BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara

Transkripsi

1 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara mendalam peran e-procurement dalam mencegah fraud pada proses pengadaan barang dan jasa serta bentuk dukungan e-procurement terhadap proses audit yang dilakukan Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis pada Bab 4, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut. 1. Sistem pengadaan secara elektronik berperan untuk mencegah fraud pada tahap pemilihan penyedia dalam proses pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Yogyakarta. Perannya dalam mencegah fraud ini didukung manfaat yang diperoleh setelah menggunakan sistem pengadaan secara elektronik. Manfaat e-procurement ini juga berperan dalam mencegah timbulnya kesempatan dan tekanan untuk melakukan fraud. Selain itu, e-procurement juga berperan dalam mewujudkan elemen kunci bagi pengadaan yang bebas korupsi, yaitu transparansi, kompetisi, serta kriteria objektif dalam pengambilan keputusan. Meski peran e-procurement dianggap telah cukup efektif dalam mencegah fraud, tetapi masih terdapat beberapa

2 69 kekurangan pada sistem e-procurement yang digunakan Pemkot Yogyakarta saat ini, yaitu: a. Belum otomatisasi Proses evaluasi dalam menentukan pemenang lelang yang melalui e-procurement masih dilakukan secara manual. Kondisi tersebut menunjukan bahwa sistem pengadaan secara elektronik yang digunakan oleh Pemkot Yogyakarta belum otomatisasi sepenuhnya. b. Belum terstandardisasi Dikarenakan belum sepenuhnya otomatisasi maka masih terdapat perbedaan standar dalam melakukan evaluasi oleh pokja. c. Inspektorat tidak memiliki akses langsung ke sistem Inspektorat harus meminta LPSE untuk membuka paket yang akan diaudit. Selain itu, e-procurement hanya dapat mencegah fraud pada tahap pemilihan penyedia, tidak menjangkau tahap perencanaan dan pelaksanaan. E-procurement juga membutuhkan dukungan dari para personel yang berkaitan. Personel pengadaan inilah yang memegang peran paling penting untuk mewujudkan proses pengadaan barang/jasa yang bebas dari fraud.

3 70 2. Bentuk dukungan yang diberikan oleh e-procurement terhadap audit yang dilakukan Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta adalah dengan menyediakan dokumentasi serta rekam jejak audit yang lengkap dan terstruktur. Kondisi ini sangat membantu inspektorat ketika melakukan audit Rekomendasi Dikarenakan aplikasi SPSE yang digunakan Pemkot Yogyakarta merupakan produksi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP) maka rekomendasi yang diajukan juga ditujukan kepada LKPP sebagai pembuat aplikasi. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan sebagai berikut. 1. Memperbarui sistem pengadaan yang ada agar sepenuhnya otomatisasi sehingga seluruh proses pengadaan memiliki standar yang sama dan semakin mempersempit peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud. Selain itu ketika e-procurement telah sepenuhnya otomatisasi diharapkan objektivitas dalam menentukan pemenang akan semakin meningkat. Meningkatnya objektivitas berarti pemenang dipilih sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. 2. Mengintegrasikan aplikasi-aplikasi yang terkait dengan pengadaan sehingga aplikasi tersebut menjadi satu kesatuan yang saling

4 71 terhubung dalam sistem pengadaan secara elektronik. Hal ini perlu dilakukan agar sistem pengadaan secara elektronik juga dapat digunakan untuk mengurangi fraud yang terdapat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan. 3. Mengimplementasikan audit berbasis teknologi yang terhubung dengan sistem pengadaan secara elektronik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan auditor dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan barang jasa. Dengan adanya e-audit ini, inspektorat juga diharapkan memiliki akses langsung terhadap sistem e-procurement sehingga semakin banyak paket pengadaan yang dapat diaudit oleh inspektorat. 4. Memberikan edukasi baik kepada panitia maupun penyedia mengenai pentingnya peran personel pengadaan untuk mewujudkan pengadaan yang bersih. Edukasi ini juga akan berfungsi untuk mengurangi timbulnya faktor ketiga dalam fraud triangle, yaitu rasionalisasi Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Penelitian ini hanya berfokus pada peran e-procurement dalam mencegah fraud pada proses pengadaan barang jasa. Selain itu, penelitian ini juga hanya berfokus pada e-procurement yang

5 72 prosesnya dilakukan melalui ULP seperti yang digambarkan pada mekanisme e-procurement di bab sebelumnya. Penelitian selanjutnya dapat melihat mekanisme antifraud pada tahap pengadaan barang jasa yang lain seperti pada tahap perencanaan atau pelaksanaan. 2. LPSE Pemkot Yogyakarta diketahui tengah mengimplementasikan pembaharuan (SPSE versi 4.0) pada sistem pengadaan elektronik yang digunakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Akan tetapi pada saat penelitian ini dilakukan, pembaharuan tersebut masih sebatas tahap sosialisasi. Hal ini membuat peneliti tidak dapat menggali lebih dalam apakah pembaharuan ini telah melengkapi kekurangan yang disebutkan sebelumnya atau tidak. Namun demikian hingga saat tesis ini selesai ditulis, dalam laman resminya LPSE Pemkot Yogyakarta menyebutkan bahwa seluruh proses pelelangan masih menggunakan SPSE versi Penelitian ini hanya dilakukan pada sistem pengadaan secara elektronik yang digunakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu SPSE versi 3.6. Meskipun secara umum sistem ini juga digunakan di daerah lain, akan tetapi pemanfaatnya dapat berbeda sesuai kebijakan wilayah masing-masing.