BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Tari Bondan Surakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Tari Bondan Surakarta"

Transkripsi

1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Tari Bondan Surakarta Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisional dari Surakarta. Banyaknya budaya asing yang masuk tentu berdampak pada eksistensi Tari Bondan yang masih ada tetapi tidak begitu diminati dibandingkan dengan tarian modern. Dari latar belakang yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis berusaha untuk mengenalkan nilai yang terkandung dalam Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun melalui cerita bergambar. Berikut akan diuraikan hasil wawancara tentang Tari Bondan dan hasil observasi di Sanggar Tari Soerya Soemirat. Narasumber dalam wawancara ini adalah Ibu Ninik Mulyani Sutrangi, beliau merupakan putri pertama dari Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo) yang merupakan pencipta berbagai macam tari tradisional, salah satunya Tari Bondan Kendhi. Ibu Ninik Sutrangi lahir di Surakarta tanggal 7 Juli 1958 dan saat ini masih aktif sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta. 1. Sejarah dan Perkembangan Tari Bondan Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisi dari Surakarta. Pencipta Tari Bondan Kendhi adalah Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo), tari ini diciptakan sekitar tahun 1960an. Bapak S. Maridi adalah seorang seniman tari yang juga pernah mengajar di STSI Surakarta, selain itu beliau juga kerap kali tampil dalam acara-acara bergengsi di dunia tari luar negeri. Banyak sekali karya-karya seni tari yang beliau ciptakan antara lain Tari Karonsih, Tari 44

2 45 Ekaprawira, Tari Kukila, Tari Manipuri, Tari Lutung dan lain sebagainya, serta salah satunya yaitu Tari Bondan. Nama Bondan sendiri sebetulnya telah ada dari sebelum Bapak S. Maridi menciptakan Tari Bondan Kendhi, yaitu berasal dari nama pencipta terdahulu. Selain Tari Bondan Kendhi ada juga versi tarian lain yaitu Tari Bondan Tani, yang merupakan hasil karya gubahan Bapak Ngaliman. Bapak S. Ngaliman Condropangrawit juga seorang seniman tari yang mengawali debutnya pada tahun 1935, baik sebagai penari, guru, maupun penata tari. Beberapa karya yang diciptakan Bapak Ngaliman antara lain Tari Prawiroguno, Tari Kridowarastro, Tari Batik, Tari Retno Tinanding, dan masih banyak lagi. Beberapa karya gubahan inovasinya yaitu Tari Gambyong Pareanom, Tari Srimpi Manggolo Retno, dan lain-lain, salah satunya juga Tari Bondan Tani. Pada zaman dahulu tugas dari perempuan Jawa khususnya seorang ibu adalah mengerjakan urusan rumah tangga dan juga merawat anak-anaknya, sedangkan bagi kakak perempuan (mbakyu) akan membantu orang tuanya sambil mengasuh adiknya. Tari Bondan sendiri memang terinspirasi dari kegiatan keseharian perempuan Jawa zaman dulu. Secara umum Tari Bondan ini menggambarkan keadaan seorang ibu yang mengasuh anaknya maupun seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi) sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tari Bondan ini berkembang dengan berbagai versi, ada yang memakai kendhi ada yang tidak memakai kendhi (sebagai gantinya pada saat gerakan lumaksono lembehan atau berjalan dengan kendhi bisa menggunakan sampur). Penggunaan kendhi ini disesuaikan dengan keterampilan penarinya, apakah

3 46 penari cukup mudah menangkap gerakan-gerakan dari Tari Bondan serta apakah terampil dan mempunyai keseimbangan yang baik saat naik atau mancik kendhi, jika tidak maka saat menari tidak menggunakan kendhi. Dahulu Tari Bondan biasanya ditarikan oleh satu orang, namun sekarang bisa ditarikan secara berkelompok. 2. Jenis Tari Bondan Tari Bondan ini dibedakan menjadi Tari Bondan Kendhi dan Tari Bondan Tani. Ada beberapa versi Tari Bondan, pada sub bab ini akan diuraikan versi Tari Bondan Kendhi yang merupakan karya dari Bapak S. Maridi dan sedikit uraian Tari Bondan Tani karya Bapak Ngaliman. a. Tari Bondan Kendhi Pada Tari Bondan Kendhi, perlengkapan yang dibawa oleh penari, yaitu boneka bayi, payung, dan kendhi (untuk properti kendhi ini tergantung keterampilan penari, bisa menggunakan atau tidak menggunakan kendhi). Sedangkan ragam tarinya yaitu ragam tari merawat bayi dan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian. Pada ragam tari merawat bayi, dimulai dari memandikan bayi, menimang-nimang atau meninabobokan, dan menghibur atau ngliling (ngleledung) bayi. Lalu untuk ragam tari yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga, digambarkan dari gerakan mencuci dan menjemur pakaian. Seperti wajarnya seorang wanita, dalam Tari Bondan Kendhi juga ada ragam tari ngilo (ngilo bisa diartikan berdandan atau berhias) pada waktu naik di atas kendhi. Lalu ada pula gerakan di mana si penari memainkan payungnya. Kemudian zaman dulu pada akhir gerakan Tari Bondan, kendhi akan

4 47 dipecah. Kendhi dipecah ini ibaratnya seperti untuk menghilangkan kesedihan, melupakan kejadian buruk yang menimpa atau di dalam kepercayaan orang Jawa zaman dulu kendhi ini menjadi simbol doa, berharap dalam pelaksaan tariannya lancar tidak ada halangan. b. Tari Bondan Tani Sedangkan dalam Tari Bondan Tani ada sedikit perbedaan dengan Bondan Kendhi. Pada Tari Bondan Tani ini, para penarinya membawa perlengkapan berupa bakul, caping, ani-ani dan boneka bayi tanpa membawa kendhi dan payung. Untuk kostumnya, para penari menggunakan kebaya lengan panjang (kebaya lurik). Pada permulaan Tari Bondan Tani ada ragam gerakan bertani atau menggarap sawah. Gerakannya antara lain menebar benih, menanam benih, memanen benih, menumbuk padi dan lain sebagainya layaknya seorang petani yang menggarap sawah hingga memanen padi. Kemudian pakaian kebaya lengan panjang dilepas, hingga terlihat pakaian seperti kostum pada Tari Bondan biasanya. Dilanjutkan dengan ragam gerakan merawat bayi seperti pada Tari Bondan Kendhi. 3. Nilai Penggambaran Tari Bondan Makna atau penggambaran yang terkandung dalam Tari Bondan intinya sama baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani, yaitu seorang ibu yang merawat (mengasuh) anaknya yang masih kecil atau bisa juga seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi). Pada Tari Bondan Kendhi seorang ibu mengasuh anaknya atau kakak mengasuh adiknya sambil mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, sedangkan dalam

5 48 Bondan Tani pekerjaan yang dilakukan adalah bertani atau menggarap sawah. Dalam Tari Bondan, tidak hanya asal gerakan merawat bayi sambil melakukan pekerjaan rumah maupun menggarap sawah, tetapi komunikasi antara ibu dengan anaknya maupun kakak dengan adiknya ini sangatlah penting. Karena nilai di balik penggambaran seorang ibu yang merawat anaknya atau kakak yang mengasuh adiknya adalah nilai kasih sayang dari seseorang yang lebih dewasa pada yang lebih muda (dalam hal ini, kasih sayang ibu pada anaknya atau kasing sayang kakak pada adiknya). 4. Ketentuan Pada Tari Bondan a. Jumlah Penari Tari Bondan Jumlah penari Tari Bondan tidak ada ketentuan khusus, bisa ditarikan oleh penari tunggal, bisa juga ditarikan secara berkelompok. Zaman dahulu anak menarikannya sendirian kemudian semakin berkembang menjadi cukup banyak anak yang menarikannya, sehingga bentuk komposisinya pun bisa dibuat bervariasi. b. Kostum atau Pakaian untuk Penari Tari Bondan Kostum atau pakaian untuk Tari Bondan ada beberapa macam. Untuk Tari Bondan Kendhi kostumnya bisa dua variasi dan untuk Tari Bondan Tani pun kostumnya juga berbeda : 1) Kostum atau pakaian pertama seperti perempuan Jawa zaman dulu yang memakai pakaian basahan dengan atasan kemben atau cindhe, bawahannya menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur (selendang untuk menari), menggunakan sabuk bagian tengahnya diberi muk. Lalu bagian rambutnya disanggul menggunakan gelung

6 49 atau cepol dengan hiasan cundhuk mentul dan cundhuk jungkat. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting atau ceplik. Gambar 1. Kostum Tari Bondan Kendhi (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015) 2) Kostum atau pakaian Tari Bondan yang menggunakan jamang (hiasan kepala yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau) dan sumping (hiasan yang digunakan di telinga bersamaan dengan penggunaan jamang), baju atasannya barupa baju kutang (baju yang bentuknya seperti rompi) dengan aksesoris klat bahu (aksesoris dalam pakaian tari yang diikatkan pada lengan), bawahan menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur untuk menari, bagian pinggang diikatkan sabuk dan muk. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting (ceplik).

7 50 Gambar 2. Kostum Tari Bondan dengan jamang dan baju kutang (Sumber : diakses pada 7 Oktober 2015) 3) Kostum untuk Tari Bondan Tani, pada awalnya menggunakan kebaya lengan panjang atau kebaya lurik untuk atasan. Bawahannya menggunakan jarik, lalu bagian dalam baju kebaya memakai kemben seperti pada Tari Bondan Kendhi. Sampur atau selendang digunakan untuk menggendong bakul. Rambutnya disanggul lalu mengenakan caping. Perhiasan yang digunakan juga sama gelang, kalung, dan anting.

8 51 Gambar 3. Kostum Tari Bondan Tani (kebaya lurik dan jarik) (Sumber : diakses pada 8 Oktober 2015) c. Properti atau Perlengkapan Tari Bondan Properti atau perlengkapan dalam Tari Bondan ada beberapa macam. Pada Tari Bondan Kendhi, properti yang dibawa antara lain boneka bayi, payung, dan kendhi. 1) Kendhi Kendhi adalah tempat (wadah) air minum yang terbuat dari tanah liat, bentuknya seperti buah labu dengan leher sebagai pegangan dan corot atau lubang untuk minum yang terletak di samping. Properti kendhi ini bisa digunakan atau tidaknya tergantung dari keterampilan penarinya. Jika penari terampil dan mempunyai keseimbangan yang bagus, maka bisa menggunakan kendhi. Namun dalam pementasan untuk lomba, biasanya properti apa saja yang digunakan akan ditentukan.

9 52 2) Boneka bayi Gambar 4. Kendhi (tempat air minum dari tanah liat) (Sumber : tofo.me/panjimahardhika80, diakses 7 Oktober 2015) Boneka bayi menggambarkan anak ataupun adik, di mana dalam tarian ini yang akan dirawat atau diemong. Boneka bayi yang digunakan untuk menari biasanya dibedong (kain bisa berupa selendang atau jarik dililitkan untuk menutupi badan bayi agar bayi merasa hangat). Gambar 5. Boneka bayi yang dibedong (Sumber : Dokumentasi pribadi, 8 Oktober 2015)

10 53 3) Payung Payung digunakan untuk perlindungan, baik dari panas matahari maupun dari hujan. Begitu pula dalam tarian ini, boneka bayi (melambangkan anak atau adik) diletakkan di bawah payung agar terlindung dari panas matahari, selama penari (sebagai peran ibu atau kakak) mencuci pakaian dan menjemur pakaian. Gambar 6. Payung untuk pementasan Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015) Sedangkan pada Bondan Tani bedanya membawa bakul, caping, dan ani-ani (bisa menggunakan atau tidak menggunakan payung dan kendhi). 1) Bakul Bakul merupakan hasil kerajinan tangan yang terbuat dari anyaman bambu, berfungsi sebagai wadah beras atau padi, sayur mayur hasil panen, penyimpan beras, dan lain sebagainya. Ukurannya pun bervariasi, biasanya untuk Tari Bondan Tani menggunkan bakul dengan ukuran yang kecil. 2) Caping Caping juga merupakan hasil kerajinan tangan, berupa topi yang berbentuk kerucut dan bisa terbuat dari anyaman bambu, daun pandan, atau jenis rerumputan lain yang biasa digunakan untuk menganyam.

11 54 Caping biasanya dilengkapi dengan tali dagu untuk menjaga keseimbangan caping pada saat dikenakan agar tidak jatuh. Fungsinya untuk melindungi kepala dari panas matahari maupun dari air hujan, biasanya digunakan petani pada waktu menggarap sawah. 3) Ani-ani (Ketam) Gambar 7. Bakul dan Caping (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015) Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang digunakan untuk memanen padi. Dengan menggunakan ani-ani batang padi dipotong satu-satu sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong, namun memang akan memakan banyak waktu. Dalam Tari Bondan Tani bisa menggunakan ataupun tidak menggunakan ani-ani. Jika membawa biasanya akan diselipkan di rambut. Gambar 8. Ani-ani atau Ketam (Sumber : diakses pada 9 Oktober 2015)

12 55 d. Pementasan Tari Bondan Tari Bondan, baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani bisa dipentaskan pada event-event budaya, bisa juga pada acara hajatan, dan kegiatan lomba misalnya lomba dalam rangka PORSENI (Pekan Olah Raga dan Seni), maupun dalam acara lainnya. Dalam pertunjukan, Tari Bondan bisa ditarikan oleh penari tunggal maupun secara berkelompok (penari masal). Sedangkan pementasan dalam kegiatan lomba biasanya hanya satu penari. Pada acara hajatan pun juga bisa dipentaskan Tari Bondan, jenis tariannya tergantung permintaan dari orang yang mempunyai acara hajatan. 5. Ragam Gerakan Tari Bondan Inti dari gerakan Tari Bondan telah dijelaskan sebelumnya yaitu penggambaran seorang ibu maupun kakak yang mengasuh adiknya sambil mengerjakan pekerjaan rumah atau pada Bondan Tani sambil menggarap sawah. Berikut urutan ragam gerakan Tari Bondan Kendhi : a. Lumaksono Lembehan Lumaksono lembehan maksudnya adalah berjalan sambil menggerakkan tangan kanan. Jika dalam Tari Bondan berjalan sambil menggerakkan kendhi yang dipegang tangan kanan, jika tidak memakai kendhi sambil menggerakkan sampur.

13 56 Gambar 9. Lumaksono Lembehan Pada Tari Bondan b. Lenggah Setelah gerakan lumaksono lembehan, penari lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan, sehingga posisinya menduduki kaki kanan. c. Meletakkan Kendhi Gambar 10. Posisi Lenggah (Sindet Kiri) atau Duduk Dari posisi lenggah atau duduk, kemudian penari meletakkan kendhi, posisinya tepat di tengah depan penari. Setelah kendi diletakkan, penari melakukan gerakan pacak gulu yaitu menggerakkan leher ke kiri dan ke

14 57 kanan pandangan mengarah ke bayi, sambil menunggu iringan tepat untuk gerakan selanjutnya. Gambar 11. Posisi Meletakkan Kendhi d. Meletakkan Payung Gambar 12. Pacak Gulu Setelah meletakkan kendhi dan pacak gulu, penari meletakkan payung di sebelah kanan kendhi posisinya sedikit serong kanan.

15 58 e. Meletakkan Boneka Bayi Gambar 13. Posisi Duduk dan Meletakkan Payung Setelah payung diletakkan, penari meletakkan boneka bayi dengan hati-hati. Posisinya di antara kendhi dan payung, lebih tepatnya berada di bawah teduhnya payung (karena payung berfungsi sebagai perlindungan). Pada waktu penari mencuci sambil menengok ke arah boneka bayi, ada baiknya boneka bisa terlihat oleh penari, sehingga gambaran komunikasi antara ibu dengan anak bisa terlihat. Dalam meletakkan properti-properti dalam Tari Bondan ini tidak boleh asal meletakkan, tapi tetap mengandung seni. Gambar 14. Posisi Meletakkan Boneka Bayi

16 59 f. Enjer (Lumaksono Pecak Miring) Enjer (Lumaksono Pecak Miring) yaitu penari berjalan miring atau berjalan ke samping kanan dan ke samping kiri, tangannya secara bergantian satu di tekuk dan satunya direntangkan sambil menggunakan sampur. Gambar 15. Enjer atau Lumaksono Pecak Miring g. Minggah Kendhi atau Mancik Kendhi Setelah gerakan enjer (berjalan ke samping), terakhir ke samping kanan, menyibakkan sampur ke belakang (seblak) lalu naik ke atas kendhi Gambar 16. Minggah (Mancik) Kendhi

17 60 h. Ogek Tawing Gerakan pertama yang dilakukan saat menari di atas kendhi adalah ogek tawing, yaitu lengan kiri ditekuk, telapak tangan ngryung (ngruji), posisi tangan di depan dada, tangan kanan ngiting posisinya di sekitar pinggang. i. Ulap-ulap Gambar 17. Ogek Tawing Gerakan setelah ogek tawing yaitu ulap-ulap, posisi penari masih menari di atas kendhi. Tangan kiri diposisikan di depan dahi kiri, hampir seperti orang hormat tetapi memakai tangan kiri, tangan kanan ngiting dan posisinya di sekitar pinggang. Gambar 18. Ulap-ulap

18 61 j. Entragan Entragan sebagai peralihan, penari menggerakkan tangan kanan dan kiri (pentangan atau tumpang tali) bergantian sambil miwir sampur kiri lalu disibakkan (seblak), badan sambil digerakkan naik turun (entragan). k. Ngilo Asta Gambar 19. Entragan Gerakan menari di atas kendhi selanjutnya yaitu ngilo asta (menggambarkan bercermin), kedua telapak tangan disilangkan dan dihadapkan ke wajah si penari. Gambar 20. Ngilo Asta

19 62 l. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping Gerakan setelah ngilo asta yaitu merentangkan kedua tangan ke samping, bagian telapak tangan ngryung, tolehan kepala ke arah kiri. m. Ukel Karna Gambar 21. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping Setelah gerakan ngilo dan merentangkan tangan, sebelum turun dari kendhi ada gerakan ukel karna. Tangan kanan diukel dari posisi samping sampai ke dekat telinga. Gambar 22. Ukel Karna

20 63 n. Turun dari Kendi Selesai menari di atas kendhi, penari perlahan turun dari kendhi dengan tetap menjaga keseimbangan sehingga kendhi tidak terguling dan penari tidak terjatuh. o. Panggel Gambar 23. Turun dari Kendhi Setelah turun dari kendhi, penari memposisikan tangannya seperti menyilang di depan, tangan kanan ngiting dan telapak tangan kiri ngryung setinggi pinggang. Gambar 24. Panggel

21 64 p. Mengambil Payung Setelah turun dari kendhi dan gerakan panggel, lalu penari menunduk untuk mengambil payung dengan tangan kanan, telapak tangan kiri ngryung. Gambar 25. Mengambil Payung q. Lumaksono Lembehan dengan Payung Setelah payung diambil, penari berjalan memutari kendhi dan boneka bayi sambil menggerakkan tangan kanan yang membawa payung (lumaksono lembehan). Gambar 26. Lumaksono Lembehan dengan Payung

22 65 r. Laku Telu (payung di tangan kanan) Setelah berjalan (lumaksono lembehan) dengan payung, penari berjalan tiga langkah-tiga langkah (laku telu) mengikuti iringan, sambil memainkan payungnya. s. Magak Gambar 27. Laku Telu Penari masih membawa payung di tangan kanan, lengan kiri direntangkan ke samping, bagian telapak tangan ngryung. Gambar 28. Magak t. Kawilan (sambil putar payung) Dari posisi magak, lalu penari melakukan gerakan kawilan sambil memutar-mutar payung, jika tanpa payung bisa menggunakan sampur.

23 66 Gambar 29. Kawilan (Sambil Memutar Payung) u. Jengkeng (Duduk) Meletakkan Payung Selesai dengan gerakan tari sambil memainkan payung, penari kemudian duduk (jengkeng) sambil meletakkan payung. v. Mengambil Bayi Gambar 30. Duduk (Jengkeng) Meletakkan Payung Gerakan selanjutnya, penari mengambil boneka bayi dibawa (dibopong) dengan tangan kiri, posisi penari masih duduk.

24 67 w. Memandikan Bayi Gambar 31. Mengambil Boneka Bayi Penari melakukan gerakan seperti memandikan bayi menggunakan tangan kanan, tangan kiri membawa boneka bayi, dan posisi penari masih duduk. Arah pandangan mengikuti gerak tangan kanan. x. Meletakkan Bayi Gambar 32. Memandikan Bayi Selesai gerakan memandikan bayi, lalu boneka bayi diletakkan ke tempat semula.

25 68 Gambar 33. Meletakkan Bayi y. Kenser ke Kanan (Arah Badan Pojok Kanan) Setelah meletakkan bayi, penari berdiri memposisikan badannya ke arah pojok kanan, lalu kenser sambil mementangkan lengan kanan, telapak tangan ngryung. z. Mencuci Pakaian Gambar 34. Kenser Penari duduk (jengkeng) menari seperti gerakan mencuci baju, sambil sesekali menengok ke arah bayi yang menggambarkan komunikasi antara Ibu atau kakak dengan anak atau adik.

26 69 aa. Menjemur Pakaian Gambar 35. Mencuci Baju Dari gerakan mencuci baju, kemudian penari berdiri sambil mengibaskan sampur ke depan atas seperti gerakan menjemur pakaian, kaki kenser ke kanan sedikit demi sedikit bb. Magak. Gambar 36. Menjemur Pakaian Setelah gerakan menjemur pakaian sambil kenser ke kanan, lengan kiri direntangkan ke samping, telapak tangan kiri sambil mememgang ujung sampur.

27 70 cc. Gajah Ngoling Gambar 37. Magak Dari posisi magak penari menggunakan sampur di tangan kanan seperti berjalan (lumaksono lembehan), sedangkan sampur di tangan kiri dibawa ke pundak kiri, ujung sampur diapit dengan jari tangan kiri, telapak tangan kiri ngryung, kemudian berjalan (gajah ngoling). dd. Srisig Gambar 38. Gajah Ngoling Selesai gerakan gajah ngoling, lalu penari srisik (berjalan dengan kaki sedikit jinjit dengan tempo yang cepat memutari kendhi, boneka dan payung, tangan memegang sampur.

28 71 Gambar 39. Srisig ee. Lenggah Setelah srisig memutari payung, boneka bayi, dan kendhi, penari lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan, menduduki kaki kanan. Gambar 40. Lenggah ff. Menghibur (Ngliling atau Ngleledong) Bayi Pada saat posisi duduk, penari bertepuk tangan diarahkan ke boneka bayi sesuai nyanyian pada iringan, menggambarkan saat ibu atau kakak menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi.

29 72 Gambar 41. Menghibur (Nglilling atau Ngleledong) gg. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium) Setelah gerakan menghibur bayi (seperti bertepuk tangan), lalu penari menggendong boneka bayi sambil dicium. Posisi penari dari duduk perlahan-lahan berdiri. hh. Menimang-nimang Bayi Gambar 42. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium) Penari berdiri sambil menggendong boneka bayi, berjalan sambil menimang-nimang boneka bayi, pandangan penari mengarah ke boneka bayi sebagai gambaran komunikasi antara ibu dengan anak atau kakak dengan adiknya.

30 73 Gambar 43. Menimang-nimang Bayi ii. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi Dari gerakan menimang-nimang bayi, kemudian srisig, lalu kembali duduk seperti posisi permulaan, kemudian menggendong boneka bayi dengan sampur. jj. Mengambil Payung Gambar 44. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi Setelah boneka bayi digendong. Selanjutnya penari mengambil payung, diposisikan seperti permulaan penari akan menarikan Tari Bondan.

31 74 kk. Mengambil Kendhi Gambar 45. Mengambil Payung Sebelum berdiri, terakhir penari mengambil kendhi diposisikan juga seperti permulaan, lalu duduk sambil menunggu iringan untuk berdiri. Gambar 46. Mengambil Kendhi ll. Berdiri, Lumaksono Lembehan Kanan Pada saat sikap duduk sudah seperti pada permulaan tari, penari telah membawa boneka bayi, payung, dan kendhi kemudian berdiri dan berjalan sambil menggerakkan kendhi (lumaksono lembehan), sama seperti berjalan di awal menari namun arah berjalannya ke kanan.

32 75 mm. Srisig Kanan, Masuk Gambar 47. Berdiri Lumaksono Lembehan Kanan Dari gerakan berjalan (lumaksono lembehan), terakhir penari srisig ke kanan dan masuk ke dalam (keluar dari arena pertunjukan). 6. Perkembangan Tari Bondan Gambar 48. Srisig Kanan, Masuk Perkembangan Tari Bondan dari zaman dulu hingga sekarang yang bisa diamati adalah dari susunan ragam gerakannya. Sama-sama Tari Bondan, tetapi dari susunannya berbeda tergantung susunan dari penciptanya. Bapak S. Maridi pun tidak hanya menghasilkan satu susunan ragam Tari Bondan, gendhing atau iringannya juga beberapa kali direkam sesuai dengan susunan atau urutan gerakannya. Sehingga Tari Bondan ini ada berbagai variasi

33 76 gerakan. Misalnya saja pada waktu penari naik di atas kendhi, ada yang susunan yang hanya gerakan ngilo asta, ada juga yang menggunakan gerakan pidian (alisan). Ada pula variasi gerakan lain pada waktu memainkan payung, ada yang menari sambil memainkan payung di bawah, ada pula yang memainkan payungnya di atas kendhi. Hal tersebut juga tergantung kemampuan penari, apakah terampil dan punya keseimbangan bagus saat naik (mancik) kendhi. Kemudian pada gerakan menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi bisa sambil duduk lalu menari seperti gerakan bertepuk tangan yang diarahkan untuk menghibur bayinya. Ada variasi lain yaitu bayi digendong, kemudian penari tangannya menunjuk seolah memperlihatkan pada anaknya, ada burung di sebelah sana. Dalam iringannya pun juga ada perbedaan, untuk peran ibu atau peran sebagai kakak. Jika peran penari sebagai ibu maka dalam iringannya bayi dinyanyikan dengan kata anak. Sedangkan untuk peran kakak perempuan (mbakyu) kata anak diganti dengan kata adhi (adik). Ada pula perkembangan dalam jumlah penarinya, jika zaman dahulu Tari Bondan dibawakan oleh penari tunggal, sekarang berkembang tidak selalu dibawakan oleh satu orang penari saja tetapi bisa dibawakan secara berkelompok (penari massal). Dalam acara atau kegiatan lomba biasanya dibawakan satu persatu, untuk memudahkan penilaian juri. Sedangkan dalam acara-acara bertemakan budaya atau daam rangka memperingati salah satu hari nasional, Tari Bondan bisa dibawakan secara berkelompok.

34 77 7. Eksistensi Tari Bondan di Surakarta Sampai saat ini sebetulnya Tari Bondan masih tetap eksis di Surakarta. Hanya saja dikalangan anak-anak belum terlalu banyak peminatnya. Jika dibandingkan dengan anak-anak se-surakarta mungkin hanya sebagian kecil saja yang belajar Tari Bondan maupun tari tradisional lainnya, mengingat banyak sekali bentuk tarian modern yang berkembang. Apabila di Kota Surakarta tidak ada event-event kebudayaan, maka untuk bisa menyaksikan pertunjukkan Tari Bondan tentunya sangat jarang, kecuali jika ada pementasan dalam rangka kegiatan lomba. Dari keterangan salah seorang pelatih tari di Sanggar Tari Soerya Soemirat, yaitu Ibu Kurniati yang juga mantan pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta bahwa jika pemerintah Surakarta tidak mulai menggerakkan masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak untuk mengenal kebudayaan Indonesia melalui acara-acara kebudayaan, akan sangat mungkin jika bangsa Indonesia lupa atau bahkan kehilangan beragam kebudayaan yang dimiliki. Menurut pengalaman beliau mengajar seni tari, ada banyak mahasiswanya yang berasal dari luar negeri sangat mengapresiasi beragam bentuk tarian tradisional yang dimiliki Indonesia, bahkan banyak dari mereka yang justru mempunyai dokumentasi lebih bagus dan lebih lengkap dari dokumentasi yang dimiliki oleh orang Indonesia sendiri (secara umum).

35 78 B. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Dalam perancangan konsep ini Tiga Serangkai Pustaka Mandiri berlaku sebagai publisher yang direncanakan sebagai penerbit buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun. 1. Profil PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta Tiga Serangkai merupakan salah satu penerbit buku, khususnya buku pelajaran dan pengetahuan serta buku-buku umum yang berdiri sejak 28 September a. Alamat : Jl. Dr. Supomo No. 23 Solo Surakarta b. Telepon : (0271) c. Fax : (0271) d. Website : e. tspm@tigaserangkai.co.id 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dari General Book Departement di PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri adalah sebagai berikut :

36 79 Publishing Manager Proof Reader Traffic ADM Popular Editor Officer C & T Editor Officer Religi Editor Officer Art Creative Supervisor Religi Editor Popular Editor Religi Editor Desainer Layouter Ilustrator Bagan 2. Struktur Organisasai General Book Departement di TS Surakarta 3. Prosedur Publikasi ke Tiga Serangkai Pustaka Mandiri PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri mempunyai prosedur dalam menenerbitkan sebuah buku. Alur untuk publikasi ke TS dapat digambarkan sebagai berikut : Naskah (Penulis/ Pengarang) Review/ Evaluasi (Bagian Editor) Presentasi (Marketing, Sales, Promo) Naskah ditolak Naskah diterima Naskah diterima dengan catatan Proses Editing (Ilustrasi, Tipografi, Layout dll) Koreksi, Revisi, Siap Cetak Bagan 3. Alur Publikasi ke Tiga Serangkai

37 80 Naskah dari penulis atau pengarang masuk ke Tiga Serangkai, di review atau evaluasi oleh bagian editor apakah naskah tersebut layak atau tidak. Jika naskah tidak layak akan dikembalikan pada penulis. Sedangkan naskah yang layak akan masuk ke tahapan selanjutnya. Dari awal naskah masuk ke Tiga Serangkai, jangka waktu pemberitahuan kepada penulis apakah naskah tersebut layak atau tidak yaitu 3 bulan. Jika naskah tersebut layak maka akan dipresentasikan dihadapan Marketing, Sales, dan Promosi, karena bagian tersebut yang mengetahui lebih dalam tentang kondisi pasar. Setelah tahap presentasi, akan diputuskan naskah tersebut diterima, diterima dengan catatan, atau ditolak. Jika naskah diterima, selanjutnya akan masuk proses editing mulai dari pembuatan ilustrasi, tipografi, penataan layout, cover, dan sebagainya kemudian dikoreksi, direvisi, sampai siap cetak. Jika naskah diterima dengan catatan, maka akan diolah kembali oleh bagian editor kemudian melalui tahap presentasi lagi untuk menentukan apakah naskah tersebut bisa lanjut ke tahap selanjutnya ataukah akan ditolak. Sedangkan naskah yang telah dipresentasikan namun ditolak akan dikembalikan kepada penulis. Naskah yang telah diproses dan siap cetak, waktu penerbitannya pun tidak selalu dalam jangka waktu dekat. Buku yang telah jadi, waktu terbitnya tergantung bagaimana kondisi pasar dan disesuaikan dengan momen yang sedang marak di masyarakat, misalnya saat momen bulan puasa, awal masuk sekolah, dan sebagainya.

38 81 4. Ketentuan Buku Cerita Anak di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, mempunyai beberapa ketentuan dalam pembuatan buku cerita anak. Kententuannya adalah sebagai berikut : a. Ukuran Buku Cerita Bergambar Anak Ukuran untuk buku cerita anak yang ditentukan oleh Tiga Serangkai ada beberapa macam ukuran, antara lain : 1) 19 cm x 24 cm 2) 20 cm x 22,5 cm 3) 21,5 cm x 25 cm 4) 21 cm x 26,5 cm b. Jenis Kertas yang Digunakan Ketentuan jenis kertas untuk cover atau sampul, isi, maupun cara finishing untuk buku cerita bergambar untuk anak di Tiga Serangkai adalah sebagai berikut : 1) Jenis Kertas Cover Cover atau sampul dalam buku cerita bergambar yang dikhususkan untuk anak, biasanya dicetak dengan kertas tebal agar lebih awet. Jenis kertas cover yang digunakan oleh Tiga Serangkai yaitu kertas Art Carton 210gr untuk produk buku cerita bergambar atau buku cerita anak. Sedangkan untuk buku ensiklopedia anak (big books) ada yang menggunakan hard cover.

39 82 2) Jenis Kertas Isi Jenis kertas untuk isi dari produk buku cerita bergambar atau buku cerita anak di Tiga Serangkai yaitu bisa menggunakan kertas HVS 80gr, bisa juga kertas Art Paper 150gr, atau kertas BC. 3) Finishing Finishing dalam buku cerita bergambar maupun buku cerita anak di Tiga Serangkai yaitu pada bagian cover atau sampul menggunakan laminasi doff dan beberapa bagian menggunakan spot UV (misalkan pada bagian judul atau gambar ilustrasi pada cover). c. Jumlah Halaman Jumlah halaman untuk buku cerita bergambar atau buku cerita anak di Tiga Serangkai ada ketentuan tersendiri, yaitu jumlah halaman bisa kelipatan 8 atau 16, misalnya 24 halaman, 32 halaman, maksimal 48 halaman. d. Layout Layout atau tata letak ilustasi dan tulisan menyesuaikan dari naskah cerita, yangterpenting yaitu buku cerita bergambar atau buku cerita anak harus punya tingkat keterbacaan tinggi, karena targetnya untuk anak-anak sehingga kenyamanan membaca adalah faktor yang penting. 1) Ilustrasi Ilustrasi menyesuaikan dengan naskah cerita dari penulis yang telah disetujui Tiga Serangkai, untuk buku anak-anak tentunya dibuat menarik dengan warna-warna cerah.

40 83 2) Tipografi Tipografi berkaitan dengan tulisan yang terdapat dalam buku cerita bergambar atau buku cerita anak, yaitu harus punya tingkat keterbacaan yang tinggi karena faktor kenyamanan membaca pada anak-anak sangatlah penting. Jenis font yang dipilih bentuknya sederhana, tanpa kait, dan mudah dibaca. Ukuran font khusus untuk anak TK-SD minimal 14 pt dan ukuran font pada bagian judul harus dibuat lebih besar. 5. Sistem Royalti di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri a. Besaran Royalti Royalti merupakan uang jasa yang dibayarkan penerbit kepada pengarang atau penulis naskah untuk setiap buku yang diterbitkan. Besaran royalti khusus untuk buku anak di Penerbit Tiga Serangkai yaitu sebesar 7% dari hasil penjualan buku yang telah dikurangi biaya produksi sebanyak 35%. Misalkan hasil penjualan buku 100% dikurangi 35% biaya produksi sehingga tinggal 65% hasil penjualan, jadi besar royalti 7% dari 65% hasil penjualan buku. b. Cara Pembayaran Royalti Sistem pembayaran royalti di Penerbit Tiga Serangkai, yaitu dibayarkan dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Januari, dengan rentang waktu 3 bulan. Bulan Juni antara Juli-September, untuk bulan Januari antara Februari-April.

41 84 6. Distribusi Produk Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Produk dari Penerbit Tiga Serangkai telah tersebar ke seluruh Indonesia, dan penyebaran terbesarnya yaitu se-jabodetabek. Distribusi dari produknya melalui pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern maksudnya melewati toko-toko buku besar yang tersebar di seluruh Indonesia, misalnya Toko Buku Gramedia, Togamas, dan lain sebagainya. Sedangkan pasar tradisional maksudnya buku didistribusikan melalui toko-toko buku kecil. 7. Promosi yang Dilakukan di Tiga Serangkai Surakarta Beberapa promosi yang dilakukan Tiga Serangkai untuk mempromosikan produk buku yang beraneka ragam, antara lain : a. Melalui launching buku. b. Melalui kegiatan-kegiatan pameran dan workshop. c. Melalui bedah buku lewat radio (khusus buku dewasa) d. Melalui kegiatan lomba-lomba e. Promosi melalui media pendukung seperti poster, sticker, postcard, dan lain sebagainya. f. Promosi melalui media sosial (website, twitter, twitter dari penulis, facebook). C. Target Market dan Target Audience 1. Target Market Segmentasi dari target market dalam konsep perancangan buku cerita bergambar untuk mengenalkan tari bondan adalah sebagai berikut :

42 85 a. Segmen Demografi 1) Usia : anak-anak (6 7 tahun) 2) Pendidikan : SD kelas 1 sampai kelas 2 3) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan 4) Agama : semua agama 5) Kelas Sosial : menengah ke atas b. Segmen Geografi Daerah yang menjadi target sasaran perancangan buku cerita bergambar untuk mengenalkan tari bondan ini adalah Kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan secara umum untuk seluruh Indonesia. c. Segmen Psikografi Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan visual (gambar). 2. Target Audience Target audience adalah orang yang akan menjadi sasaran komunikasi, dalam perancangan ini yaitu menjadi sasaran komunikasi baik dari buku cerita bergambarnya maupun dari media promosinya. Sedangkan detail untuk segmentasi dari target audience pada konsep perancangan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu target audience primer dan target audience sekunder sebagai decision maker (pengambil keputusan), dapat diuraikan sebagai berikut :

43 86 a. Target Audience Primer 1) Segmen Demografi a) Usia : anak-anak (6-7 tahun) b) Pendidikan : SD kelas 1-2 c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan d) Agama : semua agama e) Kelas Sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya. 3) Segmen Psikografi Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan visual (gambar). b. Target Audience Sekunder (Decision Maker) 1) Segmen Demografi a) Usia : dewasa (25-50 tahun) b) Pendidikan : SMA sampai jenjang kesarjanaan c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan d) Agama : semua agama e) Kelas Sosial : menengah ke atas

44 87 2) Segmen Geografi Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya. 3) Segmen Psikografi Dari segmen psikografi ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan membeli buku cerita bergambar ini, faktor tersebut antara lain orang dewasa yang memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, memiliki kekhawatiran dengan banyaknya budaya asing yang masuk, ingin ikut berperan mengenalkan pada anak-anak tentang berbagai kesenian asli Indonesia salah satunya seni tari, orang tua yang mempunyai ekspektasi atau keinginan agar anaknya bisa menari, dan orang tua yang ingin anak-anaknya mengenal budaya Indonesia. c. Hasil Identifikasi Target Audience Dalam perancangan ini penulis menggunakan kuesioner atau angket untuk mengetahui insight dari target audience yang nantinya akan digunakan untuk menentukan tone and manner dalam visualisasi cerita bergambar tentang pengenalan nilai Tarian Bondan. Angket disebarkan secara acak pada 20 responden yaitu anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya. Untuk anak-anak angket dibacakan oleh penulis sambil menunjukkan beberapa gambar yang berkaitan dengan Tari Bondan dan visualisasi gambar, kemudian responden menjawab dan memilih gambar sesuai dengan pendapat dan ketertarikannya.

45 88 Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Hasil Kuesioner untuk Anak Usia 6-7 Tahun a) Terkait dengan jenis tarian yang lebih disukai oleh anak-anak, yaitu sebanyak 40% responden anak menyukai tarian modern dan 60% menyukai tarian tradisional. Jenis Tarian yang disukai 60% 40% 0% Tarian Modern Tarian India Tarian Tradisional b) Tentang tari tradisional apa yang responden ketahui, sebanyak 20% responden anak tahu tentang Tari Kijang, 15% anak tahu Tari Bondan, 10% tahu tarian lain seperti Tari Kipas, 55% anak tidak tahu. Tari Tradisional yang diketahui 55% 0% 20% 15% 10% Tari Kijang Tari Kukila Tari Bondan Tari Lainnya Tidak Tahu

46 89 c) Terkait pengalaman melihat Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak pernah melihat dan 85% anak belum pernah melihat. Pengalaman melihat Tari Bondan 15% Pernah Melihat 85% Belum Pernah Melihat d) Pengetahuan tentang Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak menjawab memakai boneka dan payung, 5% anak menjawab membawa busur panah, dan 80% anak tidak tahu. Pengetahuan tentang Tari Bondan 15% 5% Tari Membawa Boneka, Payung, dan Kendhi 80% Tari membawa Busur dan Anak Panah Tidak Tahu e) Tentang penggambaran Tari Bondan, yaitu sebanyak 25% responden menjawab anak yang bermain boneka, 15% anak kasih sayang ibu pada anaknya, dan 60% anak tidak tahu.

47 90 Penggambaran Tari Bondan 0% 60% 25% 15% Anak yang bermain boneka Hewan yang lincah Kasaih sayang Ibu pada anaknya Tidak Tahu f) Terkait keinginan belajar menari tradisional, yaitu 60% responden anak ingin belajar menari dan 40% anak kuang berminat belajar menari. Keinginan Belajar Tari Tradisional 35% Ya, Ingin 65% Tidak Ingin g) Tentang model gambar yang lebih disukai, yaitu 70% responden anak lebih menyukai gambar yang sederhana dan 30% anak menyukai gambar yang lebih detail.

48 91 Model Gambar Yang Disukai 30% Gambar simple (sederhana) 70% Gambar yang lebih detail h) Warna yang lebih disukai anaka-anak, sebanyak 90% responden anak lebih menyukai warna cerah dan 10% anak menyukai warna pastel atau warna yang lembut. Warna Yang Lebih Disukai 10% Warna Cerah Warna Pastel 90% i) Tentang cara pewarnaan gambar yang disukai, sebanyak 35% responden anak menyukai pewarnaan flat (tanpa gradasi) dan 65% anak menyukai pewarnaan gradasi berkesan volume.

49 92 Pewarnaan Gambar 65% 35% Pewarnaan Flat Pewarnaan Gradasi Berkesan Volume j) Tentang penataan layout, sebanyak 80% responden anak lebih suka layout dengan fullcolor dan 20% anak menyukai ada white spacenya. Tata Layout 20% Fullcolor 80% Ada White space 2) Hasil Kuesioner untuk Orang Tua a) Tentang jenis tari yang lebih disukai, 90% responden orang tua lebih menyukai Tari Tradisional daripada Tari Modern. Tari yang lebih disukai 10% 0% Tari Modern Tari India 90% Tari Tradisonal

50 93 b) Pengalaman menyaksikan Tari Bondan, sebanyak 25% responden orang tua pernah melihat Tari Bondan dari internet, 60% pernah melihat pertunjukan Tari Bondan langsung, dan 15% belum pernah melihat Tari Bondan. Pengalaman Menyaksikan Tari Bondan 15% 60% 25% Pernah melihat dari internet Pernah melihat langsung Belum pernah melihat c) Pengetahuan tentang Tari Bondan, 85% responden orang tua menjawab bertema kasih sayang seorang ibu dan 15% tidak tahu. Pengetahuan tentang Tari Bondan 0% 0% 15% Tari bertema peperangan Tari bertema kelincahan hewan 85% Tari bertema kasih sayang ibu Tidak tahu d) Terkait apakah putra atau putri dari responden mengikuti les tari, 15% responden orang tua menjawab bahwa anaknya ada yang mengikuti les menari dan 85% anaknya tidak mengikuti les menari.

51 94 Apakah putra/putrinya mengikuti les tari 15% Ada 85% Tidak ada e) Terkait dengan keinginan orang tua agar anak bisa menari, 95% responden orang tua ingin anaknya bisa menari tradisional. Keinginan orang tua agar anak bisa menari 5% Ya 95% Tidak f) Tentang keinginan orang tua berperan mengenalkan budaya Indonesia, semua orang orang tua menjawab ya, ingin turut berperan dalam mengenalkan budaya Indonesia pada putra putrinya.

52 95 Keinginan orang tua ikut berperan mengenalkan budaya Indonesia 0% Ya, ada 100% Tidak ada g) Perkembangan Tari Bondan di Surakarta, 20% responden orang tua menjawab semakin menghilang, 45% menjawab masih ada tetapi kurang diminati, dan 35% orang tua menjawab mulai diangkat dan berkembang lagi. Perkembangan Tari Bondan di Surakarta 35% 20% 45% Semakin menghilang Masih ada tapi kurang diminati Mulai diangkat dan berkembang lagi 3) Kesimpulan Dari hasil kuesioner terhadap anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a) Target Audience Anak-Anak Usia 6-7 Tahun Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh data bahwa anakanak usia 6-7 tahun sebetulnya tetap mempunyai ketertarikan dengan tarian tradisional, hanya saja sebagian besar masih belum

53 96 tahu tentang macam-macam tari tradisional, salah satunya juga termasuk Tari Bondan. Sehingga diperlukan pengenalan sedikit demi sedikit tentang Tari Tradisional. Sedangkan dalam visualisasi cerita bergambar, anka-anak usia 6-7 tahun cenderung menyukai gambar-gambar yang sederhana tidak terlalu mendetail, menggunakan warna-warna cerah, pewarnaannya jelas dengan memunculkan gradasi yang menimbulkan kesan bervolume, dan penataan layout yang rapi dengan teks yang mudah dibaca serta background berwarna. b) Target Audience Orang Tua (Decision Maker) Data orang tua sebagai pengambil keputusan yang diperoleh dari hasil kuesioner tersebut yaitu sebagain besar orang tua menyukai tarian tradisional dan tahu tentang tari Bondan. Para orang tua berkeinginan untuk berperan dalam mengenalkan tari tradisional, juga mempunyai keinginan agar putra atau putrinya bisa menari tradisional. D. Komparasi 1. Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya a. Deskripsi Umum Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini merupakan kumpulan dari cerita bergambar yang bertemakan budaya. Buku ini memang ditujukan untuk mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia

54 97 melalui kumpulan cerita bergambar yang bertemakan budaya Indonesia. Terdapat cerita tentang alat musik angklung, mpek-mpek masakan khas palembang, baju tradisional kebaya, dan permainan congklak atau dakon. Dalam buku ini juga ada satu cerita pendek yang bertemakan seni tari, yaitu Tari Pendet. 1) Judul Keseluruhan : Dongeng Cinta Budaya 2) Judul Cerita : Tarian Dewi 3) Pengarang : Watiek Ideo dan Fitri Kurniawan 4) Penerbit : Bhuana Ilmu Populer 5) Tahun terbit : ) Jumlah Halaman : 168 halaman 7) Ukuran : 18 cm x 24 cm 8) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Tarian Dewi Dewi adalah seorang anak perempuan yang berasal dari Bali, sejak kecil dia suka menari. Bahkan di rumah Dewi ada sanggar tari yang biasa dia gunakan bersama teman-temannya untuk berlatih menari, dengan pelatih ibunya sendiri. Namun akhir-akhir ini Dewi merasa bosan menari Tari Pendet, dia menganggap tarian tersebut kuno. Pada suatu hari Dewi berjalan-jalan di pantai, dia bertemu dengan seorang anak perempuan wisatawan asing bernama Elle. Mereka berkenalan, Elle menunjukkan pada Dewi sebuah video rekaman tentang Tari Pendet dan dia sangat terkesan dengan tarian tersebut. Segera saja Dewi mengajak Elle dan keluarganya ke sanggar tari di rumahnya. Dengan bangga Dewi menarikan Tari Pendet di depat wisatawan asing

55 98 tersebut bersama ibunya, para wisatawan sangat terkesan. Sejak saat itu Dewi kembali senang menarikan Tari Pendet. b. Target Market 1) Segmen Demografi : a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun) b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan c) Agama : semua agama d) Kelas sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi : Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh Indonesia. 3) Segmen Psikografi : Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini dibuat untuk anak-anak yang tertarik dengan berbagai macam budaya dan ciri khas dari Indonesia, untuk anak-anak yang senang membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar atau visual yang menarik. c. Distribusi Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan Promosi dari buku ini dari media sosial, diantaranya melalui facebook, twitter, instagram BIP, dan melalui website.

56 99 e. Tampilan visual 1) Cover Cergam Dongeng Cinta Budaya Gambar 49. Cover Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015) 2) Bagian Isi Cergam Dongeng Cinta Budaya Bagian isi dari cergam Dongeng Cinta Budaya yang penulis ambil yaitu bagian Tarian Dewi. Tampilan visualnya menarik, cukup detail, dan background juga terlihat, namun pada beberapa halaman penataan layout-nya kurang rapi, antara elemen teks dengan elemen gambar kurang seimbang, sehingga keterbacaan teks sedikit kurang. Berikut contoh tampilan visual isi :

57 100 Gambar 50. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015) Gambar 51. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015) 2. Buku Cerita Bergambar Dongeng Tujuh Menit a. Deskripsi Umum Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit ini juga merupakan kumpulan dari beberapa cerita bergambar pendek. Namun

58 101 dalam buku ini tidak semua cerita bertemakan budaya. Hanya satu bagian cerita di dalam buku ini yang bertemakan budaya, yakni tentang mengenal tokoh wayang Punakawan. Meskipun wayang asing di telinga anak-anak namun melalui cerita singkat tentang wayang yang dikemas dengan visual yang menarik, diharapkan anak-anak bisa sedikit tahu tentang budaya pewayangan. 1) Judul Keseluruhan : Dongeng Tujuh Menit 2) Judul Cerita : Wayang Sebelum Tidur 3) Pengarang : Clara Ng 4) Ilustrasi : Cecillia Hidayat 5) Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 6) Tahun terbit : ) Jumlah Halaman : 24 halaman 8) Ukuran : 20 cm x 20 cm 9) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Wayang Sebelum Tidur Sita dan Bima tidak bisa tidur, kemudian Sita bermain bayangbayang dari lampu kecil yang dinyalakan ibunya dengan tangannya. Tetapi bagaimana dengan adiknya, Bima tidak bisa ikut bermain karena jari tangannya masih kecil sehingga susah untuk ditekuk. Sita kemudian membuat bentuk wayang Punakawan dari kertas untuk adiknya. Sita dan Bima bermain bayangan wayang seru sekali, sambil mereka mengenal nama tokoh wayang tersebut. Mendengar suarasuara dari kamar Sita dan Bima, ayah kemudian masuk ke kamar mereka, ternyata mereka memang sedang asyik bermain bayangan

59 102 bentuk wayang. Lama tidak keluar dari kamar, Ibu kemudian mengintip dan ternyata ayah sudah tertidur bersama Sita dan Bima. b. Target Market 1) Segmen Demografi : a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun) b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan c) Agama : semua agama d) Kelas sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi : Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh Indonesia. 3) Segmen Psikografi : Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit pada bagian cerita Wayang Sebelum Tidur ini dibuat untuk anak-anak yang suka berimajinasi, suka dengan cerita dongeng sebelum tidur, senang membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar atau visual yang menarik. c. Distribusi Buku cerita bergambar Wayang Sebelum Tidur ini didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan Promosi yang dilakukan untuk buku ini dari media sosial, diantaranya melalui facebook Gramedia Pustaka Utama, twitter,

60 103 instagram, dan melalui beberapa website seperti bukabuku.com, bukukita.com. e. Tampilan visual 1) Cover Cergam Wayang Sebelum Tidur Gambar 52. Cover Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : facebook Gramedia Pustaka Utama, 6 Oktober 2015) 2) Bagian Isi Cergam Wayang Sebelum Tidur Bagian isi pada cergam Wayang Sebelum Tidur, dari tampilan visualnya cukup simple (sederhana), bentuk karakter juga menarik dan lucu, penataan layout-nya juga sudah rapi, tetapi untuk gambar latar belakang atau settingnya kurang, dan pada beberapa halaman paragraf untuk teksnya sedikit terlalu panjang bagi bacaan anak-anak.

61 104 Gambar 53. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015) Gambar 54. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015) E. Analisa SWOT Analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi produk, dalam hal ini untuk perancangan buku cerita bergambar ini agar lebih terarah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

62 105 (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), sekaligus sebagai bahan perbandingan dengan kompetitor atau komparasinya. Untuk mengetahui peluang utama dalam pembuatan buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun, diperlukan observasi terhadap kekuatan (strenght), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari buku cerita bergambar ini yaitu tentang nilai Tarian Bondan terhadap pembandingnya atau komparasinya, melalui analisa SWOT. Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT dari Buku Cerita Bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun yang berjudul Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang dengan dua komparasinya, yaitu Dongeng Cinta Budaya bagian Tarian Dewi dan Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur :

63 106 Tabel Analisa SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats) Analisa SWOT Strengh (Kelebihan) Cergam Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang 1. Tema yang diangkat menarik tentang Tari Bondan yang sarat makna akan kasih sayang ibu Cergam Dongeng Cinta Budaya bagian Tarian Dewi 1. Tema yang diangkat tentang kebudayaan, yaitu tentang seni tari yang jarang Cergam Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur 1. Tema yang diangkat menarik yaitu tentang wayang yang jarang ditemukan dalam terhadap anak. ditemukan pada cerita buku cergam. 2. Berusaha mengenalkan nilai bergambar. 2. Ide ceritanya juga menarik Tarian Bondan lewat cerita 2. Cerita dikemas dengan mengenalkan pewayangan yang sederhana. sederhana dan mudah lewat imajinasi anak-anak. 3. Ilustrasi yang akan dibuat dipahami. 3. Ilustrasinya dibuat sederhana dengan sedikit detail 3. Ilustrasinya cukup detail, sederhana, baik karakter sehingga menarik bagi anak- dapat dilihat dari kostum maupun setting atau latar anak. tari yang dikenakan belakangnya. 4. Pewarnaannya menggunakan karakter dan gambar latar 4. Penataan layout-nya sudah warna-warna watercolor yang belakang yang terkesan rapi, ada space sendiri untuk cerah agar tidak monoton. hidup. meletakkan elemen teks 5. Layout akan dibuat rapi 4. Pewarnaan gambarnya sehingga terkesan seimbang. sehingga gambar dan teksnya bagus warna cerah namun 5. Menggunakan hard cover terkesan seimbang. lembut, tidak monoton. sehingga buku awet untuk 106

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENGENALKAN NILAI TARIAN BONDAN PADAANAK USIA 6-7 TAHUN DI SURAKARTA

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENGENALKAN NILAI TARIAN BONDAN PADAANAK USIA 6-7 TAHUN DI SURAKARTA Konsep Pengantar Karya Tugas Akhir PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENGENALKAN NILAI TARIAN BONDAN PADAANAK USIA 6-7 TAHUN DI SURAKARTA Diajukan Untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir Sebagai Prasyarat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL 3.1 Tujuan Komunikasi Dalam perancangan media berupa kartu edukasi atau flashcard origami seri hewan ini, penulis mencoba menjabarkan tujuan dari perancangan kartu edukasi

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL I I. 1 Sejarah Boneka Boneka merupakan salah satu mainan tradisional yang paling tua, karena boneka sudah ada pada Zaman Yunani,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi 4.1.1.1 Fakta Kunci 1. Biasanya, anak-anak tidak tertarik untuk mempelajari hal-hal yang ada di dalam text book, dan biasanya lebih

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi 16 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Timothy Samara (2005:10) menyatakan publikasi merupakan sebuah perluasan aplikasi dari dua unsur yaitu teks dan gambar. Perluasan aplikasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN 3.1. Tujuan Komunikasi Berbagai cara dapat dilakukan untuk membuat suatu informasi atau pesan bisa mudah di sampaikan tentunya secara efektif dan menarik.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Objek Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet Survei lapangan: melalui wawancara dengan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Gerakan 1821 1. Latar Belakang Hadirnya Gerakan 1821 Gerakan 1821 merupakan salah satu modul yang dipelajari di kelaskelas belajar pengasuhan yang digagas oleh Ihsan Baihaqi

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas (State Of The Art) Jenis karya seperti buku ilustrasi bergambar khusus anak sudah ada sebelumnya, bahkan sudah banyak yang memproduksinya. Banyak juga rupa, bentuk

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi a. Visual Pendekatan komunikasi dengan visual yang dilakukan dalam perancangan media informasi Gaya Kebaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi Konsep komunikasi yang akan digunakan dalam perancangan coffee table book tentang kesenian Lais yang berasal dari Kampung Sayang, Desa Cisayad, Kabupaten

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU SEJARAH YANG TERSIMPAN DALAM MUSEUM FATAHILLAH

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU SEJARAH YANG TERSIMPAN DALAM MUSEUM FATAHILLAH PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU SEJARAH YANG TERSIMPAN DALAM MUSEUM FATAHILLAH Hermanto Universitas Bina Nusantara, Jln. H.Sulaiman No.63, 085218435957, breakztherules@yahoo.com ABSTRAK Untung

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Penulis akan merancang buku dongeng interaktif dengan mengangkat cerita-cerita dongeng yang ada di Indonesia, seperti Kera dan Ayam, Si Kancil, Timun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Data yang informasi yang dipakai untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: 1. Buku Permainan Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN A. Karya Perancangan 1. Sampul Buku Gambar 51 Rancangan Hard Cover buku bagian luar (Sumber: Chenny Oend janto, 2013) Rancangan hard cover buku bagian luar terdiri dari bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual

BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui media gambar. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kebudayaan yang melimpah dari Sabang hingga Merauke. Keanekaragaman etnis di Indonesia menjadi sumber terbentuknya musik dan tari daerah;

Lebih terperinci

V ULASAN KARYA PERANCANGAN

V ULASAN KARYA PERANCANGAN V ULASAN KARYA PERANCANGAN 5.1 Hasil perancangan 5.1.1 Cover Kamus Ciung in English Kamus Visual Anak Ciung in English Eka Nur Eskandar Rusmanto Ciung in English Gambar 5.1 Cover depan & belakang Kamus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang 133 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Menurut berbagai

Lebih terperinci

PAMERAN. A. Desain Final

PAMERAN. A. Desain Final V PAMERAN A. Desain Final 1. Media Utama (Company Profile) Gambar 1.7. Halaman depan buku company profile Deskripsi : Pada layout buku halaman depan menggunakan latar belakang warna cream sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Brand Name Seri Mari Mengenal Tarian Bali ini, dibagi menjadi 3 seri buku yang masing-masing diberi nama: 1. 10 hal tentang Legong 2. 10 hal tentang Kecak 3. 10 hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI i ii iii v ix xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Batas Lingkup Perancangan 3 1.3.1 Batas

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil dan konsep desain yang telah penulis buat dalam merancang sebuah permainan kartu MAHATARI INDONESIA. Secara keseluruhan penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN 3.1 Strategi Promosi Pada perancangan promosi wisata edukasi Saung Angklung Udjo ini menggunakan strategi pendekatan pada konsumen yaitu dengan suatu pendekatan

Lebih terperinci

II Metodologi. 2. Tataran Sistem. a. Cerita. a) Cerita 1

II Metodologi. 2. Tataran Sistem. a. Cerita. a) Cerita 1 II Metodologi A. Kerangka Berfikir 1. Tataran Lingkungan Media buku cerita fabel edukasi anak ini terlihat sangat ramah, dan dapat berada di lingkungan pengguna tanpa ada efeknya, karena buku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET 48 BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET UP Fingerboard Contest sangatlah penting, sebagai pembenahan dari rancangan media

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI 309253416928 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada dunia hiburan khususnya dalam seni tradisional Indonesia semakin berkurang dan ditinggalkan, banyak para remaja yang lebih mengikuti era teknologi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide/Gagasan Perancangan 4.1.1 Ide Desain Ide atau gagasan awal penulis dalam perancangan ini dikarenakan rasa keprihatinan yang penulis rasakan terhadap perkembangan moral

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi adalah siasat yang direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga dalam sebuah pembuatan sesuatu akan berjalan dengan baik

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Book Design Proccess Menurut buku Indie Publishing oleh Ellen Lupton, dalam membuat suatu buku, ada beberapa hal dibawah ini yang harus kita perhatikan

Lebih terperinci

Bab 5 Hasil dan Pembahasan Desain

Bab 5 Hasil dan Pembahasan Desain Bab 5 Hasil dan Pembahasan Desain 5. 1 Konsep Desain 5.1. 1 Visual Penciptaan gambar karakter tokoh yang didasari dari bentuk bulat lonjong bertujuan untuk memberikan kesan distorsi kartun ilustrasi yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi Garut Selatan merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Kabupaten Garut. Di wilayah tersebut terdapat beragam objek wisata yang menarik, seperti gunung,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN DESAIN. Ukuran buku adalah 21 cm x 26.5 cm. Berjumlah 1 buku berisi 12 halaman. : Hard cover (Fancy Paper Laminating Doff)

BAB V HASIL PEMBAHASAN DESAIN. Ukuran buku adalah 21 cm x 26.5 cm. Berjumlah 1 buku berisi 12 halaman. : Hard cover (Fancy Paper Laminating Doff) 36 BAB V HASIL PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran Buku Ukuran buku adalah 21 cm x 26.5 cm Berjumlah 1 buku berisi 12 halaman 5.1.2 Material Cover Isi : Hard cover (Fancy Paper Laminating

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi Komunikasi banyak dilakukan melalui media gambar. Karena anak-anak lebih tertarik terhadap gambar dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN BUKU POP UP KESENIAN TARI ULA ULA LEMBING KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB III PERANCANGAN BUKU POP UP KESENIAN TARI ULA ULA LEMBING KABUPATEN ACEH TAMIANG BAB III PERANCANGAN BUKU POP UP KESENIAN TARI ULA ULA LEMBING KABUPATEN ACEH TAMIANG 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi a. Tujuan komunikasi Memberikan media informasi berupa buku Pop Up

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide / Gagasan Perancangan 1. Ide Perancangan Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan dalam pemilihan studi, ditemukan beberapa hal yang menarik, bahwa dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Analisis SWOT Strength : Minimnya Komik Edukatif yang bersifat Nasionalis untuk kalangan Remaja Weakness : Rendahnya minat belajar para Remaja Oportunities : Komik berfungsi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN A. Konsep Kreatif 1. Konsep Kreatif Perancangan Konsep kreatif adalah proses berpikir dan bertindak untuk menciptakan atau menyusun gagasan baru, baik yang benar-benar baru (belum

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Sebagai landasan dalam merancang media informasi tentang manfaat susu sapi untuk anak-anak, diperlukan suatu strategi perancangan

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Buku lazim disimpan sebagai koleksi bacaan keluarga atau perpustakan, sehingga umur sebuah buku relatif lebih lama daripada media lainnya. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Analisa Kecukupan Data Data yang telah didapat, baik itu berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan sebagai referensi dan literatur dari perancangan media promosi

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI KARYA. A. Visualisasi Rancangan Buku Pop-Up

BAB IV VISUALISASI KARYA. A. Visualisasi Rancangan Buku Pop-Up digilib.uns.ac.id BAB IV VISUALISASI KARYA A. Visualisasi Rancangan Buku Pop-Up 1. Thumbnail Thumbnail adalah cara me-layout gambar yang sudah disketsa kasar secara manual dengan menggunakan pensil kayu

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan Revita Cookies merupakan merupakan produsen kue/roti kering (home industy) yang berada didaerah Solo tepatnya di Sumber yang terletak di Jl. Kahuripan Timur

Lebih terperinci

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran BAB 4 Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur Alur Pembelajaran Pada Bab 4 ini, peserta didik diharapkan: 1. Mengamati konsep ragam gerak tari tradisional: Kepala, Badan, Tangan dan Kaki. 2.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH IV.1 Konsep Umum Secara keseluruhan, Buku Kumpulan Permainan Tradisional Sunda merupakan suatu bentuk pengenalan kepada masyarakat terutama anak-anak kota akan berbagai permainan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Jenis Kover Buku Kover buku yang digunakan di buku ini adalah memakai hardcover yang difinishing dengan laminating doff dan diberi Box Protector.

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API Kevin Immanuel Jalan Gambir Anom G4/18 021-4517324 immanuelkevin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk membuat visualisasi dalam bentuk komik

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN VISUAL. 3.1 Strategi Perancangan

BAB III KONSEP PERANCANGAN VISUAL. 3.1 Strategi Perancangan BAB III KONSEP PERANCANGAN VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Permasalahan yang ditemukan di Taman Budaya Jawa Barat adalah kurangnya promosi yang dilakukan dalam meningkatkan pertunjukan pagelaran seni di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Pada perancangan buku cerita anak ini memiliki konsep yang Beragam yaitu adanya bermacam jenis bentuk, pola, warna, teks mencakup cara penggambaran karakter

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

Deskripsi Karya Tari. Tayub Golong Gilig. Ditampilkan pada acara ASEAN EXPO 3-4 September 2013 Di Nanning, Guangzhi, Tiongkok.

Deskripsi Karya Tari. Tayub Golong Gilig. Ditampilkan pada acara ASEAN EXPO 3-4 September 2013 Di Nanning, Guangzhi, Tiongkok. Deskripsi Karya Tari Tayub Golong Gilig Ditampilkan pada acara ASEAN EXPO 3-4 September 213 Di Nanning, Guangzhi, Tiongkok Koreografer Kuswarsantyo Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan banyak budaya beragam. Beragam budaya, adat, bahasa, legenda, dongeng dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB1 I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi 1. Judul Perancangan

BAB1 I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi 1. Judul Perancangan BAB1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Studi 1. Judul Perancangan Pada judul Perancangan Buku Saku Tanggap Bencana Gempabumi ini, penulis ingin membuat buku mengenai pembelajaran aksi tanggap bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi tidak ada lagi sekat yang membatasi ruang kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat dengan mudah di konsumsi dan di adaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Solonesia Record Store

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Solonesia Record Store BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Solonesia Record Store 1. Latar Belakang Solonesia Record Store berdiri sejak tahun 2011, awal berdirinya Solonesia Record Store sendiri dimulai dari hobi Pak Catur (owner)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan tiga 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kostum Kostum untuk Rampak Penari Putri mengambil tema dari penari kerajaan yang diolah secara fantasi, dengan menggunakan potongan three pieces menggunakan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014).

BAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kucing merupakan hewan yang sering ditemui dalam keseharian. Di Jakarta Utara populasi kucing bahkan mencapai 47.000 ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014). Dengan populasi

Lebih terperinci

menjadi tren di pasaran. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak hanya pakaian dan alat-alat kecantikan. Beberapa aksesoris pendukung pun mulai

menjadi tren di pasaran. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak hanya pakaian dan alat-alat kecantikan. Beberapa aksesoris pendukung pun mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Studi 1. Judul Perancangan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Poster Counter Tas KoepuKupoe. Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam mengartikan kata-kata

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknik Buku 5.1.1 Ukuran Buku Ukuran buku adalah 16.5 x 20 cm. Bentuk buku ini dibuat tidak terlalu besar agar dapatmudah dibawa dan pas di tangan.ukurannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN V. ULASAN KARYA PERANCANGAN A. Konsep Perancangan Data verbal dan visual disusun dengan gaya desain Fun Fullcolour. Proses pembelajaran bentuk dan warna disajikan dengan singkat dan jelas dengan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa BAB II METODOLOGI A. Kerangka Berfikir Studi Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Perancangan Riset Bakso Materi Data Visual Data Perancangan Data Verbal Identifikasi dan Analisa Pemecahan Masalah Konsep

Lebih terperinci

TARI GEOL BANJARNEGARA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI DI SD NEGERI 2 MERDEN

TARI GEOL BANJARNEGARA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI DI SD NEGERI 2 MERDEN TARI GEOL BANJARNEGARA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI DI SD NEGERI 2 MERDEN Ayu Abida Prihantini Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik FBS Universitas Negeri Semarang Abstrak Tari Geol Banjaregara

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori Landasan teori berfungsi sebagai arah & batasan dalam konsep berfikir sehingga proses perancangan media interaktif ini berada pada arah dan ruang lingkup yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Demografis Target audience dari Lets Go Holiday! Camping-Beach secara demografis adalah : : 7 8 tahun

BAB IV ANALISIS. A. Demografis Target audience dari Lets Go Holiday! Camping-Beach secara demografis adalah : : 7 8 tahun BAB IV ANALISIS 4.1 Khalayak Sasaran A. Demografis Target audience dari Lets Go Holiday! Camping-Beach secara demografis adalah : Jenis Kelamin Usia Pendidikan Strata ekonomi sosial : Perempuan dan Laki-laki

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Sejarah berdirinya perusahaan batik Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan batik Bintang Mulya pada tahun

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL Berikut ini akan dijelaskan mengenai strategi perancangan dan konsep visual sebagai landasan dalam membuat film animasi ini. III.1 Strategi Perancangan III.1.1

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Indonesia untuk anak sekolah dasar. Selanjutnya proses metode dan proses

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Indonesia untuk anak sekolah dasar. Selanjutnya proses metode dan proses BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I bagian rumusan masalah, bahwa Tugas Akhir ini akan membuat sebuah CD pembelajaran pengenalan budaya Indonesia untuk anak sekolah dasar.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PUBLIKASI PETA INFORMASI FAUNA LANGKA INDONESIA

PERANCANGAN PUBLIKASI PETA INFORMASI FAUNA LANGKA INDONESIA PERANCANGAN PUBLIKASI PETA INFORMASI FAUNA LANGKA INDONESIA Melani Oktavia NIM : 1401119651 Telp : 0812 9794 6919 Alamat : Jalan Inspeksi Teluk Intan Apartemen Teluk Intan Lt.15 P Email : melanioktavia92@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 1 LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN TARI NUSANTARA BAGI GURU SENI TARI SMP DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA DISELENGGARAKAN DI KAMPUS JURUSAN PENDDIKAN SENI TARI PADA TANGGAL

Lebih terperinci

Gambar Cover buku

Gambar Cover buku BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci