BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi
|
|
- Susanti Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi ALI ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi yang luas dan parah dari parenkim paru. 10 ALI/ARDS merupakan kumpulan gejala akibat inflamasi dan peningkatan permeabilitas, onsetnya akut, dengan spektrum klinis sesuai derajat cedera/kerusakan paru, yang memenuhi kriteria fisiologis dan radiologis, yang terkait dengan edema paru non kardiogenik yang disebabkan oleh proses dalam ataupun luar paru dan mempunyai karakteristik progresifitas yang tinggi sehingga menyebabkan kegagalan pernafasan akut. 11 ARDS adalah bentuk yang lebih berat dari ALI dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi Patofisiologi ALI Salah satu manifestasi awal dari ALI adalah proses peradangan yang menyebar pada kedua paru, dan kerusakan baik pada endotel maupun epitel sel barrier. 13 Kerusakan pada endotel menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat sehingga cairan plasma yang kaya protein masuk ke ruang interstitial dan alveolus, yang kemudian menyebabkan edema dan gangguan transpor cairan. 14,15 Proses peradangan dan edema yang terjadi akibat
2 6 akumulasi cairan yang berlebihan tersebut menyebabkan kerusakan pada alveoli sebagai akibat aktifasi berbagai macam sitokin pro-inflamasi seperti Tumor Necroting Factor (TNF), Interleukin-1 (IL-1) dan Interleukin-6 (IL-6). 16 Kerusakan pada epitel sel barrier akan mengakibatkan inaktivasi dari surfaktan yang kemudian menyebabkan atelektasis dan kolapsnya alveoli (Gambar 2.1). 14,15 Gambar 2.1. Patofisiologi hipoksemia pada ALI 14
3 7 Atelektasis dan kolapsnya alveoli akan menghambat proses pertukaran gas dan memperburuk oksigenasi dari pembuluh darah. Selanjutnya rendahnya kadar oksigenasi paru tersebut akan mengurangi oksigenasi sistemik. 17 Complians paru menurun (karena volume paru berkurang) dan sebagai akibatnya penderita akan berusaha mempertahankan ventilasi semenit dengan mempercepat laju nafas (takipnu). Hal ini berdampak pada ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi karena unit alveoli tidak mampu melakukan ventilasi. Hipoksemia yang terjadi menggambarkan pirau intrapulmonal dan sebagian besar adalah hipoksemia refrakter yang tidak respon dengan suplementasi oksigen. 11 Hipoksia akan memperberat cedera paru yang ada dan strategi tatalaksananya adalah bagaimana usaha untuk memperbaiki oksigenasi dan melakukan koreksi penyakit dasarnya. Keseluruhan hal yang diuraikan diatas, merupakan gejala ancaman gagal napas dan pasien memerlukan tunjangan ventilasi mekanik untuk menghindarkan henti napas. Pemberian ventilasi tekanan positif akan membuka unit-unit paru (alveoli) yang mengalami atelektasis agar dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat Kriteria diagnostik ALI Ada dua kriteria umum yang dipakai untuk klasifikasi cedera paru, yaitu: Lung Injury Score (LIS) atau disebut juga skor Murray dan kriteria sesuai dengan
4 8 American-European Consensus Conference (AECC) pada tahun 1994 (Tabel 2.1 dan tabel 2.2). 11 Tabel 2.1. Lung Injury Score atau skor Murray 11 Parameter Skor Radiografi dada Tidak ada konsolidasi 1 kuadran 2 kuadran 3 kuadran 4 kuadran Hipoksemia (PaO 2 /FiO 2 ) <100 PEEP (cmh 2 O) Komplians (ml/cmh 2 O) < nilai akhir diperoleh dari jumlah skor dibagi nilai 0 : tidak ada cedera nilai 0,1-2,5 : cedera ringan-sedang nilai >2,5 :cedera parah (ARDS)
5 9 Tabel. 2.2 Kriteria untuk ALI / ARDS berdasarkan AECC 6 ALI ARDS Waktu Onset akut Onset akut Oksigenasi Rasio PaO 2 / FiO mmhg Rasio PaO 2 / FiO mmhg Radiografi dada Tekanan arteri pulmonal Infiltrat bilateral 18 mmhg atau tidak terdapat bukti klinis hipertensi atrium kiri Infiltrat bilateral 18 mmhg atau tidak terdapat bukti klinis hipertensi atrium kiri Berdasarkan AECC kriteria ALI dan ARDS hanya dibedakan pada batasan oksigenasi, dimana pada ALI rasio PaO 2 / FiO mmhg dan pada ARDS rasio PaO 2 / FiO mmhg. 6 Kemudian pada tahun 2012 para ahli mengeluarkan perbaikan definisi pada ARDS melalui Definisi Berlin dimana ARDS dikategorikan berdasarkan derajat hipoksemia : ringan (200 mmhg < PaO 2 / FiO mmhg), sedang (100 mmhg < PaO 2 / FiO mmhg) dan berat (PaO 2 / FiO mmhg) serta beberapa variabel tambahan untuk kriteria ARDS berat (tabel 2.3). 18 Akan tetapi validitas penggunaan Definisi Berlin pada anak cukup baik terutama hanya pada kategori ARDS yang berat, hal ini dibuktikan pada suatu penelitian multicenter retrospective di Berlin pada tahun 2013 terhadap 221 anak. 19
6 10 Tabel. 2.3 Kriteria ARDS berdasarkan The Berlin Definition 18 Acute Respiratory Distress Syndrom Waktu Radiografi dada Dalam 1 minggu pemantauan, apabila terjadi tambahan gejala ataupun perburukan dari gejala pernafasan Opasitas bilateral (tidak selalu berupa efusi, kolaps paru ataupun nodul ) Asal mula edema Gagal nafas (tidak disebabkan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, perlu penilaian objektif seperti echocardiografi untuk menyingkirkan edema hidrostatik bila tidak terdapat faktor resiko ARDS) Oksigenasi Ringan Sedang Berat 200 mmhg <P/F 300 mmhg dengan PEEP / CPAP 5cmH2O 100 mmhg <P/F 200 mmhg dengan PEEP 5cmH2O P/F 100 mmhg dengan PEEP 5cmH2O Pengukuran PaO 2 masih merupakan standar baku emas dalam menentukan oksigenasi paru sehingga bisa mengetahui derajat hipoksemia pada pasien cedera paru akut. 8 Nilai prognostik yang lebih baik dari pemeriksaan awal rasio P/F dapat mengidentifikasi hipoksemia arteri yang merupakan indikator yang paling akurat dalam menentukan derajat cedera paru akut pada pasien anak. 3 Rasio tekanan oksigen parsial (PaO 2 ) dengan fraksi inspirasi oksigen (FiO 2 ) merupakan manifestasi efisiensi oksigenasi aterial. Nilai rasio ini tidak dapat memprediksi kesintasan (survival), tetapi dapat memperkirakan fraksi pirau intrapulmonal. 11
7 11 RRRRRRRRRR PP FF = PPPPPP2 xx100 FFFFFF2 Ket: rasio P/F : rasio oksigenasi paru PaO 2 FiO 2 : tekanan oksigen parsial : fraksi inspirasi oksigen Semakin tinggi nilai rasio P/F tersebut maka nilai fungsi paru semakin baik: 6,20,21 Normal ALI 300 ARDS 200 Untuk mendapatkan nilai PaO 2, pemeriksaan analisis gas darah arteri yang termasuk dalam pemantauan yang bersifat invasif. 7,22,23 Rasio ini juga digunakan untuk menilai progresifitas perjalanan penyakit dan tingkat oksigenasi. 24 ALI didefinisikan ketika nilai dari rasio 300 ini dan ARDS didefinisikan jika nilai dari rasio ini 200. Perubahan dari nilai inilah yang dijadikan acuan progresifitas perjalanan penyakit dari ALI ke ARDS. 23 Dalam hal ini pemeriksaan analisis gas darah arteri masih sering menjadi dasar yang dapat menggambarkan hal tersebut, namun analisis gas darah arteri selalu diperiksa di laboratorium dalam waktu tertentu dan memerlukan pengambilan darah. 25 Suatu uji klinis multicenter menyatakan bahwa rasio P/F sangat memenuhi persyaratan untuk membantu menegakkan diagnosis ALI. 26 Walaupun secara jelas AECC telah mendefinisikan tentang ALI/ARDS
8 12 dengan pemeriksaan darah arteri, tetap saja kekhawatiran tentang anemia, pengambilan darah yang terus menerus dan berlebihan, serta peralihan tindakan ke pendekatan invasif minimal pada pasien-pasien kritis membuat pemeriksaan darah arteri harus diperkecil. 8,24,26 Dengan berkurangnya penggunaan pemeriksaan darah arteri, maka monitoring noninvasif sebagai pengganti rasio P/F sangatlah berguna. 7, Peranan rasio SpO 2 / FiO 2 ( S/F ) sebagai penanda ALI Penggunaan rasio S/F dapat membantu dalam hal identifikasi cepat pada pasien dengan ALI/ARDS. 8,27 Rasio S/F atau perbandingan antara saturasi perifer oksigen dari pulse oximetry dibanding dengan fraksi inspirasi oksigen diharapkan dapat menggantikan pengukuran rasio P/F sebagai pengukuran alternatif yang noninvasif untuk menentukan ALI/ARDS. 27,28 Penggunaan rasio S/F bisa menjadi pilihan untuk mengidentifikasi ALI secara lebih cepat dan terus menerus guna menghindari penggunaan sampel darah dan biaya untuk pemeriksaan analisa gas darah arteri. 8 RRRRRRRRRR SS FF = SSSSSS2 xx100 FFFFFF2 Ket: rasio S/F : rasio oksigenasi paru SpO 2 FiO 2 : saturasi perifer oksigen : fraksi inspirasi oksigen
9 13 Pada suatu penelitian prospektif pada dewasa menunjukkan bahwa rasio S/F berkorelasi baik terhadap rasio P/F, dan ini bisa saja digunakan untuk mengidentifikasi ALI/ARDS. 8 Suatu penelitian uji diagnostik menyimpulkan hubungan tersebut masih mempunyai validitas yang cukup baik untuk mendeteksi hipoksemia pada anak dan neonatus. 9 Jadi secara umum perubahan PaO 2 berkorelasi baik terhadap perubahan SpO 2 untuk menentukan derajat hipoksemia. 8 Pada anak normal SpO 2 berkisar antara 92% sampai 100%, akan tetapi pada anak dengan ALI nilai SpO 2 yang diperkirakakan adalah 88% sampai 95%. 29 Dikarenakan kurva disosiasi oksihemoglobin hampir membentuk garis lurus pada nilai SpO 2 antara 80% sampai 97%, ini memungkinkan untuk menentukan karakteristik cedera paru akut pada anak dengan menggunakan nilai SpO 2 sebagai pengganti nilai PaO Nilai SpO 2 didapat dari pulse oximetry yang merupakan suatu alat noninvasif yang dapat mengukur saturasi oksigen arteri (SaO2). 30 Hubungan PaO 2 dan SaO 2 dapat dilihat pada kurva disosiasi hemoglobin dibawah ini (Gambar 2.2)
10 14 Gambar 2.2. Kurva disosiasi oksihemoglobin 31 Suatu studi yang membandingkan antara rasio S/F dengan rasio P/F pada pasien ALI/ARDS dewasa menyimpulkan bahwa rasio S/F mempunyai korelasi dengan rasio P/F dalam menentukan dan memantau perkembangan pasien dengan ALI/ARDS ketika data analisis gas darah tidak tersedia. Rasio S/F dengan angka 235 berkorelasi dengan angka 200 untuk diagnosis ARDS dan 315 berkorelasi baik dengan angka 300 untuk diagnosis ALI. 8 Hal ini ditegaskan lagi dengan studi lainnya yang menyimpulkan bahwa rasio S/F merupakan suatu penanda noninvasif yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi ALI/ ARDS pada anak dengan tingkat sensitifitas 93% untuk ALI dan 78% untuk ARDS. 7
11 15 Sebuah uji klinis acak yang membandingkan rasio S/F dengan rasio P/F untuk menghitung skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) menghasilkan kesimpulan bahwa keduanya memiliki hasil yang sama. 32 Sebuah uji prospective randomized controlled trial menyimpulkan bahwa metode noninvasif penilaian oksigenasi dengan memanfaatkan saturasi oksigen (SpO 2 ) sebagai pengganti PaO 2, dapat dihitung dan digunakan sebagai pengganti untuk diagnosis ALI dan ARDS pada anak. 22 Suatu studi dengan disain prospective observasional di bagian intensif anak Perancis menyimpulkan bahwa penggunaan rasio S/F dapat menggantikan nilai rasio P/F dalam menghitung skor Pediatric Index Mortality 2 (PIM 2) yang merupakan skor untuk memprediksi kematian pada anak dengan sakit kritis, sehingga pengambilan darah arteri sebagai tindakan invasif dapat dikurangi. 33 Sebuah studi terbaru yang membandingkan rasio S/F dengan rasio P/F sebagai penanda cedera paru akut menyimpulkan bahwa SpO 2 dengan nilai antara 80% sampai 97% dapat dijadikan penanda yang cukup adekuat terhadap cedera paru akut yang hasil dari penelitian ini akan dikembangkan untuk memodifikasi Lung Injury skor (LIS) dari Murray menjadi skor Noninvasive Lung Injury Score (NLIS). 29
12 16 Penggunaan pulse oximetry Pulse oximetry adalah sebuah alat monitor elektronik yang digunakan sebagai pengukur noninvasif saturasi oksigen arteri secara kontinyu dan merupakan alat standar yang rutin digunakan di unit emergensi, unit intensif, kamar operasi, dan tempat lainnya. 30,33,34 Pengukuran saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetry ini amatlah penting dan mudah sehingga sudah diajukan sebagai tanda vital yang ke lima. 34,36 Dari sebuah penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan pulse oximetry bersama dengan pemeriksaan analisis darah vena sentral dapat memberikan banyak manfaat dan informasi dibandingkan dengan pemeriksaan darah arteri saja. 37 Prinsip kerja pulse oximetry Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur persentase dari saturasi hemoglobin dengan menggunakan oksigen molekul. 30 Alat ini bekerja dengan cara mengobservasi absorpsi gelombang cahaya yang melewati kulit dan berinteraksi dengan sel darah merah. 35 Prinsipnya didasarkan pada karakteristik khusus dari oxyhemoglobin dan deoxyhemoglobin yang mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Dengan mengukur perbedaan tersebut oxymeter dapat menghitung jumlah cahaya
13 17 yang diabsorpsi dari aliran arteri sehingga persentase oxyhemoglobin dapat diperhitungkan. 34,35 Keuntungan pulse oximetry Noninvasif Dapat digunakan secara terus menerus Sederhana Cukup akurat untuk mendeteksi saturasi oksigen Mengurangi risiko tindakan medis Keterbatasan pulse oximetry 25,30,35 Dipengaruhi gerakan Kurang akurat pada keadaan dengan perfusi jelek seperti pada syok, hipotermi, gangguan jantung Dipengaruhi warna kulit dan warna cat kuku karena akan mempengaruhi pembacaan Kurang akurat pada takiaritmia Dipengaruhi gelombang elektromagnetik Dipengaruhi posisi probe dari pulse oximetry Dipengaruhi oleh hemoglobin yang tidak normal yaitu carboxyhemoglobin dan methemoglobine.
14 Kerangka Konseptual = yang diteliti Gambar 2-2. Kerangka konseptual
BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply
BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Trauma pembedahan menyebabkan perubahan hemodinamik, metabolisme, dan respon imun pada periode pasca operasi. Seperti respon fisiologis pada umumnya, respon
Lebih terperinciTESIS. HUBUNGAN RASIO SpO 2 /FiO 2 (S/F) DENGAN RASIO PaO 2 /FiO 2 (P/F) SEBAGAI PENANDA DARI ACUTE LUNG INJURY DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK
1 TESIS HUBUNGAN RASIO SpO 2 /FiO 2 (S/F) DENGAN RASIO PaO 2 /FiO 2 (P/F) SEBAGAI PENANDA DARI ACUTE LUNG INJURY DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK DEWI SHANDI LAILA 107103028 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah
Lebih terperinciMEMBRAN RESPIRATORIUS
PENDAHULUAN Fungsi utama paru adalah untuk memberikan oksigenasi darah yang memadai dan mengeluarkan karbondioksida (CO 2 ). Proses pertukaran gas melalui tiga tahapan yaitu ventilasi paru yang akan menentukan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saturasi oksigen 1. Oksigen Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan
Lebih terperinciKontusio paru A. PENGERTIAN
Kontusio paru A. PENGERTIAN Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan
Lebih terperincimekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.
B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.
35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma tumpul toraks
Lebih terperinciRESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC)
RESPIRATORY FAILURE PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC) 1 DEFINIS I Gagal napas adalah ketidakmampuan paru-paru memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan oksigenasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sindrom syok dengue (SSD) adalah manifestasi demam berdarah dengue (DBD) paling serius. Angka morbiditas infeksi virus dengue mencapai hampir 50 juta kasus per tahun
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
Lebih terperinciMONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I
MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperoksigenasi 1. Definisi Hiperoksigenasi adalah teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) yang bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan lendir
Lebih terperinciKERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi
Tinjauan Pustaka KERACUNAN OKSIGEN Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A009052 Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN FK UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN Desember, 2013 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pengobatan, memberikan pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap (Kemenkes,2008).
Lebih terperinciA. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup
Lebih terperinciINSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )
1 INSUFISIENSI PERNAFASAN Ikbal Gentar Alam (131320090001) Pendahuluan 2 Diagnosa dan pengobatan dari penyakit penyakit respirasi tergantung pada prinsip dasar respirasi dan pertukaran gas. Penyakit penyakit
Lebih terperinciAplikasi SIM Pada Pengiriman Non Invasive Continuous Positive Airway Pressure (ncpap) Pada Acute Respiratory Failure (ARF) Dengan Menggunakan Helmet
Aplikasi SIM Pada Pengiriman Non Invasive Continuous Positive Airway Pressure (ncpap) Pada Acute Respiratory Failure (ARF) Dengan Menggunakan Helmet Disusun Oleh Dini Rachmaniah NPM. 1006800794 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Preeklamsia sangat berhubungan dengan 5-7% morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Preeklamsia juga merupakan penyebab 15-20% mortalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya di hadapi negara maju, tapi juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saturasi Oksigen 1. Pengertian Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum di dunia, terdapat sekitar 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi pada anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir dunia penerbangan di dunia dan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Jumlah pesawat meningkat cepat seiring makin banyaknya masyarakat menggunakan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis adalah SIRS (Systemic Inflamatory Respons Syndrome) ditambah tempat infeksi yang diketahui atau ditentukan dengan biakan positif dari organisme dari
Lebih terperinci2. PERFUSI PARU - PARU
terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering
Lebih terperinciPATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21
50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek
Lebih terperinciMONITORING HEMODINAMIK
MONITORING HEMODINAMIK DEFINISI Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Monitoring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciDerajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain
Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciTERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1
TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat
Lebih terperinci2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma
2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma penatalaksanaan asma terbaru menilai secara cepat apakah asma tersebut terkontrol, terkontrol sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline membrane disease (HMD) adalah penyakit pernafasan akut yang diakibatkan oleh defisiensi surfaktan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok
BAB III PEMBAHASAN Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok karena trauma tidak dikatakan sebagai syok hipovolemik, selain itu juga dalam penatalaksanaan
Lebih terperinciC. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai systemic inflammatory response syndrome (SIRS). Penyebab SIRS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SEPSIS 2.1.1 Definisi: Demam atau hipotermi, leukositosis atau leukopeni, takipneu, dan takikardi adalah tanda utama atau respon sistemik, yang kemudian dinamakan sebagai systemic
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular yang dibawa sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kedokteran saat ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga banyak pasien dengan penyakit kritis yang dahulunya tidak dapat terselamatkan saat ini dapat bertahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trauma Thoraks 2.1.1 Definisi Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau organ intra thoraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma
Lebih terperinciSINDROM GANGGUAN PERNAFASAN
SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN A. Pengertian Sindrom Gangguan Pernapasan Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada
BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada pasien-pasien kritis di ruang perawatan intensif RSDK dilakukan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG Pendahuluan asma merupakan proses inflamasi kronik dimana yang berperan adalah sel-sel inflamasi maupun struktural dari bronkus GINA 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kejadian gagal bernapas secara spontan dan teratur pada bayi baru lahir. Kelainan ini ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 Gambar 6 Skema bentuk tampilan edema pulmonum. Lobus paru menjadi lebih radioopak (tanda panah berwarna merah). Gambaran radiografi seperti ini diistilahkan sebagai lobar signs (modifikasi dari O'Sullivan
Lebih terperinciNovianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan
Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan Laki-laki 54 th dengan keluhan sesak nafas A = bebas B = RR 40 X naffas cepat dangkal, SDV +/+ RBK +/+ Wzh +/+ SpO2 94 % dengan NRM 10 lpm C = TD 210/110 N
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab
Lebih terperinciREVIEW PENGEMASAN MATA KULIAH
REVIEW PENGEMASAN MATA KULIAH No Komp Pengalaman belajar Materi dan rincian Kegiatan Pembelajaran 2a Menjelaskan fisiologi Pengertian ilmu fisiologi manusia secara umum dan Fisiologi manusia prinsip homeostasis
Lebih terperinciFAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
WORKSHOP PIR 2017 FAAL PERNAPASAN Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta CURICULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Photoplethysmograph merupakan salah satu metode penggunaan alat untuk memonitor keadaan saturasi oksigen dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi
Lebih terperinciASIDOSIS RESPIRATORIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang penting di dunia. Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia, khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia. Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia, khususnya di Negara berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012, sepsis didefinisikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sepsis 2.1.1 Definisi Menurut Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012, sepsis didefinisikan sebagai munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciVENTRIKEL SEPTAL DEFECT
VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciLBM 1 Bayiku Lahir Kecil
LBM 1 Bayiku Lahir Kecil STEP 1 1. Skor Ballard dan Dubowitz : penilaian dilakukan sebelum perawatan bayi, yang dinilai neurologisnya dan aktivitas fisik 2. Kurva lubschenko dan Nellhause : 3. Hyaline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma merupakan permasalahan utama yang dihadapi pada kehidupan moderen saat ini. Secara global, 10% dari seluruh jumlah kematian disebabkan oleh trauma. Perkembangan
Lebih terperinciTinjauan Pustaka KERACUNAN OKSIGEN. Oleh : Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing : Dr. Dwi Setyohadi BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN
Tinjauan Pustaka KERACUNAN OKSIGEN Oleh : Diah Puspita Rifasanti I1A009052 Pembimbing : Dr. Dwi Setyohadi BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN FK UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN Desember, 2013 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinci