PERBANDINGAN NILAI HASIL KALIBRASI SOUND CALIBRATOR DI RUANG TERBUKA DAN DI DALAM KOTAK INSULASI BUNYI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN NILAI HASIL KALIBRASI SOUND CALIBRATOR DI RUANG TERBUKA DAN DI DALAM KOTAK INSULASI BUNYI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN NILAI HASIL KALIBRASI SOUND CALIBRATOR DI RUANG TERBUKA DAN DI DALAM KOTAK INTISARI INSULASI BUNYI Chery Chaen Putri Denny Hermawanto, Dodi Rusjadi Pusat Penelitian Metrologi LIPI Kompleks PUSPIPTEK Gedung 420, Setu, Tangerang Selatan, Kalibrasi sound calibrator idealnya dilakukan di ruang khusus yang minim kebisingan, namun pada kenyataannya hingga saat ini kalibrasi dilakukan di ruang terbuka. Untuk menghilangkan pengaruh kebisingan terhadap hasil kalibrasi, kalibrasi harus dilakukan di ruang bebas kebisingan, misalnya di dalam ruang bebas gema. Dalam penelitian ini dibandingkan hasil kalibrasi menggunakan metode insert voltage terhadap sound calibrator yang mengeluarkan bunyi (SPL) sebesar 94 db pada dua kondisi yang berbeda, di ruangan terbuka dan di dalam kotak insulasi bunyi dengan tingkat kebisingan lingkungan 91 db 99 db. Dari hasil perbandingan kalibrasi pada alat yang sama, hasil kalibrasi sound calibrator pada ruangan terbuka menunjukkan nilai SPL yang tidak stabil dengan nilai 93,40 db dan ketidakpastian sebesar 0,25 db. Kalibrasi sound calibrator yang ditempatkan di dalam kotak insulasi menghasilkan SPL yang stabil dengan nilai 93,95 db dan ketidakpastian sebesar 0,09dB. Kata Kunci: kotak insulasi bunyi, sound calibrator, tingkat tekanan bunyi ABSTRACT Ideally sound calibrator calibration should be performed in specified room which has minimum background noise, however up until now the calibration carried out in an open space. To eliminate the effect of background noise, the calibration should be done in a noise-free room, such as anechoic chamber. This research compared the result of calibration of sound calibrator which generate 94 db of sound pressure level, using insert voltage method in two different conditions, in an open space and inside the sound insulation box with 91 db 99 db background noise. From the comparison of calibration result of the same device, the calibration result in the open space shows that the SPL value of the sound calibrator is not stable with the value of db and uncertainty 0.25 db. The calibration for the sound calibrator which placed inside the sound insulation box, produces a stable SPL with the value of 93.95dB and uncertainty of 0.09dB. Keywords: sound insulation box, sound calibrator, sound pressure level 1. PENDAHULUAN Pengukuran kebisingan atau intensitas bunyi dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM). Sebelum digunakan, SLM yang digunakan harus dikalibrasi menggunakan sound calibrator agar nilai pengukuran yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Sound calibrator umumnya bekerja pada frekuensi tunggal

2 dengan tingkat tekanan suara (SPL) sebesar 94 db [1]. Agar nilai SPL yang dihasilkan oleh sound calibrator terjamin maka sound calibrator harus secara rutin dikalibrasi. Selama ini Puslit Metrologi-LIPI Subbidang Akustik dan Vibrasi melakukan kalibrasi sound calibrator di ruang terbuka, sehingga hasil kalibrasi berpotensi terpengaruh oleh kebisingan lingkungan yang berasal dari kegiatan manusia di ruangan serta kebisingan dari peralatan yang digunakan. Untuk mengantisipasi hal ini Sound calibrator dilengkapi dengan adaptor yang berukuran sesuai dengan mikrofon standar yang digunakan untuk kalibrasi. Adaptor ini berfungsi untuk mencegah adanya kebocoran suara dari dalam dan luar sound calibrator, tetapi sering ditemukan bahwa adaptor yang tersedia tidak selalu pas (adanya kebocoran bunyi dari luar dan dalam) dengan mikrofon standar yang digunakan, sehingga hasil pengukuran SPL sound calibrator terpengaruh oleh kebisingan dari lingkungan. Untuk mengkompensasi hal ini maka idealnya kalibrasi sound calibrator dilakukan di dalam ruangan yang tingkat kebisingannya maksimal 10 db lebih rendah dibanding SPL dari sound calibrator agar hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh kebisingan tersebut. Harus ada pemisahan yang efektif antar ruang yang kegiatannya tidak saling terkait, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang [2]. Namun pada kenyataannya hingga saat ini sound calibrator dikalibrasi diruangan terbuka yang terkontaminasi dengan kebisingan yang bersumber dari sekitar. Salah satu solusi untuk mengurangi efek kebisingan adalah dengan menempatkan sumber bunyi yang diuji (unit under test) dalam suatu kotak yang memiliki passive noise insulation yang cocok [3]. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebisingan lingkungan terhadap hasil kalibrasi acoustic calibrator maka dilakukan perbandingan nilai SPL hasil kalibrasi dengan 2 kondisi yaitu kalibrasi dilakukan di ruang terbuka dan kalibrasi dilakukan di dalam kotak insulasi, dimana pada masing-masing kondisi diberi gangguan kebisingan. Metode kalibrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah insert voltage. Kotak insulasi didesain agar dapat meredam kebisingan lingkungan yang ada saat dilakukan kalibrasi. Dari penelitian ini dapat diketahui seberapa besar kebisingan mempengaruhi hasil kalibrasi yang dilakukan oleh Puslit Metrologi LIPI. 2. LANDASAN TEORI Sound calibrator merupakan peralatan yang menghasilkan tekanan bunyi sinusoidal dengan tingkat tekanan bunyi dan frekuensi tertentu ketika dikopel dengan jenis mikrofon tertentu dalam konfigurasi tertentu [4]. Terdapat dua jenis sound calibrator yaitu tipe mekanik dan elektrik. Sound calibrator tipe mekanik menghasilkan bunyi dari pergerakan

3 piston yang terdapat di dalam sound calibrator sehingga sering juga disebut sebagai pistonphone. Sound calibrator tipe elektrik merupakan sumber bunyi yang menghasilkan bunyi dari sebuah speaker dengan prinsip low-impedance. Sound calibrator tipe 4231 umumnya digunakan untuk mengkalibrasi alat dengan mikrofon 1 inch dan 1/2 inch [5]. Sound pressure level (SPL) atau tingkat tekanan bunyi yang dikeluarkan oleh sound calibrator terukur dalam satuan decibell (db) dinyatakan dalam rumus [6] : db 1 dimana: p1 adalah tekanan bunyi terukur (Pa) dan p0 adalah tekanan bunyi referensi (20 Pa) Hasil pengukuran SPL sound calibrator dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban. Oleh karena itu hasil pengukuran SPL sound calibrator nantinya dikoreksi dengan pengaruh temperature, tekanan, dan kelembaban. Selain itu, karena dalam kegiatan kalibrasi memanfaatkan banyak alat ukur, maka koreksi alat ukur juga mempengaruhi hasil pengukuran SPL sound calibrator. Kondisi lingkungan untuk melakukan kalibrasi sound calibrator diatur oleh IEC , kalibrasi dapat dilakukan dengan kondisi lingkungan sebagai berikut [4] : a. Suhu Ruangan: 20 O C 26 O C b. Kelembaban Relatif: 40 % - 65 % c. Tekanan: 97 kpa kpa. Seperti yang terlihat pada Gambar 1 di dalam sound calibrator terdapat beberapa komponen penting di antaranya: variable amplitude sine generator, loudspeaker, feedback circuit, SPL reference, dan control circuit. Variable amplitude sine generator akan menghasikan gelombang sinusoidal sebesar 1 khz yang diteruskan ke loudspeaker. Sinyal dari loudspeaker akan diterima oleh mikrofon dan diteruskan ke rangkaian feed-back yang terdapat pada sound calibrator. Sinyal ini dibandingkan dengan tegangan dari SPL Reference oleh control circuit. Selain untuk On/Off Control circuit berfungsi untuk memastikan SPL yang dihasilakan calibrator berada di daerah accepted range. Jika SPL terukur diluar nilai accepted range (misalnya jika mikrofon dicabut), maka rangkaian akan secara otomatis mematikan sound calibrator [5].

4 Gambar 1. Diagram blok prinsip kerja sound calibrator [3] 3. METODOLOGI Kalibrasi sound calibrator dilakukan dengan metode insert voltage seperti yang disarankan oleh standar IEC 60942:2003. Pada metode insert voltage, mikrofon standar yang nilai sensitifitasnya sudah diketahui (sdb), digunakan untuk menentukan SPL yang dihasilkan oleh sound calibrator. Hal ini dilakukan dengan mengukur open-circuit voltage (voc) yang dihasilkan oleh mikrofon standar ketika dikopelkan dengan sound calibrator [7]. Gambar 2. Set-up peralatan kalibrasi Peralatan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sound calibrator, tipe B&K 4231 dengan nomor seri sebagai unit under test (UUT), mikrofon standar ½ inch tipe B&K 4180 untuk mengkonversi sinyal bunyi dari sound calibrator, pre amplifier tipe B&K 2645 and B&K 2627, measuring amplifier, tipe B&K 2636, function generator,

5 digital volt meter (DVM 1 untuk tegangan AC dan DVM 2 untuk tegangan DC), frequency counter, barometer, thermometer, hygrometer, noise generator untuk menghasilkan kebisingan, SLM yang untuk mengukur SPL yang dihasilkan oleh noise generator, dan kotak insulasi bunyi yang digunakan untuk pengukuran ke-dua. Peralatan ini dirangkai sesuai dengan Gambar 2. Kalibrasi dimulai dengan memastikan saklar insert junction berada di posisi meas, kemudian sound calibrator dinyalakan dan tegangan terukur dari pre-amp dicatat. Selanjutnya sound calibrator dimatikan, posisi insert junction diubah ke posisi cal dan signal generator dinyalakan. Amplitudo dari signal generator diatur sehingga menghasilkan tegangan yang sama dengan tegangan keluaran pre-amp ketika sound calibrator menyala. Insert junction diubah ke posisi insert kemudian tegangan yang terukur di DVM 1 dicatat [8]. Gambar 3. Set-up kalibrasi sound calibrator di ruang terbuka(kiri) dan di dalam kotak insulasi bunyi (kanan) Pada kondisi pertama kalibrasi sound calibrator di lakukan di ruang terbuka seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (kiri) sesuai dengan metode yang sebelumnya dijelaskan. Kalibrasi sound calibrator pada kondisi ke-dua dilakukan dengan metode yang sama tetapi sound calibrator dan alat ukur kondisi lingkungan diletakkan di dalam kotak insulasi bunyi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (kanan). Kotak insulasi bunyi yang digunakan pada percobaan ini memiliki ukuran 54 cm x 40 cm x 41 cm yang terdiri dari lapisan rockwool dengan densitas 100 kg/m 3 dengan ketebalan 5 cm dan lapisan papan kayu dengan ketebalan 1,8 cm. Kotak ini memiliki background noise sebesar 25,6 db. Selain sound calibrator, di dalam kotak insulasi bunyi juga diletakkan termometer, higrometer, dan barometer yang berfungsi untuk mengukur kondisi lingkungan di dalam kotak ketika

6 pengukuran SPL berlangsung. Kegiatan kalibrasi sound calibrator di luar dan dalam kotak insulasi bunyi dilakukan dengan metode yang sama yaitu dengan metode insert voltage. Pada saat kegiatan kalibrasi berlangsung system diberi diberi gangguan background noise dengan tingkat tekanan suara sebesar 91, 92, 94, 96, 98, dan 99 db. Setelah nilai SPL masing-masing kondisi diperoleh, dilakukan pengolahan data secara statistik menggunakan uji-t. Uji-t dilakukan untuk membuktikan bahwa data pada subpopulasi pertama dan data pada subpopulasi kedua berbeda. Nilai statistika t dapat dihitung menggunakan persamaan 2. 2 Semua pengukuran cenderung mengandung kesalahan [9], nilai pengukuran yang diperoleh tidak persis sama dengan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur, maka perlu diketahui ketidakpastian dari pengukuran yang dilakukan. Ketidakpastian adalah suatu parameter yang terkait dengan hasil pengukuran yang menunjukkan dispersi dari nilainilai yang mempengaruhi pengukuran [10]. Pengukuran SPL sound calibrator dipengaruhi oleh beberapa parameter ketidakpastian seperti pengulangan pembacaan DVM, mikrofon standar (sertifikat dan drift), suhu lingkungan dan pengukuran tekanan udara untuk koreksi sensitivitas mikrofon [11] sehingga ketidakpastian gabungan dari pengukuran dapat dirumuskan seperti yang ditunjukkan oleh persamaan Dimana: adalah ketidakpastian DVM untuk tipe A adalah ketidakpastian DVM untuk tipe B adalah ketidakpastian mikrofon yang berasal dari sertifikat barometer adalah ketidakpastian mikrofon yang disebabkan oleh drift adalah koreksi sensitivitas mikrofon yang disebabkan oleh ketidakpastian

7 adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan tekanan pada saat pengukuran adalah koreksi sensitivitas mikrofon yang disebabkan oleh ketidakpastian termometer adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan suhu pada saat pengukuran adalah ketidakpastian yang berasal dari stabilitas sistem adalah ketidakpastian yang berasal dari kesalahan pembulatan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kalibrasi dilakukan dengan mengukur SPL sebanyak 6 kali untuk tiap kondisi dengan tingkat kebisingan yang telah ditentukan seperti yang ditunjukkan Gambar 4. Dari kalibrasi yang dilakukan di ruang terbuka dihasilkan SPL rata-rata sebesar 93,40 db sedangkan untuk kalibrasi sound calibrator di dalam kotak insulasi bunyi dihasilkan SPL rata-rata sebesar 93,95 db. Nilai SPL rata-rata dari masing-masing kondisi ini menunjukkan bahwa SPL sound calibrator di dalam kotak insulasi lebih mendekati nilai referensi yaitu 94 db. Selain itu, berdasarkan Gambar 4 tampak bahwa pengukuran di dalam kotak insulasi bunyi cenderung lebih stabil dibandingkan dengan pengukuran pada ruang terbuka. Hal ini karena semua kebisingan lingkungan ditolak oleh kotak insulasi bunyi. Kotak insulasi mengisolasi kebisingan dari luar yang berasal dari noise generator, sehingga mikrofon hanya menerima SPL yang berasal dari sound calibrator. Hasil kalibrasi di ruang terbuka tidak stabil karena pengukuran SPL terpengaruh oleh kebisingan dari noise generator. Pada kalibrasi di luar ruang, mikrofon tidak hanya mengukur SPL yang berasal dari sound calibrator namun juga SPL yang berasal dari kebisingan lingkungan yang salah satunya berasal dari noise generator. Hasil kalibrasi pada ruang terbuka menunjukkan bahwa nilai SPL sound calibrator cenderung semakin menurun seiring dengan bertambahnya SPL dari background noise. SPL terendah terukur saat background noise yang diberikan adalah sebesar 99 db.

8 Gambar 4. Hasil pengukuran SPL sound calibrator terhadap background noise Tabel 1. Hasil perhitungan t-test SPL sound calibrator di ruang terbuka dan di dalam kotak insulasi bunyi Pengukuran N mean stdev stdev 2 Kotak Insulasi 6 93,95 0, , Terbuka 6 93,40 0, , s 2 p t-hitung 7,277 tt5% 2,228 Hasil kalibrasi diolah secara statistik dengan metode uji-t untuk menguji hipotesis yang ditetapkan di awal penelitian yaitu untuk membuktikan bahwa ada perbedaan hasil pengukuran dari dua kalibrasi yang telah dilakukan. Dengan melihat t- 0,05 dan derajat kebebasan 10 maka diperoleh tt5% = 2,228. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1, diperoleh thitung = 7,277. Nilai thitung jatuh di daerah penolakan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata hasil pengukuran SPL sound calibrator pada kondisi ruang terbuka dan di dalam kotak insulasi bunyi. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai ketidakpastian pengukuran dari kalibrasi sound calibrator di ruangan terbuka adalah sebesar 0,25 db dan ketidakpastian kalibrasi sound calibrator dalam kotak insulasi adalah sebesar 0,09 db. Penyumbang terbesar berbedanya ketidakpastian hasil kalibrasi ini adalah ketidakpastian tipe A, yaitu

9 ketidakpastian yang diestimasi secara statistik dari sehimpunan pengukuran [12]. Background noise saat pengukuran SPL sound calibrator di ruang terbuka menghasilkan standar deviasi yang relative besar sehingga mengakibatkan ketidakpastian tipe A juga menjadi besar. Komponen ketidakpastian yang memiliki perbedaan paling besar berasal dari ketidakpastikan akibat perubahan tekanan. Tabel 2. Ketidakpastian SPL sound calibrator di ruang terbuka dan di dalam kotak insulasi bunyi Pada Tabel 2 ditampilkan bahwa ketidakpastian akibat perubahan temperatur untuk pengukuran di dalam kotak cenderung lebih kecil dibanding pengukuran di ruang terbuka. Hal ini disebabkan oleh tekanan udara di dalam kotak lebih stabil dibanding tekanan di ruang terbuka. Perubahan nilai tekanan udara di luar ruangan yang tidak stabil disebabkan oleh adanya kegiatan personel laboratorium yang keluar masuk laboratorium. Untuk komponen ketidakpastian lainnya cenderung sama untuk pengukuran di luar ruangan dan di dalam kotak insulasi bunyi, hal ini dapat dilihat dari nilai orde yang sama untuk kedua kondisi seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

10 5. KESIMPULAN Kalibrasi sound calibrator dengan background noise sebesar 91, 92, 94, 96, 98, dan 99 db telah dilakukan di ruang terbuka dan di luar kotak insulasi bunyi. Dari hasil analisis secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil pengukuran SPL sound calibrator pada ruang terbuka dan di dalam kotak insulasi bunyi. Hasil kalibrasi SPL sound calibrator di dalam kotak insulasi lebih baik dibanding hasil kalibrasi di luar kotak. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Laboratorium Metrologi Akustik dan Vibrasi dan Dr. Sensus Wijonarko yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan KTI ini. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Rusjadi, Dodi Konsep Dasar Akustik untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. [2] ISO/IEC 17025,2005 General requirements for the competence of testing and calibration laboratories, Second Edition. [3] Dragonetti, Raffaele Sound source measurement by using a passive sound insulation and a statistical approach. Journal of Sound and Vibration. Vol.354.Elsevier [4] ISO/IEC 60942, Electroacoustics-Sound Calibrator. Third Edition. Switzerland: IEC Central Office. [5] Bruel & Kjaer (1993). Technical Documentation Sound Level Calibrator Type p.5. Denmark: Naerum. [6] Everest, F.Alton. and Ken C. Pohlmann Master Handbook of Acoustics.Fifth Ed. New York: The McGraw-Hill Companies. [7] Arcas, Guillermo De A Virtual Instrument to Evaluate The Uncertainty Measurement in The Calibration of Sound Calibrators. In Advanced Mathematical and Computational Tools in Metrology VII. Edited by P.Ciarlini. World Scientific. [8] P2 Metrologi-LIPI I.MA.2.02: Instruksi Kerja untuk Sound Calibrator. Metrologi Akustik.

11 [9] Howarth, Preben and Fiona Redgrave. (2008, Feb). Metrology-in Short (In Indonesia: Metrologi - Sebuah Pengantar). Second edition. Edited by A.Praba Drijarkara. Euramet e.v. [10] JCGM International vocabulary of basic and general terms in metrology. International Organization for Standardization (Geneva, Switzerland) [11] P2Metrologi-LIPI I.MA.2.02.U: Data Analysis and Uncertainty Evaluation of Sound Calibrator & Pistonphone Calibration. Metrologi Akustik. [12] JCGM. ISO: Evaluation of Measurement Data-Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, First Edition, 2008 HASIL DISKUSI - Penanya : Hasmi (Siwali) Pertanyaan Jawaban : Apa sajakah sumber-sumber ketidakpastiannya? : Ketidakpastian tipe A yang berasal dari perulangan pengukuran, ketidakpastian dari sertifikat DVM dan mikrofon, ketidakpastian sensitivitas mikrofon yang disebabkan oleh ketidakpastian baromete dan termometer, ketidakpastian drift mikrofon, ketidakpastian karena perubahan suhu dan tekanan selama pengukuran, ketidakpastian dari stabilitas system, dan ketidakpastian dari pembulatan hasil perhitungan. - Penanya : Nibras (P2 Metrologi) Pertanyaan : Kebisingan lingkungan yang terukur berapa? Bagaimana pengaruh kebisingan tersebut terhadap kalibrasi? Jawaban : Kebisingan lingkungan saat penelitian ini adalah sebesar 91, 92, 94, 96, 98, dan 99 db. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa kebisingan lingkungan mengakibatkan gangguan terhadap hasil pengukuran SPL sound calibrator. SPL sound calibrator cenderung semakin berkurang menjauhi nilai nominalnya (94 db) seiring dengan semakin bertambahnya tingkat kebisingan lingkungan. - Penanya : Haryo (SMTP) Pertanyaan Jawaban : Apa yang dimaksud dengan insert voltage? Kenapa pengukuran harus dilakukan di ruang tertutup? : Insert voltage adalah metode kalibrasi sound calibrator yang disarankan oleh standar IEC 60942:2003. Pada metode insert voltage, mikrofon standar yang nilai sensitifitasnya sudah

12 diketahui (sdb), digunakan untuk menentukan SPL yang dihasilkan oleh sound calibrator. Hal ini dilakukan dengan mengukur open-circuit voltage (voc) yang dihasilkan oleh mikrofon standar ketika dikopelkan dengan sound calibrator. Pengukuran harus dilakukan di ruang tertutup apabila lingkungan kalibrasi terdapat kebisingan yang mengganggu, dan sesuai dengan standar ISO yang menyatakan bahwa harus ada pemisahan yang efektif antar ruang yang kegiatannya tidak saling terkait, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang. - Penanya : Nadia (P2 Metrologi) Pertanyaan Jawaban : Signifikankah perbedaan hasil kalibrasi di ruang terbuka dan di dalam kotak insulasi? : Hasil penelitian cukup signifikan dilihat dari hasil kalibrasi di ruang terbuka dihasilkan SPL sound calibrator sebesar 93,40 db dan ketidakpastian sebesar 0,25 db, sedangkan pengukuran di dalam kotak menghasilkan 93,95 db dan ketidakpastian sebesar 0,09dB. Standar keberterimaan SPL sound calibrator untuk kegiatan intermediate check yang ditetapkan oleh Lab Akustik dan Vibrasi P2Metrologi LIPI adalah sebesar 93,80 db sampai dengan 94,20 db. Jika hasil pengukuran sound calibrator di ruangan terbuka digunakan sebagai hasil intermediate check maka sound calibrator akan dianggap sudah tidak layak pakai karena berada di luar rentang yang sudah ditentukan.

PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER

PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER Achmad Suandi, Maharani Ratna Palupi, Ninuk Ragil Prasasti 1 Pusat Penelitian Metrologi LIPI Kompleks PUSPIPTEK Gedung

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE Adindra Vickar Ega, R.Rudi Anggoro Samodro Pusat Penelitian Metrologi LIPI Kompleks PUSPIPTEK

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS Penentuan Nilai Acuan Uji Banding Antar Laboratorium Kalibrasi untuk Kalibrasi Mikropipet (Renanta Hayu dan Zuhdi Ismail) PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI

Lebih terperinci

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER 55 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengujian alat audiometer dan analisa hasil yang terdapat pada alat. Pengujian dan analisa hasil tersebut meliputi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TINGKAT GETARAN LATAR RUANGAN KALIBRASI VIBRATION METER

KARAKTERISASI TINGKAT GETARAN LATAR RUANGAN KALIBRASI VIBRATION METER KARAKTERISASI TINGKAT GETARAN LATAR RUANGAN KALIBRASI VIBRATION METER Ninuk Ragil Prasasti, Denny Hermawanto Pusat Penelitian Metrologi LIPI Kompleks PUSPIPTEK Gedung 420, Setu, Tangerang Selatan, 15314

Lebih terperinci

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja ICS 13.140 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3 MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Akustik Jurusan Fisika 3 Bidang Material Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana, Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

VERIFIKASI SISTEM PENGUKURAN TEGANGAN STANDAR AC BERBASIS METCAL 7,20 BERKETELITIAN MENCAPAI 2 PPM

VERIFIKASI SISTEM PENGUKURAN TEGANGAN STANDAR AC BERBASIS METCAL 7,20 BERKETELITIAN MENCAPAI 2 PPM Jurnal Standardisasi Vol., No. Tahun 0: - VERIFIKASI SISTEM PENGUKURAN TEGANGAN STANDAR AC BERBASIS METCAL 7,0 BERKETELITIAN MENCAPAI PPM Verification of The AC Voltage Standard Measurement Based on METCAL

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR

PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR Windi Kurnia Perangin-angin 1, A. Mohamad Boynawan 2, Ratnaningsih 3 1 Puslit KIM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana alur kerja dan proses pembuatan material komposit sandwich serat alami serta proses pengujian material tersebut untuk karakteristik

Lebih terperinci

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Studi Metode Kalibrasi Higrometer Elektrik (Arfan Sindhu Tistomo) STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Study on Electrical Hygrometer Calibration Method Arfan Sindhu Tistomo Pusat Penelitian Kalibrasi,

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-26 Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana,

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI Galih Setyawan 1 dan Pratiwi Indah Tri Lestari 2 1,2 Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 02, Januari Tahun 2016

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 02, Januari Tahun 2016 JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 02, Januari Tahun 2016 Perancangan Alat Deteksi Pola Perambatan Suara dengan Metode Multi Titik Menggunakan Komunikasi Protokol TCP/IP WIZ110SR Studi Kasus:

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta KONSEP DASAR AKUSTIK; untuk Pengendalian Kebisingan Lingkungan, oleh Dodi Rusjadi Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057;

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-21 Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) Fajar Kurniawan, Lila Yuwana, Gontjang

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan selama sepuluh bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

SISTEM PENGUKURAN KARAKTERISTIK BAHAN AKUSTIK MENGGUNAKAN TABUNG IMPEDANSI SISTEM EMPAT MIKROFON DENGAN MATRIKS PINDAH (BAGIAN PERANGKAT KERAS)

SISTEM PENGUKURAN KARAKTERISTIK BAHAN AKUSTIK MENGGUNAKAN TABUNG IMPEDANSI SISTEM EMPAT MIKROFON DENGAN MATRIKS PINDAH (BAGIAN PERANGKAT KERAS) SISTEM PENGUKURAN KARAKTERISTIK BAHAN AKUSTIK MENGGUNAKAN TABUNG IMPEDANSI SISTEM EMPAT MIKROFON DENGAN MATRIKS PINDAH (BAGIAN PERANGKAT KERAS) Oleh Teguh Santoso NIM: 612011031 Skripsi Untuk melengkapi

Lebih terperinci

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN Renanta Hayu Peneliti pada Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi Metrologi LIPI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element KONSEP DASAR PENGUKRAN Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element PRIMARY SENSING ELEMENT Elemen pengindraan Utama adalah Tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

PENGUKURAN POWER RESPONSE DAN IMPULSE RESPONSE SPEAKER MEASUREMENT OF SPEAKER S POWER RESPONSE AND IMPULSE RESPONSE

PENGUKURAN POWER RESPONSE DAN IMPULSE RESPONSE SPEAKER MEASUREMENT OF SPEAKER S POWER RESPONSE AND IMPULSE RESPONSE Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGUKURAN POWER RESPONSE DAN IMPULSE RESPONSE SPEAKER MEASUREMENT OF SPEAKER S POWER RESPONSE AND IMPULSE RESPONSE Johansah Liman 1, Quinta Nadya Madra 2 1 Jalan Tanjung

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

REALISASI ALAT PERAGA UNTUK MEMANTAU CUACA. Ananta Leska Saputra /

REALISASI ALAT PERAGA UNTUK MEMANTAU CUACA. Ananta Leska Saputra / REALISASI ALAT PERAGA UNTUK MEMANTAU CUACA Ananta Leska Saputra / 0422090 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Jln. Prof. Drg. Surya Sumantri 65, Bandung 40164, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran. Pengukuran merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan seharihari pada berbagai bidang. Bidang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENGUSIR NYAMUK MENGGUNAKAN FREKUENSI ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLLER

PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENGUSIR NYAMUK MENGGUNAKAN FREKUENSI ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLLER PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENGUSIR NYAMUK MENGGUNAKAN FREKUENSI ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLLER DESIGN AND REALIZATION MOSQUITO REPELLENT DEVICES USING MICROCONTROLLER BASED ULTRASONIC WAVE FREQUENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meluasnya pemakaian personal computer (PC) sekarang ini, maka semakin mudah manusia untuk memperoleh PC dan makin terjangkau pula harganya. Ada banyak komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan hasil yang dicapai dari alat yang dibuat. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang dirancang dapat bekerja dengan baik

Lebih terperinci

1 P a g e SISTEM KONTROL

1 P a g e SISTEM KONTROL 1 P a g e SISTEM KONTROL SISTIM KONTROL Alat ukur adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk mengukur besaran fisik pada suatu tempat yang tidak terjangkau oleh manusia. Instrument Mekanik DEFINISI-DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

CRO (Cathode Ray Oscilloscope)

CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) merupakan salah satu piranti pengukuran yang mampu: - memvisualisasikan bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dari suatu rangkaian elektronik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN. beberapa jenis pengujian, yakni pengujian akurasi pengenalan suara, kemudian

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN. beberapa jenis pengujian, yakni pengujian akurasi pengenalan suara, kemudian BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN Berikutnya setelah seluruh rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah pengujian. Di sini akan dilakukan beberapa jenis pengujian,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM :

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM : UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL oleh Roy Kristanto NIM : 612007004 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT 47 BAB IV PEMBAHASAN ALAT 4.1 Spesifikasi alat Gambar alat prototype blood warmer dapat dilihat pada gambar 4.1. 1 2 3 4 6 8 5 7 Gambar 4.1. Spesifikasi alat Keterangan : 1. Indikator heater ON/OFF. 2.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data dan Pengendalian Suhu Pada Rumah Kaca Menggunakan Pengendali Tipe PID Berbasis Mikrokontroler AT89S51 ABSTRACT

Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data dan Pengendalian Suhu Pada Rumah Kaca Menggunakan Pengendali Tipe PID Berbasis Mikrokontroler AT89S51 ABSTRACT Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data dan Pengendalian Suhu Pada Rumah Kaca Menggunakan Pengendali Tipe PID Berbasis Mikrokontroler AT89S51 Oleh : Ahmad Andria Shidqi / J2D 003 171 2008 ABSTRACT A PID type

Lebih terperinci

UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC DAN ISO 13528

UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC DAN ISO 13528 UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC 17043 DAN ISO 13528 PROFICIENCY TESTING FOR GAS EMISSIONS USING GAS ANALYZER COMPLY WITH THE PRINCIPLES OF ISO/IEC 17043

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA ISI: PENDAHULUAN GETARAN MENGUKUR GETARAN ACCELEROMETER KALIBRASI PENGUKURAN AKUSTIK TEKANAN SUARA DAN TINGKAT TEKANAN SUARA ALAT PENGUKUR SUARA METODE KALIBRASI WHAT IS VIBRATION?

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Sugeng Hariyadi 1, Fitria Hidayanti 1, Sunartoto Gunadi 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional, Jakarta

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran (measurement) adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kuantitatif). Adapun yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER 0101010101 Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si Laboratorium Akustik dan Fisika Bangunan Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Seminar Tugas Akhir Selasa, 24 Januari 2012 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Riski Andami Nafa 2209106071 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kapasitas tegangan yang dipenuhi supaya alat dapat bekerja dengan baik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kapasitas tegangan yang dipenuhi supaya alat dapat bekerja dengan baik. 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Dalam pembahasan spesifikasi alat ini penulis memberikan keterangan kapasitas tegangan yang dipenuhi supaya alat dapat bekerja dengan baik. Berikut

Lebih terperinci

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI ADE OKTAVIA 0810443049 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret September 2011 dengan menggunakan data berupa data echogram dimana pengambilan data secara in situ dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi sampel

Lebih terperinci

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM 3.1 Identifikasi Penelitian Kebutuhan manusia terhadap transportasi semakin lama semakin meningkat, terutama kebutuhan akan transportasi udara, yaitu pesawat terbang.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem alat pembuat biogas dari eceng gondok. Perancangan terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. 3.1.

Lebih terperinci

INFORMASI TARIF KALIBRASI BERDASARKAN PP.NO. 106 TAHUN 2012. No. Nama Alat Tarif (Rp.)

INFORMASI TARIF KALIBRASI BERDASARKAN PP.NO. 106 TAHUN 2012. No. Nama Alat Tarif (Rp.) INFORMASI TARIF KALIBRASI BERDASARKAN PP.NO. 106 TAHUN 2012 No. Nama Alat Tarif (Rp.) Lingkup Akustik 1. Sound Level Meter, Integrating SLM (kelas 0,1,2) ; Parameter: db-a dan db-c ; 35 110 db 950.000

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping 1 Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping Wildan Ahmad MB., Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Elvaswer, Rudi Pratama dan Afdhal Muttaqin Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis, Padang,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM TERMINAL 1 BANDARA SOEKARNO HATTA

ANALISA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM TERMINAL 1 BANDARA SOEKARNO HATTA ANALISA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM TERMINAL 1 BANDARA SOEKARNO HATTA Mora Yolanda Sagala Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta Email

Lebih terperinci

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156 Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156 Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk Mengefisienkan Kinerja Loudspeaker Construction of Loudspeaker Enclosure to Increase Loudspeaker

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN PENGUKURAN PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dari bulan Agustus

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR GETARAN MENGGUNAKAN AKSELEROMETER

PERANCANGAN ALAT UKUR GETARAN MENGGUNAKAN AKSELEROMETER PERANCANGAN ALAT UKUR GETARAN MENGGUNAKAN AKSELEROMETER Oleh Yohanes Inka Chandra NIM : 612009021 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, hal. 94-98, 2009 ISSN 1412-5064 Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan Zulfian*, Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber 1 Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber Septian Ade Himawan., Ir. Nurussa adah, MT., Ir. M. Julius St., MS. Abstrak Abstrak Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan unit penyusun semua

Lebih terperinci

Kajian Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang Bunyi terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai

Kajian Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang Bunyi terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai Kajian Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang Bunyi terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai Suwardi Abstrak: Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan frekuensi gelombang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM Akhmad Dzakwan Jurusan Fisika FMIPA Unila Jl. S. Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, 35145 ABSTRACT

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX http://www.gunadarma.ac.id/ Farrih Mustafid 10405286 Teknik Elektro Latar Belakang Kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO

SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO Oleh : Rayzah Nur Ilmiyati Pembimbing : Dr. Ir. Andi Adriansyah, M. Eng ABSTRAK Saat ini perkembangan teknologi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK SISTEM STANDAR TEGANGAN DC

STUDI KARAKTERISTIK SISTEM STANDAR TEGANGAN DC STUDI KARAKTERISTIK SISTEM STANDAR TEGANGAN DC T 621.319 12 KIM ABSTRAK Noise frekuensi rendah dan perubahan temperatur ruang pada sistem standar tegangan dc mempengaruhi stabilitas tegangan dc yang tentunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR 4.1 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Pengujian yang dilakukan menghasilkan data-data berupa waktu, arus ouput, tegangan output, daya output, temperature

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci