BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 1 BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Biodiversitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2012 Astrid Sri Wahyuni Sumah NRP G

3 3 ABSTRACT ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversity of Superfamily Papilionoidea Butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE. Bantimurung-Bulusaraung National Park is one of national parks in Indonesia which has high diversity of butterflies. Increasing number of tourists and local butterfly collectors have caused changes of the butterfly habitat and may decrease butterfly population in the park. Aim of the research was to study the diversity of the papilionoid butterflies in Bantimurung-Bulusaraung National Park based on different habitats. The observations were done by scan sampling method in the morning and afternoon at three locations i.e., Pattunuang Nature Reserve, Leang-leang Nature Reserve, and Bantimurung National Park. Results showed that 144 spesies and individual of butterflies were found at the areas within 7 weeks of observation. At Leang-leang Nature Reserve, Pattunuang Nature Reserve and Bantimurung National Park were found 113 spesies (2.024 individu), 101 spesies (1.828 individu) and 98 spesies (2.950 individu) of butterflies, respectively. The diversity of butterflies was higher in the national parks (H > 3). Pattunuang Nature Reserve has higher value (H = 4,06) than Bantimurung National Park (H = 3,97) and Leang-leang Nature Reserve (H = 3,87). Sorensen similarity index (C N ) showed that three research locations were different community structures because there were several different dominant species at each location. Statistically, wind speed gave more significant effect on the number of individuals butterfly than other climate parameters. Keywords: Butterfly, Papilionoidea, Bantimurung-Bulusaraung National Park

4 4 RINGKASAN ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE. Ordo Lepidoptera terbagi dalam 47 superfamili dan 124 famili. Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam dua superfamili, yaitu superfamili Hesperioidea mempunyai satu famili, yaitu famili Hesperiidae. Sedangkan, superfamili Papilionoidea mempunyai 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae. Superfamili Papilionoidea terdiri atas semua kupu-kupu, kecuali skippers yang termasuk dalam superfamili Hesperioidea. Superfamili Papilionoidea merupakan kelompok yang paling banyak diteliti, meliputi pola warna sayap dan distribusinya. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) merupakan taman nasional yang memiliki luas ± ha, terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini menjadi taman nasional didasarkan atas pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan jenisjenis flora dan fauna endemik, unik, dan langka. TN Babul merupakan salah satu taman nasional yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga diberi julukan sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi banyak spesies kupu-kupu, termasuk yang langka dan endemik, di antaranya Graphium androcles dan Papilio blumei. Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada bulan Januari - April 2011 di Cagar Alam Leang-leang, Cagar Alam Pattunuang, dan Taman Wisata Bantimurung. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 15 hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari ( WITA) dan siang hingga sore hari (pukul WITA). Pengamatan dan pengambilan kupu-kupu dilakukan dengan melakukan survei di sepanjang jalur yang telah ada, menggunakan metode scan sampling. Pengamatan kupu-kupu mencakup jumlah spesies dan individunya. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan, ditangkap dengan jaring serangga dan dimasukkan ke dalam kertas papilot untuk keperluan identifikasi di laboratorium. Faktor lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu. Kelembaban dan suhu udara diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin dengan anemometer, dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan didapatkan dari BMG. Selama pengamatan kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga. Biodiversitas kupu-kupu dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan kesamaan spesies kupu-kupu antar lokasi penelitian dianalisis dengan menggunakan indeks kesamaan Sorensen kualitatif (C S ). Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan ditampilkan

5 5 dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis), dengan program R Berdasarkan identifikasi dan perhitungan sampel kupu-kupu di tiga lokasi, ditemukan 144 spesies dari individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili. Lima famili tersebut adalah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies) dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan 113 spesies dari individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak adalah Catopsilia pomona (317 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Aoa affinis. Di Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari individu kupu-kupu. Kupu-kupu yang terbanyak adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei. Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan 98 spesies dari individu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak adalah Lexias aeetes (329 individu) dan yang paling sedikit (2 individu) adalah Graphium rhesus. Keanekaragaman kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang (H = 4.06) lebih tinggi dibandingkan dengan Cagar Alam Leang-leang (H = 3,89) dan Taman Wisata Bantimurung (H = 3,97). Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu yang terdapat dalam komunitas tersebut. Kesamaan kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan kupu-kupu paling tinggi (C S = 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung merupakan nilai terendah (C S = 0,71). Keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan tiap bulan bervariasi. Pada bulan April, spesies kupu-kupu ditemukan rendah. Jumlah individu kupu-kupu di Taman Wisata Bantimurung tertinggi di bulan Januari. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan suhu yang optimum dan curah hujan yang rendah. Analisis korelasi Pearson antara parameter lingkungan dengan individu kupu-kupu pada tiap-tiap lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kecepatan angin memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu. Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47). Kata kunci: Keragaman, kupu-kupu, TN Babul, Sulawesi Selatan.

6 6 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 7 BIODIVERSITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG-BULUSARAUNG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN ASTRID SRI WAHYUNI SUMAH Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biosains Hewan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc. 8

9 9 Judul Tesis : Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Nama : Astrid Sri Wahyuni Sumah NRP : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Tri Atmowidi, M. Si Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D. Ketua Program Studi Biosains Hewan Diketahui Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc., Agr Tanggal Ujian : 31 Oktober 2011 Tanggal Lulus : 09 Januari 2012

10 10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 ialah Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Armowidi, M. Si. dan Djunijanti Peggie, M. Sc., Ph. D., selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Purnama Hidayat, M. Sc., selaku penguji. Ungkapan terima kasih kepada teknisi di Laboratorium Entomologi, LIPI, yang telah banyak membantu penulis dalam identifikasi spesimen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ali Mutahar yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu (Arsyad Sumah dan Sri Suryani), kakak (Rahmat Adri N. Sumah), adik (Aditya T. Sumah), Ali Alamsyah K. (pujaan hati), dan Mega Sari A. (sahabat) yang telah memberikan dorongan semangat, doa dan kasih sayang kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2012 Astrid Sri Wahyuni Sumah

11 11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 15 Desember 1985 dari ayah, Arsyad Sumah dan ibu, Sri Suryani. Penulis merupakan putri tunggal dari tiga bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Makassar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin, Makassar, melalui jalur PMDK UNHAS. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas MIPA dan lulus pada tahun Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah pascasarjana (S2) di Program Studi Biosains Hewan, IPB, Bogor.

12 12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... Bagan Alur Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas... Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea... Taksonomi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea... Peranan Kupu-kupu... BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... Alat dan Bahan... Metode... Pengamatan Biodiversitas Kupu-kupu... Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu... Analisis Data... HASIL PENELITIAN Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan... Biodiversitas Kupu-kupu... Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan... PEMBAHASAN Biodiversitas Kupu-kupu... Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan... SIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

13 13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jadwal pengamatan data kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian 33 3 Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi penelitian Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu, kelembaban (RH), dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian 49 6 Nilai korelasi Pearson dan persamaan garis regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian... 49

14 14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan alur penelitian Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata Bantimurung (3) Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c) Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga lokasi penelitian: Graphium agamemnon (famili Papilionidae) (a), Graphium anthedon (famili Papilionidae) (b), Catopsilia pomona (famili Pieridae) (c), Eurema tominia (famili Pieridae) (d), Lexias aeetes (famili Nymphalidae) (e), Faunis menado (famili Nymphalidae) (f), Abisara echerius (famili Riodinidae) (g), Jamides aratus (famili Lycaenidae) (h), dan Jamides fractilinea (famili Lycaenidae) (i) Jumlah spesies yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Cagar alam Leang-leang (A), Cagar Alam Pattunuang (B), Taman Wisata Bantimurung (C) 39 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leangleang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) pada pengamatan pagi hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leangleang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: (a) Clerodendrum sp. (Verbenaceae), (b) Hibiscus sp. (Malvaceae), (c) Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae), (d) Ixora sp. (Rubiaceae), (e) Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), (f) Impatiens balsamina (Balsaminaceae), (g) Lantana camara (Verbenaceae), (h) Cassia alata (Caesalpiniaceae), (i) Jatropha sp. (Euphorbiaceae), (j) dan (k) Justicia sp. (Acanthaceae) Hubungan parameter lingkungan dengan jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian. Ket: SP: spesies, Ind: individu, SH: suhu, CH: curah hujan, RH: kelembaban, IC: intensitas cahaya, KA: kecepatan angin.. 50

15 15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan Daerah penyebaran kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi penelitian (Vane-Wright & de Jong 2003) 68

16 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Sulawesi merupakan kumpulan dari beberapa pulau yang terpisah dan bersatu sejak awal jaman tersier (sekitar 50 juta tahun yang lalu). Secara tidak langsung, kupu-kupu di Pulau Sulawesi merupakan kumpulan kupu-kupu yang berasal dari pulau-pulau yang bersatu. Pembentukan Pulau Sulawesi merupakan bagian dari evolusi geologi. Dengan demikian evolusi ekologi merupakan faktor utama dalam penyebaran kupu-kupu. Saat ini tercatat sebanyak 557 spesies dari ordo Lepidoptera di Pulau Sulawesi dan sekitarnya dan 353 spesies diantaranya ditemukan di Sulawesi Selatan. Tingkat endemisitas spesies kupu-kupu di Pulau Sulawesi mencapai 40%. Tingkat endemisitas ini lebih tinggi dibanding pulaupulau lainnya di Indonesia, kecuali Papua yang mencapai 46% (Vane-Wright & de Jong 2003). Pulau Sulawesi merupakan pulau yang terletak pada bagian tengah dari Kepulauan Nusantara. Batas wilayah pulau ini, yaitu bagian barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan yang dipisahkan oleh Selat Makassar; Bagian utara berbatasan dengan Kepulauan Filipina yang dipisahkan oleh Laut Sulawesi; Bagian timur berbatasan dengan Kepulauan Maluku yang dipisahkan oleh Laut Banda; Bagian selatan berbatasan dengan Kepulauan Timor yang dipisahkan oleh Laut Flores. Whitten (2009) berpendapat bahwa posisi Pulau Sulawesi yang terletak di tengah Kepulauan Nusantara, dapat menerima fauna yang bermigrasi lebih banyak dari segala penjuru. Pada kenyataannya, hanya sedikit spesies fauna pendatang, sedangkan spesies fauna yang khas lebih banyak di Pulau Sulawesi, termasuk di dalamnya adalah serangga. Serangga adalah hewan yang mudah menyebar, karena terbawa oleh angin. Telur serangga dapat terbawa bersama daun akibat tiupan angin. Jalur-jalur distribusi tersebut cenderung mengasimilasi karakteristik serangga dari dua pulau yang berdekatan. Cara distribusinya, ialah (i) melalui pertukaran spesies langsung dan mutual, dan (ii) melalui imigrasi yang berkesinambungan dari individuindividu yang umum ditemukan di pulau-pulau lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada kelompok serangga akibat jalur-jalur distribusi tersebut dapat

17 17 dilihat diantaranya pada berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu di Pulau Sulawesi memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan spesies kupu-kupu dari daerah lainnya di dunia (Whitten 2009). Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah pusat dari pengaruh perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa wilayah di Indonesia sebagai kawasan konservasi. Salah satu di antaranya adalah kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. TN Babul merupakan taman nasional yang memiliki luas ± ha, terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Taman nasional ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober Kawasan ini menjadi taman nasional didasarkan atas pertimbangan, yaitu berupa ekosistem karst yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan spesies-spesies flora dan fauna endemik, unik, dan langka (Departemen Kehutanan 2008a). TN Babul merupakan salah taman nasional yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki sebagai kingdom of butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi spesies kupu-kupu yang langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles dan Papilio blumei. Di taman nasional ini juga terdapat spesies kupu-kupu yang memiliki daerah penyebaran di seluruh kawasan Indonesia, misalnya Graphium agamemnon (Tsukada & Nishiyama 1982; D Abrera 1971) dan Catopsilia pomona (Yata 1981). Selain itu, terdapat pula spesies kupu-kupu yang penyebarannya cukup luas, yaitu Papilio fuscus dengan daerah penyebaran di Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku (bagian utara dan tengah) dan Papua, dan Lamproptera meges dengan daerah penyebaran Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi (Tsukada & Nishiyama 1982).

18 18 Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak dilaporkan. Alfred Russel Wallace (1890) melaporkan terdapat 256 spesies kupukupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan 2008a). Mattimu et al. (1987) juga melaporkan terdapat 103 spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 spesies kupu-kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan (2008b) melaporkan sebanyak 82 spesies kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul. Pengukuran cepat tentang perubahan suatu habitat, salah satunya dapat diketahui dari salah satu hewan yang menjadi indikator di kawasan tersebut (Kerr et al. 2000). Beberapa serangga telah digunakan sebagai indikator dalam ekosistem, terutama kupu-kupu. Kupu-kupu sensitif terhadap perubahan dalam suatu kawasan (Bonebrakel & Sorto 2009). Kupu-kupu sering menjadi indikator dalam ekosistem yang sehat dan mewakili keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan, jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dengan demikian, penelitian tentang komunitas kupu-kupu di TN Babul perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan informasi terbaru tentang keragaman jenis dan penyebaran kupu-kupu yang dapat digunakan dalam usaha konservasi kupu-kupu dan habitatnya. 2. Mendapatkan data tentang keragaman kupu-kupu yang dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan dan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung.

19 19 Bagan Alur Penelitian Bagan alur penelitian adalah sebagai berikut (Gambar 1) : Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Faktor biotik : Host plant Tanaman penghasil nektar Musuh alami Kolektor Kerusakan habitat Biodiversitas Kupu-kupu Faktor lingkungan : Kelembaban Intensitas Cahaya Suhu Kecepatan angin Curah Hujan Cagar Alam Pattunuang Cagar Alam Leang-leang Taman Wisata Bantimurung Analisis Data Rekomendasi : Departemen Kehutanan, khususnya Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Masyarakat Gambar 1 Bagan alur penelitian

20 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas spesies mencakup tumbuhan, hewan, cendawan, bakteri, dan mikroorganisme yang lain. Diversitas ekosistem atau diversitas biogeografi berkaitan dengan variasi dalam wilayah biogeografi, bentang alam (landscape) dan habitat (Yamamoto et al. 2007). Diversitas ini tidak hanya berlaku untuk spesies, tapi juga dalam hubungan antara spesies dengan lingkungannya (biotipe) dalam suatu ekosistem. Dalam setiap ekosistem, organisme saling berinteraksi tidak hanya dengan sesama organisme, tetapi juga dengan faktor abiotik yang berada didalamnya (Prugh et al. 2008). Diversitas spesies dan diversitas ekosistem tidak hanya ditentukan oleh jumlah spesies (species richness), tetapi juga ditentukan oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) yang mengacu pada kemerataan individu suatu spesies dalam suatu ekosistem. Hubungan yang positif diantara diversitas spesies tanaman, konsumen, tanaman inang, dan herbivora merupakan salah satu contoh bentuk interaksi. Kelimpahan sumber makanan juga merupakan faktor penting dalam interaksi diantara herbivora (Yamamoto et al. 2007). Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dalam ordo Lepidoptera. Triplehorn dan Johnson (2005) menyatakan ordo Lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly). Kupu-kupu dibedakan dengan ngengat berdasarkan waktu aktifnya dan ciri morfologinya. Umumnya, kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan ngengat aktif di malam hari (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari sayap. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat horizontal di atas tubuh. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah, sedangkan ngengat cenderung gelap (coklat dan abuabu). Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di ujungnya,

21 21 sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung atau seperti sisir. Tubuh kupu-kupu mempunyai bagian-bagian yang sama dengan serangga yang lain. Kupu-kupu memiliki dinding tubuh yang disebut integumen, yang berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskeleton). Tubuh kupu-kupu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat dua antena yang panjang yang di bagian ujungnya membesar. Antena ini berfungsi sebagai organ peraba dan perasa. Pada bagian kepala juga terdapat mata majemuk sepasang, dan probosis yang berfungsi sebagai penghisap cairan. Pada bagian thoraks terdapat dua pasang sayap yang menempel pada segmen kedua dan ketiga. Kupu-kupu memiliki karakteristik yang khusus pada sayap, yaitu sisik. Sisik ini mengandung pigmen melanin yang memberikan warna hitam dan coklat. Warna biru, hijau, merah, dan warna lainnya pada sayap, biasanya tidak dibentuk oleh pigmen tetapi dari struktur sisik pada sayap. Warna struktur ini merupakan hasil dari pantulan cahaya pada sisik yang saling bertumpukan oleh kristal fototonik alami (Vukusic et al. 2000; Ro et al. 2006). Bentuk, ukuran, warna, dan venasi sayap merupakan bagian paling penting dalam identifikasi kupu-kupu. Pada umumnya kupu-kupu dapat ditemukan di hampir setiap habitat. Perbedaan habitat dapat menyebabkan perbedaan spesies kupu-kupu yang hidup di dalamnya. Kupu-kupu mudah diperoleh di kebun, sepanjang jalan kecil, tempat terbuka, aliran-aliran sungai, hutan, atau pegunungan. Komponen penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya tanaman inang sebagai sumber makanan. Jika tidak tersedia sumber makanan atau sumber makan sedikit, maka terjadi perpindahan kupu-kupu ke daerah yang baru yang mempunyai sumber daya lebih banyak (Departemen Kehutanan 2008b). Makanan kupu-kupu dewasa pada umumnya adalah nektar. Beberapa spesies kupu-kupu menghisap polen, getah pohon, akar buah, kotoran hewan, daging busuk, dan mineral dalam tanah yang basah. Karena aktif mengunjungi bunga, kupu-kupu memiliki peran penting sebagai polinator bagi banyak spesies tanaman. Pada umumnya, kupu-kupu tidak membawa banyak polen, namun kupukupu mampu membawa polen ke tempat yang lebih jauh (Herrera 1987). Kupu-

22 22 kupu menghisap nektar dan air dengan probosisnya. Energi dari gula yang terdapat dalam nektar, sodium, dan mineral lainnya, merupakan hal yang penting untuk kepentingan reproduksinya. Beberapa kupu-kupu memerlukan sodium lebih banyak dibandingkan nektar. Kupu-kupu mendapatkan sodium dalam garam dan terkadang mendapatkan dari keringat manusia (Freerk et al. 2005). Di alam keragaman spesies kupu-kupu dapat menurun yang disebabkan oleh adanya musuh alami. Seluruh tahap perkembangan kupu-kupu rentan diserang oleh musuh alami, seperti pemangsa (predator), parasitoid dan manusia. Larva dan kupu-kupu dewasa dimangsa oleh burung (Brower & Calvert 1985; Fink & Brower 1981; Devries 2003), dan tikus (Brower et al. 1985; Wiklund et al. 2008). Burung merupakan salah satu predator utama kupu-kupu di alam yang mengenali pola warna sayap kupu-kupu sebagai penanda mangsanya (Langham 2006; Olofsson et al. 2010). Telur kupu-kupu dimangsa oleh serangga lainnya, seperti kumbang lembing (lady beetle) (Koch et al. 2005; Koch et al. 2006), semut (Matthew & Daniels 2011), dan lalat (Gripenberg et al. 2011). Parasitoid menyerang kupu-kupu pada tahap telur, larva dan pupa (Lugojia et al. 2001; Koch et al. 2005; Anton et al. 2007). Pada umumnya, parasitoid lebih banyak ditemukan pada telur dan larva instar 1 kupu-kupu (Nouhuys & Via 1999; Castelo et al. 2009). Lalat Lespesia archippivora (famili Tachinidae) merupakan salah satu parasitoid pada larva kupu-kupu (Oberhauser et al. 2007). Larva parasitoid hidup dalam tubuh inang dan jumlah parasitoid sekitar 10% dari total jumlah serangga di dunia yang telah teridentifikasi (Eggleton & Belshaw 1992). Beberapa tabuhan parasitoid menggunakan sinyal feromon yang dikeluarkan oleh kupu-kupu jantan saat kawin (mating) untuk mendeteksi keberadaan inang (Fatourus et al. 2003; Huigens et al. 2009; Huigens et al. 2011). Parasitoid Ichneumon eumerus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang pupa Maculinea rebeli (subfamili Lycaenidae) (Hochberg et al. 1998). Parasitoid Neotypus melanocephalus (Hymenoptera: Ichneumonidae) menyerang larva Maculinea nausithous (subfamili Lycaenidae) (Anton et al. 2007) dan Maculinea teleius (subfamili Lycaenidae) (Tartally 2005). Kupu-kupu mengembangkan mekanisme pertahanan diri agar tidak di mangsa oleh pemangsa yang berukuran besar, misalnya burung dan tikus.

23 23 Mekanisme pertahanan diri tersebut, meliputi kamuflase dan perlindungan kimiawi yang didapatkan dari makanannya (Nishida 2002). Taksonomi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea Kristensen (2007) membagi ordo Lepidoptera menjadi 47 superfamili dan 124 famili. Superfamili Papilionoidea merupakan salah satu superfamili dari ordo Lepidoptera. Kupu-kupu termasuk dalam subordo Glossata yang terbagi dalam dua superfamili, yaitu Hesperioidea dan Papilionoidea. Hesperioidea hanya terbagi dalam satu famili, yaitu famili Hesperiidae, sedangkan superfamili Papilionoidea terbagi dalam 5 famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae (Vane-Wright & de Jong 2003; Ayberk & Akkuzu (2007). Superfamili Papilionoidea merupakan kelompok yang paling banyak diteliti. Namun, pengetahuan biologi superfamili ini masih belum lengkap (Gutirrez et al. 2004). Deskripsi lima famili yang termasuk superfamili Papilionoidea adalah sebagai berikut (Vane-Wright & de Jong 2003): Famili Papilionidae. Kupu-kupu famili ini memiliki ukuran tubuh yang besar dengan panjang sayap lebih dari 50 mm, berwarna cerah, pada sayap belakang terdapat ekor. Saat ini, sedikitnya terdapat 550 spesies kupu-kupu yang tersebar di seluruh dunia, kecuali Antartika. Keragaman tertinggi kupu-kupu ini terdapat di Asia Timur dan Asia Tenggara, karena daerah ini masih cukup baik (Reed & Sperling 2006). Famili Pieridae. Kupu-kupu famili ini memiliki ukuran tubuh kecil atau sedang, panjang sayap lebih dari 22 mm, umumnya berwarna kuning atau putih pada bagian atas. Famili Pieridae merupakan salah satu kelompok famili terbesar setelah famili Hesperiidae (superfamili Hesperioidea) yang memiliki sekitar spesies (Vane-Wright & de Jong 2003). Famili Pieridae mempunyai 83 genus dan sebagian besar ditemukan dari daerah tropis Afrika dan Asia (Braby 2005). Pigmen yang menyebabkan warna terang dan menjadi karakteristik untuk famili ini berasal dari hasil metabolisme dalam tubuh (Braby & Pierce 2006).

24 24 Famili Lycaenidae. Kupu-kupu dalam famili ini memiliki ukuran tubuh kecil sampai sedang, panjang sayap lebih dari 20 mm, sayap lemah dan mudah rusak. Famili Lycaenidae merupakan kelompok famili terbesar kedua dengan sekitar 6000 spesies diseluruh dunia. Kupu-kupu ini dikenal dengan nama kupu-kupu gossamer-winged dan the blues hairstreaks (Fiedler 1996). Kupu-kupu dari famili ini telah teridentifikasi sekitar 40% dari seluruh spesies kupu-kupu yang telah diidentifikasi (Venkatesha 2005). Famili ini terbagi menjadi beberapa subfamili, diantaranya Polyommatinae dan Lycaeninae yang umumnya memiliki warna biru pada bagian atas dan pinggir sayap dan biasanya dibatasi oleh warna hitam. Subfamili lainnya dalam famili Lycaenidae adalah Theclinae, Miletinae, Lipteninae, Liphyrinae, Curetinae, dan Poritiinae. Beberapa peneliti masih memasukkan famili Riodinidae ke dalam famili Lycaenidae (Hall & Harvey 2002). Famili Riodinidae. Famili Riodinidae merupakan kupu-kupu yang paling unik di antara famili lainnya. Famili ini tersebar dalam wilayah biogeografi yang sempit, terutama di Neotropik Amerika. Di wilayah lain, famili ini mempunyai jumlah spesies yang terbatas. Jumlah spesies dalam famili ini diperkirakan sekitar spesies (Vane-Wright 2003) dan 20% diantaranya masuk dalam jumlah kupukupu yang telah diidentifikasi (Hall 2002). Kupu-kupu ini memiliki ukuran tubuh kecil hingga menengah dengan ukuran sayap sekitar mm. Kupu-kupu ini memiliki warna perak metalik atau keemasan pada permukaan bawah sayap yang bervariasi, sehingga kupu-kupu ini dikenal dengan metalmarks butterflies (Hall 2004). Famili Nymphalidae. Kupu-kupu famili ini merupakan kelompok yang paling dikenal, karena memiliki banyak variasi warna dan bentuk sayap. Famili Nymphalidae dibedakan dengan famili lainnya, dalam hal pasangan tungkai pertama mereduksi dan berbentuk seperti sikat dan terlipat pada tubuh dan pada waktu hinggap. Pada saat hinggap, kupu-kupu ini hanya menggunakan empat dari enam tungkai. Famili ini memiliki sekitar spesies yang tersebar diseluruh

25 25 dunia, kecuali Antartika. Kupu-kupu ini berukuran sedang hingga besar dengan panjang sayap lebih dari 25 mm (Wahlberg et al. 2003). Peranan Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan hewan yang menarik bagi manusia karena memiliki keindahan tubuhnya. Di alam, kehadiran kupu-kupu bermanfaat bagi manusia karena membantu proses penyerbukan tumbuhan. Selain itu, kupu-kupu yang indah dan unik juga menjadi incaran para kolektor untuk perdagangan. Oleh karena itu, kupu-kupu yang terdapat di Asia, terutama di Indonesia, telah menjadi komoditas internasional. Keanekaragaman kupu-kupu di alam juga memberikan informasi penting bagi para peneliti tentang kualitas lingkungan. Kupu-kupu ini dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan dan perubahan fungsi alam (Departemen Kehutanan, 2008b).

26 26 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2011 di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Lampiran 1). Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor dan Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, GPS (Global Positioning System), kotak spesimen, jaring serangga, kertas papilot, papan perentang, oven, anemometer, luxmeter, thermohygrometer, pinset serangga, jarum pentul, desikator, jarum serangga (insect pin), gunting, balok penusuk (pinning block), kertas kalkir dan buku identifikasi. Sedangkan, bahan-bahan adalah kapur barus dan silika gel. Metode Pengamatan Biodiversitas Kupu-kupu Penentuan stasiun penelitian di kawasan Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan untuk menentukan tiga habitat yang berbeda, yaitu Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung (Gambar 2). Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada bulan Januari - April 2011 di tiap habitat. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 15 hari (Tabel 1). Pengamatan dilakukan pada pagi hari ( WITA) dan siang hingga sore hari (pukul WITA). Pengamatan dan pengambilan kupu-kupu dilakukan dengan melakukan survei di sepanjang jalur yang telah ada, menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993). Pengamatan kupu-kupu mencakup jumlah spesies dan individunya. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan, ditangkap dengan jaring serangga dan dimasukkan ke dalam kertas papilot untuk keperluan identifikasi di

27 27 laboratorium. Faktor lingkungan diukur selama pengamatan kupu-kupu. Kelembaban dan suhu udara diukur dengan thermohygrometer, kecepatan angin dengan anemometer, dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Data curah hujan didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selama pengamatan kupu-kupu juga dicatat tumbuhan yang berbunga. Tabel 1 Jadwal pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian pada Januari-April 2011 Minggu Cagar Alam Pattunuang Cagar Alam Leangleang Taman Wisata Bantimurung Senin, Kamis Senin, Kamis Senin, Kamis Senin, Kamis Senin, Kamis Senin, Kamis Senin, Kamis Senin Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa, Jum at Selasa Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu, Sabtu Rabu Gambar 2 Lokasi penelitian kupu-kupu di TN Babul, Kab. Maros: Cagar Alam Pattunuang (1), Cagar Alam Leang-leang (2), dan Taman Wisata Bantimurung (3).

28 28 Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu Preservasi kupu-kupu dilakukan dengan menggunakan metode standar (Triplehorn & Johnson 2005). Spesimen yang telah diambil dari lapangan, dimasukkan ke dalam desikator untuk melembabkan. Setelah itu, spesimen dikeluarkan dari kertas papilot, kemudian ditusuk pada bagian thoraks menggunakan jarum serangga (insect pin) dengan posisi spesimen tegak lurus dengan jarum serangga. Spesimen yang telah ditusuk dengan jarum, dimasukkan dalam balok penusuk (pinning block) untuk diatur posisi tinggi rendahnya spesimen pada jarum. Selanjutnya, posisi sayap kiri dan kanan disejajarkan dengan papan perentang. Spesimen yang telah berada pada papan perentang, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 37 0 C sekitar 2 minggu sampai spesimen kering. Setelah kering, spesimen dikeluarkan, dilepas dari papan perentang untuk dimasukkan ke dalam kotak spesimen atau lemari penyimpanan yang telah dimasukkan kapur barus. Spesimen yang ditangkap untuk keperluan identifikasi, didepositkan sebanyak 130 individu kupu-kupu di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong dan 20 individu kupu-kupu di Laboratorium Perilaku dan Ekologi Hewan, IPB. Kupu-kupu yang telah dipreservasi, kemudian diidentifikasi berdasarkan pola warna sayap, berdasarkan Yata (1981), Morishita (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada (1985), D Abrera (1986), Seki et al. (1991), Tsukada (1991), dan Vane-Wright & de Jong (2003). Analisis Data Keanekaragaman spesies kupu-kupu dianalisis dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magguran 1988): H' - - ni ni log N N Pi log Pi atau Keterangan: H = Indeks Shannon-Wiener ni = Jumlah individu untuk spesies ke-i N = Jumlah total individu Pi = Proporsi jumlah individu tiap jenis = ni / N

29 29 Berdasarkan Brower (1990) indeks keanekaragaman Shannon-Wiener bertoleransi antara 0 - ~ dengan kriteria sebagai berikut: Jika H < 2 : keanekaragaman individu rendah, kestabilan habitat rendah. Jika 2 < H < 3 : keanekaragaman individu sedang, kestabilan habitat sedang. Jika H > 3 : keanekaragaman individu tinggi, penyebaran jumlah individu tinggi dan kestabilan habitat tinggi. Kesamaan kupu-kupu antar lokasi pengamatan dianalisis dengan menggunakan indeks similaritas Sorensen kualitatif (Magguran 1988): Cs = 2 j a b Keterangan: Cs = Indeks similaritas Sorensen j = Jumlah spesies yang ditemukan pada habitat A dan B a = Jumlah spesies habitat A b = Jumlah spesies habitat B Keragaman kupu-kupu dalam kaitannya dengan parameter lingkungan dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p) dan ditampilkan dengan biplot menggunakan PCA (Principal Component Analysis), dengan program R (Everitt & Hothorn 2006).

30 30 HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) memiliki luas ± Ha yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis kawasan ini terletak antara Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Secara kewilayahan, batas-batas TN Babul adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep. Deskripsi tiga lokasi pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan TN Babul sebagai berikut: a. Cagar Alam Pattunuang Cagar Alam Pattunuang (Gambar 3a) merupakan cagar alam yang berbatasan langsung dengan jalan raya dengan tebing karst yang terjal dan licin. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5 o LS dan 119 o BT. Cagar alam ini memiliki hutan sekunder dan aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Di bagian atas cagar alam, terdapat tiga rumah penduduk dan terdapat Gua Pengantin. Gua ini selalu dijadikan tempat perkemahan oleh mahasiswa. Tumbuhan yang berbunga yang ditemukan di lokasi ini pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Tectona grandis (Verbenaceae), Ficus sp. (Moraceae) dan tumbuhan benalu. b. Cagar Alam Leang-leang Cagar Alam Leang-leang (Gambar 3b) merupakan kawasan dengan kondisi alam berupa tebing karst yang terjal dan sulit dijangkau. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 4 o LS dan 119 o BT. Taman purbakala yang berupa gua batu terdapat pada bagian sisi barat kawasan ini. Pengambilan data kupu-kupu dilakukan di bagian belakang taman purbakala

31 31 yang berbatasan langsung dengan persawahan. Kawasan ini memiliki daerah karst yang cukup terjal yang berada di bawah kaki Gunung Bulusaraung, dengan tanah yang datar dan bergelombang. Di kawasan ini ditemukan berbagai tumbuhan perdu dengan bunga sebagai habitat kupu-kupu dan terdapat aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Tumbuhan yang sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Lantana camara (Verbenaceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Tectona grandis (Verbenaceae) dan Ficus sp. (Moraceae). c. Taman Wisata Bantimurung Taman Wisata Bantimurung (Gambar 3c) merupakan taman wisata yang padat dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara. Selain air terjun yang sangat dikagumi oleh wisatawan, terdapat pula gua-gua karst, Sungai Bantimurung dan museum kupu-kupu. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5 o LS dan 119 o BT. Tumbuhan yang ditemukan sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Hibiscus sp. (Malvaceae), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Annona sp. (Annonaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).

32 32 a b Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c). Biodiversitas Kupu-kupu Di tiga lokasi pengamatan ditemukan 144 spesies dari individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili (Tabel 2). Lima famili tersebut ialah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies), dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu). Di Cagar Alam Pattunuang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu). Di Taman Wisata Bantimurung, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu). Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di tiga lokasi penelitian ialah Catopsilia pomona (Gambar 4). Jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan berbeda pada tiap lokasi penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan paling banyak (113 spesies). Berdasarkan pengamatan, di Cagar Alam Leang-leang banyak ditemukan tumbuhan pakan larva kupu-kupu, antara lain tumbuhan dalam famili Rutaceae sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan c

33 33 larva Catopsilia pomona. Penyebaran spesies kupu-kupu yang ditemukan dalam penelitian ini tertera dalam Lampiran 2. Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Famili Subfamili Spesies Leangleang Jumlah Individu Pattunuang Bantimurung Papilionidae Papilioninae Chilasa veiovis Hewitson, Graphium agamemnon Fruhstorfer, Graphium androcles Boisduval, Graphium anthedon Felder & Felder, Graphium deucalion Boisduval, Graphium encelades Boisduval, Graphium eurypylus Felder & Felder, Graphium meyeri Hopffer, Graphium rhesus Fruhstorfer, Lamproptera meges Tsukada & Nishiyama, Pachliopta polyphontes Boisduval, Papilio ascalaphus Boisduval, Papilio blumei Röber, Papilio fuscus Wallace, Papilio gigon Felder & Felder, Papilio peranthus Rothschild, Papilio polytes Oberthür, Papilio sataspes Felder & Felder, Troides haliphron Boisduval, Troides helena Felder & Felder, Troides hypolitus Rothschild, Pieridae Pierinae Aoa affinis Vollenhoven, Appias hombroni Lucas, Appias lyncida Felder & Felder, Appias paulina Hopffer, Appias zarinda Boisduval, Cepora celebensis Rothschild, Cepora timnatha Fruhstorfer, Hebomoia glaucippe Wallace, Pareronia tritaea Fruhstorfer, Saletara panda Holland, Coliadinae Catopsilia pomona Butler, Catopsilia scylla Staudinger,

34 34 Lanjutan Tabel 2 Famili Jumlah Individu Subfamili Spesies Leangleang Pattunuang Bantimurung Eurema celebensis Wallace, Eurema tominia Vollenhoven, Gandaca butyrosa Fruhstorfer, Nymphalidae Danainae Danaus genutia Felder & Felder, Euploea algae Felder & Felder, Euploea eleusina Felder, Euploea eupator Hewitson, Euploea hewitsonii Felder & Felder, Euploea redtenbacheri Felder & Felder, Euploea sylvester Felder & Felder, Euploea westwoodi Felder & Felder, Idea blanchardi Fruhstorfer, Ideopsis juventa Butler, Ideopsis vitrea Fruhstorfer, Tirumala choaspes Butler, Nymphalinae Hypolimnas anomala Fruhstorfer, Hypolimnas bolina Linnaeus, Hypolimnas diomea diomea Hewitson, Hypolimnas diomea fraterna Wallace, Junonia almana Fruhstorfer, Junonia atlites Fruhstorfer, Junonia hedonia Felder & Felder, Rhinopalpa polynice Felder & Felder, Symbrenthia lilaea Tsukada & Nishiyama, Yoma sabina Tsukada, Charaxinae Charaxes affinis Butler, Charaxes nitebis Hewitson, Charaxes solon Butler, Polyura cognata Tsukada, Cyrestinae Chersonesia rahria Rothschild, Cyrestis strigata Felder & Felder, Cyrestis thyonneus Staudinger, Limenitidinae Bassorona labotes Hewitson, Dophla evelina Rothschild, Euthalia sp. Hübner, 1819* Lamasia lyncides Hewitson,

35 35 Lanjutan Tabel 2 Famili Jumlah Individu Subfamili Spesies Leangleang Pattunuang Bantimurung Lasippa neriphus Fruhstorfer, Lexias aeetes Butler, Moduza libnites Moore, Moduza lycone Fruhstorfer, Moduza lymire Hewitson, Pantoporia antara Fruhstorfer, Parthenos sylvia Hopffer, Phaedyma daria Rothschild, Tacola eulimene Butler, Heliconiinae Cethosia myrina Fruhstorfer, Cirrochroa semiramis Felder & Felder, Cirrochroa thule Felder & Felder, Cupha maeonides Hewitson, Phalanta alcippe Wallace, Terinos taxiles Fruhstorfer, Vindula dejone Butler, Vindula erota Eliot, Biblidinae Ariadne celebensis Holland, Satyrinae Amathusia phidippus Fruhstorfer, Amathusia virgata Butler, Bletogona mycalesis Felder & Felder, Discophora bambusae Holland, Elymnias hicetas Fruhstorfer, Elymnias mimalon Hewitson, Faunis menado Hewitson, Lohora decipiens Martin, Melanitis leda Martin, Melanitis phedima Fruhstorfer, Mycalesis horsfieldi Fruhstorfer, Mycalesis janardana Fruhstorfer, Orsotriaena jopas Fruhstorfer, Ypthima kalelonda Rothschild, Riodinidae Nemeobiinae Abisara echerius Röber, Lycaenidae Miletinae Allotinus (Paragerydus) unicolor Fruhstorfer,

36 36 Lanjutan Tabel 2 Famili Subfamili Spesies Leangleang Jumlah Individu Pattunuang Bantimurung Curetinae Curetis tagalica Felder & Felder, Polyommatinae Acytolepis puspa Röber, Anthene lycaenina Felder, Anthene vilosa Snellen, Caleta caleta Hewitson, Caleta decidia Fruhstorfer, Caleta roxus Fruhstorfer, Castalius rosimon Fruhstorfer, Catopyrops ancyra Röber, Catopyrops rita Eliot, Discolampa ilissus` Felder, Euchrysops cnejus Fabricius, Jamides alecto Snellen, Jamides aratus de Nicéville, Jamides celeno Ribbe, Jamides cyta Fruhstorfer, Jamides festivus Röber, Jamides fractilinea Tite, Jamides philatus Snellen, Nacaduba pactolus Fruhstorfer, Megisba malaya Moore, Pithecops corvus Fruhstorfer, Prosotas ella Toxopeus, Prosotas dubiosa Piepers & Snellen, Prosotas nora Felder, Psychonotis piepersii Snellen, Theclinae Arhopala acetes Hewitson, Arhopala alitaeus Hewitson, Arhopala araxes Felder & Felder, Arhopala hercules Hewitson, Arhopala irregularis Bethune-Baker, Dacalana anysiades Röber, Flos apidanus Staudinger, Hypolycaena erylus Fruhstorfer, Hypolycaena sipylus Fruhstorfer, Hypolycaena xenia Grose Smith, Pratapa icetoides Moore, Rapala manea Hewitson, Remelana jangala Hewitson,

37 37 Lanjutan Tabel 2 Famili Jumlah Individu Subfamili Leangleang Pattunuang Bantimurung Spesies Sinthusa verena Moore, Tajuria mantra Felder & Felder, Jumlah individu Jumlah spesies H 3,89 4,06 3,97 Keanekaragaman kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang (H = 4.06) lebih tinggi dibandingkan dengan Cagar Alam Leang-leang (H = 3,89) dan Taman Wisata Bantimurung (H = 3,97) (Tabel 2). Menurut Brower et al. (1990), nilai indeks keanekaragaman > 3 (tiga) pada suatu komunitas menunjukkan tingkat kestabilan komunitas yang tinggi. Berdasarkan kriteria indeks tersebut, di ketiga lokasi tersebut memiliki keanekaragaman dan kestabilan komunitas kupukupu yang tinggi. Besar nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H ) dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan jumlah spesies terbanyak (S = 113) walaupun nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener terendah (H = 3,89).

38 38 (a) (b) (c) 1 cm 1 cm 1 cm (d) (e) (f) 1 cm 1 cm 1 cm (g) (h) (i) 1 cm 1 cm 1 cm Gambar 4 Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga lokasi penelitian (sisi kiri = permukaan sayap bawah, sisi kanan = permukaan sayap atas): Graphium agamemnon (a), Graphium anthedon (Papilionidae) (b), Catopsilia pomona (c), Eurema tominia (Pieridae) (d), Lexias aeetes (e), Idea blanchardi (Nymphalidae) (f), Abisara echerius (Riodinidae) (g), Jamides aratus (h), dan Jamides fractilinea (Lycaenidae) (i). Berdasarkan analisis dengan indeks similaritas Sorensen, Cagar Alam Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan paling tinggi (C S = 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung paling rendah (C S = 0,71) (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari komposisi spesiesnya. Sebanyak 113 spesies kupu-kupu yang terdapat di Cagar Alam Leang-leang, 20 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Leangleang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, dan 8 spesies dapat ditemukan di Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 101 spesies kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang, 8 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies

39 39 dapat ditemukan Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 98 spesies di Taman Wisata Bantimurung, 15 spesies di antaranya hanya ditemukan di Taman Wisata Bantimurung, 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang. (Gambar 5). Berdasarkan Magurran (1988), nilai indeks Sorensen yang kurang dari 1 (Cs 1) menunjukkan bahwa ketiga struktur komunitas tersebut tidak sama dan terdapat spesies yang dominan pada ketiga lokasi tersebut. Tabel 3. Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Lokasi Pattunuang Leang-leang Bantimurung Pattunuang Leang-leang Bantimurung 1 0,81 1 0,75 0, (A) (C) 8 (B) 8 Gambar 5 Jumlah spesies yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Cagar alam Leang-leang (A), Cagar Alam Pattunuang (B), Taman Wisata Bantimurung (C). Berdasarkan bulan pengamatan, keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan bervariasi. Dengan bertambahnya waktu pengamatan, masih terjadi penambahan spesies. Pada bulan April, spesies kupu-kupu ditemukan paling sedikit. Pada bulan ini banyak kupu-kupu teramati mencari tempat meletakkan telur. Larva kupu-kupu Graphium agamemnon yang berumur 3 hari, ditemukan di daun pohon sirsak (Annona muricata). Berdasarkan jumlah individu, di Taman Wisata Bantimurung ditemukan nilai tertinggi di bulan Januari (Gambar 6). Hal

40 40 ini kemungkinan berhubungan dengan suhu pada bulan tersebut yang optimum dengan curah hujan yang rendah (27,3 o C, CH = 10,9 mm). 120 (a) Jumlah Spesies Pattunuang Leang-leang Bantimurung Jumlah Individu Januari Maret April Bulan Pengamatan (b) Januari Maret April Bulan Pengamatan Pattunuang Leang-leang Bantimurung Gambar 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar. Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari ( WITA) lebih tinggi dibandingkan pada siang hari ( WITA) (Gambar 7). Famili Nymphalidae dan Pieridae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies yang banyak ditemukan di pagi hari. Spesies kupu-kupu

41 41 dari famili ini berperan sebagai polinator dan umumnya aktif di pagi hari. Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. 700 (a) Jumlah Spesies Pattunuang Leang-leang Bantimurung Lokasi Penelitian Pagi Siang Jumlah Individu (b) Pattunuang Leang-leang Bantimurung Lokasi Penelitian Pagi Siang Gambar 7 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu kupu-kupu (b) pada pengamatan pagi hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar. Pengamatan dilakukan selama 45 hari yang terbagi dalam tiga lokasi penelitian (masing-masing 15 hari). Grafik akumulasi jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan menunjukkan kurva masih terus meningkat dan belum mencapai

42 42 titik stasioner (Gambar 8). Jika dilakukan penambahan hari pengamatan kemungkinan terjadi penambahan jumlah spesies. Jumlah Spesies Hari Pengamatan Pattunuang Leang-leang Bantimurung Gambar 8 Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung. Keberadaan kupu-kupu dalam suatu habitat dipengaruhi oleh ketersediaan tumbuhan pakan larva. Beberapa tumbuhan pakan larva ditemukan di tiga lokasi penelitian (Tabel 4). Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara, Clerodendrum sp. dan Tectona grandis (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Ficus sp. (Moraceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Bauhinia purpurea dan Cassia alata (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae), Impatiens balsamina (Balsaminaceae), Justicia sp. (Acanthaceae), dan Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (Gambar 9). Selama pengamatan, tumbuhan Lantana camara (Verbenaceae), Arenga pinnata (Palmae) dan Ficus sp. (Moraceae) merupakan tumbuhan berbunga yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu.

43 43 Tabel 4 Spesies kupu-kupu dan tumbuhan pakan larva yang ditemukan di tiga lokasi penelitian No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 1. Troides haliphron Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 2. Troides helena Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 3. Troides hypolitus Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 4. Pachliopta polyphontes Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 5. Chilasa veiovis Cinnamomum sp., Cryptocarya sp. (Lauraceae) 6. Papilio ascalaphus Citrus sp. (Rutaceae) 7. Papilio blumei Euodia sp., Toddalia sp. (Rutaceae) 8. Papilio fuscus Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae), Morinda citrifolia (Rubiaceae) 9. Papilio gigon Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae) 10. Papilio peranthus Micromelum sp. (Rutaceae) 11. Papilio polytes Citrus sp., Micromelum sp., Euodia sp. (Rutaceae) 12. Papilio sataspes Euodia sp., Micromelum sp., Toddalia sp. (Rutaceae) 13. Graphium agamemnon Annona muricata (Annonaceae) 14. Graphium androcles Graphium anthedon Cinnamomum sp. (Lauraceae) 16. Graphium deucalion Graphium encelades Graphium eurypylus Annona sp., Pseuduvaria sp., Desmos sp., Melodorum sp. (Annonaceae) 19. Graphium meyeri Graphium rhesus Lamproptera meges Illigera sp. (Hernandiaceae) 22. Hebomoia glaucippe Brassica sp. (Brassicaceae), Capparis sp., Crateva sp. (Capparaceae) 23. Pareronia tritaea Capparis sp. (Capparaceae) 24. Appias hombroni Appias lyncida Capparis sp., Crateva sp. (Capparaceae) 26. Appias paulina Capparis sp. (Capparaceae), Drypetes sp., Putranjiva sp. (Putranjivaceae) 27. Appias zarinda Saletara panda Cepora celebensis Cepora timnatha Aoa affinis -

44 44 Lanjutan Tabel 4 No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 32. Gandaca butyrosa Monocarpia sp., Mitrephora sp. (Annonaceae) 33. Eurema celebensis Eurema tominia Catopsilia pomona Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 36. Catopsilia scylla Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 37. Euploea algae Ficus sp., Streblus sp. (Moraceae) 38. Euploea eleusina Streblus asper (Moraceae) 39. Euploea eupator Ficus sp. (Moraceae) 40. Euploea hewitsonii Ficus sp. (Moraceae) 41. Euploea redtenbacheri Ficus sp. (Moraceae) 42. Euploea sylvester Ficus sp. (Moraceae) 43. Euploea westwoodi Ficus sp. (Moraceae) 44. Tirumala choaspes Danaus genutia Asclepias sp. (Asclepiadaceae) 46. Ideopsis juventa Cynanchum sp. (Apocynaceae) 47. Ideopsis vitrea Cardiopteris moluccana (Cardiopteridaceae) 48. Idea blanchardi Parsonsia sp. (Apocynaceae) 49. Hypolimnas anomala Claoxylon sp. (Euphorbiaceae), Pipturus sp., Villebrunea sp. (Urticaceae) 50. Hypolimnas bolina Justicia sp., Ruellia sp. (Acanthaceae), Ficus sp. (Moraceae) 51. Hypolimnas diomea diomea Elatostema lineolatum (Urticaceae) 52. Hypolimnas diomea fraternal Elatostema lineolatum (Urticaceae) 53. Yoma sabina Ruellia sp. (Acanthaceae) 54. Rhinopalpa polynice Dendrocnide sp., Poikilospermum sp. (Urticaceae) 55. Junonia almana Acanthus sp., Barleria sp. (Acanthaceae) 56. Junonia atlites Justicia sp., Barleria sp. (Acanthaceae) 57. Junonia hedonia Ruellia sp. (Acanthaceae), Sida sp. (Malvaceae) 58. Symbrenthia lilaea Boehmeria sp., Debregeasia sp., Girardinia sp. (Urticaceae) 59. Charaxes affinis Manihot sp. (Euphorbiaceae), Persea americana (Lauraceae) 60. Charaxes nitebis Charaxes solon Acacia sp., Pithecellobium sp. (Mimosaceae) 62. Polyura cognata Annona sp. (Annonaceae), Caesalpinia sp., Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 63. Cyrestis strigata Streblus sp. (Moraceae)

45 45 Lanjutan Tabel 4 No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 64. Cyrestis thyonneus Chersonesia rahria Ficus sp. (Moraceae) 66. Pantoporia antara Acacia sp. (Mimosaceae) 67. Lexias aeetes Arenga pinnata (Palmae) 68. Phaedyma daria Desmodium sp., Mucuna sp. (Papilionaceae) 69. Parthenos sylvia Passiflora sp. (Passifloraceae) 70. Tacola eulimene Moduza libnites Mussaenda sp. (Rubiaceae) 72. Moduza lycone Mussaenda sp. (Rubiaceae) 73. Moduza lymire Mussaenda sp. (Rubiaceae) 74. Lamasia lyncides Lasippa neriphus Euthalia sp. Scurrula sp. (Loranthaceae) 77. Dophla evelina Anacardium sp. (Anacardiaceae), Antidesma sp. (Euphorbiaceae) 78. Bassorona labotes Cethosia myrina Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 80. Vindula dejone Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 81. Vindula erota Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 82. Cirrochroa semiramis Flacourtia sp., Hydnocarpus sp. (Flacourtiaceae) 83. Cirrochroa thule Flacourtia sp., Hydnocarpus sp. (Flacourtiaceae) 84. Cupha maeonides Erioglossum sp., Lepisanthes sp. (Sapindaceae) 85. Terinos taxiles Rinorea sp. (Violaceae) 86. Phalanta alcippe Flacourtia sp., Hydnocarpus sp. (Flacourtiaceae), Salix sp. (Salicaceae) 87. Ariadne celebensis Lohora decipiens Bletogona mycalesis Melanitis leda Cocos sp. (Palmae), Oryza sp., Zea sp. (Gramineae) 91. Melanitis phedima Oryza sp., Zea sp. (Gramineae) 92. Ypthima kalelonda Digitaria sp., Imperata sp. (Gramineae) 93. Mycalesis horsfieldi Oryza sp., Saccharum sp. (Gramineae) 94. Mycalesis janardana Digitaria sp., Paspalum sp. (Gramineae) 95. Orsotriaena jopas Gramineae 96. Elymnias hicetas Areca sp., Arenga sp., Cocos sp. (Palmae) 97. Elymnias mimalon Areca sp., Arenga sp., Cocos sp. (Palmae)

46 46 Lanjutan Tabel 4 No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 98. Discophora bambusae Bambusa sp. (Bambusaceae) 99. Faunis menado Arenga pinnata (Palmae) 100. Amathusia phidippus Cocos sp. (Palmae), Musa sp. (Musaceae) 101. Amathusia virgata Abisara echerius Ardisia sp., Embelia sp. (Myrsinaceae) 103. Allotinus (paragerydus) unicolor Curetis tagalica Millettia atropurpurea (Mimosaceae) 105. Jamides alecto Curcuma sp. (Zingiberaceae) 106. Jamides aratus Jamides celeno Delonix sp. (Caesalpiniaceae) 108. Jamides cyta Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae) 109. Jamides festivus Jamides fractilinea Jamides philatus Prosotas ella Prosotas dubiosa Acacia sp. (Mimosaceae), Macadamia sp. (Proteaceae), Litchi sp. (Sapindaceae) 114. Prosotas nora Acacia sp., Mimosa sp. (Mimosaceae), Allophylus sp. (Sapindaceae) 115. Catopyrops ancyra Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae) 116. Catopyrops rita Anthene lycaenina Buchanania sp. (Anacardiaceae), Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae) 118. Anthene vilosa Caleta caleta Ziziphus sp. (Rhamnaceae) 120. Caleta decidia Caleta roxus Castalius rosimon Paliurus sp., Ziziphus sp. (Rhamnaceae) 123. Acytolepis puspa Cycas sp. (Cycadaceae), Calliandra sp. (Mimosaceae) 124. Nacaduba pactolus Mimosaceae 125. Megisba malaya Macaranga sp. (Euphorbiaceae), Allophylus sp. (Sapindaceae) 126. Pithecops corvus Desmodium sp. (Papilionaceae), Gardenia sp. (Rubiaceae) 127. Psychonotis piepersii Alphitonia sp. (Rhamnaceae) 128. Discolampa ilissus` Ziziphus sp. (Rhamnaceae) 129. Euchrysops cnejus Cycas sp. (Cycadaceae), Acacia sp. (Mimosaceae) 130. Arhopala acetes Arhopala alitaeus -

47 47 Lanjutan Tabel 4 No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 132. Arhopala araxes Arhopala hercules Arhopala irregularis Hypolycaena erylus Ceiba sp. (Bombacaceae) 136. Hypolycaena sipylus Eugenia sp. (Myrtaceae) 137. Hypolycaena xenia Sinthusa verena Rubus sp. (Rosaceae) 139. Flos apidanus Lagerstroemia sp. (Lythraceae), Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae) 140. Rapala manea Mangifera sp. (Anacardiaceae), Acacia sp. (Mimosaceae) 141. Tajuria mantra Dendrophthoe sp., Scurrula sp. (Loranthaceae) 142. Pratapa icetoides Remelana jangala Durio sp. (Bombacaceae), Euphorbiaceae, Myrtaceae Dacalana anysiades Scurrula sp. (Loranthaceae)

48 48 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) Gambar 9 Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Clerodendrum sp. (Verbenaceae) (a), Hibiscus sp. (Malvaceae) (b), Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae) (c), Ixora sp. (Rubiaceae) (d), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae) (e), Impatiens balsamina (Balsaminaceae) (f), Lantana camara (Verbenaceae) (g), Cassia alata (Caesalpiniaceae) (h), Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (i), Justicia sp. (Acanthaceae) (j).

49 49 Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan Hasil pengukuran data lingkungan, menunjukkan rata-rata intensitas cahaya dan kelembaban maksimum (IC = 403 lux, rh = 76,4%) terjadi di Taman Wisata Bantimurung. Suhu udara maksimum (28,3 o C) terjadi di Cagar Alam Pattunuang. Curah hujan maksimum (CH = 14,7 mm) terjadi di Cagar Alam Leang-leang (Tabel 5). Tabel 5 Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu, kelembaban (rh) dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Lokasi IC (Lux) KA (Knot) Suhu ( o C) rh (%) CH (mm) Pattunuang 209 ( ) 2.9 (2-6) 28.3 (26-35) 69.3 (60-76) 14.7 (1-84) Leang-leang 208 ( ) 3.1 (2-7) 27.8 (25-36) 66.2 (28-75) 19.3 (1-67) Bantimurung 403 ( ) 3.7 (2-8) 27.3 (24-43) 76.4 (34-84) 10.9 (1-62) Keterangan: Data CH (Curah hujan) diambil dari BMG Maros, Sulawesi Selatan pada bulan Januari-April Angka menunjukkan nilai rata-rata dan angka minimum - maksimum Berdasarkan analisis korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 6). Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah individu kupu-kupu. Tabel 6 Nilai korelasi Pearson dan persamaan garis regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian Parameter Korelasi Pearson dan Persamaan Garis Regresi lingkungan r r 2 Nilai p Persamaan garis regeresi Intensitas cahaya Kecepatan angin Suhu Kelembaban Curah hujan 0,98 0,99-0,93 0,89-0,73 0,96 0,99 0,90 0,75 0,58 0,10 0,04 0,22 0,29 0,47 y = -5, ,476x y = -2, ,4986x y = 3,8479-0,06789x y = 2, ,2517x y = 9,3557 0,8666x

50 50 Berdasarkan hasil analisis PCA (Gambar 10), besar kecilnya pengaruh parameter lingkungan terhadap jumlah spesies dan individu ditunjukkan dengan besar kecilnya sudut yang dibentuk. Jika sudut yang dibentuk mendekati 90 o, maka parameter lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah spesies dan individu. rh IC Bantimurung Gambar 10 Biplot hasil analisis PCA antara parameter lingkungan dengan jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian. Ket: SP: spesies, Ind: individu, SH: suhu, CH: curah hujan, rh: kelembaban, IC: intensitas cahaya, KA: kecepatan angin.

51 51 PEMBAHASAN Biodiversitas Kupu-kupu Sebanyak 144 spesies dari individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili ditemukan di tiga lokasi dalam penelitian. Di Cagar Alam Leangleang ditemukan 113 spesies dari individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak yang ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio fuscus, Papilio polytes, Aoa affinis, Jamides alecto, Catopyrops rita, Caleta roxus, Caleta decidia dan Rapala manea. Di Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei, Chilasa veiovis, Graphium rhesus, Tacola eulimene, Jamides cyta, Megisba malaya dan Arhopala hercules. Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan 98 spesies dari individu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu) dan spesies kupu-kupu yang paling sedikit dan hanya ditemukan sebanyak 2 individu selama pengamatan adalah Graphium rhesus dan Acytolepis puspa. Biodiversitas kupu-kupu di tiap lokasi penelitian berbeda-beda. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan vegetasi yang ditemukan di tiap lokasi. Cagar Alam Leang-leang merupakan lokasi penelitian yang paling banyak ditemukan jumlah spesies kupu-kupu (113 spesies) dibandingkan dengan lokasi lainnya. Berdasarkan pengamatan, tumbuhan di Cagar Alam Leang-leang sebagian besar merupakan tumbuhan pakan larva kupu-kupu, seperti anggota dari famili Rutaceae, sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan larva Catopsilia pomona (Noerdjito & Amir 1992). Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan jumlah individu kupu-kupu terbanyak (2.950 individu) namun jumlah spesiesnya paling sedikit (98 spesies). Hal ini berkaitan dengan kondisi Taman Wisata Bantimurung yang sebagian besar terbuka sebagai dampak dari pembangunan oleh pemerintah setempat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada daerah yang semi tertutup atau tertutup dan habitat yang masih alami (Ozden 2003; Lopez 2009; Van Vu &

52 52 Quang Vu 2011). Kupu-kupu dilaporkan tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama pada habitat yang terganggu (Kunte 2001; Lori & Banks 2004; Saikia et al. 2009). Spesies kupu-kupu dari TN Babul menunjukkan beberapa perbedaan bentuk morfologi, terutama pada bagian sayap dan bentuk tubuh dibandingkan dengan kupu-kupu diluar Sulawesi. Kupu-kupu Appias zarinda, salah satu kupukupu khas Pulau Sulawesi, mempunyai sayap panjang dan bersudut tajam. Bentuk sayap depan Appias nero, salah satu kupu-kupu yang ditemukan di Pulau Jawa, lebih pendek dan bersudut tumpul, sesuai dengan sketsa yang dibuat oleh Whitten (2009). Kupu-kupu Hebomoia glaucippe dari Pulau Sulawesi cenderung memiliki tubuh lebih besar dan bulat, bila dibandingkan dengan kupu-kupu Hebomoia glaucippe yang berasal dari luar Pulau Sulawesi. Biodiversitas kupu-kupu yang ditemukan pada tiap bulan pengamatan tergolong tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu meningkat dengan bertambahnya waktu pengamatan. Penulis masih sering menemukan spesies kupu-kupu yang jarang terlihat, terutama spesies yang terbang tinggi. Pada bulan April, spesies kupu-kupu mulai menurun dan teramati kupu-kupu mulai meletakkan telur. Penulis juga menemukan larva kupu-kupu Graphium agamemnon yang berumur 3 hari di daun pohon sirsak (Annona muricata). Berdasarkan Boovanno et al. (2000) dan Naewboonnien (2008), kupu-kupu bereproduksi pada saat bulan-bulan tertentu dengan kondisi lingkungan optimum dan berkaitan dengan tumbuhan sebagai pakan larva. Selain itu, keragaman spesies kupu-kupu dipengaruhi juga oleh musim. Keragaman kupu-kupu lebih tinggi ditemukan di akhir musim hujan (Rizal 2007; Pozo et al. 2008). Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari (1.551 spesies) lebih tinggi dibandingkan pada siang hari (1.193 spesies). Famili Nymphalidae dan Pieridae merupakan famili dengan spesies yang banyak ditemukan di pagi hari. Spesies kupu-kupu dari famili ini berperan sebagai penyerbuk dan lebih aktif di pagi hari. Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. Kupu-kupu dapat berperan sebagai penyerbuk, karena pada saat kupu-kupu menghisap nektar bunga, serbuk sari akan menempel pada bagian probosis, tungkai, dan bagian tubuh lain dan dapat jatuh di

53 53 kepala putik (Athuri et al. 2004; Triplehorn & Johnson 2005). Volume nektar bunga yang lebih tinggi di pagi hari juga berpengaruh terhadap jumlah spesies kupu-kupu. Waktu aktif kupu-kupu untuk terbang mencari nektar adalah di pagi hingga sore hari (Braby 2000). Kupu-kupu spesialis sangat selektif memilih tumbuhan penghasil nektar (Bakowski & Boron 2005), yang berkaitan dengan bentuk dan panjang probosis (Davies 1988; Hickman et al. 2007). Selain mencari nektar, beberapa kupu-kupu juga menghisap air dan makanan lain yang mengandung mineral, seperti buah busuk, bangkai, urine, dan kotoran hewan. Kupu-kupu jantan menyukai urine sebagai sumber mineral (Mastrigt & Rosariyanto 2005). Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan berkerumun di sekitar genangan air untuk menghisap air yang mengandung mineral (Stokes et al. 1991). Saat pengamatan kupu-kupu, beberapa spesies kupu-kupu teramati dimangsa oleh pemangsa (predator), yaitu cecak terbang (Draco volans) dari famili Agamidae. Selain cecak terbang, diamati juga burung, dan laba-laba yang sedang memangsa larva kupu-kupu. Burung Icterus abeillei dan Pheucticus melanocephalus merupakan pemangsa utama kupu-kupu Danaus sp. di Meksiko (Fink & Brower 1981). Selain vertebrata, serangga juga dapat berperan sebagai pemangsa kupu-kupu. Harmonia axyridis (Coleoptera: Coccinellidae) dilaporkan memakan telur Danaus plexippus (L.) (Koch et al. 2006). Pertahanan diri yang dilakukan oleh kupu-kupu terhadap pemangsa, diantaranya adalah memiliki pola khusus pada sayap atau berkamuflase yang dapat mengecoh pemangsa. Bicyclus anynana dan Lopinga achine (subfamili Satyrinae) memiliki bintik mata (eyespots) pada sayap yang dapat hilang pada musim-musim tertentu atau memantulkan sinar UV yang dapat mengecoh burung (Lyytinen et al. 2003; Olofsson et al. 2010). Perpaduan antara bintik mata (eyespots) dan suara yang dihasilkan oleh sayap merupakan pertahanan yang efektif pada kupu-kupu Inachis io (famili Nymphalidae) terhadap pemangsanya, yaitu burung Parus major (Vallin et al. 2005). Parasitoid merupakan salah satu penyebab kematian kupu-kupu secara alami di alam. Parasitoid menyerang kupu-kupu pada tahap telur, larva dan pupa. Tabuhan Echthromorpha intricatoria dan Pteromalus puparum (Hymenoptera)

54 54 merupakan endoparasitoid pada larva dan pupa Bassaris gonerilla (famili Nymphalidae) (Barron et al. 2004). Larva dan pupa Pieris brassicae (famili Pieridae) di Iran dilaporkan terparasit oleh 10 spesies dari ordo Hymenoptera dan ordo Diptera (Razmi et al. 2011). Parasitoid Trichogramma brassicae (Huigens et al. 2009) dan Cotesia glomerata (Benson et al. 2003; Tanaka et al. 2007) memarasit telur Pieris brassicae (famili Pieridae) yang baru diletakkan oleh induk betina sesaat setelah kawin. Parasitoid Cotesia rubecula dan Cotesia plutellae (Hymenoptera: Braconidae) memarasit larva Pieris rapae (L.) dan Plutella xylostella (L.) (famili Plutellidae) (Cameron & Walker 1997). Sturmia bella Meig. (Diptera: Tachinidae) merupakan parasit pada Aglais urticae (L.) (famili Nymphalidae) (Gripenberg et al. 2011). Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan Berdasarkan korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (r = 0,99, p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 4). Parameter lingkungan lainnya yang diukur, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Boggs et al. (2005) melaporkan bahwa kecepatan angin dapat mempengaruhi jarak terbang kupu-kupu dalam bermigrasi atau mencari makan. Severns (2008) juga melaporkan bahwa kecepatan angin mempengaruhi aktivitas terbang kupu-kupu. Suhu yang tinggi dan curah hujan yang rendah akan mempengaruhi populasi kupu-kupu (Boovanno et al. 2000). Suhu yang terukur selama pengamatan berkisar 27 o -28 o C, merupakan suhu yang sesuai dengan kupu-kupu untuk beraktivitas. Kupu-kupu Danaus plexippus lebih menyukai habitat dengan suhu udara berkisar o C (Kammer 1971). Pada umumnya, suhu thoraks kupu-kupu berkisar 28 o -40 o C untuk terbang (Kingsolver 1985; Smetacek 2000; Watanabe & Imoto 2003). Sebelum terbang, kupu-kupu akan berjemur di pagi hari untuk mencapai suhu tubuh yang diperlukan untuk terbang (Stokes et al. 1991; Smetacek 2000; Watanabe & Imoto 2003). Selama pengamatan berlangsung, curah hujan yang terdapat di lokasi pengamatan tergolong rendah, sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah spesies dan individu kupu-

55 55 kupu yang ditemukan. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi keragaman spesies kupu-kupu dan dapat mengakibatkan kematian larva dan pupa (Pollard 2002; Hill et al. 2003). Kelembaban merupakan salah satu faktor iklim yang penting bagi kupukupu. Kelembaban yang terukur selama pengamatan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keragaman kupu-kupu. Kupu-kupu tidak terbang pada kelembaban yang tinggi karena sayapnya basah oleh air (Panjaitan 2008). Tetapi, beberapa spesies kupu-kupu menyukai habitat yang memiliki kelembaban yang tinggi (Suhara 2009). Intensitas cahaya juga memberikan pengaruh pada jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Intensitas cahaya yang terukur selama pengamatan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh tutupan kanopi dan intensitas ini dapat mempengaruhi keberadaan kupu-kupu pada suatu habitat (Severns 2008). Kupu-kupu merupakan herbivora yang tidak bisa hidup tanpa adanya tumbuhan inang (Schoonhoven et al. 1998). Kandungan senyawa kimia pada tumbuhan akan mempengaruhi kupu-kupu dalam pemilihan tumbuhan pakan (Chen et al. 2004). Ketersediaan tumbuhan pakan dalam suatu habitat mempengaruhi jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan. Kupukupu betina akan memilih tumbuhan inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan larva saat oviposisi berlangsung (Nishida 2005; Chen et al. 2004; Talsma et al. 2008). Pemilihan tumbuhan pakan dan oviposisi telah dilaporkan pada Papilio spp. (famili Papilionidae) dan Euphydryas spp (famili Nymphlidae). (Renwick & Chew 1994). Larva kupu-kupu menunjukkan asosiasi yang kuat dengan tumbuhan inangnya (Janz & Nylin 1998). Spesies Polyommatus icarus, P. arygrognomon, P. adamantus dan P. semiargus berasosiasi dengan tumbuhan dari famili Fabaceae pada fase larva dan imago (Bakowski & Boron 2005). Degradasi habitat akan mengurangi ketersediaan tumbuhan inang. Degradasi habitat ini seringkali berdampak penurunan pada tumbuhan pakan larva dan sumber nektar untuk kupu-kupu dewasa (Schultz & Dlugosch 1999). Faktor lingkungan dalam suatu habitat akan berpengaruh pada proses metabolisme primer dan sekunder tumbuhan sering menentukan kandungan

56 56 senyawa kimianya (Chen et al. 2004; Weingartner et al. 2005). Beberapa senyawa kimia tumbuhan yang berperan dalam interaksi serangga-tumbuhan, di antaranya adalah alkaloids, terpenoids, dan steroids (Schoonhoven et al. 1998). Selain itu, kandungan nitrogen (N) mempengaruhi produksi phytochemical tumbuhan inang. Spesialisasi Pieris spp. dan Brassica oleracea var. capitata pada tumbuhan inangnya, dipengaruhi oleh kandungan nitrogen pada tumbuhan inangnya (Chen et al. 2004). Pencarian tumbuhan inang yang spesifik pada kupu-kupu mengarah ke tingkat spesialisasi yang tinggi (Weingartner et al. 2005). Kupu-kupu yang bersifat monofag tidak bisa melakukan oviposisi pada tumbuhan lain, selain tumbuhan inang. Beberapa kupu-kupu yang bersifat monofag ialah Troides sp. pada famili Aristolochiaceae (Nishida et al. 1993; Vane Wright & de Jong 2003), Lamproptera meges pada tumbuhan Illigera sp. (Hernandiaceae) (Vane-Wright & de Jong 2003), dan Pachliopta polyphontes pada tumbuhan Aristolochia sp. (Vane- Wright & de Jong 2003; Barua & Slowik 2007). Kupu-kupu yang bersifat oligofag merupakan kupu-kupu yang dapat melakukan oviposisi pada beberapa spesies tumbuhan. Hal ini berkaitan dengan tumbuhan inang, misalnya ukuran, umur dan fenologi tumbuhan (Mugrabi-Oliveira & Moreira 1996). Beberapa kupu-kupu yang bersifat oligofag ialah Graphium agamemnon, Discophora bambusae, dan Melanitis leda (Vane-Wright & de Jong 2003), Melitaea athalia (subfamili Nymphalidae) (Talsma et al. 2008), Polygonia sp. (subfamili Nymphalidae) (Weingartner et al. 2005) dan Heliconius erato phylis (subfamili Nymphalidae) (Mugrabi-Oliveira & Moreira 1996).

57 57 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ditemukan sebanyak 144 spesies yang tergolong dalam 5 famili. Seratus tiga belas spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, 101 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, dan 98 spesies ditemukan di Taman Wisata Bantimurung. Keragaman kupu-kupu paling tinggi ditemukan di Cagar Alam Pattunuang yang diikuti dengan Taman Wisata Bantimurung dan Cagar Alam Leang-leang. Kupu-kupu Catopsilia pomona merupakan spesies kupu-kupu yang dominan dan Papilio blumei dan Graphium androcles merupakan spesies kupu-kupu endemik. Kupu-kupu yang ditemukan di Cagar Alam Pattunuang mempunyai kesamaan spesies yang tinggi dengan kupu-kupu di Cagar Alam Leang-leang. Kecepatan angin memberikan pengaruh yang nyata terhadap aktivitas kupu-kupu. Saran Dari hasil penelitian ini disarankan bagi Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, untuk lebih memperhatikan kondisi habitat kupukupu, terutama tumbuhan pakan larva yang makin berkurang. Disamping itu, perlu dibuat aturan bagi para penangkap liar di dalam kawasan taman nasional untuk menjaga komunitas kupu-kupu.

58 58 DAFTAR PUSTAKA Anton C, Zeisset I, Musche M, Durka W, Boomsma JJ, Settele J Population structure of a large blue butterfly and its specialist parasitoid in a fragmented landscape. Mol Ecol 16: Aoki T, Yamaguchi S, Uemura Y Satyridae, Libitheidae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands III. Japan: Plapac Co. Ltd. 500 hlm (pls 1-113). Athuri JB, Ramana SPV, Reddi CS Ecobiology of the tropical Pierid butterfly Catopsilia pyranthe. Curr Sci 86: Ayberk H, Akkuzu E Contributions to the knowledge of papilionoidea (Lepidoptera : Rhopalocera) fauna from Northern Cyprus. Pakistan J. Biol Sci 10: Bakowski M, Boron M Flower visition patterns of some species of Lycaenidae (Lepidoptera). Biol Lett 42: Barron MC, Wratten SD, Barlow ND Phenology and parasitism of the red admiral butterfly Bassaris gonerilla (Lepidoptera: Nymphalidae). New Zealand J Ecol 28: Benson J, van Driesche RG, Pasquale A, Elkinton J Introduced braconid parasitoids and range reduction of a native butterfly in New England. Biol Contr 28: Bergman KO Oviposition, host plant choice and survival of a grass feeding butterfly, the Woodland Brown (Lopinga achine) (Nymphalidae: Satyrinae). J Reserc Lep 35: Boggs CL, Watt WB, Ehrlich PR Butterflies : Ecology and Evolution Taking Flight. Syst Biol 54: Bakowski M, Boron M Flower visition patterns of some species of Lycaenidae (Lepidoptera). Biol Lett 42: Bonebrakel TC, Sorto R Butterfly (Papilionoidea and Hesperioidea) rapid assessment of a coastal countryside in El Salvador. Trop Conser Sci 2 : Boovanno K, Watanasit S, Permkam S Butterfly Diversity at Ton Nga- Chang Wildlife Sanctuary, Songkhla Province, Southern Thailand. ScienceAsia 26:

59 59 Braby MF Butterflies of Australia. Their Identification, Biology and Distribution. Canberra: CSIRO Entomology hlm. Braby MF Provisional checklist of genera of the Pieridae (Lepidoptera: Piapilionoidea). Zootaxa 832: Braby MFV, Pierce E Molecular phylogeny and systematics of the Pieridae (Lepidoptera: Papilionoidea) higher classification and Biogeography. Zoo J Linn Soc 147: Brower LP, Calvert WH Foraging dynamics of bird predators on overwintering monarch butterflies in Mexico. Evolution 39: Brower LP, Horner BE, Marty MA, Motfitt CM, Villa-R B Mice (Peromyscus maniculatus, P. spicilegus, and Microtus mecicanus) as predators of overwintering monarch butterflies (Danaus plexippus) in Mexico. Biotropica 17: Brower JS, Zar JH, Ende NO Field and Laboratory Methods For General Ecology, Third Edition. London: Brown. 288 hlm. Cameron PJ, Walker GP Host specificity of Cotesia rubecula and Cotesia plutellae, parasitoids of white butterfly and diamondback moth. Proc 50th N.Z. Plant Protec Conf : Castelo MK, Nouhuys SV, Corley JC Olfactory attraction of the larval parasitoid, Hyposoter horticola, to plants infested with eggs of the host butterfly, Melitaea cinxia. J Ins Scie 10: Chen YZ, Lin L, Wang CW, Yeh CC, Hwang SY Response of two Pieris (Lepidoptera: Pieridae) species to fertilization of a host plant. Zoo Stud 43: D Abrera B Butterflies of The Australian Region. Melbourne: Landsdowne Press. hlm 112. D Abrera B Butterflies of The Oriental Region; Part III: Lycaenidae and Riodinidae. London: Hill House. hlm Davies RG Outlines of Entomology. Seventh Edition. London: Chapman & Hall. 420 hlm. Departemen Kehutanan. 2008a. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Periode Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan sumber Daya Alam. Kabupaten Maros. Sulawesi Selatan.

60 60 Departemen Kehutanan. 2008b. Identifikasi dan Pemetaan Kupu-kupu. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan sumber Daya Alam. Kabupaten Maros. Sulawesi Selatan. Devries PJ Tough african models and weak mimics: new horizons In the evolution of bad taste. J Lep Soc 57: Eggleton P, Belshaw R Insect parasitoids: an evolutionary overview. Phil Trans Biol Sci 337: Everitt BS, Hothorn T A Handbook of Statistical Analyses Using R. France: Chapman and Hall/CRC. Fatouros NE, Pashalidou FG, Aponte-Cordero WV, van Loon JJA, Mumm R, Dicke M, Hilker M, Huigens ME Anti-aphrodisiac compounds of male butterflies increase the risk of egg parasitoid attack by inducing plant synomone production. J Chem Ecol 35: Fiedler K Host-plant relationship of Lycaenid butterflies : large-scale patterns, interactions with plant chemistry and mutualism with ants. Entomol Exper Appl 80: Fink LS, Brower LP Birds can overcome the cardenolide defense of monarch butterflies in Mexico. Nature 291: Freerk M, Grunsven RHA, Maartje L, Zwaan BJ, Brakefield PM Is male puddling behaviour of tropical butterflies targeted at sodium for nuptial gifts or activity?. Biol J Linn Soc 86 : Gripenberg S, Hamer N, Brereton T, Roy DB, Lewis OT A novel parasitoid and a declining butterfly: cause or coincidence?. Ecol Entomol 36: Guiterrez JLS, Martinez AL, Bouquets, JL Papilionoidea of the evergreen tropical forests of Mexico. J Lepidopt Soc 58: Hall JPW Phylogeny of the riodinid butterly subtribe Theopeina (Lepidoptera: Riodinidae: Nymphidiini). Syst Entomol 27: Hall JPW Metalmark butterflies (Lepidoptera: Riodinidae). Encycl Entomol Hall JPW, Harvey DJ a Survey a condroconial organs in the Riodinidae (Lepidoptera). Zoo J Linn Soc 136: Herrera CM Components of pollinator quality comparative analysis of a diverse insect assemblage. Oikos 50:

61 61 Hickman CP, Robet LS, Keen SL, Larson A, Eisenhour DJ Animal Diversity. Fourth Edition. New York: McGraw. Hill. 464 hlm. Hill JK, Hamer KC, Dawood MM, Tangah J, Chey VK Rainfall but not selective logging affect changes in abundance of a tropical forest butterfly in Sabah, Borneo. J Trop Ecol 19: Hochberg ME, Elmes GW, Thomas JA, Clarke RT Effects of habit reduction on the persistence Ichneumon eumerus (Hymenoptera: Ichneumonidae), the specialist parasitoid of Maculinea rebeli (Lepidoptera: Lycaenidae). J Ins Cons 2: Huigens ME, Pashalidou FG, Qian MH, Bukovinszky T, Smid HM, van Loona JJA, Dickea M, Fatouros NE Hitch-hiking parasitic wasp learns to exploit butterfly anti-aphrodisiac. PNAS 106: Huigens ME, de Swart E, Mumm R Risk of egg parasitoid attraction depends on anti-aphrodisiac titre in the large cabbage white butterfly Pieris brassicae. J Chem Ecol 37: Janz N. Nylin S Butterflies and plants: a phylogenetic study. Evolution 52: Kammer AE Influence of acclimation temperature on the shivering behavior of the butterfly Danaus plexippus. J Comp Phys 72: Kerr JT, Sugar A, Packer L Indicator taxa, rapid biodiversity assessment and nestedness in an endangered ecosystem. Conser Biol 14: Kingsolver JG Thermal ecology of Pieris butterflies (Lepidoptera : Pieridae): a new mechanism of behavioral thermoregulation. Oecologia 66: Koch RL, Venette RC, Hutchison WD Influence of Alternate Prey on Predation of Monarch Butterfly (Lepidoptera: Nymphalidae) Larvae by the Multicolored Asian Lady Beetle (Coleoptera: Coccinellidae). Env Entomol 34: Koch RL, Venette RC, Hutchison WD Predicted impact of an exotic generalist predator on monarch butterfly (Lepidoptera: Nymphalidae) populations: A quantitative risk assessment. Biological Invasions. Kristensen Np, Scoble Mj, Karsholt O Lepidoptera phylogeny and systematics: the state of inventorying moth and butterfly diversity. Zootaxa 1668: Kunte K Butterfly diversity of pune city along the human impact gradient. J Ecol Soc 13:

62 62 Langham GM Rufous-tailed jacamars and aposematic butterflies: do older birds attack novel prey?. Behav Ecol 17: Lopez DT Conserving butterfly diversity in agricultural landscapes in Copán, Honduras and Río La Vieja, Colombia, final report. Colombia: ALCOA Found. 35 hlm. Lori AM, Banks J Costa Rica butterfly diversity study Costa Rica: Project Paper. 8 hlm. Lyytinen A, Brakefield PM, Mappes J Significance of butterfly eyespots as an anti-predator device in ground-based and aerial attacks. Oikos 100: Magguran AE Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton University Press. 192 hlm. Martin P, Bateson P Measuring Behaviour. An Introductory Guide Edition 2. Cambridge: Cambridge University Press. 187 hlm. Mastrigt HV, Rosariyanto E Buku Panduan Lapangan ; Kupu-kupu Untuk Wilayah Memberamo Sampai Pegunungan Cyclops. Jakarta: Conservation International-Indonesia Program. 146 hlm. Matthew DT, Daniels JC Ant tending of Miami blue butterfly larvae: partner diversity and effects on larval performance. Florida Entomologist: 1-8. Mattimu AA, Sugondo, Pabittei Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupukupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Makassar. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Morishita K Danaidae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands II. Japan: Plapac Co. Ltd. 628 hlm (pls ). Mugrabi-Oliveira E,Moreira GRP Conspecific mimics and low host plant availability reduce egg laying by Heliconius erato phyllis (Fabricius) (Lepidoptera, Nymphalidae). Revta Bras Zool 13: Naewboonnien J Diversity Of Papilonid Butterfiles In The Indira Gandhi Wildlife Sanctuary, Western Ghats, Southern India. TigerPaper Vol. 35: No hlm.

63 63 Nishida R, Weintraub JD, Feeny P, Fukami H Aristolochic acids from Thottea spp. (Aristolochiaceae) and the osmeterial secretions of Thottea feeding troidine swallowtail larvae (Papilionidae). J Chem Ecol 19: Nishida R Sequestration of defensive substances from plants by Lepidoptera. Annu Rev Entomol 47: Nishida R Chemosensory basis of host recognition in butterfliesmulticomponent system of oviposition stimulants and deterrents. Chem Senses 30: Noerdjito WR, Amir M Kekayaan Kupu-kupu di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. Pros. Seminar Hasil Litbang SDH: Noerdjito WR, Aswari P Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa; Seri Keempat Kupu-kupu Papilionoidae. Cibinong : LIPI. 75 hlm. Nouhuys SV, Via S Natural selection and genetic differentiation of behaviour between parasitoids from wild and cultivated habitats. Heredity 83: Oberhauser K, Gebhard I, Cameron C, Oberhauser S Parasitism of Monarch Butterflies (Danaus plexippus) by Lespesia archippivora (Diptera: Tachinidae). Am Midl Nat 157: Olofsson M, Vallin A, Jakobsson S, Wiklund C Marginal eyespots on butterfly wings deflect bird attacks under low light intensities with uv wavelengths. Plos One 5: 1-6. Ozden O Butterfly diversity and abundance in Pinus brutia forests of northern Cyprus. Nicosia-Cyprus. Panjaitan R Distribusi kupu-kupu (Superfamili Papilionoidae: Lepidoptera) di Minyambou Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari Papua Barat. Berk Ilm Biol 7: Pollard E Temperature, rainfall and butterflies number. J Appl Ecol 25: Pozo C, Luis-Martinez A, Llorente-Borquets J, Salas-Suarez N, Maya-Martinez A, Vagas-Fernandez I, Warren AD Seasonality and phenology of the butterflies (Lepidoptera : Papilionidae and Hesperiodea) of Mexico s Calakmul Region. Flor Entomol 91: Prugh LR, Hodges KE, Sinclair ARE, Brashares J. S Effect of habitat area and isolation on fragmanted animal populations. PNAS 105:

64 64 Reed RD, Sperling FAH Papilionidae ; The Swallowtail Butterflies, [07 Maret 2010]. Razmi M, Karimpour Y, Safaralizadeh MH, Safavi SA Parasitoid complex of cabbage large white butterfly Pieris brassicae (L.) (Lepidoptera, Pieridae) in Urmia with new records from Iran. J Plant Protec Resch 51: Renwick JAA, Chew FS Oviposition behavior in lepidoptera. Ann Rev Entomol 39: Rizal S Populasi kupu-kupu di kawasan wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri 9: Ro P, Quinn T, Torres RH Anatomically diverse butterfly scales all produce structural colours by coherent scattering. J Exper Biol 29: Saikia KM, Kalita J, Saikia PK Ecology and conservation needs of nymphalid butterflies in disturbed tropical forest of Eastern Himalayan biodiversity hotspot, Assam, India. Int J Bio Cons 1: Schoonhoven LM, Jeremy T, Van Loon JA Insect-Plant-Biology, From Physiology to Evolution. London: Chapman & Hill. hlm Schultz CB, Dlugosch KM Nectar and hostplant scarcity limit populations of an endangered Oregon butterfly. Oecologia 119: Seki Y, Takanami Y, Otsuka K Butterflies of Borneo Vol. 2 No. 1: Lycaenidae. Japan: Toboshima Corporation. 113 hlm (pls 4-69). Severns PM Seeding population size and microhabitat association in Lupinus oreganus a threatened plant of western oregon grasslands. Native plants 3: Smetacek P The naming of Indian butterflies. Resonance 5: Stokes D, Stokes L, Williams L The Butterfly Book : The Complete Guide To Butterly Gardening Identification and Behavior. First Edition. New York. USA. Little Brown and Company. 96 hlm. Suhara Ordo Lepidoptera: Ngengat dan Kupu-kupu (Famili Zygaenidae, Famili Psychidae, Famili Geometridae) SUHARA/Ngengat_dan_Kupu-kupu_ppt_Entomologi.pdf. [10 Juli 2011].

65 65 Talsma JHR, Torri K, Van Nouhuys S Host plant use by the heath fritillary butterfly, Melitaea athalia: plant habitat, species and chemistry. Arth Plant Inter 2: Tanaka S, Nishida T, Ohsaki N Sequential rapid adaptation of Indigenous parasitoid wasps to the invasive butterfly Pieris brassicae. Evolution 61: Tartally A Neotypus melanocephalus (Hymenoptera: Ichneumonidae) the first record of a parasitoid wasps attacking Maculinea teleius (Lycaenidae). Nota Lepidop 28: Thomas JA Monitoring change in the abundance and distribution of insects using butterflies and other indicator groups. Phil Trans R Soc B 360: Triplehorn CA, Johnson NF Borror and Delong s Introduction To The Study of Insects 7 th Edition. USA. Graphic World. 888 hlm. Tsukada E, Nishiyama Y Papilionidae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands I. Japan: Plapac Co. Ltd. 457 hlm (pls 1-166). Tsukada E Nymphalidae I. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands IV. Japan: Plapac Co. Ltd. 558 hlm (pls 1-157). Tsukada E Nymphalidae II. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands V. Japan: Plapac Co. Ltd. 576 hlm (pls 1-238). Vallin A, Jakobsson S, Lind J, Wiklund C Prey survival by predator intimidation: an experimental study of peacock butterfly defence against blue tits. Proc R Soc B 272: Van Vu L, Quang Vu C Diversity pattern of butterfly communities (Lepidoptera, Papilionoidae) in different habitat types in a tropical rain forest of southern Vietnam. ISRN Zoology 2011: 1-8. Vane-Wright RI, de Jong R The butterflies of Sulawesi: annotated checklist for a critical island fauna. Zoo Verh Leiden 343: Venkatesha MJ Why is homopterophagous butterfly Spalgis epius (westwood) (Lepidoptera : Lycaenidae) amyrmecophilous?. Curr Sci 89: Vukusic P, Sambles JR, Ghiradella H Optical classification of microstructure in butterfly wing-scale. Phot Sci News 6:

66 66 Wahlberg N, Weingartner E, Nylin S Towards a better understanding of the higher systematics of Nymphalidae (Lepidoptera : Papilionoidea). Mol Phyl Evol 28: Watanabe M, Imoto T Thermoregulation and flying habits of the Japanese sulfur butterfly Colias erate (Lepidoptera : Pieridae) in an open habitat. Entomol Sci 6: Weingartner E, Wahlberg N, Nylin S Dynamics of host plant use and species diversity in Polygonia butterflies (Nymphalidae). J Evol Biol 1-9. Whitten T Alfred Russel Wallace, Kepulauan Nusantara; Sebuah Kajian Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam. Jakarta : Komunitas Bambu. Wiklund C, Vallin A, Friberg M, Jakobsson S Rodent predation on hibernating peacock and small tortoiseshell butterflies. Behav Ecol Sociobiol 62: Yamamoto N, Yokoyama J, Kawata M Relative resource abundance explains butterfly biodiversity in island communities. PNAS 104: Yata O Pieridae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of The South East Asian Islands II. Japan: Plapac Co. Ltd. hlm , 1-84 pls. Zhiwu H, Liyan W, Zhaomei Q, Luquan R Microstructure and structural color in wing scales of butterfly Thaumantis diores. Chinese Sci B 54:

67 Lampiran 1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan 67

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan

Lampiran 1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan Lampiran 1 Peta wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Selatan 67 68 Lampiran 2 Daerah penyebaran kupu-kupu yang ditemukan di tiga lokasi penelitian (Vane-Wright & de Jong 2003) 1. Troides haliphron

Lebih terperinci

HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan

HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan 30 HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) memiliki luas ± 43.750 Ha yang terletak di wilayah administratif

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jumlah individu per jenis kelamin spesies kupu-kupu hasil tangkapan berdasarkan famili di lokasi penelitian

Lampiran 1 Jumlah individu per jenis kelamin spesies kupu-kupu hasil tangkapan berdasarkan famili di lokasi penelitian LAMPIRAN 87 Lampiran 1 Jumlah individu per jenis kelamin spesies kupu-kupu hasil tangkapan berdasarkan famili di lokasi penelitian No Famili Spesies Individu Jantan Betina Jumlah 1 Lycaenidae Arhopala

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG. (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG. (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park) Media Konservasi Vol. 18, No. 2 Agustus 2013 : 63 68 KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park) ABDUL HARIS MUSTARI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Nopember 2010 di PPKA Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 2). Lokasi pengambilan data kupu-kupu di PPKA Bodogol, meliputi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser)

LAMPIRAN. Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) 129 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Lokasi Penelitian Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) 130 Lampiran 2. Rekapitulasi Kupu-kupu yang Diperoleh pada Lokasi

Lebih terperinci

2 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 11 2 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak dan Potensi Wisata Secara administrasi pemerintahan, lokasi penelitian terletak di Desa Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung; serta Desa Jenetaesa dan Desa Samangki,

Lebih terperinci

SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG. A. Letak Geografis Taman Bantimurung

SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG. A. Letak Geografis Taman Bantimurung SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG A. Letak Geografis Taman Bantimurung Luas taman hutan Bantimurung adalah 43.700 hektar, terletak pada 119 o. 34 119 o.55 BT dsn 4 o.42 5 o. 06 LS. Di tahun

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * korespondensi:

Program Studi Entomologi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * korespondensi: Keanekaragaman dan Perbedaan Jenis Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera) Berdasarkan Topografi pada Tiga Lokasi Hutan di Sulawesi Utara Diversity and Differences type of Butterfly species (Order Lepidoptera) based

Lebih terperinci

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL. Kupu-Kupu Hasil Tangkapan Pengamatan hasil tangkapan kupu-kupu meliputi jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI.

INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI. INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Erfan Budiarto NIM 101810401049 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal 2010 LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal Sekretariat I : Kp. Tawangsari RT 03/04 Limbangan - Kendal 51383 Sekretariat II : Jl. Pemuda No. 11B Kendal. telp : 0294

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN AIR TERJUN BERTINGKAT DESA LANNA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN AIR TERJUN BERTINGKAT DESA LANNA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN AIR TERJUN BERTINGKAT DESA LANNA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA Rahmatullah*, Syahribulan*, Suhadiyah*, Umar* *Alamat koresponden e-mail : rahmashaliha77@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006). 35 PEMBAHASAN Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies kupukupu dengan total 4049 individu. Indeks Shannon Wiener dan nilai evenness keragaman kupu-kupu di Gunung Meja, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung SATU Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa adalan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman fauna dan flora terbesar setelah Brasil. Keindahan hutan hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI

POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA Debry C. Lamatoa 1), Roni Koneri 1), Ratna Siahaan 1), Pience V. Maabuat 1) 1) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN DISTRIBUTION AND DIVERSITY OF BUTTERFLIES (Lepidoptera: Rhopalocera) IN

Lebih terperinci

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN BioLink Vol. 4 (1) Agustus 2017 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink INVENTARISASI KUPU-KUPU

Lebih terperinci

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati Dalam Rangka Lustrum XI Fakultas Biologi UGM Sekaligus Menghantarkan Purna Tugas bagi Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Habitat Kupu-Kupu Menurut Alikodra (1990) habitat merupakan suatu tempat yang digunakan oleh satwa untuk makan, minum, berlindung, bermain dan berkembangbiak. Habitat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 24078050 Halaman: 12841288 DOI: 10.13057/psnmbi/m010604 Keanekaragaman kupukupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo,

Lebih terperinci

HASIL Deskripsi Lokasi Penelitian Hutan Primer Hutan sekunder

HASIL Deskripsi Lokasi Penelitian Hutan Primer Hutan sekunder 15 HASIL Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, pada tiga tipe habitat yaitu, hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Gambar 3). Deskripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 48-54 KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT THE BUTTERFLIES DIVERSITY IN SETTLEMENT REGION OF THE PANGANDARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 - Juli 2012 dan bertempat di Kebun Botani UPI. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 ISSN 2580-5703 KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1 Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Univrsitas

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA. Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA. Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah. PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah Diusulkan oleh: Maiser Syaputra E3406302 Angkatan 2006 Raya Akbar R E34060430

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENENTUAN BENTUK DAN LUAS PLOT CONTOH OPTIMAL PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PADA EKOSISTEM HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH : STUDI KASUS DI TAMAN NASIONAL KUTAI SANDI KUSUMA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Cindy Hervina, Mirda Sylvia, Annisa*, Hikmat Kasmara, Nurullia Fitriani Departemen Biologi, Universitas

Lebih terperinci

3 METODE. Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008)

3 METODE. Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008) 7 3 METODE 3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan September 03. Lokasi penelitian terletak di Desa Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung; serta di Desa Jenetaesa

Lebih terperinci

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Naboya. R 1), Moerfiah 2), Wiedarti. S 3) 1,2,3) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan

Lebih terperinci

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 17-147 KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 The Diversity Diurnal Buterfly (Sub Ordo: Rhopalocera) Complex in The

Lebih terperinci

Jl. Prof.Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandarlampung, Lampung, Indonesia, Surel: ABSTRACT

Jl. Prof.Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandarlampung, Lampung, Indonesia, Surel: ABSTRACT DIVERSITY OF NYMPHALIDAE IN TEGAL ISLAND AND PUHAWANG KECIL ISLAND, LAMPUNG BAY Eka Fitri Wulan Sari 1, Herawati Soekardi 1, Nismah Nukmal 1 da Martinus 2 1 Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 8, Desember 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1816-1820 DOI: 10.13057/psnmbi/m010811 Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{ Makalah pengabdian Pada Masyarakat "Penerapan Teknik Pembuatan Taman Kupu-Kupu Di Desa Serang Untuk Meningkatkan Destinasi Wisata" 2016 Design Taman Kupu-kupu di Rest Area Desa Wisata Serang, Kecamatan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI TAMAN KEHATI UNNES Bambang Priyono,

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam yang diciptakan Allah SWT ini sungguh penuh rahasia, rahasia tersebut hanya dapat diketahui dengan ilmu, karena ilmu tiada tepinya. Kehidupan di ibaratkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Bertujuan untuk membuat deskripsi, atau gambaran mengenai kelimpahan dan keragaman anggrek di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh : Imelgawati Zusri P.S 1, Dahelmi 2, Elza Safitri

Lebih terperinci

9-077 STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU

9-077 STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU Butterfly Community Structure In Coban Rais Waterfall Tour Forest Area At Batu City Sofia Ery Rahayu, Hawa Tuarita Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS.

ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS. ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS Oleh: Sulistio Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Graphium androcles/ Zdenek Hanc.

Graphium androcles/ Zdenek Hanc. Graphium androcles/ Zdenek Hanc. Alfred Russel Wallace, adalah naturalis berkebangsaan Inggris yang pernah menjelajah Kepulauan Indo-Malaya dari tahun 1856 sampai dengan 1862. Wallace melakukan ekplorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU Diversity of Butterfly on Freshwater Swamp Forest Ecosystem

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidae di Banyuwindu, Limbangan Kendal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : Butterfly diversity, human disturbance, national park s recreation area, recreation impact, wilderness management ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : Butterfly diversity, human disturbance, national park s recreation area, recreation impact, wilderness management ABSTRAK Pengaruh Aktivitas Pariwisata terhadap Keragaman Jenis. (Indra A.S.L.P. Putri) PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KERAGAMAN JENIS DAN POPULASI KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG (Effect

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis Kupu-kupu pada Murid SD 129 INPRES Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan

Pengenalan Jenis Kupu-kupu pada Murid SD 129 INPRES Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Pengenalan Jenis Kupu-kupu pada Murid SD 129 INPRES Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Sri Nur Aminah Ngatimin 1,*, Tamrin Abdullah 2, Andi Nasruddin 2, dan Ahdin Gassa 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor)

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) Nopi Rianti Suryani 1, Moerfiah 2, Rouland Ibnu Darda

Lebih terperinci

Biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta

Biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta ISBN 9499 BioETI Biodiversitas kupukupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta HASNI RUSLAN DAN DWI ANDAYANINGSIH Fakultas Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau. Yustina 1

Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau. Yustina 1 Keanekaragaman Dan Distribusi Kupu-kupu (Subordo Rhopalocera) Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau Yustina 1 1 Laboratorium Zoologi FKIP Universitas Riau Abstrak Telah dilakukan penelitian keanekaragaman

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 INVENTARISASI JENIS LEPIDOPTERA SEBAGAI BAHAN AJAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP IPA SMP DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Musriadi 2 Mauliza 1 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (Subordo Rhopalocera) DI KAWASAN WISATA HAPANASAN ROKAN HULU SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (Subordo Rhopalocera) DI KAWASAN WISATA HAPANASAN ROKAN HULU SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (Subordo Rhopalocera) DI KAWASAN WISATA HAPANASAN ROKAN HULU SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI Elya Febrita, Yustina dan Dahmania Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI, PAPUA BARAT RAWATI PANJAITAN

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI, PAPUA BARAT RAWATI PANJAITAN KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI, PAPUA BARAT RAWATI PANJAITAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

Students' Corner. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

Students' Corner. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat 61 Suara Serangga Papua, 2011,6 (2) Oktober - Desember 2011 Students' Corner Rawati Panjaitan (born in 1982) is a graduate of the Cenderawasih University (UNCEN) at Jayapura, where she finished program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH

KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH ELSA MAYASARI NIM. 11010276 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Hutan Pantai Leuweung Sancang merupakan salah satu kawasan cagar alam yang dilindungi, berada di Jawa Barat tepatnya di

Lebih terperinci