UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F. Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F. Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM"

Transkripsi

1 UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F. Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM SKRIPSI OLEH: ELVI SYAHRINA NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

2 UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F. Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi OLEH: ELVI SYAHRINA NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

3 PENGESAHAN SKRIPSI UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia Integrifolia F.Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM OLEH: ELVI SYAHRINA NIM Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi Pada tanggal: 22 Desember 2017 Pembimbing I, Panitia Penguji, T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt. NIP Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP Pembimbing II, T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt. NIP Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt. NIP Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP Medan, Januari 2018 Fakultas Farmasi Dekan, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP

4 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Efektivitas Anti-aging Minyak Kacang Makadamia (Macadamia integrifolia F. Muell) Dalam Sediaan Nanokrim. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi. Minyak kacang macadamia merupakan salah satu kacang-kacangan yang mengandung vitamin E dan squalene sebagai antioksidan kuat yang dapat mencegah penuaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan minyakkacang makadamia dalam bentuk sediaan nanokrim sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya terhadap wajah sukarelawan. Ternyata minyak kacang makadamia dapat diformulasi dalam pembuatan sediaan nanokrim sebagai antiaging sehingga dapat meningkatkan daya guna dari minyak tersebut. Hendaknya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang teknologi formulasi. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu T. Ismanelly Hanum S.Si., M.Si., Apt., dan Pak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan bantuan serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. IbuDra.Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran iii

5 dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik saya selama perkuliahan. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepadaorangtua tercinta Ayahanda Alm. Ramlan Harahap, Ibunda Risnawati dan kepada abang Novi Illiansyah, Dedi Umarsyah, Rizki Harahap juga adik tercinta Faisal Siregar dan Ahmad Fauzi atas doa dan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang terkasih dan para sahabat (Ukhti Nisa, Ayu, Aqila, Ica), CIS, Mar atus Shalihah, dan Asisten Teknologi Sediaan Steril, serta seluruh teman-teman STF 2013 yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi. Medan, Januari 2018 Penulis, Elvi Syahrina NIM iv

6 SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Elvi Syahrina NIM : Jurusan : S-1 Farmasi Reguler Fakultas : Farmasi Judul penelitian : Uji Efektivitas Anti-Aging Minyak Kacang Makadamia (Macadamia integrifolia F.Muell) Dalam Sediaan Nanokrim Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya. Medan, Januari 2018 Yang membuat pernyataan, Elvi Syahrina NIM v

7 UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F.Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu sumber antioksidan alami adalah minyak kacang makadamia yang mengandung vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) dan squalene yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penuaan kulit. Pengembangan minyak kacang makadamia menjadi bentuk sediaan nanokrim sangat efektif guna mencapai efek optimal sebagai anti-aging. Saat ini sediaan yang mengandung minyak kacang makadamia dapat ditemukan dipasaran sebagai produk kosmetik seperti krim tangan, krim kaki dan krim pelembab, namun sediaan nanokrim antiaging belum dijumpai dipasaran. Oleh karena itu perlu dibuat sediaan anti-aging dari minyak kacang makadamia dalam bentuk nanokrim. Tujuan: Memformulasikan minyak kacang makadamia dalam bentuk sediaan nanokrim sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan. Metode: Minyak kacang makadamia diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim dengan konsentrasi 2%, 5%, 7% dan 10% dengan dasar krim tipe minyak dalam air menggunakan perbandingan surfaktan (Tween 80) dan kosurfaktan (propilen glikol) yaitu 34:8. Sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dibuat menggunakan mixer. Evaluasi mutu fisik terhadap sediaan nanokrim meliputi pengamatan stabilitas fisik, homogenitas, tipe emulsi, ph, uji daya sebar, viskositas, sentrifugasi, tegangan permukaan, penentuan ukuran partikel, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat skin analyzer terhadap kulit wajah sukarelawan. Parameter anti-aging yang diukur meliputi kadar air, pori, melanin, dan keriput. Pemakaian nanokrim dilakukan dengan pengolesan nanokrim dua kali sehari selama empat minggu. Hasil: Minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim yang homogen dimana konsentrasi 10% menghasilkan sediaan yang terbaik secara organoleptis; tipe emulsi m/a; ph 5,3-6,2; semua sediaan stabil penyimpanan selama 1 bulan pada suhu 40 C ± 2 C dan RH 75% ± 5%; daya sebar 5,01-6,83 cm 2 ; viskositas cps; tegangan permukaan 42,18-53,48 dyne/cm; ukuran partikel nanokrim F4 (10%) setelah penyimpanan selama 4 bulan yaitu 475,39 nm; dan tidak mengiritasi kulit. Hasil pengukuran efek antiaging menunjukkan bahwa nanokrim minyak kacang makadamia 10% lebih baik dalam meningkatkan kadar air sebanyak 31,42%; berkurangnya pori 30,23%; mengurangi melanin 24,31%; dan mengurangi keriput 25,46%. Kesimpulan: Minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam sediaan nanokrim anti-aging dan nanokrim minyak kacang makadamia 10% menunjukkan efektivitas anti-aging terbaik dalam meningkatkan kadar air, mengurangi pori, melanin dan keriput jika dibandingkan dengan nanokrim minyak kacang makadamia 2%, 5%, dan 7%. Kata kunci: Minyak kacang makadamia, nanokrim, skin analyzer, anti-aging vi

8 ANTI-AGING EFECTIVENESS TEST OF MACADAMIA NUT OIL (Macadamia integrifolia F.Muell) IN NANOCREAM DOSAGE FORM ABSTRACT Background: One source of natural antioxidants is macadamia nut oil contains vitamin E (tocopherol and tocotrienol) and squalene that serves to prevent the occurrence of skin aging. The development of macadamia nut oil into nanocream dosage forms is very effective in order to achieve optimum effect as anti-aging. Nowadays dosage form containing macadamia nut oil can be found in the market as a cosmetic product such as hand cream, foot cream and moisturizing cream, but nanokrim anti-aging preparations have not been found in the market. Therefore it s important to prepared an anti-aging forms of macadamia nut oil as nanocream. Purpose: To formulating macadamia nut oil in nanocream dosage form as antiaging and its effectiveness test on volunteer face skin. Methods: Macadamia nut oil was formulated in nanocream dosage forms with concentrations of 2%, 5%, 7% and 10% with a water-based cream oil type using a surfactant ratio (Tween 80) and cosurfactant (propylene glycol) of 34:8. The nanocream macadamia nut oil was made is using a mixer. Physical quality evaluation of nanocream dosage form includes observation of physical stability, homogeneity, emulsion type, ph, dispersion test, viscosity, centrifugation, surface tension and particle size determination, irritation test, and anti-aging effect test of volunteer skin using skin analyzer. The measured anti-aging parameters include moisture, pore, melanin, and wrinkles. The use of nanocream was done by nanocream application twice daily for four weeks. Results: Macadamia nut oil can be formulated in homogeneous nanocream dosage forms wherein a concentration of 10% yields the best preparations organoleptically; type emulsion of o/w; ph of ; all stable storage preparations for 1 month at temperature 40 C ± 2 C and RH 75% ± 5%; spreading cm 2 ; viscosity cps; surface tension dyne / cm; the particle size of nanocream F4 (10%) after 4 months storage was 475,39 nm; and does not irritate the skin. The results of anti-aging effect measurements showed that nanocream macadamia nut oil 10% better in increasing moisture content as much as 31.42%; 30.23% pore reduction; 24.31% reduction of melanin; and 25.46% reduce wrinkles. Conclusion: Macadamia nut oil can be formulated in nanocream anti-aging and nanocream dosage form of 10% macadamia nuts showed the best anti-aging effectiveness in increasing moisture and reducing pores, melanin and wrinkles compared to 2%, 5%, and 7% nanocream macadamia nut oil. Keywords: Macadamia nut oil, nanocream, skin analyzer, anti-aging vii

9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv vi vii viii ix xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Makadamia Taksonomi tanaman kacang macadamia Minyak macadamia Kulit Struktur kulit... 8 viii

10 Epidermis Dermis Subkutan Fungsi kulit Jenis-jenis kulit wajah Penuaan Pada Kulit Penuaan dini Tanda-tanda penuaan dini Radikal bebas Antioksidan Anti-aging Pengertian anti-aging Fungsi dan manfaat anti-aging Nanokrim Krim Nanoemulsi Metode Pembuatan Nanokrim Metode emulsifikasi energi tinggi Metode emulsifikasi energi rendah BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Bahan Sukarelawan ix

11 3.3 Prosedur Penelitian Formulasi sediaan nanokrim Prosedur pembuatan sediaan nanokrim Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Nanokrim Pengamatan stabilitas fisik sediaan Pemeriksaan homogenitas Penentuan tipe emulsi sediaan Pengukuran ph sediaan Pengujian daya sebar Penentuan viskositas Uji Sentrifugasi Pengukuran tegangan permukaan Penentuan ukuran partikel nanokrim Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Pengujian Efektivitas Anti-Aging Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Formulasi Sediaan Formulasi Nanokrim Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Nanokrim Hasil pengamatan stabilitas fisik sediaan Hasil pemeriksaan homogenitas Hasil penentuan tipe emulsi sediaan Hasil pengukuran ph sediaan x

12 4.2.5 Hasil pengujian daya sebar Hasil penentuan viskositas Hasil uji sentrifugasi Hasil pengukuran tegangan permukaan Hasil penentuan ukuran partikel nanokrim Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging Kadar air (Moisture) Pori (Pore) Melanin Keriput (Wrinkle) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 Tabel DAFTAR TABEL Halaman 3.1 Persentase komposisi bahan dalam nanokrim pada penelitian Abdulkarim Persentase komposisi bahan dalam nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia dengan variasi minyak 2%, 5%, 7%, dan 10% Data pengamatan nanokrim minyak kacang makadamia penyimpanan suhu dipercepat Data kelarutan metil biru pada sediaan Data pengukuran ph sediaan Data pengujian daya sebar Data uji viskositas sediaan nanokrim minyak kacang makadamia Data uji sentrifugasi Data pengukuran tegangan permukaan Data penentuan distribusi ukuran partikel Data ukuran partikel F4 setelah penyimpanan Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu Data hasil pengukuran pori (pore) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu Data hasil pengukuran melanin pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu Data hasil pengukuran kerutan (wrinkle) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu xii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Struktur anatomi kulit Metode pembuatan nanokrim dengan energi tinggi Sediaan nanokrim variasi konsentrasi minyak 2; 5; 7; dan 10% Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) nanokrim Minyak kacang makadamia selama 4 minggu Grafik hasil pengukuran pori (pore) nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu Grafik hasil pengukuran melanin nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu Grafik hasil pengukuran kerutan (wrinkle) nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Hasil identifikasi minyak kacang macadamia Contoh surat pernyataan sukarelawan Gambar bahan yang digunakan Gambar alat yang digunakan Bagan pembuatan sediaan nanokrim minyak kacang makadamia Gambar sediaan nanokrim setelah dibuat dan setelah disimpan selama 4 minggu dalam climatic chamber Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia Gambar hasil uji daya sebar sediaan nanokrim minyak kacang macadamia Gambar hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang macadamia Data perhitungan HLB Hasil pengukuran partikel sediaan nanokrim Contoh hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer pada kulit wajah sukarelawan Data hasil uji statistik xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit sebagai lapisan terluar dari tubuh memiliki fungsi penting dalam memproteksi organ-organ yang berada di bawah kulit dari invasi patogen, senyawa atau pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan. Kulit manusia dapat mengalami penuaan yang akan menyebabkan menurunnya kualitas kulit dalam memberikan fungsi proteksi. Selama proses penuaan, kulit berubah menjadi kulit kering dan kasar, pori membesar, pigmentasi dan berkeriput. Salah satu penyebab penuaan pada kulit yaitu radikal bebas (Dayan, 2008). Radikal bebas tersebut merusak sel-sel yang ada didalam tubuh guna mencari elektron lain agar dapat stabil, sehingga akibatnya sel akan mengalami penuaan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal radikal bebas tersebut, sehingga mencegah penuaan kulit (Sayuti, 2015). Minyak kacang makadamia mengandung vitamin E (tokotrienol dan tokoferol) yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi peradangan dan stress oksidatif pada kulit, selain itu minyak ini memperlihatkan kandungan asam palmitat dan asam lemak tak jenuh yang mirip dengan kandungan didalam kulit (Barrat, et al., 2010). Minyak kacang makadamia juga mengandung asam oleat yang bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan anti-inflamasi alami. Kandungan asam linoleat membantu mengembalikan fungsi barrier kulit dan mengurangi transepidermal water loss (TEWL). Minyak kacang makadamia juga 1

17 mengandung squalene yang memberi manfaat dalam regenerasi sel dan bermanfaat sebagai antioksidan dengan melindungi kulit dari UV-induced lipid peroxidation (Wall, 2010). Minyak kacang makadamia juga menunjukkan sifat emolien yang tinggi dan penetrasi yang cepat sehingga membantu menjaga fungsi fisiologis kulit (Navarro, et al., 2016). Minyak kacang makadamia mempunyai nilai manfaat yang baik, selain itu aman dibuat sebagai produk kosmetik. Komposisi minyak kacang makadamia memiliki kandungan asam lemak yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai produk perawat kulit dan anti-aging (Akhtar and Yazan, 2005). Asam lemak yang sering digunakan pada kosmetik adalah asam palmitat yang merupakan bagian dari sebum kulit manusia. Kandungan asam palmitat yang terkandung dalam minyak kacang makadamia banyak diformulasikan untuk produk perawatan kulit. Minyak makadamia banyak dibuat dalam bentuk sediaan sabun wajah, emulsi ganda, krim tangan, dan krim wajah (Akhtar, et al., 2006). Anti-aging merupakan sediaan kosmetik yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tandatanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Dewasa ini semakin banyak perkembangan sistem penghantaran dalam kosmetik untuk meningkatkan penetrasi, dan efektivitas terapi (Sharma, et al., 2014). Ada beberapa inovasi teknologi sistem penghantaran kosmetik pada produk kosmetik salah satunya adalah nanokrim. Nanokrim merupakan sediaan semisolid berupa emulsi yang stabil dan memiliki rentang diameter droplet nm. Keuntungan dari pemilihan nanokrim sebagai sediaan topikal adalah dapat meningkatkan absorpsi zat aktif pada kulit. Selain itu, bentuk sediaan nanokrim 2

18 juga lebih mudah digunakan dan penyebaran pada kulit juga mudah, serta nyaman. Sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih produk kosmetik dalam bentuk sediaan krim daripada produk kosmetik lain (Abdulkarim, et al., 2010). Pengembangan minyak kacang makadamia menjadi bentuk sediaan nanokrim sangat potensial jika terkait dengan banyaknya khasiat yang dimiliki. Teknologi nanokrim juga merupakan metode yang efektif untuk pelepasan minyak kacang makadamia sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran droplet yang kecil, sehingga mudah berpenetrasi melewati lapisan kulit. Oleh karena itu, pada penelitian ini minyak kacang makadamia akan dikembangkan dalam bentuk sediaan nanokrim dan dilakukan evaluasi terhadap stabilitas dan aktivitas antiaging dari sediaan tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam sediaan nanokrim? 2. Apakah sediaan nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia mampu memberikan efek anti-aging pada kulit? 3

19 1.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam sediaan nanokrim. b. Nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia mampu memberikan efek anti-aging pada kulit. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanokrim. b. Untuk mengetahui apakah nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia mampu memberikan efek anti-aging pada kulit. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari minyak kacang makadamia. b. Untuk memberikan informasi ilmiah tentang aktivitas anti-aging dari sediaan nanokrim minyak kacang makadamia sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetik. 4

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Makadamia Makadamia merupakan tanaman yang berukuran kecil, medium sampai setinggi 15 meter. Makadamia disamping untuk diambil buahnya dapat ditanam sebagai tanaman hias karena bentuknya yang menarik. Tanaman mulai menghasilkan buah setelah 6-7 tahun, kadang-kadang sampai tahun. Melihat prospeknya tanaman ini dapat dikembangkan mengingat makadamia telah tumbuh dengan baik di Lembang (ada 327 pohon), kebun percobaan Hortikultura Tlekung, Jawa Timur, kebun percobaan Balittro di Manoko, dan di kebun raya Cibodas, Bogor sebagai tanaman koleksi serta dapat diproduksi dengan baik (Ditjen Perkebunan, 2006). Berdasarkan Ditjen Perkebunan (2006) di Hawai, kacang makadamia merupakan tanaman utama dalam usaha kebun buah-buahan yang dibudidayakan (9000 hektar tanaman yang berproduksi), sedangkan di Australia tanaman makadamia yang dibudidayakan mencapai 6000 ha, yang mana kacangnya merupakan jenis kacang-kacangan terbaik dan termahal di dunia. Kacang hasil gongsengan dijual tanpa maupun dengan garam digunakan dalam berbagai hal termasuk: a) Sebagai kudapan dapat dimakan baik mentah maupun disangrai (digongseng) dan digarami b) Dipanggang dalam kue, biskuit dan dalam roti 5

21 c) Perusahaan yang menjual permen menggunakan makadamia didalam coklat dan permen, digunakan separuh atau utuh d) Dapat meningkatkan rasa dan pada ikan dan sup serta salad e) Kualitas minyak sangat baik, tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal Taksonomi tanaman kacang makadamia Sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman makadamia diklasifikasikan sebagai berikut (Ditjen Perkebunan, 2006) Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dycotiledone : Proteales : Proteaceaea : Macadamia : Macadamia integrifolia,macadamia tetraphylla Minyak kacang makadamia Minyak kacang makadamia adalah minyak nabati yang unik karena tinggi asam lemak tak jenuh tunggal, dan mengandung vitamin E (tokotrienol dan tokoferol) yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif kulit. Minyak nabati ini dapat berpenetrasi dalam kulit karena komponen di dalamnya sangat mirip dengan minyak alami kulit serta berfungsi untuk mempertahankan kelembaban dan menutrisi kulit (Barrat, 2010). Komposisi minyak makadamia memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai produk perawatan kulit dan juga anti- 6

22 aging. Minyak macadamia selain mempunyai nilai manfaat yang baik, dan aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2006). Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel. Vitamin E mempunyai kemampuan untuk melindungi membran sel dari radikal bebas. Pada membran sel vitamin E mengumpulkan radikal bekas sehingga melindungi asam lemak tak jenuh, protein dan kerusakan oksidatif kulit (Linder, 1992) Minyak makadamia mengandung asam palmitat. Asam palmitat ditemukan dalam sebum manusia, tetapi menurun drastis pada usia dewasa. Minyak makadamia juga mengandung banyak asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan anti-inflamasi alami. Kandungan asam linoleat membantu mengembalikan fungsi barrier kulit dan mengurangi transepidermal water loss (TEWL) (Barrat, 2010). Pitosterol juga ditemukan dalam jumlah efektif dimana sebagian besar terdiri dari B-sitosterol, campesterol dan stigmasterol. Pitosterol ini memiliki fungsi yang mirip seperti kortison yaitu dapat mengurangi rasa gatal, kemerahan, dan meredakan kulit yang teriritasi. Minyak macadamia juga mengandung squalene yang memberi manfaat dalam regenerasi sel dan bermanfaat sebagai antioksidan dengan melindungi kulit dari UV-induced lipid peroxidation (Wall, 2010). Asam lemak yang sering digunakan pada kosmetik adalah asam palmitat yang merupakan bagian dari sebum kulit manusia. Kandungan asam palmitat yang terkandung pada minyak macadamia banyak diformulasikan untuk produk perawatan kulit (Navarro, 2016). Minyak makadamia mempunyai nilai manfaat yang baik, selain itu aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2006). 7

23 2.2 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja,1997). Umumnya, kulit pria lebih tebal daripada wanita. Namun, perempuan memiliki lapisan lemak subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata adalah yang paling tipis dan kulit pada telapak kaki adalah yang paling tebal Struktur kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah sebagai berikut: a. lapisan epidermis b. lapisan dermis c. lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997). Gambar 2.1 Struktur anatomi kulit (Saurabh, dkk., 2014) 8

24 Epidermis Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu: a. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik. b. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki. c. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari dua sampai tiga lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. d. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin. e. Lapisan basal (stratum basal), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini. Pada lapisan epidermis terdapat (Mitsui, 1997): a. Keratinosit, yang berfungsi untuk membentuk lapisan yang tahan terhadap zat kimia dan biologis. 9

25 b. Melanosit, yang berfungsi memproduksi melanin. Sel ini tersebar di antara sel basal di lapisan basal. c. Sel Langerhans dengan sistem imun yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap zat asing Dermis Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996). Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak. Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007). Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi kencang. Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama wajah adalah sebum. Sebum merupakan kandungan minyak yang melembabkan dan melindungi kulit dari polusi. Sebum dibentuk oleh kelenjar palit yang terletak di bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut (Bogadenta, 2012). 10

26 Subkutan Lapisan subkutan merupakan lapisan paling dalam pada struktur kulit. Lapisan subkutan terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014). Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya. Lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan (Putro, 1997). 11

27 2.2.2 Fungsi kulit Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah: 1. Persepsi sensoris Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa sakit, dan tekanan. 2. Proteksi (pelindung) Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan luar. Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu, dan lain-lain. 3. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh) Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar pada saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur. 4. Organ sekresi Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zat-zat lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain. 5. Absorpsi Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013) Jenis-jenis kulit Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian (Noormindhawati, 2013): 12

28 a. Kulit normal Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki ph normal, kadar air dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil. b. Kulit berminyak Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah berjerawat. c. Kulit kombinasi Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan berminyak. Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada derah pipi berkulit kering. d. Kulit sensitif Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi lebih tipis dan sangat sensitif. e. Kulit kering Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku, tidak elastis, dan mudah berkeriput. 2.3 Penuaan Pada Kulit Penuaan merupakan proses fisiologi yang tidak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat ireversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan penuaan (Putro, 1997). 13

29 Proses terjadinya penuaan kulit tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses penuaan kulit terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain dapat datang lebih cepat, keadaan ini disebut sebagai penuaan dini (premature aging). Hal ini menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu berbeda, tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan (Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003). Meskipun proses penuaan adalah sesuatu yang harus terjadi, namun berbagai usaha untuk mencegah atau memperlambatnya terus dilakukan. Salah satu bentuk upaya untuk mencegah atau memperlambat terjadinya proses penuaan dini adalah dengan menggunakan sediaan kosmetik, berupa anti-aging yang memiliki kemampuan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya proses tersebut (Elsner dan Howard, 2000 dan Tranggono dan Latifah, 2007). Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu: 1. Penuaan kronologi (chonological aging) Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini terjadi karena adanya perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit khususnya lapisan dermis dan epidermis seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan. 2. Paparan cahaya (photoaging) Photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit dermis. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berperan untuk bertanggung jawab pada sifat elastisitas dan halusnya kulit. Kedua sifat ini 14

30 merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan awet muda. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit akan terlihat kering dan tidak elastis lagi (Muliyawan dan Suriana, 2013) Penuaan dini (premature aging) Masalah yang sering terjadi di kulit adalah gejala penuaan dini. Meskipun ini bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang. Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013). Seiring bertambahnya usia, proses penuaan akan terus terjadi. Secara garis besar fase penuaan pada wanita dibagi menjadi 3 fase kehidupan, yaitu fase subklinis, fase transisi, dan fase klinis. Fase subklinis terjadi pada usia tahun, pada fase ini produksi hormon mulai mengalami penurunan produksi hingga 14%. Sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan penyebabnya adalah stress, diet yang tidak sehat dan adanya polusi udara. Fase transisi terjadi pada usia tahun, dimana produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%. Fase klinis merupakan fase terakhir dalam proses penuaan pada wanita. Fase ini terjadi pada usia 45 tahun ke atas (Darmawan, 2013). 15

31 2.3.2 Tanda-tanda penuaan dini Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain: 1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit. 2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. 3. Kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru. Sehingga kulit mati menumpuk pada permukaan kulit. 4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir. 5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban (Wasitaatmadja, 1997). 2.4 Radikal Bebas Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas 16

32 merupakan penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013). Sinar matahari dapat memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang menyebabkan berbagai penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit adalah organ terbesar pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti penghalang fisik terhadap faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat mempengaruhi fisiologis tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014). 2.5 Antioksidan Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Hernani dan Raharjo, 2005). Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan ini terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2006). Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). 17

33 2.6 Anti-aging Pengertian anti-aging Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2003). Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap. Keriput yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009). Kolagen adalah zat pengisi kulit dan merupakan protein penting untuk kulit, karena kolagen sangat penting bagi struktur dan fungsi matriks dalam dermis. Kulit menipis dan berkeriput, ciri khas dari penuaan kulit yang normal, merupakan akibat dari berkurangnya kolagen (Prianto, 2014) Fungsi dan manfaat anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu: menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit, menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembaban dan elastisitas kulit, merangsang produksi kolagen, melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu: mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput, kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda, kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tandatanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). 18

34 2.7 Nanokrim Krim Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Krim tipe emulsi minyak dalam air lebih disukai konsumen karena tidak memberikan kesan lengket dan berminyak serta lebih mudah dibersihkan (Mishra, dkk., 2014) Nanoemulsi Nanokrim adalah sediaan nanoemulsi yang berbentuk semisolid. Nanoemulsi merupakan dispersi koloid oil in water (O/W) atau water in oil (W/O) yang memiliki rentang diameter droplet sebesar nm, terbentuk dari proses dispersi dari satu fase cair ke dalam fase cair lainnya untuk membentuk droplet (Kananlua, 2016). Terdapat banyak keuntungan dari penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan topikal dalam sistem penghantaran obat antara lain: absorbsi zat aktif dapat meningkat karena ukuran globul yang kecil sehingga meningkatkan proses penghantaran zat aktif melewati kulit, membantu mensolubilisasi zat aktif yang bersifat hidrofob, serta memiliki efisiensi dan penetrasi yang cepat pada obat, dan meningkatkan bioavailabilitas zat aktif (Abdulkarim et al., 2010). Nanoemulsi juga dapat dibentuk dengan formulasi yang bervariasi seperti krim, gel, spray, foam. Selain itu nanoemulsi juga tidak toksik dan tidak mengiritasi, 19

35 oleh karena itu dapat diaplikasikan dengan mudah melalui kulit maupun membran mukosa (Tsai, 2014). Komponen nanoemulsi terdiri dari minyak, air, surfaktan, dan kosurfaktan. Surfaktan dan kosurfaktan merupakan komponen penting dalam pembuatan nanoemulsi karena dapat menurunkan tegangan antar muka antara fase air dan fase minyak sehingga dapat terbentuk sebuah sistem emulsi (Gupa, et al., 2010). Mekanisme pembentukan nanoemulsi bergantung pada kemampuan surfaktan dalam menstabilkan tegangan antarmuka yang terjadi akibat difusi spontan saat pencampuran dua fase. Surfaktan akan bekerja dengan melingkupi partikel dalam fase minyak dan mendorong terbentuknya partikel dengan ukuran droplet yang lebih kecil. Penambahan konsentrasi surfaktan akan semakin menurunkan ukuran droplet namun semakin memerlukan waktu emulsifikasi yang lebih lama pula (Yadav, et al., 2012). Penggunaan surfaktan saja tidak cukup untuk menurunkan tegangan antarmuka secara optimum.oleh karena itu, dilakukan penambahan kosurfaktan untuk menurunkan lebih lanjut tegangan antarmuka antara fase minyak dan air (Resende, et al., 2008). Kosurfaktan berperan dalam membantu kelarutan zat terlarut dalam medium dispers dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet dan menurunkan energi bebas permukaan sehingga stabilitas lebih dapat dipertahankan (Azeem, et al., 2009). Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan nanokrim, diantaranya sebagai berikut: a. Tween 80 Tween 80 merupakan bahan yang biasa digunakan sebagai emulsifying 20

36 agent, memiliki rumus molekul C64H124O26, berwujud cair, berwarna kuning, berminyak, beraroma khas dan rasa yang pahit. Nilai HLB Tween 80 adalah 15. Tween 80 biasa digunakan sebagai zat pembasah, agen pendispersi, dan emulgator. Tween 80 memiliki nama sinonim Polisorbat 80 dan polioksietilen 20 sorbitan monooleat (Rowe, et al., 2009). Tween 80 dapat berfungsi sebagai surfaktan karena dapat menurunkan tegangan antar muka antara fase minyak dengan fase air dalam pembuatan suatu sistem nanoemulsi (Tsai et al., 2014). Tween 80 telah digunakan secara luas di bidang kosmetik maupun farmasetik karena sifatnya yang tidak iritatif dan tidak toksik. Penggunaan Tween 80 pada bidang farmasi selain sebagai surfaktan adalah sebagai solubilizing agent (agen pelarut) dan wetting agent (agen pembasah) dalam konsentrasi 0,1 15% (Rowe et al., 2009). b. Propilen glikol Propilenglikol berupa cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai gliserin. Propilen glikol (C3H8O2), HLB dari propilen glikol yaitu 11,6 (Rowe et al., 2009). Rentang konsentrasi propilen glikol yang dibutuhkan sebagai kosurfaktan yaitu 5-80% (Kananlua, 2016). c. Setil alkohol Setil alkohol merupakan alkohol lemak yang berbentuk serpihan licin, granul, atau kubus yang mengandung susunan kelompok hidroksil. Setil alkohol banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi dan pengeras dalam sediaan krim. Titik leleh dari setil alkohol sebesar ºC. Bahan ini sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter serta tidak larut dalam air. Kelarutan akan meningkat bila 21

37 suhunya dinaikkan. Konsentrasi umum digunakan sebagai pengeras adalah 0,5-2% dan sebagai bahan pengemulsi maupun emolien adalah 2-10% (Rowe et al., 2009). d. Propil paraben Pemerian serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Kelarutan sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih (Ditjen POM, 1979). Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada ph antara 4-8. Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasetika. Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktivitas antimikroba. Konsentrasi propil paraben yang digunakan untuk sediaan topikal, yaitu 0,01%-0,6%. Propil paraben sangat larut dalam aseton dan eter, mudah larut dalam etanol dan metanol, sangat sedikit larut dalam air (Rowe, et al., 2009) e. Metil paraben Metil paraben berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal. Metil paraben mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, dalam 20 bagian air mendidih (Ditjen POM, 1979). Dalam sediaan farmasetika, produk makanan, dan kosmetik metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Zat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan jenis paraben lain. Efektifitas metil paraben pada rentang ph 4-8. Konsentrasi metil paraben yang digunakan untuk sediaan topikal, yaitu 0,02%-0,3% (Rowe, et al., 2009). 22

38 2.8 Metode Pembuatan Nanokrim Proses pembuatan suatu nanoemulsi membutuhkan energi eksternal untuk dapat menyatukan semua bahan menjadi suatu sistem dispersi koloid (Clements, 2012). Metode emulsifikasi energi tinggi meliputi high-shear stirring, homogenisasi bertekanan tinggi, emulsifikasi ultrasonik, mikrofluidasi dan emulsifikasi membrane dan metode emulsifikasi energi rendah meliputi metode phase inversion temperature (PIT), emulsion inversion point (EIP), dan emulsifikasi spontan (Koroleva and Yurtov, 2012) Metode emulsifikasi energi tinggi Pembuatan nanoemulsi menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi memerlukan energi yang tinggi untuk pembentukan dispersi, terutama jika nanoemulsi yang dibuat memiliki viskositas yang tinggi. Ukuran droplet yang terbentuk bergantung pada jumlah surfaktan yang digunakan karena surfaktan adalah bahan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka fase dispersi agar dapat terdispersi dalam medium disperse (Koroleva and Yurtov, 2012). A B C D E Gambar 2.2. Metode pembuatan nanokrim emulsifikasi energi tinggi: (a) Highshear stirring (b) homogenisasi bertekanan tinggi, (c) emulsifikasi ultrasonik, dan (d) mikrofluidasi (e) emulsifikasi membran (Koroleva and Yurtov, 2012) a. High-shear stirring 23

39 Alat yang digunakan dalam high-shear stirring adalah alat yang memiliki sistem rotor-stator, salah satunya adalah mixer. Rotor dengan kecepatan tinggi akan menghasilkan penghalusan tingkat tinggi di dalam kepala rotor dan memaksa komponen emulsi terhisap ke dalam sistem rotor stator tersebut. Adanya gaya sentrifugal pada sistem ini, mengakibatkan emulsi terlempar ke sekeliling rotor dan terjadi dispersi yang intens pada ruang antara rotor dan dinding dalam stator. Penurunan ukuran droplet terjadi seiring dengan peningkatan intensitas pengadukan (mixing) (Koroleva and Yurtov, 2012). b. Homogenisasi bertekanan tinggi Sistem ini merupakan sistem yang paling sering digunakan dalam membuat emulsi yang memiliki viskositas rendah hingga sedang. Pembentukan droplet terjadi karena adanya shear forces, turbulensi, dan kavitasi. Hal yang mempengaruhi besar ukuran droplet tergantung dari desain alat, viskositas, dan tekanan yang dihasilkan oleh alat (Koroleva and Yurtov, 2012). c. Emulsifikasi ultrasonik Pembentukan nanoemulsi dengan menggunakan ultrasonik terjadi karena kavitasi, yaitu pembentukan dan penghilangan rongga uap pada cairan yang mengalir. Penghilangan rongga tersebut mengakibatkan gelombang kejut yang meradiasi cairan sehingga memecah droplet yang terdispersi. Energi yang dihasilkan berasal dari sonotrodes (sonicator probes). Sonotrodes tersebut akan kontak dengan cairan dan memberi getaran pada cairan tersebut sehingga terjadi kavitasi (Gupta, et al., 2010). 24

40 d. Mikrofluidizer Emulsifikasi pada microfluidizer terjadi melalui tumbukan antara dua aliran cairan yang tidak saling campur dari microchannel yang berlawanan. Kedua aliran cairan tersebut didorong oleh suatu pompa yang bertekanan tinggi. Tekanan tersebut memaksa cairan masuk ke dalam microchannel dan pada area tertentu terjadi tumbukan dan timbul gaya gesek besar sehingga menghasilkan emulsi yang sangat kecil. Selain karena gaya gesek dan tekanan, emulsifikasi pada microfluidizer juga disebabkan oleh kavitasi (Koroleva and Yurtov, 2012). e. Emulsifikasi membran Pada sistem ini, pembentukan droplet terjadi dengan cara ekstrusi atau pendorongan keluar fase dispersi melalui pori atau microchannels pada membran. Ukuran droplet yang terbentuk bergantung pada ukuran pori yang terdapat pada membran (Koroleva and Yurtov, 2012) Metode emulsifikasi energi rendah Teknologi emulsifikasi energi rendah berdasar pada inversi fase pada emulsi yang terjadi karena adanya perubahan komposisi dan suhu (Koroleva and Yurtov, 2012). a. Phase inversion temperature (PIT) Metode emulsifikasi PIT bergantung pada sifat surfaktan yang digunakan. Surfaktan yang digunakan biasanya adalah surfaktan nonionik ethoxylated yang dapat merubah afinitas air dan minyak berdasarkan suhu. Surfaktan nonionik ethoxylated akan bersifat lipofob (larut dalam air) di suhu rendah karena adanya hidrasi dari gugus polar, dan akan membentuk lapisan monolayer dan menghasilkan emulsi O/W. Peningkatan suhu akan membuat gugus ehoxylated 25

41 pada surfaktan berubah menjadi bersifat lipofil, dan akan membentuk emulsi dengan jenis W/O (Gadhave, 2014). b. Emulsion inversion point (EIP) Pada metode ini, proses emulsifikasi bergantung pada perubahan substansi yang memicu terjadinya perubahan nilai HLB pada sistem pada suhu yang tetap. Metode EIP juga sering disebut dengan metode phase inversion composition (PIC) atau terkadang disebut dengan metode titrasi. Nanoemulsi O/W akan terbentuk ketika jumlah air yang ditambahkan telah melebihi batas titik perubahan tipe nanoemulsi (Koroleva and Yurtov, 2012). c. Nanoemulsifikasi spontan Nanoemulsifikasi spontan terjadi dengan melakukan pengadukan berkelanjutan terhadap fase minyak yang telah bercampur dengan surfaktan ke dalam fase air (Gullota, et al., 2014). 26

42 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang meliputi pembuatan sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dengan konsentrasi 2%, 5%, 7%, dan 10%, evaluasi mutu fisik terhadap sediaan nanokrim meliputi pemeriksaan homogenitas, penentuan tipe emulsi sediaan, penentuan ph, uji daya sebar, penentuan viskositas, uji sentrifugasi, pengukuran tegangan permukaan, penentuan ukuran partikel sediaan nanokrim, evaluasi stabilitas fisik sediaan, pengelompokan sukarelawan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan pengujian efektivitas anti-aging sediaan nanokrim. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Laboratorium Kosmetologi, Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi dan Laboratorium Terpadu Fisika. 3.1 Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik (Ohrus), magnetic stirrer (WINA Instrument), hotplate (Fisons), sonikator (Branson), mixer (Miyako), viskometer Brookfield DV-E, climatic chamber (Memmer), ph meter (Hanna Instrument), alat sentrifugasi (Hitachi CF16 RXII), tensiometer Du Nouy, Vasco γ particle size analyzer, skin analyzer (Aram Huvis), lumpang dan alu, dan alat-alat gelas laboratorium. 27

43 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak kacang makadamia, tween 80, propilen glikol, setil alkohol, metil paraben, propil paraben, dan aqua destilata, dapar ph asam 4,01 (Hanna Instrument), dapar ph netral 7,01 (Hanna Instrument). 3.2 Sukarelawan Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan anti-aging sediaan berjumlah 6 orang dari kriteria sebagai berikut : 1. Wanita berbadan sehat dengan kondisi kulit yang sama 2. Usia antara tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985). 3.3 Prosedur Penelitian Formulasi Sediaan Nanokrim Persentase komposisi bahan dalam nanokrim dimodifikasi dari formula nanokrim yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya, Abdulkarim (2010) melakukan penelitian tentang pembuatan nanokrim dengan menggunakan minyak POEs (palm oil esters), surfaktan tween 80 dan kosurfaktan span 20, komposisi bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel

44 Tabel 3.1 Persentase komposisi bahan dalam nanokrim pada penelitian Abdulkarim (2010) Bahan Formula I (%b/b) POEs 25 Tween 80 30,4 Span 20 7,6 Aquadest 37 Selanjutnya, pada penelitian ini persentase komposisi bahan dalam nanokrim diperoleh dengan cara modifikasi formula pada penelitian Abdulkarim (2010). Formula nanokrim yang dibuat menggunakan minyak kacang makadamia dan kosurfaktan propilen glikol, dan penambahan setil alkohol. Dilakukan uji pendahuluan (orientasi) untuk mengetahui kondisi dan komposisi bahan yang terbaik dalam pembuatan sehingga didapatkan sediaan nanokrim yang stabil. Sediaan nanokrim dibuat dalam 4 formula dimana konsentrasi minyak kacang makadamia yang bervariasi dalam komposisi formula yang sama. Adapun persentase komposisi bahan dalam formulasi nanokrim yang telah dimodifikasi dari penelitian Abdulkarim (2010) berdasarkan orientasi formula dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Persentase komposisi bahan dalam nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia Komposisi F1 F2 F3 F4 (%b/b) (%b/b) (%b/b) (%b/b) Minyak kacang makadamia Tween Propilen glikol Setil alkohol 0,5 0,5 0,5 0,5 Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 Propil paraben 0,05 0,05 0,05 0,05 Aquadest ad Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 29

45 3.3.2 Prosedur pembuatan nanokrim minyak kacang makadamia Proses pembuatan nanokrim minyak kacang makadamia mengacu pada penelitian yang dilakukan Abdulkarim (2010) mengenai pembuatan nanokrim piroksikam dengan metode energi tinggi jenis high-shear stirring dengan alat propeller. Modifikasi dilakukan pada alat yang digunakan, yang sebelumnya digunakan propeller diganti dengan menggunakan mixer yang sama-sama memiliki sistem rotor-stator dan prinsip high-shear stirring. Adapun prosedur pembuatan nanokrim sebagai berikut : 1. Fase minyak: setil alkohol (0,5%) dicampurkan dengan minyak kacang makadamia (2%,5%,7%,10%). Fase minyak diaduk dengan menggunakan hotplate stirrer pada kecepatan 350 rpm, suhu 55 0 C selama 30 menit. 2. Fase air: metil paraben (0,1%) dan propil paraben (0,05%) dilarutkan dalam aquadest (ad 100 ml) kemudian dipanaskan diatas hotplate hingga larut sempurna, setelah itu larutan didinginkan dan kemudian tween 80 (34%) dan propilen glikol (8%) dicampurkan ke dalam larutan metil paraben dan propil paraben. Selanjutnya diaduk menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 350 rpm selama 30 menit. 3. Fase air ditambahkan ke dalam fase minyak dengan cara meneteskannya sedikit demi sedikit dengan menggunakan spatula. Setelah beberapa saat, campuran tersebut diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan rpm selama 8 jam sampai terbentuk emulsi yang mengental. Kemudian dihomogenkan menggunakan mixer selama 30 menit. Parfum aroma bunga ditambahkan beberapa tetes, lalu di mixer sampai terbentuk massa krim yang 30

46 homogen. Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi minyak kacang makadamia yang berbeda. 3.4 Evaluasi Mutu Fisik Terhadap Sediaan Pengamatan stabilitas fisik sediaan Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan melalui pengamatan organoleptis secara visual. Stabilitas fisik sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dilakukan dengan pengujian stabilitas dipercepat. Sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 2%, 5%, 7%, dan 10% diletakkan dalam wadah kaca dan disimpan dalam climatic chamber pada suhu 40 C ± 2 C dan RH 75% ± 5% selama satu bulan. Masing-masing formula dilakukan pengamatan secara visual terhadap warna, bau, bentuk, dan pemisahan fase selama empat minggu dengan pengamatan setiap satu minggu sekali (Kananlua, 2016) Pemeriksaan homogenitas Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar ( Ditjen POM, 1979) Penentuan tipe emulsi sediaan Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit demi sedikit biru metilen ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985) Pengukuran ph sediaan Penentuan ph sediaan dilakukan dengan menggunakan alat ph meter. Cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar 31

47 netral (ph 7,01) dan larutan dapar ph asam (ph 4,01) hingga alat menunjukkan harga ph tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 gram sediaan dan dilarutkan dalam 25 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga ph sampai konstan. Angka yang ditunjukkan ph meter merupakan ph sediaan (Rawlins, 2003). Penentuan ph dilakukan setelah pembuatan selama 0, 1, 2, 3, 4, minggu pada suhu kamar Pengujian daya sebar Sebanyak 1 gram sediaaan diletakkan di atas kaca berukuran 20 x 20 cm yang berada di atas sebuah kertas grafik, dibiarkan 60 detik kemudian diukur diameter sediaan yang terbentuk. Selanjutnya ditutup dengan plastik mika dan diberikan beban hingga bobot mencapai 125 gram dan dibiarkan selama 60 detik. Diameter sediaan yang terbentuk kemudian diukur (Garg et al., 2002) Penentuan viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara sediaan dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan dengan menggunakan viskometer Brookfield DV-E (Sinko, 2006). Penentuan viskositas sediaan dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan selama 0, 1, 2, 3, 4, minggu pada suhu kamar Uji sentrifugasi Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi 32

48 kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam (Lachman, 1994) Pengukuran tegangan permukaan Pengukuran tegangan permukaan sediaan dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Tegangan permukaan diukur dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy pada suhu kamar. Sampel diisi ke dalam cawan gelas kira-kira 50% nya. Kalibrasikan alat Tensiometer menggunakan aqua destilata. Jika Tensiometer sudah siap, bersihkan cincin Du Nouy dengan cara memanaskan cincin tersebut pada nyala api bunsen selama detik. Gantung cincin tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada nol. Turunkan cincin Du Nouy ke dalam sampel hingga kedalaman 2-3 mm dari permukaan cairan. Selanjutnya angkat pelan-pelan hingga lepas dari cairan sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat sebagai nilai tegangan permukaan sampel tersebut (Sinko, 2006) Penentuan ukuran partikel nanokrim Penentuan ukuran partikel menggunakan alat particle size analyzer Vasco γ cordouan. Prinsip alat tersebut menggunakan dynamic light scattering, yaitu pengukuran fluktuasi intensitas cahaya yang dihamburkan dalam waktu tertentu. Pengujian dimulai dengan mengencerkan sampel sampai 1000 kali menggunakan akuabides, kemudian sampel dimasukkan ke dalam kuvet kaca dan diletakkan ke dalam alat Vasco γ cordouan. Sampel akan ditembak dengan sinar pada sudut 90, droplet pada sampel akan menghamburkan sinar dan hamburan sinar akan terbaca sebagai ukuran droplet pada pada komputer dengan menggunakan software alat Vasco γ cordouan (Kananlua, 2016). Penentuan partikel dari masing masing 33

49 formula nanokrim dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu di awal setelah pembuatan sediaan. 3.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan Uji iritasi dilakukan pada sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dengan konsentrasi minyak yang paling besar yaitu 10% dengan maksud untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan dan pelekatan pada kulit (Ditjen POM RI, 1995). Kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). 3.6 Pengujian Efektivitas Anti-aging Sediaan Nanokrim Pengujian aktivitas anti-aging sediaan nanokrim menggunakan sukarelawan sebanyak 12 orang dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk nanokrim F1 (konsentrasi minyak kacang makadamia 2%) Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk nanokrim F2 (konsentrasi minyak kacang makadamia 5%) Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk nanokrim F3 (konsentrasi minyak kacang makadamia 7%) 34

50 Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk nanokrim F4 (konsentrasi minyak kacang makadamia 10%) Semua sukarelawan diukur kondisi kulit awal yang meliputi: kadar air (moisture), besar pori (pore), banyaknya melanin dan keriput (wrinkle) dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan nanokrim minyak kacang makadamia secara merata pada wajah, nanokrim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer. 3.7 Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Langkah pertama data dianalisis dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. 35

51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Formulasi Sediaan Formulasi nanokrim Minyak kacang makadamia adalah minyak nabati yang mengandung vitamin E dan persentase tertinggi asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat 60-70% dibandingkan dengan minyak lain seperti minyak zaitun (Rengel, 2015). Berdasarkan sertifikat analisis minyak kacang makadamia, kandungan vitamin E dan asam oleat yang terdapat dalam minyak tersebut adalah sebesar 17,82 ppm dan 64,5%. Pada peneltian ini sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dibuat dengan menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi (high-shear stirring) menggunakan alat mixer (Koroleva dan Yurtov, 2012). Mixer termasuk dalam sistem rotor stator atau metode emulsifikasi dengan pengadukan kecepatan tinggi. Mekanisme pengecilan partikel oleh mixer yaitu menggunakan gaya sentripetal yang dihasilkan oleh rotor yang berputar dengan kecepatan tinggi. Gaya sentripetal ini mengakibatkan emulsi tertarik ke dalam sistem rotor dan terlempar ke ruang antara rotor dan dinding dalam stator sehingga terjadi emulsifikasi yang intens. Adanya sekat-sekat pada tungkai rotor memaksa droplet untuk membentuk ukuran yang lebih kecil (Koroleva dan Yurtov, 2012; Niazi, 2004). Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan, pembuatan sediaan nanokrim tanpa minyak kacang makadamia (blanko) memperlihatkan tidak dapat terbentuk emulsi. Syarat terbentuknya emulsi yaitu menggunakan campuran fase 36

52 minyak, dan fase air juga membutuhkan surfaktan untuk menggabungkan kedua fase tersebut (Mollet, 2001). Adapun konsentrasi optimum surfaktan tween 80 (34%) dan kosurfaktan propilen glikol (8%) untuk menghasilkan sediaan nanokrim yang lebih lunak dan lebih stabil. Minyak kacang makadamia digunakan dalam formulasi ini sebagai pembawa minyak dan sebagai bahan anti-aging dengan variasi konsentrasi 2%, 5%, 7%, dan 10%, dan setil alkohol sebagai emolien juga peningkat konsistensi dengan konsentrasi 0,5% menghasilkan sediaan nanokrim berupa cairan kental berwarna putih yang mana semakin kecil ukuran partikel maka sediaan nanokrim yang dihasilkan semakin berkurang intensitas warnanya dan semakin transparan. Ukuran globul mempunyai peranan penting dalam tampilan sediaan emulsi (Kale, et al., 2017; Madaan, et al., 2014) Gambar 4.1 Sediaan nanokrim dengan variasi konsentrasi minyak kacang makadamia 2; 5; 7; 10% 4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Nanokrim Evaluasi stabilitas fisik sediaan Evaluasi stabilitas fisik sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dilakukan dengan pengujian stabilitas yang dipercepat. Sediaan nanokrim minyak kacang makadamia diletakkan dalam wadah kaca dan disimpan dalam climatic chamber pada suhu 40 C ± 2 C dan RH 75% ± 5% selama satu bulan. Pengujian 37

53 ini bertujuan untuk melihat stabilitas fisik keempat formula sediaan nanokrim minyak kacang makadamia. Data pengamatan yang diamati yaitu perubahan warna, bau, bentuk, dan pemisahan fase. Hasil evaluasi stabilitas sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 2%, 5%, 7%, dan 10% dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data pengamatan nanokrim minyak kacang makadamia Lama penyimpanan (minggu) Berdasarkan Tabel 4.1 hasil pengamatan stabilitas fisik sediaan nanokrim minyak kacang makadamia yang divariasikan dengan konsentrasi 2%, 5%, 7% dan 10% yang disimpan pada climatic chamber selama satu bulan, tidak ada perubahan warna, bau serta pemisahan fase. Hasil pengamatan stabilitas sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Lampiran 6. Hukum Stokes menjelaskan bahwa creaming atau sedimentasi dapat dicegah dengan meningkatkan viskositas sediaan, dan memperkecil ukuran droplet (Ali et al., 2013). Data Pengamatan Warna Bau Bentuk Pemisahan fase F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 0 TB PK P P Kh Kh Kh Kh K K K K TB PK P P Kh Kh Kh Kh K K K K TB PK P P Kh Kh Kh Kh K K K K TB PK P P Kh Kh Kh Kh K K K K TB PK P P Kh Kh Kh Kh K K K K Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% TB : Tidak Berwarna PK : Putih Kekuningan P : Putih - : Tidak terdapat Kh : Khas + : Terdapat K : Kental 38

54 4.2.2 Hasil pemeriksaan homogenitas Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan nanokrim minyak kacang makadamia menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan nanokrim dapat dilihat pada Lampiran Hasil penentuan tipe emulsi sediaan Jika air merupakan fase luar (O/W), zat warna tersebut akan melarut di dalamnya dan berdifusi merata ke seluruh bagian air. Jika emulsi tersebut bertipe W/O, partikel-partikel zat warna akan tinggal bergerombol pada permukaan (Martin., dkk, 1993). Hasil penentuan tipe emulsi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Lampiran 7. Tabel 4.2 Data kelarutan metil biru pada sediaan No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan Ya Tidak 1 F1 + 2 F2 + 3 F3 + 4 F4 + Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan pada Tabel 4.2 hasil uji tipe emulsi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia (F1, F2, F3 dan F4) menunjukkan warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam sediaan sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan nanokrim minyak kacang makadamia yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah 39

55 menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan pencucian Hasil pengukuran ph sediaan Pengukuran ph nanokrim minyak kacang makadamia dilakukan untuk melihat perubahan ph sediaan selama penyimpanan, dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data pengukuran ph sediaan Formula Lama Pengamatan (minggu) F1 5,8 5,7 5,6 5,5 5,4 F2 6,2 6,1 6,1 6,0 5,9 F3 5,9 5,9 5,8 5,7 5,6 F4 5,7 5,5 5,4 5,4 5,3 Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selama penyimpanan menunjukkan sedikit penurunan ph, namun ph sediaan masih sesuai dengan ph kulit yaitu antara 4,5-6,5 sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit (Tranggono, dkk., 2007) Hasil pengujian daya sebar Menurut Garg, et al. (2002) daya sebar merupakan karakteristik penting dalam formulasi yang menjamin kemudahan saat sediaan diaplikasikan di kulit. Pada sediaan semipadat, daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan. Semakin tinggi nilai viskositas suatu sediaan, maka daya sebar sediaan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian daya sebar sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Tabel

56 Tabel 4.4 Data pengujian daya sebar sediaan Formula Data Pengamatan (cm 2 ) Tanpa Beban 25g 50g 75g 100g 125g F1 5,95 6,09 6,19 6,45 6,57 6,83 F2 5,01 5,30 5,78 6,2 6,50 6,75 F3 5,06 5,28 5,68 6,21 6,42 6,65 F4 5,63 5,78 5,92 6,07 6,19 6,24 Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan pada Tabel 4.4 hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa sediaan nanokrim minyak kacang makadamia dengan variasi konsentrasi memiliki daya sebar yang baik, karena sesuai dengan kriteria daya sebar krim. Luas daya sebar 5-7 cm 2 menunjukkan konsistensi semisolid yang nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002) Hasil penentuan viskositas Viskositas adalah pernyataan tahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi nilai viskositas, semakin besar tahanannya (Martin, dkk., 1993). Data hasil uji viskositas nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data uji viskositas sediaan nanokrim minyak kacang makadamia (dalam Cp) Formula Lama penyimpanan (minggu) F F F F Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan Tabel 4.5 hasil pengamatan viskositas sediaan menunjukkan bahwa sediaan nanokrim minyak kacang makadamia mengalami peningkatan nilai 41

57 viskositas, hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa viskositas akan meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut dikarenakan kemungkinan terjadinya penggumpalan pada sediaan yang menyebabkan peningkatan viskositas (Lachman, dkk, 1994) Hasil uji sentrifugasi Pada pengujian ini, sediaan dalam tabung sentrifugasi dimasukkan ke dalam sentrifugator dengan kecepatan putaran 3750 rpm selama 5 jam. Pengujian sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi (Lachman., dkk, 1994). Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Data hasil uji sentrifigasi nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Data uji sentrifugasi Formula Sentrifugasi Memisah Mengendap/creaming Keruh F F F F Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji sentrifugasi pada keempat formula F1, F2, F3, dan F4 menunjukkan tidak adanya pemisahan fase yang menunjukkan bahwa sediaan nanokrim minyak kacang makadamia yang terbentuk memiliki kestabilan selama satu tahun (Lachman, dkk., 1994). 42

58 4.2.8 Hasil pengukuran tegangan permukaan Pengukuran tegangan permukaan sediaan dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Tegangan permukaan diukur untuk mengetahui surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka minyak dan air. Data hasil pengukuran tegangan permukaan nanokrim minyak kacang makadamia dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data pengukuran tegangan permukaan nanokrim minyak kacang makadamia Formula Tegangan Permukaan (dyne/cm) F1 53,48 F2 50,16 F3 46,50 F4 42,18 Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengukuran terhadap tegangan permukaan diperoleh tegangan permukaan antara 42,18 dyne/cm-53,48 dyne/cm. Penggunaan surfaktan dapat menurunkan tegangan antar muka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur. Menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi dan meningkatkan daya adhesi. Surfaktan akan membentuk lapisan tipis (film) yang menyelimuti partikel sehingga mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya (Ansel, 1989). Penggunaan kosurfaktan dibutuhkan karena kosurfaktan dapat menurunkan tegangan muka antar fase lebih lanjut serta menfluidisasi lapisan film surfaktan, sehingga penggunaan kosurfaktan dapat menurunkan jumlah surfaktan yang digunakan (Yadav et al., 2012; Tsai et al., 2014). 43

59 4.2.9 Hasil penentuan ukuran partikel nanokrim Penentuan ukuran partikel dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel pada sediaan nanokrim dengan menggunakan alat Vasco γ CORDOUAN Technologies Particle Size Analyzer, rata-rata ukuran partikel nanokrim dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Data penentuan distribusi ukuran partikel nanokrim Formula Ukuran partikel (nm) F1 205, 27 F2 216, 69 F3 223,58 F4 283, 65 Keterangan : F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Tabel 4.9 Data penentuan distribusi ukuran partikel nanokrim F4 setelah penyimpanan selama 4 bulan Formula Ukuran partikel (nm) F4 475,39 Keterangan : F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Berdasarkan Tabel 4.8 dan 4.9 hasil uji ukuran partikel menggunakan alat Vasco γ CORDOUAN Technologies Particle Size Analyzer menunjukkan bahwa ukuran partikel yang dihasilkan dapat dilihat adanya peningkatan seiring dengan penambahan konsentrasi minyak dan setelah penyimpanan, namun ukuran tersebut masih dalam rentang persyaratan nanokrim, yaitu 20 nm 500 nm (Abdulkarim, et al., 2010). Mekanisme pengecilan partikel oleh mixer yaitu menggunakan gaya sentripetal yang dihasilkan oleh rotor yang berputar dengan kecepatan tinggi. Gaya sentripetal ini mengakibatkan emulsi tertarik ke dalam sistem rotor dan terlempar ke ruang antara rotor dan dinding dalam stator sehingga terjadi 44

60 emulsifikasi yang intens. Adanya sekat-sekat pada tungkai rotor memaksa droplet untuk membentuk ukuran yang lebih kecil (Koroleva dan Yurtov, 2012). Selain metode pembuatannya, konsentrasi surfaktan yang digunakan juga mempengaruhi ukuran partikel (Koroleva and Yurtove, 2012). Pada umumnya penggunaan surfaktan dan kosurfaktan menghasilkan penurunan tegangan antarmuka untuk menghasilkan partikel kecil yang seragam dan cepat membentuk selaput untuk melindungi partikel dari agregasi selama pembuatan. Selain itu, ukuran partikel juga dapat dikurangi dengan cara homogenisasi seperti dengan menggunakan pengadukan (Sinko, 2006). Data hasil penentuan ukuran partikel sediaan nanokrim dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Tabel 4.10 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan No Reaksi Iritasi Kemerahan Gatal Pengkasaran kulit Keterangan: - : tidak terjadi reaksi Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukkan ternyata tidak ada terlihat efek samping berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan nanokrim. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sediaan nanokrim yang dibuat aman untuk digunakan. 45

61 4.4 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging Sediaan Nanokrim Pengujian efektivitas anti-aging sediaan nanokrim menggunakan skin analyzer Aram Huvis, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), pori (pore), melanin dan keriput (wrinkle). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit sukarelawan untuk melihat seberapa besar pengaruh sediaan nanokrim dalam memulihkan kulit yang mengalami penuaan dini. Kemudian dioleskan sediaan nanokrim minyak kacang makadamia setiap pagi dan malam hari. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antar formula dalam memulihkan kulit kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Pengujian Mann-Whitney U dilakukan untuk mengetahui pada formula mana yang terdapat perbedaan secara signifikan. Pengujian ini dilakukan dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran Kadar air (moisture) Kadar air diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan alat yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel Grafik hasil pengukuran kadar air pada sediaan nanokrim minyak kacang makadamia untuk tiap minggunya dilihat pada Gambar 4.6. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.11 dapat dilihat terjadinya kenaikan kadar air pada kulit sukarelawan untuk tiap minggunya. Hasil 46

62 pengukuran menunjukkan bahwa kadar air semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian nanokrim anti-aging adalah kering/dehidrasi (0-39). Setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu, mengalami peningkatan kadar air dari kering/dehidrasi menjadi normal. Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging selama 4 minggu Formula Sukarelawan Kadar air Lama Pengamatan (minggu ke-) Peningkatan kadar air (%) ,83 F , ,5 Rata-rata 32,3 33,6 35,3 38,3 41,3 21, ,19 F , ,90 Rata-rata 31,6 35,3 37,6 41, , ,23 F , ,27 Rata-rata 31,3 34, , ,3 F , ,16 Rata-rata 32 35,6 40,3 43,3 46,6 31,42 Keterangan: Dry 0-39; Normal 40-59; Moist F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 47

63 Kandungan yang terdapat dalam minyak kacang makadamia pada sediaan nanokrim adalah asam lemak tak jenuh tunggal seperti asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, dan melembabkan kulit (Barratt W, 2010). Menurut Mitsui (1997), nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kadar air dalam epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan nutrisi dan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah dan terkelupas. Untuk fungsi fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan-bahan dalam stratum korneum yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam hubungan yang fungsional disebut Natural Moisturizing Factor. Kemampuan stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007) Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 48

64 Grafik peningkatan kadar air kulit pada pemakain sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia selama 28 hari perawatan. Pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pemakaian sediaan nanokrim memberikan efek terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan. Kadar air kulit meningkat setelah penggunaan sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia selama 28 hari perawatan. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann- Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann- Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kadar air yang signifikan antara F1 dengan F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada lampiran Pori (Pore) Data hasil pengukuran pori (pore) dapat dilihat pada Tabel Berdasarkan hasil pengukuran pori seperti yang terlihat pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa terjadinya penurun ukuran pori pada kulit sukarelawan untuk tiap minggunya. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa pori kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia adalah membutuhkan perawatan. Minyak kacang makadamia adalah minyak botani yang unik karena tinggi asam palmitoleat, asam lemak tak jenuh tunggal. Asam palmitoleat ditemukan dalam sebum manusia, tetapi menurun drastis pada usia dewasa 49

65 (Barratt W, 2010). Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena semakin berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati (Anderson, 1996). Tabel 4.12 Data hasil pengukuran pori (pore) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging selama 4 minggu Ukuran Pori Pemulihan Formula Sukarelawan Lama Pengamatan (minggu ke-) (%) F ,19 **** **** **** **** **** ,2 *** **** **** **** **** ,67 **** **** **** **** **** Rata-rata 43 41,6 40,3 38,3 36,6 14,88 F ,45 *** *** **** **** **** ,42 **** **** **** **** **** ,6 *** **** **** **** **** Rata-rata 43 40,6 38,3 36,6 34,3 19,04 F *** *** **** **** **** ,7 *** **** **** **** **** ,39 **** **** **** **** **** Rata-rata 43,3 40,6 37,6 35,6 33,6 22,40 F ,19 **** **** **** **** **** **** **** **** **** **** ,02 *** **** **** **** **** Rata-rata 42 37,3 34, ,3 30,23 Keterangan: * perawatan intensif; ** perawatan intensif; *** membutuhkan perawatan; **** baik; ***** baik F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 50

66 Menurut Mulyawan dan Suriana (2013), pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu menyebabkan perbesaran pori pada kulit, sehingga penumpukan sel kulit mati (kotoran) dapat memicu timbulnya jerawat serta mempengaruhi ukuran pori, vitamin E yang terdapat pada minyak kacang makadamia dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal bebas yang merusak kulit, sehingga dapat mengecilkan pori-pori kulit. Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran pori (pore) nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Grafik pengurangan pori kulit pada pemakain sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia selama 28 hari perawatan. Pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa pemakaian sediaan nanokrim memberikan efek terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan. Kadar air kulit meningkat setelah penggunaan sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia selama 28 hari perawatan. 51

67 Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap pori kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengurangan pori yang signifikan antara F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran Melanin Melanin pada wajah sukarelawan diukur menggunakan alat skin analyzer. Pengukuran melanin dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aram Huvis dengan lampu warna biru. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel Hasil pengukuran pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa persentase penurunan melanin pada kulit wajah sukarelawan yaitu sebesar 11,37% (F1), 16,4% (F2), 17,5% (F3), dan 24,31% (F4). Persentase terbesar sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia dalam menurunkan melanin terdapat pada F4 dan persentase terkecil sediaan terdapat pada F1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan minyak kacang makadamia di dalam sediaan nanokrim maka semakin besar peranannya dalam mengurangi jumlah melanin pada kulit. Grafik penurunan melanin pada pemakaian sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 4.3. Pada umumnya bercak-bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar UV (Bogadenta, 2012). Bercak-bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet dari matahari yang menembus lapisan epidermis kulit, juga dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan, seperti asap 52

68 kendaraan dan berbagai pencemaran lainnya yang merupakan sumber radikal bebas penyebab kerusakan kulit (Hembing, 2008). Tabel 4.13 Data hasil pengukuran melanin pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging selama 4 minggu Melanin Pemulihan Formula Sukarelawan Lama Pengamatan (minggu ke-) (%) F ,5 *** *** *** *** *** ,20 *** *** *** *** *** ,62 *** *** *** **** **** Rata-rata 46,6 46, ,6 41,3 11,37 F ,77 *** *** **** **** **** ,21 *** *** *** *** **** ,6 *** **** **** **** ***8 Rata-rata 44, , ,4 F ,02 *** *** *** **** **** ,51 *** **** **** **** **** ,90 *** *** **** **** **** Rata-rata , ,3 17,5 F ,02 *** **** **** **** **** *** *** *** **** **** ,39 *** **** **** **** **** Rata-rata ,6 36,3 33,3 24,31 Keterangan: * perawatan intensif; ** perawatan intensif; *** membutuhkan perawatan; **** baik; ***** baik F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 53

69 Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit yang ditemukan dalam lapisan basal. Di dalam melanosit disintesa granula-granula pigmen yang disebut melanosom. Melanosom mengandung biokroma coklat yang disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit dalam kulit menentukan warna kulit seseorang. Melanosit melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh sinar matahari yang merugikan. Sebaliknya, sinar matahari yang berlebihan juga dapat meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin. Semakin banyak sinar matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit (Fitzpatrick, et al., 1983). Gambar 4.8 Grafik hasil pengukuran melanin nanokrim minyak kacang makadamia 2; 5; 7; 10% selama 4 minggu Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Grafik pengaruh pemakaian sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia terhadap melanin kulit sukarelawan selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 4.8 menunjukkan bahwa pemakaian sediaan nanokrim memberikan efek 54

70 terhadap penurunan jumlah melanin pada kulit wajah sukarelawan. Jumlah melanin berkurang setelah penggunaan sediaan nanokrim yang mengandung minyak makadamia. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap jumlah melanin pada wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan adanya perbedaan jumlah melanin yang signifikan antara F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada lampiran Keriput (Wrinkle) Kerutan pada wajah sukarelawan diukur menggunakan perangkat skin analyzer. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel Pengukuran melanin dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aram Huvis dengan lampu sensor berwarna biru. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.14, yang menunjukkan bahwa kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia adalah membutuhkan perawatan. Setelah pemakaian nanokrim anti-aging minyak kacang makadamia selama 4 minggu, hasil pengukuran keriput pada semua kelompok sukarelawan menjadi baik. Grafik pengaruh pemakaian nanokrim anti-aging terhadap jumlah keriput kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar

71 Tabel 4.14 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada wajah sukarelawan setelah pemakaian nanokrim anti-aging selama 4 minggu Keriput Pemulihan Formula Sukarelawan Lama Pengamatan (minggu ke-) (%) F ,21 *** *** *** *** *** ,11 *** *** *** *** *** ,82 *** *** *** *** *** Rata-rata 37,3 36, ,6 32,3 13,40 F ,78 *** *** *** *** *** ,64 *** *** *** *** *** ,33 *** *** *** *** *** Rata-rata 36 35,6 33,6 32, ,88 F ,24 *** *** *** *** **** ,91 *** *** *** *** *** ,33 *** *** *** *** **** Rata-rata 33,3 32,3 30,3 28, ,92 F ,35 *** *** *** *** **** ,41 *** *** *** **** **** ,36 *** *** *** *** **** Rata-rata 32,6 29,6 27,3 25,6 23,3 25,46 Keterangan: * perawatan intensif; ** perawatan intensif; *** membutuhkan perawatan; **** baik; ***** baik F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari matahari. Sinar UV dapat menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Kolagen merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit. 56

72 Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur (Noormindhawati, 2013). Kulit terus menerus terpapar radikal bebas yang menyebabkan kerusakan DNA, protein, dan membran keratonosit, sehingga terjadi penuaan dini sel-sel kulit. Ketika terpapar sinar ultraviolet, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan penuaan kulit disertai dengan kerutan dan penurunan elastisitas kulit (Pouillot, et al., 2011). Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah peregangan (Darmawan, 2013). Paparan sinar UV yang berlebihan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan. Sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan struktur kulit pada lapisan kolagen dan elastin (Prianto, 2014). Kondisi ini disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya. Pada proses menua, tulang dan otot mengalami atropi (pengecilan), jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan kulit tipis disertai kehilangan daya kenyalnya sehingga membuat terbentuknya kerutan-kerutan dan lipatan-lipatan kulit (Putro, 1997). Perubahan-perubahan ini akan sangat mempengaruhi penampilan dan secara langsung akan memperlihatkan gambaran bahwa seseorang telah memasuki usia senja (Hembing, 2008). 57

73 Gambar 4.9 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) nanokrim minyak kacang makadamia selama 4 minggu Keterangan: F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pemakain sediaan nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia memberikan efek terhadap penuruan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan. Jumlah keriput menurun setelah penggunaan sediaan nanokrim yang mengandung minyak macadamia. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap jumlah keriput pada wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah keriput yang signifikan antara F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada lampiran

74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Minyak kacang makadamia dapat diformulasikan dalam sediaan nanokrim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, tidak menimbulkan iritasi kulit, dan stabil pada pengamatan stabilitas yang dipercepat selama penyimpanan satu bulan. Sediaan nanokrim dibuat dengan menggunakan tween 80 sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan dengan variasi konsentrasi minyak kacang makadamia yaitu F1 (2%), F2 (5%), F3 (7%), dan F4 (10%). 2. Sediaan nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia 10% mempunyai aktivitas anti-aging yang lebih baik pada kulit dibandingkan dengan konsentrasi minyak kacang makadamia 2%, 5%, 7%, yaitu ditandai dengan adanya perubahan kondisi kulit pada tiap-tiap parameter seperti kadar air (moisture), pori (pore), melanin, dan kerutan (wrinkle). 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan minyak kacang makadamia menjadi bentuk sediaan lain seperti nanogel. 2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan minyak lain seperti minyak anggur menjadi bentuk sediaan nanokrim 59

75 DAFTAR PUSTAKA Abdulkarim, M. F., Abdullah, G. Z., Chitneni, M., Mahdi, E. S., Yam, M. F., Faisal, A. et al. (2010). Formulation and Characterization of Palm Oil Esters Based Nano-cream for topical Delivery of Piroxicam. International Journal of Drug Delivery. 2: Akhtar, N., Mahmood, A., Madni, A., Bakhsh, M.S. (2006). Evaluation Of Basic Properties Of Macadamia Nut Oil. Departement of Pharmacy and Alternative Medicine: Islamia University of Bahawalpur, Pakistan. Halaman Akhtar, N., Yazan, Y. (2005). Formulation and Characterization Of A Cosmetic Multiple Emulsions System Containing Macadamia Nut Oil and Two Antiaging Agents. Departement of Pharmaceutical Technology: Eskişehir, Turkey. Ali, A., Akhtar, N., and Khan, M. S., (2013). Assessment of Physical Stability and Antioxidant Activity of Polysiloxane Polyalkyl Polyether Copolymer- Based Creams. Journal of Chemistry. Halaman 1-7. Anderson, P.D. (1996). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 473. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Halaman Azeem, A., Rizwan, M., Ahmad, F.J., Iqbal, Z., Khar, R.K., Aqil, M., dkk. (2009). Nanoemulsion Components Screening and Selection: a Technical Note. AAPS PharmSciTech, 10: Barratt W, Kenya E. (2010). The Magic of Macadamia Integrifolia Seed Oil Uncovering its Potential for the Cosmetics Industry. Jindilli, Inc. Oakbrook Terrace; 60. Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Halaman 15. Cunningham, W. (1998). Aging and Photoaging. Dalam: Baran R, Maibach HI, editor. Textbook of Cosmetic Dermatology, ed. 2. London: Martin Dunitz Ltd. Halaman Darmawan, A. B. (2013). Anti-Aging Rahasia Tampil Muda Di Segala Usia. Yogyakarta: Media Pressindo. Halaman 18, 31. Dayan, N. (2008). Skin Aging Handbook: An Integrated Approach to Biochemistry and Product Development. William Andrew: USA. (19)

76 Deny, F., Sri Lestari KS dan Zainal Hakim.(2006). Penggunaan Vitamin E dan Vitamin C Topikal dalam Bidang Kosmetik.Majalah Kedokteran Andalas. Padang. No. 2. Vol 30. Juli-Desember Direktorat Jendral Perkebunan, (2006). Pedoman Budidaya Makadamia. Departemen Pertanian, Jakarta. Halaman 3-6. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 649, 659. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29. Ditjen POM RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman , 306. Elsner, P and Howard I.M. (2000). Coesmeceuticals Drug Vs Cosmetics. Marcel Dekker Inc. New York. Fitzpatrick, T.B., Eisen, A.Z., Wolff, K., Freedberg, I.M., dan Austen, K.F. (1983). Dermatology in General Medicine. Chicago: Mc Graw-Hill Inc. Halaman 8-9. Gadhave, A. D. (2014). Nanoemulsions: Formation, Stability and Applications, IJRSAT. 2 (3) Garg, A., Deepika, A., Sanjay, G., & Anil, K. S. (2002). Spreading of Semisolid Formulations: An Update.Pharmaceutical Technology. Page Gullota, A., Saberi, A. H., Nicoli, M. C., and McClements, D. J.(2014). Nanoemulsion-Based Delivery Systems for Polyunsaturated (ω-3) Oils: Formation Using a Spontaneous Emulsification Method, J. Agric. Food Chem (62) Gupta, P.K., Gupta, S., Pandit, J.K., Kumar, A., dan Sawaroop, P. (2010). Pharmaceutical Nanotechnology Novel Nanoemulsion High Energy Emulsification Preparation, Evaluation and Application. The Pharma Research. 2010(3): Hembing, W. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Pustaka Bunda, Jakarta. Hal. 66 Hernani dan Raharjo, M, (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Cetakan I, Penebar Swadaya, Jakarta, Hal 3, 9, 11, Jaelani. (2009). Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halaman

77 Kale, S.N., and Sharada, L.D. (2017). Emulsion, Microemulsion and Nanoemulsion: A review. Sys Rev Pharm. 2017; 8(1): Kananlua, A.B. (2016). Pembuatan Nanokrim Kojic Acid Dilpamitate dengan Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Propilen glikol Menggunakan Mixer. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta. Halaman Koroleva, M.Y., and Yurtov, E.V. (2012). Nanoemulsion: the properties, methods of preparation and promising application. Russian Chemical Review: 81 (1) Lachman, L., Lieberman, Herbert, A., Kanig, Joseph, L. (1994). Teori dan Praktek Industri Farmasi 1. Edisi III. Terjemahan dari The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, oleh Suyatmi, Siti. Jakarta. UI-Press. Halaman Lalitha, P., dan Jayanthi, P. (2014). Antiaging Activity of The Skin Cream Containing Ethyl Acetate Extract of Eichhornia crassipes (Mart.) SOLMS. International Journal of PharmTech Research, CODEN (USA): IJPRIF ISSN: (1): Linder, M. C. (1992). Nutritional Biochemistry and Metabolism, (Terj.): Parakkasi A. 1992, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.: Madaan, V., Arsh, C., Katana, M.K., Bilandi, A. (2014). Emulsion Technology and Recent Trends in Emulsions Applications. Department of Pharmaceutics; Collage of Technical Education, Sriganganagar, India. J. Pharm (7). Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman 1135, 1144, 1163, Mishra, A.P., Saklani, S., Milella, I., dan Tiwari, P. (2014). Formulation and Evaluation of Herbal Antioxidant Face Cream of Nerdostachys jantamnisi Collected from Indian Himalaya Region. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine. 4(2): Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier Science. Halaman Mollet, H., dan Grubenmann, A. (2001). Formulation Technology: Emulsions, Suspensions, Solid Forms. German: Willey-vch. Halaman 245. Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman

78 Navarro, S.L.B., and Rodrigues, C.E.C. (2016). Macadamia Oil Extractions Methods And Uses For The Defatted Meal Byproduct. Journal Elsevier Trends In Food Science And Technology 54. Halaman Niazi, S. K. (2004). Handbook of pharmaceutical manufacturing formulations: semisolid products. Florida. CRC: Press LLC. Halaman Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas Gramedia. Halaman 2-5, 74. Prianto, J. (2014). Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit dan Wajah. PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman , , Pouillot, A., Polla, L., Tacchini, P., Neequaye, A., Polla, A., dan Polla, B. (2011). Natural Antioxsdants and Their Effect On The Skin. Edisi I. Washington, DC: John Willey & Sonns, Inc. Halaman Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Purwodadi: Trubus Agrisarana. Halaman 8-10, Rawlins, E.A. (2003). Bentley s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355. Rengel, A., Perez, E., Piombo, G., Ricci, J., Servent, A., Tapia, S.M., Gibert, O., Montet, D. (2015). Lipid Profile and Antioxidant Activity of Macadamia Nuts (Macadamia integrifolia) Cultivated in Venezuella. Natural Science. 2015:7. Resende, K. X., Correa, M.A., Oliveira, A.G. and Scarpa, M.V. (2008). Effect of Cosurfactant on the Supra molecular structure and Physicochemical Properties of Non-Ionic Biocompatible Microemulsions. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences Vol. 44, Faculdade de Ciencias Farmaceuticas, Universidade Estadual Paulista Julio de Mesquita Filho. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association. Saurabh, V.N., Lalita, L., Nemade, Maya, T., Desai, Shailejkumar, D., Bonde, dan Shweta, U.D. (2014). Chemical Penetration Enhancer: For Transdermal Drug Delivery System. International Journal of Pharmacy Review dan Research. 4(1): Sayuti, K., dan Rina, Y. (2015). Antikosidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas University Press. Halaman 7. Shah, P., Bhalodia, D., dan Shelat, P. (2010). Nanoemulsion: A pharmaceutical review. Sys Rev Pharm, 1:

79 Sharma, H., Sahu, G., Sahu, S. (2014). A Review Of Current And Novel Trends For Anti-Ageing Formulation. International Journal Of Pharmaceutical, Chemical, And Biological Sciences. 4(1): Sinko, P. J. (2006). Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman Soepardiman L. (2003). Etiopatogenesis Kulit Menua. Dalam Wasitaatmadja SM, Menaldi SL., editor. Peremajaan Kulit. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. Tranggono., Iswari, R., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan IlmuPengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Halaman 6-8. Tsai, M. J., Fu, Y. S., Lin, Y. H., Huang, Y. B., and Wu, P. C. (2014). The Effect of Nanoemulsion as a Carrier of Hydrophilic Compound for Transdermal Delivery. Plos One: 9 (7), 1. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman Wall, M. M. (2010). Functional lipid characteristics, oxidative stability, and antioxidant activity of macadamia nut (Macadamia integrifolia). Cultivars. Food Chem [Internet]. Elsevier Ltd; 2010; 121(4): Yadav, S. A., Singh, D., and Poddar, S. (2012). Influence of Components of Nanoemulsion System for Transdermal Drug Delivery of Nimodipine. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 5 (3):

80 Lampiran 1. Hasil identifikasi minyak kacang makadamia 65

81 Lampiran 1. (Lanjutan) 66

82 Lampiran 2. Contoh surat pernyataan sukarelawan SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama lengkap : Umur : Alamat : Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa wajah saya akan digunakan sebagai daerah yang akan diuji. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian ELVI SYAHRINA dengan judul UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MINYAK KACANG MAKADAMIA (Macadamia integrifolia F.Muell) DALAM SEDIAAN NANOKRIM, sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan nanokrim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Medan, September 2017 Sukarelawan Nama lengkap NIM 67

83 Lampiran 3. Gambar bahan yang digunakan A B C D Keterangan: A = Tumbuhan Kacang Makadamia B = Minyak Kacang Makadamia C = Tween 80 D = Propilen glikol 68

84 Lampiran 3. (Lanjutan) E F G H Keterangan: E = Nipasol F = Nipagin G = Setil Alkohol H = Aquadest 69

85 Lampiran 4. Gambar alat yang digunakan A B C Keterangan : A= Neraca Analitik B= Mixer Miyako C= Magnetic Stirrer D= Hotplate Stirer D 70

86 Lampiran 4. (Lanjutan) E F G H Keterangan : E= ph Meter (Hanna Instrument) F= Viskometer (Brookfield) G= Tensiometer Du-Nouy H= Sonikator (Branson) I= Sentrifugasi I 71

87 Lampiran 4. (Lanjutan) J K L M Keterangan : J= Particle Size Analyzer (Vasco γ CORDOUAN) K= Climatic Chamber L= Kaca berskala untuk uji daya sebar M= Pemberat untuk uji daya sebar N= Skin analyzer (Aramo Huvis) N 72

88 Lampiran 5. Bagan pembuatan sediaan nanokrim minyak kacang makadamia Minyak kacang makadamia 2; 5; 7; 10% Aquadest ad 100 ml Ditimbang Dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah berisi setil alkohol (0,5%) Diaduk menggunakan hotplate stirrer pada kecepatan 350 rpm suhu 55 0 C selama 30 menit Dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah berisi metil paraben (0,1%) dan propil paraben (0,05%) Dipanaskan diatas hotplate hingga larut sempurna Ditambahkan tween 80 (34%) dan propilen glikol (8%) Diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan 350 rpm 30 menit Fase minyak Fase air Ditambahkan fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit menggunakan spatula Diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan rpm selama 8 jam sampai terbentuk emulsi yang mengental Dihomogenkan menggunakan mixer selama 30 menit. Ditambahkan beberapa tetes parfum aroma bunga lalu di mixer sampai terbentuk massa krim yang homogen Nanokrim minyak kacang makadamia 73

89 Lampiran 6. Gambar sediaan nanokrim setelah dibuat dan setelah disimpan selama 4 minggu dalam climatic chamber A B Keterangan : A= Gambar sediaan nanokrim setelah dibuat B= Gambar sediaan nanokrim setelah penyimpanan F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 74

90 Lampiran 7. Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia A B Keterangan : A= Hasil uji homogenitas nanokrim minyak kacang makadamia B= Hasil uji tipe emulsi nanokrim minyak kacang makadamia F1 : Nanokrim minyak kacang makadamia 2% F2 : Nanokrim minyak kacang makadamia 5% F3 : Nanokrim minyak kacang makadamia 7% F4 : Nanokrim minyak kacang makadamia 10% 75

91 Lampiran 8. Gambar hasil uji daya sebar sediaan nanokrim minyak kacang makadamia A B C D E F Keterangan : A= Uji daya sebar tanpa beban B= Uji daya sebar dengan beban 25 gram C= Uji daya sebar dengan beban 50 gram D= Uji daya sebar dengan beban 75 gram E= Uji daya sebar dengan beban 100 gram F= Uji daya sebar dengan bebang 125 gram 76

92 Lampiran 9. Gambar hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia A B C D Keterangan : A= Hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 2% B= Hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 5% C= Hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 7% D = Hasil uji sentrifugasi sediaan nanokrim minyak kacang makadamia 10% 77

93 Lampiran 10. Data perhitungan HLB HLB = + = + = 14, 34 78

94 Lampiran 11. Hasil pengukuran ukuran partikel sediaan nanokrim yang mengandung minyak kacang makadamia Ukuran partikel nanokrim minyak makadamia F1 (2%) Ukuran partikel nanokrim minyak makadamia F2 (5%) 79

95 Ukuran partikel nanokrim minyak makadamia F3 (7%) Ukuran partikel nanokrim minyak makadamia F4 (10%) Ukuran partikel nanokrim minyak makadamia F4 setelah penyimpanan 80

96 Lampiran 12. Contoh hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer pada kulit wajah sukarelawan Hasil pengukuran kadar air (moisture) Kondisi Awal Pemakaian minggu I 81

97 Pemakaian minggu II Pemakaian minggu III 82

98 Pemakaian minggu IV 83

99 Lampiran 12. (Lanjutan) Hasil pengukuran pori (pore) Kondisi Awal Pemakaian minggu I 84

100 Pemakaian minggu II Pemakaian minggu III 85

101 Pemakaian minggu IV 86

102 Lampiran 12. (Lanjutan) Hasil pengukuran melanin Kondisi Awal Pemakaian minggu I 87

103 Pemakaian minggu II Pemakaian minggu III 88

104 Pemakaian minggu IV 89

105 Lampiran 12. (Lanjutan) Hasil pengukuran kerutan (wrinkle) Kondisi Awal Pemakaian minggu I 90

106 Pemakaian minggu II Pemakaian minggu III 91

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan. Kulit terletak paling luar dan membatasi dengan lingkungan hidup manusia. 1 Kulit

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MASKER SHEET YANG MENGANDUNG PROVITAMIN B5 SEBAGAI ANTI-AGING

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MASKER SHEET YANG MENGANDUNG PROVITAMIN B5 SEBAGAI ANTI-AGING FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MASKER SHEET YANG MENGANDUNG PROVITAMIN B5 SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI OLEH: CALSON NIM 121501113 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A

PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A PENGGUNAAN ASAM LAKTAT SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN HAND CREAM TIPE M/A SKRIPSI OLEH: ORIKA SORTA MELIYANTI MARPAUNG NIM 091524077 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Buah Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) 2.1.1 Asal usul buah pisang ambon Pisang pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negara berkembang seperti Indochina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN DASAR KRIM M/A DAN A/M SKRIPSI OLEH: NURUL RAHMAH NIM

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN DASAR KRIM M/A DAN A/M SKRIPSI OLEH: NURUL RAHMAH NIM FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN DASAR KRIM M/A DAN A/M SKRIPSI OLEH: NURUL RAHMAH NIM 121524042 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera) 2.1.1 Asal usul tanaman anggur Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman Miosen yaitu 23 juta tahun yang lalu. Dugaan ini

Lebih terperinci

FORMULASI GEL EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI ANTI-AGING

FORMULASI GEL EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI ANTI-AGING FORMULASI GEL EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI OLEH: MISFA NOCO MANDA MANIK NIM 131524070 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Anggur Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang dengan

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI KACANG KEDELAI (Soya max L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI KACANG KEDELAI (Soya max L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI KACANG KEDELAI (Soya max L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Sehingga kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 SKRIPSI PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM Diajukan oleh: IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL 060824056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Labu Kuning Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima, Cucurbita ficifolia, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata, dan Cucurbita pipo L (Anonim,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wasitaatmadja, 1997). Ketebalan kulit berbeda-beda untuk tiap individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Wasitaatmadja, 1997). Ketebalan kulit berbeda-beda untuk tiap individu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI OLEH: Rutlin Valentina Silaban NIM 121524148 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EFEK ANTI-AGING MASKER BIOSELULOSA YANG MENGANDUNG VITAMIN E

FORMULASI DAN EFEK ANTI-AGING MASKER BIOSELULOSA YANG MENGANDUNG VITAMIN E FORMULASI DAN EFEK ANTI-AGING MASKER BIOSELULOSA YANG MENGANDUNG VITAMIN E SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi OLEH: MARCO STANLEY NIM

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persea america sinonim dengan P.gratissima Gaertin atau P.drymifolia Schlect

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persea america sinonim dengan P.gratissima Gaertin atau P.drymifolia Schlect BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) 2.1.1 Asal usul tanaman alpukat Alpukat berasal dari kawasan Amerika Tengah, buah ini ditaman dikawasan tropis dan subtropis, termasuk

Lebih terperinci

FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (Minyak Zaitun Ekstra Murni) SEBAGAI ANTI-AGING

FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (Minyak Zaitun Ekstra Murni) SEBAGAI ANTI-AGING FORMULASI KRIM EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (Minyak Zaitun Ekstra Murni) SEBAGAI ANTI-AGING matera Utar SKRIPSI OLEH: DESSY OKTAVIA NIM 121524013 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Canola Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan semakin meningkat penggunaan serta pengolahannya pada tahun 1960 (Rieger, dkk., 2002).Canola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi OLEH:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Jambu Biji Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD EMULSI FARMASI PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD KEUNTUNGAN Meningkatkan bioavailibilitas obat Controlled rate drug release Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan

Lebih terperinci

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini. a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini. a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: a. Minyak almond dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah. b. Perbedaan konsentrasi minyak almond dalam sediaan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI TOMAT (Solanum lycopersicum) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI TOMAT (Solanum lycopersicum) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI TOMAT (Solanum lycopersicum) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB SKRIPSI OLEH: CHRISTINE NIM 091501044 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

NILA PENGEMBANGAN FORMULA KRIM PROPOLIS DAN MINYAK LAVENDER SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES

NILA PENGEMBANGAN FORMULA KRIM PROPOLIS DAN MINYAK LAVENDER SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES NILA PENGEMBANGAN FORMULA KRIM PROPOLIS DAN MINYAK LAVENDER SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES Program Studi Sains & Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: YUSTINI MARIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Delima 2.1.1 Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989) Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Famili Marga Jenis : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

sabdariffa L.) (Hibiscus SKRIPSI OLEH: DEWI SUSANA NIM FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara

sabdariffa L.) (Hibiscus SKRIPSI OLEH: DEWI SUSANA NIM FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING KRIM EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) SKRIPSI OLEH: DEWI SUSANA NIM 111524056 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau 2.1.1 Tanaman kacang hijau Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI ANTIBAKTERI PENYEBAB JERAWAT DARI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.

FORMULASI DAN UJI ANTIBAKTERI PENYEBAB JERAWAT DARI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour. FORMULASI DAN UJI ANTIBAKTERI PENYEBAB JERAWAT DARI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng) SKRIPSI OLEH: JUNI DARIYATYI BANCIN NIM 111524001 PROGRAM EKSTENSI SARJANA

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK BIJI KEDELAI ( Glycine max L) : UJI STABILITAS FISIK DAN EFEK PADA KULIT SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK BIJI KEDELAI ( Glycine max L) : UJI STABILITAS FISIK DAN EFEK PADA KULIT SKRIPSI FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK BIJI KEDELAI ( Glycine max L) : UJI STABILITAS FISIK DAN EFEK PADA KULIT SKRIPSI Oleh: NUNIK KURNIASIH K100110094 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor 1 2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, memiliki massa lebih dari 10% massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Walters, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. WIJUMA wt Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya:

Lebih terperinci

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI MAGDA LILIANNA 10703054 FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran skripsi ini harus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB PENGGUNAAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB SKRIPSI OLEH: TETI FERIDA NIM 091524052 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UVIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 FORMULASI MASKER WAJAH DARI MINYAK BIJI BUAH ANGGUR (GRAPE SEED OIL) SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh gelarsarjanafarmasipadafakultasfarmasi OLEH: HANDY PRAMANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kaum wanita banyak yang menggunakan berbagai macam sediaan kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata rias. Adapun sediaan kosmetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m 2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang berlebih sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai kerusakan kulit (Misnadiarly, 2006). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahim Alhamdulillahirabbil alamin segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh.

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh. KULIT KULIT Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh. Kulit terdiri dari tiga lapisan : 1. Lapisan Epidermis 2. Lapisan

Lebih terperinci

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Merah 2.1.1 Lobak merah Lobak merupakan herba semusim, tinggi lebih kurang 1 meter, batang lunak membentuk umbi. Daun tunggal, lonjong, tepi daun bergigi,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar OLEH: ULLA DWI MUGHNY NIM

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar OLEH: ULLA DWI MUGHNY NIM FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING DARI KONSENTRAT SARI KULIT BUAH SEMANGKA MERAH (Citrullus lanatus Thunb) DAN SEMANGKA KUNING (Citrullus lanatus Thunb) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penampilan adalah hal yang penting, berbagai cara dilakukan demi menciptakan penampilan yang menarik. Bagian tubuh yang sering menjadi perhatian dalam setiap

Lebih terperinci