UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENERAPKAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA SMA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Fisika oleh Nur Hidayah JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 ii

3 iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S. Al- Insyirah:5-6) Ketika saya bersyukur dengan apa yang saya dapatkan, sesungguhnya saya mendapatkan lebih dari yang saya inginkan (Nur Hidayah) PERSEMBAHAN: Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ibu Musdalifah yang selalu menyayangiku, memberi nasihat, dan mendukung langkahku dengan doa dan Bapak Ahmad Zaini (alm.) yang selalu menyayangiku, memberi nasihat, dan mendukung langkahku dengan doa semasa hidupnya. 2. Kakakku Achmad Abdul Aziz, Kakak Iparku Shilvina Zuyyinatun Najikhah, A.md dan Keponakanku tersayang Kavin Naja Azizi. iv

5 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menerapkan Nilai-nilai Karakter Konservasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa SMA. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan berbagai pihak berupa kritik, saran, bimbingan, motivasi dan bantuan dalam bentuk lain. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa selama studi hingga selesai. 2. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 3. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Khumaedi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D selaku dosen penguji. 6. Prof. Dr. Sarwi, M.Si., dosen pembimbing I yang telah mengarahkan, memberikan masukan dan membantu selama penyusunan skripsi ini. 7. Dr. Agus Yulianto, M.Si., dosen pembimbing II yang telah mengarahkan, memberikan masukan dan membantu selama penyusunan skripsi ini. v

6 8. Dr. Budi Astuti, M.Sc selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan saran selama penulis belajar di UNNES. 9. Drs. Sunarno Utomo, M.Si., Kepala SMA Negeri 3 Demak yang telah berkenan memberikan ijin penelitian. 10. Widiyorini, S.Pd., Guru Fisika SMA Negeri 3 Demak yang telah membantu selama penelitian. 11. Seluruh siswa kelas X-MIA.3, X-MIA.4 dan XI-MIA.2 SMA Negeri 3 Demak. 12. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi doa, bantuan, dan dukungan. 13. Seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2011 yang sudah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulisan skripsi ini belum sempurna, kritik dan saran selalu penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, Mei 2015 Penulis vi

7 ABSTRAK Hidayah, Nur Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menerapkan Nilai-nilai Karakter Konservasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa SMA. Skripsi. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Sarwi, M.Si, dan Pembimbing Pendamping Dr. Agus Yulianto, M.Si. Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Karakter Konservasi, Pemahaman Konsep, dan Keterampilan Ilmiah. Berdasarkan fakta di lapangan, banyak siswa yang menyukai fisika, tetapi kurang menguasainya. Siswa beranggapan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari karena banyaknya rumus dan hitung-hitungan. Siswa cenderung untuk menghafalkan rumus-rumus, dan sayangnya mereka kurang memahami konsepnya. Diduga rendahnya pemahaman konsep siswa tentang fisika dipengaruhi oleh karakter siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi. Penelitian ini menerapkan nilai-nilai karakter konservasi dalam kegiatan eksperimen. Untuk kelas eksperimen yaitu X-MIA.4 diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi, sedangkan untuk kelas kontrolnya yaitu kelas X-MIA.3 diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji gain ternormalisasi <g>, diperoleh peningkatan pemahaman konsep pada kelas eksperimen sebesar 0,56 dan kelas kontrol sebesar 0,48 dengan keduanya kategori sedang yang menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Harga <g> keterampilan kerja ilmiah untuk masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,43 dan 0,31. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA. vii

8 ABSTRACT Hidayah, Nur Guided inquiry learning by Applying Conservation Character Values to Increase Concept Comprehension and Scientific Work Skill of Senior High Scool Students. Skripsi. Study Progam Science, Education Mathematics and Science Faculty, Semarang State University. First Advisor is Prof Dr.Sarwi M.Si and Second advisor is Dr. Agus Yulianto, M.Si Keywords : Guided Inquiry, Conservation Characters, Concept Comprehension, Scientific Skill. The fact shows that a lot of students like physics, but they are not able to master it. Students assume physics is a difficult subject because there are many formulas. Students tend to memorize the formulas, and unfortunately their concept comprehension is low. On the other hand, the low concept comprehension of the students at physiscs is influenced by students character. This research aims to know the effectiveness of increase the concept comprehension and scientific work skill of senior high school students by applying conservation character values. This research applying conservation character values in doing the experiment. The experimental group in this study is X-MIA 4 which is using guided inquiry learning by applying the conservation character values, while for the control group is X-MIA 3 which is by using guided inquiry learning without applying the conservation character values. Based on the data analysis normalized gain test <g>, there is improvement of concept comprehension in experimental group with score 0,56 and 0,48 in control group which both scores are on medium level. It tells the improvement of concept comprehension in experimental group is higher than control group. The value <g> of scientific work skill in each group is 0,43 and 0,31. This research gives the conclution that guided inquiry learning by applying the conservation character values is effective to increase the concept comprehension and scientific work skill of senior high school students. viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian Penegasan Istilah... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAN 2.1 Belajar Pembelajaran Fisika Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Pemahaman Konsep Keterampilan Kerja Ilmiah Tinjauan Materi Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Subjek Penelitian Desain Penelitian Prosedur Penelitian Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data Uji Coba Instrumen Penelitian Metode Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal ix

10 4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir Pembahasan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL TABEL Halaman 3.1 Rancangan Pretest-Posttest Kontrol Group Design Kriteria Keberhasilan terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kriteria Keberhasilan terhadap Kuesioner Kriteria Keberhasilan Terhadap Observasi Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Indeks Kesukaran Hasil Analisis Yingkat Kesukaran Soal Uji Coba Klasifikasi Daya Pembeda Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Uji Normalitas Gain Kriteria keberhasilan terahadap hasil observasi Hasil Uji Homogenitas Nilai Rapor Mata Pelajaran Fisika Semester Gasal Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Mata Pelajaran Fisika Semester Gasal Deskriptif Data Kemampuan Awal Siswa Deskriptif Data Hasil Belajar Setelah Pembelajaran Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Uji Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Deskriptif Data Keterampilan Kerja Ilmiah Pertemuan I Deskriptif Data Keterampilan Kerja Ilmiah Pertemuan II Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa Hasil Uji Peningkatan Kerja Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Uji t Pihak Kanan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Uji Signifikansi terhadap Pencapaian KKM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Rata-rata Skor Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Rata-rata Skor Perpaduan antara multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi siswa Pembagian Siswa berdasarkan perpaduan antara multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi Pembagian Kelompok berdasarkan perpaduan antara multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Skema Skala Suhu ºC, ºR, ºF, dan K Kerangka Berpikir Tahap Penelitian Diagram Peningkatan Rata-rata Pemahaman Konsep Siswa Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Kerja Ilmiah I Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Kerja Ilmiah II Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Kerja Ilmiah Diagram Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Diagram Perpaduan antara multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Diagram Persentase Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kisi-kisi Soal Uji Coba Materi Suhu dan Pemuaian Daftar Kode Siswa Uji Coba Soal Kelas XI-MIA Soal Uji Coba Materi Suhu dan Pemuaian Kunci Jawaban Soal Uji Coba Hasil Analisis Uji Coba Soal Perhitungan Validitas Perhitungan Reliabilitas Perhitungan Tingkat Kesukaran Perhitungan Daya Pembeda Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Soal Pre Test dan Post Test Kunci Jawaban Pre Test dan Post Test Daftar Kode Siswa Kelas X-MIA.4 (Kelas Eksperimen) Daftar Kode Siswa Kelas X-MIA.3 (Kelas Kontrol) Daftar Nilai Rapor Mata Pelajaran Fisika Semester Gasal Kelas X SMA Negeri 3 Demak Uji Homogenitas Sampel Uji Normalitas Data Nilai Kelas X-MIA Uji Normalitas Data Nilai Kelas X-MIA Rekapitulasi Skor Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen Pembagian Kelompok Kelas Kontrol Data Nilai Pre Test dan Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Nilai Post test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Normalitas Data Post Test Kelas Eksperimen Uji Normalitas Data Post Test Kelas Kontrol Uji Gain <g> Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Uji t Pihak Kanan Data Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Ketuntasan Belajar Subjek Penelitian Kelas Eksperimen Uji Ketuntasan Belajar Subjek Penelitian Kelas Kontrol Silabus Mata Pelajaran Fisika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Kontrol) xiii

14 34. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Kontrol) Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa Kisi-kisi Kuesioner Lembar Kuesioner Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Rubrik Penskroran Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa dalam Kegiatan Eksperimen Lembar Observasi Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa Analisis Keterampilan Kerja Ilmiah Kelompok Eksperimen Pertemuan I Analisis Keterampilan Kerja Ilmiah Kelompok Kontrol Pertemuan I Analisis Keterampilan Kerja Ilmiah Kelompok Eksperimen Pertemuan II Analisis Keterampilan Kerja Ilmiah Kelompok Kontrol Pertemuan II Uji Gain <g> Peningkatan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa Uji Normalitas Data Eksperimen I Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Eksperimen Uji Normalitas Data Eksperimen II Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Eksperimen Uji Normalitas Data Eksperimen I Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Kontrol Uji Normalitas Data Eksperimen II Keterampilan Kerja Ilmiah Kelas Kontrol Lembar Observasi Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Siswa Analisis Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I Analisis Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II Analisis Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I Analisis Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II Foto Penelitian xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia-manusia yang lebih berkebudayaan, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang di suatu masyarakat atau negara, menggambarkan pendidikan dalam suatu konteks yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia, yang digambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik (Munib dkk, 2011:29). Terjadinya proses pendidikan berarti terjadi pula proses belajar. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Hamalik (2012:45) bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Ini berarti semua mata pelajaran mempunyai peran penting untuk mengubah perilaku setiap siswa termasuk dalam proses pembelajaran fisika. Fisika merupakan produk dan proses yang dapat diartikan bahwa dalam membelajarkan fisika, subyek belajar (siswa) harus dilibatkan secara fisik maupun mental dalam pemecahan masalah-masalah. Inti pembelajaran fisika meliputi proses-proses sains (keterampilan proses sains) yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, interpretasi data, mengkomunikasikan perolehan. Dalam pembelajaran diperlukan interaksi dengan 1

16 2 obyek nyata dan interaksi dengan lingkungan belajar serta diskusi yang intensif. Akibatnya kegiatan tersebut mampu mendorong perkembangan kognitif dan kemampuan berpikir operasional formal (Yulianti dan Wiyanto, 2009:2). Di SMA Negeri 3 Demak, banyak siswa yang menyukai fisika, tetapi kurang menguasainya. Siswa beranggapan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari karena banyaknya rumus dan hitung-hitungan. Siswa cenderung untuk menghafalkan rumus-rumus dan sayangnya mereka kurang untuk memahami konsepnya. Selain itu, tidak pada setiap materi melainkan hanya beberapa materi tertentu siswa melakukan eksperimen. Ketika melaksanakan eksperimen siswa diberi kebebasan untuk membentuk kelompok, kelompok yang mereka buat beranggotakan siswa yang sudah terbiasa kumpul bersama. Namun tidak semua anggota kelompok berpartisipasi aktif. Hal tersebut berakibat tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung dapat menghasilkan pengetahuan yang mudah diingat dan bertahan lama. Guru juga harus menggunakan model dan metode pembelajaran yang membuat siswa dapat belajar dengan menyenangkan akan tetapi dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model inkuiri terbimbing berupa kegiatan eksperimen dengan menerapkan teori multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi. Dengan kegiatan eksperimen diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar fisika dan

17 3 tidak lagi menganggap bahwa fisika itu sulit, sehingga ilmu yang didapat siswa akan lebih tahan lama. Teori multiple intelligences yang dipadukan dengan nilainilai karakter konservasi digunakan untuk menyusun siswa dalam satu kelompok. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkan hasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ hanya membatasi pada kecerdasan logika (matematika) dan bahasa (Susanto,2005:74). Selain itu, Kwartolo (2012:77) menyatakan bahwa setiap peserta didik memiliki lebih dari satu kecerdasan. Namun biasanya, hanya satu atau dua kecerdasan yang benar-benar menonjol. Dalam konteks sekolah, maka menjadi tugas guru berupaya agar berbagai kecerdasan itu berkembang secara optimal, sehingga akibatnya dapat berguna untuk menghadapi masa depannya. Diduga rendahnya pemahaman konsep siswa tentang fisika salah satunya dipengaruhi oleh karakter siswa. Menurut Handoyo dan Tijan (2010: 32), menyatakan bahwa selama ini orang menyangka bahwa pendidikan karakter hanya berkaitan dengan upaya membina kepribadian manusia. Dalam kenyataanya, pendidikan karakter tidak saja berhubungan dengan pengembangan kepribadian manusia, tetapi juga memiliki pengaruh signifikan terhadap akademik seseorang. Dengan pendidikan karakter, suasana sekolah dapat lebih menyenangkan dan kondusif untuk proses belajar mengajar yang efektif. Anakanak yang berkarakter baik adalah mereka yang memiliki kematangan emosi dan spiritual tinggi, sehingga dapat mengelola stresnya secara lebih baik, yang pada

18 4 akhirnya akan meningkatkan ketahanan fisiknya. Ketahanan fisik inilah yang ditengarai turut menyumbang pencapaian akademik. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti mengambil judul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Menerapkan Nilai-Nilai Karakter Konservasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa SMA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: (1) Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA? (2) Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi efektif untuk meningkatkan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa SMA setelah diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi.

19 5 (2) Mengetahui efektivitas peningkatan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA setelah diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilainilai karakter konservasi. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Nilai-nilai karakter konservasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jujur, santun, cerdas, dan tangguh yang dipadukan dengan teori multiple intelligences. (2) Teori multiple intelligences dalam penelitian ini dibatasi pada 4 jenis kecerdasan dari 7 jenis kecerdasan dalam teori multiple intelligences temuan Howard Gardner yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis-matematis, badanikinestetik dan interpersonal. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner tes yang digunakan untuk pembagian kelompok. (3) Keterampilan kerja ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian keterampilan. (4) Model yang digunakan adalah model inkuiri terbimbing. (5) Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah suhu dan pemuaian.

20 6 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi Siswa Membantu siswa meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah melalui model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi. (2) Bagi Guru Menambah referensi guru dalam melakukan variasi pembelajaran. (3) Bagi Peneliti Memberikan pengalaman penulis melaksanakan penelitian dan memperkaya model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah diperlukan untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini. Adapun istilah yang dijelaskan sebagai berikut: Pembelajaran inkuiri Terbimbing Inkuiri berasal dari kata dalam bahasa inggris inquiry yang berarti menyelidiki atau dapat pula diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan dalam kegiatan penyelidikan. Model inkuiri merupakan suatu teknik instruksional dalam proses pembelajaran dengan cara siswa diberikan suatu permasalahan. Bentuk pembelajaran terutama memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki suatu masalah yang ada

21 7 dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari penjelasan-penjelasannya (Yulianti dan Wiyanto, 2009: 19) Menerapkan Menerapkan berasal dari kata terap dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), yang berarti mengenakan dan mempraktikkan (ilmu kita di kehidupan sehari-hari). Pada penelitian ini menerapkan yang dimaksud adalah menerapkan nilai-nilai karakter konservasi untuk meningkatan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA Nilai-nilai karakter konservasi Nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes) mencakup nilai religius, jujur, toleran, peduli, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh. Nilai-nilai tersebut merupakan tiang penyangga pembentukan pribadi-pribadi berkarakter baik melalui kegiatan pembelajaran di kelas (kurikuler) dan di luar kelas (ko-kurikuler) maupun kegiatan kemahasiswaan (ekstrakurikuler). Penyemaian nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran (akademik) dan kemahasiswaan akan dapat mewujudkan praktik-praktik hidup baik, yang berlandaskan pada kebaikan, berisikan kebaikan, dan berdampak baik kepada masyarakat dan lingkungan. Pribadi berkarakter sebagai outcome dari sistem pendidikan karakter di Unnes akan turut menyumbang pencapaian visi Unnes konservasi, yaitu sebuah visi mulai untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan lingkungan hidup dan budaya (Handoyo dan Tijan, 2010:47).

22 Meningkatkan Meningkatkan berasal dari kata tingkat dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), yang berarti menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, dan memperhebat (produksi, dsb). Pada penelitian ini meningkatkan yang dimaksud adalah cara untuk meningkatkan atau menaikkan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA dalam pembelajaran fisika Pemahaman Konsep Pemahaman adalah salah satu aspek pada ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan untuk menjelaskan hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2009:118) Keterampilan Kerja Ilmiah Keterampilan kerja ilmiah menurut Nur (2000) sebagaimana dikutip oleh Januar (2012), merupakan suatu proses yang dilakukuan oleh siswa melalui suatu metode ilmiah untuk mendapatkan pemecahan atau jawaban dari suatu permasalahan. Adapun keterampilan kerja ilmiah meliputi keterampilan untuk melakukan metode ilmiah antara lain keterampilan melakukan pengamatan, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, membuat kesimpulan dan keterampilan menyampaikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis.

23 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. (Rifai dan Anni, 2011:82). Belajar merupakan perubahan yang dialami oleh seorang individu, dari tidak tahu menjadi tahu. 2.2 Pembelajaran Fisika Fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains, dengan demikian mempunyai karakteristik yang tidak berbeda dengan sains pada umumnya. Jadi fisika juga merupakan produk dan proses yang dapat diartikan bahwa dalam membelajarkan fisika subyek belajar (siswa) harus dilibatkan secara fisik maupun mental dalam pemecahan masalah-masalah. Inti pembelajaran fisika meliputi proses-proses sains (keterampilan proses sains) yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, interpretasi data, mengkomunikasikan perolehan. Dalam pembelajaran diperlukan interaksi dengan obyek nyata dan interaksi dengan lingkungan belajar serta diskusi yang intensif. 9

24 10 Akibatnya kegiatan tersebut mampu mendorong perkembangan kognitif dan kemampuan berpikir operasional formal (Yulianti dan Wiyant0, 2009:2). Pembelajaran sains termasuk fisika, lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendasar tentang alam sekitar (Yulianti dan Wiyanto, 2009:2). Pemberian pengalaman langsung dalam pembelajaran akan menjadi pengalaman tersendiri bagi siswa, sehingga ilmu yang didapatkannya akan lebih mudah diingat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santoso (2007:160), sebagaimana dikutip oleh Yulianti dan Wiyanto (2009:2), pembelajaran dengan pengembangan pengalaman langsung dan kondisi nyata (real world) akan menghasilkan pengetahuan yang mudah diingat dan bertahan lama. Dalam pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian dari pelajaran. Siswa akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi disampaikan bersifat nyata melalui pengalaman langsung karena akan mudah diingat. 2.3 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Strategi inkuiri menurut Gulo, sebagaimana dikutip oleh Trianto (2007:135), berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

25 11 analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan menurut Sanjaya (2006:196) menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Inkuiri adalah proses dinamis yang terbuka untuk pertanyaan dan keingintahuan dan datang untuk mengetahui dan memahami dunia (Galileo Educational Network (2004) sebagaimana dikutip oleh Alberta). Pembelajaran inkuiri adalah tentang menyelidiki, menemukan, dan akhirnya mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Pembelajaran ini memiliki sejumlah langkah mencakup aktif mengidentifikasi topik atau masalah, membangkitkan jawaban sebuah percobaan, menyelidiki masalah dengan melakukan percobaan yang relevan, berpikir kritis tentang masalah, menjawab pertanyaan dari dugaan sementara, menarik kesimpulan dan melakukan pembelajaran inkuiri. Inkuiri terbimbing berbeda dengan inkuiri terbuka yang mana guru memberikan bahan atau masalah, menyajikan penyelidikan sebagai buah pikiran, tetapi siswa menemukan tata cara mereka sendiri untuk memecahkan masalah. Inkuiri terbimbing digunakan untuk menantang pemahaman konsep siswa dan keterampilan untuk mengembangkan kreativitas, untuk menemukan pemahaman yang lebih dalam dan lebih luas dari subjeknya, dan untuk memperoleh beberapa keterampilan dari melakukan percobaan (Vajoczki, 2011:4-5).

26 12 Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model inkuiri merupakan model pembelajaran yang fokusnya siswa memperoleh konsep-konsep dengan cara menemukan sendiri. Pendekatan inkuiri adalah cara yang ampuh untuk pemahaman ilmu pengetahuan alam. Siswa belajar bagaimana untuk mengajukan pertanyaan dan menggunakan bukti untuk menjawab pertanyaanya. Dalam proses pembelajaran inkuiri, siswa belajar untuk melakukan penyelidikan, dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber, mengembangkan penjelasan dari data, dan mengkomunikasikan dan mempertahankan kesimpulannya (Wenning. 2011:3). Salah satu jenis model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa. Menurut Maniotes dan Caspari (2007) sebagaimana dikutip oleh Collier (2010:2) menyatakan bahwa inkuiri yang terbimbing dipandu oleh tim instruksi yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang dalam dan pribadi yang perspektif melalui menyusun berbagai sumber informasi. Inkuiri terbimbing melengkapi siswa dengan kemampuan dan kompetensi untuk mengalami tantangan yang tak menentu. Beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yang diungkapkan oleh Sanjaya (2006:196) adalah menekankan kepada aktivitas siswa

27 13 secara maksimal untuk mencari dan menemukan, mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna (2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka (3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inkuiri juga mempunyai kelemahan, diantaranya: (1) Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

28 14 (2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar (3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan (4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Sanjaya, 2006:208) Langkah langkah (sintaks) model inkuiri menurut sejumlah ahli ada perbedaan, akan tetapi kegiatan inkuiri meliputi proses : mengidentifikasi dan merumuskan masalah,, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, perampatan/generalisasi dan mengkomunikasikan hasil. (Sarwi, 2015:4) 2.4 Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilainilai Karakter Konservasi Teori Multiple Intelligences Teori multiple intelligences atau teori kecerdasan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Teori kecerdasan majemuk bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga (Jasmine, 2007:11-12).

29 15 Macam-macam kecerdasan dalam teori multiple intelligences menurut Gardner (1983), sebagaimana dikutip oleh Jasmine (2007:16-28) adalah sebagai berikut: Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik, yang disebut oleh sebagian pendidik dan penulis sebagai kecerdasan verbal, berbeda dari kecerdasan-kecerdasan lainnya karena setiap orang yang mampu bertutur dan berkata-kata dapat dikatakan memiliki kecerdasan tersebut dalam beberapa level. Kecerdasan linguistik mewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik dalam tulisan maupun lisan. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori (berkaitan dengan pendengaran) yang sangat tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar membaca, menulis dan berbicara, dan suka bercengkerama dengan katakata. Gardner menyebut penyair sebagai contoh pemilik kecerdasan ini, walaupun hal ini juga bisa ditemukan pada diri penggemar teka-teki silang atau pecandu permainan scrabble. Penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), memorik/hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), explanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri) (Armstrong, 2004: 2). Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan mencakup kemampuan ilmiah. Inilah jenis kecerdasan yang dikaji dan didokumentasikan oleh Piaget,

30 16 yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah. Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data: mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan dan meramalkan. Mereka suka memecahkan problem (soal) matematis dan memainkan permainan strategi seperti sebuah dam dan catur. Mereka cenderung menggunakan berbagai grafik baik untuk menyenangkan diri (sebagai kegemaran) maupun untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis ini antara lain, kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan, dan pengujian hipotesis (Armstrong, 2004: 2). Kecerdasan Spasial Kecerdasan spasial, yang kadang-kadang disebut kecerdasan visual atau visual-spasial, adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slaid. Mereka gemar menggambar, melukis atau mengukir gagasan-gagasan yang ada di kepala dan sering menyajikan suasana serta perasaan hatinya melalui seni. Mereka sangat bagus dalam hal membaca peta dan diagram dan begitu menikmati upaya memecahkan jejaring yang ruwet serta menyusun atau memasang jigsaw puzzle.

31 17 Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial (Armstrong, 2004: 3). Kecerdasan Musikal Sebagian orang menyebut kecerdasan musikal sebagai kecerdasan ritmik atau kecerdasan musikal. Orang yang mempunyai kecerdasan jenis ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas lain. Mereka gemar mendengarkan musik, mungkin mengoleksi kaset atau CD lagu, serta bisa dan kerap memainkan satu instrumen musik. Mereka bernyanyi dengan memakai kunci nada yang tepat dan mampu mengingat serta, secara vokal, dapat mereproduksi melodi. Mereka bisa bergerak secara ritmis ketika mengiringi suatu musik (atau mengiringi suatu aktivitas) atau membuat ritme-ritme serta lagu-lagu untuk membantunya mengingat fakta dan informasi lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu (Armstrong, 2004: 4). Kecerdasan Badani-Kinestetik Kecerdasan badani-kinestetik sering disebut sebagai kecerdasan kinestetik saja. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka. Mereka tak suka diam dan ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara. Mereka sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan

32 18 menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olahraga. Mereka lebih nyaman mengomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi) atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya melalui tarian. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (Armstrong, 2004: 3). Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok (bekerja berkelompok), belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Metode belajar bersama mungkin sangat baik dipersiapkan bagi mereka, dan boleh jadi perancang aktivitas belajar bersama (pembelajaran kooperatif) sebagai metode pengajaran juga mempunyai jenis kecerdasan ini. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (Armstrong, 2004: 4).

33 19 Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya sendiri. Orang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi pada umumnya mandiri, tak tergantung pada orang lain, dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendirian. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri (Armstrong, 2004: 4) Nilai-nilai Karakter Konservasi Indonesia sebagai bangsa yang besar tidak dengan mudah untuk menjadi negara yang maju. Pada masa sekarang masih ditemui banyaknya kasus tawuran yang dilakukan oleh para remaja, padahal remaja adalah agen perubahan suatu bangsa. Hal tersebut terjadi dikarenakan merosotnya moral para penerus bangsa. Untuk mengatasi kemerosotan moral para penerus bangsa diperlukan nilai-nilai karakter agar hal tersebut tidak berkelanjutan yang bias menghambat pertumbuhan Indonesia. Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan nilai-nilai karakter adalah Universitas Negeri Semarang. Unnes mengembangkan pendidikan karakter dengan berbasis konservasi. Masrukhi (2012: 24-25) menyatakan bahwa

34 20 konservasi tidak hanya berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik semata, terkait dengan relasi antara manusia dengan alam, tetapi merambah tata nilai yang luas dan universal. Dalam kajian bahasa, conservation (con berarti together dan servave berarti save) memiliki upaya memelihara apa yang dipunyai secara bijaksana. Pada berbagai kesempatan Sastroatmodjo selaku deklarator Unnes sebagai universitas konservasi menegaskan bahwa konservasi bukanlah fisik semata. Konservasi adalah tata nilai. yang berkenaan dengan keselarasan, keserasian, dan keharmonisan. Dalam konteks demikian, maka hak dan kewajiban menjadi penyangga utama sikap dan perilaku manusia, yaitu bahwa apa yang kita peroleh haruslah seimbang dengan apa yang kita berikan. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di Unnes mencakup beberapa nilai, menurut Handoyo dan Tijan (2010, 47) diantaranya yaitu: nilai religius, jujur, toleran, peduli, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh. Nilai-nilai tersebut merupakan tiang penyangga pembentukan pribadi-pribadi berkarakter baik melalui kegiatan pembelajaran di kelas (kurikuler) dan di luar kelas (ko-kurikuler) maupun kegiatan kemahasiswaan (ekstrakurikuler). Penyemaian nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran (akademik) dan kemahasiswaan, akan dapat mewujudkan praktik-praktik hidup baik, yang berlandaskan pada kebaikan, berisikan kebaikan, dan berdampak baik kepada masyarakat dan lingkungan. Pribadi berkarakter sebagai outcome dari sistem pendidikan karakter di Unnes akan turut menyumbang pencapaian visi Unnes konservasi, yaitu sebuah visi mulai untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkan lingkungan hidup dan budaya.

35 21 Tujuan pendidikan karakter berbasis konservasi menurut Handoyo dan Tijan (2010, 6-7), menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter berbasis konservasi adalah: (1) menggali potensi karakter luhur warga Universitas Negeri Semarang, (2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji warga Universitas Negeri Semarang berdasarkan karakter luhur, (3) mengarahkan perilaku dosen dan tenaga administrasi agar senantiasa dapat menjadi teladan bagi mahasiswa, (4) membina kepribadian mahasiswa sesuai dengan karakter luhur, (5) menciptakan suasana lingkungan kampus yang mampu menyemaikan, menyuburkan, dan mengembangkan karakter luhur bagi mahasiswa, dosen, dan tenaga administrasi. Pengembangan nilai-nilai karakter luhur yang menjadi acuan bagi seluruh warga Unnes, sudah berlangsung selama puluhan tahun. Nilai-nilai itu disemaikan melalui pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan lain yang diselenggarakan oleh warga Unnes. Selain itu, diperkuat oleh keteladanan para founding fathers dan pendahulu Unnes. Ada sejumlah nilai karakter luhur yang dapat digali dari khazanah kehidupan warga Unnes. Nilai-nilai karakter luhur yang sudah berkembang selama ini dan dapat dikembangkan lebih lanjut, meliputi nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas, dan tangguh. Kedelapan nilai tersebut merupakan jabaran dari nilai utama Unnes, yaitu sehat, unggul, dan sejahtera. Rincian dari delapan nilai karakter tersebut sebagai berikut: Religius Adalah sikap pandang dan perilaku yang mencerminkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

36 22 Jujur Adalah satunya sikap, ucapan, dan perilaku yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Peduli Adalah sikap dan perbuatan yang diarahkan untuk berbagi dan membantu orang lain dan berbuat untuk memelihara lingkungan alam secara berkelanjutan. Toleran (tepa slira) Adalah sikap memahami dan menerima kenyataan, sikap, atau tindakan orang lain yang berbeda dari yang diyakini atau dilakukannya. Demokratis Adalah sikap atau tindakan yang didasarkan pada penghormatan terhadap hak dan kewajiban orang lain dalam kesetaraan. Santun Adalah sikap yang mencerminkan kehalusan budi dan tingkah laku sebagai wujud penghormatan terhadap orang lain. Cerdas Adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami segala hal dengan cepat dan tepat serta berkemampuan memecahkan masalah. Tangguh Adalah kemampuan yang tak mudah dikalahkan karena kekuatan, keandalan, ketabahan, dan ketahanannya dalam menghadapi situasi apapun.

37 Perpaduan antara Teori Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Perpaduan antara teori multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah: Kecerdasan Linguistik dan Santun Kecerdasan linguistik berhubungan dengan bahasa yang diucapkan oleh seseorang. Kecerdasan linguistik disebut juga sebagai kecerdasan verbal, karena setiap orang yang mampu bertutur dan berkata-kata dapat dikatakan (Jasmine, 2007:16). Bahasa yang digunakan seseorang pun ada yang baku dan tidak baku, sesuai dengan konteks pembicaraannya dan dapat mencerminkan sifat orang yang sedang berbicara. Untuk itu kecerdasan linguistik dapat dipadukan dengan nilai karakter konservasi santun. Karena santun adalah sikap yang mencerminkan kehalusan budi dan tingkah laku sebagai wujud penghormatan terhadap orang lain (Handoyo & Tijan, 2010:7). Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas) Kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan mencakup kemampuan ilmiah. Inilah jenis kecerdasan yang dikaji dan didokumentasikan oleh Piaget, yakni jenis kecerdasan yang sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah (Jasmine, 2007:19). Seseorang yang mempunyai kecerdasan logis-matematis tinggi terbiasa berpikir menggunakan logika atau otak kiri, dapat dengan cepat berhitung, cepat memahami segala hal, dan kritis terhadap berbagai hal. Untuk itu kecerdasan logis-matematis merupakan bagian dari nilai karakter konservasi cerdas. Karena cerdas adalah kemampuan

38 24 untuk mengetahui dan memahami segala hal dengan cepat dan tepat serta berkemampuan memecahkan masalah (Handoyo & Tijan, 2010:7) Kecerdasan Kinestetik dan Tangguh Kecerdasan badani-kinestetik berhubungan dengan orang yang memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka. Mereka tak suka diam dan ingin bergerak terus, mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang yang diajak bicara (Jasmine, 2007:25). Seseorang yang mempunyai kecerdasan badani-kinestetik tinggi terbiasa melakukan aktivitas, sedangkan orang yang sering melakukan aktivitas dan tidak suka diam cenderung memilki sikap yang tangguh atau tidak mudah putus asa. Oleh karena itu kecerdasan badani-kinestetik dapat dipadukan dengan nilai karakter konservasi tangguh. Karena tangguh adalah kemampuan yang tak mudah dikalahkan karena kekuatan, keandalan, ketabahan, dan ketahanannya dalam menghadapi situasi apapun (Handoyo & Tijan, 2010:7). Kecerdasan Interpersonal dan Toleran Kecerdasan interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial (Jasmine, 2007:26). Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi ditandai dengan senang berkumpul dan mempunyai banyak teman serta tidak memasalahkan dengan adanya perbedaan. Dengan kenyamanannya yang berada pada sebuah perbedaan tersebut membuat seseorang toleran dengan orang lain. Oleh karena itu kecerdasan interpersonal dapat dipadukan dengan nilai karakter konservasi toleran. Karena toleran adalah sikap memahami dan menerima kenyataan, sikap,

39 25 atau tindakan orang lain yang berbeda dari yang diyakini atau dilakukannya. (Handoyo & Tijan, 2010:7). 2.5 Pemahaman Konsep Pemahaman adalah salah satu aspek pada ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan untuk menjelaskan hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2009:118). Pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap atau mengerti maksud dari suatu konsep. Pemahaman termasuk juga merupakan kemampuan untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan otak. Sehingga pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah disampaikan. Siswa dikatakan memahami apabila dapat mengungkapkan apa yang didapatkan menggunakan bahasa dan cara sendiri sehingga dapat menyebabkan orang di sekitarnya mengerti apa yang di maksudkan. Dalam taksonomi Bloom memahami berada pada tingkat kedua setelah ingatan. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dalam prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 2006, yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklarifikasi objek-objek menurut sifatsifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3) memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

40 26 Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep, mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar matematika. Jadi, pemahaman konsep fisika adalah kemampuan mengungkapkan makna suatu konsep fisika yang meliputi kemampuan membedakan, menjelaskan, menguraikan lebih lanjut, dan mengubah konsep yang berisi gagasan atau ide mengenai suatu materi, pengalaman, peristiwa atau ciri-ciri khas suatu objek yang diabstraksikan secara tetap sehingga memudahkan manusia untuk mengadakan komunikasi dan berfikir. 2.6 Keterampilan Kerja Ilmiah Keterampilan kerja ilmiah menurut Nur (2000) sebagaimana dikutip oleh Januar (2012), merupakan suatu proses yang dilakukuan oleh siswa melalui suatu metode ilmiah untuk mendapatkan pemecahan atau jawaban dari suatu permasalahan. Adapun keterampilan kerja ilmiah meliputi keterampilan untuk melakukan metode ilmiah antara lain keterampilan melakukan pengamatan, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, membuat kesimpulan dan keterampilan menyampaikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis.

41 27 Keterampilan kerja ilmiah adalah langkah atau metode yang terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi secara ilmiah melalui penalaran dan pengamatan. Menurut Rustaman (2005), menyatakan bahwa kemampuan dasar bekerja ilmiah sesungguhnya merupakan perluasan dari metode ilmiah, yang diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan dalam belajar IPA maupun dalam kehidupan. Kemampuan dasar bekerja ilmiah ini sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Keterampilan dasar bekerja ilmiah tersebut mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan (observasi), menyusun (klasifikasi), melakukan inferensi, meramalkan (prediksi), menafsirkan (interpretasi), merencanakan percobaan/penyelidikan, menggunakan alat/bahan, berkomunikasi dan berhipotesis. Keterampilan kerja ilmiah yang akan diteliti oleh peneliti adalah (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merancang percobaan, (4) melakukan percobaan, (5) mengumpulkan data, (6) menganalisis data, (7) membuat kesimpulan dan (8) mengkomunikasikan hasil. 2.7 Tinjauan Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi tentang suhu dan pemuaian.

42 Pengertian Suhu Suhu menyatakan derajat panas suatu benda atau ukuran panas dinginnya suatu benda Alat Pengukur Suhu Alat pengukur suhu disebut dengan termometer. Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat termometrik. Artinya, sifat-sifat benda tersebut dapat berubah jika ada perubahan suhu. Berdasarkan sifat ini, terdapat beberapa jenis termometer, yaitu: a. Termometer zat cair yang bekerja berdasarkan pemuaian zat yang dipanaskan b. Termometer bimetal yang bekerja berdasarkan pemuaian logam yang dipanaskan c. Termometer hambatan yang bekerja karena bertambahnya hambatan listrik jika kawat logamnya dipanaskan. Kemudian, akan terjadi pulsa-pulsa listrik yang menunjukkan suhu yang dikur d. Termokopel yang prinsipnya terjadi pemuaian dua logam karena ujungnya disentuhkan. Akibatnya timbullah gaya gerak listrik (GGL) dan inilah yang akan menunjukkan suhu suatu benda e. Pyrometer, merupakan alat ukur untuk suhu yang tinggi (500ºC ºC). Sementara itu, berdasarkan manfaat dan tempatnya ada beberapa jenis termometer, antara lain:

43 29 a. Termometer Badan Sesuai dengan namanya, termometer ini digunakan untuk mengukur suhu badan seseorang. Termometer ini biasa disebut termometer klinis atau termometer demam. Skala pada termometer ini berkisar antara 34º C atau 35 º C sampai 42 º C. b. Termometer maksimum-minimum Termometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk mengukur perkiraan cuaca dan suhu kisaran di suatu daerah. Termometer ini disebut juga dengan termometer Six Belani. c. Termometer dinding Termometer ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu udara di ruangan atau biasa kita menyebutnya dengan nama suhu kamar. Skalanya berkisar antara - 50 º C sampai 50 º C. d. Termometer Batang Biasanya digunakan untuk mengukur suhu pada percobaan-percobaan di laboratorium. Termometer ada yang menggunakan alkohol dan ada yang menggunakan air raksa. Skala termometer ini antara -10 º C sampai dengan 110 º C Penentuan Skala Suhu Saat melakukan pengukuran suhu dengan suatu termometer, kita memerlukan suatu acuan. Acuan ini ada didasarkan pada skala termometer. Skala ini mempunyai dua acuan, yakni titik didih dan titik beku air. Titik didih air dijadikan

44 30 sebagai titik acuan atas, sedangkan titik beku air dijadikan titik acuan bawah. Kemudian, di antara keduanya dibagi dalam beberapa skala kecil. Beberapa ilmuwan telah menentukkan titik acuan dalam termometer. Skala yang mereka tentukan menjadi dasar penentuan skala suhu. Ilmuwan yang dimaksud anatara lain: a. Anders Celcius ( ) Ia membuat termometer dengan titik beku air pada skala 0 dan titik didih air pada skala 100. Termometer buatannya dikenal sebagai termometer Celcius dengan satuan suhu dalam derajat Celciu (ºC). Jadi, termometer celcius mempunyai titik bawah 0 C dan titik atasnya 100 C. b. Gabriel Daniel Fahrenheit ( ) Ia menetapkan titik beku air pada skala 32 sebagai titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212 sebagai titik acuan atas. Termometer hasil rancangannya disebut termometer Fahreinheit dengan satuan suhu derajat Fahrenheit ( F). c. Antoine Ferchault de Reamur ( ) Termometer rancangannya disebut sebagai termometer Reamur dengan titik acuan bawah 0 R dan titik acuan atas 80 R. d. Lord Kelvin ( ) Ia merancang termometer yang dikenal sebagai termometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan bawah 273 dan titik acuan atas 373. Skala satuan suhu termometer ini dinyatakan dalam Kelvin (K).

45 31 Berdasarkan penetapan dari ilmuwan-ilmuwan ini, kita dapat mengenal 4 macam skala (derajat) dalam suhu, yaitu Celcius ( C), Fahrenheit ( F), Reamur ( R), dan Kelvin (K). Gambar 2.1 Skema skala suhu C, R, F, dan K Perbandingan keempat skala tersebut adalah: C : R : F : K = 100: 80 : 180 :100 = 5: 4: 9:5 (Nufus, N. & A. Furqon As., 2009: ) Pemuaian zat padat Jika suatu benda dipanaskan, benda tersebut akan memuai dan sebaliknya jika benda didinginkan akan menyusut. a. Pemuaian Panjang Sebuah batang yang panjangnya mula-mula L 0 pada suhu T 0 dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar ΔT. Akibatnya, panjang batang juga akan berubah (memuai) sebesar ΔL. Jika perubahan suhu ΔT tidak terlalu besar, ΔL berbanding lurus dengan ΔT. Secara matematis perubahan panjang zat padat dituliskan sebagai berikut:

46 32 Keterangan: L = Pemuaian panjang (m) α = koefisien muai panjang ( C -1 ) L = Panjang mula-mula (m) T = Perubahan suhu ( C) b. Pemuaian Luas Jika zat padat berbentuk pelat (bidang) dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Dengan kata lain zat tersebut mengalami pemuaian luas. Besarnya pemuaian luas (ΔA) akan sebanding dengan perubahan suhu ΔT. Secara sistematis pemuaian luas zat padat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: A = Pemuaian luas (m 2 ) β = koefisien muai luas (β 2. α) ( C -1 ) L = Luas mula-mula (m 2 ) T = Perubahan suhu ( C) c. Pemuaian Volume Peningkatan atau kenaikan suhu ternyata juga dapat menimbulkan pemuaian volume. Besarnya pemuaian volume (ΔV) berbanding lurus dengan perubahan suhu ΔT dan volume awal V 0. Secara matematis pemuaian volume dituliskan sebagai berikut: Keterangan: V = Pemuaian volume (m 3 ) γ = koefisien muai volume (γ ( C -1 ) 3. α) V = Volume mula-mula (m 3 ) T = Perubahan suhu ( C)

47 33 Purwoko dan Fendi (2007: ) 2.8 Kerangka Berpikir Banyak siswa yang ingin menyukai fisika, tetapi kurang menguasainya. Meskipun dilakukan berbagai upaya yang dilakukan oleh guru, namun hasil belajar yang diharapkan belum tercapai. Tak heran jika dalam pengamatan peneliti ketika PPL dalam suatu kelompok tidak semua anggota berpartisipasi aktif. Sehingga hasil belajar yang berupa pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah ketika melaksanakan eksperimen belum mencapai hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba membagi kelompok eksperimen berdasarkan teori multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi. Diharapkan tiap anggota kelompok berpartisipasi aktif sehingga pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa dapat meningkat. Teori multiple intelligences merupakan teori yang memandang bahwa setiap anak tidak ada yang bodoh dan memiliki tujuh kecerdasan dimana setiap siswa setidaknya minimal memiliki satu atau lebih kecerdasan yang menonjol, sedangkan nilai-nilai karakter konservasi adalah nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Unnes yang bertujuan agar mahasiswa lulusan Unnes mempunyai perilaku terpuji. Namun, peneliti mencoba untuk menrapkan nilainilai karakter konservasi pada jenjang SMA karena Unnes dan SMA sama-sama sebagai lembaga pendidikan. Nilai-nilai karakter diperlukan agar remaja tidak mangalamai kemerosotan moral.

48 34 Nilai-nilai karakter didukung pula oleh undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya yang digunakan untuk menunjang teori multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah eksperimen. Siswa melakukan eksperimen atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Model pembelajaran tersebut menuntut keaktifan siswa dalam melaksanakan eksperimen. Hal tersebut didukung sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada bab 1 pendahuluan peraturan disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

49 35 kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada bab 2 karakteristik pembelajaran disebutkan pula bahwa sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaketristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta memperngaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalaha (project based learning).

50 36 Guna memperjelas kerangka berpikir tersebut, berikut ini digambarkan bagan kerangka berfikirnya. Permasalahan:(1)Rendahnya pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa, (2)kerjasama antar siswa dalam pembelajaran masih kurang, (3) tidak semua materi dilakukan eksperimen. Solusi : (1)Pembelajaran yang menarik, (2) Menerapkan teori multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi, dan (3) Model pembelajaran inkuiri terbimbing Harapan: Penggunaan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah siswa. Landasan Teori: (1)Teori multiple intelligences, (2) Nilainilai karakter konservasi Kajian Pustaka: (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3, (2) Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian 2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: (1) Peningkatan pemahaman konsep siswa SMA melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi lebih tinggi dari pada peningkatan pemahaman konsep siswa SMA melalui pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi. (2) Peningkatan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi lebih tinggi dari pada peningkatan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA melalui

51 37 pembelajaran inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi.

52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Demak yang terletak di Jl. Sultan Trenggono No. 81, Demak, Jawa Tengah. 3.2 Subjek Penelitian Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Demak tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 9 kelas yang terdiri dari 4 kelas jurusan MIA dan 5 kelas jurusan IIS Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. (Sugiyono, 2009:81). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah 38

53 39 purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:85) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas X-MI.4 sebagai kelas eksperimen dan X-MIA.3 sebagai kelas kontrol SMA Negeri 3 Demak tahun ajaran 2014/ Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental karena tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan penelitian. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design seperti : Tabel 3.1 Rancangan Pretest-Posttest Control Group Design Periode Pertama Perlakuan Periode Kedua Kelas Eksperimen O 1 X 1 O 2 Kelas Kontrol O 3 X 2 O 4 Keterangan: O 1 = Pretest kelas eksperimen O 3 = Pretest kelas kontrol X 1 = Penerapan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi X 2 = Penerapan model inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi O 2 = Posttest kelas eksperimen = Posttest kelas kontrol O Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, penelitian dan pengolahan data. Berikut secara rinci bagian-bagian dalam penelitian:

54 40 1) Tahap Persiapan Penelitian a. Studi pustaka mengenai teori yang berkaitan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, teori multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi, pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi dengan materi suhu dan pemuaian c. Menyusun lembar kuesioner multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi d. Validasi lembar kuesioner multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi oleh dosen pembimbing e. Mengujikan lembar kuesioner multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi pada kelas eksperimen guna mengetahui keadaan multiple intelligences siswa yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi f. Merancang perangkat pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS), lembar penilaian, lembar observasi keterampilan kerja ilmiah dan lembar observasi perpaduan antara multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi. g. Memetakan keadaan multiple intelligences yang dipadukan dengan nilainilai karakter konservasi siswa dalam kelas h. Menyusun kelompok eksperimen berdasarkan keadaan multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi siswa

55 41 2) Tahap Penelitian a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui pemahaman konsep awal siswa b. Melakukan treatment selama dua kali pertemuan berupa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi pada kelas eksperimen dan model inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi pada kelas kontrol serta observasi mengenai keterampilan kerja ilmiah dan multiple intelligences siswa yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi selama pembelajaran dilakukan c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) Tahap Pengolahan Data a. Mengolah data hasil pretest, posttest dan lembar observasi b. Melakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data penelitian c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diproleh untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

56 42 Secara keseluruhan tahapan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Studi pustaka Mempersiapkan instrumen multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi Validasi instrumen multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter Pretest Menyusun kelompok Uji kuesioner Pembelajaran inkuiri terbimbing Posttest Analisis data penelitian Kesimpulan Gambar 3.1 Tahap Penelitian Pembahasan 3.5 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2012:2). Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah : Variabel Bebas Variabel independen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi dalam pokok bahasan suhu dan pemuaian.

57 Variabel Terikat Variabel dependen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep dan keterampilan kerja ilmiah yang dikenai model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Demak semester II Tahun Ajaran 2014/ Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain : Teknik Tes Tes Tes menurut Muchtar Bukhori, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2009:32), ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasilhasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. Tes yang digunakan berupa tes subjektif. Menurut Arikunto (2009:162), tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Tes uraian digunakan sebagai penilaian hasil belajar kognitif untuk mengukur pemahaman konsep terhadap materi yang disampaikan. Soal yang diujikan sebelumnya telah diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil tes akan dianalisis untuk

58 44 menguji kebenaran hipotesis penelitian, sehingga akan diketahui bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa dengan model pembelajaran yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akan dilakukan dua kali yaitu: a. Pretest, yaitu tes yang dilakukan pada awal observasi digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep awal siswa sebelum pembelajaran diterapkan. b. Posttest, yaitu tes yang dilakukan pada akhir observasi untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran diterapkan. Teknik penskoran yang digunakan pada teknik tes ini adalah dengan menggunakan : Keterangan: = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yaitu: Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Nilai Angka Nilai Huruf Predikat 80 ke atas ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal (Arikunto, 2009:245)

59 Teknik Non Tes Kuesioner Kuesioner (questionair) menurut Arikunto (2009:27-28), juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Kuesioner yang digunakan adalah kuesiner langsung. Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang dimintai jawaban tentang dirinya (Arikunto, 2009:28). Tujuan digunakan kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui multiple intelligences yang dipadukan dengan nilai-nilai karakter konservasi siswa. Teknik penskoran yang digunakan pada lembar kuesioner adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS = sangat setuju TS = tidak setuju S = setuju STS = sangat tidak setuju KS = kurang setuju Dengan menggunakan: Keterangan: = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum

60 46 Kriteria Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yaitu: Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan terhadap Kuesioner yang digunakan yaitu: Nilai Angka Nilai Huruf Predikat 80% ke atas 66%-79% 56%-65% 46%-55% 45% ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal (Arikunto, 2009:245) Observasi Observasi menurut Nasution (1988), sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2009:226) adalah dasar semua ilmu pengetahuan. para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dalam penelitian ini yang diamati adalah keterampilan kerja ilmiah siswa. Teknik penskoran dengan menggunakan skala bertingkat (1-4)(Marzano, 2006). Selanjutnya dikonversikan dengan menggunakan rumus: Keterangan: = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum

61 47 Kriteria Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yaitu: Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Terhadap Observasi yang digunakan yaitu: Nilai Angka Nilai Huuruf Predikat 80% ke atas 66%-79% 56%-65% 46%-55% 45% ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal (Arikunto, 2009:245) Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2009:240). Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Adapun data-data yang diperoleh oleh penulis yaitu daftar nama dan nilai rapor mata pelajaran fisika semester gasal kelas X-MIA SMA Negeri 3 Demak tahun 2014/2015 yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian yang kemudian diuji homogenitasnya. 3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian Instrumen tes diuji cobakan pada siswa yang telah mendapatkan materi suhu dan pemuaian dengan tujuan untuk mendapatkan butir soal tes yang baik. Langkah-langkah analisis yang dilakukan untuk soal tes meliputi: validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal Validitas Tes Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui butir-

62 48 butir tes manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah. Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment. ( )( ) * ( ) +* ( ) + Keterangan: r xy N ΣX ΣY ΣXY ΣX 2 ΣY 2 : Koefisien korelasi skor butir soal dan skor total. : Banyaknya subjek. : Banyaknya butir soal. : Jumlah skor total. : Jumlah perkalian skor butir dengan skor total. : Jumlah kuadrat skor butir soal. : Jumlah kuadrat skor total. Hasil perhitungan r xy dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5, jika r xy > r tabel maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2009:72). Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba No. Kriteria No. Soal Jumlah % 1. Valid 2,3,4,5,6,7,8,9,10, % 2. Tidak Valid 1, %

63 Reliabilitas Tes Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2009:86). Menilai soal bentuk uraian tidak dapat dilakukan hanya dengan menilai benar atau salah. Suatu butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian, misalnya saja soal nomor 1 penilaian terendah 0 dan tertinggi 8, tetapi butir soal nomor 2 nilai tertinggi hanya 5 dan sebagainya. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : (1) Menghitung (varians tia-tiap item) ( ) Keterangan: = Varians tiap-tiap item = Jumlah kuadrat dari skor tiap item = Jumlah skor tiap item = Banyaknya item (2) Menghitung (varians semua item) (3) Menghitung (varians total) ( )

64 50 (4) Menghitung reliabilitas dengan rumus alpha ( ( ) ). / Dengan : = reliabilitas yang dicari = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total Perhitungan reliabilitas akan sempurna jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikansinya adalah dan banyaknya sampel. Jika r 11 > r tabel maka soal tersebut reliabel. (Arikunto, 2009: ). Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui r tabel untuk soal pre test dan post test adalah sebagai berikut : Dengan jumlah soal 12 didapatkan r 11 = 0,80 dan r tabel = 0,33. Karena r 11 > r tabel maka soal tersebut reliabel Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang teralu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2009:207).

65 51 Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal dengan symbol P, singkatan dari kata proporsi. Untuk mengetahui derajat kesukaran pada soal uraian, dapat digunakan rumus: Keterangan : = tingkat kesukaran = = skor maksimal yang ditetapkan di penskoran. (Rusilowati, 2008:17) Tabel 3.6 Indeks Kesukaran Besarnya P Interpretasi 0 P 0,29 Soal sukar 0,30 P 0,69 Soal cukup (sedang) 0,70 < P 1 Terlalu mudah (Arikunto, 2009:210) Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.7 dibawah ini. Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba No. Kriteria Soal Nomor Soal 1. Mudah 1,3,5,7,8,9 2. Sedang 2,4,11 3. Sulit 6,10,12

66 Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Untuk menghitung daya pembeda soal menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: = Daya Pembeda = Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Besarnya angka indeks Diskriminasi Item (D) Interpretasi 0,00 D 0,19 Soal Jelek 0,20 < D 0,39 Soal cukup baik 0,40 < D 0,69 Soal baik 0,70 < D 1,00 Soal baik sekali (Rusilowati, 2008:19) Hasil analisis daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3. 9 Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba No. Kriteria Soal Nomor Soal 1. Baik Sekali Baik 2,4 3. Cukup Baik 3,5,6,7,8,9,10,11 4. Jelek 1,12

67 Metode Analisis Data Analisis Tahap Awal Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi yang ada bersifat homogen (sama). Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: (1) Menghitung dari masing-masing kelas Keterangan : = Varians sampel = Tanda kelas = ( ) ( ) = Rata-rata (mean) = Jumlah sampel (Sugiyono, 2012:57) (2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus ( ) ( ) (3) Menghitung harga satuan B dengan rumus ( ) ( ) (4) Menghitung nilai statis chi kuadrat ( ) dengan rumus ( ) * ( ) +

68 54 Kriteria pengujiannya adalah jika hitung < (1-α)(k-1) dengan d k = k-1 dan k adalah jumlah kelas, maka masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau homogen (Sudjana, 2005:262) Analisis Tahap Akhir Analisis Soal Uji Normalitas Uji normalitas data yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data. Data yang digunakan adalah data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Normalitas data diperlukan untuk membuat statistik yang akan digunakan selanjutnya. Apabila distribusi data normal, maka akan digunakan statistik parametris. Apabila data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik non parametris. Uji statistik yang digunakan adalah dengan chi kuadrat dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H 0 = data berdistribusi normal H a = data tidak berdistribusi normal ( ) Keterangan: = harga chi kuadrat = frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diharapkan

69 55 Hasil perhitungan nilai hitung dibandingkan dengan tabel. Jika hitung < tabel dengan dk = (k-3) dengan taraf signifikasi 5% maka H 0 diterima dan artinya data tersebut berdistribusi normal. (Sugiyono, 2012:107) Uji Gain Ternormalisasi Uji peningkatan pemahaman bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan pemahaman siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut: Keterangan: = skor rata-rata pre test = skor rata-rata post test Tabel Uji Gain Ternormalisasi Interval factor <g> Interpretasi (<g>) 0,7 Tinggi (0,7) > (<g>) 0,3 Sedang (<g>) < 0,3 Rendah (Hake, 1998:64) Uji t Satu Pihak Kanan Untuk mengetahui bahwa hasil belajar siswa dari kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi lebih tinggi dibanding dengan kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tanpa menerapkan nilai-nilai karakter konservasi, diuji dengan menggunakan uji t satu pihak, yaitu

70 56 pihak kanan. Uji ini digunakan untuk membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, yaitu: H 0 : µ 1 µ 2 H a : µ 1 > µ 2 µ 1 = rata-rata data kelompok eksperimen µ 2 = rata-rata data kelompok kontrol Rumus yang digunakan adalah: Dengan ( ) ( ) 2 Keterangan: = rata-rata nilai post test pada kelas eksperimen = rata-rata nilai post test pada kelas kontrol = jumlah siswa pada kelas eksperimen = jumlah siswa pada kelas kontrol = varians pada kelas eksperimen = varians pada kelas kontrol Dengan dk = (n 1 + n 2-2) kriteria pengujian tersebut ditolak jika t hitung t tabel dengan taraf signifikan α=5%. Kriteria penolakan H 0 adalah t hitung t (1-α), (n 1 + n 2-2). (Sudjana, 2005: 239)

71 Uji Signifikansi terhadap Pencapaian KKM Untuk menguji penggunaan model inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi terhadap ketuntasan KKM, maka digunakan uji t- test one sample dengan menggunakan rumus: Keterangan: = nilai t yang dihitung = rata-rata nilai post test sampel Dengan: = KKM SMA Negeri 3 Demak = simpangan baku sampel ( ) ( ) (Sugiyono, 2012:57) = jumlah anggota sampel H 0 diterima jika t 1-1/2α < t < t 1-1/2α dengan derajat kebebasan dk = n -1. Dengan 1-1/2α dapat dilihat dalam daftar distribusi t taraf signifikan 5% dan tolak H 0 untuk harga t lainnya. (Sudjana, 2005:227) Analisis Lembar Observasi Untuk mengetahui perpaduan antara multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi dan keterampilan kerja ilmiah siswa akibat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi, yang meliputi data lembar observasi dihitung dengan menggunakan skala bertingkat (1-4)(Marzano, 2006). Selanjutnya dikonversikan menggunakan rumus:

72 58 Keterangan: = jumlah skor yang diperoleh = jumlah skor maksimum Kriteria Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yaitu: Tabel 3.11 Kriteria keberhasilan terahadap hasil observasi yang digunakan yaitu: Nilai Angka Nilai Huuruf Predikat 80% ke atas 66%-79% 56%-65% 46%-55% 45% ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal (Arikunto, 2009:245) Untuk menghitung rata-rata persentase keterampilan kerja ilmiah siswa pada setiap indikator menggunakan rumus: Keterangan: = nilai rerata = jumlah nilai seluruh siswa = banyaknya siswa

73 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa simpulan, antara lain: 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji KKM menunjukkan bahwa untuk kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar dan untuk kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil uji N-gain yang didapatkan pada kelas eksperimen sebesar 0,56, harga ini lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol yang sebesar 0, Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menerapkan nilai-nilai karakter konservasi efektif untuk meningkatkan keterampilan kerja ilmiah siswa SMA. Keterampilan kerja ilmiah siswa pada kelas eksperimen mendapatkan hasil kemampuan sebesar 97% dan kelas kontrol 73%. Hasil uji N- gain yang didapatkan pada kelas eksperimen sebesar 0,43, harga ini lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol yang sebesar 0,31. 86

74 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Pembagian kelompok berdasarkan perpaduan antar multiple intelligences dengan nilai-nilai karakter konservasi sebaiknya tidak hanya berdasarkan kuesioner, akan tetapi melalui pengamatan terhadap siswa pada pembelajaran sebelumnya. 2. Alat peraga yang digunakan sebaiknya sebanyak jumlah kelompok yang dibentuk, sehingga masing-masing kelompok dapat bekerja secara maksimal. 3. Observer yang digunakan sebaiknya sebanyak jumlah kelompok agar hasil pengamatan dapat lebih terjamin.

75 DAFTAR PUSTAKA Alberta Focus On Inquiry. Canada: Alberta Learning. Arikunto, S Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Armstrong, T Sekolah Para Juara. Translated by Yudhi Murtanto Bandung: Kaifa. Collier, K. C Guided Inquiry: School Libraries in the 21 st Century. School Libraries Worldwide, 16 (1): Departemen Pendidikan Nasional Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hake, R.R Interactive-engagement versus traditional methods: A sixthousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Journal of Physics, 66: Hamalik, O Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Handoyo, E. & Tijan Model Pendidikan Karakter Berbasis Konservasi: Pengalaman Universitas Negeri Semarang. Semarang : Cipta Prima Nusantara Semarang. Januar, S.H Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran FPMIPA IKIP PGRI Semarang. Semarang: IKIP PGRI Semarang. Jasmine, J Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk: Implementasi Multiple Intelligences. Translated by Purwanto Bandung: Nuansa. Khoo, A., C. Sim., K. Lyen, & M. Lwin Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Translated by Christine Sudjana Jakarta: Indeks. Kwartolo, Y Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom. Jurnal Pendidikan Penabur, (18):

76 89 Marzano, R.J Classroom Assessment & Grading that Work. United States of America: Association for Supervision and Curticulum Development (ASCD). Masrukhi Membangun Karakter Berbasis Konservasi. Indonesian Jurnal of Conservation, 1 (1): Munib, A., Budiyono, & S. Suryono Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Natalina, M., I. Mahadi, & Anisa C. S Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan Progam Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung. Lampung: Universitas Lampung. Nufus, N. & A. Furqon As : Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pustaka Insan Madani. Purwoko & Fendi Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira. Rifai RC,A., & C.T. Anni Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Rusilowati, A Buku Ajar Evaluasi Pengajaran. Buku ajar tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas MIPA UNNES. Rustaman, N.Y Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasisi Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia Bekerjasama dengan FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI. Sanjaya, W Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Sarwi Pembelajaran Gelombang Open Inquiry untuk Mewujudkan Insan yang Kritis dan Berkarakter (Kamil). Naskah Pidato Pengukuhan Profesor Bidang Ilmu Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 12 Maret 2015, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Sarwi & Khanafiyah, S Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang Open- Inquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 (2): Setyawan, D. N Implementasi Pendekatan Multiple Intelligences dalam Metode Praktikum untuk Melihat Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Unnes Physics Education Journal, 2: Sudjana Metoda Statistika.Bandung:Tarsito Bandung.

77 90 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanto, H Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur. (4): Trianto Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Pemerintah Negara Republik Indonesia Undang-undang Republik Indosesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Negara Republik Indonesia. Vajoczki, S., S. Watt, M. M. Vine, & X. Liao Inquiry: Level, Discipline, Class Size, What Matterrs?. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 5 (1): Wenning, C. J A New Model for Science Teaching. Journal of Physics Teacher Education Online, 6 (2): Yulianti, & Wiyanto Perancangan Pembelajaran Inovatif. Semarang: UNNES Press.

78 91 Lampiran 1 Materi Pokok Suhu Pemuai an Zat Padat Indikator Mengetah ui perbedaan mengukur suhu mengguna kan tangan dan mengukur suhu mengguna kan termomete r Mengubah skala termomete r Menjelask an pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda KISI-KISI SOAL UJI COBA MATERI SUHU DAN PEMUAIAN Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) 3 dan 5 1 dan C4 (Analisis) dan 11 Menghitun 10 dan g besar 12 pemuaian Jumlah Soal

79 92 Lampiran 2 DAFTAR KODE SISWA UJI COBA SOAL KELAS XI-MIA.2 No. KODE L/P 1 UC - 01 L 2 UC - 02 L 3 UC - 03 L 4 UC - 04 P 5 UC - 05 L 6 UC - 06 L 7 UC - 07 P 8 UC - 08 P 9 UC - 09 P 10 UC - 10 P 11 UC - 11 P 12 UC - 12 P 13 UC - 13 P 14 UC - 14 P 15 UC - 15 P 16 UC - 16 L 17 UC - 17 P 18 UC - 18 L 19 UC - 19 P 20 UC - 20 P 21 UC - 21 L 22 UC - 22 L 23 UC - 23 L 24 UC - 24 L 25 UC - 25 P 26 UC - 26 P 27 UC - 27 L 28 UC - 28 P 29 UC - 29 P 30 UC - 30 L 31 UC - 31 L 32 UC - 32 P 33 UC - 33 P 34 UC - 34 P 35 UC - 35 P 36 UC - 36 P

80 93 Lampiran 3 SOAL UJI COBA MATERI SUHU DAN PEMUAIAN Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 90 menit Bacalah baik-baik soal dibawah ini dan kerjakan soal yang Anda anggap paling mudah lebih dahulu pada lembar jawaban yang telah disediakan! 1. Pada gambar dibawah ini terlihat seorang anak sedang memasukkan kedua tangannya didalam wadah yang berisi air. Dapatkah tangan anak tersebut mengukur temperatur dengan tepat? Berikan alasannya! 2. Perhatikan gambar dibawah ini! Sifat yang bagaimana yang digunakan sebagai cairan termometer? Dan apa maksudnya? 3. Ada beberapa jenis zat cair yang dapat digunakan pada termometer, salah satunya adalah air raksa. Sebutkan 3 keunggulan dari air raksa! 4. Pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa Ana sedang mengukur suhu badannya dan menunjukkan bahwa suhu badan Ana 39ºC. Tentukan suhu badannya bila diukur menggunakan skala: a. Reamur b. Fahrenheit c. Kelvin 5. Sebutkan 3 alasan mengapa air tidak dapat digunakan untuk mengisi termometer! 6. Termometer Celcius dan Reamur digunakan untuk mengukur suhu suatu benda, ternyata jumlah skala yang ditunjukkan oleh kedua termometer adalah 90º. Berapa ºC dan ºR suhu benda tersebut?

81 94 7. Perhatikan gambar dibawah ini! Jelaskan prinsip dasar penerapan pemuaian pada pemasangan batang besi rel kereta api! 8. Sebutkan 3 contoh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari dan berilah penjelasan singkat! 9. Mengapa ketika akan memasang bingkai besi roda pada sebuah delman harus dipanaskan terlebih dahulu? 10. Sebuah jendela kaca berukuran 40 cm x 50 cm memiliki suhu 20ºC. Koefisien muai panjang kaca 0,9 x 10-5 /K. Berapakah luas jendela kaca jika suhunya naik menjadi 50ºC? 11. Gelas kaca bisa pecah jika diisi air panas secara tiba-tiba. Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? 12. Sebuah silinder dari kuningan volumenya 200 cm 3 pada suhu 0ºC dan diisi penuh dengan raksa. Jika silinder yang berisi raksa tersebut dipanaskan sehingga suhunya naik menjadi 55ºC. Berapa banyak raksa yang tumpah? (Koefisien muai volume kuningan 6 dan koefisien muai volume raksa 18 x 10-5 /K)

82 95 Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Uji Coba 1. Tangan manusia tidak dapat mengukur suhu dengan tepat dikarenakan tangan hanya dapat merasakan panas atau dingin, tetapi tidak dapat menentukan suhunya dengan pasti. Jumlah skor Jawaban 5 Jawaban dan alasan benar 3 Jawaban benar, tetapi alasan salah 1 Menjawab tapi salah 2. Dari gambar tersebut: Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat termometrik. Sifat termometrik adalah sifat-sifat benda tersebut dapat berubah jika ada perubahan suhu. Jumlah skor Jawaban 5 Jawaban dan penjelasan benar 3 Jawaban benar, tetapi penjelasan salah 1 Menjawab tapi salah 3. 3 keunggulan air raksa adalah: a. Sangat peka terhadap perubahan suhu b. Tidak membasahi dinding kaca yang dijadikan wadahnya c. Mempunyai pemuaian yang teratur d. Memiliki warna keperakan sehingga jelas terbaca e. Dapat digunakan untuk mengukur suhu dari yang terendah sampai yang tertinggi (titik beku air raksa -39ºC dan titik didihnya +137ºC). Pada suhu tersebut indera peraba manusia sudah tidak mampu lagi merasakannya. Jumlah skor Jawaban 5 Menyebutkan tiga keunggulan dengan benar 3 Menyebutkan kurang dari tiga keunggulan dengan benar 1 Menjawab tapi salah 4. Diketahui: T = 39ºC Ditanyakan : dalam ºR, ºF, dan K? Jawab : a b. 39

83 ( 32) ( 32) c Jumlah skor Jawaban 7 Menjawab tiga perubahan skala dengan benar 5 Menjawab dua perubahan skala dengan benar 3 Menjawab satu perubahan skala dengan benar 1 Menjawab tapi salah 5. Alasan mengapa air tidak dapat digunakan untuk mengisi termometer: a. Air membasahi dinding b. Air tidak berwarna, sehingga sulit dibaca c. Jangkauan suhu air terbatas(0ºc -100ºC) d. Perubahan volume sangat kecil e. Kurang akurat hasil pembacaanya Jumlah skor Jawaban 5 Menyebutkan tiga alasan dengan benar 3 Menyebutkan kurang dari tiga alasan dengan benar 1 Menjawab tapi salah 6. Diketahui : ºC+ºR = 90º Ditanyakan : t dalam ºC dan ºR? Jawab : C + R = 90º R = 90º - ºC C : R = 5 : 4 C : (90 C) = 5 : 4 5 (90 C) = C C = 4C 450 = 4C + 5C 450 = 9C C = 50º

84 97 ºC+ºR = 90º 50 + ºR = 90º R = 40º Jumlah Jawaban skor 9 Menjawab dengan rumus yang benar dan hasilnya benar 7 Menjawab dengan rumus yang benar tetapi hasilnya salah 5 Menjawab dengan rumus yang kurang tepat dan hasilnya benar 3 Menjawab dengan rumus yang kurang tepat dan hasilnya salah 1 Menjawab tapi salah 7. Penyambungan rel kereta api harus menyediakan celah antara satu batang rel dengan batang rel lain. Karena jika suhu meningkat, maka batang rel akan memuai hingga akan bertambah panjang. Dengan diberikannya ruang muai antar rel maka tidak akan terjadi desakan antar rel yang akan mengakibatkan rel menjadi bengkok. Jumlah Jawaban skor 7 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan dan hasil benar 5 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan tetapi hasilnya salah 3 Menjawab dengan tidak ada runtutan diketahui, ditanya, jawab namun rumus, perhitungan dan hasil benar, atau Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, dijwab dengan benar serta rumus benar namun dalam perhitungan salah 1 Menjawab tapi salah 8. Contoh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari: a. Kabel listrik yang terlihat kendor pada siang hari dan terlihat kencang pada malam hari b. Terdapatnya celah diantara sambungan pada jembatan beton c. Bingkai jendela yang sedikit lebih besar dari ukuran kaca d. Adanya celah diantara dua batang rel kereta api e. Pemasangan bingkai besi pada roda pedati Jumlah Jawaban skor 7 Menyebutkan tiga contoh benar dan penjelasan benar 6 Menyebutkan tiga contoh dengan benar dan ada penjelasan yang kurang tepat 5 Menyebutkan dua contoh benar dan penjelasan dengan benar 4 Menyebutkan dua contoh benar dan ada penjelasan yang kurang tepat

85 98 3 Menyebutkan satu contoh dengan benar dan penjelasan benar 2 Menyebutkan satu contoh dengan benar dan ada penjelasan yang kurang tepat 1 Menjawab tapi salah 9. Bingkai roda pedati pada keadaan normal dibuat sedikit lebih kecil daripada tempatnya sehingga tidak dimungkinkan untuk dipasang secara langsung pada tempatnya. Untuk memasang bingkai tersebut, terlebih dahulu besi harus dipanaskan hingga memuai dan ukurannya pun akan menjadi lebih besar daripada tempatnya sehingga memudahkan untuk dilakukan pemasangan bingkai tersebut. Ketika suhu mendingin, ukuran bingkai kembali mengecil dan terpasang kuat pada tempatnya. Jumlah skor Jawaban 7 Jawaban diberi penjelasan yang benar 5 Jawaban diberi penjelasan namun kurang tepat 3 Jawaban diberi penjelasan namun salah 1 Menjawab tapi salah 10. Diketahui: P = 40 cm L = 50 cm T 0 = 20ºC T 1 = 50ºC α = 0,9 x 10-5 /K Ditanyakan: A? Jawab: A 0 = P L = 40 cm. 50 cm A 0 = 2000 cm 2 ΔT= T 1 - T 0 = 50ºC - 20ºC ΔT= 30 ºC β = 2α = 2. 0,9 x 10-5 /K β = 1,8 x 10-5 /K ΔA = A 0 β ΔT = 2000 cm 2. 1,8 x 10-5 /K. 30 ºC ΔA = 1,08 cm 2 Jadi, A = A 0 + ΔA = 2000 cm 2 + 1,08 cm 2 A = 2001,08 cm 2 Jumlah skor Jawaban 9 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan

86 99 benar serta rumus, perhitungan dan hasil benar 7 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan tetapi hasilnya salah 5 Menjawab dengan tidak ada runtutan diketahui, ditanya, jawab namun rumus, perhitungan dan hasil benar, atau Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, dijwab dengan benar serta rumus benar namun dalam perhitungan salah 3 Menjawab dengan tidak ada rumusan diketahui, ditanya, jawab namun ada rumus yang benar dan ada jawabannya meskipun salah perhitungan 1 Menjawab tapi salah 11. Gelas kaca yang diisi air panas akan pecah secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena adanya pemuaian. Pemuaian gelas bagian dalam sudah terjadi, sedangkan bagian luar gelas belum terjadi pemuaian, sehingga bagian dalam akan memaksa mendorong dan menekan bagian luar. Hal inilah yang menyebabkan gelas kaca pecah. Jumlah skor Jawaban 9 Jawaban diberi penjelasan yang benar 7 Jawaban diberi penjelasan namun kurang tepat 5 Jawaban diberi penjelasan namun salah 3 Jawaban tidak diberi penjelasan 1 Menjawab tapi salah 12. Diketahui : V 0 kuningan = 200 cm 3 V 0 raksa = 200 cm 3 T 0 kuningan = 0ºC T 0 raksa = 0ºC T 1 kuningan = T 1 raksa = 55ºC γ kuningan = 6,0 x 10-5 /K γ raksa = 18 x 10-5 /K Ditanyakan: V raksa yang tumpah? Jawab: ΔT= T 1 - T 0 = 55ºC - 0ºC ΔT= 55ºC Kenaikan volume silinder kuningan ΔV = V 0 γ Kuningan ΔT = 200 cm 3. 6,0 x 10-5 /K. 55ºC ΔV = 0, 66 cm 3 Kenaikan volume raksa ΔV = V 0 γ raksa ΔT = 200 cm x 10-5 /K. 55ºC ΔV = 1,98 cm 3

87 100 Jadi volume raksa yang tumpah sebagai berikut: = ΔV raksa ΔV kuningan = 1,98 cm 3-0,66 cm 3 = 1,32 cm 3 Jumlah Jawaban skor 9 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan dan hasil benar 7 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan tetapi hasilnya salah 5 Menjawab dengan tidak ada runtutan diketahui, ditanya, jawab namun rumus, perhitungan dan hasil benar, atau Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, dijwab dengan benar serta rumus benar namun dalam perhitungan salah 3 Menjawab dengan tidak ada rumusan diketahui, ditanya, jawab namun ada rumus yang benar dan ada jawabannya meskipun salah perhitungan 1 Menjawab tapi salah Skor maksimal (N) = 82 Nilai Angka Nilai Huuruf Predikat 80 ke atas ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal

88 101 Lampiran 5 HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL No Nama Skor Soal (X) Y Y² 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC X

89 102 X² Jumlah : 8188

90 103 Skor Soal (X) Nama XY XY

91 Daya Pembeda TK Reliabilitas Vali Ditas 104 r XY #DIV/0! r tabel Kriteria Invalid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid r tabel Kriteria Reliabel Jml skor Jml peserta Mean Skor Max P Kriteria mudah sedang mudah sedang mudah Sukar mudah mudah mudah sukar sedang sukar Skor KA Psrt KA 18 Mean KA Skor KB Psrt KB 18 MeanKB SkorMax D Kriteria Jelek Baik Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Di Di Keterangan Di Di Di Di Di Di Di pakai pakai Di Di Di buang pakai pakai pakai buang buang pakai pakai pakai buang dgn revisi dgn revisi

92 105 Lampiran 6 Rumus yang digunakan : PERHITUNGAN VALIDITAS ( )( ), ( ) -, ( ) - Kriteria pengambila keputusan : Butir soal valid jika r xy > r tabel Perhitungan: Berikut ini perhitungan validitas soal pada butir nomor 2 No. X Y X² Y² XY

93 Jumlah Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh : ( )( ) * ( ) +* ( ) + = 0,77 r tabel = 0,33 Karena harga r xy > 0,33 maka butir soal nomor 2 tersebut valid. Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara diatas.

94 107 Lampiran 7 Rumus yang digunakan : PERHITUNGAN RELIABILITAS ( ( ) ). / Kriteria pengambilan keputusan : Apabila r 11 > r tabel, maka soal tersebut reliable 1. Perhitungan (varians tia-tiap item) ( ) 2. Perhitungan (varians semua item) Sehingga varians tiap item adalah: σ n 2 92 Sehingga varians semua item adalah: Σσ i Perhitungan (varians total) ( ) Sehingga varians total adalah: 4. Perhitungan reliabilitas dengan rumus alpha ( ( ) ) (. ). σ t 9 64 = 0,80 Harga r tabel (0.95)(36) = 0,33 Karena harga r 11 > 0,33, maka soal tersebut reliabel.

95 108 Lampiran 8 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN Rumus yang digunakan: Dengan : Kriteria pengambilan keputusan: Besarnya P Interpretasi 0 P 0,29 Soal sukar 0,30 P 0,69 Soal cukup (sedang) 0,70 < P 1 Terlalu mudah Berikut ini perhitungan tingkat kesukaran pada butir soal nomor 2:. = 0,66 = 3,28 Untuk P = 0,66 soal nomor 2 dikatakan sedang. Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.

96 109 Lampiran 9 PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA Rumus yang digunakan : Dengan : Kriteria : Besarnya angka indeks Diskriminasi Item (D) Interpretasi 0,00 D 0,19 Soal Jelek 0,20 < D 0,39 Soal cukup baik 0,40 < D 0,69 Soal baik 0,70 < D 1,00 Soal baik sekali Contoh soal nomor 2: No. Kelompok Atas No. Kelompok Bawah Jumlah : 78 Jumlah : 40 Mean kelompok atas : Mean kelompok bawah: D = 0,42 Untuk D = 0,42 soal nomor 2 dikatakan baik. Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.

97 110 Lampiran 10 Materi Pokok Suhu Pemuai an Zat Padat KISI-KISI SOAL PRETEST DAN POSTTEST Indikator Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunak an tangan dan mengukur suhu menggunak an termometer Mengubah skala termometer Menjelaska n pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda Menghitung besar pemuaian MATERI SUHU DAN PEMUAIAN Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) dan 11 Jumlah Soal

98 111 Lampiran 11 SOAL PRETEST DAN POSTTEST Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 60 menit Bacalah baik-baik soal dibawah ini dan kerjakan soal yang Anda anggap paling mudah lebih dahulu pada lembar jawaban yang telah disediakan! 1. Perhatikan gambar dibawah ini! Sifat yang bagaimana yang digunakan sebagai cairan termometer? Dan apa maksudnya? 2. Ada beberapa jenis zat cair yang dapat digunakan pada termometer, salah satunya adalah air raksa. Sebutkan 3 keunggulan dari air raksa! 3. Pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa Ana sedang mengukur suhu badannya dan menunjukkan bahwa suhu badan Ana 39ºC. 4. Perhatikan gambar dibawah ini! Tentukan suhu badannya bila diukur menggunakan skala: a. Reamur b. Fahrenheit c. Kelvin Jelaskan prinsip dasar penerapan pemuaian pada pemasangan batang besi rel kereta api! 5. Sebutkan 3 contoh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari selain yang tertulis atau tergambar pada soal nomor 4 dan 6 serta berilah penjelasan! 6. a. Bagaimana ukuran bingkai besi roda pada sebuah delman dalam keadaan normal?

99 112 b. Mengapa ketika akan memasang bingkai besi roda pada sebuah delman harus dipanaskan terlebih dahulu? c. Dan bagaimana ukurannya setelah suhu mendingin? 7. Sebuah jendela kaca berukuran 40 cm x 50 cm memiliki suhu 20ºC. Koefisien muai panjang kaca 0,9 x 10-5 /K. Berapakah luas jendela kaca jika suhunya naik menjadi 50ºC? 8. Gelas kaca bisa pecah jika diisi air panas secara tiba-tiba. Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Selamat Mengerjakan

100 113 Lampiran 12 Kunci Jawaban Pretest dan Posttest 1. Dari gambar tersebut: Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat termometrik. Sifat termometrik adalah sifat-sifat benda tersebut dapat berubah jika ada perubahan suhu. Jumlah skor Jawaban 5 Jawaban dan penjelasan benar 3 Jawaban benar, tetapi penjelasan salah 1 Menjawab tapi salah 2. 3 keunggulan air raksa adalah: a. Sangat peka terhadap perubahan suhu b. Tidak membasahi dinding kaca yang dijadikan wadahnya c. Mempunyai pemuaian yang teratur d. Memiliki warna keperakan sehingga jelas terbaca e. Dapat digunakan untuk mengukur suhu dari yang terendah sampai yang tertinggi (titik beku air raksa -39ºC dan titik didihnya +137ºC). Pada suhu tersebut indera peraba manusia sudah tidak mampu lagi merasakannya. Jumlah skor Jawaban 5 Menyebutkan tiga keunggulan dengan benar 3 Menyebutkan kurang dari tiga keunggulan dengan benar 1 Menjawab tapi salah 3. Diketahui: T = 39ºC Ditanyakan : dalam ºR, ºF, dan K? Jawab : a b ( 32) 5 9 ( 32)

101 c Jumlah Jawaban skor 7 Menjawab tiga perubahan skala dengan benar 5 Menjawab dua perubahan skala dengan benar 3 Menjawab satu perubahan skala dengan benar 1 Menjawab tapi salah 4. Penyambungan rel kereta api harus menyediakan celah antara satu batang rel dengan batang rel lain. Karena jika suhu meningkat, maka batang rel akan memuai hingga akan bertambah panjang. Dengan diberikannya ruang muai antar rel maka tidak akan terjadi desakan antar rel yang akan mengakibatkan rel menjadi bengkok. Jumlah Jawaban skor 7 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan dan hasil benar 5 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan tetapi hasilnya salah 3 Menjawab dengan tidak ada runtutan diketahui, ditanya, jawab namun rumus, perhitungan dan hasil benar, atau Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, dijwab dengan benar serta rumus benar namun dalam perhitungan salah 5. Contoh pemuaian dalam kehidupan sehari-hari: a. Kabel listrik yang terlihat kendor pada siang hari dan terlihat kencang pada malam hari b. Terdapatnya celah diantara sambungan pada jembatan beton c. Bingkai jendela yang sedikit lebih besar dari ukuran kaca d. Adanya celah diantara dua batang rel kereta api e. Pemasangan bingkai besi pada roda pedati Jumlah Jawaban skor 7 Menyebutkan tiga contoh benar dan penjelasan benar 6 Menyebutkan tiga contoh dengan benar dan ada penjelasan yang kurang tepat 5 Menyebutkan dua contoh benar dan penjelasan dengan benar 4 Menyebutkan dua contoh benar dan ada penjelasan yang kurang tepat

102 115 3 Menyebutkan satu contoh dengan benar dan penjelasan benar 2 Menyebutkan satu contoh dengan benar dan ada penjelasan yang kurang tepat 1 Menjawab tapi salah 6. Bingkai roda pedati pada keadaan normal dibuat sedikit lebih kecil daripada tempatnya sehingga tidak dimungkinkan untuk dipasang secara langsung pada tempatnya. Untuk memasang bingkai tersebut, terlebih dahulu besi harus dipanaskan hingga memuai dan ukurannya pun akan menjadi lebih besar daripada tempatnya sehingga memudahkan untuk dilakukan pemasangan bingkai tersebut. Ketika suhu mendingin, ukuran bingkai kembali mengecil dan terpasang kuat pada tempatnya. Jumlah skor Jawaban 7 Jawaban diberi penjelasan yang benar 5 Jawaban diberi penjelasan namun kurang tepat 3 Jawaban diberi penjelasan namun salah 1 Menjawab tapi salah 7. Diketahui: P = 40 cm L = 50 cm T 0 = 20ºC T 1 = 50ºC α = 0,9 x 10-5 /K Ditanyakan: A? Jawab: A 0 = P L = 40 cm. 50 cm A 0 = 2000 cm 2 ΔT= T 1 - T 0 = 50ºC - 20ºC ΔT= 30 ºC β = 2α = 2. 0,9 x 10-5 /K β = 1,8 x 10-5 /K ΔA = A 0 β ΔT = 2000 cm 2. 1,8 x 10-5 /K. 30 ºC ΔA = 1,08 cm 2 Jadi, A = A 0 + ΔA = 2000 cm 2 + 1,08 cm 2 A = 2001,08 cm 2 Jumlah skor Jawaban 9 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan

103 116 benar serta rumus, perhitungan dan hasil benar 7 Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, jawab dengan benar serta rumus, perhitungan tetapi hasilnya salah 5 Menjawab dengan tidak ada runtutan diketahui, ditanya, jawab namun rumus, perhitungan dan hasil benar, atau Menjawab dengan runtutan diketahui, ditanya, dijwab dengan benar serta rumus benar namun dalam perhitungan salah 3 Menjawab dengan tidak ada rumusan diketahui, ditanya, jawab namun ada rumus yang benar dan ada jawabannya meskipun salah perhitungan 1 Menjawab tapi salah 8. Gelas kaca yang diisi air panas akan pecah secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena adanya pemuaian. Pemuaian gelas bagian dalam sudah terjadi, sedangkan bagian luar gelas belum terjadi pemuaian, sehingga bagian dalam akan memaksa mendorong dan menekan bagian luar. Hal inilah yang menyebabkan gelas kaca pecah. Jumlah skor Jawaban 9 Jawaban diberi penjelasan yang benar 7 Jawaban diberi penjelasan namun kurang tepat 5 Jawaban diberi penjelasan namun salah 3 Jawaban tidak diberi penjelasan 1 Menjawab tapi salah Skor maksimal (N) = 56 Nilai Angka Nilai Huuruf Predikat 80 ke atas ke bawah A B C D E Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal

104 117 Lampiran 13 DAFTAR KODE SISWA KELAS X-MIA.4 (KELAS EKSPERIMEN) No Kode L/P 1 E - 01 L 2 E - 02 P 3 E - 03 L 4 E - 04 P 5 E - 05 P 6 E - 06 P 7 E - 07 P 8 E - 08 P 9 E - 09 P 10 E - 10 L 11 E - 11 L 12 E - 12 P 13 E - 13 P 14 E - 14 L 15 E - 15 L 16 E - 16 L 17 E - 17 L 18 E - 18 P 19 E - 19 P 20 E - 20 L 21 E - 21 P 22 E - 22 P 23 E - 23 P 24 E - 24 P 25 E - 25 P 26 E - 26 P 27 E - 27 L 28 E - 28 L 29 E - 29 L 30 E - 30 P 31 E - 31 P 32 E - 32 L 33 E - 33 P 34 E - 34 P 35 E - 35 L 36 E - 36 P 37 E - 37 P 38 E - 38 L 39 E - 39 L

105 118 Lampiran 14 DAFTAR KODE SISWA KELAS X-MIA.3 (KELAS KONTROL) No Kode L/P 1 E - 01 P 2 E - 02 P 3 E - 03 P 4 E - 04 P 5 E - 05 P 6 E - 06 P 7 E - 07 P 8 E - 08 P 9 E - 09 P 10 E - 10 P 11 E - 11 P 12 E - 12 P 13 E - 13 L 14 E - 14 P 15 E - 15 P 16 E - 16 P 17 E - 17 P 18 E - 18 P 19 E - 19 P 20 E - 20 L 21 E - 21 P 22 E - 22 P 23 E - 23 P 24 E - 24 P 25 E - 25 P 26 E - 26 P 27 E - 27 P 28 E - 28 P 29 E - 29 P 30 E - 30 P 31 E - 31 L 32 E - 32 P 33 E - 33 P 34 E - 34 L 35 E - 35 L 36 E - 36 P 37 E - 37 P 38 E - 38 P 39 E - 39 P 40 E - 40 L

106 119 Lampiran 15 DAFTAR NILAI RAPOR MATA PELAJARAN FISIKA SEMESTER GASAL KELAS X SMA NEGERI 3 DEMAK Kode Urut Nilai Rapor Mata Pelajaran Fisika Siswa X-MIA.4 (Kelas Eksperimen) X-MIA.3 (Kelas Kontrol)

107 Jumlah Jumlah siswa Rata-rata 81,23 81,20 Varians 5,99 4,83 120

108 121 Lampiran 16 UJI HOMOGENITAS SAMPEL Hipotesis: Ho : s₁² s₂² Ha: s₁² s₂² Kriteria: Ho diterima jika hitung < (1-α)(k-1) Pengujian Hipotesis: Kelas dk = n -1 1/dk 2 S i 2 Log S i 2 dk. Log S i 2 dk* S i X-MIA X-MIA Jumlah Varians gabungan dari kelompok sampel adalah : ( ) ( ) Harga satuan B B ( ) ( ) = ( )77 B = ,30 ( ) [ ( ) ] = { } 6 Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh X 2 tabel = 3,84 Karena X 2 hitung < X 2 tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang sama(homogen)

109 122 Lampiran 17 UJI NORMALITAS DATA NILAI KELAS X-MIA.4 Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 88 Nilai minimal = 78 Rentang nilai (R) = = 10 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 39 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 10/6 = 1.67 = 2 Kelas Batas Kelas Z utk batas kelas Peluang Z Luas kls. Untuk Z ( ) X 2 = 4.70 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

110 123 Lampiran 18 UJI NORMALITAS DATA NILAI KELAS X-MIA.3 Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 86 Nilai minimal = 78 Rentang nilai (R) = = 8 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 40 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 9/6 = 1.33 = 1 Kelas Batas Kelas Z untuk batas kelas Peluang Z Luas kls. Untuk Z ( ) X 2 = 3.99 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

111 124 Lampiran 19 REKAPITULASI SKOR PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI No Kode PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI Kecerdasan Kecerdasan Logis-Matematis Kinestetik & (Cerdas) Tangguh Kecerdasan Linguistik dan Santun Kecerdasan Interpersonal & Toleran 1 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E

112 E E E E E Jumlah Rata-rata Maksimum Minimum Skor >= Persentase(%)

113 126 Lampiran 20 PEMBAGIAN KELOMPOK KELAS EKSPERIMEN Pembagian Siswa Berdasarkan Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilainilai Karakter Konservasi Kecerdasan No. Absen Kecerdasan Linguistik dan Santun 1, 2, 3, 4, 11, 12, 18, 29, 33, 34 Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas) 7, 9, 13, 14, 15, 17, 25, 27, 36, 38 Kecerdasan Kinestetik & Tangguh 6, 10, 16, 20, 23, 24, 28, 32, 35, 37 Kecerdasan Interpersonal & Toleran 5, 8, 19, 21, 22, 26, 30, 31, 39 Pembagian Kelompok Praktikum Berdasarkan Perpaduan antara Multiple Inteligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V E -18 E - 33 E - 12 E - 34 E - 2 E - 13 E - 25 E - 14 E - 17 E -36 E - 6 E - 23 E - 24 E - 10 E - 37 E - 21 E - 30 E - 5 E - 8 E - 22 Kelompok VI Kelompok VII Kelompok VIII Kelompok IX Kelompok X E - 29 E - 4 E - 11 E - 1 E - 3 E - 38 E - 27 E - 9 E - 7 E - 15 E - 35 E - 28 E - 32 E - 16 E - 20 E - 31 E - 26 E - 39 E - 19

114 127 Lampiran 21 PEMBAGIAN KELOMPOK KELAS KONTROL Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V K 13 K - 40 K - 20 K - 04 K - 31 K 01 K - 02 K - 3 K - 15 K - 05 K 11 K - 12 K - 14 K - 26 K - 16 K 23 K - 24 K - 25 K - 36 K - 27 Kelompok VI Kelompok VII Kelompok VIII Kelompok IX Kelompok X K 06 K - 34 K - 08 K - 35 K - 10 K 17 K - 07 K - 19 K - 09 K - 22 K 28 K - 18 K - 30 K - 21 K - 33 K 37 K - 29 K - 38 K - 32 K - 39

115 128 Lampiran 22 DATA NILAI PRE TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Kelas Eksperimen (X-MIA.4) Kelas Kontrol (X-MIA.3) No. Kode Nilai No. Kode Nilai 1 E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K

116 E K K Jumlah = 1525 Jumlah = 1529 Jumlah siswa = 39 Jumlah siswa = 40 Rata-rata = 39 Rata-rata = 38 Nilai Tertinggi = 64 Nilai Tertinggi = 63 Nilai Terendah = 21 Nilai Terendah = 20 Varians = Varians = Standar Deviasi = Standar Deviasi = Kelas Eksperimen Jumlah siswa yang tuntas = 0 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 0 Ketuntasan Klasikal = 0% Kelas Kontrol Jumlah siswa yang tuntas = 0 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 0 Ketuntasan Klasikal = 0%

117 130 Lampiran 23 DATA NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Kelas Eksperimen (X-MIA.4) Kelas Kontrol (X-MIA.3) No. Kode Nilai No. Kode Nilai 1 E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K E K 36 71

118 E K E K E K K Jumlah = 2859 Jumlah = 2739 Jumlah siswa = 39 Jumlah siswa = 40 Rata-rata = 73 Rata-rata = 68 Nilai Tertinggi = 100 Nilai Tertinggi = 86 Nilai Terendah = 57 Nilai Terendah = 57 Varians = Varians = Standar Deviasi = 9.42 Standar Deviasi = 7.55 Kelas Eksperimen Jumlah siswa yang tuntas = 32 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 7 Ketuntasan Klasikal = 82% Kelas Kontrol Jumlah siswa yang tuntas = 24 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 15 Ketuntasan Klasikal = 60%

119 132 Lampiran 24 UJI NORMALITAS DATA POST TEST KELAS EKSPERIMEN Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 100 Nilai minimal = 57 Rentang nilai (R) = = 43 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 39 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 43/6 = = 7 Kelas Batas Kelas Z utk batas kelas Peluang Z Luas kls. Untuk Z ( ) X 2 = 3.62 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

120 133 Lampiran 25 UJI NORMALITAS DATA POST TEST KELAS KONTROL Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 86 Nilai minimal = 57 Rentang nilai (R) = = 29 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 40 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 29/6 = 4.83 = 5 Kelas Batas Kelas Z utk batas kelas Peluang Z Luas kls. Untuk Z ( ) X 2 = 7.06 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

121 134 Lampiran 26 UJI GAIN <g> PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA Rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre Test Post Test Interval factor <g> (<g>) 0,7 Interpretasi Tinggi (0,7) > (<g>) 0,3 Sedang (<g>) < 0,3 Rendah Kelas Eksperimen: Kelas Kontrol: <g> = 0.56 (sedang) <g> = 0.48 (sedang)

122 135 Lampiran 27 UJI t PIHAK KANAN DATA HASIL POST TEST KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis: H 0 : µ 1 µ 2 H a : µ 1 > µ 2 Uji Hipotesis: Untuk menguji hipotesis digunakan rumus : Dengan : ( ) ( ) 2 Ho ditolak apabila t hitung t (1-α) Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol Jumlah N Varians (S 2 ) Standart Deviasi (S) Berdasarkan rumus diatas diperoleh: (39 ) (4 ) = Pada α = 5% dengan dk= =77 diperoleh t (0.95)(77) =

123 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. 136

124 137 Lampiran 28 UJI KETUNTASAN BELAJAR SUBJEK PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN Hipotesis: Ho : µ 70 (Telah mencapai ketuntasan belajar) Ha : µ < 70 (Belum mencapai ketuntasan belajar) Uji Hipotesis: Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: H o diterima jika t 1-1/2α < t < t 1-1/2α Berdasarkan hasil penelitian diperoleh : Sumber variasi Jumlah 2859 N Standart deviasi (s) 9.42 Nilai t = 1.99 Pada α = 5% dengan dk=39-1=38 diperoleh t (0.975)(38) = 2.02 Karena t berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya mencapai ketuntasan belajar.

125 138 Lampiran 29 UJI KETUNTASAN BELAJAR SUBJEK PENELITIAN KELAS KONTROL Hipotesis: Ho : µ 70 (Telah mencapai ketuntasan belajar) Ha : µ < 70 (Belum mencapai ketuntasan belajar) Uji Hipotesis: Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: H o diterima jika t 1-1/2α < t < t 1-1/2α Berdasarkan hasil penelitian diperoleh : Sumber variasi Jumlah 2739 N Standart deviasi (s) 7.55 Nilai t = Pada α = 5% dengan dk= 40-1 = 39 diperoleh t (0.975)(39) = 2.02 Karena t tidak berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya tidak mencapai ketuntasan belajar.

126 139 Lampiran 30 SILABUS MATA PELAJARAN: FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Kelas /Semester: X Kompetensi Inti: KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

127 140 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 1.1 Menyadari kebesaran Suhu, Kalor dan Mengamati Tugas 12 JP Sumber Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya Perpindahan Kalor Suhu dan pemuaian Hubungan kalor dengan suhu benda Menyimak peragaan tentang: - Simulasi pemuaian rel kereta api - Pemanasan es menjadi air - Konduktivitas logam Memecahkan masalah seharisehari berkaitan dengan suhu dan perpindahan kalor (4x3 JP) PHYSICS: Principles with Aplication / Douglas C. Giancoli 6 th ed. dan wujudnya (almunium, besi, tembaga, dan timah) Observasi Pearson Prentice Hall Azas Black Melakukan studi pustaka Ceklist lembar FISIKA SMA 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; Peripindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi untuk mencari informasi mengenai pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran pengamatan kegiatan eksperimen Portofolio Jilid 1, Pusat Perbukuan Panduan Praktikum Fisika SMA,

128 141 bertanggung jawab; benda (pemuaian), dan Laporan Erlangga terbuka; kritis; perpindahan kalor secara tertulis e-dukasi.net kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan, dan berdiskusi 3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor konduksi, konveksi dan radiasi Mempertanyakan Mempertanyakan tentang pengaruh kalor terhadap suhu, wujud, dan ukuran benda Mempertanyakan tentang azas Black dan perpindahan kalor Eksperimen/explorasi kelompok Tes Tes tertulis bentuk uraian tentang pemuaian, dan asas Black dan/atau pilihan ganda tentang perpindahan kalor dengan Alat kalorimeter kubus logam termometer stopwatch lilin batang logam alumunium, besi, tembaga, dan timah pada kehidupan sehari-hari Melakukan percobaan untuk cara konduksi pemanas air

129 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor menentukan kalor jenis logam Asosiasi Mengolah data percobaan kalor jenis logam dengan menggnakan kalorimeter dalam bentuk penyajian data, membuat grafik, menginterpretasi dan dan grafik, dan menyusun kesimpulan. Komunikasi Membuat laporan hasil eksperimen Menhkomunikasikan hasil percobaan dalam bentuk grafik dan konveksi

130 143 Lampiran 31 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS EKSPERIMEN) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Peminatan : M-IPA Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 1 x 3 JP (Pertemuan I) A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsive dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosisal dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. Kompetensi Dasar 3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari 4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor 2. Indikator a. Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer b. Mengubah skala suhu

131 144 C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer melalui proses mencoba 2. Siswa dapat mengubah skala suhu melalui proses diskusi D. Materi Pembelajaran Pengertian suhu Suhu menyatakan derajat panas suatu benda atau ukuran panas dinginnya suatu benda. Alat pengukur suhu Alat pengukur suhu disebut dengan termometer. Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat termometrik. Artinya, sifat-sifat benda tersebut dapat berubah jika ada perubahan suhu. Berdasarkan sifat ini, terdapat beberapa jenis termometer, yaitu: a. Termometer zat cair yang bekerja berdasarkan pemuaian zat yang dipanaskan b. Termometer bimetal yang bekerja berdasarkan pemuaian logam yang dipanaskan c. Termometer hambatan yang bekerja karena bertambahnya hambatan listrik jika kawat logamnya dipanaskan. Kemudian, akan terjadi pulsa-pulsa listrik yang menunjukkan suhu yang dikur d. Termokopel yang prinsipnya terjadi pemuaian dua logam karena ujungnya disentuhkan. Akibatnya timbullah gaya gerak listrik (GGL) dan inilah yang akan menunjukkan suhu suatu benda e. Pyrometer, merupakan alat ukur untuk suhu yang tinggi (500º C º C). Sementara itu, berdasarkan manfaat dan tempatnya ada beberapa jenis termometer, antara lain: a. Termometer Badan Sesuai dengan namanya, termometer ini digunakan untuk mengukur suhu badan seseorang. Termometer ini biasa disebut termometer klinis atau termometer demam. Skala pada termometer ini berkisar antara 34º C atau 35 º C sampai 42 º C. b. Termometer maksimum-minimum Termometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk mengukur perkiraan cuaca dan suhu kisaran di suatu daerah. Termometer ini disebut juga dengan termometer Six Belani. c. Termometer dinding Termometer ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu udara di ruangan atau biasa kita menyebutnya dengan nama suhu kamar. Skalanya berkisar antara - 50 º C sampai 50 º C. d. Termometer Batang Biasanya digunakan untuk mengukur suhu pada percobaanpercobaan di laboratorium. Termometer ada yang menggunakan

132 145 alcohol dan ada yang menggunakan air raksa. Skala termometer ini antara -10 º C sampai dengan 110 º C Penentuan skala suhu Saat melakukan pengukuran suhu dengan suatu termometer, kita memerlukan suatu acuan. Acuan ini ada didasarkan pada skala termometer. Skala ini mempunyai dua acuan, yakni titik didih dan titik beku air. Titik didih air dijadikan sebagai titik acuan atas, sedangkan titik beku air dijadikan titik acuan bawah. Kemudian, di antara keduanya dibagi dalam beberapa skala kecil. Beberapa ilmuwan telah menentukkan titik acuan dalam termometer. Skala yang mereka tentukan menjadi dasar penentuan skala suhu. Ilmuwan yang dimaksud anatara lain: a. Anders Celcius ( ) Ia membuat termometer dengan titik beku air pada skala 0 dan titik didih air pada skala 100. Termometer buatannya dikenal sebagai termometer Celcius dengan satuan suhu dalam derajat Celciu (ºC). Jadi, termometer celcius mempunyai titik bawah 0 C dan titik atasnya 100 C. b. Gabriel Daniel Fahrenheit ( ) Ia menetapkan titik beku air pada skala 32 sebagai titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212 sebagai titik acuan atas. Termometer hasil rancangannya disebut thermometer Fahreinheit dengan satuan suhu derajat Fahreinheit ( F). c. Antoine Ferchault de Reamur ( ) Termometer rancangannya disebut sebagai thermometer Reamur dengan titik acuan bawah 0 R dan titik acuan atas 80 R. d. Lord Kelvin ( ) Ia merancang thermometer yang dikenal sebagai thermometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan bawah 273 dan titik acuan atas 373. Skala satuan suhu thermometer ini dinyatakan dalam Kelvin (K). Berdasarkan penetapan dari ilmuwan-ilmuwan ini, kita dapat mengenal 4 macam skala (derajat) dalam suhu, yaitu Celcius ( C), Fahreinheit ( F), Reamur ( R), dan Kelvin (K).

133 146 Gambar. Skema skala suhu C, R, F, dan K Perbandingan keempat skala tersebut adalah: C : R : F : K = 100: 80 : 180 :100 = 5: 4: 9:1 E. Model/metode Pembelajaran 1. Model : Inkuiri terbimbing 2. Metode : Eksperimen, diskusi dan presentasi. F. Alat, dan bahan pembelajaran 1. Alat : Termometer, gelas, air panas, air dingin, air keran 2. Bahan : LKS, buku fisika, dan internet G. Langkah-langkah Kegiatan Indikator: 1. Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer 2. Mengubah skala suhu Deskripsi Kegiatan Pendahuluan/kegiatan awal : Apersepsi Guru mengucapkan salam, melakukan presensi, serta menyiapkan bahan ajar. Memaparkan peristiwa yang berkaitan dengan suhu di kehidupan sehari-hari. Apa yang kalian rasakan ketika berada di pegunungan pada malam hari? Lalu, apa yang kalian rasakan ketika berjalan dibawah terik matahari? Permasalahan Waktu 10 menit

134 147 Memberikan permasalahan kepada siswa. Apa yang menyebabkan perbedaan kedua peristiwa tersebut? Guru menyampaiakn tujuan pembelajaran Motivasi Merespon tanggapan siswa terhadap pertanyaan tersebut dan memberikan motivasi pada siswa untuk memberikan contoh lain yang berkaitan dengan konsep suhu. Kegiatan Inti : Eksplorasi Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengertian suhu Setelah siswa dapat menemukan jawabannya sendiri, guru mengajukan pertanyaan kembali,. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengukur suhu? Elaborasi Membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang ditulis dipapan tulis, diantaranya: a. Apakah tangan kita dapat menyatakan besarnya suhu air tersebut? b. Benda apa yang dapat digunakan untuk mengukur suhu? c. Apakah skala suhu yang tertera pada alat ukur tersebut dapat diubah ke skala suhu yang lain? Menuliskan jawaban siswa dipapan tulis yang akan digunakan sebagai hipotesis dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang (berdasarkan multiple intelligences & nilai-nilai karakter konservasi) Guru membagikan lembar kerja siswa & alat yang digunakan untuk kegiatan eksperimen Memberi penjelasan singkat sebelum siswa melakukan eksperimen Mempersilakan siswa untuk melakukan eksperimen Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan Setiap kelompok mengisi data melengkapi data-data yang ada di LKS sebagai laporan sementara secara kelompok. Guru meminta siswa membuat laporan secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya Konfirmasi Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil 5 menit 90 menit 20 menit

135 148 eksperimennya Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan hasil eksperimennya sendiri yang sudah dilaksanakan Memberikan penjelasan secara keseluruhan tentang eksperimen yang sudah dilaksanakan Kegiatan Penutup: Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil eksperimen dan menuliskannya dipapan tulis Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam 10 menit H. Instrumen Penilaian 1. Teknik Penilaian a. Tes tertulis Pretest Posttest b. Observasi Keterampilan kerja ilmiah Perpaduan antara multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi 2. Bentuk Instrumen a. Uraian b. Lembar observasi 3. Jenis tagihan Laporan eksperimen Semarang, 2 Maret2015 Mengetahui, Guru Fisika, Peneliti, Widiyorini, S.Pd Nur Hidayah NIP NIM

136 149 Lampiran 32 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS EKSPERIMEN) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Peminatan : M-IPA Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 1 x 3 JP (Pertemuan 2) A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsive dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosisal dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari 4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah 4.9 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor 2. Indikator 1. Mengamati pemuaian zat padat C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengamati pemuaian pada zat padat dengan menggunakan alat musschenbroek.

137 150 D. Materi Pembelajaran Pemuaian zat padat Jika suatu benda dipanaskan, benda tersebut akan memuai dan sebaliknya jika benda didinginkan akan menyusut. a. Pemuaian Panjang Sebuah batang yang panjangnya mula-mula L 0 pada suhu T 0 dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar ΔT. Akibatnya, panjang batang juga akan berubah (memuai) sebesar ΔL. Jika perubahan suhu ΔT tidak terlalu besar, ΔL berbanding lurus dengan ΔT. Secara matematis perubahan panjang zat padat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian panjang (m) = koefisien muai panjang ( C -1 ) = Panjang mula-mula (m) = Perubahan suhu ( C) b. Pemuaian Luas Jika zat padat berbentuk pelat (bidang) dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Dengan kata lain zat tersebut mengalami pemuaian luas. Besarnya pemuaian luas (ΔA) akan sebanding dengan perubahan suhu ΔT. Secara sistematis pemuaian luas zat padat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian luas (m 2 ) = koefisien muai luas ( 2. ) ( C -1 ) = Luas mula-mula (m 2 ) = Perubahan suhu ( C) c. Pemuaian Volume Peningkatan atau kenaikan suhu ternyata juga dapat menimbulkan pemuaian volume. Besarnya pemuaian volume (ΔV) berbanding lurus dengan perubahan suhu ΔT dan volume awal V 0. Secara matematis pemuaian volume dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian volume (m 3 ) = koefisien muai luas ( 3. ) ( C -1 ) = Luas mula-mula (m 3 ) = Perubahan suhu ( C) E. Model/metode Pembelajaran 1. Model : Inkuiri terbimbing 2. Metode : Eksperimen dan diskusi.

138 151 F. Alat, dan bahan pembelajaran 1. Alat : Musschenbroek 2. Bahan : Kapas, spirtus, korek, LKS, buku fisika, dan internet G. Langkah-langkah Kegiatan Indikator: 1. Menjelaskan pemuaian zat padat Deskripsi Kegiatan Pendahuluan/kegiatan awal : Apersepsi Guru mengucapkan salam, melakukan presensi, serta menyiapkan bahan ajar. Memaparkan peristiwa yang berkaitan dengan pemuaian di kehidupan sehari-hari. Apakah kalian pernah mengamati keadaan kabel listrik pada siang hari dan malam hari? Bagaimana keadaannya? Permasalahan Memberikan permasalahan kepada siswa. Apa yang menyebabkan kabel terlihat kendor pada siang hari dan terlihat kencang pada malam hari? Guru menyampaiakn tujuan pembelajaran Motivasi Merespon tanggapan siswa terhadap pertanyaan tersebut dan memberikan motivasi pada siswa untuk memberikan contoh lain yang berkaitan dengan konsep pemuaian zat padat. Kegiatan Inti : Eksplorasi Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengertian pemuaian Elaborasi Membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang ditulis dipapan tulis, diantaranya: a. Ada berapa macam pemuaian pada zat padat? b. Apa perbedaan diantara macam pemuaian pada zat padat tersebut? Menuliskan jawaban siswa dipapan tulis yang akan digunakan sebagai hipotesis dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang (berdasarkan multiple intelligences & nilai-nilai karakter konservasi) Guru membagikan lembar kerja siswa & alat yang Waktu 10 menit 5 menit 90 menit

139 152 digunakan untuk kegiatan eksperimen Memberi penjelasan singkat sebelum siswa melakukan eksperimen Mempersilakan siswa untuk melakukan eksperimen Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan Setiap kelompok mengisi data melengkapi data-data yang ada di LKS sebagai laporan sementara secara kelompok untuk langsung dikumpulkan Guru meminta siswa membuat laporan secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan selanjut ya Konfirmasi Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimennya Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan hasil eksperimennya sediri yang sudah dilaksanakan Memberikan penjelasan secara keseluruhan tentang eksperimen yang sudah dilaksanakan Kegiatan Penutup: Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil eksperimen dan menuliskannya dipapan tulis Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam 20 menit 10 menit

140 153 H. Instrumen Penilaian 1. Teknik Penilaian a. Tes tertulis Pretest Posttest b. Observasi Keterampilan kerja ilmiah Perpaduan antara multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi 2. Bentuk Instrumen a. Uraian b. Lembar observasi 2. Bentuk Tagihan Laporan eksperimen Demak, 2 Maret2015 Mengetahui, Guru Fisika, Peneliti, Widiyorini, S.Pd Nur Hidayah NIP NIM

141 154 Lampiran 33 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS KONTROL) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Peminatan : M-IPA Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 1 x 3 JP (Pertemuan I) A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsive dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosisal dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. Kompetensi Dasar 3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari 4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah 4.8 Merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor 2. Indikator a. Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer b. Mengubah skala suhu C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer melalui proses mencoba

142 Siswa dapat mengubah skala suhu melalui proses diskusi D. Materi Pembelajaran Pengertian suhu Suhu menyatakan derajat panas suatu benda atau ukuran panas dinginnya suatu benda. Alat pengukur suhu Alat pengukur suhu disebut dengan termometer. Termometer bekerja menggunakan bahan yang bersifat termometrik. Artinya, sifat-sifat benda tersebut dapat berubah jika ada perubahan suhu. Berdasarkan sifat ini, terdapat beberapa jenis termometer, yaitu: a. Termometer zat cair yang bekerja berdasarkan pemuaian zat yang dipanaskan b. Termometer bimetal yang bekerja berdasarkan pemuaian logam yang dipanaskan c. Termometer hambatan yang bekerja karena bertambahnya hambatan listrik jika kawat logamnya dipanaskan. Kemudian, akan terjadi pulsa-pulsa listrik yang menunjukkan suhu yang dikur d. Termokopel yang prinsipnya terjadi pemuaian dua logam karena ujungnya disentuhkan. Akibatnya timbullah gaya gerak listrik (GGL) dan inilah yang akan menunjukkan suhu suatu benda e. Pyrometer, merupakan alat ukur untuk suhu yang tinggi (500º C º C). Sementara itu, berdasarkan manfaat dan tempatnya ada beberapa jenis termometer, antara lain: a. Termometer Badan Sesuai dengan namanya, termometer ini digunakan untuk mengukur suhu badan seseorang. Termometer ini biasa disebut termometer klinis atau termometer demam. Skala pada termometer ini berkisar antara 34º C atau 35 º C sampai 42 º C. b. Termometer maksimum-minimum Termometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk mengukur perkiraan cuaca dan suhu kisaran di suatu daerah. Termometer ini disebut juga dengan termometer Six Belani. c. Termometer dinding Termometer ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu udara di ruangan atau biasa kita menyebutnya dengan nama suhu kamar. Skalanya berkisar antara - 50 º C sampai 50 º C. d. Termometer Batang Biasanya digunakan untuk mengukur suhu pada eksperimeneksperimen di laboratorium. Termometer ada yang menggunakan alcohol dan ada yang menggunakan air raksa. Skala termometer ini antara -10 º C sampai dengan 110 º C Penentuan skala suhu

143 156 Saat melakukan pengukuran suhu dengan suatu termometer, kita memerlukan suatu acuan. Acuan ini ada didasarkan pada skala termometer. Skala ini mempunyai dua acuan, yakni titik didih dan titik beku air. Titik didih air dijadikan sebagai titik acuan atas, sedangkan titik beku air dijadikan titik acuan bawah. Kemudian, di antara keduanya dibagi dalam beberapa skala kecil. Beberapa ilmuwan telah menentukkan titik acuan dalam termometer. Skala yang mereka tentukan menjadi dasar penentuan skala suhu. Ilmuwan yang dimaksud anatara lain: a. Anders Celcius ( ) Ia membuat termometer dengan titik beku air pada skala 0 dan titik didih air pada skala 100. Termometer buatannya dikenal sebagai termometer Celcius dengan satuan suhu dalam derajat Celciu (ºC). Jadi, termometer celcius mempunyai titik bawah 0 C dan titik atasnya 100 C. b. Gabriel Daniel Fahrenheit ( ) Ia menetapkan titik beku air pada skala 32 sebagai titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212 sebagai titik acuan atas. Termometer hasil rancangannya disebut thermometer Fahreinheit dengan satuan suhu derajat Fahreinheit ( F). c. Antoine Ferchault de Reamur ( ) Termometer rancangannya disebut sebagai thermometer Reamur dengan titik acuan bawah 0 R dan titik acuan atas 80 R. d. Lord Kelvin ( ) Ia merancang thermometer yang dikenal sebagai thermometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan bawah 273 dan titik acuan atas 373. Skala satuan suhu thermometer ini dinyatakan dalam Kelvin (K). Berdasarkan penetapan dari ilmuwan-ilmuwan ini, kita dapat mengenal 4 macam skala (derajat) dalam suhu, yaitu Celcius ( C), Fahreinheit ( F), Reamur ( R), dan Kelvin (K). Gambar. Skema skala suhu C, R, F, dan K

144 157 Perbandingan keempat skala tersebut adalah: C : R : F : K = 100: 80 : 180 :100 = 5: 4: 9:1 E. Model/metode Pembelajaran 1. Model : Inkuiri terbimbing 2. Metode : Eksperimen, diskusi, dan presentasi F. Alat, dan bahan pembelajaran 1. Alat : Termometer, gelas, air panas, air dingin, air keran 2. Bahan : LKS, buku fisika, dan internet G. Langkah-langkah Kegiatan Indikator: 1. Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer 2. Mengubah skala suhu Deskripsi Kegiatan Pendahuluan/kegiatan awal : Apersepsi Guru mengucapkan salam, melakukan presensi, serta menyiapkan bahan ajar. Memaparkan peristiwa yang berkaitan dengan suhu di kehidupan sehari-hari. Apa yang kalian rasakan ketika berada di pegunungan pada malam hari? Lalu, apa yang kalian rasakan ketika berjalan dibawah terik matahari? Permasalahan Memberikan permasalahan kepada siswa. Apa yang menyebabkan perbedaan kedua peristiwa tersebut? Guru menyampaiakn tujuan pembelajaran Motivasi Merespon tanggapan siswa terhadap pertanyaan tersebut dan memberikan motivasi pada siswa untuk memberikan contoh lain yang berkaitan dengan konsep suhu. Kegiatan Inti : Eksplorasi Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengertian suhu Setelah siswa dapat menemukan jawabannya sendiri, guru mengajukan pertanyaan kembali,. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengukur suhu? Elaborasi Waktu 15 menit 5 menit

145 158 Membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang ditulis dipapan tulis, diantaranya: d. Apakah tangan kita dapat menyatakan besarnya suhu? e. Benda apa yang dapat digunakan untuk mengukur suhu? f. Apakah skala suhu dapat diubah ke skala suhu yang lain? Menuliskan jawaban siswa dipapan tulis yang akan digunakan sebagai hipotesis dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen Guru membagikan lembar kerja siswa & alat yang digunakan untuk kegiatan eksperimen Memberi penjelasan singkat sebelum siswa melakukan eksperimen Mempersilakan siswa untuk melakukan eksperimen Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah eksperimen. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui eksperimen Setiap kelompok mengisi data melengkapi data-data yang ada di LKS sebagai laporan sementara secara kelompok untuk langsung dikumpulkan Guru meminta siswa membuat laporan secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya Konfirmasi Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimennya Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan hasil eksperimennya sediri yang sudah dilaksanakan Memberikan penjelasan secara keseluruhan tentang eksperimen yang sudah dilaksanakan Kegiatan Penutup: Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil eksperimen dan menuliskannya dipapan tulis Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam 70 menit 35 menit 10 menit

146 159 I. Instrumen Penilaian 1. Teknik Penilaian a. Tes tertulis Pretest Posttest b. Observasi Keterampilan kerja ilmiah Perpaduan antara multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi 2. Bentuk Instrumen a. Uraian b. Lembar observasi 3. Jenis tagihan Laporan eksperimen Semarang, 2 Maret2015 Mengetahui, Guru Fisika, Peneliti, Widiyorini, S.Pd Nur Hidayah NIP NIM

147 160 Lampiran 34 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS EKSPERIMEN) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Demak Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/Dua Peminatan : M-IPA Materi Pokok : Suhu dan Pemuaian Alokasi Waktu : 1 x 3 JP (Pertemuan 2) A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsive dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosisal dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari 4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah 4.9 Merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor 2. Indikator 1. Mengamati pemuaian zat padat C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengamati pemuaian pada zat padat dengan menggunakan alat musschenbroek. D. Materi Pembelajaran

148 161 Pemuaian zat padat Jika suatu benda dipanaskan, benda tersebut akan memuai dan sebaliknya jika benda didinginkan akan menyusut. a. Pemuaian Panjang Sebuah batang yang panjangnya mula-mula L 0 pada suhu T 0 dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar ΔT. Akibatnya, panjang batang juga akan berubah (memuai) sebesar ΔL. Jika perubahan suhu ΔT tidak terlalu besar, ΔL berbanding lurus dengan ΔT. Secara matematis perubahan panjang zat padat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian panjang (m) = koefisien muai panjang ( C -1 ) = Panjang mula-mula (m) = Perubahan suhu ( C) b. Pemuaian Luas Jika zat padat berbentuk pelat (bidang) dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Dengan kata lain zat tersebut mengalami pemuaian luas. Besarnya pemuaian luas (ΔA) akan sebanding dengan perubahan suhu ΔT. Secara sistematis pemuaian luas zat padat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian luas (m 2 ) = koefisien muai luas ( 2. ) ( C -1 ) = Luas mula-mula (m 2 ) = Perubahan suhu ( C) c. Pemuaian Volume Peningkatan atau kenaikan suhu ternyata juga dapat menimbulkan pemuaian volume. Besarnya pemuaian volume (ΔV) berbanding lurus dengan perubahan suhu ΔT dan volume awal V 0. Secara matematis pemuaian volume dituliskan sebagai berikut: Keterangan: = Pemuaian volume (m 3 ) = koefisien muai luas ( 3. ) ( C -1 ) = Luas mula-mula (m 3 ) = Perubahan suhu ( C) E. Model/metode Pembelajaran 1. Model : Inkuiri terbimbing 2. Metode : Eksperimen, diskusi, dan presentasi

149 162 F. Alat, dan bahan pembelajaran 1. Alat : Musschenbroek 2. Bahan : Kapas, spirtus, korek, LKS, buku fisika, dan internet G. Langkah-langkah Kegiatan Indikator: 1. Menjelaskan pemuaian zat padat Deskripsi Kegiatan Pendahuluan/kegiatan awal : Apersepsi Guru mengucapkan salam, melakukan presensi, serta menyiapkan bahan ajar. Memaparkan peristiwa yang berkaitan dengan pemuaian di kehidupan sehari-hari. Apakah kalian pernah mengamati keadaan kabel listrik pada siang hari dan malam hari? Bagaimana keadaannya? Permasalahan Memberikan permasalahan kepada siswa. Apa yang menyebabkan kabel terlihat kendor pada siang hari dan terlihat kencang pada malam hari? Guru menyampaiakn tujuan pembelajaran Motivasi Merespon tanggapan siswa terhadap pertanyaan tersebut dan memberikan motivasi pada siswa untuk memberikan contoh lain yang berkaitan dengan konsep pemuaian zat padat. Kegiatan Inti : Eksplorasi Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengertian pemuaian Elaborasi Membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang ditulis dipapan tulis, diantaranya: c. Ada berapa macam pemuaian pada zat padat? d. Apa perbedaan diantara macam pemuaian pada zat padat tersebut? Menuliskan jawaban siswa dipapan tulis yang akan digunakan sebagai hipotesis dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen Guru membagikan lembar kerja siswa & alat yang digunakan untuk kegiatan eksperimen Memberi penjelasan singkat sebelum siswa melakukan Waktu 15 menit 5 menit 70 menit

150 163 eksperimen Mempersilakan siswa untuk melakukan eksperimen Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah eksperimen. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui eksperimen Setiap kelompok mengisi data melengkapi data-data yang ada di LKS sebagai laporan sementara secara kelompok untuk langsung dikumpulkan Guru meminta siswa membuat laporan secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan selanjut ya Konfirmasi Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimennya Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan atau menyampaikan hasil eksperimennya sediri yang sudah dilaksanakan Memberikan penjelasan secara keseluruhan tentang eksperimen yang sudah dilaksanakan Kegiatan Penutup: Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil eksperimen dan menuliskannya dipapan tulis Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam 35 menit 10 menit

151 164 I. Instrumen Penilaian 1. Teknik Penilaian a. Tes tertulis Pretest Posttest b. Observasi Keterampilan kerja ilmiah Perpaduan antara multiple intelligences dan nilai-nilai karakter konservasi 2. Bentuk Instrumen a. Uraian b. Lembar observasi 3. Bentuk Tagihan Laporan eksperimen Demak, 2 Maret2015 Mengetahui, Guru Fisika, Peneliti, Widiyorini, S.Pd Nur Hidayah NIP NIM

152 Lampiran Sekolah Menengah Atas Nama Anggota Kelompok: Kelas : Semester Genap Materi: Suhu dan Pengukurannya Penyusun : Nur Hidayah Universitas Negeri Semarang

153 166 Lembar Kerja Siswa 1 Suhu dan Pengukurannya A. Tujuan 1. Mengetahui perbedaan mengukur suhu menggunakan tangan dan mengukur suhu menggunakan termometer 2. Mengubah skala suhu B. Fenomena dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan benda-benda. Kalau kita cermati, apabila kita memegang benda kita akan merasakan sesuatu, misalnya saja jika kita memegang air dingin, tangan akan merasakan dingin. Sebaliknya, jika memegang air panas, tangan akan merasakan panas. B. Permasalahan D. Hipotesis E. Alat dan Bahan Termometer, Gelas (3 buah), Air panas, Air dingin, Air keran

154 167 Mengukur suhu menggunakan tangan Uraian cara kerja: Mengukur suhu menggunakan termometer Uraian cara kerja:

155 168 G. Tabel Pengamatan Tabel 1. Mengukur suhu menggunakan tangan No. Benda Apa yang dirasakan tanganmu 1. Air panas 2. Air dingin 3. Air keran Tabel 2. Mengukur suhu menggunakan No. Benda Termometer (ºC) 1. Air panas 2. Air dingin 3. Air keran H. Pertanyaan 1. Apakah kamu merasa gelas yang berisi air dingin, air keran, dan air hangat memiliki suhu yang berbeda? Jawab : Setelah memegang air panas dan air dingin, apakah kamu merasa gelas yang berisi air keran memiliki suhu yang berbeda? Jawab : Apakah kamu bisa menentukan dengan pasti suhu suatu benda tanpa menggunakan alat ukur suhu? Mengapa? Jawab : Ketika mengukur suhu dengan menggunakan termometer, apakah hasil pengukurannya pasti? Mengapa? Jawab : Suhu badan Rina adalah 30ºC. Berapakah suhunya bila suhu tersebut diukur menggunakan termometer skala: a. Reamur b. Fahrenheit c. Kelvin Jawab : Suhu kelas ini adalah 50ºF. Berapakah suhunya bila suhu tersebut diukur menggunakan termometer skala: a. Celcius b. Reamur c. Kelvin Jawab:

156 169 I. Kesimpulan Tuliskan kembali simpulan-simpulan yang telah kalian buat dan sesuaikan dengan tujuan eksperimen!

157 Lampiran Sekolah Menengah Atas Nama Anggota Kelompok: Materi: Pemuaian Zat Padat Penyusun : Nur Hidayah Universitas Negeri Semarang Kelas :

158 171 Lembar Kerja Siswa 2 Pemuaian Zat Padat A. Tujuan 1. Mengamati pemuaian zat padat B. Fenomena dalam kehidupan sehari-hari Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan benda-benda. Kalau kita cermati, apabila kita melihat kabel disiang hari dengan suhu yang panas maka kabel akan meregang, dan ketika dimalam hari dengan suhu yang dingin maka kabel akan menyusut C. Permasalahan D. Hipotesis E. Alat dan Bahan - Musschenbroek, Spirtus, Kapas dan Korek.

159 172 F. Cara Kerja Mengamati pemuaian zat padat Uraian cara kerja:

160 173 G. Tabel Pengamatan Tabel 1. Mengamati pemuaian zat padat No. Jenis Logam Posisi sebelum dipanaskan Posisi setelah dipanaskan 1. Alumunium 2. Kuningan 3. Besi H. Pertanyaan 1. Setelah logam dipanaskan, apakah jarum-jarum penunjuk bergerak? Jawab : Bagaimana kecepatan jarum dari masing-masing logam terhadap panas yang diberikan? Jawab : Urutkan jenis logam yang mempunyai penyimpangan paling jauh ke yang paling dekat! Jawab : Menurut pendapat kalian, apa artinya gerakan jarum penunjuk itu? Jawab : I. Kesimpulan Tuliskan kembali simpulan-simpulan yang telah kalian buat dan sesuaikan dengan tujuan eksperimen!

161 174 Lampiran 37 KISI-KISI KUESIONER Kisi-kisi Kuesioner Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi No. Perpaduan antara Multiple Intelligences dengan Nilai-nilai Karakter Konservasi Nomor Jumlah Soal 1 Kecerdasan Linguistik dan Santun 1,5,9,13, Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas) 2,6,10,14, Kecerdasan Kinestetik & Tangguh 3,7,11,15, Kecerdasan Interpersonal & Toleran 4,812,16,20 5 Jumlah Butir 20

162 175 Lampiran 38 LEMBAR KUESIONER PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI Nama : Kelas : No : Hari/tanggal : Petunjuk: 1. Pada kuesioner berikut terdapat 20 butir pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap pertanyaan. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu! 2. Pertimbangkan setiap pertanyaan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jangan terpengaruh oleh jawaban terhadap pertanyaan lain maupun orang lain! 3. Catat tanggapan kamu pada kolom yang tersedia dengan memberikan tanda check ( ) sesuai keterangan pilihan jawaban: SS = Sangat setuju S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju No STS = Sangat Tidak Setuju Pernyataan 1 Saya sering menggunakan bahasa baku ketika mengerjakan tugas dan ulangan 2 Saya dapat menghitung angka di luar kepala dengan mudah. 3 Saya berusaha belajar keras mendapatkan ilmu yang disampaikan guru. 4 Saya menghargai pendapat orang lain yang bertentangan dengan saya. 5 Saya mengucapkan kata-kata yang sopan agar tidak menyinggung perasaan orang lain. 6 Saya senang bermain game atau memecahkan teka-teki yang menuntut penalaran logis. 7 Ketika mengalami kegagalan, saya tidak mudah putus asa. 8 Saya bersahabat dengan siapapun, tidak memandang suku, etnis ataupun agama. 9 Saya menyampaikan gagasan dengan kata-kata yang lancar dan bermakna 10 Saya senang membuat eksperimen bermuatan Jawaban SS S KS TS STS

163 fisika untuk memperdalam ilmu. 11 Saya tidak mudah terpengaruh bujukan orang lain, apabila saya menganggap yang saya yakini adalah benar. 12 Saya berkeyakinan bahwa rukun dalam sebuah perbedaan akan membangun sebuah kehidupan yang tenteram. 13 Saya menuangkan ide gagasan dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain. 14 Dapat memecahkan soal-soal hitungan adalaha hal yang menyenangkan bagi saya. 15 Saya tidak berlarut-larut dalam kesedihan, tetapi saya berusaha dengan keras upaya untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap ketidak berhasilan. 16 Saya senang berkumpul dan berorganisasi. 17 Saya berbicara dengan suara yang jelas dan bahasa yang mudah dipahami. 18 Saya senang mencari tahu tentang gejala-gejala fisika yang terjadi di lingkungan sekitar. 19 Saya tidak pernah menyalahkan orang lain atas kegagalan yang saya alami. 20 Jika menghadapi masalah, saya meminta pertolongan orang lain. 176

164 177 Lampiran 39 No A B C D E Aspek yang diamati Merumuskan masalah Membuat hipotesis Merancang percobaan Melakukan percobaan Mengumpulk an data Skor RUBRIK PENSKORAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DALAM KEGIATAN EKSPERIMEN Indikator 4 Dapat membuat pertanyaan yang mengarah ke penyelidikan tanpa bantuan guru 3 Dapat membuat pertanyaan yang mengarah ke penyelidikan dengan bantuan guru 2 Dapat membuat pertanyaan yang mengarah ke penyelidikan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat membuat pertanyaan yang mengarah ke penyelidikan 4 Dapat membuat hipotesis yang mengarah pada hasil penyelidikan tanpa bantuan guru 3 Dapat membuat hipotesis yang mengarah pada hasil penyelidikan dengan bantuan guru 2 Dapat membuat hipotesis yang mengarah pada hasil penyelidikan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat membuat hipotesis yang mengarah pada hasil penyelidikan 4 Menyusun langkah percobaan dengan benar tanpa bantuan guru 3 Menyusun langkah percobaan dengan benar dengan bantuan guru 2 Menyusun langkah percobaan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat menyusun langkah percobaan 4 Dapat melakukan percobaan sesuai dengan langkah percobaan yang telah disusun tanpa bantuan guru 3 Dapat melakukan percobaan sesuai dengan langkah percobaan yang telah disusun dengan bantuan guru 2 Dapat melakukan percobaan sesuai dengan langkah percobaan yang telah disusun tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat melakukan percobaan 4 Menuliskan semua data hasil percobaan dengan benar tanpa bantuan guru 3 Menuliskan semua data hasil percobaan dengan benar dan dengan bantuan guru 2 Menuliskan semua data hasil percobaan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat menuliskan data hasil percobaan sama sekali

165 178 F G H Menganalisis data Membuat kesimpulan Mengkomuni kasikan hasil 4 Mengolah semua data hasil percobaan dengan benar tanpa bantuan guru 3 Mengolah semua data hasil percobaan dengan benar dan dengan bantuan guru 2 Mengolah semua data hasil percobaan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat mengolah data hasil percobaan sama sekali 4 Dapat membuat kesimpulan dengan benar tanpa bantuan guru 3 Dapat membuat kesimpulan dengan benar melalui bimbingan guru 2 Dapat membuat kesimpulan tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil 4 Dapat membuat laporan hasil eksperimen dengan benar tanpa bantuan guru 3 Dapat membuat laporan hasil eksperimen dengan benar melalui bimbingan guru 2 Dapat membuat laporan hasil eksperimen tetapi masih ada kesalahan 1 Tidak dapat membuat laporan berdasarkan eksperimen

166 179 Lampiran 40 LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA Sekolah : Materi : Kelas/Semester : Hari/tanggal : No Kelompok Kode 1 2 I II III IV V Kriteria Penilaian Mengkom Merumuskan Membuat Merancang Melakukan Mengumpul Mengana Membuat unikasikan masalah hipotesis percobaan percobaan kan data lisis data kesimpulan hasil

167 VI VII VIII IX X Observer Savira Nugraheni

168 181 Lampiran 41 ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELOMPOK EKSPERIMEN PERTEMUAN I N0. Nama Nilai A B C D E F G H Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Jml Skor Nilai % Ket Ketuntasan 1 E Baik Tuntas 2 E Baik Tuntas 3 E Baik Tuntas 4 E Baik sekali Tuntas 5 E Baik Tuntas 6 E Baik Tuntas 7 E Baik Tuntas 8 E Baik Tuntas 9 E Baik Tuntas 10 E Baik Tuntas 11 E Baik tidak tuntas 12 E Baik tidak tuntas 13 E Baik tidak tuntas 14 E Baik Tuntas 15 E Kurang tidak tuntas 16 E Baik Tuntas 17 E Baik tidak tuntas 18 E Baik tidak tuntas 19 E Baik Tuntas 20 E Kurang tidak tuntas 21 E Cukup tidak tuntas 22 E Baik Tuntas 23 E Baik Tuntas 24 E Baik sekali Tuntas 25 E Baik tidak tuntas 26 E Baik Tuntas 27 E Baik Tuntas 28 E Baik Tuntas 29 E Cukup tidak tuntas 30 E Baik Tuntas 31 E Cukup tidak tuntas 32 E Cukup tidak tuntas 33 E Cukup tidak tuntas 34 E Cukup tidak tuntas 35 E Baik tuntas 36 E Cukup tidak tuntas 37 E Baik tuntas 38 E Cukup tidak tuntas 39 E Cukup tidak tuntas Jumlah Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 22 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 17 Rata-rata kelas = 70 Ketuntasan klasikal = 56%

169 182 Lampiran 42 ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELOMPOK KONTROL PERTEMUAN I No. Nama Nilai A B C D E F G H Jml Skor Nilai % Ket Ketuntasan Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor 1 E Cukup tidak tuntas 2 E Baik tuntas 3 E Cukup tidak tuntas 4 E Baik tuntas 5 E Baik tidak tuntas 6 E Baik tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik tuntas 9 E Baik tidak tuntas 10 E Cukup tidak tuntas 11 E Baik tuntas 12 E Baik tuntas 13 E Baik tuntas 14 E Kurang tidak tuntas 15 E Cukup tidak tuntas 16 E Baik tidak tuntas 17 E Baik tidak tuntas 18 E Baik tuntas 19 E Baik tidak tuntas 20 E Kurang tidak tuntas 21 E Baik tidak tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik tidak tuntas 24 E Baik tidak tuntas 25 E Baik tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Cukup tidak tuntas 28 E Cukup tidak tuntas 29 E Cukup tidak tuntas 30 E Baik tidak tuntas 31 E Baik tuntas 32 E Baik sekali tuntas 33 E Baik tuntas 34 E Baik tuntas 35 E Baik tuntas 36 E Baik tuntas 37 E Baik tidak tuntas

170 E Kurang tidak tuntas 39 E Gagal tidak tuntas 40 E Kurang tidak tuntas Jumlah Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 18 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 22 Rata-rata kelas = 68 Ketuntasan klasikal = 45%

171 184 Lampiran 43 No. ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELOMPOK EKSPERIMEN PERTEMUAN II Nama Nilai A B C D E F G H Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Jml Skor Nilai % Ket Ketuntasan 1 E Baik sekali Tuntas 2 E Baik sekali Tuntas 3 E Baik sekali Tuntas 4 E Baik sekali Tuntas 5 E Baik sekali Tuntas 6 E Baik sekali Tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Baik sekali tuntas 11 E Baik sekali tuntas 12 E Baik sekali tuntas 13 E Baik sekali tuntas 14 E Baik sekali tuntas 15 E Baik tuntas 16 E Baik sekali tuntas 17 E Baik sekali tuntas 18 E Baik sekali tuntas 19 E Baik sekali tuntas 20 E Baik sekali tuntas 21 E Baik sekali tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik tuntas 24 E Baik sekali tuntas 25 E Baik sekali tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Baik sekali tuntas 28 E Baik tuntas 29 E Baik sekali tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik sekali tuntas 33 E Baik tuntas 34 E Baik tidak tuntas 35 E Baik sekali tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik sekali tuntas 39 E Baik sekali tuntas

172 185 Jumlah Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 38 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 1 Rata-rata kelas = 82 Ketuntasan klasikal = 97%

173 186 Lampiran 44 ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELOMPOK KONTROL PERTEMUAN II No. Nama Nilai Jml Nilai A B C D E F G H Skor % Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Ket Ketuntasan 1 E Baik tidak tuntas 2 E Baik sekali tuntas 3 E Cukup tidak tuntas 4 E Baik sekali tuntas 5 E Baik sekali tuntas 6 E Baik sekali tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Baik tuntas 11 E Baik sekali tuntas 12 E Baik sekali tuntas 13 E Baik sekali tuntas 14 E Cukup tidak tuntas 15 E Cukup tidak tuntas 16 E Baik tidak tuntas 17 E Baik tidak tuntas 18 E Baik sekali tuntas 19 E Baik sekali tuntas 20 E Kurang tidak tuntas 21 E Baik sekali tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik tuntas 24 E Baik sekali tuntas 25 E Baik sekali tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Kurang tidak tuntas 28 E Baik tidak tuntas 29 E Baik tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik tuntas 33 E Baik sekali tuntas 34 E Baik tuntas 35 E Baik sekali tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik tuntas 39 E Cukup tidak tuntas 40 E Baik tidak tuntas Jumlah Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 29 Rata-rata kelas = 78 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 11 Ketuntasan klasikal = 73%

174 187 Lampiran 45 UJI GAIN <g> PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA Rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pertemuan I Pertemuan II Interval factor <g> (<g>) 0,7 Interpretasi Tinggi (0,7) > (<g>) 0,3 Sedang (<g>) < 0,3 Rendah Kelas Eksperimen: Kelas Kontrol: <g> = 0.43 (sedang) <g> = 0.31 (sedang)

175 188 Lampiran 46 UJI NORMALITAS DATA EKSPERIMEN I KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELAS EKSPERIMEN Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 84 Nilai minimal = 53 Rentang nilai (R) = = 31 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 39 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 31/6 = = 5 Kelas Batas Kelas Z utk batas kelas Peluang Z Luas kls. Untuk Z ( ) X 2 = Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

176 189 Lampiran 47 UJI NORMALITAS DATA EKSPERIMEN II KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELAS EKSPERIMEN Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 94 Nilai minimal = 69 Rentang nilai (R) = = 25 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 39 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 25/6 = = 4 Kelas Z utk Luas ( ) Batas Peluang batas kls. Kelas Z kelas Untuk Z X 2 = 6.93 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

177 190 Lampiran 48 UJI NORMALITAS DATA EKSPERIMEN I KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELAS KONTROL Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 81 Nilai minimal = 44 Rentang nilai (R) = = 37 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 40 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 37/6 = = 6 Kelas Z utk Luas ( ) Batas Peluang batas kls. Kelas Z kelas Untuk Z X 2 = Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

178 191 Lampiran 49 UJI NORMALITAS DATA EKSPERIMEN II KETERAMPILAN KERJA ILMIAH KELAS KONTROL Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria: Ho diterima jika < tabel Pengujian Hipotesis: Nilai maksimal = 97 Nilai minimal = 47 Rentang nilai (R) = = 50 Banyaknya kelas (k) = 1 + 1,33 log 40 = = 6 kelas Panjang kelas (P) = 50/6 = 8.33 = 8 Kelas Z utk Luas ( ) Batas Peluang batas kls. Kelas Z kelas Untuk Z X 2 = 2.21 Untuk α = 5%, dengan dk = 6-3 = 2 diperoleh X² tabel = 7.81 Karena x 2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

179 192 Lampiran 50 LEMBAR OBSERVASI PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI SISWA Sekolah : Materi : Kelas/Semester : Hari/tanggal : 1. Kecerdasan Linguistik dan Santun No Kelompok Kode I II III IV V VI VII VIII Aspek yang diamati A B C D

180 Kterangan: IX X Skor: A B C D dipahami = Berbicara dengan suara yang jelas dan bahasa yang mudah = Aktif berbicara mengenai percobaan yang dilakukan = Berbicara dengan tidak menyinggung perasaan orang lain = Berbicara dengan lancar, jelas, dan mudah dipahami 4 : Selalu 2: Jarang 3 : Sering 1:Tidak Pernah 2. Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas) No Kelompok Kode I II III IV V Aspek yang diamati A B C D

181 Keterangan : VI VII VIII IX X Skor: A B C D = Senang melaksanakan eksperimen untuk memperdalam ilmu = Menulis data hasil percobaan sesuai dengan yang didapatkannya = Berusaha mencari tahu data yang diperlukan = Menganalisis data hasil percobaan dengan logis dan benar 4 : Selalu 2: Jarang 3 : Sering 1:Tidak Pernah 3. Kecerdasan Kinestetik & Tangguh No Kelompok Kode I II 9 III 10 Aspek yang diamati A B C D

182 Keterangan : IV V VI VII VIII IX X Skor: A B = Berpartisipasi aktif mengumpulkan data percobaan = Tidak mudah putus asa melakukan percobaan 4 : Selalu 2: Jarang 3 : Sering 1:Tidak Pernah C D = Berusaha mengumpulkan data percobaan sendiri, tanpa bertanya dengan kelompok lain. = Berusaha belajar keras mendapatkan ilmu yang didapat dari eksperimen 4. Kecrdasan Interpersonal & Toleran No Kelompok Kode Aspek yang diamati A B C D

183 Keterangan : I II III IV V VI VII VIII IX X Skor: A B = Dapat bekerjasama dengan sesama anggota kelompok = Menghargai perbedaan pendapat orang lain 4 : Selalu 2: Jarang 3 : Sering 1:Tidak Pernah

184 197 C D = Tidak mengganggu teman dan tidak menimbulkan keributan = Dapat mengendalikan diri dalam mengikuti pelajaran.

185 198 Lampiran 51 ANALISIS PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI SISWA KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN I No. Nama Kecerdasan Linguistik & Santun Kecerdasan Logismatematis (Cerdas) Nilai Kecerdasan Kinestetik & Tangguh Kecerdasan Interpersonal & Toleran A B C D A B C D A B C D A B C D Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Jml Skor Nilai % Ket Ketuntasan 1 E Kurang tidak tuntas 2 E Baik sekali tuntas 3 E Cukup tidak tuntas 4 E Baik sekali tuntas 5 E Baik sekali tuntas 6 E Baik sekali tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Cukup tidak tuntas 11 E Baik sekali Tuntas 12 E Baik sekali Tuntas 13 E Baik sekali Tuntas 14 E Baik tidak tuntas 15 E Baik tidak tuntas 16 E Baik Tuntas 17 E Baik Tuntas 18 E Baik sekali tuntas

186 E Baik tuntas 20 E Baik sekali tuntas 21 E Baik tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik sekali tuntas 24 E Baik sekali tuntas 25 E Baik tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Baik tidak tuntas 28 E Baik tidak tuntas 29 E Baik tidak tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik sekali tuntas 33 E Baik sekali tuntas 34 E Baik tuntas 35 E Baik sekali tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik tuntas 39 E Baik tidak tuntas Jumlah Jumlah total Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 30 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 9 Rata-rata kelas = 79 Ketuntasan klasikal = 77%

187 200 Lampiran 52 ANALISIS PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI SISWA KELAS KONTROL PERTEMUAN I No. Nama Kecerdasan Linguistik dan Santun Kecerdasan Logismatematis (Cerdas) Nilai Kecerdasan Kinestetik & Tangguh Kecerdasan Interpersonal & Toleran A B C D A B C D A B C D A B C D Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Jml Skor Nilai % Ket Ketuntasan 1 E Baik tidak tuntas 2 E Baik sekali tuntas 3 E Baik sekali tuntas 4 E Baik sekali tuntas 5 E Baik sekali tuntas 6 E Baik sekali tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Baik tidak tuntas 11 E Baik sekali tuntas 12 E Baik sekali tuntas 13 E Baik tuntas 14 E Baik sekali tuntas 15 E Baik tidak tuntas 16 E Baik sekali tuntas 17 E Baik tuntas 18 E Baik tuntas

188 E Baik tuntas 20 E Cukup tidak tuntas 21 E Baik tidak tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik sekali tuntas 24 E Baik tidak tuntas 25 E Baik tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Baik sekali tuntas 28 E Baik tuntas 29 E Baik tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik tuntas 33 E Baik sekali tuntas 34 E Baik tuntas 35 E Cukup tidak tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik tidak tuntas 39 E Baik tidak tuntas 40 E Cukup tidak tuntas Jumlah Jumlah total Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 30 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 10 Rata-rata kelas = 78 Ketuntasan klasikal = 75%

189 202 Lampiran 53 ANALISIS PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI SISWA KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN II Nilai No. Nama Kecerdasan Linguistik dan Kecerdasan Logismatematis (Cerdas) Tangguh & Toleran Skor % Kecerdasan Kinestetik & Kecerdasan Interpersonal Jml Nilai Santun A B C D A B C D A B C D A B C D Ket Ketuntasan Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor 1 E Baik tuntas 2 E Baik sekali tuntas 3 E Baik sekali tuntas 4 E Baik sekali tuntas 5 E Baik sekali tuntas 6 E Baik sekali tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Baik tuntas 11 E Baik sekali tuntas 12 E Baik sekali tuntas 13 E Baik sekali tuntas 14 E Baik sekali tuntas 15 E Baik sekali tuntas 16 E Baik tuntas 17 E Baik sekali tuntas 18 E Baik sekali tuntas 19 E Baik sekali tuntas 20 E Baik sekali tuntas

190 E Baik tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik sekali tuntas 24 E Baik sekali tuntas 25 E Baik tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Baik tuntas 28 E Baik tuntas 29 E Baik tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik sekali tuntas 33 E Baik sekali tuntas 34 E Baik tuntas 35 E Baik sekali tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik tuntas 39 E Baik tidak tuntas Jumlah Jumlah total Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 38 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 1 Rata-rata kelas = 84 Ketuntasan klasikal = 97%

191 204 Lampiran 54 ANALISIS PERPADUAN ANTARA MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI SISWA KELAS KONTROL PERTEMUAN II Nilai No. Nama Kecerdasan Linguistik dan Kecerdasan Logismatematis (Cerdas) Tangguh & Toleran Kecerdasan Kinestetik & Kecerdasan Interpersonal Jml Nilai Santun Skor % A B C D A B C D A B C D A B C D Ket Ketuntasan Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor 1 E Baik sekali tuntas 2 E Baik sekali tuntas 3 E Baik sekali tuntas 4 E Baik sekali tuntas 5 E Baik sekali tuntas 6 E Baik sekali tuntas 7 E Baik sekali tuntas 8 E Baik sekali tuntas 9 E Baik sekali tuntas 10 E Baik tuntas 11 E Baik sekali tuntas 12 E Baik sekali tuntas 13 E Baik sekali tuntas 14 E Baik sekali tuntas 15 E Baik tuntas 16 E Baik sekali tuntas 17 E Baik sekali Tuntas 18 E Baik Tuntas 19 E Baik tuntas

192 E Cukup tidak tuntas 21 E Baik tuntas 22 E Baik sekali tuntas 23 E Baik sekali tuntas 24 E Baik tuntas 25 E Baik sekali tuntas 26 E Baik sekali tuntas 27 E Baik sekali tuntas 28 E Baik tuntas 29 E Baik tuntas 30 E Baik sekali tuntas 31 E Baik sekali tuntas 32 E Baik tuntas 33 E Baik sekali tuntas 34 E Baik sekali tuntas 35 E Baik tidak tuntas 36 E Baik sekali tuntas 37 E Baik sekali tuntas 38 E Baik tidak tuntas 39 E Baik tuntas 40 E Cukup tidak tuntas Jumlah Jumlah total Nilai Jumlah siswa yang tuntas = 36 Jumlah siswa yang tidak tuntas = 4 Rata-rata kelas = 80 Ketuntasan klasikal = 90%

193 206 Lampiran 55 FOTO PENELITIAN Gambar 1. Siswa melaksanakan pre test Gambar 2. Peneliti memberikan pengarahan kepada siswa 206

194 207 Gambar 3. Siswa melakukan persiapan eksperimen Gambar 4. Siswa melakukan eksperimen

195 208 Gambar 5. Siswa mulai mengerjakan LKS Gambar 6. Siswa melaksanakan post test

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 4 (2) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENERAPKAN NILAI-NILAI KARAKTER KONSERVASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... halaman i ii iii iv vi x xiii xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ELASTISITAS KELAS X SMA NEGERI 2 SIDOARJO Jufita Ratnasari, Wasis Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Vivi Nida Azizah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Vivi Nida Azizah PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM (PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, MENYENANGKAN) DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

Lebih terperinci

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI TEKNIK FISHBONE DIAGRAM DAN CONCEPT MAPPING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ (1) (2012) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENERAPAN MODEL KOOPERATIFGROUP INVESTIGATION BERBASIS EKSPERIMEN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan,

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) merupakan usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( )

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( ) PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SD DI-GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS SKRIPSI disusun

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju arah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi membantu siswa dalam perkembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : DEWI KUSUMA WATI K7412050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Marthina 1), Pentatito Gunowibowo 2), Arnelis Djalil 2) marthinajayasironi@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Prezi Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Kognitif Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1 Cawas Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015 SKRIPSI Oleh: Rian Ari

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD PALIYAN II GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI 3 TIPARKIDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan dan Pengesahan

Lembar Persetujuan dan Pengesahan Lembar Persetujuan dan Pengesahan PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN SOFTWARE MATLAB SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MINAT BELAJAR SISWA SMA Oleh: Hendra Kartika 1101142 Disetujui

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING GUNA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA 1 PENGARUH IRINGAN MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PENYELESAIAAN SOAL MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Maya Anggraini, Gimin Suyadi, Nurhanurawati Pendidikan Matematika, Universitas Lampung

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN INQUIRY

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN INQUIRY EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN INQUIRY (INKUIRI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 4 SEMESTER II SD NEGERI KALONGAN 02, 04 UNGARAN TIMUR Skripsi Untuk memperoleh

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu. Berbagai tantangan bebas bermunculan dari beberapa sudut dunia menuntut untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING-PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI SD GUGUS HASANUDIN SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YUNITA RAHMAWATI K

SKRIPSI. Oleh: YUNITA RAHMAWATI K STUDI KOMPARASI TINGKAT MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TIPE NOVICK DAN KONSTRUKTIVIS-KOLABORATIF SKRIPSI Oleh: YUNITA RAHMAWATI K4309092 PROGRAM

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI Oleh: Chintiya Putri Pratiwi 12144100029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yanustiana Nur Pratomo NIM

SKRIPSI. Oleh : Yanustiana Nur Pratomo NIM EFEKTIVITAS PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF C1 C3 SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Kasus Penelitian Kuasi Eksperimen di

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar

ABSTRAK. Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar ABSTRAK Hosenainy, Desy. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran REACT dengan Penomoran NHT terhadap Interaksi dan Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMAN 9 Malang. Skripsi, Jurusan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI DI KEBUMEN

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 4 (1) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM

Lebih terperinci

Economic Education Analysis Journal

Economic Education Analysis Journal EEAJ 3 (1) (2014) Economic Education Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA REMEDIASI PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN ASPEK KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK ELASTISITAS KELAS X SMAN 8 SURAKARTA Skripsi Oleh: Bariqul Amalia Nisa K2311011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

I. PENDAHULUAN. pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG DAN PETA KONSEP PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pendidikan Agama Islam EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENCAPAI KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA FUTUHIYAH I MRANGGEN DEMAK TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH STRATEGI PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) TERHADAP KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SDN WLAHAR WETAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI Vol. 3 No. 1 (214) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 26-3 PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI Fadhila El Husna 1),

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR Yusmira, Mahmud HR, Bakhtiar Hasan Ymira624@gmail.com ABSTRAK Materi organisasi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CiE 2 (1) (2013) Chemistry in Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TA Putranto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 2 PIYUNGAN TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh : Brian Aziz Suryadana NIM. 070210192159 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Quasi Eksperimen KD Sebaran Flora Dan Fauna Kelas XI IPS SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... Daftar Isi ABSTRAK RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii vi ix xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : ABDI PRASETYO K4309001 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci