ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI BAYAM JEPANG (HORENSO) KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI BAYAM JEPANG (HORENSO) KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI BAYAM JEPANG (HORENSO) KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT SKRIPSI DECY EKANINGTIAS H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Horenso Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Decy Ekaningtias H

3 RINGKASAN DECY EKANINGTIAS. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY KUSWANTI DARYANTO). Hortikultura adalah satu subsektor pertanian yang memiliki pengaruh besar bagi perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi PDB hortikultura yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu komoditi hortikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sayuran. Usaha sayuran terutama sayuran eksklusif Jepang mulai berkembang dewasa ini, baik pada on farm maupun pada industri olahannya. Banyaknya jumlah restoran Jepang di wilayah Jabodetabek menjadi peluang besar bagi para petani sayuran eksklusif di wilayah sekitar Jabodetabek untuk menjadi pemasok kebutuhan restoran-restoran Jepang tersebut. Salah satu komoditas sayuran eksklusif Jepang yang banyak dikonsumsi masyarakat dan kini mulai menarik minat petani budidaya hortikultura adalah horenso. Kelompok Tani Agro Segar merupakan salah satu kelompok tani di wilayah Cianjur yang menjadi wadah atau perkumpulan bagi para petani sayuran dan merupakan kelompok tani pertama di Cianjur yang menjadikan sayuran eksklusif Jepang sebagai komoditas unggulannya. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh petani dari sayuran eksklusif Jepang lebih menguntungkan dibanding komoditas lainnya dan permintaan dari restoran dan hotel di wilayah Jabodetabek akan sayuran eksklusif Jepang pun cukup tinggi. Permintaan horenso yang mencapai 80 kg per hari membutuhkan pasokan yang memadai setiap harinya. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh Kelompok Tani Agro Segar adalah kg per hari. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas petani anggota kelompok tani yang belum seragam. Luas lahan yang terbatas serta perkembangan horenso yang potensial namun produksinya masih terbatas membutuhkan metode produksi yang efisien agar mampu mengoptimalkan hasil panen untuk setiap satuan luas lahan. Hal tersebut juga bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan usahatani yang diperoleh. Selain itu Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 berencana untuk menyusun buku tentang panduan budidaya aneka sayuran Jepang dengan meminta bantuan kepada Kelompok Tani Agro Segar. Dalam penyusunan panduan budidaya sayuran Jepang tersebut diperlukan adanya komposisi faktor-faktor produksi yang sesuai serta efisien agar petani yang membudidayakan sayuran eksklusif Jepang tersebut dapat memperoleh hasil panen yang optimal dengan sumber daya yang ada. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis tingkat pendapatan usahatani horenso di Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, (2) menganalisis efisiensi teknis usahatani horenso di Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, dan (3) menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani horenso yang dilakukan Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur

4 Analisis pendapatan yang dilakukan terdiri dari analisis pendapatan, analisis R/C dan analisis BEP. Hasil analisis pendapatan usahatani horenso menunjukkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani horenso pada lokasi penelitian dapat memberi keuntungan kepada petani responden. Hasil analisis R/C juga menunjukkan usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar menguntungkan untuk diusahakan, tercermin dari nilai R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih besar dari satu. Hasil analisis BEP menunjukkan bahwa harga jual yang digunakan petani dan jumlah produksi horenso di lokasi penelitian lebih besar dari nilai BEP harga dan BEP unit. Hal ini berarti harga jual yang digunakan petani dan jumlah produksi horenso memberikan keuntungan bagi petani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar. Analisis efisiensi teknis usahatani horenso dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menggunakan metode OLS dan tahap kedua menggunakan metode MLE. Metode OLS dilakukan untuk mengetahui keberadaan autokorelasi dan multikorelasi pada model. Hasil pendugaan model dengan metode OLS menunjukkan bahwa tidak tedapat autokorelasi maupun multikolinearitas pada model, sedangkan hasil pendugaan model fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier horenso dengan metode MLE menunjukkan bahwa nilai ratarata efisiensi teknis usahatani horenso adalah 0,876 atau 87,6 persen dari produksi maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar sudah efisien, tercermin dari nilai rata-rata efisiensi teknis yang lebih besar dari 0,7. Namun masih terdapat peluang meningkatkan produksi sebesar 12,4 persen untuk mencapai produksi horenso maksimum. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi horenso pada Kelompok Tani Agro Segar adalah variabel lahan, tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk anorganik. Variabel bibit dan pestisida berpengaruh nyata namun negatif terhadap produksi horenso. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bibit dan pestisida yang berlebihan oleh petani responden. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata dan positif terhadap efek inefisiensi teknis usahatani horenso adalah variabel pengalaman. Variabel pendidikan formal berpengaruh nyata dan negatif terhadap efek inefisiensi teknis usahatani horenso. Variabel-variabel lainnya seperti umur, dummy penyuluhan dan dummy status kepemilikan lahan berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk peningkatan produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan usahatani horenso pada Kelompok Tani Agro Segar, yaitu : (1) ekstensifikasi lahan produksi horenso di Kecamatan Pacet wilayah sekitar Kelompok Tani Agro Segar, (2) penambahan penggunaan tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk anorganik, (3) penyuluh pertanian lebih mendalami teknik budidaya yang tepat dan melakukan teknik pendekatan yang sesuai kepada petani, dan (4) penelitian lebih lanjut terkait efisiensi usahatani horenso, khususnya efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis yang belum dibahas pada penelitian ini.

5 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI BAYAM JEPANG (HORENSO) KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT DECY EKANINGTIAS H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Proposal Nama NRP : Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat : Decy Ekaningtias : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Rr. Heny Kuswanti Daryanto, M.Ec NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Horenso Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani dan efisiensi produksi horenso Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula karya tulis ini masih memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian penulis mengharapkan penulisan penelitian ini tetap memberi manfaat bagi para pembaca. Bogor, September 2011 Decy Ekaningtias

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 9 Desember Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Sunarto dan Ibunda Ratnawati Putri (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pucang II pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Mardi Waluya Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Profesi HIPMA pada Departemen Komunikasi dan Informasi periode tahun

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Horenso Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Konsep Pendapatan Usahatani Konsep Fungsi Produksi Fungsi Produksi Stochastic Frontier Konsep Efisiensi dan Inefisiensi Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Spesifikasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis Uji Hipotesis Analisis Pendapatan Usahatani Definisi Operasional V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN Gambaran Umum Kabupaten Cianjur Profil Kelompok Tani Agro Segar Karakteristik Petani Responden Usahatani Horenso Pembibitan Pengolahan Lahan Penanaman Penyiangan Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Pemanenan... 55

10 VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI HORENSO Penerimaan Usahatani Horenso Biaya Usahatani Horenso Pendapatan Usahatani Horenso VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Horenso Tingkat Efisiensi Produksi dan Inefisiensi Produksi Implikasi Penelitian VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Periode Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Sayuran di Indonesia Periode Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Sayuran di Jawa Barat Periode Komoditi Hortikultura Unggulan di Kabupaten Cianjur Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Sayuran Eksklusif Jepang di Desa Ciherang Tahun Volume Rata-Rata Permintaan Komoditas Sayuran Eksklusif Jepang terhadap Kelompok Tani Agro Segar pada Tahun Jenis Komoditi yang Dibudidayakan oleh Kelompok Tani Agro Segar Beberapa Studi Empiris Efisiensi Produksi Menggunakan Pendekatan Stochastic Production Frontier dan Analisis Pendapatan Usahatani Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Usahatani Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia pada Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebaran Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Horenso Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Persentase Pemupukan Petani Responden pada Tahun Persentase Penggunaan Obat-obatan Petani Responden pada Tahun Persentase Cara Panen Petani Responden pada Tahun Penerimaan Usahatani Horenso per Hektar di Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni Biaya Usahatani Horenso per Hektar pada Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni Perhitungan Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C) Usahatani Horenso per Hektar pada Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni Perhitungan Break Even Point (BEP) Usahatani Horenso per Hektar pada Kelompok Tani Agro Segar Periode April-Juni Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Horenso dengan Metode OLS tahun

12 23. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Horenso dengan Metode MLE tahun Ringkasan Statistik Bebas Variabel Model Inefisiensi Produksi Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Produksi Usahatani Horenso pada Kelompok Tani Agro Segar Tahun Pendugaan Parameter Efek Inefisiensi Fungsi Produksi Stochastic Frontier Horenso pada Kelompok Tani Agro Segar Tahun

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Produksi Total, Produk Rata-rata dan Produk Marginal Fungsi Produksi Stochastic Frontier Efisiensi Teknis, Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis Efisiensi Teknis dan Alokatif Kerangka Pemikiran Operasional... 38

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian Daftar Restauran Jepang di Jakarta Luas Lahan dan Produksi Petani Responden Musim Tanam Mei Juli Tahun Sebaran Status Lahan Petani Responden Musim Tanam Mei Juli Tahun Hasil Olahan Minitab Hasil Olahan Program Frontier Tabel Kodde dan Palm... 99

15 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar yang dilakukan sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian secara luas terdiri dari beberapa subsektor, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki pengaruh besar bagi perekonomian Indonesia adalah hortikultura. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PDB hortikultura yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Periode No Komoditi Nilai PDB (Milyar Rupiah) *) Rata- Rata 1. Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Hortikultura Keterangan : *) Angka Sementara Sumber: Ditjen Hortikultura, 2010 (diolah) Pada Tabel 1 dijelaskan bahwa nilai PDB hortikultura secara keseluruhan terus meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar tujuh triliyun rupiah setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa subsektor hortikultura memiliki kontribusi yang tinggi bagi perekonomian Indonesia. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa komoditi sayuran menempati peringkat kedua setelah buah-buahan dalam kontribusi PDB hortikultura dengan peningkatan yang signifikan selama periode Sementara itu, komoditi tanaman hias dan biofarmaka mengalami peningkatan nilai PDB yang berkelanjutan pada periode tersebut. Pada dasarnya komoditi hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan prospektif untuk

16 dikembangkan mengingat potensi serapan pasar yang terus meningkat 1. Hal ini sangat terkait dengan terus meningkatnya jumlah populasi penduduk di Indonesia. Sayuran adalah salah satu komoditi hortikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tingginya kandungan vitamin dan mineral pada sayuran membuat komoditi ini dinilai sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di sisi lain, sayuran juga memiliki potensi terkait dengan nilai ekonomi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang baik. Kelebihan-kelebihan tersebut menyebabkan produksi sayuran terus dilakukan bahkan produksi sayuran di Indonesia mengalami peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Tabel 2. Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Sayuran di Indonesia Periode Pertumbuhabuhabuhan Pertum- Pertum- Produksi Luas Areal Produktivitas Tahun (ton) (ha) (ton/ha) (%) (%) (%) , , ,36 9,63 3, , ,68 9,45-1, , ,62 9,44-0, , ,07 9,65 2,22 Sumber: Ditjen Hortikultura, 2010 (diolah) Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi sayuran di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya secara kontinu. Namun pada tahun 2007 terlihat adanya penurunan produksi sebesar 0,76 persen. Hal ini bukan disebabkan menurunnya produksi sayuran secara keseluruhan, melainkan pada tahun tersebut terjadi penurunan yang cukup signifikan pada beberapa komoditi, yaitu cabai, wortel, dan daun bawang. Luas areal pada periode cukup fluktuatif bahkan banyak terjadi penurunan sekitar satu hingga tiga persen, peningkatan luas areal hanya terjadi pada tahun Produktivitas sayuran mengalami peningkatan pada tahun 2005 dan 2008 namun cenderung konstan pada kisaran 9,5 ton/ha Pengembangan Agribisnis Hortikultura di Jawa Timur. [Diakses : 6 Mei 2011] 2

17 Jawa Barat merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki berbagai jenis dataran, dari mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Kondisi lahan dan iklim yang mendukung pada daerah ini menjadikan Jawa Barat sebagai propinsi yang banyak memproduksi sayuran dan memiliki banyak sentra komoditi hortikultura terutama sayuran. Adapun produksi, luas areal dan produktivitas sayuran di Jawa Barat akan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Sayuran di Jawa Barat Periode Pertumbuhabuhabuhan Pertum- Pertum- Produksi Luas Areal Produktivitas Tahun (ton) (ha) (ton/ha) (%) (%) (%) ,8-15, , ,8 1,04 18,22 18, , ,9-0,69 16,17-11, , ,9 1,06 15,37-4, , ,3-7,63 20,62 34,16 Sumber: Dinas Pertanian Jawa Barat, 2009 Pada Tabel 3 terlihat bahwa produksi sayuran di Jawa Barat fluktuatif sedangkan luas arealnya cenderung stabil. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pada seluruh aspek, baik produksi maupun luas areal. Hal ini berdampak pada penurunan nilai produktivitas yang cukup signifikan. Namun pada tahun 2008 terjadi suatu fenomena dimana luas areal sayuran mengalami penurunan namun di lain sisi produksi sayuran mengalami peningkatan yang cukup besar. Hal ini menyebabkan nilai produktivitas sayuran pada tahun 2008 meningkat drastis. Kabupaten Cianjur terkenal sebagai wilayah pegunungan yang sejuk dan subur serta memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang sangat potensial 2. Selain sebagai sentra beras nasional, Kabupaten Cianjur juga merupakan salah satu sentra sayuran nasional yang sebagian besar hasil panennya dipasok ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Tabel 4 akan menguraikan beberapa jenis komoditi hortikultura yang menjadi unggulan di Kabupaten Cianjur serta potensi dan peluang yang dimiliki komoditi-komoditi tersebut Profil Daerah Kabupaten Cianjur. [Diakses : 6 Mei 2011] 3

18 Tabel 4. Komoditi Hortikultura Unggulan di Kabupaten Cianjur Komoditi Daya Dukung SDM Daya Dukung SDA Peluang Cabai Merah Nilai ekonomi relatif tinggi dan komoditi ekspor. Buah Tropika Memiliki keunggulan komparatif Aneka Jepang Sayuran + ++ Nilai ekonomi relatif tinggi, pangsa pasar domestik dan pasar ekspor relatif besar. Paprika + ++ Nilai ekonomi relatif tinggi Aneka Bunga + ++ Nilai ekonomi relatif tinggi dan pangsa pasar cenderung meningkat Keterangan : + : sedang ++ : tinggi Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Cianjur 3, (diolah) Komoditi yang pada beberapa tahun terakhir mulai diminati para petani di subsektor hortikultura adalah sayuran eksklusif Jepang. Jenis sayuran ini dinilai sangat prospektif karena harganya yang tinggi bahkan berkali-kali lipat dari sayuran lokal, serta didukung oleh kondisi alam yang sesuai untuk budidaya, usia panen yang singkat, dan teknik budidaya yang relatif mudah. Selain itu, restoran Jepang yang beberapa tahun terakhir banyak didirikan di kota-kota besar terutama wilayah Jabodetabek menjadi peluang besar bagi petani sayuran eksklusif Jepang untuk menjadi pemasok restoran-restoran tersebut dengan mengembangkan budidaya sayuran eksklusif Jepang. Adapun komoditi yang termasuk ke dalam jenis sayuran eksklusif Jepang adalah edamame, gobo, kyuuri, horenso, zukini, daikon, nasubi, dan sebagainya. Pada Tabel 4 terlihat bahwa sayuran eksklusif Jepang merupakan salah satu komoditi hortikultura unggulan di Kabupaten Cianjur. Dilihat dari daya dukung sumber daya alamnya yang tinggi, komoditi sayuran eksklusif Jepang di Kabupaten Cianjur mampu dibudidayakan dengan baik sehingga dapat berkembang pesat. Namun daya dukung sumber daya manusia yang dimiliki masih kurang jika dibandingkan komoditi lainnya, seperti cabai merah dan buah tropika. Hal tersebut disebabkan komoditi sayuran Jepang masih tergolong baru dibudidayakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan maupun Prospek Investasi Sektor/Sub Sektor : Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. [Diakses : 30 Mei 2011] 4

19 pembelajaran secara intensif untuk membina sumber daya manusia yang tersedia agar dapat mengembangkan komoditi potensial tersebut. Desa Ciherang adalah salah satu wilayah di Kabupaten Cianjur yang mampu mengembangkan bahkan menjadi sentra sayuran eksklusif Jepang di wilayah Cianjur dengan luas areal dan tingkat produksi yang tinggi. Tabel 5 menjelaskan rata-rata luas lahan, rata-rata produksi dan produktivitas dari komoditi sayuran eksklusif Jepang yang dibudidayakan di desa tersebut. Tabel 5. Rata-Rata Luas Lahan, Rata-Rata Produksi, dan Produktivitas Sayuran Eksklusif Jepang di Desa Ciherang Tahun 2011 Komoditi Luas Lahan (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) Altari Zukini ,2 Gobo Horenso Lettuce Head Pakchoy Sawi Baby ,5 Timun Jepang ,8 Timun Acar Tale Tespong Ubi Jepang Youlmu Korea ,8 Terung Jepang ,5 Knip Sumber : Laporan BPP Kecamatan Cianjur, 2011 Pada Tabel 5 terlihat bahwa produktivitas komoditi sayuran eksklusif Jepang di Desa Ciherang sangat beragam. Komoditi pakchoy, tale dan ubi Jepang memiliki produktivitas paling rendah yaitu 4 kg/m 2, sedangkan produktivitas paling tinggi sebesar 20 kg/m 2 dimiliki oleh horenso. Horenso merupakan salah satu komoditi sayuran eksklusif Jepang sejenis bayam. Sayuran ini banyak 5

20 diminati konsumen di Indonesia karena rasanya yang enak, lunak, memberikan rasa dingin di perut, dan melancarkan pencernaan. Selain itu, horenso yang juga dikenal sebagai bayam Jepang ini memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan karena sangat kaya akan kandungan zat gizi yaitu vitamin dan mineral. Hingga saat ini horenso masih sulit dijumpai di pasar bebas. Hanya beberapa supermarket dengan segmen pasar menengah ke atas yang menjual sayuran horenso tersebut. Di Indonesia, sayuran ini banyak dikonsumsi oleh turis Jepang ataupun masyarakat Indonesia yang gemar masakan Jepang. Hal ini menyebabkan permintaan sayuran horenso sangat dipengaruhi oleh jumlah restoran Jepang yang kini semakin meningkat. Untuk wilayah Jakarta, jumlah restoran Jepang yang telah didirikan mencapai lebih dari 35 gerai 4. Horenso sendiri selalu dikonsumsi hampir di seluruh gerai restoran Jepang tersebut. Tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri, horenso juga diminati oleh pasar ekspor. Oleh karena itu dibutuhkan pasokan horenso yang kontinu dari petani yang membudidayakan sayuran eksklusif tersebut. Salah satu kelompok tani yang membudidayakan serta memproduksi horenso di Desa Ciherang adalah Kelompok Tani Agro Segar. Pada dasarnya Kelompok Tani Agro Segar bergerak di bidang budidaya sayuran yang menanam berbagai jenis sayuran lokal hingga herba. Namun kelompok tani ini memilih sayuran eksklusif untuk menjadi komoditi unggulannya. Selain menjadi salah satu pusat pemasok kebutuhan sayur mayur untuk wilayah Jabodetabek, Kelompok Tani Agro Segar juga menjadi salah satu pilot project agro industri di Kabupaten Cianjur. Dengan predikat tersebut, Kelompok Tani Agro Segar membantu dan memfasilitasi para petani baik dalam hal pembelajaran maupun alih teknologi melalui pelatihan dan praktek magang 5. Hal tersebut sangat membantu petani untuk dapat menghasilkan produk sayuran eksklusif Jepang yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Hasil panen dari kelompok tani ini kemudian dipasok ke berbagai supermarket dan restoran Jepang di wilayah Jabodetabek. Hingga saat ini Kelompok Tani Agro Segar telah memasok sayuran eksklusif Jepang ke sekitar 25 supermarket dan restoran Jepang di Jabodetabek. Volume rata-rata Daftar Restoran Jepang. [Diakses : 4 Juni 2011] Poktan Agro Segar Cigombong Kec. Pacet Cianjur Tembus Pasar Luar Negeri. [Diakses : 25 Juni 2011] 6

21 permintaan komoditi sayuran eksklusif Jepang terhadap Kelompok Tani Agro Segar akan ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Rata-Rata Permintaan Komoditi Sayuran Eksklusif Jepang terhadap Kelompok Tani Agro Segar pada Tahun 2011 Komoditi Volume rata-rata permintaan per bulan (kg) Altari 600 Caisim 300 Zuchini 2100 Daun Knip 450 Gobo 1200 Horenso 2400 Pakchoy 450 Timun Jepang 2100 Youlmu 1800 Sumber : Kelompok Tani Agro Segar, 2011 Volume rata-rata permintaan sayuran eksklusif Jepang terhadap Kelompok Tani Agro Segar tergolong tinggi. Tabel 6 menunjukkan bahwa horenso merupakan komoditi yang memiliki volume rata-rata permintaan tertinggi dari supermarket dan restoran Jepang yang dipasok oleh kelompok tani tersebut. Tingginya permintaan akan komoditi horenso merupakan peluang besar bagi Kelompok Tani Agro Segar terutama terkait dengan pendapatan petani anggota kelompok tani. Oleh karena itu, untuk dapat terus memenuhi permintaan horenso yang relatif tinggi tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya guna meningkatkan produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. 1.2 Perumusan Masalah Usaha sayuran terutama sayuran eksklusif Jepang mulai berkembang dewasa ini, baik pada on farm maupun pada industri olahannya. Hal ini disebabkan oleh prospek sayuran eksklusif Jepang yang cukup menjanjikan. Banyaknya jumlah restoran Jepang di wilayah Jabodetabek menjadi peluang besar bagi para petani sayuran eksklusif di wilayah sekitar Jabodetabek untuk menjadi 7

22 pemasok kebutuhan restoran-restoran Jepang tersebut. Hal ini disebabkan masih terbatasnya petani yang mengusahakan sayuran eksklusif Jepang. Horenso sebagai salah satu komoditi sayuran eksklusif Jepang yang banyak dikonsumsi masyarakat, kini mulai menarik minat petani budidaya hortikultura. Dengan teknik budidaya yang tidak terlalu rumit dan usia panen yang relatif singkat, petani dapat menjual hasil panen horenso tersebut dengan harga Rp5.000-Rp per kg. Kelompok Tani Agro Segar merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Cianjur yang menjadi wadah atau perkumpulan bagi para petani sayuran. Namun dari berbagai jenis sayuran yang dikelola, kelompok tani ini memilih sayuran eksklusif Jepang termasuk horenso untuk menjadi komoditi unggulannya. Adapun daftar komoditi yang dikelola Kelompok Tani Agro Segar tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Komoditi yang Dibudidayakan oleh Kelompok Tani Agro Segar Lokal Jenis Sayuran Yang Dibudidayakan Jepang Jenis Herb (Herbal) Bayam Daikon Shigemsi Mint Kangkung Nasubi Kowari Majoram Caysim Satsuma imo Altari Sage Pakchoy Sato imo Yolmu Oregano Selada kriting Gobo Gogo masum Mitsuba Selada Merah Edamame Knip Rosmerry Daun Bw.Silfa Kyuuri Knip son Taragon Terung Zukini Zukini Time Brokoli Horenso Olgari Basil Sumber : Kelompok Tani Agro Segar Tabel 7 menunjukkan bahwa sayuran eksklusif Jepang adalah jenis yang paling banyak dibudidayakan. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh petani dari sayuran eksklusif Jepang lebih menguntungkan dibanding komoditi lainnya dan permintaannya pun cukup tinggi. Horenso yang merupakan salah satu komoditi sayuran eksklusif Jepang yang memiliki tingkat permintaan tertinggi mencapai 80 8

23 kg per hari, membutuhkan pasokan horenso yang memadai setiap harinya. Selama ini kapasitas produksi horenso di Kelompok Tani Agro Segar adalah sebesar kg per hari. Jumlah tersebut masih belum dapat memenuhi permintaan horenso terhadap kelompok tani tersebut. Hal ini dikarenakan produktivitas petani anggota kelompok tani yang belum seragam. Beberapa petani memiliki tingkat produktivitas yang tinggi sedangkan beberapa petani lainnya masih memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Ketidakseragaman produktivitas ini dikarenakan oleh berbagai faktor dan menyebabkan kapasitas produksi horenso tidak maksimal. Hingga saat ini Kelompok Tani Agro Segar sering menolak permintaan horenso yang dibutuhkan pasar karena keterbatasan produksi. Hal ini akan sangat berpengaruh pada pendapatan usahatani para petani horenso. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis pendapatan usahatani horenso untuk mengetahui tingkat pendapatan petani horenso dengan kapasitas produksi yang masih terbatas dan penolakan beberapa permintaan horenso yang dilakukan Kelompok Tani Agro Segar. Selain itu, dengan luas lahan garapan yang terbatas serta prospek horenso yang potensial namun produksinya masih terbatas, dibutuhkan teknik budidaya yang efisien agar mampu mengoptimalkan hasil panen untuk setiap satuan luas lahan. Hal tersebut juga bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan usahatani horenso yang diperoleh para petani. Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 berencana untuk menyusun buku tentang panduan budidaya aneka sayuran Jepang dengan meminta bantuan kepada Kelompok Tani Agro Segar sebagai kelompok tani pelopor yang menjadikan sayuran eksklusif Jepang sebagai komoditi unggulannya. Dalam penyusunan panduan budidaya sayuran Jepang tersebut diperlukan adanya komposisi faktor-faktor produksi yang sesuai serta efisien agar petani yang membudidayakan sayuran eksklusif Jepang tersebut dapat memperoleh hasil panen yang optimal dengan sumber daya yang ada. Hal ini akan berdampak pada pendapatan usahatani sayuran eksklusif Jepang tersebut. Pendapatan usahatani dan efisiensi teknis merupakan hal yang saling berkaitan. Pendapatan usahatani yang diterima petani akan digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi yang akan berpengaruh terhadap efisiensi teknis. 9

24 Begitu pula efisiensi teknis yang dicapai oleh petani akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang didapat petani tersebut. Maka dari itu diperlukan informasi mengenai pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis. Tingkat pendapatan usahatani dan efisiensi teknis yang dijalankan dapat digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk kombinasi input usahatani yang optimal dan kebijakan pertanian untuk masa datang. Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani horenso di Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur? 2. Apakah usahatani horenso yang dilakukan Kelompok Tani Agro Segar Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur sudah efisien secara teknis? 3. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani horenso yang dilakukan Kelompok Tani Agro Segar Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani horenso di Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur 2. Menganalisis efisiensi teknis usahatani horenso di Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani horenso yang dilakukan Kelompok Tani Agro Segar Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur 10

25 1.4 Manfaat Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak : 1. Petani horenso sebagai bahan masukan dan tambahan informasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan usahatani pada pengelolaan usahatani horenso di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 2. Pemerintah daerah sebagai tambahan informasi dan masukan dalam upaya penyusunan strategi dan kebijakan pertanian yang lebih baik dan peningkatan kesejahteraan petani horenso di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 3. Sebagai informasi dan literatur bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang yeng berkaitan dengan penelitian ini. 11

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Horenso Horenso atau sering juga disebut sebagai bayam Jepang merupakan sayuran yang termasuk ke dalam genus Spinacia. Sayuran ini hanya dikonsumsi bagian daunnya dan sering dijumpai di masakan Jepang. Berbeda dengan bayam lokal (Amaranthus), horenso kurang cocok dibudidayakan di daerah panas. Hal ini dikarenakan tanaman sayur tersebut akan cepat berbunga dan tidak menumbuhkan banyak daun. Bayam berasal dari Amerika dan Selandia Baru. Di Eropa dan Australia, awalnya bayam adalah tanaman hias. Baru ditahun 1960-an penduduk Australia mulai mengenal bayam sebagai bahan makanan. Dua jenis bayam yang dikenal di Indonesia adalah bayam cabut/bayam sekul/bayam putih dan bayam tahun/bayam skop/bayam kakap. Bayam cabut disukai karena enak, lunak, memberikan rasa dingin di perut, dan melancarkan pencernaan. Bayam tahun memiliki ciri utama daun lebar 1. Sama dengan jenis bayam lokal, horenso juga kaya akan kandungan zat gizi yaitu vitamin dan mineral. Vitamin yang banyak terkandung dalam bayam Jepang adalah vitamin K, A, C, B1, B2, B6, asam folat, dan vitamin E. Secangkir bayam rebus merupakan sumber vegetable mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor, dan seng. Horenso merupakan sumber vitamin K yang baik, dimana vitamin ini sangat berperan dalam pengaktifan berbagai jenis protein yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Beberapa riset menunjukkan vitamin K yang terkandung dalam horenso berperan sebagai antipenuaan, mencegah penyakit jantung dan stroke, dan bertindak sebagai racun dalam sel-sel kanker, tetapi tidak membahayakan sel-sel yang sehat. Sayuran ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik yang dapat bermanfaat untuk organ penglihatan, kekebalan tubuh, pembentukan serta pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan, dan selaput kulit. Selain itu horenso merupakan sumber zat besi yang baik dan sangat berguna bagi penderita anemia. The journal of 1 [ Diakses pada tanggal : 7 Maret 2011]

27 Experimental Neurology juga menyebutkan bahwa horenso mengandung 13 senyawa Flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan dan anti kanker. Rasa yang enak dan manfaat yang berlimpah bagi kesehatan menjadikan horenso sebagai komoditas sayuran eksklusif yang mulai berkembang dan banyak diminati konsumen. Konsumen tidak segan membeli sayuran horenso ini dengan harga yang relatif tinggi, yaitu sekitar Rp per kg untuk horenso non organik dan Rp per kg untuk horenso organik. Teknik budidaya horenso cukup sederhana. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan lahan yang sesuai, yaitu lahan yang memiliki ph tanah 5,5-6,5; suhu udara C; kelembaban 60-90% dan bebas dari limbah pencemaran. Kemudian lahan dibedeng dan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang. Setelah dua minggu, bibit sudah dapat ditanam dengan cara ditebar. Untuk penanaman pada musim hujan, lahan yang ditanami horenso perlu ditutup dengan plastik atau mulsa untuk menghindari pembusukan pada tanaman. Sedangkan penyiraman hanya dilakukan pada penanaman di musim kemarau. Setelah itu dilakukan pemupukan, penyiangan dan pengendalian HPT secara bekala hingga waktu panen. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat memanen horenso adalah sekitar 1,5-2 bulan. Hasil panen horenso dapat langsung dijual ke pasar ataupun melalui kelompok tani Penelitian Terdahulu Pada kegiatan usahatani, efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani merupakan salah satu topik yang menarik untuk dianalisis. Hal ini dikarenakan petani selalu menginginkan hasil yang optimal dari penggunaan sumberdaya input yang ada guna mendapatkan pendapatan yang maksimal. Dalam upaya pencapaian produksi yang optimal, perlu dilakukan analisis terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani tersebut. Selain itu, analisis pendapatan juga perlu dilakukan sebagai salah satu indikator kinerja usahatani yang dilakukan oleh petani. Oleh karena itu, banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani. Tabel 8 menjelaskan secara singkat mengenai beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan efisiensi teknis dan analisis pendapatan usahatani. 13

28 Tabel 8. Beberapa Studi Empiris Efisiensi teknis Menggunakan Pendekatan Stochastic Production Frontier dan Analisis Pendapatan Usahatani Nama Peneliti Judul Alat Analisis Adhiana (2005) Ainul Daulay (2007) Maryono (2008) Haq Theresia Lidia Pinondang Hutauruk (2008) Rosana Podesta S (2009) Hadi Nugraha (2010) Husnul Khotimah (2010) Julianto Efendy Sitepu (2010) Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya (Aloe Vera) di Kabupaten Bogor : Pendekatan Stochastic Frontier Sistem Usahatani dan Pemasaran Bayam Jepang (Peleng) di Kabupaten Karo Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Program Benih Bersertifikat : Pendekatan Stochastic Production Frontier (Studi Kasus di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang) Analisis Efisiensi Usahatani Padi Benih Bersubsidi di Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat : Pendekatan Stochastic Production Frontier Pengaruh Penggunaan Benih Sertifikat terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Padi Pandan Wangi Analisis Efisiensi teknis Usahatani Brokoli Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor - OLS - MLE - Regresi Berganda - R/C Rasio - MLE - R/C Rasio - OLS - MLE - OLS - MLE - R/C Rasio - Analisis Regresi - R/C Rasio - OLS - MLE - R/C Rasio - R/C Rasio Penelitian yang dilakukan oleh Adhiana (2005) bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis dilakukan dengan menggunakan data cross section dari hasil survei pada 35 petani. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis tentang supply chain usahatani lidah buaya. Model fungsi produksi stochastic frontier yang digunakan menggunakan enam variabel penjelas. 14

29 Hasil yang diperoleh dari analisis ini menunjukkan bahwa rata-rata petani di daerah penelitian sudah cukup efisien secara teknis dan alokatif, namun belum efisien secara ekonomis dengan kontribusi pengaruh efisiensi teknis terhadap produksi rata-rata petani sebesar 0,984. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi teknis dan sisanya sebesar 0,016 disebabkan oleh faktor stochastic seperti serangan hama, cuaca dan iklim serta kesalahan permodelan. Sedangkan hasil analisis supply chain menunjukkan bahwa supply chain pada usahatani lidah buaya belum berjalan efisien. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah petani di daerah penelitian diharapkan dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki untuk mengurangi kesenjangan efisiensi antar individu. Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, disarankan petani di daerah penelitian meningkatkan pendidikan, keterampilan dan pengalaman berusahatani serta menghemat biaya input dengan cara menggunakan input secara proporsional dan memanfaatkan potensi inout yang ada di daerah penelitian. Penelitian sistem usahatani bayam Jepang dilakukan oleh Daulay (2007) dengan tujuan untuk mengetahui sistem usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian, mengetahui produktivitas bayam Jepang di lokasi penelitian, mengetahui input produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas bayam Jepang di lokasi penelitian dan mengetahui pendapatan usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan R/C rasio. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa produktivitas bayam Jepang di Desa Rumah Berastagi adalah 12,44 ton/ha dan input produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas bayam Jepang adalah bibit, luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan pestisida. Untuk hasil analisis pendapatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa komponen biaya yang dominan dalam total biaya produksi adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp ,83 per petani per musim tanam dan Rp ,33 per hektar per musim tanam. Usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian tergolong usahatani yang menguntungkan dilihat dari jumlah pendapatan bersih rata-rata per ha per musim tanam sebesar Rp ,72 dan nilai R/C rasio sebesar 3,89. Dilihat dari tingkat investasi diperoleh nilai ROI 15

30 sebesar 289,25 persen yang berarti bahwa usahatani bayam Jepang di lokasi penelitian efisien untuk dilaksanakan. Analisis BEP juga dilakukan pada penelitian ini dan diperoleh hasil BEP harga sebesar Rp 459,25 per kg dan BEP unit sebesar 170,03 kg. Penelitian terkait efisiensi teknis dilakukan oleh Maryono (2008) dengan tujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan teknologi baru dalam program benih bersertifikat, menganalisis efisiensi teknis petani sebelum dan setelah program, dan menganalisis struktur biaya dan pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah program. Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan teknologi usahatani ditunjukkan bahwa petani yang menggunakan pupuk organik dalam usahataninya hanya sebanyak 9,68 persen dan petani yang melaksanakan penggunaan pupuk sesuai anjuran hanya sebesar 45,16 persen responden. Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi stochastic frontier, pada masa tanam II terjadi penurunan tingkat efisiensi teknis petani responden. Hal ini ditunjukkan dengan angka rata-rata tingkat efisiensi teknis pada masa tanam I sebesar 0,966 dengan nilai terendah 0,805 dan nilai tertinggi adalah 0,994. Sedangkan pada masa tanam II nilai rata-rata efisiensi teknis 0,899 dengan nilai terndah 0,732 dan nilai tertinggi 0,990. Berdasarkan angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya program benih bersertifikat ini justru menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen. Berdasarkan uji statistik berbeda nyata (signifikan) pada selang kepercayaan 99 persen atau α sebesar 1 persen. Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa pada masa tanam I variabel yang berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis adalah dummy bahan organik dan dummy legowo, sedangkan pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi petani responden adalah pengalaman, pendidikan dan rasio urea-tsp. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa R/C rasio atas biaya tunai sebelum program sebesar 4,97 dan setelah program nilai nominalnya sebesar 7,09 dan nilai riilnya sebesar 5,74. R/C rasio atas biaya total setelah program secara nominal menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan sebelum program, namun secara riil mengalami penurunan. R/C rasio atas biaya total sebelum program sebesar 1,64 sedangkan setelah program nilai nominalnya sebesar 1,91 dan nilai riilnya 16

31 sebesar 1,62. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa program benih bersertifikat yang dilakukan dapat meningkatkan pendapatan petani di lokasi penelitian secara nominal. Namun untuk pendapatan secara riil, perlu adanya faktor lain yang mendukung program tersebut agar mampu meningkatkan pendapatan petani secara riil. Hutauruk (2008) melakukan penelitian terkait efisiensi usahatani dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan Telagasari, menganalisis efisiensi teknis petani dan menganalisis pembiayaan usahatani padi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil pada musim tanam dimana petani menggunakan benih unggul bersubsidi dan musim tanam sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang berpengaruh pada musim tanam dengan menggunakan benih sendiri adalah lahan, benih/lahan, pupuk KCL/lahan, pupuk NPK/lahan, tenaga kerja luar keluarga/lahan dan tenaga kerja dalam keluarga/lahan. Sedangkan pada musim tanam dengan benih bantuan pemerintah adalah lahan, pupuk KCL/lahan dan tenaga kerja luar keluarga/lahan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi teknis sesudah penggunaan benih program bersubsidi dibandingkan dengan sebelum penggunaan benih program bersubsidi. Hal tersebut dipengaruhi oleh efek inefisiensi teknis yaitu umur bibit. Selain itu, nilai efisiensi alokatif dan ekonomis juga menurun pada saat penggunaan benih program bersubsidi. Hal ini terjadi karena kekakuan petani mengubah penggunaan faktor produksi akibat perubahan harga. Perubahan input yang tidak berubah akibat kenaikan harga menyebabkan efisiensi alokatif dan ekonomis turun. Podesta (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non sertifikat di Kabupaten Cianjur, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur, dan menghitung pendapatan petani usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non sertifikat di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel independen penduga dalam fungsi produksi, yaitu luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk N (X 3 ), pupuk P (X 4 ), pupuk K (X 5 ), obat cair (X 6 ) dan tenaga kerja (X 7 ). Sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi 17

32 tingkat inefisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi meliputi usia, pendidikan formal, pengalaman, umur bibit dan dummy status usahatani serta dummy pendidikan non formal. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis petani pandan wangi benih sertifikat adalah 0,967 sedangkan petani pandan wangi benih non sertifikat adalah 0,713 dengan frekuensi tersebar. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi Pandan Wangi baik benih sertifikat maupun benih non sertifikat pada musim tanam II mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat musim tanam I. nilai R/C rasio atas biaya tunai usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat musim tanam II lebih besar dibandingkan R/C rasio yang lain yakni sebesar 7,54. Penelitian efisiensi teknis juga dilakukan Nugraha (2010) dengan tujuan untuk menganalisis keragaan usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang ditinjau dari pendapatan usahataninya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi brokoli dan menganalisis efisiensi teknis brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, produksi brokoli dari sejumlah petani responden di Desa Cibodas bisa dikatakan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total usahatani brokoli di Desa Cibodas masing-masing yaitu 1,77 dan 1,31. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa faktor produksi yang memiliki pengaruh nyata dan positif pada selang 99 persen adalah benih, dan faktor produksi yang memiliki pengaruh nyata dan positif pada taraf 95 persen adalah pupuk kandang, pupuk kimia, dan tenaga kerja. Penambahan jumlah benih dan pupuk kimia yang digunakan akan meningkatkan jumlah produksi brokoli secara signifikan. Pestisida padat dan pestisida cair merupakan faktor produksi yang berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap produksi brokoli. Usahatani brokoli di Desa Cibodas secara ekonomis belum efisien secara ekonomis. Khotimah (2010) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis keragaan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan, menganalisis fungsi produksi stochastic frontier dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan menganalisis tingkat pendapatan usahatani ubi jalar di 18

33 Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar adalah variabel lahan, benih/lahan, tenaga kerja/lahan, pupuk P/lahan, dan pupuk K/lahan, sedangkan variabel pupuk N/lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar. Semua variabel yang diestimasi berpengaruh positif terhadap produksi ubi jalar. Tingkat efisiensi teknis rata-rata usahatani ubi jalar adalah 0,75 atau 75 persen dari produksi maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus telah cukup efisien. Sedangkan hasi dari analisis pendapatan usahatani ubi jalar menunjukan pendapatan usahatani atas biaya tunai maupun biaya total lebih besar dari nol. Hal ini menunjukan bahwa usahatani ubi jalar di lokasi penelitian menguntungkan. Hasil analisis menggunakan R/C juga menunjukan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus menguntungkan untuk diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih besar dari satu. Penelitian yang dilakukan Sitepu (2010) bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani jamur tiram putih di daerah penelitian, mengetahui bentuk saluran pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian, dan menganalisis efesiensi pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian. Berdasarkan analisis pendapatan, diperoleh R/C rasio total sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,57. Sedangkan R/C rasio untuk biaya tunai adalah sebesar 1,84 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,84. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usahatani jamur tiram tersebut menguntungkan karena R/C rasio lebih dari satu dan layak untuk dikembangkan. Tabel 9 menunjukkan bahwa pada penelitian-penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi inefisiensi suatu usahatani. Namun dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor tersebut ada yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap inefisiensi usahatani. 19

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L) termasuk dalam golongan Gramineae yang memiliki ciri khas masing-masing dimana antara varietas yang satu dengan varietas yang lain

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang merah adalah bibit. Penggunaan bibit atau varietas unggul akan mampu memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI HORENSO KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI HORENSO KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI HORENSO KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Decy Ekaningtias 1) dan Heny K.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN SKRIPSI IRWAN IRSYADI H34070065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Agro Farm Agro Farm adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis sayuran yaitu sebagai produsen dan Trading Company. Lokasi umum Agro Farm

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI

PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI SKRIPSI ROSANA PODESTA S H34050480 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian, dengan mengkaji dan melihat alat analisis yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI DIAN PUSPITASARI H34080095 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan industri stroberi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertanian tidak lagi menjadi aktivitas yang sederhana, tidak sekedar bercocok tanam, tetapi menjadi suatu kegiatan bisnis yang kompleks. Pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut tentunya membuka peluang bagi Indonesia untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar I. LATAR BELAKANG MASALAH Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, masyarakat yang tinggal disana matapencarianya adalah petani, pada umunya budidaya tanaman padi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci