V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI. 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI. 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok"

Transkripsi

1 P Bujur P Lintang V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok Kondisi Geografi Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan salah satu dari dua pulau yang membentuk Propinsi o Nusa Tenggara Barat, selain Pulau Sumbawa. Pulau Lombok terletak pada 115P P46 117P o Timur dan 8P P12 9P o o Selatan. Wilayahnya dibatasi oleh Selat Lombok di bagian Barat, Samudra Indonesia di bagian Selatan, Laut Jawa di bagian Utara, dan Selat Alas di bagian Timur. 2 Luas wilayah Pulau Lombok sebesar kmp P yang terbagi dalam 5 wilayah administratif kabupaten/kota, yaitu (1) Kabupaten Lombok Barat berada di 2 bagian Barat-Baratdaya dengan luas wilayah kmp P dan beribukota di Gerung, 2 (2) Kota Mataram di bagian Barat-Tengah dengan luas wilayah 61.0 kmp P, () Kabupaten Lombok Utara terletak di bagian Utara dan membentang dari Barat 2 hingga ke Tmur Pulau Lombok, dengan luas wilayah kmp P dan beribukota di Bayan, (4) Kabupaten Lombok Tengah berlokasi di bagian Tengah hingga Selatan 2 Pulau Lombok dengan luas wilayah kmp P beribukota di Praya, dan (5) Kabupaten Lombok Timur berada di bagian Timur membentang dari Utara hingga 2 Selatan, dengan luas kmp P dan beribukota di Selong. Secara hidrologis Propinsi Nusa Tenggara Barat terbagi atas 2 Satuan Wilayah Sungai (SWS) yaitu SWS Pulau Lombok dan SWS Pulau Sumbawa. SWS Pulau Lombok dibagi kedalam 4 Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS), yaitu SSWS Dodokan, SSWS Jelateng, SSWS Menanga dan SSWS Putih. Dalam penelitian ini pembagian wilayah Pulau Lombok mengikuti pembagian wilayah atas dasar aliran hidrologis, sehingga data-data sekunder yang disajikan atas dasar pembagian

2 114 wilayah administratif diklasifikasi ulang menjadi atas dasar satuan wilayah hidrologis dengan jalan menelusuri data hingga ke satuan wilayah desa. Jika satu desa masuk dalam lebih dari satu wilayah SSWS, maka data diestimasi secara tertimbang atas dasar luas wilayah DAS yang melalui desa tersebut Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Anggota Rumahtangga Jumlah penduduk Pulau Lombok mencapai.4 juta orang pada tahun 2000, meningkat menjadi.6 juta pada tahun 2005, dan mencapai.8 juta pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan mencapai jiwa. Jumlah penduduk Pulau Lombok dan distribusimya menurut kabupaten disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Pulau Lombok dan Distribusinya Menurut Kabupaten, Tahun No. Kabupaten/Kota Th.2000 Tahun 2005 Tahun 2009 Jml. (jiwa) Kpdtn. (jw/km2) Jml. (jiwa) Kpdtn (jw/km2) Jml. (jiwa) Kpdtn (jw/km2) 1. Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Pulau Lombok Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Meskipun Kota Mataram memiliki jumlah penduduk paling kecil diantara kabupaten/ kota lainnya (9.47%), namun merupakan wilayah paling padat karena sebagai ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat selain merupakan pusat pemerintahan, juga merupakan pusat perekonomian. Kabupaten Lombok Timur memiliki jumlah penduduk terbesar diantara kabupaten lainnya, namun karena wilayahnya relatif luas, maka kepadatan penduduknya tidak lebih tinggi dari

3 115 Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Barat. Kabupaten Lombok Utara yang merupakan kabupaten termuda, pecahan dari Kabupaten Lombok Barat, memiliki kepadatan penduduk terendah, hal ini dikarenakan kabupaten ini memiliki luas lahan terluas, wilayahnya banyak berupa hutan dan perbukitan. Jumlah penduduk di Pulau Lombok meningkat pesat pada masa sebelum tahun 1990 (Tabel 9), dan gencarnya kampanye Gerakan Keluarga Berencana yang mencanangkan Dua Anak Cukup telah berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 2.2% pada periode menjadi 1.25% per tahun pada dasa warsa berikutnya. Perubahan paradigma program Keluarga Berencana lebih kearah terbentuknya keluarga sejahtera dan peningkatan kesehatan reproduksi yang lebih memberikan kebebasan pilihan dalam program Keluarga Berencana telah sedikit menaikkan kembali laju pertumbuhan penduduk menjadi 1.52% per tahun pada periode Tabel 9. Tingkat Pertumbuhan Penduduk atas Dasar Wilayah Administratif di Pulau Lombok, Tahun No. Kabupaten/Kota Pertumbuhan Penduduk (%) Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Pulau Lombok Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Berdasarkan data penduduk yang disusun atas dasar wilayah administratif tersebut di atas dilakukan estimasi jumlah penduduk atas dasar wilayah hidrologis (Tabel 10) dengan jalan menimbang luas desa dalam kecamatan yang masuk dalam suatu wilayah SSWS dan jumlah penduduknya.

4 116 Tabel 10. Jumlah Penduduk dan Distribusinya Antar SSWS di Pulau Lombok, Tahun No, SSWS Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2009 Tahun 2010* 1. Dodokan Jelateng Menanga Putih Pulau Lombok Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Keterangan: *) hasil estimasi SSWS Dodokan memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan lainnya, selain karena wilayahnya terluas, juga karena pusat-pusat kota dan pusat perekonomian ada di wilayah SSWS Dodokan, sehingga penduduk terkonsentrasi di SSWS ini. SSWS Jelateng memiliki jumlah penduduk paling sedikit, karena selain wilayahnya paling kecil, juga merupakan daerah kering dan letaknya jauh dari pusat perekonomian. Tabel 11. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Atas Dasar Wilayah Hidrologis di Pulau Lombok, Tahun No. SSWS Pertumbuhan (%) Dodokan Jelateng Menanga Putih Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Pertumbuhan penduduk menurut wilayah SSWS diestimasi dengan mengambil nilai rata-rata dari nilai tingkat pertumbuhan penduduk kabupaten yang berada pada wilayah setiap SSWS (Tabel 11). Selain memiliki jumlah penduduk

5 117 terbesar SSWS Dodokan juga memiliki laju pertumbuhan penduduk paling tinggi dibandingkan SSWS lainnya, kecuali pada periode , sedikit lebih rendah dari SSWS Putih. Ukuran keluarga masyarakat Pulau Lombok secara umum adalah sedang, dengan rata-rata anggota keluarga.74 orang. Ukuran keluarga pada setiap SSWS relatif tidak berbeda, dengan kisaran antara orang per rumahtangga. Jumlah rumahtangga dan jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah penduduk, Jumlah Anggota Rumahtangga dan Jumlah Rumahtangga SSWS di Pulau Lombok, Tahun 2010 SSWS Jumlah Penduduk* (Jiwa) Jumlah Anggota Rumahtangga (Jiwa/rumahtangga Jumlah Rumahtangga Dodokan Jelateng Menanga Putih Pulau Lombok Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Keterangan : *) Hasil Estimasi Kondisi Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian memegang peran dominan dalam perekonomian Pulau Lombok, ditandai oleh besarnya penyerapan tenaga kerja yang mencapai 8.65% pada tahun 2009 dan besarnya sumbangan PDRB yang mencapai 0.45% pada tahun 2005, namun terus mengalami penurunan hingga hanya mencapai 27.74% pada tahun 2007 dan 27.42% pada tahun Terus berkembangnya Pulau Lombok sebagai tujuan wisata telah mendorong berkembangnya Sektor Pariwisata sehingga menduduki peringkat berikutnya dengan sumbangan PDRB masing-masing sebesar 18.6% pada tahun 2005, dan memiliki kecenderungan terus meningkat pada setiap

6 118 tahunnya, hingga pada tahun 2007 mencapai 19.8% dan 20.1% pada tahun Peranan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih masih sangat kecil dibandingkan sektor lainnya (berkisar 0.41%), namun hal ini dikarenakan yang dihitung dalam sektor ini hanya kontribusi air yang diolah oleh PDAM, sedang penggunaan air pada sektor ekonomi lainnya tidak diperhitungkan secara khusus, namun sudah termasuk dalam perhitungan PDRB masing-masing sektor. Besarnya PDRB dan kontribusi masingmasing sektor pada periode disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Pulau Lombok Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Periode No Sektor Dalam Juta Rupiah (Persen dari Total PDRB) 1. Pertanian (0.45) (28.44) (27.74) (27.47) (27.5) 2. Pertambangan dan galian (2.91) (2.99) (.02) (.02) (.02). Industri Pengolahan (7.24) (7.44) (7.61) (7.74) (7.84) 4. Listrik, gas dan Air bersih (0.40) (0.41) (0.41) (0.41) (0.41) 5. Bangunan (9.19) (9.41) (9.55) (9.64) (9.69) 6. Perdagangan, Hotel dan R. Makan (18.60) (19.45) (19.77) (19.86) (19.88) 7. Transportasi dan Komunikasi (10.92) (11.44) (11.72) (11.85) (11.92) 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan (6.94) (7.20) (7.0) (7.6) (7.9) 9. Jasa-jasa/services (1.5) (1.22) (12.88) (12.65) (12.50) Total Pulau Lombok (100) (100) (100) (100) (100) Pertumbuhan Ekonomi Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur,

7 119 Tingkat pertumbuhan ekonomi selama 5 terakhir (Tabel 14) relatif tidak berbeda setiap tahunnya, yaitu berkisar 4 6% per tahun, namun menunjukkan kecenderungan meningkat. Tingkat laju pertumbuhan ini masih sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4.9% pada tahun Tabel 14. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Wilayah Administratif di Pulau Lombok, Tahun Kabupaten/Kota Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Pulau Lombok Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Laju pertumbuhan ekonomi Kota Mataram tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya, karena kota Mataram merupakan ibukota propinsi dan sekaligus pusat perekonomian di Pulau Lombok. Dominannya perekonomian Kota Mataram menyebabkan tingginya laju pertumbuhan ekonomi SSWS Dodokan (Tabel 15) dibandingkan wilayah SSWS lainnya. Tabel 15. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Wilayah SSWS Pulau Lombok, Tahun No. SSWS Th Th Th 2007 Th Th Dodokan Jelateng Menanga Putih Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur,

8 Profil Sumberdaya Air di Pulau Lombok Penggunaan air di Pulau Lombok bersumber dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan bumi yang dapat berasal dari limpasan air hujan, dan atau aliran mata air yang mengalir melalui sungai-sungai, kanal, atau tertampung dalam danau, bendungan, dan lainnya. Berdasarkan aliran hidrologisnya dan kepentingan pengelolannya Tata Air Permukaan Pulau Lombok dikelompokkan kedalam 4 Sub Satuan Wilayah Sungai yaitu SSWS Dodokan, Jelateng Menanga dan Putih (Lampiran 1) yang terdiri dari kumpulan DAS, Daerah Irigasi, bendungan serta embung (DAM berukuran kecil). Secara umum wilayah bagian Utara Pulau Lombok lebih basah dibandingkan bagian Selatan. Hal ini disebabkan di Wilayah Utara terdapat Gunung Rinjani dengan kawasan hutan relatif luas, sedang Wilayah Selatan merupakan dataran rendah dengan dominasi vegetasi perdu dan hutan dengan luas terbatas. SSWS Dodokan merupakan daerah paling basah diantara SSWS lainnya, 2 wilayahnya paling luas (1 898 kmp P) meliputi bagian Tengah Pulau Lombok, membentang dari pantai Barat hingga hampir bagian Timur, wilayah administratifnya meliputi 4 kabupaten/kota yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan sebagian kecil Lombok Timur. SSWS Dodokan memiliki potensi air tertinggi sebesar juta mp Pper tahun, berasal dari limpasan air hujan dan 40 mata air. Daerah terkering adalah SSWS Jelateng, dengan luas 2 wilayah terkecil (608. kmp P) terletak di bagian Selatan Pulau Lombok, wilayah administratifnya meliputi Kabupaten Lombok Tengah bagian Selatan dan Kabupaten Lombok Barat bagian Selatan. SSWS Jelateng tidak memiliki mata air, bendungan ataupun embung, air aliran DAS berasal dari hulu wilayah Utara, karena merupakan daerah hilir maka ketersediaan air relatif terbatas.

9 121 SSWS Putih terletak di bagian Utara Pulau Lombok, wilayah administratifnya meliputi Kabupaten Lombok Utara, sebagian kecil Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur bagian Utara. Sama halnya SSWS Dodokan, SSWS Putih juga terletak di sekitar kawasan hutan Gunung Rinjani, oleh karenanya cukup kaya akan cadangan air terutama air tanah. Karena topografinya merupakan dataran tinggi, ketersediaan air permukaan agak terbatas sehingga daerahnya sedikit lebih kering. Pembangunan sumur pompa merupakan alternatif sumber air bagi irigasi sektor pertanian maupun penggunaan lainnya, selain pembangunan embung-embug penampung air hujan. SSWS Mananga terletak di bagian Timur Pulau Lombok, wilayahnya meliputi Kabupaten Lombok Timur. Daerah ini relatif agak kering, namun karena lokasinya relatif dekat dengan kawasan hutan Gunung Rinjani, memiliki cadangan air tanah cukup baik sehingga berpotensi untuk dibangun sistem irigasi pompa. Mata air sebagai salah satu sumber penting bagi ketersediaan air permukaan tersebar di SSWS kecuali SSWS Jelateng (Lampiran 2). Terdapat 95 buah mata air di Pulau Lombok dengan total debit liter per detik, 40 buah diantaranya berada di SSWS Dodokan dengan total debit liter per detik, 5 buah berada di SSWS Mananga dengan total debit 670 liter per detik dan 2 buah di SSWS Putih dengan debit 190 liter per detik. Air Permukaan mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) atau tersimpan dalam bendungan. Jumlah DAS, bendungan, potensi air yang dimiliki dan luas wilayah pada setiap SSWS disajikan pada Tabel 16, dan secara rinci disajikan pada Lampiran dan 4.

10 122 Tabel 16. Profil Sumber Air Permukaan di Pulau Lombok, Tahun 2009 SSWS JML MATA BENDUNG/ POTENSI AIR LUAS WILAYAH JML DAS 2 AIR DAM (juta mp P/th) (kmp P) Dodokan Menanga Jelateng Putih Jumlah Sumber: Bappeda, Tahun 2009 dan Balai Hidrologi, Tahun 2004 Terdapat 2 bendungan dengan kapasitas besar yaitu Bendungan Batujai 2 dengan luas daerah tangkapan air sebesar 169 kmp P, kapasitas tampung air sebesar 25 juta mp P, mampu menyediakan air irigasi bagi 250 ha sawah dan Bendungan Pengga dengan luas daerah tangkapan sebesar 40 km2, kapasitas tampung air sebesar 27 juta m dengan jangkauan layanan air irigasi seluas 585 ha sawah. Kedua bendungan tersebut terletak di Desa Batujai dan Pelambik Kecamata Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Selain dalam bendungan, air permukaan juga ditampung secara tradisional oleh masyarakat dalam dam berukuran kecil yang disebut embung. Jumlah embung, kapasitas air dan luas layanan irigasi disajikan pada Tabel 17, sedang data setiap embung secara rinci disajikan pada Lampiran 4 dan 5. Tabel 17. Keragaan Embung Pemerintah dan Embung Desa/Rakyat di Pulau Lombok, Tahun 2010 No. SSWS Embung Pemerintah Embung Desa/Rakyat Jmlh Kapasitas (M) Areal yg diairi (Ha) Jmlh Kapasitas (M) Areal yg diairi (Ha) 1. Dodokan Menanga Jelateng Putih Jumlah Sumber: Bappeda Pripinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010

11 12 Selain itu juga terdapat sebuah danau yaitu Danau Segara Anak yang terletak 2 di puncak Gunung Rinjani dengan luas genangan kmp P, kedalaman 200 m, dan daya tampung air sebesar 1 75 juta mp P. Hampir seluruh sungai di Pulau Lombok berhulu di Danau Segara Anak. Menurut Undang-Undang no 7 tahun 2004 pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Terdapat cekungan air tanah di Pulau Lombok yaitu Mataram-Selong yang wilayahnya meliputi Lombok bagian Tengah dengan potensi air bebas sebesar 662 juta mp tahun dan air tertekan sebesar 8 juta mp P/tahun dan Cekungan Tanjung-Sambelia di bagian Utara dengan potensi air bebas sebesar 224 juta mp tahun dan air tertekan sebesar 22 juta m/tahun. Sedang wilayah Lombok bagian Selatan (Sekotong- Awang) belum ditetapkan sebagai wilayah cekungan air tanah (Lampiran 6). Penggunaan air tanah dilakukan dengan jalan membuat sumur dan memompa air tanah ke permukaan. Air tanah digunakan oleh berbagai sektor ekonomi seperti rumahtangga, PDAM, perusahaan air minum kemasan, pertanian, industri dan pariwisata, untuk memenuhi berbagai keperluan diantaranya sebagai sumber air minum, sanitasi, air baku, irigasi dan lainnya. Penggunaan air sumur oleh rumahtangga dan beberapa industri kecil (sebagian besar industri pangan) berasal dari sumur dangkal dengan kedalaman berkisar -1 meter. Sedang penggunaan air tanah untuk keperluan dalam skala besar seperti bahan baku perusahaan air minum kemasan, irigasi, pariwisata (hotel) dan perusahaan lainnya berasal dari sumur dalam dengan kedalaman meter.

12 124 Penggunaan air tanah untuk irigasi diterapkan pada daerah-daerah kering dimana tidak terdapat jaringan irigasi teknis maupun setengah teknis. Wilayahnya meliputi Pulau Lombok Bagian Timur, Lombok Utara dan Selatan. Jumlah sumur irigasi air tanah disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Data Irigasi Sumur Pompa (Air Tanah) di Pulau Lombok, Tahun 2010 No. SSWS Jumlah sumur (Buah) Kondisi Sumur Operasi Rusak Luas Lahan (Ha) 1 Dodokan Jelateng Putih Mananga Jumlah Sumber: Dinas Kimpraswil NTB, Tahun Tabel 19. Rata-Rata Hari Hujan, Curah Hujan, dan Suhu Udara di Pulau Lombok, Tahun 2009 KOTA MATARAM KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN BLN LOBAR LOTENG LOTIM HH CH (mm) SH o (CP P) HH CH (mm) SH o (CP P) HH CH (mm) SH o (CP P) HH CH (mm) SH o (CP P) NA NA NA NA NA NA NA 6 85 NA NA 0 0 NA NA 0 0 NA NA 0 0 NA NA 1 NA NA 1 0. NA NA 0 0 NA NA NA NA NA 2 RataP NA NA Sumber : Balai Hidologi, Dinas Kimpraswil Propinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun Keterangan : HH = Hari Hujan CH = Curah Hujan SH = Suhu Udara Ketersediaan air baik air permukaan maupun air tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya curah hujan, jumlah hari hujan, suhu udara, penguapan, jenis tanah, luasan dan jenis vegetasi, dan faktor lainnya. Dari data pola jumlah hari

13 125 hujan dan besarnya curah hujan (Tabel 19) dapat disimpulkan bahwa musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April dan bulan kering pada bulan Mei-September. Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram relatif lebih basah dengan ratarata hari hujan sebesar 14.5 hari per bulan dan curah hujan 120 mm dibandingkan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur yang hanya memiliki rata-rata hari hujan 10 dan 6 hari per bulan. 5. Profil Pengguna Sumberdaya Air di Pulau Lombok Pengguna sumberdaya air dapat dikategorikan menjadi 5 sektor, yaitu sektor pemenuhan kebutuhan air rumah tangga (urban services), sektor pertanian, sektor industri, sektor pariwisata, dan kebutuhan lingkungan Sektor Pelayanan Air Domestik Sektor Pelayanan Air Domestik memenuhi kebutuhan masyarakat akan air untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk sanitasi, minum, memasak, mencuci, dan kebutuhan rumahtangga lainnya. Untuk penyederhanaan dalam penelitian ini sumber penggunaan air rumahtangga dibatasi pada penggunaan air PDAM, air minum dalam kemasan dan air sumur. Meskipun terdapat rumatangga yang memenuhi kebutuhan airnya dari sumber lain seperti dari mata air, sendang, sungai, dan sumber lainnya, namun karena jumlahnya relatif sedikit dan tidak ada data jumlahnya, maka dalam penelitian ini diabaikan Air PDAM Terdapat perusahaan air minum di Pulau Lombok, (1) PDAM Menang yang dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram untuk melayani masyarakat Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan

14 126 Kabupaten Lombok Utara, (2) PDAM Praya dibangunan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah untuk melayani kebutuhan air masyarakat Kabupaten Lombok Tengah, dan () PDAM Selong dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur untuk melayani masyarakat Kabupaten Lombok Timur. PDAM Menang merupakan perusahaan air minum pertama yang dibangun di Pulau Lombok, memiliki kapasitas produksi, nilai produksi dan jumlah pelanggan terbesar. Sistem organsisasi dan pembukuan yang dibangun lebih lengkap dan terorganisir lebih baik dibandingkan dua perusahaan lainnya. Sumber air baku utama PDAM berasal dari air permukaan yang bersumber dari mata air pegunungan dan air sungai dengan kualitas yang baik sehingga hanya memerlukan pengolahan minimal, yaitu dengan memberikan gas klor untuk membunuh bakteri (terutama bakteri ekoli) yang ada. Selain air permukaan, PDAM Menang juga menggunakan air tanah berasal dari sumur bor dalam, namun hanya dalam jumlah sangat kecil (4.19% yang berasal dari 2 buah sumur). PDAM Praya menggunakan air baku yang berasal dari mata air, juga menggunakan air Bendung Batujai sebagai air bakunya, dengan mengolah melalui WTP (Water Treatment Plant) terlebih dahulu sebelum didistribusikan kepada pelanggan. PDAM Selong Kabupaten Lombok Timur menggunakan sumber air baku dari air sungai dan mata air. Sumber air baku, kapasitas sumber dan debit masing-masing sumber air baku disajikan pada Tabel 20. Pada tahun 2009 produksi dan distribusi air bersih yang dihasilkan oleh ketiga PDAM mencapai 42.8 dan 0.2 juta mp tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp milyar. Rumahtangga pelanggan PDAM Menang mengkonsumsi air tertinggi dengan rata-rata konsumsi sebesar 455 mp tahun (8 mp bulan), sedang pelanggan PDAM Selong Kabupaten Lombok Timur menduduki posisi berikutnya sebesar 52 mp tahun (28 mp bulan), dan pelanggan PDAM

15 127 PRaya Kabupaten Lombok Tengah sebesar 28 mp tahun (20 mp bulan). Perbedaan tingkat konsumsi ini diduga dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan sumber alternatif pemenuhan kebutuhan air (misal air tanah atau sumur), struktur tarif yang ditetapkan pada masing-masing PDAM, dan pendapatan masyarakat. Tabel 20. Sumber Air Baku Perusahaan Daerah Air Minum di Pulau Lombok, Tahun 2010 No. Sumber Air Baku Lokasi Kapasitas Sumber (liter/dtk) Kapasitas Produksi (liter/dtk) PDAM Menang Kota Mataram MA Sarasuta Desa Lingsar MA Saraswaka Desa Lingsar MA Ranget Desa Sesaot MA Montong Desa Selat MA Orong Petung Desa Sesaot MA Jong Plangka Desa Bentek MA Bangket Desa Bayan MA mandala Desa Bayan SPL Penimbung Ds. Pernimbung BBI Desa Lingsar PDAM Praya Kota Praya MA Aik Bone Desa Aiq Bukak MA Nyeredet Desa Waja Geseng MA Benang Stokel Desa Aiq Berik MA Tibunangklok I Desa Aiq Berik MA Tibunangklok II DesaAiq Berik Waduk Batujai Desa Batujai PDAM Lombok Timur Kota Selong NA Sungai Sambelia Desa sambelia MA Perang Tapen Desa Sikur MA Lemor Desa suwela MA Mencrit Desa Pengadangan MA Otak Koko Desa Otak koko MA Tibu Bunter DesaWajageseng NA 15 7 MA Tetebatu Desa Tetebatu MA Durin Desa Sikur Utara NA 15 9 MA Merobot Desa Sikur NA MA Tojang Desa Lendang Nangke MA Gamang Desa Terare Utara MA Mualan Desa Aikmel MA Kuangpaok Desa Aikmel MA Tirtas Desa Penggal Putik NA MA Aik Ambung Desa Masbagik NA MA Peminyak Desa Keruak NA 15 Sumber: Kantor PDAM Menang, PDAM Praya, dan PDAM Selong, 2010.

16 mp mp P untuk P untuk P untuk tama 128 Rendahnya kualitas air tanah/sumur karena tingginya kandungan logam di daerah sekitar Kota Mataram, yang merupakan konsumen terbesar PDAM Menang, membuat rumahtangga bergantung pada suplai air PDAM untuk memenuhi kebutuhan airnya, sedang di daerah Lombok Tengah dan Lombok Timur kondisi air tanah relatif baik sehingga masyarakat memiliki sumber alternatif yang lebih murah untuk memenuhi kebutuhan airnya. PDAM Menang memgolah dan mendistribusikan air paling banyak diantara PDAM lainnya. Jumlah produksi, jumlah pelanggan dan nilai penjualan masingmasing PDAM disajikan pada Table 21. Tabel 21. Jumlah Pelanggan, Kapasitas Produksi dan Nilai Produksi PDAM di Pulau Lombok, Tahun 2010 Perusahaan Jml Pelanggan (sambungan) Jumlah Produksi Jumlah Distribusi Nilai Produksi (Rp/th) (MP P/th) (MP P/th) PDAM Menang PDAM Praya PDAM Selong Jumlah Sumber: Laporan Produksi dan Keuangan Masing-masing Perusahaan, Tahun Struktur tarif dan penggolongan konsumen pada ketiga perusahaan menganut sistem yang berbeda (Lampiran 7). Secara umum struktur tarif PDAM Menang lebih murah pada setiap golongan konsumen dibandingkan dengan PDAM Praya dan Lombok Timur, hal ini dikarenakan skala produksi PDAM Menang jauh lebih besar ( kali lipat) dari PDAM Praya dan Selong sehingga biaya produksinya lebih rendah. Sebagai contoh, untuk konsumen golongan rumahtangga (terbanyak ada pada kategori golongan IIB), tarif penggunaan air 10 mp PDAM Menang, Rp 106 per mp PDAM Selong. sebesar Rp 500 per PDAM Praya dan Rp per

17 129 Tingkat konsumsi rata-rata air PDAM pada rumahtangga pengguna tunggal sebasar 27.4 mp rumahtangga per bulan atau setara dengan 7.25 mp kapita per bulan. Konsumsi rata-rata air PDAM pada pengguna ganda (conjunctive user) sebesar mp rumahtangga per bulan atau setara dengan 4.86 mp kapita per bulan. Meskipun rata-rata konsumsi air PDAM pada pengguna ganda jauh lebih kecil (hanya 67% dari pengguna tunggal), namun total konsumsi air dari kedua sumber pada rumahtangga pengguna ganda lebih besar dari pengguna tunggal, besarnya mencapai 7.5 mp bulan. rumahtangga per bulan atau 9.92 mp kapita per Air Sumur Meskipun terdapat buah perusahaan air minum (PDAM) di Pulau Lombok, namun karena rumahtangga yang dilayaninya hanya rumahtangga (sekitar 10% dari rumahtangga) maka penggunaan air sumur masih dominan terutama di wilayah Lombok Tengah, Timur, Selatan dan Utara. Rendahnya kualitas (tingginya kandungan zat besi) air sumur dangkal dan relatif luasnya distribusi jaringan air PDAM di kota Mataram menyebabkan penggunaan air sumur dangkal relatif rendah. Terdapat rumahtangga yang menggunakan air PDAM juga menggunakan air sumur. Bagi rumahtangga yang menggunakan dua sumber pemenuhan air ini, penggunaan Air PDAM digunakan lebih untuk memenuhi kebutuhan air minum, memasak dan mandi, sedang air sumur lebih banyak digunakan untuk cuci, menyiram tanaman serta keperluan lainnya. Terdapat dua kategori sumur yaitu sumur dangkal dan sumur dalam. Kedalaman sumur dangkal yang digunakan rumahtangga berkisar antara -20 m, dimana umumnya jika kedalaman sumur kurang dari 7m pengambilan air dilakukan

18 P 10 secara manual dengan menggunakan timba, sedang jika lebih dalam dari 7 m pengambilannya menggunakan pompa air. Sumur dalam dengan kedalaman di atas 20 m ( m) meskipun ada rumahtangga yang memilikinya, namun lebih banyak digunakan oleh perusahaan komersial atau lembaga lainnya yang memerlukan air dalam skala besar. Tingkat penggunaan air sumur pada rumahtangga pengguna sumur tunggal dengan rumahtangga yang menggunakan dua sumber air (conjunctive) sedikit berbeda. Tingkat konsumsi rata-rata air pada penggunaan sumber air sumur tunggal sebesar 24 mp rumahtangga per bulan atau 6.5 mp kapita per bulan, sedang tingkat konsumsi air sumur pada pengguna air dengan sumber ganda sebesar 19 mp per rumahtangga per bulan atau 5.06 mp kapita per bulan. Jumlah rumahtangga pengguna sumur (tunggal dan ganda) dan jumlah penggunaan air tanah selama satu tahun disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga Pengguna dan Penggunaan Air Sumur, Tahun 2010 NO SSWS Jmlh Jml RT Pengguna Konsumsi Jml RT pengguna Penduduk Air Sumur & Air Sumur Air Sumur (Jiwa) PDAM (MP P/tahun) Dodokan Jelateng Menanga Putih Jumlah Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Total Penggunaan air sumur oleh rumahtangga mencapai 270 juta mp tahun, dimana 66% penggunaan tersebut adalah penggunaan oleh rumahtangga wilayah SSWS Dodokan, sedang penggunaan rumahtangga pada wilayah SSWS Jelateng paling kecil hanya mencapai 4% dari seluruh penggunaan.

19 Air Minum Kemasan Terdapat 6 perusahaan air minum kemasan di Pulau Lombok, 2 buah perusahaan unit pengolahan airnya berlokasi di Kota Mataram, 1 buah perusahaan berlokasi di Kabupaten Lombok Barat dan buah perusahaan berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah. Air baku yang diolah untuk air minum kemasan sebagian besar berasal dari air tanah bersumber dari sumur dalam yang dipompa ke permukaan, kecuali perusahaan Adita yang seluruh air bakunya berasal dari mata air Aik Beriq Kabupaten Lombok Tengah, dan Sebagian kecil air baku yang digunakan perusahaan Narmada Awet Muda berasal dari mata air Suranadi. Jumlah produksi air minum kemasan yang diolah pada masing-masing perusahaan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Air yang Diolah pada Perusahaan Air Minum Kemasan di Pulau Lombok Tahun 2009 No. Nama Perusahaan Lokasi SSWS Jml Produksi (MP P/Th) 1 Netral Harum Manis Kota Mataram Dodokan Narmada Awet Muda Kota Mataram Dodokan Tirta Monsegar Kab. Lombok Barat Dodokan NeTeBe Kab. Lombok Tengah Dodokan AMDK Kab. Lombok Tengah Dodokan Adita Kab. Lombok Tengah Putih J u m l a h Setiap perusahaan menghasilkan 4 jenis produk air minum atas dasar ukuran pengemasan, yaitu gallon (19 liter), gelas (200 ml), botol 600 ml dan botol 1500 ml dengan rata-rata persentase secara berturutan sebesar 1.25%, 42.11%, 11.84% dan 14.85%. Jumlah masing-masing produk pada setiap perusahaan disajikan pada Tabel 24. Produksi air minum dalam kemasan gelas diproduksi paling banyak tidak hanya dari sisi jumlah satuan unitnya namun juga dari sisi jumlah air yang

20 12 digunakan. Hal ini dikarenakan kemasan gelas lebih banyak dikonsumsi untuk acara-acara besar, sedang kemasan lainnya lebih banyak dikonsumsi untuk kebutuhan minum perorangan atau keluarga. Tabel 24. Jumlah Produksi Air Minum Kemasan Menurut Jenis Produk Perusahaan Air Minum di Pulau Lombok, tahun 2010 No. Nama Perusahaan Jumlah Produksi / (unit per tahun) Galon Gelas Botol 600ml Botol 1500 ml 1 Netral Harum Manis Narmada Awet Muda Tirta Monsegar NeTeBe AMDK Adita J u m l a h Produk air minum kemasan yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Pulau Lombok saja, namun juga dipasarkan ke Pulau Sumbawa. Selain produk air minum perusahaan lokal, di Pulau Lombok juga beredar air minum kemasan Aqua dan merek lainnya yang diproduksi di luar Pulau Lombok Sektor Pertanian Sumberdaya air merupakan input paling krusial bagi Sektor Pertanian, meskipun selama ini keberadaan sumberdaya air kurang diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan pertanian. Dinas Pertanian dalam membuat perencanaan tanam hanya mempertimbangkan luas lahan, jumlah benih, pupuk, dan pestisida yang harus disediakan, sedang ketersediaan air kurang menjadi pertimbangan dalam mementukan luas areal tanam, dan selalu diasumsikan bahwa ketersediaan dan distribusi air mencukupi baik secara spasial maupun waktu. Demikian juga riset yang dilakukan oleh Lembaga penelitian hanya berfokus pada teknik budidaya seperti studi tentang pengaruh pupuk, penggunaan benih unggul, teknik pengolahan

21 P untuk P untuk P untuk P dengan P yang P untuk P untuk P untuk 1 tanah, dan social ekonomi patani. Penelitian tentang pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap produksi masih sangat terbatas dilakukan, sehingga jika terjadi kekeringan atau kelebihan air dampak terhadap produksi atau kegagalan panen belum bisa diprediksi. Pengelolaan air irigasi dibawah tanggung jawab Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian. Alokasi sumberdaya air dilakukan atas dasar kebutuhan standar yaitu sebesar 1,2 liter per hektar per detik, atau sebesar mp hektar per musim tanam. Sedang alokasi sumberdaya air belum dilakukan atas dasar nilai ekonomi dari suatu kegiatan ekonomi dan pembangunan. Menurut data Balai Hidrologi (2004) kebutuhan air untuk sektor pertanian di Pulau Lombok mencapai juta mp rincian juta mp SSWS Jelateng, juta mp SSWS Dodokan, juta mp SSWS Putih dan juta mp SSWS Menanga. Sedang menurut perhitungan atas dasar alokasi 1.2 liter per hektar per detik dan konsep air maya, kebutuhan air untuk sektor pertanian, khususnya untuk komoditas padi, jagung kedelai dan kacang tanah, sebesar 1 87 juta mp tanaman padi dan 240 juta mp palawija. terdiri 1 6 juta mp Kebutuhan air untuk padi ditentukan atas dasar kebutuhan air yang telah ditetapkan Dinas Kimpraswil dikalikan luas panen padi dikalikan waktu pemberian air. Dalam penelitian ini umur padi diasumsikan 86 hari. Luas tanam, produksi dan kebutuhan air untuk tanaman padi disajikan pada Tabel 25. Luas areal tanam padi di Pulau Lombok mencapai ha dengan produksi sebesar ton dan produktivitas rata-rata sebesar 5.1 ton per ha. SSWS Dodokan dan Menanga merupakan sentra produksi padi di Pulau Lombok,

22 % padi dihasilkan dari wilayah ini. Kebutuhan air untuk irigasi tanaman padi mencapai sekitar 1.6 juta mp tahun. Dari estimasi kebutuhan air ini dapat dihitung kebutuhan air maya untuk padi di Pulau Lombok. Tabel 25. Luas Panen dan Produksi Padi di Pulau Lombok, Tahun 2009 No. SSWS Luas Panen (Ha/tahun) Produksi (Ton/tahun) Produktivitas (Ton/ha) Estimasi Kebutuhan Air (MP P/tahun) 1 Dodokan Jelateng Menanga Putih Jumlah Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Rata-rata kebutuhan air maya padi kering panen sebesar 1748 liter per kg, lebih rendah dari kebutuhan air maya yang dihitung oleh Haryani (2008) sebesar liter per kg. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan dalam sistem usahatani terutama dalam pengolahan tanah. Pengolahan tanah pada Sistem Gogorancah yang diterapkan di Pulau Lombok dilakukan pada kondisi tanah kering sehingga tidak memerlukan air. Kebutuhan air maya tertinggi dialami oleh SSWS Jelateng yaitu sebesar liter per kg, sedang terendah dicapai oleh SSWS Dodokan yaitu sebesar liter per kg. Besarnya kebutuhan air maya untuk komoditas padi ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lahan, dan produktivitas padi di setiap daerah, dimana SSWS Jelateng memiliki produktivitas terendah yaitu hanya 4.75 ton per hektar, sedang SSWS Dodokan mencapai 5.16 ton per hektar. Selain padi usaha pertanian yang dilakukan juga meliputi tanaman palawija berupa jagung, kedele, kacang tanah, dan tanaman sayuran. Produksi dan luas tanam palawija di Pulau Lombok disajikan pada Tabel 26. Dari tabel 26 terlihat bahwa penanaman jagung di Pulau Lombok mencapai hektar dengan produksi

23 mp P untuk P untuk P untuk 15 sebesar ton per tahun dan produktivitas sebesar.16 ton per hektar. Penanaman kedelai mencapai hektar dengan produksi sebesar ton per tahun dan produksititas mencapai 1.2 ton per hektar. Sedang penanaman kacang tanah mencapai hektar dengan produksi sebesar ton per tahun, produktivitas sebesar 1.8 ton per hektar. Tabel 26. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Tanaman Palawija di Pulau Lombok, Tahun 2009 Jagung Kedelai Kacang Tanah No. SSWS L. Lahan (Ha) Produksi (Ton) L. Lahan (Ha) Produksi (Ton) L. Lahan (Ha) Produksi (Ton) 1 Dodokan Jelateng Menanga Putih jumlah Sumber: BPS Kota Mataram, ; BPS Kabupaten Lombok Barat, ; BPS Kabupaten Lombok Tengah, ; BPS Kabupaten Lombok Utara, ; BPS Kabupaten Lombok Timur, Selain sebagai sentra produksi padi, SSWS Dodokan dan Menanga juga sebagai sentra produksi palawija terutama jagung, share produksinya sebesar 85.8%. Produksi Kedelai tertinggi dicapai oleh SSWS Menanga dan Jelateng dengan masing-masing share produksi sebesar 49% dan 9%, sedang produksi kacang tanah dicapai oleh SSWS Dodokan dengan share produksi sebesar 62%. Atas dasar luas lahan dan produksi dari ketiga komoditas tersebut, maka kebutuhan air untuk tanaman palawija dapat dihitung dengan menggunakan kebutuhan air maya dari komoditas tersebut (Tabel 27), yakni sebesar tahun yang terdiri dari mp komoditas jagung, mp kedelai dan mp kacang tanah.

24 16 Tabel 27. Kebutuhan Air untuk Tanaman Palawija di Pulau Lombok, Tahun 2010 No. SSWS Produksi (Ton) Jagung Kedelai Kacang Tanah Kebutuhan Air (MP P) Produksi (Ton) Kebutuhan Air (MP P) Produksi (Ton) Kebutuhan Air (MP P) 1 Dodokan Jelateng Menanga Putih Jumlah Sektor Industri Sektor industri dikelompokkan menjadi industri pangan, sandang, bangunan dan kimia, logam dan elektronika serta kerajinan. Industri pagan yang banyak ditemui di Pulau Lombok berupa industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan makanan setengah jadi seperti pembuatan tahu tempe, kecap, minyak kelapa dan lainnya, dan pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi dodol, keripik, kerupuk, telur asin, dendeng, dan lainnya. Industri sandang terbanyak ditemui berupa industri konveksi, bordir, dan tenun tradisional. Industri bangunan dan kimia didominasi oleh industri pembuatan genteng, bata dan batako, sablon, gypsum, gerabah, meubel dan lainnya. Jenis industri logam dan elektronika terbanyak berupa industri emas dan perak, bengkel las, bengkel mobil, servis elektronik dan lainnya. Industri kerajinan terdiri dari berbagai jenis usaha seperti berbagai jenis anyaman (rotan, bambu, tikar), gerabah, kerajinan kayu, rumput ketak, mainan anak-anak, dan berbagai jenis kerajianan lainnya. Jumlah industri, jumlah tenaga kerja yang mampu diserap, nilai investasi, biaya produksi dan nilai produksi dari industri yang ada di Pulau Lombok disajikan pada Tabel 28. Sektor industri yang tumbuh di Pulau Lombok bukanlah industri manufakture berskala besar, namun lebih pada industri rumah tangga berskala kecil.

25 17 Meskipun demikian peranan sektor industri dalam menggerakkan perekonomian rakyat sangatlah berarti baik dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun sumbangannya dalam menciptakan pendapatan. Tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak orang dengan pendapatan bersih sebesar Rp 196 milyar. Industri kerajinan merupakan industri terbanyak dari sisi jumlah unit usaha (59%), tenaga kerja yang mampu diserap (51%), dan nilai produksi yang dihasilkan (7%). Tabel 28. Jumlah Industri Menurut Jenis Dan Wilayah di Pulau Lombok, Tahun 2009 Jenis Industri Industri Pangan Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp 000) Industri Sandang Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp 000) Industri Kimia/Bangunan Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp 000) Industri Logam/Elektronik Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp000) Industri Kerajinan Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp 000) Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp 000) Nilai Produksi (Rp 000) Nilai Bahan Baku (Rp 000) SSWS DODOKAN SSWS JELATENG SSWS MENANGA Sumber: Dinas Perindustrian Propinsi Nusa Tenggara Barat, SSWS PUTIH Total P. Lombok

26 18 Dilihat dari penyebaran usaha industri pada wilayah SSWS, terlihat bahwa di wilayah SSWS Dodokan terdapat unit usaha, jumlah tenaga kerja yang diserap, investasi yang ditanamkan, dan nilai produksi tertinggi dibandingkan wilayah SSWS lainnya. Hal in selain dikarenakan posisinya yang lebih strategis, wilayah SSWS Dodokan juga memiliki wilayah terluas, terdapat pusat kota dan pusat perekonomian. Dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk penyederhanaan model, sektor industri dikelompokkan menjadi dua yaitu industri pangan dan non pangan. Industri pangan merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi pangan olahan setengah jadi seperti industri tahu tempe, minyak kelapa, kerupuk, gula aren, dan lainnya, maupun olahan makanan jadi seperti aneka dodol, keripik, aneka kue, telur asin, dan lainnya. Industri non pangan adalah industri yang mengolah bahan selain pangan menjadi barang jadi maupun setengah jadi, serta jasa. Untuk penyederhanaan model dalam penelitian ini dipilih industri tahu tempe untuk mewakili industri pangan atas dasar pertimbangan bahwa jumlahnya terbanyak dan menggunakan air cukup tinggi dalam proses produksinya. Air yang digunakan dalam industri tahu dan tempe berasal dari air tanah dari sumur dangkal seperti halnya sumur pada rumah tangga dan air sungai. Air tanah diambil baik secara manual dengan timba maupun dengan pompa listrik. Air digunakan pada hampir setiap tahapan produksi tahu, mulai dari mencuci kedelai, merendam, merebus dan penggilingan. Jumlah air yang diperlukan dalam 1 kali proses produksi tahu dengan menggunakan rata-rata input kedelai 50 kg adalah sebesar 900 liter untuk mencuci dan merendam, 00 liter untuk merebus dan 00 liter untuk menggiling, sehingga keseluruhan berjumlah 1500 liter. Dengan rata-rata produksi sebesar 112 kg, maka

27 19 untuk menghasilkan 1 kg tahu diperlukan air sebesar 1 liter air. Dengan harga ratarata Rp 8000 per kg, maka untuk menghasilkan nilai produksi sebesar Rp 1000 diperlukan air sebesar liter. Sedang proses pembuatan tempe relatif sama dengan pembuatan tahu, kecuali penggilingan tidak diperlukan, sehingga untuk memproses 50 kg kedelai menjadi tempe diperlukan air sebesar 1200 liter. Dengan rata-rata produksi 100 kg senilai Rp 8000 per kg, maka untuk menghasilkan 1 kg tempe diperlukan air sebesar 12 liter atau untuk menghasilkan nilai produk sebesar Rp 1000 diperlukan air sebesar 1.5 liter. Dengan rata-rata penggunaan air sebesar liter per Rp 1000 nilai produksi yang dihasilkan oleh sektor industri pangan, maka untuk menghasilkan Rp 15 milyar nilai produksi industri pangan diperlukan air sebanyak mp P. Industri sandang karena hanya didominasi oleh kegiatan konveksi, menenun dan membordir dimana kegiatan tersebut tidak memerlukan air, maka tidak diperhitungkan dalam model alokasi sumberdaya air ini. Kebutuhan air karyawan diperhitungkan sebagai kebutuhan domestik. Meskipun industri bangunan dan kimia terdiri dari banyak ragamnya seperti pembuatan genteng, bata, batako, sablon, gypsum, gerabah, meubel dan lainnya, namun untuk penyederhanaan model diwakili oleh industri bata, dan genteng. Air dibutuhkan terutama untuk membuat adonan tanah liat, sebanyak 2 liter per bata. Dengan harga rata-rata Rp 200 per bata, maka untuk menghasilkan nilai produksi industri bangunan sebesar Rp milyar diperlukan air sebesar mp P. Jenis usaha industri logam dan elektronika didominasi oleh usaha pandai besi, pengecoran logam, kerajinan emas dan perak, bengkel las, bengkel mobil dan motor, pencucian motor dan mobil, tambal ban dan lainnya. Air merupakan bahan utama dalam usaha pencucian mobil dan motor, dimana penggunaan air rata-rata

28 P 140 untuk pencucian mobil sebesar 0.5 mp P, sedang untuk pencucian motor sebesar 0.25mP P. Terdapat 15 usaha pencucian mobil dan motor dengan rata-rata unit mobil dan motor terlayani per tahun, maka kebutuhan air sebesar mp per tahun. Pada Kerajianan logam dan elektronika, air hanya merupakan komponen bantu dalam jumlah relatif kecil, dengan penggunaan rata-rata 20 liter per unit produk senilai Rp Nilai produksi industri logam dan elektronika selain usaha cuci mobil dan motor senilai Rp 29.7 milyar dan memerlukan air sebesar sebesar mp tahun. Atas dasar ketentuan tersebut maka kebutuhan air untuk industri logam dan elektronika diperkirakan sebesar mp tahun Kerajinan di Pulau Lombok didominasi oleh kerajinan berbagai anyaman seperti anyaman bambu, pandan, tikar mendong, rotan, lidi, daun lontar, rumput ketak, dan kerajinan meubel cukli serta gerabah. Kerajinan gerabah merupakan kerajinan yang membutuhkan air cukup banyak dibandingkan lainnya, terutama untuk membuat adonan tanah liat sebagai bahan utama pembuatan gerabah. Jenis gerabah yang dihasilkan berbeda untuk setiap daerahnya, Di Desa Banyumulek Kabupaten Lombok Barat dan Desa Penujak Kabupaten Lombok Tengah produksi gerabah berupa berbagai macam hiasan (handycraft) bernilai ekonomi tinggi. Sedang di tempat lainnya, produksinya berupa peralatan rumah tangga seperti tungku tanah, periuk, cobek, penggorengan, kendi, tabungan, gentong, dan lainnya, yang memiliki nilai ekonomi lebih rendah. Harga gerabah tidak ditentukan oleh ukuran produk maupun banyaknya bahan yang digunakan, namun lebih ditentukan permintaan dan penawaran serta nilai estetika yang dimiliki produk gerabah. Demikian juga banyaknya air yang digunakan dan nilai yang dihasilkan tidak memiliki hubungan spesifik dengan harga.

29 141 Rata-rata produksi gerabah sebesar unit per tahun dengan harga rata-rata sebesar Rp Kebutuhan air per unit produk bervariasi tergantung ukuran produk atau jumlah bahan baku yang digunakan, berkisar antara 1 15 liter per unit atau rata-rata 7 liter per unit, sehingga kebutuhan air untuk seluruh kerajinan gerabah diprediksi sebesar mp tahun. Kebutuhan air untuk kerajinan lainnya hanya terbatas untuk merendam dan mencuci bahan baku yang digunakan seperti merendam bambu, rumput mendong, rumput ketak, dan lainnya, dengan kebutuhan rata-rata 10 liter per unit produk, maka kebutuhan air untuk industri kerajinan non gerabah untuk menghasilkan unit produk sebesar mp tahun. Total kebutuhan air untuk industri kerajinan sebesar mp tahun. Kebutuhan total sektor industri menurut jenis industri dan wilayah SSWS disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Kebutuhan Air Pada Setiap Jenis Industri di Pulau Lombok, Tahun 2009 Jenis Industri SSWS Dodokan SSWS Jelateng SSWS Menanga SSWS Putih Total (mp P/th) (mp P/th) (mp P/th) (mp P/th) (mp P/th) Pangan Sandang Kimia dan bangunan Logam dan Elektronika Kerajinan Jumlah Sektor Pariwisata Sektor pariwisata menjadi andalan baru bagi pembangunan ekonomi Propinsi Nusa Tenggara Barat, terutama sejak dibukanya kawasan wisata Pantai Senggigi yang memacu cepatnya pertumbuhan pembangunan hotel dan restaurant serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, dan meningkatkan penerimaan devisa. Jumlah hotel, restaurant, wisatawan yang dihasilkan disajikan pada Tabel 0.

I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah

I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah P per P per I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah mendapat perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat luas.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR 187 VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR 7.1 Konsumsi Sumberdaya Air. 7.1.1 Konsumsi Air Tahunan dan Kumulatif Konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA 5.1. PEREKONOMIAN MASING-MASING KABUPATEN/KOTA. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu daerah selama satu tahun sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim,

Lebih terperinci

VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR. Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah

VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR. Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah dilakukan survey terhadap 110 rumahtangga dari ke empat wilayah SSWS di Pulau Lombok. Identitas responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci