PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LAJU METHYL DIETHANOL AMINE PADA AMINE CONTACTOR HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd., GRESIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LAJU METHYL DIETHANOL AMINE PADA AMINE CONTACTOR HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd., GRESIK"

Transkripsi

1 PERACAGA SISTEM PEGEDALIA LAJU METHYL DIETHAOL AMIE PADA AMIE COTACTOR HESS (IDOESIA-PAGKAH) Ltd., GRESIK Hutama Putra Wibawa, Dr. Ir Totok Soehartanto, DEA. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh opember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya ABSTRAK Amine contactor merupakan bagian dari H 2 S removal yang berfungsi menyerap H 2 S dari sour gas dengan bantuan pelarut amine yaitu MDEA (Methyl Diethanol Amine). Perubahan flow sour gas yang masuk sangat mempengaruhi jumlah pelarut amine yang ditambahkan dan ppm H 2 S yang dihasilkan. Pada penelitian ini telah dilakukan analisa korelasi antara ketiga komponen tersebut. Selanjutnya dari hasil korelasi yang didapatkan dijadikan sebagai dasar pemodelan plant. Karena Jaringan Syaraf Tiruan memiliki kemampuan yang dapat mengenali pola hubungan input output, sehingga JST digunakan untuk memodelkan plant amine contactor dengan arsitektur backpropagation dan algoritma Lavenberg Marquardt. Dari hasil training didapatkan hasil terbaik 3 hidden layer dengan jumlah hidden node tiap layer 7, 6 dan 9 node dengan nilai RMSE sebesar dan VAF mendekati %. Selanjutnya untuk sistem pengendalian yang dibuat menggunakan kontroller berbasis data dimana kontroller ini dibangun berdasarkan hubungan korelasi data yang telah didapatkan. Hasil pengujian close loop sistem pengendalian amine didapatkan respon dengan nilai maximum overshoot 2,6 %, settling time (ts) 197s, peak time (tp) 2 s, error steady state (ess),175 %. Kata kunci : amine contactor, jaringan syaraf tiruan, kontroller berbasis data I. PEDAHULUA Proses penghilangan senyawa belerang pada proses kilang minyak terjadi pada H 2 S removal unit. Unit ini terdiri dari amine contactor dan amine regenerator. Amine contactor berfungsi untuk menyerap H 2 S dari sour gas yang melewati plant ini sedangkan amine regenerator berfungsi untuk meregenerasi amine yang telah digunakan untuk menyerap H 2 S tadi agar dapat digunakan untuk proses penyerapan kembali di amine contactor. Pada plant HESS ini terdapat amine contactor yang didesain mengunakan bahan penyerap amine yaitu berjenis methyl diethanol amine (MDEA). Berdasarkan desain yang ada, MDEA digunakan pada konsentrasi 45% weight dengan toleransi hingga ± 5%. Perhitungan secara desain dengan konsentrasi seperti ini akan mampu menghasilkan spesifikasi sales gas dengan kadar H 2 S maksimum ppm. Ketika awal pengoperasian dihasilkan laju gas dari sumur sekitar MMSCFD. Dengan laju gas seperti ini diperlukan laju amine sebesar ± 33 m 3 /h dengan konsentrasi 43,44 %. Dari perbandingan ini didapatkan hasil sales gas dengan spesifikasi maksimum 9 ppm. Permasalahan yang terjadi adalah pada saat ini laju gas dari sumur hanya 4 MMSCFD tetapi membutuhkan amine sebesar ± 29 m 3 /h dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 47,39 %. Hal ini menunjukkan pengunaan amine yang tidak efisien jika kita lihat dari perbandingan jumlah gas dan jumlah amine yang dibutuhkan. Permasalahan ini dapat terjadi karena tiga hal utama. Pertama adalah karena terjadinya penurunan laju gas yang dihasilkan dari sumur pengeboran. Kedua tidak adanya kontroller yang mengatur secara langsung banyaknya pengunaan amine yang dibutuhkan, sehingga ketika terjadi perubahan laju sour gas yang ekstrim tidak dapat teratasi. Ketiga adalah tidak diketahuinnya secara pasti komposisi campuran bahan penyerap amine terhadap jumlah sour gas yang masuk contactor, karena memang semakin banyak amine yang ditambahkan akan semakin banyak H 2 S yang diserap tetapi di sisi lain pada batas tertentu juga akan mengurangi kadar hidrocarbon yang merupakan unsur terpenting pada gas. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan analisa laju amine terhadap sour gas pada saat laju gas masih sekitar MMSCFD sebagai acuan penetapan perbandingan paling efisien terhadap perubahan laju gas dari sumur. Dari data tersebut kemudian dicari hubungan korelasinya antara laju amine dan sour gas. Korelasi ini nantinya digunakan sebagai dasar mengenerate pasangan data laju amine dan sour gas yang sesuai dengan set point yang diharapkan. Dari data ini dibuatlah pemodelan plant yang berbasis jaringan syaraf tiruan dan kontroller berbasis data berdasarkan pasangan data tersebut untuk mengendalikan konsentrasi H 2 S yang dihasilkan. Melalui penelitian ini, maka penambahan amine dapat dikontrol sesuai dengan perubahan laju sour gas mengunakan kontroller berbasis data yang dibuat. antinya diharapkan dari penelitian ini akan sangat membantu HESS dalam peningkatan kinerja operasional dan efisiensi plant. 1

2 II. Tinjauan Pustaka Bab ini berisi landasan teori yang menunjang penyelesaian masalah yang diangkat melalui penelitian ini. Teori-teori ini menjadi rujukan dan pedoman dalam penyusunan tugas akhir. Selain itu juga sebagai landasan berfikir penulis untuk menganalisa process plant yang telah ada. Penyusunan tinjauan pustaka ini didapatkan dari berbagai sumber, antara lain adalah studi pustaka, internet, wawancara, manual instrument operating dan data real yang terjadi di lapangan. 1. Amine Contactor Amine contactor merupakan salah satu komponen dari H 2 S removal plant yang berfungasi untuk menyerap sulfur atau H 2 S dengan cara absorbsi. Gambar 2.1 Plant H 2 S removal Prinsip kerja amine contactor adalah aliran sour gas masuk dari bawah dan mengalir ke atas melalui bubble tray yang tersusun secara seri, sementara cairan kimia amine (MDEA) mengalir dari atas ke bawah sehingga memungkinkan terjadinya intimate contact yang kemudian terjadi reaksi antara lean amine solution dengan H 2 S. Reaksi absorbsi menjadikan sour gas bersih dari unsur gas asam H 2 S menjadi sweet gas yang terus mengalir ke atas meninggalkan amine contactor. Adapun reaksi absorbsi menjadikan lean amine solution terkontaminasi dengan H 2 S dan berubah menjadi rich amine yang menuju ke bawah keluar amine contactor untuk selanjutnya diregenerasi agar menjadi lean amine kembali. 2. Korelasi Antara Data Masukan dan Keluaran Untuk memodelkan hubungan antar variabel masukan dan keluaran maka digunakan pemodelan dengan mengunakan regresi berganda. Regresi berganda ini berbeda dengan regresi pada umumnya atau yang sering dikenal dengan regresi klasik. Perbedaanya adalah terdapat dua prediktor sedangkan regresi klasik hanya ada satu. Pada pemodelan ini prediktornya adalah flow sour gas dan ppm H 2 S sedangkan responya adalah flow amine. Langkah langkah pemodelan regresi berganda ini adalah sebagai berikut. Identifikasi variabel. Analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Pemodelan antara flow amine dengan flow sour gas dan ppm H 2 S. Melakukan uji signifikansi koefisien (koefisien regresi) dengan melakukan uji serentak (F-test) dan uji individu (t-test). 3. Jaringan Syaraf Tiruan Pada jaringan syaraf tiruan, training adalah proses pembentukan konfigurasi harga-harga bobot dari jaringan. Pembentukan ini mempunyai tujuan akhir agar input yang diberikan padanya akan direspon melalui bobot tersebut, menghasilkan output yang sesuai dengan target output untuk input yang bersangkutan. Adapun metode belajar jaringan syaraf tiruan ini adalah supervised training (dengan pengawasan). Tiap pola input mempunyai target pasangannya. Sehingga pada belajar tipe ini masingmasing input mempunyai output target pasangan yang bersesuaian. Pada proses belajarnya, bobotbobot dibangun menuju kesesuaian respon pasangan input-output dari pola yang diajarkan bobotnya, dapat memberikan pola yang sesuai dengan output target dari input tersebut. Dalam hal ini ditetapkan toleransi kesalahan output respon terhadap target yang seharusnya. Training JST merupakan proses pemetaan antara input dan output JST untuk mendapatkan bobot yang tepat. Untuk melihat keberhasilan training, maka digunakan acuan parameter nilai RMSE (Root Mean Square Error). Makin kecil nilai RMSE maka makin besar tingkat keberhasilan training. Selain itu juga dinyatakan dengan VAF dalam persen. Dengan ketentuan bahwa semakin besar nilai VAF (mendekati %) maka semakin besar tingkat keberhasilan training. Persamaan RMSE dan VAF dapat dituliskan sebagai berikut : Dengan : RMSE = ( yi yˆ i ) i= 1 y t = data target JST ŷ t = data hasil simulasi = jumlah data 2 (2.1) = 1 [ ] % (2.2) [ ] Untuk mendapatkan hasil pemodelan yang lebih baik digunakan algoritma Levenbeg Marquardt dengan penurunan algoritma ini adalah sebagai berikut: 1. Pilih vektor bobot awal w () dan harga awal λ (). Dimana w adalah bobot dan λ diberikan harga awal. 2. Tentukan arah pencarian. [ R( w + λ I)] f = G( w ) (2.3) maka diperoleh f dan dimasukan ke: w = arg minv ( w, Z ) (2.4) w 2

3 jika V (w (i) + f (i),z ) < V (w (i),z ) sehingga memenuhi w (i+1) = w (i) + f (i) sebagai iterasi baru, maka λ (i+1) = λ (i). Jika tidak maka mencari harga baru dari r V (, ) (, ) ( ) w Z V w + f Z i r = (2.5) V ( w, Z ) L ( w + f ) jika r (i) >,75 maka λ (i) = λ (i) /2 jika r (i) <,25 maka λ (i) = 2λ (i) dimana: 1 1 T V ( w, Z ) = L( w) [ y( k) yˆ( k w)] [ y( k) yˆ( k w)] (2.7) 2 ( ) T ( ) T L ( w + f ) = ( λ f i f ) ( f i G) (2.) 3. Jika kriteria tercapai, maka perhitungan berhenti. Jika kriteria belum tercapai maka mengulangi langkah nomor Kontroller Berbasis Data Kontroller berbasis data adalah suatu tipe kontroler yang bekerja berdasarkan pasangan data. Perbedaan mendasar dari kontroller ini adalah tidak adanya operasi berupa perhitungan matematik seperti pada mode kontrol proporsional integral derivatif (PID). Sistem pengambilan keputusan berdasarkan logika yang telah diset sebelumnya berdasarkan pasangan data hubungan input dan output yang ada sebagai acuan penetapan logika kontrolnya. Dengan kata lain, untuk kontroller berbasis data, sudah ditentukan berapa nilai keluaran sinyal kontrol. Langkah - langkah pembuatan kontroler berbasis data adalah sebagai berikut : 1. Mencari hubungan antara data input dan output plant atau dengan kata lain membuat pemodelan plant terlebih dahulu. 2. Melakukan pengujian hasil pemodelan yang didapatkan apakah sudah sesuai atau mendekati nilai yang diinginkan. Pengujian ini dilakukan secara open loop. 3. Setelah didapatkan model yang sesuai dan logis maka dilanjutkan melakukan perhitungan untuk menentukan nilai sinyal kontrol. Penentuan besarnya sinyal kontrol ini berdasarkan output manipulated variable yang diinginkan dikonversikan kedalam range sinyal kontrol. 4. Setelah itu membangun algoritma kontrol berdasarkan hubungan input dan output sinyal kontrol yang diharapkan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. 5. Melakukan simulasi dengan melakukan pengujian secara close loop dimana pengujian ini menyertakan kotroller yang telah dibuat sebelumnya untuk melihat apakah sudah menghasilkan respon yang sesuai. Kontroller bebasis data pada dasarnya berisi sebuah perintah sebab - akibat yang befungsi sebagai pasangan aksi - kondisi dari sebuah proses. Pasangan aksi - kondisi pada kontroller ini dapat disusun melalui deskripsi kondisi yang kemudian diartikan oleh kontroler melalui tabel aksi. Tabel kondisi adalah suatu kumpulan deskripsi kondisi daripada tabel kebenaran sebagai interpretasi kejadian yang mungkin terjadi pada saat model yang dibuat disimulasikan. Respon daripada kondisi - kondisi yang terjadi ini disebut sebagai aksi. 5. H 2 S Analyzer Untuk pengukuran nilai variabel proses, dan dalam hal ini adalah konsentrasi H 2 S dalam gas serta pengkonversian kedalam besaran elektrik 4-2 ma dipasanglah H 2 S analyzer pada keluaran plant amine contactor. H 2 S analyzer ini sekaligus sebagai transmitter yang digunakan untuk mengukur kadar H 2 S sales gas untuk diumpankan kembali sebagai referensi pengendalian. Blok diagram transmitter tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2, dimana hubungan linieritas antara input process variabel dan output maipulated variabel. Gambar 2.2 Diagram blok H 2 S analyzer Kadar H 2 S yang terukur ini akan menyebabkan terjadinya perubahan resistansi pada sensor yang kemudian dikonversikan menjadi arus listrik oleh transmitter. Secara umum fungsi alih dari suhu transmitter dapat didekati dengan sistem orde 1 sebagaimana pada persamaan dibawah ini = (2.9) Dengan persamaan di atas dan data spesifikasi alat serta data input serta output dari real plant, maka dapat dicari fungsi transfer daripada H 2 S analyzer Karena output transmitter adalah 4 2 ma, maka gain transmitter adalah = (2.) Dengan τ T adalah konstanta waktu untuk transmitter yang besarnya adalah 63.2 % dari waktu yang dibutuhkan oleh transmitter untuk mentransmisikan hasil bacaan terhadap process variabel sampai terbaca di control room yang selanjutnya akan diproses ke controller. III. METODOLOGI PEELITIA 1. Alur Penelitian Adapun tahapan - tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijabarkan melalui flowchart berikut. 3

4 Gambar 3.2 Desain sistem pengendalian amine Gambar 3.1 Alur penelitian 2. Diagram Blok Pengendalian Logic Solver Pada dasarnya, H 2 S removal adalah sebuah plant yang digunakan untuk menghilangkan kadar H 2 S yang terdapat pada produk gas. Cara pemurniaanya adalah dengan mengunakan bantuan pelarut amine (MDEA) yang digunakan untuk mengikat unsur tersebut. Banyaknya larutan amine yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan input gas yang masuk. Untuk itu perlu adanya sistem pengendalian laju aliran pelarut amine (MDEA) terhadap laju sour gas yang masuk agar dapat menyerap H 2 S dengan sempurna. Kontroller yang digunakan di sini adalah kontroller berbasis data. Di mana pada kontroller ini telah ditentukan pasangan data yang sesuai untuk menghasilkan sinyal kontrol. Perbedaan mendasar dari kontroller berbasis data apabila dibandingkan dengan mode kontrol P, PI maupun PID adalah keluaran sinyal kontrol (u) sudah ditentukan terlebih dahulu melalui perhitungan model matematis. Digunakanya model kontrol berbasis data seperti ini karena memang kondisi real plant hubungan antara laju sour gas dan laju amine yang ditambahkan tidak linier dimana ada suatu batasan tertentu agar hidrokarbon dalam gas tidak ikut terbuag. Oleh karena ini desain kontroller ini disusun dengan data yang didapat dari parameter di lapangan agar didapat sistem kontrol yang mendekati keadaan real. Akuator yang digunakan di sini adalah control valve. Control valve ini digunakan untuk memanipulasi laju aliran pelarut amine (MDEA). Sedangkan laju aliran sour gas tidak dikendalikan karena memang laju ini langsung berasal dari sumur pengeboran, sehingga tidak dapat diatur dan tidak terprediksi. Karena itulah maka laju pelarut amine yang harus dikendalikan agar dihasilkan set point yang sesuai dengan ketentuan yang diharapkan. Perancangan sistem pengendalian amine dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini. Dari rancangan desain di atas dapat disederhanakan menjadi sebuah diagram blok sistem pengendalian sebagai berikut. Flow Sour Gas FLOW TRASMITTER 13-FT-121 Set Point Konsentrasi H2S+ - e KOTROLLER BERBASIS DATA U KOTROL VALVE 135-FV- H2S AALYZER 136-AI-264 MV Flow Amine PLAT AMIE COTACTOR 135-V-6 Gambar 3.3 Diagram blok pengendalian Dari gambar digram blok diatas maka dapat diamati bahwa kontroler berbasis data yang akan dirancang memiliki dua referensi yaitu flow sour gas yang masuk plant dan konsentrasi H 2 S hasil keluaran proses. 3. Penentuan Hubungan Variabel Masukan dan Keluaran Data yang didapatkan ini adalah flow sour gas yang masuk, flow amine yang ditambahkan dan konsentrasi ppm H 2 S yang dihasilkan. Kemudian dari ketiga data tersebut kita olah mengunakan software bantu Minitab untuk mengetahui korelasi ketiganya. Langkah langkah pencarian korelasinya tersebut adalah sebagai berikut : 1. Analisi Korelasi Langkah pertama dalam analisis regresi adalah mengetahui korelasi antara variabel prediktor yaitu flow sour gas dan ppm H 2 S serta variabel respon yaitu flow amine. Hasilnya adalah sebagai berikut. Hipotesis: a. H : tidak ada korelasi antara variabel flow sour gas dan variabel flow amine, ρ = H1 : terdapat korelasi antara variabel flow gas dan variabel flow amine, ρ α =,5 Daerah Kritis : P-value < α PV 4

5 b. H : tidak ada korelasi antara variabel ppm H 2 S dan variabel flow amine, ρ = H1 : terdapat korelasi antara variabel ppm H 2 S dan variabel flow amine, ρ α =,5 Daerah Kritis : P-value < α Correlations: flow sour gas; flow amine; ppm H2S flow sour gas flow amine,39, flow amine ppm H2S,321,193,, Cell Contents: Pearson correlation P-Value Dari output diatas didapatkan nilai P-value untuk point a dan b yang bernilai, artinya tolak H dan dapat disimpulkan terdapat korelasi antara flow amine dan flow sour gas serta flow amine dan ppm H 2 S. Sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut yaitu analisis regresi. 2. Model Regresi Berganda The regression equation is flow amine = 11,6 +,215 flow sour gas -,931 ppm H2S Dari model diatas dapat diketahui nilai amine berdasarkan nilai flow sour gas dan ppm H 2 S. Jika nilai flow sour gas bertambah satu satuan maka nilai flow amine akan bertambah sebanyak,215 satuan. Jika nilai ppm H 2 S berkurang satu satuan maka nilai flow amine akan bertambah sebanyak,931 satuan. 3. Pengujian parameter regresi 3.1 Pengujian secara serentak Hipotesis H : βj =, j=1 dan 2 H 1 : paling tidak ada satu β j yang tidak sama dengan α=5% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 716,2 354,1 2152,, Residual Error ,3 1,7 Total ,5 Berdasarkan output diatas didapatka nilai p-value sebesar, yang berarti tolak H dan dapat disimpulkan bahwa model signifikan. Variabel flow sour gas dan ppm H 2 S secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel flow amine. 3.2 Pengujian secara individu / parsial a. Hipotesis: H : β 1 = (koefisien flow sour gas tidak signifikan) H 1 : β 1 (koefisien flow sour gas signifikan) α=5% b. Hipotesis: H : β 2 = (koefisien ppm H 2 S tidak signifikan) H 1 : β 2 (koefisien ppm H 2 S signifikan) α=5% a b Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 11,591, ,3, flow sour gas,21531, ,7, 1,115 ppm H2S -,939,1473-6,32, 1,115 nilai p-value dari output diatas bernilai untuk variabel flow sour gas maupun ppm H 2 S sehingga dapat disimpulkan tolak H koefisien flow sour gas dan ppm H 2 S signifikan berpengaruh terhadap model. 4. Pemilihan model terbaik S = 1,2953 R-Sq = 71,1% R-Sq(adj) = 71,% Variasi sampel flow amine yang dapat dijelaskan oleh flow sour gas dan ppm H 2 S sebesar 71,1%. Dari nilai Rs-q dapat diketahui model layak digunakan karena bernilai lebih dari 7%. 4. Perancangan Kontroler Berbasis Data Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kontroler berbasis data ini memiliki dua nilai referensi, yaitu laju sour gas dan konsentrasi H 2 S. Penetapan set point adalah pada konsentrasi ppm H 2 S yang dihasilkan maksimum ppm. Tabel 3.1 Generate Data Kontroller Untuk itu dalam perangcangan kontroller berbasis data ini dibuat berdasarkan desain real plant. Dimana input sour gas maksimum 144 MMSCFD dengan perubahan interval,5 MMSCFD dan set point konsentrasi ppm H 2 S adalah ppm. Tabel 3.1 menunjukkan cuplikan beberapa data hasil dari generate untuk dasar pembuatan kontroller berbasis data. Tabel 3.2 Kondisi Kontroller Berbasis Data 1 2 Pada tabel 3.2 kondisi dapat diamati melalui deskripsi untuk masing-masing kondisi seperti yang terlihat pada kotak merah 1. Untuk menjelaskan secara matematis maka dituliskan pada kolom

6 yaitu kolom kondisi. Kolom D1 sampai dengan Dn ditunjukkan pada kolom 3 adalah kolom kebenaran yang merepresentasikan kondisi mana yang sedang terjadi pada saat kontroller disimulasikan. Huruf T diartikan sebagai kondisi benar (True) dan F kondisi salah (False). Untuk lebih mudahnya diambil salah satu contoh, misal untuk kondisi pertama pada tabel 3.2, error ppm H 2 S melanggar set point karena tidak sama dengan dan flow sour gas sebesar,5 MMSCFD, pada kolom D1 diberi index T (True) dan D2 sampai Dn diberi index F (False). Itu artinya untuk deskripsi kondisi pertama diwakili oleh kolom D1 yang apabila ditarik lurus ke bawah (kolom 4) diberi dengan index u 1, demikian seterusnya. Tabel 3.3 Aksi Kontroller Berbasis Data Dalam tabel aksi ditentukan berapa besarnya sinyal kontrol tersebut. Untuk lebih mudahnya diambil salah satu contoh dari penjabaran tabel aksi - kondisi diatas. Misal untuk aksi pertama, maka aksi yang dilakukan berdasarkan index u 1 yaitu tabel kondisi baris pertama (tabel 3.2), maka sinyal u kontroller berbasis data adalah sebesar 7,49674 ma, demikian seterusnya. ilai u sebesar 7,49674 ma adalah nilai u yang diperlukan untuk control valve untuk menginjeksikan sejumlah flow amine sehingga konsentrasi ppm H 2 S tetap terjaga pada set point ppm. ilai sinyal u untuk bukaan control valve ini diperoleh dengan cara interpolasi data antara. Dimana diketahui bahwa range flow amine yang mampu dihasilkan oleh control valve adalah 5,16 m 3 /h sedangkan sinyal input ke control valve adalah 4 2 ma. Persamaan interpolasi data antara adalah sebagai berikut. Gambar 3.4 Wiring kontroler berbasis data pada simulink 5. Pemodelan Plant dengan JST Setelah mendapatkan data hasil generate yang baru, maka data tersebut sudah siap diolah lebih lanjut untuk mencari model plant dengan mengunakan jaringan syaraf tiruan. Pemodelan plant dengan jaringan syaraf tiruan ini menggunakan arsitektur backpropagation dan algoritma training Lavenberg Marquardt. Layer pertama adalah layer input yang terdiri dari 2 node yang merepresentasikan jumlah input yaitu flow sour gas (MMSCFD) dan flow amine (m 3 /h). Layer selanjutnya adalah hidden layer, dimana pada penelitian ini dilakukan variasi 1-3 hidden layer dan jumlah node tiap hidden layer bervariasi 1- hidden node. terakhir adalah layer output yang terdiri dari 1 node yang merepresentasikan output plant yaitu konsentrasi gas H 2 S. Pemodelan plant ini melalui dua tahapan yaitu training dan validasi.data real plant yang ada sebanyak 1754 data ditambah dengan hasil generate baru 29 data sehingga menjadi 243 data pasangan input output. Dari sekian banyak data yang ada, maka untuk mencari pemodelan plant mengunakan jaringan syaraf tiruan data akan dibagi menjadi dua. Data pertama adalah data yang digunakan untuk proses pelatihan atau training yaitu sebanyak 1543 data dan sisanya 5 data nantinya akan digunakan untuk proses validasi. Setelah itu dilanjutkan dengan training data dengan arsitektur JST yang telah ditetapkan yaitu backpropagation dengan arsitektur seperti tampak pada gambar 3.5 di bawah ini. = (3.4) =2, 16 (3.5), Dimana x = sinyal kontrol (u) y = flow amine (m 3 /h) Untuk menghitung besarnya nilai dari sinyal u tersebut maka besarnya flow amine yang terdapat pada tabel (3.1) dimasukkan pada persamaan (3.5) sehingga diperoleh nilai sinyal u. Gambar 3.5 Arsitektur backpropagation 6

7 Arsitektur JST yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah backpropagation. Gambar 3.6 menggambarkan algoritma pembelajaran JST backpropagation 1. Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Pada proses pelatihan ini untuk mencari pemodelan yang paling mendekati dengan kondisi plant maka dilakukan beberapa variasi pada arsitektur jaringan yang dibuat. Variasi yang dilakukan adalah jumlah hidden layer yang digunakan 1-3 hidden layer dan jumlah node tiap hidden layer 1- node. Setelah dilakukan training keseluruhan 13 variasi didapatkan hasil terbaik dengan susunan hidden layer pertama 7 node, hidden layer kedua 6 node dan hidden layer ketiga 9 node. Gambar 3.11 Diagram alur pembelajaran backpropagation Arsitektur jaringan syaraf tiruan mode backpropagation ini mempunyai beberapa parameter dan ketentuan untuk pelatihan yaitu sebagai berikut: Jumlah node pada lapis input adalah 2. Jumlah lapis tersembunyi adalah 3. Jumlah node pada lapis output adalah 1. Jumlah epochs maksimum adalah. Rata- rata kuadrat error (mse) adalah -. Goal error adalah. Waktu untuk training adalah tidak terbatas (infinite). Algoritma pembelajaran adalah backpropagation (TRAILM). Pada tiap tiap layer terdapat fungsi aktifasi yang berbeda beda pada arsitektur jaringan tersebut. Pada layer input dan hidden layer mengunakan fungsi aktifasi tangen hiperbolik atau disebut juga sigmoid biner. Sedangkan pada layer output mengunakan fungsi aktifasi purelin atau linier. Berikut adalah pemodelan plant amine contactor dengan mengunakan JST pada simulink MATLAB. Berhenti pada saat epoch Dengan nilai RMSE 1,721 e-11 Gambar 4.1 Grafik performance training Pada grafik diatas dapat dilihat respon performance training yang memiliki kecenderungan menurun. Hal ini menunjukkan nilai dari output pelatihan yang semakin mendekati nilai dari target yang telah ditetapkan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, kriteria penentuan model terbaik adalah berdasar pada nilai RMSE dan VAF. Pada training ini didapatkan nilai RMSE e-6 dan VAF % sehingga dapat disimpulkan bahwa model JST yang didapatkan sudah sangat mendekati. 4.2 Validasi Model Jaringan Syaraf Tiruan Selanjutnya setelah didapatkan model JST terbaik, maka akan dilakukan proses validasi. Validasi digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian model plant JST dengan menggunakan nilai bobot, jumlah hidden node dan hindden layer yang sama dari hasil training tetapi dengan data input output yang berbeda, dimana pasangan data yang digunakan sebanyak 5 data yang tidak digunakan pada proses training. 16 Output Plant 14 Gambar 3.7 Wiring plant JST pada simulink IV. AALISIS DA PEMBAHASA Sebelum dilakukan pengujian secara menyeluruh, maka sebelumnya dilakukan pengujian untuk masing - masing komponen. konsentrasi H2S (ppm) sampel data Gambar 4.2 Grafik output plant output plant 7

8 16 Output Hasil Validasi 25 Grafik Respon Uji Step Flow Transmitter konsentrasi H2S (ppm) arus (ma) sampel data Gambar 4.3 Grafik output hasil validasi Gambar 4.2 dan 4.3 menunjukkan perbandingan antara output plant dengan output hasil validasi. Kedua grafik tersebut menunjukkan pola yang sama sehingga dapat dikatakan hasil validasi dapat mengikuti output plant. Selain itu model plant JST ini juga masih bisa mengikuti output plant meskipun diberikan inputan yang berbeda dari proses pelatihan. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai RMSE yang kecil yaitu 3.446e-6 dan nilai VAF yang besar yaitu %. Dari kedua parameter RMSE dan VAF yang memenuhi kriteria ini maka dapat disimpulkan telah didapatkan model plant JST yang paling sesuai. 4.3 Pengujian Control Valve Simulasi yang digunakan di pengujian control valve ini menggunakan sinyal uji step, yang besarannya disesuaikan dengan besaran standart sinyal kontrol 4 2 ma. Pada pengujian ini, dimaksudkan untuk mengetahui performansi pada control valve yang kita rancang. Berikut adalah bentuk pemodelan dari control valve pada simulink. 6 Grafik Respon Uji Step Control Valve output model Gambar 4.5 Grafik respon uji step flow transmitter Dari hasil simulasi tampak pada grafik bahwa untuk flow minimum spesifikasi flow transmitter adalah sebesar MMSCFD maka arus yang tercatat flow transmitter adalah sebesar 4 ma, sedangkan untuk konsentrasi maksimum spesifikasi flow transmitter sebesar 15 MMSCFD maka arus yang tercatat pada flow transmitter adalah sebesar 2 ma. 4.5 Pengujian H 2 S Analyzer Pada uji step H 2 S analyzer ini, sinyal input merupakan konsentrasi gas H 2 S yang mampu dibaca yang tercatat pada spesifikasi range ppm input yaitu sebesar - 25 ppm. Melalui simulasi sinyal uji step ini akan diketahui respon dari konsentrasi H 2 S analyzer sehingga tingkat kelogisan dari model matematis H 2 S analyzer dapat diketahui. a ru s (m A ) Grafik Respon Uji Step H2S Analyzer respon arus flow transmitter 5 5 flow amine (m3/h) respon flow control valve Gambar 4.4 Respon uji step control valve Dari hasil simulasi diketahui control valve dapat bekerja dengan baik, yaitu ditandai dengan bukaan valve yang sesuai. Jika control valve diberi masukan sinyal kontrol 2 ma, maka valve akan terbuka % atau dapat mengalirkan amine maksimum 5,16 m3/h. Dan jika diberi masukan sinyal kontrol 4 ma, maka valve akan menutup. 4.4 Pengujian Flow Transmitter Pada uji step flow trasmitter ini, sinyal inputan merupakan flow sour gas yang mampu dibaca yang tercatat pada spesifikasi range flow input yaitu sebesar - 15 MMSCFD. Melalui simulasi sinyal uji step ini akan diketahui respon dari flow transmitter sehingga tingkat kelogisan dari model matematis flow transmitter dapat diketahui Gambar 4.6 Grafik respon uji step H 2 S analyzer Dari hasil simulasi tampak pada grafik bahwa untuk konsentrasi minimum spesifikasi H 2 S analyzer adalah sebesar ppm maka arus yang tercatat H 2 S analyzer adalah sebesar 4 ma, sedangkan untuk konsentrasi maksimum sebesar 25 ppm maka arus yang tercatat adalah sebesar 2 ma. 4.6 Pengujian Kontroller Berbasis Data Pada pengujian kontroller berbasis data ini akan disimulasikan bagaimana kontroller ini bekerja dalam menerima masukkan berupa error dan referensi flow sour gas yang masuk. Yang dimaksud error disini adalah selisih antara ppm H 2 S pada amine contactor dengan set point ( ppm). Gambar 4.7 Uji step kontroller berbasis data respon arus H2S analyzer

9 Dengan adanya dua referensi input, maka diberikan pula dua buah sinyal uji step pada kontroller. Pada sinyal uji step untuk masukan error, diberikan nilai akhir senilai 1 (satu) untuk representasi error dan diberikan nilai awal senilai (nol) untuk representasi tidak terdapat error. Sedangkan untuk sinyal uji step untuk flow sour gas di berikan nilai awal senilai (nol) dan nilai akhir 144. sinyal U (ma) Grafik Respon Uji Step Kontroller Berbasis Data respon sinyal u kontroller Gambar 4.Grafik respon uji step kontroller berbasis data Dari hasil simulasi tampak bahwa untuk uji step kontroller dengan input step flow sour gas dengan nilai maksimum 144 MMSCFD dan error ppm H 2 S sinyal u yang keluar dari kontroller adalah sebesar 17,331 ma. Besarnya sinyal kontrol ini sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan pada bab III. 4.7 Uji Open Loop Sistem Pada sub - bab berikut dilakukan pengujian secara open loop, dimana komponen komponen yang telah diuji digabung menjadi satu namun dalam kondisi tanpa dikontrol. Pemodelan open loop pada simulink adalah sebagai berikut. dengan demikian tidak ada amine yang diinjeksikan ke dalam amine contactor, sehingga konsentrasi gas H 2 S yang tercatat pada amine contactor sangat tinggi yaitu 33 ppm. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada saat sinyal uji step mencapai nilai maksimum sebesar 2 ma. Dimana pada kondisi ini control valve membuka sebesar % atau mengalirkan amine sebesar 5,16 m 3 /h. Flow sebesar ini memberikan kontribusi penurunan konsentrasi gas H 2 S pada amine contactor. Hal ini sangat sesuai dengan perhitungan manual dengan mengunakan persamaan 3.1 dimana dengan inputan gas maksimum 144 MMSCFD hanya membutuhkan amine sebanyak 41,152 m 3 /h. Sedangkan ketika diberikan inputan sinyal step 2 ma maka control valve mengeluarkan amine sebesar 5,16 m 3 /h sehingga terlalu banyak pelarut amine yang ditambahkan dan menjadikan konsentrasi H 2 S yang turun secara ekstrim tetapi hal ini juga tidak dikehendaki karena unsur hdrokarbon dalam gas juga akan ikut terserap. 4. Uji Close Loop Sistem Hasil dari simulasi ini dapat memperlihatkan perbedaan respon sistem sebelum dikendalikan dan sesudah dikendalikan. Berikut adalah pemodelan close loop pengendalian laju amine pada plant amine contactor. Gambar 4.11 Wiring close loop pengendalian amine Untuk uji open loop yang pertama diberikan flow sour gas dengan kenaikan setiap,5 sampai MMSCFD. Hal ini digunakan untuk melihat karakteristik pengendalian flow amine pada plant amine contactor..4 Grafik Respon Close Loop Pengendalian Amine.3 konsentrasi H2S (ppm) Gambar 4.9 Wiring open loop pada simulink Grafik Respon Uji Open Loop Amine Contactor Gambar 4. Grafik respon uji open loop plant amine contactor Pada saat sinyal uji step menunjukkan nilai 4 ma maka control valve akan menutup (bukaan %), konsentrasi H2S (ppm) respon H2S set point Gambar 4.12 Grafik respon close loop Hasil respon pengendalian close loop laju amine ini dapat dilihat pada gambar Pada awal grafik terlihat nilai ppm yang lumayan besar sekitar 9

10 ,35 ppm hal ini dikarenakan flow sour gas yang telah masuk ke plant amine contactor sedangkan control valve masih menutup sehingga tidak ada amine yang dialirkan. Selanjutnya ketika pengendalian laju amine sudah mulai berjalan respon pengendalian mulai bisa mengikuti menuju set point yang ditetapkan yaitu ppm. Dengan set point ppm dan kriteria error 2% yaitu antara range 7,4 ppm,16 ppm, maka respon pengendalian ini masih masuk didalam kriteria ini meskipun terdapat osilasi di awal. 4.9 Uji Close Loop dengan Manipulasi Laju Sour Gas yang Masuk Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian yang dibuat nantinya masih dapat mengikuti jika terjadi kenaikan atau penurunan laju sour gas dari sumur. Pertama kali dilakukan uji close loop dengan input flow sour gas naik. Pada pengujian ini dibuat input gas yang mengalami kenaikan terlebih dahulu mulai dari sampai dengan 6 MMSCFD seperti pada pengujian awal tadi, namun setelah itu diberikan manipulasi kenaikan input sebesar 25% sehingga input sour gas menjadi 96 MMSCFD. flow sour gas (MMSCFD) Grafik Input Flow Sour Gas Kenaikan 25% input flow sour gas Gambar 4.13 Grafik input flow sour gas dengan kenaikan 25% konsentrasi H2S (ppm) Grafik Respon Close Loop dengan Kenaikan 25% 7.5 respon ppm H2S set point Gambar 4.14 Grafik respon close loop dengan kenaikan 25% Dari respon ini dapat dilihat ketika terdapat manipulasi kenaikan flow sour gas menjadi 96 MMSCFD respon pengendalian seperti yang terlihat mengalami kenaikan sedikit terlebih dahulu dari,5 ppm menjadi,6 ppm namun setelah itu mengalami penurunan hingga menjadi konstan pada,16 ppm karena input flow sour gas juga konstan pada 96 MMSCFD. Sehingga dengan manipulasi kenaikan input flow sour gas pengendalian laju amine ini masih dapat mengikuti. Selanjutnya dilakukan uji close loop dengan input flow sour gas turun. Pada pengujian ini dibuat input gas yang mengalami kenaikan terlebih dahulu mulai dari sampai dengan MMSCFD seperti pada pengujian awal tadi, namun setelah itu diberikan manipulasi penuruanan input sebesar 25% sehingga input sour gas menjadi 44 MMSCFD. flow sour gas (MMSCFD) Grafik Input Flow Sour Gas dengan Penurunan 25% input flow sour gas Gambar 4.15 Grafik input flow sour gas dengan penurunan 25% konsentrasi H2S (ppm ) Grafik Respon Close Loop dengan Penurunan 25% 7.5 respon ppm H2S set point Gambar 4.15 Grafik respon close loop dengan penurunan 25% Dari respon ini dapat dilihat ketika input mengalami kenaikan hingga MMSCFD respon pengendalian masih sama seperti pada uji sebelumnya. Setelah itu ketika terdapat manipulasi penurunan flow sour gas menjadi 44 MMSCFD respon pengendalian seperti yang terlihat mengalami kenaikan dari,2 ppm menjadi,64 ppm namun setelah itu mengalami penurunan hingga menjadi konstan pada,27 ppm karena input flow sour gas juga konstan pada 44 MMSCFD. Sehingga dengan manipulasi penurunan input flow sour gas pengendalian laju amine ini masih dapat mengikuti.

11 V. KESIMPULA DA SARA 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat korelasi antara flow sour gas yang masuk dengan jumlah amine yang digunakan serta ppm H 2 S yang mampu diserap. 2. Pemodelan plant amine contactor menggunakan JST dengan arsitektur backpropagation dan algoritma training Lavenberg Marquardt didapatkan hasil terbaik 3 hidden layer dengan jumlah hidden node pertama 7, kedua 6 dan ketiga 9 node. 3. Hasil training pemodelan plant JST didapatkan nilai RMSE sebesar dan VAF mendekati %, sedangkan pada saat validasi didapatkan nilai RMSE sebesar dan VAF mendekati%. 4. Berdasarkan pengujian didapatkan parameter hasil pengendalian sebagai berikut : maximum overshoot 2,6 %, settling time (ts) 197 s, peak time (tp) 2 s, error steady state (ess),175 %. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran bahwa konfigurasi referensi input kontroler yaitu proses variabel yang terlibat sebagai pasangan aksi - kondisi dari kontroller berbasis data dapat ditambahkan dengan referensi nilai temperatur dari luar karena dapat mempengaruhi kinerja penyerapan H 2 S oleh amine.. DAFTAR PUSTAKA Company, Inc [] Ogata, Katsuhiko. 22. Modern Control Engineering, Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc. United States of America [9] Help MATLAB Simulink R29a, Programming a Truth Table. BIODATA PEULIS ama : Hutama Putra Wibawa TTL : Blitar, 2 Oktober 19 Riwayat Pendidikan: Tek. Fisika ITS Surabaya 27 sekarang SMA egeri 1 Blitar SMP egeri 1 Blitar SD Karang Tengah [1] Gunterus, Frans Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo [2] Liptak, B.I. 23. Instrument Engineers' Handbook - Process Measurement and Analysis [3] Setiawan, Iwan. Jaringan Syaraf Tiruan Jenis AM (Associative Memory etworks) : CMAC, B-SPLIE dan RBF untuk Aplikasi Pemodelan Dan Pengontrolan Automatic Control Laboratory. Semarang. Electrical Engineering of UDIP. [4] Puspitaningrum, Diyah. 26. Pengantar Jaringan Syaraf Tiruan. Yogjakarta. Penerbit Andi [5] Kusumadewi, Sri. 23. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu. [6] Siang,J.J., 24. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrograman Menggunakan Matlab. Yogyakarta. Penerbit Andi [7] R.H.ielsen., 199. eurocomputing. Massachusetts. Addison-Wesley Publishing 11

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN () 1 Alif Tober Rachmawati, Fitri Adi Iskandarianto, ST.MT, DR.Gunawan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dibahs mengenai pengujian control reheat desuperheater yang telah dimodelkan pada matlab sebagaimana yang telah dibahas pada bab III, aspek

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Oleh : Hera Firdhausa Katili 2409100073 Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

Oleh : Alif Tober Rachmawati

Oleh : Alif Tober Rachmawati Perancangan softsensor steam quality pada steam generator dengan optimasi nilai spesifik volume dengan metode jaringan syaraf tiruan (JST) Oleh : Alif Tober Rachmawati 2410105022 Latar Belakang Steam generator

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK (Sofidul Aris, Ya umar) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA

Institut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA Oleh : ITS Institut Teknologi Sepuluh Nopember Arya Dwi Prayoga 2408100097 Pembimbing : Fitri

Lebih terperinci

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve ROFIKA NUR AINI 1206 100 017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh :

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh : 4.2 Self Tuning PID Controller Untuk lebih memaksimalkan fungsi controller maka perlu dilakukan tuning lebih lanjut terhadap parameter PID pada controller yaitu pada nilai PB, Ti, dan Td. Seperti terlihat

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel Poppy Dewi Lestari 1, Abdul Hadi 2 Jurusan Teknik Elektro UIN Sultan Syarif Kasim Riau JL.HR Soebrantas km 15

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT.

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. Dalam dunia industri, penetralan ph merupakan hal penting. Sebagai

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

Sadra Prattama NRP Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT NIP

Sadra Prattama NRP Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT NIP PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada STRIPPERPV 3300 Dengan Metode FEEDBACK FEEDFORWARD di PT. JOB Pertamina-PetroChina East Java Sadra Prattama NRP. 2406.100.055 Dosen

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)

PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) PERANCANGAN PID SEBAGAI PENGENDALI ph PADA CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR) Fihir, Hendra Cordova Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME Mukhtar Hanafi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Bambang Nur Cahyono (L2F008013) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) Oleh : Raga Sapdhie Wiyanto Nrp 2108 100 526 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya

Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya Arya Dwi Prayoga, Fitri Adi Iskandarianto,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

Oleh : Heldi Usman

Oleh : Heldi Usman TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE PADA PCV 351 DI DPPU NGURAH RAI-DENPASAR BALI Oleh : Heldi Usman 2407 100 047 Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO Permasalahan

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup[1] Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR Wahyudi, Hariyanto, Iwan Setiawan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln.

Lebih terperinci

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING : Perancangan Sistem Pengendalian Rasio Aliran Udara dan Bahan Bakar Pada Boiler Di Unit Utilitas PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban Dengan Menggunakan Sistem Pengendali PID -Fuzzy OLEH

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai Pengontrol Suhu Menggunakan Proportional Integral berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535 [3].

Lebih terperinci

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Control Unit G.U.N.T Tipe dengan Pengendali PID MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor, Juni 9 SIMULASI KENDALIAN FLOW CONTROL UNIT G.U.N.T TIPE DENGAN PENGENDALI PID Syahrir

Lebih terperinci

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA. Analisis Sistem Pengendalian Level Air pada Liquid Separator dan Coalescer untuk Mengantisipasi Terjadinya Fenomena Oil Spill, HESS (Indonesia-Pangkah) Limited, Gresik Selvi Eka Puspitasari 2407 100 027

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Lilik Kurniawan (L2F008053) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG 8-7 Chandra Choirulyanto 050006 Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60, e-mail : Chandrachoirulyanto@gmailcom

Lebih terperinci

LOGO OLEH : ANIKE PURBAWATI DOSEN PEMBIMBING : KATHERIN INDRIAWATI, ST.MT.

LOGO OLEH : ANIKE PURBAWATI DOSEN PEMBIMBING : KATHERIN INDRIAWATI, ST.MT. LOGO Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan Keluaran Steam Separator Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Output Steam di PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang, Jawa Barat OLEH : ANIKE PURBAWATI 2408100037

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisa perancangan kontrol level deaerator yang telah dimodelkan dalam LabVIEW sebagaimana telah dibahas pada bab III. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Training JST BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Dalam penelitian ini menggunakan metode penentuan bobot pada training jaringan syaraf tiruan yaitu Levenberg Marquad dengan struktur JST menggunakan MLP

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR SEDERHANA

REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR SEDERHANA y (x 3,y 3 ) d 3 (x 5,y 5 ) d 5 d 2 (x 2,y 2 ) d (x 1 1,y 1 ) d 4 (x 4,y 4 ) x Definisi: Dari semua kurva pendekatan terhadap satu set data, kurva yang memenuhi sifat bahwa nilai

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI

BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI Setelah bab sebelumnya membahas tentang teori teori yang mendasari perancangan dalam Tugas Akhir ini, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk perancangan Jaringan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG 38 714 Abstrac Satryo Budi Utomo, Universitas Jember Satryo.budiutomo@yahoo.com Pressure Process Control of Trainer studying

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater Available online at TRANSMISI Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi TRANSMISI, 12 (1), 21, 27-32 Research Article Aplikasi Kendali Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Ardian Oktakaisar, Supari, Herwin Suprijono Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir APLIKASI KENDALI MENGGUNAKAN SKEMA GAIN SCHEDULING UNTUK PENGENDALIAN SUHU CAIRAN PADA PLANT ELECTRIC WATER HEATER Ahmad Shafi Mukhaitir [1], Iwan Setiawan, S.T., M.T. [2],

Lebih terperinci

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan Eru Puspita Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pengendalian ph Pada Inline Flash Mixing Menggunakan Metode Neural Network Controller

Rancang Bangun Pengendalian ph Pada Inline Flash Mixing Menggunakan Metode Neural Network Controller JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) F-177 Rancang Bangun Pengendalian Pada Inline Flash Mixing Menggunakan Metode Neural Network Controller Warin Gusena dan Hendra Cordova

Lebih terperinci

DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000

DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000 Seminar Tugas Akhir PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA GLYCOL CONTACTOR BERBASIS SOFTWARE DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM CENTUM CS3000 DENGAN SELF TUNING PID PADA DEHIDRATION UNIT DI KANGEAN ENERGY

Lebih terperinci

Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang

Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang O L E H : A H M A D Z A K I Z A K A R I A ( 2 4 0 6 1 0 0 0 5 7 ) Pembimbing

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran pada Pipa Bahan Bakar untuk Kebutuhan Awal Pembakaran Gas Turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini antara lain: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, menggali dan mengkaji

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator

Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator 1 Perancangan Sistem Kontrol Laju Aliran Bahan Bakar Serta Rasio Pembakaran Berdasarkan Nilai Steam Quality Pada Steam Generator Andi Saehul Rizal, Dr.Bambang Lelono W., itri Adi Iskandarianto Jurusan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG 38-714 SYSTEM MODELLING WITH PID CONTROLLER APPLYING CIANCONE

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Gauss Untuk dapat melakukan pengolahan data menggunakan ANN, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai set data input-output yang akan digunakan. Set data inputnya yaitu

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane

Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane E. Merry Sartika 1), Hardi Sumali 2) Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Galih Probo Kusuma, Dr Melania Suweni Muntini, MT Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID

Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID Muhammad Ridwan 1, Wahidin Wahab 2 1 Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang Reza Dwi Imami (L2F008080) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

IX Strategi Kendali Proses

IX Strategi Kendali Proses 1 1 1 IX Strategi Kendali Proses Definisi Sistem kendali proses Instrumen Industri Peralatan pengukuran dan pengendalian yang digunakan pada proses produksi di Industri Kendali Proses Suatu metoda untuk

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Kontroler Sliding Mode untuk Pengaturan Akselerasi pada Simulator Hybrid Electric Vehicle

Desain dan Implementasi Kontroler Sliding Mode untuk Pengaturan Akselerasi pada Simulator Hybrid Electric Vehicle PROCEDIG SEMIAR TUGAS AKHIR JUI 013 1 Desain dan Implementasi Kontroler Sliding Mode untuk Pengaturan Akselerasi pada Simulator Hybrid Electric Vehicle Suci Endah Sholihah, Mochammad Rameli, dan Rusdhianto

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI Satryo Budi Utomo ), Rusdhianto ), Katjuk Astrowulan ) ) Fakultas Teknik,Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci