SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Oleh: NURHAFIZAH NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Oleh: NURHAFIZAH NIM"

Transkripsi

1 PEMAHAMAN ORANG TUA TENTANG DIGITAL PARENTING DI NAGARI BANJA LOWEH KECAMATAN BUKIK BARISAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Oleh: NURHAFIZAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2019

2

3

4

5 ABSTRAK Nurhafizah, NIM (2019). Judul Skripsi Pemahaman Orang Tua tentang Digital Parenting Di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Penelitian ini dilatar belakangi kurang pahamnya orang tua tentang digital parenting, adanya pengaruh positif dan negatif dalam penggunaan perangkat digital pada anak, dan belum terlihatnya bentuk pendampingan orang tua dalam penggunaan perangkat digital pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun di Nagari Banja Loweh yang berjumlah 120 orang. Sampel penelitian adalah sebanyak 60 orang tua yang diambil dari masing-masing jorong, namun ada 11 kuesioner diantaranya tidak lengkap jawaban responden yang menjadikan jumlah data yang dapat diolah berjumlah 49 kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman orang tua berada pada kategori paham dengan jumlah 48 orang tua (98.0%), yang terlihat dari hasil masing-masing aspek mengenai pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak berada pada kategori sangat paham berjumlah 30 orang tua (61.2%), sementara itu yang berada pada kategori paham yaitu perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir berjumlah 45 orang tua (91.8%), selanjutnya kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting berjumlah 35 Orang tua (71.4%), terkahir prinsip digital parenting berjumlah 29 orang tua (59.2%). Dari persentase tersebut ditunjukkan dengan hasil pengamatan bahwa orang tua mengetahui digital parenting di Nagari Banja Loweh karena orang tua mengikut sertakan anak pada lembaga PAUD yang memudahkan orang tua dapat bekerja sama dengan guru dan juga orang tua lainnya serta dengan adanya dukungan program posyandu yang memudahkan orang tua untuk saling berbagi informasi terkait pengasuhan anak di era digital. Kata Kunci : Digital Parenting, Pemahaman Orang tua i

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan Kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemahaman Orang Tua Tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan. Selanjutnya shalawat beserta salam dimohonkan kepada Allah Swt semoga selalu tercurah pada junjungan umat yaitu baginda Nabi Muhammad Saw, Allahumma Shali Ala Muhammad Wa ala Ali Muhammad. Skripsi ini ditulis untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar. Dalam membahas dan menyelesaikan skripsi ini peneliti menemui berbagai bentuk kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materil, sehingga semua kendala dan kesulitan yang peneliti temui dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Terima kasih peneliti ucapkan kepada Rektor IAIN Batusangkar Bapak Dr. Kasmuri, MA, selanjutnya kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Dr. Sirajul Munir, M. Pd. dan Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Ibunda Elis Komalasari, M. Pd yang selalu memudahkan segala urusan dalam penyelesaian skripsi ini, tidak terlupakan kepada Bapak/ Ibu dosen yang telah mendidik peneliti tanpa pernah merasa bosan. Terima kasih juga kepada Kepala Perpustakaan IAIN Batusangkar dan staf yang telah memberikan fasilitas berupa buku-buku untuk penyelesaian skripsi ini. 2. Terima kasih peneliti ucapkan kepada Ibunda Dr. Wahidah Fitriani, MA selaku pembimbing I, dan Ibunda Elis Komalasari, M. Pd selaku pembimbing ii

7 II yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi. 3. Terima kasih juga kepada Alm Bapak Drs. Yahdizer dan diwakili Ibunda Elis Komalasari, M. Pd selaku Penasehat Akademik peneliti yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti. 4. Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Ibunda Dra. Desmita, M.Si selaku Penguji I sekaligus validator dan Ibunda Meliana Sari, M.Pd selaku penguji II. 5. Teristimewa kepada kepada orang tua, Ayahanda Afrizal dan Ibunda Syafnindra Ningsih yang menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti serta adinda Mohamad Hafiz dan Lailatun Najwa, Pak Uo, Mak Ibu, Uncu, Pak Etek dan Mak Ecek, Ante serta sepupu (Aulia Rahma Dilla, Mohammad Faizd, Mohammad Nazif, Uzli Fathul Jannah dan Arsy Hilma Fadilah) dan Atuak Aswar Efendi, S.Pd, Ummi Irmayeni, S.Pd dan keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti, moril maupun materil, serta do a beliau yang membuat peneliti bisa seperti sekarang ini, dan bisa menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik. 6. Terima kasih kepada sahabat terbaikku Nia Ifrila, Rezi Lestya, Sintya Melan Sari, Siti Afifah dan Rezza Puspita Irwan yang sudah bersedia menemani peneliti dan juga terima kasih kepada sahabat terbaikku Yullyani Santosa, Helfya Rosdi, SE, Silvia Windy Putri, Saskia Utami, Asih Nurjana, Amd. T dan Tiwi Irwan Sari, Amd. T selalu memotivasi serta berbagi cerita suka dan duka sampai akhir peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 7. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015 Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan berbagai bantuan, terkhususnya untuk keluarga besar PIAUD B. 8. Terima kasih teman-teman bimbingan yang sudah saling membantu dan memotivasi peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini terkhusus yang selalu nyinyir kepada peneliti Meilani Wulandari, Fadhilatul Hasnah dan Nelfa Yanti. iii

8 iv

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA PENULIS HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR BAGAN... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Identifikasi Masalah...8 C. Batasan Masalah...8 D. Rumusan Masalah...8 E. Tujuan Penelitian...8 F. Manfaat dan Luaran Penelitian...9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Pemahaman Orang Tua Digital Parenting...13 B. Kajian Penelitian yang Relevan...33 C. Kerangka Berpikir...35 v

10 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...38 B. Tempat dan Waktu Penelitian...38 C. Populasi dan Sampel Populasi Sampel...39 D. Definisi Operasional...40 E. Pengembangan Instrumen Validitas Uji Reliabilitas...43 F. Teknik Pengumpulan Data...44 G. Teknik Analisis Data...48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data...50 D. Pembahasan...72 BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Implikasi C. Saran...79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Saran Durasi Bermain Game Pada Anak Populasi Penelitian Sampel Penelitian Skor Pernyataan Skala Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Kisi-kisi Instrumen Penelitian Skala Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Klasifikasi Skor Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Deskripsi Data Hasil Penelitian Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Perangkat Digital membuat Otak Tidak bisa Berfikir Kategorisasi data Pemahaman Orang tua tentang Perangkat Digital Membuat Otak Tidak Bisa Berfikir Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Prinsip digital Parenting Kategorisasi data Pemahaman Orang tua tentang Prinsip Digtial Parenting Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting sesuai Usia Anak Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Sesuai Usia Anak Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Kiat-kiat Sukses Orang tua Menerapkan Digital Parenting Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentnag Kiat-kiat Sukses Orang tua Menerapkan digital parenting Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan...70 vii

12 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Berfikir...37 viii

13 Gambar DAFTAR GAMBAR 4.1 Grafik Pemahaman Orang tua tentang Perangkat Digital membuat Otak tidak bisa Berfikir Grafik Pemahaman Orang tua tentang Prinsip DigitalPparenting Grafik Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting sesuai Usia Anak Grafik Pemahaman Orang tua tentang Kiat-kiat Sukses Orang tua menerpakan Digital Parenting Grafik Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan...72 ix

14 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi pada abad ke 21 semakin berkembang dengan pesat, salah satunya di Indonesia. Perkembangan teknologi yang muncul dengan berbagai penemuan tentu merupakan bukti bahwa daya pikir masyarakat dan pola perilaku manusia semakin maju dan berkembang yang salah satunya tentu mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa atau orang tua. Zaman yang serba canggih atau era digital ini tentu mempengaruhi pemahaman orang tua dalam mendidik anak. Orang tua harus memahami pola pengasuhan dalam mendidik anak agar anak tidak terjerumus ke hal negatif yang merugikan kehidupan anaknya. Pola pengasuhan pada era digital ini yang sering disebut dengan digital parenting. Menurut Shin (2014: 187) digital parenting adalah pola asuh yang sesuai dengan kebiasaannya menggunakan perangkat digital. Dari hal di atas terlihat bahwa digital parenting merupakan gaya pengasuhan orang tua dengan mempertimbangkan tingkat usia dan tahapan yang dimiliki anak terkait penggunaan perangkat digital. Selanjutnya hal yang sama dijelaskan Palupi (2015: 49) mengatakan digital parenting atau pengasuhan digital adalah memberikan batasan yang jelas kepada anak tentang hal-hal yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan pada saat menggunakan perangkat digital. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa digital parenting merupakan pola pengasuhan orang tua dalam mendidik, mengawasi, dan memberikan perlindugan kepada anak terkait hal apa saja yang boleh dilakukan dengan perangkat digitaln. Hal tersebut tentu terlihat bahwa anak dapat dijaga dengan baik, jika seandainya anak tidak mendapatkan perlindungan atau pengawasaan yang efektif tentu orang tua belum berhasil dalam sebuah digital parenting atau pengasuhan digital. Perangkat digital yang dapat 1

15 2 digunakan anak misalnya, televisi, komputer, smartphone atau perangkat digital lainnya. Penggunaan smartphone di kalangan anak-anak saat ini cukup mengkhawatirkan, karena ada berbagai macam yang dapat diakses anakanak dari smartphone misalnya konten yang dilihat oleh anak, durasi atau waktu penggunaan anak sesuai tingkat usia yang seharusnya, dan juga perlu ada batasan yang diberikan orang tua saat anak mempergunakan perangkat digital mereka agar tumbuh dan kembang anak tidak terganggu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Puspita & Asma (2016: 72) yang menyimpulkan bahwa: Pengaruh penggunaan gadget terhadap personal sosial anak usia pra sekolah di TK IT Al Mukmin cenderung ke arah yang positif yaitu sebanyak 71%. Hal ini disebabkan karena dari gadget anak dapat mengikuti pembelajaran seperti menghafal Al-Qur an, mengetahui kosakata bahasa Inggris, anak juga merasa terbantu dalam membaca ataupun menghafal, gadget juga dapat dijadikan sarana hiburan bagi anak, serta kecerdasan anak terasah saat ia dapat menyelesaikan suatu tahapan game yang lebih tinggi dari sebelumnya. Selain dampak positif yang ditimbulkan gadget, sebanyak 29% dari responden menyatakan gadget juga memiliki dampak negatif bagi anak-anak mereka, seperti halnya anak cenderung pendiam di depan orang yang tidak dikenal, anak lebih senang memainkan gadgetnya daripada bermain dengan temannya, anak terkadang menirukan adegan kekerasan yang ada di game, anak bersikap acuh bila sudah di depan gadgetnya, dan lain-lain. Dari hal di atas terlihat bahwa gadget memfasilitasi berbagai macam fitur untuk anak misalnya dapat bermain, menonton video animasi dan lain-lain. Ada juga konten yang bersifat edukatif seperti anak dapat menguasai kosakata baru, seperti bahasa Inggris dan menghafal Al- Qur an. Namun, terkadang dengan kesenangan anak mengakses perangkat digital membuat orang tua khawatir akan pengaruhnya bagi anak, baik itu pengaruh negatif maupun positif yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dari itu, pada era digital tentu orang tua harus memperhatikan pola pengasuhan yang terbaik untuk anak, agar anak

16 3 tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang mengancam keselamatan pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam buku Shin (2014) t erdapat berbagai macam pembahasan tentang cara mendidik anak di era digital, adapun pembahasan digital parenting itu adalah: 1) perangkat digital membuat otak tidak bisa berpikir, 2) prinsip digital parenting, 3) digital parenting sesuai dengan usia anak, 4) kiat-kiat orang tua sukses menerapkan digital parenting. Berdasarkan macam-macam pembahasan di atas terlihat bahwa dalam digital parenting tentu orang tua harus mempertimbangkan hal apa saja yang boleh anak lakukan seperti halnya mempertimbangkan apakah perangkat digital tidak merusak otak anak. Dalam menjalankan digital parenting tentunya memiliki prinsip sebagai dasar pencapaian digital parenting dan juga ada batasan-batasan yang dapat dilakukan orang tua sesuai tingkat usia dan perkembangan yang dimiliki anak. Selanjutnya agar tercapainya dan terwujudnya digital parenting tentu ada pedoman dan acuan dalam menyukseskan sebuah digital parenting yaitu kiat-kiat dalam menerapkan digital parenting. Maka dari itu sangat perlu pengawasan serta pendampingan bagi anak saat menggunakan perangkat digital. Dalam Kemendikbud (2016 : 13) dijelaskan bahwa perangkat digital dapat mempengaruhi kesehatan anak, masalah tidur pada anak, kesulitan konsentrasi pada anak, menurunnya prestasi pada anak, gangguan perkembangan fisik, gangguan perkembangan sosial, gangguan perkembangan otak dan menunda perkembangan bahasa anak. Dari hal di atas terlihat jelas bahwa perangkat digital memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap tumbuh dan kembang pada anak, jadi orang tua harus cerdas dalam memfasilitasi anak dengan perangkat digital. Selain pendapat di atas, hal yang sama juga diungkapkan Rachman dalam Alia dan Irwansyah (2018 : 72) yang menyatakan dampak negatif dari penggunaan perangkat digital lainnya yaitu tidak ada privacy, memungkinkan pengambilan data pribadi, predator anak, cyber bullying,

17 4 dan adanya masalah pornografi, kekerasan, atau penanaman nilai negatif pada anak. Dari hasil di atas terlihat bahwa orang tua harus cerdas, cepat tanggap dalam menyikapi kehadiran dan memberikan fasilitas perangat digital kepada anak, hal ini dilakukan orang tua tentu agar anak tidak terjerumus ke hal-hal negatif yang merugikan masa depan anak. Selain dampak negatif, tentu juga ada hal positif yang dapat diambil dari teknologi digital. Susanto dalam Alia dan Irwansyah (2018: 72) menjelaskan bahwa terdapat dampak positif teknologi digital diantaranya yaitu dapat menambah wawasan anak, anak dapat membangun relasi, memperbanyak teman tanpa harus dibatasi jarak dan waktu, dapat memudahkan anak dalam mencari dan mengetahui informasi, anak dapat menggunakan sebuah teknologi perangkat lunak pendidikan, menjadi sebuah solusi bagi orang tua yang mengahadapi seorang anak yang bosan belajar, membangun kreatifitas anak, dan teknologi membuat seorang anak jauh lebih fasih dengan teknologi, terutama teknologi informasi. Dari hal di atas terlihat bahwa selain hal negatif perangkat digital tentu memberikan hal positif bagi anak, misalnya perangkat digital merupakan sumber belajar untuk anak, anak dapat membangun imajinasi serta kreatif dengan melihat hal-hal baru dari perangkat digital. Terlepas dari hal negatif dan hal positif dengan kehadiran perangkat digital dalam dunia anak saat ini, tentu juga tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan dari orang tua. Orang tua merupakan tempat pertama bagi anak untuk berproses dalam kehidupan awalnya, dan keluarga juga memiliki peran penting dan sangat berpengaruh terhadap pendidikan bagi anak. Dengan demikian terlihat jelas bahwa saat ini dengan kehadiran perangkat digital orang tua perlu memberikan bentuk pengawasan dan pendampingan untuk anak, agar siap dalam menghadapi dunia mereka. Dalam Kemendikbud (2016 : 18) memaparkan bentuk pendampingan untuk anak dalam menggunakan perangkat digital salah satunya anak usia 4-6 tahun diantaranya yaitu orang tua perlu menambah pengetahuannya terkait penggunaan perangkat digital,

18 5 mengarahkan anak dalam penggunaan perangkat digital ataupun media digital dengan jelas, mengimbangi waktu menggunakan media digital dengan interaksi di dunia nyata, meminjamkan anak perangkat digital sesuai keperluan, pilihkan program/ aplikasi positif, mendampingi dan mengingatkan interaksi, gunakan perangkat digital dengan bijaksana, aktifitas dunia maya, telusuri aktivitasi anak di dunia maya. Dari hal di atas terlihat bahwa bentuk pendampingan untuk anak dalam mengakses perangkat digital perlu dilakukan dan perlu dipahami bagi orang tua, agar anak tidak salah menggunakan perangkat digital. Bentuk pendampingan orang tua dapat dilihat dari pemahamannya yang dapat disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Adapun salah satu tahapan penggunaan perangkat digital sesuai usia dan tahapan perkembangan yaitu usia 4-6 tahun. Kemendikbud (2016: 29) memaparkan penggunaan media digital sesuai usia dan tahapan perkembangan anak diantaranya yaitu memiliki kesepakatan bersama yang dipahami dan dijalani anak, memonitor pelaksanaannya, konsisten menerapkan konsekuensi atas pelanggaran dan memberikan apresiasi atas keberhasilan anak dalam menjalankan kesepakatan, memanfaatkan program/ aplikasi yang mendidik terkait dengan kesiapan sekolah seperti pengenalan huruf, angka, dan pengetahuan dasar, selanjutnya memanfaatkan program/ aplikasi yang mengajarkan perilaku berteman serta menghargai perbedaan dan keanekaragaman yang ada, kemudian membahas persamaan dan perbedaan anak dengan tokoh favorit yang dilihat melalui media, dengan tujuan meningkatkan keterampilan membedakan hal yang buruk dan yang baik. Dari hal di atas terlihat bahwa pendampingan orang tua berperan penting dalam perkembangan anak khususnya anak usia di bawah enam tahun. Salah satu upaya yang dilakukan orang tua dalam menghadapi dunia digital tentu memberikan pengawasan dan pendampingan untuk anak. Dari pendampingan tersebut, orang tua dapat mengawasi dan mengarahkan anak ketika mengakses dan mendapat hal positif bagi anak untuk menggunakan perangkat digital secara baik sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya.

19 6 Fenomena yang peneliti lihat mulai dari akhir tahun 2018 sampai awal tahun 2019 pada umumnya orang tua dan anak di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan pengguna aktif perangkat digital. Tidak jarang orang tua memiliki televisi, smartphone di rumah, sehingga anak dengan leluasa dapat menggunakan alat-alat digital tersebut. Terkadang orang tua yang sibuk bekerja cenderung membuat anak tidak dapat diperhatikan hal apa saja yang anak lakukan dengan perangkat digital, ada juga orang tua yang tidak paham cara menggunakan perangkat digital untuk anak. Sehingganya anak lebih mendapatkan pengaruh negatif dari alat-alat digital yang diaksesnya. Bahkan juga terlihat dari sikap anak yang lebih cenderung memiliki sifat memberontak ketika ditegur. Dari hasil pengamatan peneliti pada anak yang berinisial UFJ berusia 6 tahun di Jorong Tabek yang merupakan salah satu Jorong yang berada di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. UFJ sudah mampu menggunakan perangkat digital sendiri misalnya, UFJ sudah bisa menghidupkan televisi sendiri yang suka melihat film kartun dan menggunakan smarthphone milik kakak nya dengan sesuka hati serta UFJ tidak sungkan untuk meminjam smartphone milik orang lain seperti milik paman, atau saudara lainnya. Dari smartphone UFJ bisa bermain game, terkadang UFJ bisa membuka youtube dan melihat konten yang merupakan konten yang belum bisa dilihat pada usianya. Bahkan ketika UFJ dipanggil orang tua atau temannya ia tidak mendengar bahkan tidak melihat, harus dipanggil berulang kali baru ia melihat orang tersebut. Ketika UFJ ditegur untuk berhenti menggunakan smartphone ia sering memberontak dan bahkan marah dengan orang yang menegur. Karena hal tersebut terlihat bahwa orang yang menegurnya hanya mengganggu kesenangannya saja. Kemudian peneliti mewawancarai beberapa orang tua yaitu WN dan AR (16/ 03/ 2019). Menanyakan apa alasan orang tua memberikan dan mengenalkan perangkat digital pada anak usia dini juga apa dampak positif

20 7 dan negatif perangkat digital? Dan ibu WN menjawab karena beliau sibuk bekerja membantu suami dalam mencari kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak, sehingga tidak terlalu mengawasi apa yang dilakukan anak dengan smarthpone dan televisi. Terkait penggunaan smartphone beliau tidak memahami cara guna smartphone, dari smartphone anak ibu WN sering bermain game dan tidak memperdulikan untuk bermain dengan teman-temannya. Selanjutnya ibu AR memberikan dan mengenalkan perangkat digital kepada anak bertujuan untuk membantu anak dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dimiliki anak. Misalnya dari smartphone ibu AR memfasilitasi anak dengan video edukatif dan permainan-permainan yang merangsang tumbuh kembang anak. Namun beliau juga menyadari akibat penggunaan perangkat digital yang berlebihan tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari fenomena tersebut terlihat bahwa orang tua memiliki cara tersendiri dalam memberikan dan memfasilitasi perangkat digital kepada anak. Orang tua juga belum mengetahui secara mendalam dampak negatif dan positif dari penggunaan perangkat digital tersebut. Maka dari itu, pola pengasuhan orang tua perlu didalami terkait cara mendampingi anak agar anak dapat diawasi dan tidak terjerumus ke hal negatif serta dapat memberikan aturan-aturan dalam menggunakan perangkat digital pada anak sesuai dengan usia dan perkembanganya. Berdasarkan teori dan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pemahaman Orang Tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota.

21 8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan wawancara dan pengamatan, masalah yang teridentifikasi yaitu : 1. Pemahaman orang tua mengenai pola pengasuhan di era digital atau digital parenting. 2. Adanya pengaruh pengaruh positif maupun pengaruh negatif dalam penggunaan perangkat digital. 3. Belum terlihatnya bentuk pendampingan orang tua dalam penggunaan perangkat digital pada anak. C. Batasan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka peneliti membatasi masalah penelitian pada pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah secara umum penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota.

22 9 F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan yang berhubungan dengan pengasuhan, dan pentingnya pemahaman orang tua di era digital terutama dalam pendampingan penggunaan perangkat digital pada anak usia dini. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Orangtua Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk orang tua dalam mengasuh anak, terutama tentang penggunaan perangkat digital pada anak usia dini. 2) Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah infomasi dan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan perangkat digital pada anak usia dini. 2. Luaran penelitian Luaran penelitian merupakan target yang ingin dicapai dari sebuah penelitian. Adapun target yang ingin dicapai dari temuan penelitian ini yaitu menjadi artikel yang dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah.

23 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman a. Definisi Pemahaman Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, Sudijono (2007: 50). Sedangkan menurut Bloom dalam Rusman (2017: ) pemahaman (comprehension) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman merupakan cara, perbuatan, dan proses seseorang dalam memahami atau memahamkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan sesuai keadaan dan kondisinya. Sementara itu, dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1103) pemahaman adalah perihal menguasai atau mengerti, memahami. Selanjutnya Ngalim, (2013: 44) menyatakan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkatan kemampuan sesorang yang diharapkan mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa seseorang yang dikatakan memahami sesuatu apabila seseorang memahami sesuatu dengan proses mengkontruksi makna dari pengajaran dan sumber-sumber belajar lainnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman merupakan kemampuan, perbuatan, proses seseorang memahami atau memahamkan sesuatu yang dapat dimaknai dari pesan-pesan atau dari sesuatu informasi yang dilihat dan diingatnya sehingga mampu disampaikan kembali. Seseorang dikatakan 10

24 11 paham ketika ia mampu menerima informasi dan mampu untuk di sampaikan untuk orang lain. b. Tingkatan Pemahaman Pemahaman merupakan salah satu acuan kompetensi yang dimiliki seseorang dalam memahami sesuatu. Dalam setiap proses memahami tentu setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Menurut Daryanto (2005: 106) kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: 1) Menerjemahkan ( translation). Pengertian menerjemahkan bukan hanya berarti pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Tetapi dapat berarti dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang dalam mempelajarinya. 2) Menafsirkan (interpretation). Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Hal ini merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan. 3) Mengekstrapolasi ( extrapolation). Berbeda dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya karena menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi sehingga seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu yang tertulis. Jadi, dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman memiliki 3 tingkatan yaitu, menerjemahkan ( translation) yang mengartikan bahwa kemampuan sesorang dalam mengalihkan satu bahasa ke bahasa lain, menafsirkan (interpretation) kemampuan ini lebih tinggi dari menerjemahkan karena kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mengenal atau memahami. Kemudian, mengekstrapolasi (extrapolation) yang mana mengartikan kemampuan yang lebih tinggi dari kemampuan menerjemahkan dan menafsirkan karena kemampuan ini bersifat untuk menuntut

25 12 intelektual sehingga seseorang dapat mempraktikkan dari hal yang mereka ketahui. Sementara itu, Ngalim (2013: 44), pemahaman atau komprehensi juga dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1) Komprehensi terjemahan seperti dapat menjelaskan arti Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman. 2) Komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok. 3) Komprehensi ekstrapolasi, seseorang diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalahnya. 2. Orang Tua Orang tua adalah ayah dan ibu yang menjaga, mengasuh dan merawat kita. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1092) orang tua adalah ayah, ibu kandung. Sedangkan menurut Drajat (2014: 35) orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung serta pendidik pertama bagi awal kehidupan anak yang membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menjadi peran penting dalam memberikan pendidikan, nilai moral juga membantu anak dalam menemukan jati diri mereka. Berdasarkan dari uraian di atas pemahaman orang tua merupakan suatu kemampuan yang dimiliki orang tua yaitu ayah dan ibu untuk memahami sesuatu yang didapatkan atau yang diingatnya untuk dapat menafsirkan kembali apa yang ia pahami dan kemudian dapat disampaikan atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

26 13 3. Digital Parenting a. Pengertian Digital Parenting Perkembangan teknologi yang semakin maju dari zaman ke zaman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tampak mempengaruhi berbagai kalangan dalam kehidupan yang salah satunya tumbuh dan berkembang pada kehidupan anak-anak. Kemajuan teknologi tentu menghadirkan berbagai teknologi canggih mulai dari televisi hingga komputer, smartphone, dan perangkat tablet digital dengan berbagai aplikasi. Kehadiran teknologi pada kehidupan anak-anak tentu memberikan kekhawatiran terhadap orang tua yang mempengaruhi hal negatif maupun hal positif dalam tumbuh kembang anak. Dalam hal ini shin (2014: 187) menjelaskan digital parenting adalah pola asuh yang sesuai dengan kebiasaannya menggunakan perangkat digital. Dari hal tersebut terlihat bahwa digital parenting merupakan gaya pengasuhan orang tua dalam mendidik anak pada era digital yang memiliki gaya masing-masing sesuai kepekaan, bakat, dan minat anak agar terbentuknya kepribadian yang sesuai dengan tumbuh dan kembang anak. Selanjutnya Palupi (2015: 49) mengatakan digital parenting atau pengasuhan digital adalah memberikan batasan yang jelas kepada anak tentang hal-hal yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan pada saat menggunakan perangkat digital. Adapun yang harus dilakukan orang tua terhadap anak dalam pengasuhan digital atau digital parenting adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan dan memperbaharui wawasan tentang internet dan gadget. 2) Jika di rumah ada internet, posisikan di ruang keluarga dan siapa yang dapat melihat apa yang dilakukan anak dalam mengakses internet. 3) Membatasi waktu pada anak dalam menggunakan gadget dan internet.

27 14 4) Memberikan pemahaman dan kesadaran bersama akan dampak negative dari internet dan atau gadget 5) Secara tegas melarang sesegera mungkin jika ada yang tidak pantas ditonton. 6) Menjalin komunikasi yang terbuka dua arah dengan anak-anak. Dari hal tersebut terlihat bahwa digital parenting adalah batasan-batasan yang diberikan orang tua kepada anak dalam menggunakan perangkat digital. Orang tua harus mengawasi anak dalam menggunakan perangkat digital dan anak dapat mengunakan perangkat digital sesuai tahapan usia dan perekambangannya. Dalam menggunakan perangkat digital anak harus diawasi dan dikontrol orang tua agar anak tidak melanggar kesepakatan yang sudah disepakati dan dijalani anak. Digital parenting tidak dapat dipisahkan dengan pola asuh orang tua. Menurut Baumrind dalam Muallifah (2009: 42) pola asuh adalah: Pada prinsipnya merupakan parental control, yakni bagaimana orang tua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan menuju pada proses pendewasaan. Sejalan dengan itu, Monks dkk dalam Ilahi (2013: 134) memberikan pengertian pola asuh sebagai cara orang tua, yaitu ayah dan ibu dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh yang besar bagaimana anak melihat dirinya dan lingkungannya. Dari hal di atas terlihat bahwa pola asuh merupakan cara orang tua yaitu ayah dan ibu dalam memberikan pengasuhan kepada anak dengan cara memimbing, mendampingi serta mengontrol aktifitas anak dalam menggunakan perangkat digital agar anak tidak terjerumus ke hal negatif.

28 15 Menurut Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) dan American Psychiatric Association dalam Kemenpppa (2017: 27), memaparkan durasi anak bermain game dikelompokkan berdasarkan usia anak, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1 Saran Durasi Bermain Game Pada Anak Usia Anak Durasi bermain gadget 0 2 tahun Tidak boleh main gadget 3 6 tahun menit/ per hari 7 10 tahun menit/ per hari tahun Maksimal 2 jam/ per hari Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia b. Digital Parenting bagi Orang tua Bijak Orang tua yang bijak tentu mampu memahami dan mendampingi anak dalam melalui masanya yaitu era digital dengan artian orang tua membimbing serta mengontrol anak agar anak berkembang sesuai tugas perkembangannya yang disebut dengan digital parenting. Dalam buku mendidik anak di era digital, shin (2014: ) membahas beberapa bahasan terkait digital parenting sebagai berikut: 1) Perangkat Digital Membuat Otak Tidak Bisa Berfikir Perangkat digital yang dimiliki orang tua dan dapat diakses anak tentu orang tua perlu menguasai cara membimbing, memberikan perhatian serta pengawasan terhadap aktivitas dunia anak. Perangkat digital yang diakses anak terlalu dini akan menyebabkan daya pikir anak dan kreatifitas anak terhambat sehingganya anak tidak dapat berkembang sesuai tahapan usia dan perkembangannya.

29 16 Menurut Shin (2014: ) menjelaskan perangkat digital membuat otak anak tidak bisa berfikir serta berpengaruh terhadap perkembangan otak anak yaitu sebagai berikut: a) Usia empat tahun, daya pikir dan kreativitas anak masih terbatas. Otak anak mampu menyerap pelajaran sejak dia berusia empat tahun, namun usia ini bukanlah usia harus memulai belajar formal. Usia paling kreatif dalam hidup manusia adalah 4-6 tahun. Misalnya orang-orang dewasa melihat kursi, mereka tidak memikirkan hal lain selain menganggap kursi sebagai alat untuk. Namun anak-anak usia 4-6 tahun akan membuat tenda dengan menjungkir balikkan kursi itu dan juga membuat tangga dengan menyusun semua kursi secara berdempetan. Anak menggunakan logika yang ego-sentris daripada berpikir objektif dan logis. Dengan begitu, anak menciptakan imajinasi menyenangkan tanpa batas. Namun itu hanya terjadi jika anak berinteraksi dengan orang lain. Meski perangkat digital bisa memberitahukan berbagai jawaban, perangkat digital itu tidak bisa membimbing anak untuk berpikir secara dalam. Dalam hal ini tentu orang tua harus menanamkan pemahaman positif pada anak ini bertujuan supaya anak mampu memaksimalkan daya menalar dan kreativitasnya sebagai tahapan yang sangat menyenangkan. b) Usia tujuh tahun, daya konsentrasi anak menurun akibat multi-tasking. Salah satu karakteristik perangkat digital adalah mendorong anak melakukan multi tasking (melakukan beberapa hal sekaligus). Tanpa sadar anak telah melakukan berbagai pekerjaan di saat bersamaan, walaupun dia sendiri

30 17 tidak ingin melakukannya. Kelemahan pengajaran melalui perangkat digital adalah mudahnya mengakses perangkat digital tersebut sehingga menjadikannya jalan pintas. Misalnya anak ingin mencari tahu informasi tentang roket yang menjadi topik tugas sekolahnya. Jadi pada dasarnya dalam multi-tasking merupakan sesuatu hal yang dilakukan ketika mengakses perangkat digital yang akan menjadi penghambat perkembangan daya konsentrasi anak sehingga otak anak tidak menyerap pelajaran dengan baik. c) Usia sembilan tahun, tersingkirnya dunia buku yang sunyi. Sejak anak usia 9-10 tahun, tidak berlebihan jika kemampuan berpikir abstrak menjadi standar kemampuan belajar dan kematangan anak. Namun, meski kemampuan berpikir anak berkembang, buku tetap bisa memberikan manfaat bagus bagi anak, tidak ada orang yang menyangkal ini. Jika anak kecanduan perangkat digital, dia pasti menjauhi buku. Mereka tidak akan sempat membaca buku akibat kecanduan perangkat itu. Akibatnya kemampuan abstrak anak menjadi tidak berkembang. Lingkaran setan it uterus berlanjut dan membuatnya tidak merasakan adanya kesenangan terhadap buku. Oleh karena itu kemampuan berpikir abstrak mereka perlahan-lahan melemah. Dampak yang ditimbulkan sangat mengkhawatirkan oleh perangkat digital pada anak-anak. Kehadiran perangkat digital membuat anak menjadi manja melakukan segala hal salah satunya buku. Kehadiran perangkat digital merupakan pengahalang dan menyingkirkan anak dengan dunia buku. Anak lebih memilih perangkat digitalnya dibandingkan buku yang mereka miliki.

31 18 d) Trik memori menjadi sulit dilakukan di masa remaja. Trik memori menentukan nilai ujian dan rangking anak di masa remaja. Untuk memahami defenisi trik memori kita harus tahu tentang jangka waktu memori manusia. Memori manusia terbagi menjadi memori sesaat, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Lama waktu memori sesaat adalah detik, adakalanya terjadi dalam beberapa menit. Memori jangka pendek adalah memori yang terus berlangsung selama beberapa hari. Memori jangka panjang adalah memori yang bertahan lama dan dapat digunakan setiap hari kita membutuhkannya. Belajar menggunakan perangkat digital hanya akan menyisakan memori sesaat atau memori jangka pendek karena anak tidak membutuhkan improvisasi dalam menyerap informasi yang ada. Anak terbiasa belajar dengan perangkat digital secara instan. Perangkat digital akan menghalangi kesempatan anak untuk menjadi siswa terbaik di sekolah. Kehadiran perangkat digital pada dunia anak tentu memberikan hal negatif maupun hal positif tentunya, ini terlihat bahwa anak dapat memanfaatkan perangkat digital dalam proses belajarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa perangkat digital memanjakan anak saat belajar sehingga menghalangi anak untuk dapat belajar mandiri dan menjadi siswa terbaik di sekolah. e) Ada masalah jika anak tidak mau bermain bersama temantemannya karena perangkat digital. Merasa senang melihat wajah anak yang bermain bersama teman-temannya dengan gembira. Mereka selalu penuh tawa, walaupun tidak beristirahat dan badan mereka berkeringat. Anak yang senang bermain tentu memiliki jiwa

32 19 dan raga yang sehat. Merupakan fakta yang telah sangat diketahui dan diakui siapapun. Anak yang bergerak, bermain dengan gembira dan aktif, akan berdampak positif pada kemampuan belajarnya. Namun ada yang mengatakan anak saya merasa sangat senang ketika bermain game. Jika beraktivitas fisik, tubuhnya akan menghasilkan hormon serotonin. Saat bermain game anak tentu akan merasa senang karena tubuhnya menghasilkan hormon dopamin. Anakanak yang kecanduan game selalu mencari hal-hal baru baru yang provokatif. Oleh karena itu masa depan anakanak pantas dicemaskan karena kecanduan perangkat digital. Anak-anak akan melewatkan pengalamanpengalaman berharga yang bisa membantu mereka tumbuh secara normal. Jadi pada dasarnya hormon-hormon memiliki karakteristik yang berbeda. Hormon serotonim merupakan hormon bahagia yang dihasilkan tubuh secara konstan, sedangkan hormon dopamin merupakan hormon bahagia yang jangka waktunya sangat singkat. Jadi terlihat bahwa kehadiran perangkat digital pada dunia anak memberikan suatu kebahagian dan kesenangan namun itu hanya bersifat sementara yang menjadi hiburan. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa dalam penggunaan perangkat digital tentunya orang tua harus memperhatikan hal negatif yang membuat otak anak tidak bisa berfikir, seperti contohnya hal negatif perangkat digital dapat membatasi daya pikir dan kreatifitas yang dimiliki anak, menurunnya daya konsentrasi anak akibat multi-tasking, menjauhi anak dari dunia buku karena mereka dimanjakan dengan gadget nya, dan trik memori yang sulit dilakukan

33 20 dimasa remaja bahkan adanya masalah jika tidak mau bermain bersama teman-temannya karena perangkat digital. Maka dari itu orang tua harus memahami dan memperhatikan hal negatif yang merugikan anak. 2) Prinsip Digital Parenting Pada dasarnya digital parenting adalah bagaiamana orang tua bisa mampu membimbing, mendampingi dan mengasuh serta mengawasi anak dalam menggunakan perangkat digital agar anak tidak terjerumus kehal-hal negatif. Semua orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh dan kembang dengan baik dan optimal, bahkan orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi kebanggaan mereka. Maka dari itu, tentu ada prinsipprinsip digital parenting bagi orang tua agar mampu memberikan pengasuhan yang baik kepada anak. Menurut Shin (2014: ) ada tujuh prinsip digital parenting yang harus diketahui orang tua bijak, yaitu: a) Yang terpenting bukan Apa jenisnya, melainkan Kapan perlu memberikannya. b) Kualitas lebih penting dari pada kuantitas c) Tentukan sanksi ketika anak melanggar janjinya d) Jelaskan alasan ditetapkannya peraturan e) Berbagilah pengalaman tentang perangkat digital dengan anak f) Libatkan seluruh anggota keluarga g) Mintalah Bantuan Psikiater Jika Orang tua Tidak Bisa Mengatasinya Dengan penjelasan sebagai berikut: a) Yang terpenting bukan Apa jenisnya, melainkan Kapan perlu memberikannya. Saat mengenal perangkat digital salah satu faktor terpenting adalah kapan orang tua bisa memulainya. Namun, banyak ibu yang lebih tertarik pada jenis, harga atau merek apa yang sebaiknya diberikan untuk untuk anak ketimbang memikirkan kapan perlu memberikan

34 21 anak perangkat digital. Jadi pada dasarnya anak yang sudah terlahir sudah mengenal perangkat digital tentu sebagai orang tua perlu mempertimbangkan bagaimana menerapkan digital parenting yang baik kepada anak dengan arti lain orang tua perlu memikirkan kapan waktu yang baik seharusnya anak difasilitasi perangkat digital agar anak lebih siap mengikuti zaman sesuai usia dan tahap perkembangannya. b) Kualitas lebih penting dari pada kuantitas. Hal awal yang bisa orang tua lakukan adalah menentukan peraturan yang jelas tentang Waktu yang tepat. Ini dilakukan agar anak tidak terjerumus ke hal kecanduan dengan arti kata anak harus dipilihkan waktu yang tepat dan membuat peraturan terkait dalam penggunaan pperangkat digital supaya anak tidak keranjingan dan tidak mengenal waktu ketika menggunakan perangkat digital. Kemudian orang tua perlu bijak dalam menyikapi hal apa saja yang hendak anak lakukan. Maksudnya, orang tua harus bijak dan tegas hal apa saja yang boleh anak lakukan dan hal apa saja yang tidak boleh anak lakukan. c) Tentukan sanksi ketika anak melanggar janjinya. Dalam penggunaan perangkat digital orang tua dan anak tentu harus menyepakati aturan serta sanksi yang akan anak patuhi agar anak paham hal apa yang boleh ia lakukan dan hal apa yang tidak boleh ia lakukan. Hal ini dilakukan orang tua agar anak mampu menyikapi, memahami serta bertanggung jawab atas apa yang hendak ia kerjakan dan apa yang hendak ia tinggalkan.

35 22 d) Jelaskan alasan ditetapkannya peraturan. Setelah aturan dan sanksi disepakati tentu orang tua harus menjelaskan kepada anak alasan mengapa peraturan itu ditetapkan, ini bertujuan agar anak bertanggung jawab. Sebagai orang tua perlu mempertimbangkan apakah peraturan yang ditetapkan tidak membebani anak, hal yang ditakuti ketika anak tidak paham dengan peraturan dan sanksi disepakati sehingga anak tidak menjalankan hal yang seharusnya yang ia lakukan nantinya. e) Berbagilah pengalaman tentang perangkat digital dengan anak. Dalam dunia digital yang terus beruabah, orang tua harus senantiasa mengawasi perangkat digital anak secara rutin. Dalam hal ini orang tua tidak hanya mengawasi dan anak melaporkan apa yang mereka lakukan melainkan juga diiringi dengan suasana obrolan. Dengan obrolan orang tua tentu anak merasa tenang dan nyaman ketika hal apa yang dilakukan anak. Dengan begitu anak juga tidak ragu untuk menceritakan hal apa yang ia dapatkan dari perangkat digitalnya. Jika terjalin hubungan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak kemungkinan besar sudah dikatakan berhasilnya digital parenting. Untuk berbagi pengalaman tentunya orang tua harus paham dan memperluas pengetahuan tentang perangkat digital. Dengan kata lain orang tua harus mencoba perangkat digital untuk mencari informasi dan setelah orang tua menguasai informasi yang didaptkan tentu juga dapat disampaikan kepada anak dan ikuti anak. f) Libatkan seluruh anggota keluarga. Digital parenting akan berhasil jika semua anggota keluarga terlibat dan berpartisipasi dalam menyepakati dan

36 23 menjalankan peraturan saat menggunakan perangkat digital. Mereka adalah ayah, ibu, kakak dan adik. Hal ini agar oang tua tidak merasa terbebani dan takut jika anak dititipkan atau ditinggal bersama kakek dan nenek atau dengna pengasuh tentunya. Karena hal demikian sudah diketahui oleh semua pihal hal apa yang harus anak lakukan dan hal apa yang tidak boleh anak lakukan serta kapan waktu menggunakan juga berapa lama anak bisa menggunakan perangkat digitalnya. g) Mintalah Bantuan Psikiater Jika Orang tua Tidak Bisa Mengatasinya. Pemakaian yang berlebihan dan kecanduan memiliki arti yang berbeda. Dalam pemakaian yang berlebihan orang tua masih bisa menyikapi anak dengan digital parenting, namun jika anak sudah sampai ke tingkat kecanduan tentu orang tua perlu minta bantuan kepada pihak yang bisa mengatasinya yaitu psikiater. Karena tingkat pemakaian yang berlebihan jika tidak dapat diatasi orang tua tentu juga akan meminta bantuan psikiater juga. Namun sebelum hal itu terjadi jagalah anak agar tidak dipengaruhi hal-hal negatif yang merugikan pertumbuhan dan perkembangannya. Selanjutnya Herlina, dkk (2018: 20-22) menjabarkan beberapa prinsip umum pengasuhan digital yaitu: norma, dampak teknologi, dampak pesan, masalah sensitif, contoh perilaku. Dengan penjelasan sebagai berikut: a) Norma Setiap keluarga memiliki prinsip norma yang berbeda-beda. Misalnya, keluarga muslim, akan memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan keluarga kristen. Begitu juga keluarga jawa berbeda dengan keluarga batak. Jadi setiap orang tua harus menentukan nilai-nilai dasar dari

37 24 keluarga sebelum mengasuh anak sehingga ada batasanbatasan yang harus dipatuhi anak baik atau buruk tergantung dengan nilai keluarga. b) Dampak teknologi Dampak teknologi saat ini sangat merugikan kesehatan. Bayi dan balita merupakan kelompok usia yang rentan karena kekuatan tubuhnya yang sangat rendah. Menatap perangkat digital yang terus-menerus mengakibatkan kerusakan pada mata, kesalahan posisi tubuh ketika menggunakan perangkat digital. Pada umumnya orang yang menggunakan perangkat digital malas bergerak sehingga berakibatkan obesitas atau perlambatan pertumbuhan. c) Dampak pesan Dampak pesan digital akan mempengaruhi pandangan dan pola berpikir penggunanya. Misalnya, ketika seseorang yang melihat tayangan yang berisikan konten sedih yang mengacu pada keputus asaan. Konten seperti ini tidak dapat diperlihatkan kepada anak karena membuat kekacauan pada perkemabangan otak anak. d) Maslaah sensitif Dalam penggunaan perangkat digital tentu ada beberapa masalah sensitif terkait konten digital misalnya, keamanan privasi, keyakinan diri, kekerasan, pornografi dan penipuan. Dari hal itu orang tua harus menyembunyikan identitas anak dari publik agar anak merasa aman dan tidak ada yang membuat keberadaannya tidak nyaman. Dengan kata lain orang tua hal ini dilakukan agar tidak merugikan perkembangan dan pertumbuhan anak. Jika orang tua tidak memperhatikan hal tersebut

38 25 sangat diragukan jika anak mendapatkan posisi aman dan nyamannya. e) Contoh perilaku Orang tua harus memberikan contoh perilaku cara menggunakan perangkat digital pada anak karena anak usia dini rentan kepada sifat meniru. Hal ini bertujuan agar anak tidak terjerumus ke hal-hal negatif karena orang tua adalah suri tauladan yang bisa ditiru anak. Kemudian orang tua harus memilihkan waktu yang tepat untuk anak menggunakan perangkat digital agar tidak mengganggu tugas perkembangan anak. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, tentu memudahkan orang tua dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yang merupakan pendidik utama dalam keluarga, menjaga anak dari kekerasan dunia digital. Memberikan pengawasan saja tanpa perlindungan belum memberikan kenyaman hidup kepada anak, orang tua harus bekerjasama dengan keluarga lainnya saat menerapkan digital parenting untuk anak. 3) Digital Parenting Sesuai Usia Anak Pada dasarnya dalam digital parenting orang tua tentu harus memperhatikan hal apa yang seharusnya ia lakukan sesuai tingkat usia anak, karena hal yang ditakuti adalah ketika anak sudah bisa mengakses perangkat digital dan melihat konten yang seharusnya belum dilihat pada seusianya. Dalam digital parenting orang tua harus tahu terlebih dahulu berapa usia anak dan kemudian memperhatikan hal apa yang harus orang tua lakukan untuk anak, karena anak-anak memiliki karakteristik dan perekmbangan yang berbeda berdasarkan usianya. Dari hal tersebut jika dapat dijalani dengan baik, baru

39 26 bisa dikatakan orang tua telah menerapkan digital parenting untuk anak. Dari hal tersebut Shin, (2014: ) memaparkan beberapa pendekatan digital parenting berbeda-beda sesuai usia anak, yaitu: a) Minimumkan waktu penggunaan perangkat digital pada anak usia batita. Apapun alasannya, jangan sampai anak balita anda mengenal perangkat digital. Jika dia mengenal perangkat itu sejak dini, perkembagan otaknya akan menjadi tidak proporsional, hal itu akan menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, seharusnya anak diarahkan pada berbagai aktivitas yang mampu membuat fungsi panca inderanya berkembang melalui pengalaman secara langsung. b) Bicarakan tentang perangkat digital secara terbuka pada anak usia sekolah. Sangat penting untuk menentukan batasan waktu dan situs yang dibuka kepada anak usia 6-9 tahun ketika sang anak menggunakan perangkat digital. Anda harus selalu memperhatikan situs apa saja yang dibukanya dan game apa saja yang dimainkannya. Jika dia melewati batas waktu yang telah ditentukan atau membuka situs yang tidak sesuai untuk usianya, anda harus menerapkan sanksi yang tegas. Jika anak sudah berumur tahun, dia akan bisa memahami tentang manfaat teknologi digital dan risikonya karena dia telah memiliki kemampuan kognitif yang baik. Oleh karena itu, jika anak menggunakan perangkat digital dengan bijak, hidup akan terasa lebih menyenangkan. Namun, jika anak tidak bisa menggunakannya dengan bijak, dia akan menjadi orang gagal atau tersangkut kasus kejahatan. Bicarakanlah hal-hal tersebut sesering mungkin bersama anak dengan pikiran terbuka. Tak lepas dari tahapan balita dan usia sekolah saja, seiring perkembangan zaman tentunya anak akan tiba pada tahapan usia remaja, dimana pada tahapan ini anak harus ekstra ketat dijaga orang tua agar anak tidak salah dalam melakukan sesuatu hal terutama salah dalam menggunakan perangkat digital yang akan mengancam keselamatan

40 27 mereka. Hal yang harus diketahui dan dipahami orang tua pada usia remaja, yaitu sebagai berikut: c) Jangan lepaskan perhatian anda setelah memberikan kebebasan pada anak remaja anda. Di usia ini, anda harus mendorong anak agar dia bisa berbuat dengan penuh tanggung jawab ketimbang memberinya perintah dan aturan. Sebaiknya anda terus mengawasinya ketika anda telah memberinya kebebasan. Anda tidak boleh mengatur dan bersikap terlalu protektif. Anda harus selalu menunjukkan perhatian kepada anak melalui obrolan yang nyaman. Seandainya anda yang keliru, anda perlu mendiskusikan hal itu dengannya dan berupaya memperbaikinya bersama-sama. Terlebih lagi saat anda harus mengobrol secara langsung tentang tema-tema sulit, seperti pornografi, seks, dan kekerasan online. Anda juga harus perlu membahas masalah-masalah terkait plagiatisme dan unduhan ilegal dengannya. Agar bisa mengawasi anak secara rutin, sebaiknya anda memberikan syarat ketika membelikannya komputer ataupun ponsel cerdas. Tentu anda tidak bisa memaksanya jika anak nolak syarat tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua harus mengetahui atau memahami setiap tahapan usia dan tahapan perkembangan anak dalam penggunaan perangkat digital, karena anak belum menegerti sepenuhnya dari perangkat digital. Dengan adanya kontrol dan bimbingan orang tua tentu anak tidak akan salah dalam menggunakan perangkat digital yang memebrikan bahaya atau ancaman dalam setiap pertumbuhan dan perkembanganya. Selanjutnya, hal yang sama Kemendikbud (2016: 26-34) menguraikan tahapan usia dan tahapan perkembangan anak dalam menggunakan perangkat digital yaitu, sebagai berikut: a) Batita usia 1-3 tahun (1) Memiliki batasan waktu tayangan pada media digital. (2) Memanfaatkan media digital dalam bentuk audio untuk menambah kosa kata, angka, dan lagu.

41 28 (3) Memanfaatkan program/ aplikasi untuk meningkatkan perilaku prososial pada anak. Misalnya sikap empati atau berbagi. (4) Memanfaatkan informasi tentang berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda untuk belajar mengenal keanekaragaman. (5) Menghindari tayangan program media digital yang mengandung unsur kekerasan dan seksualitas. (6) Menghindari tayangan program media digital yang menakutkan, misalnya hantu. (7) Menghindari tayangan program media digital yang menggunakan bahasa yang tidak senonoh dan agresif karena anak dapat mengingat dan mengulanginya lagi. (8) Menghindari tayangan iklan media digital dengan konten yang tidak tepat untuk usia anak. (9) Mendampingi dan berinteraksi dengan orang tua/ pengasuh saat menggunakan media. (10) Menghindari penggunaan media dan perangkat digital sebagai pengganti peran orang tua. Dalam tahapan usia 1-3 tahun terlihat bahwa dalam penggunaan perangkat digital orang tua perlu memperhatikan batasan waktu yang digunakan anak, mengkaji manfaatmanfaat yang didapatkan anak dari perangkat digital mereka serta orang tua perlu memperhatikan atau menghindari anak dari bahaya atau ancaman-ancaman perangkat digital yang tidak sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak. Selanjutnya usia 4-6 tahun. b) Usia 4-6 Tahun (1) Memiliki kesepakatan bersama yang dipahami dan jalani anak, memonitor pelaksanaannya, konsisten menerapkan konsekuensi atas pelanggaran dan memberikan apresiasi atas keberhasilan anak dalam menjalankan kesepakatan. (2) Memanfaatkan program/ aplikasi yang mendidik terkait dengan kesiapan sekolah. Misalnya pengenalan huruf, angka, dan pengetahuan dasar. (3) Memanfaatkan program/ aplikasi yang mengajarkan perilaku berteman serta menghargai perbedaan dan keanekaragaman yang ada. (4) Membahas persamaan dan perbedaan anak dengan tokoh favorit yang dilihat melalui media, dengan tujuan

42 29 meningkatkan keterampilan membedakan hal yang buruk dan yang baik. (5) Menghindari tayangan program media digital yang sarat dengan kekerasan dan seksualitas. (6) Menghindari program media digital yang biasa akan pengenalan dan penyimpanan gender. (7) Menghindari program/ tayangan media digital yang menunjukkan tokohnya menyelesaikan masalah dengan kekerasan. (8) Membimbing anak mengenal mana yang fakta dan fantasi. Dalam penggunaan perangkat digital, anak usia 4-6 tahun seharusnya sudah mampu diajak untuk menyepakati aturanaturan yang ada. Kemudian mengenalkan manfaat dari perangkat digital dalam membantu pertumbahan dan perkembanganya serta mengajak dan membimbing anak untuk membahas apa yang mereka ketahui. Dalam usia ini rasa ingin tahu anak sangat tinggi, maka dari itu hindari anak dari ancaman serta bahaya perangkat digital yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar keberadaan anak tidak terancam dan dapat berkembang sesuai tahapan usia dan perkembangannya. Selanjutnya tahapan usia 8-12 tahun. c) Usia 8-12 Tahun (1) Memiliki kesepakatan bersama yang dipahami dan jalani anak, memonitor pelaksanaannya, konsisten menerapkan konsekuensi atas pelanggaran dan memberikan apresiasi atas keberhasilan anak dalam menjalankan kesepakatan. (2) Memanfaatkan program atau video yang menunjukkan berbagai pengamatan positif yang menstimulus imajinasi. (3) Mendiskusikan perilaku baik dan tidak dari karakter di media yang mereka kenal. (4) Diskusikan hal-hal terkait peran laki-laki dan perempuan. (5) Menghindari tayangan program media digital yang menampilkan agresivitas, antisosial, dan perilaku negatif lainnya. (6) Memberikan pemahaman tentang lelucon mengenai anggota tubuh.

43 30 (7) Menghindari tayangan iklan yang berlebihan terutama mengenai pola dan nutrisi makanan yang tidak sehat. (8) Menghindari tayangan gambar atau iklan rokok. Selanjutnya, orang tua perlu ketat dan bijak menyikapi anak karena usia selanjutnya anak akan memasuki dunia remaja, dimana usia ini anak berani untuk mencoba sesuatu hal yang didapatkan. Maka dari itu, orang tua perlu memahami hal-hal yang harus mereka lakukan untuk anaknya supaya anak tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang membahayakan mereka. d) Usia Remaja (12-18 Tahun) (1) Memiliki kesepakatan bersama yang dipahami dan jalani anak, memonitor pelaksanaannya, konsisten menerapkan konsekuensi atas pelanggaran dan memberikan apresiasi atas keberhasilan anak dalam menjalankan kesepakatan. (2) Memperkenalkan keanekaragaman ras, etnis dan situasi ekonomi. (3) Mengajak anak berpikir kritis atas tayangan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan seperti: menurut kamu apa yang paling menarik dari video ini? (4) Memanfaatkan tayangan pada media dan perangkat digital untuk membicarakn berbagai karakter. (5) Memanfaatkan media blogs untuk melatih anak berpikir kritis dan membimbing mereka untuk menjadi penulis, bukan hanya pembaca. (6) Mengajak anak untuk mengeksplorasi lebih jauh minat dan bakatanya. (7) Menghindari tayangan iklan rokok, minuman keras, dan narkoba. (8) Menanamkan etika berkomunikasi positif di media sosial. (9) Memperhatikan pengaturan privasi dalam media digital, khususnya media sosial. (10)Membatasi aktifitas anak di sosial media. Dari hal di atas terlihat bahwa pada dasarnya dalam digital orang tua harus memahami hal-hal yang seharusnya ditetapkan dan disepakati bersama anak agar anak berkembangan baik sesuai tingkat usia dan perkembangaannya serta orang tua berhasil dalam mendidik anak. Bahkan juga anak dapat

44 31 bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan dan berlajar utuk bertanggung jawab jika ia melanggar aturan yang sudah disepakati. 4) Kiat-kiat Sukses Orang tua Menerapkan Digital Parenting Digital parenting dapat diartikan sebagai cara atau metode yang dilakukan orang tua untuk mendidik dan mengasuh anak pada era digital. Untuk mewujudkan keinginan digital parenting yang suksesdan berhasil adalah ketika orang tua bisa bekerja sama dengan anak menciptakan suasana yang harmonis, menjalin komunikasi yang baik. Maka dari itu, orang tua harus selalu mendampingi, mengawasi anak ketika menggunakan perangkat digital. Selanjutnya orang tua dapat mempertimbangkan tahapan usia sesuai pertumbuhan dan perkembangan dalam memberikan pendekatan-pendekatan agar digital parenting dinyatakan sukses dan berhasil. Menurut Shin (2014: ) kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting yaitu: a) Orang tua harus berhenti mendewakan perangkat digital Perangkat digital memang mempermudah kehidupan manusia, tetapi itu harus berhenti smpai di situ. Dunia maya yang dijumpai lewat perangkat canggih semata-mata hanya dunia semu, bukan dunia yang sebenarnya. Demi berhasilnya digital parenting, orang tua harus lebih dulu meninggalkan pendewaan terhadap perangkat digital. b) Orang tua harus mempelajari musuh Orang tua sejak diterapkannya digital parenting perlu memberikan pengertian lebih sering pada anak. Namun jika orang tua terus memberikan perintah pada anak tak tentu arah, dia akan merasa kesal dan bisa melawan. Jika memberikan perintah dengan maksud dan tujuan yang jelas, memberikan ketegasan yang tepat, tetapi juga bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab pada dirinya dan mengingatkannya tentang perhatian yang selalu orang tua berikan. Orang tua juga perlu meluangkan waktu untuk mempelajari program pencarian yang aman agar dapat melindungi anak dari ancaman perangkat digital yang

45 32 negatif. Orang tua perlu mencari riset-riset yang ada bisa memperingatkan tentang penggunaan berbagai perangkat digital terhadap perkembangan otak dan juga dampak yang ditimbulkan. Selanjutnya orang tua harus memahami karakteristik, strategi, dan juga kelemahan musuh. c) Orang tua harus melakukan digital clean. Anak adalah cerminan dari orang tua. Anak cenderung meniru perilaku orang tunya, demikian orang tua harus berhati-hati dalam bertindak. Jadi dari pemaparan di atas terlihat bahwa dalam menerpakan digital parenting tentu harus memperhatikan hal-hal yang menyukseskan digital parenting seperti halnya berhenti mendewakan perang kat digital, harus mempelajari usuh dan melakukan digital clean. Selanjutnya Herlina, dkk (2018: 23-28) ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan orang tua dalam mengasuh anak berhadapan media digital, yaitu: a) Mendampingi anak mengakses gawai b) Menyeleksi konten yang sesuai untuk anak. c) Memahami informasi yang disediakan media digital. d) Digital untuk menemukan pola positif dan negatif. e) Memverifikasi media digital f) Mengevaluasi konten media g) Mendistribusikan konten media h) Meproduksi konten positif dan produktif bersama i) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan produktif terkait media digital j) Berkolaborasi menciptakan konten digital Jadi dari pemaparan di atas terlihat bahwa orang tua harus cepat tanggap dalam mendidik, mengasuh anak agar anak terlindungi dan orang tua dapat dikatakan berhasil dalam digital parenting. memperhatikan beberapa point seperti contoh orang tua harus selalu mendampingi anak saat menggunakan perangkat digital, selalu mengawasi serta memberikan perlindungan agar anak tetap nyaman dan keberadaannya tidak terancam bahaya perangkat digital.

46 33 B. Kajian Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ini peneliti memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu terkait pemahaman orang tua tentang digital parenting. 1. Hasil penelitian Indriyani (2018) di Desa Jati Baru Kecamatan Bintang Lampung Selatan dengan tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi orang tua mengenai gadget. Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif deskriptif, dengan analisis data yakni deskriptif persentase. Teknik pengumpulan data menggunakan kusioner yang diberikan kepada 137 orang tua yang memiliki anak usia 5-6 tahun dengan reliabilitas sebesar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gadget pada anak lebih banyak memberikan dampak negatif dari pada dampak positif. Orang tua sudah mengenalkan gadget saat anak berusia 0-2 tahun. Penggunaan gadget paling sering pada saat anak berusia 4-6 tahun. Sebanyak 68% anak paling sering menonton film kartun dan bermain games. Semua orang tua memberikan batasan kepada anak pada saat anak menggunakan gadget. Akan tetapi, pada kenyataannya anak dapat bermain gadget lebih dari 1 jam. 2. Hasil penelitian Al-Ayouby (2017) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui dampak penggunaan gadget pada anak usia dini di PAUD dan TK.Handayani Bandar Lampung. Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: a. Terlihat anak usia dini sering menggunakan gadget pada saat kegiatan tertentu. Sehingga anak usia dini merasa terlalu senang menggunakan gadget yang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. b. Bentuk penggunaan gadget (aplikasi yang digunakan untuk menonton video animasi dan bermain game, intensitas, dan durasi

47 34 pemakaian gadget beragam tergantung dari pengawasan dan kontrol orang tua) pada anak usia dini. c. Sebagian besar anak usia dini menggunakan gadget hanya untuk bermain game dan menonton film animasi yang seharusnya gadget dapat dipergunakan untuk media pembelajaran bagi anak usia dini. d. Pengawasan oleh orang tua dirasakan kurang, karena sebagian besar orang tua terkesan memberikan dan tidak terlalu khawatir dengan dampak yang akan ditimbulkan dari penggunaan gadget secara terus-menerus. Orang tua harus lebih berhati-hati dalam mengawasi dan memonitoring kegiatan anak dalam menggunakan gadget sehari-hari untuk meminimalisir sisi negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget tersebut, dan seharusnya gadget digunakan dan dimanfaatkan untuk hal yang positif. Penggunaan gadget sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah usia 6 tahun, karena saat usia tersebut anak lebih baik diarahkan ke dalam kegiatan yang memiliki aktivitas di lingkungan agar mudah untuk bersosialisasi. 3. Penelitian Faisal, 2016, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI, dengan judul pola asuh orang tua dalam mendidik anak era digital, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua dalam mendidik anak era digital. ( jurnal An-Nisa, Volume IX Nomor 2, Desember 2016). Tulisan ini mengkaji tentang pola asuh orang tua dalam mendidik anak di era digital. pola asuh atau pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti, makan, mi num dan lain-lain) kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain -lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan. Penelitian ini membahas pola asuh orang tua dalam mendidik anak era digital dengan memasukkan nilainilai islam didalamnya.

48 35 Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian peneliti yaitu membahas tentang pengasuhan di era digital, pola pengasuhan yang baik dan efektif yang dapat diterapkan dalam mengasuh, mendidik dan membimbing anak era digital. Peneliti menyebutnya dengan digital parenting terkait penggunaan perangkat digital pada anak usia 4-6 tahun. Pada penelitian ini peneliti melihat dan mendeskripsikan pemahaman orang tua tentang digital parenting. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada waktu, tempat, populasi yang akan di teliti. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data pemahaman orang tua tetang digital parenting ini didapatkan dari hasil observasi secara langsung di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan. Objek dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun. Jadi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang tua. Penelitian ini memfokuskan pada pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan. C. Kerangka Berpikir Kemajuan teknologi saat ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Perkembangannya yang begitu pesat dan semakin canggih sehingga dengan mudah masuk ke dalam kehidupan manusia untuk membantu kegiatan sehari-hari, baik itu kehidupan anak-anak dan juga kehidupan remaja dan orang tua pastinya. Kemunculan perangkat digital memberikan pemahaman bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat tentu adanya hal yang bersifat negatif atau positif bagi pengguna perangkat digital itu sendiri. Hal negatif maupun positif yang dapat diperoleh dari perangkat digital tentu bergantung dari cara penggunaan perangkat digital. Kehadiran perangkat digital tentu sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari yang tidak hanya digunakan orang dewasa saja, anak usia dini juga sudah dapat menggunakan perangkat digital. Hal ini

49 36 tentu tidak asing lagi karena anak pada masa ini terlahir pada generasi digital atau dengan nama lain digial native. Pada umumnya, penggunaan perangkat digital bagi anak usia dini hanya untuk games, menonton film animasi dan lain sebagainya. Dengan begitu anak cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, lupa waktu, lupa makan dan bahkan anak lebih memilih perangkat digitalnya dibandingkan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan seperti bermain dengan temannya. Dibalik hal negatif itu tentu ada juga hal positif yang bisa diserap dari perangkat digital untuk anak usia dini itu sendiri seperti anak mendapatkan pembelajaran yang bersifat edukatif yang bisa mengasah otak dan pengetahuannya. Pengunaan perangkat digital tentu turut serta mempengaruhi perkembangan anak. Jadi, orang tua perlu bijak memberikan suatu bekal pemahaman pada anak agar anak dapat memilih apa yang bisa ia peroleh dari perangkat digital dengan kata lain orangtua perlu menerapkan digital parenting untuk mempertahankan posisi anak dengan baik dan nyaman. Selain itu, orang tua perlu mengantisipasi dan memilihkan konten yang baik bagi anak agar perangkat digital benar-benar menjadi media yang berguna bagi perkembangannya.

50 37 Oleh karena itu, adapun gambar kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Perkembangan Teknologi Pemahaman Orang tua Digital Parenting 1. Memahami perangkat digital membuat otak tidak bisa berpikir 2. Memahami prinsip digital parenting 3. Digital parenting yang sesuai usia anak 4. Kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

51 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif. Menurut Darmawan (2013: 49) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu objek atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu survei. Metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2018: 6). Sementara itu, Priyono (2016: 43) menjelaskan bahwa penelitian survei merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku. Dalam pelaksanaan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulatif oleh peneliti. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa penelitian survey merupakan salah satu penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data dari responden yang alamiah tanpa adanya manipulatif dari peneliti dengan memberikan kuesioner, wawancara dan lain-lain sebagai instrumen dalam penelitian. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk orang tua di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun waktu penelitian ini dilakukan selama 10 bulan yaitu dari bulan Desember 2018 sampai bulan Agusuts

52 39 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2018: 80) bahwa popu lasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Bungin (2011: 109) mengatakan bahwa populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa dalam penelitian sangat diperlukan populasi, karena populasi adalah jumlah atau suatu objek yang menjadi sasaran dalam suatu penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak yang berusia 4-6 tahun di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota yang berjumlah 120 orang. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Jorong Jumlah Orang tua 1 Jorong Guntung 32 2 Jorong Jambak 20 3 Jorong Tabek 12 4 Jorong Bukik Bulek 12 5 Jorong Banja Loweh Ketek 16 6 Jorong Banja Loweh Godang 28 Total 120 Sumber data : dari Kader Nagari Banja Loweh 2. Sampel Menurut Sugiyono (2018: 81) sampel ada lah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel, penulis menggunakan metode propotional random sampling dimana jumlah sampel pada masing-masing strata sebanding dengan jumlah anggota populasi pada masingmasing stratum populasi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

53 40 sampel dari populasi sebanyak 60 orang dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sampel Subkelompok : Jumlah masing-masing kelompok Jumlah total populasi Sumber : Yusuf, Muri (2014: 162) Besaran Sampel Jadi yang peneliti teliti adalah orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun terkait pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dan diambil berdasarkan hasil pengolahan Skala Guttman. Jadi dalam penelitian ini sampel dari masing-masing jorong yaitu: X Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Jorong Jumlah Orang tua 1 Jorong Guntung 16 2 Jorong Jambak 10 3 Jorong Tabek 6 4 Jorong Bukik Bulek 6 5 Jorong Banja Loweh Ketek 8 6 Jorong Banja Loweh Godang 14 Total 60 D. Definisi Operasional Definisi operasional bermanfaat untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah dalam penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut: Pemahaman orang tua tentang digital parenting Pemahaman menurut Sudijono (2007: 50) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman yang penulis maksud adalah

54 41 kemampuan orang tua dalam memahami dan memanfaatkan informasi yang diingat dan didapatkannya. Orang tua menurut Drajat (2014: 35) orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Digital parenting menurut shin (2014: 187) adalah pola asuh yang sesuai dengan kebiasaannya menggunakan perangkat digital. E. Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyon o, 2018: 92). Menurut bungin (2011: 104) menjelaskan instrumen adalah sebagai perangkat lunak dari seluruh rangkaian proses pengumpulan data penelitian di lapangan. Jadi, instrumen yang baik dalam sebuah penelitian tentu teruji validitasnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang berisi penyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu perangkat digital. Dalam hal ini penulis menggunakan skala dengan skala pengukuran yaitu skala Guttman. 1. Validitas Siregar (2011: 162) mengatakan bahwa validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang diukur (valid if it succesfully measure the phenomenom). Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di pahami bahwa dalam penelitian ini instrumen yang penulis gunakan adalah skala yang mengukur pemahaman orang tua terhadap penggunaan perangkat digital pada anak usia dini. Dimana skala ini dapat dikatakan valid jika penulis dapat mengukur pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota.

55 42 Menurut Widoyoko (2012: 141) suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Jadi instrumen yang dibuat untuk mengukur pemahaman orang tua tentang perangkat digital pada anak usia dini valid jika benar-benar dapat mengukur pemahaman orang tua tersebut. Instrumen yang valid mempunyai: a. Validitas isi (Content Validity) Widoyoko mengatakan instrumen yang mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar. Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya (2012: 143). Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa skala dalam penelitian ini dikatakan mempunyai validitas isi apabila pertanyaan skala untuk mengukur hasil belajar dikembangkan sesuai indikator dan materi pembelajarannya. b. Validitas konstruk (Construct Validity) Widoyoko mengatakan validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen (2012: 145). Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli (expert judgement). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah dikonsultasikan dengan para ahli pada bidang itu. Validitas instrumen dilakukan dengan cara: 1) Menyusun instrumen berdasarkan teori dan pertanyaan penelitian dalam mengungkap pemahaman orang tua terhadap penggunaan perangkat digital.

56 43 2) Berdiskusi dengan teman sebaya. 3) Berkonsultasi dengan pembimbing. 4) Melakukan validasi dengan validator. 5) Analisis dan revisi instrumen hingga valid. Adapun validitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas isi. validitas isi merupakan suatu pertanyaan apakah sudah dapat mengukur apa yang akan diukur. Validitas isi dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi skala. Kemudian untuk menguji validitas konstruk penulis meminta penilaian dari ahli setelah kisi-kisi skala dibuat. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas dapat menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Sugiyono (2018: 122) reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Sementara itu Siregar (2011: 173) mengatakan bahwa reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen yang peneliti gunakan dapat dilakukan dan konsisten dalam mengumpulkan data tentang perangkat digital. Adapun dalam artian data untuk pemahaman orang tua tentang digital parentingi maka hasilnya akan tetap sama. Dalam pengujian reliabilitas digunakan uji reliabilitas internal yang dilakukan cukup dengan mencoba alat ukur hanya sekali, kemudian data

57 44 yang diperoleh dianalisis dengan teknik pengujian menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dalam Siregar (2011: 176) rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: k σ b 2 r 11 = 1 - k -1 σ t 2 Keterangan: r 11 K 2 σ b σ t 2 : Koefisien reliabilitas instrumen : Jumlah butir pertanyaan : Jumlah Varians total : Varians total Rumus ini digunakan untuk dapat mengukur reliabilitas suatu instrumen penelitian apakah reliabel atau tidak apabila penelitian yang diberikan kepada responden yang menginterpretasikan penilaian sikap dengan menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan, kemudian menentukan nilai varians total dan terakhir akan mendapatkan hasil reliabilitas instrumen. F. Teknik Pengumpulan Data Alat yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur pemahaman orang tua tentang digital prentingi adalah skala pengukuran. Menurut Widoyoko (2012: 102) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa skala pengukuran adalah alat ukur yang memiliki standar tertentu untuk digunakan sebagai pedoman dalam menentukan interval yang menghasilkan data kuantitatif.

58 45 Skala yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman. Siregar (2011: 143) mengatakan bahwa skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas (jelas) dan konsisten. Alternatif jawaban pada jenis skala ini hanya terdiri dari dua alternatif. Jadi terlihat bahwa skala Guttman memberikan jawaban yang tegas dengan dua jawaban yang tepat dan jelas adanya. Skala tersebut disusun dengan membuat pernyataan positif dan negatif dengan alternatif jawaban benar dan salah. Responden dapat memilih salah satu jawaban alternatif tersebut dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu (1) dan skor terendah nol (0). Jika misalnya responden menjawab benar pada butir pernyataan yang bersifat positif akan diberi skor satu (1), sedangkan jika responden menjawab salah akan diberi skor nol (0). Sebaliknya jika responden menjawab pada butir pernyataan yang bersifat negatif dengan jawaban benar maka diberi skor nol (0) dan jika responden menjawab salah akan diberi skor satu (1). Jadi, jika pernyataan bersifat positif dijawab benar dan pertanyaan negatif dijawab salah oleh responden maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pemahaman tentang digital parenting, sebaliknya jika pernyataan bersifat positif dijawab salah dan pertanyaan negatif dijawab benar maka responden disimpulkan bahwa orang tua tidak paham tentang digital parenting. Tabel 3.3 Skor Pernyataan Skala Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting No Item pernyataan Skor (Benar) Skor (Salah) 1 Bersifat Positif Bersifat Negatif 0 1 Peneliti menyebarkan skala pengukuran kepada orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota yang menjadi sampel dalam

59 46 penelitian ini. Skala pengukuran yang peneliti susun bertujuan untuk mengukur pemahaman orang tua tentang digital parenting dalam pengasuhan pada anak usia dini. Dalam skala pengukuran yang akan disebarkan kepada orang tua tentu harus ada rancangan instrumen dengan istilah kisi-kisi instrumen. Gambaran hubungan antara variabel maupun sub variabel, indikator dan rancangan butir-butir instrumen yang disusun dalam bentuk tabel disebut kisi-kisi instrumen, Widoyoko (2012: 132). Berikut bentuk skala pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota: Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Skala Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Variable Aspek Indikator No item Jumlah Positif Negatif Item Pemahaman Orang tua tentang digital parenting Daya pikir dan kreatifitas anak masih terbatas 1, 10 20, 45 33, 4 15, Pemahaman Orang tua tentang Perangkat digital membuat otak tidak bisa berpikir Pemahaman Orang tua Daya konsentrasi anak menurun akibat multitasking Tersingkirnya dunia buku yang sunyi Trik memori menjadi sulit dilakukan di masa remaja Ada masalah jika anak tidak mau bermain bersama teman-temannya karena perangkat digital Yang penting bukan apa 9, 2 41, , 25 19, ,18 32, , 64 28,46 4

60 47 tentang prinsip digital parenting Pemahaman Orang tua tentang digital parenting yang sesuai usia anak Pemahaman Orang tua tentang Kiatkiat sukses orang tua menerapkan digital jenisnya tapi kapan perlu memberikannya Kualitas lebih penting dari kuantitas Tentukan sanksi anak jika melanggar janjinya Jelaskan alasan ditetapkan aturan Berbagi pengalaman tentang perangkat digital dengan anak Libatkan seluruh anggota keluarga Minimumkan waktu penggunaan perangkat digital pada anak usia balita Bicarakan tentang perangkat digital secara terbuka pada anak usia sekolah Jangan lepaskan perhatian setelah memberikan kebebasan pada anak remaja Orang tua harus berhenti mendewakan perangkat digital Orang tua harus terus mempelajari musuh 62, 21 52, , 17 53, , 16 54, , 7 29, , 8 59, , 43 37, , 11 22, , 56 39, ,24 38, , 23 27, 48 4

61 48 Sumber parenting Orang tua harus 36, 49 51, 40 4 melakukan digital clean Total : Shin, Mendidik anak di Era Digital G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif menggunakan persentase. Menurut Sugiyono (2017: 29) statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Untuk memperjelas proses analisis maka dilakukan pengkategorian. Kategori tersebut terdiri atas 3 kriteria, yaitu: kurang paham paham, paham dan sangat paham. Dasar penentuan kemampuan tersebut adalah menjaga tingkat konsistensi dalam penelitian. Skor yang digunakan untuk melihat pemahaman orang tua tentang digital parenting adalah: 1. Skor maksimum : 1 x 68 = Skor minimum : 0 x 68 = 0 3. Rentangan skor ideal : 68 0 = Banyak kriteria adalah 3 tingkatan 5. Panjang kelas interval : 68 : 3 = Data yang telah diolah kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data atau proses penafsiran data dengan menggunakan tabel sebagai berikut: Tabel 3.5 Klasifikasi Skor Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Interval Klasifikasi Kurang Paham Paham Sangat Paham

62 49 Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini untuk mengelolah hasil data, agar dapat mengetahui pemahaman orang tua tentang digital parenting. Data yang ada disajikan menggunakan rumus persentase. Dalam Sudijono (2005: 42) untuk menghitung frekuensi relatif (persentase) yang disajikan sebagai berikut: p = f N X 100% Keterangan : f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu) P : Angka Persentase

63 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei, di mana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan objek atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti secara alamiah tanpa di manipulatif dari responden dengan memberikan kuesioner, atau angket serta wawancara sebagai alat instrumen dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala pemahaman orang tua tentang digital parenting sebagai alat instrumen dalam penelitian yang diberikan kepada orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan skala sebanyak 60 sebagai sampel untuk mengukur terkait pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sementara itu, terdapat 11 dari 60 skala pemahaman yang disebar tidak dapat diolah datanya karena ada kerusakan pada jawaban responden. Jadi dalam penelitian ini data yang dapat diolah berjumlah 49 skala pemahaman. Berikut data akan diolah berdasarkan masing-masing aspek dan juga dari data keseluruhan terkait pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota: 1. Deskripsi data masing-masing aspek dalam pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Menghitung skala pemahaman orang tua dari masing-masing aspek dalam pemahaman orang tua tentang digital parenting di 50

64 51 Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun hasil penelitian akan dideskripsikan seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Aspek Sum Min Max Mean Pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir Pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting Pemahaman orang tua tentang digital parenting yang sesuai usia anak Pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting Std. Dev Data hasil analisis penelitian dari tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran II halaman 89. Selanjutnya tabel di atas akan dideskripsikan setiap aspeknya sebagai berikut: a. Pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir. Analisis deskriptif pada data aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir dengan jumlah item 20 butir pernyataan diperoleh nilai maximum sebesar 20 dan nilai minimum sebesar 0. Hasil dari penelitian diperoleh nilai maximum seluruh orang tua adalah 12

65 52 sedangkan nilai minimum diperoleh 5. Sementara itu, diperoleh nilai mean (rerata) sebesar 9.08, nilai sum sebesar 445 dan nilai standart deviation sebesar Aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir merupakan aspek pertama yang terdapat dalam skala pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan. Sebelum mendapatkan hasil nilai maximum, minimum, mean, sum dan nilai standar deviation, hal pertama yang dilakukan tentunya mencari skor dari masing-masing responden dalam penelitian atau perolehan skor orang tua pada aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Perangkat Digital membuat Otak Tidak bisa Berfikir No Kode Orang tua Skor Total No Kode Orang tua Skor Total 1 ES WY 8 2 PR 9 32 M 11 3 RY YR 10 4 RY H 8 5 YH 9 35 DS 9 7 RZ FG 8 8 YEP 7 37 LM 9 9 FY SE 8 10 SDS YS 9 11 FE 6 40 FT 7 12 WDI DNW M RNS 5 16 AY 8 44 DW RH 8 46 MY 12

66 53 18 DA 9 47 EY SE S DZ 8 49 L HF 7 50 NMS DH R DO 8 52 AE 5 25 RSN 9 53 HY 8 26 AS 7 54 NS FY 7 56 E 6 30 MK 8 57 TY 7 59 AR 8 Dari hasil perolehan skor pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan di atas dengan perolehan skor minimum 5, skor maximum 12 dan nilai range 7. Pada penelitian ini, aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir dijabarkan ke dalam 20 butir pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 3 pengkategorian yaitu, kategori kurang paham, paham dan kategori sangat paham. Hasil pengkategorian data aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Kategorisasi data Pemahaman Orang tua tentang Perangkat Digital membuat Otak tidak bisa Berfikir Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Kurang Paham Paham Sangat Paham Total

67 54 Tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III halaman 93. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa belum ada pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir pada kategori sangat paham sedangkan pada kategori paham berjumlah 45 orang tua (91.8%) dan kategori kurang paham berjumlah 5 orang tua (8.2%). Berdasarkan persentase pada aspek pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir, menunjukkan bahwa belum ada orang tua yang sangat paham pada aspek ini. Pada aspek ini orang tua yang kurang paham perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir terlihat pada hasil penelitian bahwa orang tua kurang paham pada indikator tersingkirnya dunia buku yang sunyi. Hal tersebut terlihat pada hasil pengamatan bahwa penggunaan perangkat digital pada anak di Nagari Banja Loweh digunakan untuk bermain game, menonton film animasi bahkan anak menirukan aksi dari peranan tokoh yang disukainya. Selanjutnya anak lebih menyukai pembelajaran dari smartphone hal ini juga terlihat pada hasil penelitian bahwa tersingkirnya dunia buku pada anak. Kemudian pemahaman orang tua yang berada pada kategori paham ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa orang tua dapat menyeimbangi dan mengaplikasikan penggunaan perangkat digital pada anak dengan mempertimbangkan daya pikir dan kretivitas anak yang masih terbatas, daya konsentrasi anak menurun akibat multi tasking, trik memori menjadi sulit di masa remaja, dan ada masalah jika anak tidak mau bermain bersama-sama teman karena perangkat digital. hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan dimana orang tua melarang anak untuk bermain di luar rumah yang mengakibatkan anak

68 55 lebih menyukai bermain di dalam rumah dengan perangkat digital miliknya. Berdasarkan persentase dan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir termasuk pada kategori paham dimana orang tua dapat menyeimbangi penggunaan perangkat digital pada anak dengan mempertimbangkan indikator yaitu daya pikir dan kreatifitas anak yang masih terbatas, menurunnya konsentrasi anak akibat multi tasking, tersingkirnya dunia buku yang akan mengakibatkan trik memori menjadi sulit di masa remaja dan ada masalah jika anak tidak mau bermain bersama teman-temannya karena perangkat digital. Namun pada hasil penelitian ini yang lebih menonjol yaitu pada indikator tersingkirnya dunia buku yang diakibatkan anak menyukai pembelajaran menggunakan smartphone dibandingkan buku-buku atau majalah. Adapun data di atas dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.1 Grafik Pemahaman Orang tua Perangkat Digital Membuat Otak Tidak bisa Berfikir

69 56 b. Pemahaman Orang tua tentang Prinsip Digital Parenting Analisis deskriptif pada data aspek pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting dengan jumlah item pernyataan 24 butir diperoleh nilai maximum sebesar 24 dan nilai minimum sebesar 0. Hasil dari penelitian diperoleh nilai maximum seluruh orang tua adalah 19 sedangkan nilai minimum diperoleh 8. Sementara itu, diperoleh nilai mean (rerata) sebesar 15.20, nilai sum sebesar 745 dan nilai standart deviation sebesar Aspek pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting merupakan aspek kedua yang terdapat dalam pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebelum mendapatkan hasil nilai maximum, minimum, nilai mean,dan nilai standar deviation hal pertama yang dilakukan tentunya mencari skor dari masing-masing responden dalam penelitian atau perolehan skor orang tua. Adapun hasil data penelitian atau perolehan skor orang tua pada aspek pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Prinsip digital Parenting No Kode Orang tua Skor Total No Kode Orang tua Skor Total 1 ES WY 17 2 PR M 15 3 RY YR 17 4 RY H 15 5 YH DS 16 7 RZ FG 15

70 57 8 YEP LM 17 9 FY SE SDS YS FE FT WDI DNW M RNS AY DW RH MY DA EY SE S DZ L HF NMS DH R DO AE RSN HY AS NS FY E 8 30 MK TY AR 17 Dari hasil perolehan skor pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota di atas dengan perolehan skor minimum 8 dan skor maximum 19. Pada penelitian ini, aspek pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting dijabarkan ke dalam 24 butir pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 3 pengkategorian yaitu, kategori kurang paham, paham dan kategori sanagt paham.

71 58 Hasil pengkategorian data aspek pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Kategorisasi data Pemahaman Orang tua tentang Prinsip Digital Parenting Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Kurang Paham Paham Sangat Paham Total Tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III halaman 93. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa orang tua yang kurang paham tentang prinsip digital parenting berjumlah 1 orang tua (2.0%) sedangkan berada pada kategori paham berjumlah 29 orang tua (59.2%) dan pemahaman orang tua tentang digital parenting pada kategori sangat paham berjumlah 19 orang tua (38.8%). Selanjutnya, berdasarkan hasil persentase di atas terlihat bahwa pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting terdapat orang tua yang kurang paham hal ini terlihat pada hasil penelitian dimana orang tua kurang paham pada indikator alasan ditetapkan aturan hal ini disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Kemudian pada pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting lebih tinggi berada kategori paham dapat dilihat dengan hasil penelitian dan pengamatan dimana orang tua mengerti dan paham hal yang akan dilakukan mendidik dan mengasuh anak dapat dipertimbangkan bahwa memperhatikan waktu bukan hanya jenis perangkat digital, menentukan menjelaskan ditetapkannya sanksi, berbagi

72 59 pengalaman dan juga melbatkan anggota keluarga lainnya. pada kategori paham tentu orang tua sudah dapat mengaplikasikan digital parenting yang baik kepada anak. Berdasarkan persentase dan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting berada pada kategori paham, yang didukung dengan hasil pengamatan bahwa orang tua sudah mempertimbangkan akibat serta resiko yang akan ditanggung anak terkait penggunaan perangkat digital. Dalam hal ini usaha yang sudah dilakukan orang tua untuk anak yaitu menetapkan sanksi serta aturan bahkan orang tua juga melibatkan keluarga lainnya dalam penggunaan perangkat digital pada anak. Orang tua juga berbagi pengalaman tentang perangkat digital dengan anak. Namun, tentu ada hal lain membuat sebahagian orang tua tidak paham dengan prinsip digital parenting. Adapun data di atas dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.2 Grafik Pemahaman Orang tua tentang Prinsip Digital Parenting

73 60 c. Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting yang Sesuai Usia Anak Analisis deskriptif pada data aspek pemahaman orang tua tentang digtial parenting sesuai usia anak dengan jumlah item pernyataan 12 butir diperoleh nilai maximum sebesar 12 dan nilai minimum sebesar 0. Hasil dari penelitian diperoleh nilai maximum seluruh orang tua adalah 10 sedangkan nilai minimum diperoleh 2. Sementara itu nilai mean (rerata) diperoleh sebesar 8,63, nilai sum sebesar 423 dan nilai standar deviation sebesar Aspek pemahaman orang tua tentang digtial parenting sesuai usia anak merupakan aspek ketiga yang terdapat dalam pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebelum mendapatkan hasil nilai maximum, minimum, nilai mean, nilai sum dan nilai standar deviation hal pertama yang dilakukan tentunya mencari skor dari masingmasing responden dalam penelitian atau perolehan skor orang tua. Adapun hasil data penelitian atau perolehan skor orang tua pada aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting sesuai Usia Anak No Kode Orang tua Skor Total No Kode Orang tua Skor Total 1 ES WY 9 2 PR M 8 3 RY YR 10 4 RY 9 34 H 8

74 61 5 YH DS 10 7 RZ FG 7 8 YEP 8 37 LM 9 9 FY SE 9 10 SDS YS 8 11 FE 8 40 FT WDI DNW 9 13 M 9 43 RNS 9 16 AY 8 44 DW RH 7 46 MY 6 18 DA 7 47 EY 6 19 SE S 8 20 DZ L 8 21 HF NMS 8 22 DH 6 51 R 7 23 DO AE 9 25 RSN HY 7 26 AS 9 54 NS 2 27 FY E 5 30 MK TY AR 10 Dari hasil perolehan skor pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota di atas dengan perolehan skor minimum 2 dan skor maximum 10. Pada penelitian ini, aspek pemahaman orang tua tentang digtial parenting yang sesuai usia anak dijabarkan ke dalam 12 butir pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 3 pengkategorian yaitu, kategori kurang paham, paham dan kategori sangat paham.

75 62 Hasil pengkategorian data aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting Sesuai Usia Anak Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Kurang Paham Paham Sangat Paham Total Tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III halaman 93. Dari tabel tersebut dapat diketahui pemahaman tentang digital parenting sesuai usia anak dengan sebanyak 1 orang tua (2.0%) berada pada kategori kurang paham, 18 orang tua (36.7%) berada pada kategori paham dan sebanyak 30 orang tua (61.2%) berada pada kategori sangat paham. Selanjutnya, berdasarkan hasil persentase di atas terlihat bahwa pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak di Nagari Banja Loweh terdapat orang tua yang kurang paham pada aspek ini ini terlihat bahwa orang tua kurang paham pada indikator meminimumkan waktu penggunaan perangkat digital pada anak usia balita. Kemudian, pada kategori paham orang tua sudah paham cara atau hal apa saja yang akan dilakukan dalam pengasuhan pada anak. Pada aspek ini pemahaman orang tua pada kategori sangat paham dapat diartikan bahwa orang tua paham dan mampu mengaplikasikan hal apa saja yang akan mereka lakukan dalam pengasuhan untuk anak hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa orang tua memberikan batasan waktu bahkan membicarakan serta berbagi

76 63 pengalaman kepada anak tentang perangkat digital. Meskipun tidak keseluruhan orang tua memberikan perhatian kepada anak karena sibuk bekerja namun sebahagian orang tua lainnya mampu untuk selalu mengawasi anak dalam penggunaan perangkat digital karena orang tua yang tidak terlalu sibuk bekerja. Berdasarkan persentase dan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman orang tua tentang digital parenting sesuai usia anak termasuk pada kategori sangat paham yang mana didukung dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa orang tua selalu memberikan pengawasan kepada anak seperti memberikan batasan waktu kepada anak dalam penggunaan perangkat digital dan orang tua juga berbagi pengalaman tentang perangkat digital kepada anak. Namun tidak seluruh orang berkesempatan dalam mengawasi anak karena sibuk bekerja, namun ada sebahagian orang tua yang memiliki kesempatan untuk mengawasi anak karena tidak sibuk bekerja. Adapun data di atas dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.3 Grafik Pemahaman Orang tua tentang Digtial Parenting Sesuai Usia Anak

77 64 d. Pemahaman Orang tua Kiat-kiat Sukses Orang tua Menerapkan Digital Parenting Analisis deskriptif pada data aspek pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting dengan jumlah item pernyataan 12 butir diperoleh nilai maximum sebesar 12 dan nilai minimum sebesar 0. Hasil dari penelitian diperoleh nilai maximum seluruh orang tua adalah 10 sedangkan nilai minimum diperoleh 3. Sementara itu, diperoleh nilai mean (rerata) sebesar 5,57, nilai sum sebesar 273 dan nilai standar deviation sebesar Aspek pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting merupakan aspek keempat yang terdapat dalam pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebelum mendapatkan hasil nilai maximum, minimum, nilai mean, nilai sum dan nilai standar deviation hal pertama yang dilakukan tentunya mencari skor dari masing-masing responden dalam penelitian atau perolehan skor orang tua. Adapun hasil data penelitian atau perolehan skor orang tua pada aspek pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses menerapkan digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Kiatkiat Sukses Orang tua Menerapkan Digital Parenting No Kode Orang tua Skor Total No Kode Orang tua Skor Total 1 ES 4 31 WY 6 2 PR 5 32 M 9 3 RY 5 33 YR 4 4 RY 9 34 H 4

78 65 5 YH 5 35 DS 6 7 RZ 5 36 FG 8 8 YEP 5 37 LM 5 9 FY 5 38 SE 6 10 SDS 6 39 YS 5 11 FE 5 40 FT 4 12 WDI 4 42 DNW 5 13 M 4 43 RNS 3 16 AY 4 44 DW 6 17 RH 6 46 MY 6 18 DA 6 47 EY 7 19 SE 5 48 S DZ 4 49 L 6 21 HF 6 50 NMS 8 22 DH 6 51 R 7 23 DO 5 52 AE 3 25 RSN 5 53 HY 8 26 AS 3 54 NS 6 27 FY 5 56 E 8 30 MK 5 57 TY 5 59 AR 6 Dari hasil perolehan skor pemahaman orang tua tentang kiatkiat sukses orang tua menerapkan digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota di atas dengan perolehan skor minimum 3 dan skor maximum 10. Pada penelitian ini, aspek pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting dijabarkan ke dalam 12 butir pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 3 pengkategorian yaitu, kategori kurang paham, paham dan kategori sangat paham.

79 66 Hasil pengkategorian data aspek pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses menerapkan digital parenting dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentang Kiatkiat Sukses Orang tua Menerapkan Digital Parenting Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Kurang Paham Paham Sangat Paham Total Tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III halaman 93. Dari tabel tersebut dapat diketahui pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting sebanyak 11 orang tua (22.4%) berada pada kategori kurang paham, sementara itu sebanyak 35 orang tua (71.4%) berada pada kategori paham dan sebanyak 3 orang tua (6.1%) berada pada kategori sangat paham. Selanjutnya, berdasarkan hasil persentase di atas terlihat bahwa pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses menerapkan digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat orang tua yang sangat paham dengan usaha atau kiatkiat yang akan diterapkan dalam pengasuhan pada anak. Sementara itu pada aspek ini kategori paling tinggi yaitu pada kategori paham dimana orang tua sudah paham hal apa saja yang akan mereka lakukan dalam menerapkan digital parenting pada anak, hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan bahwa orang tua tidak selalu menggunakan televisi maupun smartphone baik di dekat anak ataupun tidak

80 67 di dekat anak. Bahkan ada orang tua yang berusaha agar anaknya bermain di luar bersama teman-teman dibandingkan bermain dengan perangkat digital miliknya, dan ada pula orang tua yang memberikan perangkat digital kepada anak agar tidak bermain di luar rumah. Berlain hal dengan hasil penelitian pada pemahaman orang tua pada kategori kurang paham dimana orang tua kurang paham terkait kiat-kiat sukses menerapkan digital parenting yang terlihat pada hasil penelitian terdapat orang tua kurang paham pada indikator orang tua harus terus mempelajari musuh dan melakukan digital clean. Berdasarkan persentase dan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting termasuk dalam kategori paham, yang juga didukung dengan hasil pengamatan yang menjabarkan bahwa orang tua sudah paham dan berhasil menerapkan digital parenting misalnya, orang tua tidak selalu menggunakan televisi maupun smartphone baik di dekat ataupun tidak di dekat anak. Bahkan orang tua berusaha agar anak bermain di luar rumah bersama teman-temannya dibandingkan bermain dengan perangkat digital miliknya dan ada pula orang tua yang memberikan perangkat digital kepada anak agar tidak bermain di luar rumah.

81 68 Adapun data di atas dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.4 Grafik Pemahaman Orang tua tentang Kiatkiat Sukses Orang tua Menerapkan Digtial Parenting 2. Deskripsi data pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Analisis deskriptif pada data aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah item pernyataan 68 butir diperoleh nilai maximum sebesar 68 dan nilai minimum sebesar 0. Hasil dari penelitian diperoleh nilai maximum seluruh orang tua adalah 49 sedangkan nilai minimum diperoleh nilai 27. Skor data pemahaman orang tua tentang digital parenting tersebut diperoleh nilai mean (rerata) sebesar 38.49, nilai sum sebesar 1886 dan nilai standar deviation sebesar Sebelum mendapatkan hasil nilai maximum, minimum, nilai mean, nilai sum dan nilai standar deviation hal pertama yang dilakukan tentunya mencari skor dari masing-masing responden dalam penelitian atau perolehan skor pemahaman orang tua.

82 69 Adapun hasil data penelitian atau perolehan skor orang tua pada aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Data Penelitian Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota No Kode Orang tua Skor Total No Kode Orang tua Skor Total 1 ES WY 40 2 PR M 43 3 RY YR 41 4 RY H 35 5 YH DS 41 7 RZ FG 38 8 YEP LM 40 9 FY SE SDS YS FE FT WDI DNW M RNS AY DW RH MY DA EY SE S DZ L HF NMS DH R DO AE RSN HY AS NS FY E MK TY AR 41

83 70 Dari hasil perolehan skor pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota di atas dengan perolehan skor minimum 27 dan skor maximum 49. Pada penelitian ini, aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting dijabarkan ke dalam 68 butir pernyataan yang dikelompokkan ke dalam 3 pengkategorian yaitu, kategori kurang paham, paham dan kategori sangat paham. Hasil pengkategorian data aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Kategorisasi Data Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Kurang Paham Paham Sangat Paham Total Tabel di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III halaman 94. Dari tabel tersebut dapat diketahui pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota tidak ada yang berada pada kategori kurang paham, sementara itu pemahaman orang tua tentang digital parenting lebih dominan berada pada kategori paham sebanyak 48 orang tua (98.0%) dan sebanyak 1 orang tua (2.0%) berada pada kategori sangat paham. Selanjutnya, berdasarkan hasil persentase di atas terlihat bahwa pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota tidak ada orang tua yang berada pada kategori kurang paham, rata-

84 71 rata pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh berada pada kategori paham dalam hal ini terlihat bahwa orang tua paham dengan hal-hal yang dipertimbangkan dalam pengasuhan eradigital pada anak. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman orang tua paling tinggi yaitu pada aspek pemahaman orang tua tentang digital parenting yang sesuai usia anak yang berada pada kategori sangat paham, kemudian yang berada pada kategori paham yaitu pemahaman orang tua tentang perangkat digital membuat otak tidak bisa berfikir, pemahaman orang tua tentang kiat-kiat sukses orang tua menerapkan digital parenting dan terakhir pemahaman orang tua yang berada pada kategori paham yaitu pemahaman orang tua tentang prinsip digital parenting. Hasil tersebut didukung dengan hasil pengamatan dimana orang tua di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan mengetahui dan paham dengan digital parenting karena dukungan anak yang mengikuti lembaga PAUD yang memudahkan orang tua dapat bekerja sama dengan guru dan juga orang tua lainnya serta dengan adanya dukungan program posyandu yang memudahkan orang tua untuk saling berbagi informasi dalam pengasuhan kepada anak di era digital. Berdasarkan persentase dan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman orang tua tentang digital parenting berada pada kategori paham, yang didukung dengan hasil pengamatan yang menjabarkan bahwa orang tua mengetahui dan paham bahwa seharusnya anak belum bisa dikenalkan perangkat digital secara dini, namun pada kenyataannya orang tua yang sibuk bekerja mengharuskan anak untuk tinggal bersama saudara atau keluarga lainnya. Kemudian ada juga orang tua yang tidak bekerja justru memberikan anak perangkat digital dengan alasan agar anak tidak bermain di luar rumah dan ada orang tua

85 72 beralasan untuk menambah pengetahuan anak. Orang tua yang paham dengan digital parenting di Nagari Banja Loweh didukung dengan adanya mengikut sertakan anak pada lembaga PAUD yang memudahkan orang tua dapat bekerja sama dengan guru dan juga orang tua lainnya serta dengan adanya dukungan program posyandu yang memudahkan orang tua untuk saling berbagi informasi terkait pengasuhan anak di era digital. Adapun data di atas dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 4.5 Grafik Pemahaman Orang tua tentang Digital Parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman orang tua tentang digital parenting di nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian ini dilakukan menggunakan skala instrumen berupa lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan perhitungan menggunakan persentase. Pemahaman orang tua tentang digital parenting di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan hasil penelitian dilihat dari skala pengukuran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN TRANS METRO KOTA PEKANBARU SKRIPSI

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN TRANS METRO KOTA PEKANBARU SKRIPSI ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN TRANS METRO KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Trans Metro Pekanbaru Koridor 01) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti sekarang, teknologi berkembang dengan pesat. Manusia sangat dimanjakan dengan berbagai alat yang semakin canggih dan mudah untuk dioperasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komputer sehingga orang tua juga merasa ingin memberikan pembelajaran kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komputer sehingga orang tua juga merasa ingin memberikan pembelajaran kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komputer saat ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa namun sudah dapat digunakan oleh anak-anak. Saat ini disekolah sudah banyak menggunakan komputer sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN PHOBIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEUREULAK BARAT

HUBUNGAN PHOBIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEUREULAK BARAT HUBUNGAN PHOBIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEUREULAK BARAT SKRIPSI DISUSUN OLEH KHAIRUNNISA Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Fakultas/Jurusan:

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 DUMAI Oleh NANDA JUNIARTI NIM. 10913005020 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SRONO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SRONO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SRONO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh: Ellys Wahyu Ningsih NIM. 084 121 004 INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SITEM PENEMPATAN KARYAWAN PADA PD. BPR SARIMADU BANGKINANG. Diajukan sebagai salah satu untuk memperoleh gelar akademik Ahli Madya

TUGAS AKHIR SITEM PENEMPATAN KARYAWAN PADA PD. BPR SARIMADU BANGKINANG. Diajukan sebagai salah satu untuk memperoleh gelar akademik Ahli Madya TUGAS AKHIR SITEM PENEMPATAN KARYAWAN PADA PD. BPR SARIMADU BANGKINANG Diajukan sebagai salah satu untuk memperoleh gelar akademik Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H PENGARUH MEDIA LAGU ANAK-ANAK TERHADAP PENINGKATAN KOSAKATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS I MI TAMAN PEMUDA ISLAM (TPI) KERAMAT BANJARMASIN Oleh : ANIS RIDHA WARDATI INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI

KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI KECENDERUNGAN PERILAKU MELANGGAR PERATURAN ASRAMA DITINJAU DARI CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SANTRIWATI (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki) SKRIPSI Diajukan Oleh : RIDMA MUTAQWARAHMAH

Lebih terperinci

BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA DUKUH WRINGIN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL

BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA DUKUH WRINGIN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA DUKUH WRINGIN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

RENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI

RENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI MAKALAH BAHASA INDONESIA RENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI Oleh : Ita Sulistia Ningsih Nurlita Amril Zain MADRASAH ALIYAH AL-ISHLAH BUNGAH GRESIK Tahun Pelajaran 2014/2015 i Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PLAY GROUP ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG

PENERAPAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PLAY GROUP ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG PENERAPAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PLAY GROUP ISLAM TERPADU PERMATA HATI NGALIYAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR. Skripsi. Diajukan Oleh : J A S M A N I

PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR. Skripsi. Diajukan Oleh : J A S M A N I PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR Skripsi Diajukan Oleh : J A S M A N I Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala

Lebih terperinci

PERAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) NURUL FATA DALAM MENINGKATKAN AKHLAK AKTIVISNYA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN ANTASARI BANJARMASIN

PERAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) NURUL FATA DALAM MENINGKATKAN AKHLAK AKTIVISNYA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN ANTASARI BANJARMASIN PERAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) NURUL FATA DALAM MENINGKATKAN AKHLAK AKTIVISNYA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN ANTASARI BANJARMASIN Oleh: Syafi ie NIM. 1101210489 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

PENERAPAN AUTOMASI PERPUSTAKAAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA LAYANAN PENGGUNA) Skripsi

PENERAPAN AUTOMASI PERPUSTAKAAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA LAYANAN PENGGUNA) Skripsi PENERAPAN AUTOMASI PERPUSTAKAAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN (STUDI KASUS PADA LAYANAN PENGGUNA) Skripsi Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TK GLOBAL INTERSTUDY SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TK GLOBAL INTERSTUDY SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TK GLOBAL INTERSTUDY SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan Oleh LISKA HERLINA NIM: Program Studi. Pendidikan Matematika. Disetujui Oleh : Pembimbing Pertama.

S K R I P S I. Diajukan Oleh LISKA HERLINA NIM: Program Studi. Pendidikan Matematika. Disetujui Oleh : Pembimbing Pertama. S K R I P S I Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Sebagai Salah Satu Beban Studi Program Sarjana (S-1) dalam Ilmu Pendidikan dan Keguruan Pada Fakultas Tarbiyah dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LABORATORIUM BIOLOGI UNTUK MENCAPAI STANDAR KOMPETENSI PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA SEMESTER I DI MAN KENDAL

PEMANFAATAN LABORATORIUM BIOLOGI UNTUK MENCAPAI STANDAR KOMPETENSI PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA SEMESTER I DI MAN KENDAL PEMANFAATAN LABORATORIUM BIOLOGI UNTUK MENCAPAI STANDAR KOMPETENSI PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA SEMESTER I DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SENTING SAMBI BOYOLALI TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM QS. LUQMAN MENURUT KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH

KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM QS. LUQMAN MENURUT KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM QS. LUQMAN MENURUT KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH OLEH NIA FATMASARI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H i KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM QS. LUQMAN

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik TAYANGAN IKLAN DI TELEVISI DAN PERSEPSI MAHASISWA (Studi Deskriptif Mengenai Tayangan Iklan Sampoerna A Mild Versi go ahead di Televisi dan Persepsi Mahasiswa USU) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Gelar S1 Pada Jurusan Pendidikan Madrasah. Oleh: UTAMI ANGGUN PERTIWI

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Gelar S1 Pada Jurusan Pendidikan Madrasah. Oleh: UTAMI ANGGUN PERTIWI 1 PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING MELALUI PERMAINAN MENCARI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V DI SDN TABANGGELE KECAMATAN ANGGALOMOARE KABUPATEN KONAWE Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, KELAS SOSIAL, DAN BUDAYA TERHADAP BESARNYA PINJAMAN PRODUKTIF DI BAITUL MAAL WA TANWIL (BMT) AR-RAHMAN TULUNGAGUNG

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, KELAS SOSIAL, DAN BUDAYA TERHADAP BESARNYA PINJAMAN PRODUKTIF DI BAITUL MAAL WA TANWIL (BMT) AR-RAHMAN TULUNGAGUNG PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, KELAS SOSIAL, DAN BUDAYA TERHADAP BESARNYA PINJAMAN PRODUKTIF DI BAITUL MAAL WA TANWIL (BMT) AR-RAHMAN TULUNGAGUNG SKRIPSI Oleh Nak Imatul Laili NIM. 2823123105 JURUSAN PERBANKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\\\\\ PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PADA SISWA DI SDN KACANGAN II TAHUN 2015 SKRIPSI

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PADA SISWA DI SDN KACANGAN II TAHUN 2015 SKRIPSI UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PADA SISWA DI SDN KACANGAN II TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH AMINATUS SHOLIKAH NIM. 3211113037 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

Diajukan oleh LESTARI NIM :

Diajukan oleh LESTARI NIM : METODE ORANG TUA DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK DI GAMPONG JAMBO LABU KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR SKRIPSI Diajukan oleh LESTARI NIM : 111005490 Program Studi Pendidikan Agama

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDAAN EMOSI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTS N WONOSOBO SKRIPSI

PENGARUH KECERDAAN EMOSI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTS N WONOSOBO SKRIPSI PENGARUH KECERDAAN EMOSI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTS N WONOSOBO SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016/1437 H PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PAPAN PLANEL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS DI MIN IZHARUSSALAM BARUH JAYA KECAMATAN DAHA SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN OLEH SITI RAHMAH INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK PADA HAFALAN SURAT PENDEK MELALUI METODE SMALL GROUP DISCUSSION

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK PADA HAFALAN SURAT PENDEK MELALUI METODE SMALL GROUP DISCUSSION UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK PADA HAFALAN SURAT PENDEK MELALUI METODE SMALL GROUP DISCUSSION (Studi Pada Anak RA Bustanuth Tholibin Gading Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DI SMKN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG SKRIPSI

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DI SMKN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG SKRIPSI UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DI SMKN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG SKRIPSI Oleh: JOHAN EKA SAPUTRA NIM. 3211113099 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Khairul Alim

SKRIPSI. Disusun oleh : Khairul Alim HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR DAN PRESTASI PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRASWASTA SISWA KELAS III BIDANG KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK PIRI 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Miftah Rosyadi NIM

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh Miftah Rosyadi NIM PENGARUH PENERAPAN MODEL SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI 1 AMPEL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Manan Andrianto NIM

SKRIPSI. Oleh: Manan Andrianto NIM PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DUA DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN PKN POKOK BAHASAN SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SDN KEBONSARI 04 JEMBER SKRIPSI

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.. tulis yang berjudul Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Adversity Quotient Pada

UCAPAN TERIMA KASIH. Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.. tulis yang berjudul Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Adversity Quotient Pada UCAPAN TERIMA KASIH Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan kesempatan yang telah dilimpahkan-nya, sehingga penulis dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh ELOK SURYANI NIM

SKRIPSI. Oleh ELOK SURYANI NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL POKOK BAHASAN KERJASAMA MELALUI MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS II SDN NOGOSARI 05 RAMBIPUJI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Seputar Dunia Anak : Teknologi Tablet Bagi Anak Usia Sekolah Oleh : Laili Dimyati, S.E, M.Si(Dosen Aktif STIE Lembah Dempo Pagaralam)

Seputar Dunia Anak : Teknologi Tablet Bagi Anak Usia Sekolah Oleh : Laili Dimyati, S.E, M.Si(Dosen Aktif STIE Lembah Dempo Pagaralam) Seputar Dunia Anak : Teknologi Tablet Bagi Anak Usia Sekolah Oleh : Laili Dimyati, S.E, M.Si(Dosen Aktif STIE Lembah Dempo Pagaralam) Pengantar Pernahkah anda mengalami situasi ketika anak, adik atau keponakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010 PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010 Proposal Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

ANALISIS IKLIM ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) MODEL KUOK KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI

ANALISIS IKLIM ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) MODEL KUOK KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI ANALISIS IKLIM ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) MODEL KUOK KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI OLEH RAHMI AMILIA NIM. 11075200297 PROGRAM S.1 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M / 1436 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M / 1436 H 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BATANG CUISENAIRE PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 BENDAHARA KABUPATEN ACEH TAMIANG SKRIPSI Diajukan Oleh : EVA SURIYANTI

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 6 KENDARI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 6 KENDARI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 6 KENDARI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan makhluk yang membutuhkan kasih sayang, pemeliharaan, dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

Lebih terperinci

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam TANGGUNG JAWAB ORANGTUA PADA ANAK TERHADAP PEMBELAJARAN FIKIH DI DESA TAMBAK SIRANG DARAT KECAMATAN GAMBUT KABUPATEN BANJAR (STUDI KASUS 5 PEDAGANG IKAN) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas-Tugas

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Diah Arum Diah.arum@raharja.info Abstrak Di era globalisasi saat ini, teknologi yang biasa disebut dengan gadget bukan menjadi barang yang langka untuk ditemukan.

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENGELOLAAN KELAS MAHASISWA PPL JURUSAN TARBIYAH PADA TINGAKAT SMA/MA TAHUN AKADEMIK 2013/2014 FITRIAH

KOMPETENSI PENGELOLAAN KELAS MAHASISWA PPL JURUSAN TARBIYAH PADA TINGAKAT SMA/MA TAHUN AKADEMIK 2013/2014 FITRIAH KOMPETENSI PENGELOLAAN KELAS MAHASISWA PPL JURUSAN TARBIYAH PADA TINGAKAT SMA/MA TAHUN AKADEMIK 2013/2014 SKRIPSI Diajukan oleh FITRIAH MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DI TK PERTIWI IV SRIMULYO SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: ADIB KHOLIFATULLAH NIM:

SKRIPSI OLEH: ADIB KHOLIFATULLAH NIM: STATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGOPTIMALKAN PERILAKU AKHLAKUL KARIMAH SISWA KELAS VII DI SMP ISLAM AL-AZHAR KEDUNGWARU TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI OLEH: ADIB KHOLIFATULLAH NIM:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

RIA HAYATI NIM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1435 H/2014 M

RIA HAYATI NIM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 1435 H/2014 M PENERAPAN TEKNIK TES OPSI RELATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 111 Oleh ISTIQOMAH RIA HAYATI NIM. 10918006027 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PT. PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU & KEPRI AREA PEKANBARU RAYON BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR

SKRIPSI ANALISIS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PT. PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU & KEPRI AREA PEKANBARU RAYON BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI ANALISIS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PT. PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU & KEPRI AREA PEKANBARU RAYON BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR Oleh SYAIFUL ASRI 10875004194 FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION AND ENTERTAINMENT)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION AND ENTERTAINMENT) PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION AND ENTERTAINMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LINGKARAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDUNGWARU TULUNGAGUNG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengelolaan data, dan analisis terkait pembahasan tentang Implementasi Teknik School Review di MAN 01 Jepara Tahun Pelajaran 2017/2018 dan

Lebih terperinci

PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI

PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI DESA BERINGIN JAYA KECAMATAN ANJIR MUARA KABUPATEN BARITO KUALA

PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI DESA BERINGIN JAYA KECAMATAN ANJIR MUARA KABUPATEN BARITO KUALA PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI DESA BERINGIN JAYA KECAMATAN ANJIR MUARA KABUPATEN BARITO KUALA OLEH PELDA SARI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M /

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : SUGIARNI

SKRIPSI. Diajukan Oleh : SUGIARNI PENGARUH PENGGUNAAN SOFTWARE AUTOGRAPH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL PADA MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA N 1 SERUWAY TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Oleh : SUGIARNI Mahasiswa

Lebih terperinci

TREND JILBOOBS MENURUT HUKUM ISLAM. (Studi Kasus di IAIN Tulungagung) SKRIPSI

TREND JILBOOBS MENURUT HUKUM ISLAM. (Studi Kasus di IAIN Tulungagung) SKRIPSI TREND JILBOOBS MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di IAIN Tulungagung) SKRIPSI OLEH: DEWI ZUNAIROH NIM. 3222113008 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

Lebih terperinci

RESPON MAHASISWA IAIN KENDARI TERHADAP DAKWAH JURNALISME ONLINE

RESPON MAHASISWA IAIN KENDARI TERHADAP DAKWAH JURNALISME ONLINE RESPON MAHASISWA IAIN KENDARI TERHADAP DAKWAH JURNALISME ONLINE Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Jurusan

Lebih terperinci

MOTTO Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan

MOTTO Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan MOTTO Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaaat untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS)

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS) PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN TUGAS DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DALAM MENGAWASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAMPAN) SKRIPSI OLEH

ANALISIS PELAKSANAAN TUGAS DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DALAM MENGAWASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAMPAN) SKRIPSI OLEH ANALISIS PELAKSANAAN TUGAS DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DALAM MENGAWASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAMPAN) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Oral

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak individu dilahirkan di

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar i PENINGKATAN CINTA TANAH AIR DAN PRESTASI BELAJAR PKN MATERI KEKAYAAN ALAM DAN KEKHASAN BANGSA INDONESIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CARD SORT DI KELAS III SD NEGERI 1 PENAMBONGAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievment Division (STAD) Pada Materi Operasi Perkalian Pecahan

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievment Division (STAD) Pada Materi Operasi Perkalian Pecahan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievment Division (STAD) Pada Materi Operasi Perkalian Pecahan ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. Proses globalisasi lahir dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIFITAS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN SISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANGTUA DI SMP MUHAMMADIYAH 5 PONOROGO

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIFITAS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN SISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANGTUA DI SMP MUHAMMADIYAH 5 PONOROGO PERBEDAAN TINGKAT ASERTIFITAS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN SISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANGTUA DI SMP MUHAMMADIYAH 5 PONOROGO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

PENTINGNYA SARANA DAN MOTIVASI BELAJAR SERTA KENDALA YANG DIHADAPI PENGAJAR SMP IT SYARIF HIDAYATULLAH SUKORAMBI

PENTINGNYA SARANA DAN MOTIVASI BELAJAR SERTA KENDALA YANG DIHADAPI PENGAJAR SMP IT SYARIF HIDAYATULLAH SUKORAMBI PENTINGNYA SARANA DAN MOTIVASI BELAJAR SERTA KENDALA YANG DIHADAPI PENGAJAR SMP IT SYARIF HIDAYATULLAH SUKORAMBI LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh Hamimah NIM 080103101014 JURUSAN DIPLOMA III BAHASA INGGRIS

Lebih terperinci

SKRIPSI HILMAN ADHI FADHLULLAH

SKRIPSI HILMAN ADHI FADHLULLAH PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SDN SEKARPUTIH 01 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

SKRIPSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI ASRAMA DAN DI RUMAH PADA PELAJARAN FIQIH DI SMP ISLAM RAUDHATUR RAHMAH SUNGAI LOBAN TANAH BUMBU

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI ASRAMA DAN DI RUMAH PADA PELAJARAN FIQIH DI SMP ISLAM RAUDHATUR RAHMAH SUNGAI LOBAN TANAH BUMBU PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI ASRAMA DAN DI RUMAH PADA PELAJARAN FIQIH DI SMP ISLAM RAUDHATUR RAHMAH SUNGAI LOBAN TANAH BUMBU Oleh HERNA WATI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BANJARMASIN 2015 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BANJARMASIN 2015 M/1437 H PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI DAN TIPE TAKE AND GIVE PADA MATERI FAKTORISASI BENTUK ALJABAR SISWA KELAS VIII MTsN BANJAR SELATAN 01 BANJARMASIN

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADAPEMBUKAAN KEMAH SRI JUNJUNGAN GUGUSDEPAN STIE SYARIAH BENGKALIS

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADAPEMBUKAAN KEMAH SRI JUNJUNGAN GUGUSDEPAN STIE SYARIAH BENGKALIS BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADAPEMBUKAAN KEMAH SRI JUNJUNGAN GUGUSDEPAN STIE SYARIAH BENGKALIS 01.181.01.182 BENGKALIS, 10 FEBRUARI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT SORE DAN SALAM

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM BEASISWA MISKIN BAGI SISWA SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM BEASISWA MISKIN BAGI SISWA SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM BEASISWA MISKIN BAGI SISWA SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KAMPAR Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat Guna mencapai Gelar Sarjana Pada Ilmu

Lebih terperinci

PROGRAM S.1 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PEKANBARU 1435 H / 2014 M

PROGRAM S.1 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PEKANBARU 1435 H / 2014 M PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL TERHADAP SISTEM INFORMASI MAHASISWA DAN AKADEMIK (SIMAK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU SKRIPSI OLEH MULIANA NIM : 11075200557 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS IV SN NEGERI 2 BANTARWUNI

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS IV SN NEGERI 2 BANTARWUNI i PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS IV SN NEGERI 2 BANTARWUNI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Lebih terperinci

RIAN YOKI HERMAWAN NIM

RIAN YOKI HERMAWAN NIM PENERAPAN METODE PERMAINAN TEBAK KATA DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI SDN KEBONSARI 04 JEMBER

Lebih terperinci

Disusun Oleh : RISMAWATI NIM. A

Disusun Oleh : RISMAWATI NIM. A UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK WARU 02 KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 11 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Daya Pengaruh Siaran TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Daya Pengaruh Siaran TV Televisi saat ini

Lebih terperinci

Diajukan oleh: HANIFAH

Diajukan oleh: HANIFAH PENERAPAN PAPAN MAGNETIK DAN CD WARNA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SDN KLECO I SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MORAL DAN NILAI AGAMA ISLAM (MONA) PADA ANAK USIA DINI DI KB HJ ISRIATI BAITURRAHMAN 2 MANYARAN SEMARANG TAHUN 2011/2012

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MORAL DAN NILAI AGAMA ISLAM (MONA) PADA ANAK USIA DINI DI KB HJ ISRIATI BAITURRAHMAN 2 MANYARAN SEMARANG TAHUN 2011/2012 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MORAL DAN NILAI AGAMA ISLAM (MONA) PADA ANAK USIA DINI DI KB HJ ISRIATI BAITURRAHMAN 2 MANYARAN SEMARANG TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengambilan data dan analisis data dari penelitian tentang pengaruh penggunaan smartphone dan intensitas bermain game terhadap hasil belajar siswa kelas X

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: DESI YENTARI BUNGA PUTRI PROGRAM S.I JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI OLEH: DESI YENTARI BUNGA PUTRI PROGRAM S.I JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN (STUDI KASUS IZIN USAHA WARUNG INTERNET DI KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU) SKRIPSI

Lebih terperinci