DAFTAR ISI. DAFTAR ISI ii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. DAFTAR ISI ii"

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii RINGKASAN EKSEKUTIF iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. MAKSUD DAN TUJUAN C. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGAISASI D. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI BAB II PERENCANAAN STRATEGIS PERENCANAAN STRATEGIS TAHUN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA TAHUN B. ANALISA CAPAIAN KINERJA TAHUN C. AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN BAB IV PENUTUP

4 BAB I PENDAHULUAN A.. LATAR BELAKANG Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara, khususnya upaya untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan suatu perencanaan yang strategis pada setiap program kegiatan agar apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan sasaran. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman yang matang dan terarah serta usaha yang maksimal dari setiap aparat, untuk berkomitmen mempertanggungjawabkan seluruh program kegiatan dan hasil akhir kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Salah satu prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah akuntabilitas, hal ini merupakan salah satu wujud komitmen organisasi penyelenggara pemerintahan dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumberdaya dalam pelaksanaan kebijakan pada setiap akhir tahun. Hal tersebut ditegaskan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), bahwa Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam mewujudkan Good Governance di lingkungan Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik. Pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik melaksanakan program kerja secara bertahap melalui pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja sebagai pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Proses penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran tahunan dilakukan secara terpadu dengan mengacu pada dokumen perencanaan serta berdasarkan pada visi dan misi Ditjen Kesbangpol sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Kesbangpol Tahun dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Ditjen Kesbangpol. Laporan Kinerja Ditjen Kesbangpol Tahun 2014 pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Ditjen Kesbangpol atas kinerja yang dilaksanakan dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, lingkup penyusunan Laporan Kinerja akan memberikan kondisi obyektif pada tahun 2014, perencanaan strategis, target dan pencapaian kinerja, dan evaluasi pencapaian kinerja berdasarkan Perjanjian 1

5 Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan yang didalamnya terdapat target capaian kinerja utama Ditjen Kesbangpol dan Perjanjian Kinerja Ditjen Kesbangpol Tahun 2014 sebagai kesepakatan target capaian kinerja antara Dirjen Kesbangpol sebagai penerima mandat dengan Menteri Dalam Negeri sebagai pemberi mandat. B.. MAKSSUD DAN TUJJUAN Maksud penyusunan Laporan Kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014 adalah: 1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban secara tertulis Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik kepada Menteri Dalam Negeri selaku Pemberi Kewenangan dan Pengguna Anggaran atas kinerja Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014; 2. Memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat capaian pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik khusunya dan umumnya; 3. Memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan dan/atau tingkat kegagalan capaian kinerja atas pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun Adapun tujuan yang diharapkan dari Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014 adalah: 1. Mewujudkan pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014; 2. Memberikan umpan balik bagi pengambilan kebijakan strategik dan peningkatan kinerja perencanaan program dan kegiatan maupun pemberdayaan sumber daya di lingkungan Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik khususnya dan secara umum; 3. Terlaksananya sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan program/kegiatan kerja secara efisien, efektif dan responsif serta tanggap terhadap kondisi penyelenggaraan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik. 2

6 4. Menyediakan referensi berupa hasil evaluasi yang akuntabel dan berkualitas kepada pimpinan dalam rangka pengambilan keputusan bagi perbaikan dan peningkatan akuntabilitas kinerja serta sebagai bahan masukan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik periode berikutnya. C.. KEDUDUKAN,, TUGASS POKOK DAN FUNGSSII ORGANIISSASSII Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik berkedudukan sebagai unsur pelaksana di bidang kesatuan bangsa dan poitik, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Dalam Negeri. Adapun tugas pokok Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi teknis dibidang kesatuan bangsa dan Politik. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai fungsi (a) perumusan kebijakan di bidang kesatuan bangsa dan politik; (b) pelaksanaan kebijakan di bidang kesatuan bangsa dan politik; (c) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kesatuan bangsa dan politik; (d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kesatuan bangsa dan politik; dan (e) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Selanjutnya berdasarkan struktur organisasi Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik sebagaimana Permendagri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai 6 (enam) Unit Eselon II yaitu 1 (satu) Sekretariat yang mempunyai 4 (empat) bagian dan masing-masing bagian mempunyai 3 (tiga) Sub Bagian serta 5 (lima) Direktorat yang masingmasing terdiri dari 5 (lima) sub direktorat dan masing-masing mempunyai 2 (dua) seksi, kecuali pada Direktorat Ketahanan Ekonomi terdiri dari 4 (empat) sub Direktorat dan 2 (dua) seksi pada masing-masing Direktorat, dengan bagan sebagai berikut: 3

7 4 Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik

8 D.. ASSPEK SSTRATEGIISS ORGANIISSASSII Beberapa tantangan kedepan dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain: (1) Pemantapan wawasan kebangsaan dan karakter bangsa dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; (2) Peran partai politik dan organisasi kemasyarakatan dalam melaksanakan agregasi politik, komunikasi politik, artikulasi politik, dan pendidikan politik bagi masyarakat; (3) Perbaikan proses politik melalui revisi berbagai peraturan perundang-undangan bidang politik; (4) Peningkatan kepercayaan masyarakat terkait upaya menjaga nilai-nilai kebhinnekaan atau kemajemukan bangsa, termasuk komitmen melindungi kebebasan beragama, keyakinan politik, latar belakang etnis dan sosial budaya, serta menghindari bentuk-bentuk kekerasan dalam penyelesaian permasalahan dalam masyarakat; (5) Penguatan peran lembaga demokrasi; serta (6) Upaya penanganan konflik sosial dann pemerintahan. Selanjutnya, aktualisasi partai politik sebagai saluran utama aspirasi politik rakyat belum sepenuhnya dapat berlangsung dengan optimal karena berbagai kondisi partai politik secara internal serta perkembangan lingkungan eksternalnya. Masih terdapat kekecewaan masyarakat kepada partai politik, juga terhadap mekanisme kaderisasi partai politik yang masih belum berjalan baik. Padahal, partai politik merupakan salah satu unsur aktor politik dalam infrastruktur politik yang sangat penting dalam mengembangkan mekanisme demokrasi yang sedang berlangsung dalam sistem politik yang sedang dimantapkan. Dalam konteks tersebut, diperlukan upaya dan dukungan bagi partai politik sesuai dengan kriteria dan mekanisme yang ditetapkan dalam aturan perundang-undangan antara lain dengan mendorong dan memfasilitasi partai politik untuk terus menerus meningkatkan kapasitasnya dalam melaksanakan fungsinya melalui fasilitasi dan pemberian dukungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi pendidikan politik masyarakat, serta penguatan persatuan dan kesatuan nasional, telah dilaksanakan penjajakan dalam rangka fasilitasi pendidikan politik yang bekerjasama dengan Center for Elektion and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia yang dilaksanakan di 34 Provinsi dengan melibatkan Perguruan Tinggi se-indonesa dalam rangka peningkatan partisipasi politik bagi pemilih muda. Selain hal tersebut juga telah dilaksanakan pengembangan wawasan dan nilai-nilai kebangsaan, serta kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta peningkatan partisipasi politik di daerah, melalui kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan. Terkait dengan upaya menjawab adanya kebutuhan payung hukum bagi penyusunan program-program pembangunan di daerah terkait penanganan dan pegelolaan konflik dalam rangka memelihara Stabilitas Politik dan Kesatuan Bangsa, antara lain: (1) Diterbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (PKS); (2) RPP tindaklanjut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (PKS); (3) Penyusunan Rencana Aksi penanganan gangguan 5

9 keamanan dalam negeri tindaklanjut Inpres No. 1 Tahun 2014; serta (4) diterbitkannya Permendagri nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah, dan Permendagri No. 16 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja, mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi teknis dibidang kesatuan bangsa dan politik. Sebagai salah satu komponen yang memiliki kewenangan urusan pemerintah tersebut, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai hubungan kerja dengan Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penanganan masalah politik dalam negeri, masalah-masalah konflik sosial dan pemerintahan di daerah, dan dalam tataran perjanjian kebijakan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan kapasitas aparatur di bidang bina ideologi dan wawasan kebangsaan, kewaspadaan nasional, ketahanan seni, budaya, agama dan kemasyarakatan, politik dalam negeri, maupun di bidang ketahanan ekonomi. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan serta kebijakan yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah sosial dalam kehidupan di masyarakat melalui pembentukan forum-forum dialog yang ada dimasyarakat seperti Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sebagaimana amanat Permendagri Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pedoman Peyelenggaraan Pembauran Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tindaklanjut dari Permendagri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Pendirian Rumah Ibadat, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah serta memfasilitasi pembentukan komunitas intelejen di daerah dengan melibatkan instansi terkait di Daerah. Pembentukan forum-forum tersebut berlangsung efektif dan dipercaya dapat memberi kontribusi dalam penanganan konflik. Meskipun bukan sebagai faktor tunggal, forum-forum yang ada telah memberikan kontribusi meningkatkanya komunikasi dan dialog yang kontruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian berbagai persoalan kemasyarakatan, termasuk konflik sosial. Forum-forum dimaksud, dipercaya cukup efektif baik secara langsung maupun tidak langsung menekan angka konflik pada Tahun 2013 sehingga berkurang ditahun sebelumnya. Pada tahun 2010 telah terjadi 93 peristiwa konflik yang kemudian menurun menjadi 77 peristiwa konflik pada tahun 2011, pada tahun 2012 terdapat 128 peristiwa konflik dimana mengalami penurunan menjadi 92 peristiwa konflik pada Tahun Forum dialog 6

10 tersebut juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan sehingga mampu menekan angka konflik yang terjadi pada tahun 2014 yaitu turun dari tahun 2013 menjadi 71 peristiwa konflik. Hubungan kerja yang melibatkan pemerintahan daerah khususnya Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi dan Kabupaten/Kota, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik setiap saat selalu melakukan koordinasi melalui Pusat Komunikasi Informasi (PUSKOMIN) yang berada di pusat dan masing-masing daerah untuk memantau perkembangan situasi dan kondisi daerah di bidang kesatuan bangsa dan politik. Disamping itu Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik juga melibatkan elemen-elemen di masyarakat seperti organisasi kemasyarakatan di daerah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pusat melalui kegiatan kerjasama program di bidang Pendidikan Politik dan Wawasan Kebangsaan serta Cinta Tanah Air serta memberikan izin pendirian kepada organisasi kemasyarakatan yang baru. Disisi lain, dinamika globalisasi dan perdagangan bebas mengharuskan pemerintah dan rakyat Indonesia bekerja lebih keras untuk memenuhi salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menyangkut produksi, distribusi, konsumsi, barang dan jasa yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ekonomi nasional, dilakukan dengan perencanaan pembangunan ekonomi untuk mendukung ketahanan ekonomi baik daerah maupun nasional. Adapun upaya yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Direktorat Ketahanan Ekonomi yaitu melalui upaya mendorong pemerintah daerah untuk membentuk perusahaan daerah Bank Perkreditan Rakyat (BPR); mendorong percepatan budidaya Hutan Rakyat (HR); revitalisasi anjungan daerah di TMII sebagimana amanat dalam Permendagri Nomor 28 Tahun 2014; program diskusi dan sosialisasi tentang kredit-kredit program; pemantauan harga barang kebutuhan pokok masyarakat melalui sistem manajemen informasi bidang ketahanan ekonomi yang sedang dibagun; serta kampanye publik cinta produk dalam negeri. Untuk itu peran Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Daerah sangatlah strategis khususnya dalam penanganan masalahmasalah yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban di masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan NKRI. 7

11 BAB IIII PERENCANAAN STRATEGIIS A.. PERENCANAAN STRATEGIIS TAHUN Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pemerintah harus dapat menempatkan posisinya sebagai katalisator dan motivator dalam menggerakkan sendi-sendi pemerintahan dalam tingkat pelayanan kepada masyarakat dan perwujudan pembangunan sebagai bentuk keterlibatan dan partisipasi masyarakat menuju tatanan pemerintahan yang baik (Good Governance). Apabila kondisi tersebut dapat berjalan selaras dan berkesinambungan, maka penyelenggaraan pemerintahan yang mengarah pada good governance akan terwujud dan dapat berjalan dengan baik. Renstra Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan gambaran dan arahan kebijakan dan strategi pembangunan pada tahun sebagai tolok ukur dan alat bantu dalam melaksanakan tugas dan fungsi Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dibidang urusan dalam negeri. Dokumen ini berfungsi untuk menuntut segenap penyelenggara kegiatan dilingkungan Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik untuk secara konsisten melaksanakan program/kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi yang diemban dibidang pembinaan kesatuan bangsa dan politik. Penyusunan Renstra Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik dimaksudkan sebagai panduan kerja operasional yang visioner, sekaligus sebagai instrumen pokok dalam keseluruhan kerangka manajemen program di lingkungan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Juga dimaksudkan dalam rangka penyiapan dokumen perencanaan pembangunan 5 tahunan, serta bertujuan untuk memantapkan terselenggaranya kegiatan-kegiatan prioritas sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik dalam periode 5 Tahun kedepan, yang disesuaikan dengan dinamika dan tuntutan perubahan yang ada dalam masyarakat, serta sinkronisasi perencanaan pembangunan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam mendukung kebijakan khususnya dan kebijakan pembangunan nasional pada umumnya. 8

12 Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Utama Di Lingkungan Tahun merupakan parameter serta acuan dalam melaksanakan seluruh program dan kegiatan di lingkungan Ditjen Kesbangpol Tahun Anggaran 2014 yang juga merupakan kelanjutan dari indikator kinerja utama Ditjen Kesbangpol pada periode Renstra Tahun

13 Sebagaimana yang dijelaskan diatas, yang juga tertuang dalam Renstra Kementerian Dalam Negeri dan Renstra Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik serta Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun sebagai berikut : INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KESBANGPOL Jumlah paket revisi Undang-Undang Bidang Politik khususnya revisi terbatas terhadap Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Kondisi 2009 Paket UU Bidang Politik Target 2014 Hasil revisi UU Bidang Politik Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi Indeks Organisasi Kemasyarakatan 62, Indeks Kebebasan Sipil 86,97 80 Indeks Hak-Hak Politik 54,60 70 Persentase kebijakan/peraturan perundangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan 50% 80% Persentase forum dialog publik yang efektif 50% 80% Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI). 50% 80% Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014 diimplementasikan sebagaimana tabel 5 diatas, dituangkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014 sebagai Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik dengan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Januari 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 6. Dimana Perjanjian Kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik tersebut merupakan ikhtisar rencana kinerja yang akan dicapai pada tahun 2014 sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan menjadi dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun anggaran

14 NO. SASARAN STRATEGIS Tabel Perjanjian Kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Meningkatnya kualitas 1. Jumlah paket revisi 2 (dua) Dokumen penyelenggaraan demokrasi (Pemilu/Pilpres). undang-undang bidang politik khususnya revisi terbatas terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu 2. Indeks Kinerja Lembaga 70 Demokrasi 3. Indeks Kebebasan Sipil Meningkatnya Komitmen Pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 3. Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan. 4. Meningkatnya kesadaran Warga Negara dalam partisipasi politik 4. Indeks Hak-Hak Politik 80 Persentase 80% kebijakan/peraturan perundangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan Persentase forum dialog publik yang efektif Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI). 80% 80% 11

15 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN Pertanggungjawaban kinerja yang tepat, jelas dan terukur merupakan media untuk mengetahui kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik sesuai Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja Tahun Mengacu pada Kepmendagri Nomor Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Kepmendagri Nomor Tahun 2010 tentang Penetapan Kinerja Indikator Utama (IKU) di lingkungan disajikan dalam perbandingan antara target tiap indikator kinerja dengan realisasinya. Capaian kinerja Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Tahun 2014 adalah sebagai berikut : SASARAN 1 Meningkatnya kualitas penyelenggaraan proses demokrasi (Pemilu/Pilpres) CAPAIAN KINERJA SASARAN Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja Sasaran 1 Meningkatnya kualitas penyelenggaraan proses demokrasi (Pemilu/Pilpres) Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1. Jumlah revisi paket Undang- Undang Bidang Politik khususnya Revisi terbatas Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu 2. Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi 2 (dua) Dokumen 1 (satu) Undang- Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Sedangkan revisi terbatas UU No. 42 tentang pemilu Presiden dan wakil Presiden di hentikan pembahasannya sesuai keputusan Baleg DPR RI 90% 70 72,24 103,35% 3. Indeks Kebebasan Sipil 80 79,00 98,75% 4. Indeks Hak-Hak Politik 80 46,25 57,81% 12

16 Indikator 1: Jumlah revisi paket Undang-Undang Bidang Politik khususnya revisi terbatas Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Dalam rangka penguatan persatuan dan kesatuan bangsa serta melanjutkan pengembangan sistem politik yang berkedaulatan rakyat dan kesetaraan dalam penyampaian aspirasi dengan memperhatikan asas dan prinsip demokrasi pancasila seperti pelaksanaan pemilihan umum, adanya partai politik dan organisasi sosial politik sebagai sarana saluran aspirasi rakyat serta memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Ke depan, tuntutan demokrasi yang berdasarkan pancasila diprediksi akan semakin menguat akan membawa konsekuensi terhadap perubahan struktur politik sebagai implikasi dari dinamika lingkungan politik bangsa. Oleh karena itu, diperlukan upaya sinergis dari seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun partai politik, untuk secara bersama membangun struktur politik dan menyempurnakan model demokrasi di masa mendatang. Akan tetapi, sasaran ke depan bukan hanya sebatas pada prosedural demokrasi tetapi menyentuh substansi Demokrasi Pancasila di Indonesia. Kelembagaan pilar elemen bangsa (supra struktur 1, infra struktur 2 dan sub struktur 3 ) yang kokoh dan didukung oleh stabilitas nasional adalah kunci bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kehidupan bermasyarakat. Demokrasi Pancasila merupakan landasan kehidupan sosial politik, untuk itu pembangunan politik dalam negeri diarahkan pada terwujudnya demorasi yang berkedaulatan rakyat melalui proses konsolidasi secara bertahap. Kondisi ideal tersebut secara umum menggambarkan indikasi yang harus dicapai melalui upaya yang mengarah pada sasaran terwujudnya peningkatan kualitas penyelenggaraan proses demokrasi. Selanjutnya salah satu tanda dari kualitas penyelenggaraan proses demokrasi dapat dilihat dari partisipasi politik yang meningkat pada pemilu 2014, sebagaimana data grafik dibawah terhadap tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden. 1 Supra struktur, menurut teori montesquieu adalah suatu lembaga formal yang menjadi suatu keharusan untuk kelengkapan sistem bernegara yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. 2 Infrastruktur, menurut teori Montesquieu adalah lembaga-lembaga politik yang ada di dalam masyarakat yang dibentuk dan bergerak di tingkat masyarakat itu sendiri (yang meliputi partai politik, kelompok kepentingan, media komunikasi politik, organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. 3 Substruktur adalah masyarakat. 13

17 Sumber: KPU, 2014 Secara umum, perkembangan demokrasi selama lima tahun terakhir sebagaimana tercermin dari data diatas terdapat perbaikan proses penyelenggaraan Pemilu dan meningkatnya partisipasi politik rakyat utamanya terjadi peningkatan partisipasi politik terhadap pemilu legislatif pada 2014 dengan partisipasi sebesar 74,55% pada 2014 dari 70,99% pada pemilu Namun demikian, terkait dengan penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden secara nasional tingkat partisipasi politik mengalami tren menurun dari pemilu Pada tahun 2014 tingkat partisipasi hanya 70,91% secara kuantitatif terkait dengan partisipasi masyarakat mengalami penurunan namun secara kualitas justru mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat dari partisipasi masyarakat yang turut mengawal terhadap proses berjalannya pemilu. Terhadap kualitas penyelenggaraan pemilu, sejak awal sejak awal telah disepakati perbaikan peraturan perundangan bidang politik yaitu Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD sedangkan Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengacu pada Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Nomor 41A/DPR-RI/ tentang Persetujuan Perjanjian Program Legislasi Nasional tahun dihentikan pembahasannya. Dari sisi capaian kinerja dapat dikatakan tercapai 90% yaitu mengalami progress/kemajuan pembahasan dari tahun sebelumnya yaitu 50%. Adapun arah penyusunan revisi paket politik adalah untuk mengefektifkan sistem presidensial dalam kerangka negara hukum yang berkedaulatan rakyat. Pembangunan politik 14

18 dalam negeri merupakan bagian integral dalam rangka pembangunan demokrasi pancasila yang berkarakter kebangsaan. Pemerintah bersama DPR RI telah merampungkan beberapa perbaikan regulasi bidang politik untuk memantapkan kehidupan demokrasi pancasila di masa mendatang. Perbaikan dimaksud adalah untuk menampung berbagai aspirasi yang telah menyoroti adanya kelemahan dalam proses pelaksanaan Pemilu 2009 yang lalu. Upaya perbaikan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk mengakomodir berbagai kepentingan politik melainkan lebih menekankan pada upaya untuk membangun etika dan budaya politik yang demokratis berdasarkan Pancasila, yang muara akhirnya dapat menciptakan kesejahteraan rakyat, untuk membangun kedewasaan berdemokrasi serta menciptakan konsolidasi demokrasi pancasila melalui perbaikan regulasi politik dan pelaksanaan Pemilu yang demokratis, berkualitas, luber dan jurdil. Implikasi dari kehadiran revisi terbatas dan ditetapkannya UU bidang politik dimaksud diatas yakni, terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hakhak politiknya pada tahun 2014 serta peninngkatan kapasitas partai politik melalui dukungan bantuan keuangan partai politik. Hal lain dapat dilihat melalui partisipasi pemilih dalam pemilu legislatif sebesar 74,55% dan pada pilpres sebesar 70,91% (data kpu.go.id). Demikian halnya peningkatan proporsi keterwakilan perempuan di DPR mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,0%, namun mengalami penurunan pada pemilu legislatif 2014 yaitu hanya sebesar 16,6%. Pada tahun 2014 ini, berdasarkan pada hasil Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2014 terjadi peningkatan pemilih yang pemula pada tahun terdapat jumlah pemilih sebanyak suara dan pada tahun sebanyak suara, terjadi kenaikan sejumlah suara sehingga akan berpengaruh terhadap perhitungan anggaran terkait bantuan keuangan Partai Politik. Terdapat wacana untuk mengevaluasi penyaluran bantuan keuangan kepada partai politik di masyarakat sipil untuk meningkatkan kapsitas parpol, namun demikian berdasarkan data yang diperoleh terkait dengan proses kaderisasi terhadap partai politik dalam hal pendidikan politik mengalami tren penurunan secara nasional yaitu dari skor 68,40 pada 2012 menjadi 50,00 pada Hal tersebut juga yang berdampak pada turunnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik. Juga partai politik belum mampu transparan dan akuntabel dari segi penggunanan maupun tujuan hakiki bantuan keuangan partai politik. Hal tersebut masih dalam proses pembahasan RPP Bantuan Keuangan Partai Politik perubahan dari PP No. 83 Tahun Untuk itu di samping adanya perbaikan regulasi bidang politik, Pemerintah bekerjasama dengan sejumlah pihak telah melakukan berbagai upaya yang berkelanjutan di bidang penataan sumberdaya manusia dalam kelembagaan politik agar implementasi produk perundang-undangan dapat diserap dengan baik yakni proses pendidikan politik bagi masyarakat di daerah. Pendidikan politik bagi masyarakat hendaknya tidak dimaknai sebagai sebuah kegiatan politik dari aspek kekuasaan saja tetapi hendaklah dimaknai sebagai upaya mensinerjikan pemahaman setiap warga negara akan hak dan kewajibannya. Hal ini perlu 15

19 ditekankan agar kita semua sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi ataupun kelompok. Dalam mendukung upaya dimaksud, telah dilakukan berbagai kegiatan dalam rangka memberi dukungan pelaksanaan pemilu 2014 sebagaimana amanat pasal 126 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu dan Pasal 246 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD antara lain: 1. Terlaksananya Rapat Koordinasi Nasional Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2014 bertempat di JCC yang diikuti oleh 5000 peserta yang dihadiri pemangku kepentingan penyelenggaraan pemilu yang dibuka oleh Presiden RI sebagai upaya menyamakan persepsi guna sinergitas di antara pemangku kepentingan pemilu, sehingga dapat memperkuat dan memantapan fungsi koordinasi bagi suksesnya Pemilu Legislatif Tahun 2014; 2. Terlaksananya Rapat Koordinasi Nasional Pemantapan Penyelenggaraann Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2014 bertempat di Sentul Internasional Convention Center (SICC) yang diikuti oleh 5000 peserta yang dihadiri pemangku kepentingan penyelenra pemilu yang dibuka oleh Presiden RI sebagai upaya menyamakan persepsi guna sinergitas di antara pemangku kepentingan pemilu, sehingga mampu memperkuat dan memantapkan fungsi koordinasi bagi suksesnya Pilpres Tahun 2014; 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui iklan di Media cetak, TV nasional dan TV Lokal, dan peningkatan partisipasi di kalangan pemilih muda melalui kegiatan kerjasama antara Kemendagri dengan Perguruan Tinggi dalam hal ini CEPP UI; 4. Monitoring oleh TIM Teknis dari Kemendagri dan Kemenkopolhukam dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan pemilu tahun 2014 ke 34 Provinsi; 5. Terbitkan SE Mendagri No. 273/400/SJ tanggal 20 Januari 2014 perihal Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014; 6. Terbitnya SE Mendagri No. 270/1559/SJ tanggal 26 Maret 2014 perihal Bantuan Pemerintah Daerah untuk Sosialisasi Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun Sosialisasi tersebut dimaksudkan untuk sosialisasi terkait pemungutan suara tanggal 9 April 2014; 7. Terbitnya SE Mendagri No. 270/1727/SJ tanggal 4 April 2014 perihal Pelaksanaan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun Monitoring dimaksud dalam rangka penyaluran logistik pemilu dan netralitas Kepala Daerah; 8. Terbitnya SE Mendagri No. 270/3346A/SJ tanggal 3 Juli 2014 perihal Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Terkait dengan hal tersebut, terdapat himbauan agar Kepala Daerah bersikap netral dan tidak meninggalkan daerahnya pada tanggal 6-12 Juli 2014; 16

20 9. Terbitnya SE Mendagri No. 270/3347A/SJ tanggal 3 Juli 2014 perihal Bantuan Pemerintahan Daerah untuk Kelancaran Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Dalam Surat Edaran tersebut, Kepala Daerah menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya, serta melakukan monitoring terkait distribusi logistik; 10. Terbitnya SE Mendagri No. 270/3478/SJ tanggal 9 Juli 2014 perihal Pelaksanaan Perjanjian Pemenang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Dalam Surat Edaran tersebut, menghimbau agar masyarakat tidak terpengaruh pada hal-hal yang dapat mengganggu stabilitas nasional, serta memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. 11. Fasilitasi kelembagaan pemberdayaan calon legislative perempuan dan forum pendidikan politik dalam rangka peningkatan kapasitas calon legislatif perempuan yang diselenggarakan guna memberi pembekalan bagi calon legislatif perempuan. Kegiatan dimaksud dilaksanakan dengan bekrjasama Kemen PPA dan dilaksanakan 10 angkatan. Indikator 2: Indeks Kineja Lembaga Demokrasi Indeks kinerja lembaga demokrasi adalah salah satu aspek dalam mengukur Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). IDI bertujuan mengkuantifikasi perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi melalui tiga aspek yakni, aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik dan aspek kinerja lembaga demokrasi. Pada tahun 2013, secara nasional Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) mengalami kenaikan menjadi 63,72, angka ini naik 1,09 poin dibandingkan IDI nasional 2012 yaitu sebesar 62,63. Namun demikian, walaupun mengalami kenaikan tingkat demokrasi Indonesia masih tetap berada pada kategori sedang. Terkait dengan hal tersebut, Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi pada tahun 2013 sebesar 72,24, angka ini naik 2,98 poin dibandingkan tahun 2012 yaitu 69,28. Jika dilihat dari capaian kinerja, angka 72,24 melebihi dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2014 yaitu 70. Sehingga capaian dapat dikatakan sebesar 103,2%. Walaupun terjadi peningkatan indeks, namun pola sebaran masih sama dengan tahun pengukuran sebelumnya yaitu lembaga demokrasi berada pada kategori sedang. 17

21 Visualisasi Perkembangan Nilai Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi pada Nilai Indeks Kinerja Nilai Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi, Tahun Nilai Indeks Kinerja Lembaga 2011, Lembaga Demokrasi, Tahun Demokrasi, Tahun 2013, Nilai Indeks Kinerja Nilai Indeks Kinerja 2012, Lembaga Lembaga Demokrasi, Tahun Demokrasi, Tahun 2009, , INDEKS KINERJA LEMBAGA DEMOKRASI Jika dilihat dari sisi variabel pada Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi, dari 5 (lima) variabel terdapat 2 (dua) variabel yang mengalami peningkatan skor yaitu (1) peran DPRD (naik 1,09 poin dari 35,53 pada tahun 2012 menjadi 36,62 pada 2013) dan (2) peran peradilan yang independen (naik 1,52 poin dari 82,42 pada 2012 menjadi 83,94 pada 2013). Terdapat 1 (satu) variabel mengalami penurunan skor yaitu peran partai politik mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 16,01 poin dari 69,52 pada 2012 menjadi 53,51 pada Sedangkan 2 (dua) variabel lainnya yaitu terkait pemilu yang bebas dan adil serta peran birokrasi pemerintah daerah cenderung tidak mengalami perubahan atau relatif sama. Perkembangan Skor Variabel Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi No. Nama Variabel Pemilu yang Bebas dan Adil 87,67 87,67 2 Peran DPRD 35,53 36,62 3 Peran Partai Politik 69,52 53,51 4 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 88,58 88,58 5 Peran Peradilan yang Independen 82,42 83,94 Dari sisi indikator, terdapat 11 (sebelas) indikator yang terkait dengan Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi, 5 (lima) diantaranya pada tahun 2013 mengalami kenaikan skor atau dapat dikatakan berkinerja cukup baik yaitu yang terkait dengan variabel Peran DPRD : (1) Alokasi Anggaran Pendidikan dan Kesehatan naik 0,72 poin dari 47,87 pada 2012 menjadi 18

22 48,59 pada (2) Perda yang merupakan insiatif DPRD naik 3,88 poin dari 16,72 pada 2012 menjadi 20,60 pada (3) Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif juga mengalami kenaikan 0,11 poin dari 7,25 pada 2012 menjadi 7,36 pada Kenaikan skor juga dialami indikator pada variabel Peran Peradilan yang Independen : (1) Keputusan Hakim yang Kontroversial naik 5,76 poin dari 92,73 pada 2012 menjadi 86,97 pada Terkait dengan varibel Peran partai Politik dari 2 (dua) indikator terdapat 1 (satu) indikator yang mengalami peningkatan skor yaitu prosentase perempuan pengurus partai politik dengan peningkatan skor sebesar 5,53 poin dari 79,60 pada 2012 menjadi 85,13 pada Sedangkan indikator lainnya memiliki kecenderungan tidak mengalami perubahan atau relatif sama. Perkembangan Skor Indikator Kinerja Lembaga Demokrasi (yang mengalami kenaikan poin) No Indikator Alokasi Anggaran Pendidikan dan Kesehatan 47,87 48,59 2 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 16,72 20,60 3 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 7,25 7,36 4 Prosentase Perempuan Pengurus Partai Politik 79,60 85,13 5 Keputusan Hakim yang Kontroversial 86,97 92,73 Sementara indikator yang mengalami penurunan skor yaitu pada variabel peran partai politik pada indikator kegiatan kaderisasi yang dilakukan oleh partai peserta pemilu turun 18,4 poin dari 68,40 pada 2012 menjadi 50,00 pada Indikator yang juga mengalami penurunan yaitu pada variabel Peran Peradilan yang Independen yaitu pada indikator Penghentian Penyidikan yang kontroversial oleh Jaksa atau polisi turun sebesar 2,73 poin dari 77,88 pada 2012 menjadi 75,15 pada Sedangkan 4 (empat) indikator lainnya terdapat kecenderungan tidak mengalami perubahan atau relatif sama. Data Perkembangan Skor Indikator Kinerja Lembaga Demokrasi (yang mengalami penurunan poin/kecenderungan sama) No Indikator Kegiatan kaderisasi yang dilakukan oleh partai peserta pemilu 68,40 50,00 2 Penghentian Penyidikan yang Kontroversial oleh Jaksa atau Polisi 77,88 75,15 3 Keberpihakan KPUD dalam 91,46 91,46 19

23 Penyelenggaraan Pemilu 4 Kecurangan dalam Pemilihan Suara 83,89 83,89 5 Penggunaan Fasilitasi Pemerintah 92,04 92,04 untuk Kepentingan Parpol 6 Keterlibatan PNS dalam Kegiatan 85,12 85,12 Parpol Peserta Pemilu Sementara untul level provinsi, data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) aspek Kinerja Lembaga Demokrasi terdapat 13 provinsi yang mengalami kenaikan indeks dengan 3 (tiga) provinsi yang mengalami kenaikan terbesar diantaranya yakni : (1) Jawa Timur yang naik 29,88 poin dari 52,22 pada 2012 menjadi 82,10 pada 2013; (2) Aceh juga mengalami kenaikan sebesar 19,76 poin dari 57,21 pada 2012 menjadi 76,97 pada 2013; (3) Banten mengalami kenaikan terbesar terakhir sebesar 14,58 poin dari 70,42 pada 2012 menjadi 85 pada Disisi lain, pada 2013 terdapat 20 provinsi yang mengalami perubahan indeks menjadi lebih rendah, diantaranya terjadi pada 3 (tiga) provinsi terendah yaitu : (1) Kalimantan Tengah mengalami penurunan skor yang cukup signifikan yaitu 22,61 poin dari 85,82 pada 2012 menjadi 68,44 pada 2013; (2) Kalimantan Barat pada 2013 juga mengalami penurunan skor cukup signifikan yaitu 17,62 poin dari 76,23 pada 2012 menjadi 58,61 pada 2013; (3) penurunan yang cukup signifikan juga terjadi pada provinsi Jawa Tengah sebesar 16,57 poin dari 77,46 pada 2012 menjadi 60,89 pada Adapun kontribusi kegiatan sebagai upaya meningkatkan indeks kinerja lembaga demokrasi yaitu melalui : 1) Fasilitasi pembentukan kelompok kerja pengembangan IDI atau Pokja IDI pada 33 provinsi sesuai Surat Edaran Mendagri tahun Kelompok tersebut terdiri atas pemangku kepentingan yang memiliki tugas sebagai mitra tim IDI (Indeks Demokrasi Indonesia) dalam pengembangan dan pemanfaatan Indeks Demokrasi Indonesia. Pokja IDI telah terbentuk pada 33 provinsi, sedangkan PPWK telah terbentuk pada 21 Provinsi dan 24 Kab/Kota. Bentuk kegiatan adalah fasilitasi pengembangan kelompok kerja demokrasi dan pendampingan pusat pendidikan wawasan kebangsan di 5 regional di 33 Provinsi, yakni : a. Sulawesi Utara meliputi: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara; b. Bali meliputi: Bali, NTB, NTT, Jateng, Papua dan Papua Barat; c. Lampung meliputi: Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau; 20

24 d. Kalimantan Barat meliputi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Timur; e. Banten meliputi: Banten, Aceh, Jabar, DKI, DIY dan Sumatera Utara. 2) Mendorong DPRD untuk lebih meningkatkan perannya dalam hal pengalokasian terkait pendidikan dan kesehatan melalui pelaksanaan orientasi anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota. Indikator 3: Indeks Kebebasan Sipil Sebagaimana Indeks kinerja lembaga demokrasi, Indeks Kebebasan Sipil juga merupakan salah satu aspek dalam mengukur Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) dimana pada 2013 terjadi peningkatan skor sebesar 1,06 poin dari 77,94 pada 2012 menjadi 79,00 pada Walaupun terdapat peningkatan skor namun jika dilihat dari capaian kinerja, angka 79,00 merupakan realisasi 2013 dimana target 2014 sebesar 80 sehingga dapat dikatakan tidak tercapai sebagaimana target yang telah ditetapkan yaitu hanya tercapai sebesar 98,75%. Hal tersebut sebagai akibat turunnya variabel aspek kebebasan sipil yaitu yang terkait kebebasan berkeyakinan sebesar 2,66 poin dari 83,79 pada 2012 menjadi 81,13 pada Peningkatan indeks dimaksud, terkait dengan pola sebaran masih sama dengan tahun pengukuran sebelumnya yaitu berada pada kategori sedang. Visualisasi Perkembangan Nilai Indeks Kebebasan Sipil Nilai Indeks Kebebasan Sipil Nilai Indeks Kebebasan Sipil, Nilai Tahun Indeks 2013, 79 Kebebasan Sipil, Tahun 2012, Nilai Indeks Kebebasan Sipil, Tahun 2011, Nilai Indeks Kebebasan Sipil, Tahun 2010, Nilai Indeks Kebebasan Sipil, Tahun 2009, Terkait dengan peningkatan skor Indeks Kebebasan Sipil sebesar 1,06 poin, apabila dilihat dari sisi variabel dari 4 (empat) terdapat 3 (tiga) variabel yang mengalami peningkatan 21

25 skor yaitu (1) Kebebasan Berpendapat mengalami peningkatan skor yang cukup signifikan sebesar 7,29 poin dari 61,86 pada 2012 menjadi 69,15 pada 2013; (2) Kebebasan Berkumpul dan Berserikat juga mengalami kenaikan yang memberikan kontribusi terkait upaya peningkatan aspek kebebasan sipil sebesar 5,78 poin dari 80,28 pada tahun 2012 menjadi 86,06 pada 2013; dan (3) Kebebasan dari Diskriminasi naik 1,52 poin dari 84,70 pada 2012 menjadi 86,22 pada Terdapat 1 (satu) variabel mengalami penurunan skor yaitu terkait kebebasan berkenyakinan yang mengalami penurunan sebesar 2,66 poin dari 83,79 pada 2012 menjadi 81,13 pada Perkembangan Skor Variabel Indeks Kebebasan Sipil pada No. Nama Variabel Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 80,28 86,06 2 Kebebasan Berpendapat 61,86 69,15 3 Kebebasan Berkenyakinan 83,79 81,13 4 Kebebasan dari Diskriminasi 84,70 86,22 Dari sisi indikator, terdapat 10 (sepuluh) indikator yang terkait dengan Indeks Kebebasan Sipil, 6 (enam) diantaranya pada tahun 2013 mengalami kenaikan skor atau dapat dikatakan berkinerja cukup baik yaitu memiliki skor diatas 80. Indikator dimaksud yaitu yang terkait dengan variabel Kebebasan Berkumpul dan Berserikat : (1) Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kekerasan berkumpul dan berserikat naik 5,76 poin dari 80,00 pada 2012 menjadi 85,76 pada (2) Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kekerasan berkumpul dan berserikat naik 5,91 poin dari 88,18 pada 2012 menjadi 82,27 pada Kenaikan skor juga terjadi pada variabel Kebebasan Berpendapat yaitu : (1) Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kekebasan berpendapat naik 8,09 poin dari 65,45 pada 2012 menjadi 73,54 pada (2) Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat naik 3,33 poin dari 43,94 pada 2012 menjadi 47,27 pada Variabel yang juga mengalami peningkatan skor yaitu Kebebasan dari Diskriminasi yang terkait dengan indikator : (1) Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminasi dalam hal gender dsb naik sebesar 1,97 poin dari 85,00 pada 2012 menjadi 86,97 pada (2) Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender juga mengalami kenaikan sebesar 3,54 poin dari 88,48 pada 2012 menjadi 92,02 pada

26 Perkembangan Skor Indikator Kebebasan Sipil pada (yang mengalami kenaikan skor) No Indikator Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kekerasan berkumpul dan berserikat 2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kekerasan berkumpul dan berserikat 3 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kekebasan berpendapat 4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat 5 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminasi dalam hal gender dsb 6 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender 80,00 85,76 82,27 88,18 65,45 73,54 43,94 47,27 85,00 86,97 88,48 92,02 Terkait dengan varibel Kebebasan dari Diskriminasi dari 4 (empat) indikator terdapat 1 (satu) indikator yang mengalami penurunan skor yaitu Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis dan kelompok sebesar 0,5 poin dari 81,31 pada 2012 menjadi 80,81 pada Variabel lain yang juga mengalami penurunan skor yaitu terkait Kebebasan Berkenyakinan dengan indikator yang mengalami penurunan yaitu (1) Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalan ibadah agama turun sebesar 2,89 poin dari 85,24 pada 2012 menjadi 82,35 pada (2) Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kekebasan menjalankan ibadah agama turun 3,49 poin dari 81,67 pada 2012 menjadi 78,18 pada (3) indikator yang juga mengalami penurunan skor yaitu terkait dengan ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama turun 1,21 poin dari 79,39 pada 2012 menjadi 78,18 pada

27 Data Perkembangan Skor Indikator Kinerja Lembaga Demokrasi (yang mengalami penurunan poin/kecenderungan sama) No Indikator Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis dan kelompok 2 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kekebasan menjalankan ibadah agama 3 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 4 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalan ibadah agama 81,31 80,81 81,67 78,18 79,39 78,18 85,24 82,35 Sementara untul level provinsi, data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) aspek Kebebasan Sipil terdapat 14 provinsi yang mengalami kenaikan skor dengan 3 (tiga) provinsi yang mengalami kenaikan terbesar diantaranya yakni : (1) Jawa Barat yang naik 13,91 poin dari 65,93 pada 2012 menjadi 79,85 pada 2013; (2) Kalimantan Tengah juga mengalami kenaikan sebesar 13,45 poin dari 68,44 pada 2012 menjadi 81,89 pada 2013; (3) Aceh mengalami kenaikan terbesar terakhir sebesar 11,72 poin dari 60,16 pada 2012 menjadi 71,78 pada Disisi lain, pada 2013 terdapat 19 provinsi yang mengalami perubahan indeks menjadi lebih rendah, diantaranya terjadi pada 3 (tiga) provinsi terendah yaitu : (1) Lampung mengalami penurunan skor yang cukup signifikan yaitu 23,29 poin dari 94,14 pada 2012 menjadi 70,75 pada 2013; (2) Sulawesi Tenggara pada 2013 juga mengalami penurunan skor cukup signifikan yaitu 7,07 poin dari 91,39 pada 2012 menjadi 84,32 pada 2013; (3) penurunan yang cukup signifikan juga terjadi pada provinsi Bengkulu sebesar 6,19 poin dari 77,76 pada 2012 menjadi 71,57 pada Adapun kontribusi kegiatan sebagai upaya meningkatkan indeks kinerja lembaga demokrasi yaitu melalui : 1) Fasilitasi pembentukan kelompok kerja pengembangan IDI atau Pokja IDI pada 33 provinsi sesuai Surat Edaran Mendagri tahun Kelompok tersebut terdiri atas pemangku kepentingan yang memiliki tugas sebagai mitra tim IDI (Indeks Demokrasi Indonesia) dalam pengembangan dan pemanfaatan Indeks Demokrasi Indonesia. Pokja IDI telah terbentuk pada 33 provinsi, sedangkan PPWK telah terbentuk pada 21 Provinsi dan 24 Kab/Kota. Bentuk kegiatan adalah fasilitasi pengembangan kelompok kerja demokrasi dan pendampingan pusat pendidikan wawasan kebangsan di 5 regional di 33 Provinsi, yakni : 24

28 a. Sulawesi Utara meliputi: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara; b. Bali meliputi: Bali, NTB, NTT, Jateng, Papua dan Papua Barat; c. Lampung meliputi: Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau; d. Kalimantan Barat meliputi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Timur; e. Banten meliputi: Banten, Aceh, Jabar, DKI, DIY dan Sumatera Utara. 2) Menerbitkan regulasi secara tertulis terkait dengan jaminan kebebasan berkumpul dan berserikat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013, yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan penyusunan Peraturan Pemerintah. 3) Menerbitkan regulasi secara tertulis terkait dengan jaminan kebebasan dalam menjalankan ibadah agama dengan Peraturan Bersama Menteri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahdalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah. 4) Fasilitasi Pembentukan dan Pemberdayaan Forum Kerukanan Umat Beragama (FKUB) di daerah. Indikator 3: Indeks Hak-Hak Politik Berbeda dengan kedua indeks sebelumnya yang mengalami kecenderungan peningkatan skor, Indeks Hak-Hak Politik mengalami penurunan setiap tahunnya terakhir sebesar 0,08 poin dari 46,33 pada 2012 menjadi 46,25 pada Adapun kontribusi terhadap penurunan skor tersebut adalah terkait dengan variabel Peran Partai Politik sebesar 16,01 poin dari 69,52 pada 2012 menjadi 53,51 pada Penurunan tersebut, menjadikan Indeks Hak- Hak Politik pada kategori buruk. 25

29 Visualisasi Perkembangan Nilai Hak-Hak Politik Pada Nilai Indeks Hak-Hak Politik Nilai Indeks Hak- Hak Politik, Tahun 2009, 54.6 Nilai Indeks Hak- Nilai Indeks Hak- Hak Politik, Tahun Hak Politik, Tahun Nilai Indeks Hak- Nilai Indeks Hak- 2010, , Hak Politik, Tahun Hak Politik, Tahun 2012, , Terkait dengan penurunan skor pada variabel indeks Hak-Hak Politik dari 7 (tujuh) indikator terdapat 1 (satu) indikator yang berkontribusi terhadap penurunan skor hak-hak politik yaitu masih terdapat kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah. Penurunan skor sebesar 0,41 poin dari 19,21 pada 2012 menjadi 18,71 pada Sedangkan 2 (dua) indikator mengalami kenaikan skor yaitu terkait (1) prosentase perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Provinsi sebesar 1,54 poin dari 54,30 pada 2012 menjadi 54,84 pada (2) Indikator lain yang juga mengalami peningkatan skor yaitu pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan sebesar 2.61 poin dari 72,51 pada 2012 menjadi pada Adapun 4 (empat) indikator lainnya terdapat kecenderungan tidak mengalami perubahan atau relatif sama. 26

30 Perkembangan Skor Variabel Indeks Hak-Hak Politik pada No. Nama Variabel Hak-Hak Memilih atau dipilih 84,52 84,52 2 Kurangnya Fasilitasi sehingga Penyandang Cacat 50,00 50,00 tidak dapat menggunakan hak pilihnya 3 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 30,00 30,00 4 Voters turnout 73,82 73,82 5 Prosentase Perempuan Terpilih terhadap total 54,30 54,84 anggota DPRD Provinsi 6 Demontrasi/mogok yang bersifat kekerasan 19,21 18,71 7 Pengaduan masyarakat mengenai 69,91 72,51 penyelenggaraan pemerintahan Sementara untul level provinsi, data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) aspek Kebebasan Sipil terdapat 14 provinsi yang mengalami kenaikan skor dengan 3 (tiga) provinsi yang mengalami kenaikan terbesar diantaranya yakni : (1) Jawa Barat yang naik 13,91 poin dari 65,93 pada 2012 menjadi 79,85 pada 2013; (2) Kalimantan Tengah juga mengalami kenaikan sebesar 13,45 poin dari 68,44 pada 2012 menjadi 81,89 pada 2013; (3) Aceh mengalami kenaikan terbesar terakhir sebesar 11,72 poin dari 60,16 pada 2012 menjadi 71,78 pada Disisi lain, pada 2013 terdapat 19 provinsi yang mengalami perubahan indeks menjadi lebih rendah, diantaranya terjadi pada 3 (tiga) provinsi terendah yaitu : (1) Lampung mengalami penurunan skor yang cukup signifikan yaitu 23,29 poin dari 94,14 pada 2012 menjadi 70,75 pada 2013; (2) Sulawesi Tenggara pada 2013 juga mengalami penurunan skor cukup signifikan yaitu 7,07 poin dari 91,39 pada 2012 menjadi 84,32 pada 2013; (3) penurunan yang cukup signifikan juga terjadi pada provinsi Bengkulu sebesar 6,19 poin dari 77,76 pada 2012 menjadi 71,57 pada Adapun kontribusi kegiatan sebagai upaya meningkatkan indeks kinerja lembaga demokrasi yaitu melalui : 1) Fasilitasi pembentukan kelompok kerja pengembangan IDI atau Pokja IDI pada 33 provinsi sesuai Surat Edaran Mendagri tahun Kelompok tersebut terdiri atas pemangku kepentingan yang memiliki tugas sebagai mitra tim IDI (Indeks Demokrasi Indonesia) dalam pengembangan dan pemanfaatan Indeks Demokrasi Indonesia. Pokja IDI telah terbentuk pada 33 provinsi, sedangkan PPWK telah terbentuk pada 21 Provinsi dan 24 Kab/Kota. Bentuk kegiatan adalah fasilitasi pengembangan kelompok kerja 27

31 demokrasi dan pendampingan pusat pendidikan wawasan kebangsan di 5 regional di 33 Provinsi, yakni : a. Sulawesi Utara meliputi: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara; b. Bali meliputi: Bali, NTB, NTT, Jateng, Papua dan Papua Barat; c. Lampung meliputi: Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau; d. Kalimantan Barat meliputi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Timur; e. Banten meliputi: Banten, Aceh, Jabar, DKI, DIY dan Sumatera Utara. 2) Menerbitkan regulasi atau pedoman terkait dengan penggunaan hak memilih dan dipilih dalam pemilu. Adapun regulasi yang dikeluarkan yaitu terkait dengan paket Undang- Undang Bidang Politik : (1) Undang- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik; (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; (3) UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD; dan (5) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. 3) Mengeluarkan pedoman berupa modul tentang Pendidikan bagi Calon Pemilih Pemula. 4) Penanganan dan pemantauan konflik yang terjadi agar tidak bersifat kekerasan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (PKS). 5) Mengefektifkan pemanfaatan Pusat Komunikasi dan Informasi (Puskomin) terkait dengan pengaduan masyarakat baik terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan maupun terkait peristiwa konflik yang terjadi di daerah. 28

32 SASARAN 2 Meningkatnya komitmen pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa CAPAIAN KINERJA SASARAN Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Sasaran 2 Meningkatnya komitmen pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1. Persentase kebijakan/peraturan perundangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan 80% 77,27% 96,59% Indikator 3: Persentase kebijakan/peraturan perundangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan Terkait dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik yaitu merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kesatuan bangsa dan politik sebagaimana amanat Permendagri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Dimana dalam merumuskan kebijakan tersebut, harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada diatasnya baik secara substansi maupun penormaannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 10 Tahun Dalam merumuskan kebijakan diperlukan partisipasi masyarakat, instansi terkait serta para pemangku kepentingan lainnya dalam hal keterlibatan dalam proses politik yang seluas-luasnya baik dalam pengambilan keputusan maupun monitoring kebijakan. Hal tersebut tentunya diarahkan demi terwujudnya situasi dan kondisi nasional yang kondusif dalam rangka tercapainya pembangunan nasional. Penyusunan sebuah kebijakan termasuk peraturan perundang-undangan semestinya selain mempertimbangkan faktor-faktor normatif yang ideal juga harus memperhatikan faktor penerimaan dan kemampuan pelaksanaannya oleh para pemangku kepentingan terkait. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan komitmen pemangku kepentingan, sehingga kebijakan yang dikeluarkan tidak mengalami penolakan dan dapat dilaksanakan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bahwa upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia melalui penciptaan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan syarat 29

33 pokok pencapaian tujuan nasional, oleh karena itu perwujudan pencapaiannya harus dilaksanakan melalui pelaksanaan kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah termasuk untuk mengembangkan kehidupan demokrasi dan menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik sebagaimana diatur dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah harus berpedoman pada asas kepastian hukum, tertib penyelenggara negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalisme, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas dan keadilan. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terkait dengan pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan, dimana tanggungjawab akhir dari penyelenggaraan pemerintah daerah akan tetap berada pada Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintah Daerah pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Oleh karenanya, daerah dalam melaksanakan kebijakan nasional harus menempatkan partisipasi masyarakat sebagai instrumen yang sangat penting dalam sistem pemerintahan daerah dan berguna untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum. Sejalan dengan tersebut diatas, sampai dengan laporan ini disusun terdapat peraturan perundangan yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik selama kurun waktu adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Capaian Implementasi Kebijakan/Regulasi Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Periode No Jenis Tentang Capaian Kategori 1 UU Nomor 2 Tahun 2011 Partai Politik > 25 Provinsi Baik 2 UU Nomor 15 Tahun UU Nomor 7 Tahun 2012 Penyelenggara Pemilihan Umum Penanganan Konflik Sosial > 25 Provinsi Baik > 25 Provinsi Baik 30

34 4 UU Nomor 8 Tahun UU Nomor 17 Tahun 2013 Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Organisasi Kemasyarakatan > 25 Provinsi Baik Provinsi Cukup Baik 6 UU Nomor 17 Tahun PP Nomor 18 Tahun Permendagri No. 16 Tahun 2011 MPR, DPR, DPD dan DPRD Tata Cara Pengunduran Diri Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, dan Pegawai Negeri Yang Akan Menjadi Bakal Calon Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara Dalam Kampanye Pemilu Perubahan Atas Permendagri Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Komunitas Intelejen Daerah > 25 Provinsi Baik > 25 Provinsi Baik > 25 Provinsi Baik 31

35 9 Permendagri No. 39 Tahun Permendagri No. 36 Tahun Permendagri No. 49 Tahun Permendagri No. 50 Tahun Permendagri No. 29 Tahun Permendagri No. 38 Tahun Permendagri No. 57 Tahun 2011 Perubahan Atas Permendagri Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Kerjasama Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah Dengan Organisasi Kemasyarakatan Dan Lembaga Nirlaba Lainnya Dalam Bidang Kesatuan Bangsa Dan Politik Pedoman Dalam Negeri Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan Politik Pedoman Pemantauan Orang Asing Dan Organisasi Masyarakat Asing Di Daerah Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah Pedoman Pemerintah Daerah Dalam Rangka Revitalisasi Dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pedoman Peningkatan Kesadaran Bela Negara Di Daerah Pedoman Orientasi Dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Propinsi Dan DPRD Kab/Kota Provinsi Cukup Baik > 25 Provinsi Baik Provinsi Cukup Baik Provinsi Cukup Baik Provinsi Cukup Baik Provinsi Cukup Baik > 25 Provinsi Baik 32

36 16 Permendagri No. 61 Tahun Permendagri No. 64 Tahun Permendagri No. 1 Tahun Permendagri No. 33 Tahun Permendagri No. 71 Tahun Permendagri No. 20 Tahun Permendagri Nomor 21 Tahun 2013 Pedoman Pemantauan, Pelaporan Dan Evaluasi Perkembangan Politik Di Daerah Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian Pedoman Pemberian Tanda Penghargaan Pembauran Kebangsaan Pedoman Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Pedoman Daerah Pendidikan Wawasan Kebangsaan Perubahan Kedua Atas Permendagri No 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Kerjasama Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Nirlaba Lainnya dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika > 25 Provinsi Baik Provinsi Cukup Baik Provinsi Kurang Provinsi Kurang Provinsi Cukup Baik Provinsi Kurang < 10 Provinsi Buruk 33

37 23 Permendagri Nomor 26 Tahun Permendagri Nomor 7 Tahun Permendagri Nomor 28 Tahun 2014 Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Perubahan Atas Permendagri No. 64 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan Daerah Di TMII > 25 Provinsi Baik Provinsi Kurang Provinsi Kurang 26 Permendagri Nomor Perubahan Atas Provinsi Cukup 77 Tahun 2014 Permendagri Nonor 26 Baik Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permendagri No. 26 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik Sumber data: Bagian Perundang-Undangan dan Kepegawaian, Desember 2014 Berdasarkan data tersebut diatas, telah dilakukan analisis dan pembobotan berdasarkan pada masing-masing kebijakan/regulasi yang dihasilkan Direktorat Jenderal 34

38 Kesatuan Bangsan dan Politik selama kurun waktu dengan kategori sebagai berikut: Tabel 3.4 Kategori Kebijakan/Regulasi yang dilaksanakan Pemerintah daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya No. Nilai Kebijakan/Regulasi yang dilaksanakan Daerah Kategori Nilai 1. > 25 Provinsi Baik Provinsi Cukup Baik Provinsi Kurang 4. < 10 Provinsi Buruk Dari total 26 peraturan yang dihasilkan selama kurun waktu terdapat 10 peraturan yang telah diimplementasikan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya melalui berbagai regulasi yang ada di daerah baik dalam bentuk penyusunan Peraturan Daerah maupun penyusunan RPJMD, Renstrada dan Rencana Kerja Daerah yaitu sebanyak lebih dari 25 Provinsi dengan penilaian kategori baik. Adapun provinsi yang belum optimal melaksanakan implementasi terkait 10 (sepuluh) kebijakan/regulasi bidang kesatuan bangsa dan politik yaitu Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Kalimantan Utara. Sedangkan 10 (sepuluh) peraturan bidang kesatuan bangsa dan politik lainnya dilaksanakan oleh Provinsi dengan penilaian kategori cukup baik. Provinsi yang menindaklanjuti terkait dengan peraturan tersebut yaitu Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan Lampung, Aceh, Bali, Gorontalo, NTT, Maluku Utara, Kepri, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan kemudian terkait dengan 5 peraturan yang terbit tahun 2013 dan 2014 berada pada kategori penilaian kurang sebagai akibat dari peraturan tersebut ditindaklanjuti oleh 10 provinsi dalam bentuk penyusunan rencana kerja daerah yaitu melalui kegiatan sosialisasi di daerah. Terkait dengan 1 peraturan yaitu Permendagri No. 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika hanya ditindaklanjuti oleh kurang dari 10 Provinsi yaitu BNNP Jawa Barat, BNNP DKI Jakarta sebagai akibat peraturan dimaksud baru terbit pada tahun 2013 dan baru efektif dilakukan sosialisasi pada TA Adapun metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data dan Informasi terkait implementasi kebijakan/regulasi bidang kesatuan bangsa dan politik yaitu melalui review media dan dokumen perencanaan daerah (RPJMD, Renstrada dan Rencana Kerja Daerah); penyebaran kuesioner pada saat pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional bidang Kesatuan Bangsa dan Politik terakhir dilaksanakan pada tanggal Januari 2013 dan

39 Desember 2013 di Jakarta; wawancara mendalam kepada pejabat terkait di daerah; dan monitoring dan evaluasi secara terus menerus melalui berbagai kegiatan di daerah. Dari sisi capaian kinerja dari jumlah 26 regulasi/kebijakan bidang kesbangpol yang telah dihasilkan selama kurun waktu dapat dikatakan tercapai 96,15% atau terealisasi 76,92% dari target 80% yang telah ditetapkan di dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra). Hal tersebut sebagai akibat terdapat 6 peraturan perundangan yang dikeluarkan tahun 2013 dan 2014 belum maksimal terimplementasi di daerah, sehingga hanya kurang dari 10 provinsi yang menindaklanjuti dalam bentuk pelaksanaan sosialisasi di daerah. Adapun permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja implementasi kebijakan/regulasi bidang kesbangpol sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal yaitu: 1. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi serta konsolidasi dalam implementasi kebijakan/peraturan perundangan-undangan. Hal ini juga disebabkan adanya kekosongan dalam penyelenggaraan urusan-urusan lintas sektor yang tidak ditangani secara utuh oleh salah satu instansi termasuk SKPD Kesbangpol di daerah; 2. Masih adanya tumpang tindih peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Implementasi/tindaklanjut terkait peraturan perundang-undangan bidang kesbangpol di daerah mengalami kesulitan dikarenakan adanya political will Kepala Daerah yang berbeda-beda dalam presepsinya serta belum adanya komitmen pemangku kepentingan; 4. Terbatasnya kemampuan APBD dan SDM yang memadai dalam rangka sosialisasi dan monitoring pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut terutama untuk Kabupaten/Kota; 5. Belum adanya penegasan untuk penyesuaian struktur organisasi/nomenklatur Kesbangpol Provinsi/Kabupaten/Kota dimana didalam amanat PP 38 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kesbangpoldagri merupakan salah satu urusan wajib namun dalam PP No. 41 Tahun 2007 masih disebutkan nomenklatur Kesbangpol dan Linmas sementara amanat PP No. 6 Tahun 2010 bahwa linmas penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Satpol PP, terkait hal tersebut PP No. 41 Tahun 2007 perlu direvisi kembali. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam pemecahan permasalahan tersebut diatas adalah: 1. Perlu pengaturan yang lebih tegas terkait penyelenggaraan urusan kesbangpol dalam konteks urusan pemerintahan umum sehingga dapat dilaksanakan secara lintas sektor. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan urusan tersebut maka diperlukan penataan kembali pada organisasi penyelenggara urusan di pusat maupun di daerah. Gubernur, Bupati dan Walikota selain selaku kepala daerah juga perlu ditempatkan sebagai wakil pemerintah di wilayah (Kepala Wilayah) sehingga dapat meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi serta 36

40 konsolidasi pemerintahan di daerah. Untuk mendukung tugas Kepala Wilayah dimaksud, perlu dibantu oleh unit kerja aparatur pusat yang menangani urusan tersebut; 2. Inventarisasi data yang akurat terkait kebijakan/peraturan perundangan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik; 3. Perlunya sosialisasi dan pemahaman terhadap pejabat politik di daerah terutama kepada Kepala Daerah; 4. Perlunya simplifikasi dalam rangka penyusunan kebijakan/peraturan perundangundangan sehingga tidak terjadi duplikasi/tumpang tindih antara satu kebijakan/peraturan dengan kebijakan/peraturan lain; 5. Perlunya peningkatan kegiatan seperti pelaksanaan Bimbingan Teknis, Pendidikan dan Pelatihan, Rapat Koordinasi dan Seminar yang melibatkan Kesbangpol Provinsi/Kabupaten/Kota; 6. Penyesuaian kembali terkait struktur organisasi maupun nomenklatur Kesbangpol yang ada di Provinsi/kabupaten/Kota sehingga ada kejelasan baik secara hierarki maupun tupoksinya dengan harapan hal tersebut akan mampu memperjelas dalam penyusunan kebijakan maupun perbaikan mekanisme, prosedur penyelenggaraan kebijakan publik; 7. Pemantauan dan monitoring secara berkala terhadap implementasi pelaksanaan kebijakan/peraturan perundangan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya. SASARAN 3 Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan CAPAIAN KINERJA SASARAN Tabel 3.5 Pengukuran Kinerja Sasaran 3 Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1. Persentase forum dialog publik yang efektif 80% 80% 100% Indikator 4: Persentase forum dialog publik yang efektif Selaras dengan visi dan misi pembangunan nasional yaitu yang terkait (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab yang 37

41 berfalsafah pancasila; (2) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandas hukum; (3) Mewujudkan indonesia aman, damai dan bersatu. dalam hal ini Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugas dan peran dalam rangka mewujudkan misi pembangunan dimaksud. Yang kemudian diterjemahkan kedalam program pembinaan kesatuan bangsa dan politik. Dalam mewujudkan program tersebut, dilakukan pendekatan melalui penguatan forum-forum dialog yang melibatkan peran serta masyarakat dalam penyelesaian berbagai permasalahan di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, kontruksi hubungan kemitraan yang dibangun antara pemerintah dengan masyarakat seperti yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan terdiri dari kemitraan di bidang kewaspadaan dini melalui Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) berdasarkan amanat Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah, dibidang kerukunan antar umat beragama melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Sedangkan kemitraan dibidang kerukunan antar etnis melalui Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan Di Daerah. Mencermati situasi nasional yang terus berkembang selama ini, sebuah keprihatinan masih terjadinya konflik dan peristiwa kekerasan di sejumlah daerah. Berbagai peristiwa konflik yang terjadi dilatarbelakangi dengan beberapa motif. Adapun penyebab paling krusial terjadinya konflik di Indonesia antara lain terkait: distorasi kebijakan publik, patologi birokrasi, kesenjangan sosial ekonomi, perebutan sumber daya alam, masalah adat kebudayaan dan identitas, distorsi penegakan hukum dan keadilan, disfungsi aparat keamanan. Dengan kondisi tersebut peran strategis forum dialog publik seperti Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) menjadi sangat penting dalam rangka mengantisipasi timbulnya berbagai konflik dan kerawanan sosial ditengah masyarakat yang dapat mengancam stabilitas nasional. Menyikapi permasalahan dan potensi yang dimiliki diatas diperoleh sebuah keyakinan bahwa metodologi yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan keamanan dalam negeri terkait konflik sosial adalah melalui dialog-dialog publik yang efektif. Untuk itu dalam program pembinaan kesatuan bangsa dan politik dilakukan pendekatan melalui penguatan forum-forum dialog yang terdapat di masyarakat khususnya forum yang dibentuk melalui Permendagri sebagai upaya penciptaan rasa aman, terlindungi dan stabilitas kerukunan dalam masyarakat. Terhadap indikator tersebut diatas, sasaran strategis Renstra Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik menargetkan 80% pelaksanaan forum dialog publik yang efektif terhadap ketiga forum yang ada di daerah yaitu FKDM, FKUB dan FPK termasuk Kominda. Forum dialog yang berlangsung efektif ini dipercaya pula dapat memberi kontribusi dalam 38

42 penanganan konflik. Memperhatikan perkembangan forum-forum yang ada tersebut diperoleh hasil yang cukup menggembirakan, setidaknya bila dilihat dari pembentukan forum-forum di daerah. Selanjutnya meskipun bukan sebagai faktor tunggal, forum-forum yang ada telah memberikan kontribusi meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian berbagai persoalan kemasyarakatan, termasuk konflik sosial. Dipercaya bahwa forum-forum yang ada cukup efektif baik secara langsung maupun tidak menekan angka konflik pada Tahun 2014 sehingga berkurang di banding tahun sebelumnya. Gambar 3.17 Data Peristiwa Konflik Selama Kurun Waktu Peristiwa konflik Peristiwa konflik, Tahun 2014, 71 Peristiwa konflik, Tahun 2013, 85 Peristiwa konflik, Tahun 2011, 77 Peristiwa konflik, Tahun 2010, 93 Peristiwa konflik, Tahun 2012, 128 Sumber Data: Pusat Komunikasi dan Informasi Ditjen Kesbangpol, Kemendagri Tahun 2014 Selama kurun waktu telah terekam sebanyak 454 peristiwa konflik dengan ricina sebagai berikut : Tahun 2010 telah terjadi 93 peristiwa konflik; Tahun 2011 telah terjadi 77 peristiwa konflik; Tahun 2012 telah terjadi 128 peristiwa konflik; Tahun 2013 telah terjadi 85 peristiwa konflik; dan Tahun 2014 telah terjadi 71 peristiwa konflik. Sehubungan dengan hal tersebut, implikasi utama terjadinya konflik yaitu konflik mampu menghambat proses pembangunan termasuk pemberdayaan manusia di daerah tertinggal; konflik yang tidak teratasi dengan baik juga akan menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah khususnya aparat keamanan; konflik yang ditandai dengan tidak adanya saluran komunikasi politik serta kebijakan publik yang terdistorsi oleh kepentingan parsial. 39

43 Adapun pencapaian terhadap upaya menekan angka konflik dengan melakukan penguatan forum-forum dialog didaerah dapat digambarkan sebagaimana data di bawah ini: 1. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Dalam Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 ditegaskan bahwa penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat di daerah menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh masyarakat, difasilitasi dan dibina oleh pemerintah daerah. Karena itu FKDM merupakan salah satu bentuk kemitraan antara pemerintah daerah dengan masyarakat. Dengan kemitraan melalui FKDM diharapkan masyarakat mampu memberikan kontribusi positif demi terwujudnya keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat. Tabel 3.6 Data rekapitulasi pembentukan FKDM Provinsi/Kabupaten/Kota se-indonesia Provinsi FKDM Provinsi FKDM Kab/Kota Sudah terbentuk Belum terbentuk Sudah terbentuk Belum terbentuk NAD 23 - SUMUT SUMBAR 18 1 RIAU 12 - JAMBI 11 - SUMSEL 15 1 BENGKULU 9 1 LAMPUNG 15 - BABEL 6 1 KEPRI 7 - DKI JAKARTA 6 - JABAR JATENG 35 - DIY 5 - JATIM 34 - BANTEN 8 - BALI 5 4 NTB 10 - NTT 21 1 KALBAR 10 4 KALTENG 14-40

44 KALSEL 13 3 KALTIM 14 1 SULUT 15 - SULTENG 12 1 SULSEL 24 4 SULTRA 12 1 GORONTALO 6 - SULBAR 3 3 MALUKU 11 - MALUT 6 4 PAPUA 9 20 PAPUA BARAT 5 8 KALTARA - X - 5 TOTAL Sumber data: Direktorat Kewaspadaan Nasional, Desember 2014 Berdasarkan data diatas, sampai dengan akhir tahun 2014 FKDM yang terbentuk yaitu 33 Provinsi dari 34 Provinsi (97,05%) dan 425 Kab/Kota dari total 514 Kab/Kota (82,68%) dengan total keseluruhan sebesar 90% dari jumlah Provinsi/Kab/Kota yang ada. Dari total 90% yang terbentuk di Provinsi/Kab/Kota mencapai 87,94% efektif dalam melakukan deteksi dini, cegah dini dan lapor cepat terhadap potensi kerawanan konflik yang terjadi di daerah. Data tersebut tidak mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu efektif di 33 Provinsi (97,05%) dan 335 Kab/Kota atau sebesar 78,82%. Sehingga capaian secara keseluruhan efektif sebesar 87,94%. Data tersebut diperoleh dengan berbagai sumber yaitu melalui laporan pelaksanaan kegiatan baik secara langsung dalam bentuk hardcopy maupun melalui media elektronik seperti surat elektronik ( ), pendataan pada saat dilaksanakannya Rapat Koordionasi Nasional terkait Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) yang dilaksanakan setiap tahunnya, dan juga berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan ke beberapa daerah serta melalui data kuesioner/wawancara kepada seluruh Kepala Badan Provinsi/Kabupaten/Kota. 41

45 Adapun kendala dari pembentukan maupun penguatan FKDM di daerah antara lain: a. Kurangnya dukungan dan respon dari anggota DPRD dalam hal penganggaran terhadap forum dialog yang ada didaerah, dimana DAU APBD setiap tahunnya diprioritaskan untuk infrastruktur daerah, pendidikan dan kesehatan; b. Terkait minimnya dukungan dana, disebabkan masih adanya anggapan bahwa forum dialog tersebut tidak terlalu penting sehingga dalam penganggaran belum diprioritaskan; c. Di beberapa daerah, penganggaran program kerja Badan Kesbang ditentukan langsung oleh Kepala Daerahnya masing-masing bukan atas usulan/direncanakan oleh Satuan Kerja Kesbangpol terkait; d. Belum adanya dukungan sarana dan prasarana untuk mobilitas; e. Adanya konflik pemilukada sehingga mempengaruhi proses penganggaran forum dialog yang ada di daerah; f. Belum optimalnya pelaksanaan koordinasi dan konsultasi terkait FKDM kepada Pemerintah Daerah. Upaya tindak lanjut dari permasalahan yang terjadi terkait pembentukan dan penguatan FKDM di daerah antara lain: a. Perlu adanya Surat Edaran Mendagri yang bersifat instruktif terkait penganggaran alokasi dana untuk pembentukan dan penguatan fasilitasi forum tersebut atau penganggaran terpusat melalui dana dekonsentrasi; b. Penguatan komitmen, pemahaman dan sosialisasi terkait urgensi forum kepada anggota DPRD dan pemangku kepentingan lainnya sehingga ada dukungan alokasi dana dalam pembentukan dan penguatan forum; c. Perlu pendekatan yang dilakukan oleh SKPD Kesbangpol kepada tokoh masyarakat setempat dalam pembentukan forum sehingga diharapkan dapat dibentuk sampai pada tingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan; d. Perlunya upaya peningkatan efektivitas FKDM melalui mekanisme pemberian reward dan punishment serta monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. 2. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dalam rangka memelihara ketertiban, kerukunan dan keharmonisan kehidupan antar umat beragama sebagaimana yang telah dijelaskan pada UUD RI Tahun 1945 Pasal 29 Ayat (2) bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Perlu dipahami bersama bahwa UUD RI Tahun 1945 selain menghormati hak-hak asasi manusia, pada saat yang sama juga mengatur tentang kewajiban asasi manusia. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 28 J Ayat (2): Dalam menjalankan hak dan 42

46 kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah telah membuat pengaturan tentang kehidupan keagamaan dalam rangka menjaga ketertiban, keharmonisan dan keserasian aktivitas kehidupan keagamaan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, antara lain melalui Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri Agama dan Menteri Dalam 43 Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadat. FKUB telah menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama dan mewujudkan suasana yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberadaan Dewan Penasihat FKUB, perlu terus didorong untuk melaksanakan pemberdayaan terhadap FKUB melalui peningkatan intensitas interaksi unsur-unsur Dewan Penasihat FKUB dengan FKUB. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang lebih intensif antara Wakil Gubernur sebagai Ketua Dewan Penasihat FKUB Provinsi, FKUB dengan pemerintah daerah dalam rangka mengantisipasi berbagai kondisi yang berpotensi memicu konflik sosial bernuansa agama. Tabel 3.7 Daftar rekapitulasi pembentukan FKUB Provinsi/Kabupaten/Kota se-indonesia FKUB Provinsi FKUB Kab/Kota Provinsi Sudah terbentuk Belum terbentuk Sudah terbentuk Belum terbentuk ACEH 19 4 SUMUT 30 3 SUMBAR 14 5 RIAU 12 -

47 JAMBI 11 - SUMSEL 15 1 BENGKULU 7 3 LAMPUNG 11 4 BABEL 4 3 KEPRI 6 1 DKI JAKARTA 6 - JABAR 27 - JATENG 35 - DIY 4 1 JATIM 38 - BANTEN 8 - BALI 9 - NTB 10 - NTT 21 1 KALBAR 14 - KALTENG 14 - KALSEL 13 - KALTIM 10 - SULUT 14 1 SULTENG 14 - SULSEL 23 1 SULTRA 10 3 GORONTALO 5 1 SULBAR 3 3 MALUKU MALUT 5 5 PAPUA PAPUA BARAT 6 7 KALTARA 5 - TOTAL Sumber data: Direktorat Ketahanan Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan, Desember 2014 Berdasarkan pada data diatas, sampai dengan tahun 2014 telah terbentuk FKUB yaitu 34 Provinsi dari 34 Provinsi (100%), 445 Kab/Kota dari total 514 Kab/Kota (86,58%). Dari jumlah FKUB yang terbentuk terdapat 34 Provinsi dikatakan efektif yaitu 97,06% dan 445 Kab/Kota efektif sebanyak 424 (82,49%) yang efektif dalam 44

48 membangun komunikasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya memelihara kerukunan antar umat beragama serta aktif dalam memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait upaya penyelesaian kerukunan di daerah. Sehingga secara keseluruhan terkait dengan efektitas FKUB di daerah tercapai sebesar 89,77%. Dari data pembentukan FKUB di 34 provinsi terdapat 33 Provinsi atau 97,06% yang sudah menindaklanjuti dalam bentuk Peraturan Gubernur dan rutin menyampaikan laporan kegiatannya baik secara langsung maupun melalui Pusat Komunikasi dan Informasi (Puskomin). Adapun provinsi yang aktif melakukan komunikasi, koordinasi dan membangun jaringan kerja baik dengan forum komunikasi lainnya maupun berbagai pemangku kepentingan di daerah yang ada (seperti lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, pemuka budaya, LSM kerukunan dan kalangan penguasaha) serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait dengan permasalahan pemeliharaan kerukunan maupun konflik yang bersifat keagamaan di daerah yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Kepri, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten, Bali, NTB, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulteng, Sulsel, dan Pabar. Efektifitas peran FKUB di daerah dapat dilihat dari bagaimana FKUB berperan aktif sebagai koordinator gerakaan pemeliharaan kerukunan di daerah; FKUB juga sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan baik yang bersifat preventif maupun represif; dan FKUB juga aktif menangani pengaduan masyarakat terkait kasus konflik yang bersifat keagamanaan. Salah satu contoh terkait pelaksanaan FKUB yang ada di Aceh, dimana Pemerintah Aceh telah menindaklanjuti kebijakan pemerintah terkait dengan pemeliharaan kerukunan antar umat beragama melalui perjanjian beberapa dokumen Pemerintah Aceh seperti Qanun Aceh, Peraturan tentang Dokumen Perencanaan yaitu RPJMD, Renstrada dan Rencana Kerja Daerah dengan telah menetapkan 7 (tujuh) prioritas dan sasaran Pemerintah Aceh salah satunya adalah pembangunan agama, sosial dan budaya serta secara spesifik menindaklanjuti PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadat melalui perjanjian Peraturan Gubernur Aceh No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Pendirian Rumah Ibadah. Selain data diatas, terdapat capaian di beberapa provinsi yang sudah melakukan pembentukan sampai dengan tingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan yaitu DKI Jakarta Selatan, Banten (Serang), Sumatera Selatan (Muara Banyuasin), Jawa Tengah (Salatiga, Tegal, Pemalang), DIY (Sleman), Kepulauan Riau (Lingga), Sulawesi Selatan (Luwu Utara, Bitung), Lampung (Lampung Utara), Kalimatan Timur (Bontang), Sulawesi 45

49 Tengah (Poso), Maluku (Buru), NAD (Bener Meriah), Nusa Tenggara Timur (Manggarai) dengan tingkatan prosentase yang berbeda daerah satu dengan lainnya. Bagi beberapa Kabupaten/Kota yang belum melakukan pembentukan dikarenakan hal-hal sebagai berikut : a. Kurangnya pemahaman terhadap substansi PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 baik dikalangan aparatur pemerintah dan pemerintah daerah, anggota FKUB maupun masyarakat; b. Kurangnya komitmen dari Kepala Daerah untuk mendorong peran FKUB dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; c. Belum optimalnya fungsi Dewan Penasehat FKUB dalam mendorong peran dan tugas FKUB; d. Belum tumbuhnya kesadaran dari sebagian anggota FKUB untuk melepaskan kepentingan politik menjelang pemilukada; e. Masih berkembangnya anggapan bahwa keberadaan FKUB hanya sebagai lembaga untuk penyelesaian konflik terkait kerukunan umat beragama; f. Eksistensi FKUB dan program-programnya belum dikenal dibeberapa instansi daerah maupun masyarakat luas serta belum menyentuh pada persoalan secara substansi. Tindak lanjut terhadap kendala dan permasalahan yang dihadapi antara lain : a. Pemahaman dan sosialisasi kembali terkait Permendagri Nomor 41 Tahun 2010 kepada daerah sehingga ada kesamaan nomenklatur dalam mensinergiskan kegiatan pusat dan daerah; b. Perlu dukungan dana baik melalui APBD maupun APBN (dana dekonsentrasi) agar ke depan FKUB menjadi lebih mandiri, profesional dan bertanggungjawab; c. Perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan berkala terkait pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pembina teknis FKUB di daerah. d. Peningkatan kapasitas anggota FKUB melalui berbagai pelatihan dan bimbingan teknis yang bekerjasama dengan instansi lainnya. 3. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Bangsa Indonesia terbangun melalui proses bersatunya keanekaragaman suku bangsa, agama, adat istiadat dan budaya yang ada di nusantara dari sabang sampai merauke, dan kemajemukan suku bangsa itu merupakan sesuatu yang patut disyukuri sehingga kedepan diharapkan kemajemukan tersebut tidak berpotensi menimbulkan masalah. Oleh karenanya upaya pengelolaan masyarakat yang majemuk secara baik perlu dikembangkan secara sistematik dan berkelanjutan untuk menumbuhkan harmonisasi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. 46

50 Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut dan dalam rangka meningkatkan rasa cinta tanah air di daerah serta sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan, maka keberadaan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) menjadi alternatif bagi masyarakat dalam membangun sikap untuk menghormati dan menghargai kemajemukan masyarakat. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sebagai mitra sekaligus ujung tombak pemerintah yang memiliki peran penting dan bermakna strategis dalam mengupayakan kerjasama antar warga masyarakat yang diarahkan untuk memantapkan kerukunan nasional. Sebagai dasar pembentukan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) adalah Permendagri Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah dan Surat Nomor 061/149.D.I Tanggal 13 Februari 2008 perihal Pembentukan FPK dan Dewan Kehormatan FPK yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Tabel 3.8 Data Rekapitulasi Pembentukan FPK Provinsi/Kabupaten/Kota se-indonesia FPK Provinsi FPK Kab/Kota Provinsi Sudah terbentuk Belum terbentuk Sudah terbentuk Belum terbentuk NAD 18 5 SUMUT SUMBAR 3 16 RIAU 12 0 JAMBI 8 3 SUMSEL 15 2 BENGKULU 7 3 LAMPUNG 8 7 BABEL 4 3 KEPRI 7 - DKI JAKARTA JABAR JATENG 31 4 DIY

51 JATIM BANTEN 7 1 BALI 7 2 NTB 6 4 NTT 19 3 KALBAR KALTENG 4 10 KALSEL 4 9 KALTIM 7 3 SULUT 3 12 SULTENG 9 4 SULSEL 23 1 SULTRA 11 3 GORONTALO 2 4 SULBAR MALUKU MALUT PAPUA PAPUA BARAT KALTARA TOTAL Sumberdata: Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, Desember 2014 Berdasarkan data diatas, sampai dengan Tahun 2014 FPK telah terbentuk yaitu 27 Provinsi dari 34 Provinsi (79,41%) dan 283 Kab/Kota dari 514 Kab/Kota (54,66%). Dari jumlah Provinsi/Kab/Kota yang terbentuk terdapat 73,52% Provinsi dan 25,87% Kab/Kota yang efektif dalam mengantisipasi terjadinya konflik terkait pembauran di daerah. Sehingga total capaian sebesar 49,70%. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel diatas bahwa terkait Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) pembentukannya belum seluruh prov/kab/kota sehingga ke depan perlu kerja keras bersama semua pihak terkait sehingga seluruh Provinsi/Kab/Kota dapat tercapai. Namun demikian di beberapa Kabupaten/Kota sudah melakukan pembentukan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sampai pada tingkat Kecamatan seperti Sigi (Sulawesi Tengah), Gayo Lues, Lhoksumawe (NAD), Musi Banyuasin (Sumatera Selatan), Salatiga, Tegal (Jawa Tengah), Lingga (Kepulauan Riau), Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Poso (Sulawesi Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan 48

52 Lampung Utara (Lampung) dengan tingkat prosentase yang berbeda daerah satu dengan daerah lainnya. Namun demikian dalam pembentukannya di beberapa Provinsi/Kabupaten/ Kota masih menemui kendala/permasalahan antara lain: a. Rendahnya pemahaman pada unsur perencanaan daerah yaitu Kepala Daerah dan DPRD terkait pentingnya Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sehingga alokasi dana pada APBD sangat minim, seperti pada Kabupaten Bitung Provinsi Sulawesi Selatan, untuk Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) masuk pada pos Kominda dan FKPD (Muspida) sehingga alokasi dana untuk FPK belum teranggarkan; b. Kurangnya perhatian dari Kepala Daerah terkait kegiatan yang ada di Kesbangpol sehingga forum dialog seperti FPK kurang mendapat dukungan dalam penyelenggaraannya. c. Masih minimnya kapasitas dan pengetahuan anggota forum dalam menjalankan tugas fungsinya. Tindaklanjut yang perlu dilakukan dalam menangani kendala/permasalahan diatas antara lain: a. Sosialisasi dan pemahaman kembali kepada Kepala Daerah dan SKPD terkait tentang pentingnya Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) sehingga pada masa yang akan datang, forum tersebut akan terfasilitasi secara kegiatan maupun anggaran sesuai dengan tugas fungsinya; b. Pelaksanaan bimbingan teknis maupun pelatihan dan pendidikan kepada anggora FPK dalam peningkatan kapasitas dan kemampuan dan juga dalam rangka penguatan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK); c. Perlunya regulasi yang tegas terkait mekanisme reward dan punishment bagi daerah yang tidak melakukan pembentukan dan penguatan forum; d. Perlu adanya dukungan dana APBN melalui dekonsentrasi. 4. KOMINDA (Komunitas Intelijen Daerah) Dalam pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Bunyi pembukaan tersebut, menyiratkan bahwa Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk melindungi setiap warga negaranya. Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa wajib berpedoman pada 4 pilar utama kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. 49

53 Mencermati situasi dan kondisi nasional yang terus berkembang saat ini, salah satu upaya pemerintah untuk dapat menjawab berbagai permasalahan yang berpotensi mengganggu kondisi keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat telah di terbitkan Permendagri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan Permendagri No. 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah. Tabel 3.9 Data Rekapitulasi Pembentukan Kominda Provinsi/Kabupaten/Kota se-indonesia Kominda Kominda Provinsi Kab/Kota Provinsi Sudah Belum Sudah Belum terbentuk terbentuk terbentuk terbentuk NAD 23 - SUMUT 33 - SUMBAR 19 - RIAU 12 - JAMBI 11 - SUMSEL 15 - BENGKULU 10 - LAMPUNG 14 - BABEL 7 - KEPRI 7 - DKI JAKARTA 6 - JABAR 26 - JATENG 35 - DIY 5 - JATIM 38 - BANTEN 8 - BALI 9 - NTB 10 - NTT 21 - KALBAR 14 - KALTENG 14 - KALSEL 13 - KALTIM 14 - SULUT 15-50

54 SULTENG 11 - SULSEL 23 - SULTRA 12 - GORONTALO 6 - SULBAR 5 - MALUKU 14 - MALUT 11 - PAPUA 29 - PAPUA BARAT 11 - KALTARA TOTAL Sumberdata: Direktorat Kewaspadaan Nasional, Desember 2014 Berdasarkan data diatas, sampai dengan Tahun 2014 Kominda telah terbentuk di seluruh 33 Provinsi (97,05%) dan 509 Kab/Kota atau 99,02%. Dari total Kominda yang telah terbentuk efektif sebanyak 33 provinsi (97,05%) sedangkan Kab/Kota efektif sebesar 88,13% atau 453 Kab/Kota. Secara keseluruhan Kominda dapat dikatakan aktif dalam menjalankan tugas dan peranannya di daerah dalam rangka mengantisipasi konflik di daerah. Hal tersebut, terlihat pada saat pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional yang dilaksanakan setiap tahunnya dihadiri oleh seluruh Ketua Kominda Prov/Kab/Kota, Kabinda, Kaban Kesbangpol Prov/Kab/Kota, Asintel Kodam/Korem, Asintel Kejati, Dir Intelkam Polda serta laporan rutin yang disampaikan baik melalui surat elektronik ( ) maupun laporan yang disampaikan setiap harinya melalui Pusat Komunikasi dan Informasi yang ada di Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik terkait dengan situasi dan kondisi Ipoleksosbud dan keamanan daerah di seluruh Indonesia. Dari sisi capaian target Renstra terkait dengan Sasaran Strategis Meningkatnya komunikasi dan dialog yang kontruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan dapat dikatakan tercapai 80% dari target 80% (capaian sebesar 100%). 51

55 SASARAN 4 Meningkatnya kesadaran warga negara dalam partisipasi politik CAPAIAN KINERJA SASARAN Tabel 3.10 Pengukuran Kinerja Sasaran 4 Meningkatnya kesadaran warga negara Target dalam partisipasi politik Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar Negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) 80% 94,19% 117,73% Indikator 4: Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar Negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) Dinamika lingkungan strategis yang berkembang telah membawa implikasi berbagai penafsiran terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Kondisi ini dikhawatirkan bangsa Indonesia akan serta munculnya fahamfaham radikal, menguatnya cauvimisme 4 menghadapi krisis ideologi. Seiring dengan itu menguatnya pengaruh budaya asing (westernisasi) yang terjadi didalam perilaku dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak lagi mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila, kesukuan sehingga membuat terjadinya disharmonis sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya kegiatan revitalisasi Pancasila dalam rangka penguatan karakter bangsa merupakan suatu program yang mendesak untuk diselenggarakan guna peningkatan partisipasi politik masyarakat melalui pelaksanaan pendidikan politik. Upaya-upaya dimaksud diselenggarakan dalam bentuk kegiatan sarasehan, seminar dan forum-forum diskusi yang diselenggarakan melalui kerjasama dengan berbagai unsur instansi pemerintah, elemen masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Hal tersebut dalam rangka menyelaraskan persepsi dan interpretasi yang 4 cauvimisme adalah suat paham cinta terhadap tanah air secara berlebihan terhadap bangsanya sendiri dengan merendahkan bangsa lain 52

56 berbeda dalam memahami Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah negara, utamanya mengenai penguatan karakter bangsa. Di era informasi dan dalam masyarakat madani, masyarakatlah yang harus berperan, ini adalah realitas politik dan juga bagian dari proses demokratisasi sebagaimana amanat konstitusi kita mengenai kebebasan berserikat pada pasal 28 UUD 1945 dan adanya kebebasan mengemukakan pendapat lisan dan tulisan. Oleh karenanya pendidikan politik menjadi bentuk nyata dan berkelanjutan yang harus kita laksanakan bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pembangunan politik dalam negeri yakni terciptanya pembangunan politik yang berkarakter dengan menjunjung tinggi etika dan budaya politik demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD Pembangunan politik dalam negeri dimaksudkan untuk mendukung penguatan demokrasi Pancasila khususnya dan menciptakan stabilitas politik secara nasional. Pencapaian cita-cita nasional harus didukung oleh kemampuan manusia manusia Indonesia yang mampu menunjukkan profesionalisme, juga kualitas kisi-kisi kebangsaan yang terwujud dalam pola sikap dan perilaku cinta tanah air dan yakin akan perjuangan menuju cita-cita nasional. Kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi semata dalam mewujudkan cita-cita nasional tidaklah cukup, masih diperlukan landasan nilai-nilai kebangsaan guna tetap terjaganya upaya perekatan dan integritas nasional untuk kelangsungan dan kejayaan bangsa dan negara. Sikap perilaku cinta tanah air merupakan landasan dasar yang dapat menjadi pengarah (driving force) sekaligus penjamin bahwa upaya pembangunan nasional tetap berada dalam rel yang benar (on the right track), yakni rel kebangsaan Indonesia. Pembentukan pola sikap dan perilaku bela negara merupakan bagian dari sistem building, sebagai sub sistem pengawal struktur kemasyarakatan dan kenegaraan yang mewarnai tidak saja akselerasi, tetapi juga arah perjuangan mencapai cita-cita nasional. Oleh sebab itu kualitas jiwa merah putih merupakan hal yang mendasar yang harus diwujudkan, sebagaimana disuratkan dalam syair lagu Kebangsaan : Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Berhasilnya pembangunan jiwa dari manusia-manusia Indonesia dengan penanaman nilai-nilai bela negara menjadi fondasi yang kokoh bagi upaya pembangunan nasional mewujudkan keindonesiaan yang dicita-citakan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tetap tegaknya NKRI, salah satu strategi dan kebijakan yang ditempuh diperlukan program yang melibatkan peran strategis masyarakat melalui program Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air, Kesadaran Bela Negara dalam rangka penguatan persatuan dan kesatuan bekerjasama dengan organisasi kemasyarakatan sehingga partisipasi masyarakat terkait sosialisasi peningkatan kesadaran bela negara dapat dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut sebagai wujud peningkatan kesadaran bela negara dalam rangka membangun karakter dan jati diri bangsa dengan tujuan mendorong terjadinya pemahaman dan motivasi untuk meningkatkan pemahaman bela negara melalui forum-forum diskusi maupun dialog. 53

57 Dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan pelaksanaan pendidikan politik, pada tahun 2014 melalui Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik telah bekerjasama dengan 746 organisasi kemasyarakatan dari total kerjasama 792, dalam rangka peningkatan kapasitas organisasi kemasyarakatan dan masyarakat bidang pembinaan kesatuan bangsa dan politik se-indonesia. Adapun uraian capaian indikator kinerja outcome tersebut diatas adalah sebagai berikut dalam beberapa kegiatan yaitu: a. Meningkatnya kapasitas, pemahaman dan peran masyarakat utamanya pemuda, perempuan dan aparat pemerintah dalam bidang bina ideologi dan wawasan kebangsaan melalui 25 forum dialog dan sosialisasi pengembangan nilai kebangsaan; b. Meningkatan partisipasi politik pemilih pemula yang diselenggarakan guna mencari metode pendidikan politik yang tepat untuk peningkatan partisipasi pemilih pada pemilu Kegiatan dimaksud bekerjasama dengan Center for Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia yang dilaksanakan di 34 Provinsi; c. Meningkatnya pemahaman masyarakat terkait kegiatan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, melalui kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan dan cinta tanah air dengan terlaksananya 119 kerjasama program/kegiatan Kementerian dengan organisasi kemasyarakatan di daerah; d. Meningkatnya pemahaman masyarakat dalam partisipasi politik terkait nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI melalui kegiatan penanganan konflik di daerah berupa pelaksanaan 126 kerja sama Kementerian dan organisasi kemasyarakatan; e. Meningkatnya pemahaman masyarakat dalam penyelenggaraan urusan pemerintah Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri melalui pelaksanaan sosialisasi dan seminar terkait nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI dengan pelaksanaan 289 kerjasama program/kegiatan Kementerian dengan organissai kemasyarakatan tersebar di 33 Provinsi/Kabupaten/Kota; f. Meningkatnya pemahaman masyarakat khususnya bagi kaum perempuan dan masyarakat di wilayah miskin, terisolasi, perbatasan dan marjinal melalui pelaksanaan pendidikan politik berupa kegiatan sosialisasi terkait dengan nilai-nilai yang terkandung Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI melalui pelaksanaan 118 kerja sama program/kegiatan Kementerian dengan organisasi kemasyarakatan; g. Meningkatnya pemahaman masyarakat terkait pembinaan dan pengembangan ketahanan ekonomi dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemilu 2014 melalui pelaksanaan 94 kerjasama program/kegiatan Kementerian dengan organisasi kemasyarakatan. 54

58 Dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan ini, sebagaimana amanat Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, maka Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai mitra dari organisasi kemasyarakatan mempunyai program/kegiatan yang bersentuhan langsung kepada masyarakat yakni program kerja sama di bidang politik dalam negeri yang ditujukan kepada masyarakat melalui organisasi kemasyarakatan akan terus melakukan sosialisasi pelaksanaan kerja sama program/kegiatan Kementerian pada seluruh Provinsi/Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan politik dan wawasan kebangsaan. Kegiatan ini dipandang sangat efektif untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya di bidang Pendidikan Politik dan Wawasan Kebangsaan serta Cinta Tanah Air khususnya untuk daerah-daerah perbatasan dengan negara lain. Selain itu indikator lainnya adalah terlaksananya sosialisasi terkait dengan nilainilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI kedalam kehidupan berbangsa. Kualitas sumberdaya manusia terutama dengan organisasiorganisasinya yang berwawasan kebangsaan sangat menentukan bangsa kedepan, oleh karena itu diperlukan langkah-langkah taktis dan strategis dalam menyiapkan sasaran tersebut. Alasan kegiatan dilakukan Sosialisasi terkait dengan nilai-nilai dimaksud kedalam kehidupan berbangsa tersebut disebabkan masalah persatuan dan kesatuan bangsa bersifat kompleks dan dinamis, sejalan dengan kompleksitas dan dinamika masyarakat kita yang bersifat majemuk. Dari sisi target Renstra, terkait dengan sasaran Meningkatnya kesadaran warga Negara dalam partisipasi politik dapat dikatakan tercapai 94,19% dari target 80%. 55

59 B. ANALISIS REALISASI DAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014 ANALISIS REALISASI KINERJA SASARAN 1 Tabel 3.11 Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran 1 Meningkatnya kualitas penyelenggaraan proses demokrasi (Pemilu/Pilpres) Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah revisi paket 2 (dua) 1 UU 17 2 (dua) 1 (satu) 2 (dua) Draft Undang-Undang Bidang Tahun 2014 Draft RUU Dokumen Dokumen RUU Politik khususnya Revisi dan DIM terbatas Undang-Undang RUU No. 22 Tahun 2007 tentang Pilpres Penyelenggara Pemilu Indeks Kinerja Lembaga 70 72,24-69,82 74,72 63,11 Demokrasi Indeks Kebebasan Sipil 80 79,00-77,94 80,79 82,53 Indeks Hak-Hak Politik 70 46,25-46,33 47,57 47,87 ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN 1 Tabel 3.12 Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran 1 Meningkatnya kualitas penyelenggaraan proses demokrasi (Pemilu/Pilpres) Indikator Kinerja Jumlah revisi paket Undang- Undang Bidang Politik khususnya Revisi terbatas Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Indeks Kinerja Lembaga Demokrasi Target Capaian (dua) 90% 50% 46,6% 40% 20% ,2% - 102,68% 113,21% 120,67% Indeks Kebebasan Sipil 80 98,75% - 98,66% 103,58% 109,02% Indeks Hak-Hak Politik 70 66,07% - 68,13% 72,08% 90,32% Capaian terkait indikator Jumlah revisi paket Undang-Undang Bidang Politik khususnya Revisi Terbatas UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu yaitu penyelesaian 5 (lima) paket revisi Undang-Undang Bidang Politik dimulai sejak tahun 2010, namun demikian dalam perkembangannya terdapat prioritas pembahasan di Badan Legislatif 56

60 DPR RI sehingga target yang telah ditetapkan belum tercapai. Adapun capaian progress dari masing-masing revisi perundang-undangan adalah sebagai berikut : a. Pada tahun 2010, dari pembahasan 5 (lima) paket revisi Undang-Undang Bidang Politik masih dalam bentuk draft RUU dikarenakan DPR RI belum menyerahkan draft tersebut kepada pemerintah, namun demikian pemerintah telah menyiapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) inisiatif dengan pembahasan internal pemerintah terkait dengan revisi RUU dimaksud. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2010 capaian tersebut dapat dikatakan masih rendah yaitu 20% dari target yang telah ditetapkan dalam Renstra. b. Pada Tahun 2011, terdapat 2 (dua) Undang-Undang yang telah diselesaikan dari 5 (lima) paket revisi terbatas yang ditargetkan. 2 (dua) Undang-Undang tersebut yaitu penyelesaian penyempurnaan Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menjadi Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 15 Januari 2011 dan telah diundangkan dalam Lembaran Negara RI No. 8 tahun Sedangkan terkait dengan penyusunan revisi terbatas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu yang telah diundangkan pada tanggal 15 September Sehubungan dengan hal tersebut, dari sisi capaian target Renstra terkait dengan penyelesaian paket Undang-Undang Bidang Politik dapat dikatakan tercapai 40% dari target 5 (lima) Undang-Undang. c. Pada Tahun 2012, terkait dengan sisa 3 (tiga) Undang-Undang Bidang Politik yang belum diselesaikan dan ditargetkan pada tahun 2012 telah selesai 100%, namun demikian sampai dengan akhir tahun 2012 baru tersusun 1 (satu) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Adapun untuk Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden masih dalam proses penyelesaian dikarenakan sampai dengan laporan ini disampaikan DPR RI belum menyampaikan draft RUU kepada pemerintah. Sebagai antisipasi, pemerintah melakukan pembahasan internal dengan mempersiapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dengan mengacu dari wacana pembahasan yang berkembang di Badan Legislasi DPR-RI terhadap revisi Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan kondisi tersebut capaian target penyusunan Undang-Undang Bidang Politik adalah 46.6%. Hal ini disebabkan penyusunan revisi UU tersebut merupakan inisiatif DPR RI serta adanya pembahasan Undang-Undang Bidang Politik lainnya yang lebih diprioritaskan dalam penyusunannya. Kondisi dimaksud mengacu pada Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Nomor 41A/DPR-RI/ tentang Persetujuan Perjanjian Program Legislasi Nasional tahun

61 d. Pada Tahun 2013, terdapat 2 (dua) Undang-Undang Bidang Politik yang masih dalam tahap pembahasan. Namun demikian terkait draft RUU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, dan DPRD belum disampaikan kepada pemerintah sehingga sampai dengan akhir 2013 pemerintah hanya menyiapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dengan mengacu pada wacana yang berkembang di Badan Legislatif DPR RI. Untuk Rancangan Revisi UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD berdasarkan laporan dari Badan Legislatif DPR RI dihentikan pembahasannya dan ditarik dari Program Legislasi Nasional sehingga dari sisi capaian target dapat dikatakan tercapai 50% terkait dengan progress pembahasan DIM internal pemerintah. e. Pada Tahun 2014, terdapat 2 (dua) Undang-Undang Bidang Politik yang masih ditargetkan kembali mengingat pada tahun 2013 target dimaksud belum tercapai dikarenakan adanya prioritas pembahasan di DPR RI. Adapun capaian pada tahun 2014 yaitu terbitnya Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, sedangkan 1(satu) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sampai dengan laporan ini disusun dihentikan pembahasannya berdasarkan laporan dari Badan Legislasi DPR RI. Selanjutnya terkait dengan indikator Indeks Demokrasi Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu (1) Aspek Kinerja Lembaga Demokrasi; (2) Aspek Kebebasan Sipil; (3) Aspek Hak-Hak Politik, secara terinci capaian dimaksud setiap tahunnya dijabarkan sebagai berikut : a. Tahun 2010, dari target 52,3 indeks kinerja lembaga demokrasi, tercapai sebesar 63,11 sehingga capaian kinerja melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 120,66%. b. Tahun 2011 dari target 66 indeks kinerja lembaga demokrasi, tercapai sebesar 74,72 sehingga capaian kinerja melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 113,21%. c. Tahun 2012 dari target 68 indeks kinerja lembaga demokrasi, tercapai sebesar 69,82 sehingga capaian kinerja melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 102,67%. d. Tahun 2013 tidak ada target. e. Tahun 2014 dari target 70 indeks kinerja lembaga demokrasi, tercapai sebesar 72,24 sehingga capaian kinerja melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 103,2%. 58

62 Analisis Realisasi Kinerja Sasaran 2 Tabel 3.13 Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran 2 Meningkatnya komitmen pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indikator Kinerja Persentase kebijakan/peratur an perundangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan Target Analisis Capaian Kinerja Sasaran 2 Realisasi % 77,27% 72,73% 72% 75% - Tabel 3.14 Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran 2 Meningkatnya komitmen pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indikator Kinerja Persentase kebijakan/peratura n perundangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan Target Capaian % 96,59% 90,91% 92% 83,3% - Berdasarkan pada indikator tersebut diatas, pada tahun 2011 terkait dengan 3 (tiga) peraturan bidang kesatuan bangsa dan politik yang dihasilkan pada tahun 2010 telah implementasikan dengan baik kepada Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya baik berupa tindaklanjut dalam Rencana Kerja daerah maupun dalam Peraturan Daerah. Adapun 3 (tiga) peraturan dimaksud yaitu Permendagri No. 36 Tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan Politik telah terimplementasi lebih dari 25 Provinsi dengan kategori baik, sedangkan terkait Permendagri No. 49 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat Asing di Daerah dan Permendagri No. 50 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing telah dilaksanakan antara Provinsi dengan kategori cukup baik. Sedangkan peraturan yang diterbitkan Tahun 2011 secara keseluruhan terdapat 9 peraturan, 5 (lima) diantaranya dilaksanakan oleh lebih 59

63 dari 25 Provinsi dengan kategori baik. Sedangkan 4 (empat) peraturan lainnya dilaksanakan oleh daerah dengan kategori cukup baik. Pada tahun 2012, terkait dengan 5 (lima) peraturan bidang kesbangpol yang dihasilkan terdapat 2 (dua) peraturan yang telah dilaksanakan oleh 25 daerah dengan kategori baik, 1 (satu) peraturan yang dilaksanakan lebih dari daerah dengan kategori cukup baik dan 2 (dua) peraturan lainnya hanya dilaksanakan daerah dengan kategori kurang. Sedangkan pada tahun 2013, terdapat 5 (lima) peraturan yang dihasilkan dengan pengelompokkan 2 peraturan telah dilaksanakan oleh lebih dari 25 provinsi dengan kategori baik, 1 (satu) peraturan dilaksanakan oleh Provinsi dengan kategori cukup baik, 1 (satu) peraturan dilaksanakan hanya Provinsi dengan kategori kurang dan 1 (satu) peraturan lainnya hanya dilaksanakan oleh kurang dari 10 provinsi sehingga berada pada kategori buruk. Pada capaian 2014, terdapat 4 (empat) peraturan yang telah diterbitkan 1 (satu) peraturan dalam bentuk Undang-Undang yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, 1 (satu) Permendagri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan dilaksanakan oleh Provinsi dengan kategori cukup baik, sedangkan 2 (dua) Permendagri yang diterbitkan pada tahun 2014 hanya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya provinsi dengan kategori kurang yaitu Permendagri Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian dan Permendagri Nomor 28 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Fungsi dan Peran Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia (TMII). Analisis Realisasi Kinerja Sasaran 3 Tabel 3.15 Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran 3 Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan Indikator Kinerja Persentase forum dialog publik yang efektif Realisasi Target % 80% 76,51% 72,5% 65% - 60

64 Analisis Realisasi Kinerja Sasaran 3 Tabel 3.16 Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran 3 Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan Indikator Kinerja Persentase forum dialog publik yang efektif Capaian Target % 100% 95,64% 93,5% 92,8% - Capaian kinerja sasaran terkait indikator Prosentase forum dialog publik yang efektif telah tercapai sebesar 80% atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Hal tersebut sebagai akibat pada 2014 terdapat peningkatan pembentukan forum dialog dibeberapa provinsi dan Kab/Kota dan berjalan efektif dalam penyelesaian berbagai persoalan kemasyarakatan. Adapun capaian setiap tahunnnya sebagi berikut : a) Tahun 2010 tidak ada target. b) Tahun 2011, dari target 70% capaian terhadap indikator ini hanya sebesar 65%. Hal tersebut sebagai akibat forum dialog dimaksud (FPK, FKDM, FKUB dan Kominda) belum secara keseluruhan tersosialisasikan ke daerah sehingga belum ada tindaklanjut daerah baik dalam pembentukan forum dialog maupun pemberdayaannya sehingga berjalan efektif dalam pemecahan permasalahan kemasyarakatan di daerah. Adapun pembentukan masing-masing forum dialog tersebut sebagai berikut : FPK : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah, pada tahun 2011 telah dilakukan pembentukan di 23 Provinsi, dan 46 Kab/Kota. FKDM : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat, pada tahun 2011 telah dilakukan pembentukan di 24 Provinsi, dan 145 Kab/Kota. FKUB : sebagaimana amanat dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 8 dan 9 Tahun 2006, pada tahun 2011 telah dilakukan pembentukan di 25 Kab/Kota dan 243 Kab/Kota. c) Tahun 2012, dari target 75% capaian terhadap indikator ini hanya sebesar 70,2%. Hal tersebut sebagai akibat minimnya dukungan anggaran baik dalam rangka peningkatan kapasitas anggota forum dialog dimaksud (FPK, FKDM, FKUB dan Kominda) maupun dukungan sarana dan prasarana untuk mobilitas dalam penyelesaian konflik di daerah 61

65 sehingga forum dialog dimaksud belum secara efektif berjalan. Adapun pembentukan masing-masing forum dialog tersebut sebagai berikut : FPK : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah dan Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 061/149.D.I Tanggal 13 Februari 2008 perihal Pembentukan FPK dan Dewan Kehormatan FPK yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia, sehingga pada tahun 2012 telah dilakukan pembentukan di 25 Provinsi, dan 48 Kab/Kota. FKDM : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat, pada tahun 2012 telah dilakukan pembentukan di 33 Provinsi, dan 261 Kab/Kota. FKUB : sebagaimana amanat dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 8 dan 9 Tahun 2006, pada tahun 2012 telah dilakukan pembentukan di 33 Kab/Kota dan 416 Kab/Kota. d) Tahun 2013, dari target 80% capaian terhadap indikator ini hanya sebesar 76,51%. Hal tersebut sebagai akibat masih belum optimalnya forum-forum yang sudah terbentuk dalam penyelesaian konflik di daerah dikarenakan di beberapa daerah baru melakukan pembentukan sehingga tahap pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas belum dilakukan. Adapun pembentukan masing-masing forum dialog tersebut sebagai berikut : FPK : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah dan Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 061/149.D.I Tanggal 13 Februari 2008 perihal Pembentukan FPK dan Dewan Kehormatan FPK yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia, sehingga pada tahun 2013 telah dilakukan pembentukan di 25 Provinsi, dan 133 Kab/Kota. FKDM : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat, pada tahun 2013 telah dilakukan pembentukan di 33 Provinsi, dan 425 Kab/Kota. FKUB : sebagaimana amanat dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 8 dan 9 Tahun 2006, pada tahun 2013 telah dilakukan pembentukan di 33 Kab/Kota dan 424 Kab/Kota. e) Tahun 2014 dari target 80% capaian terhadap indikator sebesar 80%. Pada tahun 2014 terdapat peningkatan yang cukup signifikan terhadap efektifitas forum dialog di daerah. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2013 terdapat alokasi dana dekonsentrasi yang 62

66 mendukung pelaksanaan pembentukan dan pemberdayaan/peningkatan kapasitas anggota forum dialog dalam melakukan penyelesaian konflik di daerah juga berkoodinasi aktif dengan forum dialog lainnya. FPK : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah dan Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 061/149.D.I Tanggal 13 Februari 2008 perihal Pembentukan FPK dan Dewan Kehormatan FPK yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia, sehingga pada tahun 2014 telah dilakukan pembentukan di 25 Provinsi, dan 133 Kab/Kota. FKDM : sebagaimana amanat dari Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat, pada tahun 2014 telah dilakukan pembentukan di 33 Provinsi, dan 425 Kab/Kota. FKUB : sebagaimana amanat dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 8 dan 9 Tahun 2006, pada tahun 2014 telah dilakukan pembentukan di 34 Provinsi dan 445 Kab/Kota. Analisis Realisasi Kinerja Sasaran 4 Tabel 3.17 Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran 4 Meningkatnya kesadaran warga negara dalam partisipasi politik Indikator Kinerja Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar Negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) Realisasi Target % 94,14% 97,17 % 99,5% 70% 52% 63

67 Analisis Capaian Kinerja Sasaran 4 Tabel 3.18 Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran 4 Meningkatnya kesadaran warga negara dalam partisipasi politik Indikator Kinerja Persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 pilar Negara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) Capaian Target % 117,73% 126,56 % 137.2% 100% 80% Terkait dengan indikator persentase peningkatan masyarakat dalam kegiatan terkait 4 konsensus kehidupan berbangsa (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tungga Ika, dan NKRI), pada tahun 2014 mengalami penurunan capaian dari tahun sebelumnya. Hal tersebut sebagai akibat menurunnya tingkat partisipasi masyarakat melalui pelaksanaan kegiatan terkait nilainilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI dalam kehidupan berbangsa yang telah dikerjasamakan dengan mitra pemerintah di daerah, yaitu melalui pelaksanaan kerjasama dengan OMS dalam rangka peningkatan pendidikan politik yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun capaian setiap tahunnya sebagai berikut : 1. Tahun 2010, terkait dengan pelaksanaan kerjasama organisasi kemasyarakatan tercapai sebesar 52% melalui pelaksanaan sosialisasi, seminar, lokakarya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Adapun kemitraan/kerjasama dimaksud terlaksana hanya sebesar 400 kerjasama yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun kendala terkait dengan belum tercapainya target sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan sebagai akibat adanya ketidaksiapan organissai kemasyarakatan dalam melaksanakan kegiatan dan belum dipahami sepenuhnya mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban kegiatan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan; 2. Tahun 2011, pelaksanaan kerjasama program bidang kesatuan bangsa dan politik dalam hal ini terkait dengan nilai-nilai yang terkandung pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI tercapai sebesar 70%; 3. Tahun 2012, terkait dengan pelaksanaan kerjasama program bidang kesatuan bangsa dan politik dengan organisasi kemasyarakatan dapat dikatakan capaiannya melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 99,5% dari target 72,5%; 4. Tahun 2013, tercapai sebesar 97,17% dari target yang telah ditetapkan yaitu 75%; 64

68 5. Tahun 2014, tercapai sebesar 94,19% dari target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Sehubungan dengan hal tersebut, Ditjen Kesbangpol akan berupaya secara simultan melakukan sosialisasi tentang pelaksanaan kerjasama program dengan organisasi kemasyarakatan sebab sebagai mitra pemerintah sangatlah efektif untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya di bidang Pendidikan Politik dan Wawasan Kebangsaan serta Cinta Tanah Air khususnya untuk daerah-daerah perbatasan dengan Negara lain. Adapun bentuk pelaksanaan kerjasama pada tahun 2015 mendatang akan disesuaikan kembali menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Adapun bentuk dari kemitraan yang dimaksud sesuai dengan undangundang yaitu pemberdayaan organisasi kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kinerja dan menjaga keberlangsungan ormas melalui fasilitasi kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain peningkatan partisipasi masyarakat dalam berpolitik melalui pelaksanaan kerjasama secara simultan setiap tahunnya juga melalui pelaksanaan 25 forum dialog dalam rangka pengembangan nilai-nilai kebangsaan kepada pemuda, perempuan dan aparatur pemerintah. C. AKUNTABILITAS TAHUN 2014 Adapun total alokasi anggaran pada Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik sepanjang tahun adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau 92,87%. Adapun pagu dan realisasi anggaran pertahun yaitu : No. Tahun Alokasi Realisasi % , , , , ,00 Pagu alokasi anggaran Ditjen Kesbangpol Tahun 2014 sebesar Rp ,-, terdapat Rp ,- dialokasikan dalam rangka peningkatan kapasitas dan pemberdayaan organisasi kemasyarakatan melalui program kerjasama Ormas. Kemudian dalam rangka pelaksanaan pendidikan politik kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPR RI setiap tahunnya diberikan bantuan keuangan sebesar Rp ,-. Sedangkan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas fungsi pembinaan kesatuan bangsa dan politik secara langsung dikelola sebesar Rp ,-. 65

69 Berdasarkan data perkembangan laporan realisasi keuangan Ditjen Kesbangpol, sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp ,- atau 86,00%. Dengan rincian realisasi per masing-masing kegiatan pada Direktorat sebagi berikut : No. Unit Kerja Alokasi Realisasi % 1. Direktorat Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan ,67 2. Direktorat Kewaspadaan ,50 Nasional 3. Direktorat Ketahanan Seni, ,19 Budaya, Agama dan Kemasyarakatan 4. Direktorat Politik Dalam ,90 Negeri 5. Direktorat Ketahanan ,84 Ekonomi 6. Sekretariat Ditjen ,72 T O T A L , ,95 Alokasi Realisasi 66

70 Adapun realisasi anggaran Ditjen Kesbangpol Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Belanja No. Jenis Belanja Alokasi Realisasi % 1. Belanja Pegawai ,11 2. Belanja Barang ,87 3. Belanja Modal ,55 T O T A L ,95 67

71 BAB IV PENUTUP A.. KESSIIMPULAN Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2014 merupakan kelanjutan laporan kinerja tahun sebelumnya yang dibuat untuk menggambarkan capaian kinerja dan prestasi maupun permasalahan yang dihadapi Ditjen Kesbangpol. Laporan Kinerja ini dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapain sasaran dalam Rencana Strategis (Renstra) untuk mengetahui sejauhmana manfaat program/kegiatan di bidang Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik bagi masyarakat. Selain itu, laporan kinerja juga merupakan acuan bagi pimpinan untuk mengontrol pencapaian kinerja pada masing-masing unit kerja dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai wujud pertanggungjawaban yang obyektif. Secara garis besar pencapaian sasaran kinerja Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik dari keseluruhan program/kegiatan mencapai nilai 85,95%. Selain itu, menyangkut capaian sasaran ditemukan : 1. Capaian sasaran dinilai cukup berhasil, selain karena kinerja Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, juga merupakan hasil dari faktor-faktor lain diluar Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. 2. Pada beberapa capaian sasaran yang dinilai berhasil dapat dilihat dari capaian target yang direncanakan, apabila dilihat dari perbandingannya dengan populasi sudah menunjukkan prosentase yang baik. Hal ini mengindikasikan perjanjian target dapat tercapai dengan baik. 3. Sebagian besar program menunjukkan capaian kinerja yang baik, terutama pada indikator B.. SSARAN kinerja outcome maupun indikator kinerja output. Hal ini menunjukkan bahwa program dan kegiatan yang telah ditentukan harus dilaksanakan. Berdasarkan kinerja yang telah dicapai oleh Ditjen Kesbangpol pada tahun 2014, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Secara umum kinerja Ditjen Kesbangpol dapat dikatakan sudah tercapai, namun demikian perlu ditingkatkan lagi pada tahun 2014; 2. Mengupayakan sinergi kegiatan antar unit kerja agar dilaksanakan secara bersama untuk optimalisasi kegiatan (hasilnya komprehensif) yang dirasakan manfaatnya secara langsung oleh pemangku kepentingan kesbangpol dalam penyelesaian masalah yang ada sehingga tidak tumpang tindih serta efisiensi waktu dalam pelaksanaannya; 68

72 3. Dalam pengelolaan anggaran agar lebih ditingkatkan baik dari sisi realisasi keuangan maupun realisasi kinerja outcome maupun outputnya, sehingga dapat memaksimalkan capaian kinerja organisasi; 4. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan pelaksanaan kegiatan pada setiap lingkup unit kerja eselon II, yang diikuti identifikasi setiap permasalahan yang menghambat pelaksanaan kegiatan serta memilih solusi penyelesaiannya; 5. Perlunya pengawalan khusus dari masing-masing pimpinan unit kerja sehingga target yang telah di tetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) dapat tercapai; 6. Menerapkan asas-asas tertib administrasi, transparan, hindari pemborosan (efisiensi), dan cegah potensi timbulnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam upaya meningkatkan capaian riil (nyata) seluruh program, kegiatan dan anggaran lingkup Ditjen Kesbangpol. 69

73

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji syukur dipersembahkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 No. 46/08/17/III, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 SEBESAR 73,60 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Bali 2016 sebesar 78,95 IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 15/08/53/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2014 SEBESAR 68,81 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 14/07/53/Th.XVII, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTT 2013 SEBESAR 73,29 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 0,62 POIN DIBANDINGKAN DENGAN IDI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.50/08/61/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2014

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) No. 43/09/14/Th. XVIII, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU TAHUN 2016 SEBESAR 71,89, MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 No.61/09/52/Th. IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTB 2016 MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI NTB 2015. IDI adalah

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 49/08/32/Th.XVII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2014 SEBESAR 71,52 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014 No. 58/08/71/Th. IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014 SEBESAR 83,94 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 No. 53/09/82/Th.XVI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2014 No. 75/08/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGGARA 2014 TERCATAT 70,13 (SKALA 0 100), NAIK17,52 POIN DIBANDING IDI SULAWESI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 57/08/71/Th. X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 SEBESAR 79,40 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 82/9/71/Th. XI, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 SEBESAR 76,34 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100. IDI adalah

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014 No. 40/08/36/Th.IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014 SEBESAR 75,50 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 5,71 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 15/09/53/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2016 MENGALAMI KE

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 49/8/ 13/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2014 SEBESAR 63.99 DARI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 53/08/12/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2014 IDI SUMATERA UTARA 2014 SEBESAR 68,02 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 9,22

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 No. 40/08/31/th.XVII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 SEBESAR 84,70 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 13,52 POIN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 No. 52/09/32/Th.XVII, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 No. 35/07/31/XVI, 7 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013 SEBESAR 71,18 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 6,54 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

https://maluku.bps.go.id

https://maluku.bps.go.id No. 05/09/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2016 MENGALAMI CUKUP PESAT DIBANDINGKAN DENGAN 2015. 1. Perkembangan Indeks Demokrasi

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016 No. 56/10/16/Th.XIX, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016 IDI Provinsi Sumsel tahun 2016 sebesar 80,95, meningkat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH B P S P R O V I N S I A C E H No. 43/09/Th. XX, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 No. 56/09/76/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan. Barat Tahun 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan. Barat Tahun 2016 Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Kalimantan Barat 2016 No. 56/10/61/Th. XX, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan Barat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 54/09/12/Thn. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 52/09/15/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI TAHUN 2015 IDI adalah indikator

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 No. 46/08/32/Th.XVIII, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 RELATIF LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN IDI NASIONAL

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 53/09/72/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI SULAWESI TENGAH 2015.

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 52/08/76/Th.IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014 SEBESAR 76,69 DALAM SKALA 0 SAMPAI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015

INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.46/08/61/Th. XIX, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015 INDEKS DEMOKRASI (ID) PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015 TURUN DIBANDINGKAN DENGAN ID KALIMANTAN

Lebih terperinci

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016 No. 53/09/73/Th. VIII, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014 No. 49/08/82/Th.XIV, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014 TINGKAT DEMOKRASI DI MALUKU UTARA BERADA PADA KATEGORI SEDANG Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Maluku Utara

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016 No. 57/09/17/IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015. IDI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2016 No. 51/09/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGGARA 2016 TERCATAT 71,13 (SKALA 0 100), NAIK 1,69 POIN DIBANDING IDI SULAWESI

Lebih terperinci

dikatakan baik jika indeks di atas 80, dikatakan sedang jika indeksnya antara 60 80, dan dikatakan

dikatakan baik jika indeks di atas 80, dikatakan sedang jika indeksnya antara 60 80, dan dikatakan No. 47/08/94/ Th. II, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI PAPUA 2014 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Papua 2014 Sebesar 62,15 Dari Skala 0 Sampai 100, Angka Ini Naik 1,23

Lebih terperinci

Governance dituntut adanya sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Governance dituntut adanya sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan kinerja disusun sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan untuk memenuhi Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) Nomor 7 Tahun 1999

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 14/09/62/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 SEBESAR 74,77 IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 No. 54/09/36/Th.XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA IDI Banten 2016

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 No. 35/08/31/th.XVIII, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015 SEBESAR 85,32 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 0,62 POIN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA No.54 /08/19/Th.III, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEP.BANGKA BELITUNG TAHUN 2015 SEBESAR 72,31

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2016 No. 53/09/94/Th.IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI PAPUA 2016 SEBESAR 61,02 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,47

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 14/08/62/Th. X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2015 SEBESAR 73,46 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA No. 57/08/Th.II, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEP.BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 SEBESAR 75,32 DARI

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 47/8/ 13/Th. XIX, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2015 SEBESAR 67,46 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,47 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 51/09/13/Th. XX, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2016 SEBESAR 54,41 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 13,05 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 No. 46/08/72/Th. XIX, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015 MENINGKAT DIBANDINGKAN DENGAN IDI SULAWESI TENGAH 2014.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji syukur dipersembahkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 B P S P R O V I N S I A C E H No. 39/08/Th. XIX, 5 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI ACEH TAHUN 2015 SEBESAR 67,78 Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BLITAR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BLITAR INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BLITAR I. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kota Blitar yang Partisipatif Demokratis, Aman dan Damai Dalam

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 06/08/81/Th. XIX, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2015 SEBESAR 65,90 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 6,82 POIN DIBANDINGKAN DENGAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 41/08/14/Th. XVII, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU TAHUN 2015 MENCAPAI ANGKA 65,83. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) di Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 Rencana Kerja Tahun 2018 Badan Kesbangpol Prov. Kalsel 1 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014 No. 51/08/73/Th. IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014 SEBESAR 75,30 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100,

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2016 Nomor : 052/09/63/Th. XXI/14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) KALIMANTAN SELATAN 2016 SEBESAR 73,43 MENGALAMI PENURUNAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2014 No. 59/08/33/Th. IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH 2014 SEBESAR 77,44 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2015 Nomor : 044/08/63/Th.XX/ 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2015 IDI KALIMANTAN SELATAN 2015 SEBESAR 74,76 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,92 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No.41/07/61/Th. XVII, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) KALIMANTAN BARAT 2013 SEBESAR 67,52 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2015 BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA No. 75/08/Th. XIX, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGGARA 2015 TERCATAT 69,44 (SKALA 0 100), TURUN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 66/08/21/Th. XI, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 SEBESAR 70,26

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 44/08/14/Th. XVI, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU 2014 SEBESAR 68,40. ANGKA INI NAIK DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI RIAU 2013

Lebih terperinci

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Februari 2014 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 66/08/21/Th. XI, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2016 SEBESAR 72,84

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 49/08/75/Th. IX, 13 Agustus 2015 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Gorontalo 2014 sebesar 73,82 dari Skala 0 sampai 100, Angka ini Naik 6,61 Poin Dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/08/16/Th.XVIII, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015 Indeks Demokrasi Indonesia 2015 Provinsi Sumsel tahun 2015 sebesar 79,81, meningkat

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 36/07/14/Th. XV, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI RIAU TAHUN 2013 SEBESAR 68,37 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 1,37 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 43/07/33/Th. VIII, 4 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TENGAH 2013 SEBESAR 60,84 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 2,95 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTB 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTB 2015 No. 53/08/52/Th. III, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTB 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTB 2015 SEBESAR 65,08 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 2,46 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 51/09/75/Th. XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) GORONTALO 2016 MENGALAMI PENINGKATAN TIPIS DIBANDINGKAN DENGAN IDI GORONTALO 2015. IDI adalah

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 53/09/34/Th. XIX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015. Indeks Demokrasi

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2013 No. 34/07/36/Th VIII, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2013 SEBESAR 69,79 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 4,50 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2014 No. 49/08/15/Th.IX, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI SEBESAR 71,15 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 6,74 POIN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 59/08/64/Th.XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) KALIMANTAN TIMUR 2014 *) INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) KALIMANTAN TIMUR 2014

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 57/08/35/Th. XIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2014 SEBESAR 70,36 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 16/08/Th. II, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) LAMPUNG 2014 SEBESAR 71,62 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 8,49 POIN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 16/09/Th.IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) LAMPUNG 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI LAMPUNG 2015. IDI adalah indikator komposit

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2015 No. 045/08/16/Th.IX, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAMBI SEBESAR 70,68 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 0,47 POIN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI DKI JAKARTA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI DKI JAKARTA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI DKI JAKARTA 2015 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi DKI Jakarta 2016 No. 45/09/31/Th. XIX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI DKI JAKARTA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

L K I P LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016

L K I P LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 L K I P LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK JALAN SUPRATMAN NO. 44 BANDUNG TLP. (022) 7206174 FAX. (022) 7106286 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 41/07/34/Th. XVI, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTATAHUN 2013 SEBESAR 72,36. IDI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)2013 sebesar

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 No. 47/ 09 /91 Th.XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PAPUA BARAT 2016 SEBESAR 60,35 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI MENINGKAT 0,38 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2015 No. 46/08/82/Th.XV, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2015 TINGKAT DEMOKRASI DI MALUKU UTARA BERADA PADA KATEGORI SEDANG Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Maluku Utara

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BALI 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BALI 2014 No. 58/08/Th. II, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BALI 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BALI 2014 SEBESAR 76,13 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,91 POIN DIBANDINGKAN DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT, i KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan hidayah-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kesatuan Bangsa

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015 No.46/08/75/Th.X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) GORONTALO 2015 SEBESAR 76,77 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 2,95 POIN DIBANDINGKAN DENGAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2016 BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 60/09/35/Th. XV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2016 IDI JAWA TIMUR 2016 MENCAPAI 72,24; MENGALAMI DENGAN IDI JAWA TIMUR 2015. PENURUNAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN KELEMBAGAAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAN FORKOPIMDA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN KELEMBAGAAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAN FORKOPIMDA KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN KELEMBAGAAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAN FORKOPIMDA JAKARTA, 13 NOVEMBR 2017 AMANAT PEMBUKAAN UUD 1945 PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2015 No. 56/08/33/Th. IX, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI JAWA TENGAH 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH 2015 SEBESAR 69,75 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA

Lebih terperinci

Balikpapan, Februari 2016 Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Balikpapan, Astani Pembina Tingkat I NIP

Balikpapan, Februari 2016 Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Balikpapan, Astani Pembina Tingkat I NIP Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenannya Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Balikpapan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tahunan Tahun, sesuai Peraturan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) www.kpud-banyumaskab.go.id PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS www.kpud-banyumaskab.go.id PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN

Lebih terperinci

BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR TAHUN

BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Blitar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Blitar

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI)

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) No. 52/09/34/Th. XVIII, 1 September 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) IDI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 SEBESAR 83,19 IDI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2015 mencapai angka 83,19 dalam skala

Lebih terperinci

Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum

Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum 14 Arah Kebijakan DITJEN POLITIK DAN PUM Tahun 2018 Kemendagri Peran Strategis Mampu Menjadi POROS Jalannya Pemerintahan di BIDANG Politik Dalam Negeri,,

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 No. 47/08/36/Th.X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 SEBESAR 68,46 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Banten

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN 1 Biro Perencanaan dan Data 1. Bagian Program dan Anggaran Menyusun rencana, program, anggaran,

Lebih terperinci