PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS BERAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS BERAS"

Transkripsi

1 PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS BERAS

2 PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS BERAS CETAKAN 2016

3 Penasihat Oke Nurwan, Dipl., Ing, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Pengarah Indrasari Wisnu Wardhana, S. Kom, M.Si, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Penanggung jawab Tirta Karma Senjaya S.Si, M.SE, Kasubdit Barang Kebutuhan Pokok Hasil Pertanian dan Peternakan Penulis Astri Ridha Yanuarti SP Mudya Dewi Afsari SE Narasumber Dr. Ronnie S Natawidjaja PhD Bobby Rachmat Saepudin S.Si, MP Fitri Awaliyah SP, M. EP Haris F. Harahap SP.,MP.

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya buku Profil Komoditas Beras dapat disusun dan disajikan sebagai dokumen yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak terkait. Buku ini merupakan satu dari delapan belas buku profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Beras, Kedelai, Bawang merah, Cabai, Gula, Minyak Goreng, Tepung Terigu, Daging Sapi, Daging ayam, Telur, Ikan, Pupuk, Benih, Semen, Triplek, Besi beton, Gas 3 kilogram, dan Baja ringan). Dalam buku ini dimuat informasi tentang perkembangan produksi, distribusi, dan permintaan komoditas Beras baik nasional dan dunia, serta analisis Neraca komoditas (produksi, konsumsi, ekspor dan impor) Beras untuk memberi penjelasan kondisi ketersediaaan dan permintaan dengan harapan mampu memberi gambaran lebih mendalam mengenai profil komoditas beras saat ini dan ramalan tahun depan (2017). Buku profil komoditas bahan pokok dan penting bertujuan untuk menyediakan informasi yang akurat dan reliabel tentang keragaan komoditas Beras terkini yang mampu memberikan edukasi kepada masyarakat, serta menjadi salah satu referensi kepada Pimpinan Kementerian Perdagangan RI maupun stakeholders dalam analisis dan pengembangan kebijakan yang dianggap perlu untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan Beras pada tingkat yang wajar. Terima kasih kami sampaikan kepada para nara sumber serta pihak terkait lainnya, atas sumbangsih ide dan kontribusi pemikirannya selama proses penyusunan buku ini. Jakarta, 2016 TIM PENYUSUN ii Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

5

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv v v vi I PENDAHULUAN... 2 II KERAGAAN PASAR KOMODITAS BERAS NASIONAL Perkembangan Ketersediaan Komoditas Beras Perkembangan dan Proyeksi Harga Komoditas Beras Perkembangan Harga Beras Proyeksi Harga Beras Medium Tahun Kondisi Disparitas Harga Beras Kondisi Disparitas Harga Antar Waktu Beras Kondisi Disparitas Harga Beras Antar Provinsi Perkembangan Distribusi Komoditas Beras Perkembangan Konsumsi Komoditas Beras Perkembangan Ekspor-Impor Beras Analisa Kebijakan dan Regulasi Beras Nasional Operasi Pasar Komoditas Beras Penetapan Harga Acuan Pembelian Beras Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras Proyeksi Produksi Beras Proyeksi Kebutuhan Beras Surplus Defisit Beras III KERAGAAN PASAR KOMODITAS BERAS DUNIA Perkembangan Ketersediaan Komoditas Beras Dunia Perkembangan Harga Komoditas Beras Dunia Perkembangan Konsumsi Beras Dunia Perkembangan Pasar Beras Dunia IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

7 Daftar Tabel Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Harga Acuan Pembelian Beras di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen Berdasarkan Permendag No. 63/M-DAG/PER/9/ Hasil Pembentukkan Model Produksi Beras di Indonesia... Ketersediaan Beras di Indonesia... Kebutuhan Beras di Indonesia... Kebutuhan Beras di Indonesia Daftar Gambar Gambar 1. Produksi Padi Indonesia Tahun Gambar 2. Luas Panen Padi (Ha) Indonesia Tahun Gambar 3. Perkembangan Harga Beras Indonesia... 8 Gambar 4. Perkembangan Pola Harga Beras di Indonesia Tahun Gambar 5. Proyeksi Harga bulanan Beras Medium Tahun Gambar 6. Disparitas Harga Antar Waktu Beras Nasional Per Tiga Bulan Tahun 2015 dan Gambar 7. Disparitas Harga Rata-rata Beras Antar Provinsi Tahun Gambar 8. Disparitas Harga Antar Provinsi Beras Nasional Tahun Gambar 9. Pola Distribusi Produksi Beras di Indonesia Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Beras Perkapita (ton/tahun)... Gambar 11. Perkembangan Konsumsi Beras Nasional (ribu ton/tahun)... Gambar 12. Perkembangan Volume Impor Beras Indonesia Tahun Gambar 13. Provinsi terbanyak yang menyerap beras dari operasi pasar (ton)... Gambar 14. Perkembangan Harga Beras Medium Bulan Juli Gambar 15. Hasil Pemodelan Produksi Beras di Indonesia... Gambar 16. Perkembangan dan Proyeksi Ketersediaan Beras di Indonesia... Gambar 17. Perkembangan dan Proyeksi Kebutuhan Beras di Indonesia... Gambar 18. Produksi Padi Dunia pada Tahun Gambar 19. Produsen Beras Terbesar Dunia Tahun Gambar 20. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Pasar Internasioal... Gambar 21. Negara Konsumsi Beras Terbesar Dunia (Juta Ton)... Gambar 22. Negara Eksportir Beras Dunia... Gambar 23. Rata-rata Impor Negara Importir Beras Dunia Komoditas Beras v

8 Daftar Lampiran Lampiran 1. Produksi Padi Indonesia Menurut Provinsi (Ton) Lampiran 2. Luas Panen Padi Indonesia Menurut Provinsi (Ha) Lampiran 3. Perkembangan Harga Beras Indonesia Lampiran 4. Perkembangan Konsumsi Beras Nasional Lampiran 5. Volume dan Nilai Ekspor Impor Beras Indonesia (Ton) Lampiran 6. Produksi Beras Dunia Menurut Negara Produksi Terbesar Lampiran 7. Perkembangan Harga Beras Dunia (US $/kg) Lampiran 8. Rata-rata Konsumsi Beras 10 Negara Terbesar Dunia Tahun (000 Ton) Lampiran 9. Perkembangan Volume Ekspor Beras 10 Negara Terbesar Dunia, Tahun Lampiran 10. Perkembangan Volume Impor Beras Negara Terbesar Dunia, Tahun vi Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

9

10 I PENDAHULUAN Komoditas beras merupakan komoditas paling penting di Indonesia karena perannya sebagai makanan pokok yang mayoritas setiap penduduk Indonesia mengkonsumsinya setiap hari sebagai asupan karbohidrat. Tidak hanya itu beras juga merupakan komoditas strategis yang dominan dalam ekonomi Indonesia karena berkaitan erat dengan kebijakan moneter dan menyangkut masalah sosial politik (Adiratma, 2004). Menurut Sugema (2006) harga beras dalam bobot harga barang pokok lainnya masih menduduki posisi antara 60-65%. Namun dalam bobot 150 jenis barang dan jasa yang biasa digunakan untuk mengukur biaya hidup secara umum dan laju inflasi beras menduduki posisi sekitar 23%. Pada tahun 2014 komoditas pangan memegang peranan 40,31% inflasi nasional. Mengingat beras merupakan komoditas strategis dan politis maka pemenuhan ketersediaan beras dalam negeri harus selalu terpenuhi. Dalam perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi kestabilan ketersediaan dan harga beras ini. Mulai dari kondisi iklim, sistem logistik dan keadaan pasar domestic serta keadaan pasar beras secara internasional. Di sisi lain peningkatan konsumsi beras nasional dari tahun ke tahun akan makin terus bertambah seiring dengan adanya peningkatan jumlah penduduk. Penduduk Negara Indonesia pada tahun 2014 sebanyak jiwa dengan tingkat konsumsi nasional keselurahan ,61 kilogram pertahun dan kebutuhan ini akan terus meningkat. Meskipun Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia, Indonesia masih tetap merupakan negara importir beras. Situasi ini disebabkan karena para petani menggunakan teknik-teknik pertanian yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi per kapita beras yang besar (oleh populasi yang besar). Bahkan, Indonesia memiliki konsumsi beras per kapita terbesar di dunia. Setiap orang Indonesia mengkonsumsi sekitar 89 kilogram beras per tahun dan para petani kecil mengkontribusikan sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia, setiap petani itu memiliki lahan rata-rata kurang dari 0,8 hektar. Hal ini merupakan tantangan nyata bagi Negara untuk terus menjaga stabilitas ketersediaan beras dan keterjangkuan harganya di pasar. Tantangan lainnya menurut Sumaryanto (2009) dalam meningkatkan ketersediaan beras adalah pertumbuhan luas panen yang terbatas karena peningkatan luas panen pertanian sangat terbatas mengingat banyaknya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, degradasi sumber daya air dan irigasi, turunnya tingkat kesuburan tanah, dan adanya gejala penurunan produktivitas. Profil Komoditas Beras ini bertujuan untuk memberikan ulasan mengenai keragaan tata niaga komoditas beras nasional diantaranya perkembangan ketersediaan komoditas beras nasional, perkembangan harga beras nasional, kondisi disparitas harga nasional, perkembangan distribusi beras nasional, perkembangan konsumsi beras nasional, perkembangan ekspor-impor beras nasional serta analisa kebijakan dan regulasi beras nasional. Selain itu, keragaan tataniaga beras internasional juga menjadi salah satu topik yang akan dibahas diantaranya perkembangan ketersediaan komoditas beras dunia, perkembangan harga komoditas beras dunia, perkembangan konsumsi beras dunia, perkembangan tataniaga beras dunia. Analisis dan proyeksi penawaran dan permintaan beras juga menjadi bagian tak terpisahkan yang akan diulas dalam buku Profil Komoditas Beras ini sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan gambaran kondisi dan model peramalan neraca kebutuhan dan ketersediaan pasokan yang akurat sehingga hasil analisis akan dapat digunakan dalam menetapkan kebijakan yang tepat. 2 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

11 Komoditas Beras 3

12 4 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

13

14 II KERAGAAN PASAR KOMODITAS BERAS NASIONAL 2.1 Perkembangan Ketersediaan Komoditas Beras Perkembangan ketersediaan beras bersumber dari produksi padi nasional yang ditanam oleh petani Indonesia, menurut data BPS memperlihatkan produksi padi mengalami kenaikan terus menerus, pada tahun 2005 produksi padi Indonesia masih berada pada angka ton, angka tersebut meningkat menjadi ton pada tahun 2015 atau semenjak tahun 2005 hingga 2015 mengalami peningkatan sebesar 39%, dengan tingkat kenaikan rata-rata 3,4% per tahun atau setara dengan ,1 ton per tahun Millions Indonesia Sumber : BPS (diolah) Gambar 1. Produksi Padi Indonesia Tahun Peningkatan produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2009 dengan peningkatan produksi hingga mencapai 6,8% atau setara dengan peningkatan ton dari tahun sebelumnya tahun 2018 (Gambar 1). Namun Indonesia juga pernah mengalami penurunan tingkat produksi yaitu pada tahun 2011 dengan tingkat penurunan produksi sebesar 1,1% atau setara dengan ton beras. Penurunan produksi terjadi karena adanya fenomena El Nino atau terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan produktivitas hasil panen padi menurun sebesar 0,71 kuintal/ hektar (1,42%), selain itu BPS menyatakan bahwa pada tahun 2011 penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 29,07 ribu hektar (0,22%). Tidak hanya di tahun 2011, pada tahun 2014 produksi padi mengalami penurunan dengan tingkat penurunan produksi 0,6% atau setara dengan ton, penurunan produksi padi tahun 2014 terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,83 juta ton, sedangkan produksi padi di luar Pulau Jawa mengalami kenaikan sebanyak 0,39 juta ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 41,61 ribu hektar (0,30%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal/hektar atau turun sebesar 0,33%. Produksi padi terbesar masih terpusat di Pulau Jawa dengan jumlah produksi pada tahun 2015 sebanyak 52% dimana sentra produksi beras terdapat di Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah produksi padi kedua terbesar ada di Pulau Sumatera dengan tingkat kontibusi hasil produksi beras sebanyak 24% dimana sentra produksi terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Lampung dan Sumatera Barat, dan jumlah produksi padi ke tiga terbesar berada di Pulau Sulawesi dengan tingkat kontribusi hasil produksi beras sebanyak 11% dimana sentra produksi terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan. 6 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

15 Secara keseluruhan dari tahun 2005 hinga 2015 perkembangan produksi padi Nasional mengalami peningkatan, peningkatan produksi tersebut ini tentunya tidak terlepas dari peningkatan luas panen dan produktivitas. Perkembangan luas panen padi di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan peningkatan (Gambar 2). Luas panen padi Indonesia pada tahun 2005 adalah Ha dan pada tahun 2015 menjadi Ha, mengalami pertambahan dari tahun 2005 hingga tahun 2015 sebanyak 19,2% atau luasnya bertambah sebanyak Ha, dengan rata-rata petambahan luas area panen 1,73% per tahun atau setara dengan pertamhan luas panen Ha per tahun. Pertambahan luas area panen terbesar selama tahun 2005 hingga 2015 terjadi di Provinsi Yogyakarta dengan pertambahan luas area panen mencapai Ha dengan rata-rata pertambahan luas areal panen Ha per tahun. Pertambahan luas area panen terbesar ke dua terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan pertambahan luas area panen Ha dengan rata-rata pertambahan luas area panen Ha per tahun. Penurunan luas panen terjadi di beberapa provinsi sentra produksi di Indonesia sepanjang tahun 2005 hingga 2015, hal itu terjadi di Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat. Provinsi Sumatera utara mengalami penurunan luas area panen padi mencapai Ha dan Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan luas area panen Ha Luas Panen (Ha) Sumber : BPS (diolah) Gambar 2. Luas Panen Padi (Ha) Indonesia Tahun Turunnya luas area panen ini diakibatkan dari adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan perumahan dan perkotaan selain itu perubahan iklimpun ikut menjadi penyebab dari turunnya luas area panen padi di Jawa Barat, karena kondisi lahan di Jawa Barat lebih rentan terhadap risiko perubahan iklim dibandingkan Jawa Timur, sehingga tidak heran banyak daerah di Jawa Barat yang mengalami gagal panen akibat puso, kekeringan dan banjir. Namun meskipun begitu produktivitas padi di Provinsi Jawa Barat justru mengalami peningkatan 4,08% atau sebanyak 6,12 ton/ha. Sedangakn yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara kebanyakan luas area panen padi merupakan lahan tadah hujan yang ketika musim kemarau tidak bisa digunakan untuk lahan penanaman padi. Komoditas Beras 7

16 2.2 Perkembangan dan Proyeksi Harga Komoditas Beras Perkembangan Harga Beras Harga komoditas beras merupakan harga yang pergerakannya terus dipantau dan diintervensi oleh pemerintah. Hal ini dilakukan karena harga beras memberi kontribusi pada ketahanan pangan, kemiskinan, stabilitas makro ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Negara. Hingga saat ini pergerakan harga beras sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, faktor pertama adalah faktor ketersediaan beras itu sendiri yang bersumber dari hasil produksi panen para petani padi di daerah sentra produksi. Ketersediaan beras ini juga sangat dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti luas lahan panen, perubahan iklim yang terjadi yang berdampak terhadap produksi, produktivitas, pergeseran musim tanam dan musim panen, serta adanya serangan hama penyakit terhadap proses budidaya padi yang berdampak terhadap produksi. Di samping itu ketersediaan stok beras di Bulog juga mampu mempengaruhi harga beras, mengingat Bulog bisa melakukan pembelian dan penjualan secara besar pada komoditas beras. Faktor ke dua yaitu faktor permintaan dari konsumen, dimana adanya peningkatan dan penurunan permintaan konsumen bisa mempengaruhi harga beras terutama dalam menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional, adanya kepanikan atau kekhawatiran konsumen akan kelangkaan beras dipasar serta adanya perubahan pola konsumsi, preferensi dan diversifikasi pangan kebutuhan pokok konsumen. Faktor ke tiga yaitu faktor distribusi, faktor distribusi mampu menjadi pemicu kenaikan dan penurunan harga beras. Proses distribusi beras mengeluarkan beberapa biaya seperti besarnya biaya distribusi, jarak dari sentra produksi ke sentra konsumsi, dan adanya gangguan dalam proses distribusi. Di sisi lain faktor kebijakan pemerintah juga mempunyai andil dalam pergerakan harga beras ini, yaitu kebijakan impor ekspor beras, kebijakan pembelian dan penjualan beras dengan harga tertentu yang dilaksanakan oleh Bulog. Perkembangan harga beras medium nasional dari tahun 2010 hingga tahun 2016 memperlihatkan kondisi yang cenderung naik setiap tahunnya (Gambar 3). Dari tahun 2010 hingga tahun 2016 tercatat harganya naik sebesar 64% atau setara dengan mengalami kenaikan sebesar Rp4.181/kg, dengan rata-rata kenaikan harga sebesar 8,7% atau setara dengan mengalami kenikan rata-rata sebesar Rp697/kg per tahun. Pada awal tahun 2010 harga beras medium masih berkisar pada harga Rp6.266/kg dan pada tahun 2016 harga beras medium menjadi Rp10.679/kg. 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,448 8,150 8,436 8,934 10,373 10,866 7,000 6,684 6,000 5,000 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Oct-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Oct-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Oct-16 Perkembangan Harga Beras Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 3. Perkembangan Harga Beras Indonesia 8 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

17 Kenaikan harga beras yang cukup signifikan terjadi pada bulan Maret tahun 2015 hal ini terjadi karena adanya keterlambatan panen dan hasil produksi di akhir tahun 2014 menurun, sehingga pasokan mengalami kekurangan. Tidak hanya itu, pada saat akhir tahun 2014 menjelang awal tahun 2015 merupakan pergantian masa pemerintahan, masa pergantian pemerintahan menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan pada bidang stabilisasi harga beras, sehingga terjadi kurangnya pasokan dan terbatasnya beras yang dialirkan lewat operasi pasar. Sedangkan jika melihat pola pergerakan harga beras (Gambar 4), setiap tahunnya mempunyai pola yang sama dimana harga beras naik pesat pada bulan Desember menuju Januari, kemudian turun kembali pada saat bulan Maret hingga Juni, mulai Bulan Juli harga beras naik perlahan kembali hingga akhir tahun. Pola pergerakan ini terjadi karena pola tanam dan pola panen padi itu sendiri. 11,500 10,500 9,500 8,500 7,500 6,500 5,500 Januari Februari 2010 Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 4. Perkembangan Pola Harga Beras di Indonesia Tahun Pola tanam padi sendiri pada musim tanam I biasanya terjadi pada Bulan November dan panen pada saat bulan Februari, sehingga pada saat mulai Bulan Februari harga beras mulai turun dan stabil. Musim tanam ke II biasanya terjadi di Bulan Maret dan panen pada Bulan Juli, harga beras pada bulan-bulan ini masih stabil hingga bulan Oktober. Musim tanam ke III mayoritas petani padi di sejumlah sentra produksi tidak menanam padi karena kurangnya pasokan air. Musim tanam ke III ini merupakan musim kemarau, sehingga petani jarang menanam padi, ini lah yang menyebabkan naiknya harga beras, karena musim ke III ini petani tidak menghasilkan beras, sehingga pasokan atau ketersediaan beras hasil panen musim ke II mulai menipis namun tidak diikuti penambahan hasil panen lagi di musim ke III sehingga pada bulan November dan Desember hingga Januari harga beras setiap tahunnya mengalami trend kenaikan yang cukup tajam Proyeksi Harga Beras Medium Tahun 2017 Proyeksi adalah istilah lain dari peramalan (forecasting). Istilah proyeksi lebih sering digunakan dalam kegiatan perencanaan. Dalam hal ini harga beras diproyeksikan untuk menjadi bahan pertimbangan dan perencanaan para stakeholder dan konsumen untuk memberikan gambaran dalam mengambil keputusan setelah harga diproyeksikan. Dari hasil analisis proyeksi yang Komoditas Beras 9

18 dilakukan, harga beras medium akan mengalami kenaikan sepanjang tahun Kenaikan harga beras selama tahun 2017 ini diproyeksikan akan mencapai 6% atau setara dengan kenaikan Rp 678/kg dibanding harga tahun sebelumnya. Proyeksi perkembangan harga tahun 2017 ini berbeda dari perkembangan harga yang terjadi di tahun sebelumnya, dimana sepanjang 2016 harga beras mengalami penurunan sebanyak Rp 98/kg (0,9%). Selama tahun 2017 diproyeksikan rata-rata harga beras medium akan mengalami kenaikan sebesar 0,5% per bulan atau setara dengan rata-rata kenaikan Rp56/kg per bulan. Angka rata-rata kenaikan harga tahun 2017 ini jauh lebih tinggi dari angka rata-rata kenaikan harga per bulan selama tahun 2016, yang hanya mencapai Rp 2/kg (0,02%). Harga (Ribu Rp.) Pergerakan Harga Beras Dengan Perbedaan Antar Bulan ,052 11,756 11,876 11,604 11,666 11,367 11,489 11,370 11,329 11,339 11,278 11,222 11,111 11,274 11,075 11,025 11,051 11,026 11,132 10,967 10,833 11,047 11,828 10,974 10,856 11,739 10,833 10,687 10,722 10,684 10,446 10,489 10,569 10,631 10,392 10,489 10,484 10,509 10,374 15% 10% 5% 0% Perbedaan (%) 9.5 9,341 9,340-5% 9, , Bulan-Tahun -10% Jenis Data: Aktual Lower Peramalan Upper Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 5. Proyeksi Harga bulanan Beras Medium Tahun 2017 Proyeksi perkembangan harga beras pada tahun 2017 memperlihatkan pola perkembangan yang cukup fluktuatif. Dimana awal tahun yaitu pada bulan Januari harga beras akan berada pada tingkat harga Rp /kg, harga ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu Rp 222/kg (2,1%) dari pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga ini merupakan kenaikan paling tinggi yang akan terjadi selama tahun 2017 dan angka kenaikan harga pada Bulan Januari ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga pada Bulan Januari tahun 2016 yang hanya sebesar Rp 116/kg (1,1%). Kemudian kenaikan ini akan berlangsung pada bulan Februari sebanyak Rp 137/kg (1,3%) sehingga harga beras menjadi Rp /kg. Penyebab akan naiknya harga pada bulan Januari dan Februari ini faktornya sama dengan pola hargapada tahun 2016 lalu, yaitu pasokan beras berkurang karena belum tibanya masa panen pada musim tanam I. 10 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

19 Beranjak ke Bulan Maret, harga beras diproyeksikan akan turun perlahan sebanyak Rp 25/kg (0,2%) sehingga harganya menjadi Rp /kg. Penururnan ini akan terjadi juga pada Bulan April yaitu menurun sebesar Rp 142/kg (1,3%) sehingga harganya menjadi Rp ,43/kg, tingkat penurunan harga beras ini akan menjadi penrunan harga terendah selama tahun Kemudian pada Bulan Mei harganya akan menurun kembali sebanyak Rp 43/kg (0,5%) sehingga harganya menjadi Rp /kg. Penyebab akan menurunnya harga beras ini diperkirakan karena sudah datangnya musim panen padi, yang berakibat menambah pasokan beras ke pasaran. Setelah itu pada Bulan Juni harga akan naik perlahan yaitu naik sebesar Rp 23/kg (0,2) sehingga harga beras menjadi Rp /kg. Kenaikan harga ini akan terus terjadi pada Bulan Juli dengan kenaikan lebih besar yaitu Rp 111/kg (1,0%) harganya berkisar Rp /kg. Kenaikan harga yang cukup tinggi pada pertengahan tahun ini, diperkirakan karena akan terjadinya Hari Besar Keagamaan Nasional yang jatuh di Bulan Juli, sehingga permintaan beras akan meningkat dan mendorong terhadap kenaikan harganya. Proyeksi harga pada pertengahan tahun 2017 ini berbeda dengan keadaan tahun 2016 yang lalu dimana pada Bulan Juli terjadi penurunan harga beras sebanyak Rp 17/kg (0,2%). Artinya diperkirakan permintaan pertengahan tahun 2017 akan lebih tinggi dibandingkan pertengahan tahun lalu. Pada Bulan Agustus hingga Bulan Desember tahun 2017 ini diproyeksikan harga beras akan naik terus menerus. Pada Bulan Agustus harga beras akan naik sebanyak Rp80/kg (0,7%) sehingga harganya menjadi Rp /kg. Pada Bulan September harga beras akan naik kembali sebanyak Rp 28/kg (0,3%) sehingga harganya menjadi Rp11.047/kg. Kemudian pada bulan Oktober akan naik kembali sebanyak Rp 58/kg (0,5%) dan pada bulan November naik sebanyak Rp 90/kg (0,8%), terakhir pada Bulan Desember harga beras medium ini naik cukup tinggi sebanyak Rp 147/kg (1,3%) sehingga pada Bulan Desember harganya akan menjadi Rp /kg. Angka kenaikan harga perbulan pada tahun 2017 jauh lebih tinggi dibanding angka kenaikan per bulan tahun Kondisi Disparitas Harga Beras Kondisi disparitas terbagi menjadi dua, yaitu kondisi disparitas antar waktu dan kondisi disparitas antar provinsi yang ada di Indonesia. Kondisi disparitas ini menggambarkan perbedaan harga setiap bulan dalam satu tahun dan perbedaan harga di beberapa provinsi yang ada di Indonesia. Banyak hal yang bisa mempengaruhi kondisi disparitas ini, kondisi disparitas harga antar waktu sangat tergantung dari perkembangan ketersediaan dan permintaan dari komoditas beras itu sendiri, sedangkan kondisi disparitas harga antar provinsi sangat dipengaruhi oleh biaya logistik dan jarak provinsi tersebut dengan sentra produksi komoditas beras nasional Kondisi Disparitas Harga Antar Waktu Beras Disparitas harga antar waktu merupakan perbedaan harga beras yang terjadi setiap bulan dalam satu tahun. Disparitas harga beras bulanan antar waktu selama triwulan pertama (Januari-Maret) tahun 2016 tergolong kecil dengan nilai koefisien keragaman sebesar 0,45. Nilai tersebut sangat berbeda jauh dengan tahun 2015 pada periode waktu yang sama yang sebesar 3,66 yang merupakan disparitas harga beras antar waktu yang terbesar sepanjang 4 kuartal dalam 2 tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan panen bulan Januari-Februari masih sporadis dengan produktivitas rendah akibat musim hujan. Terlambatnya tanam juga menyebabkan mundurnya panen raya, yang umumnya panen raya dilakukan di bulan Februari-Maret menjadi Maret-April Kemudian, pada triwulan Komoditas Beras 11

20 kedua (April-Juni) disparitas harga tahun 2015 menurun drastis dari kuartal sebelumnya di tahun yang sama menjadi hanya 0,21, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2016 mengalami sedikit kenaikan menjadi 0,53. Disparitas harga beras antar waktu pada triwulan ketiga di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 1,35 dari kuartal sebelumnya di tahun yang sama, sedangkan tahun 2016 cenderung stabil di angka 0,52. Kemudian pada triwulan keempat, disparitas harga beras antar waktu tahun 2015 dan 2016 sama-sama mengalami penurunan. disparitas harga beras antar waktu pada 2015 sebesar 1,23, sedangkan tahun 2016 semakin menurun dan semakin kecil yaitu hanya sebesar 0,002. Kecilnya disparitas harga beras pada triwulan keempat tahun 2016 disumbang oleh harga rata-rata beras nasional pada bulan Oktober, November dan Desember 2016 yang harga rata-ratanya dibawah berada di kisaran Rp /kg hingga Rp /kg pada tiap bulannya. Sedangkan pada kuartal yang sama di tahun 2015, harga rata-rata beras mengalami kenaikan dari bulan Oktober sebesar menjadi per kg pada bulan Desember sehingga walaupun harganya relatif dibawah tahun 2016 tapi keragamannya lebih tinggi Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 6. Disparitas Harga Antar Waktu Beras Nasional Per Tiga Bulan Tahun 2015 dan Kondisi Disparitas Harga Beras Antar Provinsi Kondisi disparitas harga beras antar provinsi di Indonesia ini bisa dijelaskan denga adanya nilai koefisein variasi dari harga beras yang terjadi pada bulan Januari hingga September 2016 di setiap provinsi. Harga beras yang terjadi di beberapa provinsi, jika homogen atau tidak berbeda jauh antar harga satu provinsi dengan provinsi lainnya maka akan menghasilkan nilai koefisien variasi yang kecil. Sebaliknya jika perbedaan harga beras di suatu provinsi dengan provinsi lainnya lebih banyak berbeda atau lebih heterogen maka nilai koefisien variasinya akan lebih besar. Data harga beras per bulan dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, setelah diolah memperlihatkan adanya koefisien variasi yang berbeda tiap bulannya. Koefisien variasi tertinggi terjadi pada Bulan September yang menandakan adanya perbedaan yang cukup tinggi antara satu provinsi dengan provinsi lainnya. Dimana pada Bulan September harga tertinggi terjadi di Provinsi Papua tepatnya 12 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

21 di Kota Jayapura dengan harga beras rata-rata Rp /kg, sedangkan harga beras terendah terdapat di kota Lampung dengan harga Rp 8.500/kg, perbedaan harga antar ke dua kota tersebut sangatlah besar mencapai Rp 5.500/kg. Harga beras menjadi tinggi sekali di Kota Jayapura Pronvisi Papua tersebut dikarenakan produksi beras di Kota Jayapura sendiri relatif sedikit sehingga membutuhkan pasokan beras dari sentra produksi lainnya yang ada di Indonesia jauhnya jarak antara sentra produksi dengan Kota Jayapura dan kondisi infrastruktur yang belum baik untuk mendistribusikan beras ke Kota Jayapura menjadi pemicu tingginya biaya distribusi yang berefek terhadap tingginya harga beras di Kota Jayapura. Sedangkan di Kota Lampung sendiri, beras menjadi murah karena Kota Lampung merupakan provinsi yang didukung dengan produksi beras yg relative besar sehingga harga beras di Lampung termasuk terendah di Indonesia. Kota Jayapura Manokwari Kota Ternate Kota Ambon Mamuju Kota Gorontalo Kota Kendari Kota Makassar Kota Palu Kota Manado Bulungan Kota Samarinda Kota Banjarmasin Kota Palangka Raya Kota Pontianak Kota Kupang Kota Mataram Kota Denpasar Kota Serang Kota Surabaya Kota Yogyakarta Kota Semarang Kota Bandung DKI Jakarta Kota Tanjung Pinang Kota Pangkal Pinang Kota Bandar Lampung Kota Bengkulu Kota Palembang Kota Jambi Kota Pekan Baru Kota Padang Kota Medan Kota Banda Aceh 14,028 12,000 10,000 12,002 11,416 8,979 9,518 8,909 10,174 10,462 14,000 11,212 11,089 10,559 11,492 11,218 9,146 10,163 10,131 9,417 9,425 9,579 10,081 10,704 10,951 11,419 9,063 10,478 9,833 10,505 13,023 12,222 10,527 9, ,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 7. Disparitas Harga Rata-rata Beras Antar Provinsi Tahun 2016 Komoditas Beras 13

22 Koefisien variasi atau disparitas harga antar wilayah terendah terjadi pada Bulan Maret 2016 yaitu sebesar 11,35. Kondisi ini bertepatan dengan akan masuknya musim panen raya bulan Maret 2016, namun angka tersebut masih tergolong tinggi jika dibandingkan disparitas harga antar wilayah pada tahun 2015 yaitu sebesar 10,75 (Gambar 8). Rendahnya kofisien variasi pada bulan Maret 2015 disebabkan rendahnya pasokan beras yang berasal dari sentra utama di Pulau Jawa, sehingga kota provinsi yang harga rata-rata beras relatif rendah juga mengalami kenaikan signifikan, dampaknya perbedaan harga antar provinsi relatif rendah. Harga beras yang terbilang cukup rendah mengalami kenaikan, seperti Kota Gorontalo naik dari rata-rata Rp 8.263/kg Bulan Februari menjadi rata-rata Rp 9.614/kg atau naik 16% Bulan Maret 2015, kota Ambon naik 44%, Kota Kendari naik 12%, Kota Manado naik 16%, Mamuju naik 13%, DKI Jakarta naik 10%, Bandung naik 11% dan Kota Serang naik 12%. Adanya kenaikan harga beras di beberapa kota ini mengurangi kesenjangan perbedaan harga dengan provinsi Papua atau provinisi dengan harga beras tertinggi. Sehingga heterogenitas harga beras per provinsi berkurang Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 8. Disparitas Harga Antar Provinsi Beras Nasional Tahun Perkembangan Distribusi Komoditas Beras Distribusi merupakan kegiatan pemasaran untuk memperlancar atau mempermudah penyampaian barang dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai yang diperlukan baik dari jenis, jumlah, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan. Beras mempunyai pola distribusinya tersendiri yang memberikan nilai tambah bagi pelaku usahanya. Saat ini pola distribusi beras dinilai masih bermasalah, hal ini jelas terlihat dari adanya disparitas harga yang tinggi antara harga di tingkat produsen dan harga di tingkat konsumen terutama wilayah konsumen yang jaraknya lebih jauh dengan sentra produksi. Pola distribusi beras di Pulau Sumatera, hampir sebagian besar beras yang dijual merupakan hasil dari produksi beras Pulau Sumatera sendiri, proses jual-belinya bisa antar provinsi di dalam wilayah dalam Pulau Sumatera. Pasokan yang yang berasal dari Pulau Jawa sebagia besar berasal dari Pasar Induk Beras Cipinang DKI Jakarta. 14 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

23 Pulau Jawa merupakan sentra produksi yang berperan sebagai sentra perdagangan beras, di Provinisi Banten beras banyak dipasok dari Lampung dan daerah sekitar Pulau Jawa, kemudian diperdagangkan untuk wilayah Banten sendiri, di DKI Jakarta beras di pasok dari Pronvinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan pasokan datang dari impor yang berasal dari Vietnam serta beras premium dari Amerika Serikat. Untuk provinsi Jawa Barat pasokan beras dari hasil produksi di dalam wilayah Provinisi Jawa Barat sendiri dan dari provinsi sekitar yang berada di Pulau Jawa. Pola distribusi perdagangan beras di Provinsi Jawa Tengah banyak menerima pasokan dari provinsi sekitar Pulau Jawa dan pasokan beras impor dari India, kemudian beras diperdagangkan dengan jalur distribusi di sekitar Pulau Jawa, Maluku dan Kalimantan Selatan. Untuk Yogyakarta dan Jawa Timur kebanyakan beras dipasok dari daerah Provinsi Jawa Timur sendiri dan dari Jawa Tengah. Provinisi Bali mendapatkan pasokan beras dari jalur distribusi beras Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat yang diperdagangkan untuk konsumsi di kawasan Provinsi Bali sendiri. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat pasokan beras banyak didapatkan dari hasil produksi di NTB sendiri dan diperadagangkan di wilayah NTB kembali. Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur beras dipasok dari wilayah Pronvinsi Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara kemudian didistribusikan dan diperdagangkan di Provinisi NTT sendiri. Di Pulau Kalimantan pasokan beras selain bersumber dari wilayah Kalimantan sendiri yang relatif sedikit, sebagian besar bersumber dari Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan yang kemudian diperjualbelikan di dalam provinisi atau antar provinsi yang berada di Pulau Kalimantan sendiri. Di Pulau Sulawesi pasokan beras sebagian besar berasal dari Sulawesi sendiri dan relatif sedikit membeli dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat, kemudian di distribusikan sebagian besar untuk wilayah Pulau Sulawesi sendiri baik itu di dalam provinisi atau antar provinisi di Pulau Sulawesi, kemudian di distribusikan juga ke Maluku Utara dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk kawasan Kepulauan Maluku pasokan beras didapatkan dari Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan untuk kebutuhan konsumsi di dalam wilayah Kepulauan Maluku sendiri. Sedangkan di Pulau Papua untuk Provinisi Papua Barat dan Provinisi Papua pasokan beras ada karena distribusi perdagangan dari DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang di perdagangkan di wilayah Papua Barat sendiri. Hasil survey distribusi beras nasional oleh BPS memperlihatkan bahwa setiap provinsi yang berada di Indonesia mempunyai pola distribusi yang berbeda-beda, namun secara umum pola distribusi beras di Indoensia sendiri setelah dari industri penggilingan padi distribusinya lebih banyak melalui pedagang grosir dan eceran dengan proporsi 23,05%, kemudian sebanyak 69,95% disitribusikan kepada pedagang pengecer langsung, yang akhirnya di distribusikan kembali kepada berbagai konsumen. Sementara sisanya beras yang berasal dari industri penggilingan dijual ke berbagai lembaga pemasaran lainnya seperti pedagang pengumpul, distributor, agen, dan supermarket. Terdapat tujuh provinsi yang mempunyai pola distribusi perdagangan yang cukup sederhana. Rantai distribusi perdagangan beras dari produsen ke konsumen di tujuh provinsi tersebut hanya melewati tiga fungsi usaha perdagangan saja. Namun demikian, terdapat pula provinsi yang memiliki Komoditas Beras 15

24 tingkat kompleksitas yang tinggi, seperti yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Rantai distribusi perdagangan beras dari produsen ke konsumen di Provinsi Jawa Tengah melewati delapan fungsi usaha perdagangan sebagai intermedier. Selain itu, berperannya importir dalam pendistribusian beras di Indonesia menunjukkan bahwa kebutuhan beras di Indonesia belum tercukupi hanya dengan pasokan dari dalam negeri saja. Akibatnya, pedagang perlu mengimpor langsung pasokan beras dari pasar internasional, seperti dari Negara Vietnam, Thailand, India, maupun dari Amerika Serikat untuk jenis beras premium. 1,9% PEDAGANG PENGUMPUL 2,6% DISTRIBUTOR 0,6% AGEN 23,1% PEDAGANG GROSIR PENGGILINGAN 0,02% SUPERMARKET/ SWALAYAN 70% PEDAGANG PENGECER 0,06% 0,01% 0,7% 1,1% INDUSTRI PENGOLAHAN KEGIATAN USAHA LAINNYA PEMERINTAH RUMAH TANGGA Sumber : BPS (diolah) Gambar 9. Pola Distribusi Produksi Beras di Indonesia 2.5 Perkembangan Konsumsi Komoditas Beras Perkembangan konsumsi beras nasional per kapita dari tahun 2006 hingga tahun 2014 mengalami trend penurunan yang cukup signifikan dengan angka penurunan 11,26%. Pada tahun 2006 konsumsi beras per kapita berada pada angka 95,89 Kg/kapita/tahun menurun setiap tahunnya dengan penurunan rata-rata 1,5%per tahun sehingga pada tahun 2014 menjadi Kg/kapita/ tahun. Penurunan paling tajam terjadi pada tahun 2007 dengan penurunan konsumsi mencapai 6% atau sebanyak 5,42 kg/kapita/tahun (Gambar 10). Perkembangan konsumsi beras nasional mengalami fluktuatif dan diakhiri dengan trend penurunan, pada tahun 2006 konsumsi beras nasional berada pada angka 21,5 juta ton/tahun, mengalami penurunan dengan angka rata-rata penurunan setiap tahunnya 0,06% atau rata-rata ton/ tahun. Sehingga pada tahun 2014 konsumsi beras nasional berada pada angka ton/ tahun. Penurunan konsumsi beras nasional paling drastis terjadi pada tahun 2007 penurunannya 16 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

25 Konsumsi Beras Per Kapita (Kg) Sumber : BPS (diolah) Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Beras Perkapita (ton/tahun) mencapai 4,2%, tetapi setelah itu pada tahun 2008 konsumsi beras nasional naik kembali sebanyak 4,8% dan kenaikan angka konsumsi ini merupakan yang terbesar sepanjang tahun 2006 hingga Setelah itu angka konsumsi beras nasional turun kembali pada tahun 2009 sebanyak 0,8%, kemudian tahun 2010 naik 0,1%, tahun 2011 mengalami kenaikan juga 1,1%, tahun 2012 mengalami penurunan sebesr 1,1% diikuti penurunan kembali sebesar 0,3% pada tahun 2013, pada tahun 2014 mengalami kenaikan 0,3%. 21,800 21,600 21,400 21,200 21,000 20,800 20,600 20,400 20,200 20, Konsumsi Beras Nasional (Kg/Tahun) Sumber : BPS (diolah) Gambar 11. Perkembangan Konsumsi Beras Nasional (ribu ton/tahun) Trend penurunan konsumsi beras per kapita ini diduga dipengaruhi dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran tentang kesehatan sehingga mengalihkan konsumsi karbohidrat yang berasal dari beras dengan makanan pengganti beras yang lebih sehat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pola konsumsi, perubahan preferensi konsumsi beras ini bisa terjadi karena ada diversifikasi konsumsi pangan lainnya yang bukan bersumber dari beras. Di sisi lain pemerintah menggunakan dua cara untuk mencapai swasembada beras. Pada satu sisi, pemerintah mendorong para petani untuk meningkatkan produksi mereka dengan mendorong Komoditas Beras 17

26 inovasi teknologi dan menyediakan pupuk bersubsidi (meskipun subsidi-subsidi ini mungkin dikurangi karena keterbatasan anggaran), dan di sisi lain, berusaha mengurangi konsumsi beras masyarakat melalui kampanye seperti satu hari tanpa beras (setiap minggunya) dan mempromosikan konsumsi makanan-makanan pokok lainnya. Strategi ini belum bisa dikatakan berhasil karena jumlah produksi beras hanya sedikit meningkat sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung kepada beras sebagai sumber karbohidrat. 2.6 Perkembangan Ekspor-Impor Beras Di sisi ekspor beras, Indonesia mengalami peningkatan volume ekspor dari tahun 2012 hingga Pada tahun 2012 volume ekspor Indonesia hanya ton, naik menjadi ton pada tahun Pada tahun 2014 Indonesia melakukan ekpor dengan volume ekspor tertinggi ke Negara Malaysia sebesar 1,23 ribu ton atau mencapai nilai perdagangan 36,18 ribu US$, ke dua ke Negara India dengan volume ekspor beras sebesar 1,19 ribu ton atau mencapai nilai 405,87 ribu US$. Beras Indonesia juga di ekspor ke beberapa Negara lainnya seperti Singapura, Timor Leste, Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Papua New Gini dengan masing-masing volume ekspor sebesar 317 ton, 159 ton, 60 ton, 19 dan 18 ton. Sedangkan di sisi impor, pergerakan angka impor beras dari tahun 2005 hingga tahun 2014 memperlihatkan pergerakan fluktuatif dengan kenaikan 320% atau setara dengan peningkatan volume hingga ton. Pada tahun 2005 kuantitas impor berada pada angka ,7 ton atau setara dengan nilai ,8 ribu US Dollar. Angka impor ini mengalami penurunan dan kenaikan selama kurun waktu 9 tahun terakhir, dengan angka impor terbesar terjadi ketika tahun 2011 yang naik hingga mencapai 300% dari tahun sebelumnya, impor ini terjadi karena pada saat tahun 2011 tersebut produksi dalam negeri mengalami penurunan, maka pemerintah melakukan impor beras yang jumlahnya ton, setelah itu volume impor beras Indonesia menurun perlahan hingga tahun 2014 hingga mencapai ton. Volume impor beras terbesar didatangkan Indonesia dari 2 Negara tetangga, yaitu Vietnam dan Thailand. Kedua Negara ini memiliki kontribusi impor terbesar selama kurun waktu 9 tahun terakhir. Volume beras impor Vietnam mempunyai kontribusi rata-rata sebesar 59% atau ton dari total keseluruhan beras impor yang didatangkan ke Indonesia. Beras impor Thailand memiliki kontribusi terbesar ke dua dari total beras impor Indonesia dengan rata-rata volume impor mencapai 32% atau setara dengan ton. Sisanya Indonesia mengimpor beras dari Negara Cina, India, Pakistan, Amerika dan Taiwan. Pihak pemerintah melakukan impor beras adalah demi mengantisipasi jika adanya dampak perubahan iklim seperti El Nino dan La Nina di dalam negri, beras impor tersebut hanya digunakan untuk menambah cadangan beras pemerintah dan tidak diedarkan ke pasar tradisional (Gambar 12). 2.7 Analisa Kebijakan dan Regulasi Beras Nasional Operasi Pasar Komoditas Beras Salah satu kebijakan untuk dapat menyeimbangkan kegiatan ekonomi guna menstabilkan harga komoditas pokok dan penting tersebut pemerintah mengadakan operasi pasar. Dalam hukum ekonomi seperti yang kita ketahui, kenaikan harga sangat dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan, dimana permintaan semakin meningkat namun jika tidak diikuti dengan pasokan yang meningkat 18 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

27 3,000,000 2,500,000 2,750,476 2,000,000 1,500,000 1,406,848 1,000, , Jumlah Impor Beras (Ton) Sumber : BPS (diolah) Gambar 12. Perkembangan Volume Impor Beras Indonesia Tahun pula, maka berdampak pada kelangkaan komoditas tersebut di pasar, hal ini yang menyebabkan harga menjadi naik, untuk menurunkan harga barang tersebut tentunya diperlukan cara dengan menambah pasokan. Salah satu intervensi pemerintah dalam menambah pasokan adalah melalui operasi pasar dibeberapa titik pasar, yang pada saat itu harga komoditas pokok tersebut mengalami kenaikan. Dalam operasi pasar pemerintah menjual komoditas pokok tersebut dengan harga yang murah di bawah harga pasar yang berlaku, bahkan bisa sangat lebih murah karena dibantu dengan subsidi yang ditambahkan pemerintah. Hal-hal tersebut tentunya ditempuh guna mengefektikan kegiatan operasi pasar dalam menurunkan harga komoditas pokok ini. Tentunya operasi pasar akan efektif ketika harga bergerak turun. Beras merupakan salah satu komoditas yang saat ini banyak dijual dalam operasi pasar. Pada pertengahan tahun 2016 pemerintah telah menggelar operasi pasar sebanyak titik di seluruh Indonesia, sejauh ini bulan Juni hingga Juli 2016 tercatat pemerintah sudah mengeluarkan pasokan beras sebanyak ton beras dengan disubsidi sebesar Rp 5.000,- per kilogram atau banyak juga yang menjualnya dengan harga hanya Rp 7.900,- per kilogram. Selain itu terkait operasi beras ini Kementerian Perdagangan mengintruksikan agar Perum Bulog secara langsung menjual stock berasnya yang berada di gudang Bulog seharga Rp 7.500,- sampai Rp 7.600,-/kg kepada konsumen, hal tersebut terdapat dalam Keputusan No. 944/M-DAG/SD/11/2015, guna mengantisipasi peningkatan harga secara cepat. Operasi pasar beras digelar hampir diseluruh provinsi di Indonesia dan 5 provinsi dengan tingkat kuantitas tertinggi penggunaan beras sebagai komoditas utama operasi pasar adalah di DKI Jakarta, Lampung, Aceh, Riau dan NTT. Tentunya dalam operasi pasar beras tersebut, banyaknya volume dan pemilihan lokasi provinsi sangat mempertimbangkan tingginya tingkat penyerapan konsumsi beras di provinsi tersebut, serta tingginya disparitas harga beras di provinsi tersebut dibanding dengan harga beras standar rata-rata eceran tertinggi nasional (Gambar 13). Ketika operasi pasar digelar dan setelahnya dalam kurun waktu bulan Juni dan Juli tersebut harga beras berhasil stabil dan tidak mengalami lonjakan yang signifikan, terlihat dari pantauan harga Komoditas Beras 19

28 Aceh Riau Lampung DK Jakarta NTT Sumber : BPS (diolah) Gambar 13. Provinsi terbanyak yang menyerap beras dari operasi pasar (ton) beras nasional dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok operasi pasar untuk beras ini mampu meredam akan kenaikan harga dengan tingkat stabilitas pergerakan harga setiap harinya terus ada pada kisaran di atas Rp ,- hingga Rp ,-/kg Senin Senin Senin Senin /06/ /06/ /06/ /06/ /06/ /06/ /06/ /06/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/2016 Sumber: SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 14. Perkembangan Harga Beras Medium Bulan Juli /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/ /07/2016 Operasi pasar beras juga memiliki peran dalam penyediaan beras dengan kuantitas yang memadai bagi kebutuhan rumah tangga masyarakat. Di saat pasar mulai semakin berspekulasi mengenai harga dan pasokan, operasi beras menjadi solusi bagi kemudahan pemenuhan kebutuhan dengan tingkat harga yang jauh lebih terjangkau dan tingkat pemenuhan yang lebih terjamin. Secara peraturan resmi tertulis, sudah menjadi kewenangan pemerintah untuk bisa menjamin kestabilan harga bahan pokok dan penting, hal itu di atur dalam Permendag No 71 Tahun 2015, pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya mengenai stabilisasi harga dan pasokan, dengan upaya melalui penetapan harga khusus menjelang dan setelah Hari Besar Keagamaan Nasional dan/ 20 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

29 MEKANISME PELAKSANAAN OPERASI PASAR CADANGAN BERAS PEMERINTAH (CBP) Permendag No. 04/M-DAG/PER/1/2012 Tentang Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga - Usulan dari Pemda kepada Kemendag karena kenaikan harga (trigger>10%) atau kondisi yang sudah dianggap meresahkan masyarakat TRIGGER PELAKSANAAN OP - Pantauan Harga Beras oleh Kemendag di seluruh Indonesia - Putusan Rakortas Menko Ekon untuk OP - Arahan Presiden pada Rapat Kabinet Terbatas - Mendag dapat langsung intruksikan Perum Bulog untuk laksanakan/hentikan OP - Dilaksanakan pada saat memasuki musim paceklik, menjelang HBKN dan kondisi tertentu lainnya PELAKSANAAN ATAU PENG- HENTIAN SEMENTARA OP - Penghentian sementara OP pada saat panen raya, Bulog fokus untuk penyerapan beras dalam negeri - Mempertimbangkan kondisi stok beras Bulog - Penjualan dilakukan di lokasi tingkat konsumen di pasar rakyat, pasar induk, dan tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh konsumen. PENJUALAN OP - Mendag koordinasi dengan Perum Bulog dan instruksikan Bulog untuk OP - Penjualan beras af gudang Bulog Rp 7.300/kg dan di tingkat eceran max Rp 7.900/kg - Surat Mendag kepada Dirut Perum Bulog No. 667/M-DAG/ SD/05/2016 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar (OP) Beras - Pemda wajib melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan OP Beras - Pemda memantau & evaluasi perkembangan harga beras MONITORING DAN EVALUASI - Perum Bulog melaporkan secara berkala penggunaan CBP untuk OP 21

30 atau pada saat terjadi gejolak harga, serta penetapan harga eceran tertinggi dalam rangka operasi pasar untuk sebagian atau seluruh barang kebutuhan pokok. Tidak hanya itu, mekanisme untuk pengaturan operasi pasar untuk beras ini mendapatkan perhatian khusus pemerintah dengan mengeluarkan Permendag No 4 Tahun 2012 dimana pemerintah dalam setiap tahap pelaksanaan operasi pasar ini sangat diatur secara rinci, guna ketepatan sasaran dan dampak efektivitasnya untuk harga beras itu sendiri. Dalam Permedag No 4 Tahun 2012 disebutkan untuk melakukan operasi pasar beras di tingkat konsumen, seperti pasar rakyat, pasar induk, yang mudah dijangkau oleh konsumen. Secara mekanisme pelaksanaannya pun diatur atas dasar pengajuan Bupati/ Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota berdasarkan hasil analisa dan evaluasi terhadap perkembangan kondisi harga barang kebutuhan pokok dan penting, perkiraan jumlahnya, dan lokasi rencana pelaksanaan Operasi Pasar yang dianalisa dan dievaluasi oleh Dinas Kabupaten/ Kota setempat yang membidangi urusan perdagangan. Setelah itu Menteri akan mengintruksikan Perum Bulog untuk melakukan atau menghentikan Operasi Pasar. Dalam Permendag No 4 Tahun 2012 juga ditetapkan harga HET bahan pokok tersebut ketika Operasi Pasar, dan dalam keadaan tertentu/mendesak Menteri dapat menetapkan harga seceran tertentu bahan pokok Operasi Pasar di bawah harga eceran bahan pokok dipasar yang berlaku pada saat itu Penetapan Harga Acuan Pembelian Beras Pemerintah resmi menetapkan regulasi yang berisikan tentang penetapan harga acuan pembelian di petani (HPP) dan harga acuan penjualan di konsumen (HPK) untuk tujuh komoditas pangan per/ kg yaitu beras, gula pasir, daging sapi, bawang merah, cabai, kedelai dan jagung. Telah ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan dalam Permendag No 63 Tahun 2016 pada tanggal 9 September Pada saat Permendag 63/2016 ini berlaku, maka ketentuan lama yakni Permendag 80/2015 tentang Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani dalam Rangka Pengamanan Harga Kedelai di Tingkat Petani, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Tujuan dari penetapan harga ini adalah untuk menjamin stabilisasi harga dan pasokan 7 komoditas tersebut yang juga merupakan amanat Perpres No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpangan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Harga acuan tersebut akan menjadi acuan bagi pemerintah untuk mengintervensi pasar ketika terjadi gejolak harga. Diharapkan penetapan harga batas atas dan batas bawah untuk sejumlah komoditas pangan mampu menekan laju inflasi yang didorong oleh inflasi komponen bahan pangan bergejolak (volatile food). Harga acuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 63 Tahun 2016 ditandatangani pada 9 September 2016 itu mulai berlaku sejak dikeluarkan pada Kamis (15/9/2016). Masa berlaku harga acuan ini selama empat bulan dan harga ini akan menjadi patokan bagi badan usaha milik negara (Perum Bulog) dalam pengadaandan distribusi 7 komoditas barang pokok tersebut. Stabilisasi harga yang dijalankan oleh Bulog yaitu dengan cara membeli produk petani apabila harga jualnya lebih rendah 9 persen dari harga acuan dan akan melakukan operasi pasar apabila harganya 9 persen diatas harga acuan. Perum Bulog sendiri sudah menyiapkan anggaran awal dalam pembelian hasil produksi petani sebanyak Rp. 16 triliun. 22 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

31 Tabel 1. Harga Acuan Pembelian Beras di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen Komoditi Beras Berdasarkan Permendag No. 63/M-DAG/PER/9/2016 Harga Acuan Pembelian Di Petani (Rp/kg) Harga Acuan Penjualan Di Konsumen (Rp/kg) a. Gabah Kering Panen b. Gabah Kering Giling c. Beras Sumber : BPS (diolah) Dalam skema penerapan aturan ini, pemerintah memastikan akan melakukan uji coba di seluruh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya yang tersebar di seluruh DKI Jakarta. Setelah itu, pemerintah akan memperluas penerapan aturan di seluruh provinsi. Permendag No. 63/M-DAG/PER/9/2016 ini dalam Pasal 2 dan 3 mengatur bahwa Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah lembaga yang ditetapkan untuk melakukan pembelian dan penjualan bahan kebutuhan pokok dalam rangka menjaga stabilitas harga. Pasal 5 dan pasal 6 Permendag No 63 tahun 2016 ini mengatur tentang masa berlaku harga acuan yang ditetapkan. Harga acuan berlaku dalam jangka waktu 4 bulan terhitung sejak Permen ini diundangkan dan akan ditetapkan harga acuan yang baru setelah dilakukan evaluasi. Namun apabila dalam jangka waktu empat bulan tersebut dan harga acuan yang baru belum ditetapkan maka harga acuan yang tercantum dalam Permen ini tetap berlaku. Diberlakukannya Permendag No. 63 ini adalah salah satu upaya yang baik dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Harga acuan dapat menjadi peringatan untuk dilakukannya tindakan preventif ataupun represif dalam menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok seperti operasi pasar, dan tindakan lainnya. 2.8 Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras Proyeksi Produksi Beras Proyeksi ketersediaan beras didasarkan pada proyeksi produksi dan kuantitas impor beras. Pemodelan produksi beras dalam analisis ini adalah dalam wujud produksi gabah kering panen (GKP). Model proyeksi produksi beras diduga dipengaruhi oleh luas panen dan produktivitas. Sebelum dilakukan proyeksi terhadap produksi beras tahun 2016 dan 2017 terlebih dahulu dilakukan proyeksi terhadap luas panen dan produktivitas beras untuk tahun 2016 dan 2017 menggunakan trend pertumbuhan produksi menggunakan pemodelan time series. Hasil pembentukkan model produksi beras di Indonesia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pembentukkan Model Produksi Beras di Indonesia Variabel Model Kecocokan Model Luas Panen Holt s Linear Trend Stasioner R 2 =0,693 Produktivitas Holt s Linear Trend Stasioner R 2 =0,701 Produksi Sumber : BPS (diolah) ARIMA (0,0,0) dengan dua variabel bebas: Luas Lahan dan Prduktivitas Stasioner R 2 =0,999 Sementara itu, untuk data impor beras tahun 2016 dan 2017 juga digunakan trend pertumbuhan produksi menggunakan pemodelan time series dan didapatkan bahwa model yang paling cocok untuk menduga data impor beras adalah model ARIMA (0,0,0). Grafik hasil pemodelan produksi beras tersaji pada Gambar 21 dan hasil proyeksi ketersediaan beras tersaji dalam Tabel 3. Komoditas Beras 23

32 85,000,000 80,000,000 75,000,000 70,000,000 65,000,000 60,000,000 55,000,000 50,000, Produksi Proyeksi Nilai LCL Nilai UCL Sumber : BPS (diolah) Gambar 15. Hasil Pemodelan Produksi Beras di Indonesia Tabel 3. Ketersediaan Beras di Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Impor (Ton) Ketersediaan* (Ton) , , , , , , , , , , , , Ket : *) Ketersediaan = Produksi + Impor Tahun 2016 dan 2017 merupakan hasil proyeksi Sumber : BPS (diolah) Berdasarkan Tabel 3, luas panen beras pada tahun 2016 dan 2017 diproyeksikan naik sebesar 2,36% dan 4,15% dari luas panen tahun Sedangkan produktivitas beras pada tahun 2016 dan 2017 diproyeksikan naik sebesar 0,39% dan 1,71% dari produktivitas beras tahun Produksi beras tahun 2016 diproyeksikan sebesar ton meningkat 2,24% dari tahun Pada tahun 2017 produksi beras diproyeksikan naik lagi menjadi ton atau meningkat 2,76% dari nilai proyeksi tahun Sementara itu, impor beras pada tahun 2016 dan 2017 diproyeksikan sebesar 506,69 ton. Dengan demikian, ketersediaan pada tahun 2016 dan 2017 berturut-turut sebesar ton dan ton (Gambar 16) Proyeksi Kebutuhan Beras Proyeksi kebutuhan beras didasarkan pada proyeksi konsumsi dan kuantitas ekspor beras. Untuk 24 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

33 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000, Produksi (Ton/Tahun) Impor (Ton/Tahun) Sumber : BPS (diolah) Gambar 16. Perkembangan dan Proyeksi Ketersediaan Beras di Indonesia perhitungan proyeksi konsumsi beras, digunakan tahun dasar 2012 sebagai basis dimana rata-rata konsumsi perkapita beras penduduk Indonesia mencapai sekitar 87,23 kg/kap/tahun yang dikalikan dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia dari BPS. Sedangkan proyeksi ekspor beras Indonesia tahun 2016 dan 2017 menggunakan trend pertumbuhan produksi menggunakan pemodelan time series. Hasil proyeksi kebutuhan beras tersaji dalam Tabel 4. Tahun Konsumsi (kg/ kap/thn) Tabel 4. Kebutuhan Beras di Indonesia Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) Konsumsi (Ton) Ekspor (Ton) Kebutuhan* (Ton) ,497, ,587, ,577, ,400, ,504, ,653, ,410, ,280, ,340, ,285, ,569, ,847,706 Ket : *) Kebutuhan = Konsumsi + Ekspor Tahun 2016 dan 2017 merupakan hasil proyeksi Sumber : BPS (diolah) Berdasarkan Tabel 4, jumlah konsumsi beras nasional diproyeksikan akan mencapai 22,57 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat 1,27% dibandingkan tahun 2015 dan diperkirakan akan meningkat lagi 1,23% dari angka proyeksi tahun 2016 menjadi 22,85 juta ton pada tahun Sedangkan kuantitas ekspor beras nasional diproyeksikan akan mencapai ton pada tahun 2016 dan Komoditas Beras 25

34 2017 atau meningkat 23,53% dari tahun Dengan demikian, kebutuhan beras tahun 2016 diproyeksikan sebesar 22,57 juta ton meningkat 1,27% dari tahun 2015 dan ada tahun 2017 produksi beras diproyeksikan naik lagi menjadi 22,85 juta ton atau meningkat 1,23% dari nilai proyeksi tahun ,500,000 23,000,000 22,500,000 22,000,000 21,500,000 21,000,000 20,500,000 20,000,000 19,500,000 19,000, Konsumsi (Ton/Tahun) Ekspor (Ton/Tahun) Sumber : BPS (diolah) Gambar 17. Perkembangan dan Proyeksi Kebutuhan Beras di Indonesia Surplus Defisit Beras Berdasarkan proyeksi ketersediaan beras pada Tabel 3 dan proyeksi kebutuhan beras pada Tabel 4, ketersediaan beras tahun 2016 diproyeksikan sebesar ton sedangkan kebutuhan beras tahun 2016 diproyeksikan sebesar ton. Dengan demikian pada tahun 2016 terjadi surplus beras sebesar ton. Kemudian, ketersediaan beras tahun 2017 diproyeksikan sebesar ton dan kebutuhan beras tahun 2017 diproyeksikan sebesar ton sehingga pada tahun 2017 terjadi surplus beras sebesar ton (Tabel 5). Tabel 5. Kebutuhan Beras di Indonesia Tahun Ketersediaan (Ton) Kebutuhan (Ton) Surplus/Defisit Beras (Ton) Sumber : BPS (diolah) 26 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

35 Komoditas Beras 27

36 689 III KERAGAAN PASAR KOMODITAS BERAS DUNIA 3.1 Perkembangan Ketersediaan Komoditas Beras Dunia Beras diproduksi hampir di 115 negara di dunia di 5 benua. Data FAO mengenai produksi padi memperlihatkan bahwa produksi padi internasional setiap tahun mengalami trend kenaikan. Pada tahun 2004 produksi padi berada pada angka ton, hingga pada saat tahun 2014 produksi padi naik 22% menjadi ton, dengan kenaikan rata-rata 2% pertahun atau setara dengan kenaikan rata-rata ton per tahun. Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana hasil produksi padi dunia meningkat 4,8% atau sebesar ton, kemudian turun pada tahun 2009 sebesar 0,1% atau sebesar ton Produksi Padi Dunia (Juta Ton) Sumber : FAO dan SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 18. Produksi Padi Dunia pada Tahun Beras adalah salah satu produk paling penting di dunia terutama di Benua Asia. Benua Asia juga merupakan tempat tinggal dari para petani yang memproduksi sekitar 76% dari total produksi beras dunia. Budidaya beras cocok untuk wilayah wilayah dengan iklim hangat, biaya tenaga kerja murah dan curah hujan yang tinggi, karena budidaya makanan pokok ini membutuhkan banyak tenaga kerja dan supply air. Wilayah-wilayah yang memenuhi kriteria tersebut kebanyakan berada di Asia. Negara penghasil padi terbesar pertama pada tahun 2014 adalah China dengan kontribusi hasil produksi padi 28% atau setara dengan ton dari total nilai keseluruhan produksi padi dunia. Negara ke dua dengan produksi padi terbesar adalah India dengan kontribusi hasil produksi padi 21,17% atau setara dengan ton, kemudian Negara terbesar ke tiga adalah Indonesia, dengan kontribusi hasil produksi padi sebanyak 9,54% atau setara dengan ton. Setelah itu Bangladesh dengan kontribusi hasil produksi 7,03% atau setara dengan ton, setelah itu Vietnam dengan kontribusi 6,06% atau ton dan yang terakhir adalah Thailand dengan kontribusi sebanyak 4,39% atau ton, sisanya merupakan hasil produksi padi dari beberapa Negara lainnya yang ada di beberapa benua di dunia. 6 negara dengan hasil produksi padi terbesar tersebut mempunyai hasil produksi hingga 76% untuk memenuhi kebutuhan padi dunia. (Gambar 19) Data FAO memperlihatkan, di 6 negara sentra produksi padi tersebut mempunyai tingkat pertambahan hasil produksi yang berbeda-beda. Pertambahan produksi tertinggi terjadi di Negara 28 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

37 7% 7% 21% 10% Bangladesh India Indonesia Thailand Vietnam China Lainnya 10% 6% 4% Sumber : FAO dan SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 19. Produsen Beras Terbesar Dunia Tahun 2014 Bangladesh dengan rata-rata produksi bertambah 4% atau ton per tahun. Sementara itu Indonesia menduduki peringkat ke dua dengan pertambahan hasil padi 3,1% atau ton per tahun, disusul oleh Thailand dan India dengan pertambahan hasil produksi padi 2,9% per tahun, setelah itu Vietnam dengan tingkat pertambahan hasil produksi padi 2,3% per tahun, dan yang terakhir adalah China dimana hanya 1,4% pertambahan hasil produksi padi per tahun. Ada sebuah fakta yang menarik mengenai beras yaitu pasar perdagangan internasionalnya sebenarnya sangat sedikit. Menurut penelitian yang dilaksanakan Bank Dunia hanya 5% dari produksi global beras diperdagangkan di pasar internasional dan itu mengimplikasikan bahwa harga beras rentan terhadap perubahan penawaran dan permintaan. Terlebih lagi, suplai beras internasional berasal hanya dari tiga negara eksportir beras saja, yaitu Thailand, India dan Vietnam. 3.2 Perkembangan Harga Komoditas Beras Dunia Perkembangan harga beras internasional dari tahun 2012 hingga 2016 secara keseluruhan mengalami fluktuasi yang diakhiri dengan trend penurunan. Harga beras di pasar internasional pada tahun 2012 berada pada kisaran harga USD 0,52/kg turun sebanyak 31% atau setara dengan penurunan USD 0,16/kg sehingga pada tahun 2016 menjadi USD 0,36/kg. Pada awal tahun 2012 harga beras mengalami fluktuasi pada triwulan pertama dan kedua, namun pada penghujung akhir tahun harga beras dunia mengalami tingkat kestabilan dan terus pada angka USD 0,53 0,52/kg. Selama tahun 2013 harga beras dunia turun sebesar USD 0,11/kg atau setara dengan penurunan 20%. Selama tahun 2014 harga beras turun kembali sebanyak USD 0,04/kg atau sebesar 8%. Selama tahun 2015 pun sama harga beras dunia ini mengalami penurunan USD 0,05/kg atau mengalami penurunan hingga 12%, dan terakhir selama tahun 2016 harga beras dunia relative stabil pada harga yang cukup rendah yaitu pada harga USD 0,36/kg. Komoditas Beras 29

38 Jan-12 Mar-12 Jul-12 May-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 Jul-13 May-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 Jul-14 May-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 Jul-15 May-15 Harga Beras Internasional (US$ / Kg) Sep-15 Nov-15 Jan-16 Mar-16 May-16 Sumber : FAO dan SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 20. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Pasar Internasioal Salah satu penyebab dari turunnya harga beras internasional adalah karena dua negara produsen beras yaitu Vietnam dan Thailand mengalami surplus produksi pada 3 tahun terakhir, sehingga memberikan peningkatan pasokan beras ke pasar dunia. Kebijakan pemerintah Thailand yang membeli seluruh gabah dari petani Thailand dengan harga mahal sehingga mendorong petani Thailand untuk giat memproduksi beras dan berimbas pada stock beras Thailand dan Vietnam terbilang aman. 3.3 Perkembangan Konsumsi Beras Dunia Berdasarkan data USDA, konsumsi beras dari tahun 2011 hingga 2015 memperlihatkan adanya kenaikan sebesar 3,4% atau setara dengan ribu ton, dengan peningkatan sebesar 1,6% per tahun atau setara dengan kenaikan konsumsi sebesar ribu ton per tahun. Meskipun pada tahun 2014 konsumsi beras ini pernah turun 1,2% tetapi trend dalam kurun waktu 5 tahun ini cukup meningkat. besaran rata-rata total konsumsi beras tertinggi di dunia pada kurun waktu lima tahun terakhir terdistribusi pada negara-negara produsen beras terbesar dunia. Negara Cina merupakan Negara pengkonsumsi beras terbesar dengan tingkat konsumsi 30% dari keseluruhan beras dunia dan meningkat rata-rata 1,98% per tahun, secara umum rata-rata konsumsi di China mencapai 145,86 juta ton per tahun, di posisi kedua adalah India dengan mengkonsumsi mencapai 20% beras dari kesleruhan beras yang ada di dunia dan meningkat rata-rata 1,64% pertahun, rata-rata konsumsi beras di India mencapai 97,08 juta ton per tahun. Sementara Indonesia berada di posisi ketiga dengan mengkonsumsi beras sekitar 7,5% dari per tahun keseluruhan konsumsi beras dunia dengan pertumbuhan konumsi 0,3% per tahun, rata-rata konsumsi beras di Indonesia mencapai 38,41juta ton per tahun. Total konsumsi beras terbesar selanjutnya adalah Bangladesh, Vietnam, Philipina, Thailand, Myanmar, Jepang dan Brasil dengan kisaran konsumsi beras rata-rata antara 7,91 juta ton hingga 34,92 juta ton setara beras giling (Gambar 21). Jika dikaitkan dengan produksi beras, beberapa negara produsen cenderung mengalami kekurangan pasokan untuk konsumsi antara lain China, Indonesia, Bangladesh, Philipina dan Jepang, sebagai akibat besarnya total konsumsi beras dibandingkan pasokan beras yang berasal dari produksi dalam 30 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

39 Brazil Japan Myanmar Thailand Philipines Vietnam Bangladesh Indonesia Lainnya India China 7,906 8,347 10,440 11,115 12,990 21,490 34,920 36,413 85,279 97, , ,000 40,000 50,000 80, , , , ,000 Sumber : FAO dan SP2KP Kemendag (diolah) Gambar 21. Negara Konsumsi Beras Terbesar Dunia (Juta Ton) negrinya sendiri. Kekurangan pasokan beras tertinggi antara tahun 2009 hingga 2013 terjadi di China yaitu mencapai 2,51 juta ton, selanjutnya adalah Indonesia sebesar 1,95 juta ton, Philipina sebesar 1,35 juta ton, Bangladesh dan Brazil masing-masing sebesar 638 ribu ton dan 464 ribu ton. 3.4 Perkembangan Pasar Beras Dunia Perdagangan beras di pasar dunia adalah dalam bentuk setara beras giling (milled rice equivalent). Volume ekspor impor beras dunia cenderung meningkat pada periode 2004 hingga 2014 dengan laju pertumbuhan sebesar 0,37% hingga 13,84% pertahun yang dipicu adanya peningkatan ekspor impor cukup signifikan di beberapa tahun yaitu tahun 2013 sebesar 6,11% dan tahun 2010 sebesar 11,97% dan 13,84% di tahun negara dengan tingkat ekspor padi tertinggi, yatiu India, Thailand, Vietnam, Pakistan dan United State, Myanmar, Uruguay, Brazil, Argentina dam kamboja. Tahun 2010 hingga 2014, India mampu mengekpor beras hasil produksinya rata-rata per tahun sebanyak ribu ton dengan kontribusi 24,5% dari total seluruh beras ekpor dunia. Setelah itu Thailand merupakan pengekspor beras ke dua terbesar degan rata-rata ribu ton dengan kontribusi 21,48%. Kemudian Vietnam dan Pakistan menempati urutan ke 3 dan ke 4 terbesar pengekspor padi dengan pangsa pasar 16,46% dan 9,16% perdagangan beras dunia. Indonesia merupakan Negara produsen padi terbesar ke tiga dunia, namun Indonesia hanya mempunyai proporsi ekspor beras yang relatif kecil. Volume ekspor beras yang diperdagangkan di dunia meningkat cukup pesat pada kurun waktu lima tahun terakhir. Burma mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14,83% per tahun sebagai akibat peningkatan ekspor yang cukup signifikan di 2013 yaitu sebesar 45,14%. Pertumbuhan volume ekspor beras terbesar ke dua di antara 5 negara eksportir beras terbesar dunia adalah Thailand dengan pertumbuhan rata-rata 13,28% per tahun, selanjutnya Pakistan dan terendah Amerika Serikat yang dengan volume ekspor rata-rata 4,94 dan 1,77%. Penurunan volume ekspor beras Vietnam pada tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 13,18% dan 5,60% (Gambar 22). Komoditas Beras 31

40 10 Negara Eksportir Beras Dunia India 24% Thailand 21% Vietnam 10% Pakistan 9% US Lainnya Myanmar Comboja 4% 3% 8% 8% Exportir Dunia Uruguay 2% Brazil 2% Argentina 1% Sumber : BPS (diolah) Gambar 22. Negara Eksportir Beras Dunia Sisi impor, komposisi negara pengimpor beras dunia terdistribusi cukup merata dengan kontribusi tidak terlalu dominan di satu negara (Gambar 23). Negara Cina merupakan pengimpor beras terbesar dengan volume impor rata-rata 3,95 juta ton atau menguasai pangsa impor beras sebesar 10,15%. Selanjutnya Nigeria dengan rata-rata impor beras mencapai 3,20 juta ton atau menguasai pangsa impor beras sebesar 8,22%. Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar kedelapan dengan penguasaan pangsa pasar impor beras sebesar 3,18% atau rata-rata impor 1,24 juta ton sebagai akibat peningkatan volume impor beras cukup signifikan di tahun 2012 yaitu sebesar 1,96 juta ton. China 11% Nigeria 7% Iran 4% Philipina 4% Uni Eropa Saudi Arabia 4% 4% Importir Iraq 3% Indonesia 3% Senegal 3% Malaysia 2% Sumber : BPS (diolah) Gambar 23. Rata-rata Impor Negara Importir Beras Dunia Beberapa negara pengimpor beras lainnya antara lain Iran dengan pangsa impor rata-rata 1,73 juta ton atau share sebesar 4,45%. Selanjutnya Philipina, Uni Eropa, Saudi Arabia, Iraq, Senegaldan Malaysia, dengan kisaran pangsa impor rata-rata antara 2,48% hingga 3,85%. 32 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

41

42 IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Ketersediaan beras nasional tidak selamanya berada pada posisi peningkatan setiap tahunnya. Permasalahan utamanya merupakan perubahan iklim El Nino dan La Nina yang berdampak langsung terhadap volume produksi. Permasalahan lainnya adalah luas panen padi di sentra produksi mengalami penurunan karena pembangunan infrastruktur dan bencana alam. Tidak hanya itu pola produksi padi setiap musimnya ikut berperan dalam menentukan jumlah persediaannya. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya ketersediaan beras ini mempunyai peran yang cukup signifikan terhadap pergerakan harga beras dipasaran. Hal ini terlihat jelas dari perbandingan pola harga dan pola tanam dari padi itu sendiri. Dimana pada saat petani tidak menanam padi karena musim tanam ke 3 bertepatan pada musim kemarau, harga beras naik dalam beberapa bulan kemudian. Permasalahan lainnya adalah permintaan konsumen yang seringkali bertambah berkalikali lipat ketika akan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional. Di sisi distribusi beras ikut memberikan andil dalam perkembangan harga beras. Pergerakan harga beras nasional sepanajang tahun 2016 disparitasanya cukup stabil di angka 0,52, artinya perkembangan harganya tidak terlalu bergejolak drastis. Namun di sisi disparitas harga antar provinsi beras ini masih tinggi, hal ini terjadi karena setiap provinsi di Indonesia tidak didukung dengan pasokan panen padi yang banyak. Sehingga pasokan beras perlu di distribusikan dari pusat produksi ke beberapa provinsi lainnya, yang dalam prosesnya memerlukan biaya, yang akhirnya biaya tersebut menjadi beban konsumen yang dibayarkan untuk harga beras tersebut. Di sisi lain terlihat fakta, bahwa konsumsi beras perkapita setiap tahunnya menurun drastis, sejalan dengan hal tersebut konsumsi nasional mengalami fluktuasi yang cenderung menunjukkan penurunan juga namun dengan penurunan tipis, tentunya jika secara nasional konsumsi beras dipengaruhi langsung oleh jumlah penduduk, namun jika dilihat konsumsi perkapita ini banyak dipengaruhi oleh faktor kesejahteraan yang meningkat. Ditinjaun dari ketersediaan beras dan konsumsinya, ditambah dengan kepentingan perdagangan impor eskpor beras, secara nasional pada tahun 2016 mengalami keadaan surplus, dan diproyeksikan pada tahun 2017 pun hampir sama yaitu mengalami surplus. Sumber ketersediaannya masih berasal dari hasil panen padi petani Indonesia dan impor beras yang relatif cukup banyak. Sehingga secara nasional ketersediaannya untuk tahun 2017 akan tetap terjamin bagi kepentingan konsumsi masyarakat. 4.2 Saran Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka disarankan beberapa kebijakan, yaitu stabilisasi untuk menghadapi kondisi perdagangan beras internasional, dan fluktuasi harga domestik. Di sisi perdagangan internasional, penetapan volume dan waktu yang tetap sesuai ketersediaan dan kebutuhan di sentra produksi dan sentra konsumsi. Mekanisme operasi pasar yang tepat akan sangat mengantisipasi gejolak harga beras di pasaran. 34 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

43 Kebijkan sistem produksi diperlukan untuk mengatasi penurunan pasokan beras dibeberapa sentra produksi dengan mencegah konversi lahan sawah produktif menjadi lahan pemukiman dan prasarana lainnya, selain itu intensifikasi juga dipelukan untuk terus menjaga produktivitas dari padi tersebut. Lebih jauh lagi hal ini berperan untuk mengurangi ketergantungan impor dan menekan perbedaan harga beras domestic yang lebih tinggi dari harga internasional. Instrumen dalam kebijakan ini antara lain peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan kualitas beras melalui pengembangan iptek dan penggunaan benih unggul, penerapan sistem manajemen rantai pasok beras yang tepat untuk meningkatkan efsiensi. Ketersediaan beras domestik yang terjamin akan memberikan kestabilan harga dan pengurangan ketergantungan akan impor. Sehingga antisipasi pengaruh gejolak pasar internasional terhadap pasar domestic tidak cukup besar, mengingat komoditas beras merupakan komoditas yang dibutuhkan berbagai Negara dibelahan dunia, sehingga ketika terjadi kelangkaan pada saat tertentu jika masih melakukan impor dalam volume yang besar maka pasar domestic akan terpengaruhi oleh pergerakan pasar internasional. Untuk mencegah hal itu maka kebijakan intensifikasi produksi beras harus dilakukan. Komoditas Beras 35

44 DAFTAR PUSTAKA Adiratma, E. Roekasah. Stop Tanam Padi?. Memikirkan Kondisi Petani Padi Indonesia dan Upaya Meningkatkan Kesejahteraannya Penebar Swadaya Sugema, I Inflasi, Kemiskinan dan Beras. Kompas, 23 November Badan Pusat Statsistika Distirbusi Perdagangan Komoditas Beras Indonesia Kompas Gabah Menipis Harga Beras Naik. HYPERLINK keuangann.kompas.com/ read/2010/11/18/ /gabah.menipis.harga.beras.naik. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kemterian Pertanian Republik Indonesia. Info Publik Kepala BPPPT : Konsumsi Beras Perkapita Indonesia Tertinggi. id/read/164632/kepala-bppt--konsumsi-beras-per-kapita-indonesia-tertinggi-di-dunia. html. Sugema, I Inflasi, Kemiskinan dan Beras. Kompas, 23 November. 36 Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

45 LAMPIRAN

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, Rata-rata Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, 2012-2016 / Bulan Giling Kualitas (Rp/Kg) Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) Panen Giling Panen Giling Panen HPP 1)

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

STABILISASI HARGA PANGAN

STABILISASI HARGA PANGAN STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JULI 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,91 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JULI 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,91 PERSEN l No. 32/08/14/Th. XII, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JULI KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,91 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Kota Pekanbaru mengalami inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion PRODUKSI, PERDAGANGAN DAN HARGA BAWANG MERAH Muchjidin Rachmat, Bambang Sayaka, dan Chairul Muslim I. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan sayuran rempah yang dikonsumsi rumahtangga sebagai bumbu masakan

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN l No. 45/11/14/Th. XII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Kota Pekanbaru mengalami inflasi

Lebih terperinci

SELAMA BULAN MARET 2010 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,34 PERSEN

SELAMA BULAN MARET 2010 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,34 PERSEN No. 12/04/14/Th. XI, 1 April SELAMA BULAN MARET KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,34 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Kota Pekanbaru mengalami deflasi (inflasi negatif)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU No. 16/04/14/Th. XIV, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU MARET, PEKANBARU INFLASI 0,04 PERSEN DAN DUMAI DEFLASI 0,01 PERSEN Bulan, Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 0,04 persen

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS TERIGU

PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS TERIGU PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS TERIGU PROFIL KOMODITAS BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING KOMODITAS TEPUNG TERIGU CETAKAN 2016 Penasihat Oke Nurwan, Dipl.,

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/04/53/Th. XVII, 1 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2014 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,14 PERSEN Pada Maret 2014 terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

Tinjauan Pasar Minyak Goreng (Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013 BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/05/53/Th. XVI, 1 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL Bulan : Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/02/81/Th. XVIII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA JANUARI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,28 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI 0,29 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN No. 01/01/14/Th. XI, 4 Januari 2010 BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN Dengan menggunakan tahun dasar 2007=100, pada bulan Desember 2009 Kota Pekanbaru mengalami deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/05/53/Th. XVIII, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,21 PERSEN Pada April 2015, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Edisi : 9/AYAM/TKSPP/ Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar domestik

Lebih terperinci

BULAN MEI 2010 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,29 PERSEN

BULAN MEI 2010 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,29 PERSEN No. 21/06/14/Th. XI, 1 Juni 2010 BULAN MEI 2010 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI SEBESAR 0,29 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan 2010 Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 0,29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/Th. XIII, 1 November 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2010 INFLASI 0,06 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/Th. XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN Pada 2015 terjadi inflasi sebesar 0,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/07/53/Th. XVIII, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,59 PERSEN Pada Juni 2015, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/06/53/Th. XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2016 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,61 PERSEN Mei 2016, Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/12/53/Th. XVIII, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI NOVEMBER 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,70 PERSEN Masih melanjutkan trend dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Pangan dan Pertanian 2016 Permasalahan

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/11/53/Th. XIX, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,19 PERSEN Oktober 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 60/10/Th. XIV, 3 Oktober 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2011 INFLASI 0,27 PERSEN Pada 2011 terjadi inflasi sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,26 PERSEN Berbeda arah dengan bulan sebelumnya

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni) Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni) Kultur budaya sebagian besar masyarakat Indonesia dalam menyambut dan merayakan HBKN umumnya membutuhkan bahan pangan dalam

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/08/53/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 1,06 PERSEN Pada Juli 2015, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/03/53/Th. XVII, 3 Maret 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 1,48 PERSEN Pada Februari 2014 terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama September 2016, Sebesar 0,59 Persen Dari 82 kota pantauan IHK nasional, 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan Terkait Stabilisasi Harga

Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan Terkait Stabilisasi Harga Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan Terkait Stabilisasi Harga dan Pasokan Beras Tahun 2018 Disampaikan oleh: Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan RI Pada Rapim Polri Tahun 2018 24 Januari,

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/03/53/Th. XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,33 PERSEN Februari 2016, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/09/53/Th. XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,73 PERSEN Berbeda dengan bulan sebelumnya,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/07/53/Th. XVII, 1 Juli 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,61 PERSEN Pada Juni 2014, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/06/53/Th. XVII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,08 PERSEN Pada Mei 2014, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan Pola Inflasi Ramadhan 1 Tracking bulan Juni 2014 2 Risiko Inflasi s.d Akhir 2014 3 Respon Kebijakan 4 Pola Inflasi Ramadhan Bila mengamati pola historis inflasi selama periode Ramadhan-Idul Fitri, umumnya

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 20/04/Th. XIII, 1 April 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2010 DEFLASI 0,14 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,14 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/03/81/Th. XVIII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA FEBRUARI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,18 PERSEN DI KOTA AMBON DAN DEFLASI 1,33 PERSEN DI KOTA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/01/53/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 3,41 PERSEN Pada ember 2014, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Edisi : 10/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/07/81/Th. XVIII, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA JUNI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,23 PERSEN DI KOTA AMBON DAN 1,71 PERSEN DI KOTA TUAL Pada Juni

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate No. 58/11/82/Th. XVI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate Oktober 2017, Ternate mengalami

Lebih terperinci

KESIAPAN BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018

KESIAPAN BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018 KESIAPAN BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018 Jakarta, 21 Desember 2017 POTENSI KENAIKAN PERMINTAAN PADA NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018 1. Dalam beberapa waktu ke depan, dimungkinkan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/08/81/Th. XIX, 1 Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PADA JULI 2017 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,86 PERSEN DI KOTA AMBON DAN INFLASI SEBESAR 2,29 PERSEN DI

Lebih terperinci

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan). Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/04/53/Th. XX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,79 PERSEN Maret 2017 Nusa Tenggara Timur mengalami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/09/Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2011 INFLASI 0,93 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,17 PERSEN September 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/06/53/Th. XX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2017 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI -0.01 PERSEN Mei 2017 Nusa Tenggara Timur mengalami deflasi

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

13 FEBRUARI 2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004 MENTERI PERTANIAN

13 FEBRUARI 2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004 MENTERI PERTANIAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 106/Kpts/SR.130/2/2004 TANGGAL 13 FEBRUARI 2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/11/53/Th. XVII, 3 November 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,14 PERSEN Pada Oktober 014, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci