Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data
|
|
- Ridwan Ari Hadiman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Angka penting dan Pengolahan data Pendahuluan Pengamatan merupakan hal yang penting dan biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Seperti ilmu pengetahuan lain, fisika berdasar pada pengamatan eksperimen dan pengukuran kuantitatif. Tujuan utama dari ilmu fisika adalah memperoleh sejumlah hukum dasar yang mengatur fenomena alam dan menggunakannya untuk memperoleh teori yang dapat memperkirakan hasil dari eksperimen. Hukum dasar yang dipergunakan untuk membangun teori dijabarkan dalam bahasa matematika, sebuah alat untuk menjembatani antara teori dan eksperimen. Pada sebuah eksperimen akan dilakukan pengamatan, pengukuran, pencatatan data dalam bentuk yang teratur, diikuti dengan analisa data dan diakhiri dengan mengambil kesimpulan. Tujuan utama dari kerja laboratorium adalah memberikan dasar dalam ilmu eksperimen sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat melakukan penelitian yang dapat dilakukan sendiri. Tujuan dasar dari kerja laboratorium fisika adalah membekali siswa agar : 1. Memperoleh pemahaman tentang konsep dan teori dasar ilmu fisika. 2. Terbiasa dengan berbagai jenis peralatan dan belajar bagaimana melakukan pengukuran yang dapat dipercaya (reliable). 3. Belajar bagaimana melakukan pengukuran yang benar berikut memahami kesalahan pengukurannya. 4. Belajar bagaimana menganalisis data. 5. Belajar bagaimana membuat grafik dan menganalisa hubungan antara besaran-besaran fisika. 6. Balajar bagaimana membuat laporan kerja lab yang lengkap, benar dan tepat 7. Belajar bagaimana mengatasi masalah yang timbul di dalam laboratorium 1
2 Analisa Kesalahan Bila kita melakukan pembuktian hukum-hukum fisika atau mencari besaran fisis diperlukan pengukuran. Pembacaan skala pada voltmeter, stopwatch atau batang penggaris sebagai contoh, dapat diterapkan langsung pada serangkaian analisa terhadap besaran atau hukum yang sedang dipelajari. Ketidakpastian (uncertainty) dalam pembacaan, akan menghasilkan ketidakpastian pada hasil akhir. Sebuah pengukuran yang tanpa disertai ketidakpastian akan mengakibatkan penerapan yang terbatas. Untuk itu, penting sekali dalam perkuliahan dasar teknik laboratorium untuk memasukan pembahasan tentang ketidakpastian dalam setiap pengukuran. Ketidakpastian kadang disebut sebagai kesalahan/ralat (error) eksperimental. Jenis-jenis Kesalahan Eksperimen Dalam pengumpulan data, terdapat dua jenis kesalahan eksperimen yaitu kesalahan sistimatik (systematic error) dan kesalahan acak (random error) yang akan memberi andil dalam kesalahan pada pengukuran suatu besaran. Kesalahan sistimatik ditimbulkan oleh sebab yang teridentifikasi dan pada prinsipnya dapat dihilangkan. Kesalahan sistimatik ada empat jenis, yaitu : a. Instrumental contoh: peralatan yang tidak terkalibrasi dengan benar, seperti termometer yang menunjukan suhu 102 C saat dicelupk an ke dalam air mendidih atau mununjukan suhu 2 C saat dicelupkan dalam air es pada tekanan atmosfir. b. Pengamatan contoh: paralaks dalam pembacaan skala c. Lingkungan contoh: tenaga listrik yang turun sehingga menyebabkan pengukuran arus menjadi terlalu rendah d. Teori disebabkan oleh penyederhanaan dari suatu model atau pendekatan pada persamaan, contoh: jika gaya gesek bekerja saat eksperimen namun gaya tersebut tidak dimasukan dalam teori, yang mengakibatkan antara eksperimen dan teori akan tidak sama. Kesalahan acak merupakan perubahan negatif-positif yang mengakibatkan setengah dari pengukuran akan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber kesalahan acak tidak selalu dapat diidentifikasi. Sumber kesalahan acak yang mengkin adalah a. Pengamatan contoh : kesalahan dalam penilaian seorang pengamat saat pembacaan skala alat ukur pada bagian-bagian terkecil b. Lingkungan contoh : perubahan yang tidak dapat diperkirakan pada rangkaian tegangan, temperatur atau getaran mekanis dari sebuah peralatan Kesalahan acak berbeda dengan kesalahan sistimatik dan kesalahan ini dapat dikuantisasi dengan analisa statistik, sehingga efek kesalahan acak pada besaran dan hukum fisika pada suatu eksperimen dapat ditentukan. Perbedaan antara kesalahan acak dan kesalahan sistimatik dapat digambarkan dengan contoh berikut. Misalkan pengukuran suatu besaran fisis dilakukan sebangak lima kali dalam kondisi yang sama. Jika hanya terdapat kesalahan acak, maka nilai pengukuran kelimanya akan tersebar disekitar nilai benar, sebagian akan terlalu tinggi atau terlalu rendah seperti terihat dalam Gbr. 1a. Jika selain kesalahan acak juga terdapat kesalahan sistimatik maka kelima nilai pengukuran akan tersebar bukan disekitar nilai benar namun pada beberapa nilai yang bergeser seperti pada Gbr. 1b 2
3 a) b) nilai benar nilai benar Gbr 1. Data pengukuran (a) dengan kesalahan acak (b) dengan kesalahan acak dan sistimatik. Setiap tanda menunjukan nilai pengukuran. Analisa Statistik dari Kesalahan Acak Jika besaran fisis, seperti pengukuran panjang dengan batang penggaris atau pengukuran waktu dengan stopwatch dilakukan berulang kali maka sebaran pembacaan disebabkan karena kesalahan acak. Untuk suatu kumpulan data, nilai rata-rata atau didefinisikan sebagai (1) Dengan x i adalah harga pengukuran ke-i dan n adalah banyaknya pengukuran. Semua harga pengukuran akan tersebar disekitar nilai rata-rata seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2. (dalam beberapa kasus, mendekati nilai benar jika n banyak sekali dan tidak ada kesalahan sistimatik). Sebaran yang kecil dari nilai pengukuran disekitar nilai rata-rata menunjukan tingkat presisi yang tinggi. Gbr.2. Setiap tanda garis menunjukan hasil pengukuran. Nilai terukur tersebar disekitar nilai rata-rata. Nilai terbaik dari suatu pengukuran telah ditentukan dengan menghitung rata-rata (). Kita juga harus memperkirakan ketidakpastian atau kesalahan nilai tersebut. Standar deviasi didefinisikan sebagai (2) Jika standar deviasi kecil, maka sebaran nilai terukur di sekitar nilai rata-rata akan kecil sehingga presisi dalam pengukuran menjadi tinggi. Catat bahwa deviasi standar selalu positif dan memiliki satuan yang sama dengan nilai terukur. Kesalahan atau ketidakpastian nilai rata-rata () adalah standar deviasi dari harga rata-rata (s m ) yang didefinisikan sebagai : (3) 3
4 Dimana s adalah standar deviasi dan n adalah banyaknya pengukuran. Sehingga dapat dituliskan Hasil akhir pengukuran dituliskan sebagai (5) Persamaan (5) memiliki makna bahwa kemungkinan nilai terukur akan berkisar dalam jangkauan, hingga. Bila kesalahan sistimatik dalam suatu pengukuran dapat diperkirakan dan ditambahkan ke dalam hasil akhir pengukuran, maka hasil akhir akan menjadi 3 (6) Dengan u adalah nilai kesalahan sistematik. Bila dilakukan pengukuran tunggal, dimana s m = 0, maka nilai dengan harga u sebesar setengah nilai skala terkecil dari alat ukur. (4) Perkiraan Kesalahan Acak Kita dapat memperkirakan kesalahan (error estimate) pengukuran dengan cara penilaian dan pengalaman. Sebagai contoh, bila sudah diketahui bahwa kesalahan dalam sebuah alat ukur adalah sama dengan skala terkecil dari alat ukur tersebut, namun jenis peralatan sangat bervariasi dalam reabilitas skala terkecil sehingga harus memperhatikan sejumlah penilaian. Jika kita mengukur posisi suatu tanda adalah 92,4 cm dengan menggunakan penggaris dengan skala terjecil dalam millimeter, maka kita dapat menuliskan hasil pengukuran menjadi 92,4 ± 0,1 cm. d 1 d 1 Gbr. 3 Kesalahan d 2 lebih besar dari pada d 1 karena titik pusat tanda tidak sama Gbr. 3. menunjukkan suatu cara penilaian yang harus diperhatikan saat memperkirakan kesalahan sebuah pengukuran. Jarak d 1 adalah jarak pisah dari dua garis vertikal sedangkan d 2 adalah jarak antara titik pusat dua buah tanda. Walaupun kita mengukur d 1 dan d 2 dengan mistar yang sama (memiliki skala terkecil alat ukur yang sama), kesalahan d 2 akan lebih besar dari pada d 1. Perambatan Kesalahan Perambatan kesalahan merupakan metode sederhana untuk menentukan kesalahan sebuah nilai, dimana nilai tersebut dihitung dengan menggunakan dua atau lebih nilai terukur dan dengan menyertakan perkiraan kesalahan yang diketahui. 4
5 Penjumlahan dan Pengurangan dalam Pengukuran Misalkan x, y, dan z adalah tiga nilai terukur dengan perkiraan kesalahan sebesar δx, δy, dan δz. Hasil dari tiga pengukuran dapat dituliskan dalam bentuk,, (7) dimana setiap perkiraan kesalahan bisa berupa skala terkecil dari alat ukur. Jika w merupakan nilai yang akan dihitung dari pengukuran di atas, maka akan didefinisikan menjadi (8) Bila perkiraan kesalahan dari x, y, dan z diketahui, maka kesalahan w dapat peroleh dengan menghitung turunan dari Pers (8) (9) Perhitungan dengan analisa statistik menunjukan bahwa δw merupakan akar kuadrat dari penjumlahan kuadrat dari perkiraan kesalahan : (10) Perkalian dan Pembagian dalam Pengukuran Luas dari persegi panjang dengan lebar w dan tinggi h adalah. Bila kita mengukur lebar dan tinggi persegi panjang berikut harga perkiraan kesalahannya, maka kita akan mengetahui nilai w ± δw dan h ± δh sehingga kita dapat menghitung A ± δa. Untuk menentukan δa, pertama-tama kita dapat menggunakan kalkulus turunan untuk memperoleh turunan luas dari da (11) Seperti dalam penjumlahan dan pembagian, analisa statistik menunjukan pendekatan yang lebih baik dari fraksi kesalahan dari luas δa/a adalah (12) Penyimpangan Persentase penyimpangan adalah salah satu metode untuk membandingkan nilai eksperimen dengan nilai yang diterima atau nilai literatur. Definisi dari persentase penyimpangan adalah persentase penyimpangan 100% (13) Sebagai contoh, pengukuran besar konstanta gravitasi g adalah 9,20 ± 0,20 ms -2 dan nilai yang sudah diterima adalah 9,80 ms -2, maka persentase kesalahan adalah 6,1%. Kenyataan bahwa nilai yang sudah diterima sangat mendekati nilai eksperimen menunjukan bahwa sesuatu yang salah pada peralatan pengukuran, kemungkinan kesalahan sistimatik tidak dihilangkan. 5
6 Angka Penting Dalam memperkirakan hasil suatu pengukuran, kita dapat menuliskan perkiraan terbaik dengan angka penting serta ketidakpastianya sehingga jumlah angka desimal sesuai dengan perkiraan terbaik. Untuk penulisan perkiraan terbaik, mengikuti aturan angka penting sedangkan penulisan ketidakpastian mengikuti aturan jumlah desimal. Cara menentukkan angka penting adalah 1. Angka bukan nol yang terletak di posisi paling kiri adalah digit paling berarti 2. Jika tidak ada tanda koma desimal, angka bukan nol yang terletak di posisi paling kanan adalah digit paling kurang berarti 3. Jika ada tanda koma desimal, angka yang terletak di posisi paling kanan termasuk angka nol adalah digit paling kurang berarti 4. Jumlah angka berarti adalah jumlah seluruh digit yang terletak diantara dijit paling berarti dan digit paling kurang berarti ditambah dua Contoh : ,4 1000, 10,10 0, ,0 semua nilai tersebut mempunyai empat angka penting Angka penting adalah semua angka yang diperoleh langsung dari proses pengukuran dan memasukan angka nol untuk tujuan letak titik desimal. Definisi ini dapat digambarkan dengan sejumlah contoh: Angka Jumlah angka penting 2 1 2,0 2 2,00 3 0, , , atau 3 3, , Pengukuran dan kesalahan eksperimental harus memiliki dijit penting terakhir pada tempat yang sama (relativ terhadap titik desimal). Sebagai contoh : 54,1 ± 0,1 121 ± 4 8,764 ± 0,002 (7,63 ± 0,10) Pembulatan Angka Penting Pembulatan angka ½ dapat dilakukan dengan menggunakan aturan 1. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal lebih besar dari angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya 2. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal kurang dari angka 5, angka peling kurang berarti tidak perlu dinaikan nilainya 3. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal sama dengan angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya, hanya jika dia bilangan ganjil. Contoh : 1,286 dibulatkan menjadi 1,29 1,284 dibulatkan menjadi 1,28 1,285 dibulatkan menjadi 1,28 1,275 dibulatkan menjadi 1,28 6
7 Angka Penting pada Perhitungan Sesungguhnya, angka yang tepat dari penulisan angka penting harus diperoleh melalui analisa kesalahan. Namun analisa kesalahan membutuhkan waktu dan biasanya dalam kegiatan laboratorium hal ini ditunda terlebih dahulu. Dalam beberapa kasus, harus diperoleh angka penting yang cukup sehingga pembulatan tidak membahayakan. Sebagai contoh ; 0,91 1,23 = 1,1 SALAH Dalam contoh diatas, angka 0,91 dan 1,23 diketahui menunjukan sekitar 1%, dimana hasilnya 1,1 didefinisikan sekitar 10%. Dalam kasus ini, akurasi hasil berkurang hampir sepersepuluh karena kesalahan pembulatan. Sekarang, faktor sepuluh dalam akurasi menjadi penting dan tidak boleh dibuang dalam analisa yang ceroboh. 0,91 1,23 = 1,1193 SALAH Dijit tambahan yang tidak penting merupakan beban, dan selanjutnya hal ini mengakibatkan akibat yang salah dari hasil 0,91 1,23 = 1,12 BENAR 0,91 1,23 = 1,119 kurang baik, tapi bisa diterima Dalam perkalian atau pembagian kadang dapat diterima untuk memakai jumlah yang sama dari angka penting dari hasil sebagai faktor terakhir. Contoh 2,6 31,7 =82,42 = 82 5,3 748 = 0, = 0,0071 Contoh Menghitung Volume Silinder Menghitung volume silinder dilakukan dengan cara mengukur tinggi silinder sebanyak satu kali dengan menggunakan penggaris dengan skala terkecil 1 mm dan mengukur diameter menggunakan jangka sorong dengan skala terkecil sebesar 0,05 mm sebanyak lima kali. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut h n h(cm) D(mm) 1 32,0 23, , , , ,85 D Perhitungan hasil pengukuran dan perambatan kesalahan berdasarkan teori analisa kesalahan diperoleh 1. Pengukuran tinggi silinder dilakukan 1 kali, maka deviasi dari harga ratarata ketinggian s mh = 0, sehingga hasil pengukuran ketinggian adalah 3 32, ,5 32,0 0,5, dengan besar nilai u adalah ½ dari skala terkecil penggaris (1 mm) 7
8 2. Pengukuran diameter silinder dilakukan 5 kali sehingga diperoleh nilai rata-rata diameter silinder sebesar 1 23,90 23,95 23,95 23,90 23,85 23,91 5 Sedangkan deviasi dari harga rata-rata diamater adalah 1 1 0,04 Maka harga pengukuran diameter silinder adalah 3 23,91 3 0,04 0,025 23,91 0,14 3. Perhitungan volume silinder adalah ,1423,91 32, ,8 Dengan perhitungan perambatan kesalahan sebagai berikut berdasarkan Dengan maka Karena nilai perkiran kesalahan lebih kecil dari pada nilai pengukuran ; ;, maka perkiraan kesalahan adalah , ,8 2 23,91 0, ,0 0,5 Sehingga volume silinder adalah (14400 ± 900) mm 3 atau (144 ± 9) 10 2 mm 3. Analisa Grafik Salah satu cara terbaik untuk memperoleh hubungan antara variabel terukur adalah dengan cara memplot data menjadi grafik dan menganalisa grafik tersebut. Prosedur di bawah ini harus diikuti saat memplot data 1. Gunakan pinsil atau pena yang tajam. Ujung pinsil atau pena yang melebar akan mengakibatkan ketidakakuratan. 2. Gambarkan grafik pada satu halaman penuh dari laporan. Grafik yang diciutkan akan mengurangi keakurasian analisa grafik. 3. Beri judul grafik 4. Variabel terikat harus diplot sepanjang sumbu vertikal (y) dan variabel bebas sepanjang sumbu horizontal (x). 8
9 5. Berilah nama masing-masing sumbu beserta satuannya 6. Pilih skala untuk setiap sumbu dan mulai setiap sumbu pada titik nol, bila mungkin 7. Gunakan error bar untuk menunjukkan kesalahan pengukuran titik data 8. Gambarkan kurva melalui titik-titik data. Jika kesalahanya acak, maka 1/3 dari titik-titik tersebut akan tidak berada pada sekitar jangkauan kesalahan dari kurva terbaik. Sebagai contoh, perhatikan percobaan tentang kecepatan benda (variabel terikat) sebagai fungsi dari waktu (sebagai vaiabel bebas) dengan data di bawah ini Kecepatan (m/s) Waktu (s) 0,45 ± 0,06 1 0,81 ± 0,06 2 0,91 ± 0,06 3 1,01 ± 0,06 4 1,36 ± 0,06 5 1,56 ± 0,06 6 1,65 ± 0,06 7 1,85 ± 0,06 8 2,17 ± 0,06 9 Gbr 3 menunjukkan grafik berdasarkan data di atas Grafik berdasarkan data tersebut menunjukan kecepatan v merupakan fungsi linier dari waktu t. Persamaan umum untuk garis lurus adalah Dimana m adalah kemiringan garis dan b adalah perpotongan terhadap sumbu vertikal yang merupakan nilai y saat x = 0. Bila v = y, dan x = t, a = m, dan v 0 = b maka : (15) Kecepatan vs Waktu jangkauan kesalahan (14) Gbr. 3. Grafik kecepatan terhadap waktu 9
10 Ini merupakan bentuk dari persamaan untuk garis tanpa putus yang melewati data, dimana v 0 adalah nilai kecepatan saat t = 0 dan a adalah kemiringan garis yang merupakan percepatan benda. Berdasarkan grafik v 0 = 0,32 m/s. Untuk menghitung kemiringan, pilih dua titik pada garis yang cukup terpisah. Persamaan garis adalah,,,,,, 0,20 / (16) V = 0,20 t + 0,32 (m/s) (17) Seberapa tepat nilai kemiringan (0,20 m/s 2 ) dan titik perpotongan dengan sumbu vertikal (0,32 m/s) serta berapa ketidakpastian kemiringan dan perpotongan tersebut? Pada grafik kecepatan vs waktu, garis tanpa putus menunjukkan garis lurus dimana kemiringanya telah dihitung. Dua garis putus-putus menunjukkan kemungkinan kemiringan garis terbesar dan terkecil dari yang sesuai dengan data. Susuai dalam arti setiap garis memotong sekitar 2/3 dari error bar. Kesalahan atau ketidakpastian dari kemiringan didefinisikan sebagai (18) Bila δa adalah kesalahan dari a,, 0,02 / (19) Nilai eksperimen dan kesalahan untuk a adalah 0,20 0,02 / Kesalahan pada perpotogan dengan sumbu vertikal diperoleh berdasarkan perpotongan dengan sumbu vertikal dari kemiringan garis maksimum dan minimum : (20) Bila δv 0 merupakan kesalahan v 0,, / 0,32 / (21) Nilai eksperimen dan kesalahan untuk v 0 adalah 0,20 0,02 / Untuk contoh kedua, perhatikan percobaan dari jarak tempuh sebuah benda sebagai fungsi dari waktu, dengan data Jarak (m) Waktu (s) 0,20 ± 0,05 1 0,43 ± 0,05 2 0,81 ± 0,05 3 1,57 ± 0,10 4 2,43 ± 0,10 5 3,81 ± 0,10 6 4,80 ± 0,20 7 6,39 ± 0,20 8 Gbr. 4. menunjukan grafik berdasarkan data di atas Pada kasus ini, membuat garis lurus dengan cara melewati titik-titik data tidak benar karena d bukan merupakan fungsi linier terhadap waktu t. Berdasarkan grafik menujukkan d sebanding terhadap t n, dimana n >1 sehingga dapat dikatakan d merupakan fungsi kuadrat terhadap waktu dengan n = 2. 10
11 Jarak vs Waktu Gbr. 4. Grafik jarak terhadap waktu Anggap kita mengetahui hubungan teoritik antara d dan t sebagai (22) Dimana a adalah percepatan benda. Jika data sesuai dengan hubungan persamaan (22) maka grafik d vs t 2 akan menghasilkan garis lurus. Jarak terhadap kuadrat waktu digambarkan pada Gbr. 5. Berdasarkan grafik menunjukan fungsi linier dari t 2 sehingga data sesuai dengan hubungan teoritik di atas. Persamaan garis lurus di atas adalah (23) Jarak vs (Waktu) 2 Gbr.5. Grafik jarak terhadap kuadrat waktu 11
12 Least Square (Kuadrat Terkecil) Sejumlah N data (x i, y i ) akan dicari persamaan garis lurus untuk serangkaian data tersebut. Prosesnya kadang disebut sebagai regresi linier. Jika sebaran pengukuran berdasarkan sebaran Gauss, dapat diperlihatkan bahwa garis lurus yang dibuat akan meminimalisasi jumlah jarak vertikal d i kuadrat untuk setiap titik (x i, y i ) terhadap garis lurus y = mx + b seperti terlihat pada Gbr. 6. Maka dapat dicari nilai m dan b dengan cara meminimalisasi fungsi s sebagai Bila suku sebelah kanan dikuadratkan maka Dengan Σ adalah penjumlahan semua indeks i. Jika (24) (25) Untuk memperoleh m dan b bedasarkan nilai minimum s. Hasilnya merupakan dua persamaan q. (26) (27) Gbr. 6. Garis lurus akan meminimalisasi jumlah jarak vertikal kuadrat d i. Dimana bila kita cari m dan b akan diperoleh. dengan kesalahan (28). (29) 12
13 Sedangkan (30) Kekuatan hubungan antara x dan y dapat dihitung dari koefisien kolerasi :, (31) Atau dapat ditulis sebagai, (32) 13
BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :
BAB I. PENGUKURAN Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : Memahami peta konsep tentang besaran fisika, Mengenal besaran pokok dan satuan standar besaran pokok
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran
K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.
Lebih terperinciBAB I BESARAN DAN SATUAN
BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar
Lebih terperinciTEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN
I. PENDAHULUAN TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN Di dalam percobaan Fisika hasil-hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat diterima begitu saja sebab hasil percobaan tersebut harus dipertanggungjawabkan
Lebih terperinciMODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN
MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN PENDAHULUAN Proses pengukuran dalam elektronika instrumentasi bertujuan untuk memperoleh data-data besaran listrik yang selanjutnya diolah menjadi informasi.
Lebih terperinciNOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING
NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING Apa itu notasi ilmiah? Apa itu angka penting? Dalam fisika, sering dijumapi bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Misalnya jari-jari atom hidrogen 0,000000000053
Lebih terperinciBAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil
BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT) Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 7 Oktober 2010 / 13.00-15.00 Asisten : Dicky Maulana JURUSAN
Lebih terperinciBESARAN DAN PENGUKURAN
A. BESARAN DAN SATUAN adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bilangan dan satuan. Satuan adalah sesuatu yang menyatakan ukuran suatu besaran yang diikuti bilangan. dalam fisika terbagi
Lebih terperinciDASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PENYUSUN TIM DOSEN PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Lebih terperinciPengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Pengukuran 2 Drs. Sutrisno, M.Pd. D PENDAHULUAN alam mata kuliah Fisika Dasar 1 telah dibahas mengenai pengukuran, besaran, satuan, dan dimensi. Pembahasan itu lebih menekankan kepada pengetahuan
Lebih terperinciStandar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor
Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan ektor BESARAN dan SATUAN Pengukuran besaran-besaran Fisis Fisika
Lebih terperinciLAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN Disusun oleh: 1. Derryl Tri Jaya (061340411682) 2. Erlangga Pangestu (061340411685) 3. Feraliza Widanti (061340411686) 4. Juriwon (06134041)
Lebih terperinciKetidakpastian dan Pengukuran
Modul 1 Ketidakpastian dan Pengukuran Paken Pandiangan, S.Si., M.Si. D PENDAHULUAN alam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan pengamatan terhadap suatu besaran. Pengamatan atas suatu besaran fisis
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA
SILABUS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA STANDAR KOMPETENSI : Mengukur besaran dan menerapkan satuannya KODE KOMPETENSI : 1 : 10 x 45 menit SILABUS KOMPETENSI DASAR KEGIATAN 1.1 Menguasai konsep besaran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Kegunaan peramalan
Lebih terperinciPaket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan
Paket 2 PENGUKURAN Pendahuluan Fokus pada paket ini adalah pengukuran. Pembahasan tentang pengukuran ini merupakan bahasan kelanjutan dari paket sebelumnya yaitu besaran dan satuan. Paket ini akan menguraikan
Lebih terperinciDIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR
DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR disusun oleh: Widitya Tri Nugraha, S.Pt., M.Sc. PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2018 TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1. Seluruh rangkaian
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN. Gambar 1 Pengukuran dan ralat: g = (9.801 ± 0.002) m/s 2
1 ANALISIS PENGUKURAN Ralat (Uncertainties), Perambatan ralat (Propagation of Error), Pencocokan Kuadrat tekecil (Least Square Fitting), dan Analisis Grafik 1. Pengukuran 1.1 Ralat dalam Pengukuran Dalam
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN FISIKA
DASAR PENGUKURAN FISIKA M1 TUJUAN 1. Mampu melakukan pengukuran dan membedakan penggunaan berbagai alat ukur 2. Mampu menghitung densitas zat padat dan zat cair TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan pengertian
Lebih terperinciPensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil
1. Pengukuran dan Besaran a. Mengukur adalah mebandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang yang ditetapkan sebagai satuan Contoh : Mengukur panjang pensil dengan menggunakan penggaris Pensil adalah
Lebih terperinciUM UGM 2017 Fisika. Soal
UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Fisika Dasar Pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
Lebih terperinciKompetensi Siswa Hakikat Fisika
MENGUKUR Kompetensi Siswa 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
Lebih terperinciBesaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si
Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Materi Besaran Fisika Pengukuran dan Satuan Satuan Sistem Internasional Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok Awalan Satuan Konversi Satuan Pengukuran Pengukuran
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
: Pertama / 2 x 45 menit : Ceramah dan praktik o Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu, dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciAPLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo
APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo A. Latar Belakang dan Tujuaan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan
Lebih terperinciMETODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1. Mohamad Sidiq PERTEMUAN-2
METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1 Mohamad Sidiq PERTEMUAN-2 SISTEM BILANGAN DAN KESALAHAN METODE NUMERIK TEKNIK INFORMATIKA S1 3 SKS Mohamad Sidiq MATERI PERKULIAHAN SEBELUM-UTS Pengantar Metode
Lebih terperinciSILABUS ALOKASI WAKTU KOMPETENSI DASAR KEGIATAN PEMBELAJARAN TM PS PI
SILABUS NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 8 Malang MATA PELAJARAN : Fisika KELAS/SEMESTER : X / 1 STANDAR KOMPETENSI : Mengukur besaran dan menerapkan satuannya KODE KOMPETENSI : 1 : 10 x 45 menit KOMPETENSI DASAR
Lebih terperinciBAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT
BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT 1. Menentukan koefisien persamaan kuadrat 2. Jenis-jenis akar persamaan kuadrat 3. Menyusun persamaan kuadrat yang akarnya diketahui 4. Fungsi kuadrat dan grafiknya
Lebih terperinciBAB V DISTRIBUSI NORMAL. Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran.
BAB V DISTRIBUSI NORMAL Deskripsi: Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep distribusi normal dalam pengukuran. Manfaat: Memberikan metode distribusi normal yang benar saat melakukan proses pengukuran.
Lebih terperinciExperiment indonesian (Indonesia) Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin)
Q2-1 Loncatan manik-manik - Sebuah model transisi fase dan ketidak-stabilan (10 poin) Sebelum mengerjakan soal ini, kalian baca lebih dahulu Petunjuk Umum pada amplop yang terpisah. Pendahuluan Transisi
Lebih terperinci1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS
/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS A. TUJUAN. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar mekanis. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang B. PENGANTAR Pengukuran
Lebih terperinciLembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa Tingkat Satuan Pendidikan : SMA Negeri Jakarta Kelas : X -. Kelompok : Anggota :.......... 6.. Waktu praktikum :.,.. A. Judul Praktikum : Pengukuran panjang B. Tujuan Praktikum :.
Lebih terperinciSTATISTIKA DESKRIPTIF Dosen:
LEMBAR TUGAS MAHASISWA (LTM) Mata Kuliah: STATISTIKA DESKRIPTIF Dosen: Nama NIM Kelas Jurusan Akademi : : : : : AKADEMI - AKADEMI BINA SARANA INFORMATIKA J A K A R T A C.2009 1 BAB I PENDAHULUAN Pertemuan
Lebih terperinciSoal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121
SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap
Lebih terperinciBesaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.
Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran
Lebih terperinciMENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA
MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA Menggunakan Alat Ukur Yang Tepat untuk Mengukur Suatu Besaran Fisis MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com website://arafahtgb.wordpress.com JENIS-JENIS
Lebih terperinciUji Kompetensi Semester 1
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR OSILASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR OSILASI Disusun oleh: Nama NIM : Selvi Misnia Irawati : 12/331551/PA/14761 Program Studi : Geofisika Golongan Asisten : 66 B : Halim Hamadi UNIT LAYANAN FISIKA DASAR FAKULTAS
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.
SILABUS Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : MADRASAH ALIYAH NEGERI BAYAH : X (Sepuluh) / 1 (Satu) : FISIKA 1. Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi
Lebih terperinciHukum gravitasi yang ada di jagad raya ini dijelaskan oleh Newton dengan persamaan sebagai berikut :
PENDAHULUAN Hukum gravitasi yang ada di jagad raya ini dijelaskan oleh Newton dengan persamaan sebagai berikut : F = G Dimana : F = Gaya tarikan menarik antara massa m 1 dan m 2, arahnya menurut garispenghubung
Lebih terperinci1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:
TUGAS INDIVIDU 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: 2. Panjang sebuah pensil ditunjukkan oleh nonius sebuah jangka sorong seperti gambar samping. Panjang pensil
Lebih terperinciPengukuran Besaran Fisika
Pengukuran Besaran Fisika Seseorang melakukan pengukuran artinya orang itu membandingkan sesuatu dengan suatu acuan. Sehingga mengukur didefinisikan sebagai kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan
Lebih terperinciStatistik Pencacahan Radiasi
Statistik Pencacahan Radiasi (Radiation Counting Statistics) Latar Belakang Radiasi dipancarkan secara acak (random) sehingga pengukuran radiasi berulang meskipun dilakukan dengan kondisi yang sama akan
Lebih terperinciMateri Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya
BAB 1. PENGUKURAN & KESALAHAN By Aksan,ST,MT Teknik Listrik PNUP Materi : @. Konsep dasar & istilah dalam pengukuran @. Angka-angka penting @. Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya @. Jenis-jenis
Lebih terperinciWardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP
SAINS - FISIKA Summer Olympiad Camp 2017 - Sains SMP 1. Seorang pelari menempuh jarak d selama waktu T detik, dimana t detik pertama gerakkannya dipercepat beraturan tanpa kecepatan awal, kemudian sisanya
Lebih terperinciP F M P IPA P A U P U I
SELAMAT DATANG Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung by Syam 2009 ELASTISITAS (Modulus Young) Oleh : TIM EFD 1 EFD 1 Tujuan Eksperimen Menentukan Modulus Young ( E) batang
Lebih terperinciLaboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
2. Sistem Osilasi Pegas 1. Tujuan 2. Menentukan besar konstanta gaya pegas tunggal 3. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas 4. Menentukan konstanta gaya pegas gabungan 2. Alat
Lebih terperinciBIDANG STUDI : FISIKA
BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan
Lebih terperinciFISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.
1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan
Lebih terperinciDistribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai
Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal baku adalah distribusi
Lebih terperinciBAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA
142 LAMPIRAN III BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA Pernahkan kamu melempar sebuah bola tenis atau bola voli ke atas? Apa lintasan yang terbuat dari lemparan bola tersebut ketika bola itu jatuh
Lebih terperinciPR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)
PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18
Lebih terperinciFMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1
A. Latar Belakang dan Tujuan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013
Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat
Lebih terperinciJika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu
A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika
K3 Revisi Antiremed Kelas Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARFIS0PAS Version: 206- halaman 0. Perhatikan gambar! 5kg F Berapakah besar gaya F agar papan tersebut setimbang?
Lebih terperinciFUNGSI. Riri Irawati, M.Kom 3 sks
FUNGSI Riri Irawati, M.Kom 3 sks Agenda 1. Sistem Koordinat Kartesius. Garis Lurus 3. Grafik persamaan Tujuan Agar mahasiswa dapat : Menggunakan sistem koordinat untuk menentukan titik-titik dan kurva-kurva.
Lebih terperinciSNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.
SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin
Lebih terperinciD. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan
1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,
Lebih terperinciWardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College
Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika
Lebih terperinciKing s Learning Be Smart Without Limits NAMA : KELAS :
NAMA : KELAS : A. PENGERTIAN STATISTIKA Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara mengumpulkan dan menyusun data, mengolah dan menganalisis data, serta menyajikan data. Statistik adalah hasil dari pengolahan
Lebih terperinciAngka Penting dan Notasi Ilmiah
Angka Penting dan Notasi Ilmiah Lihat juga: bilangan Kalkulator di bawah ini akan memformat sebuah bilangan sesuai dengan angka penting yang dibutuhkan serta notasi ilmiahnya. Pembulatan akan dilakukan
Lebih terperinciSANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R
DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur
Lebih terperinciitu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.
PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut
Lebih terperinciPENGUKURAN TEKNIK TM3213
PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala Isi Kesalahan pengukuran Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi
Lebih terperinciSMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu
Lebih terperinciSOAL TRY OUT FISIKA 2
SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah
Lebih terperinciPENGUKURAN TEKNIK TM3213
PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK STATIK DALAM PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014 Isi Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi statik
Lebih terperinciPengukuran, Besaran, dan Satuan
B a b 1 Pengukuran, Besaran, dan Satuan Sumber: CD Image Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya dengan cara mengukur besaran Fisika, seperti massa,
Lebih terperinciMODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168)
MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga buku Modul
Lebih terperinciB.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis
BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,
Lebih terperinciPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
MATERI POKOK Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI BAHASAN : A. Persamaan Linear B. Pertidaksamaan Linear Modul.MTK X 0 Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang belum dapat ditentukan nilai
Lebih terperinciPERCOBAAN MELDE TUJUAN PERCOBAAN II. LANDASAN TEORI
1 PERCOBAAN MELDE I. TUJUAN PERCOBAAN a. Menunjukkan gelombang transversal stasioner pada tali. b. Menentukan cepat rambat gelombang pada tali. c. Mengetahui hubungan antara cepat rambat gelombang (v)
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES EKSPERIMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus
Lebih terperinciPENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN
Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk
Lebih terperinciBAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN
BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN 1. Apa perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan? 2. Mengapa setiap besaran harus memiliki satuan? 3. Apa yang dimaksud dengan sistem satuan internasional?
Lebih terperinciREGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS
REGRESI LINEAR DAN ELIMINASI GAUSS Penulis: Supriyanto, email: supri@fisika.ui.ac.id Staf Lab. Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia Diketahui data eksperimen tersaji dalam tabel berikut ini
Lebih terperincisehingga dari tabel 3.1 diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut:
BAB III FUNGSI DISTRIBUSI DATA A. Distribusi Data dan Histogram Pengambilan data berulang akan memperoleh serentetan data hasil pengukuran. Serentetan data tersebar atau terdistribusi disekitar nilai perkiraan
Lebih terperinciSILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.
SILABUS Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester SMA Dwija Praja Pekalongan FISIKA X (Sepuluh) 1 (Satu) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi 1.1 Mengukur
Lebih terperinci3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara
1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara 3. Resonansi 2. Alat dan Bahan 1. Statip dengan tinggi 100 cm dan diameter 1.8 cm 1 buah 2. Capit buaya (logam) 2 buah 3. Tabung kaca resonansi berskala,
Lebih terperinciBAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN
1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya
Lebih terperinci1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut?
1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? a. 0,4 m/s 2 c. 3 m/s 2 b. 0,05 m/s 2 d. 15 m/s 2 2.
Lebih terperinciBAB ΙΙ LANDASAN TEORI
7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang
Lebih terperinciPRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II TRANSFORMATOR Transformator digunakan untuk mengubah tegangan. Penggunaan di Laboratorium umumnya untuk menurunkan tegangan listrik PLN 110 atau 220 volt
Lebih terperinciTujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA
Tujuan Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan MOMEN INERSIA MOMEN INERSIA Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan konstanta pegas spiral dan momen inersia
Lebih terperinciUKURAN NILAI SENTRAL&UKURAN PENYEBARAN. Tita Talitha, MT
UKURAN NILAI SENTRAL&UKURAN PENYEBARAN Tita Talitha, MT DISTRIBUSI FREKWENSI PENGERTIAN distribusi frekwensi adalah suatu tabel dimana banyaknya kejadian / frekwensi didistribusikan ke dalam kelas-kelas
Lebih terperinciLaboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
2. Sistem Osilasi Pegas A. Tujuan 1. Menentukan besar konstanta gaya pegas tunggal 2. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas 3. Menentukan konstanta gaya pegas gabungan (specnya)
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X / 1 Mata Pelajaran : FISIKA 1. Standar : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan
Lebih terperinci6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI
6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI KUADRAT 5.1. Fungsi Linear Pada Bab 5 telah dijelaskan bahwa fungsi linear merupakan fungsi yang variabel bebasnya paling tinggi berpangkat satu. Bentuk umum fungsi linear adalah
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan
34 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Alat Ukur Tegangan dan Arus Induksi Alat ukur tegangan induksi dibuat dengan menggunakan dua buah plat yang terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Ekonometrika. 1.2 Ekonometrika Merupakan Suatu Ilmu
1.1 Pengertian Ekonometrika BAB I. PENDAHULUAN Apakah ekonometrika itu?. Ekonometrika berarti pengukuran masalah ekonomi (economic measurement) secara kuantitatif. Walaupun pengukuran merupakan bagian
Lebih terperinciBESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur
BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang
Lebih terperinciKELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN
Page 1 of 7 NAMA :.. KELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN 1. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,05080 m. Banyaknya
Lebih terperinciANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.
PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan
Lebih terperinciMATERI : FISIKA KEPERAWATAN. DOSEN PENGAJAR : I WAYAN SUPARDI,S.Si., M.Si., M.MKom
MATERI : FISIKA KEPERAWATAN DOSEN PENGAJAR : I WAYAN SUPARDI,S.Si., M.Si., M.MKom Fisika Keperawatan Oleh : Nama : I Wayan Supardi, S.Si,M.Si.,M.MKom Alamat : Jl. Perum. Taman Mulia No. 25 Jimbaran Pekerjaan
Lebih terperinci