Oleh: Sri Oetaminingjatik SMP Negeri 1 Pogalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Sri Oetaminingjatik SMP Negeri 1 Pogalan"

Transkripsi

1 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 551 PEMBERIAN LAYANAN INFORMASI SEBAGAI TINDAKAN PREVENTIF TERHADAP KENAKALAN REMAJA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 TAHUN 2015/2016 SMP NEGERI 1 POGALAN Oleh: Sri Oetaminingjatik SMP Negeri 1 Pogalan Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian layanan informasi sebagai tindakan preventif terhadap kenakalan remaja menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pogalan semester 1 tahun 2015/2016. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII Smp Negeri Pogalan yang berjumlah 164 siswa. Jumlah siswa yang bermasalah adalah 18 siswa dari keseluruhan populasi. Untuk itu sampel dalam penelitian ini adalah 18 siswa kelas VIII semester I tahun 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa dengan pemebrian layanan infromasi dengan media gambar mampu mengatasi kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli dengan memberikan pengarahan dan penyadaran diri atas apa yang telah diperbuat siswa, agar mereka paham bahwa persebut tidak memberikan manfaat dan dampak positif bagi dirinya, mengarahkan kepada siswa agar menggunakan waktu luang dengan perbuatan yang positif dengan cara mengikuti ekstrakurikuler yang telah disediakan sekolah, mendengarkan keluhan-keluhan siswa dan bersama-sama mencari pemecahannya, melakukan komunikais dengan orang tua mellaui home visit dan alternatif terakhir, pemberian hukuman. Hukuman ditentukan oleh siswa itu sendiri. Kata Kunci: Layanan Informasi, Kenakalan Remaja, Media Gambar Berbicara mengenai remaja terutama berkaitan dengan masalah kenakalan adalah merupakan masalah yang dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseoarang yang namanya remaja yang merupakan bagian dari generasi muda adalah asset Negara serta agama. Untuk mewujudkan semuanya dan demi kejayaan bangsa dan Negara serta agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik orang tua, pendidik (konselor), dan pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan atau berpengetahuan yang luas dengan cara membimbing dan menjadikan mereka semua menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Namun demikian, pendidikan yang berlangsung selama ini masih dianggap kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus sosial kemasyarakatan yang terjadi cenderung membahayakan kepentingan bersama dan kurang memiliki kepekaan yang cukup untuk membina toleransi dalam kondisi masyarakat yang kian majemuk dengan berbagai macam kepentingannya. Akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial serta norma hidup di masyarakat. Oleh karena itu, remaja akan cenderung melakukan tindakan yang tidak pantas. Adapun bentuk-bentuk kenakalan yang biasanya dilakukan siswa di sekolah,

2 552 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 dalam hal ini Zakiyah Daradjat menyatakan di Negara kita persoalan ini sangat menarik perhatian, kita dengar anak belasan tahun berbuat jahat, mengganggu ketentraman umum misalnya: mabuk-mabukan, kebutkebutan, dan main-main dengan wanita. Adapun gejala-gejala kenakalan remaja atau siswa yang dilakukan di sekolah jenisnya bermacam-macam. Dan bisa digolongkan dengan kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan adalah tidak patuh kepada orang tua atau konselor, lari atau bolos dari sekolah, sering berkelahi, dan cara berpakaian yang tidak sopan. Meskipun kenakalan yang terjadi dalam bentuk kenakalan yang ringan hal itu sudah menimbulkan persoalan yang kurang baik terhadap orang lain maupun dirinya sendiri. Remaja tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada remaja yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu oleh orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan. Kegiatan pendidikan di sekolah, sampai saat ini masih merupakan wahana sentral dalam mengatasi berbagai bentuk kenakalan remaja yang terjadi. Oleh karena itu segala apa yang terjadi dalam lingkungan luar sekolah, senantiasa mengambil tolak ukur aktivitas pendidikan dan pembelajaran sekolah. Tugas dari seorang guru yaitu melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Sardiman (2010:86) dalam bukunya mengatakan bahwa memberikan motivasi kepada seorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Chatarina (2006: 158) ada enam faktor yaitu: (1) sikap, (2) kebutuhan, (3) rangsangan, (4) afeksi, (5) kompetensi, (6) penguatan. Menurut McClelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2008: 354), motivasi yang paling penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Dari beberapa pengertian motivasi dan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan suatu dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dalam interaksinya didahului dengan tanggapan adanya tujuan untuk memperoleh kecakapan baru (informasi atau materi pelajaran). Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan yang diberikan kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar siswa mampu mandiri dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masing peserta didik dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Tugas dari guru pembimbing adalah membantu siswa dalam mengoptimalkan perkembangan diri siswa, salah satunya di bidang belajar yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa di sekolah. Bimo Walgito (2004:4), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekum-

3 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 553 pulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Oleh karena itu kedudukan konselor terutama konselor BK (bimbingan dan Konseling) memiliki peran yang sangat penting dalam turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab konselor BK adalah sosok yang sangat dekat dengan siswa serta mampu memberikan motivasi-motivasi yang sangat membangun, dan mendengarkan semua permasalahan yang dihadapi siswa. Siswa SMP Negeri 1 Pogalan sebagai salah satu sekolah favorit di wilayah Pogalan tidak lepas dari permasalahan kenakalan remaja. Dari hasil catatan buku kasus ditemukan siswa yang suka menginap di rumah tetangga sehingga sering terlambat datang sekolah, berkelahi dengan teman atar kelas, merokok, balapan motor sepulang sekolah, membolos, dan menargert uang dari temannya. Untuk itu diperlukan pemberian layanan bimbingan konseling oleh konselor. Menurut Abu Ahmadi (1991:1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004:99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004: 101). Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pemberian bimbingan konseling dapat dilakukan melalui layanan pemberian informasi. Layanan informasi adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (konseli). Untuk memberikan kesan yang menarik dan bermakna dalam pemberian layanan informasi dapat dilkaukan oleh kobnselor dengan menggunakan model layanan yang inovatif. Salah model pemberian layanan infromasi yang dilakukan oleh konselor dengan menggunakan media gambar. Media

4 554 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimanamana. Menurut Sadiman Arief S. (2003:21), media gambar adalah sebagai berikut. Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari konselor kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai status siswa. Dengan demikian peneliti dapat melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja, khususnya remaja atau siswa yang pernah atau terlibat kenakalan. METODE PENELITIAN Adapun jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan diskriptif. Penelitian ini dapat memberikan gambaran terkait dengan upaya konselor dalam menanggulangi kenakalan remaja. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan suatu pengungkapan secara rinci tentang suatu keadaan atau tempat penyimpanan dokumen maupun fakta-fakta dari suatu peristiwa tersebut. Adapun yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini adalah upaya konselor bimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa SMP Negeri 1 Pogalan. Data kenakalan remaja pada catatan buku merupakan data awal penelitian, sedangkan observasi, wawancara awal dilakukan untuk dapat mengetahui layanan infromasi yang tepat untuk konseli. Dari hasil data awal, ditetapkanlah bahwa pemberian layanan informasi yang dipergunakan untuk mengatasi kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pogalan adalah menggunakan media gambar. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Perencanan; (2) Pemberian layanan informasi; (3) Observasi; (4) Analisis Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII Smp Negeri Pogalan yang berjumlah 164 siswa. Jumlah siswa yang bermasalah adalah 18 siswa dari keseluruhan populasi. Untuk itu sampel dalam penelitian ini adalah 18 siswa kelas VIII semester I tahun 2016/2017. Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Pogalan yang beralamatkan dijalan Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Dari data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka karena dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan alasan peneliti memilih lokasi tersebut kerena dianggap perlu untuk upaya konselorbimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan remaja yang rata-rata dari keluarga yang kurang sehat. Selain itu konselorbimbingan konseling yang ada di SMP Negeri 1 Pogalan diambil dari tenaga yang ahli dalam bidang BK. Dalam penelitian kualitatif ini maka peneliti sendiri dengan bantuan orang lain sebagai alat pengumpulan data utama. Peneliti disini disebut instrumen kreatif, artinya peneliti sendiri yang harus rajin dan giat untuk menggali beberapa informasi dan

5 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 555 sekaligus peneliti juga sebagai pengumpul, penganalisis dan pembuat laporan penelitian. Dan tentu juga ditunjang dengan instrumen pelengkap seperti informan, alat-alat dan catatan lapangan. Dengan instrument yang kreatif maka sangat berperan dalam penelitian ini. Peneliti hadir dan terlibat langsung dengan membangun hubungan baik dengan civitas akademik SMP Negeri 1 Pogalan dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan. Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data, yaitu: (1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara; (2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak; (3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini peneliti ingin memperoleh data berupa keadaan siswa, keadaan keluarga, struktur organisasi, dan tingkat ketidak disiplinannya siswa. Valid tidaknya suatu data penelitian tergantung dari jenis penelitian yang digunakan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data. Penulis akan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain Observasi (pengamatan) dan Wawancara (interview) Adapun wawancara dalam penelitian ini ditujukan guna memperoleh data tentang: (1) Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di SMP Negeri 1 Pogalan; (2) Faktor penyebab kenakalan remaja yang terjadi di MAN Tulungagug 2; (3) Upaya konselor BK dalam menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi di SMP Negeri 1 Pogalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pogalan Sebelum melakukan layanan informasi konselor mengumpulkan data kenakalan remaja yang diperoleh dari buku kasus siswa. Adapaun kenakalan yang muncul pada siswa kelas VIII adalah sebagaia berikut: (1) Membolos, dari observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 3 Agustus 2015 menunjukkan bahwa salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa SMP Negeri 1 Pogalan adalah membolos, hal ini terbukti dari daftar hadir siswa ditemukan 4 anak tidak hadir tanpa keterangan di sekolah; (2) Berpakaian tidak pantas/tidak rapi, dari observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul WIB, peneliti menemukan 2 siswa yang dianggap berpakaian tidak pantas dan dianggap perlu ditertibkan adalah rok yang berbelek, baju tidak dimasukkan dan baju terlalu ketat; (3) Kurang bersikap hormat kepada guru, pada tanggal 6 Agustus 2015 bersamaan dengan operasi dadakan dilakukan, siswa yang ditegur oleh bapak N karena berpakaian tidak pantas berbicara tidak sopan ketika melakukan pembelaan; (4) Datang terlambat, observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Agustus 2015, ketika peneliti sampai pada lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 1 Pogalan kira-kira sekitar jam wib, peneliti melihat tiga siswa yang sedang mengisi buku poin di ruang BK karena terlambat; (5) Merokok, pada waktu tanggal 11 Agustus 2015 tepatnya hari Senin sekitar pukul WIB. Ketika peneliti sedang melintas di depan kamar mandi putra peneliti melihat dua siswa nongkrong dan merokok di lingkungan sekolah; (6) Tidak mengikuti KBM, dari

6 556 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 hasil wawancara dengan wali kelas VIII SMP Negeri 1 Pogalan pada tanggal 19 Agustus 2015 tepatnya hari Rabu, diperoleh informasi bahwa anak kelas VIII yang berinisial BAG, GAL dan SLA. Dia sering sekali tidak mengikuti KMB, pagi ada nanti setelah istirahat sudah tidak ada lagi; (7) Berkelahi dengan teman antar kelas, pada tanggal 24 Agustus 2015, tepatnya hari Sabtu, sepulang sekolah peneliti menemukan 3 siswanya di depan sekolah berkelahi dengan rekan antar kelas. Alasan perkelahian karena saling ejek masalah kebiasaan merokok yang dilakukan oleh temannya. Dari tujuh bentuk kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Pogalan tersebut rata-rata kenakalan yang bersifat ringan, normatif atau bisa dikatakan tidak melanggar hukum. Walaupun begitu, kenakalan ini harus sedini mungkin dicegah dan diatasi oleh guru BK pada khususnya dan pihak sekolah pada umumnya, dari bentuk kenakalan yang ringan inilah yang menyebabkan dan mengakibatkan bentuk kenakalan yang lebih berat kalau tidak sedini mungkin dicegah dan diatasi. Dari data diatas diketahui bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di SMP Negeri 1 Pogalan ini masih bersifat normatif atau ringan dan belum mengarah pada pelanggaran hukum. Tetapi hal ini bisa saja berubah menjadi suatu pelanggaran hukum jika memang pencegahan dan penanggulangannya tidak sungguh-sungguh dan sedini mungkin. Sebab Terjadinya Kenakalan Siswa SMP Negeri 1 Pogalan Peneliti akan menguraikan sebab terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Pogalan. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru BK SMP Negeri 1 Pogalan Bapak S mengatakan: Latar belakang terjadinya kenakalan remaja yang dilakukan siswa SMP Negeri 1 Pogalan ini bermacam-macam, diantaranya karena pengaruh kondisi keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya karena kebanyakan siswa yang nakal ditinggal mencari uang ke luar negeri, sedangkan anak dititipkan keneneknya yang sudah tua, sehingga pengawasan terhadap anak kurang. Bersama itu juga guru BK Ibu T mengatakan: Faktor terjadinya kenakalan remaja bermacam-macam, ada yang diakibatkan oleh sekedar keisengan karena kondisi keluarga yang kurang harmonis, mengikuti trend, mencari perhatian dan pengaruh lingkungan pergaulan. Berbicara mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh siswa memang banyak sekali ragamnya, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja siswa SMP Negeri 1 Pogalan adalah sebagai berikut: (1) Pengaruh keluarga yang kurang harmonis; (2) Karena iseng; (3) Mencari perhatian; (4) Pengaruh teman/ lingkungan pergaulan; (5) Suasana rumah yang kurang memperhatikan perkembangan anak; (6) Kurangnya pengawasan dari orang tua Faktor-faktor inilah yang harus dicegah oleh pihak sekolah khususnya bantuan guru BK serta kerjasama dengan semua guru mata pelajaran guna menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi di SMP Negeri 1 Pogalan. Pelaksanaan Layanan Informasi Pemberian layanan informasi yang pertama pada tanggal 7 September Konselor mengumpulkan semua konseli di ruang laboratorium SMP Negeri 1 Pogalan

7 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 557 pada pukul WIB. Pemilihan tepat layanan konseling adalah ruang laboratorium lebiuh luas dan tidak dipergunakan untuk pembelajaran. Untuk mengawali pemberian layanan informasi kepada konseli, konselor memberikan salam dan mempersilahkan konseli untuk menempati tempat duduk di ruang laboratorium. Konseli dipersilahkan untuk memilh posisi tempat duduk yang nyaman. Konselor menjelaskan tujuan pertemuan yang dilakukan kepada konseli tentang pemberian bantuan layanan informasi yang dilakukan untuk membantu konseli terhadap permasalahan yang dihadapi tentang perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli seperti berkelahi dengan teman. Konselor menyampaikan kepada konseli bahwa konselor berposisi sebagai teman curhat. Hal ini dilakukan agar konseli lebih terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi tanpa rasa takut. Untuk memecah situasi yang tegang, konselor memberikan satu set gambar perkelahian anak SMP. Gambar menceritakan tentang peristiwa perkelahian dan dampak yang ditimbulkan baik bagi diri sendiri, orang lain, keluarga, dan sekolah. Konselor meminta kepada konseli untuk menuliskan isi hatinya setelah melihat gambar yang diberikan oleh konselor, tentang bagaimana perasaan konseli saat berkelahi, bagaimana perasaan konseli setelah berkelahi, dan apa yang harus konseli lakukan setelah melihat, merasakan peristiwa pada gambar. Setelah konseling selesai mengeluarkan semua curahan hatinya, konselor memotivasi konseli bahwa tindakan perkelahian akan selalu merugikan diri sendiri dan orang lain. Pada tanggal 7 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan Home visit kepada konseli dengan inisial HEL. Konselor disambut baik oleh orang tua dari HEL. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua tidak mengetahui perkelahian yang dilakukan oleh anaknya. Anaknya berperilaku normal seperti biasa. Kebutuhan anak selalu dipenuhi orang tua. Hanya saja si anak banyak bermain HP di rumah. Pada tanggal 8 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan Home visit kepada konseli dengan inisial FAI. Konselor disambut baik oleh kakak dari FAI. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua dari konseli berada di luar negeri tepatnya di Malaysia dan Arab Saudi untuk menjadi TKI. Kakak konseli tidak mengetahui perkelahian yang dilakukan oleh adiknya. Kakkanya juga mengatakan bahwa adiknya sulit dberi tahu untuk belajar. Selalu bermain HP dan menonton TV. Pada tanggal 9 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan Home visit kepada konseli dengan inisial RIY. Konselor disambut baik oleh orang tua dari RIY. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai petani. Kebutuhan konseli selalu dipenuhi. Ternyata konseli juga anak yang taat beribadah. Pemberian layanan informasi yang kedua pada tanggal 14 September Tempat konseling tetap di ruang laboratorium. Untuk mengawali pemberian layanan informasi kepada konseli, konselor memberikan salam dan mempersilahkan konseli untuk menempati tempat duduk di ruang laboratorium. Konseli dipersilahkan untuk

8 558 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 memilh posisi tempat duduk yang nyaman. Konselor menjelaskan tujuan pemberian layanan informasi yang dilakukan untuk membantu konseli terhadap permasalahan yang dihadapi tentang perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli seperti membolos, tidak ikut KBM, dan datang terlambat. Konselor menyampaikan kepada konseli bahwa konselor berposisi sebagai teman curhat. Agar situasi nyaman dan santai, pada layanan informasi kali ini konselor menggunakan LCD. Konselor menampilkan gambar tentang anak SMp yang suka membolos, tidak ikut KBM, dan siswa yang datang terlambat. Konselor juga menampilkan akibat yang ditimbulkan dengan perilaku yang dilakukan oleh tokoh pada gambar. Konselor meminta kepada konseli untuk menuliskan curahan hatinya ketika konseli menjadi tokoh pada gambar. Apa yang konseli rasakan, apa manfaat yang konseli rasakan serta dampak yang konseli terima dengan melakukan perilaku menyimpang tadi. Konseli juga diminta untuk menuliskan usaha yang konseli lakukan agar tidak melakukan tindakan kenakalan seperti pada tayangan slide. Setelah konseli selesai mengeluarkan semua curahan hatinya, konselor memotivasi konseli bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Hakikatnya semua anak adalah baik, tergantung diri sendiri mau dibawa kearah kabiakan apa ke mudaratan. Pada tanggal 14 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan DHA. Konselor disambut baik oleh orang tua dari DHA. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua tidak kalau konseli membolos. Orang tua konseli mengatakan bahwa DHA selalu berangkat pagi dan pulang tepat waktu. Orang tua sempat memarahi bahkan nyaris memukul konseli. Tapi berhasil dilerai oleh konselor. Konselor meminta orang tua agar memperhatikan aktivitas konseli. Orang tua juga dapat berkomunikais dengan konselor tentang perkembangan perilaku konseli. Pada tanggal 14 September 2015, pukul WIB, Konselor melakukan GAU. Konselor disambut baik oleh orang tua konseli. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua dari konseli tidak tahu bahwa konseli sering membolos. Konseli selalu berangkat pagi dan pulang tepat waktu. Ketika konseli pulang terlambat beralasan ada tugas kelompok. Orang tua konseli tampak tenang menghadapi anaknya, bahkan ayahnya membelai kepala konseli agar tidak mengulangi perbuatannya. Satu lagi yang luar biasa ketika ayahnya mengatakan kasihan ibu guru sudah sore harus meluangkan waktu agar konseli menjadi anak yang baik. Orang tua konselijuga meminta maaf atas perilaku yang dilakukan. Pada tanggal 15 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan RIO. Konselor disambut baik oleh orang tua dari RIO. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai guru. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli yang suka membolos. Mendengar informasi dari konselor ayahnya terkejut. Karena setiap sekolah selalu dian-

9 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 559 tar. Ayah konseli menanyakan alasan dan tujuan konseli membolos. Konseli menjawab ngopi di warung. Sambil menghela napas ayah konseli menasehati agar tidak mengulangi lagi. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena sudah direpotkan oleh konseli. Orang tua juga mmeinta nomor telepon konselor agar mudah memantau keberadaan konseli di sekolah. Pada tanggal 15 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan TAU. Konselor disambut baik oleh orang tua dari TAU. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai buruh pabrik. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli yang suka membolos. Mendengar informasi dari konselor orang tuanya terkejut dan merasa malu. Orang tua konseli meminta maaf atas kelakuan konseli. Orang tua meminta nomor telepon konselor agar mudah memantau keberadaan konseli di sekolah. Pada tanggal 16 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan BAG. Konselor disambut baik oleh orang tua dari BAG. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua tidak kalau konseli tidak ikut KBM. Orang tua konseli mengatakan bahwa BAG selalu pulang tepat waktu. Konselor meminta orang tua agar memperhatikan aktivitas konseli. Orang tua juga dapat berkomunikais dengan konselor tentang perkembangan perilaku konseli. Pada tanggal 16 September 2015, pukul WIB, Konselor melakukan GAL. Konselor disambut baik oleh orang tua konseli. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua dari konseli tidak tahu bahwa konseli tidak ikut KBM. Konseli selalu belajar setiap habis magrib. Konseli selalu berangkat pagi dan pulang tepat waktu. Ketika konseli pulang terlambat beralasan ada tugas kelompok. Orang tua konseli juga meminta maaf atas perilaku yang dilakukan. Pada tanggal 17 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan SLA. Konselor disambut baik oleh orang tua dari SLA. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai karyawan bank. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli yang tidak mengikut KBM. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena sudah direpotkan oleh konseli. Orang tua juga meminta nomor telepon konselor agar mudah memantau aktivitas konseli di sekolah. Pada tanggal 17 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan WAH. Konselor disambut baik oleh orang tua dari WAH. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai wiraswasta. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli sering datang terlambat. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena sudah direpotkan oleh konseli. Orang tua juga meminta nomor telepon konselor agar mudah memantau aktivitas konseli di sekolah.

10 560 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 Pada tanggal 18 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan REM. Konselor disambut baik oleh orang tua dari REM. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai pedagang. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli sering datang terlambat. Hanya saja konseli memang sering tidur terlalu malam dan hampir tiap hari selalu dibangunkan oleh ibunya. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena sudah direpotkan oleh konseli. Orang tua juga meminta nomor telepon konselor agar mudah memantau aktivitas konseli di sekolah. Pada tanggal 19 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan SIL. Konselor disambut baik oleh orang tua dari SIL. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai wiraswasta. Orang tua konseli tidak mengetahui perilaku konseli sering datang terlambat. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena sudah direpotkan oleh konseli. Orang tua juga mmeinta nomor telepon konselor agar mudah memantau aktivitas konseli di sekolah. Pemberian layanan informasi yang ketiga pada tanggal 21 September Tempat konseling tetap di ruang laboratorium. Untuk mengawali pemberian layanan informasi kepada konseli, konselor memberikan salam dan mempersilahkan konseli untuk menempati tempat duduk di ruang laboratorium. Konselor menjelaskan tujuan pemberian layanan informasi yang dilakukan untuk membantu konseli terhadap permasalahan yang dihadapi tentang perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli seperti mengenakan seragam yang terlalu ketat, baju tidak dimasukkan, berkata tidak sopan kepada guru. Konselor menyampaikan kepada konseli bahwa konselor berposisi sebagai teman curhat. Agar situasi nyaman dan santai, pada layanan informasi kali ini konselor menggunakan LCD. Konselor menampilkan gambar tentang anak SMP yang berpakain terlalu ketat dan berkata tidak sopan kepada guru. Konselor juga menampilkan akibat yang ditimbulkan dengan perilaku yang dilakukan oleh tokoh pada gambar. Konselor meminta kepada konseli untuk menuliskan curahan hatinya ketika konseli menjadi tokoh pada gambar. Apa yang konseli rasakan, apa manfaat yang konseli rasakan serta dampak yang konseli terima dengan melakukan perilaku menyimpang tadi. Konseli juga diminta untuk menuliskan usaha yang konseli lakukan agar tidak melakukan tindakan kenakalan seperti pada tayangan slide. Setelah konseli selesai mengeluarkan semua curahan hatinya, konselor memotivasi konseli bahwa jika ingin dihargai orang lain maka kita juga harus menghargai orang lain. Pada tanggal 21 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan LEO. Konselor disambut baik oleh orang tua dari LEO. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa anaknya tidak pernah minta untuk dibelikan seragam baru. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena kesibukkan membuat keripik tempe tidak sempat memperhatikan seragam konseli.

11 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 561 Orang tua juga mengatakan bahwa nanti konseli akan dibelikan seragam yang baru. Orang tua mengucapkan terimakasih atas perhatian pihak sekolah kepada konseli. Pada tanggal 22 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan MAN. Konselor disambut baik oleh orang tua konseli. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua kurang memperhatikan seragam yang dikenakan oleh konseli. Karena konseli tidak pernah mengeluh dengan seragam yang dikenakan. Orang tua juga minta maaf atas perilaku konseli yang telah berani berkata tidak sopan kepada guru. Orang tua juga mohon agar disampaikan permintaan maaf kepada guru yang lain. Orang tua mengucapkan terimakasih atas perhatian yang dierbikan oleh konselor kepada konseli. Pada tanggal 23 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan DEW. Konselor disambut baik oleh orang tua dari DEW. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli bekerja sebagai pengrajin alen-alen. Orang tua minta maaf karena tidak memperhatikan seragam yang dikenakan oleh konseli. Orang tua berjanji akan membelikan seragam baru. Orang tua juga mengucapkan terimakasih atas perhatian pihak sekolah. Pemberian layanan informasi yang keempat pada tanggal 28 September Tempat konseling tetap di ruang laboratorium. Untuk mengawali pemberian layanan informasi kepada konseli, konselor memberikan salam dan mempersilahkan konseli untuk menempati tempat duduk di ruang laboratorium. Konselor menjelaskan tujuan pemberian layanan informasi yang dilakukan untuk membantu konseli terhadap permasalahan yang dihadapi tentang perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli seperti merokok. Konselor menyampaikan kepada konseli bahwa konselor berposisi sebagai teman curhat. Agar situasi nyaman dan santai, pada layanan informasi kali ini konselor menggunakan LCD. Konselor menampilkan gambar tentang anak SMP yang merokok. Konselor juga menampilkan akibat yang ditimbulkan dengan perilaku yang dilakukan oleh tokoh pada gambar. Konselor meminta kepada konseli untuk menuliskan curahan hatinya ketika konseli menjadi tokoh pada gambar. Apa yang konseli rasakan, apa manfaat yang konseli rasakan serta dampak yang konseli terima dengan melakukan perilaku menyimpang tadi. Konseli juga diminta untuk menuliskan usaha yang konseli lakukan agar tidak melakukan tindakan kenakalan seperti pada tayangan slide. Setelah konseli selesai mengeluarkan semua curahan hatinya, konselor memotivasi konseli bahwa jika ingin dihargai orang lain maka kita juga harus menghargai orang lain. Pada tanggal 29 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan home visit kepada konseli dengan inisial GIL. Konselor disambut baik oleh orang tua dari GIL. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa anaknya tidak pernah merokok di rumah. Ayahnya memang perokok. Orang tua juga minta maaf kepada konselor karena belum bisa mendidik anak dengan baik. Orang tua

12 562 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 juga mengatakan akan selalu memberi perhatian kepada konseli. Orang tua mengucapkan terimakasih atas perhatian pihak sekolah kepada konseli. Konselor meminta nomor telepon orang tua agar dapat memberikan informasi perkembangan konseli kepada orang tua. Pada tanggal 30 September 2015, pukul WIB, konselor melakukan home visit kepada konseli dengan inisial RIA. Konselor disambut baik oleh bibi dan paman konseli. Konselor menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa orang tua konseli sudah bercerai. Ibunya bekerja di hongkong. Kebutuhan konseli selalu dipenuhi. Paman dan bibi konseli minta maaf atas kebiasan keponakannya. Orang tua mengucapkan terimakasih atas perhatian yang diberikan oleh konselor kepada konseli. Penerapan layanan informasi dengan media gambar Konselor dalam memberikan layanan infromasi menggunakan media gambar, konseli mencurahkan isi hatinya setelah melihat gambar atau tayangan pada LCD tanpa rasa takut dan tekanan. Konselor menggunakan home visit untuk memberikan layanan informasi kepada keluarga tentang perkembangan konseli. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan keluhan-keluhan siswa dan bersama-sama mencari pemecahannya. Dengan cara 1) Mengidentifikasi penyimpangan tingkah laku baik verbal maupun non verbal, 2) Menskenario tingkahlaku baru sama dengan saat penyimpangan tingkah laku terdahulu. 3) Menggunakan obyek berupa peristiwa, orang-orang, alam dalam kondisi yang sama saat penyimpangan tingkah laku. 4) Menggugah kognitif, afektif, dan action. 5) Meniadakan hukuman. 6) Tidak memberikan kesempatan berulangnya penyimpangan tinggkah laku. Upaya konselor dalam mengatasi kenakalan remaja konseli Tindak lanjut pemberian layanan informasi dengan media gambar sebagai berikut: (1) Memberikan pengarahan dan penyadaran diri atas apa yang telah diperbuat siswa, agar mereka paham bahwa perbuatan yang dilakukannya tidak memberikan manfaat dan dampak positif bagi dirinya, dilakukan dengan cara: (a) Mengidentifikasi penyimpangan apakah termasuk dalam kategori hukum agama; (b) Mengingatkan kembali bahwa penyimpangan tingkah laku tidak sesuai dengan ajaran Tuhan; (c) Mereinforcement adanya pahala bagi perubahan tingkah laku baru, adanya ampunan Tuhan dan kasih sayang Tuhan; (d) Melakukan penundaan bantuan. (2) Mengarahkan kepada siswa agar menggunakan waktu luang dengan perbuatan yang positif dengan cara mengikuti ekstrakurikuler yang telah disediakan sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyalurkan bakat yang dimiliki. Selain itu kegiatan ini disediakan agar siswa mampu mengisi waktu luang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif. (3) Alternatif terakhir, pemberian hukuman. Hukuman ditentukan oleh siswa itu sendiri. (4) Menyenangkan hati anak. Kebanyakan konseli yang nakal diakibatkan oleh kegelisahan dan kebingungan karena mereka tidak mengerti pertumbuhan yang sedang mereka lalui dan kurang adanya pengertian dari orang tua terhadap mereka. Sehingga mereka sangat membutuhkan bimbingan yang khusus serta memberikan rasa nyaman dan aman diharapkan dari lingkungan sekolah.

13 Sri Oetaminingjatik, Pemberian Layanan Informasi Sebagai Tindakan Preventif 563 Perkembangan konseli setelah dilakukan layanan informasi dengan media gambar Tabel 1 Perkembangan Konseling No Konseli Permasalahan Konseli Hasil Layanan Informasi 1 HEL Berkelahi dengan rekan antar kelas. Menyesali perbuatannya, perilaku di kelas baik dalam mengikuti KBM, perilaku di rumah belajar dengan tertib, frekuensi bermain sudah berkurang (setelah belajar baru bermain HP) dan beribadah meski kadang diingatkan oleh orang tua. 2 FAI Berkelahi dengan rekan antar kelas Menyesali perbuatannya, aktif dalam kegiatan KBM, belajar dengan tertib, kebiasaan bermain HP dan menonton TV sudah berukurang 3 RIY Berkelahi dengan rekan antar kelas Menyesali perbuatannya, tidak mau ikut-ikutan temannya nakal, belajar dengan tekun, beribadah tertib. 4 DHA Membolos Menyesali perbuatannya, tidak mau membuat orang tua malu, aktif dalam KBM. 5 GAU Membolos Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 6 RIO Membolos Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 7 TAU Membolos Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 8 BAG Tidak mengikuti KBM Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 9 GAL Tidak mengikuti KBM Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 10 SLA Tidak mengikuti KBM Menyesali perbuatannya, aktif dalam KBM, patuh pada peraturan sekolah. 11 WAH Datang terlambat Menyesali perbuatannya, tidak mengulangi lagi, bangun pagi. 12 REM Datang terlambat Menyesali perbuatannya, tidak mengulangi lagi, memgurangi kebiasaan tidur larut malam, bagun pagi sendiri. 13 SIL Datang terlambat Menyesali perbuatannya, tidak mengulangi lagi, bangun pagi. 14 LEO Berpakain ketat Menyesali perbuatannya, memakai seragam yang sopan. 15 MAN Berpakaian ketat, berkatan tidak sopan pada guru Menyesali perbuatannya, memakai seragam yang sopan, meminta maaf pada guru 16 DEW Berpakaian ketat Menyesali perbuatannya, memakai seragam yang sopan. 17 GIL Merokok Menyesali perbuatannya, lebih dekat dengan orang tua. 18 RIA Merokok Menyesali perbuataannya, lebih berkomunikasi dengan keluarga di rumah Dari tabel Tabel 1 dapat diketahui bahwa dengan pemberian layanan informasi menggunakan media gambar mampu mengatasi kenakalan remaja yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pogalan dengan perubahan sikap dan perilaku konseli yang baik. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa dengan pemberian layanan infromasi dengan media gambar mampu mengatasi kenakalan remaja yang dilakukan oleh konseli dengan memberikan pengarahan dan penyadaran diri atas apa yang telah diperbuat siswa, agar mereka paham bahwa persebut tidak memberikan manfaat dan dampak positif bagi dirinya, mengarahkan kepada siswa agar menggunakan waktu luang dengan perbuatan yang positif dengan cara mengikuti ekstrakurikuler yang telah disediakan sekolah, mendengarkan keluhan-keluhan siswa dan bersama-sama mencari pemecahannya, melakukan komunikais dengan orang tua mellaui home visit dan alternatif terakhir, pemberian hukuman. Hukuman ditentukan oleh siswa itu sendiri. Saran Siswa diharapkan bisa mempunyai rasa lebih mantap terhadap sekolah lanjutan yang akan diambilnya, sehingga informasi yang negatif tentang jurusan yang diperoleh dan membikin siswa menjadi bingun bisa

14 564 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017 teratasi dengan di berikannya layanan informasi karir ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian layanan informasi karir berpengaruh terhadap kemantapan keputusan pengambilan jurusansiswa Kelas IX-ESMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek, maka pihak sekolah dan konselor di SMPdapat lebih sering memberikan layanan informasi karir, utamanya yang berkaitan dengan studi lanjut ke SMA atau DAFTAR PUSTAKA Anni, Chatarina Tri Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press Ahmadi, Abu. Rohani, Ahmad Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Arief S. Sadirman Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. SMK untuk membantu siswa yang kurang mantap dalam mengambil keputusan studi lanjut. Untuk peneliti lanjutan hendaknya mampu memperhatikan aspek metode pengumpulan data semaksimal mungkin untuk menghindari subyektifitas dalam penelitian serta memperhatikan alokasi waktu yang ada dalam pemberian layanan informasi karir dengan sebaik mungkin agar siswa benarbenar terbantu dan merasakan manfaatnya. Bimo, Walgito Pengantar Psikologi Umum. Andi: Jakarta Prayitno Layanan Informasi. Padang: Universitas Negeri Padang. Prayitno dan Amti, Erman Dasardasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman, A.M Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, dan tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikanlah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMK N

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 153 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Peran keteladanan guru PKn dalam membina kedisiplinan siswa melalui beberapa proses yaitu memberikan hukuman dan sanki yang tegas bagi siswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dari kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri, karena tanpa pendidikan manusia

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman-temannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN Anik Marijani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

dengan penuh hormat. rumah. mata.

dengan penuh hormat. rumah. mata. Kegiatan Norma-norma di Masyarakat Perhatikan cerita berikut baik-baik. Alin dan Keluarganya Alin sekarang duduk di kelas III. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Keluarga Alin hidup dengan disiplin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan perilaku yang bersifat kemanusiaan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan 1 : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yasng Maha Esa 2. Rumusan Kompetensi : Menjalankan

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah Siswa

Identifikasi Masalah Siswa Identifikasi Masalah Siswa SERI : SMA / MA Disusun oleh : Andori, S.Pd.,Kons. JALAN JEND. GATOT SUBROTO PEMALANG 52319 2009 PETUNJUK PENGISIAN. Instrumen IMS ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :... 3. Status :... 4. Alamat : RT /RW..Desa Truko Kangkung. B. IDENTITAS ORANG TUA 1. Nama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa prosedur pengumpulan data yang di tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SLB MARDI MULYO KRETEK

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SLB MARDI MULYO KRETEK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KELAS SEBAGAI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SLB MARDI MULYO KRETEK PUTRI BENSU Koordinator Guru BK SLB Mardi Mulyo Kretek Bantul Email : rejokirono@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH ISI 1. Foto 3x4 dua lembar berwarna 2. Bukti Pendaftaran 3. Hasil printout formulir Online 4. F.C. SKHUS yang telah dilegalisir 1 lembar 5. Lembar pernyataan orang tua yang sudah diisi dan bermaterai 6000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

Dinamika Pelanggaran Hukum

Dinamika Pelanggaran Hukum Dinamika Pelanggaran Hukum 1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturanaturan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan menggunakan bimbingan belajar, sehingga dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang diperlukan untuk melanjutan sistem pemerintahan demi memajukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru 204 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa terhadap Tata Tertib Sekolah di SMP Negeri 3 Depok,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA Produk utama yang akan dibuat berbentuk sebuah game interaktif untuk anak anak. Game tersebut mengajarkan sekaligus mendidik anak anak mulai dari usia 7-9 tahun mengenai sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merebaknya isu rendahnya kecerdasan moral pada siswa saat ini sangat marak diperbincangkan, seperti yang sangat sering kita temukan di mana siswa seringkali melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I 1. Topik Permasalahan : Tidak mampu menolak ajakan teman 2. Bidang Bimbingan : Pribadi 3. Kompetensi Dasar : Siswa dapat menemukan masalah yang dihadapi dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya pemerintah dalam rangka menunjang lajunya pembangunan nasional adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan di

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH A. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Menangani Stres Sekolah Seperti telah diketahui bahwa stress adalah fenomena umum yang

Lebih terperinci

TABEL IV Hasil Observasi Awal Perilaku Datang Terlambat Sekolah Sebelum Treatment. Sebelum Treatment Nama Tanggal Waktu Datang

TABEL IV Hasil Observasi Awal Perilaku Datang Terlambat Sekolah Sebelum Treatment. Sebelum Treatment Nama Tanggal Waktu Datang TABEL IV Hasil Observasi Awal Perilaku Datang Terlambat Sekolah Sebelum Treatment Sebelum Treatment Nama Tanggal Waktu Datang II MF MR HN S Senin 25 Januari 2016 Selasa 26 Januari 2016 7:32 Rabu 27 Januari

Lebih terperinci

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi

Lebih terperinci

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42)

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42) Lampiran 10. Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42) Nomor Skor Sampel Otoriter Demokratis Permisif Tipe Pola Asuh 1. 3 4 7 Permisif 2. 2 10 0 Demokratis 3. 1 8 1 Demokratis 4 4

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013)

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU Baiq Nurhazanah 1 Muh.Mansyur Talib 2 Munifah 3 Program

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Rumlah (09220274) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai peranan guru PKn dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN CODING SHEET 1 TRANSKIP INTERVIEW

LAMPIRAN CODING SHEET 1 TRANSKIP INTERVIEW LAMPIRAN CODING SHEET 1 TRANSKIP INTERVIEW TRANSKIP WAWANCARA KEY INFORMAN 1 (BERLIANA) NO KATEGORI PERTANYAAN JAWABAN 1 Alasan menjadi Sudah berapa lama Saya jadi pengajar di pengajar menjadi guru/ pengajar

Lebih terperinci

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis bentuk kenakalan siswa di SDN 02 Kalijoyo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan SDN 02

Lebih terperinci

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang PERBEDAAN MOTIVASI SISWA MEGIKUTI BELAJAR TAMBAHAN DI SEKOLAH ANTARA SISWA LAIK-LAKI DAN PEREMPUAN SERTA IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan 1 : Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersipkan karir serta berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia

Lebih terperinci

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh: KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: YELLA AGUSTI NINGSIH NPM. 12070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib

Lebih terperinci

Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas XII

Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas XII JPK 3 (2) (2017): 143-148 Jurnal Profesi Keguruan https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta. 1 ABSTRAK BudiHermawan. MENGEMBANGKAN SIKAP DISIPLIN ANAK DENGAN LAYANAN INFORMASI TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH PADA ANAK TK AISYIYAH III SEMANGGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016, Skripsi. Surakarta: Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini keberadaannya dirasakan sangat penting. Oleh karena itu sebagai tugas utama dari keluarga bagi pendidikan adalah mendidik anak sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh para ahli, Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action to enforce organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ` Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena dengan pendidikan akan mencapai kemajuan baik dalam pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa menjalani dunia Pendidikan bagi siswa yang memiliki rentang usia 15-18 tahun adalah Pendidikan berjenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK Lampiran 1 INSTRUMEN PENCATAT DATA No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK Pelaksanaan program BK berkenaan dengan layanan terhadap siswa Observasi Wawancara Dokumentasi

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS I, II TERHADAP DISIPLIN SEKOLAH DI SMA PERINTIS SUNGAI SIRIH TAHUN PELAJARAN 2003/2004

TANGGAPAN SISWA KELAS I, II TERHADAP DISIPLIN SEKOLAH DI SMA PERINTIS SUNGAI SIRIH TAHUN PELAJARAN 2003/2004 TANGGAPAN SISWA KELAS I, II TERHADAP DISIPLIN SEKOLAH DI SMA PERINTIS SUNGAI SIRIH TAHUN PELAJARAN 2003/2004 M. Juroto Guru SDN 015 Sungai Sirih jurotto974@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH 1. Kasus-kasus kenakalan siswa apa sajakah yang selama ini banyak dilakukan siswa? 2. Apakah ada suatu upaya yang sistematis untuk mengatasi kenakalan remaja? 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK). Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Etika dalam perkembangannya merupakan bagian dari kehidupan manusia. Etika memberikan gambaran perbuatan baik ataupun buruk yang dimiliki oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah penulis melakukan penelitian tentang penanganan. kenakalan remaja oleh guru pendidikan agama Islam di MTs

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah penulis melakukan penelitian tentang penanganan. kenakalan remaja oleh guru pendidikan agama Islam di MTs 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian tentang penanganan kenakalan remaja oleh guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Kasihan, dapat diambil kesimpulannya bahwa:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan tuntutan dengan mengatasnamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sekolah merupakan tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT A. Analisis Bentuk Penyimpangan Perilaku Peserta Didik

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Kegiatan PPL di SMK PI AMBARRUKMO dilaksanakan terhitung dari 1 Juli sampai dengan 15 September 2014. Uraian tentang pelaksanaan program PPL tersebut sebagai

Lebih terperinci