BAB V EVALUASI. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Optimum Maximum. Specific Water Dry Density

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V EVALUASI. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Optimum Maximum. Specific Water Dry Density"

Transkripsi

1 V - 1 BAB V EVALUASI 5.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur). Hasil evaluasi tersebut akan mendasari langkah - langkah selanjutnya dalam melakukan perencanaan. 5.2 EVALUASI TANAH DASAR Dari hasil pengamatan visual (survey lapangan), kerusakan yang dominan terjadi di sepanjang ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) adalah berupa retak-retak (crack), bergelombang serta berlubang. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Letak Sampel Optimum Maximum Specific Water Dry Density Gravity Content Keterangan gr/cm3 % KM ,63 20,0 2,713 Silt-Lempung KM ,732 15,80 2,752 Silt-Pasir KM ,62 19,80 2,706 Silt-Lempung KM ,702 17,60 2,721 Silt-Pasir KM ,669 17,60 2,702 Pasir KM ,685 17,80 2,697 Silt-Pasir KM ,713 20,20 2,721 Silt-Lempung Sumber : Dinas Bina Marga Jawa Tengah Dari data di atas dapat diambil kesimpulan mengenai tanah di atas, hal itu dilakukan dengan cara mengklasifikasikan menurut AASHTO serta USC. Dengan menggunakan klasifikasi USC maka didapatkan bahwa tanah ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) merupakan pasir berlanau (Silt-Pasir)

2 V - 2 termasuk pada golongan pasir berlanau (SM), campuran pasir-lanau bergradasi buruk. Untuk pasir pada ruas jalan ini dimasukkan ke dalam kelompok ML karena pada daerah tersebut kebanyakan terdapat jenis tanah lanau, sehingga pasir pada daerah tersebut merupakan kelompok ML, yaitu lanau inorganis dan pasir sangat halus, tepung batuan, pasir halus berlanau, pasir halus berlanau atau berlempung dengan sedikit plastisitas. Sedangkan jenis tanah Silt-Lempung dimasukkan pada kelompok CL yaitu lempung inorganis dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus. Sedangkan dengan menggunakan klasifikasi AASHTO akan didapat kesimpulan antara lain Pasir berlanau (Silt-Pasir) merupakan golongan A-2 yaitu kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung dengan penilaian sebagai bahan dasar antara baik sekali sampai baik. Apabila dilihat dari rentang indek plastisitas, maka termasuk pada potensi pengembangan rendah. Untuk pasir tidak memiliki indek plastisitas sehingga tidak memiliki potensi pengembangan. Sedangkan jenis tanah Silt-Lempung dimasukkan pada tanah berlanau dengan penilaian sebagai bahan dasar antara sedang sampai buruk. Apabila dilihat dari rentang indek plastisitas, maka termasuk pada potensi pengembangan rendah. Dengan penjelasan di atas maka di dapatkan kesimpulan bahwa tanah di ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) merupakan tanah kelanauan dengan tingkat pengembangan rendah hingga sedang serta memiliki gradasi sedang hingga buruk. Tabel 5.2. Data Tanah Bendung Grawan, Sumber Sample Tanah Data TP 1-1 TP 1-2 TP 1-3 TP 2-1 TP 2-2 TP 2-3 Saringan No ,33 98, ,17 86, ,83 96,67 93,33 66,67 83,33 78, ,67 97, , Batas cair (LL) 3,0 3,00,15 32,00 27,20 29,00

3 V - 3 Sample Tanah Data TP 1-1 TP 1-2 TP 1-3 TP 2-1 TP 2-2 TP 2-3 Indeks Plastisitas,92 2,77 26,03 13,0 11,51 10,82 (IP) Swell Potential Medium Medium Medium Low Low Low Sumber : Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Diponegoro Karena data tanah dari Bina Marga kurang, maka kami melengkapi dengan data tanah Bendung Grawan yang dekat dengan jalan tersebut. Dari data tanah Bendung Grawan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tanah tersebut terdapat tanah dengan plastisitas rendah (0-15) dan plastisitas sedang (10-35). dry Wopt density (gr/cc) STA (%) Tabel 5.3. Data CBR CBR Value Penetration 0,1" CBR Value Penetration 0,2" CBR 95% CBR 100% CBR 95% CBR 100% Sumber : Dinas Bina Marga Jawa Tengah Walaupun tanah tersebut memiliki tingkat pengembangan rendah hingga sedang tapi hal itu perlu adanya penanganan. Disamping tanah tersebut memiliki tingkat pengembangan rendah hingga sedang, tanah di daerah tersebut juga

4 V - memiliki nilai CBR tidak terendam yang rendah yaitu 6.01% yang didapat dari pengolahan data di atas pada Bab IV, sehingga sangat mengkhawatirkan. Dalam tanah yang memiliki kandungan lanau dan lempung, kadar air sangat mempengaruhi nilai CBR, semakin besar kadar air semakin rendah nilai CBR tersebut. Sehingga apabila nilai CBR tidak direndam 6,01% maka nilai CBR rendaman akan lebih kecil dari nilai tersebut, padahal nilai CBR rendaman minimum adalah 6%. Oleh karena itu perlu adanya penanganan terhadap sifat tanah dasar yang ekspansif pada ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) tersebut. Ada beberapa pendekatan untuk mengatasi bangunan atau struktur jalan akibat tanah ekspansif, yaitu dengan : Penggantian tanah ekspansif dengan material non ekspansif Pada dasar pondasi atau timbunan diberi lapisan pasir min. cm Tanah ekspansif distabilisasi dengan bahan yang dapat mengikat Menjaga kadar air tanah terhadap perubahan kadar air sehingga perubahan kadar air dapat diperkecil. 5.3 EVALUASI LALU LINTAS JALAN EKSISTING Pada sub bab ini akan dievaluasi perilaku lalu lintas/kinerja ruas jalan eksisting pada tahun 2007, meliputi : Volume Jam Perencanaan (smp/jam) Ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) (KM Semarang sampai dengan KM Semarang ) memiliki tipe medan relatif datar, dengan lebar badan jalan ± 6 meter dan tipe jalan 2/2 UD. Untuk menganalisa perilaku lalu lintas atau kepadatan lalu lintas diperlukan data volume per jam, sehingga data LHRT (smp/hari) yang diperoleh harus diubah menjadi arus lalu-lintas jam sibuk (smp/jam). Menurut MKJI 1997 : VJP = Q = LHRT x k Dimana : VJP = Q = Arus jam rencana (smp/jam) LHRT = Lalu lintas harian rata-rata tahunan k = Faktor peubah dari LHRT ke lalu lintas jam puncak Besarnya k = 0,11 (MKJI, untuk jalan luar kota 97)

5 V Kapasitas Aktual Jalan Berdasar MKJI tahun 1997, kapasitas suatu ruas jalan dirumuskan sebagai berikut : C = C o 3 FC w 3 FC sp 3 FC sf Dimana : C = Arus lalu lintas maksimum (mantap) yang dapat dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi tertentu. (smp/jam) C 0 FCw FC SP FC SF = Kapasitas suatu segmen jalan untuk suatu set kondisi yang ditentukan sebelumnya (geometri, pola arus lalu lintas dan faktor lingkungan). Untuk 2/2 UD sebesar 3100 smp/jam. = Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu lintas. Untuk jalan 2/2 UD dengan lebar jalur 6 meter adalah = Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah (hanya untuk jalan dua arah tak terbagi). Untuk 2/2 UD dengan pemisahan arah % - % adalah 1,00. = Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi dari lebar bahu. Untuk 2/2 UD dengan kelas hambatan samping menengah dan lebar bahu jalan ratarata 2,00 meter adalah 0.98 Maka : C = 3100 x 0,91 x 1,00 x 0,98 = 276,58 smp/jam Derajad Kejenuhan (DS) Dengan menggunakan data LHR tahun 2007 dan hasil perhitungan kapasitas jalan eksisting diatas, berikut kami tabelkan perhitungan Derajat Kejenuhan jalan (DS) selama umur rencana : DS = C Q

6 V - 6 Tabel 5. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) Selama Umur Rencana Kapasitas LHR Arus (Q) DS (C) Tahun (smp/hari) (smp/jam) (smp/jam) (Q/C) a b=0.11*a c b/c Sumber : Hasil Analisa Dari hasil perhitungan bisa dilihat bahwa pada akhir umur rencana tahun 2007, angka derajat kejenuhan (DS = 1,0306) telah lebih besar dari standar yang diisyaratkan, yaitu 0,75 dan terlalu jenuh. Dapat disimpulkan bahwa kapasitas jalan pada ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) ini sudah tidak memenuhi syarat untuk melayani arus lalu lintas yang lewat, sehingga perlu direncanakan alternatif pemecahan, yaitu dengan pelebaran jalan guna meningkatkan kapasitas jalan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan (FV) Berdasarkan MKJI tahun 1997, kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) suatu ruas jalan dirumuskan sebagai berikut: FV = (FV 0 + FVw) x FFV SF x FFV RC

7 V - 7 Dimana : FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam) FV 0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam), untuk 2/2 UD, daerah datar, didapatkan nilai 65 FVw = Faktor penyesuaian kecepatan untuk lebar efektif jalur lalu lintas (km/jam), untuk 2/2 UD, lebar efektif jalur lalu lintas (total) = 6 m, medan datar, kelas jarak pandang B (SDC B), didapat nilai -3 km/jam FFV SF = Faktor penyesuaian kecepatan untuk kondisi hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kerb penghalang, untuk 2/2 UD, lebar bahu efektif 1 m, kelas hambatan samping sedang, didapat nilai 0,92 FFV RC = Faktor penyesuaian kecepatan untuk kelas fungsi jalan arteri (2/2 UD) dan pengembangan samping jalan %, didapat nilai 0,97 Sehingga kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) tahun 2006 adalah : FV = (65-3 ) x 0,92 x 0,97 = 55,3288 km/jam 56 km/jam Kecepatan ini terlalu rendah untuk kondisi jalan luar kota sebab pada kondisi kerapatan = 0 smp/km, pengemudi hanya mampu menjalankan kendaraan pada kecepatan 56 km/jam, seharusnya dalam keadaaan kerapatan yang sama pengemudi dapat menjalankan kendaraan dengan kecepatan 68 km/jam. Sehingga kecepatan 56 km/jam tersebut terlalu rendah. Untuk menambah kecepatan ini, maka ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) perlu dilakukan peningkatan jalan dari segi lebar jalan. 5. EVALUASI KONDISI GEOMETRIK JALAN EKSISTING 5..1 Evaluasi Alinyemen Horisontal Dalam mengevaluasi alinyemen horisontal pada jalan eksisting, beberapa parameter yang dapat dijadikan sebagai acuan antara lain :

8 V - 8 R eksisting > Rmin untuk kecepatan rencana dan juga jenis lengkung yang sesuai. Kecepatan rencana minimum untuk jalan arteri primer kelas II adalah 70 km/jam (Tabel 2.11) sehingga didapat Rmin = 160 m (TCPGJAK 1997) Jarak antara dua tikungan > ½ (L total kedua tikungan), untuk dua buah tikungan yang berdekatan. Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m. Rekapitulasi alinyemen horisontal eksisting pada ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) adalah sebagai berikut : Tabel 5.5 Rekapitulasi Alinyemen Horisontal Eksisting Elemen Tikungan No. STA V R Lc (km/jam) Hasil evaluasi Tidak Perlu Perbaikan Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan

9 V - 9 Elemen Tikungan No. STA V R Lc (km/jam) Hasil evaluasi Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Perlu Perbaikan Perlu Perbaikan Sumber : Hasil Analisa Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan Dari tabel di atas terdapat beberapa tikungan yang kurang memenuhi persyaratan untuk jalan arteri primer kelas II, kecepatan rencana minimum adalah 70 km/jam dan R minimum adalah 160 m. Sehingga jika melihat dari data yang ada (jalan eksisting) perlu adanya perbaikan pada alinyemen horizontal untuk tikungan yang memiliki R < 160 m, yaitu sebanyak 3 buah tikungan.

10 V Evaluasi Alinyemen Vertikal Dalam mengevaluasi alinyemen vertikal pada jalan eksisting, beberapa parameter yang dapat dijadikan sebagai acuan antara lain : Landai jalan yang dibuat tidak melebihi landai jalan maksimum. Pada jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) dengan V = 60 km/jam, landai maksimum jalan = 8% (PGJAK,1997) Untuk alinyemen vertikal pada ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) ini mempunyai kelandaian yang relatif datar. Rekapitulasi alinyemen vertikal untuk jalan eksisting dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 5.6 Rekapitulasi Alinyemen Vertikal Eksisting No Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg STA A vertikal (Km (%) (%) /jam) Keterangan

11 V - 11 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA (%) (%) A (Km /jam) vertikal Keterangan

12 V - 12 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA A vertikal Keterangan (Km (%) (%) /jam)

13 V - 13 No Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg STA A vertikal (Km (%) (%) /jam) Keterangan

14 V - 1 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA (%) (%) A (Km /jam) vertikal Keterangan

15 V - 15 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA A vertikal Keterangan (Km (%) (%) /jam)

16 V - 16 No Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg STA A vertikal (Km (%) (%) /jam) Keterangan

17 V - 17 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA (%) (%) A (Km /jam) vertikal Keterangan

18 V - 18 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA A vertikal Keterangan (Km (%) (%) /jam)

19 V - 19 No Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg STA A vertikal (Km (%) (%) /jam) Keterangan

20 V - 20 No Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg STA A vertikal (Km (%) (%) /jam) Keterangan

21 V - 21 Elevasi g1 g2 V Lv Jrk 2 lkg No. STA A vertikal Keterangan (Km (%) (%) /jam)

22 V - 22 Elevasi g1 g2 No. STA (%) (%) Sumber : Hasil Analisa V Lv Jrk 2 lkg A vertikal (Km /jam) Keterangan Dari tabel di atas didapat landai maksimum adalah 3,16% < 8 %. Selain itu secara visual, ruas jalan Rembang Bulu (Batas Jawa Timur) merupakan jalan yang relatif datar. Sehingga jika melihat dari hasil rekapitulasi di atas maka seluruh lengkung vertikal yang ada pada jalan eksisting masih memenuhi syarat, tidak memerlukan adanya perbaikan. 5.5 EVALUASI STRUKTUR PERKERASAN JALAN Kondisi Permukaan Jalan Evaluasi kondisi permukaan jalan dilakukan secara visual dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Saat ini jalan ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) mengalami beberapa kerusakan seperti retak rambut (Hair Cracks), sedikit jembul /bergelombang (Upheaval), sedangkan pada ruas jalan yang kanan kirinya terdapat pertokoan, kerusakan yang terjadi berupa keausan permukaan dan sedikit berlubang. Berdasarkan pada Indeks Kondisi Jalan (RCI = Road Condition Index), kondisi jalan eksisting saat ini berada pada skala - 5 (jelek, kadang-kadang ada lubang dan permukaan jalan tidak rata).

23 V Kondisi Struktural Metode Benkleman Beam Evaluasi kondisi struktural jalan dilakukan dengan Benkleman Beam Test (Metode Non Destruktif). Dimana dari hasil itu didapat besarnya lendutan yang terjadi sepanjang ruas jalan yang menyebabkan gelombang pada jalan. Untuk ruas ini nilai lendutan balik yang mewakili dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.7 Resume Nilai Lendutan Balik Lendutan Nama Ruas Panjang Ruas (STA) Jumlah Data Lendutan Balik (mm) Balik yang mewakili (mm) Rerata + (2 * Max Min Rerata (STD) STD) Rembang Bulu (batas jawa timur) Rembang Bulu (batas jawa timur) Sumber : Hasil Analisa

24 Grafik 5.1 Lendutan Balik V - 2

25 V - Dari data Nilai Lendutan Balik di atas, akan diperiksa apakah lendutan yang ada masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk jalan dengan kondisi : permukaan Aspal Beton (AC) pentahapan 2 lajur 2 arah tanpa median (2/2 UD) umur rencana 10 tahun ( ) pertumbuhan lalu lintas 5,5663 % tahun faktor umur rencana (N) 17,233 MST 10 ton Tahu n Tabel 5.8 Resume Nilai Pertumbuhan Lalu Lintas Golongan Kendaraan (Dua Arah) a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8 Total Kend /hari ,39 2, , ,129 1,369 1,906 1, , , ,757 Sumber : Hasil Analisa

26 V - 26 Dari nilai pertumbuhan lalu lintas di atas maka dengan melihat tabel korelasi antara umur rencana dan angka pertumbuhan (Tabel 2.8), maka didapatkan nilai Faktor Umur Rencana (N) = 17,233. Selanjutnya dilakukan perhitungan angka ekivalen (E/UE 18 KSAL) dari beban sumbu tiap-tiap golongan kendaraan ditentukan menurut rumus : Angka ekivalen sumbu tunggal = beban satu sumbu tunggal dalam kg 8160 beban satu sumbu ganda dalam kg Angka ekivalen sumbu ganda = 0, Perhitungan Angka ekivalen (E/UE 18 KSAL) beban sumbu kendaraan sebagai berikut : 1. Kendaraan ringan 2 ton Gol 2 dan 3 (Sedan, jeep, station wagon, oplet, pick up, suburban, combi dan minibus) 1 ton 1 ton 2 ton (1 + 1) = = 0, Kendaraan 5 ton Gol (Micro truk dan mobil hantaran) 1,5 ton 3,5 ton 10 5 ton (1,5 + 3,5) = + 30 = 0, ,0338 = 0,03

27 V Kendaraan 8 ton Gol 5a (Bus kecil) 3 ton 5 ton ton (3 + 5) = + = 0, ,110 = 0,1592. Kendaraan 8,3 ton Gol 6a (Truk ringan 2 sumbu) 2,822 ton 5,78ton 8,3 ton (2, ,78) = 5. Kendaraan 9 ton Gol 5b (Bus besar) = 0,217 3,06 ton 5,9 ton ton (3,06 + 5,9) = + 6. Kendaraan 15 ton Gol 6b (Truk sedang 2 sumbu) 590 = 0, ,1 ton 9,9 ton ton (5,1 + 9,9) = = 2,58

28 V Kendaraan ton Gol 7a (Truk 3 sumbu) 6, ton 18,75 ton ton (6, + 18,75) = ,086 x = 2, Kendaraan 31, ton Gol 7b (Truk gandeng) 5,652 ton 7,536 ton 7,536 ton 7,536 ton 31, ton(5, ,356 +7,536 +7,536) = =, Kendaraan 3 ton Gol 7b (Truk trailer) 6,12 ton 9,52 ton 18,36 ton Ket ton(6,12 +9,52 +18,36) = + = 5,3155 = sumbu 1 as = sumbu 2 as ,086 x 18360

29 V - 29 Tabel 5.9 Perhitungan AE 18 KSAL LHR Beban Beban Beban Beban UE 18 Jenis As As As Gol N AE 18 KSAL Kendaraan Tahun 2008 Total Depan Tengah Belakang KSAL (kend/hr) (ton) (ton) (ton) (ton) 2 Sedan, Jeep, STW , Oplet, Suburban, ,089.2 Minibus Mikro Truck, Mobil ,93.62 Hantaran 5a Bus Kecil , b Bus Besar , a Truk 2 Sumbu ,958.2 Kecil 6b Truk 2 Sumbu ,582, Besar 7a Truk 3 Sumbu ,335, b Truk Gandengan ,227, c Trk Trailler ,78,757.6 TOTAL 65,693,1.92 Sumber : Hasil Analisa

30 V - 30 Contoh Perhitungan : Nilai AE 18 KSAL untuk kendaraan golongan 2 : = LHR x % x UE 18 KSAL x N x 366 = 2702,9765 x 0, x 0,0005 x 17,233 x 365 = 38,03 Gambar 5.1 Kurva Failure Dikarenakan lapis permukaan yang dipakai adalah aspal beton (AC), maka dengan melihat pada Kurva Failure (Grafik 2.2), diperoleh lendutan ijin sebesar 1,3 cm. Berdasarkan lendutan balik yang ada, maka pada segmen STA s / d sudah melebihi lendutan jadi diperlukan overlay (lapis tambahan) dengan ketebalan yang berbeda-beda. Untuk selanjutnya diperhitungkan umur sisa jalan dengan rumus sebagai berikut : N = 365 AE18KSAL UE18KSAL m

31 V - 31 Log(2N + 2 / R + 1) Log(2 / R + 1) n = Log( R + 1) Keterangan : N : factor umur rencana AE18KSAL : Accumulative Equivalent 18 kip Single Axle Load UE18KSAL : Unit Equivalent 18 kip Single Axle Load m : jumlah masing-masing jenis lalu lintas n : umur sisa jalan (tahun) R : perkembangan lalu lintas Untuk STA s / d : AE18KSAL didapatkan dari lendutan balik yang terwakili pada perhitungan lendutan balik yaitu 1,382 centimeter, dengan menggunakan grafik di atas maka didapatkan nilai AE18KSAL sebesar 6,2 x Dengan nilai UE18KSAL 20886,0. 7 6,2 10 N = = 8, ,0 Log(2 8, / 0, ) Log(2 / 0, ) n = Log(0, ) = 6,737 tahun Untuk STA s / d : AE18KSAL didapatkan dari lendutan balik yang terwakili pada perhitungan lendutan balik yaitu 1,915 centimeter, dengan menggunakan grafik di atas maka didapatkan nilai AE18KSAL sebesar 3 x Dengan nilai UE18KSAL 20886, N = = 0, ,0 Log(2 0, / 0, ) Log(2 / 0, ) n = Log(0, ) = 0,389 tahun Dari hasil perhitungan di atas maka ruas jalan Rembang-Bulu (Batas Jawa Timur) diperlukan lapis tambahan (overlay) dengan kebutuhan ketebalan yang berbeda antara STA s / d dan STA s / d

32 V Kondisi Struktural Metode Analisa Komponen Perhitungan ESAL dengan menggunakan metode Analisa Komponen, dasar perhitungannya berasal dari buku Petunjuk Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI UDC : 6.73 (02). Kondisi jalan yang akan dievaluasi antara lain : permukaan Aspal Beton (AC) pentahapan 2 lajur 2 arah tanpa median (2/2 UD) umur rencana 10 tahun ( ) pertumbuhan lalu lintas 5,5663 % tahun MST 10 ton Selanjutnya perhitungan dengan menggunakan Metode Analisa Komponen adalah sebagai berikut : Perhitungan data lalu lintas Berdasarkan tabel 5.8. diketahui data LHR tahun Golongan kendaraan yang disertakan dalam perhitungan yaitu kendaraan golongan 2,3,5,6 dan 7. Sedangkan untuk sepeda motor (golongan 1) serta kendaraan tidak bermotor (golongan 8) diasumsikan tidak memberikan beban terhadap struktur perkerasan, sehingga tidak disertakan dalam perhitungan. Data yang akan dianalisa untuk evaluasi adalah tahun 2008 sehingga diketahui ITP sisa pada tahun 2008 di ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur). Tabel 5.10 Data LHR Pada Awal Dan Akhir Umur Rencana GOL LHR 2007 LHR a

33 V - 33 GOL LHR 2007 LHR b a b a b c Sumber : Hasil Analisa Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan Angka ekivalen dari beban sumbu tiap-tiap golongan kendaraan ditentukan menurut rumus : o Angka ekivalen sumbu tunggal o beban = satu sumbu tunggal dalam kg 8160 Angka ekivalen sumbu ganda beban satu sumbu ganda dalam kg = 0, Angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan juga bisa didapatkan Tabel 5.11 berikut: Tabel 5.11 Angka ekivalen (Ej) beban sumbu kendaraan Beban Sumbu Angka Ekivalen Kg Lb Sumbu Sumbu Tunggal Ganda , ,0036 0, ,0183 0, ,0577 0, ,11 0,0121

34 V - 3 Beban Sumbu Angka Ekivalen Kg Lb Sumbu Sumbu Tunggal Ganda ,2923 0, ,515 0, ,9238 0, , ,798 0, ,55 0, ,3022 0, ,677 0, ,19 0, ,667 0, ,18 0, ,7815 1,2712 Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, SKBI , Departemen Pekerjaan Umum Atau angka ekivalen beban sumbu kendaraan dapat dihitung sendiri seperti dibawah ini : 1. Kendaraan ringan 2 ton Gol 2 dan 3 (Sedan, jeep, station wagon, oplet, pick up, suburban, combi dan minibus) 1 ton 1 ton 2 ton (1 + 1) = = 0,0005

35 V Kendaraan 5 ton Gol (Micro truk dan mobil hantaran) 1,5 ton 3,5 ton 10 5 ton (1,5 + 3,5) = + 3. Kendaraan 8 ton Gol 5a (Bus kecil) 30 = 0, ,0338 = 0,03 3 ton 5 ton ton (3 + 5) = + = 0, ,110 = 0,1592. Kendaraan 8,3 ton Gol 6a (Truk ringan 2 sumbu) 2,822 ton 5,78ton 8,3 ton (2, ,78) = 5. Kendaraan 9 ton Gol 5b (Bus besar) = 0,217 3,06 ton 5,9 ton 9 ton (3,06 + 5,9) = = 0,30057

36 V Kendaraan 15 ton Gol 6b (Truk sedang 2 sumbu) 5,1 ton 9,9 ton ton (5,1 + 9,9) = + 7. Kendaraan ton Gol 7a (Truk 3 sumbu) 9900 = 2,58 6, ton 18,75 ton ton (6, + 18,75) = ,086 x = 2, Kendaraan 31, ton Gol 7b (Truk gandeng) 5,652 ton 7,536 ton 7,536 ton 7,536 ton 31, ton(5, ,356 +7,536 +7,536) = Kendaraan 3 ton Gol 7c (Truk trailer) =,9283 6,12 ton 9,52 ton 18,36 ton

37 V - 37 Ket ton(6,12 +9,52 +18,36) = + 5,3155 = sumbu 1 as = sumbu 2 as ,086 x = Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Nilai LEP tiap kendaraan ditentukan berdasarkan rumus berikut: ( LHR Cj E ) LEP = 2006 j dimana : C J = koefisien distribusi kendaraan, yang besarnya untuk tipe jalan 2 lajur 2 arah adalah 0,5 (kendaraan ringan = golongan 2, 3 dan ), dan 0,5 (kendaraan berat = golongan 5, 6 dan 7). Maka, nilai LEP tiap golongan kendaraan dapat dihitung seperti pada Tabel 5.12 berikut ini. Tabel 5.12 Nilai Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Golongan LHR 2008 Kendaraan kend/hari C J E J LEP a b a b a b c Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan

38 V - 38 Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Nilai LEA tiap kendaraan ditentukan atas rumus berikut : LEA = 2026 j ( LHR Cj E ) Maka, nilai LEA tiap golongan kendaraan dapat dihitung seperti pada Tabel 5.13 berikut ini. Tabel 5.13 Nilai Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Golongan LHR 2008 Kendaraan kend/hari C J E J LEP a b a b a b c Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah (LET) Nilai LET ditentukan berdasarkan rumus berikut : LET = 0, 5 LEP + LEA ( ) ( 10127, ,6) = 0,5 + = 10127,6 Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana (LER) Untuk nilai LER pada evaluasi adalah LET yaitu 10127,6

39 V - 39 Menentukan Faktor Regional (FR) Berdasarkan Tabel 2.0 nilai Faktor Regional bergantung kepada jumlah persentase kendaraan berat, nilai klasifikasi medan, dan jumlah curah hujan per tahun. % kendaraan kendaraan + berat = kendaraan total ( gol 5 + gol 6 gol 7) = = > 30 % Kelandaian melintang rata - rata adalah < 6 %. Maka trase ini termasuk ke dalam tipe kelandaian I Jumlah curah hujan per tahun Kabupaten Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) berdasarkan data yang didapatkan dari Stasiun Klimatologi Tingkat I, Semarang adalah > 900 mm/tahun. Maka dapat disimpulkan nilai Faktor Regional adalah 2. Menentukan Indeks Permukaan Indeks permukaan terdiri dari : IPO, merupakan indeks permukaan pada awal umur rencana. Jalan arteri ini didesain menggunakan jenis lapis permukaan laston dengan roughness < Maka, berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan nilai IPO = IPT, merupakan indeks permukaan pada akhir umur rencana. Untuk jalan arteri dengan besar LER > 1000, berdasarkan Tabel 2.1 didapatkan nilai IPT = 2,5. Menentukan nilai Daya Dukung Tanah (DDT) Nilai Daya Dukung Tanah (DDT) didapat berdasarkan grafik korelasi antara nilai CBR dengan DDT. Maka dengan nilai CBR = 10,0 % didapat nilai DDT sebesar 6,00

40 V - 0 Menentukan Indeks Tebal Permukaan (ITP) Penentuan indeks tebal permukaan (ITP) tidak dapat dilaksanakan karena nilai dari LER >10000, sedangkan pada nomogram nilai LER hanya mencapai 10000, sehingga cara ini dilanjutkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Gt LogWt18 = 9,36 log( ITP + 2,5) 3, log(1/ FR) + 0,372 ( DDT 3,0) ,0 + 5,19 ( 2,5) ITP + Keterangan : Gt : Fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat pelayanan dari IP=IP0 sampai IP = Ipt dengan kehilangan tingkat pelayanan dari Ipo sampai Ipt = 1,5. Wt 18 : Beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu tunggal pon yang telah diperhitungkan terhadap faktor regional. Rumus Wt 18 = LER*36. FR : Faktor regional ITP : Indeks Tebal Perkerasan untuk keadaan lingkungan dan daya dukung sesuai lokasi jalan dan indeks permukaan akhir umur rencana yang dipilih. DDT : Daya dukung tanah dasar yang besarnya merupakan nilai korelasi dengan nilai CBR. Dengan data LER sebesar 10127,6 maka didapat nilai Wt18 sebesar sehingga rumus akan seperti di bawah ini. 0,527 Log = 9,36 log( ITP + 2,5) 3, ,0 + ( ITP + 2,5) 5,19 + log(1/ 2) + 0,372 (6 3,0) Dengan cara interpolasi serta pendekatan maka akan diperoleh ITP sebesar 13, Menentukan Indeks Tebal Permukaan sisa (ITPsisa) Untuk mencari ITP sisa, perlu diketahui besarnya nilai ITP eksisting, yang mana data perkerasan eksisting adalah sebagai berikut : AC = 10 cm a1 = 0,0 Kondisi = 90%

41 V - 1 Karena lapisan permukaan terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda namun masih tetap stabil maka nilai kondisinya adalah %. Agregat A = 20 cm a2 = 0,1 Kondisi = 100% Lapis pondasi adalah lapis pondasi batu pecah dengan indek plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 maka nilai kondisinya adalah %. Agregat B = 0 cm a3 = 0,11 Kondisi = 100% Lapis pondasi bawah memiliki indek plastisitas (Plasticity Index =PI) 6 maka kondisinya adalah %. ITP eksisting = (10 x 0,0 x 0,9) + (20 x 0,1) + (0 x 0,11) = 10,8 Maka ITPsisa = 13,86 10,8 = Berdasarkan perhitungan diatas, maka pada ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) STA s / d diperlukan adanya lapis tambahan (Overlay). 5.6 EVALUASI BANGUNAN PELENGKAP JALAN Kondisi jalan eksisting saat ini sudah dilengkapi dengan saluran/goronggorong dimana kondisinya saat ini masih cukup baik. Selain gorong-gorong, kondisi beberapa jembatan yang terdapat pada ruas jalan ini, saat ini kondisinya masih cukup baik dan juga layak untuk digunakan. Tetapi dapat dilakukan perencanaan bangunan pelengkap jalan apabila dalam bab selanjutnya diperlukan.

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV-1 BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. TINJAUAN UMUM Jalan yang dievaluasi dan direncanakan adalah ruas jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) sepanjang kurang lebih 6 km terletak di Kabupaten Rembang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN VI-1 BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN 6.1. Tinjauan Umum Dari hasil analisa dan evaluasi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan eksisting yang ada sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV-1 BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV.1 TINJAUAN UMUM Jalan yang dievaluasi dan direncana adalah ruas Semarang - Godong sepanjang kurang lebih 3,00 km, tepatnya mulai km-50 sampai dengan km-53. Untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road) ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road) Disusun Oleh : FEBBY IRAWAN NIM : L2A 306 017 TRIYONO NIM : L2A 306 029

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Dalam usaha melakukan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah daerah yang mengalami kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Analisa yang mendalam akan menentukan perencanaan yang matang dan tepat. Dalam Perencanaan Akses Menuju Terminal Baru Bandara Internasional Ahmad Yani

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR PROYEK AKHIR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA 14+650 s/d STA 17+650 PROVINSI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Muhammad Nursasli NRP. 3109038009 Dosen Pembimbing : Ir. AGUNG BUDIPRIYANTO,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN BLORA - CEPU

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN BLORA - CEPU LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR Disusun oleh : ADINDA PUTRI SURYANI NIM : L2A0 02 002 AKBAR FAISAL RACHMAN NIM : L2A0 02 008 Disetujui dan disahkan pada : 1. Hari : 2. Tanggal : Juni 2007 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN REMBANG-BULU (BATAS JAWA TIMUR)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN REMBANG-BULU (BATAS JAWA TIMUR) ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN PENINGKATAN RUAS JALAN REMBANG-BULU (BATAS JAWA TIMUR) {Design And Evaluation For Increasing Rembang-Bulu (East Java Limits) Road s} Disusun oleh

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Kerusakan Jalan Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan jenis dan tingkat kerusakan jalan salah satu adalah metode pavement condition index (PCI). Menurut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Bina Marga Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur,

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN VI-1 BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN VI.1 Tinjauan Umum Dari hasil analisa dan evaluasi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan eksisting yang ada sudah mengalami

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM 143+850 146+850 Nama Mahasiswa : Ocky Bahana Abdiano NIM : 03111041 Jurusan : Teknik SipiL Dosen Pembimbing : Ir. Sri Wiwoho

Lebih terperinci

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III METODA PERENCANAAN BAB III METODA PERENCANAAN START PENGUMPULAN DATA METODA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU JALAN LAMA METODE BINA MARGA METODE AASHTO ANALISA PERBANDINGAN ANALISA BIAYA KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR 4.1 Data Perencanaan Tebal Perkerasan Jenis jalan yang direncanakan Arteri) Tebal perkerasan = Jalan kelas IIIA (jalan = 2 lajur dan 2 arah Jalan dibuka pada

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI Disusun oleh : AGUSTIAN NIM : L2A 000 014 AHMAD SAFRUDIN NIM : L2A 000 016 Disetujui

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058 BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR Proyek pembangunan areal parkir Rukan ini terdapat di areal wilayah perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058 m2. Berikut

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya PROYEK AKHIR FERRYA RASTRATAMA SYUHADA NRP. 3109038001 MULYADI NRP. 3109038003 Dosen Pembimbing : R. Buyung Anugraha Affandhie, ST. MT PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP : Oleh Mahasiswa PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SEPANJANG RUAS JALAN Ds. MAMEH Ds. MARBUI STA 0+00 STA 23+00 MANOKWARI PROPINSI PAPUA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN START Jalan Lama ( Over Lay) Data data sekunder : - Jalur rencana - Angka ekivalen - Perhitungan lalu lintas - DDT dan CBR - Faktor Regional - Indeks Permukaan - Indeks Tebal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen dari Bina Marga 1987 1. Data Perencanaan Tebal Perkerasan Data perencanaan tebal perkerasan yang digunakan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum 3.2. Tahap Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum 3.2. Tahap Penyusunan Tugas Akhir 54 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G 9 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi perkerasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA 3.1. Data Proyek 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul Bogor. 2. Lokasi Proyek : Bukit Sentul Bogor ` 3.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT Disusun oleh : HENKY ADI BERLIANO L2A 002 079 RA ASTRI WIDYANITYA L2A 002 129 Disetujui

Lebih terperinci

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral 5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral PARAMETER SCS - 1 SCS - 2 Vr 80 80 19.97 6.09 R 541.743 3528.377 e 0.045374 0.045374 en 0.02 0.02 e maks 0.08 0.08 Ls 66.66667

Lebih terperinci

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI 1732-1989-F DAN Pt T-01-2002-B Pradithya Chandra Kusuma NRP : 0621023 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA Patrisius Tinton Kefie 1, Arthur Suryadharma 2, Indriani Santoso 3 dan Budiman Proboyo 4 ABSTRAK : Concrete Block merupakan salah satu alternatif

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM 121+200 KM 124+200 JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR DIDI SUPRYADI NRP. 3108038710 SYAMSUL KURNAIN NRP. 3108038710 KERANGKA PENULISAN BAB I. PENDAHULUAN BAB

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KLEPU TERHADAP KONDISI RUAS JALAN SEMARANG - BAWEN (KM 17 KM 25)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KLEPU TERHADAP KONDISI RUAS JALAN SEMARANG - BAWEN (KM 17 KM 25) LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KLEPU TERHADAP KONDISI RUAS JALAN SEMARANG - BAWEN (KM 17 KM 25) Disusun oleh : ACHMAD RIFAN TSAMANY ANDIKA PURNOMO PUTRO NIM : L.2A0.03.001

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA 23+000 26+000 MADURA, JAWA TIMUR Oleh : HENDI YUDHATAMA 3107.030.049 M. MAULANA FARIDLI 3107.030.101 Dosen Pembimbing: MACHSUS ST.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Desain Dalam perencanaan perkerasan jalan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu berdasarkan fungsi jalan, umur rencana, lalu lintas, sifat tanah dasar, kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI 03-1732-1989 Irwan Setiawan NRP : 0021067 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS BAB IV STUDI KASUS BAB STUDI KASUS Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan membandingkan hasil dari perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data 30 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Di dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan, difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan

Lebih terperinci

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN Citra Andansari NRP : 0221077 Pembimbing Utama : Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping : Ir. Samun Haris, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta TUGAS AKHIR

GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta TUGAS AKHIR GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta 27+ 250 32 + 550 TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UMUM Jalan raya adalah suatu lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dan satu tempat ke tempat lain sebagai penghubung dalam satu daratan. Jalan raya sebagai sarana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR LUAR KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO TEMBALANG SEMARANG ( Design of Outter Ringroad Diponegoro University Tembalang Semarang ) Disusun oleh : MONTARI

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA 57+000 STA 60+050 KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR Disusun oleh : MARIA EKA PRIMASTUTI 3106.030.082 LATAR BELAKANG Ruas Jalan Pandan Arum Pacet Link

Lebih terperinci

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( ) PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PERKERASAN LENTUR JALAN WIDANG GRESIK SURABAYA STA 22+400 25+400 KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : RENDY YULIATMOKO (NRP.3108.030.148 ) EGA DWIJAYANTO (NRP.3108.030.155)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisis yang teliti. Semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisis yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL Disusun Oleh : RADITYO ARDHIAN PRATAMA L2A000142 RONNY SAGITA L2A000157 Disetujui dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui 3.1. Metode Pengambilan Data BAB III METODE PERENCANAAN 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui keadaan medan yang akandiencanakan. 2. Metode wawancara dalam menambah data

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Geometrik Jalan Jalan Arif Rahman Hakim merupakan jalan kolektor primer yang merupakan salah satu jalan menuju pusat Kota Gororntalo. Segmen yang menjadi objek

Lebih terperinci

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik PENDAHULUAN Jalan raya memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian serta pembangunan suatu negara. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan METODE PERHITUNGAN BIAYA KONSTRUKSI JALAN Metode yang digunakan dalam menghitung tebal lapis perkerasan adalah Metode Analisa Komponen, dengan menggunakan parameter sesuai dengan buku Petunjuk Perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN SIDOARJO - KRIAN (LINK 172) STA DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN PERKUATAN GEOTEKSTIL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN SIDOARJO - KRIAN (LINK 172) STA DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN PERKUATAN GEOTEKSTIL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN SIDOARJO - KRIAN (LINK 172) STA 6+650 12+100 DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN PERKUATAN GEOTEKSTIL TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : MACHMUD RANU SASMITO NPM. 0653010051 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga semakin meningkat. Hal ini menuntut adanya infrastruktur yang cukup memadai

Lebih terperinci

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM 49 BAB V VERIFIKASI PROGRAM 5.1 Pembahasan Jenis perkerasan jalan yang dikenal ada 2 (dua), yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Sesuai tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Pembimbing : Ir. Agung Budipriyanto, M.Eng,P.hD

Pembimbing : Ir. Agung Budipriyanto, M.Eng,P.hD PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN RAYA BROMO PROBOLINGGO STA 94+250 97+550 KOTA PROBOLINGGO,PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : MOH WILDAN MAHMUD TS (3108.030.120 ) ARIF ILMAWAN HARYA S (3108.030.150) Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Pendahuluan Tahap ini merupakan kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1) Menentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Volume Kendaraan Bermotor Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan penentuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Andini Fauwziah Arifin Dosen Pembimbing : Sapto Budi

Lebih terperinci

Disampaikan FAJAR ARIES PUTRA RACHMAD NUGROHO NRP NRP

Disampaikan FAJAR ARIES PUTRA RACHMAD NUGROHO NRP NRP Disampaikan FAJAR ARIES PUTRA RACHMAD NUGROHO NRP. 3109038004 NRP. 3109038007 1. Aktivitas ekonomi yang kian meningkat; 2. Kondisi lebar ruas jalan di tengah Kota yang tidak sebanding dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Analisa Komponen Untuk merencanakan tebal perkerasan jalan ruas jalan Palbapang Barongan diperlukan data sebagai berikut: 1. Data Lalu-lintas Harian Rata rata (LHR)

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG Soraya Hais Abdillah, M. J. Paransa, F. Jansen, M. R. E. Manoppo Fakultas Teknik

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN CONGOT JALI WAWAR SISI SELATAN JAWA TENGAH. Disusun Oleh : Semarang, Nopember 2010

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN CONGOT JALI WAWAR SISI SELATAN JAWA TENGAH. Disusun Oleh : Semarang, Nopember 2010 LEMBAR PENGESAHAN Lembar Pengesahan TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN CONGOT JALI WAWAR SISI SELATAN JAWA TENGAH (Road Improvement Design of Congot - Jali - Wawar, South Side of Central Java )

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data. BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Secara umum, tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan alir dibawah ini. Identifikasi Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data Sekunder

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA 14+650 18+100 KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR Dosen Pembimbing : Ir. CHOMAEDHI. CES, Geo 19550319 198403 1 001 Disusun

Lebih terperinci

Fitria Yuliati

Fitria Yuliati EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus: Jl. Yogyakarta Magelang Km 21 22 dan JL. Ahmad Yani

Lebih terperinci

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Analisis lalu lintas merupakan penentuan kinerja segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas yang ada. Menurut Oglesby dan Hicks (1988) bahwa kecepatan mobil penumpang tidak

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA Sudarman Bahrudin, Rulhendri, Perencanaan Geometrik Jalan dan Tebal Perkerasan Lentur pada Ruas Jalan Garendong-Janala PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain... vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR NOTASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i

Lebih terperinci

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016 70 B. Metode AASHTO 1993 1. LHR 2016 dan LHR 2026 Tipe Kendaraan Tabel 5.9 LHR 2016 dan LHR 2026 LHR 2016 (Smp/2Arah/Hari) Pertumbuhan Lalulintas % LHR 2026 Smp/2arah/hari Mobil Penumpang (2 Ton) 195 17,3

Lebih terperinci

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.

Lebih terperinci

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis BAB II1 METODOLOGI 3.1 Kriteria dan Tujuan Perencanaan Dalam dunia civil, salah satu tugas dari seorang civil engineer adalah melakukan perencanaan lapis perkerasan jalan yang baik, benar dan dituntut

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN MENGGUNAKAN AGREGAT DAN METODE TELFORD JIWAN MADIUN KAB. MADIUN JAWA TIMUR

EVALUASI PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN MENGGUNAKAN AGREGAT DAN METODE TELFORD JIWAN MADIUN KAB. MADIUN JAWA TIMUR T U G A S A K H I R EVALUASI PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN MENGGUNAKAN AGREGAT DAN METODE TELFORD JIWAN MADIUN KAB. MADIUN JAWA TIMUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

FASILITAS PEJALAN KAKI

FASILITAS PEJALAN KAKI FASILITAS PEJALAN KAKI I. PENDAHULUAN - Di negara-negara sedang berkembang perhatian terhadap pejalan kaki masih tergolong rendah., terlihat beberapa permasalahan yang muncul, yaitu: jumlah kecelakaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Menghitung Tebal Perkerasan Lentur 4.1.1. Data Parameter Perencanaan : Jenis Perkerasan Tebal perkerasan Masa Konstruksi (n1) Umur rencana (n2) Lebar jalan : Perkerasan

Lebih terperinci

NOTASI ISTILAH DEFINISI

NOTASI ISTILAH DEFINISI DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI C KAPASITAS Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO ) PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO ) Vinsensius Budiman Pantas 1, Indriani Santoso 2 dan Budiman Proboyo 3 ABSTRAK : Jalan raya Lawean Sukapura menghubungkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR

Lebih terperinci

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN 2320-4240 PERENCANAAN PERKERASAN DAN PENINGKATAN GEOMETRIK JALAN Rulhendri, Nurdiansyah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Ibnu Khaldun Bogor petot.nurdiansyah@yahoo.com,

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur E69 Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur Muhammad Bergas Wicaksono, Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan Menggunakan Metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 1. Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Baru a. Umur Rencana Penentuan umur rencana

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DI RUAS JALAN KALIURANG YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DI RUAS JALAN KALIURANG YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DI RUAS JALAN KALIURANG YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : GODLIVE SADRAKH TALO

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. KENDARAAN RENCANA Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya) dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA II TINJAUAN UMUM 2.2 ASPEK TANAH DASAR

BAB II STUDI PUSTAKA II TINJAUAN UMUM 2.2 ASPEK TANAH DASAR BAB II STUDI PUSTAKA.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan pada referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumusrumus

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM KM TUGAS AKHIR

PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM KM TUGAS AKHIR PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM. 196.40 KM 198.40 TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh RIZA BATARIN SIREGAR NIM.

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Menurut Sukirman (1999), perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat dibedakan atas 2 metode yaitu : 1. Metode Empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( ) Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk BAB 3 METODOLOGI PENULISAN 3.1 SASARAN PENELITIAN Beberapa sasaran yang ingin dicapai dari permodelan menggunakan program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 11 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu

Lebih terperinci

Oleh : FERRY DWI TRISTANTO (NRP ) RAKHMAD RAHARJO (NRP ) Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

Oleh : FERRY DWI TRISTANTO (NRP ) RAKHMAD RAHARJO (NRP ) Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( ) PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN MADURAN STA 2+000 5+000 KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR Oleh : FERRY DWI TRISTANTO (NRP.3108.030.086 ) RAKHMAD RAHARJO (NRP.3108.030.092)

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi)

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi) PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi) oleh : Gerry Fernandy¹, Arif Mudianto², Puji Wiranto³ Abstrak Kerusakan jalan saat ini menjadi suatu

Lebih terperinci

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n) 4.4 URAIAN MATERI IV: ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR Pengunaan analisa komponen dalam menentukan tebal perkerasan jalan membutukan beberapa komponen yang dapat memberikan pengaruh pada setiap komponen

Lebih terperinci