BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Habitat Kupu-Kupu Menurut Alikodra (1990) habitat merupakan suatu tempat yang digunakan oleh satwa untuk makan, minum, berlindung, bermain dan berkembangbiak. Habitat terdiri dari dua komponen yaitu komponen fisik dan biotik. Komponen fisik meliputi iklim, topografi, tanah dan ruang, sedangkan komponen biotik meliputi vegetasi, hewan dan manusia. Tiap-tiap jenis kupu-kupu memiliki tipe habitat yang unik, hal ini disesuaikan dengan preferensi dan toleransi kupu-kupu tersebut terhadap faktorfaktor lingkungan yang membentuk habitat tersebut. Kemampuan suatu habitat yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan hidup dari kupu-kupu mengakibatkan dalam suatu habitat tertentu memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja sedangkan pada habitat lainnya hanya terdapat sedikit jenis kupu-kupu yang memiliki jumlah anggota yang besar maupun kecil atau bahkan tidak ditemukan jenis kupu-kupu satu pun. Tipe-tipe habitat yang diteliti meliputi tipe habitat tanaman buah, tipe habitat tanaman mediterania, tipe habitat tanaman berkayu, tipe habitat tanaman air, serta tipe habitat Taman Garuda (Gambar 6). Beragamnya tipe habitat yang ada akan mempengaruhi tingkat keanekaragaman, kemerataan dan kepadatan jenis kupu-kupu. Keterangan : 1) Habitat Tanaman Buah 2) Habitat Tanaman Mediterania 3) Habitat Tanaman Berkayu 4) Habitat Tanaman Air 5) Habitat Taman Garuda Gambar 6. Lokasi-Lokasi Penelitian.

2 39 Masing-masing tipe habitat di atas memiliki karakteristik yang diuraikan sebagai berikut : 1) Tipe habitat tumbuhan buah adalah tipe habitat yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan buah tropis yang tinggi dengan tajuk yang rindang, dalam tipe habitat ini terdapat kolam buatan dan danau buatan; 2) Tipe habitat tanaman mediterania, area ini dibagi menjadi dua tipe vegetasi, sebagian area merupakan area terbuka yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan daerah kering sedangkan area kedua merupakan area yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan pandan-pandanan; 3) Tipe habitat tumbuhan berkayu adalah tipe habitat dengan berbagai jenis tanaman berkayu yang besar dan tinggi serta memiliki tajuk pohon yang rindang dan rapat; 4) Tipe habitat tanaman air (Astrid Avenue) adalah tipe habitat terbuka dengan taman rumput yang serta terdapat kolam-kolam buatan yang di dalamnya terdapat berbagai jenis teratai dan tanaman air; 5) Taman Garuda merupakan taman yang dibagi menjadi dua area, sebagian merupakan taman dengan rumput yang luas dan ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman bunga sedangkan sebagian lainnya ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan dengan tajuk yang rapat Komponen fisik habitat Suhu dan kelembaban udara Iklim merupakan salah satu komponen fisik habitat yang sangat mempengaruhi populasi kupu-kupu. Perubahan iklim mempunyai efek yang besar pada tahap yang berbeda dari suatu siklus hidup kupu-kupu, misalnya musim hujan dengan curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kupu-kupu tidak bebas melakukan aktivitasnya, selain itu perkembangan kupu-kupu dari mulai fase telur, larva, pupa, hingga imago memerlukan kondisi iklim yang sesuai dengan toleransi jenis kupu tersebut. Oleh karena itu, suhu dan kelembaban udara merupakan faktor-faktor penting dalam membentuk iklim mikro suatu habitat sehingga variabel tersebut perlu dilakukan pengukuran. Pengamatan ini dilakukan pada bulan November hingga Desember 2011 yang merupakan musim hujan. Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan tiga kali ulangan yaitu pada pukul 08.00, 10.00, dan pada masingmasing tipe habitat dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Pemilihan waktu tersebut disesuaikan berdasarkan waktu aktif kupu-kupu.

3 40 Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui suhu pada lokasi-lokasi penelitian berkisar antara 28 0 C sampai 34 0 C sedangkan kelembaban udaranya berkisar antara 52 % sampai 74 %, hal ini mempengaruhi hasil inventarisasi keanekaragaman jenis kupu-kupu. Berdasarkan hasil analisis data pengukuran suhu dan kelembaban, diperoleh fluktuasi suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat yang tersaji pada Gambar 7. Gambar 7 Suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat. Berdasarkan hasil pengamatan suhu dan kelembaban yang diperoleh, dapat dilihat adanya hubungan antara suhu dan kelembaban udara dimana kondisi suhu lingkungan dengan kelembaban relatif nilainya berbanding terbalik, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kelembaban relatifnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Tipe habitat dengan suhu udara tertinggi dan kelembaban udara relatif terendah adalah Taman Mediterania yaitu dengan suhu udara rata-rata sebesar 31,8 0 C dan kelembaban relatif 57 %. Habitat lainnya yang memiliki suhu udara tinggi dan kelembaban rendah yang nilainya mendekati habitat Taman Mediterania adalah yaitu habitat Tanaman Air yaitu dengan suhu udara rata-rata sebesar 31,8 0 C dan kelembaban udara rata-rata 58 %. Tipe habitat Taman Garuda, Tanaman berkayu, dan Tanaman buah merupakan tipe habitat yang memiliki tingkat suhu yang rendah dan kelembaban relatif yang tinggi. Tipe habitat Taman Garuda memiliki suhu udara rata-rata sebesar 29,5 0 C dan kelembaban relatif 67 %, habitat Tumbuhan Berkayu memiliki suhu udara rata-

4 41 rata sebesar 28,7 0 C dan kelembaban udara sebesar 70 %, sedangkan habitat Tanaman buah memiliki suhu udara rata-rata sebesar 28,3 0 C dan kelembaban relatif rata-rata 71 %. Berdasarkan hasil fluktuasi suhu udara diketahui bahwa semakin siang dilakukannya pengukuran suhu dan kelembaban, maka semakin tinggi suhu yang diperoleh serta semakin rendah kelembaban relatif yang terukur. Pembuktian akan hal tersebut dapat dilihat pada pengukuran suhu dan kelembaban pada pukul dimana pengukuran pada waktu tersebut menghasilkan suhu yang lebih tinggi dan kelembaban relatifnya lebih rendah dibandingkan dengan suhu dan kelembaban pada waktu-waktu pengukuran sebelumnya. Pengukuran suhu tertinggi dan kelembaban relatif terendah dilakukan di tipe habitat Tanaman Air dimana pada pengamatan pukul 12,00 tersebut tercatat suhu sebesar 34 0 C dan kelembaban relatif sebesar 52 % Sumber air dan keberadaan daerah terbuka Sumber air yang terdapat di Kebun Raya Bogor terdiri dari dua jenis yaitu sumber air alami dan buatan. Dari kelima tipe habitat, setiap tipe habitat memiliki sumber air. Pada habitat Tanaman Buah terdapat danau-danau buatan, habitat Tanaman Mediterania terdapat sumber air berupa sungai karena kawasan ini terletak persis di sisi Sungai Ciliwung, habitat Tanaman Berkayu memiliki sumber air berupa Sungai Ciliwung yang melintasi sisi habitat tersebut, habitat Tanaman Air memiliki empat danau buatan dan terletak di sisi Sungai Ciliwung, sedangkan habitat Taman Garuda memiliki sumber air berupa kolam-kolam buatan. Gambaran sumber air di tiap-tiap tipe habitat tersebut disajikan pada Gambar 8.

5 42 Gambar 8 Sumber air di masing-masing tipe habitat. Keberadaan ruangan terbuka tidak selalu ditemukan pada tiap-tiap tipe habitat. Pada tipe-tipe habitat tertentu seperti tipe habitat Tanaman Air dan Taman Garuda, kondisi kawasannya sebagian besar merupakan area terbuka yang ditumbuhi rerumputan. Pada tipe habitat Tanaman Mediterania, kondisi kawasanya hanya ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan daerah kering dan pandanpandanan yang relatif pendek dan tajuk pohonnya tidak rindang. Pada tipe habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu, hanya terdapat sedikit daerah terbuka berupa daerah dengan penutupan tajuk yang jarang. Keberadaan daerah terbuka disajikan pada Gambar 9.

6 43 Gambar 9 Keberadaan daerah terbuka di masing-masing tipe habitat. Berdasarkan hasil pengamatan, kupu-kupu banyak ditemukan pada daerah terbuka. Pada tipe habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu, kupu-kupu banyak ditemukan berkumpul pada daerah yang memiliki penutupan tajuk yang jarang. Pada tipe habitat Tanaman Mediterania, kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada area tanaman daerah kering yang kondisinya relatif lebih terbuka dibandingkan dengan area pandan-pandanan, begitu pula pada tipe habitat Taman Garuda dan Tanaman Air dimana kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada daerah taman yang terbuka dibandingkan dengan daerah di sekitarnya yang terdiri dari pepohonan yang bertajuk rapat Cahaya matahari Analisis mengenai pentingnya cahaya matahari bagi kupu-kupu dilakukan dengan mengukur kerindangan tajuk pada habitat-habitat yang menjadi area pengamatan. Gambaran kerapatan tajuk pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.

7 44 Keterangan : 1) Habitat Tanaman Buah; 2) Habitat Tanaman Mediterania; 3) Habitat Tanaman Berkayu; 4) Habitat Tanaman Air; 5) Habitat Taman Garuda Gambar 10 Gambar kerapatan tajuk pada masing-masing lokasi penelitian dengan menggunakan kamera berlensa fisheye. Hasil foto-foto tajuk pada tiap-tiap tipe habitat menggambarkan struktur kanopi dan luas daun sehingga dapat ditentukan tingkat penutupan tajuknya. Berdasarkan Gambar 10, dapat diketahui bahwa habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu memiliki penutupan tajuk yang lebih rapat dibandingkan dengan tipe habitat Tanaman Mediterania, Tanaman Air, dan Taman Garuda. Penutupan tajuk mempengaruhi intersepsi cahaya oleh tajuk pohon karena semakin rapat tajuk maka semakin sedikit cahaya matahari yang terdistribusi di bawah tajuk sedangkan semakin tidak rapat tajuk maka semakin banyak cahaya matahari yang terdistribusi di bawah tajuk. Distribusi cahaya di bawah tajuk pohon mempengaruhi suhu lingkungan di sekitarnya, hal ini mempengaruhi kupukupu karena kupu-kupu memerlukan suhu lingkungan tertentu untuk dapat beraktivitas.

8 45 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui nilai-nilai Leaf Area Index (LAI) dan Global Site Factor (GSF) yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai LAI dan GSF pada masing-masing habitat LAI GSF Tipe Habitat 1,22 0,28 Tanaman buah 0,29 0,77 Tanaman mediterania 1,20 0,33 Tanaman berkayu 0,16 0,89 Tanaman air 0,18 0,89 Taman garuda Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa kelima tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian memiliki tipe kerindangan tidak rindang. Hal ini disebabkan karena Kebun Raya Bogor merupakan suatu kawasan konservasi ex-situ dimana berbagai jenis tumbuhan di dalamnnya sengaja untuk ditanam sehingga terdapat jarak-jarak tanam tertentu yang menyebabkan jarak antara satu pohon dengan pohon lain memiliki jarak yang berbeda-beda. Selain itu, KRB juga melakukan pengelolaan semai, pancang, atau tiang dengan cara dipindahkan untuk dibudidayakan, hal ini menyebabkan lantai hutan bersih dari anakan-anakan dan menyebabkan kerapatan antar tumbuhan di KRB tidak begitu rapat. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui Leaf Area Index (LAI) dan Global Site Factor (GSF). Nilai LAI berbanding terbalik dengan nilai GSF, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai LAI maka semakin kecil nilai GSF, begitupun sebaliknya (Gambar 11). Nilai LAI menunjukkan tingkat penutupan tajuk, sedangkan nilai GFS menunjukkan tingkat distribusi cahaya di bawah kanopi pohon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rindang penutupan tajuk pada suatu lokasi maka distribusi cahaya di bawah kanopi pohonnya semakin rendah dan semakin besar bukaan tajuk pohon pada suatu lokasi maka distribusi cahaya di bawah kanopi pohonnya semakin tinggi.

9 46 Gambar 11 Perbandingan nilai LAI dan GSF pada masing-masing tipe habitat. Dari nilai GSF dan LAI yang telah dihitung, diketahui bahwa tingkat kerindangan pada masing-masing lokasi penelitian berbeda-beda. Tipe habitat yang memiliki nilai kerindangan paling tinggi adalah tipe habitat Tanaman Buah, kedua adalah tipe habitat Tanaman Berkayu, ketiga adalah tipe habitat Tanaman Mediterania, keempat adalah tipe habitat Taman Garuda, dan tipe habitat yang paling tidak rindang berdasarkan nilai LAI adalah tipe habitat Tanaman Air. Nilai tersebut menunjukkan pula distribusi cahaya di bawah tajuk dimana distribusi cahaya terbanyak terdapat di tipe habitat Tanaman Air. Distribusi cahaya terbanyak kedua, ketiga, dan keempat terdapat di tipe habitat Taman Garuda, Tanaman Mediterania, dan Tanaman Berkayu sedangkan tipe habitat dengan distribusi cahaya yang paling terendah terdapat di tipe habitat Tanaman Buah Komponen biotik habitat Vegetasi Berdasarkan pengamatan vegetasi yang dilakukan pada kelima tipe habitat, diketahui jenis-jenis vegetasi yang memiliki fungsi sebagai sumber pakan dan shelter bagi kupu-kupu. Tanaman pakan yang dimaksud dibagi menjadi dua kategori yaitu tanaman pakan larva dan tanaman pakan kupu-kupu. Tanaman pakan larva adalah tanaman yang menjadi tempat bertelur bagi kupu-kupu serta sebagai sumber pakan larva apabila telur tersebut telah menetas. Oleh karena itu, keberadaan tanaman pakan larva dalam suatu habitat sangat penting karena mempengaruhi keberhasilan kupu-kupu dalam bereproduksi. Jenis-jenis tanaman

10 47 pakan larva pada masing-masing habitat tersebut disajikan pada Lampiran 8 hingga 12. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan total jenis tanaman pakan larva pada seluruh lokasi pengamatan yaitu sebanyak 236 jenis tanaman pakan. Habitat yang memiliki jenis tanaman pakan terbanyak adalah pada lokasi pengamatan Taman Garuda dengan ditemukan sebanyak 129 jenis tanaman pakan. Lokasi yang memiliki jumlah jenis tanaman pakan terbanyak kedua,ketiga, dan keempat adalah lokasi Tanaman Buah dengan 65 jenis, Tanaman Mediterania dengan 25 jenis, dan Tanaman Berkayu dengan 24 jenis tanaman pakan. Lokasi yang memiliki jenis tanaman pakan terendah adalah Tanaman Air dengan hanya ditemukan 3 jenis tanaman pakan. Jenis-jenis tanaman pakan tersebut ada yang hanya ditemukan pada lokasi tertentu, namun ada pula yang ditemukan pada beberapa lokasi pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa beberapa kupu-kupu dalam satu famili memiliki tanaman pakan larva yang sama. Misalnya, larva kupu-kupu dari famili Papilionidae seperti Papilio demoleus, Papilio memnon, dan Papilio polytes sama-sama memiliki jenis tanaman pakan larva yaitu tanaman dengan genus Citrus dari famili Rutaceae. Selain itu, larva kupu-kupu yang hanya memakan tanaman inang jenis tertentu sebagai tanaman pakan utamannya dapat memakan tanaman inang lain yang masih dalam satu famili. Misalnya, larva kupukupu jenis Moduza procris dari famili Nymphalidae memiliki tanaman pakan larva utama yaitu tanaman genus Nauclea dari famili Rubiaceae, namun apabila di habitatnya tidak ditemukan tanaman tersebut, maka kupu-kupu ini juga memakan tanaman pakan larva dari famili yang sama dengan marga Timotius. Tanaman pakan kupu-kupu adalah tanaman bunga-bungaan yang menghasilkan nektar. Bagi kupu-kupu, fase imago tidak membutuhkan tanaman pakan yang spesifik seperti halnya pada masa fase larva. Oleh karena itu, tanaman-tanaman yang menghasilkan nektar merupakan sumber pakan bagi kupukupu, tidak tergantung pada jenisnya. Tanaman yang menghasilkan nektar bagi kupu-kupu biasanya ditandai dengan memiliki warna yang cerah serta bunga yang banyak. Selain itu, tanaman yang biasanya didatangi oleh kupu-kupu adalah

11 48 tanaman dengan konsentrasi bau yang tinggi. Daftar lengkap jenis-jenis tanaman pakan kupu dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari hasil pengamatan pada masing-masing lokasi pengamatan ditemukan total sebanyak 40 jenis tanaman pakan kupu-kupu. Lokasi dimana jenis tanaman pakan kupu terbanyak adalah pada lokasi Taman Garuda dengan ditemukan sebanyak 12 jenis tanaman pakan kupu-kupu. Lokasi dengan tanaman pakan kupu-kupu terbanyak kedua, ketiga, dan keempat adalah Tanaman Buah dan Tanaman Mediterania dengan pada kedua lokasi tersebut ditemukan sebanyak 10 jenis tanaman, dan lokasi Tanaman Berkayu dengan 6 jenis tanaman. Lokasi pengamatan yang memiliki jumlah jenis tanaman pakan kupu-kupu adalah lokasi Tanaman Air dengan ditemukan sebanyak 2 jenis tanaman pakan kupu-kupu. Selain tanaman pakan larva dan kupu-kupu, kupu-kupu juga memerlukan tanaman yang berfungsi sebagai tempat berlindung, tanaman ini disebut juga sebagai tanaman shelter. Tanaman-tanaman ini berfungsi sebagai perlindungan bagi kupu-kupu terhadap serangan predator, perlindungan dari hujan atau panas matahari, serta sebagai tempat beristirahat bagi kupu-kupu. Tanaman shelter yang dimaksud dapat berupa pohon, tanaman bunga, atupun semak-semak. Tanaman shelter tersebut digunakan kupu-kupu untuk bersembunyi bila terdapat predator serta area yang dilingkupi tanaman-tanaman shelter tersebut dapat menjaga kupukupu dari terpaan angin dan sinar matahari. Daftar lengkap jenis-jenis tanaman shelter dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan pengamatan pada kelima lokasi, diketahui terdapat 105 jenis tanaman shelter. Dari kelima lokasi pengamatan, diketahui bahwa lokasi Taman Garuda memiliki jumlah tanaman shelter terbanyak yaitu sebesar 29 jenis tanaman. Tipe habitat Tanaman Mediterania dan Tanaman Berkayu merupakan tipe habitat dengan jenis tanaman shelter terbanyak kedua dan ketiga dengan jumlah tanaman 27 dan 23 jenis tanaman pakan. Tipe habitat dengan jumlah tanaman shelter terbanyak keempat adalah habitat Tanaman Air dengan 17 tanaman sedangkan habitat dengan jumlah tanaman shelter terendah adalah habitat Tanaman Buah dengan hanya ditemukan 12 jenis tanaman shelter. Jumlah jenis tumbuhan pakan larva, pakan kupu, dan shelter di masing-masing tipe habitat yaitu seperti tersaji pada Tabel 6.

12 49 Tabel 6 Jumlah jenis tumbuhan pakan larva, pakan kupu, dan shelter pada masing-masing tipe habitat No Tipe Habitat Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan pakan larva pakan kupu shelter 1. Tanaman Buah Tanaman Mediterania Tanaman Berkayu Tanaman air Taman Garuda Pada semua lokasi pengamatan ditemukan jenis-jenis tumbuhan pakan larva, pakan kupu, serta shelter kupu. Namun, berdasarkan pengidentifikasian jenis tumbuhan pada masing-masing lokasi ditemukan adanya jenis-jenis pohon tertentu yang hanya ditemukan satu pohon saja pada masing-masing lokasi, selain itu dengan sistem pengelompokan tumbuhan oleh KRB dengan menggunakan sistem vak, maka tumbuhan-tumbuhan yang memiliki genus yang sama disatukan dalam satu vak. Hal ini menyebabkan terdapatnya banyak jenis tumbuhan dalam satu lokasi dimana setiap jenis hanya terdapat satu pohon dan memiliki genus yang sama. Hal ini ditemukan pada lokasi pengamatan tanaman berkayu dimana pada lokasi tersebut diidentifikasikan terdapat 6 jenis tanaman dimana bergenus Ficus. Tanaman bergenus Ficus merupakan marga tanaman yang berfungsi sebagai tanaman pakan larva, pakan kupu, serta shelter bagi kupu-kupu Euploea mulciber, Hypolimnas bolina, dan Neptis hylas Hewan lain Peran kupu-kupu dalam suatu ekosistem juga berkaitan dengan keberadaan satwa lainnya. Hubungan kupu-kupu dengan satwa lainnya disebabkan karena kupu-kupu merupakan satwa yang termasuk di dalam rantai makanan dimana kupu-kupu memiliki peran dalam membantu proses polinasi sehingga menguntungkan bagi jenis-jenis hewan herbivora karena membantu tersediannya berbagai jenis tumbuhan sebagai sumber pakannya. Selain itu, kupu-kupu juga memiliki satwa pesaing dalam memanfaatkan sumber daya pada suatu habitat dan juga merupakan mangsa bagi jenis satwa yang memakan serangga. Jenis-jenis satwa pemangsa, pesaing, dan satwa yang diuntungkan oleh keberadaan kupukupu disajikan dalam Tabel 7.

13 50 Tabel 7 Keberadaan satwa pemangsa, pesaing, dan satwa yang diuntungkan oleh keberadaan kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat No Tipe Habitat Satwa Pemangsa 1 Tanaman buah 2 Tanaman mediterania 3 Tanaman berkayu 4 Tanaman air 5 Taman garuda Burung pemakan serangga, laba-laba, kadal Burung pemakan serangga,laba-laba Burung pemakan serangga, laba-laba Burung pemakan serangga, laba-laba, kadal Burung pemakan serangga, laba-laba Satwa Pesaing Lebah Lebah Lebah Lebah Lebah Satwa yang Diuntungkan Burung pemakan buah Burung pemakan buah Burung pemakan buah, kelelawar Burung pemakan buah Burung pemakan buah Satwa yang memangsa kupu-kupu adalah burung pemakan serangga, labalaba, dan kadal. Burung pemakan serangga dan laba-laba ditemukan pada semua lokasi pengamatan, sedangkan kadal ditemukan di tipe habitat tanaman buah dan tanaman air. Pada kedua tipe habitat tersebut, kadal ditemukan di dekat sumber air berupa danau-danau buatan. Burung pemakan serangga yang ditemukan pada tiap tipe habitat diantarannya kutilang (Pignonotus aurigaster), cekakak sungai (Todirhamphus chloris), dan tekukur (Streptopelia chinensis). Persaingan antara kupu-kupu dengan satwa lain disebabkan karena adanya kebutuhan sumber pakan yang sama yaitu nektar dari tumbuhan berbunga, satwa yang menjadi pesaing bagi kupu-kupu yang ditemukan pada semua tipe habitat yang diamati adalah lebah. Satwa yang diuntungkan oleh keberadaan kupu-kupu dan ditemukan pada lokasi penelitian adalah kelelawar (Pteropus vampirus) yang ditemukan di tipe habitat tanaman buah dan tanaman berkayu. Selain itu, keberadaan kupu-kupu juga menguntungkan bagi hewan lain seperti burung pemakan buah dan mamalia. Berdasarkan data KRB, burung pemakan buah diantarannya kepodang kuduk hitam (Oriolus chinensis) sedangkan mamalia diantarannya musang, tupai, dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), namun hewan-hewan tersebut tidak terlihat di tipe-tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian. Berikut gambar satwa-satwa lain yang mempengaruhi kehidupan kupu-kupu pada lokasi-lokasi yang dikaji (Gambar 12).

14 51 Gambar 12 Satwa yang mempengaruhi populasi kupu-kupu Manusia Kebun Raya Bogor, selain berfungsi sebagai lembaga konservasi ek-situ, juga berfungsi sebagai tempat wisata sehingga tempat ini banyak didatangi oleh wisatawan. dengan banyaknya wisatawan yang datang, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan kupu-kupu walaupun KRB memiliki kebijakan yang melarang wisatawan untuk menangkap hewan-hewan di kawasan KRB, namun dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang maka menyebabkan beberapa masalah, diantarannya menumpuknya sampah, polusi air dan udara. Menumpuknya sampah diakibatkan karena banyak wisatawan yang membuang sampah di sembarang tempat. Sampah-sampah tersebut terutama banyak menumpuk pada lokasi-lokasi yang menjadi lokasi berkumpulnya banyak wisatawan, dalam lokasi penelitian ini lokasinya adalah di habitat Tanaman Air (Astrid Avenue). Polusi udara diakibatkan banyaknya kendaraan di sekitar kawasan KRB sedangkan polusi air disebabkan banyak wisatawan yang membuang sampah ke sungai atau danau-danau buatan di KRB. Sampah banyak ditemukan di tipe-tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian diantaranya di sungai Ciliwung yang melewati tipe habitat Tanaman Air dan Tanaman Berkayu (Gambar 13), hal ini disebabkan karena tipe habitat Tanaman Air dilewati oleh aliran cabang Sungai Ciliwung dengan aliran air yang tenang dan dangkal

15 52 sedangkan pada tipe habitat Tanaman Berkayu dilewati oleh Sungai Ciliwung yang berbatu, hal tersebut menyebabkan sampah banyak tertinggal diantara bebatuan tersebut. 1 2 Gambar 13 Sampah yang menumpuk di aliran Sungai Ciliwung : (1) pada habitat Tanaman Air, (2) pada habitat Tanaman Berkayu. Dari kelima tipe habitat, tiga tipe habitat berbatasan langsung dengan jalan raya. Ketiga tipe habitat itu adalah tipe habitat Tanaman Mediterania, tipe habitat Tanaman Berkayu, dan Taman Garuda (Gambar 14). Letak tipe-tipe habitat tersebut yang berdekatan dari jalan raya menyebabkan polutan-polutan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor mempengaruhi kondisi udara di ketiga tipe habitat tersebut. Kebijakan pengelolaan KRB juga mempengaruhi populasai kupu-kupu, salah satunnya adalah dengan dilakukannya pemangkasan tanaman pada tipe habitat Tanaman Mediterania (Gambar 14). Pemangkasan tersebut menyebabkan hilangnya jenis-jenis tanaman pakan dan shelter bagi kupu-kupu. Pemangkasan tersebut juga dilakukan pada area dimana sering ditemukan berbagai macam jenis kupu-kupu. Gambar 14 Pemangkasan tumbuhan pada tipe habitat tanaman mediterania.

16 Kekayaan Jenis Kupu-Kupu di Masing-Masing Tipe Habitat Dari hasil penelitian di lima tipe habitat di Kebun Raya Bogor (KRB), ditemukan 309 ekor kupu-kupu yang terdiri dari 60 spesies kupu-kupu. Kupukupu yang ditemukan dalam penelitian ini terdiri dari 5 famili, yaitu: Papilionidae (7 spesies), Nymphalidae (33 spesies), Pieridae (13 spesies), Lycaenidae (6 spesies), dan Hesperiidae (1 spesies). Dari hasil penelitian di kelima tipe habitat, penyebaran kupu-kupu pada tiap tipe habitat berbeda-beda. Penyebaran kupukupu pada kelima lokasi penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Penyebaran jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat Famili Jumlah No Tipe Habitat A B C D E Jenis Jumlah Jenis Total 1 Tanaman buah Tanaman mediterania Tanaman berkayu Tanaman air Taman Garuda Keterangan : A (Papilionidae), B (Nymphalidae), C(Pieridae), D(Lycaenidae), dan E (Hesperiidae) Tipe habitat yang memiliki jenis kupu-kupu terbanyak adalah tipe habitat Taman Garuda dengan jumlah jenis ditemukan sebanyak 38 jenis kupu-kupu. Tipe habitat terbanyak kedua dan ketiga adalah tipe habitat Tanaman Buah dan Tanaman Mediterania dengan jumlah jenis 31 jenis untuk Tanaman Buah dan 30 jenis pada Tanaman Mediterania. Selanjutnya, tipe habitat terbanyak ketiga adalah tipe habitat Tanaman Air dengan jumlah jenis sebanyak 19 jenis kupu-kupu. Tipe habitat dengan jumlah jenis terendah yang ditemukan adalah tipe habitat Tanaman Berkayu dengan ditemukan 14 jenis kupu-kupu. Pada setiap tipe habitat, tidak selalu ditemukan lima famili kupu-kupu. Tipe habitat yang memiliki kelima jenis famili adalah tipe habitat Taman Garuda. Pada tipe habitat Tanaman Buah, Tanaman Mediterania, Tanaman Berkayu dan Tanaman Air tidak ditemukan kupu-kupu dari famili Hesperiidae. Pada tipe habitat Tanaman Air, selain tidak ditemukan kupu-kupu dari famili Hesperiidae, juga tidak ditemukan kupu-kupu dari famili Lycaenidae.

17 54 Jenis kupu-kupu yang terbanyak ditemukan pada kelima tipe habitat adalah jenis dari famili Nymphalidae dimana ditemukan sebanyak 33 jenis kupukupu. Famili kedua yang memiliki jumlah jenis terbanyak adalah Pieridae yaitu sebanyak 13 spesies. Famili dengan jumlah jenis terbanyak ketiga dan keempat adalah 7 jenis untuk famili Papilioniodae dan 6 jenis untuk famili Lycaenidae. Famili dengan jumlah jenis terendah adalah Hesperiidae yaitu hanya ditemukan 1 jenis kupu-kupu. Famili Nymphalidae menjadi famili dengan jumlah jenis yang ditemukan terbanyak dibandingkan dengan famili-famili lainnya yaitu sebanyak 55% dari jumlah total semua famili, hal ini disebabkan karena famili ini merupakan famili dengan anggota terbanyak di dunia (Layberry et al. 1998). Family Hesperiidae hanya ditemukan satu jenis pada kelima lokasi penelitian, hal ini disebabkan karena famili ini memiliki waktu aktif pagi dan sore hari, berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada waktu aktif kupu-kupu jenis famili lain yaitu pagi hingga siang hari. Perbandingan famili dari jenis kupu-kupu yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Perbandingan famili dari jenis kupu-kupu yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan.

18 Perbedaan Tingkat Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Kekayaan jenis kupu-kupu Kekayaan jenis kupu-kupu menggambarkan jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas. Perhitungan kekayaan jenis kupu-kupu menggunakan Indeks Diversitas Margalef. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tingkat kekayaan jenis pada masing-masing tipe habitat bervariasi (Gambar 16). Gambar 16 Nilai kekayaan jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat. Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa tipe habitat dengan kekayaan jenis tertinggi adalah tipe habitat Taman Garuda dengan kekayaan jenis 8,18. Tipe habitat tertinggi kedua yaitu tipe habitat Tanaman Buah sebesar 6,89 dan ketiga adalah Tanaman Mediterania dengan nilai sebesar 6,76. Tipe habitat tertinggi keempat adalah tipe habitat Tanaman Air dengan kekayaan jenis sebesar 5,15. Tipe habitat dengan nilai kekayaan jenis terendah yaitu tipe habitat Tanaman Berkayu dengan nilai kekayaan jenis sebesar 3,72.

19 Keanekaragaman jenis kupu-kupu Keanekaragaman jenis kupu-kupu dihitung dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H ). berdasarkan hasil perhitungan di masing-masing tipe habitat, nilai keanekaragaman yang dihasilkan tersaji pada Gambar 17. Gambar 17 Nilai keanekaragaman jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat. Tipe habitat dengan keanekaragaman tertinggi yaitu pada tipe habitat Taman Garuda dengan nilai keanekaragaman sebesar 3,33 sedangkan tipe habitat dengan nilai keanekaragaman terendah adalah tipe habitat Tanaman Berkayu dengan nilai keanekaragaman sebesar 2,42. Berdasarkan klasifikasi indeks keanekaragaman yang dikemukakan oleh Ludwig dan Reynold (1998), tipe-tipe habitat yang menjadi lokasi pengamatan di KRB termasuk ke dalam kategori sedang untuk seluruh tipe habitat karena nilai indeks keanekaragamannya antara 1-3. Dari semua tipe habitat, terdapat 27 jenis kupu-kupu yang hanya ditemukan pada tipe-tipe habitat tertentu (Tabel 9). Sebanyak 9 jenis kupu-kupu hanya ditemukan di tipe habitat Tanaman buah, 4 jenis di tipe habitat Tanaman Mediterania, 1 jenis di tipe habitat Tanaman Air dan 13 jenis ditemukan di tipe habitat Taman Garuda.

20 57 Tabel 9 Daftar jenis kupu-kupu yang hanya ditemukan di habitat tertentu No Nama Ilmiah Famili Tipe Habitat Jumlah 1 Pelopidas agna Hesperiidae Taman Garuda 1 2 Chilades pandava Lycanidae Tanaman buah 1 3 Leptotes plinius Lycanidae Tanaman mediterania 2 4 Prosotas gracilis Lycanidae Tanaman mediterania 1 5 Cirrochroa tyche Nymphalidae Tanaman buah 6 6 Cupha emalea Nymphalidae Tanaman buah 2 7 Cupha erymanthis Nymphalidae Taman Garuda 1 8 Cupha tyche Nymphalidae Tanaman buah 2 9 Dophla evelina Nymphalidae Tanaman buah 1 10 Euthalia monina Nymphalidae Tanaman mediterania 1 11 Hypolimnas misippus Nymphalidae Tanaman air 1 12 Lethe minerva Nymphalidae Taman Garuda 1 13 Melanitis leda Nymphalidae Taman Garuda 1 14 Moduza procris Nymphalidae Tanaman buah 2 15 Phaedyma columella Nymphalidae Taman Garuda 1 16 Polyura hebe Nymphalidae Taman Garuda 1 17 Ypthima baldus Nymphalidae Tanaman buah 1 18 Graphium doson Papilionidae Taman Garuda 1 19 Losaria coon Papilionidae Taman Garuda 1 20 Papilio demolius Papilionidae Taman Garuda 4 21 Troides cuneivera* Papilionidae Tanaman buah 1 22 Appias lyncida Pieridae Taman Garuda 5 23 Catopsilia pyrante Pieridae Taman Garuda 4 24 Delias belisama Pieridae Tanaman buah 1 25 Delias hyperete Pieridae Taman Garuda 1 26 Eurema alitha Pieridae Taman Garuda 2 27 Gandaca harina Pieridae Tanaman mediterania 1 * Appendix II CITES Kemerataan jenis kupu-kupu Indeks kemerataan jenis (eveness) digunakan untuk mengetahui gejala dominansi dalam suatu komunitas. Nilai eveness memiliki kisaran 0-1. Apabila nilai eveness maksimal maka setiap individu memiliki jumlah individu yang sama, sebaliknya apabila nilai eveness kecil maka dalam komunitas tersebut terdapat

21 58 jenis dominan, sub dominan, dan tidak dominan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kemerataan jenis di masing-masing habitat disajikan pada Gambar 18. Gambar 18 Nilai kemerataan jenis kupu-kupu di masing-masing habitat. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa berbagai jenis pada tiap-tiap tipe habitat dapat dikatakan memiliki jumlah yang merata, hal ini karena nilai eveness pada masing-masing habitat lebih besar dari nilai skala 0,8 sehingga kemerataanya hampir mendekati maksimal. Tipe habitat dengan paling kecil terdapat pada tipe habitat Tanaman Mediterania yaitu sebesar 0,89. Hal ini menunjukkan pada tipe tersebut terdapat adanya dominansi jenis tertentu. Pada habitat Tanaman Mediterania, kupu-kupu yang paling dominan adalah Leptosia nina dari famili Pieridae dimana jenis tersebut ditemukan dengan jumlah individu paling besar dibandingkan dengan jenis kupu-kupu lainnya pada habitat tersebut (Gambar 19a). Perbedaan kemerataan jenis pada tiap-tiap tipe habitat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada masing-masing habitat. Kondisi lingkungan pada habitat Tanaman Mediterania relatif berbeda dengan kondisi lingkungan habitat-habitat lainnya, hal ini disebabkan karena habitat Tanaman Mediterania merupakan tipe habitat yang kering dengan suhu tertinggi dan tingkat kelembaban terendah yaitu dengan suhu udara rata-rata mencapai 31,8 0 C dan kelembaban udara hanya sebesar 57 %. Selain itu, tipe habitat taman mediterania didominasi oleh tumbuhan khas mediterania yang umumnya berupa jenis-jenis kaktus dan semak-

22 59 semak dengan hanya memiliki sedikit tumbuhan yang berupa pepohonan (Gambar 19b). Gambar 19 (a) Leptosia nina (kupu-kupu dominan di habitat tanaman mediterania), (b) Habitat tanaman mediterania. Leptosia nina merupakan jenis kupu-kupu yang ditemukan pada seluruh tipe habitat yang menjadi lokasi pengamatan, namun paling banyak dutemukan pada tipe habitat Tanaman Mediterania. Hal ini disebabkan karena habitat Tanaman Mediterania mendukung kehidupan jenis kupu-kupu dimana diketahui bahwa kupu-kupu jenis Leptosia nina merupakan kupu-kupu yang hidup pada padang rumput terbuka tetapi terlindung dan sering ditemukan di daerah padang gurun (Barret dan Burns 1951). Di tipe-tipe habitat lainnya terdapat pula beberapa jenis kupu-kupu yang ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak,. Jenis-jenis yang cukup banyak ditemukan di tipe habitat Tanaman Buah antara lain Euploea mulciber, Euploea caramalzeman, Euploea phaenarette, Junonia hedonia dan Cirrochroa tyche. Di tipe habitat Tanaman Berkayu, jenis yang paling banyak ditemukan adalah jenis Leptosia nina. Pada tipe habitat Tanaman Air, jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan yaitu Leptosia nina dan Hypolymnas bolina. Di Taman Garuda, jenis yang banyak ditemukan antara lain Leptosia nina, Junonia erigone, Junonia Hedonia, Hypolimnas bolina, Papilio memnon, dan Appias lyncida. Jenis-jenis kupu yang banyak ditemukan pada tiap-tiap habitat tersebut disajikan pada Gambar 20.

23 60 6 Gambar 20 Kupu-kupu yang banyak ditemukan : (1) Euploea mulciber, (2) Euploea phaenarette, (3) Euploea caramalzeman, (4) Papilio memnon, (5) Cirrochroa tyche, (6) Appias lyncida, (7) Junonia hedonia, (8) Hypolimnas bolina, (9) Leptosia nina, dan (10) Junonia erigone Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu Tingkat kesamaan jenis dalam penggunaan habitat diketahui dengan melakukan perhitungan indeks kesamaan jenis antar tipe habitat kupu-kupu di KRB. Koefisien kesamaan jenis menunjukkan seberapa besar kesamaan antar komunitas jenis. Hal-hal yang menyebabkan perbedaan atau persamaan antar komunitas jenis di tiap tipe habitat antara lain disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan sehingga mempengaruhi perbedaan besarnya daya dukung lingkungan terhadap komunitas kupu-kupu Koefisien kesamaan jenis tiap tipe habitat disajikan pada Tabel 10.

24 61 Tabel 10 Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu antar tipe habitat IS Tanaman mediterania Tanaman berkayu Tanaman air Taman garuda Tanaman buah 0,35 0,19 0,35 0,28 Tanaman mediterania 0,29 0,58 0,42 Tanaman berkayu 0,27 0,27 Tanaman air 0,36 Berdasarkan perhitungan data yang dilakukan, koefisien kesamaan tertinggi adalah antara habitat Tanaman Mediterania dengan tipe habitat Tanaman Air dengan koefisien kesamaan sebesar 0,58. Koefisien kesamaan terendah adalah antara habitat Tanaman Buah dengan tipe habitat Tanaman Berkayu dengan koefisien kesamaan 0,19. Nilai koefisien yang tinggi menandakan adanya kesamaan jenis yang tinggi antar tipe habitat sedangkan nilai koefisien yang rendah menandakan kesamaan jenis antar tipe habitat tersebut rendah. Habitat tanaman mediterania dan habitat tanaman air memiliki koefisien kesamaan jenis yang tertinggi. Jumlah jenis kupu-kupu yang sama di kedua lokasi tersebut sebanyak 18 jenis kupu-kupu dan terbanyak berasal dari genus Junonia dimana jenis-jenisnya antara lain Junonia atlites, Junonia erigone, Junonia hedonia, dan Junonia iphyta (Gambar 21). Gambar 21 Jenis kupu-kupu dari genus Junonia yang merupakan jenis kupu-kupu yang sama antara habitat tanaman mediterania dan tanaman air.

25 62 Tipe habitat yang memiliki koefisien tertinggi kedua adalah koefisien kesamaan jenis antara habitat tanaman mediterania dengan habitat Taman Garuda dengan nilai koefisien kesamaan jenis sebesar 0,42. Jenis kupu-kupu yang sama antara kedua habitat tersebut adalah sebanyak 20 jenis dimana jenis yang paling banyak ditemukan juga dari genus Junonia yaitu antara lain Junonia atlites, Junonia erigone, Junonia hedonia, dan Junonia iphyta. Tipe habitat yang memiliki koefisien kesamaan jenis tertinggi ketiga adalah tipe habitat Tanaman Air dengan Taman Garuda. Koefisien kesamaan jenis antar kedua habitat tersebut adalah sebesar 0,36. Pada kedua tipe habitat tersebut terdapat 15 jenis kupu-kupu yang sama. Jenis-jenis kupu-kupu yang sama juga seperti pada tipe-tipe habitat yang memiliki koefisien kesamaan jenis tertinggi pertama dan kedua yaitu dari genus Junonia antara lain Junonia atlites, Junonia erigone, Junonia hedonia, dan Junonia iphyta. Habitat yang memiliki kesamaan tertinggi pertama, kedua, dan ketiga merupakan habitat-habitat yang secara deskriptif memiliki kondisi lingkungan yang hampir sama. Tipe habitat dengan koefisien kesamaan jenis tertinggi pertama yaitu tipe habitat Tanaman Mediterania dan tipe habitat Tanaman Air merupakan tipe habitat yang berdasarkan pengukuran suhu merupakan tipe habitat dengan suhu tertinggi dan kelembaban terendah dibandingkan tipe-tipe habitat lainnya, begitu pula dengan habitat dengan koefisien kesamaan tertinggi kedua yaitu tipe habitat Tanaman Mediterania dan tipe habitat Taman Garuda, tipe habitat Tanaman Mediterania memiliki suhu tertinggi dan kelembaban terendah sedangkan tipe habitat Taman Garuda merupakan tipe habitat dengan suhu tertinggi dan kelembaban terendah ketiga dibandingkan tipe habitat lainnya. Tipe habitat dengan koefisien kesamaan tertinggi ketiga yaitu antara habitat Tanaman Air dengan Taman Garuda merupakan tipe habitat dengan suhu teringgi kedua dan ketiga. Antara tipe habitat Tanaman Mediterania-Tanaman Air, Tanaman Mediterania-Taman Garuda, serta Tananaman Air-Taman Garuda juga memiliki kesamaan dimana tipe-tipe habitat tersebut merupakan tipe-tipe habitat yang memiliki banyak ruangan terbuka. Hal ini dapat dilihat dengan hasil perhitungan LAI pada habitat-habitat tersebut dimana tipe habitat Tanaman Mediterania

26 63 merupakan tipe habitat dengan penutupan tajuk rendah dengan nilai LAI sebesar 0,289, kemudian diikuti oleh tipe habitat Taman Garuda dengan nilai LAI 0,176, dan yang paling terendah adalah tipe habitat Tanaman Air dengan nilai LAI 0,158. Ditemukannya jenis kupu-kupu terbanyak yang memiliki genus yang sama yaitu Junonia yang terdiri dari Junonia atlites, Junonia erigone, Junonia hedonia, dan Junonia iphyta disebabkan karena pada tipe habitat Tanaman Mediterania dan Tanaman Air memiliki jenis tanaman pakan larva kupu-kupu dari jenis-jenis tersebut yaitu tanaman dari famili Acanthaceae dimana pada tipe habitat Tanaman Mediterania ditemukan sebanyak 3 jenis tanaman famili tersebut dan pada tipe habitat Tanaman air ditemukan sebanyak 20 jenis tanaman famili tersebut. Selain itu, jenis-jenis kupu-kupu tersebut merupakan jenis kupu-kupu yang sering di jumpai di KRB terutama pada tipe habitat Tanaman Mediterania, Tanaman Air, dan Taman Garuda (Peggie dan Amir 2006) 5.4 Analisis Komponen Habitat yang Mempengaruhi Kupu-Kupu Komponen fisik habitat Suhu, kelembaban, keberadaan daerah terbuka, dan cahaya matahari Salah satu komponen yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah faktor temperatur lingkungan yang sesuai, hal ini disebabkan karena kupu-kupu merupakan fauna berdarah dingin yang mendapatkan panas dari lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi suhu dan kelembaban sangat penting bagi kehidupan kupu-kupu. Dari kelima lokasi penelitian, kelimanya memiliki suhu yang memadai bagi kehidupan kupu-kupu, hal ini dikarenakan karena berdasarkan pengukuran suhu yang dilakukan diperoleh hasil pengukuran suhu terendah adalah 28 0 C dan pengukuran suhu tertinggi sebesar 34 0 C dan suhu rata-rata tiap lokasi penelitian berkisar antara 28,3 0 C hingga 31,8 0 C sedangkan suhu optimal bagi kupu-kupu adalah antara 28 0 C hingga 35 0 C (Guppy dan Shepard 2001) Suhu lingkungan juga berkaitan dengan kelembaban, serta keberadaan daerah terbuka pada wilayah tersebut. Keberadaan daerah terbuka dapat dianalisis berdasarkan nilai LAI dan GSF yang diperoleh. Hubungan antara suhu, kelembaban serta nilai LAI dan GSF (Tabel 11) dianalisis dengan metode Korelasi Pearson.

27 64 Tabel 11 Korelasi antara suhu, kelembaban serta nilai LAI dan GSF Faktor Lingkungan Kelembaban LAI GSF Suhu -0,99-0,80 0,77 Kelemababan 0,77-0,76 LAI -0,99 Berdasarkan hasil analisis korelasi tersebut, diketahui bahwa antara faktorfaktor lingkungan tersebut saling berbanding. Hubungan antara faktor suhu dengan kelembaban serta antara nilai LAI dengan GSF, nilainya berbanding terbalik, hal tersebut ditandai dengan nilai analisis korelasi yang bernilai negatif. Hubungan antara suhu dengan nilai LAI bernilai negatif sedangkan hubungan antara suhu dengan nilai GSF bernilai positif yang artinya semakin tinggi nilai LAI (menandakan semakin rindang lokasi) maka semakin rendah suhunya serta semakin tinggi GSF (menandakan semakin banyak distribusi cahaya di bawah kanopi) makan semakin tinggi suhunya karena penutupan tajuknya semakin jarang, begitu pula sebaliknya. Hubungan antara kelembaban dengan nilai LAI bernilai positif sedangkan hubungan antara kelembaban dengan nilai GSF bernilai negatif yang artinya semakin tinggi nilai LAI maka kelembabannya semakin tinggi karena cahaya matahari hanya sedikit yang sampai lantai hutan yang menyebabkan terjadinya penguapan yang rendah sedangkan semakin tinggi GSF maka semakin terbuka lokasi tersebut sehingga penguapannya semakin tinggi. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang terang dan terbuka (Amir et al 2003). Ruang-ruang terbuka tersebut digunakan sebagai tempat bagi kupu-kupu untuk menghangatkan tubuhnya dengan memanfaatkan sinar matahari agar temperatur tubuhnya optimal. Dari kelima tipe habitat yang dilakukan pengukuran, pengukuran suhu yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang areanya relatif terbuka seperti area Tanaman Mediterania, Tanaman Air, dan Taman Garuda memiliki suhu udara yang lebih tinggi daripada area Tanaman Berkayu dan Tanaman Buah yang hanya memiliki sedikit area terbuka. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran suhu rata-rata yaitu pada area Tanaman Mediterania dan Tanaman Air memiliki suhu rata-rata 31,8 0 C sedangkan pada area Taman garuda memiliki suhu udara rata-rata 29,5 0 C, di lain pihak, suhu udara rata-rata di area

28 65 Tumbuhan Berkayu dan area Tanaman Buah adalah 28,7 0 C dan 28,3 0 C. Perbandingan tingkat suhu dan kelembaban relatif terhadap kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis kupu-kupu disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Perbandingan tingkat suhu dan kelembaban relatif terhadap kekayaan (Dmg), keanekaragaman (H ), dan kemerataan jenis kupu-kupu (e) Habitat Suhu ( C) Rata-Rata Suhu ( C) Kelembaban (%) Rata-Rata Kelembaban (%) H' Dmg e A , ,21 6,89 0,94 B , ,42 3,72 0,92 C , ,33 8,18 0,92 D 30, , ,72 5,15 0,92 E 30, , ,03 6,76 0,89 Keterangan: A (Tanaman buah), B (Tanaman berkayu), C (Taman Garuda), D (Tanaman air), dan E (Tanaman mediterania) Nilai indeks kekayaan jenis kupu-kupu (Dmg) tertinggi yaitu pada kisaran suhu 29 0 C sampai 30 0 C dengan nilai indeks tertinggi yaitu pada nilai indeks kekayaan jenis 8,18. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H ) tertinggi juga pada kisaran suhu 29 0 C sampai 30 0 C dengan nilai indeks 3,33. Tipe habitat dengan nilai indeks kekayaan dan keanekaragaman jenis tertinggi adalah tipe habitat Taman Garuda. Nilai indeks kemerataan jenis tertinggi yaitu pada selang suhu 28 0 C sampai 29 0 C dengan nilai indeks sebesar 0,94 dan terdapat pada tipe habitat Tanaman Buah. Pada selang kelembaban antara 65 % hingga 68 % yaitu pada lokasi Taman Garuda, nilai kekayaan dan keanekaragaman kupu-kupu memiliki nilai tertinggi yaitu dengan nilai kekayaan jenis (Dmg) sebesar 8,18 serta nilai keanekaragaman jenis (H ) sebesar 3,33. Pada selang kelembaban 68 % hingga 74 %, lokasi Tanaman Buah memiliki nilai kemerataan tertinggi yaitu 0,94. Tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu pada tiap-tipe habitat dengan suhu dan kelembaban relatif lingkungan yang berbeda-beda menunjukkan adanya preferensi kupu-kupu dalam memilih lingkungan tempat tinggalnya. Berdasarkan data, diketahui bahwa sebagian besar jenis kupu-kupu menyukai habitat dengan suhu udara yang tidak terlalu tinggi serta tidak terlalu rendah, hal ini disebabkan karena sifat kupu-kupu yang poikilotermik dimana suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini dibuktikan berdasarkan nilai indeks kekayaan dan

29 66 keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada habitat dengan suhu udara C sedangkan pengukuran suhu udara pada seluruh tipe habitat diperoleh suhu udara terendah adalah 28 0 C dan suhu udara tertinggi adalah 34 0 C sehingga suhu ratarata pada lokasi tersebut (29,5 0 C) merupakan nilai suhu pertengahan. Kekayaan dan keanekaragaman jenis juga terdapat pada habitat Taman Garuda dengan kelembaban udara relatif 65 % 78 % dimana berdasarkan pengukuran pada seluruh tipe habitat, kelembaban relatif terendah bernilai 52 % dan kelembaban relatif tertinggi sebesar 74 % sehingga rata-rata kelembaban relatif pada lokasi tersebut (67 %) merupakan nilai kelembaban pertengahan. Jenis kupu-kupu yang dapat beradaptasi dengan suhu tinggi dan menyukai wilayah yang terbuka yaitu kupu-kupu dari genus Graphium dan Junonia seperti Graphium sarpedon, Graphium doson, Junonia almana, Junonia atlites, Junonia erigone, Junonia hedonia, Junonia iphyta, dan Junonia orithya. Jenis-jenis tersebut banyak ditemukan pada tipe habitat Tanaman Mediterania dan Taman Garuda. Jenis kupu-kupu yang menyukai habitat dengan suhu tinggi namun wilayahnya tidak terlalu terbuka yaitu kupu-kupu genus Eurema yaitu Eurema alitha, Eurema blanda, Eurema hecabe, dan Eurema sari. Jenis-jenis kupu-kupu tersebut paling banyak ditemukan di Taman Garuda. Kupu-kupu yang beradaptasi dengan habitat yang cukup hangat dan agak tertutup adalah kupu-kupu dari genus Euploea yaitu Euploea mulciber, Euploea caramalzeman, serta Euploea phaenarette yang paling banyak ditemukan pada habitat Tanaman Buah dan Tanaman Berkayu sedangkan pada habitat Tanaman Mediterania genus ini banyak ditemukan pada area yang relatif lebih tertutup. Jenis kupu-kupu yang menyukai habitat yang gelap dan terlindung adalah kupu-kupu jenis Euthalia monina, jenis ini hanya ditemukan pada habitat Tanaman Berkayu. Kupu-kupu yang ditemukan pada habitat dengan suhu tinggi memiliki perbedaan dengan kupu-kupu yang ditemukan pada habitat dengan suhu rendah. Pada habitat dengan suhu tinggi, banyak ditemukan jenis-jenis kupu-kupu dengan warna sayap yang terang sedangkan pada habitat dengan suhu rendah banyak ditemukan jenis-jenis kupu-kupu yang memiliki warna sayap yang gelap. Perbedaan warna sayap tersebut menandakan pola adaptasi kupu-kupu terhadap lingkungannya, menurut Sihombing (2002), kecerahan dan kepekatan warna pada

30 67 sayap kupu-kupu sangat penting karena kupu-kupu bersifat poikilotermik yang suhu tubuhnya akan meningkat dan menurun mengikuti suhu sekitarnya. Berdasarkan penelitian Indriani (2009), pada habitat dengan suhu lingkungan rendah, warna sayap yang gelap membantu kupu-kupu untuk menyerap panas lebih banyak dari lingkungannya. Perbedaan warna kupu-kupu tersebut ditunjukkan pada Gambar 22. Gambar 22 Perbedaan warna sayap kupu-kupu berdasarkan perbedaan suhu habitat : Delias periboea dan Catopsilia pomona hidup pada habitat suhu tinggi sedangkan Euploea mulciber dan Cirrochroa tyche hidup pada habitat suhu rendah Sumber air Kupu-kupu selain membutuhkan pakan yang berasal dari tumbuhan juga memerlukan air untuk hidupnya. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa kupu-kupu sering mendatangi sumber air. Kelima tipe habitat yang dijadikan lokasi penelitian, semuanya memiliki sumber air. Berdasarkan hasil dari pengamatan, sumber air yang biasa dikunjungi oleh kupu-kupu adalah daerah di sekitar sumber air buatan berupa danau-danau buatan, hal ini disebabkan karena pada pinggir-pinggir danau buatan tersebut ditumbuhi oleh berbagai jenis bunga. Namun, kupu-kupu juga sering ditemukan di daerah pinggiran sungai walaupun frekuensi ditemukannya kupu-kupu lebih sering di sekitar danau-danau buatan.

31 68 Ketersediaan sumber air di suatu habitat tertentu memiliki pengaruh terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada. Berdasarkan hasil yang diperoleh, habitat Taman Garuda yang memiliki sumber air berupa sungai dan danau buatan ditemukan jenis kupu-kupu tertinggi dibandingkan dengan habitat lainnya dengan ditemukan 38 jenis kupu-kupu dan nilai kekayaan dan keanekaragaman jenis tertinggi. Hal tersebut disebabkan karena kupu-kupu seperti jenis Graphium doson, Graphium sarpedon, Catopsilia pomona dan Catopsilia pyranthe sering ditemukan mengunjungi danau-danau buatan yang ditumbuhi berbagai jenis bunga sedangkan jenis-jenis genus Eurema sering ditemukan pada daerah sekitar aliran sungai. Pada habitat tanaman buah juga ditemukan jenis kupu-kupu terbanyak kedua setelah tipe habitat Taman Garuda yaitu sebanyak 31 jenis kupu-kupu, hal ini salah satunya dipengaruhi oleh terdapatnya danau-danau buatan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis bunga (Gambar 23). Gambar 23 Sumber air pada (1) dan (2) Taman garuda dan (3) Tanaman buah yang sering didatangi kupu-kupu Komponen biotik habitat Vegetasi Tumbuhan memiliki peran yang besar dalam menjaga kelangsungan hidup kupu-kupu, hal ini disebabkan karena kupu-kupu membutuhkan tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat berlindung. Selain itu, dengan adannya vegetasi, habitat kupu-kupu dapat terjaga dari polusi kendaraan baik yang berasal dari luar kawasan KRB maupun yang berasal dari aktivitas pengunjung karena tumbuhan dapat membersihkan udara dari polutan-polutan dan juga meminimalisir gangguan terhadap habitat kupu-kupu dari dampak kebisingan lalu lintas kendaraan yang terjadi di sekitar kawasan KRB.

32 69 Berdasarkan hasil pengamatan pada kelima tipe habitat, dapat disimpulkan bahawa fungsi vegetasi pada masing-masing habitat terhadap kupu-kupu adalah sebagai : 1. Tanaman pakan larva, yaitu tanaman yang digunakan sebagai tempat kupukupu meletakkan telurnya dan sebagai sumber pakan bagi larva apabila telur tersebut telah menetas. 2. Tanaman pakan kupu-kupu, yaitu tanaman bunga yang menghasilkan nektar sebagai sumber pakan kupu-kupu. 3. Tanaman pelindung/shelter, yaitu tanaman yang digunakan sebagai tempat berlindung dari predator, sinar matahari, hujan, dan juga sebagai tempat istirahat. Pengaruh antara faktor vegetasi terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson dan diperoleh nilai korelasi positif antara keanekaragaman jenis vegetasi sebagai tumbuhan pakan larva, pakan kupu, dan tumbuhan shelter terhadap keanekaragaman jenis vegetasi. Nilai korelasi tersebut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Korelasi antara faktor vegetasi dengan keanekaragaman jenis kupukupu H Dmg e Tumbuhan pakan larva 0,76 0,77 0,14 Tumbuhan pakan kupu 0,78 0,78-0,24 Tumbuhan shelter 0,10 0,26-0,78 Keterangan: H (Keanekaragaman jenis), Dmg (Kekayaan jenis), e (Kemerataan jenis) Berdasarkan analisis korelasi Pearson terhadap keberadaan jumlah jenis tanaman pakan dan shelter kupu-kupu di atas, diperoleh korelasi yang tinggi antara keberadaan jumlah jenis tanaman pakan, baik pakan larva maupun pakan kupu, terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu. Korelasi antara jumlah jenis tanaman pakan larva terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu memiliki nilai korelasi 0,76 sedangkan korelasi antara jumlah jenis tanaman pakan kupu terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu memiliki nilai korelasi 0,78. Di sisi

33 70 lain, keberdaan tumbuhan shelter tidak terlalu mempengaruhi keanekaragaman jenis kupu-kupu karena hanya memiliki nilai korelasi sebesar 0,10. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa faktor vegetasi khususnya keberadaan tumbuhan pakan memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas kupu-kupu. Habitat Taman Garuda memiliki jumlah tanaman pakan larva, kupu, dan tanaman shelter tertinggi yaitu sebanyak 129 jenis tanaman pakan larva, 12 jenis tanaman tanaman pakan kupu, dan 29 jenis tanaman shelter sehingga tipe habitat ini memiliki nilai kekayaan jenis tertinggi yaitu sebesar 8,18. Tipe habitat Tanaman Buah memiliki tanaman pakan larva dan tanaman pakan kupu terbanyak kedua setelah habitat Taman Garuda yaitu sebanyak 65 tanaman pakan larva dan 10 tanaman pakan kupu sehingga memiliki kekayaan jenis tertinggi terbesar kedua sebesar 6,89. Begitu pula dengan habitat Tanaman Mediterania dengan jumlah jenis pakan larva dan kupu terbesar ketiga sebanyak 25 jenis tanaman pakan larva dan 10 jenis tanaman pakan kupu sehingga memiliki nilai kekayaan jenis ketiga terbesar yaitu sebesar 6,76. Pada habitat Tanaman Buah, pada saat dilakukan pengamatan ditemukan suatu area pada tipe habitat tersebut dimana ditemukan banyak kupu-kupu dari genus Euploea yang sedang melakukan perkawinan dan area habitat yang banyak sekali ditemukan kupu-kupu jenis Moduza procris (Gambar 24). Hal tersebut disebabkan karena pada area tersebut ditumbuhi oleh tumbuhan Cerbera mangas dan Cerbera sp yang merupakan tanaman pakan larva dari genus Euploea serta tumbuhan Nauclea sp yang menjadi pakan jenis Moduza procris. Gambar 24 (1) Jenis Euploea sp, (2) Habitat tempat banyak ditemukannya genus Euploea yang banyak ditumbuhi Cerbera mangas dan Cerbera sp yg menjadi tanaman pakannya, (3) Tumbuhan jenis Nauclea sp, tanaman pakan dimana banyak ditemukan kupu jenis Moduza procris.

34 71 Dari keseluruhan habitat, diketahui terdapat jenis-jenis tanaman pakan dari famili Acanthaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Aristoloceae, Caesalpiniaceae, Capparaceae, Cycadaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Flacourtiaceae, Magnoliaceae, Malvaceae, Meliaceae, Mimosaceae, Moraceae, Lauraceae, Papilionaceae, Piperaceae, Plantaginaceae, Poaceae, Rhamnaceae, Rubiaceae, Rutaceae, Solanaceae, Sterculiaceae, Ulmaceae, Verbenaceae, dan Zingiberaceae. Dari seluruh famili tersebut, famili Acanthaceae merupakan famili dengan jumlah jenis ditemukan terbanyak yaitu 23 jenis tumbuhan dan banyak ditemukan di habitat Tanaman Mediterania (3 jenis) dan habitat Taman Garuda (22 jenis). Tumbuhan dari famili Acanthaceae merupakan famili dari jenis-jenis tumbuhan yang menjadi pakan kupu-kupu dari genus Junonia, sehingga pada kedua tipe habitat tersebut banyak ditemukan kupu-kupu jenis tersebut. Pada habitat Tanaman Buah ditemukan 5 jenis kupu-kupu (J. almana, J. atlites, J. erigone, J. hedonia, dan J. iphyta) dan pada habitat Taman garuda ditemukan 6 jenis kupu-kupu (J. almana, J. atlites, J. erigone, J. hedonia, J. iphyta, dan J. orytha), sedangkan pada tipe habitat lainnya hanya ditemukan sedikit jenis kupu dari genus tersebut. Dari keseluruhan habitat, famili tumbuhan yang ditemukan pada semua habitat adalah famili tumbuhan Moraceae, jenis tumbuhan famili ini yang ditemukan diantarannya tumbuhan genus Ficus yang merupakan tumbuhan pakan dari kupu-kupu jenis Euploea mulciber dan Neptis hylas dan tumbuhan genus Artocarpus yang merupakan tumbuhan pakan dari kupu-kupu jenis Dolleschallia bisalttide. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan dimana pada habitat Tanaman Buah, Tanaman Mediterania, dan Tanaman Air dimana terdapat tumbuhan bergenus Ficus maka ditemukan jenis Euploea mulciber dan Neptis hylas sedangkan pada tipe habitat Taman Garuda yang ditumbuhi oleh tumbuhan bermarga Artocarpus maka ditemukan kupu-kupu jenis Dolleschallia bisalttide Hewan lain Predator sering dianggap sebagi musuh bagi kupu-kupu, namun pada kenyataannya memiliki peranan untuk mengontrol populasi kupu-kupu. Dalam fase reproduksinya, kupu-kupu dapat menghasilkan sekitar 500 telur namun

35 72 sebagian besar kupu-kupu betina akan mati sebelum meletakkan semua telurnya dan telur-telur tersebut juga tidak semuannya dapat bertahan hidup dikarenakan dimangsa oleh burung, lebah, laba-laba, atau katak sedangkan lebih dari setengah jumlah pupa tidak dapat bertahan hidup juga karena dimakan predator. Hal ini terlihat dari banyak penelitian mengenai predator kupu-kupu dan disimpulkan bahwa setidaknya 50% dari kupu-kupu dibunuh dan dimakan sebelum mereka mampu untuk kawin dan bereproduksi, beberapa diserang ketika mereka sedang mengeringkan sayap mereka sebelum penerbangan pertama mereka sedangkan lainnya dimangsa ketika berjemur di atas tanah atau bunga berkunjung, meskipun terdapat beberapa yang beruntung melarikan diri dan hanya sayap mereka yang terkoyak (Vane et al. 1984). Kupu-kupu melakukan beberapa cara untuk menghindari predator, misalnya dengan bersembunyi di balik daun seperti yang ditemukan pada tipe habitat tanaman buah dimana banyak ditemukan kupu-kupu jenis Euploea sp yang berpasang-pasangan dan bersembunyi di balik dedauan tumbuhan Cerbera mangas untuk melakukan perkawinan. Cara lain yang dilakukan kupu-kupu untuk menghindari predator adalah dengan melakukan kamuflase. Pada tipe habitat Taman Garuda, ditemukan kupu-kupu jenis Appias lyncida yang sering ditemukan sedang basking di permukaan tanah sehingga sulit untuk terlihat (Gambar 25). Gambar 25 Kupu-kupu jenis Appias lyncida yang berkamuflase untuk menghindari predator.

36 Manusia Berdasarkan pengamatan lapangan, diketahui ada beberapa kegiatan yang dilakukan baik oleh pengunjung, pemelihara tanaman, maupun pengelola yang apabila tidak dilakukan pengontrolan akan berdampak pada komunitas kupukupu. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: 1. Kerusakan habitat yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti yang ditemukan pada tipe habitat Tanaman Mediterania dimana pada habitat tersebut dilakukan pemangkasan tumbuhan yang pada saat penelitian sering dipergunakan kupu-kupu sebagai tumbuhan shelter, hal tersebut mengurangi sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh kupu-kupu. 2. Pada tipe-tipe habitat tersentu seperti tipe habitat Tanaman Air, merupakan lokasi yang paling banyak didatangi pengunjung. Pada habitat tersebut ditemukan pengunjung yang melakukan pemetikan jenis-jenis tanaman bunga yang berdampak pada berkurangnya sumber pakan kupu. 3. Polusi dari kendaraan-kendaraan para wisatawan dan kendaraan di sekitar KRB menyebabkan toksifikasi bagi jenis kupui-kupu yang sensitif. 4. Masyarakat di sekitar KRB banyak yang membuang sampah ke Sungai Ciliwung sehingga banyak terjadi endapan sampah yang mengakibatkan polusi air, begitu pula dengaan danau-danau buatan yang terdapat pada tipe habitat seperti Taman Garuda dan Tanaman Buah dimana ditemukan banyak sampah yang dibuang oleh pengunjung. 5. Semakin meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca berdampak pada meningkatnya suhu lingkungan, lokasi KRB yang berada di tengah kota Bogor dapat menerima dampaknya. 6. Introduksi dan pengayaan tanaman pada habitat kupu-kupu berpengaruh pada peningkatan jumlah tanaman pakan dan shelter yang berpengaruh pada meningkatnya jumlah jenis kupu-kupu pada daerah tersebut. 5.5 Analisis Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai jenis-jenis kupu-kupu di KRB sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti dari Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI yaitu Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir pada tahun

37 Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada penelitian tersebut dilakukan pada lokasi pengamatan Taman Teijsmann, Tanaman Mediterania, Tanaman Berkayu, Gedung sembilan dan Taman Garuda. Pada penelitian ini, lokasi pengamatan yang diambil memiliki kesamaan lokasi dengan penelitian sebelumnya yaitu pada tipe habitat Tanaman Mediterania, Tanaman Berkayu, dan Taman Garuda. Berdasarkan penelitian terdahulu, pada lokasi-lokasi pengamatan kupu-kupu tersebut ditemukan sebanyak 96 spesies kupu-kupu yang terdiri dari 11 spesies Hesperidae, 11 spesies Papilionidae, 16 spesies Pieridae, 19 Spesies Lycaenidae, dan 39 spesies Nymphalidae. Pada penelitian ini ditemukan 60 spesies kupu-kupu. Kupu-kupu yang ditemukan dalam penelitian ini terdiri dari 5 famili, yaitu: Papilionidae (7 spesies), Nymphalidae (33 spesies), Pieridae (13 spesies), Lycaenidae (6 spesies), dan Hesperiidae (1 spesies). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 10 jenis kupu-kupu yang tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Jenis kupu-kupu tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Jenis kupu-kupu yang baru ditemukan No. Nama Jenis Famili Distribusi A B C D E 1 Troides cuneivera* Papilionidae 2 Cupha emalea Nymphalidae 3 Cupha tyche Nymphalidae 4 Euploea caramalzeman Nymphalidae 5 Euploea phaenarete Nymphalidae 6 Hypolimnas misippus Nymphalidae 7 Lethe minerva Nymphalidae 8 Mycalesis sp Nymphalidae 9 Ypthima baldus Nymphalidae 10 Gandaca harina Pieridae Keterangan : A (Tanaman buah), B (Tanaman mediterania), C (Tanaman berkayu), D (Tanaman air), dan E (Taman Garuda) *Apendix II CITES Jenis kupu-kupu yang baru ditemukan sebanyak 7 jenis pada habitat Tanaman Buah, 4 jenis pada habitat Tanaman Mediterania, 3 jenis pada habitat Tanaman Air, serta 1 jenis pada habitat Taman Garuda. Dari sepuluh jenis kupu-

38 75 kupu yang baru ditemukan tersebut, terdapat jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam Appendix II CITES yaitu kupu-kupu Troides Cuneifera (Gambar 26). Gambar 26 Troides cuneifera. Appendix II CITES mengatur perdagangan jenis-jenis yang akan menjadi langka apabila perdaganganya tidak diatur atau dibatasi., sehingga perdaganganya secara internasional masih diperbolehkan asalkan sesuai kuota. Troides cuneifera (Kupu-Kupu Raja Cuneifera) ditemukan pada habitat tanaman buah. Selama pengatan pada kelima lokasi, kupu-kupu jenis ini hanya ditemukan pada habitat tersebut dan hanya ditemukan satu ekor. Pada penelitian yang dilakukan ditemukan 30 jenis kupu-kupu pada tipe habitat Tanaman Mediterania, 14 jenis kupu-kupu pada tipe habitat Tanaman Berkayu, dan pada tipe habitat Taman Garuda ditemukan sebanyak 38 jenis kupukupu. Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan 59 jenis kupu-kupu pada tipe habitat Tanaman Mediterania, 49 jenis pada habitat Tanaman Berkayu, serta 54 jenis pada Taman Garuda. Dari hasil pengamatan jenis yang dilakukan maka terdapat 36 jenis kupu-kupu yang tidak ditemukan pada pengamatan ini Berdasarkan data frekuensi perjumpaan pada pengamatan sebelumnnya, sebanyak 35 jenis (76 %) diantarannya merupakan jenis kupu-kupu yang tidak terlalu sering terlihat pada tipe habitat tersebut sedangkan 11 jenis (24 %) lainnya merupakan jenis yang cukup sering ditemukan pada tipe habitat tersebut. Kupukupu jenis genus Papilio merupakan jenis kupu-kupu yang terbangnya cepat dan tinggi sehingga sulit untuk ditangkap/dilihat untuk diidentifikasi, begitu pula dengan jenis Catopsilia scylla, Hebomoia glaucippe, Faunis canens, Tagiades

39 76 japetus yang sulit untuk diidentifikasi karena terbangnya yang cepat. Amathusia phidippus dari famili Nymphalidae serta famili Hesperiidae jarang ditemukan pada kelima lokasi penelitian, hal ini disebabkan karena famili jenis ini memiliki waktu aktif pagi dan sore hari, berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada waktu aktif kupu-kupu jenis famili lain yaitu pagi hingga siang hari. 5.6 Karakteristik Habitat RTH yang Mendukung Upaya Konservasi Kupu- Kupu Kaitan antara faktor-faktor lingkungan dengan keanekaragaman kupukupu dianalisis dengan menggunakan metode analisis biplot yang ditunjukkan pada Gambar 27. Gambar 27 Hasil analisis biplot kaitan antara faktor-faktor lingkungan dengan keanekaragaman jenis kupu-kupu Dari hasil analisis tersebut, diketahui bahwa terdapat tipe-tipe habitat tertentu yang memiliki kesamaan faktor lingkungan dominan yang mendukungnya. Tipe habitat Tanaman Berkayu dan habitat Tanaman Buah merupakan tipe habitat yang memiliki faktor lingkungan yang sama yaitu memiliki nilai LAI dan kelembaban yang tinggi. Tipe habitat Tanaman Mediterania dan Tanaman Air memiliki faktor lingkungan yang sama yaitu nilai

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser)

LAMPIRAN. Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) 129 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Lokasi Penelitian Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) 130 Lampiran 2. Rekapitulasi Kupu-kupu yang Diperoleh pada Lokasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal 2010 LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal Sekretariat I : Kp. Tawangsari RT 03/04 Limbangan - Kendal 51383 Sekretariat II : Jl. Pemuda No. 11B Kendal. telp : 0294

Lebih terperinci

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006). 35 PEMBAHASAN Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies kupukupu dengan total 4049 individu. Indeks Shannon Wiener dan nilai evenness keragaman kupu-kupu di Gunung Meja, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Kebun botani merupakan salah satu kawasan yang digunakan sebagai laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{ Makalah pengabdian Pada Masyarakat "Penerapan Teknik Pembuatan Taman Kupu-Kupu Di Desa Serang Untuk Meningkatkan Destinasi Wisata" 2016 Design Taman Kupu-kupu di Rest Area Desa Wisata Serang, Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Cindy Hervina, Mirda Sylvia, Annisa*, Hikmat Kasmara, Nurullia Fitriani Departemen Biologi, Universitas

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidae di Banyuwindu, Limbangan Kendal

Lebih terperinci

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN BioLink Vol. 4 (1) Agustus 2017 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink INVENTARISASI KUPU-KUPU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI.

INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI. INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Erfan Budiarto NIM 101810401049 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG. A. Letak Geografis Taman Bantimurung

SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG. A. Letak Geografis Taman Bantimurung SEKILAS KUPU-KUPU DI TAMAN HUTAN BANTIMURUNG A. Letak Geografis Taman Bantimurung Luas taman hutan Bantimurung adalah 43.700 hektar, terletak pada 119 o. 34 119 o.55 BT dsn 4 o.42 5 o. 06 LS. Di tahun

Lebih terperinci

Biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta

Biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta ISBN 9499 BioETI Biodiversitas kupukupu superfamili Papilionoidea (LEPIDOPTERA) di Hutan Kota Arboretum Wanawisata Pramuka Cibubur, Jakarta HASNI RUSLAN DAN DWI ANDAYANINGSIH Fakultas Biologi, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN DISTRIBUTION AND DIVERSITY OF BUTTERFLIES (Lepidoptera: Rhopalocera) IN

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA. Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA. Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah. PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jenis Kegiatan : PKM Analisis Ilmiah Diusulkan oleh: Maiser Syaputra E3406302 Angkatan 2006 Raya Akbar R E34060430

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri. Gambar 3.1. Peta Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor didirikan oleh ahli biologi Jerman yaitu Prof. Caspar George Carl Reindwart pada tanggal 18 Mei 1817 dengan nama

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI TAMAN KEHATI UNNES Bambang Priyono,

Lebih terperinci

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KOMUNITAS ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KONSEP KOMUNITAS BIOTIK Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat dan terorganisasi sedemikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 48-54 KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT THE BUTTERFLIES DIVERSITY IN SETTLEMENT REGION OF THE PANGANDARAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Taman Nasional Lore Lindu, Resort Mataue dan Resort Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 24078050 Halaman: 12841288 DOI: 10.13057/psnmbi/m010604 Keanekaragaman kupukupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo,

Lebih terperinci

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 17-147 KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 The Diversity Diurnal Buterfly (Sub Ordo: Rhopalocera) Complex in The

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU Diversity of Butterfly on Freshwater Swamp Forest Ecosystem

Lebih terperinci

Inventarisasi Jenis Kupu-kupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak

Inventarisasi Jenis Kupu-kupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Protobiont (205) Vol. 4 () : 260265 Inventarisasi Jenis Kupukupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Margareta Florida, Tri Rima Setyawati, Ari Hepi Yanti Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK HABITAT RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (Studi Kasus di Kebun Raya Bogor) SIVA DEVI AZAHRA

PENGARUH KARAKTERISTIK HABITAT RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (Studi Kasus di Kebun Raya Bogor) SIVA DEVI AZAHRA PENGARUH KARAKTERISTIK HABITAT RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (Studi Kasus di Kebun Raya Bogor) SIVA DEVI AZAHRA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 INVENTARISASI JENIS LEPIDOPTERA SEBAGAI BAHAN AJAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP IPA SMP DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Musriadi 2 Mauliza 1 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS.

ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS. ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS Oleh: Sulistio Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI BABARSARI, DEPOK, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI BABARSARI, DEPOK, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI BABARSARI, DEPOK, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Disusun oleh : Anita Febriawati Sela NPM : 060800995 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Oleh: Munifah NIM

Oleh: Munifah NIM KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DI TAMAN KYAI LANGGENG MAGELANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI BAGI SISWA SMA KELAS X SEMESTER 2 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

9-074 ANALISIS TIPOLOGI LEPIDOPTERA BERDASARKAN OBSERVASI HABITAT DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NUSAKAMBANGAN, CILACAP, JAWA TENGAH

9-074 ANALISIS TIPOLOGI LEPIDOPTERA BERDASARKAN OBSERVASI HABITAT DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NUSAKAMBANGAN, CILACAP, JAWA TENGAH 9-074 ANALISIS TIPOLOGI LEPIDOPTERA BERDASARKAN OBSERVASI HABITAT DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NUSAKAMBANGAN, CILACAP, JAWA TENGAH Typology Analysis of Lepidoptera Based on Habitat Observation on Protected

Lebih terperinci

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Naboya. R 1), Moerfiah 2), Wiedarti. S 3) 1,2,3) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 35 (1) (2012) Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 35 (1) (2012) Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 35 (1) (2012) Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDAE DI DUKUH BANYUWINDU DESA LIMBANGAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lumut kerak merupakan salah satu anggota dari tumbuhan tingkat rendah yang mana belum mendapatkan perhatian yang maksimal seperti anggota yang lainnya. Organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Habitat Kupu-kupu 5.1.1 Komponen Fisik Habitat Berdasarkan pengukuran suhu di lapangan, diperoleh hasil tingkat suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor)

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) Nopi Rianti Suryani 1, Moerfiah 2, Rouland Ibnu Darda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, amfibi berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI 2.1. Ekosistem 2.2. Proses Produksi dan Dekomposisi 2.3. Konsep Homeostatis 2.4. Energi dalam Ekosistem 2.4.1. Rantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

68 Media Bina Ilmiah ISSN No

68 Media Bina Ilmiah ISSN No 68 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME SEARCH Oleh: Maiser Syaputra Program Studi Kehutanan Universitas Mataram Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL. Kupu-Kupu Hasil Tangkapan Pengamatan hasil tangkapan kupu-kupu meliputi jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG. (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG. (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park) Media Konservasi Vol. 18, No. 2 Agustus 2013 : 63 68 KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG (Butterfly diversities in Bantimurung Bulusaraung National Park) ABDUL HARIS MUSTARI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

AssAlAmu AlAyku m wr.wb AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT PENDAHULUAN Semut (Formicidae:Hymenoptera) merupakan hewan Avertebrata komponen terestrial yang melimpah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekrekan (Presbytis comata fredericae Sody, 1930) merupakan salah satu primata endemik Pulau Jawa yang keberadaannya kian terancam. Primata yang terdistribusi di bagian

Lebih terperinci

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma BIOMA Bioma, adalah kumpulan ekosistem yang berada pada satu iklim atau wilayah geografis yang dicirikan oleh vegetasi atau flora suatu tempat. Bioma dipengaruhi pula oleh iklim atau pun oleh wilayah geografis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci