KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i BAB I PENDAHULUAN..... Latar Belakang..... Landasan Hukum..... Maksud dan Tujuan..... Sistematika Penulisan... BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota..... Dinas Pendidikan..... Pendidikan Anak Usia Dini..... Pendidikan Dasar Sembilan Tahun..... Pendidikan Menengah..... Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)..... Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Peluang Tantangan... 7 BAB III ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Telaahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Strategis Penentuan Isuisu Strategis... 8 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pendidikan Visi Dinas Pendidikan Kota Misi Dinas Pendidikan Kota... 8

3 .. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota Tujuan Strategis Sasaran Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Strategi Kebijakan... 9 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF... BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD KOTA TEBING TINGGI... 8 BAB VII PENUTUP... ii

4 PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DINAS PENDIDIKAN Jalan Balai Kota No. (6) 9 Fax. (6) 68 6 URL : disdik@pdktebingtinggi.com KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI NOMOR : / /KPP/ TENTANG TIM PENYUSUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI ( 6) KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI MENIMBANG : a. Bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN dan Instruksi Presiden Nomor Tahun tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Undangundang Nomor 8 Tahun 998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Undangundang Nomor Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri No. Tahun 6 dipandang perlu untuk menetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota tentang Tim Penyusun Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kota (6). MENGINGAT :. UndangUndang Nomor 9 Drt 96 tentang Pembentukan Daerah Otonom KotaKota Kecil di Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara jo. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 979 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II ;. UndangUndang Nomor 7 Tahun tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 86);. UndangUndang Nomor Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ); iii

5 . UndangUndang Nomor Tahun tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 7) sebagaimana telah diubah UndangUndang Nomor tahun 8 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor Tahun tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 8 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 8);. UndangUndang Nomor Tahun tentang Perimbangan Keuangan atara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 8); 6. UndangUndang Nomor Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun tentang Standar Nasional Pendidikan ; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 7 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.. Peraturan Daerah Kota Nomor Tahun 8 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota ;. Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Nomor Tahun 8 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi;. Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja, dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Pendidikan Kota ;

6 MEMUTUSKAN MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI TENTANG TIM PENYUSUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 6 DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI Pasal Kepala Dinas Pendidikan Kota menyempurnakan Rancangan Renstra (6) Dinas Pendidikan Kota dengan berpedoman pada Dokumen Perencanaan yang ada di Kota, Propinsi, dan Pusat maupun Dokumen Perencanaan di Kementrian Teknis (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI) yang telah ditetapkan sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri Nomor tahun pasal ayat. Pasal Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan :. Rencana Strategis (6) Dinas Pendidikan Kota, yang selanjutnya disebut dengan Renstra Dinas Pendidikan Kota adalah Dokumen Perencanaan Dinas Pendidikan Kota atas kewenangan yang diberikan kepada Dinas Pendidikan Kota.. Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota berlaku untuk Tahun Anggaran (6). Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota memuat : Tujuan, Sasaran, Program serta Kegiatan Dinas Pendidikan Kota Tahun (6) Pasal Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota memuat Pelayanan di bidang Pendidikan yang bersifat strategis

7 Pasal Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari RPJMD Kota Pasal Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di dalamnya akan diperbaiki sebagaimana mestinya DITETAPKAN DI : TEBING TINGGI PADA TANGGAL : KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI, Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, MAP PEMBINA UTAMA MUDA NIP Tembusan :. Walikota. Kepala Inspektorat Kota.. Kepala Bagian Administrasi Keuangan Setda Kota.

8 Lampiran Nomor Perihal No : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota : / /KPP/ : Namanama Tim Penyusun Dalam Rangka Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan 6 Nama/NIP Jabatan Dalam Dinas Jabatan dalam Kegiatan Kepala Dinas Pendidikan Ketua Kabid Kebijakan dan Pembiayaan Pendidikan Sekretaris Kasi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan Ketua Kelompok Kerja Perumus Renstra 7. Drs. H. Pardamean Siregar, MAP NIP Darajat, S.Pd, M.Pd NIP Drs. AB. Parto L. Tobing NIP Lambok F.I.S. Sitorus NIP Ebenezer Siburian NIP. 987 Mesrawati HH Simarmata, A.Md NIP. 98 Ade Sofia Nasution, SH, MAP NIP. 98 Staf Seksi Perencanaan Operasional Staf Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan Staf Seksi Perencanaan Operasional Kasi Perencanaan Operasional 8. Findanen Ady Sastro, SE NIP Staf Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan 9. Muhammad Dedi Lubis NIP Staf Seksi Informasi dan Manajemen Pendidikan. Rika Farida Sinaga, A.Md NIP Staf Seksi Informasi dan Manajemen Pendidikan Anggota Kelompok Kerja Perumus Renstra Anggota Kelompok Kerja Perumus Renstra Anggota Kelompok Kerja Perumus Renstra Ketua Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, M.AP PEMBINA UTAMA MUDA NIP

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kita sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan limpahan rahmatnya maka penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tahun 6 dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota didasarkan pada analisis kondisi pendidikan mulai dari Tahun Pelajaran / sampai dengan /, permasalahan yang dihadapi serta harapan yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Selain itu, untuk menjaga sinergisitas pembangunan, maka RENSTRA harus mempertimbangkan berbagai kebijakan nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), RENSTRA Kementerian Pendidikan Nasional, dan Standar Nasional Pendidikan, juga memperhatikan RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara serta hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan di Kota. RENSTRA ini disusun sebagai program kerja Dinas Pendidikan Kota (lima) tahun kedepan yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setelah terpilihnya Walikota yang baru periode 6. Renstra ini adalah pedoman pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan serta mewujudkan pendidikan masyarakat Kota yang bertaqwa dan berdaya saing. Kami menyadari bahwa penyusunan RENSTRA ini masih jauh dari kesempunaan, maka sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga RENSTRA Dinas Pendidikan Kota yang telah tersusun ini dapat bermanfaat., September KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI, Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, MAP. PEMBINA UTAMA MUDA NIP i

10 BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Pengelolaan pendidikan yang baik sangat dibutuhkan dalam peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera yang akhirnya memiliki daya saing secara global. Hal ini telah termaktub dalam program pendidikan nasional yang dituangkan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Seiring dengan berlakunya UU No. tahun tentang Pemerintahan Daerah, memberikan peluang yang luas bagi Daerah untuk mengurus rumahtangganya sendiri dan menggerakkan segenap potensi daerah dengan peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini secara tegas menunjukkan bahwa Dinas Pendidikan Kota, sebagai suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintahan Kota yang menangani pendidikan, harus memberikan perhatian yang serius dalam pengelolaan pendidikan di Kota, yang tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga watak, moral, sosial, dan fisik peserta didik. Agar pembangunan pendidikan dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu perencanaan strategis pendidikan jangka menengah yang sistematis dan berkualitas tinggi. Suatu perencanaan strategis pendidikan yang disusun berdasarkan data terkini yang akurat sesuai situasi dan kondisi Kota. Rencana strategis pendidikan tersebut menjabarkan visi dan misi Walikota sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tahun 6, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Nomor Tahun.

11 Dinas Pendidikan Kota selaku SKPD yang bertanggungjawab terhadap pembangunan bidang pendidikan di Kota memberikan perhatian yang serius. Sebagai wujud nyata tanggungjawab tersebut, Dinas Pendidikan Kota menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tahun 6 yang perlu didukung semua pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan di Kota. Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota disusun berdasarkan isu strategis terkini sesuai hasil analisis layanan pendidikan atau potret pendidikan Tahun Pelajaran / sampai Tahun Pelajaran /. Rencana Strategis ini diharapkan dapat memandu semua pemangku kepentingan (stakeholder) bidang pendidikan di Kota Tebing Tinggi, khususnya segenap jajaran Dinas Pendidikan dan SKPD terkait dan semua Satuan Pendidikan dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dalam jangka waktu (lima) tahun ke depan... Landasan Hukum RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tahun 6 disusun berdasarkan landasan hukum yang disamping memberikan aspek legal juga memberikan gambaran tentang komponenkomponen yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku. Landasan hukum penyusunan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 6 adalah sebagai berikut:. Landasan Idiil: Pancasila. Landasan Konstitusional: UndangUndang Dasar 9 (hasil amandemen terakhir). Landasan Konseptual: a) UndangUndang Nomor Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional b) UndangUndang Nomor Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional c) UndangUndang Nomor Tahun tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 8 Tahun tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti UndangUndang Nomor Tahun tentang Perubahan UndangUndang Nomor Tahun tentang Pemerintah Daerah menjadi UndangUndang

12 d) UndangUndang Nomor Tahun tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah e) UndangUndang Nomor Tahun tentang Guru dan Dosen f) UndangUndang Nomor 7 Tahun 7 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanan Pembangunan Daerah. h) Peraturan Daerah Kota Nomor Tahun tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tahun 6 i) Peraturan Daerah Kota Nomor Tahun 8 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinasdinas Daerah Kota j) Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kota Tahun 6. Landasan Operasional: a) Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom b) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun tentang Standar Nasional Pendidikan c) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah e) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 8 tentang Pendanaan Pendidikan f) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 8 tentang Guru g) Instruksi Presiden Nomor Tahun 6 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara h) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 7 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 6 i) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 6 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

13 j) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah k) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 6 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah l) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah m) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah n) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 7 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru o) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk SD/MI, SMP/MTs, Dan SMA/MA p) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 9 Tahun 7 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah q) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah r) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 7 tentang Standar Penilaian Pendidikan s) Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Pendidikan Kota.. Maksud dan Tujuan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tahun 6 adalah merupakan pengejawantahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kota. Sejalan dengan hal tersebut, maksud dan tujuan penyusunannya adalah sebagai berikut:. Maksud Penyusunan Rencana Strategis a) Menggambarkan kondisi saat ini dan kecenderungan (trend) masa mendatang pendidikan di Kota ; b) Menetapkan visi, misi, dan tujuan/sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Pendidikan Kota sampai akhir periode perencanaan di tahun 6; c) Menetapkan strategi, kebijakan, dan program, serta kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan;

14 d) Mensinkronkan dan mengintegrasikan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dengan instansi terkait dan seluruh lapisan masyarakat.. Tujuan Penyusunan Rencana Strategis Secara umum Rencana Strategis ini ditujukan untuk memberikan pedoman, petunjuk, dan referensi dalam: a) melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pendidikan setiap tahun secara berkelanjutan, baik di tingkat kota maupun di tingkat satuan pendidikan, dan b) menyusun tolok ukur evaluasi kinerja Dinas Pendidikan dan jajarannya secara proporsional. Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota berisikan semua program kerja yang akan dilaksanakan selama (lima) tahun ke depan. Semua program ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan atau mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Tercapainya tujuan dan sasaran Dinas Pendidikan Kota, beserta tujuan dan sasaran satuan kerja lain secara simultan, diharapkan mampu mewujudkan pencapaian tujuan dan sasaran Pemerintah Kota. Tercapainya tujuan dan sasaran Dinas Pendidikan Kota harus memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran Pemerintah Kota... Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tahun 6 adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD memuat uraian mengenai.. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan,.. Sumber Daya Dinas Pendidikan,.. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan,.. Tantangan dan Peluang, Pengembangan Pelayanan Dinas Pendidikan. BAB III ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI memuat uraian mengenai.. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan,.. Telaahan Visi, Misi dan Program Walikota,.. Telaahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional,.. Penentuan Isuisu Strategis.

15 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI memuat uraian.. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi,.. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota,.. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota. BAB V RENCANA, PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF berisi uraian tentang rencanan, program dan kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif. BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD KOTA TEBING TINGGI memuat tentang kebutuhan dan ketersediaan biaya untuk mengimplementasikan program dan kegiatan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 6. Bab VII PENUTUP memuat rangkuman dan harapan Dinas Pendidikan Kota dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan melalui langkah yang terprogram dan berkesinambungan untuk jangka waktu (lima) tahun ke depan dalam bentuk dokumen perencanaan yang disusun secara sistematis dan berkualitas tinggi. 6

16 BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI.. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Sebagaimana tertulis dalam Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 Bagian Kesatu Pasal dinyatakan bahwa Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota. Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi:. perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan;. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan;. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan; dan. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Secara yuridis formal, penataan kelembagaan Dinas Pendidikan Kota mengacu kepada Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 tanggal Desember 9. Berdasarkan Peraturan Walikota tersebut, Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahkan:. Sekretariat, membawahkan: (a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (b) Sub Bagian Program dan Perundangundangan (c) Sub Bagian Keuangan. Bidang Kebijakan dan Pembiayaan Pendidikan, membawahkan: (a) Seksi Perencanaan Operasional (b) Seksi Informasi Manajemen Pendidikan (c) Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan 7

17 . Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan TK dan SD (b) Seksi Pembinaan SMP, SMA dan SMK (c) Seksi Pembinaan PAUD dan Pendidikan Luar Sekolah. Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan Diklat (b) Seksi Tenaga Pendidik (c) Seksi Tenaga Kependidikan. Bidang Sarana dan Prasarana, membawahkan: (a) Seksi Sarana (b) Seksi Prasarana (c) Seksi Pengawasan Pendayagunaan Sarana, Prasarana dan Buku 6. Kelompok Jabatan Fungsional 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Diagram struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Nomor Tahun 9 terlihat pada halaman berikut ini. 8

18 Gambar.. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI KEPALA DINAS SEKRETARIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAG PROGRAM DAN PERUNDANGUNDANGAN SUBBAG KEUANGAN BIDANG KEBIJAKAN DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN BIDANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BIDANG PMPTK BIDANG SARANA DAN PRASARANA SEKSI PERENCANAAN OPERASIONAL SEKSI PEMBINAAN TK DAN SD SEKSI PEMBINAAN DIKLAT SEKSI SARANA SEKSI INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKSI PEMBINAAN SMP, SMA DAN SMK SEKSI TENAGA PENDIDIK SEKSI PRASARANA SEKSI PEMBIAYAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PEMBINAAN PAUD DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKSI TENAGA KEPENDIDIKAN PENGAWASAN PENDAYAGUNAAN SARANA, PRASARANA DAN BUKU SEKSI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS ( UPTD ) 9

19 .. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota.. Dinas Pendidikan Dari Tabel.. dibawah dapat dilihat bahwa perbandingan lakilaki dan perempuan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Kota : 6 (6,% : 8,8%), Pengawas Sekolah 8 : 9 (66,7% :,%). Tabel.. Jumlah Pegawai menurut Jenis Kelamin dan Golongan MENURUT KELAMIN TINGKAT LK PR MENURUT GOLONGAN JLH GOL I GOL II GOL III GOL IV DINAS PENDIDIKAN PENGAWAS SEKOLAH Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan Pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kota, seperti disajikan pada tabel. dibawah ini, dimana masih adanya pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan <S sebanyak orang (,7%) sedangkan yang memiliki kualifikasi pendidikan >=S sebanyak orang (9,%). Untuk Pengawas Sekolah tidak ada lagi yang memiliki kualifikasi pendidikan <S. Tabel... Jumlah Pegawai menurut Kualifikasi Pendidikan MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TINGKAT SD/SMP SMA/DI DII DIII S S JUMLAH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH DINAS PENDIDIKAN s PENGAWAS SEKOLAH Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan agar semua anak usia 6 tahun (UU No. Tahun ) memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan sesuai dengan tahaptahap perkembangan atau tingkat usianya. Selain itu PAUD merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti pendidikan jenjang SD/MI. Penyelenggaraan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal di Taman Kanakkanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA), dan melalui jalur pendidikan nonformal dalam bentuk

20 Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA). Selain itu, juga ada Satuan PAUD Sejenis berupa Taman Pembacaan AlQuran atau Sekolah Minggu. Pemerintah Kota telah berupaya mewujudkan perluasan dan pemerataan PAUD. Tingkat layanan pemerintah dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD, serta Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di setiap kecamatan pada tahun, disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel. Jumlah Satuan Pendidikan dan Tingkat Partisipasi PAUD Kota Pada T.P. / Jumlah Satuan Pendidikan PAUD Formal Kecamatan TK RA Neg. Swt. Neg. Swt. Kota 7 Total Kota 9 Padang Hulu Rambutan Padang Hilir Bajenis Non Formal APK PAUD 8 9,9,9 6, 6,6, 6, Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Pada tahun, secara keseluruhan ada satuan PAUD di Kota. PAUD Formal sebanyak satuan pendidikan, dengan APK sebesar,% bila menggunakan dasar perhitungan usia peserta didik TK/RA adalah empat sampai enam tahun. Capaian ini masih dibawah capaian nasional yaitu,7%, perlu diperhatikan agar bisa mencapai capaian nasional. Belum semua kecamatan di Kota memiliki TK Negeri, yaitu Kecamatan Bajenis dan Kecamatan Kota. Walaupun di Kecamatan Kota belum ada TK Negeri tetapi terjadi penumpukan TK di kecamatan ini. Setengah dari seluruh TK di Kota berada di Kecamatan Kota. Hal ini mengakibatkan disparitas APK TK/RA antar kecamatan yang cukup mencolok, yaitu terendah di Kecamatan Rambutan, hanya,9% (8 murid TK/RA dari.7 anak usia TK/RA), dan tertinggi di Kecamatan Kota sebesar 86,% (.869 murid TK/RA dari.66 anak usia TK/RA).

21 Jumlah lembaga PAUD Non Formal tersebar relatif merata di semua kecamatan, terendah sebanyak 8 lembaga di Kecamatan Padang Hulu dan tertinggi sebanyak 6 lembaga di Kecamatan Bajenis. Hal ini terlihat juga pada APK PAUD Non Formal yang relatif sama antar kecamatan, yaitu terendah 7,8% di Kecamatan Kota, dan tertinggi,8% di Kecamatan Rambutan. Namun secara keseluruhan, PAUD Formal dan Non Formal, terjadi disparitas APK antar kecamatan yang cukup besar, yaitu terendah,% di Kecamatan Padang Hilir dan tertinggi 7,% di Kecamatan Kota. Sebagian besar anak usia PAUD di Kota mendapatkan layanan pendidikan tertumupuk di Kecamatan Kota. Dari perspektif jender, tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk peserta didik TK/RA karena jumlah peserta didik lakilaki relatif sama dengan peserta didik perempuan. Untuk tingkat Kota, peserta didik lakilaki di TK/RA sebesar,9%, relatif sama dengan peserta didik perempuan di TK/RA sebesar 8,%. Demikian juga untuk setiap kecamatan, tidak ada masalah serius dengan diparitas jender peserta didik TK/RA... Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Pemerintah memiliki kewajiban untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun sehingga seluruh anak usia 7 tahun, baik lakilaki maupun perempuan, dapat memperoleh pendidikan setidaktidaknya sampai sekolah menengah pertama atau sederajat. Pendidikan dasar sembilan tahun ditempuh melalui jalur formal maupun nonformal yang mencakup SD/MI, pendidikan kesetaraan SD (Paket A), SMP/MTs, dan pendidikan kesetaraan SMP (Paket B). a. Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) Dalam dua tahun terakhir, Tahun Pelajaran (T.P.) / sampai T.P. /, pertambahan jumlah SD/MI di Kota mencapai 6%. Secara keseluruhan di Kota Tebing TInggi terdapat SD/MI, termasuk satu unit SD Luar Biasa. Demikian juga dengan jumlah keseluruhan peserta didik, relatif tidak ada perbedaan yang mencolok, yaitu 9.7 orang pada T.P. / dan 9.98 orang pada T.P. /. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

22 Tabel. Jumlah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik SD/MI Kota Pada T.P. / dan / T.P. / Jenjang Satuan Pendidikan Negeri Swasta T.P. / Murid Negeri Satuan Pendidikan Swasta Negeri Swasta Murid Negeri Swasta SD MI Jumlah Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / dan / Proporsi jumlah SD (9 unit) yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah MI (9 unit), dan secara khusus juga lebih besarnya jumlah SD Negeri (77 unit) dibandingkan SD Swasta (7 unit) menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar jenjang SD/MI masih diwarnai secara kuat oleh sekolah umum yang dikelola langsung pemerintah. Hal ini sejalan dengan amanah UndangUndang Dasar yang tertuang dalam Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pada T.P. /, ada. (,8%) murid lakilaki dan 9. (8,%) murid perempuan. Proporsi pada T.P. / juga menunjukkan komposisi persentase dengan perbedaaan yang tidak begitu signifikan (hanya,%), yaitu.7 (,9%) murid lakilaki dan 9.66 (8,%) murid perempuan. Angkaangka tersebut menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk jumlah peserta didik SD/MI. Tabel. Jumlah Peserta Didik SD/MI Menurut Jenis Kelamin Kota Pada T.P. / dan / T.P. / Jenjang Lk. Pr. T.P. / Total Lk. Pr. Total SD MI Jumlah Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / dan /

23 Pada bagian berikut ini diuraikan gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan pendidikan dasar jenjang SD/MI dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu: () pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan () peningkatan mutu pendidikan. a.. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan..a) Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi sekolah jenjang SD/MI dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel. dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir capaian APK SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SD/MI terhadap jumlah anak usia 7 tahun, berfluktuasi dengan kecenderungan menaik. Pada T.P. 9/, APK SD/MI sebesar.9% dan menaik menjadi,% pada T.P. / tetapi kemudian menurun pada T.P. / menjadi,7%. Walaupun menurun pada T.P. /, namun capaian APK SD/MI ini tidak jauh di bawah capaian APK SD/MI tingkat nasional sebesar 7,%. Tabel. Tingkat Partisipasi SD/MI Kota Pada T.P. 9/, T.P. /, T.P. / Indikator T.P. 9/ T.P. / T.P. / APK.9%,%.7% APM 89.69%,7% 9.6% APS.6%,%.% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. 9/, T.P. /, dan T.P. / Pola yang sama juga terjadi pada APM SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SD/MI berusia 7 tahun terhadap jumlah anak berusia 7 tahun. Pada T.P. 9/, APM SD/MI sebesar 89,69% dan menaik menjadi.7% pada T.P. / tetapi kemudian menurun pada T.P. / menjadi 9,6%. Kondisi menurunnya APM SD/MI pada T.P. / dan masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang menetapkan APM SD/MI minimal sebesar 9%, terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah tujuh tahun yang

24 memasuki jenjang SD/MI dan juga semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia tahun sudah memasuki jenjang SMP/MTs. Pada T.P. / sebanyak 86,9% (.7 dari.6 orang) murid Kelas SD/MI berusia di bawah tujuh tahun dan menurun menjadi 8,9% (. dari.6 orang) pada T.P. /. Jumlah murid berusia di bawah tujuh tahun tidak diikutsertakan dalam perhitungan APM SD/MI. Kecenderungan menurunnya APM SD/MI tidak mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya APS usia 7 tahun, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa berusia 7 tahun pada semua jenjang pendidikan terhadap jumlah anak berusia 7 tahun. Pada T.P. 9/, APS usia 7 tahun sebesar,6%, meningkat menjadi,% pada T.P. /, kemudian menurun pada T.P. / menjadi,%. Capaian APS ini dapat menggambarkan bahwa hampir seluruh anak berusia 7 tahun sedang bersekolah, baik pada jenjang SD/MI maupun pada jenjang SMP/MTs. Indikator APS lebih besar dari % mengindikasikan adanya anak dari luar Kota yang mendapatkan layanan pendidikan di Kota. Ini adalah fenomena yang umum terjadi pada suatu kota karena adanya crossboundary. Menurunnya APS SD/MI tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tersosialisasinya Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di kalangan masyarakat. Tabel. Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah Jenjang SD/MI Kota T.P. / Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah SD 9. 9 MI Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Namun demikian, bila memperhatikan jumlah siswa per sekolah pada Tabel.6 terlihat distribusi yang tidak merata. Ada sekolah (,%) yang kekurangan siswa karena jumlah siswa kurang dari orang, dan ada 6 sekolah (,%) yang kelebihan siswa ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari orang.

25 Tabel.6 Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SD/MI Kota T.P. / Kategori Jumlah Siswa. Jumlah siswa < 9, Jumlah Sekolah Persentase,6%. Jumlah siswa 9, s.d. <, 9 8,7%. Jumlah siswa, s.d. < 9,,%. Jumlah siswa 9, s.d. <, 9 7,9%. Jumlah siswa >=, 6,% % Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Meskipun APS usia 7 tahun Kota pada T.P. / sudah tinggi.% namun terdapat disparitas yang cukup besar antar kecamatan. Tiga dari lima kecamatan memiliki APS di bawah 9%, yaitu Kecamatan Padang Hilir (88,7), Sedangkan kecamatan yang lain memiliki APS di atas 9%, yaitu Kecamatan Padang Hulu 96%, KecamatanRambutan,6%, Kecamatan Bajenis 9,, dan Kecamatan Kota (,). Hal ini menunjukkan layanan pendidikan usia 7 tahun yang tidak merata di semua kecamatan..b) Angka Melanjutkan Apakah murid SD/MI di Kota melanjutkan ke jenjang SMP/MTs? adalah pertanyaan penting terkait dengan tingkat melanjutkan SD/MI ke jenjang SMP/MTs. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu: () Angka Transisi atau Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs, dan () ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP/MTs. Dalam dua tahun terakhir, AM jenjang SD/MI ke jenjang SMP/MTs di Kota menunjukkan capaian yang sangat tinggi, yaitu,% pada T.P. / dan,% pada T.P. /. Walaupun terjadi penurunan, tetapi AM ke SMP/MTs sudah di atas %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah murid baru Kelas SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi lebih banyak dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota. Fenomena ini sangat mungkin terjadi karena adanya lulusan SD/MI dari luar Kota yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs di Kota dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar Kota. Walaupun AM SD/MI ke SMP/MTs pada T.P. / sudah di atas %, namun masih ada tiga dari lima kecamatan dengan AM di bawah 9%, yaitu Kecamatan Padang Hilir 6

26 (6,%), Kecamatan Padang Hulu (86,%), dan Kecamatan Rambutan (8,%). Hal ini menunjukkan cukup banyak lulusan SD/MI di tiga kecamatan tersebut yang melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar kecamatan masingmasing. Kondisi ini sejalan dengan rasio layanan rombel Kelas SMP/MTs dibandingkan layanan rombel Kelas 6 SD/MI yang tidak tinggi di tiga kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Padang Hilir hanya,%, Kecamatan Padang Hulu hanya 68,8%, dan Kecamatan Rambutan hanya,% seperti terlihat pada Tabel.7. Tabel.7 Gambaran Layanan Kelas SMP/MTs Dibandingkan Kelas 6 SD/MI Kota Pada T.P. / No Kecamatan Jumlah Rombel Kelas 6 SD/MI Jumlah Rombel Kelas SMP/MTs Rasio. Padang Hulu 6 6,%. Rambutan 9,%. Padang Hilir 7 8 7,%. Bajenis 7 8,%. Kota 8 8,% 99 8,6% Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Pada Tabel.7 terlihat bahwa rasio Layanan Kelas SMP/MTs dibandingkan dengan Kelas 6 SD/MI secara keseluruhan untuk Kota sebesar 8,6%, tidak sejalan dengan AM SD/MI ke SMP/MTs yang mencapai,%. Hal ini terjadi karena rasio murid per rombel untuk Kelas 6 SD/MI sebesar 8 orang, lebih kecil dibandingkan rasio murid per rombel untuk Kelas SMP/MTs yang mencapai orang. a.. Peningkatan Mutu Pendidikan Mutu pendidikan jenjang SD/MI di Kota akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan..a) Angka Mengulang Kelas AMK SD/MI Kota dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun. Pada Tp. 9/ sebesar,% menurun menjadi,% pada T.P. / dan,% pada T.P. /. Data terpilah sekolah dan madrasah menunjukkan bahwa persentase AMK di SD juga cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir, begitu juga AMK di MI cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Hal ini terlihat pada Grafik.. 7

27 Apabila dicermati lebih mendalam, pada Tabel.8 terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir AMK murid lakilaki lebih tinggi dibandingkan AMK murid perempuan. Keadaan ini tidak hanya untuk AMK secara keseluruhan tetapi juga AMK untuk setiap tingkatan kelas dari Kelas sampai Kelas 6. Pada T.P. 8/9, secara keseluruhan AMK murid lakilaki sebesar,% (ada 6 murid yang mengulang), sedangkan AMK murid perempuan sebesar,% (ada 87 murid yang mengulang). HUNDERTE Grafik. AMK Jenjang SD/MI Kota Pada T.P. 9/, /, /,%,%,%, 9/,%,%, /,,%,% /,,%,% SD MI TOTAL Pada Tabel.9 juga terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhan persentase tertinggi AMK SD/MI berada di kelas awal, khususnya di Kelas yang kemudian menurun dari Kelas sampai Kelas 6. Pada T.P. / terlihat bahwa AMK Kelas adalah yang tertinggi, yaitu 6,%, kemudian AMK Kelas lebih rendah, yaitu,%, demikian seterusnya menurun sampai AMK Kelas 6. Pola yang sama juga terjadi untuk AMK murid lakilaki dan murid perempuan, seperti terlihat pada Grafik.. 8

28 Tabel.9 AMK SD/MI Kota Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada Tiga Tahun Terakhir Kelas 9/ / / L P Total L P Total L P Total Kelas 7.8%.6% 6.% 7.%.% 6.% 6.%.%.9% Kelas 6.%.6%.%.9%.%.7%.9%.7%.8% Kelas.8%.8%.9% 6.%.%.%.%.%.% Kelas.7%.%.%.%.6%.%.7%.6%.7% Kelas.7%.6%.%.7%.%.%.%.%.% Kelas 6.%.%.%.%.%.%.%.%.% Total.%.%.%.%.%.%.7%.% (8) (8) (6) (77) (68) (7) () (9).% (8) Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. 9/, T.P. /, dan T.P. / Keadaan tingginya AMK Kelas SD/MI, bahkan tertinggi dibandingkan tingkatan kelas yang lain, mengindikasikan ketidaksiapan murid Kelas belajar pada jenjang SD/MI. Pada T.P. /, walaupun sebagian besar (.6 dari.6 orang atau 9,%) siswa Kelas SD/MI di Kota sebelumnya sudah mengikuti pendidikan di TK/RA, namun sebagian besar dari mereka berusia di bawah tujuh tahun, yaitu sebanyak.97 dari.6 siswa atau,%. Hanya 6 orang (,%) siswa Kelas yang berusia tujuh tahun, dan 66 orang (,8%) yang berusia di atas tujuh tahun. Pada usia di bawah tujuh tahun, secara umum kesiapan anak untuk mengikuti proses pendidikan masih rendah, baik secara fisik, mental, maupun psikologis. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat penguasan mata pelajaran yang pada akhirnya menyebabkan AMK Kelas SD/MI menjadi tinggi. 9

29 HUNDERTE Grafik. AMK SD/MI Kota Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada T.P. / 8,% 7,% 6,% 6,%,%,%,,9%,%,7%,%,7,%,,6,%,%,% Kelas Kelas 6,% Kelas Kelas Kelas LakiLaki Kelas Perempuan Walaupun AMK SD/MI pada T.P. / secara keseluruhan tidak tinggi, sebesar,%, namun tetap perlu mendapat perhatian khusus karena 8 dari SD/MI (6,9%) memiliki AMK lebih dari %..b) Angka Putus Sekolah Dalam tiga tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SD/MI tingkat Kota menunjukkan kinerja yang bagus karena nilainya cenderung menurun. APtS pada T.P. 9/ sebesar,%, menurun menjadi,% pada T.P. /, dan menjadi,% pada T.P. /. Capaian ini jauh lebih baik dibandingkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi % dari jumlah siswa yang bersekolah. Disamping faktor kemiskinan, tingginya jumlah angka mengulang kelas juga berpengaruh terhadap jumlah anak putus sekolah. Anak yang mengulang kelas lebih dari sekali rentan untuk mengalami putus sekolah. Besarnya angka putus sekolah tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar. Memutus mata rantai ketidaksiapan anak memasuki pendidikan dasar, tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah harus segera diupayakan secara terintegrasi.

30 .c) Mutu Input Pendidikan Mutu input pendidikan dianalisis melalui tiga aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, dan (iii) kecukupan jumlah guru untuk keseluruhan lembaga SD/MI. Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anakanak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar. Dari sisi kecukupan ruang kelas, ratarata rasio ruang kelas terhadap rombel SD/MI Kota pada T.P. / sebesar, (Rasio ½ s.d < /). Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai terhadap jumlah rombel yang membutuhkan ruang kelas. Pada Tabel. terlihat bahwa hampir semua SD/MI (9 dari atau 89,%) memiliki rasio /. Ada enam sekolah (,8%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas /. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak. Tabel. Distribusi Jumlah SD/MI Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota T.P. / Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah % % 9 89% 6 6% Rasio > / Total, Rasio kurang dari / Rasio / s.d. < / Rasio = / Rasio > / s.d. < / Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Berdasarkan kelayakan ruang kelas, pada Tabel. terlihat bahwa sebagian besar ruang kelas dalam kondisi baik, yaitu 66 dari 6 ruang (89,%). Hanya ada ruang (,%) dalam kondisi rusak berat, sedangkan yang rusak ringan sebanyak ruang (8,%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada jenjang SD/MI di Kota didukung oleh ketersediaan ruang kelas yang cukup dan dalam kondisi layak digunakan.

31 Tabel. Kondisi Ruang Kelas SD/MI Kota Pada T.P. / Bentuk Sekolah SD MI Total Kondisi Ruang Kelas Dari Keseluruhan Ruang Kelas Data Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total Jumlah 7 6 Persen 89,9% 7,7%,% % Jumlah 6 Persen 7,% 8,6%,% % Jumlah 66 6 Persen 89,% 8,%,% % Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Sementara itu dari sisi kecukupan guru kelas, rasio guru kelas terhadap rombel pada T.P. / untuk Kota Tebing TInggi sebesar, yang berarti ratarata rasio guru banding rombel :. Hal ini menggambarkan kondisi yang ideal. Selain itu pada Tabel. terlihat bahwa hanya ada tujuh sekolah dengan rasio guru kelas terhadap rombel kurang dari /. Tabel. Distribusi Jumlah SD/MI Kota Berdasarkan Rasio Guru Kelas terhadap Rombel Pada T.P. / No Kategori Rasio Guru Kelas terhadap Rombel Data Jumlah SD/MI Persentase Rasio < / % Rasio / s.d. < / 7 6,8% Rasio = / 8 6,6% Rasio > / s.d. < / 8 6,9% Rasio >= / 9,7% % Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Selain rasio guru kelas terhadap rombel, perlu juga dikaji rasio murid terhadap guru kelas. Berdasarkan data Kuesioner Pendidikan, pada T.P. / terdapat sebanyak 7 orang guru kelas dengan jumlah murid sebanyak 9.98 anak. Maka untuk keseluruhan Kota, rasio murid terhadap guru kelas jenjang SD/MI pada T.P. / adalah 8,. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor Tahun 7 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, jumlah maksimal peserta didik setiap rombel SD/MI adalah 8 orang, berarti setiap orang guru kelas maksimal mengasuh 8 orang murid. Jika dibandingkan dengan jumlah tersebut, maka rasio murid terhadap guru kelas secara keseluruhan di Kota sudah sesuai dengan Standar Proses.

32 Terkait dengan sumber belajar, perpustakaan seharusnya memegang peranan penting. Berdasarkan Kuesioner Pendidikan T.P. /, lebih dari setengah (6 dari ) SD/MI di Kota sudah memiliki perpustakaan namun kondisi sebagian besar dari perpustakaan tersebut belum sesuai dengan Standar Sarana Prasarana sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor Tahun 7..d) Mutu Lulusan Untuk menganalisis aspek mutu lulusan dapat dilihat dari dua hal utama, yaitu: (i) ratarata nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan (ii) tingkat kelulusan. (i) Ratarata nilai Ujian Akhir Sekolah Pada grafik di bawah terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir (T.P. 9/ dan T.P. /) terjadi fluktuasi perolehan ratarata hasil UAS SD/MI, pada mata pelajaran Agama naik dari 6,8 menjadi 7,8, PKn naik dari 6,7 menjadi 6,89, Bahasa Indonesia turun dari 7, menjadi 6,9, IPA naik dari 6,77 menjadi 6,86, dan Matematika turun dari 7, menjadi 6,8. Penurunan ini masih dalam batas toleransi namun perlu diperhatikan kembali proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas. Grafik. Ratarata Nilai UAS SD/MI Kota Pada T.P. 9/ dan / 9, 8, 7, 7,8 6,7 6,89 7, 6,9 6,9 6,9 6,77 6,86 7, 6,8 6,9 6,98 6,8 6,,,,, 9/ /,,

33 Sejumlah isu penting terkait dengan peningkatan mutu hasil UAS di antaranya adalah upaya peningkatan kompetensi guru melalui berbagai cara termasuk pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG), perlunya Guru Mata Pelajaran untuk Kelas Tinggi walaupun hal ini dilematis dengan LPTK yang menghasilkan S PGSD, distribusi Guru yang tidak merata antar SD/MI, dan terbatasnya sarana prasarana pembelajaran. (ii) Tingkat Kelulusan Secara keseluruhan, dalam dua tahun terakhir tingkat kelulusan SD/MI mencapai %. Dengan demikian dapat didiskripsikan bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti UAS pada prinsipnya sudah baik namun perlu di perhatikan kembali perolehan nilai rata rata yang di peroleh siswa. b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) Penyediaan lembaga pendidikan SMP/MTs di Kota cukup memadai, terutama dalam hal ketersediaan jumlah lembaga satuan pendidikan SMP/MTs. Dalam dua tahun terakhir, Tahun Pelajaran (T.P.) 9/ dan T.P. /, ada penambahan satu SMP Swasta yaitu SMP Swasta Budi Dharma. Pada T.P. / secara keseluruhan terdapat SMP/MTs, dengan rincian unit SMP ( negeri dan swasta) dan delapan MTs ( negeri dan 7 swasta). Hal ini dapat dilihat pada Tabel.. Walaupun ada penambahan satu unit SMP Swasta, namun jumlah keseluruhan peserta didik menurun, yaitu dari.76 murid pada T.P./ menjadi.9 murid pada T.P. /, menurun sebanyak 8 orang. Fenomena ini terjadi karena adanya peningkatan akses layanan pendidikan jenjang SMP/MTs di sekitar perbatasan Kota Tebing Tinggi oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Tabel. Jumlah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik SMP/MTs Kota Pada T.P./ dan/ T.P. / Jenjang Satuan Pendidikan Negeri Swasta T.P. / Murid Negeri Satuan Pendidikan Swasta Negeri Swasta Murid Negeri Swasta SMP MTs Jumlah Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P./ dan/

34 Pada T.P. /, dari keseluruhan murid SMP/MTs yang berjumlah.9 murid, ada.6 murid lakilaki (9,7%) dan. murid perempuan (,%). Terlihat bahwa murid perempuan lebih banyak dibandingkan murid lakilaki. Namun komposisi ini mengindikasikan bahwa tidak ada masalah yang serius terkait disparitas jender dalam hal jumlah murid SMP/MTs. Jumlah SMP ( unit) yang lebih banyak dibandingkan jumlah MTs (delapan unit) menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar jenjang SMP/MTs lebih banyak berbentuk sekolah umum. Jika ditinjau dari jumlah satuan pendidikan SMP, terlihat bahwa masyarakat cukup memberikan kontribusi yang penting terhadap layanan pendidikan SMP. Namun jika ditinjau dari jumlah murid, terlihat bahwa peran pemerintah mewarnai dengan kuat layanan pendidikan SMP. Pada bagian berikut ini diuraikan gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan pendidikan dasar jenjang SMP/MTs dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu: () pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan () peningkatan mutu pendidikan. b.. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan..a) Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi sekolah jenjang SMP/MTs dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel. dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir capaian APK SMP/MTs yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SMP/MTs terhadap jumlah anak berusia tahun, berfluktuasi dengan kecenderungan menaik. Pada T.P. 9/, APK SMP/MTs sebesar 6,% dan menaik menjadi,6% pada T.P. / pada T.P. / menjadi 7,%. Capaian APK SMP/MTs ini cukup jauh di atas capaian APK SMP/MTs tingkat nasional sebesar,%.

35 Tabel. Tingkat Partisipasi SMP/MTs Kota Pada T.P. 9/, T.P. /, T.P. / Indikator T.P. 9/ T.P. / T.P. / APK 6,%,6% 7,% APM 78,% 8,7% 76,7% APS 9,%,%,% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. 9/,T.P / dan T.P / Pola yang sama juga terjadi pada APM SMP/MTs, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SMP/MTs berusia tahun terhadap jumlah anak berusia tahun. Pada T.P. 9/, APM SMP/MTs sebesar 78,% dan menaik menjadi 8,7% pada T.P. / tetapi kemudian menurun pada T.P. / menjadi 76,7%. Kondisi menurunnya APM SMP/MTs pada T.P. / dan masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang menetapkan APM SMP/MTs minimal sebesar 9%, terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah tahun yang memasuki jenjang SMP/MTs. Pada T.P. / sebanyak,9% (. dari.9 orang). Jumlah murid yang berusia di bawah tahun tidak diikut sertakan dalam perhitungan APM SMP/MTs. Tabel. Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah Jenjang SMP/MTs Kota T.P. / Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah SMP 9. 9 MTs.6 8 Total.9 9 Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Namun demikian, bila memperhatikan dari jumlah siswa per sekolah pada Tabel.6 terlihat distribusi yang tidak merata. Ada sekolah (,%) yang kekurangan siswa karena jumlah siswa kurang dari orang, dan ada sekolah (,%) yang kelebihan siswa ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari orang. 6

36 Tabel.6 Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SMP/MTs Kota T.P. / Kategori Jumlah Siswa. Jumlah siswa < Jumlah Sekolah Persentase,%. Jumlah siswa s.d. < 6 9,%. Jumlah siswa s.d. <,9%. Jumlah siswa s.d. < %,%,%. Jumlah siswa >= Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. /.b) Angka Melanjutkan Apakah murid SMP/MTs di Kota melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK? adalah pertanyaan penting terkait dengan tingkat melanjutkan SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu: () Angka Transisi atau Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK, dan () ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMA/MA/SMK. Dalam dua tahun terakhir, AM jenjang SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK di Kota Tebing Tinggi menunjukkan capaian yang sangat tinggi dan meningkat, yaitu,% pada T.P. / dan 66.% pada T.P. /. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah murid baru Kelas SMA/MA/SMK di Kota lebih banyak dibandingkan jumlah lulusan SMP/MTs Kota. Fenomena ini sangat mungkin terjadi karena adanya lulusan SMP/MTs dari luar Kota yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/MA/SMK di Kota dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah lulusan SMP/MTs Kota yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK atau melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK di luar Kota. 7

37 Tabel.7 Gambaran Layanan Kelas SMA/MA/SMK Dibandingkan Kelas SMP/MTs Kota Pada T.P. / No Kecamatan Jumlah Rombel Kelas SMP/MTs Jumlah Rombel Kelas SMA/MA/SMK Rasio. Padang Hulu %. Rambutan 9 8,%. Padang Hilir 7 7,%. Bajenis 6,7%. Kota 78,% 96,6% Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Tingginya AM SMP/MTs ke SMA/MA/SMK juga didukung oleh tingginya rasio layanan Kelas SMA/MA/SMK dibandingkan Kelas SMP/MTs, yaitu,6% seperti terlihat pada Tabel.7. Hal ini berarti ada lebih banyak rombel Kelas SMA/MA/SMK ( rombel) dibandingkan rombel Kelas SMP/MTs (96 rombel). Pada tabel tersebut terlihat bahwa rasio layanan di Kecamatan Kota di bawah %. Hal ini sejalan dengan AM SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di Kecamatan Kota yang hanya 78,%. b.. Peningkatan Mutu Pendidikan Mutu pendidikan jenjang SMP/MTs di Kota akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan..a) Angka Mengulang Kelas Perkembangan AMK SMP/MTs Kota dalam dua tahun terakhir cenderung menurun sebesar,% seperti terlihat pada Tabel.8. AMK pada T.P. / sebesar,% (6 dari.76 siswa mengulang kelas), menurun menjadi,% (7 dari.9 siswa mengulang kelas) pada T.P. /. Terlihat bahwa Penurunan AMK mencapai % bila di bandingkan jumlah siswa yang mengulang pada T.P / dengan jumlah siswa yang mengulang pada T.P /.Dengan persentase yang relatif kecil ini maka AMK SMP/MTs di Kota bukan merupakan isu kunci. 8

38 Tabel.8 Pertumbuhan Angka Mengulang Kelas (AMK) SMP/MTs Kota Jenis Pendidikan SMP MTs Total Data / / Persentase,%,% Jumlah 9 7 Persentase,% % Jumlah 7 Persentase,%,% Jumlah 6 7 Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / T.P. /.b) Angka Putus Sekolah Dalam dua tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SMP/MTs tingkat Kota cenderung menurun. Pada Tabel. terlihat bahwa APtS pada T.P./ sebesar,% (8 dari.76 siswa), menurun menjadi,% (9 dari.9 siswa). Persentase APtS siswa lakilaki sama dengan perempuan, capaian ini lebih baik dibandingkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi % dari jumlah siswa yang bersekolah. Tabel.9 APtS SMP/MTs Kota Per Kelas Menurut Jenis Kelamin T.P. /, T.P. / / Kelas L P / Total L P Total Kelas 7 %,%,% %,%,% Kelas 8,%,%,%,6%,%,% Kelas 9,%,%,%,%,% % %Keseluruhan,%,%,%,%,%,% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota, T.P. /,T.P. / Secara umum tidak ada masalah serius dengan APtS SMP/MTs Kota karena di bawah %. Dengan adanya dukungan dana BOS, diharapkan bahwa peserta didik dari keluarga miskin tidak lagi memiliki hambatan biaya dalam mengikuti pendidikan di jenjang SMP/MTs. Perlu dilakukan berbagai upaya khusus untuk mengantisipasi kecenderungan terus menaiknya anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs. Ada dugaan bahwa kurangnya kesadaran sejumlah kelompok masyarakat dan faktor ekonomi lemah masih menjadi kendala penghambat bagi anak untuk mengikuti pendidikan. Kecenderungan meningkatnya angka putus sekolah tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. 9

39 .c) Mutu Input Pendidikan Mutu input pendidikan dianalisis melalui empat aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan (iv) kecukupan jumlah guru sesuai kebutuhan. Khusus untuk kecukupan jumlah guru akan diuraikan pada bagian lain. Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anakanak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar. (i) Kecukupan Ruang Kelas Dari sisi kecukupan ruang kelas, ratarata rasio ruang kelas terhadap rombel SMP/MTs Kota pada T.P. / sebesar 9,6 (di atas /). Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai terhadap jumlah rombel yang membutuhkan ruang kelas. Pada Tabel. terlihat bahwa sebagian besar SMP/MTs ( dari atau 6,%) memiliki rasio /. Ada tujuh sekolah (,%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas /. Dan hanya empat sekolah (,8%), yang mempunyai rasio di bawah /. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak. Tabel. Distribusi Jumlah SMP/MTs Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota T.P. / Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah % Rasio kurang dari / 9,6% Rasio / s.d. < /,% Rasio = / 6,% Rasio > / s.d. < /,9% Rasio > / 9,6% Total 99,8% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Pada T.P. /, jumlah siswa SMP/MTs sebanyak.9 siswa tersebar di lembaga dengan rombel berjumlah 9, maka rasio jumlah siswa terhadap rombel SMP/MTs sebesar :. Jika mengacu kepada Standar Proses, Permendiknas Nomor Tahun 7, yang menetapkan jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar

40 adalah orang untuk jenjang SMP/MTs, maka layanan : sudah melebihi ukuran standart nasional pendidikan. Dengan demikian, walaupun berdasrkan rasio ruang kelas terhadap rombel sudah memadai namun perlu diperhatikan kondisi rasio jumlah murid terhadap rombel yang masih diatas Standar Proses. Hal ini berarti perlu di pertimbangkan penambahan rombel yang menimbulkan konsekuensi penambahan ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan penambahan jumlah rombel. (ii) Kelayakan Ruang Kelas Berdasarkan kelayakan ruang kelas, pada Tabel. terlihat bahwa sebagian besar ruang kelas dalam kondisi baik, yaitu dari ruang (96,%). Hanya ada ruang (,6%) dalam kondisi rusak berat, sedangkan yang rusak ringan sebanyak ruang (,%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada jenjang SMP/MTs di Kota didukung oleh ketersediaan ruang kelas yang cukup memadai dan dalam kondisi layak digunakan. Tabel. Kondisi Ruang Kelas SMP/MTs Kota Pada T.P. / Bentuk Sekolah SMP MTs Total Kondisi Ruang Kelas Dari Keseluruhan Ruang Kelas Data Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total Jumlah Persen 96,%,%,7% % Jumlah 6 7 Persen 97,9%,% % % Jumlah Persen 96,%,%,6% % Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P./ (iii) Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran merupakan hal penting yang perlu tersedia di setiap satuan pendidikan sebagai input untuk meningkatkan mutu pendidikan Kota. Sebagai salah satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan, secara khusus Kementerian Pendidikan Nasional sudah menetapkan standar untuk sarana dan prasarana sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor Tahun 7 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.

41 Gambaran ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs di Kota, berdasarkan Kuesioner Pendidikan T.P. /, adalah sebagai berikut: Lebih dari setengah (7 dari ) SMP/MTs di Kota sudah memiliki perpustakaan namun kondisi sebagian besar perpustakaan tersebut belum sesuai dengan Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas Nomor Tahun 7). Belum semua SMP/MTs di Kota memiliki Laboratorium IPA, baru sekolah (8,6%) yang sudah memiliki Laboratorium IPA. Sebagaimana halnya perpustakaan, kondisi sebagian besar laboratorium tersebut belum sesuai dengan Standar Sarana Prasarana. Walaupun bukanlah prasarana minimal bagi jenjang SMP/MTs, tetapi ada satu SMP yang sudah memiliki Laboratorium Kimia, Fisika, dan Biologi secara terpisah. Hanya satu SMP/MTs di Kota yang memiliki Laboratorium Bahasa, yaitu SMP Negeri (,%) yang sudah memilikinya. Laboratorium Bahasa memang bukanlah prasarana minimal yang disyaratkan harus ada pada jenjang SMP/MTs, tetapi Pemerintah Kota sudah mulai memperhatikan ketersediaan Laboratorium Bahasa dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik bersaing di tingkat internasional. Lebih dari setengah ( dari ) SMP/MTs di Kota sudah memiliki Laboratorium Komputer, sekolah yang lain belum memilikinya. Laboratorium Komputer memang bukanlah prasarana minimal yang disyaratkan harus ada pada jenjang SMP/MTs, tetapi Pemerintah Kota sudah mulai memperhatikan ketersediaan Laboratorium Komputer dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik menggunakan perangkat TIK. Upaya pemenuhan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran pada jenjang SMP/MTs sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota. Namun upaya ini masih perlu terus dilakukan dengan intensitas yang lebih tinggi, baik dalam hal kuantitas maupuan kualitasnya mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor Tahun 7.

42 .d) Mutu Lulusan Untuk menganalisis aspek mutu lulusan dapat dilihat dari dua hal utama, yaitu: (i) ratarata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), dan (ii) tingkat kelulusan. (i) Ratarata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Pada grafik di bawah terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir (T.P. 9/ dan T.P. /) terjadi peningkatan ratarata hasil UAN SMP/MTs untuk keseluruhan tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika) sebesar, poin, dari 7, menjadi 8,67. Seluruh mata pelajaran mengalami peningkatan nilai. Pada T.P. /, nilai ratarata hasil UAN Bahasa Indonesia adalah yang terendah, yaitu 6,8 sedangkan IPA yang tertingi, yaitu 8,77. Secara umum ratarata hasil UAN SMP (8,67) lebih tinggi dibandingkan MTs (8,6). Pada prinsipnya bila dilihat dari ratarata perolehan nilai UAN SMP/MTs (8,) dikategorikan memuaskan. Grafik. Ratarata Nilai UAN SMP/MTs Kota Pada T.P. 9/ T.P / 8,8 9, 8, 8, 8,7 8,77 8,67 8,7 7,8 7,8 7,8 7, 7, 7, 9/ 6,6 / 6, 6, Walaupun secara keseluruhan ratarata tiga mata pelajaran UAN SMP/MTs menunjukkan hasil yang cukup baik namun disadari bahwa hasil tersebut belum menggambarkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya untuk SMP/MTs di Kota. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan pentingnya Uji Sampel Mutu Pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan dan perhatian khusus terhadap sekolah/madrasah dengan ratarata hasil UAN yang masih di bawah standar.

43 Sejumlah isu penting terkait dengan peningkatan mutu hasil UAN di antaranya adalah upaya peningkatan kompetensi guru melalui berbagai cara termasuk pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), distribusi guru yang tidak merata antar SMP/MTs, dan terbatasnya sarana prasarana pendukung pembelajaran. (ii) Tingkat Kelulusan Secara keseluruhan, dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan tingkat kelulusan SMP/MTs. Pada UAN SMP/MTs T.P. 9/, seluruh peserta UAN (98,6% dari.6 orang) berhasil lulus. Sedangkan pada UAN SMP/MTs T.P. /, menurun menjadi 99,97%, yaitu sebanyak.8 dari.9 murid peserta UAN yang berhasil lulus. Berdasarkan data hasil UAN SMP/MTs T.P. / (yang terekam pada kuesioner pendidikan T.P. /), lembaga dari lembaga (96,8%), memiliki tingkat kelulusan lebih dari %... Pendidikan Menengah Dalam dua tahun terakhir, secara keseluruhan di Kota tidak ada penambahan jumlah satuan pendidikan jenjang SMA/MA/SMK, yaitu terdapat satuan pendidikan. Komposisi jumlah satuan pendidikan negeri dan swasta seperti terlihat pada Tabel. di bawah ini. Tabel. Jumlah Satuan Pendidikan Jenjang SMA/MA/SMK Kota Pada T.P./ dan / T.P. / T.P. / Jenjang Negeri Swasta Negeri Swasta SMA MA 6 6 SMK 9 9 Jumlah Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. /, dan / Pada Tabel. terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah peserta didik pada satuan pendidikan negeri, yaitu 6. orang pada T.P. / naik menjadi 6. pada T.P. / (naik 9,7%). Tetapi hal yang sebaliknya terjadi penurunan jumlah peserta didik

44 pada satuan pendidikan swasta, yaitu 7.8 pada T.P. / turun menjadi 6.66 pada T.P. / (turun 9,%) dan Jika dibandingkan dua tahun terakhir (antara T.P. / dan T.P. /), yang mengalami kenaikan hanya pada kelompok SMK negeri, yaitu bertambah sebanyak orang (6,%). Hal ini berarti peserta didik kelompok SMK negeri pada T.P. / bertambah sekitar seperenam dari peserta didik tahun sebelumnya. Sedangkan penurunan terbanyak pada kelompok SMA Swasta, yaitu berkurang sebanyak orang (7,%). Tabel. Jumlah Peserta Didik Jenjang SMA/MA/SMK Kota Pada T.P. /;T.P / Jenjang T.P. / Negeri Swasta.8. SMK Jumlah SMA MA T.P. / Total Negeri Swasta Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. /, dan / Penurunan ini memberikan indikasi negatif terhadap kinerja layanan pendidikan menengah di Kota dan Pemerintah Kota harus memberikan perhatian khusus terhadap keadaan ini. Terjadinya penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya akses layanan pendidikan menengah di daerah perbatasan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang ada di sekitar Kota. Pada T.P. /, dari keseluruhan peserta didik SMA/MA/SMK yang berjumlah.6 orang, ada 6.6 lakilaki (7,7%) dan 6.86 perempuan (,%). Terlihat bahwa peserta didik perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki. Namun komposisi ini mengindikasikan bahwa tidak ada masalah yang serius terkait disparitas jender dalam hal jumlah peserta didik SMA/MA/SMK. Dalam kondisi penurunan jumlah peserta didik tersebut, terjadi perubahan perbandingan jumlah peserta didik antara SMA/MA dengan SMK. Pada T.P. / jumlah peserta didik SMA/MA dibanding peserta didik SMK sebesar,6% dibanding,%. Perbandingan ini berubah menjadi,9% : 7,% pada T.P. /, seperti terlihat pada Tabel.. Perubahan perbandingan ini memberikan indikasi positif terhadap kinerja layanan pendidikan menengah di Kota yang sedang mengarah pada perbandingan peserta didik SMA/MA : SMK sebesar % : 6%.

45 Tabel. Perbandingan Jumlah Peserta Didik SMA/MA dengan SMK Kota Pada T.P. / dan / Jenjang T.P. / Jumlah % T.P. / Jumlah % SMA/MA 7.9, 6.96,9 SMK 6.79, ,.8.6 Jumlah Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P /, dan / Kenaikan jumlah peserta didik pada satuan pendidikan negeri dan penurunan peserta didik pada satuan pendidikan swasta mengindikasikan bahwa minat masyarakat masih cenderung memilih satuan pendidikan negeri untuk mendapatkan pendidikan dibandingkan satuan pendidikan swasta. Sedangkan peningkatan jumlah peserta didik SMK mengindikasikan adanya peningkatan minat masyarakat terhadap sekolah kejuruan. Hal ini sejalan dengan adanya upaya Pemerintah Kota meningkatkan citra SMK sehingga menjadi pilihan bagi peserta didik. Dibandingkan dengan jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs, kinerja layanan pendidikan menengah relatif lebih rendah, baik dalam hal akses dan pemerataan pendidikan maupun peningkatan mutu pendidikan. Di bawah ini adalah gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan pendidikan SMA/MA/SMK dilihat dari aspek pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan peningkatan mutu pendidikan.. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan..a) Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi sekolah jenjang SMA/MA/SMK dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel.8 dapat dilihat bahwa dalam dua tahun terakhir capaian APK SMA/MA/SMK, yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SMA/MA/SMK terhadap jumlah anak berusia 68 tahun, cenderung menurun. Walaupun menurun namun capaian APK SMA/MA/SMK pada T.P. / (6,8%) sudah cukup jauh di atas capaian tingkat nasional (69,6%). 6

46 Tabel. Tingkat Partisipasi SMA/MA/SMK Kota Pada T.P. /, T.P. / Indikator T.P. / T.P. / APK,6 6,8 APM 7,, APS 98,9 6, Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. /, dan T.P. / Terjadinya kenaikan APM SMA/MA/SMK, adalah indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SMA/MA/SMK berusia 68 tahun terhadap jumlah anak berusia 68 tahun. Kenaikan APM ini terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah 6 tahun yang memasuki jenjang SMA/MA/SMK dan juga semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia 8 tahun sudah menamatkan pendidikannya dari jenjang SMA/MA/SMK. Pola yang sama seperti APM juga terjadi pada APS usia 68 tahun, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa berusia 68 tahun pada semua jenjang pendidikan terhadap jumlah anak berusia 68 tahun. Dalam dua tahun terakhir APS usia 68 tahun mengalami kenaikan.capaian APS pada T.P. / mencapai (6,%) yang artinya anak berusia 68 tahun banyak siswa yang dari luar Kota yang sedang besekolah, baik pada jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA/SMK. Tetapi jumlah tersebut belum menggambarkan kondisi Kota secara murni karena adanya anak dari luar Kota yang mendapatkan layanan pendidikan di Kota. Ini adalah fenomena yang umum terjadi pada suatu kota karena adanya crossboundary. Tabel.6 Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah dan Per Rombel Jenjang SMA/MA/SMK Kota T.P. / Jenjang Pendidikan Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah Jumlah Rombel Rasio Siswa per Rombel SMK Total SMA MA Jumlah Siswa Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / 7

47 Tingkat partisipasi jenjang SMA/MA/SMK yang relatif tinggi salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan layanan yang memadai, yaitu lembaga SMA/MA/SMK (lebih banyak dari jumlah lembaga jenjang SMP/MTs), dan ratarata yang tinggi untuk jumlah siswa per sekolah. Pada Tabel.8 terlihat bahwa untuk ratarata Kota terdapat 7 siswa di setiap satuan pendidikan, dengan rincian ratarata siswa untuk SMA, 7 siswa untuk MA, dan 7 siswa untuk SMK. Selain itu, ratarata jumlah siswa per rombongan belajar (rombel) SMA/MA/SMK Kota adalah orang. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas sekolah, khususnya untuk SMA dan SMK, sudah optimal digunakan. Tabel.7 Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SMA/MA/SMK Kota T.P. 9/ Kategori Jumlah Siswa Jumlah Sekolah Persentase. Jumlah siswa < 9,7%. Jumlah siswa s.d. < 8,6%. Jumlah siswa s.d. <,%. Jumlah siswa s.d. <,%,9%,%. Jumlah siswa >= Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. 9/ Bila memperhatikan jumlah siswa per sekolah terlihat adanya distribusi jumlah siswa yang tidak merata. Ada 9 sekolah (,7%), semuanya swasta, yang kekurangan siswa (sekolah kecil) karena jumlah siswa kurang dari orang, dan ada sekolah (,9%), delapan negeri dan tujuh swasta, yang kelebihan siswa (sekolah besar) ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari orang. Tabel.8 Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Rasio Siswa per Rombel Jenjang SMA/MA/SMK Kota T.P. 9/ Kategori Jumlah Siswa Per Rombel Jumlah Sekolah Persentase. Siswa per Rombel <, 7,%. Siswa per Rombel, s.d. <, 8,9%. Siswa per Rombel, s.d. <, 7 8,6%. Siswa per Rombel, s.d. <,,7%. Siswa per Rombel >=,,9%,% Total Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. 9/ 8

48 Demikian juga halnya dengan jumlah siswa per rombel, terlihat adanya distribusi yang tidak merata antar sekolah. Ada 8 sekolah (,9%) dengan rombel kecil karena ratarata jumlah siswa per rombel kurang dari orang. Bahkan ada 7 sekolah, semuanya swasta, dengan ratarata jumlah siswa kurang dari orang untuk setiap rombel. Pada sisi yang lain, ada sekolah (8,6%) dengan rombel besar karena ratarata jumlah siswa per rombel di atas orang. Hal ini terlihat pada Tabel.8.. Peningkatan Mutu Pendidikan Mutu pendidikan jenjang SMA/MA/SMK di Kota akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan..a) Angka Mengulang Kelas Perkembangan AMK SMA/MA/SMK Kota dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun walaupun fluktuatif dan termasuk kecil (rendah), seperti terlihat pada Tabel.9. Dengan persentase yang relatif kecil pada T.P. 8/9, yaitu,% (tujuh orang mengulang dari.79 siswa), AMK SMA/MA/SMK di Kota bukan merupakan isu strategis yang perlu mendapat perhatian khusus. Tabel.9 Angka Mengulang Kelas (AMK) SMA/MA/SMK Kota T.P. / dan / Jenis Pendidikan SMA MA SMK Total Data Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah / /,%,%,%,%,%,%,%,% 6 Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / dan T.P. /, Dalam dua tahun terakhir, AMK siswa SMA secara umum dikategorikan masih rendah (,%) masih dibawah SPM (%). 9

49 .b) Angka Putus Sekolah Dalam dua tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SMA/MA/SMK tingkat Kota Tebing Tinggi fluktuatif dan cenderung meningkat. Pada Tabel. terlihat bahwa APtS pada T.P. / sebesar,% (8 dari.6 siswa). Capaian ini masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi % dari jumlah siswa yang bersekolah. Pada T.P. /, terdapat perbedaan yang mencolok bila dibandingkan antara SMA, MA, dan SMK,. APtS SMA sebesar,7% dan APtS SMK sebesar,69%, sedangkan APtS MA sebesar %. Terlihat bahwa APtS SMA yang tertinggi dan sudah melampaui Standar Pelayanan Minimal yang menetapkan APtS tidak melebihi % dari jumlah yang bersekolah. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi Dinas Pendidikan Kota dalam hal ini pihak sekolah untuk mencari solusi yang tepat agar APtS ini bisa diminimalisir. Pada Tabel. juga terlihat bahwa APtS siswa lakilaki cenderung lebih tinggi dari pada perempuan. Tabel. APtS SMA/MA/SMK Kota Per Kelas Menurut Jenis Kelamin T.P. / dan T.P. / / Kelas L P SMA,8%,% MA,% SMK Total / Total L P Total,6%,%,78%,7%,%,%,%,%,%,7%,7%,7%,%,%,69%,%,7%,%,9%,%,6% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / dan, T.P. / APtS jenjang SMA/MA/SMK yang fluktuatif khususnya pada TP. / terlihat bahwa APTs siswa lakilaki SMA dan SMK lebih tinggi dari SPM merupakan isu strategis yang perlu mendapat perhatian. Upaya menekan APtS yang di atas % harus direncanakan dengan baik dan melibatkan semua pemangku kepentingan pendidikan. Perlu dilakukan suatu kajian khusus untuk mendapatkan berbagai penyebab kecenderungan meningkatnya jumlah anak yang putus sekolah khususnya pada SMA dan SMK. Ada dugaan bahwa kurangnya kesadaran sejumlah kelompok masyarakat dan faktor ekonomi lemah masih menjadi kendala penghambat bagi anak untuk mengikuti pendidikan. Kecenderungan meningkatnya angka putus sekolah tentunya akan mempengaruhi upaya rintisan program wajib belajar tahun di Kota.

50 .c) Mutu Input Pendidikan Mutu input pendidikan dianalisis melalui empat aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan (iv) kecukupan jumlah guru sesuai kebutuhan. Khusus untuk kecukupan jumlah guru akan diuraikan pada bagian lain. Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anakanak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar. (i) Kecukupan Ruang Kelas Pada Tabel. terlihat bahwa lembaga dari SMA/MA/SMK memiliki rasio /. Ada sekolah/madrasah (8,6%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas /. Dan ada 6 sekolah/madrasah (7,%), yang mempunyai rasio di bawah /. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas secara keseluruhan sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak. Tabel. Distribusi Jumlah SMA/MA/SMK Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota T.P. / Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah % Rasio kurang dari /,9% Rasio / s.d. < /,% Rasio = /,9% Rasio > / s.d. < / 8,6% Rasio > /,% Total,% Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Pada T.P. /, jumlah siswa SMA/MA/SMK sebanyak.6 orang tersebar di lembaga dengan rombel berjumlah 96, maka rasio jumlah siswa terhadap rombel SMA/MA/SMK sebesar :. Jika mengacu kepada Standar Proses, Permendiknas Nomor Tahun 7, yang menetapkan jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah orang untuk jenjang SMA/MA/SMK, maka layanan : sudah melebihi ukuran standar

51 nasional pendidikan. Dengan demikian, walaupun berdasarkan rasio ruang kelas terhadap rombel sudah memadai namun perlu diperhatikan kondisi rasio jumlah murid terhadap rombel yang masih di atas Standar Proses. Hal ini berarti perlu dipertimbangkan penambahan rombel yang menimbulkan konsekuensi penambahan ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan penambahan jumlah rombel. (ii) Kelayakan Ruang Kelas Berdasarkan kelayakan ruang kelas, pada Tabel. terlihat bahwa hampir seluruh ruang kelas dalam kondisi baik, yaitu 79 dari ruang (9,%). Hanya ruang (,%) dalam kondisi rusak berat, dan 9 ruang (7,%) dalam kondisi rusak ringan. Tabel. Kondisi Ruang Kelas SMA/MA/SMK Kota Pada T.P. / Bentuk Sekolah SMA MA SMK Total Kondisi Ruang Kelas Dari Keseluruhan Ruang Kelas Data Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total Jumlah 86 6 Persen 9,% 7,9%,% % Jumlah Persen 9,%,7%,% % Jumlah 6 7 Persen 9,% 6,%,% % Jumlah 79 9 Persen 9,% 7,%,% % Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota T.P. / Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada jenjang SMA/MA/SMK di Kota didukung oleh ketersediaan ruang kelas yang cukup memadai dan dalam kondisi layak digunakan. (iii) Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran merupakan hal penting yang perlu tersedia di setiap satuan pendidikan sebagai input untuk meningkatkan mutu pendidikan Kota. Sebagai salah satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan, secara khusus Kementerian Pendidikan Nasional sudah menetapkan standar untuk sarana dan prasarana sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor Tahun 7 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.

52 Gambaran ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran untuk jenjang SMA/MA/SMK di Kota, berdasarkan Kuesioner Pendidikan T.P. /, adalah sebagai berikut: Sebagian besar SMA/MA/SMK di Kota (7 dari, 7%) sudah memiliki perpustakaan namun kondisi sebagian besar perpustakaan tersebut belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana (Permendiknas Nomor Tahun 7). Baru sebagian kecil SMA/MA, yaitu dari SMA/MA (,7%) yang sudah memiliki laboratorium yang terpisah untuk Kimia, Fisika, dan Biologi. Ada 9 SMA/MA (,9%) yang memiliki laboratorium tetapi belum terpisah untuk Fisika, Kimia, dan Biologi karena masih bergabung menjadi Laboratorium IPA. Sebagaimana halnya perpustakaan, kondisi sebagian besar laboratorium tersebut belum sesuai dengan standar sarana prasarana. Ada 8 dari SMA/MA sama sekali belum memiliki Laboratorium Fisika, Kimia, Biologi secara terpisah, ataupun Laboratorium IPA. Sebagian besar SMA/MA/SMK di Kota ( dari, atau 7,%) sudah memiliki Laboratorium Komputer. Hanya sekolah/madrasah (8,6%) yang belum memiliki. Walaupun sebagian besar sudah memiliki Laboratorium Komputer, namun kondisinya belum sesuai dengan standar sarana prasarana. Hampir semua SMA/MA/SMK di Kota belum memiliki Laboratorium Bahasa. Hanya SMA/MA/SMK (,%) yang sudah memilikinya, namun belum sepenuhnya memenuhi ketentuan standar sarana prasarana. Sebagai bagian penting dari upaya meningkatkan mutu pendidikan kejuruan dan menarik minat calon peserta didik sehingga proporsi rasio peserta didik SMK : SMA/MA menjadi 6 : dapat tercapai, perlu perhatian khusus terhadap ketersediaan sarana dan prasarana di setiap SMK yang ada di Kota, baik negeri maupun swasta. Sebuah SMK sekurangkurangnya memiliki prasarana yang dikelompokkan dalam ruang pembelajaran umum, ruang penunjang, dan ruang pembelajaran khusus. Upaya pemenuhan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran pada jenjang SMA/MA/SMK sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota. Namun upaya ini masih perlu terus dilakukan dengan intensitas yang lebih tinggi, baik dalam hal kuantitas maupuan kualitasnya mengacu pada peraturan yang berlaku tentang standar sarana dan prasarana.

53 .d) Mutu Lulusan Untuk menganalisis aspek mutu lulusan dapat dilihat dari dua hal utama, yaitu: (i) ratarata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), dan (ii) tingkat kelulusan. (i) Ratarata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Pada Grafik. terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir (T.P. 9/, dan T.P. /) ratarata hasil UAN SMA/MA/SMK tingkat Kota, telah mencapai 7,, namun secara keseluruhan ada kecenderungan naik. Ratarata hasil UAN T.P. 9/ sebesar 7,, kemudian naik menjadi 8,9 pada UAN T.P. /. Jika dicermati menurut bentuk satuan pendidikan, SMA,MA dan SMK cenderung menaik. Hasil UAN SMA sebesar 7,9, SMK sebesar 7,9, dan MA sebesar 7, pada T.P. 9/, hasil UAN SMA, SMK dan MA meningkat, yaitu untuk SMA menjadi 8, (naik,8 poin), SMK menjadi 7,9 (naik, poin), dan MA menjadi 7,88 (naik, poin). Pada T.P. /. Grafik. Ratarata Nilai UAN SMA/MA/SMK Kota Pada T.P. 9/, dan T.P. / 8,6 8, 8, 8 7,8 SMA 7,6 MA 7, SMK 7, 7 6,8 9/ / Sumber: Kuesioner Dinas Pendidikan Kota T.P 9/, T.P / Berdasarkan hasil UAN T.P. / (yang terekam dalam Kuesioner Pendidikan T.P. /), ratarata hasil UAN untuk matapelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika sudah diatas 7,. Tertinggi adalah untuk matapelaran Bahasa Inggris, yaitu 7,, dan terendah adalah matapelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 7,6. Sedangkan ratarata hasil UAN matapelajaran Matematika sebesar 7,.

54 Walaupun secara keseluruhan ratarata hasil UAN tiga mata pelajaran tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik namun disadari bahwa hasil tersebut belum menggambarkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya untuk SMA/MA/SMK di Kota Tebing Tinggi. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan pentingnya Uji Sampel Mutu Pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan dan perhatian khusus terhadap sekolah/madrasah dengan ratarata hasil UAN yang masih di bawah standar. Sejumlah isu penting terkait dengan peningkatan mutu hasil UAN di antaranya adalah upaya peningkatan kompetensi guru melalui berbagai cara termasuk pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), distribusi guru yang tidak merata antar SMA/MA/SMK, dan terbatasnya sarana prasarana pendukung pembelajaran. Secara khusus untuk SMK, perlu peningkatan mutu alumni SMK karena secara umum alumni SMK belum bisa menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja untuk perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan cenderung membuka sekolah khusus untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja perusahaan tersebut. (ii) Tingkat Kelulusan Secara keseluruhan, dalam dua tahun terakhir terjadi kenaikan tingkat kelulusan SMA/MA/SMK. Pada UAN SMA/MA/SMK T.P. 9/, dari.9 peserta, yang berhasil lulus sebanyak,6, atau tingkat kelulusan sebesar 96,9%. Sedangkan pada UAN T.P. /, tingkat kelulusan meningkat menjadi 99,9% (. peserta lulus dari.6 peserta UAN). Berdasarkan data hasil UAN SMA/MA/SMK T.P. / (yang terekam pada kuesioner pendidikan T.P. /), hanya satu siswa yang berasal dari lembaga SMA (,%).. Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)... Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berdasarkan data hasil pencacahan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi diperoleh sebanyak orang (usia 6 tahun) atau,7% dari.99 jiwa. Disadari bahwa penduduk buta aksara bukan menjadi isu strategis yang perlu mendapat

55 perhatian khusus. Namun ketuntasan tersebut perlu dilanjutkan dengan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan hidup (life skill) demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Layanan pendidikan keaksaraan tersebut bisa dilihat dari ketersediaan Kelompok Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan organisasi kemasyarakatan selaku penyelenggara program, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan tutor keaksaraan. Walaupun bukan merupakan isu strategis, namun perlu diantisipasi kedepan tentang pentingnya ketersediaan data buta aksara yang akurat dan valid. Pendataan penduduk buta aksara yang menggunakan asumsi zero growth, yaitu tidak memperhitungkan adanya pertumbuhan jumlah penduduk buta aksara yang disebabkan beberapa hal, perlu mendapat perhatian. Karena masih adanya siswa mengulang kelas dan putus sekolah pada jenjang SD/MI, khususnya untuk kelas awal, bisa menjadi salah satu faktor penyebab munculnya penduduk buta aksara.... Pendidikan Kesetaraan Dinas Pendidikan menyelenggarakan program kesetaraan yang dilaksanakan melalui PAKET A setara SD/MI, PAKET B setara SMP/MTS, dan PAKET C setara SMA/MA. Program kesetaraan ini bertujuan untuk perluasan akses layanan pendidikan bagi masyarakat yang karena faktor ekonomi, sosial, waktu, dan kesempatan, tidak dapat mengikuti pendidikan formal untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Program kesetaraan ini dilaksanakan untuk mendukung Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan juga untuk meningkatkan akses layanan pendidikan sampai pendidikan menengah. Berdasarkan data seperti terlihat pada Tabel., pada tahun secara keseluruhan terdapat kelompok belajar dengan rincian kelompok pendidikan kesetaraan PAKET A, kelompok pendidikan kesetaraan Paket B, dan kelompok pendidikan kesetaraan PAKET C. Sebagian besar penyelenggaraan pendidikan kesetaraan masih didukung oleh dana dari APBN, yaitu dari kelompok (9,8%). 6

56 Tabel. Jumlah Kelompok Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan Kota Pada Tahun dan Jumlah Kelompok No Program Thn Thn APBN APBD APBD APBN APBD APBD PAKET A PAKET B 8 PAKET C 9 Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kota Jumlah kelompok penyelenggara pendidikan kesetaraan dan warga belajar PAKET B jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan PAKET A. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus karena berarti ada lebih banyak penduduk yang belum menyelesaikan pendidikan setara SMP/MTs dibandingkan penduduk yang belum menyelesaikan pendidikan setara SD/MI. Dalam jangka panjang, diharapkan setelah tingkat partisipasi anak usia sekolah mendekati atau sudah %, maka peran pendidikan kesetaraan akan berkurang. Untuk meningkatkan layanan pendidikan kesetaraan, maka pendataan dan pemutakhiran data yang akurat perlu dilakukan dengan lebih baik. Pendataan yang dilakukan harus merekam semua aspek penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, yaitu lembaga penyelenggara, warga belajar (peserta didik), dan tutor. Selain itu, upaya peningkatan layanan pendidikan kesetaraan juga harus didukung dengan penyediaan perangkat pembelajaran yang memenuhi standar.... Pendidikan Keterampilan Hidup Mewujudkan masyarakat yang terampil, profesional serta mampu meraih peluang kerja, menciptakan lapangan kerja menuju masyarakat yang mandiri, bermutu dan sejahtera merupakan tujuan pendidikan keterampilan hidup (life skill). Pada tahun terdapat lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan hidup yang terbagi ke dalam lima jenis pendidikan keterampilan hidup seperti terlihat pada Tabel.. Dari lembaga tersebut ada dua lembaga yang menyelenggarakan dua jenis keterampilan, yaitu Bahasa Inggris dan komputer. 7

57 Tabel. Jumlah Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kecakapan Hidup Kota Pada Tahun No Jenis Kursus Jumlah Lembaga Bahasa Inggris 6 Komputer Salon Otomotif / Montir Menjahit 6 Bahasa Inggris & Komputer Total Sumber: Dinas Pendidikan Kota Program pendidikan keterampilan hidup perlu terus dikembangkan lebih lanjut dengan memperhitungkan potensi lokal yang ada di Kota. Pendidikan keterampilan hidup merupakan salah satu upaya penting untuk meningkatkan keterampilan penduduk usia kerja untuk siap bekerja. Pendidikan keterampilan hidup dapat diberikan sebagai pelajaran tambahan bagi peserta didik jenjang SMA/MA sehingga mereka mempunyai alternatif ketrampilan jika memang harus bekerja setelah lulus nanti. Upaya peningkatan mutu pendidikan keterampilan hidup perlu terus dilakukan antara lain dengan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana penunjang pembelajaran dan ketentuan perijinan pendidikan lembaga kursus. Selain itu, perlu mendorong lembaga kursus untuk lebih atraktif dalam menyediakan layanan pelatihan siap kerja sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, termasuk pasar kerja luar negeri... Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kualifikasi Pendidikan Guru Pada UndangUndang Nomor Tahun tentang Guru dan Dosen secara eksplisit dinyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S) atau program diploma empat (D). Hal ini menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh Guru dari jenjang TK/RA sampai jenjang SMA/MA/SMK, dan menjadi pedoman bagi Dinas Pendidikan dalam upaya pengelolaan Guru yang efektif agar dapat berperan optimal dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 8

58 Tabel. Distribusi Guru Menurut Pendidikan Tertinggi Pada Tahun Kualifikasi Pendidikan Tertinggi Jenjang Pendidikan <=SLTA TK/RA (PAUD) D D D S/D S/S Total SD/MI/SDLB SMP/MTs/SMPT SMA/MA/SMK Total Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tahun Catatan: Jumlah Guru berdasarkan SIMNUPTK tahun. Seperti terlihat pada Tabel., pada tahun secara keseluruhan dari.89 Guru sudah mencapai.6 orang (7,%) dari semua jenjang pendidikan (TK/RA sampai SMA/MA/SMK) yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan S/D atau lebih tinggi. Masih ada sebanyak 8 orang (8,8%) yang perlu ditingkatkan kualifikasi pendidikannya. Walaupun Guru dengan kualifikasi pendidikan minimal S/D sudah dua pertiga dari keseluruhan, namun sisanya perlu diperhitungkan tingkat kualifikasi pendidikannya mengingat UU/ Tahun tentang Guru dan Dosen. Grafik.6 Distribusi Guru Menurut Pendidikan Tertinggi di Setiap Jenjang Pendidikan Pada T.P. / 9,% 8,% 8,7% 9,% 78,9% 7,% 6,%,% 9,8%,% < S/D,% >= S/D,%,%,%,%,%,%,% TK/RA/PAUD SD/MI/SDLB SMP/MTs/SMPT SMA/MA/SMK Jika dicermati menurut jenjang pendidikan, kondisi yang sangat mencolok terlihat pada TK/RA (PAUD) dan SD/MI/SDLB. Sebagian besar Guru TK/RA (78,9%) dan hampir setengah Guru SD/MI/SDLB (9,8%) masih memiliki kualifikasi pendidikan di bawah S/D. Keadaan ini berbalik pada jenjang pendidikan SMP/MTs/SMPT dan SMA/MA/SMK dimana sebagian 9

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pendidikan Kota Pontianak merupakan unsur pelaksana bidang pendidikan dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

Profil Pendidikan 2014

Profil Pendidikan 2014 Profil Pendidikan 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas limpahan rahmat-nya sehingga Profil Dinas Pendidikan ini dapat diselesaikan. Penyusunan profil pendidikan dilakukan bertujuan untuk dapat

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN 2016 2021 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016 Rencana Strategis Dinas Kab. Kendal Tahun 2016-2021 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Dinas Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. SUTIJAB NOMOR 01, WATES YOGYAKARTA 55611 TLN. (0274) 774535 Profil Data Pendidikan 1 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2015-2019 ini disusun melalui beberapa tahapan dengan mengacu kepada visi RPJMD Provinsi Lampung tahun 2015-2019, yaitu Lampung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam kami, Tim penyusun. Hal. i

KATA PENGANTAR. Salam kami, Tim penyusun. Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas limpahan rahmat-nya sehingga Profil Dinas Pendidikan ini dapat diselesaikan. Penyusunan profil pendidikan dilakukan bertujuan untuk dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

Profil Pendidikan 2012

Profil Pendidikan 2012 Profil Pendidikan 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas limpahan rahmat-nya sehingga Profil Dinas Pendidikan ini dapat diselesaikan. Penyusunan profil pendidikan dilakukan bertujuan untuk dapat

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012 NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi Penanggung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PEKALONGAN TAHUN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PEKALONGAN 2016

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PEKALONGAN TAHUN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PEKALONGAN 2016 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR : 050/A.2/2308. TANGGAL : 5 SEPTEMBER 206 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Jalan Nyaman Nomor 01 Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Tahun 2014 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG TAHUN 2014 2019 DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 I.1 Latar Belakang...1 I.2 Landasan Hukum...2 I.3

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A, Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar Nomor : 420/Kpts.203-Disdikbud Tanggal : 27 Oktober 2014 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dilingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA 2013-2017 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jalan Jend.Gatot Subroto Kav. 40 41 Jakarta Selatan 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Raba - Bima, Januari 2013 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BIMA. DRS. MUKHTAR, MH Pembina Tk.I/IVb

KATA PENGANTAR. Raba - Bima, Januari 2013 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BIMA. DRS. MUKHTAR, MH Pembina Tk.I/IVb RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BIMA 2013-2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR P uji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur KATA PENGANTAR

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

- 1 - BUPATI BANYUWANGI - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA. Renstra-SKPD. Decentralized Basic Education 1 Management and Governance

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA. Renstra-SKPD. Decentralized Basic Education 1 Management and Governance PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA (Renstra SKPD) Renstra-KL dan Renstra-KL SKPD Kabupaten/ dan Provinsi Renstra Kabupaten/ Kota Kota Perumusan visi dan misi SKPD Perumusan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 57 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. Ki Josuto, Kulon Progo, 55611 Tlp. (0274) 774535 KATA PENGANTAR Penyusunan Profil Data Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Martapura, Desember 2014 Kepala Dinas Pendidikan Kab. Banjar. H. Gusti Ruspan Noor, SE Pembina Tingkat I NIP

KATA PENGANTAR. Martapura, Desember 2014 Kepala Dinas Pendidikan Kab. Banjar. H. Gusti Ruspan Noor, SE Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT karena atas perkenan-nya maka penyusunan Revisi Rencana Strategi (Renstra) Dinas Pendidikan Tahun 2011 2015 dapat terselesaikan. Tersusunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28h dan Undang-Undang nomor 26 tahun 2009 tentang Kesehatan. Hal

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Alamat : JL. Jenderal Sudirman, Kompleks Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG i SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG KEPALA DINAS KEPEMUDAAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEJIK VISI DAN MISI 1. Pernyataan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 53 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN. NOMOR : 027 / Kep. 002a / Kec.Sur.Ban / 2014 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS KECAMATAN SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG TAHUN

KEPUTUSAN. NOMOR : 027 / Kep. 002a / Kec.Sur.Ban / 2014 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS KECAMATAN SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG TAHUN PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN SUMUR BANDUNG Jalan Lombok No. 6 Bandung 40113 Telp: (022) 4205668 Fax: (022) 4205668 email: kec.surban@bandung.go.id KEPUTUSAN NOMOR : 027 / Kep. 002a / Kec.Sur.Ban /

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA PALEMBANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA PALEMBANG TAHUN 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA PALEMBANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH, PENILIK, DAN PAMONG SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra RS. Ernaldi Bahar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra RS. Ernaldi Bahar Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menghadapi situasi nasional dan global yang cepat mengalami perubahan serta dalam semangat otonomi daerah diperlukan kesiapan yang mantap di semua sektor pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Lampiran Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tanggal : 6 Mei 2014 Nomor : 188.4/3528/115.01/2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Peternakan Provinsi Jawa selanjutnya disebut Dinas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-nya, sehingga Badan Pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal Misi 4. Mewujud Peningkatan yang Berkualitas tanpa Meninggal Kearifan Lokal No PROGRAM SI AWAL PENG GUNG WAB 1 Program anak usia dini, Wajib belajar pendidi dasar, menengah, dan nonformal 2 Program pendidi

Lebih terperinci