VIII KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Ade Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Empirik Konstruksi Pengetahuan Zakat Konstruksi pengetahuan zakat LAZ Komunitas, BAZDA, dan LAZ Swasta, merupakan hasil dari bekerjanya rezim pengetahuan dan kekuasaan melalui proses objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang berlangsung secara dialektis dan simultan. Proses tersebut melibatkan Pengetahuan agama, Pengetahuan lokal, dan Pengetahuan modern (sains). Pertemuan pengetahuan agama dan pengetahuan lokal melahirkan tatakelola zakat berbasis komunitas (LAZ komunitas), pertemuan pengetahuan agama dan sains ekonomi politik melahirkan tatakelola zakat berbasis negara (BAZ), dan pertemuan pengetahuan agama dengan sains ekonomi industri (swasta) melahirkan lembaga tatakelola zakat berbasis swasta/industri. Konstruksi sosial pengetahuan zakat yang terbangun adalah Pengetahuan zakat berbasis budaya pada komunitas di bawah kuasa agamawan dengan dominasi pengetahuan agama, berbasis birokrasi pemerintah pada negara di bawah kuasa aparat dengan dominasi sains politik, dan berbasis manajemen industri pada coorporasi, di bawah kuasa pengusaha dengan dominasi sains ekonomi. Ketiga lembaga tatakelola tersebut mengkostruksi zakat sebagai instrumen penguatan elit lokal, penguatan elit negara dan penguatan elit industri. Dengan demikian maka konstruksi kuasa pengatahuan zakat yang merupakan sistesis dari pengetahuan agama, pengetahuan lokal dan sains modern. Konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat, dari waktu ke waktu termodifikasi oleh pergulatan rezim pengetahuan dan kekuasaan dalam berbagai level. Sehingga rezim pengetahuan yang bekerja dalam membangun pemahaman zakat ummat secara simultan mengalami dialektika yang seiring dengan perkembangan pengatahuan dan rezim pengetahuan yang berkuasa. Kemamuan mempertahankan gagasan dan pemahaman zakat oleh agamawan, tergantung pada sejauh mana rezim pengetahuan menjamah aras kognitif ummat dan sejauh mana busa ditemukan titik
2 329 temu antara rezim pengetahuan yang berkuasa dengan pengetahuan yang menguasai aras kognitif ummat Rasionalitas Tatakelola Zakat Tiga basis rasionalitas bekerja dalam praktek tatakelola zakat dewasa ini, yaitu : 1) rasionalitas asceticism dan altruism sebagai basis etika moral LAZ Komunitas. 2) rasionalitas develomentalism sebagai basis etika moral Bazda dengan, 3) rasionalitas ekonomi maximization atau utility/profit maximization sebagai basis etika moral LAZ Swasta. Konstruksi rasionalitas tatakelola zakat merupakan hasil dari bekerjanya sebuah bangunan pengetahuan zakat yang bekerja membangun kekuasaan zakat, dan kekuasaan zakat membangun pengetahuan zakat. Konstruksi rasionalitas tatakelola tersebut terbangun melalui proses konstruksi dan rekonstruksi melalui tiga momen proses konstruksi sosial atas realitas Berger dan Thomas Luchmann (1990), yaitu : Objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang dialektik dan simultan. Pada momen-momen ini pengetahuan dan kekuasaan saling membangun, membentuk dan saling menguatkan dan berbenturan dengan rezim rasionalitas yang lain, dan mengarah pada lahirnya satu kuasa pengetahuan melalui bangunan rasionalitas. Pergeseran rasionalitas (rationality shift) terjadi dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya. Dinamika rasionalitas terjadi secara dialektis dan simultan mengikuti pengaruh rezim pengetahuan yang dominan bekerja dalam aras kognitif ummat. Ditemukan adanya modifikasi rasionalitas yang mengikuti wacana zakat yang dibangun oleh rezim pengetahuan yang mendominasi diskursus zakat. Rasionalitas yang terbangun dari sistem pengetahuan pinggiran melebur dan bahkan selalu terkalahkan oleh bangunan rasionalitas pengetahuan dominan. Artinya bahwa wacana zakat diarahkan oleh rezim pengetahuan yang berkuasa dan menjadi basis rasionalitas dominan. Rasionalitas yang bekerja dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya adalah rasionalitas yang termodifikasi oleh waktu dan ruang. Sehingga terkesan rasionalitas yang berkerja adalah rasionalitas yang dinamis, setiap saat bergeser dan menyesuaikan diri dengan rezim pengetahuan dan kekuasaan.
3 Kepentingan dalam Tatakelola Zakat Kepentingan dalam tatakelola zakat, tidak tunggal tetapi majemuk, sehingga ada kepentingan primer dam sekunder, dan masing-masing lembaga tatakelola menonjolkan kepentingan ang berbeda berdasarkan pengetahuan dan rasionalitas yang bekerja. LAZ komunitas yang berbasis pengetahuan lokal dengan rasionalitas budaya lebih fokus pada kepentingan asketik dan altruis untuk pencapaian keshalehan, pengamanan sosial ekonomi dan penguatan ajaran. Bazda dengan basis pengetahuan politik modern dengan rasionalitas politik, menonjolkan kepentingan intergratif bagi negara dengan menekankankan pada pembangunan, pemberdayaan rakyat untuk stabilitas negara. Sedangakan LAZ-SP dengan basis pengatahuan ekonomi dengan rasionalitas ekonomi industru, menekankan pada upaya pengamana usaha dan investasi melalui pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan sebagai wujud upaya mengatasi masalah sosial sekitar perusahaan pembangunan Meski. Kepentingan-kepentingan tersebut lahir dan melekat pada pada setiap proses konstruksi dan rekonstruksi atas realitas. Pada momen objektivasi, melekat pada kekuasaan membentuk objek (lembaga tatakelola zakat), pada momen internalisasi bekerja pada konstruksi dan rekonstruksi gagasan (wacana tatakelola zakat), sedangkan pada momen ekternalisasi kembali bekerja membentuk gagasan dan pemahaman dalam wujud yang baru, yang kesemuanya dengan kekuasaan dan pengetahuan diarahkan pada bentuk, gagasan dan tindakan yang diinginkan oleh pemangku pengetahuan dan kekuasaan Kesimpulan Teoritik Kekuasaan dan pengetahuan oleh Foucault dipandang sebagai dua sisi yang tidak bisa dipisahkan dan saling menciptakan. Ada di mana-mana dan datang dari segala arah. Tidak ada relasi kekuasaan tanpa berhubungan dengan wilayah pengetahuan. Subjek yang mengetahui, objek yang diketahui dan modalitasmodalitas pengetahuan harus dipandang sebagai akibat dari implikasi-implikasi fundamental pengetahuan atau kekuasaan dan transformasi historis. Pengetahuan dan kekuasaan saling bertautan dengan erat, begitu juga proses historis terkait
4 331 dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki relasi pengetahuan dan pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kekuasaan itu sendiri. Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa, dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. Untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan, karena setiap kekuasaan disusun, diumpamakan, dan diwujudkan lewat pengetahuan dan wacana tertentu. Mengamati fenomena lembaga tatakelola zakat untuk menemukan konstruksi sosial kuasa pengetahuaan zakat, dengan menggunakan teori pengetahuan dan kekuasaan ala Foucault, peneliti mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses bagaimana pengetahuan dan kekuasaan saling memproduksi. Kekuasaan dan Pengetahuan ala Foucault seakan datang dari langit. Fenomena tatakelola zakat merupakan kenyataan hidup sehari-hari yang memiliki dimensi objktif dan subjektif. Menjelaskan relasi dimensi objektif dan dimensi subjektif, sebagai dua dimensi yang saling menciptakan, meski disana sangat kental dengan kerja kuasa pengetahuan dalam menciptakan kekuasaan. Kegagalan penjelasan terjadi ketika menjelaskan bagaimana kekuasaan dan pengetahuan saling menciptakan dan saling mengokohkan. Untuk menjelaskan proses tersebut baru terasa mudah jika menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas ala Bergerian (1990). Penjelasan teoritis ala Bergerian ini sangat membantu dan memudahkan penejalasan bagaimana proses kekuasaan dibangun dengan kekuatan pengetahuan atau sebaliknya. Tiga momen proses konstruksi sosial: objektivasi, internaslisasi dan ekternalisasi dialektis yang berlangsung simultan mampu memberikan penjelasan bagaimana kekuasaan dan pengetahuan saling melahirkan. Pada momen objektivasi, pengetahuan dan kekuasaan bekerja secara bersamaan, pengetahuan bekerja pada aras subjektif membangun gagasan dalam ruang kognitif dan kekuasaan bekerja menciptakan realitas pada aras objektif dalam dunia nyata. Dunia nyata kemudian ditafsirkan oleh individu-individu melalui aras subjektif dan di sini pengetahuan kembali bekerja dan diarahkan oleh kekuasaan yang datang dari berbagai arah dan dalam berbagai bentuk. Pengetahuan dan kekuasaan tersebut secara bersama-sama mempengaruhi dan mengarahkan momen internalisasi, hingga pada momen ekternalisasi kekuasaan dan pengetahuan
5 332 direproduksi dan di rekonstruksi. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa henti sebagai proses terjadi perubahan sosial. Perubahan tidak liner, tapi memungkinkan dalam berbagai model, tergantung kekuatan pengetahuan dan kekuasaan membatasi, mengarahkan, dan membentuk perubahan itu. Dengan demikian maka, penelitian ini menyimpulkan bahwa konstruksi sosial kuasa tatakelola zakat diarahkan oleh pengetahuan dan kekuasan dominan yang berkerja dalam tiga momen, yaitu : momen objektivasi, internalisasi dan ekternalisasi kosntruksi sosial atas kuasa zakat. Proses ini berlansung tanpa henti sejalan dengan perubahan pengetahuan, rasionalitas dan kepentingan aktor yang terlibat. Rasionalitas yang bekerja dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya mengalami pergeseran secara simultan dan dialektis yang di dipengaruhi oleh kekuatan rezim pengetahuan dan kekuasaan yang mendominasi diskursus zakat. Artinya bahwa dalam berzakat dan tatakelolanya selalu mengalami pergeseran rasionalitas (rationality shift) sesuai dengan waktu dan tempat dan digiring oleh kekuatan rezim pengetahuan dan kekuasaan yang mengarahkan Kesimpulan Metodologi Meneliti konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat dengan menggunakan teori Pengetahuan dan kekuasaan ala Foucault dan teori konstruksi sosial ala Bergerian, sebaiknya menggunakan multi paradigma, yaitu paradigma definisi sosial ala Weberiandan paradigma fakta sosial ala Durkhemian. Karena untuk menemukan proses terbangunnya konstruksi sosial zakat dan kuasa pengetahuan zakat hanya fitemukan dengan berfikir dialektis antara fenomena objektif dan subjektif. Dialektika objektif dan subjektif mewarnai proses objektivasi dan internalisasi serta ekternalisasi, menuju terbangunnya pengetahuan dan kekuasaan zakat melalui konstruksi sosial atas zakat dan kuasa pengetahuan zakat. Seorang peneliti yang meneliti di wilayah asalnya, akan mendapatkan tantangan dalam pemburuan data yang mengandung unsur rahasia atau dilundungi untuk diketahui oleh anggota masyarakat sekitar tineliti. Persoalan muncul dalam bentuk ketertutupan tineliti karena kecurigaan terhadap peneliti dalam menjamin kerahasiaan data dan sumber data.
6 333 Persoalan memang diatasi, namun mengharuskan peneliti memiliki kemampun membingkar ketertutupan tineliti dan ini makan waktu yang cukup lama. Atau bisa juga dengan menggunakan pembantu penelitian dari luar, namun ini akan memakan biaya yang tidak sedikit. Oleh itu, sebaiknya peneliti menghindari meneliti diwilayah asalnya, jika topik penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat subjektif dan terkait dengan persoalan yang dilindungi oleh tineliti Saran-Saran Berbeda basis pengetahuan, melahirkan benturan rasionalitas. Rasionalitas agama dan sains melahirkan perbedaan kepentingan (ukhrawiyah dan duniawiyah). Sains menggiring zakat masuk ruang logika ilmiah secara objektif, sehingga terjadi rasionalisasi logika zakat dan berzakat. Zakat sebagai peraktek beragama yang bernuansa sosial untuk mendamaikan bathin muzakki, menghangatkan relasi antar ummat, menjadi kabur tergantikan oleh relasi sistemik yang inpersonal, dingin dan hambar, karena tergiring masuk dalam arena rasionalitas instrumental dan sarat kepentingan. Jika menginginkan zakat menjadi fenomena sosial beragama yang mampu memberikan : kehangatan, trust, dan keharmonisan dalam masyarakat (antara kaum kaya dan miskin serta antara agamawan dengan kaum kaya dan kaum miskin), maka kembalikan kuasa tatakelola zakat pada kearifan masyarakat berbasis jejaring Masjid dengan mensinergiskan agamawan dan elit-elit masyarakat. Memunculkan efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi cukup dengan pembenahan manajemen dalam sistem tatakeloa zakat, tanpa harus mencabut zakat kuasa masyarakat dan akar budaya. Memunculkan tatakelola yang efektif, efisien, optimal dan profesional tidak selamanya harus dengan modernisasi dan teknokratisasi. Merancang model lembaga tatakelola zakat yang bebas dari intervensi, politisasi dan komodifikasi, memerlukan penelitian lanjutan untuk mencari titik temu dan formulasi kelembagaan yang berbasis ajaran agama, budaya dan perkembangan sains yang memberdayakan dan mampu menjadikan zakat sebagai instrument keshalehan, kemanusiaan dan pembebasan.
DINAMIKA RASIONALITAS TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT
VI DINAMIKA RASIONALITAS TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT 6.1. Pendahuluan Foucault ketika membahas tentang kesadaran subjek, dalam masyarakat borjuis, Foucault mengikuti Weber. Bagi Foucault, subjek dipandang
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Metodologi III METODOLOGI PENELITIAN Catton dan Dunlap (1978) menemukan dua tradisi utama dalam sosiologi kontemporer dalam melihat realitas sosial, yaitu realisme dan konstruktivisme. Tradisi
Lebih terperinciKONSTRUKSI 11 SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT Pendahuluan
V KONSTRUKSI 11 SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT 5.1. Pendahuluan Fenomena berzakat merupakan realitas kehidupan sehari-hari yang menyimpan dan menyediakan kenyataan, bekerjanya pengetahuan yang membimbing
Lebih terperinciKONSTRUKSI SOSIAL PENGETAHUAN DAN DINAMIKA RASIONALITAS AMIL ZAKAT KOMUNITAS: STUDI DI KOTA AMBON MALUKU
KONSTRUKSI SOSIAL PENGETAHUAN DAN DINAMIKA RASIONALITAS AMIL ZAKAT KOMUNITAS: STUDI DI KOTA AMBON MALUKU Subair 1 Abstract: The construction of community tithe knowledge is result from knowledge and power
Lebih terperinciVII DINAMIKA KEPENTINGAN TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT
VII DINAMIKA KEPENTINGAN TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT 7.1. Pendahuluan Diskursus tatakelola zakat yang berkembang, berhujung pada lahirnya tiga model tatakelola zakat, yaitu : Tatakelola zakat berbasis
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara historis, konsep zakat 1 muncul dari wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Wahyu ditafsirkan oleh Muhammad SAW, sebagai manusia yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh
180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni
Lebih terperinciPusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI
hanyalah yang tidak mengandung nilai-nilai yang berlawanan dengan nilai-nilai partai. Biasanya dalam sistem komunikasi seperti itu, isi media massa juga ditandai dengan sejumlah slogan yang dimaksudkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berbeda dengan konsep keadilan sosial Rawls dan Pancasila yang dijabarkan sebagai bentuk kontrak sosial antar anggota masyarakat yang secara tekstual harus dijalankan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi
219 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi Islam di Indonesia dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB III. Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.
Lebih terperinciBAB II KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMANN. A. Pengaruh Fenomenologi Terhadap Lahirnya Teori Konstruksi Sosial
BAB II KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMANN A. Pengaruh Fenomenologi Terhadap Lahirnya Teori Konstruksi Sosial Teori konstruksi sosial merupakan kelanjutan dari pendekatan fenomenologi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam
BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini
Lebih terperinciMODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciMAKNA SOSIAL ZAKAT DI KALANGAN MUZAKI KONVENSIONAL Difa Mukti Ahmad, S. Sos Universitas Airlangga
MAKNA SOSIAL ZAKAT DI KALANGAN MUZAKI KONVENSIONAL Difa Mukti Ahmad, S. Sos Difamuktiahmad1980@gmail.com Universitas Airlangga PENDAHULUAN Zakat 1 merupakan salah satu pilar (rukun) yang sangat penting
Lebih terperinciREVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN
RINGKASAN Masyarakat adalah produk manusia dan manusia adalah produk masyarakat. Dua hal yang saling berkaitan. Langen Tayub adalah produk masyarakat agraris, dan masyarakat agraris membentuk Langen Tayub
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam melihat ketahanan pasar nagari di Minangkabau dalam menghadapi ekonomi dunia/supra
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan berlakunya UU Desa No 6 Tahun 2014, pemerintahan desa diberi kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola pemerintahan desa. Pengakuan
Lebih terperinciRINGKASAN. Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Zakat Di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
RINGKASAN Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Zakat Di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Disertasi ini memfokuskan kajian tentang peran pemerintah Kabupaten Mamuju dalam mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118
BAB 6 PENUTUP Bab ini menguraikan tiga pokok bahasan sebagai berikut. Pertama, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara garis besar dan mengemukakan kesimpulan umum berdasarkan temuan lapangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan:
Lebih terperinciFenomenologi: Dunia Apa Adanya Realitas Sosial Trilogi Realitas Berger-Luckmann
Kuliah ke-10 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id Fenomenologi: Dunia Apa Adanya Realitas Sosial Trilogi Realitas Berger-Luckmann Eksternalisasi Objektivasi Internalisasi
Lebih terperinciPENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian
PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada
Lebih terperinciBAB V. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di bab-bab sebelumnya. menunjukkan terjawabnya rumusan masalah tersebut.
BAB V Kesimpulan Penelitian ini berangkat dari sebuah rumusan masalah mengenai konstruksi diskursif pengetahuan dan praktek keagamaan Islam Wetu Telu di Lombok. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivisme Paradigma Kritis Paradigma Positivis Positivisme dibidani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinci09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom
Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV
VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib ditunaikan oleh umat muslim atas harta kekayaan seorang individu yang ketentuannya berpedoman pada Al-Qur an
Lebih terperinciBAB II TEORI KONSTRUKSI SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISIS. bukan hanya menjadi jaminan di perjalanan. Saat tidur atau saat-saat tertentu
BAB II TEORI KONSTRUKSI SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISIS A. Tradisi Nyikep Sekep kebanggaan yang kerap menjadi teman hidup bagi orang Madura. Sekep dalam pengertian umum ialah bentuk senjata yang biasa diselipkan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior
BAB VII KESIMPULAN Studi ini berangkat dari dua gejala kontradiktif dari kehidupan orang Makeang. Orang Makeang di masa lalu adalah kaum subordinat dan dipandang kampungan, sedangkan orang Makeang masa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana
BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak sumber daya dan kemampuan, diantaranya
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS II.I MEDIA MASSA DAN KONSTRUKSI REALITAS Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman yaitu, seorang pakar sosiologi ini berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma yang menentukan pandangan dunia peneliti sebagai bricoleur, atau menentukan world view yang dipergunakan dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang multikultural, multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB II PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL FERDINAND TONNIES DAN PETER L BERGER. masyarakat menjalani rutinitas proses hidup masing- masing untuk bertahan
27 BAB II PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL FERDINAND TONNIES DAN PETER L BERGER A. Kajian Teori Ferdinand Tonnies Kehidupan sosial merupakan suatu keadaan tempat dimana kelompok masyarakat menjalani rutinitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis.
Lebih terperinciII PANDANGAN TEORITIS
II PANDANGAN TEORITIS 2.1. Keaslian Penelitian Kajian tentang zakat sebagai pranata keagamaan, telah banyak mendapat perhatian para ahli/ulama, mulai dari kitab-kitab fiqh klasik maupun kitab-kitab fiqh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi
BAB V KESIMPULAN Proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terkait dengan proses industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi energi fosil. Proses ini tidak terpisah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Pemahaman dan Sikap Santri Terhadap Semboyan Bhineka Tunggal Ika
59 BAB IV ANALISA DATA A. Pemahaman dan Sikap Santri Terhadap Semboyan Bhineka Tunggal Ika Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul, Kebhinnekaan Santri(Studi Tentang Pemahaman dan Sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinamika yang harus dimainkan dalam ranah yang terus berubah tadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menggunakan logika irisan himpunan, maka desa adalah irisan dari dunia, sebuah negara, dan irisan desa itu sendiri. Artinya, wajah desa sekarang ini adalah
Lebih terperinciTRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH DEFINISI Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri
Lebih terperinciPROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN
PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN Oleh : Budi wardono Istiana Achmad nurul hadi Arfah elly BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN
Lebih terperinciRagam Kepentingan Lembaga Tatakelola Zakat
RAGAM KEPENTINGAN LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT 173 Ragam Kepentingan Lembaga Tatakelola Zakat Abd. Malik Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Tulisan merupakan hasil penelitian tentang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Berdasarkan kondisi yang dihadapi Kabupaten Aceh Barat Daya serta permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun mendatang dengan memperhitungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga zakat adalah lembaga yang berada ditengah-tengah publik sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) dalam
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. 4/23/2013 Paradigma/ Perspektif/ Cara Pandang/ World view Mempengaruhi persepsi Mempengaruhi tindakan Paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
277 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umum Pelaksanaan penguatan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung belum dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang dikenal sebagai kota kembang, Bandung menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi
Lebih terperinciKebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada
Lebih terperinciPolitik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme
Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas Wacana yang melingkupi etnisitas di daerah pedalaman di Indonesia banyak diwarnai dengan marginalisasi dan diskriminasi. Tak bisa dipungkiri, lahirnya UU Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian
Lebih terperincimaupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.
ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang
Lebih terperinciPENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA
PENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Moh. Muhibuddin, S.Ag.,SH.,M.S.I. A. Pendahuluan Dialektika antara hukum dan masyarakat merupakan sebuah keniscahyaan, artinya bahwa hukum dipengaruhi
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut
438 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan. Penelitian tentang etika politik legislator muslim era demokrasi lokal ini menitikberatkan pada pemikiran dan aksi yang dijalankan legislator dalam arena sosio-kultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008
31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan terpaan kapitalisme global dalam sistem dunia, hukum liberal juga semakin mendominasi kehidupan hukum dalam percaturan global. Negara-negara developmentalis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku manusia. Tidak jarang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini banyak berbagai macam gaya kehidupan yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku manusia. Tidak jarang perilaku manusia yang tinggal khususnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. fenomena kotak amal yang dilakukan lembaga sosial keagamaan Islam sudah
BAB V KESIMPULAN Studi ini telah menggambarkan dan menjelaskan bahwa munculnya fenomena kotak amal yang dilakukan lembaga sosial keagamaan Islam sudah mencapai taraf yang masif. Kotak amal sudah menjadi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Masnur Muslich Penelitian ini berjudul Kekuasaan Media Massa Mengkonstruksi Realitas. Penelitian ini bertujuan untuk memahami
Lebih terperinciE. TOPIK : REALITA SOSIAL AGAMA
E. TOPIK : REALITA SOSIAL AGAMA 1. Realitas Sosial Agama Menurut Peter L Berger, masyarakat merupakan hasil dari suatu proses dialektika yang terdiri atas tiga momen yaitu : Ekternalisasi, Obyektivasi
Lebih terperinciProf. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER
Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER 2014 Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved ISBN :...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pendidikan jasmani pada tingkat sekolah dasar meliputi pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk mengembangkan ketiga
Lebih terperinci