ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS."

Transkripsi

1 ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS Oleh: Sulistio Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera biasanya disebut kupu-kupu (Butterflies) atau ngengat untuk Moth (Ngengat). Kupu-kupu menyukai daerah tepian aliran sungai dikarenakan daerah tersebut memiliki kelembaban yang bagus untuk reproduksi kupu-kupu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemelimpahan dan pola distribusi kupu-kupu di Tepian sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observatif dengan teknik transek yaitu berjalan sepanjang jalur penelitian, dengan daerah pengamatan terbagi menjadi 3 zona antara lain zona vegetasi, zona dermaga dan zona pemukiman penduduk, dimana setiap zona dengan ukuran panjang kawasan 500 m dan lebar kawasan 50 m yang dibagi menjadi 5 area. Populasi penelitian adalah semua spesies kupu-kupu yang terdapat di Tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Sampel penelitian adalah kupu-kupu yang tertangkap dengan jaring serangga diameter 40 cm dan mata jaring 1 mm. Hasil penelitian diperoleh 12 spesies kupu-kupu merujuk pada Borror (1992). Kemelimpahan yang dimiliki tergolong sedang dengan pola distribusi mengelompok untuk seluruh spesies. Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23. Kata kunci : Kemelimpahan, Pola distribusi Spesies kupu-kupu, Tepian Sungai PENDAHULUAN Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah, dan perkebunan yang 62

2 menjadi habitat bagi kupu-kupu, dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun species kupu-kupu di alam. Kupu-kupu menyukai daerah tepian aliran sungai dikarenakan daerah tersebut memiliki kelembaban yang bagus untuk reproduksi dari kupukupu. Dalam tingkat kelembaban yang sesuai telur Kupu-kupu akan menetas, sehingga kupu-kupu cenderung menyukai daerah aliran sungai. Habitat kupu-kupu ditandai dengan tersedianya tumbuhan inang pakan larva yaitu tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya serta tumbuhan bunga yang mengandung nektar bagi kupu-kupu. Apabila kedua tumbuhan inang ini tersedia pada lingkungan tersebut, maka habitat tersebut memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan kehidupannya dari generasi ke generasi. Bila hanya salah satu tumbuhan inang saja yang tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Apalagi kalau kedua tumbuhan inangnya tidak ada (Soekardi, 2007). Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, membuat semakin banyaknya pembukaan lahan yang dilakukan baik untuk tempat tinggal maupun penyediaan sumber makanan. Hal ini membuat semakin berkurangnya vegetasi sehingga mengakibatkan semakin berkurangnya habitat bagi kupu-kupu. Pembukaan lahan untuk tempat tinggal, perluasan lahan pertanian hingga perkebunan secara tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan kupu-kupu. Hasil penelitian Faturrahman (2005) tentang Inventarisasi Jenis Kupu - kupu di Desa Padang Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut menemukan 10 species. Penelitian Megawati (2003) tentang Inventarisasi Jenis Kupu-kupu (ordo Lepidoptera) di Gunung Sebatung Desa Gedambaan ditemukan 12 species. Hasil penelitian Rahayu (2012) tentang Species Kupu-kupu di Kawasan Pesisir Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut terdapat enam familia terdiri atas Nymphalidae, Lychanidae, Danaide, Pieridae, Papilionidae, Hesperidae. Hasil penelitian Miyanti (2012) tentang inventarisasi s pecies 63

3 kupu-kupu di Perkebunan Jeruk Desa Damit Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut, terdapat 15 species yang termasuk dalam 4 familia yaitu familia Papilionidae yaitu species Papilio demoleus L., Papilio polytes C., Papilio memnon L., Papilio aegeus Don., Papilio polyxenes L., dan Papilio sp. familiaa Pieridae yaitu species Eurema hecabe Hub., Catopsilia scylla dan Appias libythea, familia Nymphalidae yaitu species Acraea violae Fab, Elymnias hypermnestra, Hypolimnas missipus dan Neptis clinioides L., dan familia Danaidae yaitu species Danaus eryx Fab., dan Danaus melanippus But.. Species yang paling banyak dijumpai adalah kupu-kupu dari species Papilio polytes C. dengan jumlah 90 ekor dan yang paling sedikit adalah species Neptis clinioides L. dengan jumlah 2 ekor. Berdasarkan hasil survei di tepian sungai Kapuas ditemukan keberadaan kupu-kupu. Keberadaan kupu-kupu di sekitar tepian sungai Kapuas membantu dalam proses penyerbukan bunga bagi jenis tumbuhan yang ada di sepanjang tepian sungai Kapuas seperti vegetasi hutan rawa Penelitian mengenai kerapatan dan pola distribusi kupu-kupu sebelumnya belum pernah dilakukan di tepian sungai Kapuas. Oleh sebab itu maka peneliti merasa perlu diadakannya penelitian tentang Kemelimpahan dan Pola Distribusi kupu-kupu yang di tepian sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observatif, metode observatif yang dipakai adalah teknik transek yaitu dengan berjalan sejajar sepanjang jalur penelitian di sepanjang tepian sungai Kapuas kemudian mengambil sampel yang akan diteliti. Daerah pengamatan dibagi menjadi 3 zona pengamatan yaitu zona vegetasi, dermaga dan pemukiman penduduk dengan masing-masing luas sebesar 500 m x 50 m. Diantara kedua zona di batasi daerah pemisah sebesar 200 m x 50 m. Didalam setiap zona pengamatan vegetasi, dermaga dan pemukiman penduduk 64

4 terdapat 5 stasiun daerah penelitian yang digunakan berukuran panjang 50 m dan lebar 50 m. Sedangkan untuk zona pemisah tidak diambil sampel pengamatan dikarenakan daerah tersebut dijadikan daerah pemisah antara zona yang satu dengan yang lain. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali di setiap zona dengan berjalan bolak balik menyusuri sepanjang jalur (transek) kemudian menangkap dan mencatat jumlah spesies yang ditemukan di zona tersebut. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Anemometer, digunakan untuk mengukur kecepatan angin (m/s). 2. Higrometer, digunakan untuk mengukur kelembaban udara (%). 3. Lux meter, digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux). 4. Termometer batang, digunakan untuk mengukur suhu udara di lingkungan kawasan penelitian (0C). 5. Lup, digunakan untuk mengamati morfologi kupu-kupu hasil penangkapan. 6. Rol meter, digunakan untuk mengukur luas area penelitian (m). 7. Kertas label, untuk memberikan label pada sampel hasil penelitian yang didapatkan. 8. Kamera digital, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian. 9. Kertas milimeter blok, digunakan menghitung panjang sayap kupukupu. 10. Plastik, digunakan untuk menyimpan sampel kupu-kupu yang ditemukan. 11. Jaring serangga dengan diameter 40 cm dan ukuran mata jaring 1 mm yang digunakan untuk menangkap kupu-kupu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian spesies kupu-kupu di Tepian Sungai Kapuas kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas diperoleh 13 spesies seperti pada Tabel 1, 2 dan 3. 65

5 Berdasarkan hasil penelitian di Tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, ditemukan 12 spesies kupukupu. Berikut adalah spesies-spesies yang ditemukan di seluruh zona pada tiap pengamatan Tabel 1. Spesies Kupu-kupu Yang Ditemukan di Seluruh Zona No Nama Spesies Individu dalam zona Total Pemukiman Vegetasi Dermaga spesies penduduk 1 Acraea violae Fab Appias libythea Catopsilia pyranthe L Danaus melanippus But Elymnias hypermnestra Eurema hecabe Hub Hypolimnas bolina L Junonia hedonia Fab Junonina orithya Neptis clinioides L Papilio demoleus L Parthenos Sylvia Jumlah Tabel 2. Famili kupu-kupu yang ditemukan No Genus Spesies 1 Danaidae Danaus melanippus But. 2 Lycaenidae Junonia hedonia Fab. 3 Nymphalidae Acraea violae Fab. Elymnias hypermnestra Hypolimnas bolina L. Junonina orithya. Neptis clinioides L. Parthenos Sylvia 4 Papilionidae Papilio demoleus L. 66

6 5 Pieridae Appias libythea Catopsilia pyranthe L. Eurema hecabe Hub. Tabel 3. Kemelimpahan Kupu-Kupu Yang Ditemukan Diseluruh Zona No Nama Spesies NP Pi ln Pi 1 Acraea violae Fab. 13,23 0,111 2 Appias libythea Catopsilia pyranthe L. 19,65 0,155 4 Danaus melanippus But. 16,95 0,092 5 Elymnias hypermnestra 13,91 0,118 6 Eurema hecabe Hub. 15,26 0,131 7 Hypolimnas bolina L. 17,79 0,147 8 Junonia hedonia Fab. 14,92 0,128 9 Junonina orithya. 24,05 0, Neptis clinioides L. 13,23 0, Papilio demoleus L. 14,08 0, Parthenos Sylvia 13,91 0,118 Jumlah 200 H 1,552 Keterangan : Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23. Tabel 4. Pola Distribusi Kupu-Kupu Yang Ditemukan Diseluruh Zona No Spesies Varian Pola distribusi 1 Acraea violae Fab. 1,17 Mengelompok 2 Appias libythea 1,08 Mengelompok 3 Catopsilia pyranthe L. 1,27 Mengelompok 4 Danaus melanippus But. 1,37 Mengelompok 5 Elymnias hypermnestra 1,18 Mengelompok 6 Eurema hecabe Hub. 1,91 Mengelompok 67

7 7 Hypolimnas bolina L. 1,08 Mengelompok 8 Junonia hedonia Fab. 1,14 Mengelompok 9 Junonina orithya. 1,14 Mengelompok 10 Neptis clinioides L. 1,28 Mengelompok 11 Papilio demoleus L. 1,15 Mengelompok 12 Parthenos sylvia 1,40 Mengelompok Keterangan : Seluruh spesies kupu-kupu memiliki pola distribusi mengelompok Tabel 5. Parameter Lingkungan No Parameter dan Satuannya Vegetasi Zona Dermaga Pemukiman Penduduk 1 Suhu udara ( o C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (K.Lux) 3,04-7,45 4,07-8,18 5,62-8,03 4 Kecepatan angin (m/s) 0-1,73 0,62-2,21 0,62-2,14 PEMBAHASAN Kemelimpahan Kupu-kupu Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas diketahui bahwa kemelimpahan spesies memiliki tingkat kemelimpahan yang tergolong sedang. Spesies yang di dapatkan berjumlah 12 spesies, apabila dibandingkan dengan penelitian lain yang berjudul Spesies Kupu-kupu di Kawasan Pesisir Pantai Tangkisung kecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut jumlah kupu-kupu yang ditemukan 15 spesies. Jumlah kupukupu yang ditemukan lebih sedikit hal ini dikarenakan jarak pengamatan 68

8 yang berbeda. Pada penelitian di Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas jarak yang di amati hanya 1500 m, sedangkan pada penelitian di Kawasan Pesisir Pantai Tangkisung kecamatan Tangkisung jarak yang digunakan 3700 m. Perbedaan jarak yang cukup jauh sekitar 2200 m hal ini membuat spesies yang ditemukan lebih sedikit. Apabila dibandingkan alat penelitian yang digunakan tidak jauh berbeda karena alat penelitian yang digunakan yaitu jarring insect. Spesies Junonina orithya memiliki nilai penting tertinggi dengan nilai 24,05, hal ini dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaannya adalah faktor makanan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu seperti nektar dan digunakan untuk kupu-kupu untuk meletakkan telur. Hal ini terlihat pada saat pengamatan dimana pada saat pengamatan terdapat rerumputan, selain itu juga ditemukan spesies Cassia alata dan Ixora glandiflora. Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili: Arecaceae, Gramineae, Verbenaceae dan Moraceae (Vane et al. 1984). Induk kupu-kupu memerlukan tumbuhan yang cocok bagi pakan larvanya. Tumbuhan inang sebagai pakan larva kupu-kupu antara lain Asystasia intrusa, Cassia alata, Piper aduncum, Ricinus communis, Michelia champaca, Cassiasiamea, Cleome rutidosperma, dan Persia americana. Larva kupu-kupu termasuk herbivora spesialis yang hanya dapat memakan daun tumbuhan spesies tertentu. Bahkan, kebanyakan spesies kupu-kupu termasuk monofagus yang hanya dapat memakan satu spesies tumbuhan saja, tetapi ada juga larva kupu-kupu yang dapat memakan beberapa spesies tumbuhan tertentu. Ketersediaan sumberdaya tumbuhan sebagai pakan kupu-kupu dan larvanya membuat mikrohabitat yang sesuai bagi kehidupan kupu-kupu (Soekardi, 2007). Namun pada saat pengamatan tidak dilakukan pengamatan larva kupukupu hal ini dikarenakan peneliti hanya mengamati kupu-kupu yang beukuran dewasa. 69

9 Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, maka kupu-kupu merupakan salah satu spesies dari kelompok serangga yang dipergunakan sebagai indiktor terhadap perubahan ekologis. Semakin beragam jenis kupu-kupu di suatu tempat menandakan kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). Kemelimpahan terendah dimiliki oleh spesies Neptis clinioides dengan nilai penting 13,23. Menurut Woodhall (1997), larva kupu-kupu akan memakan tanaman-tanaman yang khas, di mana setiap kupu-kupu memiliki tanaman pangan yang berbeda. Kupu-kupu dari genus neptis memiliki larva yang memakan makanan dari familia Fabaceae (polong - polongan), Euphorbiaceae (kastuba -kastubaan), dan Combretaceae. Pada saat pengamatan di daerah dermaga cenderung didominasi oleh familia Gramineae, hal ini memungkinkan spesies tersebut sangat jarang sekali ditemukan keberadaannya. Selain itu faktor yang mempengaruhi keberadaan spesies tersebut seperti keberadaan predator kupu-kupu tersebut. Menurut Suhara (2009) salah satu faktor yan g mempengaruhi adalah adanya organisme lain termasuk predator yang mengancam kupu-kupu, ataupun tumbuhan perdu maupun pohon yang digunakan oleh kupu-kupu sebagai tempat perlindungan, baik pada waktu hujan ataupun pendinginan tubuh dari sengatan matahari panas, maupun dari serangan predator itu sendiri. Predator seperti laba- laba dan biawak merupakan pemangsa yang ditemukan di daerah penelitian yang memangsa kupu-kupu di habitatnya. Kemelimpahan terendah juga dimilki Acraea violae dengan nilai penting 13,23. Keberadaan sumber tanaman pangan untuk larva diduga mempengaruhi jumlah dari spesies Acraea violae Fab, sehingga membuat spesies ini sangat jarang sekali ditemukan di stasiun pemukiman penduduk. Menurut Suhara (2009), kerusakan habitat oleh manusia merupakan faktor penting dan merupakan penyebab terhadap 70

10 menurunnya populasi atau bahkan menyebabkan punahnya kupu-kupu. Kerusakan habitat oleh manusia dapat berupa penebangan pohon sehingga menggangu kelembaban, dimana kelembaban berpengaruh pada kelangsungan hidup dan distribusi dari kupu-kupu yang memerlukan kelembaban udara cukup tinggi untuk hidup dan berkembang biak. Pengambilan daun dan buah serta ranting kayu yang tidak terseleksi menyebabkan kekurangan pakan terhadap larva kupu-kupu, atau mungkin menginjak tumbuhan bawah dimana telur dan larva kupukupu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat setempat seperti pembangunan rumah untuk tempat tinggal. Keanekaragaman (indeks diversitas) dari seluruh zona pengamatan tergolong sedang. Keanekaragaman spesies kupu-kupu berhubungan erat dengan faktor lingkungannya. Keanekaragaman yang sedang dapat dikarenakan beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan. Faktor iklim sangat mempengaruhi kemelimpahan kupu-kupu, salah satunya adalah faktor kelembaban. Kelembaban udara pada kisaran antara 64% sampai 78% pada stasiun vegetasi, 62%-75 pada stasiun dermaga, 62%-74% pada stasiun pemukiman penduduk. Jumar (1997), menjelaskan bahwa kecepatan angin biasanya berperan dalam membantu penyebaran serangga diantaranya kupu-kupu dan mempengaruhi kandungan air yang tentunya juga berhubungan dengan kelembaban udara, dimana kelembaban udara merupakan faktor fisik yang mempengaruhi distribusi, kegiatan maupun perkembangan serangga contohnya kupu-kupu. Pada stasiun vegetasi intensitas cahaya berkisar antara 3,04 K.Lux 7,45 K.Lux, pada stasiun dermaga intensitas cahaya 4,07 K.Lux 8,18 K.Lux sedangkan stasiun pemukiman penduduk 5,62 K.Lux 8,03 K.Lux. Menurut Soekardi (2007), kupu -kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari. Pada malam hari, kupukupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat itu kupu- 71

11 kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. Makin siang, kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan ataupun bereproduksi. Berdasarkan hasil pengukuran parameter di tepian Sungai Kapuas Kelurahan Selat Tengah Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas untuk suhu berkisar antara 30 C sampai 34 C untuk ketiga stasiun yang diamati. Connors (2002), menjelaskan bahwa kupu -kupu berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh mereka sebelum mereka terbang, dimana sayap mereka menyerap sinar matahari. Kupu-kupu paling aktif pada saat terpanas dari hari, tetapi dalam suhu lebih dari 37 o C maka mereka akan mencari naungan. Menurut Michael (1994), suhu udara berhubungan dengan intensitas cahaya yang sangat mempengaruhi kegiatan vital suatu organisme. Menurut Jumar (1997), kisaran suhu yang efektif bagi serangga adalah suhu minimum 15 o C, suhu optimum 25 o C dan suhu maksimum 45 o C. Kecepatan angin pada stasiun vegetasi antara 0-1,73m/s, kecepatan angin pada stasiun dermaga memiliki kisaran 0,62-2,21, sedangkan untuk stasiun pemukiman penduduk memiliki kisaran 0,62-2,14. Jumar (1997), umumnya tidak ditemukan kupu-kupu terbang dalam angin kencang, meskipun selama penerbangan migrasi beberapa spesies mereka mampu melakukan penerbangan karena berbagai faktor. Kisaran kecepatan angin tergolong angin teduh pada kisaran 1,6-3,3 m/s yang sesuai faktor lingkungan yang di perlukan kupu-kupu untuk dapat hidup dan berkembang biak. Pola Distribusi kupu-kupu Michael (1994) menyatakan bahwa struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Salah satu penyebaran dinamakan penyebaran berumpun, 72

12 dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Dari hasil yang didapatkan pada saat penelitian diketahui bahwa kupu-kupu yang diperoleh memiliki pola distribusi yang sama yakni mengelompok. Suhara (2009) menyatakan bahwa kelembaban adalah salah satu faktor iklim yang sangat penting bagi kupu-kupu. Pada umumnya kupu-kupu menyukai habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, seperti lokasi-lokasi yang berada dipinggir sungai yang jernih atau di bawah tegakan pohon sekitar gua yang lembab karena berair. Sejumlah besar genus dari Catopsilia dan Colias dapat ditemukan beterbangan di sekitar daerah lembab (Smart, 1975), hal ini memungkinkan pola distribusi dari spesies luas dikarenakan kelembaban yang tinggi di daerah pengamatan. Larva kupu-kupu ini memakan tanaman dari Loranthus dan Dendropthoe atau sejenis tanaman parasit yang hidup di pohon ( Carter, 1992). Menurut Suhara (2009), semakin tinggi kelimpahan makanan, akan menyebabkan pula ketersedian pakan larva semakin banyak. Sedangkan distribusi pakan akan berpengaruh kepada ketersediaan ruang dalam mencari pakan dan sekaligus berpengaruh terhadap sebaran jenis kupu-kupu. Kebersihan lingkungan habitat kupu-kupu adalah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran kupu-kupu tersebut di suatu tempat. Membuang sampah sembarangan, akan mengundang serangga lain datang kesitu, dan secara tidak langsung akan mengundang pula predator kupu-kupu untuk datang ke tempat tersebut. Ketersediaan sumber makanan juga membuat pola distribusi yang dimiliki mengelompok. Menurut Soekardi ( 2007), larva kupu-kupu termasuk herbivora spesialis yang hanya dapat memakan daun tumbuhan spesies tertentu. Kebanyakan spesies kupu-kupu termasuk monofagus yang hanya dapat memakan satu spesies tumbuhan saja, tetapi ada juga larva kupu-kupu yang dapat memakan beberapa spesies tumbuhan tertentu. 73

13 PENUTUP Penelitian tentang kemelimpahan dan pola distibusi kupu-kupu di tepian sungai Kapuas kelurahan selat tengah kecamatan selat kabupaten Kapuas, terdapat 12 spesies yang ditemukan yaitu Danaus melanippus, Papilio demoleus L, Neptis clinioides L, Eurema hecabe Hub, Junonina orithya, Appias libythea, Acraea violae Fab, Catopsilia pyranthe L, Parthenos sylvia, Elymnias hypermnestra, Junonia hedonia Fab, Hypolimnas bolina L. Kupu-kupu yang memiliki Nilai Penting tertinggi adalah spesies Junonina orithya dengan nilai 24,05, sedangkan kupu-kupu dengan Nilai Penting terendah dimiliki spesies Acraea violae Fab dan Neptis clinioides L dengan nilai 13,23. Pola distribusi mengelompok untuk seluruh spesies yang ditemukan diseluruh zona pengamatan DAFTAR PUSTAKA Amir, M, W.A. Noerdjito dan S. Kahono Serangga taman nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat: Kupu (Lepidoptera). BCP JICA. Bogor Borror, Donald., Triplehorn, Charles A., Johnson, Norman F Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarata: UGM press. Braby, Michael F The Complete Field Guide to Butterflies of Australia. National Library. Australia. Carter, David Butterfies And Moths. Dorling Kindslay Limited. London. Connors, John Butterflies in your backyard. North Carolina State University. Carolina. Faturrahman Inventarisasi Jenis Kupu-kupu di Desa Padang Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Jumar Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Banjarbaru 74

14 McNaughton, S.J. dan Larry L. Wolf. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Megawati, E Inventarisasi Jenis Kupu-kupu (Or do Lepidoptera) di Gunung Sebatung Desa Gedambaan Kecamatan Pulau laut Utara Kabupaten Kota baru. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Michael, P Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI. Press. Jakarta. Miyanti, Deni inventarisasi species kupu-kupu di Perkebunan Jeruk Desa Damit Kecamatan Batu Ampat Kabupaten Tanah Laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Odum, E. P Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press, Yogyakarta. Rahayu, Devy Dwi Spesies Kupu-Kupu Di Kawasan Pesisir Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Skripsi FKIP Unlam. Banjarmasin. (Tidak dipublikasikan) Soekardi, Herawati Kupu-kupu di Kampus Unila. Universitas Lampung, Lampung. Smart, Paul The Illustrated Encyclopedia of The Butterfly Word. Crescent Suhara, 2009a. Ngengat Dan Kupu-kupu. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. 2009b. Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Van Hoeve, W Serangga (ensiklopedi Indonesia seri fauna ). PT Ichtiar Baru Van Hoeve., Jakarta Vane, R.I., Wright and P.R. Ackery The Biology of Butterflies, Symposium of the Royal Entomological Society of London Number 11. Academic Press. London. Wijayanto, Agustinus Keragaman dan penyebaran jenis Kupu-Kupu Lepidoptera di Beberapa Ketinggian Daerah Aliran Sungai Kawasan Penyangga cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari. 75

15 Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih manokwari. (Tidak dipublikasikan) Woodhall, Steve Field Guide to Butterflies of South Africa. Struik. 76

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006). 35 PEMBAHASAN Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies kupukupu dengan total 4049 individu. Indeks Shannon Wiener dan nilai evenness keragaman kupu-kupu di Gunung Meja, menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN DISTRIBUTION AND DIVERSITY OF BUTTERFLIES (Lepidoptera: Rhopalocera) IN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal 2010 LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal Sekretariat I : Kp. Tawangsari RT 03/04 Limbangan - Kendal 51383 Sekretariat II : Jl. Pemuda No. 11B Kendal. telp : 0294

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{ Makalah pengabdian Pada Masyarakat "Penerapan Teknik Pembuatan Taman Kupu-Kupu Di Desa Serang Untuk Meningkatkan Destinasi Wisata" 2016 Design Taman Kupu-kupu di Rest Area Desa Wisata Serang, Kecamatan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

Inventarisasi Jenis Kupu-kupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak

Inventarisasi Jenis Kupu-kupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Protobiont (205) Vol. 4 () : 260265 Inventarisasi Jenis Kupukupu pada Hutan Kerangas di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak Margareta Florida, Tri Rima Setyawati, Ari Hepi Yanti Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 17-147 KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 The Diversity Diurnal Buterfly (Sub Ordo: Rhopalocera) Complex in The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Habitat Kupu-Kupu Menurut Alikodra (1990) habitat merupakan suatu tempat yang digunakan oleh satwa untuk makan, minum, berlindung, bermain dan berkembangbiak. Habitat

Lebih terperinci

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU Mala Rodianti *), Rofiza Yolanda 1), Jismi Mubarrak 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Kebun botani merupakan salah satu kawasan yang digunakan sebagai laboratorium alami bagi mahasiswa jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini, Lepidoptera yang menjadi variabel tidak diberi perlakuan khusus

Lebih terperinci

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 48-54 KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT THE BUTTERFLIES DIVERSITY IN SETTLEMENT REGION OF THE PANGANDARAN

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 INVENTARISASI JENIS LEPIDOPTERA SEBAGAI BAHAN AJAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP IPA SMP DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Musriadi 2 Mauliza 1 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia dan harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi Cindy Hervina, Mirda Sylvia, Annisa*, Hikmat Kasmara, Nurullia Fitriani Departemen Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif - eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm.13) penelitian

Lebih terperinci

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat Naboya. R 1), Moerfiah 2), Wiedarti. S 3) 1,2,3) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (Lepidoptera) DI PLAWNGAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (The Diversity of Butterflies (Lepidoptera) in Plawangan The Area Gunung Merapi National

Lebih terperinci

DESKRIPSI HABITAT KUPU-KUPU DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

DESKRIPSI HABITAT KUPU-KUPU DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012 DESKRIPSI HABITAT KUPU-KUPU DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012 Viva Desi Handayani, I Gede Sugiyanta, Zulkarnain Abstract: The aim of this

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN BioLink Vol. 4 (1) Agustus 2017 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 BioLink JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink INVENTARISASI KUPU-KUPU

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata jalur pendakian Cemoro

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapan kawasan hutan yang salah satu fungsi pemanfaatannya sebagai objek

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapan kawasan hutan yang salah satu fungsi pemanfaatannya sebagai objek II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata dan Wisata Alam Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui penetapan kawasan hutan yang salah satu fungsi pemanfaatannya sebagai objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor)

JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) JENIS-JENIS KUPU-KUPU DI SUAKA ELANG TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK, BOGOR ( Butterflies in Suaka Elang Mount Halimun Salak National Park, Bogor) Nopi Rianti Suryani 1, Moerfiah 2, Rouland Ibnu Darda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU Diversity of Butterfly on Freshwater Swamp Forest Ecosystem

Lebih terperinci

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian 5 salinitas, ph, kandungan bahan-bahan, suhu dll.), dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng 1991). Tarumingkeng (1991) menambahkan bahwa lingkungan biotik merupakan

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 ISSN 2580-5703 KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1 Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Univrsitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

KUPU-KUPU (Rhopalocera) DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI BANDA ACEH

KUPU-KUPU (Rhopalocera) DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI BANDA ACEH Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 4, No. 2, Ed. September 2016, Hal. 117-127 KUPU-KUPU (Rhopalocera) DI KAWASAN HUTAN KOTA BNI BANDA ACEH 1 Nurdin Amin dan 2 Alfida 1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif (Nazir, 1988), karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi mengenai vegetasi pada daerah ekoton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 - Juli 2012 dan bertempat di Kebun Botani UPI. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25- I. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI TAMAN KEHATI UNNES Bambang Priyono,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati Dalam Rangka Lustrum XI Fakultas Biologi UGM Sekaligus Menghantarkan Purna Tugas bagi Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah perairan yang memiliki luas sekitar 78%, sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau. Yustina 1

Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau. Yustina 1 Keanekaragaman Dan Distribusi Kupu-kupu (Subordo Rhopalocera) Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau Yustina 1 1 Laboratorium Zoologi FKIP Universitas Riau Abstrak Telah dilakukan penelitian keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. Siregar (2009), menyebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 STUDI KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI BANTARAN SUNGAI BATANGHARI KOTA METRO SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik. 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap serangga

Lebih terperinci

POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI

POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA POPULATION OF BUTTERFLY (LEPIDOPTERA) IN MANTEHAGE ISLAND, NORTH SULAWESI POPULASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA ) DI PULAU MANTEHAGE, SULAWESI UTARA Debry C. Lamatoa 1), Roni Koneri 1), Ratna Siahaan 1), Pience V. Maabuat 1) 1) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh : Imelgawati Zusri P.S 1, Dahelmi 2, Elza Safitri

Lebih terperinci