LAPORAN AKHIR KABUPATEN BENER MERIAH. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR KABUPATEN BENER MERIAH. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya"

Transkripsi

1 Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang Aceh Singkil Langsa PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SKS - BRR PERENCANAAN UMUM. PERENCANAAN TEKNIS DAN MANAJEMEN RANTAI PENGADAAN Jl. Tgk. H. M. Daud Beureueh N0. 26; Phone (Hunting) LAPORAN AKHIR KABUPATEN BENER MERIAH Outline Plan and DED Sistem Penyediaan Air Minum, Air Limbah, Pantai Timur di Provinsi NAD 2006 SURAT PERJANJIAN KERJA NOMOR : 074/02/II/2006 TANGGAL 2 PEBRUARI 2006 PT Pilar Teguh Perkasa Lhokseumawe PT Mitra Lingkungan Dutaconsult Jakarta PT Mega Disain Banda Aceh

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir Outline Plan and DED Drainase dan Persampahan Pantai Timur di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini disusun oleh konsultan PT. Pilar Teguh Perkasa yang berasosiasi dengan PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) BRR Perencaaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Laporan ini menyajikan program terpilih Outline Plan yang sifatnya jangka pendek dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Konsep Laporan Akhir ini akan berisi : - Kriteria teknis dan teori perencanaan sebagai pendekatan analisis/evaluasi bangunan reservoir. - Gambar perencanaan untuk sistem penyaluran air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah. - Usulan program suplai dan konstruksi unit sistem penyediaan air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah yang meliputi segi teknis dan operasionil. - Perhitungan besaran biaya investasi dan operasi terhadap pembangunan sistem prasarana di atas. - Rencana pentahapan pembangunan sesuai dengan skala prioritas. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberi saran, kritik arahan dan materi yang mendukung bagi penyusunan laporan ini. Banda Aceh, Agustus 2006 PT. Pilar Teguh Perkasa PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult PT. Mega Design Team Leader i

3 DAFTAR ISI

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lokasi Proyek Ruang Lingkup Pekerjaan Pelaporan BAB 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2.1. Millineum Development Goals Sasaran Tujuan/Goals yang Disepakati Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG BAB 3 TIPOLOGI BENER MERIAH 3.1. Umum Kondisi Fisik dan Lingkungan Tata Guna Lahan Iklim Topografi Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Perekonomian Kabupaten Bener Meriah Sektor Industri Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Keuangan Daerah (APBD) Infrastruktur Prasarana dan Sarana Perkotaan Sistem Penyediaan Air Bersih Persampahan Operasi Pengelolaan Persampahan Air Limbah dan Sanitasi ii

5 Drainase Jalan Kota BAB 4 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1. Tinjauan Umum Sistem Penyediaan Air Bersih Yang Ada IKK Bandar (Pondok Baru) IKK Ketol Timang Gajah (Lampahan) Permasalahan yang dihadapi IKK Bandar (Pondok Baru) IKK Timang Gajah (Lampahan) Analisis dan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Outline Plan Sistem Penyediaan Air Bersih Alternatif Sistem Yang Akan Dikembangkan IKK Bandar (Pondok Baru) IKK Timang Gajah (Lampahan) Rencana Anggaran Biaya BAB 5 SEKTOR SANITASI 5.1. Umum Kajian Terhadap Fungsi dan Strategi Pembangunan Kota Analisa Program Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja MCK lengkap dengan Tangki Septik Sasaran Program Usulan Program Expenditure Program BAB 6 SEKTOR DRAINASE 6.1. Umum Tinjauan Sistim Drainase Kota Kota Redelong Kota Pondok Baru Pembagian Sub Sistim Drainase Identifikasi Permasalahan Genangan Air Hujan iii

6 Kondisi Saluran Penanganan Masalah Penanganan Masalah Kota Simpang Tiga Penanganan Masalah Kota Pondok Baru Outline Plan dan Rencana Anggaran Biaya Program Jangka Menengah Program Jangka Panjang Rencana Anggaran Biaya BAB 7 SEKTOR PERSAMPAHAN 7.1. Strategi Penanganan Kondisi Eksisting Pelayanan Sampah Penjelasan Umum Sarana dan Prasarana Yang Ada Model Pengelolaan Persampahan Eksisting Analisis Sasaran-sasaran Program Peningkatan pelayanan persampahan di daerah Permukiman Pengelolaan Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Sasaran Program Kebutuhan Prasarana Persampahan Program Pengembangan Sistem Persampahan BAB 8 ASPEK SOSIAL EKONOMI 8.1. Pendahuluan Hasil Survey Sosial Ekonomi Gambaran Tingkatan Kehidupan Penduduk Kabupaten Bener Meriah Rata-rata Kebutuhan Air Bersih Pendapatan Masyarakat Minat Non Pelanggan PDAM Data Pelanggan PDAM Analisa Sosial dan Ekonomi Kelompok Pelanggan Air Kelompok Non Pelanggan iv

7 BAB 9 KINERJA KEUANGAN 9.1. Pengelolaan Air Bersih Pelayanan Air Bersih Operasionil Pendapatan dan Biaya Pengelolaan Persampahan Pengelolaan Sanitasi BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN Aspek Kelembagaan Penjelasan Umum Kualifikasi Personalia Fungsi dan Sistem Pengawasan Perangkat Hukum Kelambagaan Manajemen Pengelolaan Operasional Pemeliharaan Distribusi Personalia Pemasaran Finansial Sumber Biaya Operasi Partisipasi Swasta dan Masyarakat Umum LAMPIRAN v

8 BAB 1 PENDAHULUAN

9 Gambar BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 26 Desember 2004, beberapa wilayah kota / kabupaten di Propinsi NAD mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana hebat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan berat ini terjadi hampir terjadi diseluruh sektor kegiatan perkotaan termasuk sarana dan prasarana perkotaan. Untuk menanggulangi kesulitan masyarakat kota / kabupaten di Propinsi NAD dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana perkotaan yang hancur, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta dibantu berbagai pihak seperti LSM asing maupun LSM lokal mengadakan tindakan untuk merehabilitasi kembali seperti semula. Saat ini tindakan darurat sebagai langkah awal kegiatan rehabilitasi sudah selesai dilaksanakan dan selanjutnya akan memasuki tahapan rekonstruksi dan pengembangan, yang pelaksanaannya dibawah kordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi / BRR Aceh Nias. Bappenas telah menerbitkan cetak biru proses pembangunan kembali Propinsi NAD pasca gempa dan tsunami, namun demikian perkembangan implementasi nya memerlukan beberapa penyesuaian kembali sesuai perkembangan jaman agar dapat memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari masyarakat untuk 20 tahun kedepan atau sampai tahun Untuk masing masing kota / kabupaten yang rusak akibat gempa secara langsung atau tidak langsung perlu dilakukan pekerjaan pengembangan Outline plan & DED dari prasarana dan sarana perkotaan dan untuk tahap pertama dilakukan pekerjaan outline plan sampai tahun 2026 untuk sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase kemudian dilakukan pekerjaan detailed engineering design sampai tahun Didalam outline plan sampai tahun 2026 diharapkan dapat menggambarkan pengembangan kebutuhan prasarana dan sarana sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase, terutama lokasi sumber air potensial untuk penyediaan air minum, lokasi tempat pembuangan akhir sampah yang aman Halaman 1-1

10 disertai parameter parameter pendukungnya. Pilihan pilihan yang diambil harus sesuai dengan kaidah teknis, ekonomis, sosial dan aman secara lingkungan dan dikordinasikan dengan PDAM setempat untuk pengembangan sistem penyediaan air minum, Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum untuk pengembangan sistem pelayanan sampah perkotaan dan air limbah. Setelah mendapatkan masukan masukan dari Dinas terkait maka konsultan harus berkordinasi dengan Bappeda setempat untuk menyelaraskan dengan RUTR Kota / Kabupaten yang ada sehingga sesuai dengan Master Plan kota / kabupaten yang ada. Penyiapan outline plan ini akan didasarkan kepada tata guna lahan yang ada serta Rencana Tata Ruang Kota / Kabupaten yang telah direvisi pasca gempa dan tsunami yang diperkirakan telah ada di Bappeda Propinsi NAD. Ketersediaan prasarana air minum, sanitasi dan persampahan untuk beberapa kota / kabupaten di Propinsi NAD ini diproyeksikan untuk mampu memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik untuk jangka waktu 20 tahun kedepan. Konfigurasi awal dari outline plan ini untuk komponen air minum sebenarnya sudah dilakukan PDAM setempat melalui Corporate Plan PDAM tetapi setelah terjadinya gempa bumi diharapkan dapat ditinjau kembali secara teknis dan ekonomis sehingga tetap layak untuk dilanjutkan. Tahapan selanjutnya dari penyiapan outline plan ini adalah pembuatan DED untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan implementasi selama 5 tahun kedepan dapat berkelanjutan sesuai perkembangan kota yang ada Maksud dan Tujuan Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan pasca gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program penanganan 4 komponen tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan penduduk hingga tahun 2026 untuk outline plan dan sampai tahun 2010 untuk detail engineering design. Halaman 1-2

11 Tujuan dilakukan studi ini adalah: Mengevaluasi kinerja eksisting sistem penyediaan air minum, air limbah dan persampahan termasuk kondisi teknis dan operasional. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan kendala untuk ke 4 komponen tersebut terutama, lokasi dan sumber air potensial yang tersedia, daerah genangan, lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Melakukan evaluasi dan analisa tata guna lahan dan rencana pembangunan perkotaan yang ada dalam RTRW Kota / Kabupaten pasca gempa dan tsunami. Menganalisa kebutuhan air minum untuk kegiatan domestik dan non domestik sampai tahun 2026 berdasarkan pola konsumsi yang ada di masing masing kota serta melakukan survey air baku potensial untuk memastikan ketersediaan air baku yang memenuhi sarat teknis, higinis dan ekonomis serta konservasi lingkungan dari DAS yang ada sampai tahun Menganalisa kondisi prasarana dan sarana sanitasi yang ada, seperti tingkat pelayanan, sistem yang ada, IPLT yang ada, dan kemungkinan untuk melakukan pelayanan sistem terpusat dengan penyaluran air limbah perpipaan disertai bangunan pengolahannya, juga sampai tahun Mengidentifikasi sistem pengolahan air limbah yang tepat guna sesuai kebutuhan sampai tahun 2026, sehingga penduduk kota dapat meng implementasikan dan menerima karena cukup aman dan ekonomis. Menyusun program rehabilitasi dan konstruksi sistem air minum, air limbah dan persampahan pasca gempa untuk jangka pendek dan panjang. Menyusun DED untuk komponen air minum, sanitasi dan persampahan sampai tahun 2010 berdasarkan hasil outline plan yang ada, dan penetapannya berdasarkan tim teknis dari BRR dan Dinas Pekerjaan Umum dan PDAM masing masing Kabupaten Kota. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, proses rehabilitasi dan rekontruksi di pantai Timur Propinsi NAD dapat ditangani secara bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif. Halaman 1-3

12 1.3. Lokasi Proyek Penyusunan outline plan dan DED komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan ini meliputi beberapa kota / kabupaten, yaitu : Kota Sigli, di Kab. Pidie dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lain nya Kota Bireun, di Kab. Bireun dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya Kota Lhokseumawe Kota Lhok Sukon, di Kab. Aceh Utara dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Idie Rayeuk, di kab. Aceh Timur dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Langsa Kota Kuala Simpang, di Kab. Aceh Tamiang dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya. Kota Simpang Tiga, di Kab. Bener Meriah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya. Kota Takengon, di Kab. Aceh Tengah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya. Kota Jantho, di Kabupaten Aceh Besar untuk DED air minum dan drainase tahun Ruang Lingkup Pekerjaan Batasan kegiatan studi yang harus dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang dapat ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Komponen Air Minum : Outline Plan Mengevaluasi dan mencari sumber air baku potensial yang memenuhi persaratan teknis, kesehatan dan ekonomis, termasuk kondisi hidrologis, topografis, geohidrologis dan kondisi situasi daerah aliran sungai termasuk kondisi tata guna lahan disekitar DAS. Mengevaluasi kinerja eksisting dari sistem pelayanan air minum yang ada, mulai dari intake, pipa transmisi, instalasi penjernihan, reservoir, jaringan perpipaan, sambungan rumah domestik dan non domestik, kebocoran yang terjadi selama air dalam pipa transmisi. Halaman 1-4

13 Melakukan review dari studi studi yang sudah ada, seperti dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota / Kabupaten, Corporate Plan di PDAM, Master Plan, dan studi studi lain. Menganalisa dan evaluasi kebutuhan air minum kota sampai tahun 2026 berdasarkan penyebaran dan populasi penduduk. Estimasi kebutuhan dana / anggaran pengembangan sistem pelayanan air minum sampai tahun Membuat rencana investasi berdasarkan prioritas pekerjaan dan sumber dana. Mengembangkan sistem kemitraan dengan masyarakat dimulai dari perencanaan sesuai tahapan operasional. Mengevaluasi kebutuhan sumber daya alam, seperti rasio personil, kualifikasi, dan program pelatihan. Penetapan sumber air baku potensial yang mampu menyediakan air baku yang sesuai persyaratan dan aman. Penetapan lokasi dan jenis instalasi penjernihan air minum. Penetapan jalur pipa transmisi dan distribusi serta reservoir. b. Komponen air minum ; DED Kriteria dan parameter disain. DED dari sistem penyediaan air minum terpilih yang terdiri dari ; intake, instalasi penjernihan air minum, reservoir, rumah pompa, rumah jaga, kantor, jaringan perpipaan transmisi dan distribusi, jembatan pipa, standard sambungan rumah, trust block, penyeberangan pipa. Desain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. c. Komponen sanitasi ; Outline Plan Menganalisa dan evaluasi sistem yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami. Halaman 1-5

14 Analisa besarnya buangan air limbah di perkotaan yang masuk disaluran drainase sebagai grey water dan yang masuk ke septic tank sebagai dasar perhitungan untuk sistem pengaliran air limbah terpusat bila diperlukan. Membuat alternatif pelayanan air limbah on site atau off site pada wilayah pelayanan dengan mempertimbangkan segi operasional dan pemeliharaan jangka panjang. Penetapan lokasi instalasi pengolahan air limbah atau instalasi pengolahan Lumpur tinja. d. Komponen Sanitasi ; DED Kriteria dan parameter disain. DED dari sistem penyediaan air limbah terpilih yang terdiri dari ; standard inlet, perpipaan tersier, sekunder, primer, bangunan pengumpul, rumah pompa, instalasi pengolahan air limbah, instalasi pengolahan tinjar, standard septic tank, standard cubluk, rumah jaga, kantor, MCK komunal. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. e. Komponen Drainase, outline plan Menganalisis sistem Drainase eksisting berupa dimensi saluran drainase, tingkat kerusakan dan saluran drainase yang tersumbat akibat Tsunami baik untuk saluran primer maupun sekunder. Analisis curah hujan dan menetapkan besarnya daerah tangkapan air hujan, run off area dan menetapkan dimensi saluran drainase untuk periode ulang 10 tahun. Penetapan saluran primer dan sekunder dengan mempertimbangkan integrasi dengan perencanaan saluran air limbah. Saluran drainase primer dan sekunder terpilih mempertimbangkan kedalaman saluran induk penerima limpasan air hujan. Analisa institusi dan struktur organisasi pelaksana operasional dan perawatan saluran drainase. Halaman 1-6

15 f. Komponen drainase, DED Kriteria dan parameter disain. Peta pembagian blok daerah tangkapan air sesuai topografi, dan peta wilayah genangan, termasuk luas, durasi per tahun, kedalaman, tata guna lahan dan kondisi tanah. DED dari sistem drainase terpilih yang terdiri dari ; standard street inlet, saluran tersier, sekunder, primer dari berbagai tipe konstruksi, polder, klep untuk mencegah pasang surut air laut jika diperlukan, pintu air, box culvert dari berbagai tipe. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis. g. Komponen persampahan ; Outline Plan Menganalisa dan evaluasi sistem persampahan yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan sub sektor persampahan seperti kondisi pewadahan yang ada, pengangkutan dari rumah ke TPS dan dari TPS ke TPA, jumlah armada pengangkut sampah termasuk jenis dan tahun pembuatan, volume sampah yang bisa diangkut, tipe truk arm roll / dump truk, lokasi / kondisi / tipe TPS dan TPA yang ada. Menganalisa dan mengevaluasi timbulan sampah sesuai kondisi tata guna lahan dan demografi yang ada serta memproyeksikan timbulan sampah per blok pelayanan sampai tahun Menyiapkan alternatif penyelesaian masalah mulai dari pewadahan, pengangkutan ke TPS, TPS, pengangkutan ke TPA dan sampai pembuangan akhir. Menyiapkan alternatif sistem pengangkutan sampah dan alternatif beberapa lokasi TPA yang aman secara teknis dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Menyusun UKL dan UPL dari alternatif terpilih TPA. Menyusun rencana strategis penanganan sampah sampai tahun Halaman 1-7

16 h. Komponen persampahan ; DED Kriteria dan parameter disain. Peta pembagian blok pelayanan berdasarkan tata guna lahan dan kondisi transportasi / jalan yang sesuai disertai arah pengangkutan dari TPS yang dapat berupa container atau transfer depo ke TPA dan dilengkapi dengan jumlah armada yang dibutuhkan, lokasi TPS, ritasi dan lokasi garasi dari truk sampah. Menyusun SOP untuk pengangkutan sampah (alat berat, dump truk / arm roll truk, container, TPS, transfer depo dan TPA) serta penanganan 3R (recycling, reduce, reuse) dan pengolahan lindi. DED dari sistem pengelolaan sampah terpilih yang terdiri dari ; standard TPA sesuai kondisi lapangan, pengolahan lindi, bangunan pelengkap seperti rumah jaga, rumah pompa, garasi alat berat, saluran drainase, jalan masuk, pagar pengaman. Disain note dari perhitungan struktur. Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. Rencana anggaran biaya per tahun. Dokumen tender dan spesifikasi teknis 1.5. Pelaporan Laporan pekerjaan outline plan ini dibagi menjadi 9 bagian yaitu : a. Pendahuluan Berisikan tentang interpretasi dan apresiasi didalam penanganan pekerjaan outline plan ini, lokasi proyek, jenis pekerjaan yang dilakukan yang disertai dengan sajian data data yang ada, tingkat pelayanan, permasalahan yang ada, rencana pengembangan, dan ringkasan dari laporan. b. Millenium Development Goals KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar Halaman 1-8

17 yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air minum dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun Bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22% c. Skenario pengembangan Kabupaten/Kota Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang menggambarkan kemampuan kota untuk membiayai sendiri perkembangannya serta profil kota dimana kemampuan APBD dalam berpartisipasi dalam membangun kota. Pengembangan sektoral harus selalu berpedoman kepada RTRK sehingga semua perkembangan kebutuhan infrastruktur sejalan dengan dinamika pertumbuhan kota. d. Pengembangan sektor air minum Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air minum, seperti kondisi air tanah, sumber air baku yang dipergunakan, kualitas, kontinyuitas dan kapasitas sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan termasuk jumlah sambungan rumah yang ada dan jaringan perpipaan yang ada, tingkat kehilangan air serta kondisi institusi dan keuangan PDAM. Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan sumber air baku potensial, tahapan pembangunan instalasi penjernihan air minum, pengembangan jaringan pipa distribusi dan penambahan sambungan rumah serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan kenaikan tarip air minum. e. Pengembangan sektor sanitasi / air limbah Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air limbah / sanitasi, seperti kondisi muka air tanah, dan kualitas air tanah, porositas dan jenis tanah, jenis Halaman 1-9

18 teknologi sanitasi yang ada seperti cubluk, MCK, septic tank, truk tinja dan iplt. Sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan perkotaan (septic tank, truk tinja dan iplt) dan wilayah pelayanan pedesaan / rural (cubluk dan septic tank) serta kondisi institusi dan keuangan instansi pengelola sanitasi (Dinas Kebersihan atau Dinas Permukiman Wilayah). Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan teknologi pelayanan sanitasi, tahapan pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan tarip air pengambilan lumpur tinja dan pengolahan lumpur tinja. f. Pengembangan sektor persampahan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, g. Pengembangan sektor drainase Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat h. Pengembangan institusi dan kelembagaan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat i. Pengembangan sektor keuangan Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat j. Kebutuhan dana pengembangan Kebutuhan dana pengembangan sektor air minum Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Halaman 1-10

19 Kebutuhan dana pengembangan sektor air limbah / sanitasi Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th Kebutuhan dana pengembangan sektor persampahan Kebutuhan pengembangan sektor persampahan sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th Kebutuhan dana pengembangan sektor drainase Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th Halaman 1-11

20 BAB 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS

21 Gambar BAB 1 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2.1. Millineum Development Goals Pada September 2000, di The United Nations Millennium Summit, para pemimpin dunia menyepakati untuk menetapkan waktu dan parameter dan target untuk mengurangi kemiskinan, kelaparan, penyakit menular, penurunan kualitas lingkungan dan menghilangkan diskriminasi perempuan, dan menempatkannya sebagai jantung dari agenda global yang sekarang dikenal dengan The Millinnium Development Goals (MDGs). Di dalam konferensi international tentang pembiayaan pembangunan di Meksiko, pemimpin dari negara maju dan negara berkembang mulai mencapai titik temu tentang kesepakatan ini dalam bentuk sumber daya dan aksi, ditandai dengan perjanjian untuk melanjukan reformasi di bidang politik dan ekonomi oleh negara-negara berkembang dan akan dipadukan dengan dukungan dari negara maju dalam bentuk bantuan, perdagangan, pinjaman dan investasi. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta kepada Administrator Program Pembangunan PBB, Mark Malloc Brown, sebagai kepala dari UNDG, untuk mengkoordinasikan kampanye MDGs dan kegiatan monitoring di tingkat negara Sasaran KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun Amerika dan Uni Eropa bersedia memperkenalkan proyek air Halaman 2-1

22 minum untuk kehidupan bagi kawasan Afrika dan Asia Tengah. Lima agenda besar yang disepakati dapat dilihat pada Tabel 2.1. Indonesia sebagai salah satu negara yang berperan aktif dalam mempersiapkan KTT Johannesburg tersebut, yang ditandai dengan penyelenggaraan PrepCom IV di Bali, perlu menunjukan perhatian terhadap berbagai agenda yang telah dicapai. Khusus mengenai agenda air minum, bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22% SEKTOR Tabel 2.1. Komitmen KTT Bumi 2002 KOMITMEN Air dan Sanitasi Meningkatkan kualitas pada sanitasi dan akses air bersih, sd Meningkatkan pemakaian air bersih, terbarukan dan efisien. Energi Menaikkan akses energi 35% penduduk Afrika Konvensi anti desertifikasi di Afrika Pertanian Pengembangan program keamanan pangan Afrika, 2005 Mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati hingga 2010 Menjaga cadangan perikanan dunia dengan tenggat 2015 Keanekaragaman Membentuk jaringan perlindungan kawasan laut tahun 2015 Hayati Program dunia untuk perlindungan lingkungan kelautan dari pencemaran di daratan, tahun menghapus produksi bahan kimia yang merugikan manusia Mengurangi polusi udara Kesehatan Meniadakan bahan perusak ozon, tahun 2010 Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan paska gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif Tujuan/Goals yang Disepakati Dengan Millennium Development Goals, pada tahun 2015 semua negara anggota PBB akan: a. MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang hidup dengan biaya kurang dari US$ 1 per hari. Halaman 2-2

23 Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang menderita kelaparan. b. MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR SECARA UNIVERSAL Memastikan bahwa semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, menamatkan pendidikan dasar. c. MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER DAN MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN Menghapuskan disparitas gender dalam pendidikan dasar dan lanjut pada 2005, dan dalam semua tingkat pendidikan pada d. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA Menurunkan hingga dua pertiga tingkat kematian pada anak balita. e. MEMPERBAIKI KESEHATAN IBU BERSALIN Menurunkan hingga tiga perempat angka kematian pada ibu bersalin. f. MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT LAINNYA Mencegah dan mulai menekan tingkat penyebaran HIV/AIDS. Mencegah dan mulai menekan angka insidensi malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya. g. MENJAMIN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan dan program negara, memulihkan sumber daya lingkungan yg telah hilang. Mengurangi hingga separo penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Mencapai perbaikan yang signifikan kehidupan dari sedikitnya 100 juta masyarakat penghuni daerah kumuh pada h. MEMBANGUNAN KERJA SAMA GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Mengembangkan sistem perdagangan dan finansial yang terbuka berbasis peraturan, dapat diprediksi dan non-diskriminasi. Termasuk suatu komitmen terhadap good governance, pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, secara nasional dan internasional. Halaman 2-3

24 Memahami kebutuhan negara-negara yang paling tertinggal. Hal ini termasuk akses pembebasan tarif dan kuota ekspor mereka; mengurangi beban masyarakat negara-negara miskin; pembatalan utang bilateral resmi; dan pemberian bantuan asistensi pembangunan yang lebih banyak untuk negaranegara miskin yang berkomitmen memberantasa kemiskinan. Memahami kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara terpencil dan kepulauan. Terlibat secara menyeluruh dengan persoalan-persoalan utang negaranegara berkembang menggunakan ukuran-ukuran nasional dan internasional untuk menjadikan utang jangka panjang. Bersama negara-negara maju mengembangkan kegianan yang positif dan produktif bagi generasi muda. Bersama perusahaan-perusahaan farmasi, menyediakan akses terhadap obat esensial yang terjangkau di negara-negara sedang berkembang. Bekerjasama dengan sektor swasta menyediakan manfaat teknologi baru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG Memperbaiki akses penyediaan air minum dan sanitasi dan memperbaiki pengelolaan sumber daya air merupakan langkah kunci dalam menghadapi tantangan dan pencapaian sasaran MDG yang lain. Keterkaitan air dengan sasaran-sasaran MDG ditampilkan pada Tabel 2.2. Pengembangan Sasaran Pengurangan kemiskinan dan kelaparan Pendidikan dasar Promosi kesetaraan gender Tabel 2.2. Keterkaitan Antara Air dan Sasaran MDG yang lain Terkait dengan air minum dan sanitasi Pengelolaan sumber daya air yang buruk, air minum yang tidak aman bagi kesehatan dan keterbatasan sanitasi merupakan kunci keterkaitan keamanan siklus makanan, keterbelakangan, penyakit, kekurangan gizi dan kemiskinan. Budi daya pertanian yang terpadu menyediakan sebagian besar makanan bagi dunia, dan irigasi menggunakan lebih dari 70% penggunaan air dunia. Penyakit diare dan parasit mengurangi kehadiran anak di sekolah. Anak perempuan biasanya tidak masuk sekolah kecuali ada kakus khusus untuk wanita. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air sering menghambat anak-anak untuk hadir di sekolah, khususnya anak perempuan, karena mendapatkan air sering menjadi tugasnya. Guru tidak dapat hidup di area tanpa air dan sanitasi yang memadai. Perempuan menghadapi risiko buruknya kesehatan dan kurangnya sanitasi atau sarana mandi, karena ketidaktersediaan air. Halaman 2-4

25 Mengurangi kematian anak. Perbaikan kesehatan persalinan Memerangi penyakit (HIV/AIDS, malaria dan lainnya) Keberlanjutan lingkungan Kemitraan global untuk pembangunan Sumber : DFID, Maret 2004 Peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan tanggung jawabnya, dan pembagian yang lebih seimbang pada pekerja perempuan akan membantu perbaikan status perempuan. Diare menyebabkan kematian 2 (dua) juta anak-anak per tahun. Kehamilan yang sehat dan perbaikan higienis para pekerja perempuan, memperbaiki risiko terhadap penyakit persalinan, kebiasaan cuci tangan merupakan kebiasaan yang efektif untuk mengurangi penularan penyakit. Beban penyakit secara global; 23 % karena buruknya kesehatan lingkungan, 75% di antaranya adalah diare. Perawatan terhadap pengidap HIV lebih efektif apabila tersedia air dan makanan. Ibu yang tertular HIV membutuhkan air untuk menyiapkan makanan. Pengelolaan air yang baik mengurangi peluang tempat nyamuk malaria bertelur. Air yang aman dan higienis penting untuk mengurangi parasit termasuk penyakit trakhoma dan kaki gajah. Pengelolaan sumber daya air yang baik merupakan kunci untuk keberlanjutan lingkungan. Sumber daya air terancam oleh kerusakan lingkungan. Perbaikan kesehatan masyarakat dapat memperbaiki degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh urbanisasi. Kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat dapat meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi kepada masyarakat miskin. Walaupun dampak terburuk kekurangan air dan sanitasi menimpa masyarakat miskin, namun ternyata perhatian terhadap permasalahan ini masih sangat kurang. Sementara di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara sasaran pecapaian akses kemungkinan besar bisa dicapai, tantangan besar masih pada sub-wilayah tertentu. Pada perkembangan kemajuan saat ini, di Afrika Sub-Sahara, target pencapaian baru bisa dilampaui pada tahun Terdapat kendala kekurangan informasi, namun berdasarkan data yang ada, 44 negara sudah pada arah yang benar, dan akan bisa mencapai target yang ditentukan Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air yang baik, perkotaan dan perdesaan, adalah persentase penduduk yang menggunakan jenis-jenis sumber air minum berikut ini: air ledeng, hidran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan. Sumber air minum yang baik tidak termasuk air pedagang keliling (water vendor), air kemasan, air dari tangki, sumur tak terlindung, dan mata air tak terlindung. 1 DFID, Maret 2004 Halaman 2-5

26 Tabel 2.3. Kategori jenis-jenis sumber air menurut MDG Kategori baik Kategori tidak baik 1. Air ledeng 1. Air dari pedagang keliling 2. Hidran umum 2. Air kemasan 3. Sumur bor / sumur pompa 3. Air dari truk tangki 4. Sumur terlindung 4. Sumur tak terlindung 5. Mata air terlindung 5. Mata air tak terlindung 6. Air hujan Sumber : United Nation Development Group (2003) Alasan penggunaan indikator teknologi sumber air adalah sumber air yang baik biasanya akan menghasilkan air yang sehat. Sedangkan air kemasan tidak dimasukkan dalam kriteria yang memenuhi syarat bukan karena kualitasnya tidak memenuhi syarat, melainkan karena tidak memenuhi definisi akses. Data sumber-sumber air minum di Indonesia paling rinci didapat dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (SKR) sebagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik. Dari rincian data yang tersedia pada SKR, kategori jenis-jenis sumber air sesuai kategori MDG adalah: Tabel 2.4. Kategori MDG Jenis-jenis Sumber Air Menurut BPS Kategori baik Kategori tidak baik 1. Air ledeng 1. Air kemasan 2. Sumur bor/pompa 2. Sumur tak terlindung 3. Sumur terlindung 3. Mata air tak terlindung 4. Mata air terlindung 4. Sungai 5. Air hujan 5. Lainnya (danau/waduk) Meskipun tidak persis sama dengan kategorisasi MDG, kategori tersebut di atas cukup memenuhi kriteria, dan akan digunakan dalam penghitungan target dan pencapaian akses air minum sehat di Indonesia. Halaman 2-6

27 BAB 3 TIPOLOGI BENER MERIAH

28 Gambar BAB 1 3 TIPOLOGI BENER MERIAH 3.1. Umum Kabupaten Bener Meriah merupakan kabupaten baru, kabupaten ini sebelumnya adalah bagian dari kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten Bener Meriah dibentuk berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah dalam Propinsi Nanggroe Aceh Darusssalam. Status administrasi kabupaten Bener Meriah yang merupakan pemerintah Kabupaten terdiri dari 7 kecamatan dan 115 Desa dengan ibukota Simpang Tiga. Luas wilayah kabupaten Bener Meriah sekitar Ha. Secara geografis Kabupaten Bener Meriah terletak pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur. Batas Geografis wilayah Bener Meriah adalah sbb: > Sebelah Utara dengan kabupaten Aceh Utara dan Bireun > Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah > Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur > Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tengah No Kecamatan Tabel 3.1 Luas Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah Luas Jumlah Kelurahan Ibu Kota Kecamatan Wilayah Desa Kelurahan Total (Ha) 1 Timang Gajah Lampahan 158, Pintu Rime Gayo Balang Rakal 140, Bukit Simpang Tiga 121, Wih Pesam Simpang Balik 48, Bandar Janarata 293, Syiah Utama Rusip 560, Permata Wih Tenang Uken 132, Jumlah 1.454, Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka tahun 2004 Halaman 3-1

29 Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Bener Meriah Halaman 3-2

30 3.2. Kondisi Fisik dan Lingkungan Tata Guna Lahan Luas daratan Kabupaten Bener Meriah adalah seluas Ha dan sekitar 25 % dari total luas Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 adalah kawasan terbangun. Komposisi utama guna lahan di Kabupaten Bener Meriah adalah perumahan sebesar 4,8 % dan persawahan sebesar 14,2%. Sedangkan sisanya adalah tegal/lading/padang rumput 41,8 %, hutan 35,3 %, perkebunan 2,9 %, dan lain-lain sebesar 0,8 %. Tabel 3.2 Pengggunaan Lahan di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2004 No Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan Bangunan Perkebunan Tegal Sawah Hutan Lainnya 1 Timang Gajah Pintu Rime Gayo Bukit Wih Pesam Bandar Syiah Utama Permata Jumlah Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka Tahun Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmidt Fergusson (1952) Kabupaten Bener Meriah mempunyai type iklim A dan B seperti daerah trofis lainnya, iklim sangat dipengaruhi oleh angin yang senantiasa bertukar setiao tahunnya, sehingga terdapat dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim Hujan terjadi dari bulan September sampai dengan bulan Februari, sedangkan musim kemarau mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Hujan rata-rata tiap tahunnya diantara sampai mm, sedangkan suhu udara berkisar diantara C dengan kelembaban nisbi rata-rata 75% Topografi Letak topografi sebagian besar desa di kabupaten Bener Meriah adalah daerah yang berbukit-bukit dan pegunungan dengan jumlah wilayah administrasi sebanyak 115 desa. Halaman 3-3

31 Semakin tinggi letak suatu wilayah dari permukaan laut maka secara umum komoditi yang dapat diusahakan untuk berproduksi secara maksimal sangat terbatas. Apabila dipaksakan untuk membudidayakan pada kondisi yang demikian akan mengakibatkan erosi dan memperbesar air permukaan sehingga menimbulkan tanah-tanah kritis dan mempengaruhi debit air. Berdasarkan kelas ketinggian maka Kabupaten Bener Meriah didominasi kelas ketinggian m diatas permukaan laut, Kabupaten Bener Meriah ini bercorak sebagai daerah pegunungan dan memiliki beberapa puncak gunung seperti Gunung Talang (masih aktif), Gunung Geureudong, Gunung Burne Rajawali, Gunung Burne Draung Malem, Gunung Kulam Raja Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 (sebelum tsunami) adalah sebesar jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa dan pada tahun 2005 (setelah tsunami) sebesar jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 adalah sebesar unit. Bila diamati kepadatan penduduk di Kabupaten Bener meriah, maka kecamatan dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Wih Pesam dengan kepadatan 322 jiwa/km2 dan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Syiah Utama yaitu kepadatan 5 jiwa per Km2. Penyebaran penduduk di Kabupaten Bener Meriah cenderung terkonsentrasi diwilayah bagian timur, khususnya di kecamatan Timang Gajah dan Bukit yang mencakup 40,4% dari jumlah total penduduk kabupaten Bener Meriah. Hal ini terjadi sebagai akibat letak wilayah kecamatan tersebut yang sangat strategis dilalui oleh jalan negara dan lalu-lintas kendaraan antar propinsi/kabupaten. Kabupaten Bener Meriah mengalami perkembangan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk dari jiwa pada tahun 2000 dan meningkat menjadi jiwa pada tahun Pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2000 s/d 2004 sebesar 1,93 % per tahun maka diperkirakan pada tahun Halaman 3-4

32 perencanaan 2011 jumlah penduduk Kabupaten Bener Meriah berjumlah jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah jiwa. Sedangkan jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2004 di wilayah perencanaan adalah sbb: Kecamatan Timang Gajah dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 143 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Timang Gajah berjumlah jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah jiwa. Kecamatan Bukit dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 170 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Bukit berjumlah jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah jiwa. Kecamatan Bandar dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 84 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Bandar berjumlah jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah jiwa. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2004 Jumlah Penduduk Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km 2 No Kecamatan Luas (Ha) Laki-laki Perempuan Total 1 Timang Gajah Pintu Rime Gayo Bukit Wih Pesam Bandar Syiah Utama Permata Jumlah Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka tahun 2004 Halaman 3-5

33 Tabel 3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Bener Meriah Jumlah Penduduk Eksisting Proyeksi No Kecamatan Timang Gajah ,130 31,419 2 Pintu Rime Gayo ,264 11,582 3 Bukit ,276 44,022 4 Wih Pesam ,165 21,460 5 Bandar ,438 42,635 6 Syiah Utama ,869 3,587 7 Permata ,991 17,492 Jumlah , ,196 Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka Tahun 2004 Tabel 3.5 Jumlah Penduduk di Kecamatan Timang Gajah Tahun 2005 No Kelurahan/ Luas Jumlah Penduduk Jumlah Kepadatan Desa (Ha) Laki-laki Perempuan Total R.Tangga Pddk/Km2 1 Bandar Lampahan t.a.d 1,095 1,135 2, Karang Jadi t.a.d 1,238 1,174 2, Lampahan t.a.d 2,115 1,971 4, Suka Damai t.a.d 1,167 1,250 2, Blang Rongka t.a.d , Tunyang t.a.d 1,127 1,130 2, Timang Gajah t.a.d , Reronga t.a.d 1,479 1,655 3, Setie t.a.d , Pantan Lues t.a.d Simpang Layang t.a.d Gegur Sepakat t.a.d Cekal Baru t.a.d Meriah Jaya t.a.d , Umah Besi t.a.d Jumlah - 12,139 12,584 24,723 5,825 - Sumber : Data Podes 2006 t.a.d : tidak ada data No Kelurahan/ Desa Tabel 3.6 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bandar Tahun 2005 Luas (Ha) Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 1 Wonosari t.a.d Payabaning t.a.d Blang Pulo t.a.d Petukel Blang Jorong t.a.d Tanjung Pura t.a.d Hakim Wihilang t.a.d , Lewajadi t.a.d Bukit Wihilang t.a.d Suku Wihilang t.a.d Pondok Gajah t.a.d , Purwosari t.a.d 1,075 1,123 2, Sidodadi t.a.d Selamat Rejo t.a.d Halaman 3-6

34 No Kelurahan/ Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 Laki-laki Perempuan Total 14 Pondok Ulung t.a.d , Janarata t.a.d 1,040 1,079 2, Batin Baru t.a.d Bener Lukub II t.a.d Bener Kelipah Utara t.a.d , Bener Kelipah Selatan t.a.d Muyang Kute Mangku t.a.d Keramat Jaya t.a.d Simpang Utama t.a.d Bintang Musara t.a.d Pakat Jeroh t.a.d Puja Mulia t.a.d , Pondok Baru t.a.d , Bahgie Bentona t.a.d 1,028 1,039 2, Bandar Jaya t.a.d Nosar Tawar Jaya t.a.d Jumlah - 12,513 12,816 25,329 5,808 - Sumber : Data Podes 2006 No Kelurahan/ Desa Tabel 3.7 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bukit Tahun 2005 Luas (Ha) Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Ha 1 Blang Tampu t.a.d , Uning Bersah t.a.d Uning Teritit t.a.d Kute Lintang t.a.d Tingkem Bersatu t.a.d Tingkem Asli t.a.d Reje Guru t.a.d Blang Sentang t.a.d , Simpang Tiga t.a.d , Bale Redelong t.a.d , Ujung Gele t.a.d Delung Tue t.a.d , Kenawat t.a.d Blang Ara t.a.d Waq Pondok Sayur t.a.d Panji Mluia II t.a.d Panji Mluia I t.a.d , Isaq Busur t.a.d Bujang t.a.d Hakim Tungul Naru t.a.d Bale Atu t.a.d Burni Telong t.a.d Tingkem Benyer t.a.d Bathin Wih Pongas t.a.d Sedie Jadi t.a.d Rembele t.a.d Jumlah - 9,252 10,001 19,253 4,241 - Sumber : Data Podes Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Berdasarkan komposisi penduduk menurut lapangan usaha pada tahun 2004, sebagian besar penduduk kabupaten Bener Meriah bekerja disektor pertanian Halaman 3-7

35 yang mencapai jiwa (72,35%), kemudian PNS sebesar 964 jiwa(3,2%), perdagangan dan jasa sebesar 912 jiwa(5,68%), sedangkan sisanya bekerja di sektor pertambangan rakyat, angkutan, buruh, dan lain sebagainya. Tabel 3.8 Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bener Meriah No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase ( % ) 1 Pertanian 21, Pertambangan Industri Listrik Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Keuangan dan Perbangkan Jasa Pegawai Negeri Lain-lain 3, Jumlah 30, Sumber : Kabupaten Bireun Dalam Angka tahun Perekonomian Kabupaten Bener Meriah Sektor Industri Keberadaan industri kecil (sektor logam, mesin, dan elektronika) di Kabupaten Bener Meriah berjumlah 101 unit. Jumlah tenaga kerja yang terserap disektor formal adalah sebesar 279 orang. Sedangkan nilai investasi sektor industri kecil pada tahun 2004 sebesar Rp. 1,67 milyar. No Kecamatan Tabel 3.9 Jumlah Industri Kecil di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2004 Jumlah Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp ) Nilai Investasi (Rp ) Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For 1 Timang Gajah Pintu Rime Gayo Bukit Wih Pesam Bandar Syiah Utama Permata Jumlah Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka Tahun 2004 Halaman 3-8

36 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bener Meriah sebelum tahun 2005 masih bergabung dengan kabupaten Aceh Tengah, sehingga sampai akhir tahun 2005 masih belum mempunyai PDRB sendiri yang telah di sahkan oleh DPRD kabupaten Bener Meriah Keuangan Daerah (APBD) Kabupaten Bener Meriah sebelum tahun 2005 masih bergabung dengan kabupaten Aceh Tengah, sehingga sampai akhir tahun 2005 masih belum mempunyai APBD sendiri yang telah di sahkan oleh DPRD kabupaten Bener Meriah Infrastruktur Prasarana dan Sarana Perkotaan Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Bener Meriah dikelola oleh PDAM Tirta Bengi dengan sistem IPA lengkap. Pada sistem IPA lengkap terdapat sumber air baku, sistem transmisi, pengolahan lengkap, dan distribusi yang sebagian besar sudah dibuat dengan sistem zona pada pelayanannya. Sementara itu menurut buku Langsa Dalam Angka tahun 2004, penyediaan Air minum yang dikelola oleh PDAM di Kabupaten Bener meriah baru melayani kecamatan Timang Gajah mempunyai unit SR, kecamatan Bukit mempunyai 328 unit SR, dan kecamatan Bandar mempunyai unit SR, sedangkan kecmatan lainnya belum terlayani pipa distribusi PDAM Tirta Bengi. Total jumlah pelanggan PDAM tahun 2004 di kabupaten Bener Meriah adalah sebesar pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak m3. Table 3.10 Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Bengi Tahun 2004 Lokasi IKK Jumlah Pelanggan Jumlah Konsumsi Air (m3) 1. IKK Janarata IKK Lampahan IKK Bukit TOTAL Sumber : Kabupaten Bener Meriah Angka 2004 Halaman 3-9

37 Persampahan Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bener Meriah terdiri dari sampah yang berasal dari domestic dan non domestic. Sampah yang berasal dari domestik ditampung ditempat penampungan sementara yang berupa bak-bak sampah yang selanjutnya diangkut oleh truk sampah (dump truck) menuju ke tempat pembuangan akhir. Dengan standar besaran jumlah sampah yang ditimbulkan oleh rumah tangga (domestik) sebesar 1,5 liter/hari, maka dengan jumlah penduduk tahun 2026 sebesar jiwa dapat diperoleh jumlah produksi sampah domestik Kabupaten Bener Meriah pada akhir tahun 2026 yaitu sebesar liter/hari. Jumlah sampah non-domestik adalah 40% dari sampah domestic, yaitu sebesar liter/hari. Total produksi sampah ini keseluruhannya adalah sebesar liter/hari Operasi Pengelolaan Persampahan A. Pewadahan Pola pewadahan berupa pola pewadahan individual dan komunal, bahan yang digunakan untuk pewadahan harus kuat, kedap air, mudah untuk dikosongkan/diperbaiki. Penempatan wadah untuk sistem individual diletakkan dekat rumah untuk pemukiman, dan diletakkan di belakang untuk pertokoan. Penempatan wadah untuk sistem komunal tidak mengambil lahan trotoar, sedekat mungkin dengan sumber sampah dan diletakkan di tepi jalan besar. B. Pengumpulan Sampah Terdapat 2 (dua) sistem pengumpulan sampah yaitu: > Sistem Pelayanan individual > Sistem pelayanan komunal Dalam pelaksanaan sistem pengumpulan sampah ini dibagi dalam 4 (empat) sistem dengan gambaran sebagai berikut : > Sistem pelayanan door to door, dengan truk kecil dan dikumpulkan ditransfer depo atau dibawa langsung ke TPA Halaman 3-10

38 > Sistem pelayanan dengan door to door dengan gerobak dan dikumpulkan ditransfer depo/tempat penampungan sementara > Sistem pelayanan komunal, masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan/ disediakan > Sistem dengan cara memusnahkan sampah sendiri. C. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah di kabupaten Bener Meriah dilakukan dengan menggunakan dump truck (1 unit) dan arm rool truck (1 unit) untuk diangkut ke lokasi pembuangan akhir. Dalam pengangkutan sampah untuk pemukiman dilakukan pada pagi hari, dengan pertimbangan bahwa umumnya di lingkungan pemukiman penduduk pada pagi hari melakukan kegiatan/aktifitas diluar seperti pergi kerja, sekolah, dan ke pasar. Sebaliknya untuk lingkungan pasar dan industri, pengambilan sampah dilakukan pada malam hari, dengan pertimbangan pada malam hari aktifitas di pasar tidak berjalan dan segi sanitasinya dapat terjaga. D. Tempat Pembuangan Akhir Tempat pembuangan akhir yang dialokasikan di Mangku dengan sistem Open Dumping yang berjarak 23 km dari kota Simpang Tiga. Lokasi TPA ini cukup representative, karena selain lokasinya agak jauh dari pemukiman penduduk, juga lahannya cukup luas. Untuk pengaturan lebih lanjut, diperlukan studi tersendiri, terutama dalam hal penelitian dampaknya terhadap lingkungan. Sistem pemusnahan sampahnya dilakukan dengan penimbunan sampah yang dibuang serta membakarnya setiap akhir operasi. Keuntungan dari sistem pembakaran ini antara lain adalah : > Insekta yang biasa hidup di sampah tidak dapat berkembang biak karena habitat hidupnya tertutup tanah penutup. > Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap > Menimbun daerah rawa > Lahan yang tidak diperlukan lagi dapat dimanfaatkan kembali, misalnya sebagai lapangan olah raga dan sebagainya. Halaman 3-11

39 Untuk penanganan persampahan ini dimasa mendatang perlu dicari alternative lokasi baru yang layak dan mudah dijangkau dan efisien Air Limbah dan Sanitasi Sistem penanganan dan pembuatan air limbah ditentukan dari kadar pencemaran: > Air limbah dari industri terlebih dahulu diadakan proses pembersihan/filtrasi. > Air limbah berasal dari rumah tangga, volumenya diperkirakan 70% dari jumlah pemakai. Dalam perencanaan sistem pembuangan air limbah pada dasarnya dikenal dua sistem pembuangan yaitu sistem pembuangan air limbah terpusat (off site) dan pembuangan air limbah setempat (on site). Dalam sistem pembuangan air limbah setempat (on site) di Kabupaten Bener Meriah dianjurkan menggunakan metoda tangki septik atau cubluk (tunggal atau kembar). Tangki septik umumnya terletak dibawah tanah dimana air limbah dari kakus, kamar mandi, toilet dan air bekas lainnyadialirkan ke dalam tangki tersebut. Di dalam tangki akan terjadi pemisahan antara kotoran padat dan cair, kotoran yang meng-endap akan menjadi lumpur dan diuraikan oleh bakteri dalam keadaan an-aerobik, sedangkan effluent akan mengalir melalui bidang filteryang terdapat pada angki septik, yang terdiri dari pecahan batu kali, kerikil dengan lapisan yang berbeda diameter akan menambah bakteri yang terdapat dalam effluent. Setelah melalui bidang filter, maka effluent akan dialirkan menuju bidang resapan dan dibuang melalui saluran terbuka karena sudah cukup aman. Penanganan pembuangan system on site dengan metoda tangki septik memerlukan transportasi lumpur tinja untuk mengosongkan tangki. Untuk transportasi tersebut dapat digunakan truk tinja dengan kapasitas 2-4 meter kubik atau 6 meter kubik, serta dapat digunakan trailler untuk melayani penyedotan di daerah padat yang hanya tersedia jalan kecil/gang. Walaupun septik tank direncanakan untuk melayani kebutuhan rumah tangga individual, tetapi dapat juga menampung secara kolektif air limbah yang berasal dari komunitas. Lokasi septic tank dan bidang resapan direncanakan Halaman 3-12

40 mempunyai jarak minimum terhadap rumah terdekat, jalan umum dan sumber air untuk antisipasi kontaminasi pencemaran air. Jarak minimum diperkirakan sepanjang 15 meter. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 adalah sebesar unit, dari jumlah tersebut hanya sedikit (30%) penduduknya menggunakan fasilitas toilet/wc didalam rumah Drainase Sistem drainase yang direncanakan terdiri dari 2 (dua) macam,yaitu : > sistem pembuangan tertutup > sistem pembuangan terbuka Sistem saluran tertutup dapat dipergunakan pada kawasan-kawasan dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi (kawasan perdagangan di pusat-pusat kota). Sementara sistem saluran terbuka dipakai pada kawasan dengan kepadatan bangunan rendah dan kawasan perumahan. Dimensi saluran untuk kawasan padat dapat dipakai dengan ukuran lebih besar karena kapasitas peresapan di kawasan ini relative kecil. Saluran pembuangan akhir dapat dilanjutkan pada sistem jaringan outfall, yang sudah memiliki dimensidimensi terperinci serta segi segi engineeringnya. Pedoman yang akan digunakan dalam perencanaan jaringan drainase di Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Saluran primer diusahakan mengikuti pengeringan (pematusan) alami, sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola jaringan jalan. b. Mengalirkan air hujan kesaluran drainase secepatnya menuju badan air terdekat untuk menghemat panjang saluran. c. Jaringan drainase yang telah ada dimanfaatkan secara optimal seperti sungai, anak sungai ataupun saluran drainase primer sebagai saluran pembuang. d. Ekonomis dalam pembiayaan investasi dan pembuatannya. e. Mudah dalam pelaksanan. Halaman 3-13

41 Rencana pengembangan prasarana drainase ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan kawasan terbangun dan prasarana jalannya. Disamping itu perlu juga mengacu pada pokok-pokok perencanaan drainase di Kabupaten Bener Meriah. Perencanaan dan pelaksanaan program harus terpadu dengan pengendalian banjir dan program perbaikan jalan. Strategi penanganan drainase Kabupaten Bener Meriah ini adalah : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana drainase yang ada. penanganan diprioritaskan kepada pemeliharaan, rehabilitas dan peningkatan konstruksi/peningkatan kapasitas yang rawan banjir/genangan. Perencanaan dan pelaksanaan program drainase harus terpadu dengan program pengendalian banjir dan program perbaikan jalan Memasyarakatkan pembangunan sistem drainase yang berwawasan lingkungan Saluran pembuangan akhir yang direncanakan adalah Krueng Bidin dan Krueng Jambuaye serta alur-alur sungai kecil lainnya, sedangkan saluran drainase primer terdapat disepanjang jalan utama (arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer), saluran drainase sekunder terdapat di sepanjang jalan kolektor sekunder dan jalan lokal, sedangkan saluran drainase tersier diarahkan pada jalan lingkungan pemukiman penduduk Jalan Kota Panjang jalan aspal di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2004 adalah sepanjang 302,18 km yang meliputi jalan negara kelas III sepanjang 26,36 Km, dan jalan Propinsi kelas III sepnjang 275,82 km, sedangkan jalan Kabupaten kebanyakan berbentuk jalan kerikil dan tanah(694,10 km). Keberadaan jalan Negara dan Propinsi dalam kondisi rusak hampir tidak ada, sedangkan jalan kabupaten yang rusak adalah sepanjang 310,13 km (44,7%)dan rusak berat adalah sepanjang 362,47(52,2%). Sedangkan jumlah kendaraan Penumpang umum yang tercatat di Kepolisian Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2004 sebesar unit. Halaman 3-14

42 Tabel 3.11 Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2004 STATUS JALAN (Km) Jenis/Kondisi/Kelas Jalan Jalan Negara Jalan Propinsi Kabupaten A Jenis Permukaan 1. Aspal - 26,36-275, Kerikil ,85 3. Tanah ,25 4. Lainnya Jumlah - 26,36-275,82-694,10 B Kondisi Jalan 1. Baik - 26,36-253,67-21,5 2. Sedang ,15-3. Rusak ,13 4. Rusak Berat ,47 Jumlah - 26,36-275,82-694,10 C Kelas Jalan 1. Kelas I Kelas II Kelas III Kelas III A - 26, Kelas III B , Kelas III C ,99 7. Tidak Diperinci ,11 Jumlah - 26,36-275,82-694,10 Sumber : Kabupaten Bener Meriah Dalam Angka Tahun 2004 Halaman 3-15

43 BAB 4 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

44 BAB 4 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1. Tinjauan Umum Sistem Penyediaan Air Bersih Yang Ada Penyediaan air bersih di Kabupaten Bener Meriah dikelola oleh PDAM Tirta Bengi dengan sistem perpipaan yang dialirkan secara gravitasi. Pada sistem ini terdapat sumber air baku, jaringan transmisi, unit pengolahan dan jaringan distribusi. Sistem penyediaan air bersih yang ada di Kabupaten Bener Meriah : IKK Bandar (Pondok Baru) IKK Bukit (Simpang III Redelong) IKK Timang Gajah (Lampahan) IKK Permata Yang menjadi wilayah studi pada pekerjaan ini adalah sistem di IKK Bandar (Pondok Baru) dan IKK Timang Gajah (Lampahan). Untuk IKK Bukit (Simpang III Redelong) telah dikembangkan instalasi pengolahan air bersih siap minum oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan dana APBN IKK Bandar (Pondok Baru) Sistem penyediaan air bersih yang ada di IKK Bandar (Pondok Baru) berupa sistem perpipaan yang dialirkan secara gravitasi tanpa dilengkapi unit pengolahan. Sumber air baku berasal dari Alur Pegunungan Paya Rebol yang berjarak ± 10 km dari pusat Kecamatan Bandar (Pondok Baru) pada ketinggian ± 1600 mdpl dengan kapasitas produksi ± 5 lt/detik. Sumber air baku lainnya adalah mata air Bathin yang berjarak ± 8 km dari pusat Kecamatan Bandar (Pondok Baru) pada ketinggian ± 1400 mdpl dengan kapasitas produksi ± 5 lt/detik. Fasilitas pelayanan air bersih pada sistem Paya Rebol berupa bangunan intake bendung yang langsung dihubungkan dengan pipa jaringan distribusi Ø Ø 75 mm sepanjang kurang lebih m dengan dilengkapi 2 (dua) buah bak Halaman 4-1

45 pelepas tekanan (BPT). Sedangkan pada sistem Bathin, fasilitas pelayanan air bersih yang tersedia berupa bangunan intake broundcaptering yang langsung di yang langsung dihubungkan dengan pipa jaringan distribusi Ø Ø 50 mm sepanjang kurang lebih m. Gambar 4.1. menunjukkan skematik sistem pelayanan air bersih di Kecamatan Bandar (Pondok Baru). Sampai saat ini sistem Paya Rebol dan Bathin baru dapat melayani 26,85 % dari jiwa penduduk di Kecamatan Bandar dengan jumlah pelanggan sebanyak unit SR. Tingkat pelayanan ini dinilai terlalu kecil dan tidak mencukupi apabila dibandingkan dengan jumah penduduk di Kecamatan Bandar, apalagi bila mengikuti pertambahan penduduk sampai beberapa tahun yang akan datang IKK Ketol Timang Gajah (Lampahan) Sistem penyediaan air bersih yang ada di IKK Timang Gajah (Lampahan) berupa sistem perpipaan yang dialirkan secara gravitasi dengan kapasitas produksi sebesar 6 lt/dt tanpa dilengkapi unit pengolahan. Sumber air baku berasal dari mata Sungai Lampahan yang berjarak ± 7 km dari pusat Kecamatan Ketol pada ketinggian mdpl. Fasilitas sistem pelayanan air bersih di IKK Timang Gajah (Lampahan) berupa bangunan intake yang langsung dihubungkan dengan pipa jaringan distribusi Ø 75 Ø 25 mm sepanjang ± m. Gambar 4.2. menunjukkan skematik sistem pelayanan air bersih di Kecamatan Timang Gajah. Sampai saat ini Sistem Lampahan baru dapat melayani 15,52 % dari jiwa penduduk di Kecamatan Timang Gajah dengan jumlah pelanggan sebanyak 796 unit SR. Tingkat pelayanan ini dinilai terlalu kecil dan tidak mencukupi apabila dibandingkan dengan jumah penduduk di Kecamatan Ketol, apalagi bila mengikuti pertambahan penduduk sampai beberapa tahun yang akan datang. Halaman 4-2

46 Gambar 4.1. Skematik pelayanan air bersih IKK Bandar Halaman 4-3

47 Gambar 4.2. Skematik pelayanan air bersih kecamtan Timang Gajah Halaman 4-4

48 4.2. Permasalahan yang dihadapi IKK Bandar (Pondok Baru) Secara umum permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan air bersih di Kecamatan Pegasing dapat dikelompokkan sebagai berikut. a) Sistem Intake dan Reservoir Kapasitas sumber air baku terbatas Bangunan intake mengalami kerusakan ringan karena tidak terpelihara Tidak dilengkapi dengan water meter induk sehingga kapasitas produksi tidak terdata dengan pasti Kondisi pelepas tekanan (BPT) masih relatif cukup baik Gambar 4.3. Bak Pelepas Tekan dan Intake Bathin b) Sistem Distribusi Kebocoran atau kerusakan yang terjadi pada jaringan pipa distribusi Jembatan-jembatan pipa relatif baik namun banyak yang tidak dilengkapi dengan wash out dan air realease. c) Sistem Sambungan dan Pelayanan Unit sambungan rumah aktif tidak terlalu banyak masalah, kecuali pemasangan-pemasangan ilegal Daftar tunggu SR relatif cukup banyak dan belum ada realisasi, karena belum didukung dengan operasional dan aspek teknis kinerja PDAM Kondisi meter sambungan rumah relatif baik dan berfungsi Halaman 4-5

49 IKK Timang Gajah (Lampahan) Secara umum permasaahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan air bersih di Kecamatan Ketol dapat dikelompokkan sebagai berikut. a) Sistem Intake dan Reservoir Kondisi fisik Sungai Lampahan di sekitar bangunan intake rawan longsor dan banjir, sehingga dapat membahayakan keberadaan bangunan intake Bangunan intake mengalami kerusakan ringan Tidak dilengkapi dengan water meter induk Gambar 4.4. Kondisi Sungai Lampahan dan Bangunan Intake Bak reservoir tidak dilengkapi dengan pipa wash out Gambar 4.5. Kondisi Bak Reservoir Halaman 4-6

50 b) Sistem Distribusi Kebocoran atau kerusakan yang terjadi pada jaringan pipa distribusi Jaringan pipa distribusi tidak dilengkapi dengan wash out dan air realease. c) Sistem Sambungan dan Pelayanan Gambar 4.6. Kondisi Jaringan PipaDistribusi Unit sambungan rumah aktif tidak terlalu banyak masalah, kecuali pemasangan-pemasangan ilegal Daftar tunggu SR relatif cukup banyak dan belum ada realisasi, karena belum didukung dengan operasional dan aspek teknis kinerja PDAM 4.3. Analisis dan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk atau kegiatannya, untuk mengantisipasi kebutuhan ini dilakukan perencanaan dengan melakukan prediksi laju pertambahan penduduk dan saranasarana pendukung kehidupannya. Jumlah penduduk masa datang diramalkan dengan proyeksi, kemudian ditentukan kebutuhan perkapitanya. Kedua faktor ini merupakan parameter penentu kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik), selain kebutuhan air untuk non rumha tangga (non domestik). Proyeksi kebutuhan air total merupakan penjumlahan dari kebutuhan air domestik, non domestik ditambah sejumlah kehilangan air yang tidak dapat ditanggulangi, baik secara teknis maupun non teknis. Halaman 4-7

51 Kebutuhan air domestik dipengaruhi oleh jumlah dan kapasitas fasilitas-fasilitas setiap rumah (SR) yang ada. Asumsi kebutuhan air domestik berdasarkan jumlah sambungan dan prosentase pelayanan sistem yang ada. Berdasarkan tingkat pelayanan yang ada sekarang dan faktor-faktor tersebut datas maka dapat diperkirakan proyeksi prosentase pelayanan pada tahun-tahun yang akan datang. Kebutuhan air non domestik dipengaruhi oleh jumlah dan kapasitas fasilitasfasilitas kota yang ada. Asumsi kebutuhan air non domestik diperkirakan sebesar % dari kebutuhan domestik. Berdasarkan tingkat pelayanan yang ada sekarang dan faktor-faktor tersebut datas maka dapat diperkirakan proyeksi prosentase pelayanan pada tahun-tahun yang akan datang. Dalam suatu sistem penyediaan air bersih biasanya tidak seluruh air yang diproduksi sampai kepada konsumen akibat adanya kebocoran di instalasi, jaringan pipa transmisi ataupun distribusi, alat meter air, kesalahan administrasi dan juga untuk pemadam kebakaran atau penyiraman tanah yang disebut kehilangan air. Kehilangan air pada sistem ini diusahakan sekecil mungkin dan dalam perencanaan suatu sistem yang baru, ditargetkan sebesar 25 % dari Konsumsi atau 20 % dari Produksi. Tabel 4.1. dan 4.2. menunjukkan proyeksi jumlah kebutuhan air untuk Kecamatan Bandar dan Kecamatan Timang Gajah. Dari tabel proyeksi jumlah kebutuhan air tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih Kecamatan Bandar dan Kecamatan Timang Gajah pada tahun-tahun mendatang meningkat seiring dengan peningkatan penduduk di masing-masing wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan kapasitas produksi air bersih dengan mengoptimalkan sumber air baku yang telah digunakan selama ini atau dengan menggunakan sumber air baku baru Outline Plan Sistem Penyediaan Air Bersih Outline Plan ini disusun untuk Kecamatan Bandar dan Kecamatan Timang Gajah. Pada outline plan ini disusun penanganan jangka menengah dan penanganan jangka panjang. Pada penanganan jangka menengah akan dilanjutkan dengan pembuatan Detailed Engineering Design. Halaman 4-8

52 Halaman 4-9

53 Halaman 4-10

54 Halaman 4-11

55 Halaman 4-12

56 4.5. Alternatif Sistem Yang Akan Dikembangkan IKK Bandar (Pondok Baru) Mengingat kendala yang dihadapi dalam pengembangan sistem penyediaan air bersih di IKK Bandar (Pondok Baru) adalah keterbatasan sumber air baku yang ada saat ini maka alternatif pengembangan sistem penyediaan air bersih yang dapat diterapkan adalah pembangunan sistem baru. Sumber air baku yang akan digunakan adalah dari hulu Sungai Papanji. A. Intake Bangunan intake direncanakan pada ketinggian ± mdpl berupa bangunan bendung untuk dapat mengoptimalkan jumlah air yang akan diproduksi. B. Transmisi Gambar 4.7. Rencana Lokasi Bangunan Intake Jaringan transmisi berupa pipa dengan pengaliran secara gravitasi dari lokasi intake ke rencana lokasi unit pengolahan air (IPA) pada ketinggian ± mdpl dengan jarak ± 1,5 km C. Produksi Unit produksi sistem yang akan dikembangkan ini dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air (IPA) berkapasitas 40 lt/dt lengkap dengan bangunan pendukungnya. Waktu operasi produksi direncanakan optimal selama 24 jam/hari, sehingga dapat mencukupi jumlah kebutuhan air bersih di daerah pelayanan. Halaman 4-13

57 Gambar 4.8. Rencana Lokasi Instalasi Pengolahan Air D. Distribusi dan sambungan langganan Pengembangan jaringan distribusi Pengembangan jaringan distribusi dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun Pengembangan jaringan distribusi terutama ditujukan untuk melayani daerah-daerah potensial pelayanan. Penambahan sambungan langganan Penambahan sambungan langganan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun IKK Timang Gajah (Lampahan) Alternatif pengembangan sistem penyediaan air bersih yang dapat diterapkan di Kecamatan Timang Gajah adalah : A. Optimasi Sistem Peningkatan kapasitas (up rating) Dengan melihat perbandingan antara jumlah kebutuhan hari maksimum tahun 2007 sebesar 8,69 lt/dt yang terus meningkat menjadi 49,01 lt/dt pada tahun 2026 dengan kapasitas produksi saat ini sebesar 6 lt/detik, maka kapasitas produksi saat ini perlu ditingkatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Halaman 4-14

58 Berdasarkan penilaian kualitas dan kuantitas Sungai Lampahan sebagai air baku yang digunakan pada saat ini, maka ditentukan bahwa peningkatan kapasitas (up rating) produksi dilakukan dengan mengoptimalkan sumber air baku yang ada. Untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi tersebut tentunya diperlukan infrastruktur dan kelengkapan sistem yang baik. Penurunan kehilangan air Penurunan tingkat kehilangan air secara bertahap dari 41,81 % pada saat ini dan berangsur-angsur turun sampai 20 % pada tahun 2026 akan dapat meningkatkan produktivitas sistem yang dikembangkan. B. Pengembangan Sistem Pengembangan jaringan distribusi Pengembangan jaringan distribusi dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun Pengembangan jaringan distribusi terutama ditujukan untuk melayani daerah-daerah potensial pelayanan. Penambahan sambungan langganan Penambahan sambungan langganan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun Rencana Anggaran Biaya Untuk mendukung pengembangan sistem penyediaan air bersih di IKK Pegasing dan IKK/Unit Ketol dalam jangka menengah diperlukan biaya sebesar Rp Tabel 4.3. dan 4.4. menunjukkan outline plan dan rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih tahun Halaman 4-15

59 Halaman 4-16

60 Halaman 4-17

61 BAB 5 SEKTOR SANITASI

62 Gambar BAB 1 5 SEKTOR SANITASI 5.1. Umum Strategi penanganan air limbah Kabupaten Bener Meriah umumnya adalah peningkatan fasilitas sanitasi sistem setempat (on site) meliputi : Fasilitas sanitasi individual berupa tangki septic dimana pengurasan dengan truck tinja, kemudian dibawah ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Fasilitas sanitasi komunal berupa MCK untuk masyarakat yang belum mempunyai fasilitas sanitasi atau fasilitas sanitasi tidak memadai. Pengadaan fasilitas sanitasi sistem individual diharapkan dari swadaya masyarakat sedangkan sistem komunal diusulkan untuk mendapatkan bantuan pembiayaan dengan maksud untuk sebagai stimulant Kajian Terhadap Fungsi dan Strategi Pembangunan Kota Strategi Pembangunan Kota mengidentifikasi kawasan perluasan permukiman, kawasan pusat kota, kawasan industri dan kawasan pendidikan. Penunjangan sektor air limbah untuk kawasan-kawasan tersebut berupa peningkatan penanganan fasilitas sanitasi sistem setempat (on site) melalui pengurasan dan pembuangan lumpur septik dengan truck tinja kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Sedangkan untuk kawasan permukiman kumuh dan padat penanganan air limbah berupa penyediaan MCK (Mandi Cuci dan Kakus) lengkap dengan tangki septik, dimana sistem pengurasan dan pembuangan lumpur septik seperti kawasan lainnya Analisa Program Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja A. Dasar Pertimbangan a. Terbatasnya lahan disekitar permukiman Sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuangan lumpur septik yang memenuhi syarat teknis maupun lingkungan, sehingga tidak menjadi sumber Halaman 6-1

63 polusi untuk air permukaan dan tanah. Pengurasan dengan sistem manual oleh masing-masing individu atau pengurasan dengan truck tinja (vacuum truck) untuk pelayanan skala kota membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pengolahan lumpur tinja. b. Karakteristik buangan Karakteristik lumpur tinja merupakan buangan dengan kandungan unsur terbesar adalah organik biodegradabel sehingga pengolahan dapat dilakukan melalui suatu instalasi secara biologis. Dari hasil sampling lumpur tinja menunjukkan bahwa karakteristik lumpur tinja adalah sebagai berikut : Lumpur Tinja : BOD5 20º C = mg/ltr COD = mg/ltr Suspended Solid = mg/ltr Data-data hasil sampling karakteristik lumpur tinja dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Tabel 5.1. Karakteristik Lumpur Tinja No. Parameter Satuan Besaran 1. BOD5 20º C mg/ltr COD mg/ltr Suspended Solid mg/ltr Keterangan : Lokasi sampling Influent Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sumber : Dinas Kebersihan Kotamadya Surabaya B. Metode Penanganan Lumpur Septik Memperhatikan karakteristik lumpur tinja dimana kandungan unsur terbesarnya adalah zat organik yang biodegradabel (dapat terurai secara biologis), maka sistem pengolahan dilakukan secara biologis dengan menggunakan kolam stabilisasi. Pemilihan teknologi Pengolahan Lumpur Tinja mengacu kepada Buku Pedoman Survey dan Perencanaan Instalasi Lumpur Tinja, yang dikeluarkan Direktorat PLP, Ditjen Cipta Karya, tahun Penanganan pengolahan lumpur tinja yang akan diterapkan seperti dijelaskan dalam gambar 5.1. Halaman 6-2

64 Halaman 6-3

65 Secara garis besar unit proses yang tergambar pada gambar 5.1. adalah sebagai berikut : a. Kolam Anaerobik Pada Kolam anaerobik terjadi proses biologis, dimana effisiensi pengolahan sekitar % dengan waktu detensi 25 hari. Keluaran atau effluen dari proses anaerobik adalah cairan/supernatan dan lumpur hasil proses biologis dan sedimentasi. Effluent cairan kemudian dialirkan ke kolam fakultatif, sedangkan lumpur dialirkan ke sludge drying bed. Konstruksi kolam anaerobik adalah pasangan batu kali atau beton dimana pada lapisan bawah sebelumnya dilapisi dengan geomembran/geotekstil sehingga bangunan ini kedap air, karena konsentrasi buangan yang masuk cukup tinggi. Kriteria desain kolam stabilisasi anaerobik ini adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Kedalaman air = (1,8 2,5) meter. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Beban BOD volumetrik = ( ) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 60 %. b. Kolam Stabilisasi Fakultatif Proses yang terjadi pada kolam fakultatif adalah sama dengan kolam anaerobik yakni secara biologis yang dapat mengurangi BOD, dimana pada lapisan atas ( 1 meter dibawah permukaan air) terjadi proses aerobik dan pada lapisan bawahnya proses anaerobik. Keluaran dari kolam fakultatif adalah effluen cairan yang akan masuk ke kolam maturasi dan lumpur yang akan dialirkan ke sludge drying bed. Produksi lumpur relatif sedikit, karena waktu detensi relatif lebih lama. Effisiensi pengolahan sekitar % dengan waktu detensi 54 hari. Secara lengkap kriteria desain kolam stabilisasi fakultatif adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Kedalaman air = (1,2 1,8) meter. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Halaman 6-4

66 Beban BOD volumetrik = (40 60) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 70 %. BOD influen < 400 mg/lt BOD effluent > 50 mg/lt. c. Kolam Stabilisasi Maturasi Kolam maturasi berfungsi sebagai kolam pematangan. Effluen dari kolam fakultatif telah mengalami penurunan konsentrasi yang cukup tinggi sesuai effisiensi pengolahan sekitar %, tetapi kandungan mikroorganisme masih cukup tinggi, sehingga belum memenuhi standar untuk dibuang ke badan air. Untuk menurunkan kandungan mikroorganisme (bakteri patogen) disamping itu BOD dan SS juga dipisahkan maka diperlukan kolam maturasi. Effisiensi pemisahan bakteri dapat mencapai 99 % termasuk pengurangan pada unit-unit anaerobik dan fakultatif yang mendahuluinya. Bakteri patogen dari kolam ini bisa mencapai dibawah FC/100 ml. Waktu detensi kolam maturasi selama 15 hari. Kriteria desain dari kolam maturasi ini adalah sebagai berikut : Debit desain adalah debit rata-rata. Jagaan = (0,3 0,5) meter. Beban BOD volumetrik = (40 60) g BOD/(m³.hari). Rasio panjang dan lebar = (2 4) : 1 Effisiensi pemisahan BOD > 70 %. Effisiensi pemisahan E.coli > 95 % (termasuk kolam-kolam sebelumnya). d. Sludge Drying Bed Lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik paling besar volumenya apabila dibandingkan dari kolam fakultatif dan maturasi (produkasi lumpur kecil). Lumpur dari kolam tersebut sudah relatif stabil (tidak terurai lagi secara biologis sehingga tidak ada pengurangan BOD dan SS), tetapi kadar airnya masih cukup tinggi, sehingga diperlukan sludge drying bed untuk meningkatkan konsentrasi lumpur. Proses yang terjadi secara fisis yaitu filtrasi melalui media dan penguapan/evaporasi oleh sinar matahari. Keluaran dari sludge drying bed adalah tanah kering/coke yang siap dibuang ke alam/tanah terbuka. Letak unit Halaman 6-5

67 ini harus dekat dengan unit jalan perasi dan penampung lumpur kering. Pembangunannya dapat bertahap secara paralel. Kriteria perencanaan bak pengering lumpur ini adalah sebagai berikut : Lebar sebuah bak = (4,50 7,50) meter. Panjang sebuah bak = (3 x 6) meter. Ketinggian dinding bak = 45 cm diatas pasir. Tinggi jagaan = (15 25) cm. Dinding bak dibuat dari beton, pasangan batu bata dengan spesisemen. Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak yang berdiameter > 150 mm dan dari bahan GIP. Pipa distributor mempunyai kriteria : > Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap kompartemen. > Diameter > 100 mm. > Bahan GI. > Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding. Pipa pemberi pipa pembuangan dipasang pada drainase bak dengan diameter minimal 15 cm. Kadar air lumpur kering optimal = (70 80) %. Tebal lumpur kering diatas pasir = (20 30) cm. Tebal lumpur basah diatas pasir = (30 45) cm. Media pasir yang dipasang pada lapisan teratas mempunyai criteria seperti berikut : > Ukuran efektif = (0,30 0,50) mm. > Koefisien keseragaman < 5. > Tebal pasir = (15,0 22,5) cm. > Kandungan kotoran < 1 % terhadap volume pasir. Media kerikil yang dipasang dalam dua lapis dibawah pasir dengan urutan dari atas sebagai berikut : > Diameter (3-6) mm dipasang 15 cm diatas dasar bak. Halaman 6-6

68 > Diameter (20 40) mm dipasang 15 cm diatas pipa penangkap, di kanan kiri pipa penangkap setebal diameternya (10 15) cm. Pipa peluap dengan diameter ( ) mm dipasang pada dinding bak MCK lengkap dengan Tangki Septik A. Dasar Pertimbangan Dasar pertimbangan pengusulan pembangunan MCK adalah sebagai berikut : Terbatasnya lahan untuk membangun fasilitas sanitasi yang memadai di kawasan permukiman padat dan kumuh. Prosentasi masyarakat atau penduduk yang menggunakan sistem cemplung ke sungai, parit dan lain-lain yang akan memberikan dampak terhadap lingkungan serta sistem sanitasi lingkungan jumlahnya sangat besar yakni sebesar 60 % dibandingkan dengan masyarakat yang menggunakan cublik 30 % dan Septik Tank sebesar 10 %. Dibuat untuk melayani penduduk yang berpenghasilan rendah, baik dilokasi permukiman maupun tempat-tempat pelayanan umum. B. Metode Penanganan Hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan dalam merencanakan MCK disuatu lokasi adalah sebagai berikut : a. Lokasi dan Jarak Jarak antara sumur gali dan dan pengolahan tinja berkisar antara 7,5 15 meter, tergantung dari sifat serta macam susunan tanahnya, tinggi muka air tanah, dan keadaan daerah (dataran atau berbukit-bukit). Jarak maksium antara MCK dengan penduduk yang dilayani adalah 100 meter. b. Tata Letak Dari setiap kesatuan MCK harus dipisahkan pemakaian ruangan untuk lakilaki dan wanita. Dari sumber air diambil dari sumur gali, maka sumber tersebut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau dari ruang mandi, ruang cuci maupun ruang kakus. Halaman 6-7

69 c. Kapasitas Pelayanan Semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung pelayanan pada waktu (jam) yang paling sibuk. Banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan untuk jumlah pemakai tertentu disajikan pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Banyaknya Ruangan pada satu kesatuan untuk jumlah pemakai tertentu. Banyaknya Luas Lantai Banyaknya Ruangan Pemakai Minimum (orang) (M²) Mandi Cuci Kakus Sumber : Standard Teknis MCK dan Tangki Septik, Dirjen Cipta Karya, Dep. PU th Sasaran Program Berdasarkan sasaran program Jangka Menengah (tahun 2007 sampai dengan tahun 2011) pelayanan sektor air limbah diperkirakan baru dapat melayani : Penduduk yang menggunakan septik tank sebesar 20 % dari kondisi eksisting 10 %. Terjadi peningkatan 2 % dalam setahun. Penduduk yang menggunakan cubluk dari eksisting 30 % diharapkan dapat berkurang pertahunnya dengan menggunakan septik tank. Sehingga pada tahun 2011 tinggal 25 % dan tahun 2026 sebesar 20 %. Kecuali pada daerah dimana penduduk masih mempunyai lahan yang luas sehingga secara individual mereka masih memanfaatkan cubluk. Untuk masyarakat yang masih menggunakan sistem cemplung dan lain-lain sangat besar sekali, kondisi eksisting menunjukkan sebesar 60 %. Diharapkan pola atau kebiasaan sanitasi masyarakat dari tahun ke tahun terus berkurang seriring dengan bertambahnya masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan, pencemaran air atau badan air. Untuk tahun 2011 masyarakat yang masih menggunakan sistem cemplung dan lain-lain Halaman 6-8

70 sebesar 38 %, tahun 2016 sebesar 35 %, tahun 2021 sebesar 35 % dan tahun 2026 sebesar 20 % Usulan Program Usulan kegiatan program jangka menengah (tahun 2007 sampai dengan 2011) untuk Komponen pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Simpang Tiga Redelong sesuai dengan tabel 5.3 perhitungan kebutuhan peralatan dan tabel 5.4 Program pembiayaan komponen air limbah kota Simpang Tiga Redelong adalah sebagai berikut : Pembangunan IPLT sebanyak 1 paket Pengadaan Truck Tinja sebanyak 2 unit Pembangunan MCK sebanyak 60 unit dengan kapasitas 1 MCK melayani 80 jiwa. Penyiapan lahan untuk pembangunan MCK sebesar 894 M² dengan rincian lahan untuk tiap MCK adalah 14,9 M². Pembebasan tanah untuk lahan IPLT sebanyak M² Expenditure Program Program belanja sektor air limbah selama Program Jangka Menengah (2007 sampai tahun 2011) serta tahun 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel 5.3. sampai dengan table 5.6. yang meliputi program kegiatan dan pembiayaan proyek pengelolaan air limbah kota Simpang Tiga Redelong, IKK Timang Gajah dan IKK Bandar. Halaman 6-9

71 Halaman 6-10

72 Halaman 6-11

73 Halaman 6-12

74 BAB 6 SEKTOR DRAINASE

75 BAB 6 SEKTOR DRAINASE 6.1. Umum Kota Redelong sebagai ibukota Kabupaten Bener Meriah merupakan kota baru yang telah disusun RTRK. Inti dari kota Redelong adalah Kota Simpang Tiga yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Bukit. Kota ini sebagai merupakan titik temu jalan dari Pante Raya dan Simpang Tritit menuju Kota Pondok Baru. Kota Pondok Baru merupakan kota perdagangan dan ini termasuk salah satu kota dengan tingkat aktifitas perekonomian tertinggi di Kabupaten Bener Meriah. Pusat keramaian Kota Redelong sampai saat ini masih berkisar disekitar Simpang Tiga, karena sampai saat ini kantor bupati sementara Pemerintah Kabupaten Bener Meriah masih di Simpang Tiga. Kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bener Meriah masih dalam proses pembangunannya yaitu di kawasan Kute Kering. Kawasan Simpang Tiga yang saat ini menjadi pusat aktifitas perkantoran dan perdagangan memerlukan penanganan drainase yang memadai. Selain Simpang Tiga yang menjadi pusat pertumbuhan di Kabuapten Bener Meriah adalah Kota Pondok Baru yang terletak sekitar 6 km di sebelah barat Simpang Tiga. Kota Pondok Baru merupakan kota perdagangan utama di Kabupaten Bener Meriah Tinjauan Sistim Drainase Kota Kota Redelong Kota Redelong adalah kota baru yang merupakan kota pusat pemerintahan Kabupaten Bener Meriah. Inti dari kota Redelong adalah kota Simpang Tiga. Tata saluran drainase Kota Redelong masih belum tertata, karena sebagian besar kawasan ini adalah hutan, sawah, ladang, dan kebun. Elevasi kota Redelong berkisar antara m dpl sampai m dpl. Variasi muka tanah yang cukup besar ini sangat menguntungkan untuk drainase, karena air limpasan dapat di buang seketika. Hal yang harus diperhatikan dalam mendesain saluran drainase Halaman 6-1

76 di Kota Redelong adalah pengendalian kecepatan air limpasan agar tidak terjadi erosi, baik pada saluran maupun permukaan tanah yang dialirinya. A. Sistim Tata Air Sungai yang melintas di kota Redelong adalah Sungai Delung dan Sungai Pongas. Sungai Delung hanya melintas di sebelah utara kota Redelong, dekat Simpang Tiga, sedangkan Wih Pongas merupakan drainase primer dari rencana kawasan kota Redelong. Alur sungai yang berada di dalam kawasan rencana Kota Redelong semuanya mengalir ke Sungai Pongas.(lihat gambar 6.1) B. Sistim Tata Drainase Kota Mayoritas pembuangan sari saluran drainase pada rencana kota Redelong adalah masuk ke Sungai Pongas. Sedangkan pada kawasan Simpang Tiga, sebagian besar arah drainase mengalir ke sungai Delung yang tepat berada di sebelah utara kawasan Simpang Tiga. Pada kawasan pusat perdagangan di Simpang Tiga belum memiliki saluran drainase yang memadai. Masyarakat disini dengan dana dari PPK telah membuat saluran drainase dari kawasan pertokoan di sekitar pasar Ikan menuju Sungai Delung di bawahnya. Saluran ini dibuat dengan tidak memperhatikan kebutuhan drainase pada seluruh kawasan kota ini, jaringan antar saluran belum saling bertemu. Pada jalan utama dari Pante Raya yang masuk Simpang Tiga terdapat saluran irigasi yang diperuntukan mengairi ladang di kawasan Reje Guru dan sekitarnya, saluran ini juga berfungsi sebagai saluran drainase untuk kawasan yang dilewatinya. Pada kawasan rencana kota Redelong lainnya saat ini belum memiliki saluran drainase, karena kawasan ini sebagian bukan daerah terbangun sehingga tidak memerlukan saluran drainase. Saluran primer drainase untuk kawasan ini adalah alur-alur yang merupakan anak sungai Pongas. Saluran lainnya yang ada di kawasan ini adalah saluran alam, kecuali pada kawasan yang saat ini sedang dibangun yaitu kawasan untuk pusat pemerintahan Kabupaten Bener Meriah. Halaman 6-2

77 Kota Pondok Baru Kota ini adalah kota perdagangan, dengan kawasan komersial yang lebih luas dari pada kota Simpang Tiga. Kota terletak di punggung bukit, sehingga tidak ada permasalahan genangan drainase di kota ini. Permasalahan yang timbul adalah tidak adanya saluran yang memadai untuk mengalirkan air limpasan hujan dan air limbah Pembagian Sub Sistim Drainase Ada dua sungai yang mengalir disekitar kota Redelong, yaitu Sungai Delung yang berada di utara kawasan dan Sungai Pongas yang berada di Selatan kawasan. Sehingga sub sistim drainase untuk kawasan ini dapat dibagi menjadi dua subsistem utama, yaitu subsistem yang mengalir ke Sungai Delung dan subsistem yang mengalir ke sungai Pongas. Sedang subsistem Sungai Pongas dapat dibagi lagi menjadi 4 zona drainase. Sehingga secara keseluruhan Kawasan rencana kota Redelong dapat dibagi menjadi 5 zona drainase. Pembagian zona drainse ini dapat dilihat pada gambar 6.1. Zona 1 adalah sistim drainase di sekitar Simpang Tiga yang membuang air limpasan hujan menuju sungai Delung. Pada zona ini terletak kasawan komersial utama dan pusat pertumbuhan untuk kota Redelong pada saat ini. Tata drainase di kawasan ini sudah sangat diperlukan tetapi belum tertata dengan baik. Zona 2 adalah sistim drainase kawasan Reje Guru yang arealnya terletak di sebelah barat jalan menuju Simpang Tritit. Drainase dari kawasan ini dibuang ke anak sungai Pongas. Kawasan terbangun hanya terletak di sekitar Simpang Tiga, dan sisanya masih dalam bentuk sawah/ lading atau kebun. Zona 3, pada bagian utara zona 3 ini, yaitu di sekitar Babussalam saat ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bener Meriah sementara. Sistim drainse belum tertata dengan baik, karena untuk jangka pendek kawasan ini masih belum memerlukan penataan drainase. Mayoritas kawasan ini adalah sawah/ ladang dan kebun, hanya sebagian kecil saja yang berupa perumahan. Halaman 6-3

78 Zona 4, pada zona ini belum ada kawasan yang terbangun. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Redelong, zona ini diproyeksikan menjadi kawasan perumahan. Belum ada fasilitas drainase terbangun pada zona ini. Zona 5, pada bagian utara dari zona ini terdapat lapangan terbang yang saat ini tengah dilakukan pelaksanaan perpanjangan landasan. Bagian selatan zona ini diproyeksikan untuk menjadi pusat Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah. Saat ini masih dalam proses pembangunan kantor Bupati dan kantor lainnya Identifikasi Permasalahan Permasalahan genangan bukan masalah utama untuk kawasan Kota Redelong, yang perlu diperhatikan bahwa perlunya saluran drainase adalah untuk dapat menyalurkan air limpasan hujan ke badan air yang ada dengan tidak menyebabkan erosi pada saluran itu sendiri atau erosi pada badan jalan atau erosi pada permukaan lainnya. Sehingga perlunya saluran drainase adalah untuk mencegah terjadinya erosi pada badan jalan akibat limpasan air hujan. Permasalahan drainase juga terjadi di Kota Podok Baru yang berjarak 6 km dari Simpang Tiga. Permasalahan yang terjadi bukan genangan tetapi berkaitan ketersediaan saluran drainase yang memadai pada jalan utama kota Pondok Baru Genangan Air Hujan Permasalahan banjir yang terjadi di kawasan kota Redelong sangat minim, karena kondisi topografinya yang berbukit sangat memudahkan pengaliran air. Genangan banjir yang terjadi adalah karena tidak tersedia saluran drainase yang memadai. Permasalahan genangan yang utama terjadi di kawasan Simpang Tiga, genangan yang terjadi karena kawsana ini belum memiliki sistem drainse yang baik. Genangan terjadi setiap hujan lebat dengan luas genangan mencapai 1,5 Ha dan tinggi genangan 0,3 m dan lama genangan sekitar 4 jam. Halaman 6-4

79 Kondisi Saluran Saluran drainase di kawasan rencana Kota Redelong baru pada Kawasan Simpang Tiga yang telah dilakukan pembenahan. Pada kota Simpang Tiga terdapat saluran irigasi non teknis yang mengalirkan air dari arah Babussalam ke arah lahan pertanian di sekitar Reje Guru. Saluran ini berupa saluran dengan perkerasan, ketika memasuki kota Simpang Tiga saluran ini juga berfungsi sebagai saluran drainase. Saluran drainase di pusat komersial di pasar Ikan baru dibenahi secara swadaya dengan dana dari PPK. Dalam membuat saluran ini tidak mempertimbangkan aliran dari kawasan lainnya, sehingga saluran yang dibuat hanya cukup untuk mengeringkan secara lokal Penanganan Masalah Untuk mengatasi masalah drainase di Kota Simpang Tiga dan Podok Baru tidak diperlukan penyusunan skala prioritas berdasarkan genagnan, karena masalah genangan hanya terjadi pada satu lokasi saja. Pada tempat lainnya tidak terjadi genangan tetapi masalahnya adalah tidak ada saluran dan air limpasan mengalir pada permukaan tanah dan jalan. Penangan masalah untuk kedua kota tersebut adalah sebagai berikut: Penanganan Masalah Kota Simpang Tiga Untuk menyelesaikan permasalahan drainase di Kota Simpang Tiga adalah dengan menata ulang aliran drainase, dengan mengarahkan saluran drainase ke badan air terdekat. Untuk melakukan hal ini adalah dengan membuat saluran baru atau melakukan rehabilitasi saluran yang ada.(lihat gambar 6.2.) A. Saluran Babusalam Pada daerah ini dibuat saluran baru yang mengarah sungai Delung yang ada dibawahnya. Saluran ini dibuat untk memotong saluran drainase yang ada disepanjang jalan sehingga tidak perlu masuk ke Simpang Tiga. Lokasi saluran dimulai dari kantor pos dekat masjid terus turun dan dengan outlet di Sungai Delung. Pada bagian tengah saluran ini akan bersilangan dengan satu saluran irigasi sederhana, sehingga pada persimpangan ini perlu dibuat bangunan silang. Halaman 6-5

80 B. Saluran Babusalam-Pasar Ikan Saluran ini berawal dari mesjid Babussalam terus kearah Pasar Ikan dan dengan outlet di sungai Delung di jembatan dekat pasar Ikan. Trase saluran ini akan melewati kawasan komersial di Simpang Tiga (sekitar pasar ikan). Saluran ini untuk mengatasi air limpasan hujan dan air limbah dari kawasan pendidikan di Babusalam dan kawasan komersial di Pasar Simpang Tiga. C. Saluran Tersier Pada Kawasan Pasar Simpang Tiga Saluran tersier dibuat pada daerah-daerah di kawasan pasar Simpang Tiga yang tidak dilewati saluran sekunder dari Babussalam. Seluruh outlet saluran ini masuk ke saluran sekunder Babussalam-Pasar Simpang Tiga. D. Saluran Kampung Bale Saluran sekunder ini berada di tepi jalan antara Kampung Bale dan outlet berada di Sungai Delung. Saluran ini untuk mengalirkan air limpasan dan air limbah dari Kampung Bale ke sungai Delung. Saluran ini diperlukan untuk menjaga kesehatan lingkungan dengan mengalirkan air limbah rumah tangga ke sungai terdekat, dan melindungi tanah dan jalan dari kerusakan akibat limpasan air hujan. E. Saluran Reje Guru Saluran ini dibuat untuk mengalirkan air hujan dan air limbah dari kawasan Reje Guru disekitar jalan kearah Simpang Tritit ke outlet yang terdekat di Sungai Wih Delung. Lokasi outlet adalah pada gorong-gorong yang ada dibawah jalan Penanganan Masalah Kota Pondok Baru Pada kawasan Kota Pondok Baru dibuat saluran baru dan sebagian lagi adalah rehabilitasi saluran yang ada. Saluran ini dibuat di sepanjang tepi kiri dan kana jalan utama Pondok Baru yang mengarah ke Barat. Saluran dimulai dari batas kota kearah barat dan dengan outlet ke badan air terdekat yang ada di sebelah barat Kota Pondok Baru. Saluran ini untuk mengalirkan air limpasan hujan dan air limbah rumah tangga dari kawasan sekitar saluran ini. Halaman 6-6

81 6.6. Outline Plan dan Rencana Anggaran Biaya Program Jangka Menengah Program penanganan drainase jangka menengah dipusatkan pada penanganan drainase kawasan Simpang Tiga yaitu pada zona 1 dan zona 2. Program utama adalah pembuatan dan rehabilitasi saluran drainase sebagaimana terdapat pada tabel 6.1. berikut ini: Tabel 6.1. Program Jangka Menengah No. Nama Saluran Panjang (m) 1 Saluran Babussalam Weh Delung 2 Saluran Babusalam-Pasar Ikan 3 Saluran Tersier Pada Kawasan Pasar Simpang Tiga 4 Saluran Reje Guru Program Jangka Panjang Outline Plan ini disusun untuk kawasan Kota Simpang Tiga dan Kota Pondok Baru. Outline Plan disusun untuk pengembangan sistim drainase di rencana kawasan Kota Redelong. Karena kawasan ini akan dikembangkan menjadi pusat pemerintahan bagi Kabupaten Bener Meriah. Dari lima zona sistim drainase yang ada, zona 1 dan zona 2 yang mendapat prioritas untuk dibangun dalam jangka menengah. Sedangkan sisa lainnya dikembangkan sesuai dengan perkembangan kawasan masing-masing zona. Outline Plan drainage kawasan rencan Kota Redelong disajikan pada tabel Rencana Anggaran Biaya Biaya yang diperlukan untuk menangani drainasei di Kota Takengon dapat dilihat pada tabel memorandum program pada tabel 6.2. Halaman 6-7

82 Halaman 6-8

83 Halaman 6-9

84 Halaman 6-10

85 BAB 7 SEKTOR PERSAMPAHAN

86 Gambar BAB 1 7 SEKTOR PERSAMPAHAN 7.1. Strategi Penanganan Kegiatan pengolahan persampahan ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan pembuangan atau pemusnahan sampah untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman. Kegiatan pengolahan persampahan diantaranya berupa peningkatan penanganan persampahan didaerah permukiman, pengelolaan pembuangan akhir sampah melalui pembuangan terbuka terkendali (controlled landfill) dan gali urug terkendali (sanitary land fill) dan peningkatan pengelolaan persampahan Kondisi Eksisting Pelayanan Sampah Penjelasan Umum Penanganan persampahan Kabupaten Bener Meriah saat ini dilaksanakan oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bener Meriah. Pelayanan persampahan untuk Kabupaten Bener Meriah belum mencapai seluruh kecamatan yang ada. Pelayanan persampahan pada ibu kota kecamatan lebih diutamakan untuk melayani persampahan kawasan komersial dan pusat perdagangan, sedangkan pelayanan untuk kawasan pemukiman baru dilaksanakan untuk lingkungan pemukiman yang berada dekat dengan kawasan komersial dan perdagangan. Kota Pondok Baru yang merupakan ibu kota kecamatan Bandar merupakan salah satu kota dengan volume perdagangan tertinggi di Kabupaten Bener Meriah, sehingga pelayanan persampahan untuk kabupaten Bener Meriah yang utama berada di kota ini Sarana dan Prasarana Yang Ada Kabupaten Bener Meriah saat ini memiliki 1 unit Truk Armrol dan 2 Unit Dump Truk. Jumlah kontainer yang dimiliki berjumlah 8 unit, jumlah ini masih belum memadai dibandingkan dengan kebutuhan pengelolaan sampah di Kabupaten Bener Meriah. Halaman 7-1

87 Untuk tempat pembuangan akhir (TPA) sampah untuk kota Bandar Baru dan Simpang Tiga dan sekitarnya saat ini berada di daerah Blang Paku, yang berjarak sekitar 12 km dari kota Pondok Baru. Sistim pembuangan sampah saat ini masih memakai sistim open dumping, lokasi pembuangan sampah adalah jurang yang berada pada kawasan hutan. Pada tahun angaran 2006, Pemkab Bener Meriah membangun sebagian fasilitas yang diperlukan di TPA yaitu pembuatan areal maneuver mobil sampah dan tanggul pengaman jalan. Gambar 7.1. menunjukkan kondisi TPA Blang Paku dan Gambar 7.2. menunjukkan lokasi TPA Blang Paku, Kabupaten Bener Meriah. Gambar 7.1. Kondisi TPA Blang Paku, Kabupaten Bener Meriah Model Pengelolaan Persampahan Eksisting Sistim pengelolaan persampahan di Pondok Baru dan Simpang Tiga dilakukan melalui melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan yang kemudian dikumpulkan pada lokasi TPS, atau masyarakat secara sadar membuang sampah ke kontainer terdekat. Kemudian armada pengangkut sampah yang terdiri dari dump truk dan arm roll membawa sampah dari TPS, kontainer ke TPA. Operasional di TPA saat ini masih dengan sistim open dumping. Karena lokasi TPA belum ditata dengan baik, jalan internal belum ada sehingga pihak Kantor Kebersihan dan Pertamanan selalu kesulitan dalam operasi pembuangan sampah, terutama bila hujan deras. Gambar 7.3. sampai dengan 7.5. menunjukkan pola pengelolaan sampah Kabupaten Bener Meriah saat ini. Halaman 7-2

88 Halaman 7-3

89 Halaman 7-4

90 Halaman 7-5

91 7.3. Analisis Sasaran-sasaran Program Peningkatan pelayanan persampahan di daerah Permukiman. Tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Bener Meriah masih rendah, dari total jumlah penduduk jiwa baru jiwa yang dapat dilayani atau baru sekitar 3 %. Peningkatan pelayanan sampah sampai tahun 2011 ditargetkan akan mencapai 39,75 % dari populasi, pada tahun 2016 diproyeksikan menjadi 50,22 %, pada tahun 2021 menjadi 60,70 % dan tahun 2026 menjadi 67,46 % dari populasi. Peningkatan pelayanan persampahan di Kota Simpang Tiga Kecamatan Bukit dan Pondok baru Kecamatan Bandar diarahkan tidak hanya pada kawasan komersial dan perdagangan, tetapi juga diarahkan pada pada kawasan pemukiman. Khususnya kecamatan, pelayanan penanganan persampahan diarahkan khususnya kawasan permukiman yang ada di ibu kota kecamatan, terutama yang berada di sekitar kawasan perdagangan dan komersial. Pemukiman yang berada sepanjang kawasan pinggir sungai, yang kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai juga perlu mendapat perhatian yang seksama, karena kebiasaan ini akan menimbulkan masalah pencemaran terhadap sungai akibat buangan sampah tersebut. Upaya penanganan persampahan baik dikawasan komersial maupun dikawasan pemukiman yang akan dilakukan adalah dengan menempatkan tempat-tempat pengumpulan sampah berupa TPS atau Kontainer. Untuk kawasan pemukiman akan dilengkapi dengan gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari kawasan ini yang biasanya banyak gang yang sempit. Untuk pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) Dinas/ Kantor Kebersihan dan Pertamanan akan dilengkapi dengan kendaraan pengangkut berupa Dump Truck untuk mengangkut sampah dari masing-masing TPS dan Arm Roll Truck untuk sampah di Kontainer selanjutnya menuju ke TPA. Volume sampah yang dihasilkan saat ini sekitar 6 m 3 /hari, kemudian diproyeksikan akan meningkat menjadi 89,98 m 3 /hari pada tahun 2011, dan menjadi 223,02 m 3 /hari pada tahun Untuk dapat melayani sampai tahun 2011, diperlukan peningkatan armada pengangkutan sampah dan sarana Halaman 7-6

92 pembuangan akhir (TPA) yang kapasitasnya sesuai dengan proyeksi produksi sampah harian Kabupaten Bener Meriah. Peningkatan armada pengelolaan sampah dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana melalui penambahan, penggantian, pemanfaatan dan pembangunan seperti tertera dalam expenditure program. Pola pelayanan pengelolaan persampahan mengacu pada tata ruang kota dengan dibagi perkawasan yang strategis dan menunjang pertumbuhan perekonomian kota, antara lain : a. Kawasan Pusat Kota (Hotel/Penginapan, Pertokoan dan Rumah di Sekitar Jalan Besar). Penanganan kawasan pusat kota seperti Hotel, Penginapan, pertokoan dan Rumah disekitar jalan besar diprioritaskan dengan pemakaian modul lebih singkat yakni modul container dengan alat angkut arm roll truck dengan target pelayanan 100 % dan sebagian kecil dengan modul TPS dengan alat angkut Dump Truck. b. Kawasan Permukiman Penanganan pengelolaan persampahan kawasan permukiman dengan sistem modul yang terdiri dari bangunan TPS dengan alat angkut Dump Truck, Kontainer dengan alat angkut Arm Roll Truck dan alat pengumpul berupa gerobak sampah. c. Kawasan Pendidikan dan Sarana Umum Pengelolaan pelayanan persampahan kawasan pendidikan akan dilayani dengan menggunakan modul TPS dengan alat angkut Dump Truck dan Kontainer dengan alat angkut arm roll truck dengan target pelayanan 100 %. d. Kawasan Taman, jalan dan selokan. Penanganan pengelolaan persampahan kawasan taman, jalan dan selokan akan digunakan modul TPS dengan alat angkut Dump Truck atau Kontainer dengan alat angkut arm roll truck dilengkapi dengan gerobak sampah sebagai alat pemindah. Khusus untuk jalan protokol pengelolaan persampahan menggunakan modul bin dengan alat angkut Dump Truck. Gambar menunjukkan rencana pola pengelolaan sampah Kabupaten Bener Meriah. Halaman 7-7

93 Halaman 7-8

94 Halaman 7-9

95 Halaman 7-10

96 Pengelolaan Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Saat ini pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Blang Paku, masih memakai sistem open dumping. Untuk masa mendatang lokasi TPA Blang Paku disarankan untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih representatif, karena lokasi penimbunan berupa jurang yang akan kesulitan menerapkan sistem sanitary land fill. Pengelolaan sampah di TPA terpilih akan ditingkatkan menjadi sistem controled land fill dan apabila memungkinkan ditingkatkan lagi menjadi sanitary land fill. Pengelolaan operasional TPA dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam melalui Kantor Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk pengoperasian TPA dengan sistem controled land fill atau sanitary land fill akan memerlukan alat berat 1 unit excavator dan 1 unit buldozer yang pengadaannya direncanakan dalam program jangka menengah sampai tahun Sasaran Program Berdasarkan sasaran program dapat dilihat pada tabel Expenditure target pelayanan sektor persampahan diharapkan dapat melayani : 100 % daerah perdagangan/pasar. 80 % daerah permukiman (dimana 100 % untuk daerah dengan kepadatan > 100 jiwa/ha dan % dengan kepadatan < 100 jiwa/ha). Dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, hingga tahun 2011, sasaran pelayanan sektor persampahan diperkirakan baru dapat melayani : 100 % daerah perdagangan/pasar. 80 % daerah permukiman (dimana 100 % untuk daerah dengan kepadatan > 100 jiwa/ha dan % dengan kepadatan < 100 jiwa/ha). Sisa timbulan sampah yang ada didaerah permukiman, sebesar 20 %, diharapkan dapat dikelola secara individual dan konvensional, yaitu dengan jalan menimbunnya dalam tanah, dan atau membakarnya terlebih dahulu. Karena masyarakat masih memiliki lahan disekitar rumah yang luas dan memungkinkan untuk dilakukan. Halaman 7-11

97 7.5. Kebutuhan Prasarana Persampahan Proram pembangunan sektor persampahan dan rencana peningkatan pelayanan (tabel Expenditure) dari 45,87 % menjadi 80 % penduduk didaerah permukiman sekitar, 50 % menjadi 100 % daerah untuk komersial, memerlukan pembangunan/pengadaan beberapa sarana persampahan, yang akan ditunjang dengan kesiapan institusi dan manajemen pengelolaan sampah di Kabupaten Bener Meriah. Proyeksi kebutuhan sektor persampahan dan rencana pengelolaan sampah selama Program Jangka Menengah (PJM) sampai tahun 2011 dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai dalam 5 tahun mendatang dapat dilihat pada tabel 7.1. Proyeksi kebutuhan komponen dan fasilitas persampahan ditentukan dengan mengacu pada modul Kayu Manis yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat. Kebutuhan pengadaan komponen dan fasilitas persampahan dalam setiap tahun anggaran didasarkan atas perbedaan kebutuhan dan fasilitas yang tersedia. Pada tahun anggaran sebelumnya, dengan memperhitungkan pula perlunya penggantian fasilitas atau peralatan (truck, gerobak, dll) yang telah tua atau telah lewat usia pakainya. Pengadaan bin/tong sampah sepenuhnya dilimpahkan pada partisipasi masyarakat. Sementara pengadaan tong sampah untuk umum (public bin) perlu mengundang partisipasi masyarakat swasta dan industri, yang diperkirakan tidak akan sulit dipenuhi Program Pengembangan Sistem Persampahan Program pembangunan sektor persampahan dan rencana peningkatan pelayanan memerlukan pembangunan/pengadaan beberapa sarana persampahan. Rencana kebutuhan pembiayaan program persampahan untuk Program Jangka Menengah (2007 sampai 2011) serta tahun 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel 7.2. sampai dengan tabel 7.4. Halaman 7-12

98 Halaman 7-13

99 Halaman 7-14

100 Halaman 7-15

101 BAB 8 ASPEK SOSIAL EKONOMI

102 Gambar BAB 1 8 ASPEK SOSIAL EKONOMI 8.1. Pendahuluan Dalam rangka pengembangan sistem pengelolaan dalam pelayanan air bersih di Kabupaten Bener Meriah perlu dilakukan studi mengenai aspek sosial ekonomi dengan sasaran untuk mengetahui potensi wilayah dan penduduk yang diperlukan sebagai data dan informasi dalam perencanaan. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui keadaan sosial dan ekonomi di Kabupaten Bener Meriah, khususnya pada rencana area pelayanan yang berpengaruh terhadap pengembangan sistem air bersih yang pengelolaannya dilakukan oleh PDAM Tirta Bengi. Hasil studi ini akan digunakan untuk penentuan beberapa kriteria perencanaan. Aspek-aspek yang perlu dihasilkan dari usulan kegiatan ini adalah: 1. Mengetahui tingkat permintaan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih. 2. Menilai tingkat pendapatan masyarakat pada rencana area pelayanan. 3. Mengetahui kemampuan masyarakat untuk membiayai dan membayar fasilitas pelayanan air minum yang akan direncanakan. 4. Menilai potensi masyarakat dalam mengantisipasi pengembangan sistem. Untuk mengetahui hal tersebut di atas, telah dilakukan survey sosial ekonomi di Kabupaten Bener Meriah dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) terhadap sekitar 100 responden. Quisioner ini terdiri dari 2 macam format yaitu untuk responden yang belum dan yang telah memasang sambungan PDAM dan responded pelanggan PDAM. Pengamatan langsung terhadap daerah survey dilakukan juga dalam rangka memperoleh pengenalan yang lebih baik terhadap situasi setempat, kemudian terhadap beberapa penduduk dilakukan wawancara, untuk mengenal Halaman 8-1

103 kecenderungan masyarakat terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan fasilitas air bersih Hasil Survey Sosial Ekonomi Survey sosial ekonomi dilakukan pada daerah distribusi pelayanan pengembangan pelayanan air bersih dari PDAM Tirta Bengi. Survey ini dilakukan pada beberapa desa dalam wilayah Kabupaten Bener Meriah yang dianggap mempunyai keinginan dan potensi untuk pelayanan sistem air bersih PDAM, yaitu dengan cara mendatangi langsung rumah yang dijadikan responden sebanyak 100 responden. Hasil pengolahan data survey sosial ekonomi di Kabupaten Bener Meriah telah ditabulasikan dan dapat dilihat pada laporan ini Gambaran Tingkatan Kehidupan Penduduk Kabupaten Bener Meriah Mata pencarian utama dari penduduk di Kabupaten Bener Meriah, khususnya dalam area pengembangan menjadi petani, pegawai negeri dan pedagang. Namun menurut data potensi desa wilayah perencanaan pada tahun 2005, terlihat bahwa petani, pegawai swasta dan pekerjaan lain merupakan mata pencarian yang dominan. Hal ini terjadi karena survey dilakukan hanya pada daerah pengembangan sistem air bersih. Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan termasuk cukup. Hal ini dilihat dari tingkat pendidikan kepala keluarga pada umumnya tidak pernah sekolah 0%, tidak tamat SD 6%, tamatan SD 18%, tidak tamat SLTP 10%, tamat SLTP 12% dan tidak tamat SLTA 14%, tamat SLTA 25%, tidak tamat PT 0%, tamat akademi 5% dan tamat universitas 10%. Tabel 8.1 Pekerjaan Utama Kepala Keluarga No. Uraian Responden Persen Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pedagang Petani pemilik Pekerjaan lainnya J u m l a h Sumber: Hasil Survey Halaman 8-2

104 Tabel 8.2. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga No. Uraian Responden Prosentase Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTP Tamat SLTP Tidak tamat SLTA Tamat SLTA Tidak tamat PT Tamat Akademi Tamat Universitas J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel 8.3. Jumlah Penghuni Rumah No. Uraian Responden Prosentase Rata-rata Per keluarga 1 orang Per keluarga 2 orang Per keluarga 3 orang Per keluarga 4 orang Per keluarga 5 orang Per keluarga 6 orang Per keluarga 7 orang Per keluarga 8 orang Per keluarga 9 orang Per keluarga 10 orang ,48 0,88 1,60 1,08 0,42 0,32 0,20 0 J u m l a h ,96 Sumber: Hasil Survey Jenis bangunan rumah yang ditempati para responden digolongkan atas: permanen 15%, semi permanen 82% dan darurat 3%. Jumlah jiwa per keluarga, berdasarkan data statistik hasil survey diperoleh ratarata 4,96 jiwa per KK, sedangkan modus dari jumlah jiwa ini adalah 5 jiwa dengan frekuensi 32 keluarga. Tabel 8.4. Jenis Bangunan Rumah No. Uraian Responden Persen Permanen Semi permanen Darurat J u m l a h Sumber: Hasil Survey Halaman 8-3

105 Rata-rata Kebutuhan Air Bersih Sumber air bersih utama untuk keperluan primer (masak, mandi, cuci) diperoleh dari sumur sendiri 20%, sumur umum 36%, sumur tetangga 4%, sungai 8%, mata air 29% dan penjual air 3%. Berdasarkan data survey ini maka keperluan air rata-rata perkeluarga dalam area rencana pengembangan dapat ditentukan sebagai berikut: Tabel 8.5. Pemakaian Air Dalam Rumah Tangga No. Uraian Rata-rata Responden Persen Rata 2 /KK < 300 l/hari l/hari l/hari l/hari l/hari l/hari l/hari l/hari > l/hari ,50 110,25 47,25 66,00 61, J u m l a h Sumber: Hasil Survey Rata-rata kebutuhan air per keluarga/hari 503 liter, jadi rata-rata kebutuhan air per orang/hari 101 liter. Tabel 8.6. Sumber Air Bersih No. Uraian Responden Persen Sumur sendiri Sumur umum Sumur tetangga Sungai/kolam Mata air Penjual air J u m l a h Sumber: Hasil Survey Pendapatan Masyarakat Data mengenai pendapatan masyarakat, dalam hal ini berbentuk penghasilan keluarga diperoleh dari hasil wawancara, dan umumnya sulit untuk ditelusuri, mengingat hal ini merupakan masalah yang sensitif bagi para responden. Data pendapatan masyarakat yang diperoleh meliputi penghasilan utama kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang bekerja ditambah dengan penghasilan Halaman 8-4

106 tambahan serta tunjangan lainnya yang diterima oleh keluarga tersebut seperti terlihat pada tabel 8.7. Dalam tabel ini, penghasilan keluarga dibagi menjadi ke dalam 6 kelompok, mulai dari yang berpendapatan rendah sampai yang berpendapatan tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut: < Rp ,-/bln 2. antara Rp ,- s/d Rp ,-/bln 3. antara Rp ,- s/d Rp ,-/bln 4. antara Rp ,- s/d Rp ,-/bln 5. antara Rp ,- s/d Rp ,-/bln > Rp ,-/bln Kelompok pengeluaran untuk kebutuhan pokok ditentukan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut: 1. Sangat rendah, kurang dari Rp ,-/bulan 2. Rendah, antara Rp ,- sampai Rp ,-/bulan 3. Sedang, antara Rp ,- sampai Rp ,-/bulan 4. Menengah atas, Rp ,- sampai Rp ,-/bulan 5. Tinggi, di atas Rp ,- Tabel 8.7. Penghasilan Keluarga Per-bulan No. Uraian Responden Persen Rata-rata < Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,-... > Rp , J u m l a h ,- Sumber: Hasil Survey Tabel 8.8. Pengeluaran Untuk Kebutuhan Pokok Per-bulan No. Uraian Responden Persen Rata-rata < Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,-... < Rp , J u m l a h ,- Sumber: Hasil Survey Halaman 8-5

107 Minat Non Pelanggan PDAM Dari hasil survey yang dilakukan di daerah eksisting dan pengembangan, minat masyarakat untuk memperoleh air bersih dari PDAM sangat tinggi (92 %), angka ini diperoleh berdasarkan survey terhadap penduduk yang belum memasang air di PDAM. Besarnya minat masyarakat untuk berlangganan air di PDAM, didorong oleh kondisi dan situasi masyarakat sekarang ini, dimana masyarakat yang belum dapat pelayanan air bersih sangat kesulitan apabila sumber air utama yang digunakan mengalami kekeringan. Tabel 8.9. Sumber Air Utama yang Digunakan Bila Belum Dapat Pelayanan Air Bersih dari PDAM No. Uraian Responden Persen Sumur dangkal Sungai Saluran irigasi Mata air Mengupahkan ,00 8,00 8,00 54,00 10,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Kualitas Sumber Air Utama No. Uraian Responden Persen Tidak berasa Berasa (logam, kesat) Tidak berwarna Berwarna Tidak berbau Berbau (logam, amis) , ,00 10,00 36,00 4,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Kuantitas Sumber Air Utama No. Uraian Responden Persen Musim panas (Ya) Musim panas (Tidak) Musim hujan (Ya) Musim hujan (Tidak) ,00 8,00 46,00 14,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Halaman 8-6

108 Tabel Sumber Pengganti Bila Sumber Air Utama yang Digunakan Mengalami Kekeringan No. Uraian Responden Persen Sumur dangkal Sungai Saluran irigasi Mata air Mengupahkan ,00 26,00 16,00 28,00 6,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Kualitas Sumber Pengganti Sumber Air Utama No. Uraian Responden Persen Tidak berasa Berasa (logam, kesat) Tidak berwarna Berwarna Tidak berbau Berbau (logam, amis) ,00 6,00 28,00 10,00 40,00 8,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Minat Penyambungan Air PAM No. Uraian Responden Persen Sangat berminat Berminat Tidak berminat ,00 52,00 8,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Jenis Pelayanan Air Bersih yang dikehendaki No. Uraian Responden Persen Sambungan langsung Hidran umum Terminal air ,00 10,00 0 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Berdasarkan hal tersebut maka pelayanan air minum di daerah Bener Meriah, khususnya di area pengembangan telah memberikan indikasi untuk memperoleh perhatian utama dari PDAM Kabupaten Bener Meriah. Halaman 8-7

109 Tabel Kesediaan Membayar Langganan Air No. Uraian Responden Persen Rata-rata < Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,- antara Rp ,- s/d Rp ,-...< Rp , ,00 40,00 12,00 10,00 6,00 6, J u m l a h Sumber: Hasil Survey Rata-rata keinginan masyarakat untuk membayar berdasarkan bobot (weighted average) tersebut di atas adalah Rp ,-/kk/bln, bila dikaitkan terhadap tingkat penghasilan (Rp ,-/kk/bulan), kemauan membayar air tersebut sebesar 1,56 %. Tabel Biaya Sambungan Langsung Ke Rumah Dikenakan Biaya antara Rp Rp No. Uraian Responden Persen Ya Tidak ,00 10,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Pembayaran Biaya Penyambungan No. Uraian Responden Persen Sekaligus Dicicil ,00 70,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Besarnya Biaya Cicilan Penyambungan Per-bulan No. Uraian Responden Persen Rata-rata Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp J u m l a h Sumber: Hasil Survey Halaman 8-8

110 Data Pelanggan PDAM Dari konsumen yang telah memasang sambungan PDAM, yang ingin diketahui ialah data mengenai: pemakaian meteran air, kondisi sambungan PDAM, pelayanan air PDAM, sumber air bersih pengganti, rata-rata pemakaian air per bulan, pengeluaran untuk air per bulan, kualitas air PDAM, dan tarif air PDAM. Data ini merupakan masukan untuk memperoleh kejelasan apakah pelayanan air bersih dari PDAM selama ini memuaskan para pelanggan, atau ada segi-segi yang lain harus ditingkatkan pelayanannya. Tabel Kuantitas Pelayanan Air Bersih No. Uraian Responden Persen Musim panas (Ya) Musim panas (Tidak) Musim hujan (Ya) Musim hujan (Tidak) ,00 12,00 24,00 0 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Kualitas Pelayanan Air Bersih No. Uraian Responden Persen Tidak berasa Berasa (logam, kesat) Tidak berwarna Berwarna Tidak berbau Berbau (logam, amis) ,00 4,00 32,00 6,00 40,00 4,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Kondisi Sambungan Pipa No. Uraian Responden Persen Baik Tidak baik ,00 0 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Tabel Tarif Air Minum No. Uraian Responden Persen Rata-rata Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp , ,00 16,00 8,00 12, J u m l a h Sumber: Hasil Survey Halaman 8-9

111 Pengeluaran rata-rata untuk membayar air bagi kelompok pelanggan PDAM adalah Rp ,-/kk/bulan atau sebesar 1,57 % dari rata-rata penghasilan perbulannya Pelayanan air bersih merupakan pelayanan umum (public service) untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi untuk kelangsungan unit usaha perlu dipertimbangkan mengenai biaya pengelolaannya Analisa Sosial dan Ekonomi Analisa sosial dan ekonomi dimakudkan untuk mengetahui tingkat kemauan dan kemampuan masyarakat terhadap fasilitas air bersih, sehingga dapat diketahui tingkat pelayanan air bersih yang akan direncanakan Kelompok Pelanggan Air Kelompok pelanggan air di sini dikategorikan dalam 3 pelayanan: 1. Pelayanan sambungan rumah 2. Pelayanan hidran umum 3. Pelayanan terminal air Dari data operasional pelayanan air bersih didapat data bahwa pada bulan April tahun 2006 jumlah air yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga rata-rata m3 perbulan dengan menggunakan sambungan langsung dengan meter air. Jumlah sambungan pelanggan sampai saat ini sebanyak sambungan rumah, dimana tiap sambungan pelanggan berjumlah 5 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang terlayani sebanyak jiwa. Pemakaian air bersih rata-rata penduduk yang telayani sebesar 101/org/hr dengan prosentase pelayanan baru mencapai 9 % dari total penduduk Kabupaten Bener Meriah, sedangkan untuk daerah terlayani sudah mencapai 34 %. Tingkat pelayanan ini dinilai potensinya cukup memadai untuk meningkatkan pendapatan potensi pendapatan dari sektor air bersih di Kabupaten Bener Meriah. Halaman 8-10

112 Kelompok Non Pelanggan Terhadap masyarakat kategori non pelanggan, dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: Ditinjau dari segi minat untuk berlangganan PDAM, mayoritas masyarakat sangat berminat untuk menjadi pelanggan PDAM. Sedangkan rata-rata kemauan membayar air sebesar Rp ,-/kk/bulan, atau 1,56 % dari penghasilan ratarata perbulannya, lihat tabel No Uraian... s/d Rp Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,-... Rp ,- Tabel Kemauan Membayar Air Rata-rata (Rp.) Persen , , , , , ,00 Rata-rata (Rp.) J u m l a h Sumber: Hasil Survey Persen Komulatif ,00 34,00 22,00 12,00 6,00 Peninjauan tingkat kemampuan membayar air didasarkan pada kriteria yang ditetapkan Pemerintah, yaitu sebesar 4% dari rata-rata penghasilannya. Berdasarkan pendekatan tersebut diperoleh bahwa tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar air cukup besar, yaitu sebesar Rp ,- No Uraian... < Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,- Rp ,- s/d Rp ,-... > Rp ,- Tabel Kemampuan Membayar Air Rata-rata Kemampuan Penghasilan (4%x(3)) (Rp.) (Rp.) Persen 6,00 15, ,00 28,00 30,00 J u m l a h Sumber: Hasil Survey Persen Komulatif ,00 79,00 79,00 58,00 30,00 Secara grafis hubungan antara tingkat kemauan dan kemampuan masyarakat dalam membayar air disajikan pada gambar berikut. Halaman 8-11

113 (Rp.4000; 100) (Rp.910; 100) (Rp.6000; 94) (Rp.10000; 79) (Rp.14000; 79) 70 (Rp.1700; 74) 60 (Rp.18000; 58) (Rp.750; 34) (Rp.20000; 30) 20 (Rp.875; 22) 10 (Rp.750; 12) (Rp.900; 6) Gambar 8.1. Hubungan antara kamauan dan kemampuan masyarakat dalam membayar air Dengan mengambil asumsi rata-rata rekening air yang harus dibayar setiap bulannya sebesar Rp , maka berdasarkan grafik di atas potensi pelayanan yang dapat digali sampai tahun 2026 sebesar 94 %. Hal ini berarti tingkat pelayanan yang dapat diberikan sebesar 94 % dari seluruh jumlah penduduk terlayani. Ini merupakan peningkatan terhadap kondisi pelayanan yang diberikan saat ini, yang baru mencapai 34 %. Halaman 8-12

114 Ditinjau dari analisa tersebut dapat diketahui bahwa persentase peningkatan pelayanan sampai tahun 2026 bertambah 66 % dengan asumsi pemakaian air rata-rata 130 liter per hari, di mana tingkat tarif dasar A untuk tahun 2026 adalah sebesar Rp. 800 m3, maka asumsi perhitungan tingkat kenaikan tarif adalah 30 % per 3 tahun untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi. Halaman 8-13

115 BAB 9 KINERJA KEUANGAN

116 Gambar BAB 1 9 KINERJA KEUANGAN 9.1. Pengelolaan Air Bersih Sebagai dasar dalam membuat analisis keuangan dipergunakan Laporan Keuangan PDAM Tirta Bengi, Kabupaten Bener Meriah dari tahun 2003 sampai tahun Tinjauan ulang ini dikaitkan untuk mengetahui kinerja keuangan selama periode tersebut dan kebijakan akuntansi yang dipergunakan, sehingga dapat menjadi dasar pendekatan dalam segi aspek perencanaan keuangan seperti yang dijelaskan sebagai berikut: Pelayanan Air Bersih Proyeksi pertambahan sambungan Rumah tangga di PDAM Tirta Bengi, Kabupaten Bener Meriah dalam periode perencanaan dari tahun 2007 sampai tahun 2026 adalah berjumlah dengan rata-rata sebanyak sambungan atau pertumbuhan sebesar 5 % pertahun.sedangkan proyeksi pertumbuhan jumlah pelanggan mengikuti pertumbuhan daerah pelayanan sebesar rata- rata 2% pertahun. Berdasarkan evaluasi pertambahan pelanggan dalam daerah pelayanan, maka diperkirakan perluasaan daerah pelayanan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatka penambahan kapasitas yang ada dan diharapkan akan mampu meningkatkan jumlah penduduk yang dilayani menjadi 60% dari penduduk wilayah pelayanan dalam tahun Dalam perencanaan keuangan dibuat asumsi bahwa kenaikan tarip air akan diberlakukan setiap 3 tahun dengan besaran berkisar rata rata 30 % Operasionil Aspek operasionil yang perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan pembiayaan Investasi serta besaran biaya produksi. Dalam program perencanaan, total pembiayaan proyek adalah Rp.29,028.milyar sudah termasuk pajak (PPN), dimana dari angka tersebut diluar biaya operasi dan pemeliharaan.. Pendanaan Halaman 9-1

117 proyek ini berasal dari sumber APBN murni, dimana PDAM tidak perlu menyiapkan dana pendamping Besarnya biaya produksi air ( tidak termasuk depresiasi ) adalah Rp431/m3 pada tahun awal perencanaan 2007 dan meningkat pada akhir periode perencanaan 2026 menjadi Rp.440/m3, dalam kenaikan tersebut sudah diperhitungkan adanya tingkat inflasi Berdasarkan analisa kemampuan masyarakat ( affordability ) terlihat bahwa dengan menggunakan asumsi pengeluaran biaya untuk air bersih adalah sebesar 4% dari total pendapatan perbulan, maka diperkirakan sebanyak 75% dari penduduk wilayah pelayanan mampu untuk membayar sehingga kenaikan tersebut masih dalam dalam jangkauan daya beli masyarakat. Dalam periode perencanaan sasaran perluasan daerah pelayanan bertambah dari jiwa tahun 2007 menjadi sebanyak jiwa akhir tahun 2026 atau meningkat dari 36% menjadi 60%. Dalam upaya perencanaan penurunan tingkat kebocoran dalam tahun 2007 dari sebesar 38 % menjadi 20 % tahun 2026 dengan cara memperbaiki sistem pengelolaan air bersih baik aspek teknis berupa instalasi, sistim jaringan transmisi dan distribusi serta aspek kebocoran Administrasi, dimana ini merupakan suatu hal mutlak bagi Perusahaan dalam rangka peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya produksi Berdasarkan kajian atas biaya operasi, maka yang paling besar bobotnya adalah biaya administrasi umum terutama untuk komponen biaya gaji Pegawai dan biaya rupa-rupa umum.hal ini merupakan jumlah biaya yang cukup dominan dalam pembebanan biaya dan merupakan kebijakan internal perusaahaan yang dapat dikendalikan Penekanan biaya produksi perlu dilakukan dengan melakukan sistem perencanaan produksi secara efisien dan efektif terutama yang berkaitan dengan menggunakan pemakaian energi dan bahan kimia ( listrik, solar, tawas, kaporit) Halaman 9-2

118 Pendapatan dan Biaya Berkaitan dengan tingkat inflasi yang tinggi berkisar 10%, maka diperhitungkan dalam periode perencanaan diperlukan adanya penyesuain kenaikan tarip sebesar 30% untuk setiap 3 tahun. Mengingat sebagian besar dari Pelanggan adalah Rumah Tangga yang merupakan sumber penerimaan maka perlu analisa struktur tarip dilakukan dengan memperhitungkan perubahan dalam konsumsi air, mengingat kemampuan dan keinginan dalam mengunakan sarana air bersih cukup tinggi bagi pelanggan pada daerah pelayanan Pendapatan yang diperoleh selama periode perencanaan mengalami rugi di tahun 2007 sebesar Rp.9,110 juta dan kemudian surplus tahun 2026 menjadi Rp8,705 miliar, sementara biaya operasi langsung menunjukkan kecenderungan lebih rendah secara proporsional dibandingkatkan pendapatan penjualan air yang meningkat dari tahun ke tahun. Ratio biaya operasi langsung terhadap pendapatan rata-rata adalah <50% yang menunjukkan kemampuan PDAM dalam menutup biaya operasi dari usaha pokok Kondisi keuangan ini menunjukkan pertumbuhan peningkatan pendapatan penerimaan penjualan air, disatu pihak tetapi dilain hal berarti perlu peningkatan effektivitas penagihan, karena ini akan merupakan sumber dana bagi peningkatan sistem yang ada. Dalam hal penagihan perlu dikembangakan metode untuk meningkatkan efektivitas penagihan karena adanya jumlah tunggakan yang terlampau besar dapat mengakibatkan kendala dalam rangka kelancaran pembiayaan operasi Dengan upaya peningkatan efisiensi dalam proses produksi, sistem distribusi yang baik, penurunan tingkat kebocoran, serta sumber air yang memadai dan biaya pengelolaan air yang relatif rendah,dengan kondisi wilayah pelayanan serta pelanggan yang potensil maka diperkirakan diwaktu mendatang PDAM Tirta Bengi mempunyai prospek yang cukup baik. Halaman 9-3

119 Halaman 9-4

120 Halaman 9-5

121 Halaman 9-6

122 Halaman 9-7

123 9.2. Pengelolaan Persampahan Dalam periode perencanaan pelayanan persampahan mulai tahun 2007 adalah sebesar 10 % yang akan meningkat mencapai 67 % pada tahu 2026, sedangkan saat ini berdasarkan kondisi eksisting baru mencakup 3% dari total sampah yang diproduksi atas wilayah pelayanan.pengenaan besaran tarip restribusi berkisar rata-rata antara Rp.500/m3 untuk sampah Domestik dan Rp2.500/m3 untuk penarikan sampah non domestik. Perencanaan perluasan pelayanan adalah untuk mencakup 100% wilayah komersial dan 70% wilayah perumahan. Dalam rangka mencapai sasaran perluasan pelayanan perlu adanya perencanan penambahan sarana yang diikuti dengan penambahan investasi pembiayaan yang diperoleh dari hibah APBN, sedangkan untuk menutupi biaya operasionil dan pemeliharaan perlu ditetapkan adanya penyesuian tarip restribusi sebesar 30% setiap 3 tahun dan meningkat secara proporsionil sesuai dengan prosentase adanya kenaikan biaya. Seperti dalam analisa keuangan yang dilakukan bahwa pengelolaan persampahan belum dapat diandalkan sebagai sumber PAD daerah, karena tingkat kemamauan masyarakat dan kesadaran yang rendah atas manfaat pelayanan persampahan baik dari sektor domestik maupun non domestik. Dalam rangka untuk mencapai besaran dalam peningkatan target pelayanan maka pendanaan dari APBD untuk menunjang biaya opersionil menjadi prasyarat utama. Kajian atas keuangan dalam pengelolaan persampahan dapat dilihat dalam tabel 9.5 perhitungan pendapatan dan biaya, tabel 9.6 biaya satuan operasionil serta tabel 9.7 program pembiayaan operasionil Halaman 9-8

124 Halaman 9-9

125 Halaman 9-10

126 Halaman 9-11

127 9.3. Pengelolaan Sanitasi Kajian keuangan sektor sanitasi ditujukan untuk pengoperasian mobil truk penyedot lumpur tinja dari septik tank masyarakat dan non domestik. Dalam periode perencanaan wilayah pelayanan pada tahun 2007 adalah sebesar 10% dan meningkat menjadi 65% pada akhir tahun 2026, sedangkan saat ini diperkirakan baru mencapai 31% rumah tangga yang memiliki tangki septik tank pada kondisi awal priode perencanaan. Kondisi ini merupakan dasar perhitungan kelayakan dalam penyelenggaraan penyedotan lumpur tinja. Cakupan wilayah pelayanan diharapkan akan meningkat sejalan dengan bertambahnya rumah tangga yang memiliki septik tank Besaran tarip restribusi jasa penyedotan adalah rata-rata sebesar Rp untuk penyedotan sebanyak 4/m3 dengan kenaikan sebesar 30% dalam setiap 3 tahun, dimana tarip ini diperhitungkan cukup wajar mengingat jauhnya transportasi tempat pembuangan dan segi ekonomi masih dalam batas kesanggupan finansil masyarakat untuk membayar Meskipun demikian perhitungan tarip yang dilakukan tidak dapat menutupi biaya opersionil ( cost recovery ) dan sehingga subsidi pendanaan dari APBD tetap diperlukan seperti terlihat dalam kajian keuangan pada tabel 9.8 mengenai pendapatan dan biaya, tabel 9.9 pembiayaan operasionil dan tabel 9.10 menyangkut besaran investasi sarana dan gambaran kondisi daerah pelayanan. Halaman 9-12

128 Halaman 9-13

129 Halaman 9-14

130 BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN

LAPORAN AKHIR KABUPATEN ACEH TMUR. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

LAPORAN AKHIR KABUPATEN ACEH TMUR. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang

Lebih terperinci

6 Cekal Baru Rp 200,000 Radius III

6 Cekal Baru Rp 200,000 Radius III 1. KECAMATAN TIMANG GAJAH No. DESA BIAYA KETERANGAN 1 2 3 4 1 Bandar Lampahan Rp 130,000 2 Blang Rongka Rp 130,000 3 Bukit Mulie Rp 130,000 Radius II 4 Bukit Tunyang Rp 130,000 5 Bumi Ayu Rp 130,000 6

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KOTA LHOKSEUMAWE. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya

LAPORAN AKHIR KOTA LHOKSEUMAWE. Lhoksumawe. PIDIE Bireun. Aceh Tengah. Aceh Barat Daya Sabang Kota Banda Aceh Aceh Besar Aceh Jaya PIDIE Aceh Barat Nagan Raya Bireun Aceh Barat Daya Lhoksumawe Bener Meriah Aceh Tengah Aceh Utara Gayo Luwes Aceh Selatan ACEH TIMUR Aceh Tenggara Aceh Tamiang

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota yang terkenal dengan makanan khas ondeondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Solok merupakan kota yang sedang berkembang, dimana pertumbuhan penduduknya bertambah kian pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Solok, Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA UTARA KOTA ADMINISTRASI Profil Kota Kota Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( ) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) Bagian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran : Hasil analisis SWOT o Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isuisu yang diidentifikasi (teknis dan nonteknis) Subsektor Air Limbah Sub Sektor : AIR LIMBAH No. Faktor

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 2015 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

Sub Sektor : Air Limbah

Sub Sektor : Air Limbah Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota Provinsi DKI Jakarta Kabupaten/Kota Luas (Km2) % Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH ( RTRW ) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BENER

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Kabupaten Aceh Singkil memiliki sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA METRO LAMPUNG KOTA METRO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Metro berkembang menjadi kota transit bagi pendatang yang ingin menikamti keindahan alam dan kesejukan udara di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN KECAMATAN BENER KELIPAH, KECAMATAN MESIDAH KECAMATAN GAJAH PUTIH DALAM KABUPATEN BENER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Bener Meriah

Profil Kabupaten Bener Meriah Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Kecamatan : 10 Mukim : 27 Profil Kabupaten Bener Meriah : Simpang Tiga Redelong : Sebelah Utara berbatasan denga Aceh Utara dan Bireuen Sebelah Selatan berbatasan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci