I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah"

Transkripsi

1 P per P per I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah mendapat perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat luas. Meningkatnya permintaan sumberdaya air sebagai akibat makin meningkatnya jumlah penduduk, pembangunan ekonomi, dan konsen terhadap kebutuhan lingkungan di satu sisi, dan makin berkurangnya ketersediaan sumberdaya air sebagai akibat dari perubahan iklim, rusaknya hutan sebagai daerah tangkapan air, rendahnya recharge (tingginya run-off), dan tingginya biaya infrastruktur di sisi lain, telah menyebabkan tekanan dan kelangkaan sumberdaya air terus meningkat. Kebutuhan air Wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan signifikan terutama pada periode , dimana kebutuhan air meningkat lebih dari sepuluh kali lipat, dari 26 mp detik menjadi 65 mp detik, dan diprediksi pada tahun 2015 meningkat 45%, dan 12% pada tahun 2020 (ESCAP, 2000). Penggunaan air masih didominasi untuk kebutuhan irigasi (56%), dan karena NTB merupakan daerah pemasok beras nasional, jumlah permintaan air terus meningkat sebesar 8.9% per tahun seiring dengan semakin intensifnya program peningkatan produksi pangan. Kebutuhan air untuk kepentingan domestik juga mengalami peningkatan. Jumlah sambungan air minum PDAM meningkat rata-rata sebesar 6% per tahun, sedang total konsumsi air meningkat dengan rata-rata peningkatan 8% per tahun (Sa diyah, 2007). Pesatnya pembangunan sektor pariwisata selama dua dasawarsa terakhir, dan maraknya pertumbuhan perusahaan air minum kemasan baik yang merupakan perusahaan lokal maupun delokalisasi perusahaan nasional telah menyebabkan eksploitasi sumberdaya air meningkat lebih tajam. Kebutuhan air

2 P untuk P untuk P yang P dan P untuk P per 2 mencapai 4.16 milyar mp terdiri dari 2.2 milyar mp sektor pertanian, juta mp sektor industri, juta mp Puntuk sektor domestik, dan juta mp kebutuhan lainnya (Dinas Kimpraswil Propinsi NTB, 2004). Kebutuhan air di Pulau Lombok dipenuhi dari dua sumber, dari aliran air permukaan berupa aliran sungai, waduk dan embung (dam tradisional berukuran kecil) dan air tanah. Wilayah perairan dikelompokkan dalam 4 Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) yaitu SSWS Dodokan, SSWS Jelateng, SSWS Putih dan SSWS Mananga. Potensi air permukaan dan air tanah ke empat SSWS tersebut dan kebutuhan air pada berbagai sektor penggunanya pada tahun 2004 disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Potensi dan Kebutuhan Air Pulau Lombok Tahun 2004 Potensi (juta m/th) Kebutuhan (juta m/tahun) Neraca (juta m No. SSWS per th) Air Air Permukaan Tanah Jmlh Domestik Pertanian Industri lain jumlah 1. Dodokan Jelateng Menanga Putih Jumlah Sumber : Dinas Kimpraswil Propinsi NTB, 2004 dan Dinas Pertambangan dan Energi Sumber air tanah diperoleh dari Cekungan Air Tanah Mataram-Selong, Cekungan Air Tanah Tanjung-Sambelia dan Cekungan Air Tanah Sekotong-Awang 2 dengan total luas cekungan 4084 kmp memiliki potensi air 1029 juta mp tahun. Luas dan potensi setiap cekungan air tanah yang ada di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat disajikan pada Tabel 2.

3 mp P per P per P per Tabel 2. Potensi Air Pada Setiap Cekungan Air Tanah Pulau Lombok, Tahun 2004 No. Nama Cekungan Air Tanah (CAT) Jumlah Air Tanah [juta mp P/tahun] 2 Luas [KmP P] Bebas Tertekan Stok Ait Tanah (juta m) 1 Mataram-Selong Tanjung Sambelia *) Sekotong AwangP Jumlah Sumber: Dinas Pertambangan Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2004 Dari kedua sumber air tersebut (air permukaan dan air tanah) dapat terlihat bahwa jumlah ketersediaan air (.941 milyar tahun) masih lebih kecil dibandingkan kebutuhannya (4.164 milyar mp tahun). Neraca Air Pulau Lombok mengalami defisit sebesar 22.0 juta mp tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan pengambilan stok air tanah (Balai Hidrologi Dinas Kimpraswil Propinsi NTB, 2004). Kenyataan ini mengindikasikan perlunya pengelolaan sumberdaya air secara efisien, baik pengelolaan dari sisi permintaan maupun dari sisi penyediaan, agar kelestarian sumberdaya air dapat terjaga. Tingginya tingkat kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok telah menyebabkan kompetisi alokasi penggunaan sumberdaya tersebut semakin meningkat dan pada tingkat tertentu dapat menimbulkan konflik, baik konflik antar sektor maupun antar wilayah pengguna. Konflik antar petani dan PDAM Menang serta perusahaan air minum kemasan pernah terjadi beberapa kali dan di beberapa lokasi sumber air karena kebutuhan irigasi yang selama ini dipenuhi dari sumber mata air tertentu menjadi berkurang hingga mengganggu sistem usahatani. Konflik antar wilayah pengguna juga pernah terjadi karena masyarakat yang berada di sekitar sumber (daerah hulu), yang selama ini dituntut untuk menjaga kelestarian

4 4 kawasan hutan sebagai daerah resapan air dan dipersalahkan jika terjadi kelangkaan air akibat rusaknya hutan, kurang mendapat alokasi sumberdaya air yang memadai. Sedang masyarakat di kawasan hilir yang selama ini banyak menikmati sumberdaya air, dianggap tidak memberi kontribusi finansial yang cukup berarti bagi upaya konservasi sumber mata air. Kebijakan otonomi daerah di tingkat kabupaten yang memberi wewenang setiap kabupaten untuk mengelola sumberdaya alamnya secara otonom dapat memicu konflik antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya air. Sifat air yang mengalir tidak terbatas pada ruang, mengharuskan adanya koordinasi antar wilayah secara baik. Gejala kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok haruslah diantisipasi sedini mungkin, mengingat pemenuhan terhadap kebutuhan air masyarakatnya sangat tergantung pada satu sumber (kawasan Gunung Rinjani), maka jika kelestariannya tidak dapat dijaga, opportunity cost (misalnya biaya desalinasi air laut) yang harus ditanggung oleh masyarakat kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya konservasi sumber air yang ada. Permasalahan-permasalahan di atas mendasari pentingnya kajian terhadap upaya pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan sumberdaya air secara baik. Masalah alokasi sumberdaya yang efisien dan adil, baik antar sektor pengguna, antar spasial, dan antar generasi, sehingga dicapai kegunaan yang maksimal bagi masyarakat belakang ini menjadi issue yang sedang berkembang dan menarik perhatian banyak pihak, baik secara lokal, nasional maupun internasional. Demikian juga diperlukan pegembangan teknik penetapan harga (water pricing) yang tepat bagi terlaksananya alokasi sumberdaya secara efisien, yang akan merupakan kunci penting dalam pengelolaan sumberdaya air yang efisien, adil dan berkelanjutan (sustainable).

5 5 Pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya melalui keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan sumberdaya menjadikan pentingnya pendekatan model pengelolaan sumberdaya air yang mengintegrasikan unsur kepemilikan sumberdaya (resource endowment), sektor produksi yang menggunakan air sebagai input dalam proses produksi, dan rumahtangga sebagai konsumen akhir yang mengkonsumsi air sebagai kebutuhan langsung, dan air maya (virtual water) yang terkandung di dalam barang dan jasa yang dikonsumsinya. Penelitian tentang pengelolaan sumberdaya air telah banyak dilakukan dengan berbagai topik, pendekatan, tujuan dan model matematik yang digunakan. Permasalahan efisiensi penggunaan dan optimasi alokasi sumberdaya air menjadi issue paling dominan (Bielsa and Duarte, 2001; Reca et al., 2001; Salman et al., 2001; Wardlaw and Bhaktikul, 2001); selain water pricing dan valuasi sumberdaya air, property right dan kelembagaan. Model pengelolaan yang dibangun meliputi permasalahan pengelolaan sumberdaya air dengan sumber air tunggal maupun multi sumber (Syaukat, 2000), sektor pengguna tunggal maupun multi pengguna, satu wilayah maupun antar wilayah, satu tujuan maupun multi tujuan (Xevi, 2005), serta model matematika statis maupun dinamik. Tujuan pengelolaan juga dapat berupa pencapaian manfaat sosial maupun individu yang maksimal. Namun pendekatan dan model yang dibangun dalam alokasi sumberdaya air tidak mempertimbangkan kepentingan pemenuhan kebutuhan konsumen akan barang dan jasa yang dalam proses produksi memerlukan sumberdaya air. Atas dasar keterbatasan di atas, maka penelitian ini mencoba mengembangkan model yang dibangun dengan mengintegrasikan kepentingan konsumen dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya air. Sama halnya dengan penelitian terdahulu, penelitian ini juga akan mengkaji model alokasi sumberdaya air yang

6 6 optimal antar berbagai sektor pengguna yang berkompetisi, namun berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini akan mengembangkan model alokasi sumberdaya air dari sisi cara pandang hubungan antara keberadaan sumberdaya, proses produksi dan rumahtangga. Dalam penelitian terdahulu, hubungan antara sumberdaya dan seluruh pemakainya didisain secara langsung, sehingga seluruh permakainya bersifat independent dan saling berkompetisi. Penggunaan sumberdaya air seluruhnya bersifat langsung. Dalam penelitian ini, pengguna sumberdaya diklasifikasikan menjadi pengguna antara dan pengguna akhir. Pengguna antara adalah sektor produksi yang menggunakan sumberdaya air sebagai input dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedang pengguna akhir adalah rumahtangga yang mengkonsumsi sumberdaya air untuk keperluan minum, mandi, cuci, dan lainnya (penggunaan langsung) dan penggunaan air maya yaitu air yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa yang dikonsumsinya (kebutuhan air tak langsung). Model alokasi sumberdaya air yang akan dibangun dalam penelitian ini menempatkan rumahtangga sebagai pengguna akhir seluruh sumberdaya air. 1.2 Perumusan Masalah Kebutuhan masyarakat akan air dapat dikategorikan dalam dua jenis penggunaan, yaitu berupa konsumsi langsung dan konsumsi tak langsung. Konsumsi langsung berupa penggunaan untuk minum, mandi, cuci, menyiram tanaman dam lainnya, sedang kebutuhan tak langsung terefleksikan dalam besarnya kebutuhan akan barang-barang dan jasa dimana untuk memproduksi barang-barang dan jasa tersebut diperlukan sejumlah sumberdaya air. Keterbatasan sumberdaya finansial yang dimiliki oleh masyarakat, terutama pada saat menghadapi krisis ekonomi, mendorong semakin perlunya alternatif

7 7 pembiayaan kebutuhan rumah tangga yang lebih efisien. Fenomena kenaikan hargaharga komoditas secara global telah menurunkan tingkat utilitas yang dapat dicapai oleh masyarakat, sehingga agar tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami penurunan diperlukan reorientasi terhadap alternatif barang yang dikonsumsi. Secara rasional masyarakat akan merubah pola konsumsi, meninggalkan barang-barang yang mengalami kenaikan harga (atau harga lebih mahal) mengganti dengan barang-barang substitusi yang harganya tidak mengalami kenaikan atau lebih murah. Dalam memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih masyarakat Kota Mataram dihadapkan pada beberapa alternatif pemenuhan yaitu dengan menggunakan air sumur, air layanan PDAM Menang, air galon isi ulang, dan air produksi perusahaan air minum kemasan (Aqua, Neutral, Narmada, Adita dan lainlain). Keputusan pilihan sumber pemenuhan air minum dan air bersih tersebut membawa konsekuensi ekonomi dan kualitas (resiko kesehatan) yang berbeda. Dengan mengkonsumsi air sumur konsumen harus mengeluarkan biaya investasi pembuatan sumur, pompa beserta instalasi, biaya eksploitasi dan biaya pengolahan (merebus), dan untuk mengkonsumsi air PDAM konsumen harus membayar biaya sambung, biaya abunemen dan biaya pemakaian air, sedang untuk konsumsi air isi ulang dan air minum kemasan konsumen harus membayar sebesar harga barang tersebut di pasar. Konsumen beranggapan bahwa kualitas (dilihat dari kontaminan dan kandungan zat-zat yang tidak diinginkan seperti kapur dan endapan lainnya) air minum kemasan lebih tinggi dari air lainnya, disusul air galon isi ulang, air PDAM dan air sumur. Survey terdahulu menunjukkan bahwa lebih dari 50% masyarakat kota Mataram menerima layanan PDAM Menang, namun karena kualitas air PDAM dianggap masih belum memenuhi standar kesehatan dan karena alasan kepraktisan

8 P per 8 maka 1% diantaranya menggunakan air galon untuk memenuhi kebutuhan air minumnya, sedang hampir setengah penduduk sisanya tergantung pada air sumur. Total konsumsi air PDAM mencapai juta mp Pper tahun dengan rata-rata konsumsi air PDAM sebesar 65 mp kapita per tahun. Sedang konsumsi air galon baik yang diproduksi oleh perusahaan air minum kemasan maupun depot isi ulang sebanyak juta galon (untuk kebutuhan Pulau Lombok) atau 6 10 galon per rumahtangga per tahun dengan pengeluaran rata-rata Rp per rumahtangga per tahun (Sa diyah, 2007). Kebutuhan akan barang dan jasa dipenuhi melalui proses produksi, yaitu sektor pertanian, industri, dan pariwisata. Selain keterbatasan finansial, keterbatasan keberadaan sumberdaya juga harus menjadi pertimbangan dalam memproduksi barang-barang dan jasa tersebut, dimana semakin langka suatu sumberdaya, semakin mahal harga input yang harus dibayar, semakin kecil keuntungan yang akan didapat. Oleh karenanya pilihan produksi harus didasarkan pada prinsip menggunakan sumberdaya yang langka sesedikit mungkin, dan mensubstitusinya dengan sumberdaya yang berlimpah. Dalam konteks makro, suatu negara dengan kelangkaan sumberdaya air dapat memproduksi barang dan jasa yang memerlukan air sedikit dan mengimpor barang dan jasa yang menggunakan air dalam jumlah besar dalam proses produksinya. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air, baik kebutuhan langsung maupun kebutuhan tak langsung, yang terus meningkat baik yang disebabkan oleh penambahan jumlah penduduk maupun pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor ekonomi yang berperan dalam memenuhi kebutuhan tersebut juga terus mengalami pertumbuhan, baik dalam jumlah maupun kapasitas produksinya. Kenyataan ini

9 9 telah meningkatkan permintaan akan sumberdaya air secara signifikan sehingga telah memberi tekanan terhadap ketersediaannya. Kelangkaan sumberdaya air baik kuantitas maupun kualitas yang mulai dirasakan dan telah menyebabkan konflik fisik antar wilayah, sektor dan masyarakat pengguna, membuat pengelola sumberdaya air dihadapkan pada masalah distribusi atau alokasi sumberdaya air antar produsen yang menggunakan air sebagai salah satu input dalam proses produksinya. Dari sudut pandang ekonomi, distribusi input akan mengikuti kaidah dimana sistem produksi yang mampu memberi nilai terhadap sumberdaya air paling tinggi akan memperoleh alokasi sumberdaya air lebih banyak. Jika nilai benefit yang dihasilkan dari suatu proses produksi untuk setiap unit penggunaan air lebih tinggi dibandingkan proses produksi lainnya, maka akan terjadi water transfer ke arah proses produksi yang memiliki nilai net benefit lebih tinggi tersebut. Kondisi alokasi sumberdaya air akan optimum jika nilai net benefit dari penggunaan satu unit air tersebut sama untuk seluruh proses produksi yang ada. Agar alokasi sumberdaya air dapat berjalan efisien, adil dan berkelanjutan, maka proses redistribusi sumberdaya yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan, harus berjalan sesuai dengan mekanisme pasar. Meskipun intervensi pemerintah sering mendistorsi pasar, namun dalam kondisi tertentu seperti ketika informasi pasar tidak sempurna, eksisnya monopoli, dan terdapatnya biaya eksternalitas yang besar, diperlukan intervensi pemerintah untuk menciptakan necessary condition agar mekanisme pasar persaingan sempurna dapat berjalan dengan baik. Pasar persaingan sempurna (perfect competition market) diyakini akan menghasilkan distribusi sumberdaya secara efisien. Fokus perhatian penelitian ini lebih diarahkan pada analisis sistem pemenuhan kebutuhan air baik sebagai air minum dan air bersih maupun sebagai input dalam

10 10 proses produksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang secara holistik efisien, baik dari sisi pasar input maupun pasar barang dan jasa (output) yang dihasilkan. Dari sisi pasar input, permasalahan yang dihadapi berupa bagaimana sumberdaya air yang semakin langka harus dialokasikan kepada sektor produksi agar dapat mendatangkan benefit yang maksimal. Dari sisi pasar barang dan jasa (output), masalah yang dihadapi adalah bagaimana sektor produksi harus menghasilkan barang dan jasa sedemikian sehingga distribusi output yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tingkat utilitas tertinggi pada kendala anggaran yang dimiliki. Secara menyeluruh permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana air harus dialokasikan kepada seluruh sektor produksi sedemikian rupa sehingga benefit bersih yang diterima sektor produksi (producer s surplus) dan benefit bersih konsumen (consumer s surplus) adalah maksimal. Untuk mempertajam pokok persoalan yang dikemukakan di atas, dan agar lebih terfokusnya penelitian ini, maka diajukan pertanyaan penelitian yang lebih mendasar sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan penawaran dan permintaan sumberdaya air pada berbagai sektor pengguna? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan dan penawaran tersebut? 2. Bagaimana sistem pengelolaan sumberdaya air yang diterapkan oleh pemerintah daerah pada saat ini? Lembaga apa yang diberi wewenang, dan bagaimana wewenang didistribusikan antar lembaga? Bagaimana keputusan alokasi sumberdaya antar sektor pengguna dilakukan?. Bagaimana alokasi sumberdaya air harus dilakukan agar manfaat sosial yang diperoleh masyarakat maksimum?

11 11 4. Kebijakan alternatif apa yang dapat diterapkan dan bagaimana pengaruhnya terhadap alokasi sumberdaya air yang ada? 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya air yang efisien dan berkeadilan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Lombok. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengestimasi fungsi penawaran dan permintaan sumberdaya air dari berbagai pengguna dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Membangun dan menganalisis model alokasi sumberdaya air antar wilayah, sektor pengguna dan waktu.. Melakukan simulasi pengaruh berbagai kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya air terhadap alokasi sumberdaya air, stok air tanah, nilai kini benefit sosial total dan nilai ekonomi sumberdaya air. 4. Mengestimasi nilai ekonomi air untuk setiap sektor pengguna. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang sumberdaya alam di Pulau Lombok yang telah dilakukan lebih banyak terfokus pada pengelolaan sumberdaya hutan dan perairan pantai. Topik penelitian yang berkaitan dengan kehutanan lebih banyak mengkaji pemanfaatan hutan dari aspek ekonomi, konservasi sumberdaya hutan (termasuk satwa yang ada di dalamnya), kelembagaan kehutanan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, kurang memberi perhatian kepada keterkaitan antara sumberdaya hutan dan sumberdaya air, meskipun antara keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Oleh karenanya penelitian tentang sumberdaya air ini

12 12 akan menjadi kajian pelengkap dalam pengelolaan sumberdaya alam di Pulau Lombok. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumberdaya air yang semakin langka, sehingga penggunaannya dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat, dan dapat menghindarkan konflik sosial yang sering terjadi akibat ketidak jelasan dalam pengelolaan sumberdaya air. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan di Pulau Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat. Sumberdaya air yang dialokasikan kepada sektor produksi dan konsumsi berasal dari air permukaan pada setiap Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) dan recharge serta stok air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT). 2. Air permukaan meliputi air dari mata air, danau, embung (dam tradisional) dan air permukaan lainnya. Besarnya air permukaan dan air tanah yang dialokasikan didasarkan pada besarnya sumberdaya air permukaan dan air tanah yang diukur oleh Badan Hidrologi Dinas Kimpraswil dan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Nusa Tenggara Barat.. Kebutuhan masyarakat akan air tidak hanya meliputi kebutuhan air langsung untuk minum, mandi dan cuci, namun juga kebutuhan air tak langsung (air maya) untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga. 4. Kebutuhan air tak langsung yang diperhitungkan dalam penelitian ini hanya terbatas pada air yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa yang

13 1 dihasilkan secara domestik di Pulau Lombok. Sedang air tak langsung untuk komoditas yang dihasilkan dari luar daerah tidak diperhitungkan. 5. Alokasi air untuk kebutuhan lingkungan, dan untuk permandian ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari stok sumberdaya air yang ada. Besarnya persentase ditetapkan berdasarkan pengalaman penelitian di tempat lain. 6. Perubahan teknologi, perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap ketersediaan air permukaan dan air tanah dianggap konstan. 7. Karena keterbatasan peneliti, kualitas air permukaan dan air tanah tidak diperhitungkan dalam model yang disusun. 8. Eksternal cost yang timbul karena ekstraksi air permukaan maupun air tanah tidak diperhitungkan dalam perhitungan biaya, karena dampak negatif yang mungkin timbul dari ekstraksi sumberdaya air masih relatif kecil. 9. Model yang dibangun tidak memasukkan nilai investasi dari setiap sektor atau sub sektor kegiatan ekonomi karena keterbatasan data yang tersedia, dan sulitnya pengukuran beragam jenis investasi dalam perekonomian. Oleh karenanya pengembangan sektor ekonomi ke depan mengasumsikan investasi dapat dilakukan setidaknya mengikuti pertumbuhan investasi yang selama ini terjadi. 1.6 Kebaruan Penelitian Kebaruan penelitian ini terletak pada pendekatan model yang digunakan dalam aspek: 1. Cara pandang terhadap hubungan antara sumberdaya dan pengguna, dimana penelitian terdahulu memandang hubungan antara sumberdaya dan pengguna (berbagai sektor ekonomi) bersifat langsung, konstrain yang dibangun hanya berupa kondisi internal sumberdaya dan sektor ekonomi tersebut, tidak

14 14 memasukkan kondisi dan kepentingan rumahtangga konsumen dalam model. Dalam penelitian ini komponen utama model terdiri dari sumberdaya, sektor ekonomi dan rumahtangga konsumen yang diposisikan sebagai pengguna akhir dari sumberdaya, sedang sektor ekonomi hanya pemakai antara yang merubah air sebagai input produksi menjadi output yang dibutuhkan konsumen. Konstrain yang dibangun tidak hanya kondisi internal sumberdaya dan sektor ekonomi saja, namun juga kepentingan konsumen, berupa kebutuhan barang dan jasa yang harus dipenuhi. 2. Penelitian model alokasi sumberdaya air yang pernah dilakukan hanya berkaitan dengan air langsung, sedang dalam penelitian ini mencoba memasukkan kebutuhan non air seperti kebutuhan pangan pangan berupa beras, palawija dan kebutuhan protein hewani, kebutuhan non pangan berupa sandang dan papan, dan kebutuhan rekreasi. Seluruh kebutuhan non air tersebut dikonversikan sebagai kebutuhan air dengan bantuan konsep virtual water, yaitu jumlah air yang diperlukan dalam proses produksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumahtangga.

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR 187 VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR 7.1 Konsumsi Sumberdaya Air. 7.1.1 Konsumsi Air Tahunan dan Kumulatif Konsumsi

Lebih terperinci

VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR. Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah

VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR. Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah VI. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR Untuk menganalisis permintaan air langsung dan air tak langsung telah dilakukan survey terhadap 110 rumahtangga dari ke empat wilayah SSWS di Pulau Lombok. Identitas responden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita, pembangunan baik sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

This document has been created with TX Text Control Trial Version You can use this trial version for further 59 days.

This document has been created with TX Text Control Trial Version You can use this trial version for further 59 days. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan industri, permintaan akan pemenuhan kebutuhan air bersih meningkat dengan pesat. Hingga saat ini, di Cekungan Airtanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI. 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok

V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI. 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok P Bujur P Lintang V. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA SAAT INI 5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Lombok 5.1.1 Kondisi Geografi Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan salah

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR Oleh : MAYANG HAPSARI L2D 304 158 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang paling berharga. Air tidak saja perlu bagi manusia, tetapi hewan dan juga tumbuhan sebagai media pengangkut, sumber energi dan keperluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi primer, kegiatan produksi sekunder, dan kegiatan produksi tersier. Industri merupakan salah

Lebih terperinci

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

Simulasi Dan Analisis Kebijakan Bab VI. Simulasi Dan Analisis Kebijakan Dalam bab ini akan dipaparkan skenario-skenario serta analisis terhadap perilaku model dalam skenario-skenario. Model yang disimulasi dengan skenario-skenario terpilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN ARIS SUBAGIYO Halama n 1 & PUSAT PERTUMBUHAN PELAYANAN Halama n Penentuan Pusat Pertumbuhan & Pusat Pelayanan 4 ciri pusat pertumbuhan : Adanya hubungan internal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sekarang(present value) selama horizon waktu dari tahun yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. sekarang(present value) selama horizon waktu dari tahun yang 155 VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 Net Social Benefit dari Fungsi Obyektif 7.1.1 Nilai Obyektif Setiap Skenario Fungsi obyektif optimal manfaat sosial bersih yang dihitung dengan nilai sekarang(present

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBAGIAN AIR SECARA PROPORSIONAL UNTUK KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN AIR 1)

STRATEGI PEMBAGIAN AIR SECARA PROPORSIONAL UNTUK KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN AIR 1) Strategi Pengembangan pembagian Inovasi air secara Pertanian proporsional 2(4), 2009:... 299-305 299 STRATEGI PEMBAGIAN AIR SECARA PROPORSIONAL UNTUK KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN AIR 1) H. Sosiawan dan K.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL PENELITIAN

SEMINAR HASIL PENELITIAN 1 SEMINAR HASIL PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan bidang sumber daya air yang meliputi perencanaan umum, teknis, pelaksanaan fisik, operasi dan pemeliharaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melalui proses intersepsi.

TINJAUAN PUSTAKA. 3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melalui proses intersepsi. TINJAUAN PUSTAKA Fungsi Hutan Sebagai Pengatur Tata Air Menurut fungsinya hutan mempunyai fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan yang mempunyai fungsi konservasi adalah kawasan hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 e-issn : 2443-3977 Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR OLEH : TOMMY FAIZAL W. L2D 005 406 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya mutu hidup manusia adalah terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya mutu hidup manusia adalah terpenuhinya kebutuhan dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya mutu hidup manusia adalah terpenuhinya kebutuhan dasar mereka. Dimana kebutuhan dasar antara lain kebutuhan pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan isu terkini yang menjadi perhatian di dunia, khususnya bagi negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kedua fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia dengan segala macam kegiatannya, dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan umum, industri, perdagangan,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI 1 M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI PENDAHULUAN Dua buku Adam Smith yang ditulis (1759, The Theory of Moral Sentiments, dan 1776, Wealth of Nations) mengajarkan 2 (dua) sifat manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca Bahan Makanan (NBM) Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini menyebabkan terumbu karang memilki spesies yang amat beragam. Terumbu karang menempati areal

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci