KATA PENGANTAR ATQO MARDIYANTO

Transkripsi

1 1

2 KATA PENGANTAR Booklet Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. Booklet in i berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar aspek, variabel dan indikator IDI di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna data memahami perkembangan demokrasi di Sulawesi Tenggara. Materi yang disajikan dalam Booklet ini memuat hal-hal yang terkait dengan perkembangan aspek, variabel dan indikator IDI. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan demokrasi di Sulawesi Tenggara. Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan data statistik, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi maupun masyarakat luas. Kendari, Desember 2016 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara, ATQO MARDIYANTO 2

3 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA SULAWESI TENGGARA Pendahuluan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia. Mengukur perkembangan demokrasi bukanlah pekerjaan yang mudah karena luasnya pengertian demokrasi sehingga mencakup sejumlah besar objek. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan komponen-komponen demokrasi apa saja yang datanya akan dikumpulkan sehingga komponen yang lain tidak diperhatikan. Untuk mengkuantifikasikan perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi di Indonesia, disusunlah sebuah indikator yakni IDI yang berupa kumpulan angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia berdasarkan beberapa aspek demokrasi yakni kebebasan sipil (civil liberties), hak-hak politik (political rights), dan lembagalembaga demokrasi (institution of democracy). Ketiga aspek demokrasi ini kemudian dijabarkan menjadi 11 variabel dan 28 indikator. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dilaksanakan selama 10 tahun lebih, telah menciptakan keragaman segala aspek regional, salah satunya adalah keragaman pelaksanaan 3

4 demokrasi yang dapat mengarah pada menurunnya nilai-nilai demokrasi. Dalam amanah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), salah satu tugas Bappenas adalah membuat perencanaan pembangunan yang memperkuat upaya konsolidasi demokrasi dan memperdalam budaya demokrasi. Karena itu, Bappenas memerlukan alat untuk menilai keadaan demokrasi sampai tingkat daerah. Sementara itu, alat ukur yang ada seperti Freedom House hanya memberi gambaran nasional dan tidak mencukupi untuk keperluan perencanaan pembangunan politik tingkat provinsi. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Tujuan IDI Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) disusun untuk menakar secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi provinsi di Indonesia. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan 4

5 gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. Sebagai indikator IDI tidak hanya memperlihatkan gambaran demokratisasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja, namun juga melihat perkembangan demokrasi dari peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan produk bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja. Selain itu, IDI dimaksudkan terutama sebagai instrumen perencanaan pembangunan politik di Indonesia. Manfaat IDI Gambaran yang diperoleh dari IDI mempunyai berbagai manfaat, yaitu : Secara akademis, dapat menunjukkan perkembangan demokrasi di setiap provinsi di Indonesia. Data-data yang diperoleh dari IDI dapat membantu mereka yang mempelajari perkembangan demokrasi dan demokratisasi di Indonesia, seperti para mahasiswa, ilmuwan dan wartawan. Bagi perencanaan pembangunan politik pada tingkat provinsi, data-data yang disampaikan oleh IDI mampu menunjukkan aspek atau variabel atau indikator mana saja yang tidak atau kurang berkembang di sebuah provinsi sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait untuk meningkatkan perkembangan demokrasi di provinsi bersangkutan. 5

6 IDI dapat memberikan tolok ukur yang jelas dalam menilai tingkat perkembangan demokrasi provinsi-provinsi di Indonesia. Bagi pemerintah dan masyarakat di provinsi dengan tingkat perkembangan demokrasinya kurang baik dapat menarik pelajaran dari indikator-indikator demokrasi yang nilainya rendah. Pemerintah daerah dan masyarakat di provinsi bersangkutan secara bersama-sama dapat mengambil langkah-langkah tertentu yang dapat memperbaiki angka bagi indikator tersebut sehingga indeks bagi indikator itu bisa meningkat di masa yang akan datang. IDI berguna bagi pemerintah daerah provinsi dan masyarakatnya untuk mengevaluasi diri sendiri dalam melaksanakan demokrasi dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan demokrasi. 6

7 METODOLOGI Komponen IDI Komponen IDI terdiri dari 3 aspek, 11 variabel dan 28 indikator, dengan rincian sebagai berikut: Aspek Variabel Indikator Kebebasan Sipil Hak-hak Politik Lembaga Demokrasi Kebebasan Berkumpul dan Berserikat Kebebasan Berpendapat Kebebasan Berkeyakinan Kebebasan dari Diskriminasi Hak Memilih dan Dipilih Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan Pemilu yang Bebas dan Adil Peran DPRD Peran Partai Politik Peran Birokrasi Pemerintah Daerah Peran Peradilan yang Independen 2 indikator 2 indikator 3 indikator 3 indikator 5 indikator 2 indikator 2 indikator 3 indikator 2 indikator 2 indikator 2 indikator Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data IDI merupakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif (triangulasi). Tahapan yang ada dalam pengumpulan ini merupakan tahapan yang dilakukan secara berurutan dimana setiap tahapan merupakan follow up (mengkonfirmasi, mengklarifikasi, memperdalam, memperkaya) dari tahapan sebelumnya. 7

8 Rangkaian Pengumpulan Data Koding Surat Kabar Koding Dokumen Focus Group Discussion (FGD) Wawancara Mendalam (In-depth Interview) Koding Surat Kabar Mendokumentasikan semua peristiwa terkait indikator IDI yang diberitakan periode Januari-Desember pada surat kabar yang telah dipilih dimana surat kabar tersebut memiliki oplah yang tertinggi di masing-masing provinsi. Di Provinsi Sulawesi Tenggara telah dipilih surat kabar Kendari POS. Koding Dokumen Mendokumentasikan semua dokumen tertulis yang masih berlaku dan terkait dengan indikator IDI dalam rentang 1 Januari s/d 31 Desember Dokumen dapat berupa catatan, laporan, press release, Perda, juga dapat berupa surat edaran, SK atau Peraturan Kepala Daerah. 8

9 Focus Group Discussion (FGD) Merupakan tahapan untuk mengklarifikasi data yang telah dikumpulkan pada tahap pertama, sehingga data pada tahap pertama dapat dikoreksi, diluruskan atau bahkan dibuang jika tidak sesuai dengan realitas yang dipahami partisipan FGD. Untuk mendapatkan informasi dan klarifikasi yang baik maka peserta FGD mencakup berbagai pemangku kepentingan utama sehingga dapat merepresentasikan keterwakilan dari unsur pemerintah, kelompok fraksi, kalangan pers, LSM, pemuda dan mahasiswa, tokoh politik, akademisi, tokoh adat/agama, kelompok marginal dan wanita. FGD juga diharapkan dapat menambah kejadian-kejadian atau dokumen yang terkait indikator, namun belum masuk dalam pengumpulan data tahap pertama. Wawancara Mendalam (In-depth Interview) Pada konteks penyusunan IDI, in-depth interview digunakan untuk melakukan verifikasi dan pendalaman informasi yang telah diperoleh melalui review media dan dokumen serta FGD. Indepth interview merupakan filter terakhir dari seluruh rangkaian pengumpulan data. Sebagaimana FGD, in-depth interview juga dapat mengoreksi, mengurangi, atau menambah data yang dianggap terkait dengan indikator, sesuai dengan pemahaman narasumber. Sementara itu, narasumber ditentukan melalui pengindentifikasian partisipan yang dianggap layak pada FGD, seperti tokoh masyarakat, aktivis LSM, tokoh agama, pengurus partai politik/dprd, akademisi, pemerintah daerah dan penegak hukum. 9

10 Makna Nilai IDI Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala Skala ini merupakan skala normatif, dengan 0 untuk menggambarkan tingkat terendah dan 100 untuk menggambarkan tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni baik (indeks > 80), sedang (indeks 60 80), dan buruk (indeks < 60). Indeks Makna < 60 kinerja demokrasi rendah (buruk) kinerja demokrasi sedang > 80 kinerja demokrasi tinggi (baik) 10

11 PERKEMBANGAN IDI SULAWESI TENGGARA TAHUN Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara 2015 tercatat sebesar 69,44 (skala 0 100), angka ini turun 0,69 poin dibandingkan dengan IDI Sulawesi Tenggara 2014 yang ketika itu tercatat sebesar 70,13. Meskipun tingkat demokrasi Sulawesi Tenggara secara umum masih dalam kategori sedang namun angka ini masih di bawah angka IDI Nasional tahun 2015 yang sebesar 72,82. Dari 2009 hingga 2015 IDI Sulawesi Tenggara tercatat mengalami fluktuasi (2009 sebesar 64,29; 2010 sebesar 54,79; 2011 sebesar 57,56; 2012 sebesar 57,26; 2013 sebesar 52,61; 2014 sebesar 70,33; dan 2015 sebesar 69,44). Nilai IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan capaian tertinggi selama 7 tahun penghitungan IDI ( ). Fluktuatifnya angka IDI merefleksikan cerminan dinamika situasi demokrasi di wilayah Sulawesi Tenggara. IDI sebagai sebuah alat ukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi regional. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan merupakan refleksi realitas yang terjadi. 11

12 Grafik 1. Perkembangan IDI Sulawesi Tenggara Baik 80 64,29 Sedang ,61 70, Buruk Perkembangan Indeks Aspek IDI Angka IDI Sulawesi Tenggara 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks sebesar 91,14; aspek Hak-hak Politik sebesar 56,95; dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 61,99. Nilai indeks dalam tiga aspek demokrasi yang diukur pada 2015 ada yang mengalami peningkatan dan ada yang menurun dibandingkan Indeks aspek Kebebasan Sipil dan Hak-hak politik mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,25 dan 3,75 poin. Sementara nilai indeks Lembaga Demokrasi mengalami penurunan yang cukup berarti yaitu 8,93 poin sehingga mengakibatkan penurunan nilai IDI Sulawesi Tenggara dibanding tahun Penurunan nilai IDI Sulawesi Tenggara belum 12

13 menyebabkan perubahan pola sebaran kategori dibandingkan dengan tahun pengukuran sebelumnya. Aspek Kebebasan Sipil secara umum masih berada pada kategori baik kemudian aspek Hak-hak Politik walaupun relatif mengalami peningkatan tetapi masih berada pada kategori buruk karena belum menembus angka 60. Sedangkan aspek Lembaga Demokrasi juga masih dalam kategori sedang. Perlu menjadi perhatian, pada aspek Hak-hak Politik meskipun dalam rincian komponennya terdapat perbaikan pada hak memilih dan dipilih akan tetapi masih dijumpai pula kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang diwarnai kekerasan seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah. Sementara dari aspek Lembaga Demokrasi, peran DPRD dan partai politik terindikasi belum menunjukkan perbaikan yang berarti. Perkembangan Indeks Aspek IDI secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1. 13

14 Tabel 1 Perkembangan Indeks Aspek IDI Sulawesi Tenggara Tahun IDI Kebebasan Sipil Hak-hak Politik Lembaga Demokrasi Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,99 Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara Pada IDI Sulawesi Tenggara 2015 terdapat lima variabel yang mengalami peningkatan indeks, tiga variabel tidak mengalami perubahan dan tiga variabel mengalami penurunan indeks. Dari lima variabel yang mengalami kenaikan, satu di antaranya meningkat cukup berarti. Kenaikan terbesar tercatat pada indeks variabel partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan, dari 29,45 pada 2014 menjadi 36,15 pada

15 Tabel 2 Perkembangan Indeks Variabel IDI Sulawesi Tenggara No Nama Variabel Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 91,75 55,00 91,25 91,25 100,00 100,00 100,00 2 Kebebasan Berpendapat 90,00 36,12 27,79 61,09 34,47 76,12 62,48 3 Kebebasan Berkeyakinan 95,13 95,13 89,89 93,84 87,56 90,77 90,85 4 Kebebasan dari Diskriminasi 96,53 80,02 96,53 97,22 90,27 93,75 99,90 5 Hak Memilih dan Dipilih 49,82 49,82 49,82 49,82 49,82 76,96 77,75 6 Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 38,11 11,11 8,53 9,17 8,07 29,45 36,15 7 Pemilu yang Bebas dan Adil 65,25 65,25 65,25 65,25 65,25 100,00 100,00 8 Peran DPRD 23,91 42,82 60,62 36,57 34,11 42,38 44,52 9 Peran Partai Politik 6,71 15,71 34,52 8,80 19,00 10,00 7,37 10 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 86,87 86,87 86,87 86,87 86,87 100,00 61,11 11 Peran Peradilan yang Independen 100,00 70,00 82,50 87,50 45,00 100,00 100,00 Selanjutnya variabel yang tercatat mengalami penurunan indeks adalah kebebasan berpendapat, peran partai politik dan peran birokrasi pemerintah daerah. Sementara variabel yang tercatat tidak mengalami perubahan yaitu kebebasan berkumpul dan berserikat, pemilu yang bebas dan adil serta peran peradilan yang independen. Perubahan indeks variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator IDI Sulawesi Tenggara Nilai IDI Sulawesi Tenggara tahun 2015 ditopang oleh 16 indikator yang tercatat dengan kinerja kategori baik (skor di atas 80) yaitu indikator 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 18, 19, 25*, 27, dan 28 (Tabel 3 angka yang bercetak tebal). Di sisi lain IDI Sulawesi Tenggara 2015 masih mencatat masalah kronis yang mencerminkan kinerja indikator demokrasi yang masih berada pada kategori buruk (skor di bawah 60). Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori 15

16 tersebut adalah jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat, persentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Provinsi, demonstrasi/mogok yang diwarnai kekerasan, alokasi anggaran pendidikan, perda yang merupakan inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD kepada eksekutif, kegiatan kaderisasi yang dilakukan peserta pemilu serta upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, kiranya indikator tersebut membutuhkan perhatian ekstra agar nilainya dapat membaik pada periode mendatang. 16

17 Tabel 3. Skor Indikator IDI Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun NO. Indikator Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh 4 masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat Aturan tertulis yang membatasi kebebasan atau 5 mengharuskan masyarakat menjalankan agamanya Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah yang 6 membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat menjalankan ajaran agamanya Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari 7 satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, 8 etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah 9 yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau kelompok rentan lainnya Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh 10 masyarakat karena alasan gender, etnis atau kelompok rentan lainnya

18 Tabel 3. Lanjutan... NO. Indikator Kejadian di mana hak memilih atau dipilih masyarakat 11 terhambat Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas 12 sehingga kelompok penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak memilih Kualitas daftar pemilih tetap (DPT) Persentase penduduk yang menggunakan hak pilih 14 dibandingkan dengan yang memiliki hak untuk memilih dalam pemilu (voters turnout) Persentase anggota perempuan terhadap total anggota DPRD 15 provinsi dan kabupaten/kota Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan 17 pemerintahan Kejadian yang menunjukkan keberpihakan KPUD dalam 18 penyelenggaraan pemilu Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam 19 penghitungan suara Persentase alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 20 terhadap total APBD a Persentase alokasi anggaran pendidikan terhadap total APBD b Persentase alokasi anggaran kesehatan terhadap total APBD

19 Tabel 3. Lanjutan... NO. Indikator Persentase jumlah perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD 21 terhadap jumlah total perda yang dihasilkan Rekomendasi DPRD kepada eksekutif Kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu Persentase perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat 24 provinsi Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan 25* bersalah oleh keputusan PTUN Laporan dan berita penggunaan fasilitas pemerintah untuk 25 kepentingan calon/parpol tertentu dalam pemilu legislatif * Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah Laporan dan berita keterlibatan PNS dalam kegiatan politik 26 parpol pada pemilu legislatif Keputusan hakim yang kontroversial Penghentian penyidikan yang kontroversial oleh jaksa 28 atau polisi Catatan: Indikator nomor 25* dan 26* merupakan indikator baru yang dihitung mulai tahun

20 PENUTUP Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dibidang politik dan keadaan demokrasi yang harmonis sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam dasar negara Indonesia yaitu Pancasila tidak terlepas dari peran dan keterlibatan seluruh masyarakat. Eksistensi data IDI sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan politik dan demokrasi sekaligus sebagai acuan bagi pemerintah baik dalam melakukan evaluasi maupun dalam mengambil kebijakan terhadap pembangunan bidang politik sangat bergantung kepada stakeholder yang terkait. Hal tersebut dapat tercermin dari bagaimana para stakeholder mulai dari Pokja IDI dalam mensosialisasikan data IDI, pemerintah/instansi hingga partai politik yang terlibat dalam pengumpulan data IDI. Oleh karena itu dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memajukan serta untuk meningkatkan perkembangan demokrasi dan pembangunan di bidang politik khususnya di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara sangat diharapkan peran aktif pihak-pihak yang terlibat, sehingga dengan demikian diharapkan Data IDI yang dihasilkan adalah data IDI yang akurat dan pemerintah dapat memanfaatkan data tersebut dalam melaksanakan berbagai program pembangunan yang lebih tepat sasaran. 20

21 MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Jl. Boulevard No. 1 Kecamatan Kambu Kendari Telp. (0401) Fax. (0401) bps7400@bps.go.id Homepage : 21