Ike Meillina Putri, Totok Soehartanto, Fitri Iskandarianto.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ike Meillina Putri, Totok Soehartanto, Fitri Iskandarianto."

Transkripsi

1 PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN FLOW SEAWATER INLET DAN ph SODIUM HYPOCHLORITE (NaOCl) PADA HIPOCHLORINATION PACKAGE BERBASIS LOGIC SOLVER, HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd., GRESIK Ike Meillina Putri, Totok Soehartanto, Fitri Iskandarianto. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya ABSTRAK Banyaknya biota laut yang masih tumbuh dan berkembang pada suction basin diakibatkan oleh laju aliran masukan yang tidak pernah terpenuhi sehingga kuantitas sodium hipoklorit kurang terjamin dan ph yang tidak terjaga dalam kurva kerjanya. Oleh sebab itu dilakukan perancangan sistem pengendalian laju aliran masukan electrolyzer dan pengendalian ph sodium hipochlorit. Penelitian ini dimulai dengan memodelkan masing-masing penyusun sistem pengendalian. Setelah didapatkan model, kemudian dibangun sistem pengendalian berbasis logic solver dan dilakukan pengujian tracking setpoint dan pengujian beban. Pada pengujian tracking setpoint pada setpoint 3,75, %bukaan valve 66,08%, Ess % dan time settling 18.5 sekon. Pada setpoint 4, %bukaan valve 63.52%, Ess % dan time settling 17.5 sekon. Pada setpoint 4.25 %bukaan valve 61.32%, Ess % dan time settling 20.8 sekon. Pengendalian flow yang terpenuhi berdampak pada hasil elektrolisis, dengan set arus maksimum didapatkan total klorin maksimum yakni 2.7 g/h sehingga konsentrasi NaOCl 708 mg/ml, dan pada pengendalian ph NaOCl dengan menambahkan larutan asam HBr dengan %bukaan valve 3.811% didapatkan ph 8 dan Ess %. Kata Kunci: hipochlorination, sodium hypochlorite, logic solver I. PENDAHULUAN Air laut telah menjadi salah satu utilitas yang umum digunakan dalam industri khususnya oil and gas industry untuk berbagai tujuan proses pendinginan misalnya pada SO 2 scubber. Air laut perlu diproses terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mencegah pertumbuhan biota laut (moluska, kerang, ganggang) dalam sistem dan meminimalkan bio-fouling. Namun banyak terjadi permasalahan dengan adanya bio-fouling. Hipoklorinasi merupakan salah satu seawater threatment yang paling efektif untuk perawatan air laut, khususnya dalam pengendalian bio-fouling [5]. Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan tim HESS diketahui bahwa masih banyak biota yang tumbuh dan berkembang pada suction basin. Hal ini diduga jumlah klorin yang diinjeksikan kurang memadai untuk menghambat pertumbuhan biota laut akibat produksi sodium hipoklorit yang dihasilkan sedikit dan ph diatas operasional karena laju aliran yang masuk pada electrolyzer hanya 2.2 m 3 /h, arus yang dialirkan hanya A hampir 50% dari arus maksimum, sehingga klorin yang dihasilkan juga hanya 50% dari klorin dalam kondisi normal. Dalam menghambat pertumbuhan biota laut, proses pada hipochlorination package ditinjau dari beberapa hal yaitu laju aliran, total klorin, konsentrasi NaOCl, ph NaOCl, dan residual free chlorine. Kelima hal ini sangat menentukan kualitas dan kuantitas produk hipochlorination package. Namun dalam penelitian ini hanya ditinjau dari laju aliran yang berdampak pada konsentrasi produk NaOCl, dan ph NaOCl yang berdampak pada residual free chlorine. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas hipochlorination package, kelima parameter harus terpenuhi, yaitu laju aliran yang nantinya menentukan kinerja electrolyzer untuk menghasilkan klorin, dan kualitas NaOCl. Sehingga dirancang sistem pengendalian flow masukan electrolyzer berbasis logic solver. Selain laju aliran, parameter lainnya yaitu ph NaOCl, kemudian dirancang sistem pengendalian ph hasil dari elektrolisis, sehingga ph tetap terjaga dalam kurva kerjanya. ph yang dapat terjaga menentukan residual free chlorine yang dihasilkan saat produk elektrolisis diinjeksikan pada SWI pumps suction. Kuantitas dan kualitas hipochlorination package ini dapat dilihat dari kurva respon reaksi dan ph NaOCl. Pada penelitian ini, laju aliran masukan electrolyzer akan terpenuhi sehingga arus yang dialirkan dan total klorin yang dihasilkan maksimum. Klorin yang tercukupi dan ph yang sesuai dengan kurva kerja dapat menghambat pertumbuhan biota laut sehingga tidak merusak instrument dan proses pada Gas Processing Facility (GPF) basin HESS (Indonesia-Pangkah) Limited. II. Tinjauan Pustaka Bab ini berisi landasan teori yang menunjang penyelsaian masalah yang diangkat melalui penelitian ini. 1

2 2.1 Hypochlorination Package Pada dasarnya hipochlorination package adalah unit yang digunakan untuk mengolah air laut menjadi sodium hipoklorite (NaOCl) untuk diinjeksikan pada suction pompa, agar dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan biota yang terbawa oleh air laut. Berikut ini Process flow diagram hipochlorination package Gambar 2.1 Process Flow Diagram Hipochlorination package OPF, HESS-Pangkah [6] Masukan Electrolyzer Pada masukan electrolyzer terdapat tiga SWI pumps. Ketiga pompa ini memiliki spesifikasi dan kapasitas yang sama. Namun dalam kondisi operasi hanya dua pompa yang beroperasi dan satu hanya dalam kondisi standby. Pompa ini bertipe sentrifugal dengan kapasitas normal 850 m 3 /h. Total flowrate dari dua pompa yang bekerja masuk pada header pipe berdiameter 20 inchi dan kemudian bercabang ke suction basin dengan pipa berdiameter 20 inchi dan ke electrolyzer dengan pipa berdiameter. Berikut piping drawing masukan electrolyzer. Dimana / / / Strainer Strainer merupakan filter yang digunakan sebagai menyaring fluida dengan mempertimbangkan besar partikel yang diijinkan lolos. Dalam hipochlorination package ini, strainer yang digunakan mampu menyaring partikel hingga < 300 micron dengan kemampuan absorbs mencapai 40%. Strainer yang digunakan berbahan PVC yang dikenal dengan tahan korosi sehingga cocok untuk air laut. Daya absorbsi yang dimiliki filter tidaklah konstant. Praktiknya, daya absorbsi filter semakin lama akan semakin berkurang sesuai dengan banyaknya solid kurang dari 300 mikron dan air yang tersaring. Dengan daya absorbsi yang semakin berkurang ini, maka laju aliran yang melewati strainer semakin cepat. Sehingga kondisi diatas dapat dijelaskan dengan persamaan sebagai berikut:. %) (2 Dimana, / / % Electrolyzer Electrolyzer adalah alat yang digunakan untuk proses elektrolisis air laut dengan mengalirkan arus listrik pada sel electrolyzer berbentuk tabung dan menghasilkan larutan sodium hipoklorit dan gas hidrogen. Berikut ini reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis [10]: Reaksi oksidasi pada Anoda 2Cl - 2 Cl 2(g) + 2 e - (2.4) Diikuti oleh proses hidrolisis klorin Gambar 2.3 Piping Drawing masukan electrolyzer Cl 2 + H 2 O HOCl + Cl - + H + (2.5) Reaksi reduksi pada Katoda Dari gambar 2.3 masukan electrolyzer dapat Na + + e - Na (2.6) dimodelkan berdasarkan hukum kesetimbangan massa. Diikuti oleh proses hidrolisis sodium Hukum kesetimbangan massa yang sering dikenal dengan 2Na H 2 O + 2 e - 2 NaOH + H 2 (2.7) hukum kontinuitas dalam aliran fluida, yaitu menyatakan Asam (HOCl dan HCl) yang dihasilkan di anoda bahwa massa yang terakumulasi merupakan selisih laju bereaksi dengan basa NaOH yang dihasilkan pada massa input dengan laju massa output. Dengan mengetahui katoda massa yang terakumulasi didalam sistem maka mekanisme HCl + NaOH NaCl + H 2 O (2.8) perubahan massa per satuan waktu dapat dihitung [7]. HOCl + NaOH NaOCl + H 2 O (2.9) Reaksi pada sel electrolyzer (2.1) 2NaOH + Cl 2 NaCl + NaClO + H 2 O (2.10) Total Reaksi Namun dalam pipa tidak terdapat akumulasi massa, sehingga menjadi: NaCl + H 2 O e - NaClO + H 2 (2.11) Berdasarkan data laboratorium didapatkan total massa klorin yang terbentuk dalam proses elektrolisis, (2.2) dengan kesetimbangan reaksi didapatkan mol sodium hipoklorit (persamaan reaksi 2.10) dan mol gas hydrogen (persamaan reaksi 2.11) yang terbentuk, dengan persamaan sebagai berikut: (2.12)

3 Dimana mol = mol unsur m = massa unsur Mr = massa molekul relatif Pada persamaan 2.12 menjelaskan bahwa mol merupakan jumlah materi yang terkandung sebagai kuantitas dasar dalam bentuk atom, molekul atau partikel lain [13] Degassing Tank Produk hasil elektrolisis ditampung dalam degassing tank. Degassing tank mampu mengakomodasi larutan sodium hipoklorit dan pelepasan gas hydrogen dengan cara dilute blower. Degassing tank dapat dimodelkan dengan hukum kesetimbangan massa seperti persamaan. Berikut proses yang terjadi pada degassing tank dan dimodelkan matematis sebagai berikut: daripada (2.13) elemen prosesnya [3]. dimana _ _ _ _ 2.2 Gas Hidrogen Gas hydrogen merupakan salah satu produk dari proses elektrolisis air laut. Gas hydrogen merupakan gas diatomic yang mudah terbakar. Batas ambang ledakan bawah gas hidrogen pada konsentrasi 4.1 % H 2 dan ambang batas atas 74.8% H 2. Jika konsentrasi gas tersebut berada dibawah LEL, maka ledakan tidak akan terjadi karena kurangnya bahan bakar; jika konsentrasi berada diatas UEL, maka tidak tersedia cukup oksigen untuk memulai reaksi. [12] 2.3 Hidrogen Bromine (HBr) Hidrogen bromide merupakan asam yang dapat direaksikan dengan sodium hipochlorite membentuk asam hypobromous yang efisien dan cepat bercampur dalam pipa maupun dalam tangki serta tidak menghasilkan gas klor in yang berbahaya pada konsentrasi kurang dari 2%. Berikut ini reaksi yang terbentuk: HBr + NaOCl HOBr + NaCl (2.14) Dimana HBr = hydrogen bromide precursor NaOCl = sodium hypochlorite HOBr = hypobromous acid NaCl = sodium chloride 2.4 Estimator ph Estimator ph dibangun berdasarkan ph NaOCl yang keluar dari elektrolisis. NaOCl ini yang nantinya diinjeksikan pada suction pompa untuk menghambat tumbuh dan berkembangnya biota laut. Efektivitas klorin tergantung pada biota yang terbawa dan itu merupakan fungsi dari ph. Kekuatan pembunuhan HOCl jauh lebih besar daripada OCl-. Oleh sebab itu, semakin tinggi ph, klorin kurang efektif. Klorin hanya aktif sebesar 1-10% pada ph 8 9. Air laut mengandung ion bromide, klorin mengoksidasi ion bromide dari HOBr yang masih merupakan biosida efektif pada ph Pengendalian Flow Pengendalian flow mempunyai sifat khusus karena cepatnya proses. Elemen proses flow, baik flow gas maupun flow zat cair bereaksi cepat terhadap perubahan bukaan valve. Dalam satu loop, periode respon sistem pengendlian flow lebih ditentukan oleh elemen-elemen instrumentasi Alat ukur yang digunakan dalam pengendalian flow adalah magnetic flowmeter yaitu volumetric flow meter yang tidak mempunyai bagian bergerak dan idela untuk aplikasi air limbah atau cairan kotor yang konduktif listrik [3]. Prinsip kerja magnetic flowmeter ini didasarkan pada hukum induksi elektromagnetik (Faraday s Low), yaitu apabila suatu fluida kondukstif elektrik melewati pipa tranducer, maka fluida akan bekerja sebagai konduktor yang bergerak memotong medan magnet yang dibangkitkan oleh kumparan magnetic transducer, sehingga timbul tegangan listrik induksi. Hubungan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:.. (2.15) Dimana: e = tegangan listrik induksi B = rapat fluks medan magnet l = panjang kondultor (diameter dalam pipa) v = kecepatan konduktor (laju aliran) 2.6 Prinsip Bernoulli Fluida mengalir ketika terjadi perbedaan head pada dua buah titik yang berbeda. Head merupakan energi per satuan berat pada fluida yang mengalir. Penurunan persamaan Bernoulli untuk sepanjang garis arus didasarkan pada hukum Newton II. Persaamaan ini diturunkan dengan anggapan bahwa: a. Fluida tidak memiliki kekentalan/inviscid flow (kehilangan energi akibat gesekan adalah nol) b. Fluida memiliki sifat tak termampatkan (incompressible flow), dimana rapat massa fluida/densitas adalah konstan. c. Aliran steady atau kecepatan aliran (flow rate) adalah merata dalam suatu penampang. [2] Persamaan Bernoulli dinyatakan sebagai berikut [2] : (2.16) 3

4 dimana: p 1 dan p 2 = tekanan pada titik 1 dan 2 v 1 dan v 2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2 z 1 dan z 2 = perbedaan ketinggian titik 1 dan 2 = berat jenis fluida g = percepatan gravitasi = 9,806 m/s 2 Persamaan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan tipe aliran, biasanya untuk fluida inkompresibel tanpa adanya penambahan panas atau energi yang diambil dari fluida. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan. Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran volume (m 3 /s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s). Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel menurut [2] yaitu: Q = A. v (2.17) dimana: Q = laju aliran volume (m 3 /s) A = luas penampang aliran (m 2 ) v = kecepatan aliran fluida (m/s) terjadi pada saat model yang dibuat disimulasikan. Respon daripada kondisi - kondisi yang terjadi ini disebut sebagai aksi. Deskripsi aksi dibuat melalui tabel aksi dan diberi inisialisasi atau penamaan yang identik. Inisialisasi ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi keputusan ganda pada saat tabel kebenaran disimulasikan. Kondisi T (True) adalah kondisi dimana kondisi yang dideskripsikan bernilai 1 (satu), untuk F (False) bernilai nol (0) sedangkan - (antara 1 dan 0) adalah kondisi default. Kondisi default ini adalah kondisi dimana kedua kemungkinan nilai 0 dan 1 menjadi sebuah pilihan. Pada truth table, kondisi default diterjemahkan pada kolom terakhir dan baris terakhir dan harus ada di setiap pembuatan logic solver berbasis truth table ini. Selanjutnya dilakukan perancangan kontroler berbasis logic solver dengan menggunakan simulator. Simulator yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan MATLAB simulink. III. PEMODELAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alur Penelitian Berikut merupakan tahapan - tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijabarkan melalui flowchart berikut. 2.7 Logic Solver sebagai Controller Kontroler berbasis logic solver adalah suatu tipe kontroler yang bekerja berdasarkan logika (logic). Perbedaan mendasar dari kontroler ini adalah tidak adanya operasi berupa perhitungan matematik seperti pada mode kontrol proporsional (P), proporsional integral (PI), maupun proporsional integral derivatif (PID). Dengan kata lain, untuk kontroler berbasis logic solver, sudah ditentukan berapa nilai keluaran sinyal kontrol. Penentuan nilai sinyal kontrol logic solver ini didasari oleh hasil pengujian secara open loop, dimana melalui pengujian secara open loop ini dapat diketahui berapa nilai sinyal kontrol yang sesuai untuk membuka control valve sehingga proses variabel yang dikendalikan mampu mencapai set point. Dengan kata lain algoritma kontroler berbasis logic solver dibangun berdasarkan logika kontrol yang diinginkan untuk mengatur suatu sistem tertentu. Prinsipnya adalah dengan mengetahui range sinyal kontrol tertentu untuk mencapai set point yang diinginkan Aplikasi Logic Solver dengan Tabel Kebenaran Logic solver pada dasarnya berisi sebuah perintah sebab - akibat yang befungsi sebagai pasangan aksi - kondisi dari sebuah proses. Pasangan aksi - kondisi pada logic solver dapat disusun melalui deskripsi kondisi yang kemudian diartikan oleh kontroler melalui tabel aksi. Tabel kondisi adalah suatu kumpulan deskripsi kondisi daripada tabel kebenaran sebagai interpretasi kejadian yang mungkin Gambar 3.1 Alur Penelitian Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa tahapan, antara lain: melakukan observasi tinjauan lapangan permasalahan yang ada dilapangan. Setelah menemukan permasalahan selanjutnya dilakukan studi literatur mengenai plant melalui PFD & P&ID serta mengamati proses yang terjadi. 4

5 Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan datasheet dari setiap instrument yang berhubungan serta data daily record masing-masing instrument. Keseluruhan data ini digunakan untuk memodelkan dinamika proses yang terjadi pada hipochlorinaton package. Setelah mendapatkan model masing-masing instrument, kemudian dilakukan verifikasi data kalibrasi untuk menentukan daily record masih sesuai dengan pengukuran sebenarnya atau tidak. Selanjutnya dilakukan pemodelan plant secara matematis dan dimodelkan dalam simulink MATLAB, kemudian model tersebut divalidasi untuk mengetahui sudah sesuai dengan dinamika plant atau tidak. Apabila belum sesuai dengan dilakukan pemodelan matematis ulang, dan apabila sesuai dirancang pengendalian berbasis logic solver, selanjutnya dianalisa sistem pengendalian hipochlorination secara keseluruhan. 3.2 Perancangan Hipochlorination Package Masukan Electrolyzer Dalam rancangan pengendalian flow ini dilakukan modifikasi piping agar laju aliran yang masuk ke electrolyzer lebih besar sehingga laju aliran ini dapat dimanipulasi oleh bukaan control valve yang masuk ke electrolyzer, dan sisa laju aliran dikembalikan pada pipa suction basin. FV-142 sebagai flow control valve mendapatkan sinyal kontrol dari FIC-142 berdasarkan hasil pengukuran flow FT-142 di inlet electrolyzer. Berikut ini diagram blok dan P&ID rancangan sistem pengendalian flow. Dan didapatkan persamaan: _ Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa laju aliran masukan pada electrolyzer adalah laju aliran SWI dikurangi laju aliran yang menuju pada Basin. Selain data laju aliran menuju basin, didapatkan juga data laju aliran yang berasal dari SWI pump, yang diplot dalam MINITAB sebagai berikut: SWI Fitted Line Plot SWI = t t3** t3** t Regression 95% CI 95% PI S R-Sq 96.3% R-Sq(adj) 96.3% Gambar 3.5 Kurva laju aliran SWI Dan didapatkan persamaan: _ Berdasarkan persamaan 2.2 pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa masukan electrolyzer berdasarkan hukum kontinuitas. Dari persamaan tersebut kemudian disimulasikan dalam MATLAB Simulink, dan berikut model masukan electrolyzer: Gambar 3.2 Diagram blok sistem pengendalian flow Gambar 3.6 Wiring Masukan Electrolyzer Gambar 3.3 P&ID Rancang Pengendalian Flow flow_basin Fitted Line Plot flow_basin = t t3** t3** t Regression 95% CI 95% PI S R-Sq 90.4% R-Sq(adj) 90.3% Gambar 3.4 Kurva laju aliran menuju basin - Flow Transmitter FT-142 Flow transmitter FT-142 membaca dan mentransmisikan sinyal pembacaan ke control room. Transmitter ini membaca besaran laju aliran masukan pada electrolyzer. Fungsi transfer dari flow transmitter dapat diperoleh melalui persamaan berikut: m3/s

6 Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh fungsi transfer sebagai berikut: Flow Control Valve FV-142 Untuk mengontrol laju aliran masukan pada electrolyzer digunakan control valve FV-142. Model matematis dari control valve sebagai berikut: 1 dimana = laju aliran electrolyzer yan termanipulasi (m 3 /s) = sinyal masukan ke control valve (ma) = gain control valve = time konstan control valve (s) /. dengan / Gain control valve didefinisikan sebagai perubahan aliran yang melalui control valve terhadap perubahan masukan control valve. 10 m 3 /h 0 m 3 /h Besarnya time konstan control valve dapat diperoleh dengan menuliskan persamaan: dimana = Fraksi massa perubahan control valve = Perbandingan time konstan inherent dengan time stroke = 0,03 (untuk jenis actuator diaphragm) = 0,3 (untuk jenis actuator piston) dapat diperoleh dari persamaan berikut dengan = Faktor Stroking time valve = 0,676 = koefisien control valve = 0,39 (untuk jenis positioner I/P) 0, ,3 0, ,253 Sehingga fungsi transfer dari control valve sebagai berikut: , Strainer Berdasarkan data laboratorium didapatkan kemampuan absorbsi strainer berdasarkan fungsi waktu sehingga dapat di-plot dalam MINITAB, sebagai berikut: %absorbsi Fitted Line Plot %absorbsi = Time Time** Time** Time Regression 95% CI 95% PI S R-Sq 99.4% R-Sq(adj) 99.4% Gambar 3.8 Kurva Daya Absorsi Strainer Berdasarkan persamaan daya absorbsi strainer, maka didapatkan pemodelan dalam MATLAB Simulink sebagai berikut : Gambar 3.9 Wiring Daya Absorsi dan laju aliran Strainer Electrolyzer Laju aliran masukan pada electrolyzer menentukan arus yang dialirkan pada elecrolyzer karena arus menentukan banyaknya Cl 2 yang dihasilkan dalam proses elektrolisa, sehingga perlu diketahui hubungan antara laju aliran dan arus yang dialirkan, sebagai berikut : Tabel 3.1 Hubungan Laju aliran electrolyzer, arus, dan Cl 2 Kondisi Laju Aliran m 3 Arus Total Cl /s 2 (A) (g/h) 1 Laju_aliran < < Laju_aliran < < Laju_aliran < < Laju_aliran < Dari total Cl 2 yang dihasilkan, dapat dicari mol Cl 2 yang dihasilkan. Pada reaksi elektrolisis berdasarkan kesetimbagan reaksi, besarnya jumlah mol Cl 2 yang bereaksi sebanding dengan jumlah mol NaOCl yang bereaksi. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: 2NaOH + Cl 2 NaCl + NaClO + H 2 O Jumlah mol NaOCl diketahui, kemudian dihitung laju aliran massa NaOCl dan konsentrasi. Dari persamaan mol konsentrasi dan ph, maka 6

7 didapatkan pemodelan elektrolisis dalam MATLAB- Simulink Degassing Tank Pemodelan degassing tank berdasarkan hukum kesetimbangan massa sebagai berikut: Dari model diatas disimulasikan dalam MATLAB dan didapatkan model sebagai berikut: 3.3 Logic Solver Sebagai Kontroller Pada pengendalian hipochlorination package ini menggunakan logic solver sebagai controller. Berikut ini dijelaskan logic solver sebagai controller pengendalian flow, tunning arus, pengendalian ph NaOCl, pengendalian level pada degassing tank, dan pengendalian konsentrasi gas hydrogen Kontroller pengendalian flow seawater inlet electrolyzer Dalam pengendalian flow seawater inlet untuk memanipulasi laju aliran pada flow control valve digunakan logic solver sebagai controller untuk memberikan sinyal control berdasarkan error dari variabel yang terukur dengan setpoint. Berikut ini diagram alur pengendalian flow seawater inlet electrolyzer dengam menggunakan logic solver: Gambar 3.11 Simulasi Degassing Tank Berdasarkan MSDS (Material Safety Data Sheet) didapatkan = 1022 kg/m 3 sehingga laju aliran NaOCl dapat dimodelkan sebagai berikut: Gambar 3.12 Simulasi Laju Aliran gas NaOCl Sedangkan laju aliran masukan gas H 2 didapatkan dari perhitungan mol H 2 yaitu sebanding dengan mol NaOCl dengan = 1.15 kg/m 3, sebagai berikut: Gambar 3.13 Simulasi Laju Aliran gas H 2 Gambar 3.15 Flowchart Pengendalian Flow Seawater Inlet Electroyzer Dari flowchart Gambar 3.15 dapat diketahui bahwa berdasarkan nilai error, controller memberikan sinyal control ke control valve yang kemudian oleh control valve digunakan untuk memanipulasi laju aliran Kontroller Tunning Arus Electrolyzer Pada proses elektrolisis dialirkan arus yang digunakan dalam reaksi. Besarnya arus yang dialirkan pada sel elektrolisis menentukan banyaknya klorin yang dihasilkan pada reaksi ini. Oleh sebab itu untuk memaksimalkan produksi klorin yang terbentuk, arus yang dialirkan ditentukan berdasarkan laju aliran yang masuk pada sel elektrolisis dan digunakan logic solver sebagai controller untuk men-tunning arus yang dialirkan. Berikut diagram alur logic solver sebagai controller tunning arus pada electrolyzer: Gambar 3.14 Simulasi konsentrasi gas H 2 7

8 Pada degassing tank terdapat pengendalian level larutan sodium hypochlorite dengan logic solver sebagai controller yang memberikan sinyal control berdasarkan variable yang terukur yaitu level. Sinyal control ini memberikan aksi pada pompa untuk memanipulasi laju aliran yang diinjeksikan pada suction SWI pumps. Berikut ini diagram alur logic solver sebagai controller pengendalian level: Gambar 3.16 Flowchart Tunning Arus pada Electrolyzer Kontroller Pengendalian ph NaOCl Hasil proses elektrolisis menghasilkan larutan sodium hipoclorite (NaOCl) dan gas hydrogen. Dalam menghambat pertumbuhan biota laut, sodium hypochlorite digunakan sebagai disinfektan yang diinjeksikan pada suction pompa, sehingga diharapkan dapat bereaksi langsung dengan air laut serta biota yang terbawa saat air laut dipompa oleh SWI pumps. Setelah sodium hipochlorite ini berekasi dengan air laut akan dihasilkan free residual chlorine, dimana dalam menjamin kualitas free residual chlorine, ph sodium hypochlorite dipertahankan 8. Oleh sebab itu digunakan logic solver sebagai controller pengendalian ph dengan memberikan sinyal control ke control valve untuk memanipulasi laju aliran larutan asam HBr untuk mempertahankan ph 8. Berikut diagram alur logic solver sebagai controller pengendalian ph NaOCl pada electrolyzer: Gambar 3.18 Flowchart Pengendalian Level Degassing Tank Kontroller Pengendalian Konsentrasi Gas H 2 pada Degassing Tank Produk hasil elektrolisis selain NaOCl terdapat juga gas hydrogen yang harus dipertahankan konsentrasinya. Hal ini disebabkan hydrogen mudah terbkar diluar batas ambangnya. Oleh sebab itu digunakan logic solver sebagai controller untuk mengendalikan konsentrasi gas hydrogen dengan memberikan sinyal control pada blower untuk memanipulasi laju aliran dilute blower. Berikut ini diagram alur logic solver sebagai controller pengendalian konsentrasi hydrogen: Gambar 3.17 Flowchart Pengendalian ph NaOCl Dari flowchart Gambar dapat diketahui bahwa berdasarkan nilai error, controller memberikan sinyal control ke control valve yang kemudian oleh control valve digunakan untuk memanipulasi laju aliran Kontroller Pengendalian Level Degassing Tank Gambar 3.19 Flowchart Pengendalian Konsentrasi Gas H 2 Degassing Tank 8

9 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Model Dinamik Komponen Penyusun Sistem Pengendalian Flow Inlet Electrolyzer Sistem pengendalian flow seawater inlet electrolyzer ini terdiri dari beberapa komponen diantaranya laju aliran dari SWI pumps, laju aliran menuju basin, strainer, flow transmitter, flow control valve, dan logic solver sebagai controller. Pada pengujian model dinamik dilakukan pengujian masing-masing komponen penyusunnya terlebih dahulu dengan memberikan sinyal uji step. Hal ini bertujuan untuk memvalidasi model matematik yang telah disusun sesuai atau tidak. Kemudian dilakukan pengujian terhadap logic solver sebagai controller dengan memberikan sinyal uji step, merubah-ubah setpoint sehingga mampu menunjukkan bahwa controller dapat melakukan tracking setpoint, dan memberikan beban guna menunjukkan kemampuan dari controller dalam menerima gangguan Laju Aliran SWI pumps Pada bab II dijelaskan bahwa SWI pumps merupakan pompa sentrifugal dengan kapasitas normal rate 850 m 3 /h. Terdapat tiga buah pompa pada sea water intake ini, namun dalam kondisi normal hanya dua buah pompa yang beroperasi. Berdasarkan data dari Distributed Control System (DCS) didapatkan data laju aliran total SWI pumps yang kemudian diplot dalam minitab seperti pada gambar 3.4, dan didapatkan persamaan laju aliran SWI pumps dalam waktu tertentu. Persamaan tersebut diatas menjadi acuan model matematis yang disimulasikan dalam Matlab. Dan dilakukan pengujian pada model ini dengan memberikan sinyal step didapatkan kurva respon sebagai berikut: Gambar 4.1 menunjukkan bahwa laju aliran SWI pumps dengan dua buah pompa yang bekerja berkisar antara 1030 m 3 /h 1075 m 3 /h. Kurva ini menunjukkan kondisi SWI pumps dalam kondisi start up hingga menuju stabil. Terlihat pola kondisi transien pompa ini untuk mencapai normal laju aliran namun laju aliran belum mencapai kapasitas normal rate. Hal ini dapat disebabkan karena penjumlahan dua buah pompa yang dipasang secara pararel dalam teori menjelaskan bahwa maksimum laju aliran total lebih kecil dari laju aliran kedua pompa, yakni kurang dari 1700 m 3 /h. Karena dalam praktiknya didalam pompa terdapat beberapa minor dan mayor loss dari fenomena aliran fluida dan head loss dari pompa tersebut. Gambar 4.1 Respon Laju Aliran SWI Pumps Laju Aliran Basin Pada Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa laju aliran SWI pump kemudian menuju Suction Basin dan inlet elctrolyzer. Pada suction basin air laut digunakan untuk me-spray SO 2 Scrubber. Berdasarkan data dari Distributed Control System (DCS) didapatkan data laju aliran menuju suction basin yang kemudian diplot pada minitab seperti gambar 3.5, dan didapatkan persamaan laju aliran Basin dalam waktu tertentu. Persamaan tersebut diatas menjadi acuan model matematis yang disimulasikan dalam Matlab. Dan dilakukan pengujian pada model ini dengan memberikan sinyal step didapatkan kurva respon sebagai berikut: Gambar 4.2 Respon Laju Aliran menuju Basin Terlihat bahwa laju aliran Basin pada kondisi start up hingga menuju stabil. Pola kurva yang ditunjukan oleh Gambar 4.2 ini hampir sama dengan pola kurva laju aliran SWI pump pada Gambar 4.1. Namun yang berbeda waktu yang dibutuhkan lebih untuk mencapai stabil lebih lama. Hal ini disebabkan untuk mencapai suction basin diperlukan waktu lebih lama dikarenakan jarak antara SWI pumps dengan suction basin relatif jauh Stainer Sebelum masuk pada electrolyzer, guna mendapatkan kualitas air laut yang bersih, air laut difilter terlebih dahulu pada strainer. Seperti dijelaskan pada bab II, strainer ini menyaring fluida dengan pertimbangkan besar partikel yang diijinkan lolos. Yang diharapkan dalam penyaringan distrainer ini, dapat menyaring bendabenda yang terbawa oleh air laut misalnya lumpur, kerang, batu-batuan kecil, atau bahkan sampah ayng terbawa arus laut. Hal ini dapat meminimalisir kerusakan electrolyzer dan peralatan proses lainnya. Namun dalam kinerjanya strainer ini mempunyai keterbatasan daya absorbs hanya 40%. Dari data laboratorium didapatkan daya absorbs dari strainer yang kemudian pada bab III data ini diplot dalam minitab dan didapatkan kurva pada Gambar 3.8. Persamaan dalam kurva tersebut dijadikan acuan model pada simulink 9

10 matlab, dan didapatkan hasil kurva respon seperti pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Respon Daya Absorbsi Dari kurva Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa daya absorbs dari strainer menurun setiap waktu. Sehingga perlu dilakukan pengecekan dan pembersihan pada strainer tersebut setiap sekon, atau sehari sekali. Hal ini sesuai dengan informasi yang didapatkan dari lapangan, bahwa dilakukan pembersihan strainer setiap hari. Adapun laju aliran keluaran dari strainer ditunjukan pada gambar 4.4 yaitu laju aliran keluaran dari strainer naik setiap waktu. Hal ini berlawanan dengan daya absorbs dimana semakin lama daya absorbs menurun sehingga banyak laju aliran yang diijinkan lolos dan mengakibatkan laju aliran keluaran meningkat setiap waktunya. Setelah melewati strainer, laju aliran masukan electrolyzer inilah nantinya yang akan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan electrolyzer untuk memproduksi sodium hypochlorite (NaOCl). Pengujian pada inlet electrolyzer dilakukan dengan memberikan sinyal step pada masukan laju aliran SWI dan laju aliran Basin. Dalam kondisi normal range laju aliran SWI m 3 /h dan Laju aliran Basin m 3 /h. Dari pengujian ini didapatkan kurva pada gambar 4.5, yaitu laju aliran masukan electrolyzer pada range m 3 /h. Hal ini menujukkan bahwa dalam kondisi normal maksimum yang masuk pada electrolyzer m 3 /h yakni dibawah maksimum laju aliran yang didesain. Pada Kondisi kedua inlet electrolyzer diberi gangguan dengan menaikan laju aliran SWI m 3 /h. Dan dapat dilihat pada Gambar 4.2 laju aliran inlet electrolyzer m 3 /h. Kedua kondisi ini tanpa ada pengendalian flow. Gambar 4.6 Respon Inlet Electrolyzer dalam Kondisi Gangguan tanpa Control Flow Gambar 4.4 Respon Laju Aliran Keluaran Strainer Inlet Electrolyzer Pada masukan electrolyzer dilakukan modifikasi piping untuk memenuhi kebutuhan laju aliran yaitu 16 inchi menuju Basin dan 12 inchi menuju electrolyzer. Modifikasi piping ini mampu memenuhi kebutuhan laju aliran masukan electrolyzer, yaitu dengan maksimum laju aliran yang diijinkan masuk adalah 10 m 3 /h Flow Transmitter Pada pengujian flow transmitter, diberikan sinyal uji step dengan sinyal inputan yang merupakan flow yang tercatat pada spesifikasi range flow yang mampu dicatat oleh flow transmitter yaitu m 3 /h. Pada pengujian ini, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelogisan model matematis pada flow transmitter. Gambar 4.7 Respon Flow Trasnmitter dalam Kondisi Normal Gambar 4.5 Respon Inlet Electrolyzer dalam Kondisi Normal tanpa Control Flow Berikut ini adalah grafik respon flow transmitter. Pada pengujian flow transmitter ini digunakan sinyal step dengan range m3/h pada kondisi normal dan m3/h pada kondisi gangguan. 10

11 Gambar 4.8 Respon Flow Trasnmitter dalam Kondisi Gangguan Pada kondisi normal m3/h, flow transmitter yang terbaca pada ma. Pada kondisi normal m3/h, flow transmitter yang terbaca pada ma Flow Control valve Pada pengujian control valve kali ini, akan diberikan sinyal uji step dengan standar nilai inputan sinyal kontrol, yaitu sebesar 4-20 ma. Pada pengujian ini, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelogisan model matematis pada control valve. Gambar 4.9 Respon Flow Control valve dalam Kondisi Normal Pada kondisi laju aliran masukan normal, control valve menerima sinyal control 14,3 ma yang sebanding dengan laju aliran pada control valve sebesar 3.3 m 3 /h. Sedangkan pada kondisi diberi gangguan control valve menerima sinyal control maksimum sebesar 20 ma dan sebanding dengan laju aliran control valve 9.98 m 3 /h. Gambar 4.10 Respon Flow Control valve dalam Kondisi Gangguan Penentuan Logic solver Sebagai Controller Logic solver pada inlet electrolyzer ini digunakan untuk menentukan sinyal control yang dikirimkan ke control valve untuk memanipulasi bukaan control valve. Ada tiga kondisi error yang digunakan, yaitu dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada Gambar 3.15 flowchart pengendalian flow seawater inlet electrolyzer diketahui pada kondisi pertama yaitu jika error pengukuran > maka sinyal control u 4 ma, sehingga flow dari control valve 0 m 3 /h. Pada kondisi kedua jika error diantara maka controller akan memberikan sinyal control ma, sehingga flow pada control valve 1.95 m 3 /h. Pada kondisi ketiga jika error diantara maka controller akan memberikan sinyal control 14.4 ma, sehingga flow control valve 2.31 m 3 /h. Dan jika error pengukuran <= maka controller akan memberikan sinyal control ma, sehingga flow control valve 2.22 m 3 /h. Dan dari hasil training logic solver pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa saat diberikan masukan , dan sebagai error pengukuran, controller memberikan sinyal 4 ma, sesuai dengan yang diharapkan controller, yakni jika error pengukuran > maka sinyal control 4 ma. Pada saat diberikan masukan , controller memberikan sinyal ma, sesuai dengan yang diharapkan controller, yakni jika error diantara <= maka controller akan memberikan sinyal control ma. Pada saat diberikan masukan 0.431, controller memberikan sinyal ma, sesuai dengan yang diharapkan controller, yakni jika error diantara maka controller akan memberikan sinyal control ma. Dan saat diberikan masukan , controller memberikan sinyal 14.4 ma, sesuai dengan yang diharapkan controller, yakni jika error diantara maka controller akan memberikan sinyal control 14.4 ma Pengendalian Flow dengan Variasi Setpoint Pada awal bab ini dijelaskan bahwa untuk menguji kehandalan pengendalian flow yang telah dibangun, dilakukan tracking setpoint dengan memberikan setpoint yang berubah-ubah untuk menguji apakah logic solver yang digunakan mampu mengendalian sistem menuju keadaan yang diinginkan. Dalam penelitian ini dilakukan variasi 3 setpoit yaitu 3.75 m 3 /h, 4 m 3 /h dan 4.25 m 3 /h. Pengujian ini dalam kondisi plant yang sama yaitu pada kondisi normal. Berikut hasil pengujian pengendalian flow berbasis logic solver. Tabel 4.1 Hasil pengendalian flow berbasis logic solver Kondisi Sp %Bukaan Ess Ts (s) CV (%) SWI : % s Basin : % s % s Pada Tabel 4.1 didapatkan hasil pengendalian flow dengan variasi setpoint. Dapat dilihat bahwa pada setpoint 3.75 controller mampu memberikan sinyal control sehingga control valve membuka %, error steady state yang didapatkan 0.053%, yakni kurang dari 2 % dari parameter kestabilan, dan settling time 18.5 sekon. 11

12 Hal ini dapat dinyatakan dengan pengendalian flow berbasis logic solver ini pada setpoint 3.75 controller mampu mencapai kondisi stabil dalam waktu yang cepat. Pada setpoint 4, controller mampu memberikan sinyal control sehingga control valve membuka 63.52%, error steady state yang didapatkan 0.875%, yakni kurang dari 2 % dari parameter kestabilan, dan settling time 17.5 sekon. Hal ini dapat dinyatakan dengan pengendalian flow berbasis logic solver ini pada setpoint 4 controller mampu mencapai kondisi stabil dalam waktu yang lebih cepat. Dan pada setpoint 4.25, controller mampu memberikan sinyal control sehingga control valve membuka 61.32%, error steady state yang didapatkan 0.212%, yakni kurang dari 2 % dari parameter kestabilan, dan settling time 20.8 sekon. Hal ini dapat dinyatakan dengan pengendalian flow berbasis logic solver ini pada setpoint 4.25 controller mampu mencapai kondisi stabil dalam waktu yang lebih lama. Berikut kurva respon yang dihasilkan dalam pengujian tracking setpoint pengendalian flow. Sistem pengendalian ph NaOCl bertujuan guna menjaga ph NaOCl, sehingga NaOCl mampu bereaksi dengan air laut lebih maksimal. Berikut ini pengujian komponen penyusun sistem pengendalian ph NaOCl Electrolyzer Pada electrolyzer masukan berupa laju aliran yang kemudian terjadi proses elektrolisis, dan dihasilkan larutan NaOCl dan gas H 2. Adapun parameter yang diperhatikan yaitu laju aliran NaOCl, laju aliran H 2, Konsentrasi NaOCl, Konsentrasi H 2, dan ph NaOCl. Pada Gambar 4.14 menunjukkan laju aliran NaOCl dan gas H 2. Pada kondisi pertama yaitu laju aliran < 1 m3/h, laju aliran NaOCl = 14.8 g/h dan H 2 = g/h. Pada kondisi setpoint yaitu kondisi ke-4 saat laju aliran 3-4 m3/h, laju aliran NaOCl = 2833 g/h dan H 2 = g/h. Pada Gambar 4.15 menunjukkan konsentrasi NaOCl dan gas H 2. Pada kondisi pertama yaitu laju aliran < 1 m3/h konsentrasi NaOCl = 14.8 g/h dan H 2 = g/h. Pada kondisi setpoint yaitu kondisi ke-4 saat laju aliran 3-4 m3/h konsentrasi NaOCl = g/h dan H 2 = g/h. Gambar 4.12 Respon Inlet Electrolyzer dengan tiga variasi setpoint Pengendalian Flow dengan Logic solver dengan Pemberian Beban Selain dilakukan tracking setpoint, untuk menguji kehandalan pengendalian flow yang dibagun, dilakukan pemberian beban berupa kenaikan laju aliran SWI pumps diluar kondisi normal yaitu range laju aliran SWI m 3 /h. Dengan pengendalian flow controller mampu mengendalian laju aliran mendekati setpoint yaitu steady pada m 3 /h dan settling time 19.3 sekon. Hal ini dapat dinyatakan bahwa pengendalian flow berbasis logic solver ini dengan pemberian beban, controller mampu mencapai kondisi stabil dalam waktu yang cepat. Gambar 4.13 Respon Inlet Electrolyzer dalam Kondisi Gangguan dengan Control Flow 4.2 Pengujian Model Dinamik Komponen Penyusun Sistem Pengendalian ph Sodium Hipochlorite (NaOCl) Gambar Respon ph NaOCl Pada Gambar 4.12 menunjukkan ph NaOCl. Terlihat bahwa ph NaOCl diatas 9 dan hampir 12. Hal ini menghasilkan kualitas yang kurang baik jika direaksikan dengan air laut yang memiliki ph = 8. Larutan menjadi lebih jenuh dan akibatnya banyak free residual chlorine yang terbuang dan mencemari laut Logic solver Sebagai Controller Tunning Arus Pada electrolyzer, logic solver digunakan sebagai controller untuk mentunning arus yang dialirkan pada sel elektrolisis. Besarnya arus ini sebanding dengan banyaknya klorin yang akan terbentuk dalam proses elektrolisis. Gambar 4.13 menunjukkan hasil respon control tunning arus dengan menggunakan logic solver. Terlihat bahwa pada kondisi 1 klorin yang terbentuk dan pada kondisi setpoint yaitu kondisi keempat klorin yang terbentuk

13 Gambar 4.17 Respon Tunning Arus Untuk Menentukan Total Chlorine yang Terbentuk Logic solver Sebagai Controller ph Control Logic solver juga digunakan sebagai controller untuk pengendalian ph. Logic solver ini menentukan sinyal control berdasarkan nilai error pengukuran ph antara nilai pengukuran dan setpoint. Gambar 4.18 menunjukkan ph NaOCl tanpa pengendalian ph, terlihat ph diatas 9. Pada Gambar 4.14 terlihat respon ph NaOCl pada kondisi normal dengan pengendalian ph mampu menurunkan ph hingga 8. Gambar 4.18 Respon ph NaOCl dengan pengendalian ph dalam Kondisi Normal Dan pada saat dalam kondisi diberikan gangguan, ph hanya mampu turun hingga Gambar4.19 Respon ph NaOCl dengan pengendalian ph dalam Kondisi Gangguan Dalam kondisi ph sekitar 8 ini diharapkan sodium hypochlorite mampu bereaksi lebih maksimum dengan air laut, dan dapat memenuhi residual free chlorine yang ditentukan. Hal ini berdampak pada kualitas dalam menghambat pertumbuhan biota laut dan dapat mengakibatkan pencemaran laut jika residual free chlorine diluar ketentuan lingkungan. 4.3 Pengujian Model Dinamik Sistem Pengendalian pada Degassing Tank Setelah proses elektrolisis, kemudian hasil dari elektrolisis ini ditampung dalam degassing tank. Seperti yang dijelaskan pada bab II bahwa Degassing tank mampu mengakomodasi larutan sodium hipoklorit dan pelepasan gas hydrogen dengan cara dilute blower. Sehingga degassing tank terdapat pengendalian level NaOCl dengan menggunakan logic solver sebagai controller. Logic solver ini mengirimkan sinyal control ke dosing pompa untuk memanipulsi laju aliran pompa. Pada simulasi close loop didapatkan level yang dapat dijaga < 7.7 m 3 yaitu dalam kondisi normal. Selain pengendalian level, konsentrasi gas hydrogen dipertahankan dalam ambang batasnya. Pengendalian konsentrasi gas H2 ini juga menggunakan logic solver sebagai controller. Logic solver menentukan sinyal control ke blower untuk memanipulasi laju aliran blower. Dari simulasi close loop didapatkan konsentrasi gas hydrogen dapat dipertahankan 3.5 % gas H 2 dan termasuk dibawah batas ambang bawah gas H 2. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan simulasi perancangan sistem pengendalian flow seawater inlet dan ph NaOCl hipochlorination package di HESS (Indonesia- Pangkah), dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Dilakukan modifikasi piping percabangan menuju suction basin dan electrolyzer berdasarkan kebutuhan laju aliran, yakni 16 inchi menuju suction basin dan 12 menuju electrolyzer dengan laju aliran max 10 m 3 /h. 2. Diperoleh suatu rancangan sistem pengendalian flow seawater inlet dan ph control dengan kontroller yang digunakan berupa logic solver. Masukan controller berupa error antara pengukuran dan setpoint. Sedangkan keluaran logic solver berupa sinyal control menuju control valve untuk memanipulasi laju aliran. 3. Pada pengujian sistem pengendalian flow didapatkan laju aliran inlet electrolyzer dapat terpenuhi, yaitu: - Pada setpoint 3,75 %bukaan valve 66,08%, Error steady state % dan time settling 18.5 sekon - Pada setpoint 4 %bukaan valve 63.52%, Error steady state % dan time settling 17.5 sekon - Pada setpoint 4.25 %bukaan valve 61.32%, Error steady state % dan time settling 20.8 sekon 4. Pengendalian flow yang terpenuhi berdampak pada hasil elektrolisis, dengan set arus maksimum didapatkan total klorin maksimum yakni 2.7 g/h sehingga konsentrasi NaOCl 708 mg/ml, namun ph NaOCl mendekati Pada pengendalian ph NaOCl dengan menambahkan larutan asam HBr dengan %bukaan valve 3.811% didapatkan ph 8 dan error steady state %. 13

14 5.2 Saran Dalam rangka pengembangan penelitian, saran yang perlu disampaikan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah dalam penelitian selanjutnya perlu dikaji banyaknya biota yang terbawa dalam satuan volume, sehingga NaOCl yang diinjeksikan bisa lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA [1] Amri., Totok., S., Perancangan Sistem Pengendalian Pembakaran Pada Duct Burner Waste Heat Boiler (WHB) Berbasis Logic Solver. Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika- ITS [2] Fox, Robert, Alan T., and Philip J.P, Introduction to Fluid Dynamics, Sixth Edition. John Willey & Sons, Inc, United States of America. [3] Gunterus, Frans Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo [4] Help MATLAB Simulink R2009a, Programming a Truth Table. [5] Incropera, F.P. and DeWitt, D.Pd, Introduction to Heat Transfer. John Wiley and Sons Inc., USA [6] Manual Book Operating and Control Philosophy for Onshore Processing Facility, HESS (Indonesia-Pangkah), Ltd. [7] Liptak, B.L Instrument Engineers' Handbook, Fourth Edition, Volume Two- Process Control and Optimization [8] Ogata, Katsuhiko Modern Control Engineering, Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc. United States of America [9] Rajagopal, Sanjeevi How effective is intermittent chlorination to control adult mussel fouling in cooling water systems?. Water Research [10] [11] [12] [13] BIODATA PENULIS Nama : Ike Meillina Putri TTL : Surabaya, 8 Mei 1989 Riwayat Pendidikan: Tek. Fisika ITS Surabaya 2007 sekarang SMA Negeri 1 Tuban SMP Negeri 1 Tuban SDN Kaliasin III Surabaya

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA. Analisis Sistem Pengendalian Level Air pada Liquid Separator dan Coalescer untuk Mengantisipasi Terjadinya Fenomena Oil Spill, HESS (Indonesia-Pangkah) Limited, Gresik Selvi Eka Puspitasari 2407 100 027

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA

Institut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA Oleh : ITS Institut Teknologi Sepuluh Nopember Arya Dwi Prayoga 2408100097 Pembimbing : Fitri

Lebih terperinci

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh :

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh : 4.2 Self Tuning PID Controller Untuk lebih memaksimalkan fungsi controller maka perlu dilakukan tuning lebih lanjut terhadap parameter PID pada controller yaitu pada nilai PB, Ti, dan Td. Seperti terlihat

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya

Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya Arya Dwi Prayoga, Fitri Adi Iskandarianto,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,

Lebih terperinci

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING : Perancangan Sistem Pengendalian Rasio Aliran Udara dan Bahan Bakar Pada Boiler Di Unit Utilitas PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban Dengan Menggunakan Sistem Pengendali PID -Fuzzy OLEH

Lebih terperinci

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve ROFIKA NUR AINI 1206 100 017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chevron Corporation merupakan salah satu perusahaan dunia yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan gas yang berpusat di California, Amerika Serikat. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran pada Pipa Bahan Bakar untuk Kebutuhan Awal Pembakaran Gas Turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dibahs mengenai pengujian control reheat desuperheater yang telah dimodelkan pada matlab sebagaimana yang telah dibahas pada bab III, aspek

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA)

PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA) PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA) Program Studi S-1 Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) Fihir, Hendra Cordova Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK

RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK RANCANG BANGUN SELF TUNING PID KONTROL PH DENGAN METODE PENCARIAN AKAR PERSAMAAN KARAKTERISTIK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator

Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator 1 Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator Andi Saehul Rizal, Dr.Bambang Lelono W., itri Adi Iskandarianto Jurusan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph PADA SEMIBATCH REACTOR DENGAN MENGGUNAKANFUZZY LOGIC CONTROL UNTUK STUDI KASUS PENETRALAN CH3COOH DAN NaOH

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph PADA SEMIBATCH REACTOR DENGAN MENGGUNAKANFUZZY LOGIC CONTROL UNTUK STUDI KASUS PENETRALAN CH3COOH DAN NaOH PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph PADA SEMIBATCH REACTOR DENGAN MENGGUNAKANFUZZY LOGIC CONTROL UNTUK STUDI KASUS PENETRALAN CH3COOH DAN NaOH Roza Hamidyantoro, Hendra Cordova, Ronny Dwi Noriyati Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisa perancangan kontrol level deaerator yang telah dimodelkan dalam LabVIEW sebagaimana telah dibahas pada bab III. Dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI Pada Bab III akan dibahas perancangan simulasi kontrol level deaerator. Pada plant sebenarnya di PLTU Suralaya, untuk proses kontrol level deaerator dibuat di

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Control Unit G.U.N.T Tipe dengan Pengendali PID MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor, Juni 9 SIMULASI KENDALIAN FLOW CONTROL UNIT G.U.N.T TIPE DENGAN PENGENDALI PID Syahrir

Lebih terperinci

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik

Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Rancang Bangun Self Tuning PID Kontrol ph Dengan Metode Pencarian Akar Persamaan Karakteristik Muhammad Riza Alaydrus, Hendra Cordova ST, MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

Oleh : Heldi Usman

Oleh : Heldi Usman TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE PADA PCV 351 DI DPPU NGURAH RAI-DENPASAR BALI Oleh : Heldi Usman 2407 100 047 Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO Permasalahan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 13, No. 1, Mei 2016, 37-48 DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL Mardlijah 1, Mardiana Septiani 2,Titik Mudjiati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini antara lain: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, menggali dan mengkaji

Lebih terperinci

Sadra Prattama NRP Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT NIP

Sadra Prattama NRP Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT NIP PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada STRIPPERPV 3300 Dengan Metode FEEDBACK FEEDFORWARD di PT. JOB Pertamina-PetroChina East Java Sadra Prattama NRP. 2406.100.055 Dosen

Lebih terperinci

PERANCANGAN SWITCHING CONTROL

PERANCANGAN SWITCHING CONTROL PERANCANGAN SWITCHING CONTROL PADA PARALEL PUMP SUBMERSIABLE DI SUMUR INTAKE INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM GRESIK ( Hilda Luthfiyah, Totok Soehartanto) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Poppy Dewi Lestari 1, Abdul Hadi 2 Jurusan Teknik Elektro UIN Sultan Syarif Kasim Riau JL.HR Soebrantas km 15

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Bambang Nur Cahyono (L2F008013) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci

LEVEL DAN SISTEM PROTEKSI PADA PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP

LEVEL DAN SISTEM PROTEKSI PADA PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN SISTEM PROTEKSI PADA KNOCK OUT DRUM 260V106 DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP Oleh : Fitri Noer Laili (2406100034) Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni 206 00 03 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Apriliani, M.Si Hendra Cordova, ST,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Lilik Kurniawan (L2F008053) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Totok Soehartanto, Ronny Dwi Noriyati, Heldi Usman

Totok Soehartanto, Ronny Dwi Noriyati, Heldi Usman TANK MOV 201 TANK 301A P 301 A 351 A P 351 A P 301 B P 351 B 301B 351B P 301 C P 351 C 301C 351C Control valve MOV 202 TI 351 FIC 351 PCV 351 AIS SV351 P-34 PIC 351 HEADER ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT.

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. Dalam dunia industri, penetralan ph merupakan hal penting. Sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH (Syaifur Rizal, Hendra Cordova) Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL BAB 5 KOMPONEN ASAR SISTEM KONTROL 5. SENSOR AN TRANSMITER Sensor: menghasilkan fenomena, mekanik, listrik, atau sejenisnya yang berhubungan dengan variabel proses yang diukur. Trasmiter: mengubah fenomena

Lebih terperinci

IX Strategi Kendali Proses

IX Strategi Kendali Proses 1 1 1 IX Strategi Kendali Proses Definisi Sistem kendali proses Instrumen Industri Peralatan pengukuran dan pengendalian yang digunakan pada proses produksi di Industri Kendali Proses Suatu metoda untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai Pengontrol Suhu Menggunakan Proportional Integral berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535 [3].

Lebih terperinci

LOGO OLEH : ANIKE PURBAWATI DOSEN PEMBIMBING : KATHERIN INDRIAWATI, ST.MT.

LOGO OLEH : ANIKE PURBAWATI DOSEN PEMBIMBING : KATHERIN INDRIAWATI, ST.MT. LOGO Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan Keluaran Steam Separator Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Output Steam di PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang, Jawa Barat OLEH : ANIKE PURBAWATI 2408100037

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-5 1 Rancang Bangun Auto Switch PID pada Sistem ILFM (In Line Flash Mixing) untuk Proses Netralisasi Hariadi kurniawan 1), Hendra Cordova S.T., M.T. 1) Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vii ABSTAKSI... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCT BURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCT BURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER ERANCANGAN SISEM ENGENDALIAN EMBAKARAN ADA DUC BURNER WASE HEA BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Amri Akbar Wicaksono, Ronny Dwi riyati, otok Soehartanto. Jurusan eknik Fisika Fakultas eknologi Industri

Lebih terperinci

Materi 9: Fuzzy Controller

Materi 9: Fuzzy Controller Materi 9: Fuzzy Controller I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Introduction to Fuzzy Logic Kusuma Wardana, M.Sc. 2 Logika Fuzzy dapat diterapkan sebagai algoritma dalam sistem kontrol

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LAJU METHYL DIETHANOL AMINE PADA AMINE CONTACTOR HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd., GRESIK

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LAJU METHYL DIETHANOL AMINE PADA AMINE CONTACTOR HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd., GRESIK PERACAGA SISTEM PEGEDALIA LAJU METHYL DIETHAOL AMIE PADA AMIE COTACTOR HESS (IDOESIA-PAGKAH) Ltd., GRESIK Hutama Putra Wibawa, Dr. Ir Totok Soehartanto, DEA. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Oleh : Dunung Sarwo Jatikusumo 2110 038 017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT Latar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG 38 714 Abstrac Satryo Budi Utomo, Universitas Jember Satryo.budiutomo@yahoo.com Pressure Process Control of Trainer studying

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) Oleh : Raga Sapdhie Wiyanto Nrp 2108 100 526 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Auto Switch PID pada Sistem ILFM (In Line Flash Mixing) untuk Proses Netralisasi ph

Rancang Bangun Auto Switch PID pada Sistem ILFM (In Line Flash Mixing) untuk Proses Netralisasi ph JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) F-1 Rancang Bangun Auto Switch PID pada Sistem ILFM (In Line Flash Mixing) untuk Proses Netralisasi Hariadi Kurniawan dan Hendra Cordova

Lebih terperinci

Perancangan Automatic Backwash pada Tangki Sand Filter di IPA 1 PDAM Gresik

Perancangan Automatic Backwash pada Tangki Sand Filter di IPA 1 PDAM Gresik SEMINAR TUGAS AKHIR Perancangan Automatic Backwash pada Tangki Sand Filter di IPA 1 PDAM Gresik Oleh : Nur Rahmah Awaliyah Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA LATAR BELAKANG (1) LUMPUR TERFILTER

Lebih terperinci

X Sistem Pengendalian Advance

X Sistem Pengendalian Advance X Sistem Pengendalian Advance KENDALI CASCADE Control cascade adalah sebuah metode control yang memiliki minimal dua buah loop pengontrolan : a. loop pengontrolan primer atau master b. loop pengontrolan

Lebih terperinci

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Tetti Novalina Manik 1), Nurma Sari 1) dan Nurul Aina 2) Abstrak: Sistem pengolahan air bersih terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH

PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH PRESENTASI TUGAS AKHIR TF091381 PERANCANGAN SISTEM KONTROL ph BERBASIS SINTESA REAKSI INVARIAN DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA STUDI KASUS TITRASI ASAM HCl DAN BASA NaOH Penyusun Tugas Akhir : Syaifur

Lebih terperinci

PERANCANGAN ATTEMPERATURE REHEAT SPRAY MENGGUNAKAN METODE ZIEGLER NICHOLS BERBASIS MATLAB SIMULINK DI PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA

PERANCANGAN ATTEMPERATURE REHEAT SPRAY MENGGUNAKAN METODE ZIEGLER NICHOLS BERBASIS MATLAB SIMULINK DI PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ATTEMPERATURE REHEAT SPRAY MENGGUNAKAN METODE ZIEGLER NICHOLS BERBASIS MATLAB SIMULINK DI PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA JAKET TABUNG BIOREAKTOR ANAEROB Oleh : Syafrial Nurdiansyah NRP 2406 100 037 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP 19650309 19902 1 001 Ir.

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater Available online at TRANSMISI Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi TRANSMISI, 12 (1), 21, 27-32 Research Article Aplikasi Kendali Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG 8-7 Chandra Choirulyanto 050006 Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60, e-mail : Chandrachoirulyanto@gmailcom

Lebih terperinci

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Mengerti filosopi sistem control dan aplikasinya serta memahami istilahistilah/terminology yang digunakan dalam system control

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir APLIKASI KENDALI MENGGUNAKAN SKEMA GAIN SCHEDULING UNTUK PENGENDALIAN SUHU CAIRAN PADA PLANT ELECTRIC WATER HEATER Ahmad Shafi Mukhaitir [1], Iwan Setiawan, S.T., M.T. [2],

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Rancang Bangun Kontrol Logika Fuzzy-PID Pada Plant Pengendalian ph (Studi Kasus : Asam Lemah dan Basa Kuat) Oleh : Fista Rachma Danianta 24 08 100 068 Dosen Pembimbing Hendra Cordova ST, MT. JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME Mukhtar Hanafi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000

DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000 Seminar Tugas Akhir PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA GLYCOL CONTACTOR BERBASIS SOFTWARE DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000 DENGAN SELF TUNING PID PADA DEHIDRATION UNIT DI KANGEAN ENERGY

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

SIMULASI ALIRAN FLUIDA MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK SIMULASI ALIRAN FLUIDA MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Edi Sutoyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor e-mail : edi.sutoyo@ft.uika-bogor.ac.id ABSTRAK Penerapan

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian

Strategi Pengendalian Strategi Pengendalian Strategi apa yang dapat kita gunakan dalam pengendalian proses? Feedback (berumpan-balik) Feedforward (berumpan-maju) 1 Feedback control untuk kecepatan 1. Mengukur kecepatan aktual

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI Satryo Budi Utomo ), Rusdhianto ), Katjuk Astrowulan ) ) Fakultas Teknik,Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL MENGGUNAKAN METODE INTERNAL MODEL CONTROL (IMC) PADA DEAERATOR 101U PLANT AMONIAK PT.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL MENGGUNAKAN METODE INTERNAL MODEL CONTROL (IMC) PADA DEAERATOR 101U PLANT AMONIAK PT. TUGAS AKHIR TF 141581 PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL MENGGUNAKAN METODE INTERNAL MODEL CONTROL (IMC) PADA DEAERATOR 101U PLANT AMONIAK PT. PETROKIMIA GRESIK Moammar Arief Hidayat NRP. 2411 100 111

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Persetujun Lembar Pernyataan Orsinilitas Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi

DAFTAR ISI. Lembar Persetujun Lembar Pernyataan Orsinilitas Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi DAFTAR ISI Lembar Persetujun ii Lembar Pernyataan Orsinilitas iii Abstrak iv Abstract v Kata Pengantar vi Daftar Isi vii Daftar Gambar ix Daftar Tabel xii Daftar Simbol xiii Bab I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG 38-714 SYSTEM MODELLING WITH PID CONTROLLER APPLYING CIANCONE

Lebih terperinci

PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI

PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI PERANCANGAN LEVEL SWITCHING CONTROL TANGKI TIMBUN PREMIUM TBBM PERTAMINA MANGGIS BALI Tica Choirun Nisa., Ir. Ya umar, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Herry gunawan wibisono Pembimbing : Ir. Syamsul Arifin, MT

Herry gunawan wibisono Pembimbing : Ir. Syamsul Arifin, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN DAYA REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (PTNBR BATAN) BANDUNG Herry gunawan wibisono 2406

Lebih terperinci

Rancang Bangun Auto Switch PID Dengan Feedforward Feedback Control Sebagai Pengendali ph

Rancang Bangun Auto Switch PID Dengan Feedforward Feedback Control Sebagai Pengendali ph 1 Rancang Bangun Auto Switch PID Dengan Feedforward Feedback Control Sebagai Pengendali ph Ahmad Novrizal 1) Hendra Cordova 2) 1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS

Lebih terperinci

Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID

Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID Muhammad Ridwan 1, Wahidin Wahab 2 1 Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laju ALir Fluida Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( )

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( ) KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO (2210105028) PERMASALAHAN PERUBAHAN JUDUL Pergantian judul hanya mengubah metode kontrol yang digunakan dikarenakan plant boiler

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci