BAB III. METODA PENELITIAN. tujuan penelitian tersebut. Selain itu, adapun metoda yang dilakukan peneliti dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. METODA PENELITIAN. tujuan penelitian tersebut. Selain itu, adapun metoda yang dilakukan peneliti dalam"

Transkripsi

1 BAB III. METODA PENELITIAN III.1 Metoda Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan agar dapat tercapainya tujuan penelitian tersebut. Selain itu, adapun metoda yang dilakukan peneliti dalam melakukan penentuan lokasi dilihat dan dipertimbangkan berdasarkan pada: Lokasi penelitian merupakan salah satu permukiman informal yang berada di pesisir pantai Lokasi penelitian merupaka permukiman ilegal yang dibangun secara tidak normal dan penggunaan tanah yang belum terencana Kehidupan ekonomi masyarakat yang masih terbilang jauh dibawah standar dan masih tradisional Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah Kepadatan penduduk yang tinggi Adanya pertimbangan waktu, tenaga, biaya dan juga akomodasi yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan dengan tema eksplorasi, dimana peneliti menggali lebih dalam lokasi penelitian (studi kasus yaitu Pesisir Kampung Nelayan Belawan), yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, kehidupan ekonomi masyarakat, penggunaan tanah serta adanya dampak dari kehidupan sosial-ekonomi terhadap distribusi penyebaran ruang. 36

2 III.2 Metoda Penentuan Variabel Penelitian Variabel merupakan objek penelitian atau suatu objek yang menjadi permasalahan dalam suatu penelitian. Dalam menentukan variabel, peneliti menggunakan landasan teori. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah (Tabel 3.1) Tabel 3.1 Metoda Penentuan Variabel Penelitian Landasan Teori Interpretasi Variabel Kehidupan Masyarakat Pesisir Landasan Teori: Sosial Setioko, dkk (2011), menyatakan bahwa aktivitas yang rutin nelayan lakukan ialah sesuatu yang berhubungan dengan ikan dan perikanan, memperbaiki kapal sebelum atau sesudah berlabuh, membuat alat pancing, dan memperbaiki mesin kapal (Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing Area. International Journal of Science and Research, 8(3), ) Kehidupan pesisir yang keras membuat masyarakatnya memiliki perilaku yang temperamental. Selain perilaku masyarakatnya, kegiatan dan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir umumnya dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga. Misalnya kaum pria yang sudah produktif memilih untuk menjadi nelayan. Sedangkan kaum wanita dan juga anak-anak memilih kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangganya. Selain itu, tradisi dan bencana alam juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat meliputi : -Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan berdasarkan gender -Perilaku sehari-hari masyarakat -Tradisi atau acara di suatu daerah -Bencana alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pesisir Landasan Teori: Mata pencaharian primer masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan. Nelayan sendiri terbagi atas 3 golongan yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan juga nelayan Kehidupan ekonomi masyarakat meliputi : -Mata pencaharian primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan -Mata pencaharian sekunder 37

3 Landasan Teori Interpretasi Variabel Ahmed, dkk (2013) menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi atas tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman (Sumber:Ahmed, N., Rahman, S., Bunting, S. W., & Brugere, C. (2013). Socio economic and ecological challenges of small scale fishing and strategies for its sustainable management: A case study of the Old Brahmaputra River, Bangladesh. Singapore Journal of Tropical Geography, 34(1), ) musiman. Mata pencarian sekunder masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang. Umumnya masyarakat memilih menjadi pedagang baik dengan berjualan di pasar maupun membuka warung. masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, penarik becak dan juga pedagang. Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Landasan Teori : Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar, adalah ruang-ruang yang biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki dampak terhadap masyarakatnya (Sumber: Garlake, P. (2002). Early art and architecture of Africa. Oxford: Oxford University Press) Dampak Sosial-Ekonomi Terhadap Penyebaran Penggunaan Lahan Landasan Teori : Setioko, dkk (2011) Adanya fungsi penggunaan lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di tengah permukiman masyarakat. Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman. Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan munculnya warung, pasar dan juga tempat perlelangan ikan. Munculnya interaksi yang terjadi Penggunaan lahan di suatu permukiman meliputi: -Area ruang terbuka -Pasar -Rumah ibadah -Area perkantoran Dampak sosial-ekonomi terhadap penggunaan lahan dan menjadi penyebab keramaian meliputi: -Penyebaran warung -Area pasar dan juga tempat perlelangan ikan (TPI) 38

4 Landasan Teori Interpretasi Variabel menyatakan bahwa TPI merupakan kunci dalam membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik intra-sektor maupun lintas sektor. (Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing Area. International Journal of Science and Research, 8(3), ) antara penjual dan pembeli serta diikuti dengan adanya kegiatan ekonomi menjadikan ketiga fungsi ruang ini menjadi dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan sosialekonomi. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah. -Sekolah III.3 Metoda Pengumpulan Data Terdapat dua jenis pengumpulan data (Tabel 3.2) yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: a) Pengumpulan Data Primer Data primer ialah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Baik itu pengamatan dan juga kuesioner. Observasi langsung, yaitu peneliti mengamati langsung serta mendokumentasikan beberapa gambar guna mendapatkan bahan keperluan penelitian. Observasi langsung dilakukan pada untuk melihat aktivitas, kegiatan serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir. Kuesioner, yaitu lembar pertanyaan yang akan diberikan kepada responden dengan tujuan mendapatkan jawaban yang akurat serta memiliki keterkaitan dengan hal yang diteliti. Jawaban responden ini kemudian akan diolah menjadi data. 39

5 b) Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya dilakukan secara tidak langsung namun masih memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Sumber data didapat dari buku, jurnal (nasional maupun internasional), arsip dokumen, data statistik dari lurah dan juga referensi lainnya yang berkaitan dengan dampak sosial ekonomi, distribusi penggunaan ruang di kawasan pesisir. 40

6 Tabel 3.2 Metoda Pengumpulan Data Variabel Data Yang Diperlukan Metoda Kehidupan sosial masyarakat meliputi : -Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan berdasarkan gender -Perilaku sehari-hari masyarakat -Tradisi atau acara di suatu daerah -Bencana alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Kehidupan ekonomi masyarakat meliputi : -Mata pencaharian primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan -Mata pencaharian sekunder masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, penarik becak dan juga pedagang (Data Primer) Mengidentifikasi kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat (Data Primer) Mengidentifikasi tradisi yang ada di kawasan tersebut juga pengaruh bencana alam terhadap kehidupan sosial (Data Sekunder) Data dari lurah tentang profesi masyarakat di kawasan pesisir Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan Mengambil gambar yang akan diteliti seperti kegiatan, aktivitas serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir Menyebarkan kuesioner terkait dengan kegiatan dan aktivitas, tradisi, juga bencana alam yang menjadi salah satu pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan Melakukan pengambilan gambar yang akan diteliti Membagikan kuesioner yang memiliki keterkaitan perekonomian masyarakat yang dapat berdampak terhadap distribusi penggunaan ruang Penggunaan lahan di suatu permukiman meliputi: -Area ruang terbuka -Pasar -Rumah ibadah -Area perkantoran Dampak sosial-ekonomi terhadap penggunaan lahan dan menjadi penyebab keramaian meliputi: -Penyebaran warung -Area pasar dan juga Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak : Tempat ibadah Ruang terbuka Area pertemuan (balai) Warung Area perkantoran Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak : Warung Pasar Tempat pelelangan ikan Sekolah Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan. Melakukan pengambilan gambar fasilitas umum yang akan diteliti Menentukan titik-titik atau pemetaan dimana letak adanya penyebaran fungsi warung, ruang terbuka, balai pertemuan dan juga area perkantoran Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan Melakukan pengamatan langsung dengan melihat atau mencari faktor yang 41

7 Variabel Data Yang Diperlukan Metoda tempat perlelangan ikan (TPI) -Sekolah menyebabkan keramaian pada satu lokasi. Misalnya adanya sekolah ataupun pasar. Dapat juga dilakukan pemetaan tentang penyebaran fungsi tanah dan juga faktor penyebab keramaian Membuat peta area permukiman yang dilihat melalui Google Earth dan kemudian digambar ulang melalui SketchUp atau AutoCad Adapun pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner yang disebarkan dalam rangka mengumpulkan data adalah sebagai berikut : Kehidupan Sosial Masyarakat di Kawasan Pesisir 1. Apakah terdapat suatu tradisi di kawasan tempat tinggal anda? 2. Apakah tradisi tersebut? 3. Seberapa sering tradisi tersebut anda lakukan? 4. Adakah lokasi tertentu untuk mengadakan acara tradisi tersebut? 5. Mengapa anda dan seluruh penghuni kampungmemilih lokasi tersebut? 6. Pernahkah anda mengadakan sebuah acara pesta (sunatan/pernikahan)? 7. Dimana lokasi yang anda pilih untuk mengadakan acara tersebut? 8. Mengapa anda memilih lokasi tersebut? 9. Adakah suatu ruang terbuka (lapangan/area bermain) di kawasan tempat anda tinggal? 42

8 10. Berfungsi sebagai apakah ruang terbuka tersebut selain untuk olahraga dan bermain? 11. Apakah sering terjadi bencana alam di kawasan tempat tinggal anda? 12. Bencana alam apa yang sering terjadi di kawasan tempat tinggal anda? 13. Seberapa sering bencana alam tersebut terjadi? 14. Bila anda tinggal di daerah rawan bencana alam, apakah anda akanberencana pindah? 15. Bila anda memilih tidak, apa yang anda lakukan ketika tempat tinggal anda terkena bencana alam tersebut? Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Pesisir 16. Apakah anda seorang nelayan? 17. Apakah hasil tangkapan (ikan) yang anda dapatkan akan anda olah sendiri? 18. Jika anda mengolah ikan hasil tangkapan, lokasi mana yang andagunakan sebagai ruang pengelolaan? 19. Jika Anda menjawab no 18,mengapa anda memilih lokasi tersebut? 20. Apakah anda memiliki sebuah warung? 21. Jika jawaban nomor 20 YA, dimana letak warung anda? 22. Mengapa anda memilih lokasi tersebutsebagai posisi letak warung? 23. Bila anda memiliki warung, apakah anda menyediakan meja dan kursi untuk tempat warga berkumpul dan atau berbincang bincang? 24. Jika untuk pertanyaan nomor 24 YA, mengapa anda menyediakan ruang untuk berkumpul dan atau berbincang bincang pada area sekitar warung? 43

9 25. Apakah terdapat sebuah pasar dadakan di daerah tempat tinggal anda? 26. Dimanakah lokasi pasar dadakan tersebut diadakan? 27. Apakah Anda tau riwayat keberadaan pasar tersebut? 28. Jika jawaban nomor 29 YA, menurut pendapat Anda mengapa posisi pasar tersebut di tempat itu? 29. Mengapa Anda memilih tinggal di tempat ini? III.4 Metoda Analisa Data Dalam menganalisa data (Gambar 3.1 hingga Gambar 3.4) yang diperoleh oleh peneliti berbasis pada variabel. Peneliti tetap menghubungkan kepada teori. Kemudian data tersebut diinterpretasi berdasarkan isu permasalahan yang diangkat. Data yang diinterpretasi dihubungkan dengan landasan teori. 44

10 Landasan Teori -Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas kegiatannya. Juga Matthews (2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen. (Sumber : Jeyarajah, S., & Santhirasegaram, S. THE INTERNATIONAL JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.) -Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan serta status sosial mereka. (Sumber :Boelaars, J. H. M. C. (1984). Kepribadian Indonesia modern: suatu penelitian antropologi budaya. Gramedia. Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Kehidupan pesisir yang keras membuat masyarakatnya memiliki perilaku yang temperamental; kegiatan dan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir umumnya dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga. Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir Analsa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan pesisir Gambar 3.1 Metoda Analisa Kehidupan Sosial Masyarakat 45

11 Landasan Teori -Ahmed, dkk (2015) menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi atas tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman -Ahmed, dkk (2015) yang menyatakan bahwa nelayan musiman melakukan penangkapan ikan selama beberapa kali dalam setahun (Sumber : Ahmed, N., Rahman, S., Bunting, S. W., & Brugere, C. (2013). Socio economic and ecological challenges of small scale fishing and strategies for its sustainable management: A case study of the Old Brahmaputra River, Bangladesh. Singapore Journal of Tropical Geography, 34(1), ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Mata pencaharian primer masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan. Mata pencarian sekunder masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang. Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga pedagang Gambar 3.2 Metoda Analisa Kehidupan Ekonomi Masyarakat 46

12 Landasan Teori Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar, adalah ruang-ruang yang biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki dampak terhadap masyarakatnya Wright (1993) yang menyatakan bahwa lokasi tempat ibadah membuktikan pentingnya kekuatan dalam mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan industri dipengaruhi oleh konfigurasi global. (Sumber: Garlake, P. S. (2002). Early art and architecture of Africa. Oxford: Oxford University Press.Wright, H. T. (1993). Trade and politics on the eastern littoral of Africa, AD The archaeology of Africa: Food, metals and towns, ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Adanya fungsi penggunaan lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di tengah permukiman masyarakat. Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman. Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor dan rumah ibadah Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar Gambar 3.3 Metoda Analisa Penggunaan Tanah 47

13 Landasan Teori -Setioko, dkk (2011) menyatakan bahwa TPI merupakan kunci dalam membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik intra-sektor maupun lintas sektor. (Sumber:Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing Area. International Journal of Science and Research, 8(3), ) -Horton (1994) yang menyatakan bahwa pasar merupakan pusat lokasi komunal kegiatan masyarakat. (Sumber: Horton, M. C. (1994). Swahili architecture, space and social structure. Architecture and order: Approaches to social space, ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan munculnya warung, pasar dan juga tempat perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah. Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga tempat pelelangan ikan Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut. Gambar 3.4 Metode Analisa Dampak Sosial-Ekonomi Dalam Penyebaran Penggunaan Tanah 48

14 III.5. Metoda Menghasilkan Penemuan Metoda menghasilkan penemuan didapatkan melalui sintesa teori dan data berdasarkan interpretasi kajian teori dan mengaitkan permasalahan penelitian. Metoda dalam menghasilkan penemuan diperoleh melalui analisa data (Gambar 3.5 sampai 3.8) Landasan Teori -Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas kegiatannya. Juga Matthews (2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen. (Sumber : Jeyarajah, S., & Santhirasegaram, S. THE INTERNATIONAL JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.) -Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan serta status sosial mereka. (Sumber :Boelaars, J. H. M. C. (1984). Kepribadian Indonesia modern: suatu penelitian antropologi budaya. Gramedia. Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Kehidupan pesisir yang keras membuat masyarakatnya memiliki perilaku yang temperamental; kegiatan dan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir umumnya dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga. Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir Analisa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan pesisir PENEMUAN Rumah memiliki pengaruh terhadap kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat, seperti dalam melakukan pelaksanaan tradisi dan pesta. Masyarakat yang enggan untuk pindah rumah walaupun kawasan ini sering terkena air pasang Gambar 3.5 Metoda Menghasilkan Penemuan Kehidupan Sosial Masyarakat 49

15 Landasan Teori -Ahmed, dkk (2015) menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi atas tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman -Ahmed, dkk (2015) yang menyatakan bahwa nelayan musiman melakukan penangkapan ikan selama beberapa kali dalam setahun (Sumber : Ahmed, N., Rahman, S., Bunting, S. W., & Brugere, C. (2013). Socio economic and ecological challenges of small scale fishing and strategies for its sustainable management: A case study of the Old Brahmaputra River, Bangladesh. Singapore Journal of Tropical Geography, 34(1), ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Mata pencaharian primer masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan. Mata pencaharian sekunder masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang. Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga pedagang Penemuan Masyarakat lebih banyak memilih berprofesi sebagai wiraswasta Para perempuan cenderung membuka warung karena memiliki fleksibilitas dalam mengatur waktu, mengurus rumah dan juga anak mereka. Gambar 3.6 Metoda Menghasilkan Penemuan Kehidupan Ekonomi Masyarakat 50

16 Landasan Teori Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar, adalah ruang-ruang yang biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki dampak terhadap masyarakatnya Wright (1993) yang menyatakan bahwa lokasi tempat ibadah membuktikan pentingnya kekuatan dalam mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan industri dipengaruhi oleh konfigurasi global. (Sumber: Garlake, P. S. (2002). Early art and architecture of Africa. Oxford: Oxford University Press.Wright, H. T. (1993). Trade and politics on the eastern littoral of Africa, AD The archaeology of Africa: Food, metals and towns, ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Adanya fungsi penggunaan lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di tengah permukiman masyarakat. Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman. Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor dan rumah ibadah Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar Penemuan Penggunaan tanah di permukiman ini banyak difungsikan sebagai hunian dan juga ruang terbuka. Sebagian besar rumah hunian memiliki warung sebagai penyokong kebutuhan ekonomi masyarakat Gambar 3.7 Metoda Menghasilkan Penemuan Penggunaan Tanah 51

17 Landasan Teori -Setioko, dkk (2011) menyatakan bahwa TPI merupakan kunci dalam membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik intra-sektor maupun lintas sektor. (Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing Area. International Journal of Science and Research, 8(3), ) -Horton (1994) yang menyatakan bahwa pasar merupakan pusat lokasi komunal kegiatan masyarakat. (Sumber: Horton, M. C. (1994). Swahili architecture, space and social structure. Architecture and order: Approaches to social space, ) Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori Data Yang Diinterpretasi Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan munculnya warung, pasar dan juga tempat perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah. Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga tempat pelelangan ikan Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut. Penemuan Pengelompokan permukiman berdasarkan penyebaran fungsi Faktor suatu fungsi dapat berperan sebagai generator di kawasan pesisir Kampung Nelayan Belawan Gambar 3.8 Metode Menghasilkan Penemuan Dampak Sosial-Ekonomi Dalam Penyebaran PenggunaanTanah 52

18 BAB IV. KAWASAN KAMPUNG NELAYAN BELAWAN IV.1 Keberadaan Kampung Nelayan Belawan di Kota Medan Kampung Nelayan Belawan Medan adalah salah satu permukiman informal yang berada di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara. Letak Kampung Nelayan Belawan sendiri berada di timur laut Kota Medan. Lokasi Kampung Nelayan Belawan Medan berada pada 3 derajat garis lintang utara dan 98 derajat garis bujur timur dunia (Gambar 4.1). Peta Sumatera Utara Peta Kota Medan Peta Belawan Gambar 4.1 Lokasi Penelitian di Kota Medan (Sumber: Google Earth, (2017)) 53

19 Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso di sebelah timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Bekukang dan Jalan Kakap. Sebelah barat Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Makam Pahlawan, serta di sebelah utara Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan laut lepas (Gambar 4.2). Keterangan Gambar: Lokasi Penelitian Batas Utara Batas Timur Batas Selatan Batas Barat Gambar 4.2 Batasan Lokasi Penelitian (Sumber :Google Earth (2017)) Letak permukiman Kampung Nelayan Belawan ini cukup strategis. Banyak transportasi umum dari pusat kota Medan menuju lokasi tersebut. Jarak dari pusat Kota Medan menuju Kampung Nelayan Belawan sendiri berkisar 21.5 km yang dapat di tempuh dengan mengendarai kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dalam waktu 75 menit melalui Jalan Yos Sudarso. Alternatif jalan lain yang digunakan masyarakat menuju ke kawasan tersebut adalah menggunakan jalan tol yaitu Tol Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa). Jarak menuju Kampung Nelayan Belawan dari Kota Medan berkisar 25.2 km, terbilang jauh dari jalan yang berada di 54

20 perkotaan.walaupun demikian, waktu yang di tempuh melalui jalan tol ini terbilang lebih cepat, yaitu sekitar 38 menit. Jalan tol yang bebas macet dan hanya kendaraan tertentu saja yang dapat masuk, menjadikan jalan ini menjadi alternatif bagi masyarakat yang mengendarai kendaraan roda empat. Selain banyaknya transportasi dan alternatif jalan menuju ke kawasan tersebut, Kampung Nelayan Belawan berdekatan dengan Pelabuhan Belawan yang menjadi salah satu pintu gerbang via laut menuju Kota Medan bahkan Sumatera Utara. Jaraknya sekitar 5.1 km. Selain dekat dengan pelabuhan, Kampung Nelayan Belawan juga dekat dengan Kantor Bea Cukai Belawan dengan jarak sekitar 3 km. Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan dan juga masyarakat yang berada di Kota Medan, Belawan identik sebagai kawasan industri. Hal ini dikarenakan terdapat salah satu kawasan, yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) yang menjadi salah satu pabrik industri yang bergerak di bidang industri, kabel dan telepon, serta pengelolahan air limbah. Kampung Nelayan Belawan sendiri berada di daerah Belawan, namun jaraknya sangat jauh dengan pabrik tersebut. Jarak tersebut berkisar 19.7 km dari KIM menuju Kampung Nelayan Belawan sehingga polusi yang dihasikan oleh pabrik tidak begitu mencemari udara bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan. IV.2 Kehidupan Sosial Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan 55

21 Kehidupan sosial masyarakat di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan memiliki keterkaitan dengan aktivitas, kegiatan, perilaku yang dilakukan sehari-hari, adanya suatu tradisi juga adanya keterkaitan dengan bencana alam. Adanya penelitian yang dilakukan di kawasan tersebut, membuat peneliti dapat mendeskripsikan aktivitas, kegiatan serta perilaku masyarakat yang dilakukan sehari-hari. Di dalam suatu permukiman, tentu saja terdapat satu fasilitas yang digunakan masyarakat. Hal ini juga berlaku di permukiman informal yang secara umum terbentuk dengan spontan. Fasilitas tersebut seperti adanya ruang terbuka berupa lapangan atau area bermain. Namun, walaupun ruang terbuka tersebut berupa lapangan, ternyata fungsi ruang terbuka tersebut tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Beberapa masyarakat memakai lapangan tersebut untuk menjemur pakaian, sebagai tempat parkir (bila salah satu warga mengadakan pesta), dan juga digunakan masyarakat sebagai area untuk lomba 17 Agustus dan juga untuk kurban.walaupun demikian, beberapa masyarakat juga menggunakan ruang terbuka tersebut sebagai area bermain. Selain ruang terbuka yang menjadi salah satu ruang terjadinya aktivitas dan kegiatan masyarakat, terdapat juga suatu tradisi yang sering dilakukan masyarakat di Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat menyebut tradisi ini dengan sebutan tradisi mengucapkan syukur. Hal ini dilakukan masyarakat sebagai tanda rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rezeki untuk mereka 56

22 dan juga masyarakat di sekitar permukiman. Namun, tidak ada waktu tertentu untuk melakukan tradisi tersebut. Tradisi ini berbentuk seperti pesta bersama yang diadakan masyarakat di salah satu rumah warga. Biasanya masyarakat memilih rumah yang dapat menampung banyak warga dan juga lokasi rumah tersebut yang strategis. Hal ini dikarenakan agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses lokasi tersebut. Selain adanya tradisi sebagai ucapan syukur atas kelimpahan rezeki dari Tuhan yang diadakan seperti pesta bersama, ada juga pesta yang dilakukan masyarakat secara pribadi. Acara yang dilakukan seperti acara pernikahan dan juga acara sunatan. Biasanya lokasi yang dipilih masyarakat dalam mengadakan acara tersebut adalah di halaman depan rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan karena masyarakat merasa bahwa acara yang mereka adakan harus dekat dengan rumah sehingga memudahkan proses berlangsungnya acara, baik dari acara di atas panggung maupun hidangan makanan yang disediakan. Senada dengan ruang terbuka dan juga tradisi yang memunculkan kegiatan sosial di lingkungan masyarakat, bencana alam juga dapat memunculkan kegiatan sosial di lingkungan tersebut. Bencana alam yang sering terjadi di permukiman ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut. Namun, banjir di permukiman ini berbeda dengan banjir yang diakibatkan oleh air hujan. Banjir yang terjadi karena pasangnya air laut, akan surut dalam waktu berkisar 3 jam. Sedangkan banjir yang 57

23 diakibatkan karena air hujan, akan surut dalam waktu beberapa minggu. Tidak ada waktu tertentu terjadinya air pasang. Namun menurut masyarakat, air pasang akan terjadi setidaknya dua kali dalam sebulan dan air laut akan bertambah volumenya ketika mendekati bulan puasa (bulan Ramadhan). Walaupun permukiman ini sering dilanda oleh banjir karena air pasang, masyarakat yang tinggal di permukiman ini memilih untuk tidak pindah dari kawasan ini. Beberapa masyarakat merasa sudah nyaman tinggal di kawasan ini sehingga enggan untuk berpindah tempat. Pada saat terjadi pasang air laut, masyarakat juga memilih untuk tetap berada di rumah mereka. Hal ini dikarenakan mereka harus menjaga barang serta perabotan rumah mereka. Tapi hal tersebut tidak berlaku jika tingginya air laut ketika pasang. Masyarakat akan mengungsi dan membawa barang berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik lainnya. IV.3 Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Pada umumnya, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, pada kawasan Kampung Nelayan Belawan ini, profesi wiraswasta menjadi profesi yang banyak dilakukan masyarakat. Walaupun demikian, profesi nelayan juga menjadi profesi kedua yang banyak dilakukan masyarakat. 58

24 Nelayan yang tinggal di kawasan ini, umumnya menangkap ikan dan hasil laut dengan kapal dan menjualnya langsung ke pasar atau juga tempat perlelangan ikan (TPI). Para nelayan juga keluarga nelayan memilih menjual langsung karena minimnya keterbatasan keahlian mereka dalam mengolah ikan tersebut. Namun, beberapa masyarakat juga tidak memungkiri bahwa bila mereka memiliki keahlian dalam mengolah ikan, mereka akan mengolahnya dengan menggunakan lahan terbatas yang berada dirumah mereka. Hal ini mereka lakukan agar memudahkan pengawasan dalam menjemur ikan tersebut (seperti gangguan dari anak-anak maupun dari hewan peliharaan). Selain bekerja sebagai nelayan, masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta umumnya memiliki warung di dekat tempat tinggal mereka. Warung tersebut biasanya terletak di teras rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan agar mempermudah masyarakat dalam hal pengawasan dan juga penjagaannya. Beberapa masyarakat menyediakan kursi dan juga meja di depan warung mereka. Selain untuk berbincang-bincang dengan warga masyarakat lainnya, alasan pemilik warung menyediakan kursi dan meja agar warung mereka terkesan ramai dan banyak pembeli yang datang. Berjualan dengan membuka warung merupakan salah satu profesi alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Selain berjualan dengan membuka warung, masyarakat juga memilih berjualan di pasar. Tidak terdapat pasar dadakan di kawasan Kampung Nelayan Belawan ini. Namun 59

25 menurut masyarakat, pemerintah menyediakan bazaar berupa bahan kebutuhan pokok (seperti beras, gula, dan lain-lain) dengan harga yang lebih murah. Pemerintah yang diwakilkan oleh kelurahan setempat mengadakan bazaar tersebut di halaman kantor lurah. Selain itu, acara bazaar ini diadakan ketika menjelang bulan puasa (bulan Ramadhan) yang biasanya bahan pokok kebutuhan masyarakat sedang naik di pasaran. IV.4 Penggunaan Tanah di Lokasi Penelitian Penggunaan tanah di kawasan Kampung Nelayan Belawan ini bervariasi terutama pada fungsi penggunaan tanahnya. Penggunaan tanah di permukiman ini umumnya berfungsi sebagai lahan hunian masyarakat. Namun tidak sedikit pula penggunaan tanah dijadikan sebagai fasilitas penunjang dari pemerintah. Misalnya adanya area perkantoran, adanya fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan dan lain sebagainya. Penggunaan tanah pada umumnya digunakan sebagai hunian masyarakat.sebagian masyarakat yang memiliki tanah yang sedikit berlebih digunakan untuk mendirikan sebuah warung. Warga yang memiliki warung umumnya memiliki meja serta kursi yang digunakan masyarakat untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainnya (baik sekedar mengobrol, maupun bermain kartu). Namun, fenomena yang muncul di lapangan ialah berdirinya satu warung dengan warung yang lainnya memiliki jarak sekitar 5 meter saja. Bahkan di beberapa lokasi 60

26 tertentu, tetangga yang rumahnya bersebelahan juga memiliki warung. Yang artinya jarak antara warung satu dengan warung yang lainnya hanya dipisahkan oleh tembok rumah saja (tidak sampai 3 meter). Selain warung, penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai pasar. Pada kawasan Kampung Nelayan Belawan ini terdapat satu pasar yang cukup besar dan letaknya juga cukup strategis. Pasar ini digunakan masyarakat untuk berbelanja keperluan serta kebutuhan mereka sehari-hari. Selain sebagai tempat berjualan, beberapa sisi pasar ini juga digunakan masyarakat yang berprofesi sebagai penarik becak untuk mangkal menunggu penumpang. Penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai dermaga. Dermaga sendiri merupakan suatu tempat yang difungsikan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal yang sudah selesai digunakan. Pada dermaga juga terdapat tempat perlelangan ikan sementara. TPI sementara ini digunakan para nelayan untuk memisahkan ikan tangkapan berdasarkan jenisnya sebelum dijual ke tempat perlelangan ikan yang lebih besar. Selain digunakan sebagai area kebutuhan ekonomi, penggunaan lahan juga digunakan sebagai area fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Misalnya fasilitas pendidikan. Pada kawasan ini, terdapat dua jenis fasilitas yang disediakan yaitu TK (Taman Kanak-Kanak) dan juga SD (Sekolah Dasar). Jarak antara TK dan SD ini berkisar 100 meter. Area yang cukup ramai berada di kawasan SD. Hal ini 61

27 dikarenakan, selain jumlah siswanya yang terbilang cukup banyak, terdapat juga pedagang kaki lima yang berjualan di sekitaran sekolah. Sehingga apabila jam istirahat dan jam pulang sekolah, para siswa akan beramai-ramai memadati area pedagang tersebut. Fasilitas pendidikan disediakan pemerintah untuk menunjang kebutuhan wajib belajar 9 tahun di kawasan permukiman ini. Selain fasilitas pendidikan, terdapat juga fasilitas ibadah di kawasan ini seperti musholla, mesjid dan juga gereja. Mesjid yang berada di lokasi permukiman ini terbilang cukup besar dan cukup strategis. Namun, tahap renovasi dan pembangunan yang dilakukan oleh pihak mesjid, menjadikan area ini kurang nyaman untuk digunakan. Selain mesjid terdapat juga musholla yang berada sekitar 150 meter dari mesjid tersebut. Musholla di lokasi ini cukup luas namun tertutup sehingga kurang nyaman juga untuk digunakan. Di seberang musholla terdapat juga lokasi yang digunakan untuk manasik haji (sebelum berangkat haji biasanya umat muslim akan berkumpul di lokasi tersebut). Selain mesjid dan musholla, terdapat juga gereja di kawasan permukiman ini. Letak gereja ini cukup dekat dengan mesjid, hanya berkisar 50 meter. Bangunan gereja terbilang cukup besar dan area parkir gereja terbilang cukup luas sehingga jemaat yang hendak beribadah di gereja tersebut dapat dengan mudah dan nyaman memarkirkan kendaraan mereka. Selain fasilitas pendidikan dan ibadah, terdapat juga fasilitas perkantoran di permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Fasilitas perkantoran yang tersedia adalah kantor lurah. Dari jalan utama (Jalan Yos Sudarso) menuju ke kantor lurah 62

28 tersebut, terbilang cukup jauh berkisar 500 km. Beberapa masyarakat menggunakan kendaraan pribadi maupun becak untuk mengantar mereka ke kantor lurah tersebut. Kantor lurah di permukiman ini terbilang kecil dan cukup sempit, serta tidak adanya area parkir untuk kendaraan sehingga beberapa kendaraan harus menggunakan bahu jalan. Lokasi kantor lurah ini bersebelahan dengan lokasi TK (Taman Kanak-Kanak). 63

29 BAB V. KAJIAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI DI KAMPUNG NELAYAN BELAWAN MEDAN V.1 Kajian Kehidupan Sosial di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di kawasan Kampung Nelayan Belawan bervariasi. Umumnya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan ini ditentukan oleh gender dan juga derajat masyarakat di dalam rumah tangganya. Gender dan derajat masyarakat berada dalam suatu tradisi yang selalu menjadi bagian kehidupan penghuni kampung. Perempuan dan lak-laki mempunyai peranan sesuai dengan tingkatannya dalam suatu tradisi. Tradisi mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat. Bahkan, sebagian masyarakat tidak dapat lepas dari tradisi. Tradisi menjadi wadah penghuni untuk bertemu bahkan saling mengetahui kabar penghuni kampung lainnya. Masyarakat Kampung Nelayan pada umumnya berpartisipasi dalam tradisi (69.30%). Salah satu tradisi yang selalu menjadi kegiatan bersama adalah tradisi mengucap syukur (Tabel 5.1). Tradisi mengucap syukur ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala rezeki yang mereka terima dari Tuhan. Namun, tidak ada ketentuan waktu dalam melakukan kegiatan tersebut. Tabel 5.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sebuah Tradisi 01. Keikutsertaan masyarakat dalam sebuah tradisi Ya Tidak Tidak Tahu 69.30% 38.61% 0.99% 64

30 Dalam menjalankan suatu acara tradisi, masyarakat tentu harus menentukan lokasi yang menjadi tempat terlaksananya kegiatan tersebut. Pada umumnya, masyarakat memilih melaksanakan acara tradisi di rumah tinggal mereka sendiri (33.66%). Hal tersebut menjadi pemikiran warga karena dapat menghemat anggaran biaya acara. Tradisi ini menjadi wadah terjadinya gotong royong antar penghuni. Ketika penghuni kampung akan melaksanakan suatu acara tradisi, maka seluruh penghuni akan bergotong royong supaya kegiatan tersebut dapat berjalan lancar. Tabel 5.2 Lokasi Dalam Mengadakan Kegiatan Tradisi 02. Pemilihan lokasi dalam mengadakan acara tradisi Persentase Daerah pantai atau pesisir laut 2.97% Lapangan atau ruang terbuka 3.96% Salah satu rumah masyarakat 33.66% Halaman dari rumah warga 15.84% Tidak ada lokasi tertentu 14.85% Tidak tahu 26.73% Namun, tidak semua rumah masyarakat dapat dijadikan sebagai lokasi untuk mengadakan kegiatan tradisi tersebut. Adapun kriteria dalam menentukan rumah yang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan tradisi adalah lokasi yang dapat menampung banyak orang yang akan datang. Beberapa warga mempertimbangkan 65

31 kelayakan serta letak lokasi. Banyak masyarakat menentukan atau sepakat dalam menggunakan salah satu rumah warga (Tabel 5.2) untuk kegiatan tradisi tersebut. Biasanya, rumah warga yang paling banyak menampung masyarakat pendatang menjadi pilihan lokasi kegiatan tradisi (34.65%). Selain itu, masyarakat juga sepakat bahwa lokasi yang strategis dan juga mudah dicapai oleh seluruh masyarakat juga dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan tradisi (Tabel 5.3) Tabel 5.3 Penentuan Lokasi Pelaksanaan Tradisi 03. Alasan dalam menentukan lokasi pelaksanaan tradisi Persentase Lokasi dapat menampung banyak masyarakat 34.65% Karena acara butuh ruang terbuka 6.93% Lokasi dipilih karena strategis 17.82% Lokasi mudah dicapai oleh seluruh masyarakat 17.82% Tidak tahu 22.77% Dalam melaksanakan acara tradisi, masyarakat tentu saja membutuhkan sebuah ruang. Acara tradisi tersebut dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik kaum laki-laki maupun perempuan ikut serta terlibat dalam proses pelaksanaannya. Menurut Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita mempunyai tanggung jawab pasca panen. Situasi pasca panen adalah aktivitas syukuran atas anugerah 66

32 material yang Tuhan berikan. Situasi ini sangat menuntut kaum perempuan untuk terlibat dalam acara syukuran (Gambar 5.1) Keterangan Gambar: Ruang Untuk Perempuan Ruang Untuk Laki-Laki Peta Kunci Titik Mapping Gambar 5.1 Ilustrasi kegiatan tradisi yang dilakukan masyarakat Teori ini menggambarkan bahwa perempuan juga terlibat dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan mata pencaharian kepala keluarga. Di Kampung Nelayan, kaum laki-laki pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Jerih payah sebagai nelayan merupakan salah satu hasil panen. Proses mengelolah hasil panen merupakan suatu kegiatan yang menuntut partisipasi masyarakat dan juga melibatkan kaum perempuan. Fakta ini menggambarkan analogi yang sama dengan keterlibatan semua pihak, baik kaum laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan kegiatan tradisi syukuran di Kampung Nelayan Belawan. Selain adanya kegiatan tradisi, kehidupan sosial masyarakat juga terjadi saat salah satu warga mengadakan acara pesta. Pesta yang diadakan merupakan pesta pribadi (menggunakan anggaran dana pribadi), seperti acara pernikahan dan juga sunatan. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan ini 67

33 pernah mengadakan sebuah pesta (75.24%). Dan sebagian besar acara yang diadakan adalah pesta pernikahan (Tabel 5.4). Selain acara tradisi, adanya pesta juga dapat menjadi wadah masyarakat untuk bersosialisasi hingga terjadinya gotong royong antar penghuni. Tabel 5.4 Masyarakat yang Mengadakan Pesta 04. Masyarakat yang pernah mengadakan pesta (sunatan/pernikahan) YA TIDAK Tidak Tahu 75.24% 22.77% 1.98% Serupa dengan tradisi, dalam mengadakan sebuah pesta tentu saja harus memiliki pertimbangan terhadap penentuan lokasinya (Tabel 5.5). Hal ini dikarenakan agar memudahkan para tamu undangan datang serta memudahkan pengawasan baik untuk pengawasan pada acara (panggung, makanan juga tempat duduk) maupun pengawasan pada area parkiran. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini memilih untuk menggunakan halaman depan rumah mereka sebagai lokasi untuk mengadakan pesta (37.62%), sehingga harus memakai badan jalan hingga menutup akses jalan tersebut. Rumah mempunyai kekuatan yang dapat mengikat penghuni lainnya dalam suatu kampung. Masyarakat merasa bahagia apabila dapat melaksanakan acara dalam rumah atau halaman rumah. Kebebasan dalam menggunakan ruang sering menjadi motivasi untuk melaksanakan acara dirumah. Halaman rumah adalah bagian perluasan tempat pelaksanaan acara pesta. 68

34 Perilaku ini menjadi kebiasaan penghuni kampung. Ada rasa bangga apabila dapat melaksanakan acara dirumah dan halamannya. Apabila halaman rumah tidak mencukupi, perilaku masyarakat dalam melaksanakan acara meluas ke jalan yang ada didepan rumah mereka. Kebiasaan ini tidak jarang berdampak kepada kondisi jalan yang secara fisik akan ditutup. Hal ini dapat saja berpotensi terjadinya ketidaknyamanan orang yang berlalu melalaui jalan tersebut. Tabel 5.5 Penentuan Lokasi Pesta 05. Penentuan lokasi dalam mengadakan pesta Persentase Menggunakan ruang terbuka 14.85% Menggunakan jalan 18.81% Menggunakan balai pertemuan atau aula 8.91% Menggunakan pantai 2.97% Menggunakan halaman depan rumah 37.62% Tidak Tahu 16.83% Adanya penentuan lokasi untuk acara pesta yang dilakukan masyarakat menjadi salah satu pertimbangan. Hal ini dikarenakan letak lokasi pesta harus memudahkan masyarakat bahkan tamu yang datang dapat dengan mudah mengaksesnya serta pengawasannya. Selain dapat mempermudah pengawasan dalam hal penjagaan terhadap acara dan juga parkir, alasan lainnya masyarakat memilih 69

35 lokasi pesta menggunakan halaman rumah dan jalan ialah agar mereka dapat menghemat anggaran acara (23.76%). Tidak hanya dapat menghemat anggaran, masyarakat juga memilih untuk dekat dengan rumah sebagai lokasi pelaksanaan acara pesta tersebut (Tabel 5.6). Seperti yang kita tahu bahwa untuk mengadakan sebuah acara pesta tentu harus memiliki dana yang cukup besar. Pesta pernikahan merupakan salah satu pesta yang harus memiliki dana yang besar. Menyewa atau memakai sebuah gedung untuk acara tentu saja tidak murah harganya. Untuk itu, sebagian masyarakat beralasan bahwa biaya yang digunakan untuk gedung dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya. Sehingga beberapa warga memilih untuk mengadakan acara pesta di halaman rumah dan juga menutup jalan (Gambar 5.2). Aksesibilitas sendiri merupakan faktor penting untuk penduduk Kampung Nelayan dalam mengambil keputusan.datang ke acara kerabat. Dekat dengan rumah adalah alasan masyarakat untuk pergi ke hajatan kerabat. Rumah tinggal sebagai tempat yang menjadi prioritas karena mengandung makna kebanggaan dan harga diri bagi pemilik rumah. Tabel 5.6 Alasan Memilih Lokasi Pesta 06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase Mudah diakses oleh tetangga yang diundang 22.77% Dekat dengan rumah 21.78% Agar tidak merepotkan tetangga 7.92% Dapat menghemat anggaran acara 23.76% 70

36 06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase Alasan lainnya 4.95% Tidak tahu 18.81% Dalam melaksanakan acara pesta tersebut, masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut harus turut berpartisipasi pada kegiatan acara pesta bersebut. Setioko (2011) menyatakan bahwa keluarga nelayan juga harus membantu nelayan dalam perbaikan kapal, jaring, dan ikut bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di lingkungan tempat mereka tinggal. Peta Kunci Gambar 5.2 Suasana Pesta di Jalan Gulama, Kampung Nelayan Belawan Masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam acara pesta ini umumnya adalah kaum perempuan. Kaum perempuan biasanya akan membantu dalam mempersiapkan acara baik itu memasak, mengatur desain teratak bahkan menjadi panitia acara. Hal ini menuntut masyarakat untuk bergotong royong dalam membantu melaksanakan 71

37 acara ini. Kegiatan acara ini hampir sama dengan pengadaan tradisi, dimana sebagian besar kaum perempuan yang turut berpartisipasi dalam acara ini. Tidak hanya perempuan saja, kaum laki-laki juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dalam mengadakan sebuah acara pesta, masyarakat yang memasuki usia produktif (baik laki-laki maupun perempuan) saling membantu dalam melaksanakan acara ini. gotong royong yang masih kental di Kampung Nelayan ini cukup membantu masyarakat lainnya. Selain adanya pesta dan tradisi yang menjadi salah satu faktor kegiatan sosial yang terjadi di masyarakat, terdapat pula bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial. Bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan ini ialah pasang surut air laut (85.14%). Banyak masyarakat setuju bahwa air pasang menjadi salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan tempat tinggal mereka (Tabel 5.7). Air pasang laut sendiri bukan merupakan bencana alam yang harus selalu diwaspadai oleh masyarakat. Tetapi dampak yang ditimbulkan oleh air pasang ini cukup membuat masyarakat kewalahan. Hal ini dikarenakan air pasang terkadang membawa pengaruh buruk terhadap perabotan, alat rumah tangga dan juga kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Tabel 5.7 Seringnya Terjadi Bencana Alam 07. Seringnya terjadi bencana alam di kawasan masyarakat tinggal YA TIDAK Tidak Tahu 85.14% 13.86% 0.99% 72

38 Dampak yang dialami masyarakat oleh air pasang laut ini adalah banjir yang menggenangi rumah mereka. Banjir yang terjadi di permukiman akibat terjadinya air pasang di kawasan ini, mengingat Kampung Nelayan Belawan merupakan salah satu area yang berada di pesisir pantai. Banjir yang diakibatkan air pasang ini biasanya akan surut dalam waktu tiga jam, sangat berbeda dengan banjir yang disebabkan oleh hujan yang akan surut dalam waktu hingga seminggu. Sehingga banjir akibat air pasang tidak sampai membuat masyarakat mengungsi hingga berhari-hari lama Namun tetap memiliki dampak yang serupa dengan banjir yang diakibatkan oleh hujan. Selain itu, tidak ada waktu tertentu untuk naiknya air pasang ke daratan (40.59%). Kenaikan air laut ini umumnya terjadi pada saat siang hari dan tidak ada ketentuan waktunya (Tabel 5.8). Namun saat peneliti datang untuk melakukan survei lokasi, beberapa masyarakat mengatakan bahwa dalam bulan Maret 2017 hingga April 2017, sudah terjadi empat kali air pasang. Debit air akan terus bertambah terutama saat memasuki bulan puasa (Ramadhan). Tabel 5.8 Waktu Terjadinya Bencana Alam 08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase Sebulan sekali 24.75% Beberapa kali dalam sebulan 34.65% Tidak tentu 40.59% 73

39 08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase Tidak tahu - Seperti yang kita tahu bahwa Kampung Nelayan Belawan Medan terletak di pesisir dan hampir seperempat wilayah permukiman sering terkena air pasang laut. Walaupun demikian, banyak masyarakat yang tidak ingin pindah dari permukiman tersebut (67.32%). Peta Kunci Gambar 5.3 Keadaan jalan yang terkena air pasang Hal tersebut menjadi pemikiran mereka mengingat letak Kampung Nelayan Belawan sendiri berada di lokasi yang strategis. Selain memiliki lokasi yang strategis, sifat kekeluargaan yang masih kental dan juga penduduk yang ramah menjadikan masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan enggan untuk pindah (Tabel 5.9). Sifat masyarakat yang ramah dan saling membantu sama lainnya menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat yang sudah tinggal di permukiman ini enggan untuk 74

40 berpindah. Selain itu, adanya faktor ekonomi dan juga warisan berupa rumah yang ditinggalkan oleh orang tua mereka menjadi salah satu pemikiran masyarakat untuk tidak berencana pindah. Hal ini tentu saja menjadi pemikiran masyarakat apabila suatu hari pihak pemerintah (PT. Pelindo) akan melakukan penggusuran di wilayah ini. Selain itu, tidak tersedianya rumah murah dan strategis oleh pemerintah menjadikan masyarakat memilih untuk tetap berada di lokasi permukiman tersebut walaupun dengan keadaan dan fasilitas yang seadanya. Tabel 5.9 Masyarakat Yang Berencana Pindah 09 Masyarakat yang berencana pindah YA TIDAK Tidak Tahu 31.68% 67.32% 0.99% Masyarakat yang enggan berpindah dari permukiman ini, tentu saja memiliki berbagai macam kegiatan saat terjadinya banjir akibat air pasang. Tidak adanya ketentuan waktu terjadinya pasang air laut, menuntut masyarakat yang tinggal di permukiman ini harus selalu waspada. Walau demikian, pada saat terjadi pasang air laut, masyarakat tetap memilih untuk berada di rumah mereka (63.36%). Hal ini dikarenakan mereka harus menjaga barang serta perabotan rumah mereka (Tabel 5.10). Walaupun demikian, masyarakat juga harus melihat tingginya debit air yang naik ke permukiman. Hal ini dikarenakan apabila terjadinya air laut yang naik ke daratan memiliki debit yang cukup tinggi, maka masyarakat akan mengungsi dan 75

41 membawa barang berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik lainnya agar tidak terendam oleh banjir. Namun, bila masyarakat tidak sempat menyelamatkan barang elektronik di rumah mereka, biasanya mereka akan menempatkan peralatan tersebut di bagian perabotan yang lebih tinggi seperti tempat tidur bahkan lemari. Selain itu aktivitas mengungsi ini sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan. Biasanya masyarakat akan bergotong royong dan saling membantu satu dengan yang lainnya untuk kepentingan bersama. Gotong royong dalam hal ini tentu saja sangat membantu masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut, terutama pada orang tua yang sudah lanjut usia. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini mendahulukan orang yang sudah lanjut usia dalam membantu menyelamatkan perabotannya. Namun tentu saja, hal ini terjadi apabila debit air yang naik ke permukiman cukup tinggi sehingga mengharuskan masyarakat untuk mengungsi. Tabel 5.10 Kegiatan Ketika Terjadi Bencana Alam 10. Hal yang dilakukan masyarakat ketika terkena Persentase bencana alam Mengungsi 19.80% Tetap berada di rumah 63.36% Alasan lain 2.97% Tidak tahu 13.86% 76

42 Terjadinya air pasang di Kampung Nelayan Belawan sendiri sebenarnya bukan merupakan sebuah bencana alam. Sebuah teori tentang ilmu pengetahuan dari Franco (1966) yang menyatakan bahwa terjadinya pasang surut air laut dikarenakan adanya gaya tarik antara bulan dan matahari terhadap bumi. Situasi ini rutin terjadi di kawasan pesisir. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah menetapkan untuk tidak membangun bangunan tempat tinggal yang berlokasi di kawasan pesisir. Selain itu, situasi ini juga menyebabkan air laut mengalami pergerakan hingga terjadinya air pasang di permukiman ini. Air laut yang naik ke daratan menyebabkan banjir sehingga mirip dengan bencana alam akibat hujan seperti pada umumnya. Selain terjadinya air pasang yang menyebabkan naiknya air laut ke daratan, adanya gaya tarik akibat bulan menyebabkan air laut surut dan dapat berdampak pada karamnya kapal di pinggir laut bahkan ditengah laut. Akibat dari gaya tarik inilah, air laut yang semula normal dapat membanjiri permukiman serta jalan yang digunakan masyarakat (Gambar 5.3). Air yang naik ke daratan biasanya akan menggenangi rumah warga bahkan akses jalan di sekitaran permukiman warga. Hal ini tentu saja membuat terjadinya ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat. Apabila terjadi naiknya air laut, maka sebagian warga harus berjalan kaki untuk melintasi akses jalan guna mencapai tempat tujuan. Namun tidak hanya berjalan kaki saja, sebagian masyarakat menggunakan becak kayuh (kendaraan roda tiga yang menggunakan sepeda sebagai alat penggeraknya) untuk dapat melintasi jalan tersebut, Hal ini dikarenakan apabila masyarakat menggunakan kendaraan bermotor untuk melintasinya, maka besar kemungkinan air akan masuk kedalam mesin kendaraan yang dapat menyebabkan 77

43 kendaraan mati mesin (mogok). Selain itu, air pasang laut umumnya terjadi pada saat jam WIB (jam siang) hingga sore jam WIB (jam sore). Dalam rentang waktu tiga jam tersebut, air dari laut akan membanjiri permukiman warga hingga ke jalan. Hal ini akan berbahaya terhadap kendaraan bermotor karena akan bila terendam air tersebut dapat menyebabkan mesin korosi dan terjadi perkaratan bila terkena terus menerus. Selain adanya variasi kegiatan dan aktivitas yang terjadi di Kampung Nelayan Belawan, terdapat juga berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di permukiman ini. Seperti masih dilakukannya membuang sampah sembarangan di sembarang tempat (Gambar 5.4). Hal ini terjadi di salah satu ruang terbuka yang menjadi tempat berkumpulnya sampah. Ruang terbuka yang seharusnya dapat dijadikan area bermain dan bersosialisasi di masyarakat, justru digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Perilaku ini mencerminkan kurang pedulinya masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Perilaku ini tentu saja akan memberikan dampak yang negatif baik bagi masyarakat maupun lingkungannya. 78

44 Peta Kunci Gambar 5.4 Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan Selain kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan yang ditandai dengan membuang sampah sembarangan, perilaku lainnya dapat dilihat saat siang hari dimana masyarakat (umumnya kaum laki-laki) berkumpul di warung kopi. Biasanya masyarakat yang berkumpul hanya untuk mengobrol, meminum kopi, bahkan bermain catur maupun kartu. Perilaku ini biasanya dilakukan masyarakat untuk sekedar mengisi waktu luang atau beristirahat setelah melaut (Gambar 5.5). Peta Kunci Gambar 5.5 Perilaku masyarakat yang sering berkumpul di warung kopi 79

45 Selain sering berkumpul di warung kopi, perilaku lain yang mencerminkan keadaan sosial yang terjadi di masyarakat adalah gotong royong. Perilaku seperti ini memang sering terjadi di permukiman informal. Perilaku gotong royong yang sering terjadi di permukiman Kampung Nelayan Belawan ialah gotong royong dalam membangun rumah, menjalankan kegiatan tradisi dan memperbaiki jaring nelayan (Gambar 5.6). Dalam memperbaiki jaring, terdapat empat hingga lima orang dalam menjalankan aktivitas ini. Namun, tak jarang masyarakat yang tinggal di sekitar turut ikut serta dalam gotong royong ini sehingga meringankan beban tugas nelayan. Peta Kunci Gambar 5.6 Perilaku gotong royong dalam memperbaiki jaring nelayan Terdapat berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di Kampung Nelayan Belawan ini. Salah satu perilaku negatif dilakukan masyarakat di permukiman ini ialah kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, perilaku yang dilakukan masyarakat ialah kebiasaan berkumpul di warung kopi. Bagi masyarakat di Kampung Nelayan 80

46 Belawan, perilaku seperti ini merupakan kebiasaan yang mereka lakukan agar dapat menjalin komunikasi dan bersosialisasi. Dikatakan oleh Boelaars (1984) yang menyatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut kepemilikan satu dengan yang lainnya. Tetapi hal ini tidak terjadi di permukiman Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini umumnya memiliki perilaku suka menolong dan bergotong royong. Tidak ada terjadi keributkan bahkan merebut kepemilikan orang lain. Permukiman Kampung Nelayan Belawan ini sangat kental dengan perilaku kekeluargaan, sosialisasi dan gotong royong di masyarakat. V.2 Kajian Kehidupan Ekonomi di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Masyarakat yang tinggal di permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan memiliki keberagaman dalam hal pekerjaan. Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan. Hal ini juga terjadi di Kampung Nelayan Belawan Medan. Nelayan merupakan salah satu profesi utama bagi sebagian masyarakat yang tinggal di permukiman ini (41.58%). Namun, tidak semua masyarakat yang tinggal berprofesi sebagai nelayan (Tabel 5.11). Tabel 5.11 Masyarakat Berprofesi Sebagai Nelayan 11. Profesi masyarakat sebagai nelayan YA TIDAK Tidak tahu 41.58% 58.42% - 81

47 Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan memilih bekerja sebagai wiraswasta seperti buruh pabrik dan juga pedagang. Profesi buruh pabrik dipilih masyarakat karena memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya (stabil). Hal inilah yang menyebabkan masyarakat sebagian masyarakat memilih untuk bekerja sebagai buruh pabrik. Selain buruh pabrik, terdapat pula profesi sebagai pedagang di permukiman ini. Terdapat masyarakat yang berdagang dengan berjualan di pasar, sekolah dan juga membuka warung di dekat rumah mereka. Profesi berdagang ini cukup banyak dipilih oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan dikarenakan pekerjaan ini tidak begitu keras layaknya profesi nelayan. Profesi nelayan sendiri terbilang cukup keras karena mereka harus berhadapan langsung dengan air laut bahkan ombak. Dalam melaksanakan aktivitasnya, nelayan menangkap ikan tidak penah sendiri. Biasanya nelayan akan bekerja sama dengan anak buah kapal lainnya. Ahmed, dkk., (2015) yang menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan nelayan musiman. Ketiga nelayan ini memiliki tugas masing-masing dan saling membantu saat sedang bekerja. 82

48 Peta Kunci Gambar 5.7 Profesi nelayan yang sedang memperbaiki kapal di dermaga Teori ini menggambarkan bahwa dalam menangkap ikan, nelayan juga membutuhkan kerjasama dan gotong royong yang sangat erat. Nelayan professional umumnya akan menggantungkan kebutuhan perekonomiannya pada profesinya sebagai nelayan. Profesi ini menuntut mereka untuk bekerja keras guna mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Selain itu, Setioko, dkk., (2011) menyatakan bahwa aktivitas yang rutin dilakukan oleh nelayan adalah hal-hal yang berhubungan dengan perikanan, memperbaiki kapal serta alat pancing dan memperbaiki mesin kapal. Teori ini menegaskan aktivitas tersebut menuntut nelayan profesional untuk memiliki semua keahlian yang diperlukan, seperti menangkap ikan, memperbaiki kapal baik mesin maupun badan kapal, serta alat pancing yang digunakan (Gambar 5.7). Namun, tidak semua tugas tersebut harus dikerjakan oleh nelayan professional. Beberapa pekerjaan dikerjakan oleh anak buah kapal (ABK) yang memiliki keahlian tersendiri dibidangnya. Terdapat juga nelayan musiman yang ikut serta dalam melakukan 83

49 penangkapan ikan. Nelayan musiman ini umumnya merupakan nelayan pengganti yang datang menggantikan anak buah kapal yang tidak dapat ikut menangkap ikan. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir akan mengolah hasil tangkapan mereka sendiri. Tangkapan tersebut akan diolah menjadi jenis hasil laut yang sudah dikeringkan dan juga diasinkan seperti ikan asin. Ikan asin yang sudah dikeringkan ini biasanya akan bertahan hingga berbulan-bulan lamanya sebelum dikonsumsi. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir akan mengolah hasil tangkapan mereka (Tabel 5.12). Namun, kegiatan yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat ini, tidak begitu banyak dilakukan oleh penghuni Kampung Nelayan Belawan (55.44%). Minimnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat menjadi salah satu kendala yang dialami masyarakat sehingga tidak mengolah ikan di kawasan Kampung Nelayan Belawan ini. Selain itu, kurang tersedianya lahan menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat baik dalam pembangunan untuk rumah maupun lahan untuk tempat beraktivitasnya warga. Lahan sendiri merupakan sebuah area kosong yang dialihfungsikan oleh masyarakat untuk digunakan menjadi rumah dan juga area hijau. Di beberapa kawasan, lahan hanya dijadikan sebagai area kosong yang dipergunakan masyarakat untuk beraktivitas. Lahan kosong inilah yang dipergunakan beberapa masyarakat sebagai tempat untuk menjemur olahan ikan. Tidak hanya lahan kosong yang dapat digunakan masyarakat untuk menjemur ikan, 84

50 tetapi juga halaman kosong depan rumah bahkan jalan juga dapat dijadikan sebagai area untuk menjemur ikan. Tabel 5.12 Pengolahan Hasil Tangkapan 12. Hasil tangkapan yang diolah masyarakat YA TIDAK Tidak tahu 13.86% 55.44% 30.69% Umumnya, proses dalam mengolah ikan dilakukan oleh kaum perempuan. Hal ini diungkapkan oleh Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga memiliki kegiatan dan juga tanggung jawab yang dilakukannya pasca panen. Kegiatan pasca panen sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kaum perempuan setelah para nelayan pulang dari melaut. Hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan biasanya akan dijual langsung ke pasar atau diolah kembali menjadi ikan asin. Namun, kegiatan ekonomi seperti pengelolahan ikan di permukiman ini sangat sedikit. Hal ini memiliki hubungan dengan pendidikan dan juga keterampilan yang dimiliki oleh warganya. Minimnya keterampilan yang dimiliki menjadi suatu kendala yang dialami oleh masyarakat. Kendala inilah yang menjadikan warga di kawasan Kampung Nelayan Belawan sangat sedikit untuk mengolah hasil tangkapannya, sehingga kaum perempuan memilih untuk berdagang dan menjualnya ke pasar maupun tempat perlelangan ikan (gabion). Selain itu, kendala lainnya yang dialami masyarakat ialah lamanya waktu pengeringan ikan. 85

51 Dalam melakukan pengeringan ikan, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam prosesnya. Biasanya semakin lama ikan olahan dikeringkan, maka akan lama pula proses pembusukan yang terjadi sehingga ikan menjadi awet. Selain itu, pengeringan ikan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari memiliki resiko tersendiri. Misalnya adanya gangguan dari anak-anak dan juga warga yang lewat hingga turunnya hujan yang mengakibatkan kegagalan dalam proses pengeringannya. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat di Kampung Nelayan Belawan tidak melakukan proses pengelolahan ikan. Selain mengolah ikan dan juga sebagai nelayan, profesi masyarakat yang ada di permukiman ini adalah sebagai wiraswasta. Pada umumnya, profesi wiraswasta di permukiman ini ialah dengan berjualan atau berdagang (Tabel 5.13). Profesi ini mencakup pekerjaan seperti ibu rumah tangga dan juga berdagang. Banyak cara masyarakat dalam berdagang, seperti dengan berjualan di pasar, sekolah maupun membuka warung (54.45%). Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan ini memilih berdagang dengan cara membuka warung. Pedagang yang berjualan dengan membuka warung, umumnya menjual kebutuhan pangan masyarakat. Misalnya dengan menjual beras, minyak, gula dan lain sebagainya. Tidak hanya kebutuhan pokok, penjual juga menjual aneka jajanan yang diperuntukan bagi anak-anak yang tinggal di lingkungan sekitar warung tersebut. 86

52 Tabel 5.13 Masyarakat Yang Memiliki Warung 13. Masyarakat yang memiliki warung YA TIDAK Tidak tahu 54.45% 42.57% 2.97% Seperti halnya pesta dan tradisi yang memerlukan lokasi untuk mengadakan acara tersebut, perletakan warung juga membutuhkan tempat untuk berdirinya warung (Tabel 5.14). Berbagai macam lokasi seperti teras rumah, pasar, lapangan dan juga tepian jalan menjadi salah satu pilihan lokasi yang dijadikan masyarakat dalam penentuannya. Salah satu lokasi yang paling banyak digunakan masyarakat dalam menentukan letak warung ialah teras rumah (35.64%). Lokasi ini dianggap menguntungkan bagi penjual. Umumnya, teras rumah merupakan area depan rumah yang berbentuk lahan kosong dengan berbagai fungsi penggunaannya. Misalnya digunakan sebagai area untuk memarkirkan kendaraan pribadi, juga area yang dipergunakan sebagai taman pribadi hingga area untuk berkumpul dengan keluarga maupun tetangga saat pagi dan sore hari. Selain itu, teras rumah merupakan area depan rumah yang dimiliki secara pribadi oleh pemilik rumah. Tabel 5.14 Lokasi Perletakan Warung 14. Letak warung yang dipilih oleh masyarakat Persentase Teras rumah 35.64% 87

53 14. Letak warung yang dipilih oleh masyarakat Persentase Pasar 6.93% Lapangan - Tepi jalan 5.94% Tidak tahu 51.48% Hal inilah yang membuat masyarakat banyak menggunakan teras rumah sebagai lahan untuk mendirikan warung. Selain itu, tidak adanya pembayaran uang sewa dalam mendirikan warung menjadi pilihan lainnya masyarakat mendirikan warung. Apabila masyarakat mendirikan warung di daerah pasar, lapangan dan juga tepi jalan, tentu saja pembayaran uang sewa lahan yang dikutip perhari hingga perbulan dapat menjadi kendala dan beban bagi masyarakat. Selain adanya pemikiran tentang uang sewa lokasi serta alasan keamanan, masyarakat memiliki berbagai macam pertimbangan untuk menentukan lokasi perletakan warung. Salah satunya adalah dapat mempermudah pengawasan (27.72%), baik itu kepada pembeli yang datang maupun tindak kejahatan. Alasan yang lainnya ialah agar dapat mempermudah masyarakat mengakses warung tersebut (Tabel 5.15). Tabel 5.15 Alasan Lokasi Perletakan Warung 15 Alasan masyarakat memilih letak posisi warung Persentase Mempermudah pengawasan 27.72% 88

54 Karena banyak anak-anak 2.97% Agar masyarakat mudah mengaksesnya 13.86% Alasan lainnya 1.98 Tidak tahu 53.46% Dalam membangun dan meletakan sebuah warung, tentu saja banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Hal ini bertujuan agar mempermudah masyarakat dalam mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih layak untuk keluarganya. Penempatan warung yang menggunakan teras rumah menjadi salah satu pertimbangan masyarakat yang umumnya dilakukan oleh warga di permukiman Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat yang membuka warung di teras rumah, umumnya memiliki luas teras yang cukup besar. Tetepi, tidak semua warga yang mendirikan warung harus memiliki teras rumah yang besar. Masyarakat yang memiliki rumah tinggal yang cukup jauh dari jalan besar (lorong), memilih untuk membuka warung di lorong jalan rumah mereka. Masyarakat menggunakan lorong jalan yang biasanya dilalui oleh manusia bahkan pengendara sepeda motor sebagai area berjualan. Mereka memanfaatkan ruang tamu dan juga dinding luar rumah sebagai tempat perletakan barang-barang dagangan mereka. Hal ini tentu saja dapat mengganggu masyarakat lainnya saat melintasi lorong tersebut. 89

55 Peta Kunci Gambar 5.8 Posisi letak warung yang berada di teras rumah bahkan lorong jalan Selain hanya mendirikan warung saja, beberapa masyarakat juga menambah fasilitas di warung mereka. Terdapat masyarakat yang menyediakan kursi dan meja dengan terbuat dari kayu maupun dari plastik. Di permukiman ini, masyarakat yang memiliki warung umumnya akan menyediakan kursi dan meja sebagai bagian dari warung mereka (50.49%). Tentu saja hal ini menjadi pertimbangan mereka mengingat dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat (Tabel 5.16). Hal ini dikarenakan masyarakat mempertimbangkan keramaian warga yang datang ke warung mereka. Semakin banyak masyarakat yang datang maka semakin banyak juga masyarakat yang datang membeli dagangannya. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat yang mempunyai warung bersedia menyediakan meja dan kursi sebagai bagian dari fasilitasnya. 90

56 Tabel 5.16 Warung Yang Menyediakan Fasilitas 16. Tersedianya kursi dan meja di warung sebagai area tempat berkumpul YA TIDAK Tidak Tahu 50.49% 21.78% 27.72% Selain karena adanya dampak kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, menyediakan kursi dan meja di warung mereka menjadi pertimbangan agar banyak warga yang datang (Tabel 5.17). Sebenarnya, sebagian masyarakat tidak memiliki pemikiran lain untuk menyediakan kursi dan juga meja di warung mereka (45.50%). Banyak masyarakat yang sepakat untuk menyediakan kursi dan meja di warung agar memberi terkesan ramai, adanya teman mengobrol, agar masyarakat berkumpul dan berbelanja di warung ini. Namun, pada umumnya dengan banyak masyarakat yang datang ke warung tersebutlah menjadi salah satu pemikiran mengapa masyarakat yang memiliki warung bersedia menyediakan kursi dan juga meja. Tabel 5.17 Alasan Menyediakan Fasilitas 17 Alasan masyarakat menyediakan kursi dan meja Persentase di warung. Agar masyarakat banyak yang datang 16.83% Agar terkesan ramai 19.80% Agar ada teman mengobrol 9.90% 91

57 17 Alasan masyarakat menyediakan kursi dan meja Persentase di warung. Agar orang-orang berkumpul dan berbelanja di 5.94% warung saya Karena orang lain menyediakan kursi dan meja 1.98% pada area sekitar warung Tidak tahu 45.5% Tersedianya banyak warung di permukiman Kampung Nelayan Belawan membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di kawasan ini berprofesi sebagai wiraswasta. Pada umumnya, masyarakat berprofesi sebagai wiraswasta akan mendirikan warung guna memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta, menjadikan kawasan Kampung Nelayan Belawan menjadi lingkungan yang banyak berdirinya warung. Hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, dengan adanya warung dapat menjadikan area untuk bersosialisasi dengan warga lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Rivlin (1987) yang menyatakan bahwa hubungan antar masyarakat membuat manusia akan membentuk tempat atau ruang menjadi keseluruhan. Terjadinya interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, tentu akan membutuhkan tempat. 92

58 Peta Kunci Gambar 5.9 Suasana salah satu warung yang menyediakan meja dan kursi Teori ini menggambarkan bahwa terjadinya interaksi antara masyarakat satu dengan yang lainnya akan menciptakan sebuah hubungan. Hubungan yang terjalin di dalamnya akan membentuk ruang atau tempat sebagai wadahnya. Wadah atau tempat inilah yang nantinya akan digunakan masyarakat untuk bersosialisasi. Masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan Medan ini akan menjalin sebuah interaksi dan komunikasi satu dengan yang lainnya. Kondisi ini mengharuskan warga untuk mencari sebuah tempat agar terciptanya suasana yang nyaman untuk berinteraksi dengan sesama warga yang lain. Karena kondisi inilah, masyarakat yang memiliki warung berinisiatif untuk menyediakan kursi dan meja sebagai fasilitas terjalinnya sosialisasi. Hampir sebagian besar masyarakat yang memiliki warung akan menyediakan kursi dan meja sebagai fasilitasnya (Gambar 5.9). Banyak pertimbangan yang membuat warga di permukiman ini menyediakan kursi dan meja untuk fasilitas 93

59 di warung mereka. Seperti agar banyak masyarakat yang datang berbelanja, adanya teman mengobrol sampai memiliki kesan yang ramai. Selain itu hampir disetiap rumah (berkepemilikan pribadi) memiliki warung yang terletak di teras rumah mereka. Penyebab inilah yang menjadikan jarak antar warung yang berada di kawasan ini berjarak tak sampai lima meter. Hal ini dikarenakan masyarakat yang bertetangga secara bersama-sama memiliki warung yang juga menjadi penyokong perekonomian masyarakat. Selain itu, berdirinya warung diatas tanah dengan kepemilikan pribadi membuat masyarakat merasa cukup aman dan terbebas dari uang sewa atas penggunaan lahan. Hal inilah yang sekaligus menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan lokasi warung. Adanya warung menjadi tempat terciptanya kegiatan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar sesama masyarakat. Sehingga beberapa masyarakat merasa untuk melengkapi warung mereka dengan adanya meja dan kursi sebagai fasilitas untuk berinteraksi. Selain warung, terdapat pula bazaar dan pasar yang menjadi sumber perekonomian masyarakat (Tabel 5.18). Tabel 5.18 Penentuan Lokasi Pasar Dadakan/Bazar 18 Lokasi pasar dadakan/bazaar diadakan Persentase Lapangan 7.92% Pantai (seperti pasar apung) 2.97% Halaman kantor lurah/camat 20.79% 94

60 Lokasi pasar dadakan/bazaar diadakan Persentase Jalan 0.99% Tidak tahu 67.32% Kegiatan bazar di permukiman ini hampir sama dengan kegiatan jual-beli di pasar. Namun, bazar mempunyai waktu yang singkat dalam pelaksanaannya. Hal ini diungkapkan oleh Setioko, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa perdagangan terjadi akibat terjadinya transaksi menjual dan membeli produk. Produk yang dijual di bazar biasanya merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang tinggal di permukiman ini. Adanya bazaar di kawasan ini tentunya menjadi keuntungan, baik bagi pembeli maupun penjual. Keuntungan bagi pembeli seperti mendapatkan potongan harga dari harga normal di pasaran. Harga yang didapat biasanya jauh lebih murah dari biasanya. Sedangkan keuntungan bagi penjual seperti adanya transaksi selama bazaar serta membantu pemerintah dalam membidik audiens tertentu, seperti masyarakat menengah kebawah yang menjadi audienznya. Bazar di permukiman ini biasanya dilaksanakan oleh pemerintah dengan halaman kantor lurah/camat yang menjadi lokasi tempat pelaksanaannya (20.79%). Selain itu, terdapat pula masyarakat yang berjualan di pasar. Namun, tidak semua masyarakat yang tinggal di permukiman Kampung Nelayan Belawan ini berjualan di pasar. Tingginya harga sewa tanah di pasar menjadi pertimbangan masyarakat untuk berjualan disana. Selain adanya pasar, 95

61 terdapat pula bazaar yang dilakukan pemerintah untuk menekan harga kebutuhan pokok masyarakat Bazaar ini dilakukan pemerintah pada saat menjelang bulan puasa (Ramadhan). Tidak semua masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan ini mengetahui keberadaan bazaar ini. Hal ini tentu saja sangat disayangkan mengingat dengan adanya bazaar, kebutuhan pokok masyarakat dapat teratasi. Bazar yang diadakan di lokasi ini biasanya diadakan di kantor lurah atau camat. Pengadaan bazar ini menggunakan halaman kantor lurah/camat. Hal ini dikarenakan untuk mempermudah pengawasan dari pihak pemerintah saat bazar dilakukan. Selain lokasi pengadaan bazar yang dilakukan di halaman kantor lurah/camat, bazar di permukiman ini dilakukan menjelang bahkan hingga bulan puasa (Ramadhan). Hal ini dikarenakan pada saat menjelang bulan puasa, harga bahan pokok di pasaran terbilang tinggi. V.3 Kajian Penggunaan Tanah di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Penggunaan tanah di permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan ini terbilang cukup bervariasi. Sebagian besar penggunaan tanah di kawasan ini digunakan sebagai hunian bagi masyarakat. Namun, tak sedikit juga penggunaan tanahnya digunakan sebagai fasilitas maupun lokasi untuk mencari nafkah bagi 96

62 perekonomian mereka. Hal ini ditandai dengan tersedianya fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan maupun tempat pertemuan dan juga area perkantoran (Gambar 5.10). Gambar 5.10 Peta penyebaran penggunaan tanah di kawasan penelitian Ruang terbuka yang menjadi salah satu tempat sekaligus penggunaan tanah biasanya difungsikan sebagai area untuk bersosialisasi. Persepsi masyarakat (Tabel 5.19) pada umumnya menyatakan bahwa ruang terbuka cukup tersedia untuk digunakan dengan berbagai fungsi (58.41%) Tabel 5.19 Tersedianya Ruang Terbuka 19 Tersedianya ruang terbuka YA TIDAK Tidak Tahu 58.41% 40.59% 0.99% 97

63 Ruang terbuka memiliki fungsi yang beragam, seperti digunakan sebagai ruang tempat warga dapat bersilahturahmi dan berinteraksi. Selain itu, fungsi lainnya dapat dikatakan sebagai fungsi elastis. Fungsi elastis dapat diartikan sebagai berbagai macam kegiatan dan kebutuhan masyarakat dapat dilakukan di ruang terbuka tersebut. Fungsi ruang terbuka umumnya digunakan sebagai salah satu fasilitas untuk berolahraga ataupun bermain oleh anak-anak. Namun pada kenyataannya ruang terbuka digunakan dengan fungsi yang lain (Tabel 5.20). Hal ini sangat disayangkan mengingat kurangnya area bermain bagi anak-anak selain pada ruang terbuka. Tidak semua masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan Medan ini mengetahui keberadaan ruang terbuka (42.57%) di kawasan mereka. Hal ini diakibatkan fungsi ruang terbuka yang tidak berjalan sebagai mana mestinya. Di saat tertentu, ruang terbuka ini beralih fungsi tergantung pada masyarakat yang menggunakannya (36.63%). Seperti pada saat Hari Raya Idul Adha, masyarakat menggunakan ruang terbuka ini sebagai tempat untuk pemotongan hewan kurban. Kemudian, pada saat memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, masyarakat menggunakan ruang terbuka ini untuk mengadakan kegiatan lomba 17 Agustus. Tabel 5.20 Penggunaan Ruang Terbuka 20 Penggunaan ruang terbuka Persentase Pasar dadakan/pasar tumpah 4.95% Pasar malam 5.94% 98

64 20 Penggunaan ruang terbuka Persentase Area menjemur ikan 9.90% Alasan lainnya 36.63% Tidak tahu 42.57% Semua elemen masyarakat dapat menggunakannya. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka di suatu wilayah biasanya akan di lindungi oleh permukiman. Ruang terbuka pada suatu permukiman biasanya diapit oleh fungsi ruang lainnya. Fungsi ruang tersebut meliputi fungsi hunian, rumah ibadah, bahkan pasar sekalipun. Hal ini dikarenakan agar masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa dapat dengan mudah menggunakan maupun mengakses ruang terbuka tersebut.. Peta Kunci Gambar 5.11 Suasana ruang terbuka yang difungsikan sebagai area parkir kendaraan 99

65 Peta Kunci Gambar 5.12 Suasana ruang terbuka yang menjadi tempat berkumpulnya sampah Tersedianya ruang terbuka biasanya difungsikan sebagai area bersosialisasi. Namun pada kenyataannya, ruang terbuka di Kampung Nelayan Belawan ini memiliki fungsi yang lain. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui fungsi utama ruang terbuka tersebut yang digunakan sebagai area bersosialisasi. Namun, dibeberapa kegiatan seperti lomba 17 Agustus dan kurban, kegunaan ruang terbuka dipergunakan kembali. Pada permukiman ini, ruang terbuka tidak digunakan sebagaimana mestinya. Ruang terbuka yang terjadi di Kampung Nelayan Belawan Medan ini, umumnya terbentuk dari lahan kosong yang tidak digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang terbuka ini beralih menjadi berbagai macam fungsi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian ruang terbuka tidak dipergunakan masyarakat sebagaimana mestinya. Seperti pada 100

66 ruang terbuka yang terletak di Jalan Taman Makam Pahlawan (Gambar 5.11), yang menunjukan perubahan fungsi ruang terbuka menjadi area parkir bagi beberapa kendaraan. Padahal bila ruang terbuka ini dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah setempat, area ini dapat dijadikan ruang bermain bagi anak-anak yang tinggal di kawasan tersebut. Selain itu, terdapat pula sebuah ruang terbuka yang terletak di Jalan Gulama (Gambar 5.12). Area tersebut memperlihatkan sebuah ruang terbuka yang dipenuhi oleh rumpukan sampah yang sudah hampir mengering. Hal ini menunjukan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan ruang terbuka yang sebenarnya. Apabila ruang terbuka tersebut dikelola dengan baik, masyarakat bisa menggunakan area ini untuk bermain bola atau melakukan aktivitas lain. Perletakan posisi ruang terbuka yang berada di tengah memiliki dampak positif dan negatif terhadap ruang tersebut. Dampak positif dari keberadaan ruang terbuka tersebut ialah mudahnya masyarakat menjangkau dan mengakses lokasi tersebut. Namun, dampak negatif yang didapat ialah karena mudahnya mengakses lokasi, masyarakat yang sering melewati ruang terbuka tersebut tentu saja akan menggunakan area itu. Misalnya pada ruang terbuka yang menjadi area berkumpulnya sampah. Akibat letak ruang terbuka yang strategis, masyarakat tinggal di kawasan tersebut tentu akan membuang sampah di lokasi tersebut. Baik masyarakat yang membuang sampah dengan berjalan kaki maupun yang 101

67 menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini tentu saja sangat disayangkan mengingat fungsi ruang terbuka tersebut tidak digunakan masyarakat sebagaimana mestinya. Penggunaan tanah di kawasan Kampung Nelayan Belawan tidak hanya digunakan sebagai hunian dan ruang terbuka, tetapi juga rumah ibadah (Gambar 5.13). Terdapat dua jenis rumah ibadah di kawasan ini, yaitu mesjid dan juga gereja. Letak lokasi keduanya cukup berdekatan (hanya berjarak sekitar tujuh rumah dari letak mesjid maupun gereja). Selain itu, di kawasan ini juga terdapat lebih dari lima rumah ibadah yang difungsikan sebagai masjid dan sekitaran tiga rumah ibadah yang difungsikan sebagai gereja. Penempatan fasilitas ibadah ini umumnya di tempatkan pada lokasi yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Fasilitas ibadah ini sendiri dibangun oleh masyarakat dengan dana yang berasal dari keuangan pribadi masyarakat sekitar permukiman maupun dari masyarakat yang berasal dari luar permukiman. Dalam perletakannya, rumah ibadah biasanya berada di tengah permukiman warga. Hal ini dikarenakan agar masyarakat mudah mengaksesnya. Wright (1993) menyatakan bahwa pentingnya perletakan rumah ibadah dapat membuktikan kekuatan keagamaan di suatu permukiman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja penting mengingat masyarakat yang beragama muslim harus melakukan kegiatan ibadah setiap hari, begitu juga dengan masyarakat yang beragama Kristen untuk melakaukan ibadah setiap hari Minggu dan hari besar lainnya. 102

68 Peta Kunci Gambar 5.13 Suasana mesjid yang terletak di Jalan T.M Pahlawan Teori tersebut menggambarkan bahwa agama atau kepercayaan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari manusia. Suatu kaum yang menempati suatu wilayah dengan jumlah masyarakat yang lebih besar umumnya akan membangun fasilitas ibadah yang cukup besar. Hal ini dikarenakan agar rumah ibadah tersebut dapat difungsikan serta menyesuaikan dengan banyaknya jumlah masyarakat yang masuk kedalamnya. (rumah ibadah dapat menampung masyarakat yang datang untuk beribadah.). Apabila fasilitas ibadah yang tersedia tidak memungkinkan lagi untuk menampung masyarakat yang datang, maka para warga akan membangun rumah ibadah yang lainnya. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya rumah ibadah yang tersebar di permukiman ini. Selain karena masyarakat dengan agama yang mayoritas (penganut agama yang tinggi jumlahnya di suatu 103

69 wilayah), jarak yang terbilang cukup jauh antara rumah masyarakat dengan tempat ibadah juga menjadi salah satu kendala yang dialami warga permukiman Kampung Nelayan Belawan. Hal inilah yang membuat adanya pemikiran masyarakat untuk membangun kembali rumah ibadah di lokasi yang berdekatan dengan rumah masyarakat. Penggunaan tanah yang digunakan masyarakat sebagai kebutuhan ruang di kawasan ini ialah adanya fasilitas pendidikan. Area fasilitas pendidikan di kawasan ini terbilang cukup strategis. Fasilitas ini sangatlah penting bagi masyarakat karena diperuntukan bagi anak-anak hingga remaja. Selain itu, adanya program wajib belajar 9 tahun menjadi salah satu kebutuhan ruang yang secara langsung ditangani oleh pemerintah. Fasilitas pendidikan di permukiman ini hanya tersedia untuk siswa TK (Taman Kanak-Kanak) dan juga SD (Sekolah Dasar). Tidak adanya fasilitas pendidikan bagi siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan juga SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi salah satu kekurangan pemerintah melakukan pemerataan pendidikan. Masyarakat yang berada di jenjang pendidikan tersebut (SMP dan SMA) biasanya akan pergi ke kawasan lainnya guna mendapatkan pendidikan yang lebih setara. Dalam suatu kawasan permukiman, sekolah merupakan hal mutlak ada mengingat pendidikan sangatlah penting bagi masyarakat. Hao, dkk., (2011) menyatakan bahwa penggunaan lahan, jaringan jalan serta fasilitas umum biasanya disediakan dengan tujuan memfasilitasi kehidupan warganya dan memaksimalkan 104

70 pendapatan individu. Fasilitas umum yang salah satunya tersedia di permukiman ini adalah fasilitas pendidikan atau sekolah. Sekolah sendiri difungsikan sebagai tempat belajarnya masyarakat sesuai dengan tingkatan pendidikan mereka. Hal ini dilakukan pemerintah guna memberikan pendidikan yang setara dengan masyarakat di permukiman lainnya. Selain itu, permikiran yang menjadi landasan bagi masyarakat ialah semakin tingginya pendidikan makan pendapatan perindividu juga dapat dimaksimalkan. Namun, salah satu kendala yang terjadi di masyarakat ialah masih kurangnya pemahaman terhadap pemikiran tersebut sehingga kualitas masyarakat masih terbilang rendah di permukiman ini. Peta Kunci Gambar 5.14 Suasana sekitaran sekolah dasar yang terletak di Jalan Hiu, Belawan Teori ini menggambarkan bahwa fasilitas umum harus disediakan oleh pemerintah guna memaksimalkan pendapatan perkapitanya. Sekolah menjadi salah satu fasilitas umum yang harus ada di setiap permukiman. Wajib belajar 9 tahun harus dijalankan oleh pemerintah guna tercapainya pendidikan yang berkualitas baik 105

71 di lingkungan informal sekalipun. Letak sekolah di permukiman ini berada di tengah permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Namun, walaupun letak sekolah berada di tengah permukiman, namun area ini tidak lepas dari bencana alam air pasang. Pada saat siang hari dan sedang terjadi air pasang, anak-anak yang pulang sekolah harus membuka sepatu berjalan pulang ke rumah tanpa menggunakan alas kaki. Namun, sekolah di permukiman ini sudah mengalami renovasi sehingga memiliki ketinggian yang berbeda dengan tanah yang lainnya. Selain fasilitas pendidikan juga ibadah di permukiman tersebut, terdapat pula fasilitas berupa perkantoran dari pemerintah yang difungsikan menjadi kantor lurah (Gambar 5.15). Kantor ini biasanya akan melayani masyarakat yang memiliki permasalahan terhadap kependudukan serta surat-surat penting yang masih memiliki keterkaitan dengan pemerintahan. Kantor kantor lurah merupakan salah satu kantor milik pemerintah yang menaungi suatu wilayah tertentu. Letak kantor lurah ini berada sekitar 100 m ke dalam Jalan Gulama bila dari Jalan Yos Sudarso. Seperti pada umumnya perkantoran milik pemerintah, kantor lurah tidak pernah sepi pengunjung. Masyarakat menggunakan fasilitas ini sebagai tempat untuk mengurus kebutuhan mereka terhadap masalah kependudukan. Pada awal bulan atau waktu-waktu tertentu, area kantor lurah ini dipadati masyarakat yang tergolong kurang mampu yang hendak menerima bantuan sosial BLT (Bantuan Langsung Tunai) dari pemerintah. 106

72 Peta Kunci Gambar 5.15 Suasana kantor lurah yang terletak di Jalan Gulama, Belawan Hal ini dukung oleh teori Yang, T (2015) yang menyatakan adanya penggunaan lahan yang difungsikan kantor bisnis dan industri dipengaruhi oleh konfigurasi global. Penggunaan lahan yang difungsikan sebagak kantor dipengaruhi konfigurasi global dikarenakan agar masyarakat dari seluruh kawasan dengan mudah mengaksesnya. Hampir semua fasilitas yang tersedia, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun masyarakat, biasanya terletak atau diapit oleh permukiman warga. Hal ini memiliki hubungan dengan konfigurasi global. Konfigurasi global sendiri memiliki tujuan agar masyarakat yang berada di sekitar fasilitas tersebut dapat dengan mudah mengaksesnya. Hal tersebut tentu saja memiliki hubungan dengan 107

73 kantor lurah. Kantor lurah sendiri berada di tengah permukiman masyarakat. Tetapi, tidak semua pertengahan pada sebuah permukiman dapat dijadikan lokasi untuk berdirinya sebuah kantor. Kantor pada umumnya memiliki lokasi strategis terutama harus dekat dengan jalan raya. Hal ini tentu saja membuat masyarakat yang membuat yang memiliki kendaraan pribadi dapat dengan mudah mengakses serta memarkirkan kendaraan mereka. Lokasi kantor lurah di permukiman ini cukup jauh apabila dari jalan besar (Jalan Yos Sudarso) yang memiliki jarak sekitar 100 meter ke dalam. Jarak ini terbilang cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki. Biasanya warga yang berkepentingan di kantor ini, akan menggunakan kendaraan pribadi sebagai akses menuju lokasi tersebut. Walaupun cukup jauh, terdapat kumpulan pengendara becak yang menunggu penumpang yang ingin melewati jalan tersebut. Untuk lokasi kantor sendiri, terbilang cukup strategis. Lebar jalan sekitar 8 meter memungkinkan warga yang memiliki kendaraan roda dua maupun roda empat dapat mengakses kantor. Variasi penggunaan tanah lainnya digunakan sebagai pusat terjadinya transaksi jual beli yaitu pasar. Pasar merupakan suatu ruang atau tempat dimana adanya penjual dan pembeli dapat bertemu tanpa perantara. Pasar di permukimanini cukup besar dan terletak di lokasi yang sangat strategis. Bangunan pasar di kawasan ini masih terbilang tradisional. Pasar ini tidak memiliki dinding luar sehingga masyarakat yang lewat dapat dengan mudah melihat situasi pasar. Selain itu, atap pasar masih menggunakan seng, serta lantai yang masih beralaskan semen. Umumnya 108

74 tidak ada dinding penyekat antara satu penjual dengan yang lainnya. Hal inilah yang menjadi pencetus bahwa pasar yang berada di permukiman Kampung Nelayan Belawan ini masih dikatakan tradisional. Meskipun pasar di permukiman ini terbilang tradisional, posisi perletakannya di permukiman ini sudah cukup baik. Peta Kunci Gambar 5.16 Suasana pasar yang terletak di Jalan Paus, Belawan Hal ini dikatakan oleh Garlake (2002) yang menyatakan bahwa pasar dilindungi oleh permukiman dan memiliki dampak terhadap masyarakatnya. Keberadaan pasar umumnya dapat ditemukan di tengah permukiman dan memiliki lokasi yang strategis. Pasar sendiri merupakan suatu tempat yang menjadi lokasi dimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Selain itu kemudahan dalam mengaksesnya juga menjadi salah satu hal yang diprioritaskan dalam berdirinya sebuah pasar. Teori ini menggambarkan bahwa penggunaan lahan yang difungsikan sebagai pasar, umumnya berada di tengah permukiman warga. Hal ini dapat dilihat dari tata letak penggunaan tanah yang ditentukan. Pasar di permukiman 109

75 diapit oleh dua jalan besar sekaligus (yaitu Jalan Gulama dan juga Jalan Yos Sudarso). Selain letak pasar yang strategis, di sekeliling pasar juga merupakan area hunian yang menjadi permukiman warga. Sehingga warga yang tinggal di sekitar pasar ini dapat dengan mudah mengakses pasar. Selain masyarakat yang tinggal di kawasan, masyarakat yang tinggal di luar kawasan juga dapat mengakses pasar. Hal ini dikarenakan lebar jalan yang memadai untuk masuknya kendaraan roda empat sehingga menjadikan lokasi ini strategis. V.4 Kajian Dampak Sosial-Ekonomi Terhadap Penyebaran Penggunaan Tanah di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Kehidupan sosial dan ekonomi yang dilakukan masyarakat tentu saja memiliki dampak yang berpengaruh terhadap penyebaran penggunaan tanah di kawasan permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Adanya dampak penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan adanya variasi fungsi penggunaan tanah, seperti penggunaan tanah sebagai fungsi hunian dan fasilitas. Beberapa fungsi ruang inilah yang dapat menjadikan suatu tempat yang sering dipergunakan masyarakat menjadi spot (titik kumpul) keramaian. Misalnya adanya penyebaran seperti pasar, warung, dan juga sekolah. Ketiga tempat ini menjadi ramai dikarenakan secara tidak langsung terdapat aktivitas sosial dan juga ekonomi yang terjadi di dalamnya. 110

76 Keberadaan sekolah ternyata menjadi salah satu penggunaan fungsi ruang yang dapat menjadi penyebab keramaian di permukiman Kampung Nelayan Belawan. Keramaian yang terjadi pada sekolah disebabkan adanya aktivitas sosial dan juga ekonomi yang terjadi pada lingkup ruang yang sama. Selain itu, sekolah juga memungkinkan terjadinya kegiatan sosial dan ekonomi dilakukan secara bersamaan (dalam waktu yang sama) sekaligus (Gambar 5.17). Peta Kunci Titik Mapping Gambar 5.17 Suasana keramaian di sekitar sekolahan Sekolah dapat menjadi dampak dari faktor sosial dan ekonomi dikarenakan pada area ini terjadi kegiatan sosialisasi dan juga perekonomian yang dilakukan oleh siswa dan juga pedagang yang berjualan. Sekolah sendiri merupakan salah satu penggunaan ruang yang difungsikan sebagai lembaga dalam hal pendidikan. Pada umumnya, sekolah mengajarkan dengan sistem formal sehingga bersifat wajib untuk diikuti oleh seluruh masyarakat. Didalam sebuah sekolah, terdapat siswa sebagai terdidik dan guru sebagai pendidik. Terjalinnya sebuah interaksi antara guru dan 111

77 siswa menjadikan sekolah sebagai salah satu kebutuhan ruang untuk terjadinya kegiatan serta aktivitas sosial. Hao, dkk., (2011) menyatakan bahwa penggunaan lahan, jaringan jalan serta fasilitas umum biasanya disediakan dengan tujuan memfasilitasi kehidupan warganya dan memaksimalkan pendapatan individu. Sekolah merupakan salah satu fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah untuk tercapainya program wajib belajar 9 tahun. Di dalam sekolah tentu saja banyak terjadi kegiatan sosial. Adanya aktivitas di lingkungan sekolah, ternyata dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di dekat sekolah akan membuka warung kecil dan menjual jajanan yang digemari anakanak. Selain mendirikan warung, beberapa masyarakat pendatang juga ikut berjualan di daerah pinggiran sekolah ini. Masyarakat pendatang berjualan menggunakan sepeda ataupun gerobak untuk bisa berjualan di area tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan lingkungan di sekitar sekolah menjadi ramai, terutama saat jam istirahat dan juga pulang sekolah. Hal ini menjadi pemikiran masyarakat untuk berjualan di sekitar area ini. Masyarakat yang berjualan disekitar sekolah, tentu saja mengalami keuntungan yang lumayan besar. Hal ini dikarenakan banyaknya anak sekolah yang membeli dagangan pada saat jam istirahat dan pulang sekolah. Hal ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi yang terjadi di lingkungan ini. Selain kegiatan ekonomi, terdapat pula kegiatan sosial yang terjadi di area ini. Adanya interaksi antara anak sekolah dengan pedagang yang berjualan, merupakan salah satu kegiatan sosial yang terjadi. Maka dari itu, kedua kegiatan ini 112

78 menjadikan sekolah sebagai salah satu faktor penyebab keramaian akibat adanya dampak sosial dan ekonomi. Selain sekolah, faktor keramaian yang terjadi akibat dari dampak sosial dan ekonomi yang terjadi di kawasan ini adalah penyebaran warung. Warung yang tersebar di permukiman ini terbilang cukup banyak. Selain banyaknya penyebaran warung, dampak lain yang menjadi penyebab keramaian ialah tersedianya kursi dan juga meja di warung tersebut (Gambar 5.18). Peta Kunci Titik Mapping Gambar 5.18 Suasana sebuah warung yang menjadi titik kumpul masyarakat Dalam sebuah lingkungan permukiman, keberadaan warung sangat diperlukan masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Rivlin (1987) menyatakan bahwa hubungan antar masyarakat membuat manusia akan membentuk tempat atau ruang menjadi keseluruhan. Penggunaan lahan yang difungsikan sebagai warung menjadi salah satu faktor penyebab keramaian yang terjadi di permukiman ini. 113

79 Teori ini menggambarkan bahwa hubungan antara interaksi yang dilakukan manusia akan membentuk ruang atau tempat sebagai wadahnya. Hal ini terjadi pada warung dimana area ini menjadi tempat transaksi jual-beli antara pemilik warung dengan pembeli. Kegiatan ini merupakan salah satu sumber perekonomian masyarakat. Namun di area warung tersebut, pemilik menyediakan kursi dan juga meja sebagai salah satu fasilitasnya. Fasilitas ini digunakan sebagian masyarakat untuk berkumpul, mengobrol dan berbelanja. Di beberapa warung, masyarakat menggunakan fasilitas tersebut untuk bermain kartu dan mengobrol sambil meminum kopi. Hal ini menjadi salah satu kegiatan sosial yang terjadi di kawasan ini. Maka dari itu, perletakan warung di kawasan ini menjadi salah satu faktor keramaian akibat adanya kegiatan sosial dan ekonomi. Tidak hanya kegiatan ekonomi saja, namun warung juga menjadi salah satu dampak dari kegiatan sosial ekonomi terhadap penggunaan tanah (Gambar 5.18). Warung umumnya difungsikan sebagai tempat untuk berjualan aneka kebutuhan yang diperlukan masyarakat tanpa harus berjalan jauh menuju pasar. Namun, beberapa warung menyediakan kursi dan juga meja. Hal ini menyebabkan beberapa warung menjadi cukup ramai di beberapa waktu tertentu, misalnya pada saat sore hari. Masyarakat yang datang ke warung tersebut, tidak hanya sekedar untuk berbelanja tetapi juga dapat duduk dan mengobrol dengan pemilik warung atau mungkin dengan masyarakat yang berada di area warung tersebut. 114

80 BAB VI. PENEMUAN VI.1 Distribusi Penggunaan Ruang Sebagai Gambaran Kehidupan Sosial di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Dalam menganalisa distribusi penggunaan ruang sebagai gambaran kehidupan sosial di permukiman Kampung Nelayan Belawan, yang didapatkan melalui sintesa teori dan mengaitannya dengan gambaran kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat (Tabel 6.1). Tabel 6.1 Distribusi Penggunaan Ruang Sebagai Gambaran Sosial Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Belawan memiliki sebuah tradisi di masyarakat Tradisi menuntun masyarakat baik kaum laki-laki maupun perempuan untuk ikut berpartisipasi. Teori Analisa Distribusi Penggunaan Matthews (2012) menyatakan bahwa wanita mempunyai tanggung jawab pasca panen. Situasi pasca panen ialah kegiatan syukuran atas anugerah yang Tuhan berikan. Situasi ini menuntut kaum perempuan untuk terlibat dalam acara syukuran. Terdapat tradisi dimana kaum wanita dituntut untuk dapat berpartisipasi. Tradisi ini dilakukan setelah nelayan pulang melaut (pasca panen) Kegiatan tradisi ini dilakukan di rumah salah satu warga yang dapat menampung banyaknya masyarakat Selain perempuan, kaum laki-laki juga dapat berpartisipasi dalam acara ini. Rumah sangat berpengaruh Ruang Peta Kunci 115

81 Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Hampir sebagian besar masyarakat di Kampung Nelayan pernah mengadakan sebuah pesta Masyarakat yang mengadakan pesta seperti perkawinan dengan memakai halaman rumah mereka. Namun, beberapa masyarakat juga memakai badan jalan sehingga harus menutup akses kendaraan untuk lewat. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Setioko, 2011) menyatakan bahwa keluarga nelayan turut membantu nelayan dalam perbaikan kapal, jaring Selain itu, turut pula bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di lingkungan tempat mereka tinggal. terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam mengadakan sebuah kegiatan pesta, masyarakat dituntut untuk ikut bergotong royong Keluarga nelayan (seperti kaum perempuan dan anak-anak) turut berpartisipasi dalam acara ini. Biasanya mereka akan membantu dalam hal memasak hingga menjadi panitia. Kegiatan ini merupakan salah satu cara warga bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. untuk Kepala keluarga juga turut berpartisipasi dengan menjaga Ruang Gambar 6.1 Ilustrasi pelaksanaan tradisi di Kampung Nelayan Pelaksanaan tradisi dilakukan di salah satu rumah warga Ruang luar (teras) dipergunakan oleh kaum laki-laki sedangkan ruang dalam dipergunakan oleh kau m perempuan Peta Kunci Gambar 6.2 Keadaan pesta di Kampung Nelayan Belawan Gambar menunjukan keadaan pesta yang berada di Jalan 116

82 Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Belawan sering dilanda air pasang laut. Air ini masuk dan merendam permukiman warga hingga menutup akses jalan. Setidaknya, dalam sebulan sudah 2 kali terjadi air pasang di kawasan ini. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Franco, 1966), yang menyatakan bahwa terjadinya pasang surut air laut dikarenakan adanya gaya tarik terhadap bumi Hal ini menyebabkan air laut mengalami pergerakan dan terjadi air pasang di permukiman ini. parkir atau memasang dekorasi Adanya pergerakan dan gaya tarik bumi menyebabkan terjadinya air pasang. Air laut yang naik ke daratan akan merendam sebagian permukiman dan menutup akses jalan. Rentang waktu terjadinya air pasang di permukiman ini berkisar 3 jam. Masyarakat akan mengungsi bila air yang naik memiliki debit tinggi. Kegiatan mengungsi memunculkan yang sosialisasi dan gotong royong di masyarakat. Masyarakat akan tetap berada dirumah bila air yang naik memiliki debit yang Ruang Gulama, Belawan (Gambar 6.1). Penggunaan ruang yang difungsikan sebagai acara pesta umumnya menggunakan halaman rumah warga. Namun, apabila kebutuhan ruang tidak mencukupi, masyarakat akan menggunakan badan jalan sehingga memutus akses kendaraan yang keluar-masuk. Peta Kunci Tampak samping pada warung sebelum terendam air pasang 117

83 Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Teori Analisa Distribusi Penggunaan rendah Ruang Tampak depan pada warung saat terendam air pasang Gambar 6.3 Kondisi sebuah warung saat terendam air pasang Keberadaan ruang terbuka di Kampung Nelayan Belawan cukup tersedia. Namun, beberapa ruang terbuka tidak digunakan masyarakat sebagaimana mestinya. (Garlake, 2002) menyatakan bahwa ruang terbuka di suatu wilayah biasanya akan di lindungi oleh permukiman. Ruang terbuka umumnya berada di tengah permukiman. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat dengan mudah mengaksesnya. Ruang terbuka di permukiman Kampung Nelayan Belawan, umumnya berada di tengah permukiman Biasanya, ruang terbuka difungsikan sebagai area untuk bersosialisasi. Tetapi, penggunaan ruang terbuka di permukiman ini tidak digunakan sebagaimana mestinya. Beberapa ruang Gambar menunjukan keadaan warung yang terjadi sebelum dan sesudah terendam air pasang (Gambar 6.3). Pemilik memilih untuk tetap berada di warungnya tersebut walaupun keadaan warung sudah tergenang air pasang. Peta Kunci 118

84 Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Teori Analisa Distribusi Penggunaan terbuka digunakan sebagai area parkir untuk kendaraan. Selain itu, ruang terbuka di lokasi lainnya dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah umum. Ruang Gambar 6.4 Penggunaan ruang terbuka sebagai area berkumpulnya sampah Ruang terbuka umumnya digunakan sebagai area untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Tetapi hal ini berbeda di salah satu ruang terbuka di Kampung Nelayan Belawan. Ruang terbuka yang terletak di Jalan Gulama ini difungsikan masyarakat sebagai area berkumpulnya sampah (Gambar 6.4). Peta Kunci 119

85 Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Teori Analisa Distribusi Penggunaan Ruang Gambar 6.5 Penggunaan ruang terbuka yang difungsikan sebagai area hijau Selain sebagai area bersosialisasi, ruang terbuka juga dapat difungsikan sebagai area hijau (Gambar 6.5). Hal ini dilakukan masyarakat yang tinggal di Jalan T.M. Pahlawan. Ruang terbuka di area ini ditumbuhi oleh beberapa tanaman bakau yang difungsikan untuk mencegah erosi. VI.2 Distribusi Penggunaan Ruang Sebagai Gambaran Kehidupan Ekonomi di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan Dalam menganalisa distribusi penggunaan ruang sebagai gambaran kehidupan ekonomi di permukiman Kampung Nelayan Belawan, yang didapatkan melalui sintesa teori dan mengaitannya dengan gambaran kehidupan ekonomi yang terjadi di masyarakat (Tabel 6.2). 120

86 Tabel 6.2 Distribusi Penggunaan Ruang Sebagai Kehidupan Ekonomi Gambaran Kehidupan Ekonomi Masyarakat Hampir sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan berprofesi sebagai nelayan. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Ahmed, dkk., 2015) yang menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan nelayan musiman. Ketiga nelayan ini memiliki tugas masing-masing dan saling membantu saat sedang bekerja. Dalam melakukan penangkapan ikan di laut, butuh kerjasama yang dilakukan oleh nelayan. Umumnya dalam satu buah kapal, terdapat 2 kategori nelayan yang bekerja yaitu nelayan professional dan nelayan musiman. Nelayan musiman biasanya bekerja sebagai pengganti anak buah kapal yang tidak bisa ikut bekerja. Sebelum melaut, nelayan (yang dibantu oleh keluarga nelayan) biasanya akan memperbaiki jaring untuk dipergunakan kembali. Selain memperbaiki jaring, nelayan juga melakukan pengecekan kapal sebelum bekerja. Ruang Peta Kunci Gambar 6.6 Aktivitas nelayan yang melakukan perbaikan kapal Pengecekan hingga memperbaiki kapal merupakan tugas rutin nelayan sebelum melaut yang merupakan sumber perekonomian mereka. 121

87 Gambaran Kehidupan Ekonomi Masyarakat Sangat sedikit sekali masyarakat yang dapat mengolah ikan di permukiman Kampung Nelayan Belawan. Bahkan di beberapa lokasi, masyarakat tidak mempunyai keahlian dalam mengolah ikan sama sekali. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Matthews, 2012) menyatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen. Selain berpartisipasi terhadap kegiatan tradisi, tugas yang dilakukan wanita saat nelayan pulang dari melaut ialah mengerjakan semua tugas dan bertanggung jawab terhadap kegiatan setelah panen. Kegiatan setelah panen biasanya membawa ikan hasil tangkapan dan mengolahnya menjadi ikan teri atau ikan asin. Umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir dapat mengolah ikan. Namun di permukiman Kampung Nelayan Belawan, masyarakat (terutama wanita) tidak memiliki keahlian dalam mengolah ikan. Padahal, dalam mengolah ikan hasil panen ini biasanya dilakukan oleh keluarga nelayan (terutama wanita) sebagai salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan perekonomian mereka. Ruang Peta Kunci Tidak terdapat aktivitas mengolah ikan di permukiman Kampung Nelayan Belawan 122

88 Gambaran Kehidupan Ekonomi Masyarakat Sama halnya dengan profesi nelayan, sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan memiliki warung sebagai salah satu sumber bagi kehidupan perekonomian masyarakat. Hampir sebagian besar masyarakat yang memiliki warung akan menyediakan kursi dan meja sebagai fasilitasnya. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Rivlin, 1987) menyatakan bahwa hubungan antar masyarakat membuat manusia akan membentuk tempat atau ruang menjadi keseluruhan. Terjadinya interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, tentu akan membutuhkan tempat. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan, memiliki warung sebagai sumber perekonomian mereka. Memiliki warung tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta, tetapi juga nelayan. Adanya interaksi yang dilakukan oleh satu warga dengan warga lainnya memunculkan pemikiran pemilik warung untuk menyediakan meja dan kursi sehingga dapat menjadi wadah terjalinnya sosialisasi di dalamnya. Ruang Peta Kunci Gambar 6.7 Penyediaan kursi dan meja yang menjadi area berkumpul masyarakat Adanya meja dan kursi yang terdapat pada sebuah warung dapat menjadi area berkumpul masyarakat, baik itu untuk bersosialisasi maupun berbelanja 123

89 Gambaran Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pasar dadakan tidak diadakan oleh pemerintah di permukiman ini. Namun terdapat bazaar yang diselenggarakan pemerintah di permukiman ini. Tetapi, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui letak keberadaan bazaar di permukiman ini. Teori Analisa Distribusi Penggunaan (Setioko, dkk., 2011) menyatakan bahwa perdagangan terjadi akibat terjadinya transaksi menjual dan membeli produk. Produk yang dijual di bazar biasanya merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang tinggal di permukiman ini. Pada permukiman Kampung Nelayan Belawan tidak terdapat pasar dadakan yang diadakan oleh pemerintah. Namun, terdapat bazaar yang diadakan di permukiman ini ketika menjelang bulan puasa. Bazaar di permukiman ini hampir sama dengan kegiatan perdagangan yang dilakukan di pasar. Hanya saja, harga yang dipatok pada bazaar ini lebih murah dari yang dipasaran. Kegiatan bazaar di permukiman ini biasanya dilakukan di halaman kantor lurah. Hal ini bertujuan agar masyarakat sekitar dapat dengan mudah mengaksesnya. Ruang Peta Kunci Gambar 6.8 Ilustrasi keramaian saat bazaar di halaman kantor lurah Kampung Nelayan Halaman kantor lurah digunakan oleh pihak kelurahan untuk mengadakan bazaar Bazar dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat dapat dengan mudah berbelanja dengan harga murah 124

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah; Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah; Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar; BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metoda Penentuan Lokasi Penelitian Dalam menentukan lokasi penelitian, lokasi harus mencakup seluruh kriteria yang terkait mengenai permukiman informal. Menurut United

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Lampiran 1. KUESIONER Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Nama : Rabiatun NIM : 097004004 Institusi : Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekilas tentang Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan menjadi sasaran banjir rob yang rutin setiap tahunnya, Seperti diberitakan dalam surat kabar harian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia Karakteristik transportasi Indonesia dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kepadatan penduduknya dengan berada ditingkat keempat. Angka kepadatan penduduk yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Kuala Namu merupakan sebuah bandar udara Internasional yang terletak di kawasan Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini menggantikan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih belum terselesaikan di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut laporan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Lingkungan Rumah Ideal

Lingkungan Rumah Ideal TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Lingkungan Rumah Ideal Aria Adrian Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB. Abstrak Rumah membuat penghuninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang menyebabkan yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan, teknologi yang dimiliki, rendahnya akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah menyebabkan mobilitas orang dan barang ikut meningkat, sehingga dibutuhkan fasilitas transportasi yang

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Tanjung Emas adalah suatu kawasan pelabuhan yang berada di daerah pesisir utara jawa, dan berada disebelah utara kawasan kota Semarang. Pelabuhan yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan (Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

TESIS NAMA : JUNAIDI NPM :

TESIS NAMA : JUNAIDI NPM : TESIS NAMA : JUNAIDI NPM : 3208 201 827 KRITERIA LOKASI PERMUKIMAN NELAYAN MENURUT PREFERENSI MASYARAKAT NELAYAN DI KAWASAN DERMAGA PULAU BAAI KOTA BENGKULU DOSEN PEMBIMBING Ir. Ispurwono Soemarno, M.Arch,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan ruang parkir merupakan masalah yang menjadi fenomena biasa terutama di kota-kota besar, seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang, dan salah satu penyebab terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah perairan lebih luas dibanding daratan. Secara fisik luas daratan di Indonesia ± 1,9 juta

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Becak Becak (dari bahasa Hokkien : be chia "kereta kuda") adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci