PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA"

Transkripsi

1 PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SKRIPSI Oleh: Ria Indi Setia Nugrahini FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

2 PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh: Ria Indi Setia Nugrahini FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

3 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Skripsi : Pengaruh Tipe Kepribadian The Big Five Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja 2. Nama Peneliti : Ria Indi Setia Nugrahini 3. NIM : Fakultas/Jurusan : Psikologi 5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 20 Desember 3 Januari 2016 Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 02 Februari 2016 Dewan Penguji Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si ( ) Sekretaris : Adyatman Prabowo, M.Psi ( ) Anggota : 1. Ni matuzahroh, S.Psi, M.Si ( ) 2. M. Sohib, S.Psi, M.Si ( ) Pembimbing I Pembimbing II Dra. Tri Dayakisni, M.Si Adyatman Prabowo, M.Psi Malang, 02 Februari 2016 Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Dra. Tri Dayakisni, M.Si i

4 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ria Indi Setia Nugrahini NIM : Fakultas/Jurusan : Psikologi Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilimiah yang berjudul: Pengaruh tipe kepribadian The Big Five dengan perilaku prososial pada remaja 1. Adalah bukan karya orang lain baik itu sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan skripsi/karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Malang, 02 Februari 2016 Mengetahui, Ketua Program Studi Yang Menyatakan, Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Ria Indi Setia Nugrahini ii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pendidikan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa pula senantiasa penulis kirimkan shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Nabi yang telah mengisi sebagian besar masa hidupnya untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia. Penulis menyadari bahwa selama masa perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam bentuk apapun, baik itu berupa motivasi, bimbingan, dan petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu untuk mencurahkan wawasannya, dan memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis. 2. Adyatman Prabowo, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu untuk mencurahkan wawasannya, dan memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis. 3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi selaku dosen wali yang senantiasa memberikan nasihat, dukungan, dan motivasi kepada penulis. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yng telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. 5. Ayahandaku tercinta (Bambang Setiawan) dan Ibundaku tersayang (Jariyah) yang penuh kesabaran dan pengertian yang luar biasa telah mengiringi dan menyemangati setiap langkah penulis dengan kasih sayang, doa, dan restunya, tanpanya aku bukanlah siapasiapa di dunia fana ini. 6. Adikku Xenia Rosy Setia Nugrahini tersayang, terima kasih tiada tara atas segala support yang telah diberikan selama ini dan semoga adikku tercinta dapat menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari. 7. Seluruh teman-teman seperjuangan Fakultas Psikologi UMM angkatan 2012 khususnya rekan-rekan kelas C yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu, terima kasih banyak kuucapkan. 8. Sahabat setiaku (Mitha, Debri, Wilda, Alfi, Ridha, Argha, Dhicky, Hanifah, Alfi, Hima, Anggi, Erma) terima kasih telah menjadi teman, sahabat, saudara, dan keluarga ditanah rantau ini, semuanya sangat berkesan. 9. Teman-teman kos BCT123 yang bersama-sama dalam tempat tinggal yang telah dirasa suka duka kita lalui (Chaca, Mega, Ckyar, Shely, Tatha, Nisa, Marita) 10. Seluruh teman-teman FOCUS Universitas Muhammadiyah Malang terimakasih yang telah menjadi kleuarga di Malang. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-nya atas segala yang telah mereka berikan kepada penulis dengan suatu harapan bahwa kesuksesan selalu terdekap bagi kita semua.amin. iii

6 Penulis menyadari bahwa tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan oleh penulis.meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti secara khusus, dan bagi pembaca pada umumnya. Malang, 02 Februari 2016 Penulis, Ria Indi Setia Nugrahini iv

7 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i SURAT PERNYATAAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vii ABSTRAK 1 PENDAHULUAN 2 LANDASAN TEORI 5 Perilaku prososial 5 Faktor-faktor yang mendasari perilaku prososial 5 Indikator-indikator perilaku prososial 5 Big Five Personality 6 Dimensi kepribadian Big Five Personality 6 METODE PENELITIAN 8 Rancangan Penelitian 8 Subjek Penelitian 8 Variabel dan Instrumen Penelitian 8 Prosedur dan Analisa Data Penelitian 9 HASIL PENELITIAN 9 DISKUSI 12 SIMPULAN DAN IMPLIKASI 14 REFERENSI 14 LAMPIRAN 17 v

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perhitungan T-score skala prososial 9 Tabel 2. Perhitungan T-score oppenness to experience 10 Tabel 3. Perhitungan T-score constiousness 10 Tabel 4. Perhitungan T-score extraversion 10 Tabel 5. Perhitungan T-score agreeableaness 10 Tabel 6. Perhitungan T-score neurotisicm 11 Tabel 7. Pengaruh Big Five dengan perilaku prososial 11 vi

9 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Blue print skala prososial untuk try out 24 LAMPIRAN 2 Skala untuk try out 31 LAMPIRAN 3 Data kasar skala prososial (try out) 36 LAMPIRAN 4 Hasil validitas dan reliabilitas prososial (try out) 44 LAMPIRAN 5 Blue print prososial 58 LAMPIRAN 6 Instrumen penelitian 58 LAMPIRAN 7 Data kasar prososial 58 LAMPIRAN 8 Data kasar Big Five 58 LAMPIRAN 9 Hasil analisa data 58 LAMPIRAN 10 Hasil T-score prososial 58 LAMPIRAN 11 Hasil T-score Big Five 58 LAMPIRAN 12 Kata pengantar kuisioner penelitian 58 vii

10 PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA Ria Indi Setia Nugrahini Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang Perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan bagi diri sendiri, namun tidak memiliki manfaat yang jelas bagi penerimanya. Dengan adanya interaksi sosial pada remaja, muncul tingkah laku prososial yang akan dilakukan oleh remaja. Yaitu remaja mempunyai sikap menolong dan membantu orang lain dengan sukarela sehingga dapat disukai dan diterima dengan baik di lingkungannya. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi dengan terjadinya perilaku prososial pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepribadian Big Five dengan perilaku prososial pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan skala Big five dan prososial. Jumlah subjek sebanyak 159 orang dengan menggunakan non-random sampling acidental. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara oppenes to experience (r=0,224; p<0,05) contiouness (r=0,191; p<0,05), extraversion (r=0,271; p<0,05), dan agreebleaness (r=0,224; p<0,05) Terdapat hubungan negatif antara neuroticism dengan perilaku prososial, dengan nilai (r=-0,259; p<0,05). Kata kunci : Big five, prososial, remaja Prososial behaviour is behaviour that is favorable to themselves, but do not have the obvious benefit to the recipient. With the availability of social interactions in teenagers, emerging the behavior of prosocial which will be done by teenagers. Teenagers have an attitude of helpfulness and help others sincerely so that they can be loved and well received in its environment. Personality is one of the factors which influence the prosocial behavior in teenagers. The purpose of this research is to know the influence of the Big-Five personality with prosocial behavior in teenagers. This research is quantitative research using the scale of the Big five and prososial. The number of the subject is 159 people using non-random sampling acidental. The results showed there was a significant positive relationship between oppenes to experience, contiouness, extraversion, and agreebleaness with prosocial, with a value of r = 0.224, 0.191, 0.271, and value p = 0.002, 0.006, 0.000, There is a negative relationship between neuroticism with the behavior of prosocial, with a value of r = and p = Keywords: Big five, prosocial, teenagers 1

11 Adanya masa transisi atau peralihan pada remaja, serta perubahan yang terus menerus baik lingkungan sosial maupun fisik, dapat mengakibatkan remaja sulit untuk menyesuaikan diri sehingga remaja mengalami berbagai konflik baik di dalam diri sendiri, lingkungan, keluarga, teman maupun lingkungan sosialnya. Kondisi tersebut apabila didukung dengan lingkungan yang kurang kondusif, kurangnya bimbingan ataupun pendidikan, ketidakmampuan menyesuaikan diri serta sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu buruk terhadap perilaku prososial pada remaja (Sarwono, 2003). Selanjutnya akan muncul perasaan bingung, tidak menentu, putus asa, cemas, teralienasi, depresi, kacau, mudah terombang-ambing dan tidak mempunyai pegangan. Akibatnya remaja tidak tahu pasti masa depannya, mengalami keraguan dan akhirnya frustrasi dan tidak percaya diri. Hal tersebut termanifestasi dalam bentuk-bentuk kenakalan remaja seperti minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan narkotika, mencuri, memperkosa bahkan sampai kriminal serius (Schultz, 1991). Perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yang pertama yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang lain adalah menuju kearah teman teman sebaya. Remaja diharapkan mampu menyeimbangkan dua macam gerak tadi (Monks, 1992). Dengan adanya perilaku yang berpihak pada lingkungan maka individu diharapkan dapat mewujudkan perilaku engan baik khususnya dilingkungan dimana ia tinggal. Tetapi masing masing individu akan berbeda dalam menampakkan perilaku prososial (Huda, 2005). Semakin positif pandangan individu terhadap individu lain maka semakin tinggi pula rasa empati yang berikutnya memungkinkan untuk melakukan tindakan prososial. Dan sebaliknya, semakin negatif pandangan individu terhadap individu lain maka semakin rendah rasa empatinya yang berikutnya semakin kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan prososial (Afrohah, 2007). Mengingat begitu pentingnya orang lain bagi seorang manusia maka dalam menjalani kehidupannya, individu tidak akan terlepas dari hubungan dan ikatan ikatan sosial, mulai dari hubungan keluarga, teman dan masyarakat lain di lingkungan sekitar yang terbentuk dalam kelompok kelompok sosial. Dengan terbentuknya kelompok kelompok sosial tersebut diharapkan agar dapat berpengaruh dalam membentuk perilaku perilaku individu secara positif, sesuai dengan kaidah kaidah atau norma norma yang ada di dalam masyarakat (Trisna, 2005). Dewasa ini, sikap saling menolong dan membantu orang lain di kalangan remaja telah mulai memudar. Hal ini terjadi akibat tumbuh suburnya sikap individualistis di kalangan remaja. Remaja juga banyak yang menganut gaya hidup hedonis, yang membuat mereka hanya berfikir tentang kesenangan diri sendiri tanpa mau memikirkan keadaan orang lain. Remaja bukanya gemar untuk melakukan perilaku-perilaku prososial, justru sebaliknya malah semakin banyak diantara remaja yang melakukan perilaku antisosial. Banyak diantara remaja yang melakukan perilaku agresi, seperti berbagai bentuk kenakalan remaja dan tawuran. Demikian pula, angka kriminalitas yang terjadi di kalangan remaja juga semakin meningkat (kompas). Adapun fenomena lainnya yakni sebagian alasan yang diungkapkan para remaja yang enggan mendonorkan darahnya adalah karena donor darah dapat menyebabkan gemuk (suaramerdeka). Fenomena lain yaitu saat di kos-kosan ada teman yang memakirkan sepeda motor namun tidak ada yang membantunya untuk menggeser sepeda motor lainnya, adapun ada teman yang sakit tidak mau membantu untuk membelikan obat bahkan makanan malah mengacuhkan dan membiarkan saja. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa kecenderungan untuk melakukan perilaku prososial diantara remaja semakin menurun. 2

12 Perilaku prososial tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tapi juga bagi pelaku prososial, karena dengan begitu prososial telah melakukan fungsi interaksi sosial yang berhubungan dengan kepribadian pada remaja. Dengan melakukan perilaku prososial, remaja dengan suka rela akan memberikan pertolongan pada orang lain yang membuatnya disukai dan diterima dengan baik, sehingga remaja mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan adanya penerimaan yang baik, anak juga akan menjadi lebih percaya diri, sehingga mampu mengembangkan potensinya (Merdekasari, 2005). Tingkah laku prososial merujuk kepada tindakan sukarela yang bertujuan untuk menolong ataupun memberi faedah kepada individu ataupun individu yang lain (Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Faktor faktor yang mempengaruhi prososial antara lain adalah, self gain : merupakan usaha yang dilakukan untuk menambah potensi potensi guna penyempurnaan diri. Personal values and norms : merupakan nilai nilai dan norma norma pribadi. Emphaty : pemahaman pikiran pikiran dan perasaan perasaan orang lain dengan menempatkan diri dalam kerangka ke dalam pedoman psikologis orang tersebut, tanpa sungguh merasakan apa yang dialami oleh orang yang bersangkutan (Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Sering dijumpai bahwa para remaja berkumpul dengan kelompok atau temannya yang lain. Dalam hal ini remaja menunjukkan sikap yang ingin diakui, diterima dan ketakutan akan ditinggalkan kelompok atau terisolir dengan kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkunga keluarga (Mappiare, 1982). Menurut Baron and Byrne (2005) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu pengaruh faktor situasional dan pengaruh faktor dari dalam diri. Adapun yang terdapat di dalam pengaruh faktor situasional Bystander (kehadiran orang lain), Atribusi terhadap korban, nilai-nilai dan norma sosial, model-model prososial. Pengaruh faktor dari dalam diri yakni Mood (Suasana Hati), Gender, dan kepribadian. Tipe kepribadian seseorang menurut Costa & McCrae dalam Ivancevich (2006: 95) ada 5 (lima) yaitu : Extroversion (extrovert), Emotional stability (emosi yang positif), Agreeableness (bersikap hormat), Consscientiousness (dapat diandalkan), dan Openness to experience (bersedia mengambil resiko). Menurut Allport (dalam Alwisol, 2009) kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofik yang menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Allport dan Cattel mengembangkan teori 5 faktor kepribadian yang lebih dikenal dengan nama Big Five Personality yaitu, suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui Traits yang tersususun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima Traits kepribadian tersebut adalah Extraversion, Agreebleness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness to experience. McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) menyatakan bahwa trait trait (sifat, ciri) dalam domain domain dari Big Five Personality adalah: (1) Neuroticism, menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi suatu yang berlawanan. (2) Extraversion, 3

13 atau bisa disebut domain-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana Extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Seseorang yang memiliki faktor Extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat Extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang orang yang ramah, fun loving, affectionate, dan talk active. (3) Openness to experience, merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor faktor yang lain. Openness to experiencemengacu bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. (4) Agreebleness, disebut juga social adaptibility yang mengindikasi seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, emnghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. (5) Conscientiousness, disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self dicipline seseorang. Seseorang yang Conscientiousness memeliki nilai kebersihan dan ambisi. Mlcak (2012) telah menemukan bahwa siswa perempuan menunjukkan tingkat neuroticism, ramah, mementingkan orang lain, dan kecenderungan empati dan tingkat yang lebih rendah dari perilaku masyarakat dan kecenderungan empati dan tingkat perilaku masyarakat yang lebih tinggi dari siswa laki-laki. Responden yang menjadi relawan menunjukkan tingkat keterbukaan yang lebih tinggi terhadap pengalaman, perilaku anonim, altruisme, perilaku dalam krisis, perhatian empatik dan pengambilan perspektif (perspective taking) dari pada responden yang profesinya bidang teknis dan ekonomi. Responden dengan pengalaman relawan mendemonstrasikan tingkat yang lebih tinggi dari extraversi, keterbukaan terhadap pengalaman, kesadaran, perilaku anonim, perilaku emosional, perilaku dalam krisis, perhatian empatik, perspektif berbicara, fantasi empatik dan tingkat yang lebih rendah dari marabahaya pribadi daripada responden tanpa pengalaman menjadi relawan. Secara bersamaan ditemukan bahwa dimensi model lima faktor mencerminkan prososial dan kecenderungan empatik laten dan difusional. Hasil penelitian Carlo (2004) menyatakan bahwa motivasi nilai prososial relawan sebagian dimediasi hubungan antara agreeableness dan extraversion, dan relawan. Selain itu, agreeableness yang menurun, extraversion yang lebih kuat terkait dengan motivasi nilai prososial untuk menjadi sukarelawan. Sebaliknya, tidak ada dukungan untuk jalur di mana extraversion dan motivasi nilai prososial untuk relawan bersama-sama mempengaruhi secara sukarela. Diskusi berfokus pada utilitas memeriksa hubungan antara sifat dan motif dalam memprediksi relawan. Dengan berjalannya waktu perilaku manusia untuk tolong menolong semakin menurun. Keadaan seperti ini manusia lebih mementingkan dirinya sendiri dari pada monolong orang lain. Tindakan tolong menolong dan kepedulian sesama manusia disebut dengan prososial. Dengan kita melakukan prososial terhadap sesama manusia dapat meringankan beban seseorang yang benar benar sedang membutuhkan pertolongan. Dalam hal bertindak prososial dapat dikaitkan dengan tipe kepribadian dari masing masing para remaja. Mereka mempunyai kepribadian yang seperti mana untuk melakukan tidakan prososial. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui pengaruh tipe kepribadian the big five terhadap perilaku prososial pada remaja. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan sumbangan pengembangan ilmu psikologi, 4

14 khususnya psikologi sosial. Secara praktis, penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan masukan pada remaja mengenai pengaruh tipe kepribadian the big five dengan perilaku prososial pada remaja. Perilaku prososial Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya (Staub, 1978; Baron & Byrne, 1994; dalam dayakisni, 2012). Pengertian perilaku prososial mencakup tindakan: sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermewanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Eisenberg & Mussen, 1989; dalam dayakisni, 2012). Menurut Sears, Freedman & Peplau (1985) menerangkan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh karakteristik situasi, karakteristik penolong, dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan. Baron & Byrne (2003) menjelaskan perilaku prososial sebagai segala tindakan apa pun yang menguntungkan orang lain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin mengandung derajat resiko tertentu. Dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang dapat menguntungkan orang sekitar dengan melakukan tindakan sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermewanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Perilaku prososial dapat dipengaruhi oleh situasi, orang yang menolong dan orang yang ditolong. Faktor faktor yang mendasari perilaku prososial Menurut Staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu : 1. Self-Gain. Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan. 2. Personal. Adanya nilai nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik. 3. Empathy. Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilan peran. Jadi prasyarat untuk mempu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial Perilaku prososial dipengaruhi faktor-faktor karakteristik situasional dan faktor-faktor karakteristik personal (Dayakisni dan Hudaniah, 2009). 1. Faktor-faktor karakteristik situasional, yaitu kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya norma-norma sosial, hubungan antara calon penolong dengan korban. 2. Faktor-faktor karakteristik personal yang melihat kejadian: Sedangkan yang dianggap faktor personal adalah karakteristik kepribadian. Salah satu alasan mengapa ada orang-orang tertentu yang mudah tergerak hatinya untuk bertindak prososial. Indikator-indikator Perilaku Prososial Eisenberg dan Mussen (dalam Dayakisni, 2009) memberi pengertian perilaku prososial mencakup pada tindakan-tindakan: sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating 5

15 (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kejesahteraan orang lain. Untuk memudahkan penelitian, maka peneliti mendeskripsikan indikator-indikator perilaku prososial diatas, sebagai berikut: 1. Membagi (Sharing), yakni memberikan kesempatan kepada orang lain untuk dapat merasakan sesuatu yang dimilikinya, termasuk keahlian dan pengetahuan. 2. Kerjasama (Cooperative), yaitu melakukan kegiatan bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, termasuk mempertimbangkan dan menghargai pendapat orang lain dalam berdiskusi. 3. Menyumbang (Donating), adalah perbuatan yang memberikan secara materil kepada seseorang atau kelompok untuk kepentingan umum yang berdasarkan pada permintaan, kejadian dan kegiatan. 4. Menolong (Helping), yakni membantu orang lain secara fisik untuk mengurangi beban yang sedang dilakukan. 5. Kejujuran (Honesty), merupakan tindakan dan ucapan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 6. Kedermawanan (Generosity), ialah memberikan sesuatu (biasanya berupa uang dan barang) kepada orang lain atas dasar kesadaran diri. 7. Mempertimbangan hak dan kejesahteraan orang lain, yaitu suatu tindakan untuk melakukan suatu hal untuk kepentingan pribadi yang berhubungan dengan orang lain tanpa menganggu dan melanggar hak dan kesejahteraan orang lain. Big five personality Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari bahasa yunani kuno prosopan atau persona, yang artinya topeng yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah olah topeng itu memiliki ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal dari perngertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditempatkan di lingkungan sosial (Alwisol, 2004). Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisi faktor. Lima traits (ciri ciri) kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to experiences. Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa lima besar dimensi kepribadian adalah dimensi dasar kepribadian manusia, dimensi dimensi dimana individu berada seperti (openness, extraversion, agreeableness, dan neurotisme) sering kali tampak dalam perilaku sehari hari. Dimensi kepribadian Big Five Personality (Pervin, Cervone, & John (2010)) Neuroticism (N), yaitu mengukur penyesuaian VS ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu akan ditress psikologi, ide ide yang tidak realistis kebutuhan atau keinginan yang berlebihan dan respon coping yang tidak sesuai. Karakteristik dengan skor tinggi akan menglami kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, 6

16 kesedihan yang tak beralasan. Karakteristik dengan skor rendah akan mengalami tenang, santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri. Extraversion (E), yaitu mengukur kuantitas dan intensitas interaksi intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimuli, kapasitas kesenangan. Karakteristik dengan skor tinggi akan mengalami mudah bergaul, aktif, talkative, person-oriented, optimis, menyenangkan, kasih sayang, dan bersahabat. Karakteristik skor renah akan mengalami tidak ramah, tidak periang, menyendiri, task-oriented, pemalu dan pendiam. Openness (O), yaitu mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar. Karakteristik dengan skor tinggi akan mengalami rasa ingin tahu yang tinggi, ketertarikan luar, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan zaman. Karakteristik dengan skor rendah akan mengalami earth, tertarik, hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, kurang analitis. Agreeableness (A), yaitu mengukur kualitasorientasi personal seseorang, mulai dari rasa kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran dan tindakan. Karakteristik dengan skor tinggi akan mengalami berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimaafkan, dan terus terang. Karakteristik dengan skor rendah akan mengalami sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, dan menipulatif. Conscientiousness (C), yaitu mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan bergantungan, dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah. Karakteristik dengan skor tinggi akan mengalami teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun. Karakteristik dengan skor rendah akan mengalami tidak bertujuan, tidak dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, dan suka bersenang senang. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah sikap yang sudah kita miliki untuk menjelaskan bagaimana mempunyai tingkah laku yang ada di dalam lingkungan di sekitar kita. Adapun trait (ciri-ciri) kepribadian yang kita miliki yakni extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to experiences. Pengaruh tipe kepribadian the big five dengan perilaku prososial pada remaja Perilaku prososial ditinjau dari big five personality bahwasanya orang yang memiliki skor tinggi pada dimensi opennes to experience (keterbukaan dari pengalaman) akan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ketertarikan luar, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan zaman. Sehingga dia berani untuk melakukan hal hal baru seperti menolong sesama tanpa melihat perbedaan ras. Serta individu yang memiliki dimensi keprbadian opennes to experience termasuk individu yang memiliki tingkat asertifitas yang tinggi. Sehingga melakukan perilaku yang prososial. Neoroticism dengan skor tinggi dapat mengalami kecemasan, merasa tidak aman, kurang penyesuaian, kesedihan tak beralasan dari dirinya sendiri terhadap lingkungan. Dari gambaran tersebut, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi kepribadian ini maka akan menghindari perilaku prososial dan perilaku yang menggambarkan individu cenderung memiliki perilaku anti sosial. Individu cenderung takut atau menghindar yang berhubungan dengan orang lain. Extraversion dengan skor tinggi akan mengalami mudah bergaul, aktif, person-oriented, optimis, menyenangkan, kasih sayang, dan bersahabat dari dirinya sendiri terhadap lingkungan. Dari gambaran tersebut, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi kepribadian ini merupakan individu mengalami susasana hati yang gembira akan lebih suka 7

17 menolong, sedangkan dalam suasana hati yang sedih, orang akan kurang suka memberikan pertolongan. Sehingga melakukan perilaku prososial. Agreeableness dengan skor tinggi akan mengalami berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimaafkan, dan terus terang dari dirinya sendiri terhadap lingkungan. Dari gambaran tersebut, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi kepribadian ini merupakan individu yang memiliki orientasi empati terhadap orang lain dan menaruh perhatian pada orang lain yang sedang dalam kesusahan atau kesulitan sehingga individu akan menunjukkan perilaku prososial. Conscientiousness dengan skor tinggi akan mengalami teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan tekun dari dirinya sendiri terhadap lingkungan. Dari gambaran tersebut, individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi kepribadian ini adalah individu yang memiliki harga diri yang tinggi, rendahnya menghindari tanggung jawab dan lokus kendali yang internal, sehingga individu akan melakukan perilaku prososial. Hipotesa Berdasarkan uraian mengenai perilaku prososial ditinjau dari big five personality, secara rinci hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh dengan rincian sebagai berikut : - Ada pengaruh positif oppenes to experience terhadap perilaku prososial - Ada pengaruh negatif neurotisism terhadap perilaku prososial - Ada pengaruh positif extraversion terhadap perilaku prososial - Ada pengaruh positif agreeableness terhadap perilaku prososial - Ada pengaruh positif conscientiousness terhadap perilaku prososial Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pendekatan ini mendapatkan hasil berwujud data, diukur dan dikonversikan terlebih dahulu dalam bentuk angka angka atau didikuantifikasikan dan dianalisis dengan teknik statistik. Jenis penelitian ini adalah prediktif eksplanatif, dimana dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah the big five dapat memprediksi adanya perilaku prososial dan mencari seberapa besar pengaruh the big five terhadap perilaku prososial. Subjek Penelitian Masa remaja umumnya dimulai pada usia tahun dan berakhir pada usia tahun (Notoatdmojo, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah remaja yang memiliki rentan usia 18 tahun 22 tahun, baik itu jenis kelamin laki laki maupun perempuan. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa UMM yang mempunyai jurusan psikologi angkatan 2015/2016. Teknik pegambilan sampel menggunakan teknik non random sampling acidental. Dengan jumlah subjek sebanyak 159 mahasiswa. Varibel dan Instrumen Penelitian Variabel bebasnya The big five. The big five adalah trait dasar yang terdiri dari 5 dimensi yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoroticism, openness to experiences 8

18 menurut Feist dan Feist (2009). Skala yang digunakan untuk mengukur the big five menggunakan adaptasi skala BFI (Big Five Inventory). Skala Big Five Inventory ini disusun berdasarkan teori Costa dan McCrae (1992) yang disusun oleh John & Srivasta (1999). Adapun indeks validitas dan reliabilitas skala the big five oleh Annisa Yunita (2012). Dengan indeks validitas dari Dan indeks reliabilitas dari Variabel terikatnya prososial. Prososial adalah perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. Skala yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial menggunakan adaptasi dari skala yang disusun oleh Ulin Nikmawati (2014). Skala prososial yang disusun berdasarkan bentuk bentuk prososial berdasarkan teori menurut Eisenberg dan Mussen yaitu membagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), dan mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Instrumen penelitian ini menggunakan skala likert. Dalam skala likert ini responden akan digunakan untuk memilih jawaban atas pernyataan dengan pilihan jawaban yang paling sesuai dengan dirinya yakni SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dengan indeks validitas 0,335-0,839 dan indeks reliabilitas 0,920. Prosedur dan Analisa Data Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu perilaku prososial untuk mengetahui kecenderungan sikap prososial yang dilakukan, peneliti menggunakan alat ukur berupa skala likert. Untuk melakukan pengukuran pada tipe kepribadian the big five dan sikap prososial, peneliti menggunakan adaptasi skala yang sudah ada. Selanjutnya untuk menganalisis, peneliti menggunakan analisis secara kuantitatif yaitu dengan memasukkan angka dan perhitungan dalam metode statistik. Secara spesifik, digunakan multiple regression untuk menganaliasis lebih dari satu variabel bebas yaitu big five personality dan satu variabel tetap yaitu perilaku prososial. Peneliti melakukan try out terlebih dahulu, try out dimulai pada tanggal 10 Desember 2015 dengan menyebarkan 50 skala prososial. Try out dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas skala yang digunakan dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian dengan menyebarkan skala, penyebaran skala dilakukan pada tanggal 20 Desember 3 Januari dengan cara peneliti mendatangi subjek mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang berkumpul untuk mengisi skala. Tahap analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis yang diajukan peneliti, maka dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah multiple regresi menggunakan SPSS 21 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Tahap penulisan laporan penelitian, yakni tahap dimana sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti membuat laporan penelitian sesuai dengan format yang ditetapkan. HASIL PENELITIAN Teknik analisis big five personality sebagai prediktor sikap prososial pada remaja menggunakan anailisi multiple regresi dengan menggunakan software SPSS versi 21. Data yang digunakan dalam analisi statistik penelitian ini adalah skor murni. Hal ini bertujuan untuk mempermudah membandingkan antara skor hasil yang dari pengukuran variabel yang diteliti dan untuk menghindari kesalahan pengukuran. 9

19 Tabel 1. Perhitungan T-score Skala Prososial Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 52,28-68, ,3% Sedang 36,47-52, ,1% Rendah 20,66-36,46 9 5,7%% Total % Berdasarkan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 108 subjek atau 67,9% yang memiliki perilaku prososial tinggi, dan 51 subjek atau 32,1% yang memiliki perilaku prososial rendah. Tabel 2. Perhitungan T-score Openness to Experience Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 66,72 88, ,3% Sedang 44,49 66, ,5% Rendah 22,24 44, ,2% Total % Berdasarkan pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 10 subjek atau 6,3% yang memiliki dimensi kepribadian Openness to Experience tinggi, ada 101 subjek atau 63,5% yang memiliki dimensi kepribadian Openness to Experience sedang dan 48 subjek atau 30,2% yang memiliki dimensi kepribadian Openness to Experience rendah. Tabel 3. Perhitungan T-score Constiousness Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 48,51 72, ,0% Sedang 24,81 48,50 8 5,0% Rendah 23,70 24,80 0 0% Total % Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 151 subjek atau 95,0% yang memiliki dimensi kepribadian Constiousness tinggi, dan 8 subjek atau 5,0% yang memiliki dimensi kepribadian Constiousness sedang. Tabel 4. Perhitungan T-score Extraversion Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 48,10 67, ,3% Sedang 28,81 48, ,3% Rendah 19,20 28,80 4 2,5% Total % Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 88 subjek atau 55,3% yang memiliki dimensi kepribadian Extraversion tinggi, ada 67 subjek atau 42,1% yang memiliki dimensi kepribadian Extraversion sedang dan 4 subjek atau 2,5% yang memiliki dimensi kepribadian Extraversion rendah. 10

20 Tabel 5. Perhitungan T-score Agreeableness Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 54,07 69, ,5% Sedang 38,96 54, ,4% Rendah 23,84 38, ,1% Total % Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 39 subjek atau 24,5% yang memiliki dimensi kepribadian Agreeableness tinggi, ada 96 subjek atau 60,4% yang memiliki dimensi kepribadian Agreeableness sedang dan 24 subjek atau 15,1% yang memiliki dimensi kepribadian Agreeableness rendah. Tabel 6. Perhitungan T-score Neuroticism Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi 56,70 73, ,5% Sedang 44,00 56, ,8% Rendah 29,28 43, ,7% Total % Berdasarkan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 159 subjek penelitian, ada 39 subjek atau 24,5% yang memiliki dimensi kepribadian Neuroticism tinggi, ada 26 subjek atau 47,8% yang memiliki dimensi kepribadian Neuroticism sedang dan 44 subjek atau 27,7% yang memiliki dimensi kepribadian Neuroticism rendah. Tabel 7. Pengaruh Big Five dengan perilaku prososial Dimensi Korelasi regresi R Square Signifikansi Openness to Experience 0,224 0,11 0,002 Constiousness 0,191 0,094 0,006 Extraversion 0,271 0,133 0,000 Agreeableness 0,231 0,114 0,001 Neuroticism -0,259-0,128 0,000 Pada variabel dimensi kepribadian Openness to Experience terhadap Perilaku Prososial, didapatkan pengaruh positif dan signifikan (β = 0,224; p = 0,002). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi kepribadian Openness to Experience yang dimiliki oleh seorang remaja maka Perilaku Prososial remaja tersebut akan semakin meningkat. Kontribusi dimensi kepribadian Openness to Experience terhadap Perilaku Prososial sebesar 11,0% artinya pengaruh tipe kepribadian Openness to Experience akan berpengaruh sebesar 11,0% terhadap Perilaku Prososial remaja. Pada variabel dimensi kepribadian Constiousness terhadap Perilaku Prososial, didapatkan pengaruh positif dan signifikan Prososial (β = 0,191; p = 0,006). Hal ini menunjukkan bahwa 11

21 semakin tinggi dimensi kepribadian Constiousness yang dimiliki oleh seorang remaja maka Perilaku Prososial remaja tersebut akan semakin meningkat. Kontribusi dimensi kepribadian Constiousness ce terhadap Perilaku Prososial sebesar 9,4% artinya pengaruh tipe kepribadian Constiousness akan berpengaruh sebesar 9,4% terhadap Perilaku Prososial remaja. Pada variabel dimensi kepribadian Extraversion terhadap Perilaku Prososial, didapatkan pengaruh positif dan signifikan Prososial (β = 0,271; p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi kepribadian Constiousness yang dimiliki oleh seorang remaja maka Perilaku Prososial remaja tersebut akan semakin meningkat. Kontribusi dimensi kepribadian Extraversion terhadap Perilaku Prososial sebesar 13,3% artinya pengaruh tipe kepribadian Extraversion akan berpengaruh sebesar 13,3% terhadap Perilaku Prososial remaja. Pada variabel dimensi kepribadian Agreeableness terhadap Perilaku Prososial, didapatkan pengaruh positif dan signifikan (β = 0,231; p = 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi kepribadian Constiousness yang dimiliki oleh seorang remaja maka Perilaku Prososial remaja tersebut akan semakin meningkat. Kontribusi dimensi kepribadian Agreeableness terhadap Perilaku Prososial sebesar 11,4% artinya pengaruh tipe kepribadian Agreeableness akan berpengaruh sebesar 11,4% terhadap Perilaku Prososial remaja. Pada variabel dimensi kepribadian Neuroticism terhadap Perilaku Prososial, didapatkan pengaruh negatif dan signifikan (β = -0,259; p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tipe kepribadian Neuroticism yang dimiliki oleh seorang remaja maka Perilaku Prososial remaja tersebut akan semakin menurun. Kontribusi tipe kepribadian Neuroticism terhadap Perilaku Prososial sebesar -12,8% artinya pengaruh tipe kepribadian Neuroticism akan berpengaruh sebesar -12,8% terhadap Perilaku Prososial remaja. Pada variabel Big Five dengan perilaku prososial menunjukkan koefisien regresi sebesar 16,123. DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara oppenes to experience dengan perilaku prososial. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2012) yang menguji adanya hubungan positif antara oppenes to experience terhadap minat jenis wisata usaha dan konvensi, berarti bahwa tipe ini mempunyai kekaguman terhadap hal baru. Tipe oppenes to experience adalah tipe orang yang memiliki keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar (Pervin, Cervone, & John, 2010). Individu yang memiliki tipe oppenes to experience tinggi cenderung akan melakukan kerjasama (cooperative) dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama (Einsberg dan Mussen, 2009). Jika dihubungkan dengan penelitian ini, individu yang baru memasuki dunia perkuliahan menyukai dengan hal-hal yang baru. Tingkat prososial individu meningkat dimana remaja ingin mengetahui hal-hal baru yang ada disekitarnya, individu ingin mendapatkan pengetahuan baru dan berbagi dengan lingkungan disekitarnya sehingga terjadinya interaksi sosial terhadap teman sebayanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Swickert, dkk (2014). Mengenai conscientiousness menjadi variabel moderator yang mempengaruhi pikiran-pikiran yang menimbulkan perilaku meolong menunjukkan hasil bahwa individu conscientiouness memiliki hasil positif dan signifikan Individu yang memiliki conscientiouness tinggi merupakan individu yang menepati 12

22 janji dan membantu teman, individu ini enggan menarik kembali janji yang mereka buat dikarenakan rasa tanggung jawab yang kuat dan menjaga komitmen yang telah mereka buat dengan demikian individu tersebut memunculkan kecenderungan untuk ingin membantu orang lain dan mengorbankan dirinya, begitu juga sebaliknya individu yang memiliki conscientiouness rendah akan menunjukkan level terendah dalam membantu sesamanya. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian, dimana tipe kepribadian conscientiouness memiliki pengaruh positif terhadap perilaku prososial pada remaja, yang artinya remaja akan meminta bantuan atau membantu sesama temannya ketika mengalami kesulitan sehingga individu dengan kepribadian conscientiouness merupakan individu yang dapat dipercaya (Pervin, Cervone, & John, 2010). Fakta lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rossa (2010) mengungkapkan bahwa individu pada skor tinggi conscientiouness menunjukkan adanya disiplin memenuhi kewajiban dan memiliki pendekatan yang logis untuk mengambil keputusan. Penelitian tersebut mendukung penelitian, dimana dalam penelitian menunjukkan bahwa individu dengan tipe conscientiouness tinggi lebih positif terhadap perilaku prososial. Pada tipe kepribadian conscientiouness adalah individu yang dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, peka terhadap lingkungan yang memunculkan prososial dalam dirinya (Pervin, Cervone, & John, 2010). Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2015) mengungkapkan bahwa dimensi conscientiouness menjadi faktor prediktor dalam memprediksi gaya kelekatan dimissing dan memiliki hubungan positif. artinya semakin tinggi dimensi conscientiouness dalam diri remaja semakin tinggi gaya kelekatan dalam hubungan persahabatan. Dimana remaja dalam bersahabat pasti memiliki rasa kepercayaan terhadap temannya yang benar benar sudah dipercaya dalam segala hal. Hasil penelitian untuk tipe kepribadian extraversion bisa dijelaskan dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Carlo, dkk (2005) mengenai interaksi ciri-ciri dan motif pada sukarela : agreeableaness, extraversion dan nilai prososial motivasi menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion berhubungan positif dengan nilai prososial motivas. Dimana individu didorong oleh orang lain untuk terlibat dalam tindakan yang membantu orang lain dan adanya motivasi untuk menanggapi keprihatinan orang lain atau kebutuhan. Penelitian tersebut mendukung hasil penelitian bahwa tipe kepribadian extraversion terhadap perilaku prososial menunjukkan hasil yang positif, individu dengan tipe extraversion ini adalah seseorang yang mudah bergaul, aktif, dan bersahabat dengan dirinya sendiri terhadap lingkungan (Pervin, Cervone, & John, 2010). Hasil penelitian untuk tipe kepribadian agreebleness bisa dijelaskan dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wisudiani dan Nur Ainy (2014) menunjukkan bahwa perilaku prososial pada mahasiswakeperawatan kepribadian agreebleness memiliki skor tinggi dikarenakan mereka yang memiliki kepribadian agreebleness menunjukkan kualitas dari interaksi sosial dimana individu lebih terlibat dalam interaksi sosial yang positif. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, menunjukkan bahwa individu dengan tipe kepribadian agreebleness tinggi lebih positif terhadap perilaku prososial, yang mana individu mempersepsi dirinya sebagai orang yang suka menolong, lembut dan dapat dipercaya (Pervin, Cervone, & John, 2010). Hasil penelitian untuk tipe kepribadian neuroticsm bisa dijelaskan dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisudiani dan Nur Ainy (2014) terhadap mahasiswa keperawatan menunjukkan bahwa trait kepribadian neuroticism memiliki hubungan negatif 13

23 dengan perilaku prososial. Penelitian tersebut mendukung hasil penelitian bahwa tipe kepribadian neuroticsm terhadap perilaku prososial menunjukkan hasil yang negatif. Individu neuroticsm cenderung diam, enggan mengemukakan pendapatnya, cenderung menarik diri dari lingkungannya, enggan berbagi dengan orang lain, tidak mau membantu orang lain, tidak dapat merasakan perasaan orang lain, tidak dapat bekerjasama dengan orang lain hanya memikirkan dirinya sendiri dan cenderung tidak mempunyai banyak teman. Hal ini berdampak yang kurang baik dalam proses melakukan kontak dengan lingkungan sekitarnya (Kusumaningrum, 2014). Individu merasa takut dengan orang yang ada disekitarnya dan ini akan menyebabkan individu menjadi antisosial didalam lingkungannya, merasa tidak nyaman saat berada lingkungannya, dan akan merasa ketakutan saat ada di lingkungannya. Masing masing dimensi berpengaruh tetapi kontribusinya kecil terhadap perilaku prososial. Tetapi karena kepribadian seseorang terdapat lima dimensi, maka jika dimensi dijumlahkan terdapat 45% bisa dibilang dalam taraf cukup atau tidak bisa dikatakan kecil. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa hipotesa penelitian ini diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi oppenes to experience, Constiousness, Extraversion, Agreeableness berpengaruh positif, sedangkan dimensi Neuroticism berpengaruh negatif. Implikasi dari penelitian ini untuk meningkatkan perilaku prososial yaitu bagi remaja diharapkan untuk mengasah kepekaan, lebih terbuka terhadap lingkungan, memperluas pergaulan, mudah memafkan, mudah menolong, dan melakukan hal-hal baru. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan variabel yang berbeda atau menambahkan variabel demografis (jenis kelamin dan budaya) dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal atau lingkungan sosial misalnya peran modeling orang tua, guru, tokoh masyarakat atau teman sebaya terhadap perilaku prososial. REFERENSI Afrohah, N.A. (2007). Hubungan prasangka sosial dengan perilaku prososial. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Alwisol Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Asih, G. Y. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan kematangan emosi. Vol 1. Universitas Muria Kudus. Bachruddin, M. (2012). Pengaruh big five personality terhadap sikap tentang korupsi pada mahasiswa. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Baron, R. A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.. Carlo, dkk (2005). The interplay of traits and motives on volunteering : agreeableness, extraversion and prosocial value motivation. Faculty Publications, Department of Psychology. University of Nebraska Lincoln. 14

24 Carlo, G and Brandy A. Randall (2002). The development of a measure of prosocial behaviors for late adolescents. Journal of Youth and Adolesvence. Dayakisni, T., & Hudaniah (2012). Psikologi sosial (cetakan kelima). Malang : UMM Press. Farikha, R. (2011). Pengaruh tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial satuan polisi pamong praja kota Tangerang. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Feis, J., & G.J. (2010). Teori kepribadian (buku 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Feist, J. dan Feist, G. J. (2009). Teori kepribadian. Vol 2. Jakarta: Salemba. Humanika. Huda, M. (2005). Perilaku prososial mantan pengguna narkoba. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Kusumanigrum, I. (2014). Meningkatkan perilaku prososial rendah melalui layanan penguasaan konten dengan teknik sosiaodrama pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Uneversitas Negeri Semarang. Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Melia, J.R Perbedaan perilaku prososial mahasiswa ditinjau dari tempat tinggal (studi pada mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal dengan orang tua). Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Merdekasari, A Pengaruh diskusi tayangan film prososial terhadap intensi perilaku prososial anak. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Mlacak, Z The big five and procosial personality aspects. Skripsi. University of Ostrava, Czect Republic. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. (1992). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nikmawati, U. (2014). Hubungan antara prososial dengan kepuasan hidup pada remaja. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pervin, dkk. (2010). Psikologi kepribadian:teori dan penelitian. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Rahma, F. O. (2015). Kepribadian terhadap gaya kelekatan dalam hubungan persahabatan. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Rahman, N. A. (2013). Dangerous driving behavior ditinjau dari Big Five Factors Personality. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Rintasari, A. W. (2015). Hubungan antara Big Five Personality dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswa di kota Malang. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Rosita, M. (2012). Minat terhadap jenis wisata ditinjau dari The Big Five Personality. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 15

25 Schultz. (1991). Psikologi pertumbuhan. Model-model kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius. Spica, B. (2008). Perilaku prososial mahasiswa ditinjau dari empati dan dukungan sosial teman sebaya. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. Swikert, R., dkk. (2014). Conscientiousness moderates the influence of a help-eliciting prime on prosocial behavior. Journal pcychology. USA. Trisna, D. (2005). Perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif di organisasi kemahasiswaan. Skripsi. Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Truta, C., dan Nitoiu, C. (2013). Personality factors and emotions invelved in customer decision-making styles. Romanian Journal of experimental Applied of Psychology. Vol. 5, Issue, 2013 : Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan (cetakan keempat). Malang : UMM Press. Wisudiani dan Nur Ainy. (2014). Hubungan antara faktor kepribadian Big Five dengan perilaku prososial pada mahasiswa perawat. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Wrightsman, S. L. (1977). Social psychology. California: Wadsworth publishing company. Inc. Yantiek, E. (2014). Kecerdasan emosi spiritual dan perilaku prososial remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol.3, no 01, hal Alumni program megister psikologi. Universitas 17 Agustus Surabaya. 16

26 LAMPIRAN 17

27 LAMPIRAN 1 BLUE PRINT SKALA PROSOSIAL UNTUK TRY OUT 18

28 No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah 1. Membagi 14, 30,34 2,32, Kejujuran 37,39,42 38,40, Kerjasama 1,13,27 12,22, Menyumbang 6,20,24 31,33, Menolong 9,16,21 5,15, Dermawan 3,8,18 10,17, Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain 4,7,11 23,25,26 6 Total

29 LAMPIRAN 2 SKALA UNTUK TRY OUT 20

30 No Pernyataan Jawaban 1. Jika tugas ada yang tidak dimengerti, saya dan teman teman akan mendiskusikannya. 2. Saya akan bersikap cuek jika ada teman yang tidak megerti tentang pelajaraean, meskipun saya mengetahuinya. 3. Saya menyisihkan sebagian uang saku saya untuk pengemis 4. Jika sya memiliki teman yang cacat saya akan tetap berlaku baik padanya 5. Saya pura pura baik saat teman meminta mengantarkan kesuatu tempat 6. Saat ada bakti sosial saya menyumbang sesuai kemampuan 7. Saya tetap berbuat baik pada teman saya meskipun dia pernah berbuat jahat kepada saya 8. Saya memasukkan sisa uang saku dalam kotak amal 9. Ketika saya melihat teman yang kerepotan membawa barang, saya akan membawa sebagian 10. Saya mau menjadi donor darah PMI asal ada imbalannya 11. Saya akan bersikap sopan pada orang yang lebih tua, jika saya mengenalnya 12. Jika ada tugas kuliah yang terasa sulit, saya akan menyelesaikannya sendiri daripada harus diskusi dengan teman teman 13. Saya selalu ikut kerja bakti 14. Saya berbagi buku pelajaran dengan teman saya 15. Ketika teman membaw barang dan 21 SS S TS STS

31 kerepotan, saya pura pura tidak melihat 16. Jika saya diminta untuk mengantar teman ke suatu tempat saya akan mengatarnya 17. Uang saku saya mending buat jajan daripada dimasukkan kedalam kotal amal 18. Saya ikhlas untuk jadi donor darah 19. Saya tidak mau bernag buku pelajaran dengan teman, karena merugikan saya 20. Jika saya diminta untuk menyumbang korban bencana alam saya akan memberi meskipun cuma sedikit 21. Bila didekat saya ada barang yang jatuh saya akan mengambil dan mengembalikan pada pemiliknya 22. Saya lebih memilih tugas individu daripada tugas kelompok 23. Saya tidak akan bergaul dengan teman yang cacat fisiknya 24. Saya memberi sebagian uang saku saya untuk menjenguk teman yang sedang sakit 25. Saya akan bersikap sopan pada orang yang lebih tua walaupun saya tidak mengenalnya 26. Saya akan memusuhi dan membalas pada orang yang telah berbuat jahat pada saya 27. Saya lebih membilih tugas individu daripada tugas kelompok 28. Ketika ada barang yang jatuh didekat saya, saya akan mengambil dan tidak mengembalikannya pada yang punya 29. Saat lebih memilih membelika barang atau jajan dari uang saku daripada memberikannya pada pengemis 30. Jika teman saya ada yang tidak di mengerti tentang pelajaran di kampus kebetulan saya mengetahuinya, maka saya akan jelaskan 22

32 31. Saya enggan untuk menyumbang kegiatan bakti sosial dikampus karena saya yakin banyak penyumbang lainnya 32. Jika saya mempunyai makanan, saya tidak meu menawari kepda teman, karena itu akan merugikan saya sendiri 33. Saat ada teman yang sakit saya pura pura tidak tahu, maka jika tidak menyumbang tidak jadi masalah 34. Jika saya sendang makan sesuatu saya akan menawari teman yang ada 35. Saya pura pura sakit unruk menghindari kerja bakti 36. Ketika saya punya uang saya lebih suka menabung daripada disumbangkan untuk korban bencana alam 37. Saya selalu berkata apa adanya walaupun saya tahu akan dimarahi 38. Saya tidak berkata jujur pada orang yang pernah jahat sama saya 39. Saya memberi tahu semua informasi apa saja yang ada dikampus pada teman yang jujur 40. Saya tidak mengatakan dengan jujur karena saya tahu akan dimarahi 41. Saya akan memberi informasi yang salah pada teman teman 42. Saya selau berkata jujur walaupun dengan orang yang perna jahat pada saya 23

33 LAMPIRAN 3 DATA KASAR SKALA PROSOSSIAL (TRY OUT) 24

34

35

36 LAMPIRAN 4 HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS PROSOSIAL (TRY OUT) 27

37 TAHAP 1 Case Processing Summary N % Valid ,0 Cases Excluded a 0,0 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item Correlation Deleted ITEM1 119,26 135,339,391,873 ITEM2 119,44 136,047,284,874 ITEM3 119,84 138,749,103,877 ITEM4 119,36 134,113,551,871 ITEM5 119,56 127,353,652,867 ITEM6 119,40 135,510,454,872 ITEM7 119,60 132,000,449,871 ITEM8 119,46 138,662,157,876 ITEM9 119,38 140,649 -,033,878 ITEM10 119,68 130,508,488,870 ITEM11 119,68 140,957 -,059,882 ITEM12 120,00 130,653,462,871 ITEM13 120,00 135,755,272,875 ITEM14 119,70 135,439,373,873 ITEM15 119,60 129,429,683,867 ITEM16 119,50 138,949,127,876 ITEM17 119,68 129,977,628,868 ITEM18 119,50 135,806,307,874 ITEM19 119,66 130,474,713,868 ITEM20 119,36 134,031,474,872 ITEM21 119,30 136,990,228,875 ITEM22 120,26 136,849,124,879 ITEM23 119,52 128,704,528,869 ITEM24 119,60 134,980,277,875 ITEM25 120,58 144,698 -,244,886 ITEM26 120,10 133,235,340,874 ITEM27 119,70 139,480,009,881 28

38 ITEM28 119,68 129,324,535,869 ITEM29 119,84 130,668,476,871 ITEM30 119,44 133,394,474,871 ITEM31 119,66 132,923,470,871 ITEM32 119,56 128,088,706,866 ITEM33 119,62 127,057,827,864 ITEM34 119,30 134,337,598,871 ITEM35 119,68 129,038,551,869 ITEM36 119,82 130,110,649,868 ITEM37 119,40 138,694,121,876 ITEM38 119,62 140,404 -,022,879 ITEM39 119,50 138,500,106,877 ITEM40 119,54 137,356,153,877 ITEM41 119,24 133,166,419,872 ITEM42 119,52 131,928,542,870 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items, ANOVA with Tukey's Test for Nonadditivity Sum of Squares df Mean Square F Sig Between People 163, ,345 Between Items 147, ,607 8,679,000 Nonadditivity,431 a 1,431 1,037,309 Within People Residual Balance 834, ,416 Total 834, ,416 Total 982, ,479 Total 1146, ,546 Grand Mean = 2,92 a. Tukey's estimate of power to which observations must be raised to achieve additivity =,

39 TAHAP 2 Case Processing Summary N % Valid ,0 Cases Excluded a 0,0 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item Correlation Deleted ITEM1 73,42 107,269,372,919 ITEM4 73,52 106,377,510,918 ITEM5 73,72 99,389,687,914 ITEM6 73,56 107,762,396,919 ITEM7 73,76 103,860,463,918 ITEM10 73,84 101,647,556,917 ITEM12 74,16 102,178,503,918 ITEM14 73,86 106,613,421,919 ITEM15 73,76 102,023,667,915 ITEM17 73,84 102,056,646,915 ITEM18 73,66 107,127,335,920 ITEM19 73,82 102,926,698,915 ITEM20 73,52 106,132,454,918 ITEM23 73,68 101,732,494,918 ITEM26 74,26 102,931,474,918 ITEM28 73,84 102,464,489,918 ITEM29 74,00 102,857,477,918 ITEM30 73,60 105,796,436,919 ITEM31 73,82 104,763,481,918 ITEM32 73,72 99,920,756,913 ITEM33 73,78 99,563,839,912 ITEM34 73,46 105,927,627,917 ITEM35 73,84 99,484,670,915 ITEM36 73,98 101,653,708,914 ITEM41 73,40 106,204,342,920 ITEM42 73,68 104,630,495,918 30

40 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items, ANOVA with Tukey's Test for Nonadditivity Sum of Squares df Mean Square F Sig Between People 210, ,296 Between Items 54, ,197 6,403,000 Nonadditivity 6,174 a 1 6,174 18,246,000 Within People Residual Balance 414, ,338 Total 420, ,343 Total 475, ,380 Total 685, ,528 Grand Mean = 2,95 a. Tukey's estimate of power to which observations must be raised to achieve additivity = 3,

41 LAMPIRAN 5 BLUE PRINT PROSOSIAL 32

42 No Indikator Favorable Unfavorable Jumlah item 1 Membagi 14,30,34 19, Kejujuran Kerjasama 1 12, Menyumbang 6,20 31,33, Menolong - 5,15, Dermawan 18 10,17, Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain 4,7 23,26 4 Jumlah

43 LAMPIRAN 6 INSTRUMEN PENELITIAN 34

44 Skala I No Pernyataan Jawaban Saya adalah seseorang yang Suka bicara 2. Cenderung mencari kesalahan orang lain 3. Melakukan seluruh pekerjaan 4. Depresi, sedih 5. Menyukai ide baru 6. Pendiam/suka menyendiri 7. Suka membantu dan tidak egois dengan orang lain 8. Sedikit ceroboh 9. Santai, mengatasi stress dengan baik 10. Ingin tahu mengenai banyak sesuatu yang berbeda 11. Memulai pertengkaran dengan orang lain 12. Pekerja yang dapat dipercaya 13. Peka 14. Banyak akal, pemikir mendalam 15. Membangkitkan banyak antusiasme 16. Memiliki sifat pemaaf 17. Cenderung tidak teratur 18. Sangat khawatir 19. Daya imajinasi tinggi 20. Cenderung diam 21. Secara umum bisa dipercaya 22. Cenderung malas SS S TS STS 35

45 23. Secara emosional seimbang, tidak mudah tersinggung 24. Berdaya cipta 25. Memiliki kepribadian tegas 26. Tekun hingga tugas selesai 27. Seorang yang suka murung 28. Menghargai seni, pengalaman estetika 29. Kadang kadang malu, segan 30. Baik budi, dan baik terhadap hampir semua orang 31. Melakukan sesuatu secara efektif 32. Masih tenang dalam situasi tertekan 33. Lebih suka bekerja yang rutin 34. Ramah tamah, mudah bersosialisasi 35. Kadang kadang kasar terhadap orang lain 36. Membuat rencana dan mengikuti seluruh rencana mereka 37. Mudah gelisah 38. Suka membayangkan, bermain dengan ide 39. Memiliki sedikit ketertarikan pada seni 40. Suka bekerja sama dengan orang lain 41. Ahli dalam seni, musik atau literature Skala II No Pernyataan Jawaban SS S TS STS 43. Jika tugas ada yang tidak dimengerti, 36

46 saya dan teman teman akan mendiskusikannya. 44. Jika sya memiliki teman yang cacat saya akan tetap berlaku baik padanya 45. Saya pura pura baik saat teman meminta mengantarkan kesuatu tempat 46. Saat ada bakti sosial saya menyumbang sesuai kemampuan 47. Saya tetap berbuat baik pada teman saya meskipun dia pernah berbuat jahat kepada saya 48. Saya mau menjadi donor darah PMI asal ada imbalannya 49. Jika ada tugas kuliah yang terasa sulit, saya akan menyelesaikannya sendiri daripada harus diskusi dengan teman teman 50. Saya berbagi buku pelajaran dengan teman saya 51. Ketika teman membaw barang dan kerepotan, saya pura pura tidak melihat 52. Uang saku saya mending buat jajan daripada dimasukkan kedalam kotal amal 53. Saya ikhlas untuk jadi donor darah 54. Saya tidak mau bernag buku pelajaran dengan teman, karena merugikan saya 55. Jika saya diminta untuk menyumbang korban bencana alam saya akan memberi meskipun cuma sedikit 56. Saya tidak akan bergaul dengan teman yang cacat fisiknya 57. Saya akan memusuhi dan membalas pada orang yang telah berbuat jahat pada saya 37

47 58. Ketika ada barang yang jatuh didekat saya, saya akan mengambil dan tidak mengembalikannya pada yang punya 59. Saat lebih memilih membelika barang atau jajan dari uang saku daripada memberikannya pada pengemis 60. Jika teman saya ada yang tidak di mengerti tentang pelajaran di kampus kebetulan saya mengetahuinya, maka saya akan jelaskan 61. Saya enggan untuk menyumbang kegiatan bakti sosial dikampus karena saya yakin banyak penyumbang lainnya 62. Jika saya mempunyai makanan, saya tidak meu menawari kepda teman, karena itu akan merugikan saya sendiri 63. Saat ada teman yang sakit saya pura pura tidak tahu, maka jika tidak menyumbang tidak jadi masalah 64. Jika saya sendang makan sesuatu saya akan menawari teman yang ada 65. Saya pura pura sakit unruk menghindari kerja bakti 66. Ketika saya punya uang saya lebih suka menabung daripada disumbangkan untuk korban bencana alam 67. Saya akan memberi informasi yang salah pada teman teman 68. Saya selau berkata jujur walaupun dengan orang yang perna jahat pada saya 38

48 LAMPIRAN 7 DATA KASAR PROSOSIAL 39

49

50

51

52

53

54

55 LAMPIRAN 8 DATA KASAR BIG FIVE 46

56

57

58

59

60

61

62 LAMPIRAN 9 HASIL ANALISA DATA 53

63 Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Prososial 85,8931 7, opennesstoexperience 28,9057 2, Contiousness 22,0692 2, Extraversion 19,6289 3, Agreeableness 23,9245 2, Neuroticism 19,1069 2, Prososial Correlations opennesstoexper ience Contiousness Extraversion Agreeableness Neuroticism prososial 1,000,228,286,327,341 -,277 opennesstoexperience,228 1,000 -,070 -,094,207,022 Pearson Correlation Contiousness,286 -,070 1,000,219,132 -,079 Extraversion,327 -,094,219 1,000,127 -,021 Agreeableness,341,207,132,127 1,000 -,011 Sig. (1-tailed) Neuroticism -,277,022 -,079 -,021 -,011 1,000 prososial.,002,000,000,000,000 opennesstoexperience,002.,191,120,004,394 Contiousness,000,191.,003,048,162 Extraversion,000,120,003.,055,396 Agreeableness,000,004,048,055.,445 Neuroticism,000,394,162,396,

64 prososial opennesstoexperience N Contiousness Extraversion Agreeableness Neuroticism Variables Entered/Removed a Model Variables Variables Method Entered Removed Neuroticism,. Enter Agreeableness, 1 Extraversion, opennesstoexp erience, Contiousness b a. Dependent Variable: prososial b. All requested variables entered. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,587 a,345,324 6, ,705 55

65 a. Predictors: (Constant), Neuroticism, Agreeableness, Extraversion, opennesstoexperience, Contiousness b. Dependent Variable: prososial ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 3318, ,729 16,123,000 b 1 Residual 6298, ,167 Total 9617, a. Dependent Variable: prososial b. Predictors: (Constant), Neuroticism, Agreeableness, Extraversion, opennesstoexperience, Contiousness Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) 39,283 8,702 4,514,000 opennesstoexperience,614,185,224 3,318,001,937 1,068 1 Contiousness,557,198,191 2,814,006,930 1,075 Extraversion,678,169,271 4,005,000,932 1,073 Agreeableness,682,201,231 3,396,001,921 1,085 Neuroticism -,684,174 -,259-3,940,000,993 1,007 a. Dependent Variable: prososial 56

66 Collinearity Diagnostics a Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) opennesstoexperi ence Contiousness Extraversion Agreeableness Neuroticism 1 5,932 1,000,00,00,00,00,00,00 2,026 15,236,00,01,03,35,00,47 1 3,019 17,902,00,08,03,45,08,33 4,012 21,830,00,10,74,12,08,03 5,008 26,564,01,40,00,01,78,03 6,003 46,474,99,41,20,06,06,14 a. Dependent Variable: prososial Residuals Statistics a Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 66, , ,8931 4, Std. Predicted Value -4,325 2,912,000 1, Standard Error of Predicted Value,650 3,115 1,184, Adjusted Predicted Value 67, , ,9022 4, Residual -14, ,42226, , Std. Residual -2,228 1,936,000, Stud. Residual -2,368 2,022 -,001 1, Deleted Residual -16, , , , Stud. Deleted Residual -2,405 2,043 -,001 1, Mahal. Distance,626 36,251 4,969 4,

67 Cook's Distance,000,121,007, Centered Leverage Value,004,229,031, a. Dependent Variable: prososial 58

68 59

69 60

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

c. Pengalaman dan suasana hati.

c. Pengalaman dan suasana hati. PERILAKU PROSOSIAL Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. William (1981) membatasi perilaku prososial

Lebih terperinci

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO (Studi Big Five Model sebagai Anteseden Variabel Kinerja) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh setiap individu dan sesuatu yang bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Sosial positif ini didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Prososial 2.1.1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial didefinisikan sebagai tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau memberi keuntungan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia disebut juga sebagai makhluk holistik, yaitu bisa berfungsi sebagai makhluk individual, makhluk sosial, dan juga makhluk religi. Manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU PROSOSIAL 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial merupakan tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu dan menguntungkan individu atau kelompok individu

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta diskusi mengenai hasil-hasil penelitian yang diperoleh dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Prososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Menurut Kartono (2003) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku prososial yang menguntungkan dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KINERJA BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Universitas Muria Kudus Angkatan Tahun 2012) Skripsi

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR KARYAWAN DITINJAU DARI GENDER SKRIPSI

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR KARYAWAN DITINJAU DARI GENDER SKRIPSI ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR KARYAWAN DITINJAU DARI GENDER SKRIPSI Oleh: Baiq Anggun Laksmi Lestari 08810304 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MINAT SISWA RETARDASI MENTAL RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE

IDENTIFIKASI MINAT SISWA RETARDASI MENTAL RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE IDENTIFIKASI MINAT SISWA RETARDASI MENTAL RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE SKRIPSI Oleh : Ferry Indra Wicaksono 07810181 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial Remaja. yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku merupakan respon individu terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial Remaja. yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku merupakan respon individu terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh setiap individu dan sesuatu yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Perososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Widodo (2004) mengatakan sebuah penelitian dikatakan jenis penelitian korelasional karena penelitian itu ditujukan untuk melihat atau mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi ) OLEH Risa Yunita 090521086 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

ADAPTASI JOB INSECURITY SCALE

ADAPTASI JOB INSECURITY SCALE ADAPTASI JOB INSECURITY SCALE SKRIPSI Oleh: Mariam Yahya 09810246 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 1 ADAPTASI JOB INSECURITY SCALE SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat. BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Rahim (2001) manajemen konflik tidak hanya berkaitan dengan menghindari, mengurangi serta menghilangkan konflik, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak

Lebih terperinci

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

Lebih terperinci

PROFILE VALUE PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) SKRIPSI

PROFILE VALUE PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) SKRIPSI PROFILE VALUE PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) SKRIPSI Oleh : Ferry Chandra Kusuma 09810121 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 PROFILE VALUE PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan definisi operasional penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN INTENSI AGRESI PADA ETNIS JAWA TERHADAP ETNIS TIONGHOA SKRIPSI. Oleh : RAKHMAD NUR HIDAYAT NIM :

HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN INTENSI AGRESI PADA ETNIS JAWA TERHADAP ETNIS TIONGHOA SKRIPSI. Oleh : RAKHMAD NUR HIDAYAT NIM : HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN INTENSI AGRESI PADA ETNIS JAWA TERHADAP ETNIS TIONGHOA SKRIPSI Oleh : RAKHMAD NUR HIDAYAT NIM : 07810211 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 ii iii

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua)

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua) PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua) SKRIPSI Oleh: Delvi Irma Listya Perdani 08810139 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Oleh : Zasyatin Rizka 09810105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Brigham (dalam Dayakisni, 2009) menerangkan bahwa perilaku prososial merupakan perilaku untuk menyokong kesejahteraan orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERAN ORANGTUA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT PADA ANAK TUNARUNGU SKRIPSI. Guita Wulan Sari

IDENTIFIKASI PERAN ORANGTUA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT PADA ANAK TUNARUNGU SKRIPSI. Guita Wulan Sari IDENTIFIKASI PERAN ORANGTUA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT PADA ANAK TUNARUNGU SKRIPSI Guita Wulan Sari 07810216 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 IDENTIFIKASI PERAN ORANGTUA DALAM MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : ZAINAL ABIDIN

SKRIPSI OLEH : ZAINAL ABIDIN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI 2012 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SKRIPSI OLEH : ZAINAL ABIDIN 08810322

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan gejala dan menjelaskan hubungan antar variabel yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan gejala dan menjelaskan hubungan antar variabel yang ditemukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang berguna menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain di sekitarnya. Dalam kehidupannya, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek Penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT 1. Definisi Psychological Adjustment Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment merupakan proses psikologis yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak adalah salah satu suku di Indonesia di mana sebagian besar masyarakatnya bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah, baik itu dari sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah, baik itu dari sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan masalah. Masalahmasalah yang menyangkut remaja kian hari kian bertambah, baik itu dari sosial maupun media

Lebih terperinci

PERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI

PERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI PERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : ESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami rasa kesepian dalam dirinya, yang menjadi suatu pembeda adalah kadarnya, lamanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah

Lebih terperinci

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.11 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (1998) pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI PENGARUH KEPRIBADIAN TIPE AGREEABLENESS TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA PENGGUNA KRL COMMUTER LINE Asri Puspaningsih 11512217 3PA04 Pembimbing: Indah Mulyani,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran orang lain dilingkungan sekitarnya. Dalam proses hidup,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Oleh: ATINA HASANAH 2008-60-001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2012 i HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONTROL DIRI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONTROL DIRI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONTROL DIRI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sejak jaman dahulu manusia hidup bergotongroyong, sesuai dengan pepatah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PERMUKIMAN KUMUH DAN DI RUMAH SUSUN SKRIPSI

PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PERMUKIMAN KUMUH DAN DI RUMAH SUSUN SKRIPSI PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PERMUKIMAN KUMUH DAN DI RUMAH SUSUN SKRIPSI Oleh: Anisatul Maghfiroh 07810210 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 i LEMBAR PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Remaja pada dasarnya dalam proses perkembangannya membutuhkan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Remaja juga mulai belajar serta mengenal pola-pola sosial salah satunya adalah perilaku

Lebih terperinci

PERBEDAAN RESILIENSI PADA REMAJA AWAL DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA SKRIPSI

PERBEDAAN RESILIENSI PADA REMAJA AWAL DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA SKRIPSI PERBEDAAN RESILIENSI PADA REMAJA AWAL DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA)

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA) PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA) SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI ANTARA PERAWAT LAKI-LAKI DAN PERAWAT PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI ANTARA PERAWAT LAKI-LAKI DAN PERAWAT PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI ANTARA PERAWAT LAKI-LAKI DAN PERAWAT PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE COMPULSIVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI Oleh : Ayu Woro Septi 09810220 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 PERBEDAAN CIRI KEPRIBADIAN OBSESSIVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pada era modern saat ini, orang sudah mulai terlena dengan nilai-nilai moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan permissiveness

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR EKSTERN YANG MENYEBABKAN REMAJA MELAKUKAN PERILAKU BALAP LIAR SKRIPSI

FAKTOR- FAKTOR EKSTERN YANG MENYEBABKAN REMAJA MELAKUKAN PERILAKU BALAP LIAR SKRIPSI FAKTOR- FAKTOR EKSTERN YANG MENYEBABKAN REMAJA MELAKUKAN PERILAKU BALAP LIAR SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui hubungan pola asuh dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada remaja akhir, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN KANTOR PT KERETA API INDONESIA DAERAH OPERASI (DAOP) 5 PURWOKERTO SKRIPSI

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN KANTOR PT KERETA API INDONESIA DAERAH OPERASI (DAOP) 5 PURWOKERTO SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN KANTOR PT KERETA API INDONESIA DAERAH OPERASI (DAOP) 5 PURWOKERTO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma sekunder yang sering diartikan dengan salah. Walau terlihat mirip akan tetapi memiliki definisinya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi i PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: LILI FATMAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SKRIPSI Oleh: Deny Setya Budi 2010-60-044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014 HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, alat ukur penelitian, populasi, sampel, teknik penentuan sampel, validitas, reliabilitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Zainul Anwar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang zainulanwarumm@yahoo.com Abstrak. Karakteristik individu atau sering dikenal dengan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA KLUB MOBIL VIOLET AUTO FEMALE DIKOTA PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA KLUB MOBIL VIOLET AUTO FEMALE DIKOTA PURWOKERTO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA KLUB MOBIL VIOLET AUTO FEMALE DIKOTA PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat

Lebih terperinci