Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. Universitas Airlangga. Universitas Airlangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. Universitas Airlangga. Universitas Airlangga"

Transkripsi

1 Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar Arindha Reni Pramesti 1, Dyah Hikmawati 2, Nanik Siti Aminah 3 1 Program Studi S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2 Staf Pengajar Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 3 Staf Pengajar Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga jalanayani@yahoo.com Abstract It had been synthesized an absorbent dressing sponge made from alginate, chitosan, and curcumin. The method employed in this study was freeze dry technique for 24 hours at temperature of C and continued drying in lyophilizer for 24 hours. The result is characterized by use of FTIR, absorb test with PBS solution (Phospate Buffer Saline) ph 7,4; moisture test with electronic moisture balance, and cytotoxicity test with MTT assay. In vivo test was carried out on mice for 3 days and made the histological preparation. The result of FTIR verified that alginate absorption, chitosan, curcumin which was shown by the emerged of characterized absorption band, namely hydroxyl group (-OH) and primary amine (-NH 2 ) from chitosan, O-Na from alginate, and C=C aromatic from curcumin. Sponge which possess good absorption and unbroken when absorb PBS solution should compose from alginate:chitosan 1:2 in comparison, 0:4, and 1:4 with each absorption percentage 2547%, 2066%, and 1749% respectively. All of them also point out result non-toxic on MTT assay with cell percentage lives is more than 100%. The result of moisture test and observation of histopathological anatomy on alginate:chitosan sponge 0:4, 1:4, and 1:2 are consistent where the more moisture percentage the better reepithelialization and collagen density. High water content will moist the area around the wound, as a result it will fasten the process

2 of wound healing. Alginate:chitosan sponge 0:4, 1:4, and 1:2 contained 42,9%, 32,7%, dan 20,4% moisture which the reepithelialization percentage is 100%, 100%, and 88% with level of the collagen density are very close, close, and medium density. Sponge from alginate:chitosan 0:4 in comparison is potential used for absorbent dressing sponge. Key words: absorbent dressing sponge, alginate, chitosan, curcumin

3 Abstrak Telah dilakukan sintesis absorbent dressing sponge berbahan alginat, kitosan, dan kurkumin. Metode yang dilakukan adalah dengan teknik freeze dry selama 24 jam pada suhu C dan dilanjutkan pengeringan dalam lyophilizer selama 24 jam. Hasilnya dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, uji absorb dengan larutan PBS (Phospate Buffer Saline) ph 7,4, uji kadar air dengan electronic moisture balance, dan uji sitotoksisitas dengan MTT assay. Uji in vivo dilakukan pada mencit selama 3 hari dan dibuat preparat histologinya. Hasil analisis data FT-IR membuktikan serapan alginat, kitosan, kurkumin ditunjukkan dengan munculnya pita serapan khas yaitu adanya gugus hidroksil (-OH) dan amina primer (-NH 2 ) dari kitosan, O-Na dari alginat, dan C=C aromatik dari kurkumin. Sponge yang memiliki daya absorb baik dan tidak hancur ketika menyerap cairan PBS adalah sponge dengan perbandingan alginat:kitosan 1:2, 0:4, dan 1:4 dengan persentase absorb masing-masing 2547%, 2066%, dan 1749%. Ketiganya juga menunjukkan hasil tidak toksik pada uji MTT dengan persentase sel hidup lebih dari 100%. Hasil uji kadar air dan pengamatan histopatologi anatomi pada sponge alginat:kitosan 0:4, 1:4, dan 1:2 bersesuaian, dimana semakin banyak persentase kadar airnya maka re-epitelisasi dan kepadatan kolagen yang terbentuk makin bagus karena lingkungan luka lembab mempercepat proses penyembuhan luka. Sponge alginat:kitosan 0:4, 1:4, dan 1:2 memiliki persentase kadar air 42,9%, 32,7%, dan 20,4%. Persentase reepitelisasinya masing-masing 100%, 100%, dan 88% dengan tingkat kepadatan kolagen sangat rapat, rapat, dan kerapatannya sedang. Sponge dengan perbandingan alginat:kitosan 0:4 berpotensi digunakan sebagai absorbent dressing sponge. Kata kunci : absorbent dressing sponge, alginat, kitosan, kurkumin

4 Pendahuluan Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi eksternal sampai penyembuhan alami terjadi dan dari gesekan dengan pakaian (Johnson, 2004). Pemilihan dressing (balutan) yang tepat merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih dressing (balutan luka) yang optimal antara lain jika luka kering maka harus dilembabkan, jika luka memiliki eksudat yang luas maka cairan harus diserap, jika luka memiliki jaringan nekrotik atau debris asing maka jaringan tersebut harus dibuang, dan jika luka mengalami infeksi maka harus diterapi dengan antibiotik (Medika Jurnal Kedokteran Indonesia, 2010). Absorbent dressing merupakan balutan untuk menyerap eksudat luka karena prinsip perawatan luka adalah menciptakan kondisi lembab bukan basah (Pangayoman, 2009). Absorbent dressing konvensional yang masih dipakai hingga sekarang adalah kasa sedangkan Absorbent dressing modern antara lain yang berjenis hidrokoloid dan natrium alginat (Medika Jurnal Kedokteran Indonesia, 2010). Kasa memiliki beberapa kelemahan di antaranya mengkondisikan lingkungan luka dari basah menjadi kering. Hal ini menyebabkan epitel yang terbentuk menempel pada kasa sehingga saat kasa diambil menimbulkan rasa sakit. Penggunaan Absorbent dressing modern seperti natrium alginat diharapkan dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut karena natrium alginat berubah menjadi gel ketika menyerap eksudat sehingga tidak menempel pada epitel kulit. Selain itu, penggantian balutan natrium alginat dapat dilakukan selama 3-4 hari sekali karena alginat bersifat antimikroba sedangkan jika menggunakan kasa perlu penggantian setiap hari untuk menghindari timbulnya infeksi (Ovington, 2002). Balutan luka dari natrium alginat saat ini masih diimpor dari luar negeri. Harga alginat cukup tinggi sehingga menyebabkan harga balutan luka natrium alginat mahal. Bahan baku alginat berasal dari rumput laut coklat (Sargasum sp.) yang melimpah di Indonesia (Mutia, 2009). Kitosan merupakan senyawa kimia yang merupakan derivate atau turunan dari senyawa kitin. Kitin umumnya diisolasi dari kerangka hewan invertebrata

5 misalnya cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan laut yang bercangkang lainnya. Kitosan bersifat non toksik, biokompatibel, biodegradabel, dan polikationik dalam suasana asam dan dapat membentuk gel apabila kontak dengan air karena adanya ikatan silang yang terjadi dalam struktur (Sembiring, 2011). Respon tubuh setelah mengalami luka adalah terjadi proses inflamasi atau peradangan. Saat peradangan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan dan mencegah agen menyebar lebih luas. Agen yang membahayakan ini misalnya kuman, bakteri, mikroba, dan lain-lain yang dapat menghambat proses penyembuhan luka. Optimalisasi proses penyembuhan luka dapat dibantu dengan penambahan agen terapi. Agen terapi ini berupa zat atau bahan yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman, mikroba, jamur, bakteri, dan lain-lain. Salah satu agen terapi yang dapat digunakan adalah kurkumin. Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam temulawak atau kunyit. Kurkumin bersifat anti imflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi (Kristina, 2009). Struktur kitosan maupun alginat memiliki kecenderungan untuk membentuk muatan ionik. Alginat yang bersifat polianion (bermuatan negatif) dan kitosan yang bersifat polikation (bermuatan positif) akan membentuk polielektrolit komplek ketika dicampur. Polielektrolit komplek ini dapat mempercepat penyerapan cairan karena sisi ionik dari alginat maupun kitosan memiliki potensi besar untuk menarik molekul air dengan pembentukan ikatan hidrogen (Meng et.al., 2010). Hasil penelitian Dai, et al. (2009) yang membuat sponge alginat-kitosan berkurkumin didapatkan hasil apabila komposisi alginat lebih besar daripada kitosan menghasilkan sponge yang kurang bagus daya absorbsinya dibandingkan dengan yang komposisi kitosannya lebih banyak. Pada penelitian tersebut Dai menggunakan dua jenis polimer untuk membentuk ikatan kimia yang komplek. Pada penelitian ini akan dibuat lebih banyak variasi komposisi antara alginatkitosan serta dibuat yang hanya berkomposisi alginat dan kitosan saja. Hal ini

6 dimaksudkan untuk mengetahui variasi penyerapan yang terjadi serta memilih sponge mana yang bagus antara campuran atau tidak berupa campuran alginatkitosan. Metode Penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium alginat dari LIPI, kurkumin PureBulk, kitosan yang di beli dari IPB (Institut Pertanian Bogor), sel fibroblas BHK-21 untuk uji MTT, Phospate buffer saline (PBS) untuk uji kemampuan absorb, aquades untuk melarutkan natrium alginat, asam asetat untuk melarutkan kitosan, etanol untuk melarutkan kurkumin. Alat-alat yang digunakan yaitu Lyophilizer, freezer, loyang, magnetic stirrer, sentrifuse, neraca digital, beker glass, spatula, aluminium foil, pisau, penggaris / pengukur. Pembuatan Sponge Sponge dibuat dari percampuran bubuk natrium alginat, kitosan, dan kurkumin yang telah dilarutkan dengan pelarut masing-masing yaitu natrium alginat dilarutkan dalam aquades, kitosan dilarutkan dengan asam asetat, dan kurkumin dilarutkan dengan etanol. Masing-masing larutan dicampur dan di aduk dengan magnetic stirrer agar homogen kemudian disentrifus untuk memisahkan residu dan supernatan. Residunya diambil untuk dijadikan sponge. Residu ini kemudian dituang ke dalam loyang persegi panjang dengan tinggi sekitar 0,5 cm. Loyang di simpan dalam freezer dengan kisaran suhu C sampai C selama ± 24 jam dan setelah 24 jam dalam freezer, sampel dikeluarkan dan langsung di lyophilizer selama 24 jam dengan suhu sekitar C dan tekanan dalam militorr (Dai, et. al, 2009). Komposisi percampuran alginat-kitosankurkumin dapat dilihat pada Tabel I.

7 Tabel I. Variasi Sponge No. Sponge Alginat: Kitosan Kurkumin No. Sponge Alginat: Kitosan Kurkumin 1. A0C4 0 : 4 Tetap 6. A4C1 4 : 1 Tetap 2. A1C2 1 : 2 Tetap 7. A3C1 3 : 1 Tetap 3. A1C3 1 : 3 Tetap 8. A2C1 2 : 1 Tetap 4. A1C4 1 : 4 Tetap 9. A4C0 4 : 0 Tetap 5. A2C2 2 : 2 Tetap Penelitian Scharstuhl et.al., 2009 menunjukkan bahwa pada konsentrasi kurkumin 5µM fibroblast banyak yang hidup sehingga pada penelitian ini juga menggunakan konsentrasi kurkumin sebesar 5µM. Konsentrasi tersebut dibuat dengan cara melarutkan 1,84 mg kurkumin dalam 1 liter etanol. Kemudian dalam masing masing sampel digunakan 1 ml kurkumin yang mempunyai konsentrasi 5µM. Karakterisasi Uji FTIR dengan FT-IR Jasco 4200 type A, uji kemampuan absorb sponge dengan larutan phosphate buffer saline (PBS) ph 7,4, uji kadar air dengan electronic moisture balance Shimadzu Libror EB-280 MOC, pengamatan preparat uji histopatologi anatomi dengan mikroskop Olympus Optical Japan, pembacaan uji sitotoksisitas MTT assay dengan Elisa Reader. Hasil Dan Pembahasan Hasil pembuatan absorbent dressing sponge tampak pada gambar 1. Bubuk natrium alginat, kitosan, dan kurkumin yang menjadi bahan utama pembuatan absorbent dressing sponge sebelumnya di uji FT-IR pada daerah serapan Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Gambar 1. Absorbent Dressing Sponge

8 Gambar 2. Spektrum FTIR sponge A1C2 (Perbandingan alginat:kitosan 1:2) Sponge A1C2 gugus C=C aromatik yang merupakan bagian dari kurkumin muncul pada pita daerah serapan 1548,56 cm -1. Pita serapan gugus karbonil yang merupakan gugus dari alginat dan kurkumin terlihat pada bilangan gelombang 1644,02 cm -1. Gugus hidroksi (O-H) terdapat dalam ketiga bahan yaitu alginat, kitosan, dan kurkumin. Pita serapan gugus tersebut ditemukan pada nilai bilangan gelombang 3442,31 cm -1. Pita serapan gugus C-O dan O-Na berada pada bilangan gelombang 1035,59 cm -1 dan 1421,28 cm -1. Sedangkan gugus amida primer (NH 2 ) tertutupi oleh pita gugus hidroksi yang melebar karena adanya ikatan hidrogen antar molekul. Gambar 3. Spektrum FTIR sponge A0C4 (Perbandingan alginat:kitosan 0:4) Data spektra FTIR sponge A0C4, pita serapan gugus karbonil nampak pada bilangan gelombang 1650,77 cm -1. Gugus karbonil merupakan gugus dari kurkumin. Pita serapan gugus C-C alifatik nampak pada bilangan gelombang 2919,17 cm -1. Gugus hidroksi (O-H) yang merupakan gugus dari kitosan muncul

9 pada nilai bilangan gelombang 3427,85 cm -1, sedangkan pita serapan gugus NH 2 tertutupi oleh pita serapan gugus hidroksi yang melebar karena adanya ikatan hidrogen antar molekul. Gambar 4. Spektrum FTIR sponge A1C4 (Perbandingan alginat:kitosan 1:4) Data spektra FTIR sponge A1C4, pita serapan gugus karbonil yang merupakan gugus dari kurkumin dan alginat muncul pada daerah serapan 1627,63 cm -1. Pita serapan gugus C-O dan O-Na nampak pada bilangan gelombang 1028,84 cm -1 dan 1404,89 cm -1. Gugus hidroksi (O-H) muncul pada pita daerah serapan 3442,31 cm -1. Gugus hidroksi merupakan gugus yang terdapat dalam alginat, kitosan, dan kurkumin. Pita serapan gugus NH 2 tertutupi oleh pita serapan gugus hidroksi yang melebar karena adanya ikatan hidrogen antar molekul. Berdasarkan hasil uji FT-IR menunjukkan bahwa ketiga bahan (alginat, kitosan, kurkumin) sudah tercampur dalam sponge. Hal ini dapat dilihat dari munculnya gugus fungsi alginat, kitosan, dan kurkumin dalam sponge. Gugus fungsi alginat yaitu karbonil muncul pada rentang bilangan gelombang cm -1, O-H pada rentang cm -1, C-O pada rentang cm -1, dan O-Na pada sekitar 1431 cm -1. Sedangkan gugus serapan khas dari kitosan adalah hidroksi (O-H) dan amina primer (NH 2 ). O-H muncul pada rentang bilangan gelombang cm -1, pita serapan gugus NH 2 tertutup oleh pita serapan gugus hidroksi yang melebar karena karena adanya ikatan hidrogen antar molekul air yang ikatannya dapat dilihat pada Gambar Kurkumin memiliki gugus khas yang tidak terdapat dalam alginat dan kitosan yaitu C-H aromatik dan C=C aromatik. Namun kedua gugus ini kadang muncul dan kadang tidak. Hal ini

10 karena kadar kurkumin yang diberikan terlalu kecil yaitu sebesar 5µM sehingga hanya 0,5% kurkumin yang terdapat dalam sponge. Kemampuan Absorb Kemampuan absorb sponge menunjukkan banyaknya cairan yang dapat terserap didalam sponge dihitung dengan rumus E = x 100%, We menunjukkan berat sponge yang telah menyerap PBS dan Wo adalah berat mulamula. Dilakukan pengulangan sebanyak 3X dan rata-ratanya yang digunakan. Hasilnya dapat dilihat berupa grafik pada Gambar 5 dan teksturnya terlihat pada Gambar 6. Gambar 5. Grafik Kemampuan Absorb Sponge Absorbent Dressing Sponge yang baik adalah yang dapat menjaga lingkungan luka tetap lembab dan mengabsorb eksudat dengan menyimpan cairan luka di dalam sponge untuk mencegah terjadinya maserasi (Coloplast wound dressings, 2010). Maserasi adalah mekanisme pelunakan jaringan oleh kondisi basah yang berkepanjangan sehingga sel akan melemah dan epidermis menjadi mudah terkikis (Carpenito, 2009). Gambar 6. Tekstur sponge setelah diuji dengan larutan PBS ph 7,4

11 Gambar 7. Tekstur kering dan tekstur basah sponge setelah menyerap larutan PBS (Phosphate Buffer Saline) Hasil uji kemampuan absorb diperoleh 3 sponge yang memiliki kemampuan absorb dan tekstur yang bagus setelah di uji dengan larutan PBS ph 7,4. Ketiga sponge tersebut yaitu A1C2, A0C4, dan A1C4 dengan perbandingan alginate:kitosan 1:2; 0:4; 1:4 yang masing-masing nilai persentase absorb sebesar 2546%, 2066%, dan 1749%. Ketiga sampel tersebut memiliki perbandingan komposisi kitosan yang lebih besar daripada alginat. Sponge A2C2 yang memiliki perbandingan alginat kitosan seimbang menghasilkan sponge yang hancur. Sedangkan sponge A3C1, A4C0, dan A4C1 yang memiliki perbandingan komposisi alginat lebih besar daripada kitosan menghasilkan sponge yang lembek dan tidak berubah menjadi gel setelah dimasukkan dalam PBS ph 7,4. Cepatnya proses absorb sponge (30 detik) ketika menyerap cairan PBS (phosphate buffer saline) disebabkan karena sponge membentuk polielektrolit komplek karena alginat yang bersifat polianion (bermuatan negatif) dan kitosan yang bersifat polikation (bermuatan positif) mempercepat penyerapan cairan karena sisi ionik dari alginat maupun kitosan memiliki potensi besar untuk menarik molekul air dengan pembentukan ikatan hidrogen (Meng, et.al., 2010). Namun, rapuhnya sponge yang memiliki komposisi alginat lebih besar daripada kitosan disebabkan karena berdasarkan foto SEM (Scanning Electron Microscopy) pori-pori alginat lebih besar dari pada kitosan yaitu diameter pori alginat sebesar µm (Sams, 2009) sedangkan diameter pori kitosan sebesar 500 nm (Erna, 2011) dan ketika dicampur akan timbul serabut-serabut (Dai, et al., 2009). Pori-pori alginat yang besar menyebab dinding-dinding pembatas pada

12 alginat lebih sedikit sehingga ketika terbentuk sponge, serabut-serabut pada sponge yang komposisi alginatnya lebih besar tidak dapat menahan cairan dengan baik karena sedikitnya dinding pembatas yang dapat menopang serabut untuk menyimpan cairan. Hal tersebut menyebabkan sponge yang memiliki komposisi alginat lebih besar menghasilkan struktur yang lembek dan hancur. Kadar Air Untuk mengetahui berapa persentase kandungan air yang terdapat dalam sponge maka dilakukan uji kadar air. Untuk menghitung persentase kadar air digunakan rumus : % kadar air = x 100%. Wo menunjukkan berat awal sponge dan W menunjukkan berat akhir setelah pemanasan. Persentase kadar air dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Persentase Kadar Air. Jenis Sponge % Kadar Air Sponge A0C4 42,9 Sponge A1C2 20,4 Sponge A1C4 32,7 Sponge A0C4 yang memiliki perbandingan alginat:kitosan 0:4 memiliki kadar air paling tinggi dengan persentase 42,9%. Tingginya kadar air pada sponge yang memiliki perbandingan kitosan lebih besar daripada alginat disebabkan karena adanya ikatan hidrogen yang terjadi antara kitosan dengan air yang digunakan sebagai media untuk pengenceran asam asetat. Kitosan memiliki sifat mampu mengikat air, hal ini didukung oleh adanya gugus polar (C-O) dan non polar (C-H dan C-C) pada kitosan. Sesuai dengan rumus kimianya, kitosan lebih banyak memiliki gugus O-H daripada alginat sehingga kemampuan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lebih besar. Ikatan hidrogen ini menyebabkan kandungan air dalam sponge masih tinggi walaupun sudah di uapkan dengan proses lyophilizer. Histopatologi Anatomi (HPA) Uji histopatologi anatomi dilakukan dengan sebelumnya melakukan perlakuan pada mencit. Mencit diberi perlakuan dengan luka insisi selama 3 hari.

13 Setelah 3 hari kulit mencit disayat dan dibuat preparat agar dapat dilihat strukturnyadimikroskop. Parameter yang diamati adalah % re-epitelisasi dan kepadatan kolagen. Kedua parameter ini memegang peran penting dalam penyembuhan luka. Reepitelisasi merupakan proses perbaikan sel-sel epitel kulit sehingga luka akan tertutup. Semakin cepat terjadi re-epitelisasi akan membuat sktruktur epidermis dan kulit mencapai keadaan normal. Sedangkan kolagen merupakan protein utama yang menyusun komponen matriks ekstra seluler dan merupakan protein terbanyak yang ditemukan dalam tubuh manusia. Persentase re-epitelisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Re-epitel= 100% Tabel III. Persentase Re-epitelisasi. Sponge Panjang Luka (mm) Total TertutupEpitel Reepitelisasi Kontrol 1,38 0,67 49% A1C2 0,82 0,72 88% A0C4 0,82 0,82 100% A1C4 0,51 0,51 100% X kontrol A1C2 A0C4 A1C4 Gambar 8. Re-epitelisasi kulit mencit hari ke 3. Garis putus-putus menunjukkan daerah luka. Kontrol (Alkohol), sponge A1C2 (alginat:kitosan 1:2), A0C4 (alginat:kitosan 0:4), dan A1C4 (alginat:kitosan 1:4) Dapat dilihat pada Tabel III bahwa persentase re-epitelisasi pada kulit mencit yang diberi sponge lebih besar daripada yang hanya diberi alkohol. Tingginya persentase re-epitelisasi pada luka yang ditutupi sponge dibandingkan

14 dengan kontrol disebabkan karena adanya kandungan kurkumin pada sponge. Kurkumin merupakan senyawa metabolit sekunder golongan fenolik yang berfungsi sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan sehingga mempercepat penutupan luka. Sebagai antiinflamasi, kurkumin berfungsi untuk membatasi pelepasan mediator inflamasi sehingga terjadi pembatasan jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke jaringan perlukaan. Selanjutnya reaksi inflamasi akan berlangsung lebih singkat dan proses proliferasi dapat segera terjadi. Sebagai antioksidan, gugus hidroksil pada kurkumin mengakibatkan radikal bebas menjadi tidak aktif sehingga aktivasi terhadap mediator inflamasi oleh radikal bebas dapat dihambat (Indraswary, 2011). Kepadatan kolagen dihitung dengan menggunakan parameter skoring. Parameter skoring histopatologi untuk kepadatan kolagen (berdasarkan perhitungan 1 lapang pandang, pada objek perbesaran 1000x) (Novriansyah, 2008) +0 = Tidak ditemukan adanya serabut kolagen pada daerah luka. +1 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rendah. +2 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sedang. +3 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rapat. +4 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sangat rapat. Hasil skoring kepadatan kolagen antara kontrol dan sponge dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel IV. Skor Penilaian Kepadatan Kolagen Sampel Skor Kepadatan Kolagen Kontrol +1 A1C2 +2 A0C4 +4 A1C4 +3

15 Gambar 9. Kepadatan kolagen (tanda panah) kulit mencit hari ke 3 pada perbesaran 400X. Kontrol (Alkohol), sponge A1C2 (alginat:kitosan 1:2), A0C4 (alginat:kitosan 0:4), dan A1C4 (alginat:kitosan 1:4) kontrol A1C2 A0C4 A1C4 Gambar 10. Kepadatan kolagen (tanda panah) kulit mencit hari ke 3 pada perbesaran 1000X. Kontrol (Alkohol), sponge A1C2 (alginat:kitosan 1:2), A0C4 (alginat:kitosan 0:4), dan A1C4 (alginat:kitosan 1:4) Kepadatan kolagen yang berbeda antara luka yang ditutupi sponge dengan kontrol diduga karena adanya kurkumin dalam sponge. Interaksi antara kurkumin dan kolagen akan membentuk ikatan hidrogen yang dapat meningkatkan kerapatan kolagen (Fathima, 2009). Sintesis kolagen umumnya dimulai pada hari ke 3 setelah luka dan berlangsung cepat sekitar minggu ke 2-4. Sitotoksisitas (MTT Assay) Uji sitotoksisitas dilakukan pada sponge A1C2, A0C4, dan A1C4 dengan menggunakan sel fibroblas BHK-21. Untuk menghitung persentase sel hidup dapat digunakan rumus : sel hidup= X 100%. Jika persentase sel hidup lebih kecil dari 100% maka material dikatakan bersifat toksik (Harsas, 2008). Data persentase sel hidup disajikan dalam Tabel V.

16 Tabel V. Persentase Sel Hidup Pengulangan Sel Hidup (%) Sponge A1C2 104 Sponge A0C4 103 Sponge A1C4 106 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase sel hidup dari ketiga sponge besarnya diatas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa alginat, kitosan, dan kurkumin yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan absorbent dressing sponge aman digunakan pada kulit karena biokompatibel dengan sel fibroblas. Kemampuan absorbent dressing sponge dalam menyimpan cairan luka adalah faktor penentu lamanya sponge dapat dipakai. Kemampuan ini menunjukkan persentase absorbnya. Material yang digunakan untuk absorbent dressing sponge juga tidak boleh tertinggal pada luka saat sponge di ambil, menjaga tingkat kelembaban kulit sehingga merangsang pembentukan epitel, dan tidak toksik (Thomas, 2007). Berdasarkan dari lima uji dapat dinyatakan bahwa di antara tiga sponge yang memiliki daya absorb baik (sponge A1C2, sponge A0C4, sponge A1C4) sponge A0C4 dengan perbandingan alginate:kitosan 0:4 memiliki persentase reepitelisasi dan kepadatan kolagen yang besar. Sebagai absorbent dressing selain dari sisi daya serap juga harus memperhatikan proses penyembuhan karena tujuan sebagai wound dressing adalah untuk mempercepat penyembuhan luka. Sponge A0C4 juga menunjukkan sifat tidak toksik dan kadar airnya tinggi. Hal ini menciptakan lingkungan luka lembab (moist wound healing) sehingga proses oksigenasi berjalain baik. Permeabilitas gas dalam balutan merupakan faktor yang penting dalam penutupan luka dimana pertukaran oksigen dan karbondioksida mempunyai efek terhadap konsentrasi oksigen di jaringan luka yang akhirnya mempengaruhi proses penyembuhan luka secara seluler.

17 Kesimpulan Berdasarkan data hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Absorbent Dressing Sponge berhasil dibuat dan yang memiliki persentase daya absorb baik adalah sponge dengan perbandingan alginat:kitosan 1:2, 0:4, 1:4 dengan nilai absorb 2546%, 2066%, dan 1749%. 2. Hasil FTIR menunjukkan bahan baku sudah sesuai dengan gugus fungsinya dan ketiga bahan sudah tercampur dalam sponge dengan munculnya pita serapan karbonil, C-O dan O-Na yang merupakan pita serapan dari alginat. Gugus hidroksil (O-H) dan amina primer (NH 2 ) dari kitosan. Gugus C-H aromatik dan C=C aromatik dari kurkumin. Hasil MTT assay menunjukkan sponge bersifat tidak toksik dengan persentase sel hidup 100%. Uji kadar air menunjukkan besarnya persentase kadar air untuk sponge dengan perbandingan alginat:kitosan 0:4, 1:4, dan 1:2 adalah 42,9%, 32,7%, dan 20,4% dan persentase re-epitelisasinya adalah 100%, 100%, dan 88%. Nilai kepadatan kolagennya adalah sangat rapat, rapat, dan kepadatan sedang. 3. Sponge dengan perbandingan alginat:kitosan 0:4 berpotensi digunakan sebagai absorbent dressing sponge karena daya absorbnya tinggi 2066%, persentase re-epitelisasi 100% dengan kepadatan kolagen sangat rapat. Kadar airnya 42,9% sehingga menciptakan lingkungan luka yang lembab dan mempercepat proses penyembuhan luka. Daftar Pustaka A World Union of Wound Healing Societies Wound Exudate and The Role of Dressings. London: Medical Education Partnership Ltd. Anggrianti, Padmi Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Kemukus (Piper cubeba L.) Terhadap Sel HeLa. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Anonim. Universitas Sumatra Utara. Diakses tanggal 17 Desember 2011

18 Anonim. Bab 6 Ikatan Atom dan susunan Atom. Diakses tanggal 28 Desember 2011 Brooker, Chris Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa : andry hartono, Brahmn U. Pendit, Dwi Widiarti. Jakarta : EGC. Cahyono, JB Suharjo B Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Dalam Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi No. 3 Vol. 20, Juli-September. Diakses tanggal 26 Desember Dai, Mei, Xiu Ling Zheng, Xu Xu, XiangYe Kong, XingYi LI, Gang Guo, Feng Luo, Xia Zhao, Yu Quan Wei, and Zhiyong Qian Research Article : Chitosan-Alginate Sponge : Preparation and Application in Curcumin Delivery for Dermal Wound healing in Rat. Journal of Biomedicine and Biotechnology Volume 2009, Article ID , 8 pages. Donati, I, Sergio Paoletti Material Properties of Alginates. Department of Life Sciences, University of Trieste. Italy. Febram, Bayu P., Ietje Wientarsih, dan Bambang Pontjo P Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus). Majalah Obat Tradisional Edisi 15 Hal Ferrell, Betty R., Nessa Coyle Oxford Textbook of Palliative Nursing. New York:Oxford University Press. Inc. GEMA Industri Hilir Rumput laut. Edisi XXXII-Maret. Diakses tanggal 27 Desember 2011 Gibson, John Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2. alih bahasa : Bertha Sugiarto. Jakarta : ECG. Gruendemann, Barbara J., Fernsebner, Billie Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 1. Alih bahasa : Brahm U. Pendit..[et al.]. Jakarta : EGC. Hargono, Abdullah, Sumantri, Indro Pembuatan Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang Serta aplikasinya Dalam Mereduksi Kolesterol Lemak kambing. Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni, Hal Diakses tanggal 17 Desember 2011.

19 Harsas, Nadhia Anindhita, 2008, Efek Pemberian Graft Tulang Berbentuk Pasta dengan Berbagai Komposisi dan Konsentrasi terhadap Viabilitas Sel Osteoblas, In Vitro, Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Indraswary, Recita Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Topikal Pada Epitelisasi Penyembuhan Luka Gingiva Labial Tikus Sprague Dawley In Vivo. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung Vol. XLIX, Juli (Edisi Khusus FKG). Johnson, Ruth, and Wendy Taylor Buku Ajar Praktik Kebidanan. Alih bahasa : Sari Kurnianingsih, Monica Ester. Jakarta : ECG. Juniantito, Vetnizah, Prasetyo, Bayu F Aktivitas Sediaan Gel Dari Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.) Pada Proses Persembuhan Luka Mencit (Mus musculus albinus). J.II Pert.Indon. Vol. 11(1). Diakses tanggal 21 Desember 2011 Junianto. Rendemen dan Kualitas Algin Hasil Ekstraksi Alga (Sargassum sp.) dari Pantai Selatan Daerah Cidaun Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Bandung. Diakses tanggal 26 Desember Knoor, D Use of Chitinous Polymer In Food A Challenge For Food Research & Development. Food Tech, 38 : Kozier, B., Erb, Glenora, Berman, A., Snyder, S Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Alih bahasa : Eny Meiliya, esti Wahyuningsih, Devi Yulianti. Jakarta : EGC. Kristina, Natalini Nova, Noveriza R., Syahid, S.F., Rizal, M Peluang Peningkatan kadar Kurkumin Pada Tanaman Kunyit dan Temulawak. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Diakses tanggal 25 desember 2011 Lai, Hui L., Asad Abu Khalil, Duncan Q.M. Craig The Preparation and Characterisation of Drug-Loaded Alginate and Chitosan Sponges. International Journal of Pharmaceutics.

20 Lee, Kuen Yong, David J. Mooney Alginate: Properties and biomedical applications. Elsevier. Matsjeh, Sintesis Flavonoid: Potensi Metabolit Sekunder Aromatik Dari Sumber Daya Alam nabati Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan guru Besar dalam Ilmu Kimia. Universitas Gajah Mada. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia Penatalaksanaan Berbagai Jenis Luka menggunakan Dressing. Edisi No. 09 Vol. XXXVI. Diakses tanggal 26 Desember 2011 Medika Jurnal Kedokteran Indonesia Pemilihan Dressing yang Tepat Selamatkan Kaki Diabetes. Edisi No 12 Vol XXXVI. Diakses tanggal 30 Desember Meizarini, Asti Sitotoksisitas bahan Restorasi Cyanoacrylate Pada Variasi Perbandingan Powder dan Liquid Menggunakan MTT Assay. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal). Vol. 38. No. 1 Januari 2005:20-24 Meng, X., Feng Tian, Jian Yang, Chun-Nian He, Nan Xing, Fang Li Chitosan and Alginate Polyelectrolyte Complex Membranes and Their Properties for Wound Dressing Application. Springer Science+Business Media. Merck. Curcumin untuk sintesis Merck Chemicals Indonesia. Diakses tanggal 17 Desember Morison, Moya J., Manajemen Luka. Alih bahasa : Tyasmono A.F. Jakarta : EGC. Mutia, Theresia Peranan Serat Alam Untuk Bahan Baku Tekstil Medis Pembalut Luka (Wound Dressing). Bandung : Balai Besar Tekstil. Novriansyah, Robin Perbedaan Kepadatan Kolagen Di Sekitar Luka Insisi Tikus Wistar Yang Dibalut Kasa Konvensional dan Penutup Oklusif Hidrokoloid Selama 2 dan 14 Hari. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Bedah Universitas Diponegoro Semarang. Diakses tanggal 3 Juli 2012.

21 Nunamaker, Elizabeth A., Erin K. Purcell, Daryl R. Kipke In Vivo Stability and Biocompatibility of Implanted Calcium Alginate Disks. Wiley InterScience. Nurdayani, titik Makalah Revisi Teknologi Kosmetik. Departemen Farmasi Program Ekstensi FMIPA Universitas Indonesia. Depok. Diakses tanggal 26 Desember 2011 Ovington, Liza G Hanging Wet-to-Dry Dressings Out to Dry Advances in Skin & Wound Care : The Journal for Prevention and Healing. Pangayoman, Roys A Perawatan Luka. RS. Immanuel; RS Santosa International. Bandung. Diakses tanggal 30 Desember Parirokh, M., Sara Askarifard, Shahla Mansouri, Ali A. Haghdoost, Maryam Raoof, Mahmoud Torabinejad Effect of Phosphate Buffer Saline On Coronal Leakage of Mineral Trioxide Aggregate. Journal of Oral Science. Protocols Online Phosphate Buffered Saline. Diakses tanggal 19 Januari Putri, Kartika Hastarina Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) Sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rachadini, Novianita Uji sitotoksisitas Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Pada Kultur Sel Dengan Menggunakan Esei MTT. Proposal. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Surabaya. Romanelli, M., K. Vowden, D. Weir Exudate Management Made Easy. Scharstuhl, A., H.A.M. Mutsaers, S.W.C Pennings, W.A. Szarek, F.G.M Russel, F.A.D.T.G Wagener Curcumin-Induced Fibroblast Apoptosis and In Vitro Wound Contraction Are Regulated By Antioxidants and Heme Oxygenase : Implications for Scar Formation. Journal Cellular and Molecular Medicine Vol. 13, No.4. Blackwell Publishing.

22 Sembiring, Bagem Br., Ma mun, Ginting, Edi Imanuel. Pengaruh Kehalusan Bahan dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx). Balai Penelitian tanaman Obat dan Aromatik. Diakses tanggal 25 Desember Sembiring, F Gliserolisis Antara Minyak Kelapa. Universitas Sumatra Utara. repository.usu.ac.id/. diakses tanggal 30 Desember Sharma, Chandra P., Paul, Willi Chitosan and Alginate Wound Dressings : A Short Review. Division of Biosurface Technology, Biomedical Technology Wing Institute for Medical Sciences & Technology. Poojappura, Thiruvananthapuram. Diakses tanggal 26 Desember Situngkir, Janner Pembuatan dan Karakterisasi Fisikokimia Bahan Cetak Gigi Palsu Kalsium Alginat. Tesis. Program Studi Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 27 Desember Stevens, P.J.M., Bordui, F., Van der Weyde, J.A.G Ilmu Keperawatan. Jilid 2. Jakarta : EGC. Staff UB Modul Praktikum Lab. Pemuliaan Tanaman Universitas Brawijaya Modul 5 Uji Mutu Fisik dan Kadar Air. Diakses tanggal 16 Juli Sunaryo Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Sussman, Geoff Wound Care Module. Wound Research Wound Foundation of Australia. Takeuchi, Yoshito Metoda Spektroskopik. Diakses tanggal 17 Desember Tarigan, Rosina, Pemila, Uke Perawatan Luka Moist Wound Healing. Program Magister Ilmu keperawatan FMIPA Universitas Indonesia. Depok. Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatma Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

23 Triyono, Bambang Perbedaan Tampilan Kolagen Di Sekitar Luka insisi Pada Tikus Wistar Yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupivakain dan Yang Tidak Diberi Levobupivakain. Tesis. Program Magister Biomedik dan PPDS I Universitas Diponegoro Semarang. University of Leeds The Histology Guide. Faculty of Biological Sciences. Diakses tanggal 25 November White R., Keith F. Cutting Modern Exudate Management : A Review of Wounds Treatments. World Wide Wounds. Wound Essentials Wound Exudate : What It Is And How To Manage It. Diakses tanggal 17 Januari Yulianto, Kresno Pengaruh Konsentrasi Natrium Hidroksida Terhadap Viskositas Natrium Alginat Yang Diekstrak dari Sargassum duplicatum J.G. Agardh (Phaeophyta). UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi Pulau Pari. LIPI. Diakses tanggal 27 Desember 2011 Yuliati, Anita Viabilitas Sel Fibroblas BHK-21 Pada Permukaan Resin Akrilik Rapid Heat Cured. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal). Vol. 38. No. 2 April-Juni 2005:68-72

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan absorbent dressing sponge dimulai dengan tahap percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai penghilangan air dengan proses lyophilizer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material Fakultas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Februari 2012. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu sebagai termoregulasi, sintesis metabolik, dan pelindung. Adanya suatu trauma baik itu secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA BAKTERI COATING KITOSAN - KOLAGEN UNTUK APLIKASI GTR

PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA BAKTERI COATING KITOSAN - KOLAGEN UNTUK APLIKASI GTR PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA BAKTERI COATING KITOSAN - KOLAGEN UNTUK APLIKASI GTR ( Guide Tissue Regeneration ) SEBAGAI PEMBALUT LUKA PADA MENCIT (Mus musculus) SECARA IN VIVO SKRIPSI NADIA MAULIDA HUMAIRA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang disebabkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2012. Pembuatan hidrogel paduan bahan kitosan-glutaraldehid dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m 2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Integumen (Kulit) 2.1.1 Gambaran umum kulit Kulit adalah selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Pembuatan Hidrogel Kitosan Glutaraldejid Untuk Aplikasi Penutup Luka Secara In Vivo

Pembuatan Hidrogel Kitosan Glutaraldejid Untuk Aplikasi Penutup Luka Secara In Vivo Pembuatan Hidrogel Kitosan Glutaraldejid Untuk Aplikasi Penutup Luka Secara In Vivo Nurul Istiqomah 1, Djony Izak R 2., dan Sri Sumarsih 3. 1 Program Studi S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SODIUM ALGINAT- KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum sp.) DAN RUMPUT LAUT MERAH (Eucheuma cottoni) SEBAGAI MATERIAL DRUG RELEASE SKRIPSI M. YUNUS ANIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka memiliki prevalensi mencapai jutaan kasus per tahunnya. Penyembuhan luka yang terganggu

Lebih terperinci

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. obat-obatan kimia. Khasiat obat tradisional pada umumnya dipercaya

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. obat-obatan kimia. Khasiat obat tradisional pada umumnya dipercaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat-obatan tradisional telah menjadi salah satu identitas masyarakat Indonesia. Obat-obatan tradisional diwariskan oleh para pendahulu dan penggunaannya

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 647-653, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 10 February 2015, Published online 12 February 2015 PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs) 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs) Penelitian dengan studi sitokompabilitas ini diawali dengan hasil sintesis nanokomposit hidroksiapatit/kitosan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus atau mukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November PENGARUH PENAMBAHAN KHITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL PADA KARAKTERISTIK PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI LIMBAH KULIT SINGKONG Disusun oleh : 1. I Gede Sanjaya M.H. (2305100060) 2. Tyas Puspita (2305100088)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi di dalam saluran akar dan menciptakan lingkungan yang asepsis sehingga tidak dapat bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN KITOSAN- KOLAGEN-PVA UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA BAKAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN KITOSAN- KOLAGEN-PVA UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA BAKAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN KITOSAN- KOLAGEN-PVA UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA BAKAR SKRIPSI DARMA SURBAKTI 130822032 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh mengalami kerusakan dan terbuka sehingga menyebabkan sistem pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh mengalami kerusakan dan terbuka sehingga menyebabkan sistem pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perlukaan luar adalah suatu kejadian dimana jaringan kulit atau membran luar tubuh mengalami kerusakan dan terbuka sehingga menyebabkan sistem pembuluh darah terpapar

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang bersumber dari hasil ternak termasuk produk pangan yang cepat mengalami kerusakan. Salah satu cara untuk memperkecil faktor penyebab kerusakan pangan adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g. 29 LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: K 2 HPO 4 0,7 g KH 2 HPO 4 0,3 g M g SO 4. 7H 2 O 0,5 g FeSO 4.7H 2 O 0,01 g ZnSO 4 0,001 g MnCl 2 0,001 g Koloidal kitin

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN KARAKTERISASI SERBUK HIDROSIAPATIT DARI LIMBAH TULANG SAPI UNTUK BAHAN GIGI PENGGANTI

PENGOLAHAN DAN KARAKTERISASI SERBUK HIDROSIAPATIT DARI LIMBAH TULANG SAPI UNTUK BAHAN GIGI PENGGANTI MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.72 November 2016 PENGOLAHAN DAN KARAKTERISASI SERBUK HIDROSIAPATIT DARI LIMBAH TULANG SAPI UNTUK BAHAN GIGI PENGGANTI Zulkarnain, Gunawarman, Jon Affi. zulraz63@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan bagian mukosa oral yang menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan gingiva

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estetika merupakan faktor penting dalam penentuan perawatan endodontik untuk pasien. Beberapa pasien mengeluhkan mengenai perubahan warna gigi. Pada gigi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim, sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus meningkat setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi adalah tindakan pengambilan gigi pada soketnya tanpa atau dengan pembukaan jaringan lunak dan jaringan keras. Pengurangan tulang dilakukan jika

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya

Lebih terperinci

Pengaruh Pelapisan Membran Kitosan Pada Benih Jagung Terhadap Sifat Water Absorption dan Proses Pembusukan

Pengaruh Pelapisan Membran Kitosan Pada Benih Jagung Terhadap Sifat Water Absorption dan Proses Pembusukan Pengaruh Pelapisan Membran Kitosan Pada Benih Jagung Terhadap Sifat Water Absorption dan Proses Pembusukan Windy Ayu Lestari 1, Ozi Adi Saputra 1,*, Desi Suci Handayani, Marta Nauqinida 1, Tomy Setyadianto

Lebih terperinci