LAPORAN AKHIR KOTA LHOKSEUMAWE. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR KOTA LHOKSEUMAWE. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya"

Transkripsi

1 Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang Aceh Singkil Langsa PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SKS - BRR PERENCANAAN UMUM. PERENCANAAN TEKNIS DAN MANAJEMEN RANTAI PENGADAAN Jl. Tgk. H. M. Daud Beureueh N0. 26; Phone (Hunting) LAPORAN AKHIR KOTA LHOKSEUMAWE Outline Plan and DED Sistem Penyediaan Air Minum, Air Limbah, Pantai Timur di Provinsi NAD 2006 SURAT PERJANJIAN KERJA NOMOR : 074/02/II/2006 TANGGAL 2 PEBRUARI 2006 PT Pilar Teguh Perkasa Lhokseumawe PT Mitra Lingkungan Dutaconsult Jakarta PT Mega Disain Banda Aceh

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir Outline Plan and DED Drainase dan Persampahan Pantai Timur di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini disusun oleh konsultan PT. Pilar Teguh Perkasa yang berasosiasi dengan PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) BRR Perencaaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Laporan ini menyajikan program terpilih Outline Plan yang sifatnya jangka pendek dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Konsep Laporan Akhir ini akan berisi : - Kriteria teknis dan teori perencanaan sebagai pendekatan analisis/evaluasi bangunan reservoir. - Gambar perencanaan untuk sistem penyaluran air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah. - Usulan program suplai dan konstruksi unit sistem penyediaan air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah yang meliputi segi teknis dan operasionil. - Perhitungan besaran biaya investasi dan operasi terhadap pembangunan sistem prasarana di atas. - Rencana pentahapan pembangunan sesuai dengan skala prioritas. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberi saran, kritik arahan dan materi yang mendukung bagi penyusunan laporan ini. Banda Aceh, Agustus 2006 PT. Pilar Teguh Perkasa PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult PT. Mega Design Team Leader i

3 DAFTAR ISI

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lokasi Proyek Ruang Lingkup Pekerjaan Pelaporan BAB 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2.1. Millineum Development Goals Sasaran Tujuan/Goals yang Disepakati Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG BAB 3 TIPOLOGI KOTA LHOKSUMAWE 3.1. Umum Kondisi Fisik dan Lingkungan Tata Guna Lahan Iklim Topografi Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Perekonomian Kota Lhokseumawe Sektor Industri Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Keuangan Daerah (APBD) ii

5 3.5. Infrastruktur Prasarana dan Sarana Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum Persampahan Sanitasi dan Air Limbah Drainase Jalan Kota BAB 4 SEKTOR SANITASI 4.1. Umum Kajian Terhadap Fungsi dan Strategi Pembangunan Kota Analisa Program Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja MCK lengkap dengan Tangki Septik Sasaran Program Usulan Program Expenditure Program BAB 5 SEKTOR DRAINASE 5.1. Tinjauan Umum Sistem Drainase Kota Umum Pengelola Jaringan Drainase Kondisi Fisik dan Kapasitas Drainase kota Sumber Genangan Penyebab Genangan Outline Plan Drainase Tujuan Pembuatan Outline Plan Drainase Ruang Lingkup Outline Plan Tahapan Pelaksanaan Penanganan Masalah Parameter Penentuan Skala Prioritas Penentuan Skala Prioritas Daerah / lokasi Terpilih untuk Perencanaan iii

6 BAB 6 SEKTOR PERSAMPAHAN 6.1. Strategi Penanganan Kondisi Eksisting Pelayanan Sampah Penjelasan Umum Sarana dan Prasarana Yang Ada Model Pengelolaan Persampahan Eksisting Analisis Sasaran-sasaran Program Peningkatan pelayanan persampahan di daerah Permukiman Pengelolaan Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Sasaran Program Kebutuhan Prasarana Persampahan Program Pengembangan Sistem Persampahan BAB 7 KINERJA KEUANGAN 7.1. Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan Persampahan Pengelolaan Sanitasi LAMPIRAN iv

7 BAB 1 PENDAHULUAN

8 Gambar BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 26 Desember 2004, beberapa wilayah kota / kabupaten di Propinsi NAD mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana hebat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan berat ini terjadi hampir terjadi diseluruh sektor kegiatan perkotaan termasuk sarana dan prasarana perkotaan. Untuk menanggulangi kesulitan masyarakat kota / kabupaten di Propinsi NAD dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana perkotaan yang hancur, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta dibantu berbagai pihak seperti LSM asing maupun LSM lokal mengadakan tindakan untuk merehabilitasi kembali seperti semula. Saat ini tindakan darurat sebagai langkah awal kegiatan rehabilitasi sudah selesai dilaksanakan dan selanjutnya akan memasuki tahapan rekonstruksi dan pengembangan, yang pelaksanaannya dibawah kordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi / BRR Aceh Nias. Bappenas telah menerbitkan cetak biru proses pembangunan kembali Propinsi NAD pasca gempa dan tsunami, namun demikian perkembangan implementasi nya memerlukan beberapa penyesuaian kembali sesuai perkembangan jaman agar dapat memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari masyarakat untuk 20 tahun kedepan atau sampai tahun Untuk masing masing kota / kabupaten yang rusak akibat gempa secara langsung atau tidak langsung perlu dilakukan pekerjaan pengembangan Outline plan & DED dari prasarana dan sarana perkotaan dan untuk tahap pertama dilakukan pekerjaan outline plan sampai tahun 2026 untuk sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase kemudian dilakukan pekerjaan detailed engineering design sampai tahun Didalam outline plan sampai tahun 2026 diharapkan dapat menggambarkan pengembangan kebutuhan prasarana dan sarana sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase, terutama lokasi sumber air potensial untuk penyediaan air minum, lokasi tempat pembuangan akhir sampah yang aman Halaman 1-1

9 disertai parameter parameter pendukungnya. Pilihan pilihan yang diambil harus sesuai dengan kaidah teknis, ekonomis, sosial dan aman secara lingkungan dan dikordinasikan dengan PDAM setempat untuk pengembangan sistem penyediaan air minum, Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum untuk pengembangan sistem pelayanan sampah perkotaan dan air limbah. Setelah mendapatkan masukan masukan dari Dinas terkait maka konsultan harus berkordinasi dengan Bappeda setempat untuk menyelaraskan dengan RUTR Kota / Kabupaten yang ada sehingga sesuai dengan Master Plan kota / kabupaten yang ada. Penyiapan outline plan ini akan didasarkan kepada tata guna lahan yang ada serta Rencana Tata Ruang Kota / Kabupaten yang telah direvisi pasca gempa dan tsunami yang diperkirakan telah ada di Bappeda Propinsi NAD. Ketersediaan prasarana air minum, sanitasi dan persampahan untuk beberapa kota / kabupaten di Propinsi NAD ini diproyeksikan untuk mampu memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik untuk jangka waktu 20 tahun kedepan. Konfigurasi awal dari outline plan ini untuk komponen air minum sebenarnya sudah dilakukan PDAM setempat melalui Corporate Plan PDAM tetapi setelah terjadinya gempa bumi diharapkan dapat ditinjau kembali secara teknis dan ekonomis sehingga tetap layak untuk dilanjutkan. Tahapan selanjutnya dari penyiapan outline plan ini adalah pembuatan DED untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan implementasi selama 5 tahun kedepan dapat berkelanjutan sesuai perkembangan kota yang ada Maksud dan Tujuan Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan pasca gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program penanganan 4 komponen tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan penduduk hingga tahun 2026 untuk outline plan dan sampai tahun 2010 untuk detail engineering design. Halaman 1-2

10 Tujuan dilakukan studi ini adalah: Mengevaluasi kinerja eksisting sistem penyediaan air minum, air limbah dan persampahan termasuk kondisi teknis dan operasional. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan kendala untuk ke 4 komponen tersebut terutama, lokasi dan sumber air potensial yang tersedia, daerah genangan, lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Melakukan evaluasi dan analisa tata guna lahan dan rencana pembangunan perkotaan yang ada dalam RTRW Kota / Kabupaten pasca gempa dan tsunami. Menganalisa kebutuhan air minum untuk kegiatan domestik dan non domestik sampai tahun 2026 berdasarkan pola konsumsi yang ada di masing masing kota serta melakukan survey air baku potensial untuk memastikan ketersediaan air baku yang memenuhi sarat teknis, higinis dan ekonomis serta konservasi lingkungan dari DAS yang ada sampai tahun Menganalisa kondisi prasarana dan sarana sanitasi yang ada, seperti tingkat pelayanan, sistem yang ada, IPLT yang ada, dan kemungkinan untuk melakukan pelayanan sistem terpusat dengan penyaluran air limbah perpipaan disertai bangunan pengolahannya, juga sampai tahun Mengidentifikasi sistem pengolahan air limbah yang tepat guna sesuai kebutuhan sampai tahun 2026, sehingga penduduk kota dapat meng implementasikan dan menerima karena cukup aman dan ekonomis. Menyusun program rehabilitasi dan konstruksi sistem air minum, air limbah dan persampahan pasca gempa untuk jangka pendek dan panjang. Menyusun DED untuk komponen air minum, sanitasi dan persampahan sampai tahun 2010 berdasarkan hasil outline plan yang ada, dan penetapannya berdasarkan tim teknis dari BRR dan Dinas Pekerjaan Umum dan PDAM masing masing Kabupaten Kota. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, proses rehabilitasi dan rekontruksi di pantai Timur Propinsi NAD dapat ditangani secara bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif. Halaman 1-3

11 1.3. Lokasi Proyek Penyusunan outline plan dan DED komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan ini meliputi beberapa kota / kabupaten, yaitu : Kota Sigli, di Kab. Pidie dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lain nya Kota Bireun, di Kab. Bireun dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya Kota Lhokseumawe Kota Lhok Sukon, di Kab. Aceh Utara dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Idie Rayeuk, di kab. Aceh Timur dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Langsa Kota Kuala Simpang, di Kab. Aceh Tamiang dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Simpang Tiga, di Kab. Bener Meriah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya. Kota Takengon, di Kab. Aceh Tengah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya. Kota Jantho, di Kabupaten Aceh Besar untuk DED air minum dan drainase tahun Ruang Lingkup Pekerjaan Batasan kegiatan studi yang harus dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang dapat ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Komponen Air Minum : Outline Plan Mengevaluasi dan mencari sumber air baku potensial yang memenuhi persaratan teknis, kesehatan dan ekonomis, termasuk kondisi hidrologis, topografis, geohidrologis dan kondisi situasi daerah aliran sungai termasuk kondisi tata guna lahan disekitar DAS. Mengevaluasi kinerja eksisting dari sistem pelayanan air minum yang ada, mulai dari intake, pipa transmisi, instalasi penjernihan, reservoir, jaringan perpipaan, sambungan rumah domestik dan non domestik, kebocoran yang terjadi selama air dalam pipa transmisi. Halaman 1-4

12 Melakukan review dari studi studi yang sudah ada, seperti dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota / Kabupaten, Corporate Plan di PDAM, Master Plan, dan studi studi lain. Menganalisa dan evaluasi kebutuhan air minum kota sampai tahun 2026 berdasarkan penyebaran dan populasi penduduk. Estimasi kebutuhan dana / anggaran pengembangan sistem pelayanan air minum sampai tahun Membuat rencana investasi berdasarkan prioritas pekerjaan dan sumber dana. Mengembangkan sistem kemitraan dengan masyarakat dimulai dari perencanaan sesuai tahapan operasional. Mengevaluasi kebutuhan sumber daya alam, seperti rasio personil, kualifikasi, dan program pelatihan. Penetapan sumber air baku potensial yang mampu menyediakan air baku yang sesuai persyaratan dan aman. Penetapan lokasi dan jenis instalasi penjernihan air minum. Penetapan jalur pipa transmisi dan distribusi serta reservoir. b. Komponen air minum ; DED Kriteria dan parameter disain. DED dari sistem penyediaan air minum terpilih yang terdiri dari ; intake, instalasi penjernihan air minum, reservoir, rumah pompa, rumah jaga, kantor, jaringan perpipaan transmisi dan distribusi, jembatan pipa, standard sambungan rumah, trust block, penyeberangan pipa. Desain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. c. Komponen sanitasi ; Outline Plan Menganalisa dan evaluasi sistem yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami. Halaman 1-5

13 Analisa besarnya buangan air limbah di perkotaan yang masuk disaluran drainase sebagai grey water dan yang masuk ke septic tank sebagai dasar perhitungan untuk sistem pengaliran air limbah terpusat bila diperlukan. Membuat alternatif pelayanan air limbah on site atau off site pada wilayah pelayanan dengan mempertimbangkan segi operasional dan pemeliharaan jangka panjang. Penetapan lokasi instalasi pengolahan air limbah atau instalasi pengolahan Lumpur tinja. d. Komponen Sanitasi ; DED Kriteria dan parameter disain. DED dari sistem penyediaan air limbah terpilih yang terdiri dari ; standard inlet, perpipaan tersier, sekunder, primer, bangunan pengumpul, rumah pompa, instalasi pengolahan air limbah, instalasi pengolahan tinjar, standard septic tank, standard cubluk, rumah jaga, kantor, MCK komunal. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. e. Komponen Drainase, outline plan Menganalisis sistem Drainase eksisting berupa dimensi saluran drainase, tingkat kerusakan dan saluran drainase yang tersumbat akibat Tsunami baik untuk saluran primer maupun sekunder. Analisis curah hujan dan menetapkan besarnya daerah tangkapan air hujan, run off area dan menetapkan dimensi saluran drainase untuk periode ulang 10 tahun. Penetapan saluran primer dan sekunder dengan mempertimbangkan integrasi dengan perencanaan saluran air limbah. Saluran drainase primer dan sekunder terpilih mempertimbangkan kedalaman saluran induk penerima limpasan air hujan. Analisa institusi dan struktur organisasi pelaksana operasional dan perawatan saluran drainase. Halaman 1-6

14 f. Komponen drainase, DED Kriteria dan parameter disain. Peta pembagian blok daerah tangkapan air sesuai topografi, dan peta wilayah genangan, termasuk luas, durasi per tahun, kedalaman, tata guna lahan dan kondisi tanah. DED dari sistem drainase terpilih yang terdiri dari ; standard street inlet, saluran tersier, sekunder, primer dari berbagai tipe konstruksi, polder, klep untuk mencegah pasang surut air laut jika diperlukan, pintu air, box culvert dari berbagai tipe. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. g. Komponen persampahan ; Outline Plan Menganalisa dan evaluasi sistem persampahan yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan sub sektor persampahan seperti kondisi pewadahan yang ada, pengangkutan dari rumah ke TPS dan dari TPS ke TPA, jumlah armada pengangkut sampah termasuk jenis dan tahun pembuatan, volume sampah yang bisa diangkut, tipe truk arm roll / dump truk, lokasi / kondisi / tipe TPS dan TPA yang ada. Menganalisa dan mengevaluasi timbulan sampah sesuai kondisi tata guna lahan dan demografi yang ada serta memproyeksikan timbulan sampah per blok pelayanan sampai tahun Menyiapkan alternatif penyelesaian masalah mulai dari pewadahan, pengangkutan ke TPS, TPS, pengangkutan ke TPA dan sampai pembuangan akhir. Menyiapkan alternatif sistem pengangkutan sampah dan alternatif beberapa lokasi TPA yang aman secara teknis dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Menyusun UKL dan UPL dari alternatif terpilih TPA. Menyusun rencana strategis penanganan sampah sampai tahun Halaman 1-7

15 h. Komponen persampahan ; DED Kriteria dan parameter disain. Peta pembagian blok pelayanan berdasarkan tata guna lahan dan kondisi transportasi / jalan yang sesuai disertai arah pengangkutan dari TPS yang dapat berupa container atau transfer depo ke TPA dan dilengkapi dengan jumlah armada yang dibutuhkan, lokasi TPS, ritasi dan lokasi garasi dari truk sampah. Menyusun SOP untuk pengangkutan sampah (alat berat, dump truk / arm roll truk, container, TPS, transfer depo dan TPA) serta penanganan 3R (recycling, reduce, reuse) dan pengolahan lindi. DED dari sistem pengelolaan sampah terpilih yang terdiri dari ; standard TPA sesuai kondisi lapangan, pengolahan lindi, bangunan pelengkap seperti rumah jaga, rumah pompa, garasi alat berat, saluran drainase, jalan masuk, pagar pengaman. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis 1.5. Pelaporan Laporan pekerjaan outline plan ini dibagi menjadi 9 bagian yaitu : a. Pendahuluan Berisikan tentang interpretasi dan apresiasi didalam penanganan pekerjaan outline plan ini, lokasi proyek, jenis pekerjaan yang dilakukan yang disertai dengan sajian data data yang ada, tingkat pelayanan, permasalahan yang ada, rencana pengembangan, dan ringkasan dari laporan. b. Millenium Development Goals KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar Halaman 1-8

16 yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air minum dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun Bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22% c. Skenario pengembangan Kabupaten/Kota Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang menggambarkan kemampuan kota untuk membiayai sendiri perkembangannya serta profil kota dimana kemampuan APBD dalam berpartisipasi dalam membangun kota. Pengembangan sektoral harus selalu berpedoman kepada RTRK sehingga semua perkembangan kebutuhan infrastruktur sejalan dengan dinamika pertumbuhan kota. d. Pengembangan sektor air minum Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air minum, seperti kondisi air tanah, sumber air baku yang dipergunakan, kualitas, kontinyuitas dan kapasitas sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan termasuk jumlah sambungan rumah yang ada dan jaringan perpipaan yang ada, tingkat kehilangan air serta kondisi institusi dan keuangan PDAM. Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan sumber air baku potensial, tahapan pembangunan instalasi penjernihan air minum, pengembangan jaringan pipa distribusi dan penambahan sambungan rumah serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan kenaikan tarip air minum. e. Pengembangan sektor sanitasi / air limbah Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air limbah / sanitasi, seperti kondisi muka air tanah, dan kualitas air tanah, porositas dan jenis tanah, jenis Halaman 1-9

17 teknologi sanitasi yang ada seperti cubluk, MCK, septic tank, truk tinja dan iplt. Sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan perkotaan (septic tank, truk tinja dan iplt) dan wilayah pelayanan pedesaan / rural (cubluk dan septic tank) serta kondisi institusi dan keuangan instansi pengelola sanitasi (Dinas Kebersihan atau Dinas Permukiman Wilayah). Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan teknologi pelayanan sanitasi, tahapan pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan tarip air pengambilan lumpur tinja dan pengolahan lumpur tinja. f. Pengembangan sektor persampahan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, g. Pengembangan sektor drainase Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat h. Pengembangan institusi dan kelembagaan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat i. Pengembangan sektor keuangan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat j. Kebutuhan dana pengembangan Kebutuhan dana pengembangan sektor air minum Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Halaman 1-10

18 Kebutuhan dana pengembangan sektor air limbah / sanitasi Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan dana pengembangan sektor persampahan Kebutuhan pengembangan sektor persampahan sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan dana pengembangan sektor drainase Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Halaman 1-11

19 BAB 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS

20 Gambar BAB 1 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2.1. Millineum Development Goals Pada September 2000, di The United Nations Millennium Summit, para pemimpin dunia menyepakati untuk menetapkan waktu dan parameter dan target untuk mengurangi kemiskinan, kelaparan, penyakit menular, penurunan kualitas lingkungan dan menghilangkan diskriminasi perempuan, dan menempatkannya sebagai jantung dari agenda global yang sekarang dikenal dengan The Millinnium Development Goals (MDGs). Di dalam konferensi international tentang pembiayaan pembangunan di Meksiko, pemimpin dari negara maju dan negara berkembang mulai mencapai titik temu tentang kesepakatan ini dalam bentuk sumber daya dan aksi, ditandai dengan perjanjian untuk melanjukan reformasi di bidang politik dan ekonomi oleh negara-negara berkembang dan akan dipadukan dengan dukungan dari negara maju dalam bentuk bantuan, perdagangan, pinjaman dan investasi. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta kepada Administrator Program Pembangunan PBB, Mark Malloc Brown, sebagai kepala dari UNDG, untuk mengkoordinasikan kampanye MDGs dan kegiatan monitoring di tingkat negara Sasaran KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun Amerika dan Uni Eropa bersedia memperkenalkan proyek air Halaman 2-1

21 minum untuk kehidupan bagi kawasan Afrika dan Asia Tengah. Lima agenda besar yang disepakati dapat dilihat pada Tabel 2.1. Indonesia sebagai salah satu negara yang berperan aktif dalam mempersiapkan KTT Johannesburg tersebut, yang ditandai dengan penyelenggaraan PrepCom IV di Bali, perlu menunjukan perhatian terhadap berbagai agenda yang telah dicapai. Khusus mengenai agenda air minum, bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22% SEKTOR Tabel 2.1. Komitmen KTT Bumi 2002 KOMITMEN Air dan Sanitasi Meningkatkan kualitas pada sanitasi dan akses air bersih, sd Meningkatkan pemakaian air bersih, terbarukan dan efisien. Energi Menaikkan akses energi 35% penduduk Afrika Konvensi anti desertifikasi di Afrika Pertanian Pengembangan program keamanan pangan Afrika, 2005 Mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati hingga 2010 Menjaga cadangan perikanan dunia dengan tenggat 2015 Keanekaragaman Membentuk jaringan perlindungan kawasan laut tahun 2015 Hayati Program dunia untuk perlindungan lingkungan kelautan dari pencemaran di daratan, tahun menghapus produksi bahan kimia yang merugikan manusia Mengurangi polusi udara Kesehatan Meniadakan bahan perusak ozon, tahun 2010 Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan paska gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif Tujuan/Goals yang Disepakati Dengan Millennium Development Goals, pada tahun 2015 semua negara anggota PBB akan: a. MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang hidup dengan biaya kurang dari US$ 1 per hari. Halaman 2-2

22 Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang menderita kelaparan. b. MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR SECARA UNIVERSAL Memastikan bahwa semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, menamatkan pendidikan dasar. c. MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER DAN MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN Menghapuskan disparitas gender dalam pendidikan dasar dan lanjut pada 2005, dan dalam semua tingkat pendidikan pada d. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA Menurunkan hingga dua pertiga tingkat kematian pada anak balita. e. MEMPERBAIKI KESEHATAN IBU BERSALIN Menurunkan hingga tiga perempat angka kematian pada ibu bersalin. f. MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT LAINNYA Mencegah dan mulai menekan tingkat penyebaran HIV/AIDS. Mencegah dan mulai menekan angka insidensi malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya. g. MENJAMIN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan dan program negara, memulihkan sumber daya lingkungan yg telah hilang. Mengurangi hingga separo penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Mencapai perbaikan yang signifikan kehidupan dari sedikitnya 100 juta masyarakat penghuni daerah kumuh pada h. MEMBANGUNAN KERJA SAMA GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Mengembangkan sistem perdagangan dan finansial yang terbuka berbasis peraturan, dapat diprediksi dan non-diskriminasi. Termasuk suatu komitmen terhadap good governance, pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, secara nasional dan internasional. Halaman 2-3

23 Memahami kebutuhan negara-negara yang paling tertinggal. Hal ini termasuk akses pembebasan tarif dan kuota ekspor mereka; mengurangi beban masyarakat negara-negara miskin; pembatalan utang bilateral resmi; dan pemberian bantuan asistensi pembangunan yang lebih banyak untuk negaranegara miskin yang berkomitmen memberantasa kemiskinan. Memahami kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara terpencil dan kepulauan. Terlibat secara menyeluruh dengan persoalan-persoalan utang negaranegara berkembang menggunakan ukuran-ukuran nasional dan internasional untuk menjadikan utang jangka panjang. Bersama negara-negara maju mengembangkan kegianan yang positif dan produktif bagi generasi muda. Bersama perusahaan-perusahaan farmasi, menyediakan akses terhadap obat esensial yang terjangkau di negara-negara sedang berkembang. Bekerjasama dengan sektor swasta menyediakan manfaat teknologi baru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG Memperbaiki akses penyediaan air minum dan sanitasi dan memperbaiki pengelolaan sumber daya air merupakan langkah kunci dalam menghadapi tantangan dan pencapaian sasaran MDG yang lain. Keterkaitan air dengan sasaran-sasaran MDG ditampilkan pada Tabel 2.2. Pengembangan Sasaran Pengurangan kemiskinan dan kelaparan Pendidikan dasar Promosi kesetaraan gender Tabel 2.2. Keterkaitan Antara Air dan Sasaran MDG yang lain Terkait dengan air minum dan sanitasi Pengelolaan sumber daya air yang buruk, air minum yang tidak aman bagi kesehatan dan keterbatasan sanitasi merupakan kunci keterkaitan keamanan siklus makanan, keterbelakangan, penyakit, kekurangan gizi dan kemiskinan. Budi daya pertanian yang terpadu menyediakan sebagian besar makanan bagi dunia, dan irigasi menggunakan lebih dari 70% penggunaan air dunia. Penyakit diare dan parasit mengurangi kehadiran anak di sekolah. Anak perempuan biasanya tidak masuk sekolah kecuali ada kakus khusus untuk wanita. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air sering menghambat anak-anak untuk hadir di sekolah, khususnya anak perempuan, karena mendapatkan air sering menjadi tugasnya. Guru tidak dapat hidup di area tanpa air dan sanitasi yang memadai. Perempuan menghadapi risiko buruknya kesehatan dan kurangnya sanitasi atau sarana mandi, karena ketidaktersediaan air. Halaman 2-4

24 Mengurangi kematian anak. Perbaikan kesehatan persalinan Memerangi penyakit (HIV/AIDS, malaria dan lainnya) Keberlanjutan lingkungan Kemitraan global untuk pembangunan Sumber : DFID, Maret 2004 Peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan tanggung jawabnya, dan pembagian yang lebih seimbang pada pekerja perempuan akan membantu perbaikan status perempuan. Diare menyebabkan kematian 2 (dua) juta anak-anak per tahun. Kehamilan yang sehat dan perbaikan higienis para pekerja perempuan, memperbaiki risiko terhadap penyakit persalinan, kebiasaan cuci tangan merupakan kebiasaan yang efektif untuk mengurangi penularan penyakit. Beban penyakit secara global; 23 % karena buruknya kesehatan lingkungan, 75% di antaranya adalah diare. Perawatan terhadap pengidap HIV lebih efektif apabila tersedia air dan makanan. Ibu yang tertular HIV membutuhkan air untuk menyiapkan makanan. Pengelolaan air yang baik mengurangi peluang tempat nyamuk malaria bertelur. Air yang aman dan higienis penting untuk mengurangi parasit termasuk penyakit trakhoma dan kaki gajah. Pengelolaan sumber daya air yang baik merupakan kunci untuk keberlanjutan lingkungan. Sumber daya air terancam oleh kerusakan lingkungan. Perbaikan kesehatan masyarakat dapat memperbaiki degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh urbanisasi. Kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat dapat meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi kepada masyarakat miskin. Walaupun dampak terburuk kekurangan air dan sanitasi menimpa masyarakat miskin, namun ternyata perhatian terhadap permasalahan ini masih sangat kurang. Sementara di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara sasaran pecapaian akses kemungkinan besar bisa dicapai, tantangan besar masih pada sub-wilayah tertentu. Pada perkembangan kemajuan saat ini, di Afrika Sub-Sahara, target pencapaian baru bisa dilampaui pada tahun Terdapat kendala kekurangan informasi, namun berdasarkan data yang ada, 44 negara sudah pada arah yang benar, dan akan bisa mencapai target yang ditentukan Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air yang baik, perkotaan dan perdesaan, adalah persentase penduduk yang menggunakan jenis-jenis sumber air minum berikut ini: air ledeng, hidran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan. Sumber air minum yang baik tidak termasuk air pedagang keliling (water vendor), air kemasan, air dari tangki, sumur tak terlindung, dan mata air tak terlindung. 1 DFID, Maret 2004 Halaman 2-5

25 Tabel 2.3. Kategori jenis-jenis sumber air menurut MDG Kategori baik Kategori tidak baik 1. Air ledeng 1. Air dari pedagang keliling 2. Hidran umum 2. Air kemasan 3. Sumur bor / sumur pompa 3. Air dari truk tangki 4. Sumur terlindung 4. Sumur tak terlindung 5. Mata air terlindung 5. Mata air tak terlindung 6. Air hujan Sumber : United Nation Development Group (2003) Alasan penggunaan indikator teknologi sumber air adalah sumber air yang baik biasanya akan menghasilkan air yang sehat. Sedangkan air kemasan tidak dimasukkan dalam kriteria yang memenuhi syarat bukan karena kualitasnya tidak memenuhi syarat, melainkan karena tidak memenuhi definisi akses. Data sumber-sumber air minum di Indonesia paling rinci didapat dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (SKR) sebagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik. Dari rincian data yang tersedia pada SKR, kategori jenis-jenis sumber air sesuai kategori MDG adalah: Tabel 2.4. Kategori MDG Jenis-jenis Sumber Air Menurut BPS Kategori baik Kategori tidak baik 1. Air ledeng 1. Air kemasan 2. Sumur bor/pompa 2. Sumur tak terlindung 3. Sumur terlindung 3. Mata air tak terlindung 4. Mata air terlindung 4. Sungai 5. Air hujan 5. Lainnya (danau/waduk) Meskipun tidak persis sama dengan kategorisasi MDG, kategori tersebut di atas cukup memenuhi kriteria, dan akan digunakan dalam penghitungan target dan pencapaian akses air minum sehat di Indonesia. Halaman 2-6

26 BAB 3 TIPOLOGI LHOKSUMAWE

27 Gambar BAB 1 3 TIPOLOGI LHOKSEUMAWE 3.1. Umum Kota Lhokseumawe diresmikan sebagai Kota administratif yang terpisah dari kabupaten Aceh Utara selaku kabupaten induknya melalui PP No. 32 Tahun Sejak tanggal 21 Januari 2001 kota Lhokseumawe berubah statusnya menjadi Kotamadya melalui Undang-Undang No.2/2001 tentang pembentukan kota Lhokseumawe ynag meliputi 3 kecamatan yaitu Blang Mangat, Muara Dua, dan kecamatan Banda Sakti. Luas wilayah Kota Lhokseumawe tahun 2003 sekitar Ha. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur. Batas Geografis wilayah Kota Lhokseumawe adalah sbb: > Sebelah Utara dengan Selat Melaka > Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara > Sebelah Barat dengan kabupaten Aceh Utara > Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Utara No Kecamatan Tabel 3.1 Luas Kecamatan di Kota Lhokseumawe Ibu Kota Kecamatan Luas Jumlah Kelurahan Wilayah (Ha) Desa Kelurahan Total 1 Blang Mangat Punteut Muara Dua Cunda Banda Sakti Lhokseumawe Jumlah Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka tahun 2004 Halaman 3-1

28 Gambar 3.1. Peta Administrasi Kota Lhoksumawe Halaman 3-2

29 3.2. Kondisi Fisik dan Lingkungan Tata Guna Lahan Luas daratan kota Lhokseumawe adalah seluas Ha dan sekitar 65 % dari total luas kota Lhokseumawe pada tahun 2002 adalah kawasan terbangun. Komposisi utama guna lahan di Lhokseumawe adalah ruang terbuka hijau sebesar 31,1 % dan perumahan sebesar 25,9 %. Sedangkan sisanya adalah persawahan 10,6 %, gedung perkantoran 8,0%, kawasan hutan 4,1 %, dan lainlainnya sebesar 20,3 %. Tabel 3.2 engggunaan Lahan di Kota Lhokseumawe Tahun 2002 Jenis Penggunaan Lahan No Kecamatan Gedung Perumhan Pkantoran RTH Persawah Hutan Lainnya A. BLANG MANGAT 1, , Alue Lim Blang Buloh Mane Kareung Asan Kareung Rayeuk Kareung Kumbang Punteut Blang Punteut Ulee Blang Mane Keude Punteut Mesjid Punteut Tunong Baloy Teungoh Blang Teue Jambo Timu Mesjid Meuraksa Blang Cut Kuala Meuraksa Jeuleukat Blang Weu Panjou Blang Weu Baroh Seuneubok B. MUARA DUA 2,775 1,377 2,692 1, ,340 1 Cot Trieng Paloh Bate Lhok Mon Puteh Cot Girek Manyang Blang Crum Alue Awe Cut Mamplam Meunasah Mee Meunasah Blang /BLT Uteun Kot Blang Pohroh Paya Punteut Keude Cunda Meunasah Mesjid Panggoi Paya Bili Meunasah Alue Halaman 3-3

30 Jenis Penggunaan Lahan No Kecamatan Gedung Perumhan Pkantoran RTH Persawah Hutan Lainnya 19 Paloh Punti Meunasah Dayah Blang Panyang Meuria Blang Pulo Batu Phat Timur Padang Sakti Ujong Pacu Blang Naleung Mame Batu Phat Barat C. BANDA SAKTI Mon Geudong Keude Aceh Pusong Lama Pusong Baru Lhokseumawe Simpang Empat Lancang Garam Kampung Jawa Baru Tumpok Teungoh Kuta Blang Uteun Bayi Banda Masem Ujong Blang Ulee Jalan Hagu Barat Lut Hagu Teungoh Hagu Selatan Kampung Jawa Lama Jumlah 4,696 1,450 5,641 1, ,671 Sumber : Data Podes Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmidt Fergusson (1952) Kota Lhokseumawe mempunyai type iklim A dan B seperti daerah trofis lainnya, iklim sangat dipengaruhi oleh angin yang senantiasa bertukar setiao tahunnya, sehingga terdapat dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim Hujan terjadi dari bulan September sampai dengan bulan Februari dan musim kemarau mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Sedangkan curah hujan mencapai mm per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 189 hari setiap tahunnya. Suhu siang hari pada musim kemarau di kota Lhokseumawe berkisar 32 0 C sedangkan dimalam hari suhu berkisar 24 0 C C. Halaman 3-4

31 Topografi Kemiringan lahan diwilayah Kota Lhokseumawe sangat bervariasi yaitu dari dataran sampai kawasan perbukitan. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0-2 % adalah sebesar terdapat di bagian pesisir timur dan tengah Kota Lhokseumawe yang meliputi sebagian besar Kelurahan/Desa. Sementara wilayah yang berbukit-bukit meliputi 12 desa yang terutama terdapat di kecamatan Blang Mangat dan kecamatan Muara Dua. Keadaan topografi kota Lhokseumawe relatif datar dengan kemiringan antara 0-8% pada kawasan pusat kota, serta kemiringan 8-15% pada kawasan selatan kota, kondisi topografi ini menunjukan tidak hambatan untuk pengembangan fisik kota atau mempunyai kememapuan yang tinggi sebagai tempat untuk menampung perkembangan kegiatan kota Lhokseumawe. Lahan yang relatif datar dan rendahnya prmukaan lahan kota dari permukaan laut, maka perlu diperhatikan penangan sistem drainase kota segai saluran pengendali banjir kota dan saluran limbah rumah tangga. Dari segi hidrologi, Kota Lhokseumawe dilalui oleh sungai Krueng Cunda, kreung Meuraxa dan anak-anak sungai lainnya. Keberadaan sungai ini akan menjadi pembatas dalam perkembangan fisik kota Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2004 (sebelum tsunami) adalah sebesar jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa dan pada tahun 2005 (setelah tsunami) sebesar jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kota Lhokseumawe pada tahun 2004 adalah sebesar unit. Bila diamati kepadatan penduduk di Kota Lhokseumawe, maka kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Banda Sakti dengan Kepadatan jiwa/km2 dan kecamatan dengan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Blang Mangat yaitu sebanyak 318 jiwa per Km2. Penyebaran penduduk di Kota Lhokseumawe pada tahun 2004 cenderung terkonsentrasi di wilayah bagian timur khususnya di kecamatan Bandar Sakti yang Halaman 3-5

32 mencakup 45,19 % dari jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar jiwa/km2. Hal ini terjadi sebagai akibat letak wilayah kecamatan tersebut yang sangat strategis dilalui oleh jalan negara Medan Banda Aceh dan lalu-lintas kendaraan antara propinsi/kabupaten. Kota Lhokseumawe mengalami perkembangan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk dari jiwa pada tahun 1993 dan meningkat menjadi jiwa pada tahun Pertumbuhan penduduk rata-rata kecamatan yang tercakup dalam Kota Lhokseumawe dari tahun 1993 s/d 2004 adalah sebesar 2,50 % per tahun maka diperkirakan pada tahun perencanaan 2011 jumlah penduduk Kota Lhokseumawe berjumlah jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah jiwa. Tabel 3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Lhokseumawe No Kecamatan Jumlah Penduduk Eksisting Proyeksi Blang Mangat , Muara Dua , Banda Sakti , Jumlah , Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka Tahun 2004 dan Hasil Analisa No Kelurahan/Desa Luas (Ha) Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Muara Dua Tahun 2005 Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Ha 1 Cot Trieng Paloh Bate Lhok Mon Puteh Cot Girek Manyang Blang Crum Alue Awe Cut Mamplam Meunasah Mee Meunasah Blang /BLT Uteun Kot Blang Pohroh Paya Punteut Keude Cunda Meunasah Mesjid Panggoi Paya Bili Meunasah Alue Paloh Punti Meunasah Dayah Blang Panyang Meuria Blang Pulo Batu Phat Timur Padang Sakti Halaman 3-6

33 No Kelurahan/Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Ha 26 Ujong Pacu Blang Naleung Mame Batu Phat Barat Jumlah Sumber : Data Podes 2006 Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Banda Sakti Tahun 2005 No Kelurahan/Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Ha 1 Mon Geudong Keude Aceh Pusong Lama Pusong Baru Lhokseumawe Simpang Empat Lancang Garam Kampung Jawa Baru Tumpok Teungoh Kuta Blang Uteun Bayi Banda Masem Ujong Blang Ulee Jalan Hagu Barat Lut Hagu Teungoh Hagu Selatan Kampung Jawa Lama Jumlah Sumber : Data Podes 2006 Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Kecamatan Blang Mangat Tahun 2005 No Kelurahan/Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk Jumlah Kepadatan Laki-laki Perempuan Total R.Tangga Pddk/Ha 1 Alue Lim Blang Buloh Mane Kareung Asan Kareung Rayeuk Kareung Kumbang Punteut Blang Punteut Ulee Blang Mane Keude Punteut Mesjid Punteut Tunong Baloy Teungoh Blang Teue Jambo Timu Mesjid Meuraksa Blang Cut Kuala Meuraksa Jeuleukat Blang Weu Panjou Blang Weu Baroh , Seuneubok Jumlah Sumber : Data Podes 2006 Halaman 3-7

34 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Berdasarkan komposisi penduduk menurut lapangan usaha pada tahun 2004, komposisi paling besar penduduk Kota Lhokseumawe bekerja disektor Konstruksi/bangunan yang mencapai jiwa (35,48 %), kemudian sektor industri pengolahan sebesar (24,88 %), sektor pertambangan sebesar jiwa (15,06%), sektor listrik/gas/air sebesar jiwa (6,26%), dan sektor pertanian sebesar jiwa (5,67%), sedangkam sisanya bekerja di sektor angkutan, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya. Tabel 3.7 Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Kota Lhokseumawe No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (Jiwa) ( % ) 1 Pertanian ,67 2 Pertambangan ,06 3 Industri Pengolahan ,88 4 Listrik/gas/air ,26 5 Konstruksi/Bangunan ,48 6 Perdagangan/Hotel 877 4,11 7 Pengangkutan/Komunikasi 465 2,18 8 Keuangan dan Perbangkan 904 4,24 9 Jasa Kemasyarakatan 454 2,13 Jumlah ,00 Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka tahun Perekonomian Kota Lhokseumawe Sektor Industri Keberadaan industri menengah dan kecil di kota Lhokseumawe berjumlah unit yang terdiri dari 225 unit usaha disektor formal dan 849 unit disektor nonformal dan dilokasi kecamatan Banda Sakti yang paling banyak menampung industri menengah dan kecil yaitu sebesar 60% (629 unit). Jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebesar orang disektor formal dan orang yang bekerja disektor non-formal. Sedangkan nilai investasi sektor industri menengah dan kecil pada tahun 2003 sebesar Rp. 9,74 milyar yang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 7,14 milyar. Bila dilihat dari jenis industrinya maka dari total unit usaha tersebut maka disektor logam/mesin/elektronika terdapat 475 unit usaha yang menyerap tenaga Halaman 3-8

35 kerja orang, disektor sandang/kulit/aneka industri 163 unit usaha yang menyerap tenaga kerja orang, dan disektor kimia & argo industri 436 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 850 orang. No Kecamatan Tabel 3.8 Jumlah Industri Kecil dan Menengah di Kota Lhokseumawe Tahun 2003 Jumlah Usaha (Unit) Jlh Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp ) Nilai Investasi (Rp ) Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For 1 Blang Mangat , ,0 411,9 539,2 2 Muara Dua , , , ,8 3 Banda Sakti , , ,6 1,644,1 Jumlah ,6 4926, ,1 Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka Tahun 2004 Tabel 3.9 Pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Kota Lhokseumawe Tahun 2003 Tahun Perkembangan Jenis Industri Satuan Selisih Laju (%) A Logam/mesin dan Elektronika 1. Unit Usaha Unit ,24 2. Tenaga Kerja orang ,49 B C Sandang/Kulit dan Aneka Industri 1. Unit Usaha Unit ,17 2. Tenaga Kerja orang ,06 Kimia dan Argo 1. Unit Usaha Unit ,93 2. Tenaga Kerja orang ,17 Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) A. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi wilayah dalam hal ini adalah gambaran keterkaitan sektor secara sektoral dan spasial. Secara sektoral, perekonomian Kota Lhokseumawe tahun 2004 sangat didominasi oleh sektor Migas dalam hal ini adalah industri pengolahan produk Migas yang dihasilkan oleh Kabupaten Aceh Utara, yaitu sekitar 76,47 % dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun Halaman 3-9

36 2004 PDRB (dengan Migas) Kota Lhokseumawe adalah sebesar Rp ,79 milyar. Apabila sektor Migas dikeluarkan dari PDRB (Tanpa Migas) kota Lhokseumawe, maka sektor perdagangan/hotel/restoran dan sektor Pertanian mempunyai peran yang dominan dalam perekonomian kota Lhokseumawe yaitu sekitar 64,97 % dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2004 PDRB (tanpa Migas) kota Lhokseumawe adalah sebesar Rp ,65 milyar atau hanya menyumbang sebesar 7,38 % dari total PDRB (Tanpa Migas) propinsi NAD yang sebesar ,83 milyar. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah yang terbesar terhadap PDRB kota Lhokseumawe berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 yaitu sebesar 47,48 %, kemudian disusul oleh sektor pertanian sebagai penyumbang kedua terbesar yaitu sebesar 17,49 %, berikutnya adalah sektor jasa-jasa memberi kontribusi sebesar 10,36 %, dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,80 %, serta sektor jbangunan/konstruksi memberi kontribusi sebesar 9,19 %. Sedangkan sektor lainnya yakni pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor industri pengolahan non migas, sektor bangunan/konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya memberikan kontribusi di bawah 5,0 %. Berdasarkan atas harga berlaku, kontribusi sektor primer seperti sektor pertanian mengalami penurunan cukup signifikan dan hal yang sama juga terjadi untuk sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor jasa-jasa dan sektor bangunan/konstruksi mengalami peningkatan walaupun relative kecil, masingmasing menjadi 10,36 % dan 9,19 %, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan cukup besar dari 45,79 % pada tahun 2000 menjadi 47,48 % pada tahun Sedangkan sektor lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan, seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor sektor listrik dan air minum, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Halaman 3-10

37 Tabel 3.10 Perbandingan Struktur Ekonomi Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Kota Lhokseumawe (%) Propinsi NAD (%) Pertanian 18,83 18,42 18,15 17,49 40,59 39,12 39,62 40,41 2. Pertambangan dan Penggalian 0,48 0,49 0,51 0,51 0,92 0,92 0,91 0,92 3. Industri Pengolahan 6,08 5,48 4,95 4,47 6,94 10,07 9,41 6,92 4. Listrik dan Air Minum 0,14 0,17 0,18 0,19 0,25 0,30 0,39 0,43 5. Bangunan/Konstruksi 9,55 9,49 9,48 9,19 7,16 7,44 7,23 7,40 6. Perdagangan, hotel, restoran 45,72 46,48 47,10 47,48 24,35 22,06 20,81 19,95 7. Pengangkutan & komunikasi 10,33 10,18 10,08 9,80 7,34 7,45 7,57 7,72 8. Keuangan, persewaan, jasa -0,05 0,29 0,61 0,50 1,31 1,64 1,89 1,94 9. Jasa-jasa 8,92 8,99 8,95 10,36 11,13 11,02 12,17 14,33 TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004 Tabel 3.11 PDRB Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Lapangan Usaha Kota Lhokseumawe Propinsi NAD Pertanian 239,17 268,74 298,11 334,25 365, , ,03 2. Pertambangan dan Penggalian 5,75 6,78 7,99 9,39 10,73 236,19 259,28 3. Industri Pengolahan 85,18 86,83 88,71 91,21 93, , ,85 4. Listrik dan Air Minum 1,75 2,03 2,71 3,26 3,91 100,65 120,87 5. Bangunan/Konstruksi 106,78 136,36 153,50 174,59 192, , ,01 6. Perdagangan, hotel, restoran 580,01 652,51 752,07 867,57 993, , ,43 7. Pengangkutan & komunikasi 133,57 147,41 164,77 185,76 205, , ,41 8. Keuangan, persewaan, jasa -461,79-779,34 4,76 11,19 10,40 488,86 548,11 9. Jasa-jasa 114, ,24 145,41 164,80 216, , ,82 TOTAL PDRB 1266,6 1427,1 1618,0 1842,0 2091, , ,83 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004 Tabel 3.12 PDRB Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) Lapangan Usaha Kota Lhokseumawe Propinsi NAD Pertanian 239,17 242,88 246,75 253,27 261, , ,7 2. Pertambangan dan Penggalian 5,75 6,06 6,41 6,76 7,23 185,8 190,1 3. Industri Pengolahan 85,18 78,35 77,24 73,68 69, , ,7 4. Listrik dan Air Minum 1,75 1,74 1,89 2,05 2,18 50,5 60,4 5. Bangunan 106,78 110,32 115,71 120,65 126, , ,4 6. Perdagangan, hotel, restoran 580,01 589,93 605,59 634,82 668, , ,4 7. Pengangkutan & komunikasi 133,57 135,83 138,33 143,25 147, , ,9 8. Keuangan, persewaan, jasa -461,79 3,80 10,21 8,34 6,17 408,7 480,6 9. Jasa-jasa 114,90 122,43 124,84 127,76 133, , ,0 TOTAL PDRB 1266,6 1291,3 1326,0 1370,6 1422, , ,42 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004 Halaman 3-11

38 B. Pertumbuhan Ekonomi Salah satu hakekat pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi di kota Lhokseumawe yang secara keseluruhan dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya melambat, maka dalam hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka apabila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut otomatis akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada tahun 2001 perekonomian kota Lhokseumawe mulai menunjukan peningkatan walaupun pertumbuhanya masih 12,67 %, namun bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Propinsi NAD yang 5,98 %, perekonomian kota Lhokseumawe relative jauh lebih baik. Peningkatan ini terus berlanjut hingga tahun 2004, dimana pertumbuhan ekonomi kota Lhokseumawe sudah mencapai 13,55 %, sedangkan pada tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Propinsi NAD relative lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 9,40 %. Tabel 3.13 Tingkat Pertumbuhan PDRB Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) (Atas Dasar Harga Berlaku) Lapangan Usaha Kota Lhokseumawe (%) Propinsi NAD (%) Pertanian 12,36 10,93 12,12 9,47 11,13 11,23 11,32 11,59 2. Pertambangan dan Penggalian 18,03 17,86 17,42 14,30 13,17 14,94 9,07 9,78 3. Industri Pengolahan 1,94 2,16 2,82 2,41-26,68 67,51 2,76-19,56 4. Listrik dan Air Minum 16,09 33,65 20,16 19,82 17,70 35, ,09 5. Bangunan 27,70 12,57 13,74 10,15-16,39 19,85 6,81 12,00 6. Perdagangan, hotel, restoran 12,50 15,26 15,36 14,48 15,91 4,52 3,70 4,87 7. Pengangkutan & komunikasi 10,36 11,78 12,74 10,40 12, ,78 11,49 8. Keuangan, persewaan, jasa 68,77 710,5 135,1 7,02 15,57 43,71 26,84 12,12 9. Jasa-jasa 10,74 14,28 13,34 31,49 10,11 14, ,80 TOTAL PDRB 12,67 13,38 13,84 13,55 5,98 15,40 9,92 9,40 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004 Halaman 3-12

39 C. PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional Per Kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2004 PDRB (Dengan Migas) per kapita kota Lhokseumawe berdasarkan atas harga berlaku (ADHB) senilai 55,82 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 7,37 % dibandingkan tahun 2003 yang senilai 51,99 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan pendapatan regional per kapita tahun 2004 naik sebesar 7,46 % menjadi 53,39 juta rupiah dibandingkan tahun Sementara dibandingkan dengan Propinsi NAD, PDRB (Dengan Migas) perkapita Propinsi NAD pada tahun 2004 hanya sebesar 11,33 juta rupiah sedangkan pendapatan regional per kapitanya hanya sebesar 10,45 juta rupiah. Jika dilihat PDRB (Dengan Migas) per kapita kota Lhokseumawe berdasarkan atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000, maka pada tahun 2004 adalah senilai 40,98 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 1,22 % dibandingkan tahun 2003 yang senilai 40,48 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan pendapatan regional per kapita tahun 2004 naik sebesar 1,11 % menjadi 38,88 juta rupiah dibandingkan tahun Sementara dibandingkan dengan Propinsi NAD, PDRB (Dengan Migas) perkapita Propinsi NAD pada tahun 2004 hanya sebesar 9,38 juta rupiah sedangkan pendapatan regional per kapitanya hanya sebesar 8,65 juta rupiah. Tabel 3.14 Perbandingan PDRB Per Kapita Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Dengan Migas) Kota Lhokseumawe Propinsi NAD Tahun Nilai Pertumbuhan Nilai (Rupiah) (%) (Rupiah) Pertumbuhan (%) Atas Dasar Harga Berlaku ,80 7, ,00 2, ,89 5, ,00 9, ,41 0, ,00 20, ,99 31, ,00-6, , ,00 - Halaman 3-13

40 Kota Lhokseumawe Propinsi NAD Tahun Nilai Pertumbuhan Nilai (Rupiah) (%) (Rupiah) Pertumbuhan (%) Atas Dasar Harga Konstan ,44 1, ,00-6, ,93 1, ,00 4, ,54 1, ,00 22, ,52 4, ,00-12, , ,00 - Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Tahun 2004 dan Propinsi Aceh Tahun 2004 Tabel 3.15 Perbandingan Pendapatan Regional Per Kapita Kota Lhokseumawe dan Propinsi NAD (Dengan Migas) Kota Lhokseumawe Propinsi NAD Tahun Nilai Pertumbuhan Nilai (Rupiah) (%) (Rupiah) Pertumbuhan (%) Atas Dasar Harga Berlaku ,14 7, ,00 4, ,39 5, ,00 8, ,68 0, ,00 18, ,68 31, ,00-5, , ,00 - Atas Dasar Harga Konstan ,47 1, ,00-4, ,64 1, ,00 4, ,41 1, ,00 19, ,52 4, ,00-11, , ,00 - Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Tahun 2004 dan Propinsi Aceh Tahun Keuangan Daerah (APBD) Pada tahun 2004 total penerimaan APBD kota Lhokseumawe adalah sebesar Rp. 171,00 milyar atau turun sebesar 3,6 % dari tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Lhokseumawe tahun 2004 adalah sebesar Rp. 7,43 milyar. Penerimaan dari pajak daerah adalah sebesar Rp. 5,85 milyar atau 78,73 % dari PAD dan penerimaan dari restribusi daerah adalah sebesar Rp. 275 juta atau 3,70 % dari PAD. Pada tahun 2004, PAD per kapita kota Lhokseumawe adalah jumlah PAD dibagi dengan jumlah penduduk adalah sebesar Rp Sedangkan pada tahun 2004 total Dana Perimbangan adalah sebesar Rp. 152,26 milyar atau meningkat sebesar 0,5 % dari tahun Total Bagi Hasil Pajak adalah sebesar Rp. 18,89 milyar atau 12,41 % dari Dana Perimbangan, total DAU adalah sebesar Rp. 98,42 milyar atau 64,64 % dari Dana Perimbangan, dan total DAK adalah sebesar Rp 9,5 milyar atau 6,24 % dari Dana Perimbangan. Bantuan Halaman 3-14

41 Pemerintah Pusat berupa DAU dan DAK kepada kota Lhokseumawe terus meningkat dari tahun ke tahun, Besarnya kontribusi DAK dan DAK dalam APBD kota Lhokseumawe pada tahun 2004 adalah sebesar 63,12 %. Kondisi ini menunjukan bahwa kota Lhokseumawe sangat tergantung dari bantuan Pemerintah Pusat untuk melaksanakan kegiatan pembangunan didaerahnya. Belanja Aparatur Daerah pada tahun 2004 dalam APBD kota Lhokseumawe adalah sebesar Rp. 97,72 milyar atau 43,82 % dari total belanja daerah, sedangkan Belanja Pelayanan Publik adalah sebesar Rp. 124,05 milyar atau 56,18 % dari total belanja daerah. Komposisi yang terbesar dari Belanja Pelayan Publik adalah untuk belanja admistrasi umum seperti belanja pegawai dan perjalanan dinas, serta belanja barang & jasa kebutuhan pegawai, yaitu sebesar 46,51 milyar atau 37,50 %. Table 3.16 Penerimaan APBD Kota Lhokseumawe (Rp. Juta) Katagori Pertumbuhan (%) 1. P A D 9,686 7, % a. Pajak Daerah 6,770 5, % b. Restribusi Daerah % c. Hasil BUMD d. Lain-lain 2,648 1, % 2. Dana Perimbangan 151, , % a. Bagi Hasil Pajak 23,641 18, % b. Bagi Hasil Bukan Pajak 36,740 25, % c. D A U 87,340 98, % d. D A K 3,715 9, % 3. Lain-lain Pendapatan 16,195 11, % TOTAL PENERIMAAN 177, , % Sumber : Kota Lhokseumawe dalam Angka 2004 Table 3.17 Pengeluaran APBD Kota Lhokseumawe (Rp. Juta) Katagori Pertumbuhan (%) 1. Belanja Aparatur Daerah 57,557 96, % 2. Belanja Pelayanan Publik 101, , % a. Adminstrasi Umum 44,541 46, % b. Operasi & Pemeliharaan 6,239 5, % c. Penambahan Barang Modal 14,549 24, % d. Bagi Hasil dan Bantuan 29,633 40, % e. Belanja Tak Terduga 6,062 6, % TOTAL PENGELUARAN 158, , % Sumber : Kota Lhokseumawe dalam Angka 2004 Halaman 3-15

42 3.5. Infrastruktur Prasarana dan Sarana Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum Sistem penyediaan air minum di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara dikelola oleh operator yang sama yaitu PDAM Tirta Mon Pase dengan sistem IPA lengkap. Pada sistem IPA lengkap terdapat sumber air baku, sistem transmisi, pengolahan lengkap, dan distribusi yang sebagian besar sudah dibuat dengan system zona pada pelayanannya. Sumber air baku yang digunakan berasal dari air permukaan yaitu sungai Krueng Pase dengan kapasitas debit lt/detik, Kreung Mane kapasitas debit lt/detik, dan Kreung Keureutau kapasitas debit lt/detik. Sedangkan sumur bor berada di Simpang Keramat (Alue Liem) dengan kapasitas terpasang 65 lt/detik. Total produksi air minum yang dikelola PDAM Tirta Mon Pase pada saat ini adalah sebesar 305 lt/detik yang berasal dari 8 IPA dan 1 sumur bor yang masih beroperasi. Sistem penyediaan air minum IPA Krueng Pase merupakan sistem dengan pengolahan lengkap. Pada system IPA lengkap terdapat sumber air baku, system transmisi, pengolahan lengkap dan distribusi yang sebagaian sudah dibuat dengan sistem zona pada pelayanannya. Sumber air baku yang digunakan berasal dari air permukaan yaitu sungai Krueng Pase dengan kapasitas intake 100 lt/detik Instalasi pengolahan air minum di IPA Krueng Pase dikelola oleh PDAM Tirta Mon Pase. IPA Krueng Pase dengan konstruksi beton yang dibangun tahun 2003 memiliki kapasitas terpasang 100 lt/detik dan total produksi 95 lt/detik yang beroperasi selama 18 jam sehari. Pendistribusian dari IPA Krueng Pase melayani kota Lhokseumawe. Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2002 sekitar jiwa. Saat ini sambungan rumah IPA Krueng Pase adalah unit dengan jumlah penduduk yang terlayani mencapai jiwa atau 14,58% dari penduduk Lhokseumawe. Selain IPA Krueng Pase, PDAM Tirta Mon Pase juga menyediakan air bersih di kota Lhokseumawe dengan sumur bor di Simpang Keramat dengan kapasitas Halaman 3-16

43 terpasang 65 lt/detik dan total produksi 30 lt/detik yang beroperasi selama 22 jam sehari. Saat ini sambungan rumah instalasi sumur bor Simpang Keramat adalah unit dengan jumlah penduduk yang terlayani mencapai jiwa atau 7,8% dari penduduk Lhokseumawe. Sistem pelayanan air bersih yang ada di Kota Lhokseumawe dikelola oleh PDAM Tirta Mon Pase yang bergabung pengelolaannya dengan Kabupaten Aceh Utara. Adapun sumber air bersih ini berasal dari sungai atau air permukaan dan air tanah. Air permukaan bersumber dari daerah luar kota seperti Krueng Mane, Krueng Peusangan, dan Krueng Pase. Air permukaan (sungai) dapat dimanfaatkan sebagai air baku melalui pengolahan. Mengenai jenis dan tingkat pengolahannya dibutuhkan masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Sementara itu sumber air tanah yang berasal dari air tanah umum terdapat secara merata di seluruh penjuru kota. Namun perlu diingat bahwa air tanah ini kurang baik dijadikan sebagai sumber air baku, karena sebagian sumbersumber air tanah yang ada telah terintrusi air laut dan berwarna kekuningkuningan. Sistem pelayanan air bersih yang ada di Kota Lhokseumawe khususnya kawasan Banda Sakti dimanfaatkan dari Blang rayeuk dengan debit sebesar 20 liter/detik. Jumlah debit air ini dirasakan sangat kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan kota, sehingga dimasa mendatang perlu dicari sumber air yang baru. Rencana pendistribusian ke penduduk dilakukan dengan sistem bercabang, dengan standar kebutuhan konsumsi air bersih adalah 150 liter/orang/hari, dan target pelayanan kebutuhan air bersih tahun perencanaan (2026) yaitu 80%. Berdasarkan standar air bersih dan target kebutuhan tersebut dapat diketahui rencana kebutuhan air bersih di Kota Lhokseumawe tahun 2011 yaitu sebesar liter/hari atau 460,68 liter/detik, dengan jumlah sambungan sebanyak sambungan. Pelayanan sambungan ini terdiri dari kebutuhan domestic dan non domestik yang meliputi kebutuahan untuk rumah tangga, kebutuhan social, kebutuahan komersial, institusi, dan lain-lain. Halaman 3-17

44 Sementara itu kebutuhan untuk saluran umum (kran umum) 10 % dari kebutuhan rumah tangga yaitu sebesar 46,07 liter/detik, kebutuhan fasilitas (perkantoran, komersial, umum dan social) sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga yaitu sebasar 92,14 liter/detik, dan kebutuhan industri 20 % dari kebutuhan rumah tangga yaitu sebesar 92,14 liter/detik. Tingkat kebocoran keseluruhannya diasumsikan sekitar 20 % dari total pemakai yakni 20 % x (460, , , ,14 liter/detik) dengan jumlah 138,21 liter/detik. Total kebutuhan air bersih keseluruhannya adalah 829,24 lt/dt. Sementara itu menurut buku Kota Lhokseumawe Dalam Angka tahun 2004, penyediaan Air minum yang dikelola oleh PDAM di Lhokseumawe telah melayani hampir seluruh kota Lhokseumawe. Total jumlah pelanggan PDAM tahun 2004 di kota Lhokseumawe adalah sebesar pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak m3. Table 3.18 Jumlah Pelanggan PDAM Kota LhokseumaweTahun 2004 Klasifikasi Jumlah Pelanggan Jumlah Konsumsi Air (m3) 1. Rumah Tangga Hotel/Objek Wisata BS/Rumah Sakit Tempat Peribadatan Sarana/Fasilitas Umum Industri/Perusahaan/Toko Instansi/Kantor Pemerintahan Pelabuhan Lain-lain - - TOTAL Sumber : Kota Lhokseumawe dalam Angka 2004 Untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dimasa yang akan datang, perlu ditingkatakan ruang lingkup atau jangkauan pelayanannya yaitu berupa penambahan langganan dan jaringan di wilayah yang belum terjangkau oleh sistem distribusi. Rencana program sistem penyediaan air bersih Kota Lhokseumawe diuraikan sebagai berikut: Halaman 3-18

45 a. Pengoperasian dan pengoptimalan kapasitas instalasi pengolahan air bersih, guna didistribusikan ke wilayah perkotaan dengan target awal 80% penduduk dilayani. b. Pembangunan reservoir distribusi. c. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi. d. Pendistribusian pelayanan berupa sambungan rumah maupun kran umum. e. Pembuatan sarana kran umum bagi kawasan pemukiman yang padat dan berpenghasilan rendah. f. Peyuluhan pada masyarakat, mengenai arti pentingnya air bersih berkaitan dengan sistem yang mungkin diterapkan. g. Penelitian lebih lanjut tentang keberadaan sumber-sumber air potensial bagi airbaku air bersih. h. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan yang ada dengan menambah kapasitas dan kemungkinan pemanfaatan sumber air baru. i. Peningkatan pelayanan ke penduduk hingga melebihi 80%, dengan menekan angka bocoran sampai dibawah 20%. j. Perlindungan secara ketat daerah resapan air bagi kelestarian kontinuitas air tanah. k. Kemungkinan pengembangan dengan jaringan perpipaan air bersih yang ada Persampahan Sampah yang dihasilkan di Kota Lhokseumawe terdiri dari sampah yang berasal dari domestic dan non domestic. Sampah yang berasal dari domestic ditampung ditempat penampungan sementara yang berupa bak-bak sampah yang selanjutunya diangkut oleh truk sampah (dump truck) menuju ke tempat pembuangan akhir yang berada di Alue Lim dengan sistem open dumping. Dengan standar besaran jumlah sampah yang ditimbulkan oleh rumah tangga (domestik) sebesar 1,5 liter/hari, maka dapat diperoleh jumlah produksi sampah domestic Kota Lhokseumawe hingga akhir tahun 2026 yaitu sebesar Halaman 3-19

46 liter/hari. Jumlah sampah non-domestic adalah 40% dari sampah domestic, yaitu sebesar liter/hari. Total produksi sampah ini keluruhannya adalah sebesar liter/hari. A. Operasi Pengelolaan Persampahan a. Pewadahan Pola pewadahan berupa pola pewadahan individual dan komunal, bahan yang digunakan untuk pewadahan harus kuat, kedap air, mudah untuk dikosongkan/diperbaiki. Penempatan wadah untuk sistem individual diletakkan dekat rumah untuk pemukiman, dan diletakkan di belakang untuk pertokoan. Penempatan wadah untuk sistem komunal tidak mengambil lahan trotoar, sedekat mungkin dengan sumber sampah dan diletekkan di tepi jalan besar. b. Pengumpulan Sampah Terdapat 2 (dua) sistem pengumpulan sampah yaitu: > Sistem Pelayanan individual > Sistem pelayanan komunal Dalam pelaksanaan sistem pengumpulan sampah ini dibagi dalam 4 (empat) system dengan gambaran sebagai berikut : a. Sistem pelayanan door to door, dengan truk kecil dan dikumpulkan di transfer depo atau dibawa langsung ke TPA b. Sistem pelayanan dengan door to door dengan gerobak dan dikumpulkan di transfer depo/tempat penampungan sementara c. Sistem pelayanan komunal, masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan/ disediakan d. Sistem dengan cara memusnahkan sampah sendiri. c. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah menggunakan dump truck, arm rool truck dan mobil patroli untuk diangkut ke lokasi pembuangan akhir. Dalam pengangkutan sampah untuk pemukiman dilakukan pada pagi hari, dengan pertimbangan Halaman 3-20

47 bahwa umumnya di lingkungan pemukiman penduduk pada pagi hari melakukan kegiatan/aktifitas diluar seperti pergi kerja, sekolah, dan ke pasar. Sebaliknya untuk lingkungan pasar dan industri, pengambilan sampah dilakukan pada malam hari, dengan pertimbangan pada malam hari aktifitas di pasar tidak berjalan dan segi sanitasinya dapat terjaga. Kebutuhan sarana peralatan dalam pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe adalah berupa bisnis dengan volume 40 liter yang disediakan untuk melayani penduduk dengan kegiatan pengumpulan 2 hari sekali, gerobak sampah dengan volume 1 m3 dengan pengangkutan 2 hari sekali (ditempatkan di pusat sub Bagian Wilayah Kota) dan TPS (ditempatkan di pusat Bagian Wilayah Kota) yang berupa container dengan volume 8 m3 melayani semua sampah. Sedangkan truk dengan jenis Container Truck mengangkut sampah yang berada di TPS dengan jadwal pengangkutan 2 kali sehari. B. Tempat Pembuangan Akhir Tempat pembuangan akhir yang dialokasikan di Alue Lim dengan Sistem Open Dumping sudah cukup bagus, dalam arti sistem pembuangan/ pemusnahan sampahnya dilakukan dengan penimbunan sampah yang dibuang serta membakarnya setiap akhir operasi. Lokasi TPA ini cukup representative, karena selain lokasinya agak jauh dari pemukiman penduduk, juga lahannya cukup luas. Untuk pengaturan lebih lanjut, diperlukan studi tersendiri, terutama dalam hal penelitian dampaknya terhadap lingkungan. Keuntungan dari sistem ini antara lain adalah : > Insekta yang biasa hidup di sampah tidak dapat berkembang biak karena habitat hidupnya tertutup tanah penutup. > Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap > Menimbun daerah rawa untuk pengembangan kota > Lahan yang tidak diperlukan lagi dapat dimanfaatkan kembali, misalnya sebagai lapangan olah raga dan sebagainya. Untuk penanganan persampahan ini dimasa mendatang perlu dicari alternative lokasi baru yang layak dan mudah dijangkau dan efisien. Halaman 3-21

48 Sanitasi dan Air Limbah Jumlah rumah tangga di Kota Lhokseumawe pada tahun 2004 adalah sebesar unit, dari jumlah tersebut sebagian besar penduduknya mengunakan fasilitas toilet/wc didalam rumah. Sedangkan hanya sebagian kecil pendudk Lhokseumawe yang menggunakan fasilitas toilet bersama/mck umum yaitu kecamatan Balang Mangat di kelurahan/desa Rayeuk Kareung, Jambo Timu, Mesjid meuraksa, dan Blang Weu Baroh. Sistem penanganan air limbah ditentukan dari kadar pencemaran : > Air limbah dari industri terlebih dahulu diadakan proses pembersihan/filtrasi. > Air limbah berasal dari rumah tangga, volumenya diperkirakan 70% dari jumlah pemakiaan yaitu sebesar 580,47 liter/detik. Dalam perencanaan sistem pembuangan air limbah pada dasarnya dikenal dua sistem pembuangan yaitu sistem pembuangan air limbah terpusat (off site) dan system pembuangan air limbah setempat (on site). Dalam sistem pembuangan air limbah setempat (on site) di Kota Lhokseumawe dianjurkan menggunakan metoda tangki septik atau cubluk (tunggal atau kembar). Tangki septik umumnya terletak dibawah tanah dimana air limbah dari kakus, kamar mandi, toilet dan air bekas lainnya dialirkan ke dalam tangki tersebut. Di dalam tangki akan terjadi pemisahan antara kotoran padat dan cair, kotoran yang meng-endap akan menjadi lumpur dan diuraikan oleh bakteri dalam keadaan an-aerobik, sedangkan effluent akan mengalir melalui bidang filteryang terdapat padatangki septik, yang terdiri dari pecahan batu kali, kerikil dengan lapisan yang berbeda diameter akan menambah bakteri yang terdapat dalam effluent. Setelah melalui bidang filter, maka effluent akan dialirkan menuju bidang resapan dandibuang melalui saluran terbuka karena sudah cukup aman. Walaupun septik tank direncanakan untuk melayani kebutuhan rumah tangga individual, tetapi dapatjuga menampung secara kolektif air limbah yang berasal dari komunitas. Lokasi septic tank dan bidang resapan direncanakan mempunyai jarak minimum terhadap rumah terdekat, jalan umum dan sumber air untuk Halaman 3-22

49 antisipasi kontaminasi pencemaran air. Jarak minimum diperkirakan sepanjang 15 meter. Penanganan pembuangan system on site dengan metoda tangki septik memerlukan transportasi Lumpur tinja untuk mengosongkan tangki. Untuk transportasi tersebut dapat digunakan truk tinja dengan kapasitas 2-4 meterkubik atau 6 meter kubik, serta dapat digunakan trailler untuk melayani penyedotan di daerah padat yang hanya tersedia jalan kecil/gang Drainase Sistem drainase yang direncanakan terdiri dari 2 (dua) macam,yaitu : > sistem pembuangan tertutup > sistem pembuangan terbuka Sistem saluran tertutup dapat dipergunakan pada kawasan-kawasan dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi (kawasan perdagangan di pusat-pusat kota). Sementara sistem saluran terbuka dipakai pada kawasan dengan kepadatan bangunan rendah dan kawasan perumahan. Dimensi saluran untuk kawasan padat dapat dipakai dengan ukuran lebih besar karena kapasitas peresapan di kawasan ini relative kecil. Saluran pembuangan akhir dapat dilanjutkan pada sistem jaringan outfall, yang sudah memiliki dimensidimensi terperinci serta segi-segi engineeringnya. Pedoman yang akan digunakan dalam perencanaan jaringan drainase di Kota Lhoksemawe adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Saluran primer diusahakan mengikuti pengeringan (pematusan) alami, sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola jaringan jalan. b. Mengalirkan air hujan kesaluran drainase secepatnya menuju badan air terdekat untuk menghemat panjang saluran. c. Jaringan drainase yang telah ada dimanfaatkan secara optimal seperti sungai, anak sungai ataupun saluran drainase primer sebagai saluran pembuang. d. Ekonomis dalam pembiayaan investasi dan pembuatannya. e. Mudah dalam pelaksanan. Halaman 3-23

50 Rencana pengembangan prasarana drainase ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan kawasan terbangun dan prasarana jalannya. Disamping itu perlu juga mengacu pada pokok-pokok perencanaan drainase di Kota Lhokseumawe. Perencanaan dan pelaksanaan program harus terpadu dengan pengendalian banjir dan program perbaikan jalan. Perencanaan sistem drainase Kota Lhoksumawe meliputi pembuatan sistem saluran primer, sekunder dan tersier (kawasan pemukiman), rehabilitas saluran yang kondisinya buruk, pemasangan pompa pemasangan pintu-pintu air. Strategi penanganan drainase Kota Lhokseumawe ini adalah : > Meningkatkan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana drainase yang ada. > penanganan diprioritaskan kepada pemeliharaan, rehabilitas dan peningkatan konstruksi/peningkatan kapasitas yang rawan banjir/genangan. > Perencanaan dan pelaksanaan program drainase harus terpadu dengan program pengendalian banjir dan program perbaikan jalan > Memasyarakatkan pembangunan sistem drainase yang berwawasan lingkungan Saluran pembuangan akhir yang direncanakan adalah Krueng Cunda dan Krueng Meuraxa serta alur-alur sungai lainnya, sedangkan saluran drainase primer terdapat disepanjang jalan utama (arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer), saluran drainase sekunder terdapat di sepanjang jalan kolektor sekunder dan jalan local, sedangkan saluran drainase tersier diarahkan pada jalan lingkungan pemukiman penduduk Jalan Kota Panjang jalan aspal di kota Lhokseumawe pada tahun 2003 adalah sepanjang 232,5 km yang meliputi jalan negara kelas II (21.98 Km), jalan Propinsi kelas III (3,6 km), dan jalan Kabupaten (206,92 km) dan bila dibandingkan dengan tahun 2002 terdapat peningkatan jalan aspal sepanjang 29,32 km (16,5%). Keberadaan jalan Negara dan jalan Propinsi kondisinya cukup baik sedangkan jalan kabupaten Halaman 3-24

51 yang rusak adalah sepanjang 132,90 km. Sedangkan jumlah kendaraan yang tercatat di Kepolisian Lhokseumawe pada tahun 2003 sebesar unit yang terdiri dari mobil penumpang sebesar 739 unit, mobil bis sebesar 375 unit, mobil barang sebesar unit, dan kereta tempelan sebesar 13 unit. Kondisi jalan aspal di pusat kota sangat baik dan cukup lebar menampung lalu lintas kendaraan walaupun dibeberapa tempat terjadi kemacetan karena luas jalan ynag mengecil. Sedangkan saluran drainase di kiri-kanan jalan utama berfungsi dengan baik untuk mengalirkan air, hanya bila terjadi hujan yang lebat selama 3 jam atau lebih maka akan terjadi pelimpahan air ke badan jalan dibeberapa tempat. Hal ini karena tinggi badan jalan yang lebih rendah dari tinggi permukaan laut sedangkan pompa yang berfungsi membuang air kelaut tidak dapat mengatasinya karena keterbatasan kapasitas dan jumlah pompa dibandingkan dengan volume air hujan yang turun. Jenis/Kondisi/Kelas Tabel 3.19 Jenis dan Panjang Jalan di Kota Lhokseumawe Tahun 2003 STATUS JALAN (Km) Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten A Jenis Permukaan 1. Aspal 21,98 21,98 3,60 3,60 177,60 206,92 2. Kerikil ,72 27,40 3. Tanah Lainnya Jumlah 21,98 21,98 3,60 3,60 234,32 234,32 B Kondisi Jalan 1. Baik ,33 18,48 2. Sedang 21,98 21,98 3,60 3,60 57,77 82,94 3. Rusak ,27 120,10 4. Rusak Berat ,95 12,80 Jumlah 21,98 21,98 3,60 3,60 234,32 234,32 C Kelas Jalan 1. Kelas I Kelas II 21,98 21, Kelas III - - 3,60 3, Kelas III A ,60 206,92 5. Kelas III B Kelas III C ,72 27,40 7. Lainya Jumlah 21,98 21,98 3,60 3,60 234,32 234,32 Sumber : Kota Lhokseumawe Dalam Angka Tahun 2003 Halaman 3-25

52 BAB 4 SEKTOR SANITASI

53 Gambar BAB 1 4 SEKTOR SANITASI 4.1. Umum Strategi penanganan air limbah Kota Lhoksumawe adalah peningkatan fasilitas sanitasi sistem setempat (on site) meliputi : Fasilitas sanitasi individual berupa tangki septic dimana pengurasan dengan truck tinja, kemudian dibawah ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Fasilitas sanitasi komunal berupa MCK untuk masyarakat yang belum mempunyai fasilitas sanitasi atau fasilitas sanitasi tidak memadai. Pengadaan fasilitas sanitasi sistem individual diharapkan dari swadaya masyarakat sedangkan sistem komunal diusulkan untuk mendapatkan bantuan pembiayaan dengan maksud untuk sebagai stimulant Kajian Terhadap Fungsi dan Strategi Pembangunan Kota Strategi Pembangunan Kota mengidentifikasi kawasan perluasan permukiman, kawasan pusat kota, kawasan industri dan kawasan pendidikan. Penunjangan sektor air limbah untuk kawasan-kawasan tersebut berupa peningkatan penanganan fasilitas sanitasi sistem setempat (on site) melalui pengurasan dan pembuangan lumpur septik dengan truck tinja kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Sedangkan untuk kawasan permukiman kumuh dan padat penanganan air limbah berupa penyediaan MCK (Mandi Cuci dan Kakus) lengkap dengan tangki septik, dimana sistem pengurasan dan pembuangan lumpur septik seperti kawasan lainnya Analisa Program Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja A. Dasar Pertimbangan a. Terbatasnya lahan disekitar permukiman Sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuangan lumpur septik yang memenuhi syarat teknis maupun lingkungan, sehingga tidak menjadi sumber Halaman 4-1

54 polusi untuk air permukaan dan tanah. Pengurasan dengan sistem manual oleh masing-masing individu atau pengurasan dengan truck tinja (vacuum truck) untuk pelayanan skala kota membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pengolahan lumpur tinja. b. Karakteristik buangan Karakteristik lumpur tinja merupakan buangan dengan kandungan unsur terbesar adalah organik biodegradabel sehingga pengolahan dapat dilakukan melalui suatu instalasi secara biologis. Dari hasil sampling lumpur tinja menunjukkan bahwa karakteristik lumpur tinja adalah sebagai berikut : Lumpur Tinja : BOD5 20º C = mg/ltr COD = mg/ltr Suspended Solid = mg/ltr Data-data hasil sampling karakteristik lumpur tinja dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Tabel 4.1. Karakteristik Lumpur Tinja 1. BOD5 20º C mg/ltr COD mg/ltr Suspended Solid mg/ltr Keterangan : Lokasi sampling Influent Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sumber : Dinas Kebersihan Kotamadya Surabaya B. Metode Penanganan Lumpur Septik Memperhatikan karakteristik lumpur tinja dimana kandungan unsur terbesarnya adalah zat organik yang biodegradabel (dapat terurai secara biologis), maka sistem pengolahan dilakukan secara biologis dengan menggunakan kolam stabilisasi. Pemilihan teknologi Pengolahan Lumpur Tinja mengacu kepada Buku Pedoman Survey dan Perencanaan Instalasi Lumpur Tinja, yang dikeluarkan Direktorat PLP, Ditjen Cipta Karya, tahun Penanganan pengolahan lumpur tinja yang akan diterapkan seperti dijelaskan dalam gambar 4.1. Halaman 4-2

55 Halaman 4-3

56 Secara garis besar unit proses yang tergambar pada gambar 4.1. adalah sebagai berikut : a. Kolam Anaerobik Pada Kolam anaerobik terjadi proses biologis, dimana effisiensi pengolahan sekitar % dengan waktu detensi 25 hari. Keluaran atau effluen dari proses anaerobik adalah cairan/supernatan dan lumpur hasil proses biologis dan sedimentasi. Effluent cairan kemudian dialirkan ke kolam fakultatif, sedangkan lumpur dialirkan ke sludge drying bed. Konstruksi kolam anaerobik adalah pasangan batu kali atau beton dimana pada lapisan bawah sebelumnya dilapisi dengan geomembran/geotekstil sehingga bangunan ini kedap air, karena konsentrasi buangan yang masuk cukup tinggi. Kriteria desain kolam stabilisasi anaerobik ini adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Kedalaman air = (1,8 2,5) meter. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Beban BOD volumetrik = ( ) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 60 %. b. Kolam Stabilisasi Fakultatif Proses yang terjadi pada kolam fakultatif adalah sama dengan kolam anaerobik yakni secara biologis yang dapat mengurangi BOD, dimana pada lapisan atas ( 1 meter dibawah permukaan air) terjadi proses aerobik dan pada lapisan bawahnya proses anaerobik. Keluaran dari kolam fakultatif adalah effluen cairan yang akan masuk ke kolam maturasi dan lumpur yang akan dialirkan ke sludge drying bed. Produksi lumpur relatif sedikit, karena waktu detensi relatif lebih lama. Effisiensi pengolahan sekitar % dengan waktu detensi 54 hari. Secara lengkap kriteria desain kolam stabilisasi fakultatif adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Kedalaman air = (1,2 1,8) meter. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Halaman 4-4

57 Beban BOD volumetrik = (40 60) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 70 %. BOD influen < 400 mg/lt BOD effluent > 50 mg/lt. c. Kolam Stabilisasi Maturasi Kolam maturasi berfungsi sebagai kolam pematangan. Effluen dari kolam fakultatif telah mengalami penurunan konsentrasi yang cukup tinggi sesuai effisiensi pengolahan sekitar %, tetapi kandungan mikroorganisme masih cukup tinggi, sehingga belum memenuhi standar untuk dibuang ke badan air. Untuk menurunkan kandungan mikroorganisme (bakteri patogen) disamping itu BOD dan SS juga dipisahkan maka diperlukan kolam maturasi. Effisiensi pemisahan bakteri dapat mencapai 99 % termasuk pengurangan pada unit-unit anaerobik dan fakultatif yang mendahuluinya. Bakteri patogen dari kolam ini bisa mencapai dibawah FC/100 ml. Waktu detensi kolam maturasi selama 15 hari. Kriteria desain dari kolam maturasi ini adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Beban BOD volumetrik = (40 60) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 70 %. Effisiensi pemisahan E.coli > 95 % (termasuk kolam-kolam sebelumnya). d. Sludge Drying Bed Lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik paling besar volumenya apabila dibandingkan dari kolam fakultatif dan maturasi (produkasi lumpur kecil). Lumpur dari kolam tersebut sudah relatif stabil (tidak terurai lagi secara biologis sehingga tidak ada pengurangan BOD dan SS), tetapi kadar airnya masih cukup tinggi, sehingga diperlukan sludge drying bed untuk meningkatkan konsentrasi lumpur. Proses yang terjadi secara fisis yaitu filtrasi melalui media dan penguapan/evaporasi oleh sinar matahari. Keluaran dari sludge drying bed adalah tanah kering/coke yang siap dibuang ke alam/tanah terbuka. Letak unit Halaman 4-5

58 ini harus dekat dengan unit jalan perasi dan penampung lumpur kering. Pembangunannya dapat bertahap secara paralel. Kriteria perencanaan bak pengering lumpur ini adalah sebagai berikut : Lebar sebuah bak = (4,50 7,50) meter. Panjang sebuah bak = (3 x 6) meter. Ketinggian dinding bak = 45 cm diatas pasir. Tinggi jagaan = (15 25) cm. Dinding bak dibuat dari beton, pasangan batu bata dengan spesisemen. Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak yang berdiameter > 150 mm dan dari bahan GIP. Pipa distributor mempunyai kriteria : > Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap kompartemen. > Diameter > 100 mm. > Bahan GI. > Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding. Pipa pemberi pipa pembuangan dipasang pada drainase bak dengan diameter minimal 15 cm. Kadar air lumpur kering optimal = (70 80) %. Tebal lumpur kering diatas pasir = (20 30) cm. Tebal lumpur basah diatas pasir = (30 45) cm. Media pasir yang dipasang pada lapisan teratas mempunyai criteria seperti berikut : > Ukuran efektif = (0,30 0,50) mm. > Koefisien keseragaman < 5. > Tebal pasir = (15,0 22,5) cm. > Kandungan kotoran < 1 % terhadap volume pasir. Media kerikil yang dipasang dalam dua lapis dibawah pasir dengan urutan dari atas sebagai berikut : > Diameter (3-6) mm dipasang 15 cm diatas dasar bak. Halaman 4-6

59 > Diameter (20 40) mm dipasang 15 cm diatas pipa penangkap, di kanan kiri pipa penangkap setebal diameternya (10 15) cm. Pipa peluap dengan diameter ( ) mm dipasang pada dinding bak MCK lengkap dengan Tangki Septik A. Dasar Pertimbangan Dasar pertimbangan pengusulan pembangunan MCK adalah sebagai berikut : Terbatasnya lahan untuk membangun fasilitas sanitasi yang memadai di kawasan permukiman padat dan kumuh. Prosentasi masyarakat atau penduduk yang menggunakan sistem cemplung ke sungai, parit dan lain-lain yang akan memberikan dampak terhadap lingkungan serta sistem sanitasi lingkungan jumlahnya besar yakni sebesar 45 % dibandingkan dengan masyarakat yang menggunakan cublik 30 % dan Septik Tank sebesar 25 %. Dibuat untuk melayani penduduk yang berpenghasilan rendah, baik dilokasi permukiman maupun tempat-tempat pelayanan umum. B. Metode Penanganan Hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan dalam merencanakan MCK disuatu lokasi adalah sebagai berikut : a. Lokasi dan Jarak Jarak antara sumur gali dan dan pengolahan tinja berkisar antara 7,5 15 meter, tergantung dari sifat serta macam susunan tanahnya, tinggi muka air tanah, dan keadaan daerah (dataran atau berbukit-bukit). Jarak maksium antara MCK dengan penduduk yang dilayani adalah 100 meter. b. Tata Letak Dari setiap kesatuan MCK harus dipisahkan pemakaian ruangan untuk lakilaki dan wanita. Dari sumber air diambil dari sumur gali, maka sumber tersebut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau dari ruang mandi, ruang cuci maupun ruang kakus. Halaman 4-7

60 c. Kapasitas Pelayanan Semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung pelayanan pada waktu (jam) yang paling sibuk. Banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan untuk jumlah pemakai tertentu disajikan pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Banyaknya Ruangan pada satu kesatuan untuk jumlah pemakai tertentu. Banyaknya Luas Lantai Banyaknya Ruangan Pemakai Minimum (orang) (M²) Mandi Cuci Kakus Sumber : Standard Teknis MCK dan Tangki Septik, Dirjen Cipta Karya, Dep. PU th Sasaran Program Berdasarkan sasaran program Jangka Menengah (tahun 2007 sampai dengan tahun 2011) pelayanan sektor air limbah diperkirakan baru dapat melayani : Penduduk yang menggunakan septik tank sebesar 30 % dari kondisi eksisting 25 % dengan peningkatan sebesar 1-2 % dalam setahun. Penduduk yang menggunakan cubluk dari eksisting 30 % diharapkan dapat berkurang pertahunnya dengan menggunakan septik tank. Sehingga pada tahun 2011 tinggal 25 % dan tahun 2026 sebesar 15 %. Kecuali pada daerah dimana penduduk masih mempunyai lahan yang luas sehingga secara individual mereka masih memanfaatkan cubluk. Untuk masyarakat yang masih menggunakan sistem cemplung dan lain-lain sangat besar sekali, kondisi eksisting menunjukkan sebesar 45 %. Diharapkan pola atau kebiasaan sanitasi masyarakat dari tahun ke tahun terus berkurang seriring dengan bertambahnya masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan, pencemaran air atau badan air. Untuk tahun 2011 masyarakat yang masih menggunakan sistem cemplung dan lain-lain Halaman 4-8

61 sebesar 28 %, tahun 2016 sebesar 25 %, tahun 2021 sebesar 15 % dan tahun 2026 sebesar 10 % Usulan Program Usulan kegiatan program jangka menengah (tahun 2007 sampai dengan 2011) untuk Komponen pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Lhoksumawe sesuai dengan tabel 5.3 perhitungan kebutuhan peralatan dan Program pembiayaan komponen air limbah adalah sebagai berikut : Pembangunan IPLT sebanyak 1 paket Pengadaan Truck Tinja sebanyak 8 unit Pembangunan MCK sebanyak 146 unit (kapasitas 1 MCK melayani 40 KK). Penyiapan lahan untuk pembangunan MCK sebesar 4.350,48 m² dengan rincian lahan untuk tiap MCK adalah 29,80 m². Pembebasan tanah untuk lahan IPLT sebanyak m² 4.5. Expenditure Program Program belanja sektor air limbah selama Program Jangka Menengah (2007 sampai tahun 2011) serta tahun 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel 4.3 yang meliputi program kegiatan dan pembiayaan proyek pengelolaan air limbah Kota Lhoksumawe. Halaman 4-9

62 Halaman 4-10

63 Halaman 4-11

64 mbar 4.2. Rencana Lokasi IPLT Kota Lhoksumawe Halaman 4-12

65 BAB 5 SEKTOR DRAINASE

66 BAB 5 SEKTOR DRAINASE 5.1. Tinjauan Umum Sistem Drainase Kota Umum Sistem drainase Kota Lhokseumawe bermuara ke sungai Krueng Cunda dan langsung kelaut.sistem drainase kota Lhokseumawe khususnya yang melayani daerah Pusat Kota Lhoksumawe di Kecamatan Banda Sakti dibagi empat blok pelayanan dimana setiap blok pelayanan bermuara pada sebuah Tando yang kemudian dipompa ke Krueng Cunda,pada saat ini baru ada 3 Blok yaitu Tando I, II dan III sedangkan Tando IV belum dibangun.untuk kota Lhoksumawe untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penanganan sistem drainase sebaiknya terlebih dahulu dibuat Masterplan Drainase, kemudian dilanjuti dengan pembangunannya yang tentunya akan mengacu pada Masterplan tersebut. Permukaan air pada sistem drainase kota Lhokseumawe ada yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Saluran drainase dikota Lhokseumawe dapat dibedakan menjadi saluran buatan memakai pasangan batu kali/beton dan saluran dari tanah.umumnya saluransaluran ini berfungsi sebagai penyalur utama air kotor ( rumah tangga dll ) dan air hujan Pengelola Jaringan Drainase Instansi yang terkait dalam pengelolaan jaringan saluran drainase kota Lhokseumawe adalah Dinas Kebersihan dan Lingkungan Kota dibawah kasi sanitasi. Dalam menjalankan fungsi operasi dan pemeliharaan ( O & P ) untuk jaringan drainase ini terdapat kendala-kendala sebagai berikut : Adanya kecenderungan orang-orang yang tinggal di daerah-daerah aliran sungai/saluran mendirikan atau menambah bangunan kearah saluran sehingga terjadi penyempitan profil sungai/saluran yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas pengalirannya; Halaman 5-1

67 Adanya kebiasaan masyarakat yang memanfaatkan sungai/saluran untuk keperluan hidup sehari-hari membuang sampah dan lain-lain; Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpatisipasi dalam memelihara sungai/saluran; Seperti kota-kota lain di Indonesia, ketiadaan dana bagi O & P yang memadai merupakan kendala yang sangat berarti; Menurut informasi dari kasi Sanitasi Dinas Kebersihan dan Lingkungan bahwa untuk pemeliharaan ( pengerukan Lumpur dan sampah ) pada saluran sampai saat ini Pemda hanya mengalokasikan satu kali dalam satu tahun, itupun tidak semua ruas saluran tertangani mengingat dananya tidak mencukupi. Dll Kondisi Fisik dan Kapasitas Drainase kota Pada dasarnya tata alir /jaringan drainase dikota Lhokseumawe ini belum tersedia dengan baik.misalnya dari segi kapasitas saluran saluran yang ada belum memenuhi persyaratan atau kurang optimal fungsi dari saluran tersebut karena terjadinya penyempitan saluran yang diakibatkan oleh sedimentasi,penimbunan sampah, dan tidak menutup kemungkinan juga pada tahapan perencanaan yang kurang memenuhi persyaratan yang dapat diakibatkan karena keterbatasan lahan atau pembebasan lahan yang sulit diterlaksana karena terbatasnya dana atau memang tidak bisa dibebaskan.adanya kerancuan dalam dimensi antara saluran primer dan sekunder. Gambar 5.1. Kondisi saluran primer, tendo III dan pintu air Halaman 5-2

68 a. b. Gambar 5.2. a. Kondisi saluran yang menyempit di Jl.Pintu Air. Bermuara pada tando III b. Kondisi saluran setelah terjadinya hujan Gambar 5.3. Kondisi jalan setelah hujan Halaman 5-3

69 Sumber Genangan Sumber genangan dapat berasal dari hujan setempat dan pengaruh pasang surut air laut,kalau hal ini terjadi maka pintu air pada tando yang bersangkutan harus ditutup untuk menghindari masuknya air pasang tersebut. Apabila air pasang dan hujan terjadi bersamaan maka air pada tando 100 % mengandalkan pompa untuk membuangnya. Konsisi eksisting tando serta pompa-pompa sudah tidak maksimal lagi,sehingga genangan pada saluran akan lebih lama surutnya Penyebab Genangan Penyebab genangan pada umumnya disebabkan oleh : Pada lokasi di kota Lhokseumawe yang dekat pantai kegiatan pasang surut air laut sangat mempengaruhi ketinggian permukaan air sungai maupun saluran dan terlebih lagi saluran yang langsung bermuara kelaut,tentunya akan mengakibatkan jalan-jalan dan halaman perumahan penduduk ada yang terendam; Akibat perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya yang kurang memenuhi syarat; Perencanaan yang telah dibuat belum terlaksana mungkin diakibatkan oleh ketidak tersediaan dana atau lainnya,sehingga penambahan kapasitas tidak terealisasi. Akibat dari pembuangan sampah oleh masyarakat kesaluran,sehungga mengurangi kapasitas saluran; Dan lain-lain Outline Plan Drainase Tujuan Pembuatan Outline Plan Drainase Penyusunan Outline Plan Drainase Kota Lhokseumawe dimaksudkan untuk menyajikan suatu perencanaan prasarana drainase secara menyeluruh yang mencakup seluruh wilayah Kota terutama pada pusat kota yaitu kecamatan Banda Sakti dan memberi peluang peningkatannya yang disesuaikan dengan perkembangan dikemudian hari. Outline plan dalam pekerjan ini sampai dengan tahun Halaman 5-4

70 Adapun tujuannya adalah untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana drainase terutama dalam penentuan skala perioritas pelaksanaannya Ruang Lingkup Outline Plan Secara batas batas kota atau Administratif, ruang lingkup Outline Plan drainase mencakup wilayah yang berada dalam kota Lhokseumawe ( terutama dipusat kotanya yaitu Kecamatan Banda Sakti ) dan atau diluarnya bila masih membawa pengaruh langsung terhadap system drainase kota. Dalam penyusunan Outline Plan pada pekerjaan ini daerah pelayanan dibatasi pada pusat kota Lhoksumawe saja yaitu yang terletak di Kecamatan Banda Sakti. Sistem drainase pusat kota ini dibagi menjadi empat blok pelayanan sebagai berikut : Blok I yaitu yang dilayani oleh Tando I ( eksisting ), dengan luas daerah pelayanan sebesar 199,75 Ha, meliputi Kelurahan/Desa Kuta Blang, Mon Geudong, Simpang Empat, Kp.Jawa baru, Hagu Selatan, Hagu Teungoh dan Tumpok Teungoh; Blok II yaitu yang dilayani oleh Tando II ( eksisting ), dengan luas daerah pelayanan sebesar 82,75 Ha, meliputi Kelurahan/Desa : Keude Aceh, Lancang Garam, Kp.Jawa Lama dan Hagu Selatan; Blok III yaitu yang dilayani oleh Tando III ( eksisting ), dengan luas daerah pelayanan sebesar 39,50 Ha, meliputi Kelurahan/Desa : kota Lhoksumawe, Kp.Jawa Lama dan Pusong Baru; Blok IV yaitu yang dilayani oleh Tando IV ( baru rencana ), dengan luas daerah pelayanan sebesar 272 Ha, meliputi Kelurahan/Desa : Ujong Blang, Uke Jalan, banda Masen, Hugu Barat Laut, Hagu Teungoh, Uteun Bayi dan Tumpouk Teungoh. Halaman 5-5

71 Tabel 5.1. Kondisi masing-masing blok Blok Primer ( m ) Sekunder ( m ) Tersier ( m ) Tando ( unit ) Pompa ( unit ) Kondisi I II III unit, agak baik 3 unit, rusak 2 unit, agak baik 3 unit, rusak 3 unit, agak baik 3 unit, rusak IV Belum ada Belum ada Tahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan disusun berdasarkan Kriteria-kriteria sebagai berikut : Bersifat mendesak, yaitu program-program yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang perlu ditangani segera; Pembuatan prasarana drainase agar diprioritaskan pada daerah dengan penduduk padat; Sesuai dengan arahan pola dasar pembangunan dan pengembangan kota; Bersifat strategis, yaitu program-program yang dapat mendorong/mendukung aktifitas kegiatanj lainnya; Sesuai kebijaksanaan Pemerintah Daerah, baik segi Ekonomi, Politik, Sosial maupun Budaya ; Dan lain-lain Penanganan Masalah Secara umum penanganan permasalahan digunakan pendekatan skala prioritas penanganan, semakin urgen penanganan yang harus dilakukan semakin mendapatkan prioritas yang lebih awal Parameter Penentuan Skala Prioritas Dasar pertimbangan penyusunan Skala Prioritas dan metoda pendekatan yang diperlukan, apabila terdapat beberapa daerah genangan yang lokasinya terpisah dan tempat yang berbeda, maka perlu disususn suatu skala prioritas untuk menentukan urutan penanganan dalam mengatasi masalah banjir/genangan Halaman 5-6

72 dalam kota. Penyusunan skala prioritas ini perlu didukung oleh analisa yang dapat memberikan hasil yang objektif dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dengan memperkecil kemungkinan timbulnya suatu keinginan yang dapat mempengaruhi hasil akhir secara negatif. Metoda yang dipakai dalam menyusun skala prioritas ini adalah system pemberian bobot pada setiap variable yang berpengaruh langsung terhadap gangguan yang diakibatkan oleh banjir/genangan, meliputi : A. Komponen Banjir. Parameter ini berkaitan dengan kejadian banjit, yaitu dengan menghitung bobotnya terhadap pengaruh banjir, yang terdiri dari atas kedalaman/tinggi, luasan, frekuensi dan lamanya genangannya. Penilaian komponen banjir dapat dilihat pada Tabel 5. 2 ; Tabel Penilaian Komponen Banjir No. Parameter Banjir Persentase nilai (%) Bobot Tinggi genangan > 0,50 m 100 0,30 ~ 0,50 m ,20 0,30 m 50 0,10 0,20 m 25 < 0,10 m 0 Luas genangan > 8 ha ~ 8 ha ha ha 25 < 1 ha 0 Lamanya (genangan) banjir > 8 jam ~ 8 jam jam 50 1 ~ 2 jam 25 < 1 jam 0 Frekwensi banjir Sangat sering (10 x/tahun) 100 Sering (6 kali/tahun) Kurang sering (3 kali/tahun) 50 Jarang (satu kali setahun) 25 Tidak pernah 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Halaman 5-7

73 B. Komponen penggunaan lahan (Land Use) Untuk parameter land use yang dihitung bobot kerugiannya dalam nilai ekonomi,yang dapat berupa kawasan kawasan komersial dan industri, sosial dan property pemerintah, infrastruktur transportasi, property pemukiman dan rumah tangga/kepemilikan pribadi. Komponen penilaian kerugian ekonomi untuk komponen Land Use pada dasarnya terbagi atas 5 (lima) komponen dalam penilaian kerugian ekonomi, yang meliputi : Komersial dan industri, Sosial dan properti pemerintah, Infrastruktur transportasi, Properti pemukiman, dan Rumah tangga-properti pribadi Penilaian untuk kawasan komersial dan industri, disajikan pada tabel 5.3. Tabel 5.3. Penilaian Kerugian Kawasan Komersial dan Industri No. Dampak kerugian Nilai 1. Tinggi Sedang Kecil Sangat kecil 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Tinggi rendahnya dampak kerugian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinggi, bila genangan terjadi di kawasan bangunan komersial, industri, dan perkantoran yang padat, Sedang, bila genangan terjadi di kawasan bangunan, industri yang tidak padat, Kecil, bila genangan hanya berdampak pada bangunan komersial dan industri yang terbatas, Sangat kecil, bila banjirnya kecil dan terpencar pada daerah komersial dan industri yang kurang produktif. Penilaian (rating) untuk kehilangan dan kerugian harta benda, sosial dan pemerintahan, disajikan dalam table 5.4. Halaman 5-8

74 Tabel 5.4. Penilaian kerugian sosial dan properti pemerintah No. Dampak kerugian Nilai 1. Tinggi Sedang Kecil Tidak ada 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Tinggi rendahnya dampak kerugian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinggi, bila banjir berdampak kepada daerah yang banyak terdapat utilitas publik dan fasilitas pemerintahan. Sedang, bila banjir berdampak kepada daerah yang tidak banyak terdapat utilitas publik dan fasilitas pemerintahan. Kecil, bila banjir berdampak kepada daerah yang terbatas jumlah utilitas publik dan fasilitas pemerintah. Tidak ada, bila di daerah genangan tidak terdapat bangunan pemukiman. Penilaian (rating) untuk kehilangan dan kerugian karena adanya gangguan terhadap infrastruktur transportasi, disajikan dalam Tabel 5.5. Tabel 5.5. Penilaian kerugian karena adanya gangguan terhadap infrastruktur transportasi No. Dampak kerugian Nilai 1. Tinggi Sedang Kecil Tidak ada 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Tinggi rendahnya dampak kerugian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinggi, bila berpengaruh buruk kepada infrastruktur transportasi yang padat intensitasnya. Sedang, bila tidak berdampak banyak dan berpengaruh buruk kepada infrastruktur transportasi yang tidak padat intensitasnya. Kecil, bila hanya berdampak kepada infrastruktur transportasi yang terbatas sifatnya. Tidak ada, kawasan tersebut tidak ada infrastruktur transportasinya. Halaman 5-9

75 Penilaian (rating) untuk kehilangan dan kerugian atas properti pemukiman, disajikan dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6. Penilaian kerugian atas properti pemukiman No. Dampak kerugian Nilai 1. Tinggi Sedang Kecil Tidak ada 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Tinggi rendahnya dampak kerugian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinggi, bila genangan mempunyai dampak pada kawasan pemukiman yang padat, Sedang, bila genangan mempunyai dampak pada kawasan pemukiman yang tidak padat, Kecil, bila genangan berdampak hanya pada kawasan yang jarang pemukimannya, Tidak ada, bila genangan terjadi pada kawasan yang tidak ada pemukimannya. Penilaian (rating) untuk kehilangan dan kerugian kerugian rumah tanggaproperti pribadi, disajikan dalam Tabel 5.7. Tabel 5.7. Penilaian kerugian rumah tangga-properti pribadi No. Dampak kerugian Nilai 1. Tinggi Sedang Kecil Tidak ada 0 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Halaman 5-10

76 Tinggi rendahnya dampak kerugian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinggi, bila kehilangan atau kerugian lebih besar dari 80% (genangan > 2,0 m) dari nilai harta benda yang rusak/hilang. Sedang, bila kehilangan atau kerugian 80% (genangan 1.0 ~ 2,0 m) dari nilai harta benda yang rusak/hilang. Kecil, bila kehilangan atau kerugian lebih kecil dari 40% (genangan 0,5 ~ 1,0 m) dari nilai harta benda yang rusak/hilang. Tidak ada, bila tidak ada kehilangan atau kerugian harta benda, bila genangan < 0,5 m. Persentase kerugian ekonomi yang dipergunakan dalam menilai komponen penggunaan lahan (land use) yang diuraikan dalam tabel-tabel di atas, setelah di-estimasi mempunyai bobot untuk penggunaan lahan dan akibat banjir, disajikan dalam Tabel 5. berikut ini: Tabel Penilaian persentase yang digunakan untuk komponen Penggunaan Lahan No. Penggunaan Lahan % 1. Komersial dan Industri Publik dan Sosial Transportasi Properti Pemukiman Rumah Tangga 5 6. Parameter Banjir 10 Sumber:Paket pek.drainase DKI 3.8, Feb Penentuan Skala Prioritas Untuk mendapatkan prioritas penenganan masalah terhadap masing-masing daerah banjir/genangan, yaitu dengan memberikan nilai kepada masing-masing variable yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan mengalikan bobot dengan nilai maka didapat skor,dengan demikian lokasi yang mendapatkan skor terbesar merupakan urutan pertama dan sebaliknya skor terendah merupakan urutan terakhir dalam hal penanganannya. Analisa penentuan skala prioritas ini dibuat dalam bentuk matrik. Analisa ini akan dilakukan untuk masing-masing kota tersebut diatas. Halaman 5-11

77 Daerah / lokasi Terpilih untuk Perencanaan Berdasarkan hasil analisa penentuan skala prioritas pada butir akan dibuatkan perencanaannya, tentunya perencanaan tersebut dilakukan dengan asumsi-asumsi kemampuan keuangan Pemerintah daerah dan lain-lain. DED akan dilakukan berdasarkan daerah yang telah diusulkan oleh Dinas PU, menurut kriteria yang telah ditentukan. Daerah Kecamatan Idi Rayeuk, genangan tersebut sering terjadi pada daerah perumahan lokasi tersebut adalah Desa Gampong Aceh. Lokasi ini mempunyai saluran awal berupa saluarn alam atau tanah biasa dan pada tahun anggaran 2005 lalu sempat terbangun saluran dari beton dengan ukuran 1.50 x 1.50 meter hanya sepanjang kurang lebih 56 meter dari rencana sepanjang kurang lebih 80 meter, dimana kondisi saluran sekarang ini tidak tersambung dengan saluran yang sudah ada. Sehingga masyarakat setempat mengeluh bila turun hujan akan menjadi genangan yang cukup parah disekitar saluran tersebut. Maka dibutuhkan dana untuk perpanjangan saluran untuk sampai pada saluran eksisting yang ada. Pada Desa Kuta Blang dan Tanoh Anou adalah suatu sistem saluran yang sama, mempunyai kendala yang berbeda yaitu salah satu sisinya rubuh dikarenakan beberapa factor, dan adapula yang disebabkan oleh sampah dan tumbuhan yang tumbuh didalam saluran sehingga mengganggu aliran air pada saat muka air tinggi. Untuk daerah perkantoran seperti Kelurahan Gampong Jawa, juga adanya genangan yang cukup mengganggu. Daerah lain yang sering terjadi genangan yaitu disekitar kawasan Seuneubok Rambong disana terdapat sebuah Pesantren Darul Fallah yang sering tergenang banjir. Kawasan ini bekas kawasan sawah yang tidak berfungsi lagi, dan di sekelilingnya merupakan daerah tambak-tambak. Genangan yang terjadi cukup mengganggu kegiatan pesantren dan sekitarnya, pimpinan pesantren telah mengajukan usulan kepada Kepala Dinas PU berupa pembangunan parit beton sepanjang 200 meter. Setelah dilakukan tinjauan maka usulan tersebut tidak menyelesaikan masalah, sehingga diperlukan pembuatan saluran sampai sungai/krueng yang terdekat dan estimasi awal sekitar meter untuk mencapai krueng tersebut. Halaman 5-12

78 Untuk desa-desa lain dilakukan pekerjaan rehabilitasi dari kondisi atau saluran yang telah ada. Panjang dan bentuk saluran akan disesuaikan pada kondisi yang sebenarnya (eksisting). Untuk Jenis, lokasi dan panjang pekerjaan dapat dilihat pada tabel proyeksi kebutuhan pengembangan drainase untuk Kota Lhoksumawe (Tabel 5.9) Halaman 5-13

79 Halaman 5-14

80 Halaman 5-15

81 Halaman 5-16

82 BAB 6 SEKTOR PERSAMPAHAN

83 Gambar BAB 1 6 SEKTOR PERSAMPAHAN 6.1. Strategi Penanganan Kegiatan pengolahan persampahan ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan pembuangan atau pemusnahan sampah untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman. Kegiatan pengolahan persampahan diantaranya berupa peningkatan penanganan persampahan didaerah permukiman, pengelolaan pembuangan akhir sampah melalui pembuangan terbuka terkendali (controlled landfill) dan gali urug terkendali (sanitary land fill) dan peningkatan pengelolaan persampahan Kondisi Eksisting Pelayanan Sampah Penjelasan Umum Penanganan persampahan Kota Lhoksumawe saat ini dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Lhoksumawe. Sampai tahun 2006, tiga kecamatan dalam wilayah Kota Lhoksumawe telah terlayani, namun fokus pelayanan masih berada di wilayah Kecamatan Banda Sakti, yang meliputi pelayanan sampah di hampir seluruh daerah permukiman, perkantoran, daerah niaga, jalan dan taman. Sedangkan pola pelayanan di dua kecamatan lain, yaitu Kecamatan Muara Dua dan Blang Mangat masih terfokus pada daerah permukiman di sepanjang jalan besar, kompleks perkantoran dan daerah niaga Sarana dan Prasarana Yang Ada Sebagai pendukung kinerja, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Lhoksumawe saat ini memiliki 1 Unit Dump Truck dan 15 unit Truck Armroll dengan 11 kontainer yang seluruhnya berada di wilayah Bandar Sakti, seperti di pasar, terminal dan daerah perkantoran. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah untuk Kota Lhoksumawe berada di daerah Alue Ulim, Bandar Sakti yang berjarak sekitar 18 km dari pusat Kota Lhoksumawe. Operasional di TPA saat ini masih dengan sistim open dumping. Halaman 6-1

84 Karena lokasi TPA belum ditata dengan baik, jalan internal belum ada sehingga pihak Kantor Kebersihan dan Pertamanan selalu kesulitan dalam operasi pembuangan sampah. Gambar 6.1. menunjukkan kondisi TPA Alue Ulim dan Gambar 6.2. menunjukkan Lokasi TPA Kota Lhoksumawe. Gambar 6.1. Kondisi TPA Alue Ulim Kota Lhoksumawe Model Pengelolaan Persampahan Eksisting Sistim pengelolaan persampahan di Kota Lhoksumawe dilakukan melalui melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan yang kemudian dikumpulkan pada lokasi TPS, atau masyarakat secara sadar membuang sampah ke tempat pembuangan sementara terdekat. Kemudian armada pengangkut sampah yang terdiri dari dump Truck dan arm roll membawa sampah dari TPS, kontainer ke TPA dengan volume rata-rata pengangkut sampah yang masuk TPA Alue Ulim ± m 3 /hari. Gambar 6.3. sampai dengan Gambar 6.5. menunjukkan pola pengelolaan sampah Kota Lhoksumawe saat ini. Halaman 6-2

85 Gambar 6.2. Lokasi TPA Alue Uim, Kota Lhoksumawe Halaman 6-3

Profil Kota Lhokseumawe

Profil Kota Lhokseumawe Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 4 Mukim : 9 Desa/kelurahan : 68/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kota Lhokseumawe : Banda Sakti : Sebelah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KABUPATEN ACEH TMUR. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

LAPORAN AKHIR KABUPATEN ACEH TMUR. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KABUPATEN BENER MERIAH. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

LAPORAN AKHIR KABUPATEN BENER MERIAH. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang

Lebih terperinci

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF LHOKSEUMAWE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF LHOKSEUMAWE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF LHOKSEUMAWE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota yang terkenal dengan makanan khas ondeondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( ) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) Bagian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran : Hasil analisis SWOT o Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isuisu yang diidentifikasi (teknis dan nonteknis) Subsektor Air Limbah Sub Sektor : AIR LIMBAH No. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Solok merupakan kota yang sedang berkembang, dimana pertumbuhan penduduknya bertambah kian pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Solok, Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA UTARA KOTA ADMINISTRASI Profil Kota Kota Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kota Lhokseumawe ditetapkan statusnya dikota berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Kabupaten Aceh Singkil memiliki sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008

SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008 SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008 Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Sub Sektor : Air Limbah

Sub Sektor : Air Limbah Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 2015 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang Proyek

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Sesuai dengan semangat otonomi daerah mengenai kebijakan pengaturan mengenai sumber daya air maka diterbitkan UU No.7 Tahun 04 tentang Sumber Daya Air (SDA).

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Profil Kota Lhokseumawe

Profil Kota Lhokseumawe Ibukota Batas Daerah Profil Kota Lhokseumawe : Lhokseumawe : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur (Aceh Utara) Sebelah Barat berbatasan dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu, sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS TA.2006

PROGRAM PRIORITAS TA.2006 PROGRAM PRIORITAS TA.2006 SUB SEKTOR PERSAMPAHAN & DRAINASE 1. PENINGKATAN KUALITAS TPA (11 KOTA & 3 KAB. YANG TERDIRI DARI 7 PAKET DAN 6 UNIT PEKERJAAN/KEGIATAN DENGAN TOTAL ANGGARAN SEBESAR Rp. 9,431

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota Provinsi DKI Jakarta Kabupaten/Kota Luas (Km2) % Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BENGKULU BENGKULU KOTA BENGKULU ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA BENGKULU No. Kecamatan Luas (Ha) 1. Gading Cempaka 2.885 2. Teluk Segara 1.668 3. Bengkahulu

Lebih terperinci