BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya kerusakan jaringan yang terjadi yaitu superficial partial-thickness, deep partial-thickness, dan full-thickness. Istilah lain yang juga digunakan dalam mengklasifikasikan luka bakar adalah luka bakar derajat I, derajat II, dan derajat III (Smeltzer & Bare, 2002). Data di Amerika Serikat menunjukkan kurang lebih 2,5 juta penduduk mengalami luka bakar setiap tahunnya dengan diantaranya memerlukan perawatan intensif di rumah sakit dan sekitar lainnya meninggal akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang terkait dengan luka bakar. Data statistik The National Institute of Burn Medicine menunjukkan bahwa 75% insiden luka bakar yang terjadi di Amerika disebabkan oleh perbuatan sendiri seperti tersiram air panas, arus listrik, dan lain-lain (Smeltzer & Bare, 2002). Di Eropa tercatat orang meninggal pertahunnya akibat luka bakar dengan presentase 94% kasus terjadi di rumah atau gedung perkantoran dan fasilitas umum, dan sisanya sebanyak 6% kasus terjadi di transportasi umum (World Health Organization, 2009) Di India, tercatat lebih dari orang mengalami luka bakar dan diantaranya meninggal dunia. Survei yang dilakukan pada 3500 rumah 1

2 2 sakit di India selama kurun waktu 30 tahun menunjukkan tingkat kematian sebesar 25% hingga 49% pada dewasa dan 6% hingga 20% pada anak-anak usia 0 tahun- 10 tahun. Sedangkan ribuan lainnya mengalami kecacatan akibat luka bakar setiap tahunnya ( Sabarahi, 2010 ) Di Indonesia sendiri belum ada data statistik yang menunjukkan jumlah insidensi luka bakar secara nasional, namun data yang diperoleh dari unit luka bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan jumlah kejadian luka bakar sebanyak 107 kasus pada tahun 1998 dengan 37,38% angka kematian terjadi selama menjalani perawatan. Data dari unit luka bakar Dr. Sutomo menunjukkan bahwa 50% kematian disebabkan karena luka bakar yang luas atau disertai dengan cedera saluran nafas (Tim Bantuan Medis 110, 2011). Sedangkan di Bali sendiri, data insidensi luka bakar merujuk kepada Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah yang menunjukkan angka kejadian 217 kasus terjadi pada tahun 2011 dengan angka kematian sebesar 39% (Artawan, 2012). Presentase kejadian luka bakar didominasi oleh luka bakar derajat II (deep partial-thickness) yaitu sebesar 73%, luka bakar derajat I (superficial partial-thickness) sebanyak 17%, dan sisanya sebanyak 10% adalah luka bakar derajat III (full-thickness) (Artawan, 2012). Luka bakar dapat menimbulkan respon sistemik berupa hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung. Pasien yang luas luka bakarnya kurang dari 20% biasanya akan memperlihatkan respon yang terutama bersifat sistemik, sedangkan pada pasien dengan luas luka bakar mencakup 60% atau lebih dapat menimbulkan

3 3 ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan, natrium, dan protein ke ruang interstisial (Smeltzer & Bare, 2002). Pada luka bakar derajat II, respon tubuh cenderung bersifat lokal akibat kerusakan epidermis dan lapisan atas dermis sehingga timbul nyeri yang berat, kulit tampak merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan diikuti dengan pengisian kapiler di jaringan yang mengalami luka bakar (Smeltzer & Bare, 2002). Manajemen luka bakar secara modern yang telah berkembang saat ini diantaranya debridement dan epitelisasi. Debridement dilakukan pada luka bakar sedang yaitu dengan menghilangkan jaringan kulit yang mati sehingga mempercepat pembentukan jaringan granulasi. Epitalisasi sendiri secara umum memiliki tujuan yang sama dengan debridement, yaitu mempercepat pertumbuhan jaringan granulasi yang berimplikasi pada proses penyembuhan luka. Epitelisasi dilakukan dengan memberikan suasana yang lembab dan aseptik pada luka sehingga memungkinkan perkembangan jaringan baru lebih cepat (Sabarahi, 2010). Epitelisasi dapat dilakukan dengan menggunakan balutan konvensional dan balutan moderen. Pada metode balutan konvensional digunakan kasa yang dibasahi dengan NACl 0,9% kemudian kasa ditempel pada luka dengan tujuan memberikan suasana lembab. Sedangkan balutan moderen memiliki beragam bentuk diantaranya hydrocolloid dressing, hydrogel dressing, alginate dressing, semi permeable film dressing (Morris, 2006). Balutan moderen mempunyai cara

4 4 kerja yang kurang lebih sama, yaitu menciptakan suasana moist atau lembab pada luka dan menyerap eksudat yang diproduksi pada luka (Morris, 2006). Manajemen luka bakar derajat II sendiri tetap berfokus pada proses pembentukan jaringan granulasi dan penggantian jaringan kulit yang rusak. Metode yang sering digunakan adalah metode konvensional baik dengan perawatan terbuka maupun perawatan tertutup. Perawatan terbuka dilakukan pada luka bakar yang terjadi di lokasi yang sempit seperti muka, leher, dan perineum. Sedangkan perawatan tertutup yaitu luka dibalut dengan kasa steril dilakukan pada luka bakar derajat II yang luas (Smeltzer & Bare, 2002). Perawatan luka bakar derajat II memerlukan waktu yang cukup lama terutama pada luka bakar yang luas tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit mengingat penggantian balutan yang dilakukan setiap hari untuk menjaga kondisi luka tetap steril dan lembab. Selain itu, penggunaan balutan saja ternyata masih memakan waktu yang cukup panjang untuk proses penyembuhan luka bakar derajat II, terutama luka bakar yang luas. Untuk luka bakar derajat I memerlukan waktu penyembuhan 8-15 hari sedangkan pada luka bakar derajat II memerlukan waktu penyembuhan selama 14 hingga 21 hari. Sedangkan perawatan menggunakan obat topikal menunjukkan waktu penyembuhan yang dibutuhkan pada luka bakar derajat II adalah 10 hingga 14 hari (Adrianto, 2003). Hal ini mendasari diperlukannya inovasi terkait metode perawatan luka bakar yang mengkombinasikan konsep moist dan agen yang mampu menstimulasi epitelisasi sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan lebih cepat namun tetap dengan biaya yang terjangkau.

5 5 Di masyarakat sendiri banyak jenis tanaman tertentu yang biasa digunakan secara empiris untuk menangani luka bakar secara alami. Berbagai penelitian tentang perawatan luka bakar menggunakan tumbuhan Indonesia telah dilakukan diantaranya daun pegagan, lidah buaya, madu, coconut oil, dan lain-lain. Salah satu tanaman yang sering digunakan untuk menangani luka bakar adalah daun pisang (Syamsuhidayat et al, 1991). Daun pisang (Musa paradisiaca) telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam perawatan luka bakar. Kelebihan daun pisang dibandingkan tanaman lain diantaranya daun pisang memiliki lapisan lilin, memberikan sensasi dingin, sangat mudah ditemukan dan dikembangbiakan, dan murah (Robmatun, 2008). Sensasi yang dingin mencegah penyebaran termal melalui dermis sehingga mengurangi luas area luka bakar (Akolekar, 2003). Lapisan lilin yang terdapat pada permukaan daun pisang mampu mengurangi penguapan melalui luka bakar. Hal ini merupakan poin penting dalam penatalaksanaan luka bakar akut (Evi, 2008). Penggunaan daun pisang sebagai balutan pada luka bakar sangat mudah. Daun pisang biasanya ditempelkan langsung pada luka setelah dibersihkan menggunakan larutan alkohol atau NaCl 0,9% (Akolekar, 2003). Prinsip sterilisasi tetap diutamakan mengingat luka bakar akut memiliki potensi infeksi yang sangat besar. Sensasi dingin yang ditimbulkan akan memberikan rasa nyaman bagi pasien sehingga mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien (Gore, 2003). Karena diaplikasikan langsung pada luka tanpa melalui proses kimiawi, maka biaya yang diperlukan sangatlah murah terlebih daun pisang mudah ditemui di Indonesia karena populasinya yang berlimpah.

6 6 Di India, daun pisang telah digunakan sejak tahun 1996 sebagai salah satu alternatif balutan untuk perawatan luka bakar karena sifatnya yang ideal sebagai balutan dan murah. Akolekar (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan daun pisang sebagai balutan membutuhkan biaya yang paling sedikit dibandingkan penggunaan balutan konvensional lainnya. Gore (2003) juga menyatakan bahwa balutan dengan daun pisang 11 kali lebih murah dibandingkan balutan dengan daging kentang, salah satu alternative balutan yang digunakan di departemen bedah di India (Gore, 2003). Terlepas dari kelebihan daun pisang secara fisik, daun pisang ternyata memiliki kandungan senyawa yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka bakar. Alisi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa daun pisang mengandung senyawa glikosida, antosianin, tannin, flavonoid, dan karbohidrat (Alisi, 2008). Senyawa ini berhubungan dengan aktifitas antimikrobial dalam proses penyembuhan luka (Alisi, 2008). Dalam lingkup klinik, prinsip penanganan pasien salah satunya adalah nonmaleficience yaitu tidak merugikan pasien. Penggunaan daun pisang sebagai alternative balutan dapat mendukung prinsip ini karena harganya yang paling murah dibandingkan balutan lainnya. Namun dibalik manfaat dan kelebihan daun pisang sebagai alternatif balutan yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa kelemahan yang perlu ditemukan solusinya terkait dengan aplikasi daun pisang sebagai balutan. Beberapa diantaranya yaitu daun pisang tidak dapat disimpan lebih dari 7 hari karena memungkinkan berkembangnya jamur pada lapisan daun (Gore, 2003). Selain itu, karakteristik daun yang mudah robek membuat petugas kesehatan yang

7 7 menggunakannya harus ekstra hati-hati agar permukaan daun dapat menutupi seluruh area luka terutama pada luka bakar yang luas. Balutan yang tidak menutupi seluruh permukaan luka akan meningkatkan resiko infeksi pada luka (Gore, 2003). Idealnya perawatan luka bakar dilakukan dengan menggunakan balutan, baik berupa balutan konvensial maupun balutan moderen. Penggunaan balutan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses penyembuhan luka, memberikan rasa nyaman, mencegah perdarahan dengan memberikan tekanan pada vena disekitar luka, dan mencegah terjadinya infeksi (Carville, 2005). Balutan yang ideal harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini yaitu menyerap eksudat, menjaga kondisi luka tetap lembab, memberikan barier bagi invasi patogen, dapat dilepaskan tanpa menimbulkan trauma pada jaringan baru, mudah digunakan, dan efisien dari segi biaya (Carville, 2005). Sedangkan Gore (2003) dalam jurnalnya yang berjudul Banana Leaf Dressing for Partial Thickness Burn Wounds menyatakan bahwa balutan yang ideal untuk luka bakar haruslah terbuat dari bahan yang tidak menempel pada luka, tidak menimbulkan alergi, tidak bersifat toksik, memberikan sensai nyeri yang minimal saat digunakan, murah, dan mudah diaplikasikan (Gore, 2003). Rohmatun (2008) meneliti efek dari daun pisang dalam bentuk salep dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Bentuk salep dipilih karena praktis, tidak lengket, dan nyaman saat digunakan (Evi, 2008). Namun bentuk salep tidak memberikan suasana lembab pada luka yang merupakan suasana optimal pada

8 8 proses penyembuhan luka. Sehingga perlu dikembangkan sediaan yang praktis, nyaman, murah, dan tentunya memberikan suasana yang lembab pada luka bakar. Hydrogel merupakan salah satu balutan yang sering digunakan di klinik karena memberikan beberapa keuntungan yaitu mampu menyerap eksudat, menciptakan suasana lembab yang memfasilitasi proses penyembuhan luka, mengurangi nyeri karena memberikan sensasi dingin (Carville, 2005). Sifat gel ini dapat dijadikan dasar untuk membuat alternative balutan untuk luka bakar. Sediaan gel dipilih karena dapat bertahan lebih lama, tidak berbau, tidak mengiritasi kulit, dan praktis (Prasetyo, 2008). Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak daun pisang (Musa paradisiaca) terhadap waktu penyembuhan luka bakar derajat II pada mencit. 3.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh pemberian gel ekstrak daun pisang (Musa paradisiaca) terhadap waktu penyembuhan luka bakar derajat II pada mencit? 3.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak daun pisang (Musa paradisiaca) terhadap waktu penyembuhan luka bakar derajat II pada mencit Tujuan Khusus

9 9 a. Mengidentifikasi waktu penyembuhan luka bakar derajat II pada mencit menggunakan NaCl 0,9% pada kelompok kontrol b. Mengidentifikasi waktu penyembuhan luka bakar derajat II pada mencit yang diberikan gel ekstrak daun pisang (Musa paradisiaca) pada kelompok perlakuan c. Menganalisa waktu penyembuhan luka bakar antara perawatan menggunakan NaCl 0,9% dengan gel ekstrak daun pisang (Musa paradisiaca). 3.4 Manfaat Penelitian Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terkait pengobatan alternatif dalam pelayanan kesehatan dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode perawatan luka bakar bagi masyarakat.

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2010). Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang

I. PENDAHULUAN. Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar tersebut mendominasi persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh, baik lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

Lebih terperinci

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS. PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS Oleh L.Sofa 1) S.Yusra 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya suatu jaringan karena kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka adalah suatu cedera dimana kulit robek, terpotong, tertusuk, atau trauma benda tumpul yang menyebabkan kontusi. Luka dikategorikan dua jenis yaitu luka terbuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka tekan (pressure ulcer) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA MENCIT

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA MENCIT SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA MENCIT OLEH : LUH PUTU CITRA DEWI JAYANTI NIM. 1002105071 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka adalah hilangnya atau rusaknya

Lebih terperinci

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MODERN MOIST WOUND HEALING DAN TERAPI KOMPLEMENTER NaCl 0,9% + MADU ASLI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA KAKI DIABETIK DERAJAT II DI RSUD BANGKINANG Ns. Riani, S.Kep.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses penyembuhan luka. Pada dasarnya luka akan sembuh dengan sendirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. proses penyembuhan luka. Pada dasarnya luka akan sembuh dengan sendirinya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Winter (1962), melalui penelitian yang dilakukan di Landmark, menunjukan hasil perawatan luka pada suasana lembab sangat membantu dalam proses penyembuhan luka.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Luka bakar merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang cukup serius pada masyarakat. Karena di samping dampak terhadap kesehatan yang tinggi apabila tidak ditangani

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun oleh: DAHRU BUNYANIAH

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka adalah suatu gangguan kontiniutas struktur jaringan. Cedera,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka adalah suatu gangguan kontiniutas struktur jaringan. Cedera, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah suatu gangguan kontiniutas struktur jaringan. Cedera, pembedahan atau kecelakaan menyebabkan kerusakan jaringan, gangguan pembuluh darah dan ekstravasasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

b) Luka bakar derajat II

b) Luka bakar derajat II 15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu sebagai termoregulasi, sintesis metabolik, dan pelindung. Adanya suatu trauma baik itu secara

Lebih terperinci

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan disebabkan oleh kecelakan pada kendaraan. Kematian tertinggi akibat luka bakar di dunia terdapat di Finldania

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh semua orang di dunia. Besar kecilnya luas luka menjadi penentu dalam memberikan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak terhadap panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma akibat sengatan listrik merupakan jenis trauma yang bisa berakibat fatal bagi manusia karena mempunyai nilai resiko kematian yang tinggi. Sekitar 50% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION. Saya yang

PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION. Saya yang PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION Lampiran 1a Tanggal : ----------------- Pukul : -------------- WIB Tempat : ------------------------ Assalamualaikum,.apa kabar bapak dan ibu?. ---------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan heterogen ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah atau sering disebut hiperglikemia yang biasanya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu. Zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut data World Fire Statistic Center (2008) Singapura pada tahun 2003-2005 tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian luka bakar

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan yang di akibatkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan

Lebih terperinci

Disusun Oleh Yuliati.,SKp.,MM.,M.Kep

Disusun Oleh Yuliati.,SKp.,MM.,M.Kep MODUL PENANGANAN KASUS LUKA BAKAR MATA KULIAH KEPERAWATAN KRITIS NSA635 Materi Luka Bakar Disusun Oleh Yuliati.,SKp.,MM.,M.Kep 1 / 12 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2017 2 / 12 LUKA BAKAR A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu jaringan (James, dkk., 2010). Sedangkan yang dimaksud dengan teknik eksisi adalah penghilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran dapat berisiko menimbulkan luka, hal ini yang membuat ketidaknyamanan pasien. Luka dapat terjadi secara sengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar penyusun tubuh manusia yang memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai pengatur keluar masuknya air, pengatur suhu, pelindung

Lebih terperinci

165

165 164 165 166 167 168 169 LEMBAR PERMOHONAN PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Semarang, Jawa Tengah Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Stevano V. Salawaney NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998).

BAB I KONSEP DASAR. trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis adalah Diabetes Melitus (DM). Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis adalah Diabetes Melitus (DM). Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan

Lebih terperinci

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai cedera pada jaringan akibat kontak dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1 Luka bakar merupakan salah satu cedera

Lebih terperinci

Yuliati. Program Studi Ilmu Keperawatan U. Esa Unggul. Riset, Maret 2013 ABSTRAK

Yuliati. Program Studi Ilmu Keperawatan U. Esa Unggul. Riset, Maret 2013 ABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN TERAPI BURNAZINE DENGAN TERAPI MEBO TERHADAP LAMA HARI RAWAT DAN BIAYA OBAT PASIEN LUKA BAKAR GRADE II DI UNIT LUKA BAKAR RUMAH SAKIT SWASTA X JAKARTA. Yuliati Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas (thermal), arus listrik (electrict), bahan kimia (chemycal), dan radiasi (radiation) yang mengenai kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegagan merupakan salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di negara Asia. Di India dan China, pegagan digunakan sebagai obat untuk penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biopsi adalah pengambilan jaringan dari tubuh makhluk hidup untuk mendapatkan spesimen histopatologi dalam upaya membantu menegakkan diagnosis (Melrose dkk.,

Lebih terperinci

Use of Metronidazole Gel to Control Malodor in Advanced and Recurrent Breast Cancer

Use of Metronidazole Gel to Control Malodor in Advanced and Recurrent Breast Cancer ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Use of Metronidazole Gel to Control Malodor in Advanced and Recurrent Breast Cancer DISUSUN OLEH: SUPRIYADI 1111040075 PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka bakar merupakan salah satu bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun bencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musa Paradisiaca 2.1.1 Definisi Musa paradisiaca merupakan tanaman yang berasal dari family Musaceae yang juga tergolong dalam genus Musa (Kumar, 2012). Spesies ini juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan

Lebih terperinci

Bab 9 Masalah-masalah Bedah yang sering dijumpai Luka Bakar

Bab 9 Masalah-masalah Bedah yang sering dijumpai Luka Bakar PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Bab 9 Masalah-masalah Bedah yang sering dijumpai Luka Bakar Catatan Fasilitator Uraian kasus Alisa, adalah anak perempuan berusia 10 bulan, dibawa ke RSUD Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi kecenderungan operasi sesar (SC) semakin diminati orang. Angka kejadian operasi sesar di Amerika Serikat meningkat dari 5,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m 2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci