KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN KABUPATEN CIANJUR FANNISA FITRIDINA
|
|
- Suhendra Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN KABUPATEN CIANJUR FANNISA FITRIDINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2 ABSTRACT FANNISA FITRIDINA. Food Consumption, Nutritional Status, and Iodine Status of Elementary School Children in The Mountainous Areas of Cianjur District. Under direction of LEILY AMALIA People in the mountainous region generally less consume food source of iodine and highly consume goitrogenic food. The pattern of the food consumption can reduce iodine status of people and further cause IDD (Iodine Defficiency Disorders). The general objective of this research was to analyze correlation between consumption habits of iodine source and goitrogenic and iodine status among elementary school children in mountainous areas in Cianjur district. Samples are elementary school children grade 5 th or 4 th aged 9 to 14 years; and the mothers of the children. This research was conducted in May to October 2012 used cross sectional design in 3 sub-districts of Cianjur District, West Java. Primary data consisted of food consumption, anthropometry, and iodine urine, whereas secondary data consisted of characteristics of Cianjur. The study showed that there was significant correlation between iodine total intake and the level of UIE (p<0.05, r=0.179), but there were no correlation between the frequency of goitrogenic food consumption and the level of UIE, and between the total intake of cyanide and the level of UIE (p>0.05). Keywords: food consumption, nutritional status, and iodine status
3 RINGKASAN FANNISA FITRIDINA. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan LEILY AMALIA. Masyarakat di wilayah pegunungan umumnya kurang mengkonsumsi pangan sumber yodium dan tinggi akan konsumsi pangan goitrogenik. Pola konsumsi tersebut dapat menurunkan status yodium yang dalam jangka waktu lama akan menyebabkan GAKY. Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Kabupaten Cianjur. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar: Studi tentang Konsumsi Pangan, Aspek Sosio Budaya dan Prestasi Belajar di Wilayah dengan Agroekologi Berbeda. Desain penelitian adalah cross sectional study. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pasirkuda, dan Kecamatan Kadupandak yang berada di Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi penelitian dibantu oleh Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) atau Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian. Satu kecamatan terdiri dari dua sekolah dasar dimana satu sekolah dasar berada dekat dengan akses jalan utama dan satu sekolah dasar lainnya berada cukup jauh dari akses jalan. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei Sampel penelitian adalah siswa sekolah dasar kelas 5 atau 4 yang berusia antara 9 sampai 14 tahun serta ibu dari tersebut, masing-masing berjumlah 155 sampel. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi data karateristik sosial ekonomi keluarga, data konsumsi pangan sehari, data konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik, kadar yodium urin dan data antropometri anak. Data sekunder diperoleh dari dinas Kabupaten Cianjur. Data sekunder terdiri dari profil wilayah Kabupaten Cianjur. Besar keluarga contoh yang termasuk dalam kategori kecil ( 4 orang) sebanyak 46.5 %. Sebagian besar usia ayah berada dalam rentang dewasa
4 iii muda (20-40) sebanyak 47.4%, begitu juga dengan mayoritas usia ibu termasuk pada kategori dewasa muda (20-40) dengan persentase sebesar 69.9%. Sebagian besar tingkat pendidikan ayah maupun ibu adalah SD, yaitu masingmasing sebesar 52.3% dan 60.6%. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh (52.9%) meliputi buruh tani, buruh bangunan dan buruh pabrik. Ibu atau pengasuh contoh sebagian besar (71.6%) adalah IRT dan terdapat 16.8% contoh bekerja sebagai buruh. Sebagian besar contoh, yaitu sebesar 69.9% termasuk dalam kategori miskin. Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) sebagian besar (86.5%) status gizi contoh adalah normal. Kelompok pangan yang paling banyak dikonsumsi adalah serealia, yaitu beras sebesar 211 g/kap/hari, mie sebesar 34 g/kap/hari, dan lainnya sebesar 15 g/kap/hari. Kelompok pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah telur sebanyak 38.5 g/kap/hari. Rata-rata konsumsi pangan contoh untuk semua kelompok pangan (serealia, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, dan sayur serta buah) masih di bawah anjuran PPH. Skor PPH sebesar 46.5 yang menunjukkan bahwa secara kualitas, konsumsi pangan contoh masih belum beragam. Pangan sumber yodium yang paling sering dikonsumsi contoh adalah ikan asin sebanyak 68.4% dan telur sebanyak 67.1%. Pangan goitrogenik yang paling banyak dikonsumsi contoh dalam frekuensi yang sering adalah daun singkong, yaitu sebanyak 25.8 % dan kol sebanyak 23.9%. Asupan gizi contoh masih di bawah AKG, hanya vitamin A saja yang rata-rata asupannya telah melebihi AKG. Sebagian besar contoh, baik pria maupun wanita termasuk dalam kategori defisit berat pada tingkat kecukupan energi begitu juga dengan tingkat kecukupan protein. Rata-rata status yodium contoh berada pada defisiensi tingkat ringan (median yodium urin 60.0 μg/l). Lebih dari separuh contoh masih tergolong defisiensi, sebesar 32.9% diantaranya mengalami defisiensi yodium tingkat ringan. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin, median yodium urin contoh laki-laki (67.0 μg/l) lebih tinggi dibandingkan median yodium urin perempuan (52.5 μg/l). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan yodium total dengan kadar yodium urin (p<0.05, r=0.179). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan goitrogenik dengan kadar yodium urin (p>0.05). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan sianida dengan kadar yodium urin (p>0.05).
5 KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN KABUPATEN CIANJUR FANNISA FITRIDINA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
6 v Judul Skripsi Nama NIM : Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur : Fannisa Fitridina : I Menyetujui: Dosen Pembimbing Leily Amalia, STP,MSi NIP Mengetahui: Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. NIP Tanggal Lulus:
7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tulus serta adikku Rangga Ramadhan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Leily Amalia,S.TP,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi. 2. dr.vera Uripi selaku dosen pembimbing akademik. 3. Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS selaku pemandu dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan skripsi ini. 4. Tim peneliti : Leily Amalia,S.TP,M.Si, Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS, Dr.Ir.Hadi Riyadi MS, Dr.Tin Herawati SP.M.Si, dan Reisi Nurdiani SP,M.Si untuk segala bimbingan dan arahannya selama kegiatan lapang. 5. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada penulis, khususnya dalam hal biaya perkuliahan selama semester 3 hingga semester Neys-van Hoogstraten Foundation yang telah memberikan bantuan biaya penelitian kepada tim peneliti. 7. Para dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat. 8. Gilang Hamzah Fansury, terima kasih atas kasih sayang, semangat, waktu, dukungan, dan ketulusan dalam membantu penulis. 9. Bapak/Ibu guru dan anak-anak sekolah dasar di SDN Pasirpari, SDN Kertaharja, SDN Sukajaya, SDN Gunung Kembang, SDN Gandasari, dan SDN Jembar yang telah bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
8 vii 10. Sahabat-sahabat penulis: Genk Ukhty : Azni, Unie, Alna, Gita dan Genk Cumi : Yulianti, dan Liska. Terima kasih atas canda tawa dan keceriaan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan, tanpa kalian sahabat-sahabatku, masa-masa kuliah yang singkat ini pasti tidak akan sempurna dan menyenangkan. 11. Teman-temanku : Inke, Puspita, Anisah, Ka Asro dan Ka Setya, Terima kasih untuk semua yang telah kita lewati bersama di Cianjur. Sebuah pengalaman yang berharga dan tak terlupakan bersama kalian. 12. Para pembahas seminar : Yustiani, Dyan Fajar Ch, Yulianti Maratun, dan Suci Latifah yang telah mengkritisi makalah seminar penulis. 13. Teman-temanku yang teristimewa Gizi Masyarakat angkatan 45. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 14. Semua teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala kebersamaan, dorongan, semangat, serta bantuan yang diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Akhirkata, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin. Bogor, November 2012 Fannisa Fitridina
9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Mei Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Rudhy Yusuf dan Erlin Marlina. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi tahun 1994 hingga 1996, kemudian melanjutkan ke SDN Panaragan I Bogor dari tahun 1996 hingga tahun 2002, tahun 2002 hingga 2005 melanjutkan studi ke SMP Negeri 4 Bogor, dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Bogor hingga tahun Penulis diterima sebagai Mahasisiwa Gizi Masyarakat angkatan 45, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi BEM FEMA sebagai staf Komiforel 2009/2010, Staff PSDM 2010/2011. Penulis pernah menjadi peserta PIMNAS bidang kewirausahaan pada tahun 2011 di UNHAS Makasar dengan judul proposal Mo Mie : Mie Instant Berbahan Baku Mocaf (modified cassava flour) yang Tinggi Protein dan Aman Dikonsumsi. Selama masa kuliah, penulis memperoleh beasiswa Karya Salemba Empat (KSE). Pada bulan Juli-Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukaratu, Kabupaten Garut dan pada Februari 2012 penulis mengikuti Internship Dietetik (ID) di RSUD Ciawi Bogor.
10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 Manfaat... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)... 5 Yodium... 6 Proses Metabolisme Yodium... 7 Kekurangan dan Kelebihan Yodium... 8 Determinan Kejadian GAKY... 9 Lokasi... 9 Asupan Energi dan Protein... 9 Status Gizi... 9 Pangan Sumber Yodium Proses Pengolahan Pangan Zat Goitrogenik Parameter pengukuran status GAKY Yodium pada Urin Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah KERANGKA PEMIKIRAN METODE Disain, Waktu, dan Tempat Populasi dan Sampel Teknik Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Karakteristik Keluarga Contoh Besar Keluarga Usia Orang Tua Pendidikan Orang Tua Pekerjaan Orang Tua Pendapatan Keluarga Karakteristik Contoh... 30
11 x Status Gizi Contoh Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi Konsumsi Pangan Asupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi Tingkat Kecukupan Energi Tingkat Kecukupan Protein Konsumsi Pangan Sumber Yodium dan Goitrogenik Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Yodium Konsumsi Garam Frekuensi Konsumsi Pangan Goitrogenik Asupan Sianida dalam Bahan Pangan Goitrogenik Asupan Yodium Tingkat Kecukupan Yodium Status Yodium Urin Hubungan antar Variabel Hubungan Asupan Yodium Total dengan Kadar Yodium Urin Hubungan Frekuensi Konsumsi Goitrogenik dengan Kadar Yodium Urin Hubungan Asupan Sianida dengan Kadar Yodium Urin Analisis Uji Silang antara Kategori TKY dengan Status Yodium KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55
12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Spektrum GAKY Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari) Sumber yodium dalam Bahan Makanan Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan yodium dalam makanan Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar Sampel, jenis variabel, dan metode pengumpulan data Kategori variabel penelitian Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan status gizi Rata-rata konsumsi contoh tiap kelompok pangan per hari Kualitas Konsumsi Contoh Rata-rata asupan gizi contoh dan tingkat kecukupan gizi Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber yodium Sebaran contoh berdasarkan merk dan jenis garam yang dikonsumsi Kadar yodium berbagai merk garam Sebaran contoh berdasarkan kadar yodium garam yang dikonsumsi Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan goitrogenik Rata-rata asupan sianida (mg/100g) bahan pangan Rata-rata asupan yodium/hari dari makanan dan garam Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan yodium Sebaran contoh berdasarkan status yodium urin Uji silang antara kategori TKY dengan status yodium... 48
13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Teknik pengambilan sampel... 18
14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Uji korelasi Pearson antara asupan yodium total dan kadar yodium urin Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi pangan goitrogenik dan kadar yodium urin Uji korelasi Pearson antara asupan yodium total dan kadar yodium urin... 56
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih mengalami empat masalah gizi utama, yaitu kurang energi dan protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), anemia gizi besi (AGB), dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Di Indonesia masalah GAKY masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Besaran masalah kurang yodium di Indonesia dipantau berdasarkan survai nasional. Prevalensi Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah pada tahun 1990 sebesar 27.9%, selanjutnya menjadi 9,8% pada tahun 1996/1998, dan meningkat lagi menjadi 11.1% pada tahun GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensinya masih di atas 5% (Tim Penanggulangan GAKY Pusat 2005). Dampak dari GAKY bukan hanya pembesaran kelenjar gondok namun dapat berakibat lebih buruk yaitu penurunan tingkat kecerdasan yang dimulai pada masa janin hingga dewasa. Semakin muda usia seseorang saat terkena GAKY maka akan semakin berat akibatnya, terutama pada susunan saraf pusat yang disebut kretin endemik tipe neurologik yang terbentuk sejak dalam kandungan dan keadaan ini tidak dapat dikoreksi (Syahbudin 2002). Efek yang paling serius dari defisiensi yodium adalah retardasi mental. Kekurangan yodium menimbulkan hipotiroidisme selama periode perkembangan otak, sehingga janin dan anak pada tahun pertama dapat mengalami kerusakan struktur dan fungsi otak yang irreversible. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), hamil, anak balita dan anak usia sekolah. Pada usia sekolah kekurangan gizi merupakan hambatan yang serius bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa karena mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan. Menurut Mutalazimah & Asyanti (2009) kejadian GAKY pada anak usia sekolah menyebabkan hasil belajar yang lebih rendah. Anak-anak di daerah kekurangan yodium rata-rata mempunyai IQ 13.5 poin lebih rendah dari anak normal. Keadaan ini amat berpengaruh terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Anak dengan GAKY memiliki daya tahan tubuh terhadap infeksi dan status gizi yang lebih rendah.
16 2 Cara untuk mengetahui tingkat kerawanan GAKY di suatu daerah ada bermacam-macam di antaranya adalah dengan mengukur kadar ekskresi yodium dalam urin. Menurut WHO (2001), tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urin mudah diperoleh. Suatu individu dikatakan normal apabila nilai YODIUM URIN µg/l urin. Pengukuran kadar ekskresi yodium dalam urin merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui kecenderungan suatu daerah mengalami endemik GAKY atau tidak. Masalah GAKY tidak hanya disebabkan oleh rendahnya konsumsi yodium saja. Namun, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya GAKY, yaitu konsumsi pangan sumber yodium yang berlebih, proses pengolahan pangan, tingginya konsumsi pangan goitrogenik, faktor sosial ekonomi, kondisi geografis dan adanya interaksi yodium dengan zat gizi lain. Menurut Picauly (2004), penyebab lain dari GAKY adalah tingginya konsumsi makanan yang mengandung senyawa goitrogenik. Senyawa goitrogenik ini bisa menghambat penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid. Zat goitrogenik tersebut banyak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang relatif murah dan mudah didapat, antara lain kubis (kol), sawi, singkong, dan kacang kedelai. Status gizi diduga berpengaruh terhadap kejadian GAKY karena secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi status gizinya. Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein) sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto 1987). Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini 2001). Penderita GAKY umumnya berada di daerah pegunungan dengan tanah, air, dan tumbuhan yang mengandung sedikit yodium. Kandungan yodium tanah yang rendah disebabkan oleh sungai yang meluap atau curah hujan yang tinggi. Defisiensi yodium pada tanah akan menyebabkan defisiensi yodium pula pada seluruh tanaman, termasuk padi-padian, sayuran dan buah yang tumbuh di daerah tersebut (Hetzel 1989; Djokomoeljanto 1994; Kodyat 1996). Kandungan yodium di alam yang telah hilang tidak dapat diganti lagi. Selain karena tingginya curah hujan, daerah pegunungan juga terbatas dalam hal akses, sehingga ketersediaan pangan sumber yodium cenderung rendah, termasuk garam
17 3 beryodium. Selain itu daerah pegunungan merupakan daerah dengan tingkat ketersediaan pangan goitrogenik yang tinggi, sehingga kemungkinan konsumsi pangan goitrogenik cenderung tinggi. Sebagai hasilnya, orang-orang yang tinggal di daerah tersebut banyak yang menderita defisiensi yodium. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mengidentifikasi GAKY pada anak-anak sekolah dasar di wilayah pegunungan. Perhatian untuk anak-anak sangat diperlukan karena anak-anak ini berada dalam tahap pertumbuhan dan sangat memerlukan kecerdasan yang baik. Selain itu, kelompok anak pun sangat mudah terpengaruh oleh status yodium dalam tubuh mereka. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat begitu kompleksnya masalah kekurangan yodium yang ada di Indonesia khususnya pada daerah pegunungan. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti akan melakukan sebuah kajian penelitian yang dilakukan secara langsung sehingga diharapkan dapat menekan angka kejadian GAKY. Tujuan Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di Kabupaten Cianjur. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh 2. Mengidentifikasi status gizi contoh 3. Mengidentifikasi konsumsi pangan dan asupan gizi contoh 4. Menganalisis tingkat kecukupan gizi contoh 5. Mengidentifikasi konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik contoh 6. Mengidentifikasi status yodium contoh 7. Menganalisis hubungan antara asupan yodium dengan kadar yodium urin contoh 8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan goitrogenik, khususnya sianida, dengan kadar yodium urin contoh Hipotesis 1. Terdapat hubungan positif antara konsumsi pangan sumber yodium dengan kadar yodium urin contoh 2. Terdapat hubungan negatif antara konsumsi pangan goitrogenik dengan kadar yodium urin contoh.
18 4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Bahan informasi untuk mengidentifikasi kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Cianjur Sebagai masukan untuk bahan referensi dalam pengambilan keputusan program pencegahan dan pengendalian GAKY 2. Masyarakat Sebagai informasi pentingnya konsumsi pangan sumber yodium dan perlunya membatasi konsumsi pangan goitrogenik dalam jumlah yang cukup sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan. 3. Ilmu Pengetahuan Menambah perbendaharaan referensi mengenai hubungan konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik dengan kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di wilayah pegunungan Cianjur. 4. Peneliti Lain Sebagai bahan kajian pustaka, terutama karena pertimbangan tertentu ingin melakukan penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis.
19 TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Menurut Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005, akibat dari kekurangan yodium pada masa pertumbuhan dan perkembangan dikenal sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY termasuk di antaranya adalah retardasi mental, hipotiroidisme, goiter, kretinisme, dan beberapa derajat lainnya pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal. Pada semua tahap usia, GAKY yang paling umum adalah goiter, yaitu pembesaran kelenjar tiroid. Hormon tiroid penting untuk perkembangan sistem saraf pusat yang paling banyak aktif pada masa janin dan bayi. Oleh karena itu ketidakcukupan dari ketersediaan asupan yodium pada masa ini akan mengakibatkan pertumbuhan otak yang terganggu yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat intelektual pada bayi tersebut. Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) disebabkan kekurangan yodium pada saat tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Ibu hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai resiko abortus dan kematian bayi (Supariasa & Dewa, 2002). Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Spektrum GAKY Tahap perkembangan Bentuk gangguan Fetus Aborsi, lahir mati, gangguan kongenital, kretin neurologic, defisiensi mental, bisu, tuli, diplegia spartika, mata juling, kretin hipotiroidisme, kerdil, gangguan psikomotorik Neonates Goiter neonatus, neonates hipotiroidisme Anak dan remaja Goiter, hipotiroidisme juvenile, fungsi mental terganggu, perkembangan fisik terganggu Dewasa Goiter dengan komplikasi, hipotiroidsme, fungsi mental terganggu Sumber : Gibson 2005 Kasus pada defisiensi yodium tingkat ringan dan sedang dicirikan dengan gangguan fungsi tiroid. Kretin endemik merupakan akibat defisiensi yodium berat
20 6 pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Prevalensi GAKY di daerah defisiensi yodium tingkat berat berkisar antara 1-15 %. Kretin endemik umumnya lahir pada daerah defisiensi yodium sangat berat dengan median yodium urin kurang dari 20 ug/l (Hetzel & Chandrakant 1996). Yodium Yodium adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Yodium yang tergolong unsur halogen ini tidak pernah ditemukan dalam keadaan bebas di alam karena tingkat reaktifitasnya yang tinggi. Oleh karena itu, halogen hanya ditemukan sebagai anion dalam bentuk garam dan mineral. Berdasarkan konfigurasi elektronnya, yodium menempati golongan VIIA dalam tabel periodik. Dari unsur golongan VII A, fluorlah yang paling erat mengikat elektron-elektronnya, sedangkan yodium yang paling lemah. Semua unsur halogen terdapat sebagai molekul diatom, yaitu F 2, Cl 2, Br 2, dan I 2. Yodium berupa zat padat berwarna hitam mengkilap yang dapat menyublim menghasilkan uap berwarna ungu. Yodium ditemukan dalam bentuk iodida (I2) dalam jaringan tubuh. Yodium menyusun tubuh kurang lebih mg, sangat bervariasi antar individu, tergantung wilayah tempat tinggal, tanah, air, dan tanaman (sumber yodium yang dikonsumsi). Penyerapan yodium sangat cepat dan mudah. Yodium di dalam tubuh terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sekitar 70-80%. Jumlah yodium dalam kelenjar bisa jadi lebih kecil dari 1 mg, jika seseorang mengalami goiter dan memiliki asupan yodium yang rendah. Yodium terjadi dalam jaringan sebagian besar sebagai yodium yang terikat secara organik dan yodium anorganik ada dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fungsi yodium sebagian besar sebagai komponen dari hormon tiroid, thyroxin, dan 3,5,3-triidothyronin (T3). Hormon ini dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan jaringan seperti sistem saraf pusat dan pendewasaan seluruh tubuh (Gibson 2005 ). Hormon-hormon tersebut juga berfungsi mengatur tingkat metabolisme basal dan metabolisme makronutrient. Selain itu, hormon tersebut diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh, sintesis protein, dan reproduksi. Bersama yodium, hormon tiroid berfungsi dalam laju penggunaan oksigen oleh sel, pertumbuhan linier, dan pembentukan panas tubuh. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan yodium adalah bioavailabilitas, zat goitrogenik, dan faktor lainnya. Bioavailabilitas yodium lebih dari 90%, tetapi jika tiroksin diberikan secara oral bioavailabilitasnya mencapai 75%. Pada
21 7 masyarakat yang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung goitrogenik seperti singkong, jagung, rebung, ubi jalar, kebutuhan yodium menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Kecukupan yodium meningkat menjadi µg/hari (Syafiq 2007). Menurut WNPG (2004), kecukupan yodium untuk masing-masing kelompok umur adalah sebagai berikut. Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari) Kelompok Usia Yodium (µg/hari) 0-6 bln bln 120 Anak 1-3 th th th th th 150 Pria th th th 150 Pria th th th th th 150 Wanita th th th th 150 Trimester Hamil Trimester Trimester Menyusui 0-6 bln bln +50 Sumber : WNPG 2004 Proses Metabolisme Yodium Yodium yang masuk dalam tubuh akan melewati tahap pencernaan sampai tahap ekskresi. Yodium dalam bahan makanan setelah dicerna akan diubah menjadi iodide, selanjutnya proses penyerapan akan terjadi dengan cepat dalam waktu 3-6 menit. Sebagian besar yodium yang telah diubah menjadi iodide diserap melalui usus kecil, kemudian langsung dibawa menuju kelenjar tiroid, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung. Yodium yang dibawa ke kelenjar tiroid sekitar 25 kali lebih besar dari yodium yang ada dalam darah (Picauly 2004). Dalam kelenjar tiroid, yodium bergabung dengan molekul tirosin dan membentuk thyroxine (T 4 ) dan triiodothyronine (T 3 ). Hormon tersebut dikeluarkan
22 8 ke dalam saluran darah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan tubuh. Komposisi T 4 sekitar 95% dari hormon tiroid dalam darah atau lebih besar dari T 3. Dalam kelenjar gondok T 4 dan T 3 bergabung dengan sebuah molekul protein menjadi tiroglobulin dan merupakan bentuk yodium yang siap untuk disimpan. Selanjutnya, T 4 dan T 3 mengalami metabolisme dalam hati dan dalam kelenjar lainnya, sehingga dari sini dikeluarkan sekitar 60 µg ke dalam cairan ekstra sel. Beberapa turunan hormon tiroid diekskresikan ke dalam empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus. Dari sini sebagian mengalami sirkulasi enterohepatik yang lepas dari reabsorpsi akan diekskresikan bersama feses hampir mencapai 20 µg per hari. Ekskresi yodium sebagian besar dilakukan melalui ginjal, sedangkan dalam jumlah yang lebih kecil dikeluarkan juga melalui usus dan keringat. Khususnya bagi yodium yang tidak dapat diserap atau berasal dari empedu akan dikeluarkan bersama feses (Picauly 2004). Kekurangan dan Kelebihan Yodium Efek dari kekurangan yodium pada masa pertumbuhan dan perkembangan disebut dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Hal-hal yang termasuk ke dalam kategori GAKY adalah retardasi mental, hypotiroidisme, goiter, kretinisme, dan bermacam-macam derajat pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang lainnya. Pada semua usia, hal yang paling umum dalam GAKY adalah pembesaran kelenjar tiroid. Hormon tiroid sangat penting untuk sistem, yang mana paling aktif di masa kehamilan dan perkembangan janin dan bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, tidak mengejutkan bahwa ketidakcukupan asupan yodium selama masa kritis pertumbuhan dan perkembangan otak memiliki efek yang besar pada perkembangan intelektual bayi dan anak-anak. Goiter adalah konsekuensi kronis dari defisiensi yodium. Hal ini biasanya terjadi ketika asupan yodium sehari-hari < 50 µg/d (Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005). Selain itu, kekurangan yodium dapat menyebabkan tekanan darah rendah dan gerakan menjadi lamban, gangguan pendengaran dan bisu. Stimulasi TSH menjadi berlebihan karena tidak direspon oleh kelenjar tiroid akibat defisiensi yodium. Gondok bisa juga terjadi akibat konsumsi pangan goitrogenik yang berlebihan, seperti kubis, brokoli, toge, dan singkong. Kelebihan yodium dapat menyebabkan resiko terjadinya iodine induce hyperthyroidism. Selain itu, dapat menyebabkan tirotoksikosis terutama pada orang yang kekurangan yodium, kemudian mendapatkan asupan yodium tinggi (Nasoetion & Damayanthi 2008).
23 9 Faktor kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus. Yodium yang dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan dalam pembentukan hormon tiroid, khususnya iodinasi tirosin sehingga dapat berefek antitiroid. Selain itu penerimaan yodium sebanyak 2mg/hari atau 2000 µg/hari dapat merusak sintesis hormon tiroid yang menyebabkan tingkat plasma T 4 dan T 3 menjadi rendah. Determinan Kejadian GAKY Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pada umumnya masalah ini lebih banyak tejadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsi sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium yang rendah. Lokasi Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan tidak ada (Rusnelly 2006). Menurut data Departemen Kesehatan Tahun 1990 daerah pantai atau dataran rendah bebas dari penderita GAKY. Daerah pantai atau dataran rendah secara teoritis mengandung cukup yodium, dengan demikian maka tanaman sumber air minum dan hewan mengandung yodium lebih banyak (Adriani dkk 2002). Asupan Energi dan Protein Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon (Picauly 2004) Status Gizi Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKY masih belum banyak diteliti, namun secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai
24 10 dengan kondisi status gizinya. Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini 2001). Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein),sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto 1987). Pangan Sumber Yodium Defisiensi yodium dapat terjadi pada saat penerimaan yodium kurang dari 50 µg per hari. Asupan yodium pada manusia berasal dari makanan dan minuman yang berasal dari alam sekitarnya. Oleh karena itu, masalah GAKY sering dihubungkan dengan rendahnya konsumsi yodium dari makanan dan minuman pada masyarakat daerah dataran tinggi atau pegunungan. Jika lahan di sekitar kurang yodium di permukaan tanah maka semua tumbuhan dan air yang hidup di daerah tersebut mempunyai kandungan yodium yang rendah. Pangan sumber yodium umumnya adalah bahan makanan sumber hewani, seperti ikan, kerang dan sumber nabati yang tinggi yodium adalah rumput laut. Garam beryodium sebanyak 2 gram atau setara dengan ½ sdt dapat memenuhi anjuran konsumsi yodium orang dewasa, pangan laut (ikan laut mengandung µg I/kg) sedangkan ikan darat hanya mengandung µg I/kg. Adonan roti, produk unggas dan tanaman yang ditanam di tanah kaya yodium (Nasoetion & Damayanthi 2008). Berikut adalah kandungan yodium dalam bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Sumber yodium dalam Bahan Makanan Bahan makanan Berat (gram) Kandungan yodium (µg) Remis, kerang, salmon Udang, ikan cod Makarel, tuna, herring Garam beryodium Sumber : Zimmermann 2001 Proses Pengolahan Pangan Pengolahahan pangan bertujuan untuk menambah macam atau jenis makanan olahan dengan meningkatkan cita rasa dan daya cerna. Cara pengolahan atau pemasakan yang biasa dilakukan di rumah tangga berupa ditumis, direbus, dibakar dan digoreng.
25 11 Tabel 4 Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan yodium dalam makanan* Cara Pengolahan Hetzel 1987 (% kehilangan pada ikan) Getardjali et al (%kehilangan pada semua jenis pangan) Picauly 2004 (%kehilangan pada semua jenis pangan) Goreng ** Bakar, rebus (terbuka) Rebus + goreng ** >50 Kukus ** 20 ** Panggang ** 6 <20 Tumis ** Keterangan : (*) Picauly (2004) (**) tidak diamati oleh peneliti Yodium akan mudah teroksidasi dalam media yang bersifat asam, KIO 3 akan terurai dan membebaskan I 2 yang berupa gas ke udara bebas, sehingga dianjurkan untuk menambahkan garam beroyodium setelah makanan selesai dimasak, sedangkan pada media yang bersifat panas (> 20 ºC) yodium akan mudah terhidrolisis. Jadi apabila bahan pangan sumber yodium diperlakukan dengan dua media tersebut dalam waktu yang lama maka kandungan yodium akan berkurang atau bahkan habis selama proses pengolahan. Oleh karena itu, untuk menghindari kerusakan yodium pada waktu pemasakan sebaiknya dilakukan sesingkat mungkin dan wadah masak harus tertutup, terutama untuk pengolahan sayur (Picauly 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saksono dkk (2000) yang dikutip dalam Picauly (2004), pada proses penyimpanan saja (tanpa proses pemasakan) kandungan KIO 3 dapat mengalami perubahan, hal ini disebabkan dalam jenis garam yang digunakan secara umum tidak saja mengandung KIO 3 tetapi juga terdapat senyawa pengotor lainnya, yang bersifat oksidator sehingga cara titrasi iodometri kurang sesuai untuk menganalisa kestabilan KIO 3 itu sendiri. Zat Goitrogenik Kekurangan yodium merupakan penyebab terjadinyab gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goitrogenik. Zat goitrogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat yodium dalam tubuh tidak berguna karena zat goitrogenik tersebut menghambat absorbsi dan metabolisme mineral yodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
26 12 Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat yodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar tidak dapat meningkat. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik menjadi organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. Goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok sianida, yaitu daun singkong, umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terong; kelompok mimosin, seperti petai china dan lamtoro; kelompok isothiosianat, seperti daun papaya dan kelompok asam, seperti jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka. Bahan makanan yang goitrogen yang banyak dikonsumsi di negara berkembang adalah singkong. Brody (1999) yang dikutip dalam Picauly (2004) mengatakan bahwa singkong mengandung cyanogenik-glyceaside yang merupakan sumber sianida. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg-400 mg/kg, bila kadar sianida singkong sekitar 400 mg/kg singkong, singkong tersebut akan terasa pahit. Menurut WHO (2001) batas aman sianida adalah 10 mg/kg berat kering. Singkong yang akan dikonsumsi sebaiknya direbus terlebih dahulu untuk mengurangi sianida yang ada pada singkong. Jika tidak dihilangkan dengan baik, sianida akan terlepas dan dalam tubuh akan berubah menjadi thiosianat, zat inilah yang akan menghambat penyerapan yodium dan akan mengakibatkan gondok. Parameter pengukuran status GAKY Yodium pada Urin Ginjal tidak mempunyai mekanisme penyimpanan yodium oleh karena itu ginjal merupakan jalur utama (80-90%) dalam pembuangan yodium. Saluran ekskresi utama yodium adalah melalui saluran urin dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status yodium, sedangkan pengeluaran yodium melalui feses hanya sekitar 20% dari total pengeluaran. Sebagian besar yodium yang diserap tubuh dapat dilihat pada urin karena eksresi yodium urin menggambarkan asupan yodium harian. Secara individu ekskresi yodium dapat berubah tergantung konsumsi makanan setiap hari. Penelitian telah membuktikan bahwa besar kandungan yodium dalam urin yang dikumpulkan selama 12 jam per hari mempunyai nilai yang cukup berbeda dengan yang dikumpulkan selama 24 jam per hari. Namun dalam skala besar pengumpulan urin 24 jam menjadi tidak praktis (Picauly 2004).
27 13 Studi menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi hari atau sewaktu pada anak atau orang dewasa cukup untuk menilai status yodium pada populasi. Menurut WHO (2001), dalam menggunakan metode ini sampel urin selama 24 jam sulit diperoleh dan tidak perlu. Tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urine mudah diperoleh. Metode pemeriksaan yodium urin tidak sulit untuk digunakan tapi membutuhkan ketelitian untuk menghindari kontaminasi yodium pada semua tahap pemeriksaan, khususnya di wilayah laboratorium, peralatan laboratorium terutama gelas dan reagen dikhususkan untuk pemeriksaan ini. Secara umum jumlah urin 0,5-1 ml sudah cukup sebagai bahan pemeriksaan meskipun ini tergantung dari metode yang digunakan. Sampel dapat disimpan di laboratorium satu bulan atau lebih tanpa perlu refrigator, suhu dingin lebih diutamakan untuk menghindari bau urin (WHO 2001). Kriteria epidemiologi yodium urin pada anak sekolah dasar selengkapnya pada Tabel 5. Tabel 5 Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar Median Urinary Iodine Asupan Yodium Dampak (µg/l) < 20 Tidak cukup Defisiensi berat Tidak cukup Defisiensi sedang Tidak cukup Defisiensi ringan Cukup Optimal Lebih dari cukup Berisiko hipertiroid >300 Kelebihan Berisiko merugikan kesehatan (hipertiroid, autoimun tiroid disease) Sumber : WHO 2001 Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon konsentrasi dari kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah, menurun bila T4 meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4 dalam darah dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada populasi umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi. Meskipun pemeriksaan nilai TSH cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin sebagai data survey (WHO 2001) TSH pada bayi adalah indikator yang baik untuk kondisi defisiensi yodium. Kadar homon tiroid pada bayi mengandung yodium lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa ini karena pertukaran yodium yang tinggi. Pertukaran tinggi bukanlah hal yang berlebihan pada keadaan defisiensi yodium, sebab terjadi peningkatan stimulasi tiroid oleh TSH. Penyebab TSH meningkat pada
28 14 bayi dengan keadaan defisiensi yodium adalah fenomena yang disebut Transient Hypertyrotopinemia. Prevalensi bayi dengan serum TSH meningkat merupakan indikator akut defisiensi yodium pada populasi, juga sebagai bukti bahwa defisiensi yodium berefek langsung pada pertumbuhan otak (WHO 2001) Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah Pada anak-anak sekolah yang tinggal di wilayah kekurangan yodium pada sejumlah negara ditandai dengan nilai absensi sekolah yang tinggi dan IQ yang rendah dibandingkan dengan kelompok serupa pada wilayah yang cukup yodium. Studi terbaru di beberapa Negara sudah menunjukkan bahwa perkembangan mental anak-anak di wilayah kekurangan yodium akan tertinggal dari mereka yang hidup di wilayah cukup yodium. Selain itu, pada penelitian meta analisis yang baru saja dilakukan pada 18 buah hasil peneliitian juga menyimpulkan bahwa defisiensi yodium dapat menurunkan score IQ anak-anak sebesar 13.5 point (Picauly 2004). Semua penelitian yang dilakukan dalam bidang ini melaporkan bahwa faktor yang penting dalam pembentukan otak dapat dipengaruhi pada saat kekurangan yodium. Studi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan anak-anak sekolah dapat digunakan dalam penentuan kekurangan yodium. Konsentrasi T 3 yang rendah dalam otak menunjukkan kekurangan yodium, bersama-sama dengan berkurangnya tingkat serum T 4. Hal ini dapat dikembalikan normal apabila kekurangan yodium ditanggulangi. Bagi kelompok ini gangguan lain yang akan dialami antara lain hypotiroid, gangguan fungsi mental, gangguan pertumbuhan fisik, kretinisme myxedematosa dan neurology. Anak yang mengalami kekerdilan umumnya lebih kecil dari anak seusianya, mengalami keterlambatan secara mental dan tidak aktif, dengan hidung pesek dan wajah pucat tidak berekspresi dan terjadi pembengkakan pada lidah (Picauly 2004).
29 KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan bukan masalah yang dapat berdiri sendiri, tapi hal ini adalah bagian dari sistem yang ditentukan oleh beberapa faktor. Selain dipengaruhi oleh ekologi dan lingkungan budaya, konsumsi pangan juga berhubungan dengan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Pola konsumsi pangan menunjukkan bagaimana individu memilih dan mengkonsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuhnya. Konsumsi pangan masyarakat tidak terlepas dari ketersediaan pangan di tempatnya yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi individu. Konsumsi zat gizi makro dan mikro yaitu yodium akan berdampak secara langsung terhadap status gizi dan status yodium seseorang. Selain faktor konsumsi pangan, status gizi juga dipengaruhi secara langsung oleh status kesehatan (Riyadi 2001). Status yodium dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang menentukan status yodium dalam tubuh meliputi konsumsi pangan sumber yodium, konsumsi pangan goitrogenik, dan konsumsi garam beryodium (Picauly 2004). Asupan yodium yang rendah pada seseorang atau suatu populasi dipengaruhi oleh kondisi geografik. Penderita GAKY lebih banyak ditemukan di daerah dataran tinggi dibandingkan di daerah dataran rendah. Air dan tanah pada dataran tinggi mengandung yodium yang lebih rendah dibandingkan dataran rendah. Konsumsi yodium yang kurang akan menyebabkan GAKY. Cara untuk mengetahui tingkat kerawanan GAKY di suatu daerah ada bermacam-macam diantaranya adalah dengan mengukur kadar ekskresi yodium dalam urin. Menurut WHO (2001), tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urine mudah diperoleh. Suatu individu dikatakan normal apabila nilai YODIUM URIN µg/l urin. Pengukuran kadar ekskresi yodium dalam urin merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui kecenderungan suatu daerah mengalami endemik GAKY atau tidak.
30 16 Lokasi : ketersediaan pangan Karakteristik sosial ekonomi : Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan rumah tangga Jumlah anggota keluarga Konsumsi pangan : Status kesehatan Pangan sehari Tingkat kecukupan E, P, vitamin Status gizi Pangan sumber yodium Garam beryodium Pangan goitrogenik Kadar yodium urin Tingkat kecukupan yodium TSH Status yodium : EYU* : < 20 µg/l : def.berat EYU : µg/l : def.sedang EYU : µg/l : def.ringan EYU : µg/l : optimal EYU : µg/l : resiko hipertiroid EYU : > 300 µg/l : resiko merugikan kesehatan Diagram 1 Kerangka Pemikiran Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti *EYU : Ekskresi Yodium Urin
31 METODE Disain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari penelitian inti dengan judul Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar : Studi tentang Konsumsi Pangan, Aspek Sosio-Budaya dan Prestasi Belajar di Wilayah dengan Agroekologi yang Berbeda. Penelitian ini menggunakan crosssectional design. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei Penelitian dilakukan di 6 SD yang berada di 3 kecamatan di Kabupaten Cianjur, yaitu Pagelaran, Kecamatan Pasir Kuda, dan Kecamatan Kadupandak. Keenam sekolah terpilih adalah SDN Pasirpari dan SDN Kertaharja yang terletak di Kecamatan Pagelaran, SDN Sukajaya dan SDN Gunung Kembang yang terletak di Kecamatan Pasir Kuda serta SDN Jember dan SDN Gandasari yang terletak di Kecamatan Kadupandak. Pemilihan lokasi dipilih secara purposive berdasarkan pada prevalensi GAKY tertinggi menurut Dinas Kesehatan Cianjur. Pemilihan SD penelitian dibantu oleh Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) atau Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian. Populasi dan Sampel Dalam pengambilan data terdapat dua kelompok populasi, yaitu : 1. Anak SD sebagai objek pokok penelitian, untuk melihat status gizi, konsumsi pangan dan status yodium urin 2. Ibu dari anak SD sebagai objek pendukung penelitian, untuk melihat karakteristik sosial ekonomi keluarga dan sebagai responden untuk mengetahui pola konsumsi anak terhadap pangan sumber yodium dan goitrogenik. Sampel penelitian dibatasi pada anak SD kelas 5 atau 4 yang berusia antara 9 sampai 14 tahun serta ibu dari anak tersebut. Teknik Penarikan Sampel Contoh diseleksi berdasarkan prevalensi kejadian GAKY di Cianjur menurut rumus Lameshow et al (1997) :
32 18 Keterangan : = level yang signifikan pada 95 % (α=0.05) = 1.96 P = Prevalensi pada konsumsi garam beryodium yang rendah pada area Cianjur 47.2 % (Riskesdas 2007) d = Keinginan presisi yang absolut (0.08) Jika digunakan tingkat signifikansi pada 95% dan prevalensi konsumsi garam beryodium pada daerah kabupaten Cianjur sebesar 47%, maka dibutuhkan sampel minimum sebesar 150 orang. Pada setiap sub-daerah diambil dua sekolah dasar, dan setiap sekolah akan diambil 25 anak secara acak (lihat pada diagram 2). Daerah Pegunungan Cianjur Kecamatan Pagelaran Kecamatan Pasir Kuda Kecamatan Kadupandak SDN Pasirpari SDN Kertaharja SDN Sukajaya SDN Gn.Kembang SDN Jember SDN 25 anak, total 150 anak Diagram 2 Teknik pengambilan sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi : 1. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga 2. Data konsumsi pangan sehari 3. Data konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik 4. Kadar yodium urin 5. Data antropometri anak
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Lebih terperinciGangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)
Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Kelompok 8 Noer Rafidah Ramli (K 111 11 297) Nur Asizah (K 111 11 298) Ramdani (K 111 11 301) Rahmawati Mustamin (K 111 11 303) Febi Riska (K 111 11) Outline Definisi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan judul Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar: Studi tentang Konsumsi Pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciApa yang dimaksud dengan Yodium?
UPAYA MENINGKATKAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DI PROVINSI BALI MELALUI KEBIJAKAN BERWAWASAN KESEHATAN : SURAT EDARAN GUBERNUR BALI NOMOR : 440/2541/KESMAS.DISKES, TANGGAL 16 FEBRUARI 2015 TENTANG PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gaky Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yodium merupakan zat mineral mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid dan berguna untuk proses metabolisme di dalam tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menjadi salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) 1. Pengertian Gangguan akibat kurang Yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat selain luasnya cakupan penduduk yang menderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, yaitu sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat tubuh mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yodium merupakan zat yang esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Departemen Kesehatan (2000) menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di antaranya adalah
Lebih terperinciKONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah gizi diantaranya yaitu kekurangan yodium dan kekurangan yodium dapat diderita orang pada setiap kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yodium merupakan trace elements yang dibutuhkan tubuh sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh kekurangan yodium, pembentukan hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah. kelenjar gondok, kekurangan yodium dapat mempengaruhi kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY) adalah salah satu dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah kesehatan yang masih membutuhkan
Lebih terperinciPENDAHULAUAN Latar Belakang
PENDAHULAUAN Latar Belakang Tubuh membutuhkan iodin untuk pembentukan hormon tiroid yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3 ). Kedua hormon ini sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan perlu dikaji secara kompleks. Salah satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi perbincangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara maju dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Fungsi Yodium Proses Metabolisme Yodium
5 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Yodium terdapat di tanah dan di laut dalam bentuk iodida. Tahun 1811 yodium ditemukan dalam ganggang laut oleh Bernard Courtois. Iodida berasal dari kata iode yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan. masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Berdasarkan data world health
Lebih terperinciANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA
ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang dapat
Lebih terperinciGIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7
GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun
Lebih terperinciLYDIA NURVITA RACHMAWANTI J
HUBUNGAN ANTARA PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN GARAM BERYODIUM DENGAN STATUS YODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA SELO, KECAMATAN SELO BOYOLALI JAWA TENGAH Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)
anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukan proporsi nilai ekskresi yodium urin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang
PENDAHULUAN Latar belakang Kurang zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa (Untoro, 2004). Zat gizi mikro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tetap menjadi ancaman global utama untuk kesehatan dan pembangunan. Defisiensi yodium memiliki beberapa efek buruk pada pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Kalium Iodat atau KIO3 adalah serbuk berwarna putih dan tidak berbau serta mempunyai berat molekul 214,00. kalium iodat mudah larut dalam air dan berfungsi mengatur keseimbangan
Lebih terperincipendahuluan dari 27 siswa kelas 1 usia 6-7 tahun di SDN Mojomulyo, terdapat 15 anak (55%)
PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciGIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes
GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat
Lebih terperinciAYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO BELA DWI NURDITIA
MAKALAH NUTRISI IODINE Disusun oleh: AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO 12613052 BELA DWI NURDITIA 12613144 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2014
Lebih terperinciSTUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG Sunarsih Yudawati, Emy Setyowati Program Studi Diploma 3 Akademi Kebidanan Wira Husada
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) masih menjadi masalah global bagi kesehatan dan perkembangan populasi dunia. Prevalensinya sebesar 36,4% pada tahun 2003, menurun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinci12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG
12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciPENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA
PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan
Lebih terperinciANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI
ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,
Lebih terperinciDAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH
DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada umumnya yang perlu diperhatikan yaitu status kesehatan terutama masalah gizi, faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA DI DAERAH PENGHASIL TEMBAKAU TERHADAP KEJADIAN GAKI PADA ANAK SD
HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA DI DAERAH PENGHASIL TEMBAKAU TERHADAP KEJADIAN GAKI PADA ANAK SD Kartika Pibriyanti 1, Oktia Woro KH 2, Intan Zainafree 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciGambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil
13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana adalah perawatan kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa usia subur (Azis, 1997). Hampir seluruh negara berkembang memiliki
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinci