupakan tanda

8 kontusio paru dan menjadi tanda awal adanya hipoinflasi dan atelectasis sebagai bagian meluasnya kerusakan pertukaran gas. Hipoksia selalu memburuk 48 jam sesudah trauma (Ganie et al, 2013). Tanda pertama dari kontusio paru pada foto polos toraks adalah fokal atau diffuse kekeruhan pada paru-paru dan muncul 6 jam pertama tetapi mungkin membutuhkan waktu jam untuk menunjukkan konsolidasi maksimal. Selama waktu tersebut, fase respon inflamasi mengalir kedalam cedara seluler dan subseluler dengan aktivasi dari koagulan, kaskade komplemen dan mengeluarkan mediator inflamasi seperti cytokines, chemokines dan radikal bebas. Fase akut inflamasi ini dipercaya sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas dengan kontusio paru (Bruner et al, 2011; Daurat et al 2015). Pasien dengan trauma paru dapat menyebabkan kerusakan pada saluran nafas, alveoli, pembuluh kapiler, kerusakan pada sel endothelial, sel epithel, meningkatkan permeabilitas kapiler paru yang dapat menimbulkan edema pada alveolar. Hal ini menyebabkan penurunan oksigenasi, sumbatan jalan nafas disebabkan karena darah pada bronkus masuk kedalam jaringan yang normal, terjadi bronkospasme, jalan nafas menyempit, rasio ventilasi dan perfusi tidak seimbang, penurunan compliance paru dan kapasitas tidak efektif serta hypoxemia. Semua ini menambah keparahan dari terjadinya edema pada paru. Pada saat yang sama produksi mukus meningkat, kemampuan pengenceran menurun, seluruh surfaktan karena cedera alveolar tidak aktif sehingga menimbulkan paru tidak berfungsi dengan baik (Jin et al, 2014).

9 2.3.4 Manifestasi Klinis Pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan distres pernafasan harus dicurigai adanya kontusio paru sesudah dilakukan pemeriksaan tidak adanya tension pneumuthorax atau hemothorax. Pasien mungkin menunjukkan adanya cedera dinding toraks seperti patah tulang kosta maupun flail chest. Adanya cedera ini harus dicurigai dengan adanya kerusakan parenkim paru. Kontusio paru bisa tanpa adanya cedera dinding toraks dengan kemungkinan adanya multipel trauma sehingga perlu penilaian ulang untuk mengetahui adanya kontusio paru (Daurat et al 2015). Tanda dan gejala kontusio paru selalu dengan adanya distres pernafasan. Tanda fisik ditemukan adanya bruising pada dinding toraksatau bagian belakang dinding toraks, adanya tenderness lokal atau krepitasi diatas tulang kosta yang patah atau flail chest. Bila ditemukan adanya patah tulang kosta multiple atau flail chest harus dicurigai adanya kontusio paru. Penelitian menunjukkan flail chest 75 % berhubungan dengan kontusio parenkim paru. Pada pemeriksaan auskultasi paru, ditemukan adanya penurunan suara nafas, peningkatan usaha nafas, rales, ronchi kadang dengan wheezing. Pemeriksaan fisik dan tanda vital untuk mengetahui adanya hypoxia, hypercarbia, tachycardia dan tanda lain sebagai tanda tidak berfungsinya organ. Tanda tanda ini mungkin tidak ditemukan pada awal terjadinya cedera tetapi akan berkembang secara cepat sehingga memerlukan pengawasan yang ketat (Bruner et al, 2011).

10 2.3.5 Penatalaksanaan Kontusio Paru Ketika pasien tiba di rumah sakit, pasien harus dilakukan pemeriksaan dengan cepat dan penanganan sesuai protokol ATLS (Advanced Trauma Life Support). Penanganan awal kontusio paru bersifat supportif dengan fokus pada penanganan cedera toraksdan memberikan bantuan oksigenasi untuk mencegah terjadinya hipoksia.intubasi disiapkan walaupun tanpa adanya tanda impending respiratory failure. Pedoman ATLS menyatakan bila adanya hipoksia signifikan seperti pao2 < 65 mmhg atau SaO2 < 90% harus diintubasi dan ventilasi pada jam pertama cedera. Intubasi dilakukan dengan tujuan menurunkan edema parenkim paru, meningkatkan kapasitas fungsi residu dan menurunkan hipoksemia (Bruner et al, 2011). Tujuan utama penanganan kontusio paru adalah mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Penanganan suportif lainnya seperti noninvasive dan invasive ventilasi, highfrequency ventilation, surfactant Replacement dan lain lainnya sudah dilakukan penelitian untuk meningkatkan harapan hidup pada kontusio paru (Bruner et al, 2011). Resusitasi cairan masih menjadi kontroversi pada kontusio paru. Tetapi penelitian dengan model binatang gagal menyatakan bahwa cairan kristaloid menambah hipoksia pada kontusio paru. Mempertahankan penggunaan cairan untuk hypovolemia menggunakan kristaloid dan koloid merupakan standar penanganan (Simon et al, 2012; Genie et al, 2013). Pemberian tekanan positif ekspirasi melalui intubasi maupun noninvasive masih kontroversi. Pemberian posisi optimal untuk meningkatkan oksigenasi. Pemberian surfaktan seperti natural bovine surfactant (Alveofact), porcine-

11 derived surfactant (Curosurf) yang dikombinasikan dengan broncho-alveolar lavage (BAL) untuk mengeluarkan komponen darah yang merusak area yang mengalami kontusio. Studi ini secara statistik menurunkan lama penggunaan intubasi (Bruner et al, 2011). Upaya kontrol terhadap nyeri merupakan penanganan yang paling penting. Pasien membutuhkan kenyamanan dalam menarik nafas dalam dan batuk. Kombinasi model analgetik seperti epidurals, opioid PCA, nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) dan acetaminophen meningkatkan ventilasi dan fisioterapi. Penggunaan epidural anestesi dengan blok saraf intercostal sangat berguna bagi pasien yang mengalami nyeri persisten. Tidak ada indikasi pemberian antibiotika profilaksis atau steroid pada pasien dengan kontusio paru (Bruner et al, 2011; Unsworth et al, 2015) Komplikasi Kontusio paru yang kecil biasanya sembuh tanpa adanya komplikasi dan dengan intervensi yang minimal. Komplikasi serius dapat terjadi selama proses cedera yang biasanya terjadi 24 jam setelah cedera dan berhubungan dengan luasnya kerusakan parenkim paru. ARDS (Acute respiratory distress Syndrome) diketahui sebagai komplikasi yang signifikan dari kontusio paru (Martin et al, 2009; Genie, Lebih dari 50% dari pasien dengan kontusio paru menyebabkan infeksi bakteri pada respirasi dan menimbulkan pneumonia. Pelaksanaan intubasi meningkatkan resiko ventilator-associated pneumonia, khususnya penggunaan ventilator yang lama. Kontusio paru juga meningkatkan risiko terjadinya

12 posttraumatic empyema dengan odds ratio Salah satu penyebab utama kematian dari kontusio paru adalah sepsis (Bruner et al, 2011). 2.4 Fraktur Kosta Definisi Fraktur Kosta Fraktur pada iga merupakan kelainan yang sering terjadi akibat trauma tumpul pada dinding toraks. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga sering terjadi pada iga IV-X dan sering menyebabkan kerusakan pada organ intra toraks dan intra abdomen (Sjamsuhidajat, 2005).Toraks terdiri dari 12 tulang toraks dengan bagian depan terdapat; manubrium, sternum, xyphoid, clavikula dan scapula terletak dibagian belakang. Fraktur kosta adalah patah tulang yang terjadi pada tulang iga. Flail chest secara khusus didefinisikan dengan patah tulang pada 4 atau lebih patah tulang kosta pada dua atau lebih lokasi yang menyebabkan adanya gerakan paradoksal dari dinding toraks selama pernafasan (Lube, 2013) Epidemiologi Patah tulang kosta pada remaja biasanya karena kegiatan olah raga dan rekreasi sedangkan pada orang dewasa penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas. Pada usia lanjut, penyebab utama terjadinya fraktur kosta adalah jatuh dari ketinggian. Fraktur kosta juga bisa karena proses patologis. Metastase kanker ke tulang seperti kanker prostat, kanker payudara, kanker ginjal bisa muncul fraktur kosta. Kosta lebih tipis daripada tulang panjang dan lebih mudah terjadi metastase

13 (Assi et al, 2012); Melendez S. L, 2015). Pada anak- anak umur kurang dari 3 tahun penyebab terbanyak karena menjadi korban kekerasan pada anak 82% dari 62 anak-anak dengan umur kurang dari 3 tahun menjadi korban kekerasan pada anak (Lafferty et al, 2011). Prevalensi dari fraktur kosta berhubungan dengan prevalensi penyebab dari trauma. Fraktur kosta di dunia lebih banyak terjadi karena kecelakaan lalulintas. Fraktur kosta tidak selalu berbahaya. Angka kejadian berhubungan dengan derajat dari cedera yang didapat. Pada tahun 2004, lebih dari 300,000 orang dirawat dengan fraktur kosta di Amerika. Insiden fraktur kosta di Amerika serikat banyak dilaporkan dengan lebih dari 2 juta trauma tumpul terjadi yang biasanya karena kecelakaan kendaraan bermotor, dengan insiden dari trauma toraks antara 67 dan 70%. Suatu studi pada pasien dengan fraktur kosta, angka kematian mencapai 12%; dengan 94% berhubungan dengan trauma itu sendiri dan 32% didapatkan dengan hemothorax atau pneumothorax (Laferty et al, 2011). Lebih dari setengah dari semua pasien memerlukan tindakan operasi atau penanganan ICU. Suatu penelitian retrospective dari 99 pasien lanjut usia, 16 % dari pasien dengan confidence interval 95%, sedangkan % mengalami perburukan termasuk 2 orang meninggal. Perburukan yang terjadi karena acute respiratory distress syndrome (ARDS), pneumonia, intubasi yang tidak terantisipasi, transfer ke ICU dengan hipoksemia atau meninggal. Sebuah studi pada orang Jepang dengan rheumatoid arthritis yang diikuti selama lebih dari 5 tahun, 13.5% dilaporkan terjadi fraktur dengan fraktur kosta menjadi kasus

14 terbanyak pada laki-laki dan patah tulang belakang pada perempuan (Melendez S. L, 2015). Pada anak anak lebih banyak terjadi trauma pada bagian bawah toraksdan bagian perut sehingga bila terjadi fraktur kosta dapat menjadi tanda adanya kemungkinan cedera dengan tenaga yang lebih besar. Pada anak yang lebih muda dari 2 tahun dengan fraktur tulang kosta mempunyai prevalensi karena kekerasan pada anak sekitar 83%.Pada anak-anak jarang terjadi fraktur kosta karena tulang kosta anak anak lebih elastis dibandingkan orang dewasa (Lafferty et al, 2011; Bruner et al, 2011) Patofisiologi Fraktur Kosta Dinding toraks melindungi dan mengelilingi bagian organ didalamnya dengan tulang padat seperti tulang kosta, clavikula, sternum dan scapula. Pada pernafasan normal dibutuhkan sebuah dinding toraks yang normal. Fraktur tulang kosta mengganggu proses ventilasi dengan berbagai mekanisme. Nyeri dari patah tulang kosta dapat disebabkan karena penekanan respirasi yang menghasilkan atelectasis dan pneumonia. Patah tulang kosta yang berdekatan seperti flail chest mengganggu sudut costovertebral normal dan otot diaphragma, menyebabkan penurunan ventilasi. Fragmen tulang dari tulang kosta yang patah dapat menusuk bagian paru yang menimbulkan hemothorax atau pneumothorax (Melendez S. L, 2015). Fraktur kosta merupakan cedera yang paling sering terjadi pada trauma tumpul toraks lanjut usia. Posisi dari patahan fraktur kosta membantu untuk mengidentifikasi kemungkinan cedera pada organ dibawahnya. Fraktur pada kosta

15 pertama menggambarkan trauma serius pada spinal atau pembuluh darah.fraktur pada kosta pertama dapat menjadi prediksi terjadinya cedera serius. Tulang kosta pertama dilindungi dengan baik oleh bahu, otot leher bagian belakang dan clavikula sehingga bila terjadi patah pada tulang ini, memerlukan energi lebih dibandingkan dengan patah pada tulang kosta lainnya. Angka kematian sekitar 36% sudah dilaporkan pada fraktur tulang kosta pertama berhubungan dengan cedera pada paru, aorta asenden, arteri subklavia dan plexus brachialis. Tulang kosta biasanya mengalami patah pada bagian posterior karena secara struktural bagian ini merupakan yang paling lemah. Tulang kosta ke 4 sampai 9 lebih sering terjadi cedera. Mekanisme terjadinya cedera tulang kosta pertama pada kecelakaan lalulintas terjadikarena kontraksi otot akibat gerakan tiba-tiba dari kepala dan leher (Melendez, 2015) Manifestasi Klinis Pasien dengan patah tulang kosta biasanya dengan nyeri berat khususnya saat inspirasi atau ketika bergerak. Tanda dan gejala lainnya termasuk tenderness dan kesulitan dalam pernafasan. Ketidaksimetrisan dari pergerakan dinding toraks(flail chest). Pasien juga biasanya ditemukan tanda adanya kecemasan, kelemahan, keluhan nyeri kepala dan mengantuk (Assi et al, 2012). 2.5 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan fisik dilakukan setelah dilakukan anamnesa untuk mengetahui mekanisme kejadian kemudian perlu dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi;

16 2.5.1 Laboratorium Pemeriksaan laboratorium secara umum tidak begitu berguna untuk mengevaluasi pada kasus isolated rib fractures. Pemeriksaan urinalisis pada kasus patah tulang kosta bagian bawah diindikasikan pada trauma ginjal. Tes fungsi paru seperti analisa gas darah digunakan untuk mengetahui adanya kontusio paru tetapi bukan pemeriksaan untuk patah tulang toraks itu sendiri (Melendez S.L, 2015) Foto Polos Toraks Pemeriksaan pertama pada pasien dengan trauma toraks adalah foto polos toraks. X-ray hanya membutuhkan sedikit waktu sesudah terjadinya cedera. Deteksi dini adanya kontusio paru, hematoma, laserasi sangat penting untuk mengetahui kelainan patologis dan perencanaan perawatan. Angka kematian dapat diturunkan dengan kerjasama antara radiologis dengan dokter emergensi (Elmali et al, 2007). Pemeriksaan foto polos toraks sangat berguna untuk mengetahui cedera lainnya seperti adanya hemothorax, pneumothorax, kontusio paru, atelectasis, pneumonia dan cedera pembuluh darah. Adanya patah tulang sternum dan scapula dapat menjadi kecurigaan adanya patah tulang kosta. Cedera aorta tampak ada pelebaran > 8 cm dari mediastinum pada bagian atas kanan dari hasil foto polos Toraks (Assi et al, 2012).

17 Gambar 2.2 Foto Toraks Kontusio Paru Ultrasonography Pemeriksaan USG memberikan diagnosa yang cepat tanpa radiasi. Pemeriksaan Ultrasonography juga dapat mendeteksi kartilago tulang kosta dan costochondral junction (Christenson et al, 2005). Proses penyembuhan dengan callous formation juga dapat dideteksi dengan USG (Melendez S.L, 2015). Ultrasonography dilaporkan mempunyai sensitivitas yang bisa diterima dengan hasil sensitivitas lebih tinggi dibandingkan dengan radiografi (0.92 vs. 0.44) tetapi hasil ini sangat tergantung pada operator alat dan alat yang digunakan (Hosseini et al, 2015) CT ScanToraks CT scantoraks lebih sensitif daripada foto polos toraksuntuk mengetahui fraktur tulang kosta. Jika dicurigai adanya komplikasi dari fraktur kosta pada pemeriksaan foto polos toraks, CT scan toraks dapat dilakukan untuk mengetahui

18 cedera yang spesifik sehingga dapat membantu penanganan selanjutnya. Foto polos toraks dapat menjadi tidak efektif pada beberapa kondisi sehingga diperlukan CT scan toraks yang dapat mencegah dari kondisi yang serius (Elmali et al, 2007; Taylor et al, 2013). Computed tomography (CT) sangat sensitive untuk mendiagnosa kontusio paru dengan ukuran 3 dimensi. CT scan dapat membedakan area dari kontusio paru terjadi atelectasis atau aspirasi (Genie, 2013). Gambar 2.3 Ct Scan Toraks Axial Angiography Patah tulang kosta pertama dan kedua biasanya berhubungan dengan cedera pembuluh darah maka dokter di unit gawat darurat dapat melakukan angiography khususnya pada pasien dengan tanda dan gejala gangguan neurovascular. Hal ini penting khususnya pada fraktur kosta tulang kedua dengan kemungkinan hasil abnormal yang lebih tinggi ditemukan daripada patah tulang kosta yang lain (Melendez S.L, 2015).

19 2.5.6 MRI MRI digunakan untuk mengetahui angulasi patah tulang kosta bagian posterior lateral meskipun MRI tidak digunakan untuk diagnose pertama pada patah tulang kosta. 2.6 Penatalaksanaan Fraktur Kosta Penatalaksanaan Prehospital Penatalaksanaan prehospital harus fokus dalam mempertahankan jalan nafas dan dengan bantuan oksigenasi Penatalaksanaan di unit gawat darurat Tujuan utama dari penatalaksanaan di unit gawat darurat adalah untuk menstabilkan kondisi pasien trauma dan evaluasi dari multi trauma. Manajemen dan kontrol nyeri mutlak pada penatalaksanaan fraktur tulang kosta. Untuk menurunkan alveolar yang kolap dan membersihkan sekresi paru. Manajemen nyeri dapat dimulai dengan pemberian analgetik NSAID bila tidak ada kontraindikasi. Dilanjutkan dengan golongan narkotik bila hasilnya tidak memuaskan. Pilihan lain adalah narkotik parenteral untuk mencegah depresi pernafasan. Beberapa penelitian merekomendasikan rawat inap untuk pasien dengan 3 atau lebih patah tulang kosta dan perawatan ICU untuk pasien lanjut usia dengan 6 atau lebih patah tulang kosta karena ada hubungan yang signifikan dari patah tulang tersebut dengan adanya cedera serius pada organ dalam seperti pneumothorax dan kontusio paru (Melendez, 2015).

20 Kontrol nyeri perlu dipertahankan selama perawatan kontrol nyeri merupakan dasar dari kualitas perawatan pasien untuk menjamin kenyamanan pasien. Pasien dengan patah tulang kosta akan mengalami nyeri berat ketika bernafas, berbicara, batuk maupun ketika menggerakkan tubuh. Sehingga kontrol nyeri merupakan prioritas untuk menurunkan risiko paru dan efek sistemik dari fraktur seperti penurunan fungsi pernafasan yang memicu terjadinya hypoxia, atelectasis, dan pneumonia (Esmailian et al, 2015). Penggunaan fiksasi patah tulang kosta meningkat untuk penanganan flail chest karena peningkatan jumlah publikasi tentang peningkatan outcome pasien. Belum ada publiksasi tentang keunggulan dari fiksasi patah tulang kosta tetapi ada perbedaan dari teknik muscle sparing dan tradisional untuk penanganan toraks dan pembedahan spinal (Taylor et al, 2013). Fiksasi patah tulang melalui pembedahan/surgical Rib fixation (SRF) merupakan suatu penanganan pada flail chest untuk menjaga stabilitas dinding toraks (Unsworth et al, 2015). 2.7 Komplikasi fraktur Kosta Kegagalan fungsi respirasi Nyeri pada dinding toraks karena patah tulang kosta meningkatkan kerja dari pernafasan dan resiko terjadi kelemahan pada paru-paru. Kegagalan respirasi dapat terjadi karena trauma pada dinding toraks dan lebih sering terjadi kontusio paru atau terjadinya pneumonia nosokomial (Melendez S.L, 2015) Hipoksia Fraktur tulang kosta mengganggu proses ventilasi dengan berbagai mekanisme. Ketidaksesuaian perfusi/ventilasi menurunkan pertukaran gas dan

21 penurunan compliance paru sehingga secara klinis muncul gejala seperti hipoksia (Karmakar et al, 2002). Kegagalan pernafasan terjadi ketika pertukaran O2 dengan CO2 tidak adekuat sesuai kebutuhan metabolisme sehingga menyebabkan hypoxaemia (Gunning, 2003) Atelektasis Nyeri dari patah tulang kosta dapat disebabkan karena penekanan respirasi yang menyebabkan atelektasis dan pneumonia. Hipoksemia berhubungan dengan ketidak sesuaian ventilasi dan perfusi karena penurunan ventilasi sehingga meningkatkan FiO2. Bila atelectasis muncul, positive end expiratory pressure (PEEP) akan meningkatkan PaO2 (Gunning, 2003) Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada patah tulang kosta. Pneumonia dapat bervariasi tergantung pada patah tulang kosta dan umur pasien.insiden terjadinya pneumonia pada semua pasien yang dirawat di rumah sakit dengan satu atau lebih patah tulang kosta sekitar 6 % (Melendez S.L, 2015) Kerusakan Organ Viseral Fraktur pada kosta bagian bawah biasanya berhubungan dengan trauma pada organ abdomen dibandingkan dengan parenkim paru. Fraktur pada bagian bawah kiri berhubungan dengan trauma lien dan fraktur pada bagian bawah kanan

22 berhubungan trauma liver dengan fraktur pada kosta 11 dan 12 biasanya berhubungan dengan cedera ginjal (Melendez S.L, 2015) Pneumotoraks Adanya akumulasi udara dalam rongga pleura yang menekan paru-paru dapat dilihat pada pemeriksaan diagnostik foto polos toraks. Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara yang terperangkap di rongga pleura akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan btekanan negatif intrapleura sehingga mengganggu proses pengembangan paru. Pneumotoraks terjadi karena trauma tumpul atau tembus torak. Dapat pula terjadi karena robekan pleura viseral yang disebut dengan barotrauma, atau robekan pleura mediastinal yang disebut dengan trauma trakheobronkhial(neto, 2015) Hemotoraks Hemotoraks berhubungan dengan adanya darah/bekuan darah pada rongga toraks dan memerlukan tindakan segera thoracostomy drainage. Risiko empyema meningkat pada pasien dengan hemotoraks. Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus pada toraks. Sumber perdarahan umumnya berasal dari arteri interkostalis atau arteri mamaria interna. Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat terjadi syok hipovolemik berat yang mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi, tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata oleh karena perdarahan masif yang terjadi, yang terkumpul di dalam rongga toraks (Melendez S.L, 2015).

23 2.7.8 Kontusio paru Trauma tumpul toraksmenyebabkan kontusio paru merupakan kasus yang sering terjadi dengan 10%-17% dari semua pasien yang masuk rumah sakit dengan angka kematian 10% - 25% (Martin et al, 2009). Fraktur kosta selalu berhubungan dengan kontusio paru. Patah tulang kosta multipel ditemukan menjadi predisposisi terjadinya penurunan fungsi paru dan compromised ventilation. (Lafferty et al, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma tumpul toraks

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

Kontusio paru A. PENGERTIAN

Kontusio paru A. PENGERTIAN Kontusio paru A. PENGERTIAN Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trauma toraks 2.1.1. Defenisi Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi 5 BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi ALI ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi yang luas dan parah dari parenkim paru. 10 ALI/ARDS merupakan kumpulan gejala akibat inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

RESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC)

RESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC) RESPIRATORY FAILURE PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC) 1 DEFINIS I Gagal napas adalah ketidakmampuan paru-paru memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan oksigenasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sela iga. Fraktur iga sering terjadi pada iga IV-X. Dan sering menyebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sela iga. Fraktur iga sering terjadi pada iga IV-X. Dan sering menyebabkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trauma Pada Dinding Toraks 2.1.1. Fraktur Iga Fraktur pada iga merupakan kelainan yang sering terjadi akibat trauma tumpul pada dinding toraks. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Trauma pembedahan menyebabkan perubahan hemodinamik, metabolisme, dan respon imun pada periode pasca operasi. Seperti respon fisiologis pada umumnya, respon

Lebih terperinci

Sistem Pernapasan - 2

Sistem Pernapasan - 2 Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( ) 1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis adalah SIRS (Systemic Inflamatory Respons Syndrome) ditambah tempat infeksi yang diketahui atau ditentukan dengan biakan positif dari organisme dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trauma Thoraks 2.1.1 Definisi Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau organ intra thoraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang Orthopaedi. Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus

Lebih terperinci

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12 PNEUMOTHORAX Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA 1102006116 Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

2. PERFUSI PARU - PARU

2. PERFUSI PARU - PARU terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

Ekspertise Efusi Pleura

Ekspertise Efusi Pleura Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi mekanik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi udara dengan tujuan mempertukarkan oksigen dengan CO2 = bernafas/ventilasi Proses metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan2 dioksidasi,

Lebih terperinci

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH. : Trauma thorax. : Hemopneumothoraks. Tujuan pembelajaran

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH. : Trauma thorax. : Hemopneumothoraks. Tujuan pembelajaran MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH TOPIK JUDUL : Trauma thorax : Hemopneumothoraks Tujuan pembelajaran 1. Kognitif 1. Menjelaskan anatomi dan fungsi paru 2. Menjelaskan penyebab terjadinya hemopneumothorak

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa lebih, setelah merdeka hingga sampai tahun 2010 telah dilakukan enam

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1 TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti penyakit jantung, paru-paru, stroke dan kanker banyak dialami oleh orang-orang yang berusia

Lebih terperinci

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Sistem pernafasan atas 1/9/2009 Zullies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Efusi pleura adalah terbentuknya akumulasi cairan yang abnormal di dalam cavum pleura yang terjadi karena adanya peningkatan produksi cairan ataupun karena

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

ASIDOSIS RESPIRATORIK

ASIDOSIS RESPIRATORIK ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri

Lebih terperinci

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P REFERAT WSD ( Water Seal Drainage ) Oleh : Ayu Witia Ningrum 2007730022 Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P Tugas Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Islan Jakarta Utara, Sukapura Stase Ilmu Penyakit Dalam 2012

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Intra Abdomen Rongga abdomen dapat dianggap sebagai kotak tertutup dengan dinding yang keras (iga, tulang belakang, dan pelvis) serta dinding yang fleksibel (dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular

Lebih terperinci

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

TRAUMA DADA/THORAKS. Ns.Sunardi.,M.Kep.,Sp.KMB. 10/22/08 Ns.Sunardi

TRAUMA DADA/THORAKS. Ns.Sunardi.,M.Kep.,Sp.KMB. 10/22/08 Ns.Sunardi TRAUMA DADA/THORAKS Ns.Sunardi.,M.Kep.,Sp.KMB 1 2 TUMPUL - PUKULAN LANGSUNG - KOMPRESI - PUNTIRAN - DESELEASI TAJAM -TUSUKAN - TEMBAKAN -PATAH TULANG IGA, KLAVIKULA -VERTEBRA TORAKAL -LUKA JARINGAN LUNAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan

Lebih terperinci

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 KELOMPOK 9 Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 kali/menit suara ngorok dan seperti ada cairan

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau otak (Borley & Grace, 2006). Di

Lebih terperinci

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi WORKSHOP PIR 2017 FAAL PERNAPASAN Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta CURICULUM

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) Penyebab dari efusi pleura yaitu neoplasma seperti broncogenik

Lebih terperinci

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway Primary Survey Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

kematian yang disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma thoraks.trauma thoraks diperkirakan bertanggung jawab atas kematian 16,000

kematian yang disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma thoraks.trauma thoraks diperkirakan bertanggung jawab atas kematian 16,000 BAB I PENDAHULUAN Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra

Lebih terperinci